PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN"

Transkripsi

1 PERATURAN DAERAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016

2 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. bahwa untuk ketentuan Pasal 263 ayat (3) dan Pasal 264 ayat (1) dan ayat (4) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang tahun ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun Mengingat : 1. Pasal 18 Ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta; 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

3 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 9. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 10. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

4 13. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 14. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten- Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaam Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

5 20. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

6 28. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 29. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 31. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65); 32. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 1), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2013 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 83); 33. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 2); 34. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13);

7 35. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43); 36. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 48); 37. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 61); 38. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem Drainase Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 92); 39. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 98). Dengan Persetujuan Bersama, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DERAH KOTA SEMARANG dan WALIKOTA SEMARANG MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Semarang; 2. Walikota adalah Walikota Semarang;

8 3. Pemerintah Daerah adalah Walikota sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah; 5. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Walikota dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah; 6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun yang selanjutnya disebut RPJPN adalah perencanaan pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025; 7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun yang selanjutnya disebut RPJMN adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019; 8. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun yang selanjutnya disebut RPJPD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai tahun 2025; 9. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun yang selanjutnya disebut RPJMD Provinsi Jawa Tengah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Provinsi Jawa Tengah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2013 sampai tahun 2018; 10. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun yang selanjutnya disebut RPJPD Kota Semarang adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah Kota Semarang untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025; 11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun yang selanjutnya disebut RPJMD Kota Semarang adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2016 sampai dengan tahun 2021; 12. Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Semarang, yang selanjutnya disebut RKPD Kota Semarang adalah dokumen perencanaan pembangunan Kota Semarang untuk periode 1 (satu) tahun; 13. Rencana Strategis Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra Perangkat Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai tahun 2016 sampai dengan tahun 2021;

9 14. Rencana Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renja Perangkat Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun; 15. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang Tahun yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif; 16. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 17. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 18. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 19. Program adalah bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Perangkat Daerah atau masyarakat, dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah. BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Pasal 2 RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2021 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam RKPD. Pasal 3 (1) RPJMD merupakan penjabaran dari : a. Visi, Misi, dan Program Walikota terpilih Tahun 2016; dan b. Tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan pembangunan, dan program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Perangkat Daerah, disertai dengan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. (2) RPJMD berpedoman pada RPJPD dan RPJMN serta memperhatikan : a. RPJMD Provinsi Jawa Tengah; b. RTRW; dan c. RPJMD Kabupaten/Kota sekitar.

10 BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 4 (1) Penetapan RPJMD dimaksudkan sebagai dokumen perencanaan dalam Penyusunan Renstra-PD, RKPD, Renja-PD, dan perencanaan penganggaran. (2) Penetapan RPJMD mempunyai tujuan untuk mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan nasional, provinsi dan kota serta dengan kabupaten/kota yang berbatasan. BAB IV SISTEMATIKA RPJMD Pasal 5 (1) Sistematika RPJMD Tahun meliputi: a. BAB I : PENDAHULUAN memuat latar belakang, dasar hukum penyusunan, maksud dan tujuan, hubungan antar dokumen, serta sistematika penulisan b. BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH memuat aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah. c. BAB III : GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN memuat kinerja keuangan tahun , kebijakan pengelolaan keuangan tahun dan kerangka pendanaan tahun d. BAB IV : ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS memuat analisis permasalahan pembangunan dan isuisu strategis pembangunan daerah tahun e. BAB V : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN memuat visi, misi, tujuan dan sasaran. f. BAB VI : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN memuat strategi dan arah kebijakan pembangunan Kota Semarang Tahun , dan arah kebijakan kewilayahan.

11 g. BAB VII : KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH memuat kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja serta program prioritas beserta indikator kinerjanya. h. BAB VIII : INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN memuat urusan pemerintah dengan Perangkat Daerah terkait disertai program yang menjadi tanggung jawab Perangkat Daerah dan target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan. i. BAB IX : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH memuat penetapan indikator kinerja daerah yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi pada akhir masa RPJMD yang ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. j. BAB X : PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN k. BAB XI : PENUTUP memuat pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan untuk menyusun dokumen perencanaan pembangunan tahun pertama dibawah kepemimpinan kepala daerah pada periode berikutnya ( ). (2) RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB V PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 6 (1) Walikota melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD. (2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. kebijakan perencanaan RPJMD;

