LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN 2017

2 Kata Pengantar Naskah ini disampaikan sebagai Laporan Akhir Studi Tolok Ukur Inventarisasi Data GRK dan Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Sektor Limbah Provinsi Banten. Pekerjaan dilaksanakan dalam Kerangka Kegiatan Peningkatan Pemeliharaan Lingkungan Hidup dan Program Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup pada Unit Kerja Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten Tahun Laporan ini terdiri atas: (a) Inventarisasi Emisi GRK Sektor Limbah (Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Domestik) Provinsi Banten dan Kota/Kabupaten se-provinsi Banten, yang juga mencakup data dan parameter penghitungan tingkat emisi GRK, sumber-sumber utama emisi GRK, Quality Control/Assurance (QC/QA), implementasi inventarisasi dan manajemen data, serta persiapan monitoring inventarisasi (berkelanjutan) agar dapat melakukan peningkatan kualitas data, QA/QC, peningkatan metoda inventarisasi dan update kemampuan dalam perencanaan inventarisasi (b) Laporan Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Gas-gas Rumah Kaca (RAD GRK) Sektor Limbah Provinsi Banten, yang juga mencakup: i) penyusunan baseline dan proyeksi tingkat emisi GRK skenario mitigasi, ii) penghitungan reduksi emisi GRK dari aksi-aksi mitigasi sektor limbah, dan iii) rekomendasi mitigasi emisi GRK sektor limbah yang akan digunakan sebagai masukan pelaksanaan kaji ulang RAD Sektor Limbah. Tim Studi mengharapkan Laporan Akhir Pekerjaan Tolak Ukur Inventarisasi Data GRK dan Pemantauan Evaluasi Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Sektor Limbah yang telah disusun ini mendapatkan masukan untuk perbaikan Laporan Akhir sehingga Laporan Studi bermanfaat bagi Pemerintah Provinsi Banten di dalam menyusun RAD GKR Provinsi Banten dan kebijakan terkait perubahan iklim sektor limbah. Bandung, 2017 Tim Studi i

3 Daftar Isi KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VII DAFTAR ISTILAH... IX BAB I...1 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN DAN SASARAN KELUARAN HASIL PEKERJAAN RUANG LINGKUP METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PENYAJIAN LAPORAN... 6 BAB II...7 GAMBARAN UMUM PROVINSI BANTEN LUAS DAN LETAK GEOGRAFI WILAYAH ADMINISTRASI PROVINSI BANTEN KONDISI SOSIO-EKONOMI Kependudukan Kondisi Ekonomi KONDISI LINGKUNGAN TERKAIT PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN CAIR DOMESTIK Pengelolaan Limbah Padat Domestik Pengelolaan Limbah Cair Domestik BAB III PROSES PENYELENGGARAAN INVENTARISASI EMISI GRK, METODOLOGI PENGHITUNGAN TINGKAT EMISI GRK, DAN PELAPORAN CAPAIAN REDUKSI EMISI GRK KEGIATAN MITIGASI ii

4 3.1 PENGATURAN KELEMBAGAAN PROSES PENYELENGGARAAN INVENTARISASI EMISI GRK METODOLOGI PENGHITUNGAN TINGKAT EMISI GRK Penghitungan Emisi GRK di TPA Penghitungan Emisi GRK Pengolahan Biologi Limbah Padat Penghitungan Emisi GRK Insinerasi dan Pembakaran Terbuka Limbah Padat Penghitungan Emisi GRK Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair Domestik PROSES PELAPORAN CAPAIAN REDUKSI EMISI GRK KEGIATAN MITIGASI EVALUASI RAD GRK BAB IV INVENTARISASI EMISI GRK SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN INVENTARISASI TINGKAT PROVINSI INVENTARISASI TINGKAT KOTA/KABUPATEN Kota Tangerang Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan Kota Serang Kabupaten Serang Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kota Cilegon BAB V PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN AKSI-AKSI MITIGASI RAD SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN RENCANA AKSI MITIGASI BERDASAR RAD GRK SEKTOR LIMBAH PELAKSANAAN AKSI MITIGASI SEKTOR LIMBAH iii

5 5.2.1 Provinsi Banten Mitigasi per Kota/Kabupaten EVALUASI HASIL MITIGASI VS RAD SEKTOR LIMBAH BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KESIMPULAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN HASIL INVENTARISASI EMISI GRK SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN PER KABUPATEN/KOTA LAMPIRAN PENGHITUNGAN TINGKAT EMISI GRK MENGGUNAKAN SOFTWARE IPCC LAMPIRAN FOTO HASIL INVENTARISASI EMISI GRK SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN PER KABUPATEN/KOTA iv

6 Daftar Tabel TABEL 1 PERKEMBANGAN TINGKAT EMISI GRK INDONESIA, TABEL 2 JUMLAH KECAMATAN DAN DESA DI KOTA/KABUPATEN PROVINSI BANTEN, TABEL 3 GAMBARAN JUMLAH, LAJU PERTUMBUHAN, DAN KEPADATAN PENDUDUK PROVINSI BANTEN... 8 TABEL 4 DATA JUMLAH PENDUDUK BANTEN YANG TINGGAL DI DESA DAN DI KOTA... 9 TABEL 5 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI BANTEN... 9 TABEL 6 PDRB PROVINSI BANTEN MENURUT HARGA BERLAKU DAN HARGA KONSTAN, TABEL 7 DATA TINGKAT KONSUMSI PROTEIN MASYARAKAT BANTEN (KG/KAPITA/TAHUN), TABEL 8 TPA LIMBAH PADAT KOTA YANG ADA DI PROVINSI BANTEN TABEL 9 PERKIRAAN TIMBULAN SAMPAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH 4 KABUPATEN DI PROVINSI BANTEN TABEL 10 PERKIRAAN TIMBULAN SAMPAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH 4 KOTA PROVINSI BANTEN TABEL 11 JENIS EMISI GRK MASING-MASING TIPE PENGOLAHAN ATAU PEMBUANGAN LIMBAH CAIR TABEL 12 DATA PROSENTASE PENGOLAHAN LIMBAH TINJA DI PROVINSI BANTEN TABEL DATA AKTIVITAS DAN CRF* HASIL INVENTARISASI EMISI GRK PROVINSI BANTEN TABEL 14 PERKEMBANGAN EMISI GRK SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN, GIGA GRAM CO2E TABEL 15 DATA AKTIVITAS DAN INVENTARISASI EMISI GRK KOTA TANGERANG, TABEL 16 DATA AKTIVITAS DAN INVENTARISASI EMISI GRK KABUPATEN TANGERANG, TABEL 17 DATA AKTIVITAS DAN INVENTARISASI EMISI GRK KOTA TANGERANG SELATAN, TABEL 18 DATA AKTIVITAS DAN INVENTARISASI EMISI GRK KOTA SERANG, TABEL 19 DATA AKTIVITAS DAN INVENTARISASI EMISI GRK KABUPATEN SERANG, TABEL 20 DATA AKTIVITAS DAN INVENTARISASI EMISI GRK KABUPATEN PANDEGLANG, TABEL 21 DATA AKTIVITAS DAN INVENTARISASI EMISI GRK KABUPATEN LEBAK, TABEL 22 DATA AKTIVITAS DAN INVENTARISASI EMISI GRK KOTA CILEGON, TABEL 23 RENCANA AKSI MITIGASI SEKTOR LIMBAH PADA RAN-GRK BANTEN Daftar Tabel dalam Lampiran TABEL L- 1 INVENTARISASI EMISI SEKTOR LIMBAH KABUPATEN PANDEGLANG TABEL L- 2 INVENTARISASI EMISI SEKTOR LIMBAH KABUPATEN LEBAK TABEL L- 3 INVENTARISASI EMISI SEKTOR LIMBAH KABUPATEN SERANG TABEL L- 4 INVENTARISASI EMISI SEKTOR LIMBAH KABUPATEN TANGERANG TABEL L- 5 INVENTARISASI EMISI SEKTOR LIMBAH KOTA CILEGON TABEL L- 6 INVENTARISASI EMISI SEKTOR LIMBAH KOTA SERANG TABEL L- 7 INVENTARISASI EMISI SEKTOR LIMBAH KOTA TANGERANG TABEL L- 8 INVENTARISASI EMISI SEKTOR LIMBAH KOTA TANGERANG SELATAN TABEL L- 9 EMISI BASELINE SEKTOR LIMBAH KABUPATEN PANDEGLANG TABEL L- 10 EMISI BASELINE SEKTOR LIMBAH KABUPATEN LEBAK TABEL L- 11 EMISI BASELINE SEKTOR LIMBAH KABUPATEN SERANG TABEL L- 12 EMISI BASELINE SEKTOR LIMBAH KABUPATEN TANGERANG v

7 TABEL L- EMISI BASELINE SEKTOR LIMBAH KOTA CILEGON TABEL L- 14 EMISI BASELINE SEKTOR LIMBAH KOTA SERANG TABEL L- 15 EMISI BASELINE SEKTOR LIMBAH KOTA TANGERANG TABEL L- 16 EMISI BASELINE SEKTOR LIMBAH KOTA TANGERANG SELATAN vi

8 Daftar Gambar GAMBAR 1 PERBANDINGAN PENDUDUK BANTEN YANG TINGGAL DI DESA DAN KOTA... 9 GAMBAR 2 KATEGORI SUMBER UTAMA EMISI GRK DARI KEGIATAN PENGELOLAAN LIMBAH GAMBAR 3 STREAM SAMPAH (LIMBAH PADAT) PERKOTAAN GAMBAR 4 TIPE PENGOLAHAN YANG MERUPAKAN SUMBER UTAMA EMISI GRK GAMBAR 5 SKEMA PROSES PENYELENGGARAAN INVENTARISASI EMISI GRK DAN PELAPORAN CAPAIAN REDUKSI EMISI GRK KEGIATAN MITIGASI DI PROVINSI BANTEN GAMBAR 6 DISITRIBUSI EMISI GRK MENURUT JENIS GAS (2016) GAMBAR 7 DISITRIBUSI EMISI GRK MENURUT JENIS SUMBER EMISI (2016) GAMBAR 8 DISITRIBUSI EMISI GRK PENGOLAHAN LIMBAH PADAT (2016) GAMBAR 9 DISITRIBUSI EMISI GRK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR (2016) GAMBAR 10 DATA AKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH PROVINSI BANTEN GAMBAR 11 INVENTARISASI MENURUT SUMBER GRK PENGOLAHAN LIMBAH PROVINSI BANTEN GAMBAR 12 INVENTARISASI EMISI GRK PENGOLAHAN LIMBAH PROVINSI BANTEN MENURUT KOTA/KABUPATEN GAMBAR DATA AKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH KOTA TANGERANG GAMBAR 14 INVENTARISASI EMISI GRK DARI PENGOLAHAN LIMBAH KOTA TANGERANG GAMBAR 15 DATA AKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH KABUPATEN TANGERANG GAMBAR 16 INVENTARISASI EMISI GRK DARI PENGOLAHAN LIMBAH KABUPATEN TANGERANG GAMBAR 17 DATA AKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH KOTA TANGERANG SELATAN GAMBAR 18 INVENTARISASI EMISI GRK DARI PENGOLAHAN LIMBAH KOTA TANGERANG SELATAN GAMBAR 19 DATA AKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH KOTA SERANG GAMBAR 20 INVENTARISASI EMISI GRK DARI PENGOLAHAN LIMBAH KOTA SERANG GAMBAR 21 DATA AKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH KABUPATEN SERANG GAMBAR 22 INVENTARISASI EMISI GRK DARI PENGOLAHAN LIMBAH KABUPATEN SERANG GAMBAR 23 DATA AKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH KABUPATEN PANDEGLANG GAMBAR 24 INVENTARISASI EMISI GRK DARI PENGOLAHAN LIMBAH KABUPATEN PANDEGLANG GAMBAR 25 DATA AKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH KABUPATEN LEBAK GAMBAR 26 INVENTARISASI EMISI GRK DARI PENGOLAHAN LIMBAH KABUPATEN LEBAK GAMBAR 27 DATA AKTIVITAS PENGOLAHAN LIMBAH KOTA CILEGON GAMBAR 28 INVENTARISASI EMISI GRK DARI PENGOLAHAN LIMBAH KOTA CILEGON GAMBAR 29 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN GAMBAR 30 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI SEKTOR LIMBAH KOTA TANGERANG GAMBAR 31 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI PENGOLAHAN LIMBAH PADAT KOTA TANGERANG GAMBAR 32 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI KABUPATEN TANGERANG GAMBAR 33 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI KOTA TANGERANG SELATAN GAMBAR 34 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI KOTA SERANG GAMBAR 35 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI KABUPATEN SERANG GAMBAR 36 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI KABUPATEN PANDEGLANG GAMBAR 37 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI KABUPATEN LEBAK vii

9 GAMBAR 38 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK KAB. LEBAK GAMBAR 39 EMISI GRK BASELINE DAN MITIGASI KOTA CILEGON Daftar Gambar dalam Lampiran GAMBAR L- 1 TPA CILOWONG GAMBAR L- 2 EXCAVATOR DAN UNIT PENGOMPOSAN DI TPA CILOWONG GAMBAR L- 3 TPA RAWAKUCING GAMBAR L- 4 JEMBATAN TIMBANG DI TPA RAWAKUCING GAMBAR L- 5 SEL LANDFILL DI TPA RAWAKUCING GAMBAR L- 6 PEMANFAATAN GAS METANA DI TPA RAWAKUCING GAMBAR L- 7 UNIT PRODUKSI KOMPOS DI TPA RAWAKUCING GAMBAR L- 8 SAMPAH ORGANIK YANG MASUK UNIT PENGOMPOSAN TPA RAWAKUCING...0 GAMBAR L- 9 PROSES DAN PRODUK PENGOMPOSAN DI TPA RAWAKUCING...1 GAMBAR L- 10 PENCATATAN DATA DI UNIT PENGOMPOSAN TPA RAWAKUCING...2 GAMBAR L- 11 DISKUSI PENGUMPULAN DATA DI DLH KOTA/KABUPATEN PROVINSI BANTEN...3 GAMBAR L- 12 DISKUSI PENGUMPULAN DATA DI DLH KOTA/KABUPATEN PROVINSI BANTEN...4 GAMBAR L- IPLT SEPATAN TIMUR KABUPATEN TANGERANG...5 GAMBAR L- 14 PENGERINGAN SLUDGE DI IPLT KABUPATEN TANGERANG...6 viii

10 Daftar Istilah BL Baseline; kondisi tanpa penerapan aksi mitigasi Black-water Limbah septic tank, juga termasuk sludge / lumpur tinja DLH Dinas Lingkungan Hidup DLHK Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan GLs Guidelines; Pedoman Grey-water Limbah cair rumah tangga dari kegiatan mandi dan dapur GRK Gas Rumah Kaca IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah IPLT/ IPLS Instalasi Pengolahan Limbah Tinja / Instalasi Pengolahan Limbah Septic Tank LFG Landfill Gas; gas yang dihasilkan dari TPA/landfill MCF Methane Correction Factor, faktor koreksi metana berdasar tipe teknologi pengolahan limbah MCK++ MCK yang dilengkapi dengan pengolahan limbah setempat dan pemanfaatan gas metana Mit Mitigasi; kondisi dengan adanya upaya untuk mengurangi emisi GRK PEP Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan PerGub Peraturan Gubernur RAD-GRK Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca RAN-GRK Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Recovery Pemanfaatan, misalnya LFG recovery: pemanfaatan LFG Riskesdas Riset Kesehatan Dasar Sanimas/MCK++ MCK yang dilengkapi dengan pengolahan limbah dan pemanfaatan gas metana Satker PSPLP Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyehatan Lingkungan Pemukiman, di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SRT Sambungan Rumah Tangga ix

11 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan salah satu isu global yang sampai saat ini masih terus menjadi sorotan dan tanggung jawab dunia, baik oleh negara maju maupun negara berkembang. Isu utama perubahan iklim yang berkembang belakangan ini adalah peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer yang cukup signifikan dan komitmen dunia dalam menurunkan tingkat emisi GRK secara bersama-sama untuk menjaga kenaikan temperatur bumi tidak melebihi 2 o C. Sebagai bagian dari upaya-upaya dunia tersebut, Indonesia juga berkomitmen untuk berkontribusi di dalam penurunan tingkat emisi GRK dunia. Komitmen Indonesia di dalam penurunan tingkat emisi GRK nasional adalah 29% di bawah tingkat emisi GRK Business-As-Usual (BAU) pada tahun 2030 untuk skenario unconditional dan sampai dengan 41% di bawah tingkat emisi BaU untuk skenario conditional sebagaimana disampaikan pada dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. Komitmen tersebut merupakan kontribusi Indonesia di dalam pelaksanaan Paris Agreement yang telah diratifikasi melalui Undang-undang Republik Indonesia No. 16/2016 dan bertujuan menjaga agar peningkatan temperatur bumi, yang menyebabkan perubahan iklim global, tidak melebihi 2 o C dibandingkan dengan masa praindustrialisasi. Pada tingkat emisi GRK baseline Juta Ton CO2e di tahun 2030, besarnya target reduksi skenario un-conditional adalah 834 Juta Ton CO2e sedangkan skenario conditional adalah 1,081 Juta Ton CO2e. Target reduksi emisi GRK sektor limbah untuk scenario un-conditional dan conditional berturut-turut adalah 11 Juta Ton CO2e dan 26 Juta Ton CO2e dimana tingkat emisi GRK baseline di tahun 2030 adalah 296 Juta Ton CO2e [Sumber: Indonesia NDC, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2016]. Sebagai salah satu anggota UNFCCC (non-annex 1) yang ikut meratifikasi Protokol Kyoto, Indonesia memiliki kewajiban untuk melaporkan tingkat emisi GRK dari sumber-sumber utama dan kegiatan-kegiatan terkait perubahan iklim kepada UNFCCC, yaitu mitigasi dan 1

