LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT 2017

2 Kata Pengantar Naskah ini disampaikan sebagai draft Laporan Akhir Studi Tolok Ukur Inventarisasi Data GRK dan Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Gas-gas Rumah Kaca (RAD GRK) Sektor Limbah Provinsi Banten. Pekerjaan dilaksanakan dalam Kerangka Kegiatan Peningkatan Pemeliharaan Lingkungan Hidup dan Program Rehabilitasi dan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup pada Unit Kerja Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten Tahun Laporan ini terdiri atas: (a) Inventarisasi Emisi GRK Sektor Limbah (Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Domestik) Provinsi Banten dan Kota/Kabupaten se-provinsi Banten, yang juga mencakup data dan parameter penghitungan tingkat emisi GRK, sumber-sumber utama emisi GRK, Quality Control/Assurance (QC/QA), implementasi inventory dan manajemen data, serta persiapan monitoring inventarisasi (berkelanjutan) agar dapat melakukan peningkatan kualitas data, QA/QC, peningkatan metoda inventarisasi dan update kemampuan dalam perencanaan inventarisasi (b) Laporan Pelaksanaan Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Gas-gas Rumah Kaca (RAD GRK) Sektor Limbah Provinsi Banten, yang juga mencakup: - penyusunan baseline dan proyeksi tingkat emisi GRK skenario mitigasi, - penghitungan reduksi emisi GRK dari aksi-aksi mitigasi sektor limbah, dan - rekomendasi mitigasi emisi GRK sektor limbah yang akan digunakan sebagai masukan pelaksanaan kaji ulang RAD Sektor Limbah. Tim Studi mengharapkan draft Laporan Akhir Pekerjaan Tolak Ukur Inventarisasi Data GRK dan Pemantauan Evaluasi Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Sektor Limbah yang telah disusun ini mendapatkan masukan untuk perbaikan Laporan Akhir sehingga Laporan Studi bermanfaat bagi Pemerintah Provinsi Banten di dalam menyusun RAD GKR Provinsi Banten dan kebijakan terkait perubahan iklim sektor limbah. Bandung, 2017 Tim Studi i

3 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi ii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v Bab I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Keluaran Hasil Pekerjaan Ruang Lingkup Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Penyajian Laporan... 5 Bab II Gambaran Umum Provinsi Banten Luas dan Letak Geografi Wilayah Administrasi Provinsi Banten Kondisi Socio-Ekonomi Kependudukan Kondisi Ekonomi Tingkat Konsumsi Protein Kondisi Lingkungan Terkait Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Domestik Pengelolaan Limbah Padat Domestik Pengelolaan Limbah Cair Domestik Bab III Proses Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK dan Pelaporan Capaian Reduksi Emisi GRK Kegiatan Mitigasi Pengaturan Kelembagaan Proses Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK Proses Pelaporan Capaian Reduksi Emisi GRK Kegiatan Mitigasi Evaluasi RAD GRK Bab IV Inventarisasi Emisi GRK Sektor Limbah Provinsi Banten Inventarisasi Tingkat Propinsi Inventarisasi Tingkat Kota/Kabupaten Kota Tangerang Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan Kota Serang Kabupaten Serang Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kota Cilegon Bab V Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Aksi-aksi Mitigasi RAD Sektor Limbah Provinsi Banten Rencana Aksi Mitigasi Berdasar RAD GRK Sektor Limbah Pelaksanaan Aksi Mitigasi Sektor Limbah Propinsi Banten Mitigasi per Kota/Kabupaten Kota Tangerang Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan ii

4 Kota Serang Kabupaten Serang Kabupaten Pandeglang Kabupaten Lebak Kota Cilegon Evaluasi Hasil Mitigasi vs RAD Sektor Limbah Kesimpulan dan Rekomendasi Lampiran Metodologi A. Metodologi Penghitungan Emisi GRK A.1 Penghitungan Emisi GRK di TPA A.2 Penghitungan Emisi GRK Pengolahan Biologi Limbah Padat A.3. Penghitungan Emisi GRK Insinerasi dan Open Burning Limbah Padat A.4 Penghitungan Emisi GRK Kegiatan Pengelolaan Limbah Cair Domestik iii

5 Daftar Tabel Tabel 1 Perkembangan tingkat emisi GRK Indonesia, Tabel 2 Jumlah kecamatan dan desa masing-masing kota/kabupaten Provinsi Banten, Tabel 3 Gambaran jumlah, laju pertumbuhan, dan kepadatan penduduk Provinsi Banten... 7 Tabel 4 Data Jumlah penduduk Banten yang tinggal di desa dan di kota... 8 Tabel 5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Banten... 8 Tabel 6 PDRB Provinsi Banten menurut harga berlaku dan harga konstan, Tabel 7 Data tingkat konsumsi protein masyarakat Banten (kg/kapita/tahun), Tabel 8 TPA Limbah Padat Kota yang ada di Provinsi Banten Tabel 9 Data laju timbulan sampah dan % sampah ke TPA 4 Kabupaten di Provinsi Banten Tabel 10 Data laju timbulan sampah dan % sampah ke TPA 4 Kota Provinsi Banten Tabel 11 Jenis emisi GRK masing-masing tipe pengolahan atau pembuangan limbah cair Tabel 12 Data prosentase pengolahan limbah tinja di Provinsi Banten Tabel 13 Data Aktifitas dan CRF* Hasil Inventarisasi Emisi GRK Propinsi Banten Tabel 14 Perkembangan emisi GRK sektor limbah Propinsi Banten, Giga Gram CO2e Tabel 15 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kota Tangerang, Tabel 16 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kabupaten Tangerang, Tabel 17 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kota Tangerang Selatan, Tabel 18 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kota Serang, Tabel 19 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kabupaten Serang, Tabel 20 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kabupaten Pandeglang, Tabel 21 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kabupaten Lebak, Tabel 22 Data aktivitas dan inventarisasi emisi GRK Kota Cilegon, Tabel 23 Rencana Aksi Mitigasi Sektor Limbah Pada RAN-GRK Banten Tabel Lampiran 1 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kabupaten Pandeglang Tabel Lampiran 2 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kabupaten Lebak Tabel Lampiran 3 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kabupaten Serang Tabel Lampiran 4 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kabupaten Tangerang Tabel Lampiran 5 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kota Cilegon Tabel Lampiran 6 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kota Serang Tabel Lampiran 7 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kota Tangerang Tabel Lampiran 8 Inventarisasi Emisi Sektor Limbah Kota Tangerang Selatan Tabel Lampiran 9 Emisi Baseline Sektor Limbah Kabupaten Pandeglang Tabel Lampiran 10 Emisi Baseline Sektor Limbah Kabupaten Lebak Tabel Lampiran 11 Emisi Baseline Sektor Limbah Kabupaten Serang Tabel Lampiran 13 Emisi Baseline Sektor Limbah Kota Cilegon Tabel Lampiran 14 Emisi Baseline Sektor Limbah Kota Serang Tabel Lampiran 15 Emisi Baseline Sektor Limbah Kota Tangerang Tabel Lampiran 16 Emisi Baseline Sektor Limbah Kota Tangerang Selatan iv

