EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR SAMPAH DAN LIMBAH CAIR PERKOTAAN DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR SAMPAH DAN LIMBAH CAIR PERKOTAAN DI INDONESIA"

Transkripsi

1 J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal Jakarta, Juni 2009 ISSN X EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) SEKTOR SAMPAH DAN LIMBAH CAIR PERKOTAAN DI INDONESIA Wahyu Purwanta, dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Abstract Landfills are very important issue on the solid waste management (SWM), because recently, there is no landfill site in Indonesia that is managed properly. The landfill site which is unmanaged will become a source of the GHGs emission, mainly the methane emission. According to this study, Indonesia s landfill site receives nearly 49 million tons of waste/year. Based on the Indonesian population, using FOD IPCC Tier-2 method, CH 4 generated from MSW sector (landfill only) in 2000 is Gg CH 4 and increase up to 584 Gg in 2005, and 586 Gg in The increase number of this CH 4 emission is caused by the increase of population number that will increase the waste production and also increase the volume waste that is collected in the disposal area. The quantity of the domestic wastewater will increase corresponding to the increase of population. The GHGs emission potential from domestic wastewater sector in Indonesia can be estimated from the amount of population and BOD weight per capita per day. For calculating the amount of CH 4 generation from domestic wastewater, the population increasing number used as assumption is 1.3% per year and a BOD weight number is 40 g/cap/day with the methane generation potential is 0.6 kg CH 4 per kg of BOD wastewater For the domestic wastewater, using the year 2000 data, the calculated methane emission is Gg/ year. With business as usual (BAU) and the population rate of 1.3% per year, the methane emission in 2004 is Gg and increase to Gg in Key words : Municipal Solid Waste, Domestic Wastewater, GHGs emission 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan data emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada dasarnya adalah aktivitas manajemen data dan merupakan bagian utama dari kegiatan pengkajian GRK. Keberadaan data emisi GRK secara nasional akan memberi arah bagi pengambilan kebijakan pembangunan. Hal ini disampaikan dalam UNFCC Article 2.. stabilisasi konsentrasi GRK di atmosfer pada tingkat aman... dimana tingkat aman menurut IPCC adalah ppm. Pada dasarnya upaya inventarisasi emisi GRK juga akan berguna dalam hal tindakan pengurangan emisi melalui instrumen ekonomi (misal Certified Emission Reduction). Inventarisasi emisi GRK maupun potensi Carbon Sink-nya akan sangat berguna bagi Indonesia dalam perundingan-perundingan atau negosiasi internasional terlebih berdasar pengalaman pernah ada isu bahwa Indonesia adalah emitor terbesar ke tiga di dunia terkait dengan seringnya terjadi kebakaran hutan. Hal-hal seperti ini hanya bisa di-counter dengan data yang akurat. Salah satu sektor yang turut menyumbang emisi GRK adalah limbah (waste sector). Dalam 2006 IPCC Guidelines for National GHGs inventory, waste sector meliputi sampah perkotaan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (managed dan unmanaged solid waste disposal site), pengolahan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)...Edisi Khusus:

2 sampah secara biologis (anaerobic digester), incineration (pembakaran terkendali) dan open burning (pembakaran terbuka) serta limbah cair domestik dan industri (domestic and industrial wastewater) 1). Dalam tulisan ini akan disampaikan hasil-hasil penghitungan emisi CH 4 (GRK dengan Global Warming Potential sebesar 21) dari TPA sampah dan limbah cair domestik di Indonesia. Pembakaran terbuka dan limbah cair industri tidak dihitung karena keterbatasan data-data secara nasional. Sedang anaeroic digestion tidak dihitung karena relatif tidak ada dalam skala yang besar di Indonesia Dasar Teori Proses-proses yang menghasilkan gas bio di TPA terkait dengan dekomposisi mikrobiologi dari materi organik di TPA. Farquhar membagi proses-proses tersebut kedalam empat fase yakni ; (1) aerobik; (2) anaerobik, non-methanogenik; (3) anaerobik methanogenik, unsteady; dan (4) anaerobik, methanogenik steady 2). Pada fase 1 (aerobik), rongga-rongga di TPA terisi udara (kira-kira 20% oksigen dan 80% nitrogen). Keberadaan oksigen ini memicu proses dekomposisi bakteri aerob dan menghambat proses anaerob. Pada laju penggunaan oksigen yang terus meningkat, proses pembentukan CO 2 juga terus terjadi, sehingga komposisi gas akan berubah dan secara perlahan keberadaan oksigen tergantikan oleh CO 2. Pada fase 2, sesaat setelah konsentrasi oksigen cukup rendah, dimulailah prosesproses anaerobik dan fakultatif. Pada mulanya, hidrolisis (ekstra seluler, proses enzimatik) hadir untuk mereduksi materi partikulat organik menjadi unsur-unsur yang dapat larut. Proses ini membutuhkan kelembaban yang cukup maupun kontak fisik antara mikroorganisme dengan limbah. Limbah kemudian memecah dengan bantuan berbagai enzim seperti; cellulose (cellulose) glucose protein (protease) asam amino starch (amylase) glucose fats (lipase) fatty acids Selama proses hidrolisis ini tidak terjadi produksi gas. Namun segera setelah berbagai gula dan asam-asam organik terbentuk, akan digunakan oleh mikroba melalui berbagai rantai metabolic guna memproduksi asam-asam organik sederhana, air, karbon dioksida, ammonia dan bahkan hidrogen (H 2 ). Selama tahap fermentasi asam ini, produksi CO 2 berjalan sangat cepat. Dari berbagai penelitian dilaporkan komposisi gas CO 2 mencapai 50-70% setelah 11 hingga 23 hari, atau hampir 90% setelah 40 hari. Pada fase 3, gas methane (CH 4 ) mulai terbentuk; laju pembentukan CO 2 menurun dan pembentukan H 2. Periode fase III dilaporkan antara 180 hingga 500 hari. Pada fase 4, ini adalah fase pembentukan gas methane steady, gas berada dalam komposisi yang konstan dan tetap. Berbagai penelitian memperlihatkan komposisi gas metan sebanyak 50 hingga 66% dalam kesetimbangan dengan CO 2. Selain TPA sampah, sumber utama gas metan adalah juga berasal dari limbah cair. Limbah cair seperti dari domestik (rumah tangga dan perkantoran) maupun industri bila dalam kondisi anaerob atau sengaja diolah secara anaerob dapat menjadi sumber emisi GRK yakni CH 4, N 2 O maupun CO 2, hanya saja CO 2 tidak diperhitungkan karena dianggap biogenik. Limbah cair beserta lumpur yang dihasilkan dapat menghasilkan CH 4 jika terdegradasi secara anaerob. Banyaknya emisi CH 4 yang dihasilkan sangat tergantung oleh kuantitas materi organik degradable dalam limbah, temperatur dan jenis pengolahan 4). Seiring meningkatnya suhu maka produksi CH 4 akan meningkat, ini umumnya mudah terjadi pada sistem-sistem pengolahan yang tidak dikontrol dengan baik dan di wilayah beriklim tropis. Pada suhu di bawah 15 0 C, maka produksi CH 4 cenderung menurun 42 Wahyu Purwanta, dkk. 2009

3 dan tidak signifikan jumlahnya karena mikroba methanogeic tidak aktif, sebaliknya akan sangat signifikan produksinya manakala di atas 150C. Faktor utama yang menentukan besaran potensi emisi CH 4 adalah kandungan material organik dalam limbah cair. Parameter umum dalam mengukur kandungan materi organik ini adalah Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). Dapat dikatakan bahwa nilai BOD maupun COD yang lebih tinggi juga akan menghasilkan CH 4 yag lebih tinggi. Untuk Indonesia, secara umum nilai limbah cair dari domestik umumnya sebesar 0,6 kg CH 4 /kg BOD 5). 2. METODOLOGI Penghitungan emisi GRK dari sub sektor sampah perkotaan dilakukan terhadap timbunan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dengan pertimbangan, di TPA lah akumulasi CH 4 akan lebih banyak terjadi dibanding di tempat lain. Emisi CH 4 di TPA dihitung dengan model First Order Decay (FOD), dimana data-data inputan model dapat berupa default atau data riil yang dipunyai suatu negara. Adapun langkah-langkah penghitungannya adalah ; 1. Mengumpulkan data generation rate sampah baik secara nasional, kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil. 2. Mengumpulkan data pengelolaan sampah untuk kota metropolitan, besar, sedang dan kecil serta secara nasional. 3. Mengumpulkan data komposisi sampah yang masuk ke TPA yang sesuai IPCC criteria, untuk kota metropolitan, besar, sedang dan kecil serta nasional. 4. Survei data primer untuk generation rate, % sampah ke TPA dan komposisi sampah di TPA untuk kota metropolitan, besar, sedang dan kecil. 5. Mengolah data yang didapat dan memasukkan dalam IPCC Waste Calculation. Bangkitan metan (CH 4 ) yang timbul dalam suatu TPA diperkirakan dengan persamaan 1) : DDOCm = W. DOC. DOCf. MCF W = mass of decomposable DOC deposited (Gg) DOC = degradable organic carbon in the year of deposition, fraction (Gg C/Gg waste) DOCf = fraction of DOC that can decompose (fraction) MCF = CH4 correction factor for aerobic decomposition in the year of deposition Lo = DDOCm. F. (16/12) Lo = CH 4 generated potential, Gg CH 4 DDOCm = mass of decomposable DOC, Gg F = fraction of CH 4 in generated landfill gas (vol. fraction) 16/12 = molecular weight ratio CH 4 /C (ratio) Langkah-langkah dalam penghitungan CH 4 dari sub sektor limbah cair adalah; 1. Mengumpulkan data sosek (pendapatan dll) penduduk. 2. Mengumpulkan data jumlah buangan air limbah per kapita, baik untuk daerah perkotaan (urban), semi urban dan pedesaan (rural). 3. Mengumpulkan data jumlah penggunaan septic tank, lantrine, sewer atau yang belum membuang secara baik air limbahnya, baik di perkotaan, semi perkotaan dan pedesaan. 4. Mengumpulkan data centralized waste treatment yang ada di beberapa kota besar di Indonesia, khususnya persen pelayanan, metode pengolahan dan efisiensi pengolahan. Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)...Edisi Khusus:

4 Adapun formula perhitungan sesuai 2006 IPCC Guidelines adalah1) : TOW = Total organik dalam limbah cair pada tahun inventarisasi, kg BOD CH4 S = Komponen organik yang disisihkan sebagai lumpur (sludge) pada tahun inventarisasi, kg BOD/tahun Ui = Fraksi populasi pada di golongan pendapatan i pada tahun inventarisasi Tij = Tingkat utilisasi sistem/ jalur pengolahan dan pembuangan, j, untuk tiap fraksi golongan pendapatan i pada tahun inventarisasi i = Golongan pendapatan:pedesaan, perkotaan pendapatan rendah, perkotaan pendapatan tinggi j = Tiap jalur/sistem pengolahan/ pembuangan EFj = Faktor emisi, kg CH 4 /kg BOD R = Recovery CH 4 pada tahun inventarisasi, kg CH 4 /tahun 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Limbah Padat/Sampah Dalam penelitian ini digunakan beberapa parameter yang didapat dari hasil penelitian lapangan tetapi beberapa parameter lain tetap menggunakan default IPCC, sehingga metode ini termasuk dalam Tier-2. Tahap pertama adalah menentukan data-data awal dan mengganti data default yang ada dengan data yang kita miliki. Jika dalam default IPCC, generation rate sampah adalah 0,7 kg/org/hari (Asia Tenggara) dan 0,76 kg/org/hari (Indonesia), maka berdasarkan penghitungan dari berbagai data dan klasifikasi kota didapat angka 0,61 kg/kap/hari. Angka ini mendekati perhitungan B.G Yeoh dalam Municipal Solid Waste Generation and Composition (ACST, 2006) sebesar 0,6 kg/org/hari 6). Demikian pula rerata penanganan sampah, berdasar data default IPCC, didapat data 80% sampah terangkut ke TPA. Angka ini dianggap terlalu besar untuk kondisi saat ini. Dari perhitungan tim dan data dari berbagai sumber, rerata terangkut ke TPA untuk kota besar adalah 40% sedangkan kota lain diluar kota besar adalah 30 %. Dengan demikian maka parameter penghitungan adalah : 1. Jumlah penduduk tahun 2005 : Tingkat pertumbuhan penduduk : 1,3 % 3. Generation rate sampah 0,61 kg/org/ hari 4. Sampah terangkut ke TPA : kota besar (40%) dan kota lainnya (30%). 5. Komposisi sampah, menggunakan data rata-rata komposisi kota metropolitan, kota besar dan kota sedang sebagaimana di tampilkan pada Tabel Wahyu Purwanta, dkk. 2009

5 Tabel 1. Komposisi Sampah ke TPA dari Beberapa Sumber 3) Komponen 5 Kota a) Bandung b) Yogyakarta c) Rata-rata Food waste Garden & park Paper & cardboard Wood Textile Nappies Rubber & leather Plastic Metals Glass Others Sumber: a. KLH Status Lingkungan Hidup Indonesia 2004 ( Jakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Bandung) b. Prihartini, I. W, Departemen Teknik Lingkungan, ITB (2007) c. BPPT, Studi Neraca GRK di Indonesia, Laporan Akhir (2008) Penghitungan emisi CH 4 dilakukan terhadap produksi sampah sejak tahun 2000 hingga 2008, dengan memasukan data penduduk dari BPS serta parameter/ nilai dan teteapan di atas, ini biasa disebut sebagai emisi baseline. Tahun 2000 emisi CH4 mencapai 574,65 Gg dan meningkat menjadi 584 Gg di tahun 2005 serta sekitar 586 Gg di akhir tahun Meningkatnya emisi dari TPA ini seiring naiknya jumlah penduduk dan jumlah sampah yang masuk ke TPA dari tahun ke tahun. Gambar 1 berikut menggambarkan tren kenaikan emisi CH 4 dari sektor persampahan CH4 (Gg) Tahun Gambar 1. Emisi CH 4 dari TPA Eksisting di Indonesia Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)...Edisi Khusus:

6 Baseline adalah emisi dengan mengasumsikan tidak ada tindakan apaun dalam penanganan sampah. Tetapi sebenarnya sejak beberapa tahun ke belakang, telah ada penggalakan pengurangan sampah ke TPA melalui program 3R (reduce, reuse dan recycle), program ini bahkan ditetapkan dalam UU no.18/2008 tentang pengelolaan persampahan sebagai target activity bagi pengelolaan sampah di Indonesia. Dengan 3R seperti pengomposan diharapkan sampah yang masuk ke TPA akan berkurang dan berarti juga mengurangi emisi GRK di TPA. Demikian pula beberapa daerah saat ini bekerjasama dengan swasta mulai memanfaatkan TPA yang sudah jalan dengan menambang gas CH 4 melalui skema CDM. Recovery gas CH 4 model ini juga akan turut mereduksi emisi secara nasional. UU no 18/2008 juga mensyaratkan bahwa Kota/ Kabupaten dalam 5 tahun ke depan harus menutup TPA open dumping dan membuat TPA control landfill atau sanitary landfill. Jika ini berjalan sesuai rencana maka emisi GRK dari TPA pada tahun 2020 di harapkan akan sama dengan emisi di tahun 2000 lalu. Seluruh skenario penurunan emisi ini dapat dilihat pada Gambar Limbah Cair Domestik Emisi CH 4 di sub sektor limbah cair dalam 2006 IPCC Guidelines berasal dari sungai, danau, estuari atau saluran limbah yang stagnan (tidak mengalir). Selain itu emisi CH 4 dapat juga berasal dari Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) baik yang berupa reaktor atau kolam (lagoon) dan septic tank atau cubluk dari rumah penduduk 1). Penghitungan total CH 4 teremisi digunakan beberapa parameter default seperti fraksi urbanisasi dan proporsi jenis pembuangan limbah rumah tangga seperti septic tank, latrine, sewer dan lainnya. Nilai default fraksi urbanisasi untu Indonesia adalah rural 0,54 untuk urban-high 0,2 dan urban-low sebesar 0,343). Hasil penghitungan untuk data tahun 2000 diperoleh besaran emisi 470,12 Gg dan meningkat menjadi 499,27 Gg di tahun 2004 serta 520,52 Gg di tahun Pengurangan emisi sub sektor limbah cair ini tidak dapat seprogresif sub sektor sampah, mengingat sebagian besar emisi berasal dari septic tank atau latrine dan sungai yang sangat sulit memitigasinya. Beberapa skema CDM mulai banyak diusulkan untuk emisi dari IPAL industri seperti tapioka, sawit atau limbah peternakan. Gambar 3 berikut memperlihatkan hasil proyeksi dan estimasi skenario dari reduksi emisi sub sektor limbah cair domestik BAU Emission Emission with CDM-OD scenario Emission with 3R scenario Emisi with new SWDS/SL scenario Gambar 2. Beberapa Skenario Penurunan Emisi CH 4 di TPA 46 Wahyu Purwanta, dkk. 2009

7 650 C H 4 (G g ) BAU Em ission Em ission w ith M e tha ne Recove ry S ce nario Tahun Gambar 3. Perkiraan Emisi CH 4 dari Limbah Cair Domestik di Indonesia 4. KESIMPULAN 1. TPA sampah (limbah padat) dan limbah cair (domestik dan industri) merupakan sumber emisi GRK dimana gas metan (CH 4 ) merupakan gas dominan. Gas ini selain sebagai sumber penyebab pemanasan global juga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai energi dengan mekanisme pembangunan bersih (CDM). 2. Emisi gas metana dari sub sektor sampah di Indonesia sangat besar yakni sekitar 500 s.d 550 Gg per tahun dimana terdapat l.k 400 TPA yang hampir semuanya beroperasi secara open dumping. Sebagian besar gas ini dihasilkan dari proses degradasi sampah organik. Mitigasi dan pemanfaatan gas metana umumnya akan ekonomis bila dilakukan di TPA secara langsung. 3. Emisi gas metana dari limbah cair domestik rata-rata mencapai 400 s.d 500 Gg/tahun. Emisi ini kebanyak berasal dari tempat penampung limbah rumah tangga (grey water dan black water), sementara IPAL terpusat masih sangat rendah tingkat utilisasinya di Indonesia. 4. Beberapa upaya mitigasi gas metan sub sektor sampah yang dapat dilakukan antara lain : sosialisasi teknik 3R, recovery LFG dari TPA eksisting, dan pembangunan TPA TPA sanitary landfill guna menggantikan TPA open dumping sesuai amanat UU no. 18 tahun Sedangkan untuk limbah cair domestik sedapat mungkin diarahkan utuk membangun IPAL komunal atau IPAL kota yang terpusat. DAFTAR PUSTAKA 1. Eggleston S., L. Buendia, M. Kyoko, T. Ngara, 2006, 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, Vol 5 Waste, WMO, UNEP, IGES 2. Farquhar, G.J, 1973, Gas Production During Refuse Decomposition, CiteSeer Beta 3. Kardono, Purwanta, W., Wahyono, S., & Indriyati, 2009, Technology Needs Assessment : Waste Sector, National Working Group 4. Metcalf & Eddy, Inc., 2003, Wastewater Engineering : Treatment, Disposal, Reuse, McGraw-Hill, New York, ISBN Strait, R., Doorn, M.R.J, and Eklund., B., 1997, Estimate of Global Greenhouse Gas Emissions from Industrial and Domestic Wastewater Treatment, Final Report, EPA-600 R , Research Triangle Park, NC, USA 6. Yeoh. B.G, 2006, Municipal Solid Waste Generation and Composition, Asean Committee on Science & Tecnology, Sub Committee on Non Conventional Energy Research Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)...Edisi Khusus:

PENGHITUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI SEKTOR SAMPAH PERKOTAAN DI INDONESIA

PENGHITUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI SEKTOR SAMPAH PERKOTAAN DI INDONESIA J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 01-08 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X PENGHITUNGAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DARI SEKTOR SAMPAH PERKOTAAN DI INDONESIA Wahyu Purwanta Peneliti di Pusat Teknologi

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Workshop/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012

Laporan Kegiatan Workshop/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 IV. PENGHITUNGAN BASE LINE DI SEKTOR LIMBAH 4.1. Kontribusi landfill terhadap GRK Dalam penghitungan Gas Rumah Kaca pengelolaan sampah secara Landfill berkontribusi terhadap emisi CH 4 (3-4% GRK global)

Lebih terperinci

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah 1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Pengelolaan Sampah diatur melalui UU 18/2008 (berwawasan lingkungan)

Lebih terperinci

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH

SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH Republik Indonesia SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN EMISI KARBON DARI LIMA SEKTOR PEMBANGUNAN BERDASAR METODE IPCC DENGAN VERIFIKASI FAKTOR EMISI DAN DATA AKTIVITAS LOKAL

PENGHITUNGAN EMISI KARBON DARI LIMA SEKTOR PEMBANGUNAN BERDASAR METODE IPCC DENGAN VERIFIKASI FAKTOR EMISI DAN DATA AKTIVITAS LOKAL J. Tek. Ling Vol.11 No.1 Hal. 71-77 Jakarta, Januari 2010 ISSN 1441-318X PENGHITUNGAN EMISI KARBON DARI LIMA SEKTOR PEMBANGUNAN BERDASAR METODE IPCC DENGAN VERIFIKASI FAKTOR EMISI DAN DATA AKTIVITAS LOKAL

Lebih terperinci

Pengolahan Sampah di Perguruan Tinggi dan Kontribusinya Terhadap Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Pengolahan Sampah di Perguruan Tinggi dan Kontribusinya Terhadap Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pengolahan Sampah di Perguruan Tinggi dan Kontribusinya Terhadap Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Tuani Lidiawati S Jurusan Teknik Kimia, FT, Pusat Studi Lingkungan Universitas Surabaya, Jl. Raya Kalirungkut,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-62 Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur Amar Addinsyah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca

I. PENDAHULUAN. ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi dunia pada saat ini. Penyebab utama naiknya temperatur bumi adalah akibat efek rumah kaca yang menurut sebagian

Lebih terperinci

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PERMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI, SURABAYA PUSAT

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PERMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI, SURABAYA PUSAT STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PERMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI, SURABAYA PUSAT STUDY OF CARBON EMISSION FROM MUNICIPAL SOLID WASTE WITH IPCC METHODS IN TEGALSARI DISTRICT,

Lebih terperinci

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang Suryani *1 1 Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, BPPT, Jakarta * E-mail: suryanidaulay@ymail.com

Lebih terperinci

Komposisi Sampah dan Potensi Emisi Gas Rumah Kaca pada Pengelolaan Sampah Domestik: Studi Kasus TPA Winongo Kota Madiun

Komposisi Sampah dan Potensi Emisi Gas Rumah Kaca pada Pengelolaan Sampah Domestik: Studi Kasus TPA Winongo Kota Madiun 9 Komposisi Sampah dan Potensi Emisi Gas Rumah Kaca pada Pengelolaan Sampah Domestik: Studi Kasus TPA Winongo Kota Madiun Waste Composition and The Potential of Greenhouse Gas Emission on Municipal Solid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

ABSTRACT ELECTRICAL ENERGY POTENTIAL RESULTING FROM METHANE GAS EMISSIONS IN SUWUNG LANDFILL BALI PROVINCE

ABSTRACT ELECTRICAL ENERGY POTENTIAL RESULTING FROM METHANE GAS EMISSIONS IN SUWUNG LANDFILL BALI PROVINCE ABSTRACT ELECTRICAL ENERGY POTENTIAL RESULTING FROM METHANE GAS EMISSIONS IN SUWUNG LANDFILL BALI PROVINCE Waste is one source of greenhouse gas emissions (GHG) that has methane gas form which caused an

