BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS"

Transkripsi

1 BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kompetensi komunikasi berikutnya yang memiliki peranan penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif adalah pengetahuan tentang orang lain. Dalam hal ini orang yang berasa dari etnis yang berbeda. Kim dan Gudykunts (1997) memaparkan bahwa pengetahuan merupakan bagian yang penting dalam berkomunikasi. Pengetahuan yang baik tentang lawan bicara membuat seseorang lebih sadar tentang apa saja yang dibutuhkan agar dapat berkomunikasi dengan efektif. Efektif atau tidaknya percakapan yang dilakukan oleh seseorang, tidak lepas dari pengetahuannya tentang lawan bicara. Dimulai dari pengetahuan untuk mengumpulkan informasi tentang lawan bicara. Berbagai informasi mengenai lawan bicara dapat diperoleh dengan cara pasif melalui membaca buku dan internet, sedangkan cara aktif dapat dilakukan dengan cara mengamati bagaimana orang lain berkomunikasi atau dengan berinteraksi langsung dengan orang tersebut. Kemampuan lain yang diperlukan adalah pengetahuan tentang perbedaan etnis antara orang Arab dan orang Sunda. Hal ini diperlukan agar komunikator atau komunikan tidak merasa canggung atau terganggu dengan perbedaan etnis yang ada. Perbedaan yang diidentifikasi adalah perbedaan gaya bicara dan jarak interpersonal. Kemampuan lainnya yaitu pengetahuan tentang persamaan individu seperti warna kulit dan postur badan serta pengetahuan untuk membuat interpretasi alternatif terhadap perilaku lawan bicara. Penyajian data dimulai dengan mendeskripsikan variabel yang akan diuji hubungan kausalnya. Deskripsi variabel faktor pengetahuan dan perilaku tersinggung serta canggung bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peilaku pasangan teman pada lokasi penelitian. Setelah setiap variabel yang akan diuji dideskripsikan, maka penyajian data berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan kausal antara faktor pengetahuan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Dimulai dari hasil uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam

2 40 mengenai hubungan antara faktor pengetahuan dengan perilaku tersinggung maupun canggung ketika berinteraksi. 6.1 Hubungan Pengetahuan Berkomunikasi dengan Perilaku Tersinggung Secara umum pengetahuan ketika berinteraksi yang dimiliki oleh orang Arab dan orang Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar 53,3 persen (Tabel 11). Hal ini menunjukkan, baik individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda memiliki pengetahuan yang tinggi ketika berinteraksi. Individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda memiliki kemampuan untuk mengumpulkan informasi tentang lawan bicaranya, mengetahui perbedaan antara dirinya dengan orang lain, mengetahui ciri-ciri fisik yang membuat mereka sama, dan memiliki interpretasi alternatif tentang perilaku lawan bicara. Tabel 11. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah 6 20,0 Sedang 8 26,7 Tinggi 16 53,3 Total ,0 Sebesar 66,7 persen pasangan orang Arab dan Sunda memiliki perilaku tersinggung yang rendah (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tersinggung antara individu dari etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi dapat dihindari. Dua individu yang sedang berkomunikasi secara umum mampu menghindari topik yang bisa menimbulkan perasaan tersinggung dan mampu menjaga perasaan lawan bicaranya agar tidak tersinggung terhadap isi pembicaraan atau topik yang sedang dibicarakan. Hipotesis awal menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku tersinggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji.

3 41 Tabel 12. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Perilaku Tersinggung Tingkat Tingkat Pengetahuan (%) Perilaku Tersinggung Rendah Sedang Tinggi Rendah 0,0 50,0 100,0 Sedang 0,0 37,5 0,0 Tinggi 100,0 12,5 0,0 Total (%) 100,0 100,0 100,0 Tabel 12 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen pasangan teman yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, memiliki tingkat perilaku tersinggung yang tinggi. Sebesar 37,5 persen memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku tersinggung yang sedang. Untuk tingkat pengetahuan yang tinggi, sebesar 100 persen pasangan memiliki tingkat perilaku tersinggung yang rendah. Persentase hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku tersinggung menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah tingkat perilaku tersinggung ketika berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tentang lawan bicara membuat dua orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi mampu menghindarkan lawan bicaranya merasa tersinggung terhadap tingkah laku ataupun topik yang sedang dibicarakan. Topik yang dapat menimbulkan perilaku tersinggung adalah topik yang menyangkut ciri fisik seseorang baik dari etnis Arab maupun Sunda. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi (Approx. Sig) untuk hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku tersinggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku tersinggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 merupakan nilai yang signifikan, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah perilaku tersinggung dari etnis Arab maupun etnis Sunda ketika berinteraksi. Hubungan yang signifikan dapat terjadi karena orang Arab dan Sunda sama-sama memiliki pengetahuan yang baik tentang lawan bicaranya.