6 Daftar Gambar Gambar 1 Perbandingan penduduk Banten yang tinggal di desa dan kota... 7 Gambar 2 Kategori sumber utama emisi grk dari kegiatan pengelolaan limbah... 9 Gambar 3 Stream sampah padat perkotaan Gambar 4 Tipe pengolahan yang merupakan sumber utama emis GRK Gambar 5 Skema proses penyelenggaraan inventarisasi emisi GRK dan pelaporan capaian reduksi emisi GRK kegiatan mitigasi di Provinsi Banten Gambar 6 Disitribusi emisi GRK menurut jenis gas (2016) Gambar 7 Disitribusi emisi GRK menurut jenis sumber emisi (2016) Gambar 8 Disitribusi emisi GRK pengolahan limbah padat (2016) Gambar 9 Disitribusi emisi GRK pengolahan limbah cair (2016) Gambar 10 Data aktifitas pengolahan limbah Propinsi Banten Gambar 11 Inventarisasi menurut sumber GRK pengolahan limbah Propinsi Banten Gambar 12 Inventarisasi emisi GRK pengolahan limbah Propinsi Banten menurut Kota/Kabupaten.. 23 Gambar 13 Data aktifitas pengolahan limbah Kota Tangerang Gambar 14 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kota Tangerang Gambar 15 Data aktifitas pengolahan limbah Kabupaten Tangerang Gambar 16 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kabupaten Tangerang Gambar 17 Data aktifitas pengolahan limbah Kota Tangerang Selatan Gambar 18 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kota Tangerang Selatan Gambar 19 Data aktifitas pengolahan limbah Kota Serang Gambar 20 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kota Serang Gambar 21 Data aktifitas pengolahan limbah Kabupaten Serang Gambar 22 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kabupaten Serang Gambar 23 Data aktifitas pengolahan limbah Kabupaten Pandeglang Gambar 24 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kabupaten Pandeglang Gambar 25 Data aktifitas pengolahan limbah Kabupaten Lebak Gambar 26 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kabupaten Lebak Gambar 27 Data aktifitas pengolahan limbah Kota Cilegon Gambar 28 Inventarisasi emisi GRK dari pengolahan limbah Kota Cilegon Gambar 29 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Sektor Limbah Propinsi Banten Gambar 30 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Sektor Limbah Kota Tangerang Gambar 31 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Pengolahan Limbah Padat Kota Tangerang Gambar 32 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kabupaten Tangerang Gambar 33 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kota Tangerang Selatan Gambar 34 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kota Serang Gambar 35 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kabupaten Serang Gambar 36 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kabupaten Pandeglang Gambar 37 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kabupaten Lebak Gambar 38 Emisi GRK baseline dan mitigasi pengolahan limbah cair domestik Kab. Lebak Gambar 39 Emisi GRK Baseline dan Mitigasi Kota Cilegon v

7 Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan salah satu isu global yang sampai saat ini masih terus menjadi sorotan dan tanggung jawab dunia, baik oleh negara maju maupun negara berkembang. Isu utama perubahan iklim yang berkembang belakangan ini adalah peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer yang cukup signifikan dan komitmen dunia berupaya menurunkan tingkat emisi GRK secara bersama-sama untuk menjaga kenaikan temperatur bumi tidak melebihi 2 o C. Sebagai bagian dari upaya-upaya dunia tersebut, Indonesia juga berkomitment untuk berkontribusi di dalam penurunan tingkat emisi GRK dunia. Komitmen Indonesia di dalam penurunan tingkat emisi GRK nasional adalah 29% di bawah tingkat emisi GRK Business-As-Usual (BAU) pada tahun 2030 untuk skenario unconditional dan sampai dengan 41% di bawah tingkat emisi BaU untuk skenario conditional sebagaimana disampaikan pada dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. Komitmen tersebut merupakan kontribusi Indonesia di dalam pelaksanaan Paris Agreement yang telah diratifikasi melalui Undang-undang Republik Indonesia No. 16/2016 dan bertujuan menjaga agar peningkatan temperatur bumi, yang menyebabkan perubahan iklim global, tidak melebihi 2 o C dibandingkan dengan masa praindustrialisasi. Pada tingkat emisi GRK baseline Juta Ton CO 2 e di tahun 2030, besarnya target reduksi skenario un-conditional adalah 834 Juta Ton CO 2 e sedangkan skenario conditional adalah 1,081 Juta Ton CO 2 e. Target reduksi emisi GRK sektor limbah untuk scenario un-conditional dan conditional berturut-turut adalah 11 juta ton CO2e dan 26 juta ton CO2e dimana tingkat emisi GRK baseline di tahun 2030 adalah 296 Juta Ton CO2e [Sumber: Indonesia NDC, MoEF, 2016] Sebagai salah satu anggota UNFCCC (non-annex 1) yang ikut meratifikasi Protokol Kyoto, Indonesia memiliki kewajiban untuk melaporkan tingkat emisi GRK dari sumber-sumber utama dan kegiatan-kegiatan terkait perubahan iklim kepada UNFCCC, yaitu mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Laporan tersebut disusun secara nasional sebagai laporan National Communication (NatCom) dan Biennial Up-date Report (BUR), yang antara lain berisi hasil inventarisasi emisi GRK nasional, aksi-aksi mitigasi yang telah diimplementasikan dan capaian reduksi emisi GRK, serta rencana aksi mitigasi dan adaptasi kedepan di dalam menghadapi fenomena perubahan iklim global. Indonesia menyampaikan dokumen First BUR ke UNFCCC pada tahun 2015 sedangkan laporan National Communication yang ke Tiga (Third National Communication) sedang dalam finalisasi. 1

8 Merujuk kedua dokumen tersebut, data-data hasil Inventarisasi Emisi GRK Nasional menunjukkan bahwa kontribusi sektor limbah terhadap tingkat emisi GRK nasional adalah sekitar 6%, jauh dibawah kontribusi sektor LULUCF dan Energi. Meskipun demikian, perkembangan tingkat emisi GRK sektor limbah pada perioda cukup tinggi, yaitu 4% per tahun (Tabel 1). Dengan demikian, sektor limbah juga merupakan sektor penting di dalam inventarisasi emisi GRK dan penyusunan rencana aksi mitigasi. nasional Sumber utama emisi GRK sektor limbah adalah pengelolaan limbah padat domestik, limbah cair domestik, dan limbah cair industri. Tabel 1 Perkembangan tingkat emisi GRK Indonesia, Juta Ton CO2e % kontribusi Pertumbuhan Sektor rata-rata per tahun Energi % IPPU % Pertanian % LULUCF * % Limbah % Total 1,001 1, % *Termasuk kebakaran gambut. Sumber: Draft Indonesia s TNC, 2017 Mengacu Peraturan Presiden No. 71/2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK Nasional, status tingkat emisi GRK perlu dilaporkan dalam pelaporan inventarisasi emisi GRK setiap tahun. Inventarisasi emisi GRK merupakan salah satu dasar melakukan pengendalian dan menyusun perencanaan aksi-aksi mitigasi yang dapat menurunkan tingkat emisi GRK yang mengacu Peraturan Presiden No. 61/2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi GRK (RAN-GRK). Berdasarkan kedua peraturan ini, daerah juga berkewajiban menyelanggarakan Inventarisasi GRK dan menyusun perencanaan aksi-aksi mitigasi untuk menurunkan emisi GRK (RAD GRK). Mengingat data-data terkait penghitungan tingkat emisi GRK kegiatan pengelolaan limbah domestik berada di bawah kewenangan pemerintah daerah (Provinsi dan Kota/Kabupaten) maka penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK Nasional dan penyusunan aksi-aksi Mitigasi dari kegiatan Pengelolaan Limbah Padat Domestik dan Limbah Cair Domestik ke depan memerlukan peran serta daerah di dalam menyediakan data-data tingkat emisi GRK dan kegiatan-kegiatan yang merupakan aksi-aksi mitigasi untuk menurunkan tingkat emisi GRK. Adanya isu transparansi pada Paris Agreement, data tingkat emisi GRK dan capaian reduksi emisi GRK dari kegiatan mitigasi harus credible dan dapat dipertanggung 2