12 adaptasi perubahan iklim. Laporan tersebut disusun secara nasional sebagai laporan National Communication (NatCom) dan Biennial Up-date Report (BUR), yang antara lain berisi hasil inventarisasi emisi GRK nasional, aksi-aksi mitigasi yang telah diimplementasikan dan capaian reduksi emisi GRK, serta rencana aksi mitigasi dan adaptasi kedepan di dalam menghadapi fenomena perubahan iklim global. Indonesia menyampaikan dokumen First BUR ke UNFCCC pada tahun 2015 sedangkan laporan National Communication yang ke-tiga (Third National Communication) sedang dalam finalisasi. Merujuk pada kedua dokumen tersebut, data-data hasil Inventarisasi Emisi GRK Nasional menunjukkan bahwa kontribusi sektor limbah terhadap tingkat emisi GRK nasional adalah sekitar 6%, jauh di bawah kontribusi sektor LULUCF dan Energi. Meskipun demikian, perkembangan tingkat emisi GRK sektor limbah pada periode cukup tinggi, yaitu 4% per tahun (Tabel 1). Dengan demikian, sektor limbah juga merupakan sektor penting di dalam inventarisasi emisi GRK dan penyusunan rencana aksi mitigasi nasional Sumber utama emisi GRK sektor limbah adalah pengelolaan limbah padat domestik, limbah cair domestik, dan limbah cair industri. Tabel 1 Perkembangan tingkat emisi GRK Indonesia, Sektor Juta Ton CO2e % kontribusi Pertumbuhan rata-rata per tahun Energi % IPPU % Pertanian % LULUCF * % Limbah % Total 1,001 1, % *Termasuk kebakaran gambut. Sumber: Draft Indonesia s TNC, 2017 Mengacu Peraturan Presiden No. 71/2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK Nasional, status tingkat emisi GRK perlu dilaporkan dalam pelaporan inventarisasi emisi GRK setiap tahun. Inventarisasi emisi GRK merupakan salah satu dasar melakukan pengendalian dan menyusun perencanaan aksi-aksi mitigasi yang dapat menurunkan tingkat emisi GRK yang mengacu pada Peraturan Presiden No. 61/2011 tentang Rencana 2

13 Aksi Nasional Penurunan Emisi GRK (RAN-GRK). Berdasarkan kedua peraturan ini, daerah juga berkewajiban menyelenggarakan Inventarisasi GRK dan menyusun perencanaan aksiaksi mitigasi untuk menurunkan emisi GRK (RAD GRK). Mengingat data-data terkait penghitungan tingkat emisi GRK kegiatan pengelolaan limbah domestik berada di bawah kewenangan pemerintah daerah (Provinsi dan Kota/Kabupaten) maka penyelenggaraan inventarisasi emisi GRK nasional dan penyusunan aksi-aksi mitigasi dari kegiatan pengelolaan limbah padat domestik dan limbah cair domestik ke depan memerlukan peran serta daerah di dalam menyediakan data-data tingkat emisi GRK dan kegiatan-kegiatan yang merupakan aksi-aksi mitigasi untuk menurunkan tingkat emisi GRK. Dengan adanya isu transparansi pada Paris Agreement, data tingkat emisi GRK dan capaian reduksi emisi GRK dari kegiatan mitigasi harus credible dan dapat dipertanggung jawabkan sebagai data tingkat nasional maupun tingkat daerah. Verifikasi terhadap data dan informasi terkait inventarisasi emisi GRK dan PEP (Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan) penting dilakukan agar data-data tersebut credible dan dapat dipertanggung jawabkan. Terkait isu transparansi ini, Pemerintah Provinsi Banten tentunya juga menginginkan hasil Inventarisasi Emisi GRK dan PEP (Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan) RAD GRK Provinsi Banten dapat diverifikasi agar Inventarisasi Emisi GRK dan Penghitungan Capaian Reduksi Emisi GRK Kegiatan Mitigasi di Sektor Limbah ini credible dan dapat dipertanggung jawabkan sebagai data tingkat daerah (Provinsi atau Kota/Kabupaten). Untuk itu, proses penyiapan data, pelaksanaan inventarisasi, dan penghitungan tingkat emisi GRK mengikuti Pedoman Inventarisasi Emisi GRK Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diadopsi dari IPCC 2006 GLs sedangkan PEP terhadap aksi-aksi mitigasinya mengikuti pedoman PEP dari Bappenas. Pelaporan tingkat emisi GRK dan capaian reduksi emisi GRK juga harus memenuhi kaidah format pelaporan sebagaimana diatur di dalam pedoman tersebut. Dengan demikian, hasil Inventarisasi Emisi GRK dan Pemantauan Evaluasi Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah (RAD) GRK Sektor Limbah dari Provinsi Banten dan Kota/Kabupaten se-provinsi Banten diharapkan dapat dijadikan contoh dalam pelaporan status emisi GRK dan pemantauan aksi mitigasi GRK untuk 3

14 daerah-daerah lain, sehingga aksi-aksi di sektor limbah yang memberikan dampak penurunan emisi GRK yang dipantau dan dihitung capaian penurunannya dapat dipertanggung jawabkan. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah: a. Inventarisasi Emisi GRK Sektor Limbah Kabupaten/Kota se-provinsi Banten, yang juga mencakup data dan parameter yang digunakan untuk penghitungan tingkat emisi GRK dan sumber-sumber utama emisi GRK sektor Limbah, b. Pelaksanaan PEP dan rekomendasi mitigasi emisi GRK sektor limbah untuk digunakan pada kaji ulang RAD GRK, yang juga mencakup baseline, proyeksi tingkat emisi GRK skenario mitigasi, dan reduksi emisi GRK dari aksi-aksi mitigasi sektor limbah di Kabupaten/Kota se-provinsi Banten, c. Quality Control / Assurance (QC/QA) terhadap implementasi inventarisasi dan manajemen data d. Monitoring inventarisasi (yang berkelanjutan) dengan tujuan peningkatan kualitas data (QA/QC), peningkatan (perbaikan penerapan) metoda inventarisasi dan update kemampuan perencanaan inventarisasi Sasaran yang ingin dicapai adalah agar laporan kegiatan ini dapat digunakan untuk: (a) evaluasi capaian aksi mitigasi emisi GRK pada RAD GRK (b) estimasi tingkat emisi GRK sektor limbah, terutama dari pembuangan limbah padat domestik dan limbah cair domestik (c) penyusunan RAD GRK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari strategi pembangunan daerah dan berdasarkan pada kebijakan serta rencana strategis (d) penyusunan RAD GRK yang merupakan rencana pembangunan daerah dengan pendekatan baru yang lebih memperhatikan upaya-upaya penurunan emisi GRK (e) pelaksanaan kegiatan dalam RAD GRK yang mengikuti sistem pemantauan, penilaian dan pelaporan yang berlandaskan pada peraturan pemerintah yang berlaku dan bersifat dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi 4

15 1.3 Keluaran Hasil Pekerjaan Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah Inventarisasi Emisi GRK dan PEP capaian reduksi emisi GRK aksi-aksi mitigasi sektor limbah. 1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan ini terdiri dari 2 (dua) kegiatan utama yaitu: (a) Inventarisasi Emisi GRK Provinsi Banten Sektor Limbah dan (b) Penghitungan Capaian Penurunan Emisi GRK Sektor Limbah dalam konteks Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi GRK (RAD-GRK) Provinsi Banten. Cakupan pekerjaan berdasar kedua kegiatan utama tersebut dijelaskan sebagai berikut: a) Inventarisasi Emisi GRK mengumpulkan data aktivitas inventarisasi emisi GRK di sektor limbah melakukan penghitungan inventarisasi emisi GRK di sektor limbah melakukan koordinasi dengan sektor lain agar kualitas data yang diperoleh akurat. b) Capaian Penurunan Emisi GRK mengumpulkan data aktivitas dan informasi mengenai aksi-aksi mitigasi emisi GRK di sektor limbah melakukan penghitungan capaian penurunan emisi GRK di sektor limbah melakukan koordinasi dengan sektor lain agar kualitas data yang diperoleh akurat. c) Sektor Limbah yang dimaksud meliputi limbah padat dan limbah cair domestik 1.5 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Untuk mencapai tujuan yang dikemukakan sebelumnya, kegiatan inventarisasi dan pelaporan capaian penurunan emisi GRK sektor limbah di Provinsi Banten akan dilaksanakan dengan menggunakan metodologi sebagai berikut: a) project kick-off dan diskusi awal dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten membahas cakupan pekerjaan dan persiapan pelaksanaan pekerjaan; 5

16 b) diskusi dengan stakeholder yang direncanakan untuk dilaksanakan saat pemaparan laporan pendahuluan dan draft laporan akhir; c) desktop study yang mencakup perumusan kebutuhan data, metodologi untuk inventarisasi emisi GRK dan penghitungan capaian penuruan emisi GRK, identifikasi sumber emisi dan aksi-aksi mitigasi di sektor limbah; d) survey pengumpulan data yang dilakukan untuk menggali dan mengumpulkan: data dan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang merupakan sumber-sumber utama emisi GRK dan data aktivitas yang akan digunakan untuk menghitung emisi GRK; e) pengolahan data dan penghitungan yang merujuk kepada pedoman inventarisasi emisi GRK (KLH, 2012) yang merujuk kepada IPCC 2006 GLs, yaitu i) tingkat emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten dan ii) capaian penurunan emisi GRK dari aksi-aksi mitigasi sektor limbah Provinsi Banten ; dan f) penyusunan laporan. 1.6 Struktur Penyajian Laporan Laporan ini disusun dalam lima (6) bab, dengan struktur penulisan sebagai berikut ini. Bab I Pendahuluan Bab II Gambaran Umum Provinsi Banten Bab III Proses Penyusunan Inventarisasi Emisi GRK dan Pelaporan Penurunan Emisi GRK Bab IV Inventarisasi Emisi GRK Sektor Limbah Bab V Pemantauan, Evaluasi, Pelaporan Aksi-aksi Mitigasi RAD Sektor Limbah Provinsi Banten Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi Lampiran 6

17 Bab II Gambaran Umum Provinsi Banten 2.1 Luas dan Letak Geografi Provinsi Banten terletak di bagian barat pulau jawa, yang secara geografis terletak di Lintang Selatan (antara dan ) dan Bujur Timur (antara dan ). Luas provinsi Banten adalah 9, km 2 dengan batas-batas wilayah: (1). Sebelah Utara Laut Jawa e. Sebelah Timur Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat f. Sebelah Selatan Samudera Hindia g. Sebelah Barat Selat Sunda 2.2 Wilayah Administrasi Provinsi Banten Provinsi Banten merupakan daerah otonom yang terbentuk berdasarkan UU No. 23/2000, dengan ibukota pusat pemerintahan di kota Serang. Pada awalnya Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten, yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang dan tiga kota, yaitu Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Cilegon. Dalam perkembangannya terjadi pemekaran wilayah, Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang. Dengan demikian, saat ini Provinsi Banten memiliki empat kabupaten dan empat kota yang memiliki 155 kecamatan, 1,238 desa dan 3 kelurahan. Tabel 2 berikut menunjukkan jumlah kecamatan dan desa di masing-masing kota kabupaten yang ada di Provinsi Banten. Tabel 2 Jumlah kecamatan dan desa di kota/kabupaten Provinsi Banten, 2016 No Kabupaten/ Kota Kecamatan / Kelurahan / Desa / Village Subdistrict Village Luas (Km 2 ) Kabupaten (Regency) 1 Pandeglang , Lebak , Tangerang , Serang , Kota (City) 1 Tangerang Cilegon Serang Tangerang Selatan

18 Kecamatan / Kelurahan / No Kabupaten/ Kota Desa / Village Luas (Km Subdistrict Village 2 ) Provinsi Banten 155 1, , Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] 2.3 Kondisi Sosio-Ekonomi Secara demografi, kehidupan masyarakat di Provinsi Banten adalah masyarakat yang multi etnis dan multi religi, mayoritas etnis di Provinsi Banten adalah etnis Banten (40.65%) dan mayoritas religi di Provinsi Banten adalah Muslim (94.67%), sedangkan dari segi bahasa, masyarakat di Provinsi Banten menggunakan 2 jenis bahasa daerah dan 1 bahasa Nasional yaitu bahasa Sunda Banten dan bahasa Jawa Banten sebagai bahasa daerah, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional Kependudukan Berdasarkan hasil Sensus Kependudukan 2010, jumlah penduduk Provinsi Banten pada tahun 2010 mencapai 10,688,600 jiwa. Selama kurun telah terjadi peningkatan rata-rata 2.23 % per tahun menjadi 12.2 juta jiwa pada tahun Jumlah penduduk yang terus bertambah ini bukan hanya disebabkan oleh pertambahan penduduk secara alamiah, tetapi juga oleh migrant yang masuk ke Provinsi Banten karena daya tarik lapangan kerja. Pada Tabel 3 disampaikan gambaran jumlah penduduk, laju pertumbuhan, dan kepadatan penduduk pada tahun 2010, 2015 dan Penduduk tersebut sebagian besar tinggal di kota dan lainnya tinggal di daerah pedesaan. Perbandingan penduduk Banten yang tinggal di kota dan desa dapat dilihat pada Gambar 1 dan secara lebih rinci pada Tabel 4. No Tabel 3 Gambaran jumlah, laju pertumbuhan, dan kepadatan penduduk Provinsi Banten Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Ratarata Pertumbuhan Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) Kabupaten Regency 1 Pandeglang 1,154,207 1,194,911 1,200, % Lebak 1,209,207 1,269,812 1,279, % Tangerang 2,852,182 3,370,594 3,477, % 2,819 3,437 4 Serang 1,408,796 1,474,301 1,484, % Kota City 1 Tangerang 1,808,498 2,047,105 2,093, % 11,749,602 2 Cilegon 376, , , % 2,145 2,386 3 Serang 580, , , % 2,178 2,456 8

19 No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Ratarata Pertumbuhan Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) Tangerang Selatan 1,298,504 1,543,209 1,593, % 8,822 10,828 Provinsi Banten 10,688,600 11,955,243 12,203, % 1,237 1,263 Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] Prosentase Penduduk Desa dan Kota 38.02% 38.86% 39.02% 61.98% 61.14% 60.98% Desa (Kabupaten) Kota Sumber: Diolah dari data Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] Gambar 1 Perbandingan penduduk Banten yang tinggal di desa dan kota Tabel 4 Data Jumlah penduduk Banten yang tinggal di desa dan di kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Prosentase Penduduk Kota/Desa No Desa/Kota Kota 6,624,392 7,309,618 7,441, % 61.14% 60.98% 2 Desa (Kabupaten) 4,064,208 4,645,625 4,761, % 38.86% 39.02% Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] Kondisi Ekonomi Provinsi Banten memiliki DAU (Dana Alokasi Umum) Rp 1.6 Trilliun pada tahun 2017 yang dialokasikan sebagai dana pembangunan Provinsi Banten. Salah satu alat tolak ukur untuk meninjau output pemanfaatan DAU untuk pembangunan di suatu daerah adalah dengan mengukur kesejahteraan masyarakat dan nilai kualitas penduduk di suatu daerah atau IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Provinsi Banten memiliki nilai IPM rata-rata sebesar 70. Pada Tabel 5 berikut disampaikan data hasil pengukuran tingkat keberhasilan provinsi Banten di tingkat Kabupaten atau Kota dalam upaya membangun kualitas penduduk (masyarakat). Tabel 5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Banten Kabupaten Regency Kota City Provinsi Tangerang Pandeglang Lebak Tangerang Serang Tangerang Cilegon Serang Banten Selatan Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] 9

20 Terlihat pada tabel di atas bahwa masyarakat provinsi Banten yang berada di daerah kota lebih dapat mengakses hasil pembangungan daerah di bandingkan dengan masyarakat di daerah kabupaten, dimana masyarakat kota lebih memperoleh pendapatan dalam bentuk pekerjaan, serta mendapatkan fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan. Selain tu, selama kurun waktu , PDRB Provinsi Banten menurut harga berlaku dan harga konstan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tiga sektor utama penumbang PDRB Provinsi Banten terbesar adalah sektor industri penolahan, sektor perdagangan (termasuk hotel dan restaurant) dan sektor pengankutan dan komunikasi. Secara rinci nilai PDRB Provinsi Banten dapat dilihat dari Tabel 6 berikut ini. Tabel 6 PDRB Provinsi Banten menurut harga berlaku dan harga konstan, No Jenis PDRB Provinsi Banten Nilai PDRB (Milliar Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 1 Menurut Pengeluaran 331, , , , Menurut Lapangan Usaha 377, , , , Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 1 Menurut Pengeluaran 377, , , , Menurut Lapangan Usaha 331, , , , Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] Tingkat Konsumsi Protein Konsumsi protein oleh penduduk mengakibatkan adanya kandungan nitrogen di dalam limbah cair yang merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan timbulnya emisi GRK karena limbah cair akan menghasilkan gas N2O. Tabel 7 berikut adalah gambaran konsumsi protein penduduk Banten. Merujuk Tabel 6 tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsumsi protein rata-rata penduduk Banten adalah 21,28 kg/kapita/tahun. Tabel 7 Data tingkat konsumsi protein masyarakat Banten (kg/kapita/tahun), No Tahun Konsumsi Protein (kg/kap/tahun) Kabupaten/Regency Kota / City Pandeglang Lebak Tangerang Serang Tangerang Cilegon Serang Tangsel ,29 21,29 21,29 21,29 21,29 21,29 21,29 21, ,61 21,61 21,61 21,61 21,61 21,61 21,61 21, ,53 20,53 20,53 20,53 20,53 20,53 20,53 20, ,08 21,08 21,08 21,08 21,08 21,08 21,08 21, ,55 20,55 20,55 20,55 20,55 20,55 20,55 20, ,40 21,40 21,40 21,40 21,40 21,40 21,40 21, ,48 22,48 22,48 22,48 22,48 22,48 22,48 22,48 Rata-rata konsumsi Protein Penduduk Banten 21,28 10