4 42 Pengetahuan yang dimiliki juga dimanfaatkan dengan baik ketika berinteraksi sehingga dua individu tidak merasa tersinggung satu sama lain. Kemampuan pertama yang dimiliki adalah pengetahuan untuk mengumpulkan atau mendapatkan informasi. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda memiliki pengetahuan untuk mengumpulkan informasi tentang lawan bicaranya. Kedua etnis memiliki pengetahuan yang baik tentang cara berkomunikasi lawan bicaranya dengan cara memperhatikan dan berinteraksi langsung. Dengan cara tersebut, individu dari etnis Arab maupun Sunda dapat mengenali gaya bicara dari lawan bicaranya, orang Arab dengan nada bicaranya yang keras dan tegas, sedangkan orang Sunda dengan nada yang halus. Hal ini dapat menghindarkan kedua individu dari perasaan tersinggung yang membuat proses interaksi menjadi tidak efektif. Kemampuan mengenali cara-cara berkomunikasi yang dimiliki oleh orang Arab maupun Sunda, bisa dikatakan sudah sangat baik. Hal ini dikarenakan orang Arab dan Sunda menganggap bahwa cara berkomunikasi mereka tidak jauh berbeda. Orang Arab terbiasa berbicara dengan bahasa Sunda dan nada bicaranya tidak tinggi. Pengetahuan tentang perbedaan antar etnis juga memiliki peranan penting dalam menghindari perasaan tersinggung ketika berinteraksi. Perbedaan yang diidentifikasi adalah perbedaan kebiasaan dalam berbicara, yaitu gerakan tangan dan kepala yang mengikuti penjelasan akan suatu hal dan perbedaan jarak ketika berinteraksi (jarak interpersonal). Menurut Feghali (1997), jarak interpersonal yang membuat orang Arab merasa nyaman ketika berinteraksi adalah sekitar dua kaki atau sekitar setengah meter. Ternyata orang Sunda juga memiliki jarak interpersonal yang sama dengan orang Arab, sehingga ketika berinteraksi mereka tidak mengalami kendala akan hal tersebut. Orang Arab juga dikenal ekspresif ketika berbicara sehingga mereka senang menambahkan gerakan tangan untuk menjelaskan maksud ucapannya. Pengetahuan tentang perbedaan antar etnis yang dimiliki oleh orang Arab dan Sunda hanya Sebesar 43,3 persen. Kategori ini memiliki nilai paling rendah dibanding kategori lainnya. Hal ini dapat terjadi karena kedua etnis memandang bahwa mereka tidak jauh berbeda dengan etnis lainnya. Selain jarak interpersonal yang sama, orang Arab juga sudah merasa seperti orang Sunda. Mereka