9 jawabkan sebagai data tingkat nasional maupun tingkat daerah. Verifikasi terhadap data dan informasi terkait inventarisasi emisi GRK dan Pemantauan Evaluasi Pelaporan (PEP) penting dilakukan agar data-data tersebut credible dan dapat dipertanggung jawabkan. Terkait isu transparansi pada Paris Agreement, Pemerintah Provinsi Banten tentunya juga menginginkan hasil Inventarisasi Emisi GRK dan PEP (pemantauan, evaluasi, dan pelaporan) RAD GRK Provinsi Banten dapat diverifikasi agar Inventarisasi Emisi GRK dan Penghitungan Capaian Reduksi Emisi GRK Kegiatan Mitigasi di Sektor Limbah ini credible dan dapat dipertanggung jawabkan sebagai data tingkat daerah (Provinsi atau Kota/Kabupaten). Untuk itu, proses penyiapan data, pelaksanaan inventarisasi, dan penghitungan tingkat emisi GRK mengikuti Pedoman Inventarisasi Emisi GRK Nasional Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diadopsi dari IPCC 2006 GLs sedangkan PEP aksi-aksi mitigasinya mengikuti pedoman PEP dari Bappenas. Pelaporan tingkat emisi GRK dan capaian reduksi emisi GRK juga harus memenuhi kaidah format pelaporan sebagaimana diatur di dalam pedoman tersebut. Dengan demikian, hasil Inventarisasi Emisi GRK dan Pemantauan Evaluasi Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah (RAD) GRK Sektor Limbah dari Provinsi Banten dan Kota/Kabupaten se-provinsi Banten diharapkan dapat dijadikan contoh dalam pelaporan status emisi GRK dan pemantauan aksi mitigasi GRK untuk daerah-daerah lain, sehingga aksi-aksi di sektor limbah yang memberikan dampak penurunan emisi GRK yang dipantau dan dihitung capaian penurunannya dapat dipertanggung jawabkan. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini, adalah (a) Inventarisasi Emisi GRK Sektor Limbah Kabupaten/Kota se-provinsi Banten, yang juga mencakup data dan parameter yang digunakan untuk penghitungan tingkat emisi GRK dan sumber-sumber utama emisi GRK sektor Limbah, (b) Pelaksanaan PEP dan rekomendasi mitigasi emisi GRK sektor limbah untuk digunakan pada kaji ulang RAD GRK, yang juga mencakup baseline, proyeksi tingkat emisi GRK skenario mitigasi, dan reduksi emisi GRK dari aksi-aksi mitigasi sektor limbah di Kabupaten/Kota se-provinsi Banten, (c) Quality Control/Assurance (QC/QA) dan implementasi inventory dan manajemen data (d) Monitoring Inventarisasi (berkelanjutan) dengan tujuan peningkatan data (QA/QC), peningkatan metoda inventarisasi dan update kemampuan perencanaan inventarisasi Sasaran yang ingin dicapai adalah agar laporan kegiatan ini dapat digunakan untuk evaluasi capaian aksi mitigasi emisi GRK pada RAD GRK estimasi tingkat emisi GRK Sektor Limbah, pembuangan limbah padat 3

10 penyusunan RAD GRK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari strategi pembangunan daerah dan berdasarkan pada kebijakan serta rencana strategis penyusunan RAD GRK yang merupakan rencana pembangunan daerah dengan pendekatan baru yang lebih memperhatikan upaya-upaya penurunan emisi GRK pelaksanaan kegiatan dalam RAD GRK yang mengikuti sistem pemantauan, penilaian dan pelaporan yang berlandaskan pada peraturan pemerintah yang berlaku dan bersifat dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi 1.3 Keluaran Hasil Pekerjaan Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah Inventarisasi Emisi GRK dan PEP capaian reduksi emisi GRK Aksi-aksi mitigasi sektor limbah. 1.4 Ruang Lingkup Pekerjaan ini terdiri dari 2 (dua) kegiatan utama yaitu: (a) Inventarisasi Emisi GRK Provinsi Banten Sektor Limbah dan (b) Penghitungan Capaian Penurunan Emisi GRK dalam konteks Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Penurunan emisi GRK (RAD-GRK) Provinsi Banten. Cakupan pekerjaan berdasar kedua kegiatan utama tersebut dijelaskan sebagai berikut: a) Inventarisasi Emisi GRK mengumpulkan data aktivitas inventarisasi emisi GRK di sektor limbah melakukan penghitungan inventarisasi emisi GRK di sektor limbah melakukan koordinasi dengan sektor lain agar kualitas data yang diperoleh akurat. b) Capaian Penurunan Emisi GRK mengumpulkan data aktivitas dan informasi mengenai aksi-aksi mitigasi emisi GRK di sektor limbah melakukan penghitungan capaian penurunan emisi GRK di sektor limbah melakukan koordinasi dengan sektor lain agar kualitas data yang diperoleh akurat. c) Sektor Limbah yang dimaksud meliputi limbah padat dan limbah cair domestik 1.5 Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Untuk mencapai tujuan yang dikemukakan sebelumnya, kegiatan inventarisasi dan pelaporan capaian penurunan emisi GRK sektor limbah di Provinsi Banten akan dilaksanakan dengan menggunakan metodologi sebagai berikut: a) project kick-off dan diskusi awal dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten membahas cakupan pekerjaan dan persiapan pelaksanaan pekerjaan; b) diskusi dengan stakeholder yang direncanakan untuk dilaksanakan saat pemaparan laporan pendahuluan dan draft laporan akhir; 4

11 c) desktop study yang mencakup perumusan kebutuhan data, metodologi untuk inventarisasi emisi GRK dan penghitungan capaian penuruan emisi GRK, identifikasi sumber emisi dan aksi-aksi mitigasi di sektor limbah; d) survey pengumpulan data yang dilakukan untuk menggali dan mengumpulkan: data dan informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang merupakan sumber-sumber utama emisi GRK dan data aktifitas yang akan digunakan untuk menghitung emisi GRK; e) pengolahan data dan penghitungan yang merujuk kepada pedoman inventarisasi emisi GRK (KLH, 2012) yang merujuk kepada IPCC 2006 GLs, yaitu i) tingkat emisi GRK sektor limbah Provinsi Banten dan ii) capaian penurunan emisi GRK dari aksi-aksi mitigasi sektor limbah Provinsi Banten ; dan f) penyusunan laporan. 1.6 Struktur Penyajian Laporan Laporan ini disusun dalam lima bab, dengan struktur penulisan sebagai berikut ini. Bab I Pendahuluan Bab II Gambaran Umum Provinsi Banten Bab III Proses Penyusunan Inventarisasi Emis GRK dan Pelaporan Penurunan Emisi GRK Bab IV Inventarisasi Emisi GRK Sektor Limbah Bab V Pemantauan, Evaluasi, Pelaporan Aksi-aksi Mitigasi RAD Sektor Limbah Provinsi Banten 5

12 2.1 Luas dan Letak Geografi Bab II Gambaran Umum Provinsi Banten Provinsi Banten terletak di bagian barat pulau jawa, yang secara geografis terletak di Lintang Selatan (antara dan ) dan Bujur Timur (antara dan ). Luas provinsi Banten adalah 9, km 2 dengan batas-batas wilayah: (1). Sebelah Utara Laut Jawa (2). Sebelah Timur Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat (3). Sebelah Selatan Samudera Hindia (4). Sebelah Barat Selat Sunda 2.2 Wilayah Administrasi Provinsi Banten Provinsi Banten merupakan daerah otonom yang terbentuk berdasarkan UU No. 23/2000, dengan ibukota pusat pemerintahan di kota Serang. Pada awalnya Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten, yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang dan tiga kota, yaitu Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Cilegon. Dalam perkembangannya terjadi pemekaran wilayah, Kabupaten Serang menjadi Kabupaten Serang dan Kota Serang. Dengan demikian, saat ini Provinsi Banten memiliki empat kabupaten dan empat kota yang memiliki 155 kecamatan, 1,238 desa dan 313 kelurahan. Tabel 1 berikut menujukkan jumlah kecamatan dan desa di masing-masing kota kabupaten yang ada di Provinsi Banten. Tabel 2 Jumlah kecamatan dan desa di kota/kabupaten Provinsi Banten, 2016 No Kabupaten/ Kota Kecamatan / Kelurahan / Desa / Village Subdistrict Village Luas (Km 2 ) Kabupaten (Regency) 1 Pandeglang , Lebak , Tangerang , Serang , Kota (City) 1 Tangerang Cilegon Serang Tangerang Selatan Provinsi Banten 155 1, , Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] 2.3 Kondisi Socio-Ekonomi Secara demografi, kehidupan masyarakat di Provinsi Banten adalah masyarakat yang multi etnis dan multi religi, mayoritas etnis di Provinsi Banten adalah etnis Banten (40.65%) dan mayoritas religi di Provinsi Banten adalah Muslim (94.67%), sedangkan dari 6