21 Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] 2.4 Kondisi Lingkungan Terkait Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Domestik Sumber-sumber utama emisi GRK sektor limbah berasal dari sistem pengolahan masingmasing limbah. Merujuk IPCC-2006 GLs, sumber-sumber utama tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. 4A1 Managed 4A SWDS (Solid waste disposal site) atau landfill/tpa (tempat pembuangan akhir) 4A2 Un-Managed 4A3 Un-Categorized Limbah Padat Domestik dan Industri 4B Pengolahan Biologi 4C Insinerasi atau Opening Burning 4C1 Insinerasi 4. Pengelolaan Limbah 4C2 Opening Burning Limbah Cair domestik dan Industri 4E Lain-lain 4D Pengolahan dan Pembuangan Limbah 4D1 Limbah Cair Domestik 4D2 Limbah Cair Industri Catatan: Penomoran pada gambar sesuai dengan penomoran pada IPCC 2006 Guidelines Gambar 2 Kategori sumber utama emisi grk dari kegiatan pengelolaan limbah Merujuk Gambar 2 di atas, sumber-sumber utama emisi GRK pengolahan limbah yang tercakup dalam Inventarisasi Emisi GRK Provinsi Banten adalah Pengolahan Limbah Padat Domestik dan Pengolahan Limbah Cair Domestik. Pembahasan pada bagian berikut mencakup data-data terkait pengolahan limbah di kedua sektor yang terdapat di Provinsi Banten Pengelolaan Limbah Padat Domestik Sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3 limbah padat kota dapat berasal dari berbagai sumber yaitu rumah tangga, pasar, gedung perkantoran dan komersial dan dari taman 11

22 kota serta jalan kota. Pada gambar tersebut juga diperlihatkan berbagai kemungkinan penanganan sampah padat. Perlu dicatat bahwa kegiatan pengomposan dan daur ulang dapat terjadi pada berbagai titik pada waste stream yaitu dilakukan di lokasi sumber sampah, di sepanjang perjalanan sampah atau di TPA. Beberapa proses penanganan limbah padat dapat menghasilkan emisi GRK diantaranya pada open burning, pengomposan dan pada penimbunan sampah di TPA. Gambar 3 Stream sampah (limbah padat) perkotaan Pembuangan dan penimbunan limbah padat di TPA merupakan salah satu sumber utama emisi GRK sektor limbah. Tempat pembuangan akhir (TPA) limbah padat, yang dalam IPCC 2006 GLs disebut sebagai solid waste disposal site (SWDS) digunakan untuk mengolah: a. Limbah padat domestik (sampah kota) atau municipal solid waste (MSW) 12

23 b. Limbah padat industri berupa bahan berbahaya dan beracun (B3) maupun non-b3, misal bottom ash dari pembangkit listrik, limbah lumpur/sludge instalasi pengolahan limbah (IPAL), limbah padat industri agro (cangkang sawit, EFB/Tandan Kosong Sawit), dan lain-lain yang umumnya dibuang pada controlled landfill (managed SWDS) yang terpisah dari TPA sampah kota. c. Limbah padat lainnya (other waste), seperti limbah clinical waste (dari rumah sakit atau laboratorium uji kesehatan), hazardous waste (limbah B3), limbah demolition (limbah konstruksi dan bongkaran bangunan), dan lain-lain. Sebagai catatan, emisi GRK pengolahan limbah dari kegiatan pertanian atau Agricultural Waste tidak dikelompokkan dalam sektor limbah namun dibahas di sektor lahan (AFOLU). Khusus TPA untuk limbah padat domestik, TPA diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Managed SWDS, yaitu TPA yang dikelola/controlled landfill/sanitary landfill; b. Un-managed SWDS, yaitu TPA yang tidak dikelola atau open dumping; c. Uncategorized SWDS, yaitu TPA yang tidak dapat dikategorikan sebagai managed maupun un-managed SWDS karena termasuk pada kualifikasi di antara keduanya. Provinsi Banten memiliki 9 Buah TPA limbah padat kota yang aktif dan 1 TPA yang sedang pembangunan yang dijelaskan pada tabel berikut ini.

24 No Kabupaten/Kota Nama TPA Status Tabel 8 TPA Limbah Padat Kota yang ada di Provinsi Banten Luas Total TPA 1) Luas Sel Landfill 1) Topografi Tipe TPA Tahun mulai beroperasi Kabupaten / Regency 1.Bangkonol Aktif 7 Ha NA Dataran Open dumping Bojongcanar Aktif 1,9 Ha NA Dataran Open dumping Cigeulis Sedang Sedang 5 Ha NA Dataran NA Pembangunan Pembangunan 4.Dengung Aktif 8 Ha 1 Ha Dataran Sanitary landfil NA Controlled Aktif 3 Ha 1 Ha Dataran 5.Cihara landfil NA 3 Tangerang 6.Jatiwaringin Aktif 14 Ha NA Dataran Open dumping NA 4 Serang 7.Cilowong Aktif 14 Ha 5 Ha Jurang Open dumping NA Kota / City Controlled dan Aktif NA 35 Ha Dataran 1 Tangerang 8.Rawa Kucing Sanitary Landfill NA Controlled Aktif 10 Ha 1 Ha Jurang 2 Cilegon 9.Bagendung landfil NA (<1997) 3 Serang 7.Cilowong Aktif 14 Ha 5 Ha Jurang Open dumping NA 4 Tangerang Selatan 10.Cipeucang Aktif 6 Ha NA Dataran NA NA Sumber: DLHK Provinsi Banten, DLH Kabupaten/Kota melalui survey pengumpulan data 2017 dan 1) 14

25 Merujuk Provinsi Banten memiliki 9 Buah TPA limbah padat kota yang aktif dan 1 TPA yang sedang pembangunan yang dijelaskan pada tabel berikut ini.

26 Tabel 8, terlihat bahwa masing-masing Kabupaten/Kota memiliki satu TPA, kecuali Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupatan Serang, dan Kota Serang. Kabupaten Pandeglang memiliki dua buah TPA yang aktif (Bangkonol dan Bojongcanar) dan 1 TPA yang sedang tahap pembangunan (TPA Cigeulis). Kabupaten Lebak memiliki 2 TPA (Dengung dan Cihara) yang kesemuanya aktif saat ini. Kabupaten dan Kota Serang hanya memiliki satu fasilitas TPA, yaitu TPA Cilowong. Perlu diketahui, semua TPA di Provinsi Banten saat ini umumnya dioperasikan sebagai open dumping. Jumlah sampah yang masuk ke masing-masing TPA sangat beragam. Pada Tabel 9 disampaikan data laju timbulan sampah tiap penduduk, prosentase sampah yang masuk ke TPA, dan prosentase sampah yang diolah secara open burning dari 1998 sampai dengan 2016 di Provinsi Banten. Selain TPA, pengolahan limbah padat domestik umumnya juga dilakukan secara termal melalui proses insinerasi dan open burning (pembakaran terbuka). Proses insinerasi adalah pembakaran limbah pada sebuah insinerator yang terkendali baik temperatur, proses pembakaran, maupun emisinya. Berbeda halnya dengan open burning yang dilakukan secara terbuka yang menghasilkan emisi relatif lebih tinggi dibandingkan insinerasi. Pada kedua proses ini, limbah padat umumnya terproses dengan sisa sedikit residu. Di provinsi Banten pengolahan thermal yang ada adalah open burning yang dilakukan olah penduduk. Data prosentase sampah yang diolah melalui open burning dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Perkiraan timbulan sampah dan pengelolaan sampah 4 Kabupaten di Provinsi Banten Kabupaten / Regency Pandeglang Lebak Tangerang Serang Tahun Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open TPA TPA TPA TPA Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg

27 Kabupaten / Regency Pandeglang Lebak Tangerang Serang Tahun Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open TPA TPA TPA TPA Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Sumber: Diolah dari survey pengumpulan data 2017, Riskesdas 20 dan angka default timbulan sampah berbagai tipe kota di Indonesia [KLH, 2012] Tabel 10 Perkiraan timbulan sampah dan pengelolaan sampah 4 Kota Provinsi Banten Kota/ City Tangerang Cilegon Serang Tangsel Tahun Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open TPA TPA TPA TPA Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Gg Sumber: Diolah dari survey pengumpulan data 2017, Riskesdas 20 dan angka default timbulan sampah berbagai tipe kota di Indonesia [KLH, 2012] Pengelolaan Limbah Cair Domestik Sumber-sumber utama emisi GRK pengolahan limbah cair yang tercakup pada IPCC 2006 adalah pengolahan limbah cair domestik dan limbah cair industri yang diolah setempat (uncollected), dialirkan ke pusat pengolahan limbah cair (collected), dan yang dilepas ke lingkungan (tanpa pengolahan) melalui saluran pembuangan atau sungai sebagaimana disampaikan secara skematik pada Gambar 4.

28 Limbah domestik/industri Terkumpul Tidak Terkumpul Tidak diolah Terolah Pengolahan setempat Limbah domestik: Latrine (ubang/kakus tanpa air), septic tank Limbah industri: pengolahan setempat Tidak Diolah Sungai, Danau, Laut, Estuari Saluran Buangan Stagnan Saluran ke Unit Pengolah Sungai, Danau, Laut, Estuari Pembuangan ke Tanah Pengolah Aerobik Pengolah Anaerobik Wetland (Danau, Rawa) Sludge/Lumpur Reaktor Lagoon Anaerobic Digestion Pembuangan Ke Tanah Landfill / insinerator Sumber: IPCC 2006 Gambar 4 Tipe pengolahan yang merupakan sumber utama emisi GRK Instalasi pengolahan air limbah industri (IPAL) yang merupakan sumber potensial emisi GRK mencakup pengolahan air limbah industri pemurnian alkohol, pengolahan beer/malt, kopi, produk-produk susu, ikan, daging (pengolahan daging dan pemotongan hewan), bahan kimia organik, kilang bbm, plastik dan resin, sabun dan deterjen, produksi starch (tapioka), rafinasi gula, minyak nabati/minyak sayur, jus buah-buahan dan sayuran, anggur dan vinegar, dan lain-lain. Pada kegiatan inventarisasi emisi GRK Provinsi Banten 2017, emisi GRK yang berasal dari IPAL limbah cair industri tidak termasuk dalam inventarisasi. Kegiatan inventarisasi lebih fokus pada emisi GRK dari pengolahan limbah cair domestik. Terkait pembuangan limbah cair domestik tanpa pengolahan (collected untreated wastewater), emisi GRK dapat dilepaskan dari sungai, danau, dan laut. Pada pengolahan terpusat (collected treated wastewater), sumber emisi GRK berasal dari pengolahan

29 aerobik yang buruk, pengolahan lumpur secara anaerobik, reaktor/digester anaerobik, dan laguna anaerobik (anaerobic lagoon). Jenis-jenis emisi GRK masing-masing tipe pengolahan limbah cair tersebut berbeda-beda sebagaimana disampaikan pada Tabel 11. Dari Tabel 11 tampak bahwa pada pengolahan aerobik tidak dihasilkan emisi GRK namun menghasilkan lumpur/sludge yang perlu diolah lebih lanjut melalui an-aerobic digestion (pengolahan dalam digester secara anaerobik), land disposal (pembuangan ke lahan, aplikasi tanah), dan insinerasi yang berpotensi melepaskan emisi GRK. Pengolahan limbah cair domestik setempat (uncollected treated wastewater), seperti laterin (latrine) atau tangki septik (septic tank) juga merupakan sumber emisi GRK yang tercakup dalam inventarisasi. Lumpur/sludge yang dipisahkan dari tangki septik umumnya diolah di instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT). Proses pengolahan lumpur tinja juga merupakan sumber emisi GRK potensial. Inventarisasi emisi GRK Provinsi Banten 2017 mencakup pengolahan limbah cair domestik atau tinja (grey water, black water, dan lumpur). Tabel 11 Jenis emisi GRK masing-masing tipe pengolahan atau pembuangan limbah cair Tipe Pengolahan dan Pembuangan Potensi Emisi GRK (CH 4 dan N 2O) Aliran sungai Kekurangan oksigen dan aliran yang stagnan pada sungai/danau menyebabkan dekomposisi secara anaerobik yang menghasilkan CH 4 Sungai dan danau merupakan sumber N 2O Saluran tertutup bawah tanah Tidak menghasilkan CH 4 dan N 2O Saluran pembuangan Kelebihan limbah dan aliran yang stagnan (terbuka) pada saluran terbuka merupakan sumber CH 4 Dapat menghasilkan CH 4 di area yang anaerobik Sistem aerobik yang buruk dapat menghasilkan CH 4 Fasilitas pengolahan dengan pemisahan komponen (nitrifikasi dan denitrifikasi) merupakan sumber N 2O meski dalam Pengolahan lumpur secara anaerobik pada pengolahan limbah cair terpusat aerobik jumlah sedikit Pengolahan lumpur merupakan sumber CH 4, jika CH 4 yang dihasilkan tidak direcovery dan dibakar (flared) Tidak menghasilkan CH 4 / N 2O Sistem aerobik yang buruk dapat menghasilkan CH 4

30 Tipe Pengolahan dan Pembuangan Potensi Emisi GRK (CH 4 dan N 2O) Laguna anaerobik Dapat menghasilkan CH 4 Tidak menghasilkan N 2O Pengolahan Anaerobik Septic tank (tangki septik) Laterin / Lubang terbuka Pembuangan ke sungai Sumber: IPCC 2006 Reaktor (digester) anaerobik Merupakan sumber emisi CH 4, jika CH 4 yang dihasilkan tidak di-recovery dan dibakar (flared) Pemisahan lumpur tinja mengurangi emisi CH 4 Menghasilkan CH 4, ketika kondisi temperatur dan waktu retensi mendukung Lihat penjelasan mengenai sungai Perhitungan tingkat emisi GRK limbah cair domestik diperkirakan dengan menggunakan formulasi perhitungan dari IPPC Sebagian besar parameter yang digunakan adalah parameter default (baku) IPCC 2006, kecuali fraksi pengelolaan/pembuangan limbah cair dan lumpur yang dipisahkan/diambil (sludge removed). Fraksi pengelolaan/pembuangan yang digunakan dalam perhitungan diambil dari Riskesdas Provinsi Banten 20 (Tabel 12). Data sludge removed yang digunakan adalah data dari Satker PSPLP Provinsi Banten (berdasar desain fasilitas pengolahan sludge tinja yang dibangun). Data riil operasional seharusnya ada di UPT IPLT DLH Kota/Kabupaten, namun pada umumnya tidak tersedia data dan sangat minim data historis tahun-tahun yang lalu. Tabel 12 Data prosentase pengolahan limbah tinja di Provinsi Banten No Kabupaten/Kota Pembuangan Akhir Tinja (%) Tangki Septik SPAL Lainnya Kabupaten Regency 1 Pandeglang 48.70% 1.70% 49.60% 2 Lebak 55.80% 2.10% 42.10% 3 Tangerang 71.60% 4.80% 23.60% 4 Serang 60.80% 1.90% 37.30% Kota City 1 Tangerang 92.70% 4.20% 3.10% 2 Cilegon 90.10% 1.20% 8.70% 3 Serang 84.00% 4.00% 12.00% 4 Tangerang Selatan 94.20% 1.00% 4.80% Sumber: Riskesdas Provinsi Banten 20 Mitigasi emisi GRK dari limbah cair di Provinsi Banten hanya ada di Kabupaten Lebak. Pengurangan emisi tersebut diperoleh dari sludge removal (penyedotan lumpur tinja) dari septic tank yang kemudian diolah di unit IPLT Kabupaten Lebak. Beban organik dari sludge yang diolah di IPLT diperkirakan dari volume limbah (jumlah sludge) dan kadar BODnya.

31 Data BOD inlet di IPLT Kabupaten Lebak belum tersedia, sehingga BOD inlet yang digunakan dalam perhitungan adalah BOD inlet desain dari IPLT yaitu sebesar 5000 mg/l.