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN 2017 Kata Pengantar Naskah ini disampaikan sebagai Laporan Akhir Studi Tolok Ukur Inventarisasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 % BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang semakin meningkat pada setiap tahunnya.berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015),

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II

PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II REPUBLIK INDONESIA PEDOMAN PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL BUKU II VOLUME 4 METODOLOGI PENGHITUNGAN TINGKAT EMISI GAS RUMAH KACA PENGELOLAAN LIMBAH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP 2012

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

Tagor, Gabriel B.A. Kristanto, Evy Novita. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia

Tagor, Gabriel B.A. Kristanto, Evy Novita. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia STUDI PERBANDINGAN POTENSI EMISI GAS METANA DARI SEKTOR PERSAMPAHAN KOTA DEPOK ANTARA SKENARIO BUSINESS AS USUAL (BAU) YANG MENGACU PADA RPJMD DAN SKENARIO OPTIMALISASI DAN INTERVENSI Tagor, Gabriel B.A.

Lebih terperinci

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S

TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S TL-4140 Perenc. Bangunan Pengolahan Air Limbah L A G O O N / P O N D S OXIDATION PONDS (KOLAM OKSIDASI) Bentuk kolam biasanya sangat luas, tetapi h (kedalamannya) kecil atau dangkal, bila kedalaman terlalu

Lebih terperinci

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO Amy Insari Kusuma 3308100103 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Ellina S.P. MT. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

Kontribusi Limbah Cair dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Terhadap Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca

Kontribusi Limbah Cair dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Terhadap Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca ISBN : 978-602-410-075-9 lume 1, Nomor 1, Maret 2015 Pages: xx-xx Kontribusi Limbah Cair dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Terhadap Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca Contribution of Wastewater

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkebunan kelapa sawit telah menjadi salah satu kegiatan pertanian yang dominan di Indonesia sejak akhir tahun 1990-an. Indonsia memproduksi hampir 25 juta matrik

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor seperti pariwisata, industri, kegiatan rumah tangga (domestik) dan sebagainya akan meningkatkan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal. 58-63 Jakarta Juli 2008 ISSN 1441-318X PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN Indriyati dan Joko Prayitno Susanto Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.

I. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada tahun 2013 memiliki luas panen untuk komoditi singkong sekitar 318.107 hektar

Lebih terperinci

APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3

APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3 APLIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN LIMBAH NON B3 Sinta Saptarina Soemiarno Direktur Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional

Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional Direktorat Pengelolaan Sampah Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jakarta, 26 Januari 2017 Pendahuluan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG

ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG ANALISIS KINERJA SISTEM INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA KOTA MAGELANG Sudarno, Dian Ekawati ABSTRACT Domestic wastewater treatment was needed for every towns. This domestic wastewater such as black water

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia tahun 2014 memproduksi 29,34 juta ton minyak sawit kasar [1], tiap ton minyak sawit menghasilkan 2,5 ton limbah cair [2]. Limbah cair pabrik kelapa sawit

Lebih terperinci

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia. 1 Pokok bahasan meliputi latar belakang penyusunan IPCC Supplement, apa saja yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prinsip Pembuatan Biogas Prinsip pembuatan biogas adalah adanya dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme secara anaerobik (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh : KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN Disusun Oleh : Arianty Prasetiaty, S.Kom, M.S.E (Kasubid Transportasi, Manufaktur, Industri dan Jasa Bidang Inventarisasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS Puji Setiyowati* dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2010

Lebih terperinci

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu

Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu Penerapan Life Cycle Assessment untuk Menakar Emisi Gas Rumah Kaca yang Dihasilkan dari Aktivitas Produksi Tahu Jatmiko Wahyudi 1* 1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kabupaten Pati *Email: jatmiko_tkuns@yahoo.com

Lebih terperinci

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi

Lebih terperinci

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA Surabaya, 18 Juni 28 ISSN 1978-427 PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA Tri Widjaja, Ali Altway Pritha Prameswarhi,

Lebih terperinci

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) DAN METANA (CH 4 ) DARI KEGIATAN REDUKSI UTARA

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) DAN METANA (CH 4 ) DARI KEGIATAN REDUKSI UTARA STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO 2 ) DAN METANA (CH 4 ) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DI WILAYAH SURABAYA BAGIAN UTARA OLEH : WIDYANANDA AVRIAWAN NRP : 3307 100 019 DOSEN PEMBIMBING : SUSI A. WILUJENG, ST.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk samping berupa buangan dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari air kondensat pada

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (BUAH - BUAHAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Cici Yuliani 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT Oleh: Fidhia Nailani Mubarokah 3308100061 Dosen Pembimbing: Susi A. Wilujeng, ST.,