12 b. pelaksanaan RPJMD. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. kebijakan perencanaan RPJMD; b. pelaksanaan RPJMD; c. hasil RPJMD. (4) Pelaksanaan pengendalian dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. (5) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VI PERUBAHAN RPJMD Pasal 7 (1) Perubahan RPJMD hanya dapat dilakukan apabila: a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukan bahwa proses perumusan, tidak sesuai dengan tahapan dan tata cara penyusunan rencana pembangunan daerah; b. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa substansi yang dirumuskan tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan; c. terjadi perubahan yang mendasar; dan/atau; d. merugikan kepentingan daerah dan nasional. (2) Perubahan yang mendasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi terjadinya bencana alam, goncangan politik, krisis ekonomi, konflik sosial, gangguan keamanan, pemekaran daerah, atau perubahan kebijakan nasional. (3) Merugikan kepentingan daerah dan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, apabila bertentangan dengan kebijakan daerah dan nasional. Pasal 8 RPJMD perubahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

13 Pasal 9 Dalam hal pelaksanaan RPJMD terjadi perubahan capaian sasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir pembangunan jangka menengah, perubahan target kinerja tahunan ditetapkan dengan Peraturan Walikota. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 10 Pada saat RPJMD Tahun belum tersusun, maka penyusunan RKPD Tahun 2022 berpedoman pada RPJMD dan RPJPD serta mengacu pada RPJMD Provinsi Jawa Tengah dan RPJMN. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Semarang. Ditetapkan di Semarang pada tanggal 16 Agustus 2016 WALIKOTA SEMARANG ttd HENDRAR PRIHADI Diundangkan di Semarang pada tanggal 16 Agustus 2016 SEKRETARIS DAERAH KOTA SEMARANG ttd ADI TRI HANANTO LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2016 NOMOR 6 NOREG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH: (6/2016).

14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN I. UMUM RPJMD Kota Semarang merupakan dokumen perencanaan Kota Semarang untuk periode 5 tahun yang dimaksudkan untuk memberikan arahan sekaligus menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan di Kota Semarang dalam menyelenggarakan pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Penyusunan RPJMD ini dilakukan dengan memperhatikan RPJM Nasional, RPJMD Provinsi Jawa Tengah, memuat visi dan misi, arah dan kebijakan keuangan daerah, isu isu strategis, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program pembangunan daerah, indikator kinerja daerah dari Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja pendanaan yang bersifat indikatif. RPJMD digunakan sebagai pedoman penetapan Renstra-PD dan penyusunan RKPD serta digunakan sebagai instrumen evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 264 ayat (1) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun

15 II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 107

16 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i v ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I Dasar Hukum Penyusunan I Maksud dan Tujuan I Hubungan Antar Dokumen I Sistematika Penulisan I.13 BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 Aspek Geografi dan Demografi II Karakteristik Lokasi dan Wilayah II Luas dan Batas Wilayah Administrasi II Letak dan Kondisi Geografis II Karakter Topografi II Struktur Geologi II Keadaan Hidrologi dan Hidrogeologi II Kondisi Klimatologi II Penggunaan Lahan II Potensi Pengembangan Wilayah II Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi II Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya II Kawasan Strategis Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Alam atau Teknologi Tinggi II Kawasan Strategis Bidang Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup II Wilayah Rawan Bencana II Kawasan Rawan Rob dan Banjir II Rawan Longsor dan Gerakan Tanah II Aspek Demografi II Komposisi Penduduk Kota Semarang per Kelompok Umur II Komposisi Penduduk Kota Semarang per Tingkat Pendidikan II Komposisi Penduduk Kota Semarang Per- Mata Pencaharian II Aspek Kesejahteraan Masyarakat II Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi II Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto - II Laju Inflasi II PDRB Per kapita II Indeks Gini II Kemiskinan II Angka Kriminalitas II.50 i

17 2.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial II Indeks Pembangunan Manusia (IPM) II Indeks Pembangunan Gender (IPG) II Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) II Aspek Pendidikan II Aspek Kesehatan II Kepemilikan Tanah II Kesempatan Kerja II Fokus Seni Budaya dan Olahraga II Kebudayaan II Olahraga II Aspek Pelayanan Umum II Fokus Urusan Wajib Pelayanan Dasar II Urusan Pendidikan II Urusan Kesehatan II Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang - II Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman II Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat II Urusan Sosial II Fokus Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar II Urusan Tenaga Kerja II Urusan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak II Urusan Pangan II Urusan Pertanahan II Urusan Lingkungan Hidup II Urusan Adm. Kependudukan & Capil II Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa ---- II Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana II Urusan Perhubungan II Urusan Komunikasi dan Informatika II Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah ---- II Urusan Penanaman Modal II Urusan Kepemudaan dan Olahraga II Urusan Statistik II Urusan Persandian II Urusan Kebudayaan II Urusan Perpustakaan II Urusan Kearsipan II Fokus Urusan Pilihan II Urusan Kelautan dan Perikanan II Urusan Pariwisata II Urusan Pertanian II Urusan Perdagangan II Urusan Perindustrian II.90 ii