32 Bab III Proses Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK, Metodologi Penghitungan Tingkat Emisi GRK, dan Pelaporan Capaian Reduksi Emisi GRK Kegiatan Mitigasi 3.1 Pengaturan Kelembagaan Inventarisasi GRK Provinsi Banten tahun 2017 dilaksanakan oleh Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3 dan Pengendalian Pencemaran DLHK Provinsi Banten. INVENTARISASI GRK INVENTARISASI RAD GRK Kepala DLHK Provinsi Banten Kepala Bappeda Provinsi Banten Koordinator Penanggungjawab Mutu data (QA/ QC) Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, LB3 dan Pengendalian Pencemaran Kepala SIE Pemeliharaan Lingkungan Hidup Sekertaris DLHK Provinsi Banten Bidang Pengelolaan DAS, KSDAE dan Pemberdayaan Masyarakat POKJA LIMBAH Sektor Energi Pelaksana Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Pendukung data Inventarisasi GRK Sektor IPPU Pelaksana Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hasil Hutan Sektor AFOLU Pelaksana SIE Pengelolaan Sampah dan LB3 & SIE Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Instansi / SKPD terkait Sektor LIMBAH Pelaksana UPT dan Balai Gambar 5 berikut adalah skema proses penyelenggaraan inventarisasi emisi GRK dan pelaporan capaian reduksi emisi GRK kegiatan mitigasi di Provinsi Banten.

33 INVENTARISASI GRK INVENTARISASI RAD GRK Kepala DLHK Provinsi Banten Kepala Bappeda Provinsi Banten Koordinator Penanggungjawab Mutu data (QA/ QC) Kepala Bidang Pengelolaan Sampah, LB3 dan Pengendalian Pencemaran Kepala SIE Pemeliharaan Lingkungan Hidup Sekertaris DLHK Provinsi Banten Bidang Pengelolaan DAS, KSDAE dan Pemberdayaan Masyarakat POKJA LIMBAH Sektor Energi Pelaksana Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Pendukung data Inventarisasi GRK Sektor IPPU Pelaksana Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hasil Hutan Sektor AFOLU Pelaksana SIE Pengelolaan Sampah dan LB3 & SIE Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Instansi / SKPD terkait Sektor LIMBAH Pelaksana UPT dan Balai Gambar 5 Skema proses penyelenggaraan inventarisasi emisi GRK dan pelaporan capaian reduksi emisi GRK kegiatan mitigasi di Provinsi Banten Tim penyusun Laporan Inventarisasi GRK Provinsi Banten terdiri dari DLHK Provinsi Banten yang didampingi Universitas serta beberapa instansi yang terkait dengan bidang energi, pertambangan, industri, transportasi, limbah, pertanian dan kehutanan. 3.2 Proses Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK Penyelengaraan Inventarisasi emisi GRK merujuk Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup (2012) yang telah mengadopsi GHG Inventory IPCC 2006 Guidelines. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional tersebut terdiri atas 4 buku, yaitu Buku I Pedoman Umum, Buku II Metodologi Penghitungan, serta 4 Volume untuk Buku II. Khusus

34 untuk metodologi penghitungan tingkat emisi GRK sektor limbah mengacu Buku II Volume 4 Metodologi Penghitungan Tingkat Emisi GRK Pengelolaan Limbah. Berdasarkan pedoman tersebut, penghitungan emisi CH4 kegiatan pengolahan sampah di TPST (TPA/SWDS) terdiri dari 2 (dua) metode, yaitu neraca massa dan First Ordey Decay (FOD). Merujuk IPCC 2006GL, emisi GRK TPA/SWDS ditentukan dengan merujuk metode FOD. Metode neraca massa sangat tidak disarankan dengan alasan metode tersebut kurang akurat jika dibandingkan dengan FOD yang juga mempertimbangkan adanya proses decay (yang mengikuti reaksi orde satu) dari sampah yang ditimbun sebelumnya. Penghitungan tingkat emisi GRK pengolahan limbah padat di TPA, pengomposan, open burning, dan limbah cair domestik merujuk pada Tier 1 IPCC 2006 GL, yaitu menggunakan data aktivitas dari aktivitas pengolahan limbah dan faktor emisi default IPCC Metodologi Penghitungan Tingkat Emisi GRK Penghitungan tingkat emisi GRK pada dasarnya berbasis pada persamaaan matematika sebagai berikut: [Tingkat Emisi] = [Data Aktivitas (DA)] x [Faktor Emisi (FE)]... pers. 1 Data aktivitas (AD) adalah besaran kuantitatif kegiatan manusia (anthropogenic) yang melepaskan emisi GRK. Pada pengelolaan limbah, besaran kuantitatif adalah besaran terkait dengan waste generation (laju pembentukan limbah), masa limbah yang ditangani pada setiap jenis pengolahan limbah. Faktor emisi (EF) adalah faktor yang menunjukkan intensitas emisi per unit aktivitas. Pada pengelolaan limbah harga EF yang bergantung pada parameter terkait karakteristik limbah dan sistem pengolahan limbah. Berdasarkan IPCC 2006 Guidelines, penghitungan tingkat emisi GRK kegiatan inventarisasi dapat dihitung dengan tiga tingkat ketelitian, yaitu : (a) Tier-1 : Data aktivitas dan faktor emisi menggunakan besaran dari default IPCC. Perkiraan i tingkat emisi GRK menggunakan sebagian besar data aktivitas dan parameter default IPCC. (b) Tier-2 : Data aktivitas yang lebih akurat dan faktor emisi default IPCC atau faktor emisi spesifik di suatu negara atau suatu pabrik. Perkiraan tingkat emisi GRK

35 menggunakan beberapa parameter default IPPC, tetapi membutuhkan data aktivitas dan parameter terkait (faktor emisi, karakteristik limbah, dll) dengan kualitas yang lebih baik. (c) Tier-3 : data aktivitas yang lebih akurat (pengukuran langsung) dan faktor emisi spesifik suatu negara atau suatu pabrik. Perkiraan tingkat emisi GRK didasarkan pada data aktivitas spesifik suatu negara (seperti di Tier-2) dan menggunakan salah satu metoda dengan parameter kunci yang dikembangkan secara nasional atau pengukuran yang diturunkan dari parameter-parameter spesifik-suatu negara Penghitungan Emisi GRK di TPA Dalam IPPC 2006 Guidelines sampah padat yang ditimbun di TPA dikelompokkan menjadi beberapa tipe atau jenis, yaitu: sampah sisa makanan, kebun/taman/pekarangan, kertas/karton, kayu/jerami, tekstil, popok (nappies) dan limbah padat industri. Emisi gas metana (CH4) per tahun dari sampah padat yang ditimbun di TPA dapat diperkirakan menggunakan dari persamaan 2. Emisi (T) = ( CH 4 Generated (x,t) R (T) ) (1 OX (T) )... pers. 2 x T : tahun inventarisasi x : tipe atau jenis sampah R(T) : CH4 direcovery untuk dimanfaatkan atau flare pada tahun T, Ggram OX(T) : faktor oksidasi pada tahun T, fraksi Emisi(T) : faktor oksidasi pada tahun T, Ggram CH4Generated(xT) : CH4 yang terbentuk dari jenis sampah x pada tahun T, Ggram

36 Komponen utama dalam perhitungan pembentukan CH4 adalah DDOCm (Decomposable Degradable Organic Carbon). Setiap tipe sampah memiliki kadar air, DOC, dan laju reaksi berbeda-beda. DDOCm setiap tipe sampah (DDOCm(x)) dihitung dengan persamaan 3. DDOC m(x) = W (X) w (x) DOC (x) DOC f MCF... pers. 3 DDOCm(x) x W(x) w(x) DOC(x) DOCf MCF : masa decomposable DOC jenis x yang ditimbun, Ggram : tipe atau jenis sampah : masa tipe sampah x yang ditimbun, Ggram(basah) : fraksi masa kering tipe sampah x yang ditimbun : fraksi degradable karbon organik dalam jenis sampah x (kering) : fraksi DOC yang dapat terdekomposisi dalam kondisi anaerobik : faktor koreksi CH4 untuk dekomposisi aerobik Catatan: spreadsheet atau software IPPC 2006 menggunakan harga DOC basis basah untuk setiap tipe sampah. DOC basis basah dapat dihitung dari kering dikalikan dengan fraksi masa keringnya (DOCbasis basah(x) = w(x)* DOC (x) ). Metoda First Order Decay (FOD) yang disarankan IPCC-2006 GLs untuk memperkirakan pembentukan CH4 di TPA. Metoda ini menggunakan asumsi bahwa proses dekomposisi organik dalam sampah (Degradable Organic Carbon, DOC) berlangsung lambat (beberapa tahun). Pembentukan CH4 mengikuti reaksi peluruhan (decay) orde satu (reaction first order), akumulasi DDOCm (DDOCma) dan DDOCm yang didekomposisi (DDOCmdecomp) pada akhir tahun dihitung dengan persamaan 4 dan 5 DDOC ma(x,t) = DDOC md(x,t) + DDOC ma(x,t 1) e k (x)... pers. 4 DDOC mdecomp(x,t) = DDOC ma(x,t 1) (1 e k (x) )... pers. 5 T : tahun inventarisasi DDOCma(x,T) : akumulasi DDOCm jenis sampah x pada akhir tahun T, Ggram

37 DDOCma(x,T-1) : akumulasi DDOCm jenis sampah x pada akhir tahun (T-1), Ggram DDOCmd(x,T) : DDOCm jenis sampah x yang ditimbun pada tahun T, Ggram DDOCmdecomp(x,T) : DDOCm jenis sampah x yang didekomposisi pada tahun T, Ggram k(x) : konstanta reaksi jenis sampah x, k (x) = ln (2) t 1 (x) 2 t (x) 1 2 : waktu paruh jenis sampah x, tahun Potensi pembentukan CH4 pada tahun T dapat dihitung mengunakan persamaan 2.6. CH 4 Generated (x,t) = DDOC mdecomp(x,t) F pers. 6 CH4Generated(x,T) : CH4 yang terbentuk pada tahun T, Ggram F : fraksi (%-volume) CH4 pada gas landfill : rasio massa molekul relatif CH4/C Penghitungan Emisi GRK Pengolahan Biologi Limbah Padat Sumber emisi GRK dari pengolahan limbah padat secara biologi mencakup pengomposan dan anaerobic digester. Limbah padat yang dapat diolah secara biologi adalah limbah organik seperti limbah makanan, kebun/taman, dan sludge/lumpur. Pengolahan biologi limbah padat mempunyai beberapa keuntungan, antara lain: mengurangi volume material limbah, stabilisasi limbah menjadi produk pupuk, menghancurkan bakteri patogen dalam material limbah, dan memproduksi biogas untuk penggunaan energi Penghitungan emisi CH4 dan N2O dari sistem pengolahan secara biologi sampah padat menggunakan persamaan berikut:

38 Emisi CH 4 = (M i EF i ) 10 3 R i... pers. 7 Emisi N 2 O = (M i EF i ) 10 3 R i... pers. 8 Mi : massa limbah organik yang diolah dengan pengolah biologi tipe i, Ggram EFi : faktor emisi untuk pengolahan tipe i, g CH4 atau N2O/kg limbah yang R i : jumlah CH4 yang dapat direcovery dalam tahun inventori, Ggram CH4 : tipe pengolahan biologi (pengomposan atau digester anaerobik) Penghitungan Emisi GRK Insinerasi dan Pembakaran Terbuka Limbah Padat Metode yang digunakan dalam penghitungan emisi CO2 dari pengelolaan limbah dengan proses insinerasi dan pembakaran terbuka adalah berdasarkan pada perkiraan kandungan karbon fosil dalam limbah yang dibakar, dikalikan dengan faktor oksidasi, dan menkonversi produk (jumlah karbon fosil yang dioksidasi) ke CO2. Penghitungan emisi GRK proses insinerasi dan pembakaran terbuka dapat menggunakan persamaan 9. Apabila limbah padat yang dibakar merupakan sampah padat domestik sebaiknya menggunakan persamaan 10, tetapi jika data terbatas dapat pula menggunakan persamaan 9. Emisi CO 2 = (SW i dm i CF i FCF i OF i ) i... pers. 9 Emisi CO2 SWi dmi CFi FCFi : tingkat emisi CO2, Ggram : masa (basah) limbah padat yang dibakar, Ggram : fraksi dry matter atau masa kering di dalam limbah (basis berat basah) : fraksi karbon di dalam dry matter (kandungan karbon total) : fraksi karbon fosil di dalam karbon total

39 OFi : faktor oksidasi : faktor konversi masa dari C menjadi CO2 Emisi CO 2 = MSW (WF j dm j CF i FCF j OF j ) i... pers. 10 Emisi CO2 : tingkat emisi CO2, Ggram MSW : masa (basah) limbah padat domestik yang dibakar, Ggram WFj : fraksi tipe limbah dari komponen j dalam MSW (% masa basah) dmj : fraksi dry matter komponen j di dalam MSW (basis berat basah) CFj : fraksi karbon di dalam dry matter komponen j FCFj : fraksi karbon fosil di dalam CFj OFj : faktor oksidasi : faktor konversi masa dari C menjadi CO Penghitungan Emisi GRK Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair Domestik Limbah cair domestik merupakan salah satu sumber emisi CH4 jika dalam pengelolaan atau pembuanganya mengalami proses anaerobik dan juga merupakan sumber emisi N2O. Limbah cair yang dimaksud mencakup limbah yang berasal dari kegiatan domestik (MCK) di rumahtangga, komersial dan industri yang cara pengelolaannya bisa di tempat sumbernya (on site), disalurkan ke sentral pengelolaan limbah, atau dibuang ke selokan, sungai dan lain-lainnya. Tingkat emisi CH4 dari limbah cair domestik dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan 11 berikut ini. Emisi CH 4 = [ (U i T i,j EF j )] (TOW S) R... pers. 11 i,j

40 Emisi CH4 TOW S : tingkat emisi CH4, Kg CH4 : masa organik dalam limbah cair, Kg BOD : masa komponen organik diambil sebagai lumpur, Kg BOD R : masa CH4 yang dimanfaatkan atau di-flare, Kg CH4 Ui : fraksi populasi dalam grup income i Ti,j : derajat pemanfaatan dari pengelolaan j, untuk tiap fraksi grup pendapatan i EFj i j : faktor emisi, kg CH4 / kg BOD : grup pedesaan dan perkotaan : tipe pengelolaan limbah cair Jumlah masa organik dalam limbah cair domestik dapat diperkirakan dari jumlah populasi penduduk. Persamaan 12 dapat digunakan untuk perkiraan tersebut. TOW = P BOD (TOW S) R... pers. 12 Emisi CH4 TOW S : tingkat emisi CH4, Kg CH4 : masa organik dalam limbah cair, Kg BOD : komponen organik diambil sebagai lumpur, Kg BOD Emisi N2O pengolahan limbah cair domestik dihitung dari konsumsi protein penduduk. Hubungan emisi N2O dan konsumsi protein ditunjukkan persamaan dan 14. Emisi N 2 O = N etffuent EF effluent pers. N etffuent = P Protein F NPR F NON CON F IND COM N sludge... pers. 14 Emisi N2O : tingkat emisi N2O, Kg N2O/tahun

41 Neffluent : masa N dalam limbah cair, Kg N/tahun EFeffluent : factor emisi N2O : faktor konversi masa dari N menjadi N2O P : Jumlah penduduk, orang Protein : konsumsi protein per kapita per tahun, Kg/orang/tahun FNPR : fraksi N dalam protein FNON-CON : faktor koreksi protein selain protein yang dikonsumsi di dalam limbah cair FIND-COM : faktor protein limbah industri/komersial yang dibuang ke saluran limbah cair Nsludge : masa N yang terambil bersama removed sludge, Kg N/tahun Pada laporan inventarisasi ini tingkat emisi GRK dihitung berdasarkan Tier-1 kecuali emisi grk yang berasal pengelolaan limbah padat domestik di TPA (menggunakan Tier-2). Penghitungan tingkat emisi GRK sektor limbah menggunakan software dari IPPC Tahapan-tahapan penghitungan tingkat emisi grk dengan menggunakan software tersebut disajikan pada bagian Lampiran Penghitungan Tingkat Emisi GRK dengan Menggunakan Software IPCC Proses Pelaporan Capaian Reduksi Emisi GRK Kegiatan Mitigasi Metodologi evaluasi implementasi aksi mitigasi emisi GRK atau umum disebut sebagai PEP (Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan) Penurunan Emisi GRK merujuk Pedoman Umum, Petunjuk Teknis, dan Manual Perhitungan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Pelaksanaan RAN dan RAD-GRK yang diterbitkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS (Oktober 2015). Pedoman, petunjuk teknis dan manual untuk bidang pengelolaan limbah merujuk pada buku yang terpisah yaitu Pedoman Umum, Petunjuk Teknis dan Manual Perhitungan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Pelaksanaan RAN dan RAD-GRK Bidang Pengelolaan Limbah (versi

42 Oktober 2015) yang merupakan versi revisi dari dokumen sebelumnya. Kegiatan PEP merujuk pada pedoman PEP tersebut terutama dalam hal pengisian Lembar Umum dan Lembar Khusus Pemantauan. Lembar Umum digunakan untuk memantau/mengevaluasi kegiatan inti dan pendukung. Kegiatan inti adalah kegiatan/aksi yang berdampak langsung terhadap penurunan emisi GRK, sedangkan kegiatan pendukung yang mendukung pelaksanaan kegiatan inti, namun tidak secara langsung menurunkan emisi GRK. Kegiatan inti dan pendukung yang dilakukan pada tahun pelaporan dilaporkan dalam satu lembar, dengan terlebih dahulu melaporkan kegiatan-kegiatan inti yang dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan pendukung. Lembar Teknis memuat daftar kegiatan dan data teknis kegiatan yang berdampak langsung terhadap penurunan emisi GRK. Kegiatan mitigasi sub-sektor limbah padat domestik yang dilaporkan dalam Lembar Teknis dikelompokkan ke dalam 2 bagian, yaitu: a. Pengelolaan Gas TPA dari TPA yang dioperasikan saat ini (open dumping) b. Pengelolaan sampah terpadu, yaitu pengoperasion TPS Terpadu 3R/Komposting dan Bank Sampah. Lembar Teknis juga dilengkapi Lembar Inventarisasi GRK yang berfungsi sebagai lembar tambahan untuk mendukung aksi mitigasi sektor limbah. Indikator-indikator yang digunakan dalam lembar inventarisasi GRK sub sektor limbah domestik meliputi: a) Data penduduk per kota/kabupaten; b) Data TPS 3R/komposting dan bank sampah; serta c) Data TPA, yang terdiri atas sarana pengangkutan, kapasitas TPA, sel (unit pengolah sampah) TPA, dan pemanfaatan gas. Kegiatan mitigasi sub-sektor limbah cair domestik yang dilaporkan dalam lembar teknis dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: a. Pembangunan fasilitas pengolahan air limbah terpusat/off-site, yaitu suatu sistem pengelolaan air limbah dengan menggunakan suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air limbah ke suatu tempat pengolahan, berupa: Pembangunan IPLT dan/atau IPAL skala kota (sistem Aerobik, atau Anaerobik dengan pemanfaatan gas metana).