5 43 dibesarkan di lingkungan Sunda dengan segala bentuk kebiasaannya dalam berkomunikasi. Bagi orang Sunda, kebiasaan berkomunikasi orang Arab sudah seperti mereka, mayoritas nadanya tidak keras dan tegas. Orang Arab pun memandang cara berkomunikasinya tidak lebih ekspresif dibanding orang Sunda dengan tidak banyak menggerakkan tangan ketika berinteraksi. Hal ini membuat orang Arab dan Sunda dapat terhindar dari perasaan tersinggung ketika berinteraksi. Salah satu hal yang dapat membuat seseorang nyaman ketika berinteraksi adalah adanya persamaan individu, dalam hal ini persamaan ciri fisik antara orang Arab dan orang Sunda. Persamaan ini membawa efek menenangkan bagi dua orang yang sedang berinteraksi. Persamaan ciri fisik antara orang Arab dan orang Sunda meliputi warna kulit dan postur badan. Sebesar 67,7 persen orang Arab dan Sunda dapat mengetahui persamaan ciri fisik di antara mereka. Pengetahuan yang baik tentang persamaan ciri fisik dapat menghilangkan perilaku tersinggung karena pengetahuan tersebut membuat dua orang yang sedang berinteraksi merasa nyaman sehingga perasaan tersinggung tidak akan muncul. Perilaku tersinggung dapat muncul ketika seseorang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang lawan bicaranya sehingga muncul perasaan tidak nyaman. Orang Sunda yang memiliki postur pendek dan kulitnya cokelat, bisa merasa tersinggung jika lawan bicaranya memiliki postur badan tinggi besar dan kulitnya putih, karena merasa dirinya menjadi lebih kecil dan posisinya dalam interaksi menjadi tidak sejajar. Orang Arab dan Sunda juga memiliki kemampuan untuk memberikan interpretasi alternatif atas perilaku lawan bicaranya. Hal ini menjadi penting untuk menghindari perasaan tersinggung yang mungkin muncul. Interpretasi alternatif yang dibahas adalah jarak interpersonal. Ketika dua orang berinteraksi pada jarak setengah meter, maka interpretasi yang mungkin muncul adalah jarak tersebut telah melanggar jarak interpersonal, lawan bicara adalah orang yang agresif, atau lawan bicara suka/tertarik. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda menginterpretasikan hal tersebut ke arah yang positif sebagai ketertarikan lawan bicara terhadap dirinya. Pada suatu kesempatan interaksi, orang Sunda menganggap lawan bicaranya agresif karena dia terlalu dekat ketika berinteraksi, padahal maksud orang Arab tersebut bukan berniat agresif atau semacamnya,

6 44 tentu hal ini akan membuat orang Arab merasa tersinggung karena maksudnya telah disalahartikan oleh orang Sunda. 6.2 Hubungan Pengetahuan Berkomunikasi dengan Perilaku Canggung Ukuran efektif atau tidaknya proses komunikasi yang dilakukan oleh individu dari etnis Arab dan etnis Sunda, selain dari perilaku tidak tersinggung juga diukur dari perilaku tidak canggung yang dimiliki oleh kedua etnis. Perilaku tidak canggung meliputi kemampuan untuk menyapa, memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat dengan orang lain tanpa perasaan malu, ragu-ragu, ataupun takut. Tabel 11 menunjukkan bahwa pengetahuan berkomunikasi yang dimiliki oleh etnis Arab dan etnis Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar 53,3 persen. Sedangkan untuk persentase perilaku canggung, sebesar 56,7 persen etnis Arab dan Sunda memiliki perilaku canggung yang rendah (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa rasa canggung antara individu dari etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi dapat diatasi dengan baik. Dua individu yang sedang berkomunikasi dapat menghilangkan perasaan tidak berani, malu, ataupun raguragu untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Mereka sudah terbiasa untuk saling menyapa, inisiatif untuk memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat. Hipotesis awal menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 13. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Perilaku Canggung Tingkat Tingkat Pengetahuan (%) Perilaku Canggung Rendah Sedang Tinggi Rendah 0,0 12,5 100,0 Sedang 16,7 87,5 0,0 Tinggi 83,3 0,0 0,0

7 45 Total (%) 100,0 100,0 100,0 Tabel 13 menunjukkan bahwa sebesar 83,3 persen pasangan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah memiliki tingkat perilaku canggung yang tinggi. Sebesar 87,5 persen pasangan memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku canggung yang sedang. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 100 persen pasangan yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi memiliki tingkat perilaku canggung yang rendah. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah perilaku canggung yang ditunjukkan ketika berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tentang lawan bicara mendorong dua orang yang sedang berinteraksi dapat mengurangi dan menghilangkan perasaan canggung. Mereka dapat dengan leluasa menyapa, memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat. Perasaan ragu-ragu, tidak berani, maupun malu dapat dikendalikan dengan baik oleh keduanya. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi untuk hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku canggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku canggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 merupakan nilai yang signifikan, yang menunjukkan semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi. Perilaku canggung yang rendah didukung oleh pengetahuan yang baik dari etnis Arab dan Sunda tentang lawan bicaranya. Pengetahuan mengumpulkan atau mendapatkan informasi tentang lawan bicara merupakan salah satu aspek yang penting dalam mengatasi perasaan canggung. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda dapat mengumpulkan informasi tentang gaya berkomunikasi dari lawan bicaranya, yaitu nada bicara. Individu yang dapat mengumpulkan informasi yang banyak tentang gaya berbicara lawan bicaranya akan memiliki perilaku canggung yang rendah. Ketika orang Arab atau Sunda mengenali gaya berbicara orang lain dan mampu memahaminya, maka mereka dapat berinteraksi dengan nyaman tanpa terganggu dengan perbedaan cara berkomunikasi yang terjadi. Orang Arab dan