13 segi bahasa, masyarakat di Provinsi Banten menggunakan 2 jenis bahasa daerah dan 1 bahasa Nasional yaitu bahasa Sunda Banten dan bahasa Jawa Banten sebagai bahasa daerah, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional Kependudukan Berdasarkan hasil Sensus Kependudukan 2010, jumlah penduduk Provinsi Banten pada tahun 2010 mencapai 10,688,600 jiwa. Selama kurun telah terjadi peningkatan rata-rata 2.23 % per tahun menjadi 12.2 juta jiwa pada tahun Jumlah penduduk yang terus bertambah ini bukan hanya disebabkan oleh pertambahan penduduk secara alamiah, tetapi juga oleh migrant yang masuk ke Provinsi Banten karena daya tarik lapangan kerja. Pada Tabel 1 disampaikan gambaran jumlah penduduk, laju pertumbuhan, dan kepadatan penduduk pada tahun 2010, 2015 dan Penduduk tersebut sebagian besar tinggal di kota dan lainnya tinggal di daerah pedesaan. Perbandingan penduduk Banten yang tinggal di kota dan desa dapat dilihat pada Gambar 1 dan secara lebih rinci pada Tabel 2. Tabel 3 Gambaran jumlah, laju pertumbuhan, dan kepadatan penduduk Provinsi Banten No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Laju Rata-2 Pertumbuhan Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) Kabupaten Regency 1 Pandeglang 1,154,207 1,194,911 1,200, % Lebak 1,209,207 1,269,812 1,279, % Tangerang 2,852,182 3,370,594 3,477, % 2,819 3,437 4 Serang 1,408,796 1,474,301 1,484, % Kota City 1 Tangerang 1,808,498 2,047,105 2,093, % 11,749 13,602 2 Cilegon 376, , , % 2,145 2,386 3 Serang 580, , , % 2,178 2,456 4 Tangerang Selatan 1,298,504 1,543,209 1,593, % 8,822 10,828 Provinsi Banten 10,688,600 11,955,243 12,203, % 1,237 1,263 Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] Prosentase Penduduk Desa dan Kota 38,02% 38,86% 39,02% 61,98% 61,14% 60,98% Desa (Kabupaten) Kota Sumber: Diolah dari data Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] Gambar 1 Perbandingan penduduk Banten yang tinggal di desa dan kota 7

14 Tabel 4 Data Jumlah penduduk Banten yang tinggal di desa dan di kota Jumlah Penduduk (Jiwa) Prosentase Penduduk Kota/Desa No Desa/Kota Kota 6,624,392 7,309,618 7,441, % 61.14% 60.98% 2 Desa (Kabupaten) 4,064,208 4,645,625 4,761, % 38.86% 39.02% Kondisi Ekonomi Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] Provinsi Banten memiliki DAU (Dana Alokasi Umum) Rp 1.6 Trilliun pada tahun 2017 yang dialokasikan sebagai dana pembangunan Provinsi Banten. Salah satu alat tolak ukur untuk meninjau output pemanfaatan DAU untuk pembangunan di suatu daerah adalah dengan mengukur kesejahteraan masyarakat dan nilai kualitas penduduk di suatu daerah atau IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Provinsi Banten memiliki nilai IPM rata2 sebesar 70. Pada Tabel 4 berikut disampaikan data hasil pengukuran tingkat keberhasilan provinsi Banten di tingkat Kabupaten/Kota dalam upaya membangun kualitas penduduk/masyarakat. Tabel 5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Banten Kabupaten Regency Kota City Pandeglang Lebak Tangerang Serang Tangerang Cilegon Serang Tangerang Selatan Provinsi Banten Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] Terlihat pada tabel di atas bahwa masyarakat provinsi Banten yang berada di daerah kota lebih dapat mengakses hasil pembangungan daerah di bandingkan dengan masyarakat di daerah kabupaten, dimana masyarakat kota lebih memperoleh pendapatan dalam bentuk pekerjaan, serta mendapatkan fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan. Selain tu, selama kurun waktu , PDRB Provinsi Banten menurut harga berlaku dan harga konstan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tiga sektor utama penumbang PDRB Provinsi Banten terbesar adalah sektor industri penolahan, sektor perdagangan (termasuk hotel dan restaurant) dan sektor pengankutan dan komunikasi. Secara rinci nilai PDRB Provinsi Banten dapat dilihat dari Tabel 5 berikut ini. Tabel 6 PDRB Provinsi Banten menurut harga berlaku dan harga konstan, No Jenis PDRB Provinsi Banten Nilai PDRB (Milliar Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 1 Menurut Pengeluaran 331, , , , Menurut Lapangan Usaha 377, , , , Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 1 Menurut Pengeluaran 377, , , , Menurut Lapangan Usaha 331, , , , Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] 8

15 2.3.3 Tingkat Konsumsi Protein Konsumsi protein oleh penduduk mengakibatkan adanya kandungan nitrogen di dalam limbah cair yang merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan timbulnya emisi GRK karena limbah cair akan menghasilkan gas N 2 O. Tabel 6 berikut adalah gambaran konsumsi protein penduduk Banten. Merujuk Tabel 6 tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsumsi protein rata-rata penduduk Banten adalah kg/kapita/tahun. Tabel 7 Data tingkat konsumsi protein masyarakat Banten (kg/kapita/tahun), No Tahun Konsumsi Protein (kg/kap/tahun) Kabupaten/Regency Kota / City Pandeglang Lebak Tangerang Serang Tangerang Cilegon Serang Tangsel Rata-rata konsumsi Protein Penduduk Banten Sumber: Statistik Daerah Provinsi Banten [BPS, 2016] 2.4 Kondisi Lingkungan Terkait Pengelolaan Limbah Padat dan Cair Domestik Sumber-sumber utama emisi GRK sektor limbah berasal dari sistem pengolahan masingmasing limbah. Merujuk IPCC-2006 GLs, sumber-sumber utama tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. 4A1 Managed 4A SWDS (Solid waste disposal site) atau landfill/tpa (tempat pembuangan akhir) 4A2 Un-Managed 4A3 Un-Categorized Limbah Padat Domestik dan Industri 4B Pengolahan Biologi 4C Insinerasi atau Opening Burning 4C1 Insinerasi 4. Pengelolaan Limbah 4C2 Opening Burning Limbah Cair domestik dan Industri 4E Lain-lain 4D Pengolahan dan Pembuangan Limbah 4D1 Limbah Cair Domestik 4D2 Limbah Cair Industri Catatan: Penomoran pada gambar sesuai dengan penomoran pada IPCC 2006 Guidelines Gambar 2 Kategori sumber utama emisi grk dari kegiatan pengelolaan limbah 9

16 Merujuk Gambar 2, sumber-sumber utama emisi GRK pengolahan limbah yang tercakup dalam Inventarisasi Emisi GRK Provinsi Banten adalah Pengolahan Limbah Padat Domestik dan Pengolahan Limbah Cair Domestik. Pembahasan pada bagian berikut mencakup datadata terkait pengolahan limbah di kedua sektor yang terdapat di Provinsi Banten Pengelolaan Limbah Padat Domestik Sebagaimana diilustrasikan pada Gambar. limbah padat kota dapat berasal dari berbagai sumber yaitu rumah tangga, pasar, gedung perkantoran dan komersial dan dari taman kota serta jalan kota. Pada gambar tersebut juga diperlihatkan berbagai kemungkinan penanganan sampah padat. Perlu dicatat bahwa kegiatan pengomposan dan daur ulang dapat terjadi pada berbagai titik pada waste stream yaitu dilakukan di lokasi sumber sampah, di sepanjang perjalanan sampah atau di TPA. Beberapa proses penanganan limbah padat dapat menghasilkan emisi GRK diantaranya pada open burning, pengomposan dan pada penimbunan sampah di TPA. Residential Market Office Municipal Solid Waste (MSW) Comercial...% Recycle Park/Road...% Composting Open burning...%...%...% Incinerator Burying SWDS (managed, unmanaged, uncategorized)...%...% Others... Gambar 3 Stream sampah padat perkotaan Pembuangan dan penimbunan limbah padat di TPA merupakan salah satu sumber utama emisi GRK sektor limbah. Tempat pembuangan akhir (TPA) limbah padat, yang dalam IPCC 2006 GLs disebut sebagai solid waste disposal site (SWDS) digunakan untuk mengolah: a. Limbah padat domestik (sampah kota) atau municipal solid waste (MSW) b. Limbah padat industri berupa bahan berbahaya dan beracun (B3) maupun non-b3, misal bottom ash dari pembangkit listrik, limbah lumpur/sludge instalasi pengolahan limbah (IPAL), limbah padat industri agro (cangkang sawit, EFB), dan lain-lain yang umumnya dibuang pada control landfill (managed SWDS) yang terpisah dari TPA sampah kota. 10