Lebih terperinci

PADA DEGRADASI SAMPAH KOTA SECARA ANAEROBIK AKIBAT PENGARUH KELEMBABAN DAN UMUR SAMPAH TES1S MAGISTER. Oleh. Tina Mulya Gantina

PADA DEGRADASI SAMPAH KOTA SECARA ANAEROBIK AKIBAT PENGARUH KELEMBABAN DAN UMUR SAMPAH TES1S MAGISTER. Oleh. Tina Mulya Gantina No. Urut : 102/S2-TL/TPL/1998 KINETIKA PRODUK51 CH 4 PADA DEGRADASI SAMPAH KOTA SECARA ANAEROBIK AKIBAT PENGARUH KELEMBABAN DAN UMUR SAMPAH TES1S MAGISTER Oleh Tina Mulya Gantina 253 95 013 Program Studi

Lebih terperinci

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG PERANCANGAN PABRIK PENGOLAHAN LIMBAH Oleh: KELOMPOK 2 M. Husain Kamaluddin 105100200111013 Rezal Dwi Permana Putra 105100201111015 Tri Priyo Utomo 105100201111005 Defanty Nurillamadhan 105100200111010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN LEACHATE PADA PROSES PENGOMPOSAN DOMESTIC BIOWASTE SECARA ANAEROB

PENGARUH PENAMBAHAN LEACHATE PADA PROSES PENGOMPOSAN DOMESTIC BIOWASTE SECARA ANAEROB PENGARUH PENAMBAHAN LEACHATE PADA PROSES PENGOMPOSAN DOMESTIC BIOWASTE SECARA ANAEROB Budianto G dkk... FT USB SOLO Di for ABSTRAK Leachate merupakan ekstrak dari dissolved material dalam tumpukan sampah

Lebih terperinci

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN METANA (CH4) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN

STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN METANA (CH4) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN METANA (CH4) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN O L E H : C H R I S M A L I A H A P SA R I 3 3 0 7. 1 0 0. 0 2 7 D O S E N P E M B I M B

Lebih terperinci

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL PERENCANAAN PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (RE091322) Semester Ganjil 2010-2011 MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL Joni Hermana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP ITS Kampus Sukolilo, Surabaya 60111 Email: hermana@its.ac.id

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

Potensi Produksi Gas Metana Dari Kegiatan Landfilling di TPA Muara Fajar, Pekanbaru

Potensi Produksi Gas Metana Dari Kegiatan Landfilling di TPA Muara Fajar, Pekanbaru PLL 02 Potensi Produksi Gas Metana Dari Kegiatan Landfilling di TPA Muara Fajar, Pekanbaru Aryo Sasmita, Ivnaini Andesgur, Herfi Rahmi Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Riau Email:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah Oleh : Nur Laili 3307100085 Dosen Pembimbing : Susi A. Wilujeng, ST., MT 1 Latar Belakang 2 Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN Seiring dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya proses industrialisasi jasa di DKI Jakarta, kualitas lingkungan hidup juga menurun akibat pencemaran. Pemukiman yang padat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PUSAT PERTOKOAN DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Ananta Praditya dan Mohammad Razif Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 26 PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK Riskha Septianingrum dan Ipung Fitri Purwanti purwanti@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat

Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Potensi Pencemaran Lingkungan dari Pengolahan Sampah di Rumah Kompos Kota Surabaya Bagian Barat dan Pusat Oleh: Thia Zakiyah Oktiviarni (3308100026) Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST., MT., PhD Latar

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT

LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT LAPORAN AKHIR INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN CAPAIAN PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR LIMBAH PROVINSI BANTEN DRAFT 2017 Kata Pengantar Naskah ini disampaikan sebagai draft Laporan Akhir Studi Tolok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini Indonesia merupakan produsen minyak sawit pertama dunia. Namun demikian, industri pengolahan kelapa sawit menyebabkan permasalahan lingkungan yang perlu mendapat

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak (Sirait et al., 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rustama et al. (1998), limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biogas Biogas menjadi salah satu alternatif dalam pengolahan limbah, khususnya pada bidang peternakan yang setiap hari menyumbangkan limbah. Limbah peternakan tidak akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan semakin meningkat akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Hal ini menyebabkan aktivitas manusia dari waktu ke waktu terus bertambah dan

Lebih terperinci

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1)

TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE. DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) TL-3230 SEWERAGE & DRAINAGE DETAIL INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH SISTEM SETEMPAT (On site system 1) Penempatan Pengolahan Air Limbah 1. Pengolahan sistem terpusat (off site) 2. Pengolahan sistem di tempat

Lebih terperinci

Tembalang, Semarang

Tembalang, Semarang PENCUCIAN PAKAIAN (LAUNDRY) DENGAN TEKNOLOGI BIOFILM MENGGUNAKAN MEDIA FILTER SERAT PLASTIK DAN TEMBIKAR DENGAN SUSUNAN RANDOM Satyanur Y Nugroho *), Sri Sumiyati *), Mochtar *) *) Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Evaluasi Emisi Baseline Dari Pengolahan Limbah Cair di DKI Jakarta