43 b. Pembangunan fasilitas pengolahan air limbah setempat/on-site, yaitu suatu sistem pengelolaan air limbah langsung di tempat tanpa melalui penyaluran terlebih dahulu, berupapembangunan dan Operasional Sanimas yang dikategorikan MCK++ (MCK yang dilengkapi dengan pengolahan limbah dan pemanfaatan gas metana (biodigester) dan/atau IPAL Komunal yang dilengkapi dengan pemanfaatan gas metana. Lembar Teknis untuk aksi mitigasi sub-sektor limbah cair domestik juga perlu dilengkapi Lembar Inventarisasi GRK yang berfungsi sebagai lembar tambahan untuk mendukung aksi mitigasi dalam sektor limbah. Metodologi penghitungan capaian penurunan emisi GRk dari aksi-aksi mitigasi sektor limbah secara umum adalah membandingkan tingkat emisi GRK sebelum aksi mitigasi dilaksanakan dengan tingkat emisi GRK setelah aksi mitgasi dilakukan. Penurunan atau reduksi emisi GRK merupakan selisih dari emisi GRK baseline dan emisi GRK setelah implementasi aksi mitigasi. Metodologi penghitungan tingkat emisi GRK baseline maupun setelah implementasi aksi mitigasi juga merujuk IPCC 2006 GL. Verifikasi Metode verifikasi yang akan dilakukan terhadap aksi mitigasi perubahan iklim merujuk pada pelaporan uji coba verifikasi RAN-GRK yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Pada sistem pelaporan tersebut dijelaskan mengenai metoda pelaksanaan verifikasi meliputi: a) kaji dokumen (desk review) dan b) wawancara (interview). Pelaksana verifikasi adalah tim verifikator sementara penanggung jawab aksi mitigasi merupakan orang atau badan/instansi yang menyiapkan dokumen untuk diverifikasi; serta objek yang diverifikasi adalah implementasi aksi mitigasi perubahan iklim. 3.5 Evaluasi RAD GRK Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Banten No. 39/2012 mengenai penyusunan dokumen RAD-GRK Provinsi Banten, metodologi estimasi emisi GRK skenario baseline dan skenario penurunan emisi GRK sektor limbah terbagi atas dua kelompok, yaitu:

44 a) penelusuran data sekunder yang meliputi: data sumber emisi, data kependudukan, data persampahan dan data air limbah domestik. b) estimasi tingkat emisi GRK skenario baseline dan skenario mitigasi kegiatan sektor limbah menggunakan IPCC Guideline Emisi GRK yang diukur untuk sektor sampah domestik bersumber dari: a) aktivitas penimbunan sampah di Tempat Pembuangan Sampah, b) aktivitas pembakaran langsung oleh masyarakat (open burning), c) aktivitas pembakaran di incinerator dan, d) aktivitas pengolahan lumpur di IPAL domestik. Proyeksi emisi baseline dan skenario penurunan emisi GRK yang dilakukan hanya pada emisi yang bersumber dari point a) dan point b), yaitu dari aktivitas penimbunan sampah di TPA dan dari pembakaran langsung/open burning oleh masyarakat. Aktifitas insinerasi dan pengolahan lumpur domestik tidak dihitung karena di Indonesia, aktivitas ini hampir tidak pernah dilakukan untuk sektor sampah domestik.

45 Bab IV Inventarisasi Emisi GRK Sektor Limbah Provinsi Banten 4.1. Inventarisasi Tingkat Provinsi Inventarisasi emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten meliputi emisi yang berasal dari penanganan limbah padat kota (MSW) dan penanganan limbah cair domestik. Emisi GRK dari penanganan limbah padat lainnya dan dari pengolahan limbah cair industri tidak tercakup dalam inventarisasi ini. Inventarisasi emisi GRK dari sumber-sumber tersebut belum dilakukan mengingat keterbatasan data. Pengolahan limbah padat kota meliputi penimbunan di TPA yang umumnya dioperasikan open dumping, pengomposan dan pembakaran terbuka. Berdasarkan IPCC 2006 Guideline, pengolahan tersebut masuk kategori 4.A.2 (Unmanaged Waste Disposal Sites, TPA unmanaged), 4.B (Biological Treatment of Solid Waste, pengolahan sampah secara biologi/pengomposan) dan 4C.2 (Open Burning of Waste, pembakaran sampah secara terbuka oleh masyarakat) sedangkan pengolahan limbah cair domestik termasuk dalam kategori 4.D.1 (Domestic Wastewater Treatment and Discharge, pengolahan dan pembuangan limbah cair domestik). Hasil proses inventarisasi emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten secara keseluruhan pada tahun 2016 diperlihatkan pada Tabel. Selain tingkat emisi untuk masing-masing jenis emisi GRK, pada Tabel tersebut juga disampaikan data aktivitas yang terkait dengan emisi GRK sektor limbah pada tahun Hasil inventarisasi untuk tahun 2010 sampai dengan 2015 disampaikan secara lengkap pada Lampiran. Tabel Data Aktivitas dan CRF* Hasil Inventarisasi Emisi GRK Provinsi Banten 2016 Data Aktivitas 2016 Masa sampah ditimbun di TPA (4.A.2), Gg 945 Masa sampah dikomposkan (4.B), Gg 0.50 Masa sampah dibakar terbuka (4.C.2), Gg 609 Masa limbah cair (4.D.1), Kg BOD 178,165,961 Tingkat Emisi 2016 [Giga gram] CO 2 CH 4 N 2O CO 2-e 4 - Limbah ,729 4.A - Pembuangan Limbah Padat NE 25.4 NE A.1 - TPA - managed NE NO NE NO 4.A.2 - TPA - unmanaged NE 25.4 NE 534

46 4.A.3 - TPA - uncategorised NE NO NE NO 4.B - Pengolahan secara Biologi NE C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi NO NO NO NO 4.C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE ,062 4.D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE Domestik ,062 4.D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE NC NC NC Industri 4.E - Lainnya (sebutkan) NA NA NA NA Catatan: NE (not estimated) = tidak dihitung, NO (not occurred) = tidak terjadi, NC (not covered) = tidak termasuk, NA (not available) = tidak tersedia data, *CRF = Common Reporting Format (Format Umum Pelaporan) IPCC 2006 Giudelines, data aktivitas Provinsi merupakan jumlah agregat dari seluruh Kota/Kabupaten Dari segi jenis gasnya, emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten didominasi emisi gas CH4. Dari segi jenis sumber emisinya, kontributor terbesar adalah emisi dari pengolahan limbah cair domestik. Pada Gambar 6 s.d. Gambar 9 diperlihatkan distribusi jenis gas, sumber emisi dan distribusi jenis gas per jenis pengolahan limbah pada tahun CO2 N2O 1% 10% TPA 31% CH4 89% Cair domestik 61% Kompos 0% Bakar terbuka 8% Total 1729 Giga gram CO2e (2016) Total 1729 Giga gram CO2e (2016) Gambar 7 Disitribusi emisi GRK menurut jenis sumber Gambar 6 Disitribusi emisi GRK menurut jenis emisi (2016) gas (2016) N2O 3% CO2 4% N2O 14% CH4 93% CH4 86% Total 666 Giga gram CO2e (2016) Total 1062 Giga gram CO2e (2016) Gambar 8 Disitribusi emisi GRK pengolahan Gambar 9 Disitribusi emisi GRK pengolahan limbah

47 Giga gram CO2e Berat Sampah Giga gram Ribu ton BOD Giga gram CO2e limbah padat (2016) cair (2016) Trend data aktivitas terkait emisi GRK dari pengolahan limbah Provinsi Banten untuk tahun ditampilkan pada Gambar 10. Trend perkembangan tingkat emisi GRK yang berasal dari pengolahan tersebut diperlihatkan pada Gambar 11, Gambar 12 dan Tabel 14. 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Bakar terbuk a Komp os TPA Cair dom. 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Bakar terbuka Kompos TPA Cair Dom. Gambar 10 Data aktivitas pengolahan limbah Provinsi Banten Gambar 11 Inventarisasi menurut sumber GRK pengolahan limbah Provinsi Banten 2,000 1,800 1,600 Kota Cilegon Kab Lebak 1,400 Kab Pandeglang 1,200 1, Kota Serang Kab Serang 600 Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Kab Tangerang Gambar 12 Inventarisasi emisi GRK pengolahan limbah Provinsi Banten menurut Kota/Kabupaten Tabel 14 Perkembangan emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten, Giga Gram CO2e Kota/Kabupaten Pangsa Growth Kab Pandeglang % 1.0% Kab Lebak % 1.2% Kab Tangerang % 3.0%

48 Kota/Kabupaten Pangsa Growth Kab Serang % 1.0% Kota Tangerang % 3.6% Kota Cilegon % 3.5% Kota Serang % 1.5% Kota Tangerang Selatan % 6.2% Provinsi Banten 1,412 1,481 1,527 1,577 1,623 1,677 1, % 3.4% Pada kurun waktu , aktivitas pengolahan limbah padat mengalami peningkatan 2.9% per tahun (limbah padat) dan 2.3% per tahun (limbah cair domestik). Sebagai perbandingan, pada kurun waktu yang sama jumpah penduduk Provinsi Banten tumbuh rata-rata 2.2% per tahun. Terkait dengan perkembangan pengolahan limbah tersebut, emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten mengalami peningkatan rata-rata 4.5% per tahun (limbah padat) dan 2.5% per tahun (limbah cair domestik). Dari segi wilayah administrasinya, konributor terbesar emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten adalah Kabupaten Tangerang (26%), diikuti oleh Kota Tangerang (21%) dan Kota Tangerang Selatan (14.4%). Wilayah yang mengalami pertumbuhan emisi yang tinggi adalah Kota Tangerang Selatan (sekitar 6% per tahun). Sedangkan Kota/Kabupaten lainnya mengalami pertumbuhan antara 1-3% per tahun. Pertumbuhan tinggi di Kota Tangerang Selatan tersebut terkait dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. 4.2 Inventarisasi Tingkat Kota/Kabupaten Kota Tangerang Kota Tangerang merupakan salah satu kota di Provinsi Banten dengan tingkat pertumbuhan populasi yang cukup tinggi. Pada tahun 2016 penduduk Kota Tangerang mencapai sekitar 2.1 juta dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2.5% per tahun. Aktivitas masyarakat Kota Tangerang sebagai kota besar diperkirakan menghasilkan limbah padat kota rata-rata sekitar 280 kg/kapita per tahun (Pedoman Inventarisasi GRK Nasional KLH 2012). Pada tahun 2016 timbulan sampah padat Kota Tangerang mencapai sekitar 1600 ton per hari. Sekitar 53% dari sampah tersebut diangkut ke TPA, 24.3% ditangani secara open burning dan sisanya tidak tercatat penanganannya.

49 Penduduk Kota Tangerang secara keseluruhan menghasilkan limbah cair domestik sekitar kg BOD per hari. Sebagian besar (93%) limbah tersebut ditangani dengan menggunakan septic tank sedangkan sisanya masuk ke selokan, kolam atau sungai (Sumber: Riskesdas 20). Dengan jenis dan volume pengolahan limbah padat dan cair tersebut, Kota Tangerang memiliki data aktivitas terkait emisi GRK sektor limbah dan tingkat emisi GRK sebagaimana disampaikan pada Tabel 15, Gambar, dan Gambar 14. Tabel 15 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kota Tangerang, 2016 Data Aktivitas 2016 Sumber Masa sampah ditimbun di TPA (4.A), Gg 311 Riskesdas 20 Masa sampah dikomposkan (4.B), Gg 0.50 UPT Pengomposan DLH Kota Masa sampah dibakar terbuka (4.C.2), Gg 142 Riskesdas 20 Parameter limbah cair (4.D.1), Kg BOD/orang/tahun 14,6 default IPCC 2006 Masa limbah cair (4.D.1), Kg BOD 30,568,108 LFG recovery 12/100 KK UPT TPA DLH Kota Tingkat Emisi 2016 [Giga gram] CO 2 CH 4 N 2O CO 2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat di TPA NE 6.5 NE 6 4.A.1 - TPA - managed NE NO NE NO 4.A.2 - TPA - unmanaged NE 6.5 NE 6 4.A.3 - TPA - uncategorised NE NO NE NO 4.B - Pengolahan secara Biologi NE C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi NO NO NO NO 4.C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik NE D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri NE NC NC NC 4.E - Lainnya (sebutkan) NA NA NA NA Catatan: NE (not estimated) = tidak dihitung, NO (not occurred) = tidak terjadi, NC (not covered) = tidak termasuk, NA (not available) = tidak tersedia data

50 Berat sampah, Giga gram Ribu ton BOD Giga gram CO2e Gambar Data aktivitas pengolahan limbah Kota Tangerang 5 - Komp Bakar terbuk TPA Cair d Gambar 14 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kota Tangerang Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom Kabupaten Tangerang Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kota di Provinsi Banten dengan tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi. Pada tahun 2016 penduduk Kota Tangerang mencapai sekitar 3.5 juta dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 3.4% per tahun. Aktifitas penduduk Kabupaten Tangerang tersebut diperkirakan dapat menghasilkan limbah padat kota sekitar 190 kg/kapita per tahun (ekivalen dengan timbulan sampah kota kecil, Sumber: Pedoman Inventarisasi GRK, KLH 2012). Pada tahun 2016 timbulan sampah Kabupaten Tangerang mencapai sekitar 1800 ton per hari. Sekitar 30% dari sampah tersebut diangkut ke TPA, 60% ditangani secara open burning dan sisanya tidak tercatat penanganannya. Penduduk Kabupaten Tangerang secara keseluruhan menghasilkan limbah cair domestik sekitar kg BOD per hari. Sekitar 72% dari limbah tersebut ditangani dengan menggunakan septic tank, 4.8% ke selokan dan sisanya masuk sungai atau kolam (Sumber: Riskesdas 20). Dengan jenis dan volume pengolahan limbah padat dan cair tersebut, Kabupaten Tangerang memiliki data aktivitas terkait emisi GRK sektor limbah dan tingkat emisi GRK sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 15, Gambar 16, dan Tabel 16. Tabel 16 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kabupaten Tangerang, 2016 Data Aktivitas 2016 Sumber Masa sampah ditimbun di TPA (4.A), Gg 197 Riskesdas 20 Masa sampah dikomposkan (4.B), Gg - NA Masa sampah dibakar terbuka (4.C.2), Gg 395 Riskesdas 20 Parameter limbah cair (4.D.1), Kg BOD/orang/tahun 14,6 default IPCC 2006 Masa limbah cair (4.D.1), Kg BOD 50,771,427 Tingkat Emisi 2016 [Giga gram]

51 Berat sampah Giga gram Ribu ton BOD Giga gram CO2e CO 2 CH 4 N 2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat di TPA NE 4.3 NE 91 4.A.1 - TPA - managed NE NO NE NO 4.A.2 - TPA - unmanaged NE 4.3 NO 91 4.A.3 - TPA - uncategorised NE NO NE NO 4.B - Pengolahan secara Biologi NE C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi NO NO NO NO 4.C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik NE D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri NE NC NC NC 4.E - Lainnya (sebutkan) NA NA NA NA Catatan: NE (not estimated) = tidak dihitung, NO (not occurred) = tidak terjadi, NC (not covered) = tidak termasuk, NA (not available) = tidak tersedia data Bakar terbuk a Komp os TPA Bakar terb Kompos TPA Cair dom Cair dom Gambar 15 Data aktivitas pengolahan limbah Kabupaten Tangerang Gambar 16 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota di Provinsi Banten dengan tingkat pertumbuhan populasi yang cukup tinggi. Pada tahun 2016 penduduk Kota Tangerang mencapai sekitar 1.6 juta dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 3.6% per tahun. Aktivitas masyarakat Kota Tangerang Selatan diperkirakan menghasilkan limbah padat kota sekitar 280 kg/kapita per hari (ekivalen dengan timbulan sampah dari kota besar. Sumber: Pedoman Inventarisasi GRK- KLH 2012). Pada tahun 2016 timbulan sampah Kota Tangerang Selatan mencapai sekitar 1200 ton per hari. Sekitar 62% dari sampah tersebut diangkut ke TPA, 6% ditangani secara open burning dan sisanya tidak tercatat penanganannya. Penduduk Kota Tangerang Selatan secara keseluruhan menghasilkan