17 c. Limbah padat lainnya (other waste), seperti limbah clinical waste (dari rumah sakit atau laboratorium uji kesehatan), hazardous waste, limbah demolition (limbah konstruksi dan bongkaran bangunan), dan lain-lain. Sebagai catatan: Emisi GRK pengolahan limbah dari kegiatan pertanian atau Agricultural Waste tidak dikelompokkan dalam sektor limbah namun dibahas di sektor lahan/afolu. Khusus TPA untuk limbah padat domestik, TPA diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu a. Managed SWDS, yaitu TPA yang dikelola/control landfill/sanitary landfill; b. Un-managed SWDS, yaitu TPA yang tidak dikelola atau open dumping; c. Uncategorized SWDS, yaitu TPA yang tidak dapat dikategorikan sebagai managed maupun un-managed SWDS karena termasuk pada kualifikasi di antara keduanya. Provinsi Banten memiliki 8 Buah TPA limbah padat kota yang aktif dan 1 TPA yang sedang pembangunan yang di jelaskan pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 8 TPA Limbah Padat Kota yang ada di Provinsi Banten No Kabupaten/Kota Nama TPA Status Kabupaten / Regency 1.Bangkonol Aktif 1 Pandeglang 2.Bojongcanar Aktif 3.Cigeulis Sedang Pembangunan 2 Lebak 4.Dengung Aktif 3 Tangerang 5.Jatiwaringin Aktif 4 Serang 6.Cilowong Aktif Kota / City 1 Tangerang 7.Rawa Kucing Aktif 2 Cilegon 8.Bagendung Aktif 3 Serang 6.Cilowong Aktif 4 Tangerang Selatan 9.Cipecang Aktif Sumber: Diolah dari data Survey, 2017 Merujuk Tabel 7 terlihat bahwa masing-masing Kabupaten/Kota memiliki satu TPA, kecuali Kabupaten Pandeglang, Kabupatan Serang, dan Kota Serang. Kabupaten Pandeglang memiliki dua buah TPA yang aktif (Bangkonol dan Bojongcanar) dan 1 TPA yang sedang tahap pembangunan (TPA Cigeulis). Kabupaten dan Kota Serang hanya memiliki satu fasilitas TPA, yaitu TPA Cilowong. Perlu diketahui, semua TPA di Provinsi Banten saat ini umumnya dioperasikan sebagai open dumping. Jumlah sampah yang masuk ke masing-masing TPA sangat beragam. Pada Tabel 8 disampaikan data laju timbulan sampah tiap penduduk, prosentase sampah yang masuk ke TPA, dan prosentase sampah yang diolah secara open burning dari 1998 sampai dengan 2016 di Provinsi Banten. Selain TPA, pengolahan limbah padat domestik umumnya juga dilakukan secara termal melalui proses insinerasi dan open burning (pembakaran terbuka). Proses insinerasi 11

18 adalah pembakaran limbah pada sebuah insinerator yang terkendali baik temperatur, proses pembakaran, maupun emisinya. Berbeda halnya dengan open burning yang dilakukan secara terbuka yang menghasilkan emisi relatif lebih tinggi dibandingkan insinerasi. Pada kedua proses ini, limbah padat umumnya terproses dengan sisa sedikit residu. Di provinsi Banten pengolahan thermal yang ada adalah open burning yang dilakukan olah penduduk. Data prosentase sampah yang diolah melalui open burning dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 9 Data laju timbulan sampah dan % sampah ke TPA 4 Kabupaten di Provinsi Banten Kabupaten / Regency Pandeglang Lebak Tangerang Serang Tahun Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open TPA TPA TPA TPA Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning kg/kap/thn (%) (%) kg/kap/thn (%) (%) kg/kap/thn (%) (%) kg/kap/thn (%) (%) % % % % % % 62.7% % % % % 62.7% % % % % 62.7% % % % % 62.7% % % % % 62.7% % % % % 62.7% % % % % 62.7% % % % % 62.7% % % % % 62.7% % % % % 62.7% % 40% % 39% % 59.8% % 62.7% % 40% % 39% % 59.8% % 62.7% % 40% % 39% % 59.8% % 62.7% % 40% % 39% % 59.8% % 62.7% % 40% % 39% % 59.8% % 62.7% % 40% % 39% % 59.8% % 62.7% % 40% % 39% % 59.8% % 62.7% Sumber: Diolah dari data survey dan angka default timbulan sampah berbagai tipe kota di Indonesia [KLH, 2012] 12

19 Tabel 10 Data laju timbulan sampah dan % sampah ke TPA 4 Kota Provinsi Banten Kota/ City Tangerang Cilegon Serang Tangsel Tahun Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open Timbulan Open TPA TPA TPA TPA Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning Sampah Burning kg/kap/thn (%) (%) kg/kap/thn (%) (%) kg/kap/thn (%) (%) kg/kap/thn (%) (%) % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % 24.3% % 22.8% % 47% % 5.9% % 24.3% % 22.8% % 47% % 5.9% % 24.3% % 22.8% % 47% % 5.9% % 24.3% % 22.8% % 47% % 5.9% % 24.3% % 22.8% % 47% % 5.9% % 24.3% % 22.8% % 47% % 5.9% % 24.3% % 22.8% % 47% % 5.9% Sumber: Diolah dari data survey dan angka default timbulan sampah berbagai tipe kota di Indonesia [KLH, 2012] Pengelolaan Limbah Cair Domestik Sumber-sumber utama emisi GRK pengolahan limbah cair yang tercakup pada IPCC 2006 GLs adalah pengolahan limbah cair domestik dan limbah cair industri yang diolah setempat (uncollected), dialirkan ke pusat pengolahan limbah cair (collected), dan yang dilepas ke lingkungan (tanpa pengolahan) melalui saluran pembuangan atau sungai sebagaimana disampaikan secara skematik pada Gambar 3. Instalasi pengolahan air limbah industri (IPAL) yang merupakan sumber potensial emisi GRK mencakup pengolahan air limbah industri pemurnian alkohol, pengolahan beer/malt, kopi, produk-produk susu, ikan, daging (pengolahan daging dan pemotongan hewan), bahan kimia organik, kilang bbm, plastik dan resin, sabun dan deterjen, produksi starch (tapioka), rafinasi gula, minyak nabati/minyak sayur, jus buah-buahan dan sayuran, anggur dan vinegar, dan lain-lain. Pada kegiatan inventarisasi emisi GRK Provinsi Banten 2017, emisi GRK yang berasal dari IPAL limbah cair industri tidak termasuk dalam inventarisasi. Kegiatan inventarisasi lebih fokus pada emisi GRK dari pengolahan limbah cair domestik. Terkait pengolahan limbah cair domestik, emisi GRK dilepaskan dari collected untreated wastewater, yaitu sungai, danau, dan laut. Pada collected treated wastewater, sumber emisi GRK berasal dari tangki septik (septic tank), reactor/digester, dan laguna anaerobik. 13