8 46 Sunda dapat mengenali dan memahami cara berkomunikasi masing-masing etnis. Orang Arab cenderung berbicara dengan nada yang keras dan tegas, sedangkan orang Sunda lebih tenang dan halus. Pemahaman akan gaya berkomunikasi dari etnis lain membuat mereka tidak ragu-ragu untuk bertegur sapa bahkan saling bertukar pendapat. Etnis Arab dan Sunda mengetahui perbedaan etnis di antara mereka, namun hanya sebesar 43,3 persen. Kondisi ini disebabkan karena perbedaan etnis seperti jarak interpersonal dan gerakan tangan untuk menjelaskan maksud ucapan sudah tidak mencolok. Orang Arab dan Sunda secara umum tidak lagi menunjukkan perbedaan tersebut ketika berkomunikasi. Jarak interpersonal mereka sama dan orang Arab tidak terlalu ekspresif ketika berinteraksi dengan banyak menggerakkan tangan untuk menjelaskan maksud ucapannya. Pengetahuan yang rendah tentang perbedaan etnis tidak membuat orang Arab dan Sunda merasa canggung ketika berinteraksi. Orang Arab memandang dirinya tidak jauh berbeda dengan orang Sunda dalam hal cara berkomunikasi, hal inilah yang membuat mereka tidak merasa malu atau ragu-ragu untuk memulai pembicaraan, bertegur sapa, dan bertukar pendapat. Kerukunan bertetangga antara orang Arab dan Sunda didukung pula oleh sikap mereka dalam memahami persamaan yang ada. Sebesar 76,7 persen orang Arab dan Sunda sudah merasa tidak ada perbedaan di antara mereka. Orang Arab yang sekarang tinggal di Empang merupakan generasi yang lahir dan dibesarkan di Empang. Walaupun secara sekilas fisik mereka berbeda, yang dapat diidentifikasi dari bentuk hidung dan mata, orang Arab lebih senang menyebut dirinya sebagai orang Sunda. Hal ini dikarenakan kakek dan nenek mereka juga sudah melakukan perkawinan campuran dengan orang Sunda. Persamaan individu yang dipahami oleh orang Arab dan Sunda ini, membuat rasa canggung dapat dihindari. Orang Arab merasa sama seperti orang Sunda dalam hal warna kulit dan postur badan, begitupun sebaliknya. Kemampuan interpretasi alternatif juga membuat perilaku canggung dapat dihindari. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi, mampu menginterpretasikan dengan tepat apa yang dilakukan oleh lawan bicaranya. Salah dalam mengartikan tingkah laku lawan bicara, dapat membuat

9 47 salah satu orang yang sedang berinteraksi merasa canggung sehingga proses interaksi tidak akan efektif. Perilaku canggung membuat interaksi menjadi kaku sehingga pertukaran informasi tidak berjalan. Pada kasus ini, orang Arab maupun orang Sunda mampu membuat interpretasi yang tepat tentang jarak interpersonal ketika berkomunikasi. Jarak interpersonal sejauh setengah meter diinterpretasikan sebagai ketertarikan terhadap lawan bicara, bukan sebagai sikap agresif atau pelanggaran atas jarak interpersonal karena terlalu dekat ketika berinteraksi. Interpretasi yang tepat membuat orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi merasa nyaman, sehingga perasaan tidak berani, malu, ataupun ragu untuk bertukar pendapat dapat dihindari.