18 2.3.4 Fokus Fungsi Penunjang II Fokus Urusan Pemerintahan Umum II Aspek Daya Saing Daerah II Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah II Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Perkapita II Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Perkapita II Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur II Aksesibilitas Daerah II Penataan Wilayah II Ketersediaan Air Minum II Fasilitas Listrik dan Telepon II Ketersediaan Fasilitas Perdagangan & Jasa II Iklim Berinvestasi II Keamanan dan Ketertiban II Kemudahan Perijinan II Pengenaan Pajak Daerah II Fokus Sumber Daya Manusia II Rasio Ketergantungan II Rasio Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi Ditamatkan II Rasio Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan II Rasio Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian II.118 BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Tahun III Kinerja Pelaksanaan APBD III Pendapatan Daerah III Belanja Daerah III Pembiayaan Daerah III Neraca Daerah III Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kota Semarang Tahun III Analisis Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah III Proporsi Realisasi Belanja Daerah Dibanding Anggarah III Analisis Proporsi Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur III Analisis Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib & Mengikat serta Prioritas Utama III Analisis Pembiayaan Daerah III Analisis Sumber Penutup Defisit Riil III Analisis Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran III.42 iii

19 Analisis Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan III Analisis Proyeksi APBD Tahun III Proyeksi Pendapatan Daerah Kota Semarang III Proyeksi Belanja Daerah Kota Semarang III Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Wajib Mengikat serta Prioritas Utama III Proyeksi Pembiayaan Daerah III Analisis Kerangka Pendanaan III.58 BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Kota Semarang IV Isu-Isu Strategis Pembangunan Daerah Dalam RPJMD Tahun IV Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah IV Keterkaitan Hasil Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah dengan Isu Pokok Pembangunan dari Visi Misi Walikota dan Wakil Walikota Terpilih IV Keterkaitan Hasil Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah dengan Isu Strategus Pembangunan Jangka Panjang IV Penjelasan Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah - IV.25 BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi V Misi V Tujuan V Sasaran V.10 BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan VI Arah Kebijakan Kewilayahan VI Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi VI Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya VI Kawasan Strategis Daya Dukung Lingkungan Hidup VI.20 BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X. PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1 Pedoman Transisi X Kaidah Pelaksanaan X.2 BAB XI. PENUTUP iv

20 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kedudukan RPJMD Dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional I.12 Gambar 2.1 Pembagian Administratif Wilayah Kota Semarang per Kecamatan Gambar 2.2 Posisi Strategis Kota Semarang II.3 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Kepadatan Penduduk di Kawasan Strategis Nasional Kedungsapur Tahun 2011 (jiwa/ha) II.1 II.4 Perubahan Lahan Terbangun di Kota Semarang Tahun 1999 Tahun II.5 Gambar 2.5 Transek Ketinggian Kota Semarang II.6 Gambar 2.6 Topografi Kota Semarang II.7 Gambar 2.7 Batuan Kota Semarang II.8 Gambar 2.8 Topografi Kota Semarang Berdasarkan Karakteristik Fisik Alam II.10 Gambar 2.9 Peta DAS Kota Semarang II.12 Gambar 2.10 Peta Air Tanah Kota Semarang Gambar 2.11 Peta Zonasi Pengambilan Air Tanah Kota Semarang dan Sekitarnya Gambar 2.12 Penggunaan Lahan di Kota Semarang Tahun Gambar 2.13 Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Tahun 2014 Gambar 2.14 Penggunaan Lahan Kering di Kota Semarang Tahun 2014 Gambar 2.15 Bahaya Bencana di Kota Semarang Gambar 2.16 Peta Rencana Pengendalian Bencana Kota Semarang ---- Gambar 2.17 Perkembangan Demografi Kota Semarang Gambar 2.18 Peta Sebaran Penduduk Kota Semarang Tahun Gambar 2.19 Jumlah Penduduk Kota Semarang Dirinci per Kecamatan Tahun Gambar 2.20 Sebaran Kepadatan Penduduk di Kota Semarang II.13 II.14 II.15 II.16 II.17 II.22 II.24 II.25 II.26 II.27 II.27 Gambar 2.21 Perubahan Sebaran Penduduk Kota Semarang Tahun II.28 Gambar 2.22 Perkembangan Penduduk (Lahir, Mati, Datang, Pindah) di Kota Semarang II.29 Gambar 2.23 Perkembangan Jumlah Pendatang di Kota Semarang II.30 Gambar 2.24 Sebaran Pendatang di Kota Semarang Gambar 2.25 Piramida Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010 dan Tahun Gambar 2.26 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kota Semarang Tahun Gambar 2.27 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Semarang Tahun II.30 II.31 II.32 II.33 v