20 Tidak Dikumpulkan Anaerobik Perlakuan Dikumpulkan Aerobik Tanpa Perlakuan Jenis-jenis emisi GRK masing-masing tipe pengolahan limbah cair tersebut berbeda-beda sebagaimana disampaikan pada Tabel 10. Nampak bahwa pada pengolahan aerobik tidak dihasilkan emisi GRK namun menghasilkan lumpur/sludge yang perlu diolah lebih lanjut melalui an-aerobic digestion, land disposal, dan insinerasi yang berpotensi melepaskan emis GRK. Pengolahan limbah cair domestik setempat, seperti laterin atau tangki septik, juga merupakan sumber emisi GRK yang tercakup dalam inventarisasi. Lumpur/sludge yang dipisahkan dari tangki septik umumnya diolah di instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT). Proses pengolahan lumpur tinja juga merupakan sumber emisi GRK potensial. Inventarisasi Emisi GRK Provinsi Banten 2017 mencakup pengolahan limbah cair domestik atau tinja (grey water, black water, dan lumpur) sebagaimana disampaikan pada Tabel 11. Tabel 11 Jenis emisi GRK masing-masing tipe pengolahan atau pembuangan limbah cair Tipe Pengolahan dan Pembuangan Potensi Emisi GRK (CH 4 dan N 2 O) Aliran sungai Kekurangan oksigen pada sungai/danau menyebabkan dekomposii secara anaerobik yang Saluran tertututp bawah tanah Saluran pembuangan (terbuka) Fasilitas Pengolahan Limbah Cair Terpusat Secara Aerobik Pengolahan Lumpur Anaerobik Pada Pengolahan Limbah Cair Terpusat Secara Aerobik menghasilkan CH 4 Tidak menghasiilkan CH 4 dan N 2 O Kelebihan limbah pada saluran terbuka merupakan sumber CH 4 CH 4 dalam jumlah tertentu dari lapisan anaerobik Sistem aerobik yang buruk dapat menghasilkan CH 4 Pabrik dengan pemisahan nutrisi (nitrifikasi dan denitrifikasi) menghasilkan N 2 O dalam jumlah sedikit Kemungkinan lumpur merupakan sumber CH 4 dan jika CH 4 yang dihasilkan tidak direkoveri dan dibakar (flared) Kolam dangkal Secara Aerobik Danau dipinggir Laut secara anaerobic Reaktor (Digestor) Anaerobik Septic tanks Laterine/Lubang Kakus Kering Aliran Sungai Tidak menghasiklan CH 4 dan N 2 O Sistem aerobik yang buruk dapat menghasilkan CH 4 Dapat menghasiklan CH 4 Tidak menghasiklann 2 O Kemungkinan lumpur merupakan sumber CH 4 dan jika CH 4 yang dihasilkan tidak direkoveri dan dibakar (flored) Sering kali pemisahan padatan mengurangi produksi CH 4 Produksi CH 4 (temperatur & waktu penyimpanan tertentu) Lihat diatas Sumber: IPCC

21 Limbah domestik/industri Terkumpul Tidak Terkumpul Tidak diolah Terolah Pengolahan setempat Limbah domestik: Latrine (ubang/kakus tanpa air), septic tank Limbah industri: pengolahan setempat Tidak Diolah Sungai, Danau, Laut, Estuari Saluran Buangan Stagnan Saluran ke Unit Pengolah Sungai, Danau, Laut, Estuari Pembuangan ke Tanah Pengolah Aerobik Pengolah Anaerobik Wetland (Danau, Rawa) Sludge/Lumpur Reaktor Lagoon Anaerobic Digestion Pembuangan Ke Tanah Landfill / insinerator Sumber: IPCC 2006 Gambar 4 Tipe pengolahan yang merupakan sumber utama emis GRK Tabel 12 Data prosentase pengolahan limbah tinja di Provinsi Banten No Kabupaten/Kota Pembuangan Akhir Tinja (%) Tangki Septik SPAL Lainnya Kabupaten Regency 1 Pandeglang 48.70% 1.70% 49.60% 2 Lebak 55.80% 2.10% 42.10% 3 Tangerang 71.60% 4.80% 23.60% 4 Serang 60.80% 1.90% 37.30% Kota City 1 Tangerang 92.70% 4.20% 3.10% 2 Cilegon 90.10% 1.20% 8.70% 3 Serang 84.00% 4.00% 12.00% 4 Tangerang Selatan 94.20% 1.00% 4.80% Sumber: Riskesdas Provinsi Banten 2013 Perhitungan tingkat emisi GRK limbah cair domestik diperkirakan dengan menggunakan formulasi perhitungan dari IPPC Sebagian besar parameter yg digunakan adalah 15

22 parameter default IPCC 2006, kecuali fraksi pengelolaan/pembuangan limbah cair dan sludge removed. Fraksi pengelolaan/pembuangan yang digunakan dalam perhitungan diambil dari Riskesdas Provinsi Banten Sludge removed yang digunakan adalah dari data IPLT di Provinsi Banten. Mitigasi emisi grk dari limbah cair di Provinsi Banten hanya ada di Kabupaten Lebak. Pengurangan emisi tersebut diperoleh dari removal sludge dari septic tank yang kemudian diolah di unit IPLT Kabupaten Lebak. Jumlah sludge yang diolah di IPLT diperkirakan dari volume limbah dan kadar BODnya. BOD inlet di IPLT Kab Lebak belum ada datanya. Dalam perhitungan in BOD inlet yang digunakan adalah BODinlet design dari IPLT yaitu sebesar 5000mg/L. 16

23 Bab III Proses Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK dan Pelaporan Capaian Reduksi Emisi GRK Kegiatan Mitigasi 3.1 Pengaturan Kelembagaan Inventarisasi GRK Provinsi Banten tahun 2017 dilaksanakan bidang Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan dari BLHD Provinsi Banten, yang sekarang menjadi DLHK (Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Provinsi Banten. Gambar 4 berikut adalah skema proses penyelenggaraan inventarisasi emisi GRK dan pelaporan capaian reduksi emisi GRK kegiatan mitigasi di Provinsi Banten. Gambar 5 Skema proses penyelenggaraan inventarisasi emisi GRK dan pelaporan capaian reduksi emisi GRK kegiatan mitigasi di Provinsi Banten Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BLHD/DLHK Provinsi Banten, Tim penyusun Laporan Inventarisasi GRK Provinsi Banten terdiri dari BLHD/DLHK Provinsi Banten yang didampingi Universitas serta beberapa instansi yang terkait dengan bidang energi, pertambangan, industri, transportasi, limbah, pertanian dan kehutanan. 17

24 3.2 Proses Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK Penyelengaraan Inventarisasi emisi GRK merujuk Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) Nasional yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup (2012) yang telah mengadopsi GHG Inventory IPCC 2006 Guidelines. Pedoman Penyelenggaraan Inventarisasi GRK Nasional tersebut terdiri atas 4 buku, yaitu Buku I Pedoman Umum, Buku II Metodologi Penghitungan, serta 4 Volume untuk Buku II. Khusus untuk metodologi penghitungan tingkat emisi GRK sektor limbah mengacu Buku II Volume 4 Metodologi Penghitungan Tingkat Emisi GRK Pengelolaan Limbah. Berdasarkan pedoman tersebut, penghitungan emisi CH 4 kegiatan pengolahan sampah di TPST (TPA/SWDS) terdiri dari 2 (dua) metode, yaitu neraca massa dan First Ordey Decay (FOD). Merujuk IPCC 2006GL, emisi GRK TPA/SWDS ditentukan dengan merujuk metode FOD. Metode neraca massa sangat tidak disarankan dengan alasan metode tersebut kurang akurat jika dibandingkan dengan FOD yang juga mempertimbangkan adanya proses decay (yang mengikuti reaksi orde satu) dari sampah yang ditimbun sebelumnya. Penghitungan tingkat emisi GRK pengolahan limbah padat di TPA, pengomposan, open burning, dan limbah cair domestik merujuk pada Tier 1 IPCC 2006 GL, yaitu menggunakan data aktivitas dari aktivitas pengolahan limbah dan faktor emisi default IPCC Proses Pelaporan Capaian Reduksi Emisi GRK Kegiatan Mitigasi Metodologi evaluasi implementasi aksi mitigasi emisi GRK atau umum disebut sebagai PEP (Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan) Penurunan Emisi GRK merujuk Pedoman Umum, Petunjuk Teknis, dan Manual Perhitungan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Pelaksanaan RAN dan RAD-GRK yang diterbitkan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS (Oktober 2015). Pedoman, petunjuk teknis dan manual untuk bidang pengelolaan limbah merujuk pada buku yang terpisah yaitu Pedoman Umum, Petunjuk Teknis dan Manual Perhitungan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Pelaksanaan RAN dan RAD-GRK Bidang Pengelolaan Limbah (versi Oktober 2015) yang merupakan versi revisi dari dokumen sebelumnya. Kegiatan PEP merujuk pada pedoman PEP tersebut terutama dalam hal pengisian Lembar Umum dan Lembar Khusus Pemantauan. Lembar Umum digunakan untuk memantau/mengevaluasi kegiatan inti dan pendukung. Kegiatan inti adalah kegiatan/aksi yang berdampak langsung terhadap penurunan emisi GRK, sedangkan kegiatan pendukung yang mendukung pelaksanaan kegiatan inti, namun tidak secara langsung menurunkan emisi GRK. Kegiatan inti dan pendukung yang dilakukan pada tahun pelaporan dilaporkan dalam satu lembar, dengan terlebih dahulu melaporkan kegiatan-kegiatan inti yang dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan pendukung. 18