Evaluasi Emisi Baseline Dari Pengolahan Limbah Cair di DKI Jakarta Evaluasi Emisi Baseline Dari Pengolahan Limbah Cair di DKI Jakarta PT. Asia Carbon Indonesia Jakarta, 29 September 2011 Daftar Isi Latar belakang Metodologi perhitungan emisi baseline Emisi baseline dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sampah Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik tahu merupakan industri kecil (rumah tangga) yang jarang memiliki instalasi pengolahan limbah dengan pertimbangan biaya yang sangat besar dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BAKTERI METHANOBACTERIUM

PENGARUH JUMLAH BAKTERI METHANOBACTERIUM ABSTRAK PENGARUH JUMLAH BAKTERI METHANOBACTERIUM DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP PROPORSI GAS METANA (CH4) PADA PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK DI TPA SUWUNG DENPASAR Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui

Lebih terperinci

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan

Lebih terperinci

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 4 ISSN : 1411-4216 UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK Henny Ambar, Sumarno, Danny Sutrisnanto Jurusan Magister

Lebih terperinci

SNTMUT ISBN:

SNTMUT ISBN: PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK (SAYUR SAYURAN) PASAR TUGU MENJADI BIOGAS DENGAN MENGGUNAKAN STARTER KOTORAN SAPI DAN PENGARUH PENAMBAHAN UREA SECARA ANAEROBIK PADA REAKTOR BATCH Maya Natalia 1), Panca Nugrahini

Lebih terperinci

PENGARUH RESIRKULASI LINDI BERSALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH TPA BENOWO, SURABAYA

PENGARUH RESIRKULASI LINDI BERSALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH TPA BENOWO, SURABAYA FINAL PROJECT RE 091324 PENGARUH RESIRKULASI LINDI BERSALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH TPA BENOWO, SURABAYA Effect of Saline Leachate Recirculation on Solid Waste Degradation Rate in TPA Benowo,

Lebih terperinci

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN:

SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN: SEWAGE DISPOSAL. AIR BUANGAN: Metcalf & Eddy: kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama dengan air tanah, air permukaan, dan

Lebih terperinci

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO

BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO BATAM, 9 MEI 2014 SUPRAPTONO Jika Pengusaha tahu dan tempe membuang limbahnya ke sungai secara langsung tanpa pengolahan, lalu bagaimana kondisi air tanah, air sungai, serta lingkungan dan kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan kebutuhan energi semakin meningkat menyebabkan adanya pertumbuhan minat terhadap sumber energi alternatif.

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERENCANAAN

BAB IV DASAR PERENCANAAN BAB IV DASAR PERENCANAAN IV.1. Umum Pada bab ini berisi dasar-dasar perencanaan yang diperlukan dalam merencanakan sistem penyaluran dan proses pengolahan air buangan domestik di Ujung Berung Regency yang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI) PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI) Dwi Setiana Wati, Rukmanasari Dwi Prasetyani Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP POTENSI PRODUKSI GAS METAN (CH 4 )

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP POTENSI PRODUKSI GAS METAN (CH 4 ) PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP POTENSI PRODUKSI GAS METAN (CH 4 ) Ika Bagus Priyambada 1, M. Arief Budiharjo 1, dan Juwita Aprianti 2 1 Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP, Jl. Prof. H. Sudarto,

Lebih terperinci

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch Reka Lingkungan Teknik Lingkungan Itenas No.1 Vol.2 Jurnal Institut Teknologi Nasional [Pebruari 2014] Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch ANGRAINI 1, MUMU SUTISNA 2,YULIANTI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di PT PG Rajawali II Unit PG Subang, Kecamatan Purwadadi, Subang, Jawa Barat. Tempat penelitian merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB Winardi Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: win@pplh-untan.or.id ABSTRAK Reaktor batch

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PENERAPAN KONSEP CO-GENERATION DALAM PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Benny Nafariza Program Studi Energy Security Universitas Pertahanan Indonesia email: bennynafariza@gmail.com

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK JRL Vol.6 No.2 Hal. 159-164 Jakarta, Juli 21 ISSN : 285-3866 PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK Indriyati Pusat Teknologi Lingkungan - BPPT Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta 134 Abstract Seeding

Lebih terperinci

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Di Indonesia saat ini sampah kota yang disebut sebagai municipal solid waste atau MSW masih belum diolah secara Terpadu. Standar

Lebih terperinci

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

INSTALASI PENGOLAHAN LUMPUR TINJA JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap hari manusia menghasilkan air limbah rumah tangga (domestic waste water). Air limbah tersebut ada yang berasal dari kakus disebut black water ada pula yang

Lebih terperinci