21 Gambar 2.28 Mata Pencaharian Penduduk Kota Semarang II.33 Gambar 2.29 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Gambar 2.30 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Dibandingkan Dengan 5 Kota di Jawa Tengah dan Kota Besar Lainnya Tahun Gambar 2.31 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Dibandingkan Kab / Kota di Jawa Tengah Tahun Gambar 2.32 Grafik Laju Inflasi di Kota Semarang Tahun Gambar 2.33 Perbandingan Laju Inflasi Kota Semarang Dibandingkan Dengan 5 Kota di Jawa Tengah Tahun Gambar 2.34 Perbandingan Laju Inflasi Kota Semarang Dibandingkan Kota-Kota Besar Di Indonesia Lainnya Pada Tahun 2015 II.38 II.40 II.41 II.42 II.42 II.43 Gambar 2.35 Pertumbuhan PDRB Perkapita Kota Semarang Tahun II.44 Gambar 2.36 Grafik Perkembangan Indeks Gini di Kota Semarang Tahun II.45 Gambar 2.37 Grafik Perkembangan Indeks Gini Kota Semarang Dibandingkan Dengan Kab/Kota Di Jawa Tengah Tahun II.46 Gambar 2.38 Grafik Perkembangan Tingkat Persentase Kemiskinan di Kota Semarang Tahun Gambar 2.39 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kota Semarang dengan Kota-Kota Lain dan Provinsi Jawa Tengah Tahun Gambar 2.40 Grafik Perkembangan Persentase Kemiskinan Kota Semarang Tahun II.47 II.47 II.49 Gambar 2.41 Grafik Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun II.51 Gambar 2.42 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang dan Kab / Kota di Jawa Tengah Tahun Gambar 2.43 Perkembangan IPG Kota Semarang Tahun Gambar 2.44 Perbandingan IPG Kota Semarang Dengan Kab/Kota di Jawa Tahun Gambar 2.45 Perkembangan Indeks Gender (IDG) Kota Semarang Tahun II.51 II.53 II.54 II.55 Gambar 2.46 Posisi Relatif IDG Kab/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun II.56 Gambar 2.47 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) & Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kota Semarang Tahun II.65 vi

22 Gambar 3.1 Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah Dilihat Dari Masing-masing Komponen Gambar 3.2 Persandingan Rata-rata Pertumbuhan PAD Dengan Dan Tanpa Komponen PBB & BPHTB III.12 III.13 Gambar 3.3 Realisasi Pajak Daerah Tahun III.15 Gambar 4.1 Gambaran Permasalahan Utama dan Permasalahan Pokok Pembangunan Daerah Kota Semarang IV.2 Gambar 5.1 Misi Walikota dan Wakil Walikota Semarang V.4 Gambar 5.2 Pencapaian Semarang Hebat V.6 Gambar 5.3 Skema keterkaitan Visi Misi RPJMN dengan RPJMD Kota Semarang Tahun V.12 Gambar 5.4 Skema keterkaitan RPJMD Provinsi Jateng dengan RPJMD Kota Semarang Tahun V.14 Gambar 6.1 Agenda/Tema RPJMD Kota Semarang VI.2 Gambar 6.2 Terminal Terpadu Mangkang VI.13 Gambar 6.3 Operasionalisasi BRT VI.13 Gambar 6.4 Manajemen Bank Sampah di Tiap Permukiman VI.14 Gambar 6.5 Kawasan Strategis Kota Semarang VI.20 Gambar 7.1 Pembangunan Semarang Hebat VII.1 vii