52 limbah cair domestik sekitar kg BOD per hari. Sebagian besar (94%) dari limbah tersebut ditangani dengan menggunakan septic tank, 1.0% ke selokan dan sisanya masuk sungai atau kolam (Sumber: Riskesdas 20). Dengan jenis dan volume pengolahan limbah padat dan cair tersebut, Kota Tangerang Selatan memiliki data terkait emisi GRK sektor limbah dan tingkat emisi GRK sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 17, Gambar 17, dan Gambar 18. Tabel 17 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kota Tangerang Selatan, 2016 Data Aktivitas 2016 Sumber Masa sampah ditimbun di tpa (4.A), Gg 276 Riskesdas 20 Masa sampah dikomposkan (4.B), Gg - NA Masa sampah dibakar terbuka (4.C.2), Gg 27 Riskesdas 20 Parameter limbah cair (4.D.1), Kg BOD/orang/tahun 14,6 default IPCC 2006 Masa limbah cair (4.D.1), Kg BOD 23,269,655 Tingkat Emisi 2016 [Giga gram] CO 2 CH 4 N 2O CO 2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat di TPA NE 4.3 NE 91 4.A.1 - TPA - managed NE NO NE NO 4.A.2 - TPA - unmanaged NE 4.3 NE 91 4.A.3 - TPA - uncategorised NE NO NE NO 4.B - Pengolahan secara Biologi NE C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi NO NO NO NO 4.C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik NE D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri NE NC NC NC 4.E - Lainnya (sebutkan) NA NA NA NA Catatan: NE (not estimated) = tidak dihitung, NO (not occurred) = tidak terjadi, NC (not covered) = tidak termasuk, NA (not available) = tidak tersedia data

53 Berat sampah Giga gram Ribu ton BOD Giga gram CO2e Baka terb Kom TPA Cair Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. Gambar 17 Data aktivitas pengolahan limbah Kota Tangerang Selatan Gambar 18 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kota Tangerang Selatan Kota Serang Kota Serang merupakan kota berukuran sedang dengan jumlah penduduk 655 ribu pada tahun Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Serang dalam 6 tahun terakhir cukup tinggi, yaitu rata-rata 2.0% pertahun. Aktifitas penduduk Kota Serang diperkirakan menghasilkan limbah padat kota rata-rata sekitar 220 kg/kapita per hari (ekivalen dengan timbulan sampah dari kota ukuran sedang (Sumber: Pedoman Inventarisasi GRK- KLH 2012). Pada tahun 2016, timbulan sampah Kota Serang mencapai sekitar 395 ton per hari. Hanya sekitar 41% dari sampah tersebut yang diangkut ke TPA, 47% ditangani secara open burning dan sisanya tidak tercatat penanganannya (Sumber: Riskesdas 20). Penduduk Kota Serang secara keseluruhan menghasilkan limbah cair domestik sekitar kg BOD per hari. Sebagian besar (84%) dari limbah tersebut ditangani dengan menggunakan septic tank, 0.4% ke selokan dan sisanya masuk sungai atau kolam. (Sumber: Riskesdas 20). Dengan jenis dan volume pengolahan limbah padat dan cair tersebut, Kota Serang memiliki data aktivitas terkait emisi GRK sektor limbah dan tingkat emisi GRK sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 18, Gambar 19, dan Gambar 20. Tabel 18 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kota Serang, 2016 Data Aktivitas 2016 Sumber Masa sampah ditimbun di tpa (4.A), Gg 59 Riskesdas 20 Masa sampah dikomposkan (4.B), Gg - NA Masa sampah dibakar terbuka (4.C.2), Gg 68 Riskesdas 20 Parameter limbah cair (4.D.1), Kg BOD/orang/tahun 14,6 default IPCC 2006

54 Brat sampah Giga gram Ribu ton BOD Giga gram CO2e Masa limbah cair (4.D.1), Kg BOD 9,563,058 Tingkat Emisi 2016 [Giga gram] CO 2 CH 4 N 2O CO 2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat NE 4.3 NE 91 4.A.1 - TPA - managed NE NO NE NO 4.A.2 - TPA - unmanaged NE 4.3 NE 91 4.A.3 - TPA - uncategorised NE NO NE NO 4.B - Pengolahan secara Biologi NE C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi NO NO NO NO 4.C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik NE D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri NE NC NC NC 4.E - Lainnya (sebutkan) NA NA NA NA Catatan: NE (not estimated) = tidak dihitung, NO (not occurred) = tidak terjadi, NC (not covered) = tidak termasuk, NA (not available) = tidak tersedia data Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. Gambar 19 Data aktivitas pengolahan limbah Kota Serang Gambar 20 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kota Serang Kabupaten Serang Kabupaten Serang merupakan kota berukuran cukup besar dengan jumlah penduduk sekitar 1,5 juta ribu pada tahun Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Serang dalam 6 tahun terakhir cukup tinggi yaitu sekitar 0,9% per tahun. Aktivitas masyarakat Kabupaten Serang diperkirakan menghasilkan limbah padat kota rata-rata sekitar 190 kg/kapita per tahun (ekivalen dengan timbulan sampah dari kota kecil. Sumber: Pedoman Inventarisasi GRK- KLH 2012). Pada tahun 2016 timbulan sampah

55 Kabupaten Serang mencapai sekitar 773 ton per hari. Fraksi sampah padat yang diangkut ke TPA sangakt kecil, yaitu hanya 8%. Sekitar 63% sampah padat Kabupaten Serang ditangani secara open burning dan sekitar 29% sisanya tidak tercatat penanganannya. Penduduk Kabupaten Serang secara keseluruhan menghasilkan limbah cair domestik sekitar kg BOD per hari. Sebagian besar (84%) dari limbah tersebut ditangani dengan menggunakan septic tank, 0.4% ke selokan dan sisanya masuk sungai atau kolam (Sumber: Riskesdas 20). Dengan jenis dan volume pengolahan limbah padat dan cair tersebut, Kabupaten Serang memiliki data aktivitas terkait emisi GRK sektor limbah dan tingkat emisi GRK sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 19, Gambar 21, dan Gambar 22. Tabel 19 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kabupaten Serang, 2016 Data Aktivitas 2016 Sumber Masa sampah ditimbun di TPA (4.A), Gg 23 DLH Kabupaten (data ) Masa sampah dikomposkan (4.B), Gg - NA Masa sampah dibakar terbuka (4.C.2), Gg 177 Riskesdas 20 Parameter limbah cair (4.D.1), Kg BOD/orang/tahun 14,6 default IPCC 2006 Masa limbah cair (4.D.1), Kg BOD 21,673,729 Tingkat Emisi 2016 [Giga gram] CO 2 CH 4 N 2O CO 2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat NE 4.3 NE 91 4.A.1 - TPA - managed NE NO NE NO 4.A.2 - TPA - unmanaged NE 4.3 NE 91 4.A.3 - TPA - uncategorised NE NO NE NO 4.B - Pengolahan secara Biologi NE C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi NO NO NO NO 4.C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik NE D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri NE NC NC NC 4.E - Lainnya (sebutkan) NA NA NA NA Catatan: NE (not estimated) = tidak dihitung, NO (not occurred) = tidak terjadi, NC (not covered) = tidak termasuk, NA (not available) = tidak tersedia data

56 Berat sampah Giga gram Ribu ton BOD Giga gram CO2e Bakar terbuk a Kompo s TPA Cair dom Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. Gambar 21 Data aktivitas pengolahan limbah Kabupaten Serang Gambar 22 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kabupaten Serang Kabupaten Pandeglang Kabupaten Pandeglang merupakan kabupaten berukuran cukup besar dengan jumlah penduduk sekitar 1,2 juta pada tahun Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Pandeglang dalam 6 tahun terakhir cukup tinggi yaitu sekitar 0,7% per tahun. Aktifitas penduduk Kabupaten Pandeglang tersebut diperkirakan menghasilkan limbah padat kota rata-rata sekitar 190 kg/kapita per tahun (ekivalen dengan timbulan sampah dari kota kecil. Sumber: Pedoman Inventarisasi GRK- KLH 2012). Pada tahun 2016, timbulan sampah kota Kabupaten Pandeglang mencapai sekitar 625 ton per hari dengan fraksi yang diangkut ke TPA sangakt kecil, yaitu hanya 5%. Sekitar 40% sampah Kabupaten Pandeglang ditangani secara open burning dan sekitar 55% sisanya tidak tercatat penanganannya. Penduduk Kabupaten Pandeglang secara keseluruhan menghasilkan limbah cair domestik sekitar kg BOD per hari. Sekitar setengah dari limbah tersebut (49%) ditangani dengan menggunakan septic tank, 1.7% ke selokan dan sisanya (49%) masuk sungai atau kolam (Sumber: Riskesdas 20). Dengan jenis dan volume pengolahan limbah padat dan cair tersebut, Kabupaten Pandeglang memiliki data aktivitas terkait emisi GRK sektor limbah dan tingkat emisi GRK sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 20, Gambar 23, dan Gambar 24. Tabel 20 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kabupaten Pandeglang, 2016 Data Aktivitas 2016 Sumber Masa sampah ditimbun di tpa (4.A), Gg 12,3 Riskesdas 20, Masa sampah dikomposkan (4.B), Gg - NA

57 Berat Sampah, Giga gram Ribu ton BOD Giga gram CO2e Masa sampah dibakar terbuka (4.C.2), Gg 92 Riskesdas 20 Parameter limbah cair (4.D.1), Kg BOD/orang/tahun 14,6 default IPCC 2006 Masa limbah cair (4.D.1), Kg BOD 17,527,475 Tingkat Emisi 2016 [Giga gram] CO 2 CH 4 N 2O CO 2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat NE 0.3 NE 6 4.A.1 - TPA - managed NE NO NE NO 4.A.2 - TPA - unmanaged NE 0.3 NE 6 4.A.3 - TPA - uncategorised NE NO NE NO 4.B - Pengolahan secara Biologi NE C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi NO NO NO NO 4.C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik NE D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri NE NC NC NC 4.E - Lainnya (sebutkan) NA NA NA NA Catatan: NE (not estimated) = tidak dihitung, NO (not occurred) = tidak terjadi, NC (not covered) = tidak termasuk, NA (not available) = tidak tersedia data Bakar terbuk Kompo s TPA Cair dom Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. Gambar 23 Data aktivitas pengolahan limbah Kabupaten Pandeglang Gambar 24 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kabupaten Lebak merupakan kabupaten berukuran cukup besar dengan jumlah penduduk sekitar 1,3 juta pada tahun Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Lebak dalam 6 tahun terakhir termasuk kategori pertumbuhan sedang yaitu sekitar 0,95% per tahun. Aktivitas penduduk Kabupaten Lebak diperkirakan menghasilkan limbah padat kota rata-rata sekitar 190 kg/kapita per tahun atau ekivalen dengan timbulan sampah dari kota kecil (Sumber: Pedoman Inventarisasi GRK- KLH 2012). Pada tahun 2016 timbulan sampah Kabupaten Lebak mencapai sekiar 666 ton per hari. Fraksi sampah padat yang diangkut ke TPA sangakt kecil, yaitu hanya 5%. Sekitar 39% sampah padat Kabupaten

58 Lebak ditangani secara open burning (pembakaran terbuka) dan sisanya (56%) tidak tercatat penanganannya (Sumber: Riskesdas 20). Penduduk Kabupaten Lebak secara keseluruhan menghasilkan limbah cair domestik sekitar kg BOD per hari. Sekitar setengah dari limbah tersebut (56%) ditangani dengan menggunakan septic tank, 2.1% ke selokan dan sisanya (42%) masuk sungai atau kolam (Sumber: Riskesdas 20). Dengan jenis dan volume pengolahan limbah padat dan cair tersebut, Kabupaten Lebak memiliki data aktivitas terkait emisi GRK sektor limbah dan tingkat emisi GRK sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 21, Gambar 25, dan Gambar 26. Tabel 21 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kabupaten Lebak, 2016 Data Aktivitas 2016 Sumber Masa sampah ditimbun di tpa (4.A), Gg 11 Riskesdas 20 Masa sampah dikomposkan (4.B), Gg - NA Masa sampah dibakar terbuka (4.C.2), Gg 95 Riskesdas 20 Parameter limbah cair (4.D.1), Kg BOD/orang/tahun 14,6 default IPCC 2006 Masa limbah cair (4.D.1), Kg BOD 18,679,415 Sludge diolah di IPLT, m 3 /hari 46,3 Satker PSPLP Provinsi Banten Tingkat Emisi 2016 [Giga gram] CO 2 CH 4 N 2O CO 2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed NC NC NC NC 4.A.2 - TPA - unmanaged NE 0.3 NO A.3 - TPA - uncategorised NC NC NC NC 4.B - Pengolahan secara Biologi NE NE NE NE 4.C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi NO NO NO NO 4.C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik NE D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri NC NC NC NC 4.E - Lainnya (sebutkan) NA NA NA NA Catatan: NE (not estimated) = tidak dihitung, NO (not occurred) = tidak terjadi, NC (not covered) = tidak termasuk, NA (not available) = tidak tersedia data

59 Berat sampah Giga gram Ribu ton BOD Giga gram CO2e Bakar terbuk Kompo s TPA Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom Gambar 25 Data aktivitas pengolahan limbah Kabupaten Lebak 5 - Cair dom Gambar 26 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kabupaten Lebak Kota Cilegon Kota Cilegon merupakan kota berukuran sedang dengan jumlah penduduk sekitar 418 ribu pada tahun Rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Cilegon dalam 6 tahun terakhir cukup tinggi yaitu sekitar 1,79% per tahun. Aktivitas masyarakat Kota Cilegon diperkirakan menghasilkan limbah padat kota rata-rata sekitar 220 kg/kapita per tahun (ekivalen dengan timbulan sampah dari kota ukuran sedang. Sumber: Pedoman Inventarisasi GRK- KLH 2012). Pada tahun 2016 timbulan sampah Kota Cilegon mencapai sekitar 379 ton per hari. Fraksi sampah padat yang diangkut ke TPA relatif kecil, yaitu 40% - 60% (Sumber: Riskesdas 20 dan DLH Kota Cilegon). Sekitar 23% sampah padat Kota Cilegon ditangani secara open burning (Sumber: Riskesdas 20) dan sisanya tidak tercatat penanganannya. Penduduk Kota Cilegon secara keseluruhan menghasilkan limbah cair domestik sekitar kg BOD per hari. Sebagian besar (90%) dari limbah tersebut ditangani dengan menggunakan septic tank, 1.2% ke selokan dan sisanya (8.7%) masuk sungai atau kolam (Sumber: Riskesdas 20). Dengan jenis dan volume pengolahan limbah padat dan cair tersebut, Kota Cilegon memiliki data aktivitas terkait emisi GRK sektor limbah dan tingkat emisi GRK sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 22, Gambar 27, dan Gambar 28. Tabel 22 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kota Cilegon, 2016 Data Aktivitas 2016 Sumber Masa sampah ditimbun di TPA (4.A), Gg 55 DLH Kota Cilegon

60 Berat sampah, Giga gram CO2e Ribu ton BOD Giga gram CO2e Masa sampah dikomposkan (4.B), Gg - NA Masa sampah dibakar terbuka (4.C.2), Gg 22 Riskesdas 20 Parameter limbah cair (4.D.1), Kg BOD/orang/tahun 14,6 default IPCC 2006 Masa limbah cair (4.D.1), Kg BOD 6,1,093 Tingkat Emisi 2016 [Giga gram] CO 2 CH 4 N 2O CO 2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat NE 1.1 NO 22 4.A.1 - TPA - managed NE NO NO NO 4.A.2 - TPA - unmanaged NE 1.1 NO 22 4.A.3 - TPA - uncategorised NE NO NO NO 4.B - Pengolahan secara Biologi NE C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi NO NO NO NO 4.C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair NE D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik NE D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri NE NC NC NC 4.E - Lainnya (sebutkan) NA NA NA NA Catatan: NE (not estimated) = tidak dihitung, NO (not occurred) = tidak terjadi, NC (not covered) = tidak termasuk, NA (not available) = tidak tersedia data Bakar terbuk a Kompo s TPA Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. Gambar 27 Data aktivitas pengolahan limbah Kota Cilegon Gambar 28 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kota Cilegon