25 Lembar Teknis memuat daftar kegiatan dan data teknis kegiatan yang berdampak langsung terhadap penurunan emisi GRK. Kegiatan mitigasi sub-sektor limbah padat domestik yang dilaporkan dalam Lembar Teknis dikelompokkan ke dalam 2 bagian, yaitu: a. Pengelolaan Gas TPA dari TPA yang diopearsikan saat ini (open dumping) b. Pengelolaan sampah terpadu, yaitu pengoperasion TPS Terpadu 3R/Komposting dan Bank Sampah. Lembar Teknis juga dilengkapi Lembar Inventarisasi GRK yang berfungsi sebagai lembar tambahan untuk mendukung aksi mitigasi sektor limbah. Indikatorindikator yang digunakan dalam lembar inventarisasi GRK sub sektor limbah domestik meliputi: a) Data penduduk per kota/kabupaten; b) Data TPS 3R/komposting dan bank sampah; serta c) Data TPA, yang terdiri atas sarana pengangkutan, kapasitas TPA, sel (unit pengolah sampah) TPA, dan pemanfaatan gas. Kegiatan mitigasi sub-sektor limbah cair domestik yang dilaporkan dalam lembar teknis dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: a. Pembangunan fasilitas pengolahan air limbah terpusat/off-site, yaitu suatu sistem pengelolaan air limbah dengan menggunakan suatu jaringan perpipaan untuk menampung dan mengalirkan air limbah ke suatu tempat pengolahan, berupa: Pembangunan IPLT dan/atau IPAL skala kota (sistem Aerobik, atau Anaerobik dengan pemanfaatan gas metana). b. Pembangunan fasilitas pengolahan air limbah setempat/on-site, yaitu suatu sistem pengelolaan air limbah langsung di tempat tanpa melalui penyaluran terlebih dahulu, berupapembangunan dan Operasional Sanimas yang dikategorikan MCK++ (MCK yang dilengkapi dengan pengolahan limbah dan pemanfaatan gas metana (biodigester) dan/atau IPAL Komunal yang dilengkapi dengan pemanfaatan gas metana. Lembar Teknis untuk aksi mitigasi sub-sektor limbah cair domestik juga perlu dilengkapi Lembar Inventarisasi GRK yang berfungsi sebagai lembar tambahan untuk mendukung aksi mitigasi dalam sektor limbah. Metodologi penghitungan capaian penurunan emisi GRk dari aksi-aksi mitigasi sektor limbah secara umum adalah membandingkan tingkat emisi GRK sebelum aksi mitigasi dilaksanakan dengan tingkat emisi GRK setelah aksi mitgasi dilakukan. Penurunan atau reduksi emisi GRK merupakan selisih dari emisi GRK baseline dan emisi GRK setelah implementasi aksi mitigasi. Metodologi penghitungan tingkat emisi GRK baseline maupun setelah implementasi aksi mitigasi juga merujuk IPCC 2006 GL. Verifikasi Metode verifikasi yang akan dilakukan terhadap aksi mitigasi perubahan iklim merujuk pada pelaporan uji coba verifikasi RAN-GRK yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Pada sistem pelaporan tersebut dijelaskan mengenai metoda 19

26 pelaksanaan verifikasi meliputi: a) kaji dokumen (desk review) dan b) wawancara (interview). Pelaksana verifikasi adalah tim verifikator sementara penanggung jawab aksi mitigasi merupakan orang atau badan/instansi yang menyiapkan dokumen untuk diverifikasi; serta objek yang diverifikasi adalah implementasi aksi mitigasi perubahan iklim. 3.3 Evaluasi RAD GRK Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Banten No. 39/2012 mengenai penyusunan dokumen RAD-GRK Provinsi Banten, metodologi estimasi emisi GRK skenario baseline dan skenario penurunan emisi GRK sektor limbah terbagi atas dua kelompok, yaitu: a) penelusuran data sekunder yang meliputi: data sumber emisi, data kependudukan, data persampahan dan data air limbah domestik. b) estimasi tingkat emisi GRK skenario baseline dan skenario mitigasi kegiatan sektor limbah menggunakan IPCC Guideline Emisi GRK yang diukur untuk sektor sampah domestik bersumber dari: a) aktivitas penimbunan sampah di Tempat Pembuangan Sampah, b) aktivitas pembakaran langsung oleh masyarakat (open burning), c) aktivitas pembakaran di incinerator dan, d) aktivitas pengolahan lumpur di IPAL domestik. Proyeksi emisi baseline dan skenario penurunan emisi GRK yang dilakukan hanya pada emisi yang bersumber dari point a) dan point b), yaitu dari aktifitas penimbunan sampah di TPA dan dari pembakaran langsung/open burning oleh masyarakat. Aktifitas insinerasi dan pengolahan lumpur domestik tidak dihitung karena di Indonesia, aktifitas ini hampir tidak pernah dilakukan untuk sektor sampah domestik. 20

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN 2017 Kata Pengantar Naskah ini disampaikan sebagai Laporan Akhir Studi Tolok Ukur Inventarisasi

Lebih terperinci

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah 1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Pengelolaan Sampah diatur melalui UU 18/2008 (berwawasan lingkungan)

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II VOLUME 4 METODOLOGI PENGHITUNGAN TINGKAT EMISI GAS RUMAH KACA PENGELOLAAN LIMBAH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 2012

Lebih terperinci

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH Republik Indonesia SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari

Lebih terperinci

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3

APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3 APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3 Sinta Saptarina Soemiarno Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup

BAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disusun berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun Anggaran 2016 serta Penetapan Kinerja Tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan

Lebih terperinci

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor Lampiran II : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2004. Tentang Tanggal : : Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK

Lebih terperinci

MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MATERI DIALOG INTERAKTIF BPLHD PROVINSI DKI JAKARTA PADA ACARA PAMERAN PEKAN LINGKUNGAN HIDUP 2013 TOPIK : MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM 1. Gas Rumah Kaca (GRK) adalah komponen-komponen berfasa

Lebih terperinci

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit

Lebih terperinci

RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014

RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014 RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014 Dalam rangka pelaksanaan kebijakan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% dari bussiness As UsuaIl (BAU) pada tahun 2020, Pemerintah

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Workshop/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012

Laporan Kegiatan Workshop/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 IV. PENGHITUNGAN BASE LINE DI SEKTOR LIMBAH 4.1. Kontribusi landfill terhadap GRK Dalam penghitungan Gas Rumah Kaca pengelolaan sampah secara Landfill berkontribusi terhadap emisi CH 4 (3-4% GRK global)

Lebih terperinci

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI TRANSPORTASI DAN PERUBAHAN IKLIM Dr. Armi Susandi, MT Prodi Meteorologi, ITB Pokja Adaptasi, DNPI Seminar Public Transportation as The Solution of Bandung Traffic ITB, 2 Oktober 2010 OUTLINE Komitmen Indonesia

Lebih terperinci

Jambi, Desember 2013 Penulis

Jambi, Desember 2013 Penulis Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,