23 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Sebaran Topografi di Kota Semarang II.7 Tabel 2.2 Sebaran Jenis Tanah di Kota Semarang II.9 Tabel 2.3 Luas Amblesan Tanah di Kota Semarang II.11 Tabel 2.4 Lama dan Luasan Genangan Banjir II.23 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Tabel 2.7 Tabel 2.8 Sebaran Penduduk Per Kecamatan Kota Semarang Tahun Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kota Semarang Tahun (Milyar Rupiah) Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kota Semarang Tahun (Milyar Rupiah) II.25 II.35 II.36 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Menurut Kategori di Kota Semarang Tahun II.39 Tabel 2.9 PDRB Perkapita Kota Semarang Tahun (Juta Rupiah) Tabel 2.10 Kondisi Pentahapan Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga di Kota Semarang; 5 Kota lain di Jawa Tengah dan Kawasan Strategis Kedungsapur serta Provinsi Jawa Tengah Tahun Tabel 2.11 Jumlah Tindak Pidana Menonjol (Crime Index) Menurut Di Kota Semarang Tahun Tabel 2.12 Perkembangan Indikator Pembentuk IPM Kota Semarang Tahun Tabel 2.13 Tabel 2.14 II.43 II.48 II.49 II.52 Capaian Indikator Komposit IPG Kota Semarang Tahun II.54 Capaian Indikator Komposit IDG Kota Semarang Tahun II.56 Tabel 2.15 Realisasi Indikator Aspek Pendidikan II.58 Tabel 2.16 Realisasi Indikator Aspek Kesehatan II.59 Tabel 2.17 Realisasi Aspek Kesempatan Kerja II.63 Tabel 2.18 Jumlah Kelompok Kesenian dan Jumlah Gedung Kesenian di Kota Semarang Tahun II.66 Tabel 2.19 Perkembangan Olahraga di Kota Semarang Tahun II.67 Tabel 2.20 Realisasi Kinerja Urusan Pendidikan II.67 Tabel 2.21 Realisasi Kinerja Urusan Kesehatan II.69 Tabel 2.22 Realisasi Kinerja Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang II.70 viii

24 Tabel 2.23 Tabel 2.24 Tabel 2.25 Realisasi Kinerja Urusan Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman Daftar Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Kota Semarang Realisasi Kinerja Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat II.72 II.73 II.74 Tabel 2.26 Realisasi Kinerja Urusan Sosial II.75 Tabel 2.27 Realisasi Kinerja Urusan Tenaga Kerja II.76 Tabel 2.28 Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak II.77 Tabel 2.29 Realisasi Kinerja Urusan Pangan II.77 Tabel 2.30 Realisasi Kinerja Urusan Pertanahan II.78 Tabel 2.31 Realisasi Kinerja Urusan Lingkungan Hidup II.79 Tabel 2.32 Tabel 2.33 Tabel 2.34 Realisasi Kinerja Urusan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Realisasi Kinerja Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana II.80 II.80 II.81 Tabel 2.35 Realisasi Kinerja Urusan Perhubungan II.81 Tabel 2.36 Realisasi Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika - II.83 Tabel 2.37 Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah II.83 Tabel 2.38 Realisasi Kinerja Urusan Penanaman Modal II.84 Tabel 2.39 Realisasi Kinerja Urusan Kepemudaan dan Olah Raga - II.84 Tabel 2.40 Realisasi Kinerja Urusan Statistik II.85 Tabel 2.41 Realisasi Kinerja Urusan Persandian II.85 Tabel 2.42 Realisasi Kinerja Urusan Kebudayaan II.86 Tabel 2.43 Realisasi Kinerja Urusan Perpustakaan II.86 Tabel 2.44 Realisasi Kinerja Urusan Kearsipan II.87 Tabel 2.45 Realisasi Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan II.87 Tabel 2.46 Realisasi Kinerja Urusan Pariwisata II.88 Tabel 2.47 Realisasi Kinerja Urusan Pertanian II.88 Tabel 2.48 Realisasi Kinerja Urusan Perdagangan II.89 Tabel 2.49 Realisasi Kinerja Urusan Perindustrian II.89 Tabel 2.50 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Perencanaan II.90 Tabel 2.51 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Penelitian dan Pengembangan II.91 Tabel 2.52 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Keuangan II.91 Tabel 2.53 Realisasi Kinerja Fungsi Lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan II.92 Tabel 2.54 Realisasi Kinerja Urusan Pemerintahan Umum II.93 Tabel 2.55 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Kota Semarang Tahun II.94 ix