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) memaparkan bahwa keterampilan berkomunikasi penting agar dapat berkomunikasi dengan efektif

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

KUESIONER. Faktor Motivasi Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak. Faktor Pengetahuan Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak Mengumpulkan atau

KUESIONER. Faktor Motivasi Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak. Faktor Pengetahuan Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak Mengumpulkan atau LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuesioner Orang Arab KUESIONER A. karakteristik Individu Nama : Umur : Jenis Kelamin : Jenis Pekerjaan : B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Antar Budaya Faktor

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Singkat Ma had Sunan Ampel Al- Aly Terlampir 2. Visi, Misi dan Tujuan Ma had Terlampir B. Hasil Analisa Data Analisa data

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 91 BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Hubungan Antara Tingkat Kehadiran dengan Sikap Terhadap Keberlanjutan Pendidikan Hipotesis awal menyatakan bahwa terdapat hubungan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA 65 No : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Sebelum menjawab pernyataan, bacalah secara teliti 2. Pada lembar lembar berikut terdapat pernyataan yang membutuhkan tanggapan Anda. Pilihlah salah satu tanggapan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek,

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu

Lebih terperinci

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti LAMPIRAN 1. Self Confidence Scale Nama : Usia : Kelas : Sekolah : L / P : Berilah tanda X pada jawaban yang sesuai dengan diri anda. Tersedia 4 pilihan jawaban yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), TS (Tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal LAMPIRAN 1 Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal No item Validitas Kriteria 1 0,563 Item dapat dipakai 2 0,511 Item dapat dipakai 3 0,438 Item dapat dipakai 4 0,462 Item dapat dipakai 5 0,417

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009 BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2 Sikap pemilih pemula di pedesaan terhadap Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2 adalah kecenderungan seorang pemilih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2 Upaya Peningkatan Pembelajaran... UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1 Oleh: Sri Sudarminah 2 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keterampilan bahasa fungsional digambarkan dengan mengacu pada keterampilan performansi dan perilaku tertentu dalam modalitas-modalitas bahasa yakni mendengarkan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa hasil angket, hasil wawancara, hasil korelasi terhadap semua sumber data yang relevan,

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN

BAB III TEMUAN PENELITIAN BAB III TEMUAN PENELITIAN Bab ini merupakan bab yang menjabarkan temuan penelitian yang mencakup : karakteristik responden, peran significant others, konsep diri, kemampuan mereduksi konflik dalam pemutusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan 85 BAB IV ANALISIS DATA Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan penulis, maka penulis menganalisa dengan analisa deskriptif. Adapun

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS (Kasus: Etnis Arab dan Etnis Sunda di Kelurahan Empang, Bogor Selatan) MUHAMMAD AZIS DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP NEGERI 1 NGABLAK Kabupaten Magelang. Subjek penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN 45 HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN Efektivitas media komunikasi cyber extension dalam diseminasi informasi mengenai

Lebih terperinci

Kecakapan Non Verbal. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Kecakapan Non Verbal. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kecakapan Non Verbal Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Komunikasi Non-Verbal O O O Komunikasi interpersonal tidak hanya melibatkan arti kata secara eksplisit pada informasi atau pesan yang disampaikan, tetapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini, yaitu kemampuan renang gaya crawl untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini, yaitu kemampuan renang gaya crawl untuk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Data dalam penelitian ini, yaitu kemampuan renang gaya crawl untuk menempuh jarak 25 meter dengan satuan detik.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Responden Dalam penelitian ini, responden yang digunakan adalah mahasiswa atau mahasiswi di Universitas X Jakarta yang memenuhi kriteria sebagai sampel. Kriteria

Lebih terperinci

SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur

SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur Sebuah desa yang teratur dibayangkan sebagai suatu tempat yang sejuk, harmonis, dengan tata aturan (modern-rasional) yang jelas sehingga anggota-anggota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Kondisi Awal Sebelum penelitian dilakukan perlu diketahui kondisi pembelajaran Matematika di kelas 3 dalam materi operasi hitung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya diri dalam beberapa situasi, dan ketakutan dalam situasi lainnya, merasa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, BAB V PENUTUP A. Simpulan Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk biologis dan makhluk sosial. Pada proses akulturasi budaya kaum urban dalam keluarga beda

Lebih terperinci

71 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

71 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 71 72 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 1. SKALA KONSEP DIRI 2. SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL 73 NOMOR URUT : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Bacalah pernyatan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik, BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dan analisa data, maka dapat disimpulkan komunikasi antarbudaya remaja etnis keturunan Arab dengan remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini

Lebih terperinci

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian 43 4. ANALISIS DATA DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisis data dan interpretasi hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bagian pertama bab ini, akan diuraikan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang sangat penting karena melalui pendidikan watak, tingkah laku serta kepribadian manusia dapat dibentuk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sifatnya verbalsampai kepada kegiatan visual. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sifatnya verbalsampai kepada kegiatan visual. Dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan kegiatan berkomunikasi menjadi sebuah hal yang sangat pokok guna berjalannya sebuah proses pendidikan, baik dalam kegiatan yang sifatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB VIII PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB VIII PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS BAB VIII PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS Pemanfaatan internet dalam kegiatan bisnis dalam penelitian ini meliputi fungsi komunikasi, promosi dan riset yang dilakukan oleh responden dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI Jurnalistik Fikom Unpad

GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI Jurnalistik Fikom Unpad GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI Jurnalistik Fikom Unpad Bahasa tubuh adalah komunikasi pesan nonverbal (tanpa kata-kata). Bahasa tubuh merupakan proses pertukaran pikiran dan gagasan di mana pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN INTERPRETASI HASIL

4. HASIL DAN INTERPRETASI HASIL 4. HASIL DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian beserta interpretasinya. Pembahasan dalam bab ini meliputi gambaran umum partisipan dan hasil penelitian yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN PENGUASAAN MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK

2015 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN PENGUASAAN MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi sekaligus tetapi secara bertahap tergantung pada faktor-faktor pendukung

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian. BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian Bab ini adalah bagian dari sebuah tahapan penelitian kualitatif yang akan memberikan pemaparan mengenai beberapa temuan dari semua data yang ada. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

STIKOM, Surabaya 20 November /25/2013 Jemmy Lesmana - STIKOM 1

STIKOM, Surabaya 20 November /25/2013 Jemmy Lesmana - STIKOM 1 STIKOM, Surabaya 20 November 2013 11/25/2013 - STIKOM 1 Komunikasi dalam keseharian Tidak ada yang dapat dilakukan tanpa komunikasi Semua orang membutuhkan komunikasi - Untuk memahami diri sendiri - Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pretest (x) dan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pretest (x) dan BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pretest (x) dan postest (y). Pretest dan postest diselenggarakan dengan menggunakan perangkat

Lebih terperinci

BAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS BAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS 9.1. Pemanfaatan Internet dalam Kegiatan Bisnis Berdasarkan Sikap Berdasarkan Tabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan pendapatnya, berani tampil di muka umum, memiliki kepedulian sosial, dan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut : Bab 5 PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi interpersonal menantu dan ibu mertua pada pasangan muda yang tinggal bersama, maka dapat dibuat kesimpulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Orientasi Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo yang terletak di Jalan Brigjend Sudiarto No. 347 Semarang.

Lebih terperinci

KISI-KISI SKALA KEPERCAYAAN DIRI. 1. Merasamampuberbicaradidepankelasdengan baik 2. Yakin bisamenjawabpertanyaanpertanyaandari

KISI-KISI SKALA KEPERCAYAAN DIRI. 1. Merasamampuberbicaradidepankelasdengan baik 2. Yakin bisamenjawabpertanyaanpertanyaandari LAMPIRAN Lampiran 1 SISI SKALA KEPERCAYAAN DIRI Variabel Indikator Deskriptor Kepercayaan Diri 1. Yakin PadaKemampuanD irisendiri 1. Merasamampuberbicaradidepankelasdengan baik 2. Yakin bisamenjawabpertanyaanpertanyaandari

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 67 BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Proses pendidikan melalui pembelajaran menurut Sudjana (2006) adalah interaksi edukatif antara masukan (input) sarana dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti berpartisipasi untuk memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Asertif 2.1.1. Pengertian Perilaku Asertif Menurut Smith (dalam Rakos, 1991) menyatakan bahwa perilaku asertif merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran

Lebih terperinci

KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO

KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO 4.1 Mengenal Korelasi 56 4.2 Kegunaan Korelasi 4.3 Konsep Linieritas dan Korelasi 57 4.4 Asumsi Asumsi Dalam Korelasi 4.5 Karakteristik Korelasi 58 4.6 Pengertian Koefesien