61 Bab V Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Aksi-aksi Mitigasi RAD Sektor Limbah Provinsi Banten 5.1 Rencana Aksi Mitigasi Berdasar RAD GRK Sektor Limbah Rencana aksi kegiatan mitigasi sektor limbah Provinsi Banten yang merupakan bagian dari kerangka Rencana Aksi Daerah GRK (RAD GRK) dikelompokkan dalam 6 program dengan total target reduksi emisi tahun 2020 sebesar 605,945 ton CO2e. Aksi mitigasi akan dilaksanakan di pengolahan limbah padat kota dan limbah cair domestik. Aksi-aksi tersebut berupa pembangunan sarana dan kegiatan sosialisasi. Aksi yang diharapkan menghasilkan reduksi emisi signifikan adalah peningkatan prasarana persampahan dan prasarana pengolahan limbah cair pemukiman. Aksi-aksi mitigasi sektor limbah yang direncanakan dalam RAD secara rinci berikut penanggung jawab pelaksana, sumber anggaran dan target pelaksanaan disampaikan pada Tabel Pelaksanaan Aksi Mitigasi Sektor Limbah Provinsi Banten Aksi mitigasi GRK yang telah dilakukan di Provinsi Banten adalah pengomposan sampah organik dan pemanfaatan gas TPA di Kota Tangerang dan pembangunan dan operasionalisasi Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Lebak. Pemanfaatan gas TPA dilakukan dengan cara menyalurkan gas TPA ke rumah tangga (SRT) untuk bahan bakar memasak. Pada tahun 2016, SRT tersebut menyalurkan gas ke 100 KK. Kegiatan pengomposan di Kota Tangerang mencapai sekitar 2500 ton per tahun. IPLT di Kabupaten Lebak mulai beroperasi tahun 2015 dan pada tahun 2016 IPLT tersebut mengolah lumpur tinja sekitar 46 m 3 /hari. Dampak dari aksi-aksi mitigasi dalam hal reduksi emisi dievaluasi dengan cara membandingkan emisi baseline dengan emisi setelah aksi-aksi mitigasi dilakukan. Aksi mitigasi limbah padat yaitu LFG recovery dan pengomposan menghasilkan reduksi emisi GRK limbah padat sebesar 1,129 Giga gram CO2e (1.129 ton CO2e) pada tahun Aksi

62 mitigasi IPLT tahun 2016 menghasilkan reduksi emisi sebesar 0,297 Giga gram CO2e (297 ton CO2e). Pada tahun 2016, aksi-aksi mitigasi di Provinsi Banten secara keseluruhan menghasilkan reduksi emisi sebesar 1,43 Giga gram CO2e (1430 ton CO2e). Perbandingan emisi GRK baseline dan emisi mitigasi diperlihatkan pada Gambar 29. Karena reduksi emisi nilainya jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai absolut emisi maka selisih antara emisi baseline dengan emisi mitigasi tidak dapat teramati di gambar tersebut. No 1 Tabel 23 Rencana Aksi Mitigasi Sektor Limbah Pada RAN-GRK Banten Kegiatan Program Minimasi Sampah dengan Prinsip 3R Penurunan Emisi (Ton CO2-e) Perkiraan Waktu Mulai Pelaksanaan Pelaksanaan 71,582 APBD 2 Pembangunan TPS Terpadu (TPST) 8 Tahun 20 DSDAP Provinsi 3 Sosialisasi 3R dan Penilaian Sampah 8 Tahun 20 BLH Prov. 4 Pendirian Bank Sampah 8 Tahun 20 BLH Prov Komposting Sampah Organik Pedesaan dengan Sistem Gali Timbun (Kearifan Lokal) Program Peningkatan Sarana-Prasarana Persampahan Rehabilitasi/ Pembangunan TPA Un Managed Deep menjadi semi-aerobic landfill 8 Kota/Kabupaten Operasional TPA Semi-aerobic di 8 Kota/Kab.dan pengadaan tanah timbun Penambahan Sarana-prasarana persampahan Pembangunan Prasarana Waste Water Treatment Pemukiman 8 Tahun 20 DSDAP Provinsi Sumber Pendanaan APBD K/K,; APBD Prov; APBN APBD K/K; APBD Prov APBD K/K; APBN APBD K/K; APBD Prov. 256,356 APBD 9 Tahun 2012 DSDAP Provinsi APBD K/K; APBN 256,356 8 Tahun 20 DKP K/K APBD K/K 8 Tahun 20 SDAP Prov. DKP K/K APBD K/K; APBN 166,058 APBN APBD 11 Pembangunan MCK Plus 8 Tahun 20 PU K/K 12 Pembangunan MCK Komunal Sanimas 1 Tahun 2014 Pengelolaan Air Limbah Komunal Rumah Murah sistem Off-Site 1 Tahun Pembangunan Septic Tank Komunal 1 Tahun 2015 DSDAP Provinsi DSDAP Provinsi DSDAP Provinsi 15 Rehabilitasi & Pembangunan IPLT 2 Tahun 20 PU K/K 16 Penggunaan Jamban Sehat 8 Tahun Program Pemberdayaan Kesehatan Lingkungan dan Masyarakat 111,949 Dinkes Provinsi, DinKes Kab/Kota APBD K/K; APBN APBN APBD Prov; APBN APBN APBD K/K; APBD Prov; APBN APBD K/K; APBD Prov

63 Giga gram CO2e No Kegiatan Sosialisasi, Penyuluhan dan Pengkajian Kebijakan Lingkungan Sehat Pembentukan Lembaga Sadar Sanitasi di setiap keluarahan Sosialisasi Kebersihan dan kesehatan kota (+ sosialisasi pelarangan open burning) Pembinaan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata) Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah) Penurunan Emisi (Ton CO2-e) Perkiraan Waktu Mulai Pelaksanaan Pelaksanaan Sumber Pendanaan 8 Tahun 20 DinKes K/K APBD K/K 8 Tahun 20 Dinkes K/K APBD K/K 111,949 8 Tahun 20 BLH Prov. APBD Prov 8 Tahun 20 8 Tahun 20 BLH K/K dan BLH Prov. BLH K/K dan BLH Prov. Sumber : Pergub No. 39 Thn tentang Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Provinsi Banten Tahun APBD K/K; APBD Prov APBD K/K; APBD Prov 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit Bakar terbuka Kompos TPA Cair Dom Gambar 29 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Sektor Limbah Provinsi Banten Mitigasi per Kota/Kabupaten Kota Tangerang Aksi mitigasi GRK yang telah dilakukan di Kota Tangerang adalah pengomposan sampah organik dan pemanfaatan gas TPA (TPA Rawa Kucing). Pemanfaatan gas TPA dilakukan dengan cara menyalurkan gas TPA ke rumah tangga (SRT) untuk bahan bakar memasak. Pada tahun 2016, SRT tersebut menyalurkan gas ke 100 KK (UPT TPA Rawa Kucing DLH Kota Tangerang). Kegiatan pengomposan di Kota Tangerang mencapai 2500 ton per tahun. Aksi mitigasi limbah padat yaitu LFG recovery dan pengomposan menghasilkan reduksi emisi GRK limbah padat sebesar 1,129 Giga gram CO2e (1.129 ton CO2e) pada tahun Perbandingan emisi GRK baseline vs. emisi mitigasi untuk limbah padat dan cair domestik diperlihatkan pada Gambar 30.

64 Emisi GRK, Gigagram CO2e Giga gram CO2e BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. Gambar 30 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Sektor Limbah Kota Tangerang Tampak pada Gambar 30, reduksi emisi nilainya jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai absolut emisi sehingga selisih antara emisi baseline dan emisi mitigasi tidak dapat teramati. Agar capaian reduksi dapat terlihat jelas maka penggambaran emisi baseline vs emisi mitigasi hanya untuk pengolahan limbah padat yang terkait langsung dengan aksi mitigasi, yaitu TPA dan pengomposan sebagaimana disampaikan pada Gambar 31. Pada Gambar 31 dapat diamati cukup jelas dampak mitigasi limbah padat yang diindikasikan oleh adanya perbedaan antara emisi baseline dibandingkan dengan emisi mitigasi sejak tahun Baseline Mitigasi Gambar 31 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Pengolahan Limbah Padat Kota Tangerang

65 Giga gram CO2e Kabupaten Tangerang Berdasarkan informasi yang ada, Kabupaten Tangerang belum teridentifikasi melaksanakan kegiatan mitigasi perubahan iklim sektor limbah. Dengan demikian emisi baseline dan emisi hasil inventarisasi emisi per tahun nilainya sama. Perbandingan emisi baseline dan emisi mitigasi untuk limbah padat dan cair domestik diperlihatkan pada Gambar BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom Gambar 32 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan Berdasarkan hasil survey, Kota Tangerang Selatan teridentifikasi belum melaksanakan aksi mitigasi perubahan iklim sektor limbah. Tingkat emisi baseline dan emisi hasil inventarisasi emisi per tahun menghasilkan nilai yang sama. Perbandingan emisi GRK baseline dan. emisi mitigasi untuk limbah padat dan cair domestik diperlihatkan pada Gambar 33.

66 Giga gram CO2e Giga gram CO2e Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. - BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit Kota Serang Gambar 33 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kota Tangerang Selatan Berdasarkan informasi yang ada Kota Serang belum teridentifikasi melaksanakan kegiatan mitigasi perubahan iklim sektor limbah. Emisi baseline dan emisi hasil inventarisasi emisi per tahun menghasilkan nilai yang sama. Perbandingan emisi GRK baseline dan. emisi mitigasi untuk limbah padat dan cair domestik diperlihatkan pada Gambar BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit Gambar 34 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kota Serang Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom Kabupaten Serang Berdasarkan informasi yang ada, Kabupaten Serang belum teridentifikasi melaksanakan kegiatan mitigasi perubahan iklim sektor limbah. Emisi baseline dan emisi hasil inventarisasi emisi per tahun menghasilkan nilai yang sama. Perbandingan emisi GRK

67 Giga gram CO2e Giga gram CO2e baseline dan emisi mitigasi untuk limbah padat dan cair domestik diperlihatkan pada Gambar Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. - BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit Kabupaten Pandeglang Gambar 35 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kabupaten Serang Berdasarkan informasi yang ada Kabupaten Pandeglang belum teridentifikasi melaksanakan kegiatan mitigasi perubahan iklim sektor limbah. Emisi baseline dan emisi hasil inventarisasi emisi per tahun menghasilkan nilai yang sama. Perbandingan emisi GRK baseline vs. emisi mitigasi untuk limbah padat dan cair domestik diperlihatkan pada Gambar Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. - BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit Gambar 36 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kabupaten Pandeglang

68 Giga gram CO2e Kabupaten Lebak Aksi mitigasi GRK yang telah dilakukan di Kabupaten Lebak adalah pembangunan dan operasionalisasi Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT). IPLT Dengung (Sindang Mulya) di Kabupaten Lebak mulai beroperasi tahun 2015 dan pada tahun 2016 IPLT tersebut mengolah lumpur tinja sekitar 46 m3/hari (Satker PSPLP Provinsi Banten). Capaian aksi mitigasi dalam hal reduksi emisi dievaluasi dengan membandingkan emisi baseline dengan emisi setelah aksi mitigasi dilakukan yang dapat diperoleh dari hasil inventarisasi emisi GRK. Berdasarkan pendekatan tersebut, aksi mitigasi IPLT tahun 2016 menghasilkan reduksi emisi sebesar 0,297 Giga gram CO2e (297 ton CO2e). Perbandingan emisi GRK baseline dengan emisi mitigasi untuk limbah padat dan cair domestik diperlihatkan pada Gambar 37. Karena reduksi emisi nilainya jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai absolut dari emisi maka selisih antara emisi baseline dengan emisi mitigasi tidak dapat teramati di gambar tersebut. Emisi baseline dan emisi mitigasi untuk pengolahan limbah padat yang terkait langsung dengan aksi mitigasi yaitu pengolahan limbah cair diperlihatkan pada Gambar Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit Gambar 37 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kabupaten Lebak

69 Giga gram CO2e Emisi GRK, Gigagram CO2e Baseline Mitigasi Gambar 38 Emisi GRK baseline dan mitigasi pengolahan limbah cair domestik Kab. Lebak Kota Cilegon Berdasarkan informasi yang ada Kota Cilegon belum teridentifikasi melakukan kegiatan mitigasi perubahan iklim sektor limbah. Emisi baseline dan emisi hasil inventarisasi emisi per tahun menghasilkan nilai yang sama. Perbandingan emisi GRK baseline vs. emisi mitigasi untuk limbah padat dan cair domestik diperlihatkan pada Gambar Bakar terbuka Kompos TPA Cair dom. - BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit BL Mit Gambar 39 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kota Cilegon 5.3 Evaluasi Hasil Mitigasi vs RAD Sektor Limbah Dari hasil survei, kunjungan lapangan dan diskusi dengan pemangku kepentingan yang telah dilaksanakan dalam rangka kegiatan ini didapatkan bahwa aksi-aksi mitigasi sektor limbah Provinsi Banten masih sangat sedikit dibandingkan dengan rencana aksi yang tertuang dalam dokumen RAD. Dari 22 aksi yang direncanakan pada RAD, hanya 3 aksi

70 yang telah dilaksanakan yaitu pemanfaatan gas TPA (SRT) dan pengomposan di Kota Tangerang dan pembangunan dan operasionalisasi IPLT di Kabupaten Lebak. Berdasarkan dokumen RAD, target reduksi emisi GRK Provinsi Banten secara keseluruhan adalah 605,945 ton CO2e di tahun Dari hasil Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Mitigasi yang dilaksanakan dalam Pekerjaan ini didapatkan bahwa total reduksi emisi yang telah dicapai di tahun 2016 hanya sekitar 1430 ton CO2e atau hanya 0,2% dari target reduksi RAD Provinsi banten di tahun Perlu dicatat bahwa analisis di atas didasarkan atas informasi mitigasi yang terkumpul dan tersedia saat ini. Terdapat kemungkinan bahwa reduksi emisi hasil mitigasi dapat lebih besar dari yang dikemukakan di atas karena kemungkinan adanya aksi-aksi mitigasi yang sebenarnya telah dilakukan namun tidak tercatat/terdokumentasi dengan baik sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan reduksi emisi. Atau ada kemungkinan bahwa aksi-aksi mitigasi yang dilakukan memang sulit untuk diukur reduksinya, misalnya program sosialisasi 3R tidak dilengkapi dengan catatan kegiatan 3R sebelum dan sesudah program sosialisasi.

71 Bab VI Kesimpulan dan Rekomendasi 6.1 Kesimpulan 1. Emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten berasal dari pengolahan limbah padat kota (TPA, pengomposan, pembakaran terbuka) dan pengolahan limbah cair domestik (pemukiman). 2. Pada tahun 2016 total emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten mencapai Giga gram CO2-e ( ton CO2-e). 3. Dari segi jenis gasnya, emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten didominasi oleh gas CH4 (89% total emisi GRK). Pada pengolahan limbah padat, 93% emisi GRK berupa emisi CH4 sedangkan pada pengolahan limbah cair kontribusi CH4 sebesar 86% dan sisanya 14% berupa gas N2O. 4. Dari segi jenis sumber emisinya, kontributor terbesar emisi sektor limbah Provinsi Banten adalah emisi dari pengolahan limbah cair domestik (61% dari total emisi GRK). 5. Pada kurun waktu , aktivitas pengolahan limbah padat mengalami peningkatan 2.9% per tahun (limbah padat) dan 2.3% per tahun (limbah cair domestik). Sebagai perbandingan, pada kurun waktu yang sama jumlah penduduk Banten tumbuh rata-rata 2.2% per tahun. 6. Terkait dengan perkembangan pengolahan limbah tersebut, emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten mengalami peningkatan rata-rata 4.5% per tahun (limbah padat) dan 2.5% per tahun (limbah cair domestik). 7. Dari segi wilayah administrasinya, konributor terbesar emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten adalah Kabupaten Tangerang (26%), diikuti oleh Kota Tangerang (21%) dan Kota Tangerang Selatan (14.4%). Wilayah yang mengalami pertumbuhan emisi yang tinggi adalah Kota Tangerang Selatan (sekitar 6% per tahun). Sedangkan Kota/Kabupaten lainnya mengalami pertumbuhan antara 1-3% per tahun. 8. Aksi mitigasi GRK yang telah dilakukan di Provinsi Banten adalah pengomposan sampah organik dan pemanfaatan gas TPA di Kota Tangerang dan pembangunan dan operasionalisasi Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Lebak. Pemanfaatan gas TPA dilakukan dengan cara menyalurkan gas TPA ke rumah tangga (SRT) untuk bahan bakar memasak.

72 9. Pada tahun 2016 aksi-aksi mitigasi limbah padat menghasilkan reduksi emisi GRK limbah padat sebesar 1,129 Giga gram CO2e (1.129 ton CO2e). Aksi mitigasi IPLT tahun 2016 menghasilkan reduksi emisi sebesar 0,297 Giga gram CO2e (297 ton CO2e). Secara keseluruhan aksi-aksi mitigasi di Provinsi Banten tahun 2016 menghasilkan reduksi emisi sebesar 1,43 Giga gram CO2e (1430 ton CO2e). 10. Aksi-aksi mitigasi sektor limbah Provinsi Banten masih sangat sedikit dibandingkan dengan rencana aksi yang tertuang dalam dokumen RAD. Dari 22 aksi yang direncanakan pada RAD, hanya 3 aksi yang telah dilaksanakan yaitu pemanfaatan gas TPA (SRT) dan pengomposan di Kota Tangerang dan pembangunan dan operasionalisasi IPLT di Kabupaten Lebak. 11. Total reduksi emisi yang telah dicapai di tahun 2016 masih sangat kecil, yaitu sekitar 1430 ton CO2e atau hanya 0,2% dari target reduksi RAD 2020 (yaitu ton CO2-e). 6.2 Rekomendasi 1. Dalam kegiatan pemantauan kegiatan aksi mitigasi, informasi yang dapat dikumpulkan masih terbatas sehingga ada kemungkinan kegiatan mitigasi telah dilaksanakan namun tidak teridentifikasi. Oleh karena itu disarankan agar dilakukan perbaikan dalam dokumentasi kegiatan mitigasi berikut indikator-indikator yang terkait dengan capaian aksi mitigasi. 2. Analisis terhadap rencana aksi pada dokumen RAD dan realisasi aksi-aksi mitigasi yang telah dilaksanakan hingga 2016 mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan bahwa target reduksi emisi 2020 sulit dapat dicapai apabila intensitas kegiatan mitigasi masih seperti pada tahun-tahun yang lalu. Oleh karena itu disarankan untuk segera melaksanakan rencana-rencana aksi yang ditargetkan akan menghasilkan reduksi yang signifikan dan terukur. Apabila terdapat keraguan dalam kemungkinan pencapaian target disarankan agar dilakukan kaji ulang terhadap rencana aksi dan target reduksi pada RAD Provinsi Banten.