Lebih terperinci

MEMBANGUN INVENTARISASI GRK

MEMBANGUN INVENTARISASI GRK MEMBANGUN INVENTARISASI GRK INVENTARISASI GAS RUMAH KACA ADALAH KEGIATAN UNTUK MEMANTAU DAN MENGHITUNG TINGKAT DAN STATUS GRK DARI BERBAGAI SUMBER EMISI (SOURCE) DAN PENYERAPNYA (SINK) AKIBAT KEGIATAN

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) Penempatan Pengolahan Air Limbah 1. Pengolahan sistem terpusat (off site) 2. Pengolahan sistem di tempat

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA BALIGE SUMATERA UTARA KOTA BALIGE ADMINISTRASI Profil Kota Kota Balige merupakan ibukota Kabupaten (IKAB) dari kabupaten Toba Samosir yang terletak di propinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dijalankan beriringan dengan proses perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dimana pembangunan itu sendiri dilakukan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN No. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN 1 Kepala Dinas 2 Sekretaris Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan program/kegiatan di bidang sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap hari manusia menghasilkan air limbah rumah tangga (domestic waste water). Air limbah tersebut ada yang berasal dari kakus disebut black water ada pula yang

Lebih terperinci

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017 Sub Sektor Air Limbah Domestik A. Teknis a. User Interface Review Air Limbah Buang Air Besar Sembarangan (BABS), pencemaran septic tank septic tank tidak memenuhi syarat, Acuan utama Air Limbah untuk semua

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP

KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PLP Oleh: Direktur Pengembangan PLP Jakarta, 26 Januari 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN PEKERJAAN UMUM UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT TARGET BIDANG SANITASI Amanat RPJPN 2005-2025 Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1 Deskripsi Wilayah Kota Cirebon 1. Geografi Kota Cirebon merupakan salah satu Kota bersejarah yang memiliki keunikan yang khas. Kota Cirebon adalah bekas ibu Kota kerajaan

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Lampiran-5 Sektor Air Limbah DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Program/Kegiatan Program Penyusunan Masterplan Air limbah skala kabupaten Dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal dari perencanaan. Dokumen

Lebih terperinci

INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN DAN VERIFIKASI

INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN DAN VERIFIKASI INVENTARISASI GAS RUMAH KACA DAN MONITORING PELAPORAN DAN VERIFIKASI Direktorat Inventarisasi GRK dan MPV Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Inventarisasi

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA

II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA II. PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK GEDUNG SOPHIE PARIS INDONESIA 2. 1 Pengumpulan Air Limbah Air limbah gedung PT. Sophie Paris Indonesia adalah air limbah domestik karyawan yang berasal dari toilet,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

cov-buku-fa.pdf 1 10/23/15 2:00 PM C M Y CM MY CY CMY K

cov-buku-fa.pdf 1 10/23/15 2:00 PM C M Y CM MY CY CMY K cov-buku-fa.pdf C M Y CM MY CY CMY K 1 10/23/15 2:00 PM KATA PENGANTAR Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) merupakan bagian yang signifikan dalam implementasi rangkaian kegiatan aksi mitigasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang sibuk dan berkembang cepat, dalam satu hari menghasilkan timbulan sampah sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang berkembang, sektor perekonomian di Indonesia tumbuh dengan pesat. Pola perekonomian yang ada di Indonesia juga berubah, dari yang

Lebih terperinci

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR

LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR LAPORAN IPLT KEPUTIH KOTA SURABAYA PROPINSI JAWA TIMUR IPLT Keputih Kota Surabaya DESEMBER 2010 1 A. Gambaran Umum Wilayah; Geografis Kota Surabaya terletak antara 112 36 112 54 BT dan 07 21 LS, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.72/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUKURAN, PELAPORAN DAN VERIFIKASI AKSI DAN SUMBERDAYA PENGENDALIAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1 Bab i pendahuluan Masalah pencemaran lingkungan oleh air limbah saat ini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan seperti halnya di DKI Jakarta. Beban polutan organik yang dibuang ke badan sungai atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15.11.2011 In cooperation with 14.05.2012 Page Seite 1 ISI PRESENTASI 1. Latar Belakang 2. Kemajuan Penyusunan Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan

Lebih terperinci

JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r

JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r JO~ ~I~~~JA ~JAMA II~~I ra~~~ ~~1~ ~A~AN li~g~~~gan ~m~f frovin~1 JAWA rim~r Instansi Visi Misi Tujuan Tugas Fungsi Badan Hidup Provinsi Jawa Timur Ketersediaan Hidup Jawa Timur yang Baik dan Sehat 1.

Lebih terperinci

PROFIL EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA DAN RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA

PROFIL EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA DAN RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA PEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PROFIL EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA DAN RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA DISAMPAIKAN OLEH : Ir.

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA SIDAMANIK SUMATERA UTARA KOTA SIDAMANIK ADMINISTRASI Profil Kota Kota Kisaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara. PENDUDUK Jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk

Lebih terperinci

SIMULASI PENCAPAIAN TARGET RENCANA AKSI NASIONAL MITIGASI GAS RUMAH KACA SEKTOR AIR LIMBAH

SIMULASI PENCAPAIAN TARGET RENCANA AKSI NASIONAL MITIGASI GAS RUMAH KACA SEKTOR AIR LIMBAH Simulasi Pencapaian Target Rencana Aksi Nasional...(Bambang Priadie, Budi Heri Pirngadi) SIMULASI PENCAPAIAN TARGET RENCANA AKSI NASIONAL MITIGASI GAS RUMAH KACA SEKTOR AIR LIMBAH SIMULATION OF TARGET

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP (Berdasarkan Peraturan Bupati Sigi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah) A. Kepala Dinas

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA PINANG SUMATERA UTARA KOTA KOTA PINANG ADMINISTRASI Profil Kota Pinang merupakan ibukota kecamatan (IKK) dari Kecamatan Kota Pinang dan merupakan bagian dari kabupaten Labuhan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Pembahasan Pedoman Penyusunan RAD GRK Jakarta, 12 Januari 2012 www.bappenas.go.id 1 PENURUNAN EMISI GAS RUMAH

Lebih terperinci

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

JENIS DAN KOMPONEN SPALD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK JENIS DAN KOMPONEN SPALD A. KLASIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

Republik Indonesia PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINE EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH

Republik Indonesia PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINE EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH Republik Indonesia PEDOMAN TEKNIS PERHITUNGAN BASELINE EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR PENGELOLAAN LIMBAH Republik Indonesia 2014 Tim Penulis Penasehat Endah Murniningtyas, Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tchobanoglous dkk. ( 1993) sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah Nur Amalia amalia_aim@pelangi.or.id SISTEMATIKA : 1. Tujuan Proyek 2. Hasil

Lebih terperinci

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi

Kajian Penggunaan Faktor Emisi Lokal (Tier 2) dalam Inventarisasi GRK Sektor Energi Pemerintah Indonesia masih berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29% atau 834 juta ton CO2e pada tahun 2030 dari kondisi Business as Usual (BaU). Sektor energi sendiri mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi masyarakat memberikan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA 1 OUTLINE 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pendekatan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada tahun 2013 memiliki luas panen untuk komoditi singkong sekitar 318.107 hektar

Lebih terperinci

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten Lampiran-5 Sektor Air Limbah Program/Kegiatan DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Review Penyusunan Masterplan Air Limbah Review dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal perbaikan dari perencanaan air limbah.

Lebih terperinci

KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL

KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL KETERPADUAN AGENDA PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM INTERNASIONAL NASIONAL SUB NASIONAL Dr. Ir. Nur Masripatin, M.For.Sc. Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

INDIKATOR DAN SKALA NILAI NON FISIK PROGRAM ADIPURA

INDIKATOR DAN SKALA NILAI NON FISIK PROGRAM ADIPURA LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA I. INSTITUSI INDIKATOR DAN SKALA NON FISIK PROGRAM ADIPURA A. KELEMBAGAAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan kota metropolitan di beberapa negara berkembang telah menimbulkan permasalahan dalam hal pengelolaan sampah (Petrick, 1984). Saat ini

Lebih terperinci