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Analisis data merupakan bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk mengkaji data yang telah diperoleh peneliti dari para informan maupun pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 77 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data dan Analisis Data 1. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar peserta didik mata pelajaran Matematika pada materi pembagian peserta didik kelas III MI Darussalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah seperti perubahan fisik, perubahan emosi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Lembaga pendidikan yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian yaitu SD Kumpulrejo 03 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. 4.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

KIP dan Perubahan Sikap

KIP dan Perubahan Sikap KIP dan Perubahan Sikap Pertemuan ke 8-9 1 Pengaruh komunikasi interpersonal terhadap perubahan sikap terjadi dalam dua arah. Arah pertama bersifat incongruent, yaitu perubahan sikap yang menuju ke arah

Lebih terperinci

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 05, No. 01, 2015 ------------------------------------------------------------------------------- Hlm. 108 117 Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Hal yang menarik dari kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Hal yang menarik dari kemajuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Hal yang menarik dari kemajuan dan perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus mempersoalkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo, dilaksanakan dalam dua siklus diawali dengan kegiatan observasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo, dilaksanakan dalam dua siklus diawali dengan kegiatan observasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan rasa percaya diri siswa melalui teknik bimbingan kelompok di kelas IV SDN 3 Telaga Kabupaten

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI. b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri /

PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI. b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri / PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI PROFIL DAN CIRI-CIRI WIRAUSAHA 1. KEPERCAYAAN DIRI a. Keyakinan b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri / individualitas) c. Optimisme (Keyakinan akan

Lebih terperinci

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

tidak akan pernah mau dengan sengaja menceritakan rahasia itu kepada orang lain.

tidak akan pernah mau dengan sengaja menceritakan rahasia itu kepada orang lain. PLEGMATIS Orang phlegmatis adalah tipe orang yang paling menyenangkan untuk dijadikan kawan. Berlawanan dengan orang koleris yang keras dan sangat menuntut, orang phlegmatis adalah orang yang manis, tidak

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil olah data yang sudah di analisis

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil olah data yang sudah di analisis BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil olah data yang sudah di analisis oleh peneliti dan penjabaran tentang hasil yang sudah didapatkan. Berikut pemaparan tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan melakukan segala sesuatunya sendiri. Setiap aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah hati, yakni perasaan memiliki kekurangan dan kelemahan dibanding orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa memiliki tugas yang beragam meliputi tugas-tugas kehidupannya yaitu sebagai seorang remaja ataupun seseorang yang sedang beranjak dewasa. Selain tugas-tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima segala pengetahuan, berita, pesan-pesan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. menerima segala pengetahuan, berita, pesan-pesan melalui bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Bagi manusia bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini menyajikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Adapun hasil penelitian ini dijabarkan dalam pelaksanaan tindakan. 4.1 Pelaksanaan Penelitian

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. salah satunya dengan melakukan belanja secara online. Belanja online atau e-

Bab I PENDAHULUAN. salah satunya dengan melakukan belanja secara online. Belanja online atau e- Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis secara online di Indonesia sekarang sangat pesat, salah satunya dengan melakukan belanja secara online. Belanja online atau e- commerce merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian Universitas PGRI Ronggolawe (UNIROW) Tuban berdiri atas dasar SK Mendiknas RI Nomor: 08/D/O/2007 dengan memberikan ijin penyelenggaraan

Lebih terperinci

GAYA KERJA PEMBIMBING KEMAHASISWAAN

GAYA KERJA PEMBIMBING KEMAHASISWAAN GAYA KERJA PEMBIMBING KEMAHASISWAAN Oleh: Putut Hargiyarto, M.Pd. PT Mesin FT UNY Disajikan pada OPPEK UNY, 24-26 September 2010 A. Latar Belakang Untuk mampu menyelesaikan tugasnya, seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial, tentu membutuhkan interaksi dengan manusia lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Perilaku Sosial Perilaku sosial adalah perilaku yang dimiliki individu di mana perilaku itu akan muncul pada waktu individu itu berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS Maisarah, S.S., M.Si Inmai5@yahoo.com Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Abstrak Artikel ini berisi tentang pentingnya komunikasi non verbal di

Lebih terperinci