73 Daftar Pustaka Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Emisi GRK Sektor Limbah Di Provinsi Banten Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Banten. 20. Laporan Inventarisasi Gas Rumah KAca Provinsi Banten Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. Banten Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Provinsi Banten. Statistik Daerah Provinsi Banten, 2016 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 20. RISET KESEHATAN DASAR 20 Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC-2006 Guidelines for National Green House Gas Inventories Volume 5 Waste Kementerian Lingkungan Hidup "Pilot Project JICA-KLH-ITB dan BLH Sumatera Utara dan BLH Sumatera Selatan Tahun 2011" dalam Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional Buku II Volume 4 Pengelolaan Limbah. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Portal Persampahan,, Rekapitulasi Data Persampahan Provinsi, Diakses pada September 2017, Dari &tabid=datateknis UNFCCC, 2006, "Training Handbook on Mitigation Assessment for Non-Annex I Parties", Consultative Group Of Experts On National Communications From Parties not Included In Annex I To The Convention (CGE), May 2006

74 LAMPIRAN HASIL INVENTARISASI EMISI GRK SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN PER KABUPATEN/KOTA

75 Tabel L- 1 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kabupaten Pandeglang Emisi [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

76 Emisi [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

77 Tabel L- 2 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kabupaten Lebak Emisi [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

78 Emisi [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

79 Tabel L- 3 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kabupaten Serang Emisi [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

80 Emisi [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

81 Tabel L- 4 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kabupaten Tangerang Emisi [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

82 Emisi [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

83 Tabel L- 5 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kota Cilegon Emisi [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

84 Emisi [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

85 Tabel L- 6 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kota Serang Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

86 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

87 Tabel L- 7 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kota Tangerang Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

88 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

89 Tabel L- 8 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kota Tangerang Selatan Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

90 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

91 Tabel L- 9 Emisi Baseline Sektor Limbah Kabupaten Pandeglang Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

92 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

93 Tabel L- 10 Emisi Baseline Sektor Limbah Kabupaten Lebak Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

94 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

95 Tabel L- 11 Emisi Baseline Sektor Limbah Kabupaten Serang Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

96 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

97 Tabel L- 12 Emisi Baseline Sektor Limbah Kabupaten Tangerang Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

98 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

99 Tabel L- Emisi Baseline Sektor Limbah Kota Cilegon Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

100 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

101 Tabel L- 14 Emisi Baseline Sektor Limbah Kota Serang Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

102 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

103 Tabel L- 15 Emisi Baseline Sektor Limbah Kota Tangerang Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

104 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

105 Tabel L- 16 Emisi Baseline Sektor Limbah Kota Tangerang Selatan Emissions [Gg] Categories CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e 4 - Limbah A - Pembuangan Limbah Padat A.1 - TPA - managed A.2 - TPA - unmanaged A.3 - TPA - uncategorised B - Pengolahan secara Biologi C - Insinerasi dan Pembakaran secara Terbuka C.1 - Insinerasi C.2 - Pembakaran Terbuka oleh masyarakat D - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair D.1 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Domestik D.2 - Pengolahan dan Pembuangan Limbah Cair Industri E - Lainnya (sebutkan)

106 Emissions [Gg] CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e CO2 CH4 N2O CO2-e

107 LAMPIRAN PENGHITUNGAN TINGKAT EMISI GRK MENGGUNAKAN SOFTWARE IPCC 2006

108

109

110

111

112

113

114

115

116

117

118

119

120

121

122

123

124

125

126

127

128

129

130

131

132

133 LAMPIRAN FOTO HASIL INVENTARISASI EMISI GRK SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN PER KABUPATEN/KOTA

134 TPA Cilowong yang dioperasikan secara open dumping menampung sampah dari Kota Serang dan Kabupaten Serang. Gambar L- 1 TPA Cilowong

135 Excavator (kiri) dan area beratap yang merupakan Unit Pengomposan (kanan) di TPA Cilowong. Gambar L- 2 Excavator dan Unit Pengomposan di TPA Cilowong

136 TPA Rawakucing yang dioperasikan secara sanitary landfill (2 zona) dan controlled landfill (1 zona) merupakan fasilitas pembuangan akhir sampah Kota Tangerang. Gambar L- 3 TPA Rawakucing

137 Gambar L- 4 Jembatan timbang di TPA Rawakucing

138 Salah satu sel landfill di TPA Rawakucing yang sudah ditutup dan terlihat pipa penyaluran LFG (kiri), serta sel landfill yang masih aktif di belakang kolam lindi (kanan). Gambar L- 5 Sel Landfill di TPA Rawakucing

139 Pemanfaatan gas metana yang ada di TPA Rawakucing yaitu untuk biogas di Dapur TPA dan disalurkan melalui pipa ke penduduk di sekitar TPA (SRT). Gambar L- 6 Pemanfaatan gas metana di TPA Rawakucing

140 Gambar L- 7 Unit Produksi Kompos di TPA Rawakucing

141 Sampah organik yang masuk ke Unit Pengomposan TPA Rawakucing berupa sampah sisa makanan (sisa sayuran dan buah dari pasar). Sebelum melalui proses pengomposan sampah tersebut dipilah terlebih dahulu untuk memisahkan dengan sampah anorganik. Gambar L- 8 Sampah organik yang masuk Unit Pengomposan TPA Rawakucing

142 Proses pemasakan kompos (fermentasi, pengomposan) ditunjukkan dalam gambar paling kiri, yaitu berupa gundukan sampah organik yang didiamkan dan sesekali dicampur-aduk bagian atas dan bawah. Setelah matang, maka sampah dicacah dan diayak (dengan alat pengayak seperti pada gambar bagian tengah) sehingga menghasilkan produk jadi kompos seperti terlihat di gambar paling kanan. Gambar L- 9 Proses dan Produk Pengomposan di TPA Rawakucing

143 Pencatatan dan pelaporan data sampah organik yang dikomposkan dan produk kompos di UPT Pengomposan TPA Rawakucing sangat baik. Data sampah organik yang dikomposkan dicatat dalam satuan volumterik (m 3 ) dan produk kompos dinyatakan dalam satuan massa (kg). Data dicatat setiap hari, direkap secara berkala (bulanan, tahunan) dan dikoordinasi oleh DLH Kota Tangerang. Gambar L- 10 Pencatatan data di Unit Pengomposan TPA Rawakucing

144 Survey pengumpulan data dalam kerangka kegiatan yang dilakukan di tahun 2017 ini, selain site visit ke fasilitas pengolahan limbah (TPA, IPAL, IPLT), juga berupa diskusi data dengan DLH Kota/Kabupaten. Beberapa DLH Kota/Kabupaten yang berhasil dikunjungi di kantor untuk diskusi ditunjukkan dalam kedua gambar tersebut, yaitu penyampaian kebutuhan data ke DLH Kabupaten Serang (kiri) dan diskusi data dengan DLH Kota Cilegon (kanan). Gambar L- 11 Diskusi pengumpulan data di DLH Kota/Kabupaten Provinsi Banten

145 Bentuk survey pengumpulan data selain ke DLH Kota/Kabupaten, juga berupa diskusi dengan instansi tingkat Provinsi. Beberapa instansi yang berhasil dikunjungi adalah Satker PSPLP Provinsi Banten (kiri) dan Dinas Kesehatan Provinsi Banten (kanan). Diskusi berupa pengumpulan data sistem dan teknologi pengolahan limbah cair domestik Kota/Kabupaten di Provinsi Banten. Gambar L- 12 Diskusi pengumpulan data di DLH Kota/Kabupaten Provinsi Banten IPLT Lebak Wangi Sepatan Timur Kabupaten Tangerang mengolah black-water dari penyedotan tinja septic tank warga Kabupaten Tangerang.

146 Gambar L- IPLT Sepatan Timur Kabupaten Tangerang Sludge hasil pengerukan endapan kolam-kolam pengolahan di IPLT kabupaten Tangerang dikering di tempat pengeringan. Sludge kering ini dimanfaatkan sebagai pupuk dan aplikasi tanah. Gambar L- 14 Pengeringan sludge di IPLT Kabupaten Tangerang

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT 2017 Kata Pengantar Naskah ini disampaikan sebagai draft Laporan Akhir Studi Tolok

Lebih terperinci

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah 1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Pengelolaan Sampah diatur melalui UU 18/2008 (berwawasan lingkungan)

Lebih terperinci

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH Republik Indonesia SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II VOLUME 4 METODOLOGI PENGHITUNGAN TINGKAT EMISI GAS RUMAH KACA PENGELOLAAN LIMBAH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 2012

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup

BAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disusun berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun Anggaran 2016 serta Penetapan Kinerja Tahun

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3

APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3 APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3 Sinta Saptarina Soemiarno Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM 1. Gas Rumah Kaca (GRK) adalah komponen-komponen berfasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Workshop/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012

Laporan Kegiatan Workshop/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 IV. PENGHITUNGAN BASE LINE DI SEKTOR LIMBAH 4.1. Kontribusi landfill terhadap GRK Dalam penghitungan Gas Rumah Kaca pengelolaan sampah secara Landfill berkontribusi terhadap emisi CH 4 (3-4% GRK global)

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1 Bab i pendahuluan Masalah pencemaran lingkungan oleh air limbah saat ini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti halnya di DKI Jakarta. Beban polutan organik yang dibuang ke badan sungai atau

Lebih terperinci

INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN DAN VERIFIKASI

INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN DAN VERIFIKASI INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN DAN VERIFIKASI Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Inventarisasi

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014

RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014 RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014 Dalam rangka pelaksanaan kebijakan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% dari bussiness As UsuaIl (BAU) pada tahun 2020, Pemerintah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor Lampiran II : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2004. Tentang Tanggal : : Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Wilayah Kota Cirebon 1. Geografi Kota Cirebon merupakan salah satu Kota bersejarah yang memiliki keunikan yang khas. Kota Cirebon adalah bekas ibu Kota kerajaan

Lebih terperinci

Jambi, Desember 2013 Penulis

Jambi, Desember 2013 Penulis Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tchobanoglous dkk. ( 1993) sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta

Lebih terperinci

JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r

JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r Instansi Visi Misi Tujuan Tugas Fungsi Badan Hidup Provinsi Jawa Timur Ketersediaan Hidup Jawa Timur yang Baik dan Sehat 1.

Lebih terperinci

MEMBANGUN INVENTARISASI GRK

MEMBANGUN INVENTARISASI GRK MEMBANGUN INVENTARISASI GRK INVENTARISASI GAS RUMAH KACA ADALAH KEGIATAN UNTUK MEMANTAU DAN MENGHITUNG TINGKAT DAN STATUS GRK DARI BERBAGAI SUMBER EMISI (SOURCE) DAN PENYERAPNYA (SINK) AKIBAT KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1 I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masalah pencemaran lingkungan di kota besar, khususnya Jakarta telah menunjukkan gejala yang cukup serius, khususnya masalah pencemaran air.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) 1 1. PROSES PENYUSUNAN DILAKUKAN SECARA SWAKELOLA; 2. TIM PENYUSUN DIBENTUK DALAM KELOMPOK KERJA (POKJA) SK GUBERNUR PAPUA NOMOR

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Di Indonesia saat ini sampah kota yang disebut sebagai municipal solid waste atau MSW masih belum diolah secara Terpadu. Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA 1 OUTLINE 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pendekatan dan

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN No. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN 1 Kepala Dinas 2 Sekretaris Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan program/kegiatan di bidang sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI TRANSPORTASI DAN PERUBAHAN IKLIM Dr. Armi Susandi, MT Prodi Meteorologi, ITB Pokja Adaptasi, DNPI Seminar Public Transportation as The Solution of Bandung Traffic ITB, 2 Oktober 2010 OUTLINE Komitmen Indonesia

Lebih terperinci

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan TPST Piyungan Bantul I. Pendahuluan A. Latar belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dan kemegahan zaman mempengaruhi gaya hidup manusia ke dalam gaya hidup yang konsumtif dan serba instan. Sehingga

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Asisten Deputi Urusan Mitigasi dan Pelestarian Fungsi Atmosfer

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Asisten Deputi Urusan Mitigasi dan Pelestarian Fungsi Atmosfer KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP KEBIJAKAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM & SISTEM INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL Sulistyowati Asisten Deputi Urusan Mitigasi dan Pelestarian Fungsi Atmosfer Jakarta, 26 Januari

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Pembahasan Pedoman Penyusunan RAD GRK Jakarta, 12 Januari 2012 www.bappenas.go.id 1 PENURUNAN EMISI GAS RUMAH

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat

Lebih terperinci

cov-buku-fa.pdf 1 10/23/15 2:00 PM C M Y CM MY CY CMY K

cov-buku-fa.pdf 1 10/23/15 2:00 PM C M Y CM MY CY CMY K cov-buku-fa.pdf C M Y CM MY CY CMY K 1 10/23/15 2:00 PM KATA PENGANTAR Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) merupakan bagian yang signifikan dalam implementasi rangkaian kegiatan aksi mitigasi yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.72/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI AKSI DAN SUMBERDAYA PENGENDALIAN

Lebih terperinci

DINAS LINGKUNGAN HIDUP

DINAS LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA DINAS LINGKUNGAN HIDUP 17 JANUARI 2018 outline 1. KOMITMEN PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA 2. PROFIL EMISI GRK DKI JAKARTA 3. DASAR HUKUM 4. POTRET RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI SEKTOR SAMPAH PERKOTAAN DI INDONESIA

PENGHITUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI SEKTOR SAMPAH PERKOTAAN DI INDONESIA J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 01-08 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X PENGHITUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI SEKTOR SAMPAH PERKOTAAN DI INDONESIA Wahyu Purwanta Peneliti di Pusat Teknologi

Lebih terperinci

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. 1 Pokok bahasan meliputi latar belakang penyusunan IPCC Supplement, apa saja yang menjadi

Lebih terperinci

PROFIL EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA DAN RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA

PROFIL EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA DAN RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PROFIL EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA DAN RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA DISAMPAIKAN OLEH : Ir.

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap hari manusia menghasilkan air limbah rumah tangga (domestic waste water). Air limbah tersebut ada yang berasal dari kakus disebut black water ada pula yang

Lebih terperinci

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15.11.2011 In cooperation with 14.05.2012 Page Seite 1 ISI PRESENTASI 1. Latar Belakang 2. Kemajuan Penyusunan Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR SAMPAH DAN LIMBAH CAIR PERKOTAAN DI INDONESIA

EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR SAMPAH DAN LIMBAH CAIR PERKOTAAN DI INDONESIA J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 41-47 Jakarta, Juni 2009 ISSN 1441-318X EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR SAMPAH DAN LIMBAH CAIR PERKOTAAN DI INDONESIA Wahyu Purwanta, dan Joko Prayitno Susanto Peneliti

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi

VI.1. Gambaran Umum Pemantauan Dan Evaluasi Sanitasi BAB VI MONITORING DAN EVALUASI Dalam bab ini akan dijelaskan strategi untuk melakukan pemantauan/ monitoring dan evaluasi dengan fokus kepada pemantauan dan evaluasi Strategi Kabupaten Berskala Kota ()

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).

Lebih terperinci

Tagor, Gabriel B.A. Kristanto, Evy Novita. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia

Tagor, Gabriel B.A. Kristanto, Evy Novita. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia STUDI PERBANDINGAN POTENSI EMISI GAS METANA DARI SEKTOR PERSAMPAHAN KOTA DEPOK ANTARA SKENARIO BUSINESS AS USUAL (BAU) YANG MENGACU PADA RPJMD DAN SKENARIO OPTIMALISASI DAN INTERVENSI Tagor, Gabriel B.A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah Nur Amalia amalia_aim@pelangi.or.id SISTEMATIKA : 1. Tujuan Proyek 2. Hasil

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI Talangagung Tantangan Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah adalah salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia. Sebagian besar tempat pemrosesan akhir sampah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi Pemerintah Indonesia masih berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% atau 834 juta ton CO2e pada tahun 2030 dari kondisi Business as Usual (BaU). Sektor energi sendiri mendapatkan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

JENIS DAN KOMPONEN SPALD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK JENIS DAN KOMPONEN SPALD A. KLASIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU TUGAS : Membantu Bupati dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang. FUNGSI : a. Perumusan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD - GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Skema Proses Pengolahan Air Limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sewon dibangun pada awal Januari 1994 Desember 1995 yang kemudian dioperasikan pada tahun 1996. IPAL Sewon dibangun di lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2. penduduk yang mencapai jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Bali dengan luas kurang lebih 5.636,66 km 2 dengan jumlah penduduk yang mencapai 3.890.757 jiwa sangat rentan terhadap berbagai dampak negatif dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, semua makhluk hidup memerlukan air. Tanpa air tak akan ada kehidupan, demikian pula dengan manusia tak dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dapat menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Salah satu efek negatif tersebut adalah masalah lingkungan hidup yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung dikategorikan sebagai provinsi yang sedang berkembang. Provinsi lampung yang beribukota di Bandar Lampung memiliki areal dataran seluas 34623,80 Km 2 termasuk

Lebih terperinci