25 Tabel 2.56 Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita Kota Semarang Tahun Tabel 2.57 Profil Kondisi Jalan Kota Di Kota Semarang Tahun 2010 & Tabel 2.58 Arus Lalu Lintas Angkutan Udara Domestik Pesawat, Penumpang, Bagasi Barang/ Cargo dan Pos Paket di Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang Tahun Tabel 2.59 Arus Lalu Lintas Angkutan Udara Internasional Pesawat, Penumpang, Bagasi Barang / Cargo dan Pos Paket di Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang Tahun Tabel 2.60 Tabel 2.61 Tabel 2.62 Tabel 2.63 Tabel 2.64 Tabel 2.65 Tabel 2.66 II.95 II.96 II.97 II.98 Banyaknya Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Laut Tanjung Emas Semarang Tahun II.99 Arus Lalu Lintas Penumpang dan Bus yang Masuk di Terminal Terboyo Kota Semarang Tahun Banyaknya Penumpang Kereta Api Melalui PT KA (Persero) Daerah Operasi IV Kota Semarang Tahun Perkembangan Jumlah Ijin Trayek Di Kota Semarang Tahun Perkembangan Persentase Pemasangan Rambu-Rambu Di Kota Semarang Tahun Perkembangan Wartel / Warnet dan Jumlah Peralatan Komunikasi Di Kota Semarang Tahun Perkembangan Banyaknya Pelanggan, Pemakaian & Penjualan Air Minum PDAM Tahun II.100 II.100 II.101 II.102 II.102 II.105 Tabel 2.67 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Daya Tersambung Listrik Di Kota Semarang Tahun II.105 Tabel 2.68 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Telepon Seluler (HP) Di Kota Semarang Tahun ( Persen ) II.106 Tabel 2.69 Perkembangan Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan / Hotel Di Kota Semarang Tahun Tabel 2.70 Tabel 2.71 Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan Di Kota Semarang Tahun Perkembangan Jumlah Obyek Wisata Di Kota Semarang Tahun Tabel 2.72 Perkembangan Jumlah Industri Kota Semarang Tahun II.107 II.107 II.108 II.108 x

26 Tabel 2.73 Perkembangan Jumlah Pasar Di Kota Semarang Tahun Tabel 2.74 Tabel 2.75 Perkembangan Fasilitas Pendidikan Di Kota Semarang Tahun Perkembangan Fasilitas Kesehatan Di Kota Semarang Tahun II.109 II.109 II.110 Tabel 2.76 Perkembangan Investasi Kota Semarang Tahun II.111 Tabel 2.77 Tabel 2.78 Tabel 2.79 Perkembangan Jumlah Kriminalitas dan Jumlah Unjuk Rasa / Demostrasi Di Kota Semarang Tahun II.112 Capaian Survey Kepuasan Masyarakat Pada BPPT Kota Semarang Tahun II.113 Perkembangan Jumlah Ijin Di Kota Semarang Tahun II.113 Tabel 2.80 Pajak Daerah Kota Semarang Tahun II.114 Tabel 2.81 Rasio Ketergantungan Kota Semarang Tahun II.115 Tabel 2.82 Tabel 2.83 Tabel 2.84 Rasio Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun ( Persen ) II.116 Rasio Penduduk Yang Bekerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun ( Persen ) II.116 Rasio Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Semarang Tahun ( Persen ) II.117 Tabel 3.1 Ringkasan APBD Kota Semarang Tahun III.4 Tabel 3.2 Ringkasan Realisasi APBD Kota Semarang Tahun III.7 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Pajak Daerah Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Retribusi Daerah Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah Kota Semarang Tahun III.13 III.14 III.16 III.16 III.17 III.17 Target dan Realisasi Dana Perimbangan Kota Semarang III.18 xi

27 Tabel 3.10 Target dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak Kota Semarang Tahun III.19 Tabel 3.11 Target dan Realisasi Dana Bagi Hasil SDA Tahun III.19 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Tabel 3.15 Tabel 3.16 Tabel 3.17 Tabel 3.18 Tabel 3.19 Tabel 3.20 Tabel 3.21 Tabel 3.22 Tabel 3.23 Tabel 3.24 Tabel 3.25 Tabel 3.26 Tabel 3.27 Target dan Realisasi Dana Alokasi Umum Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Dana Alokasi Khusus Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Belanja Tidak Langsung Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Belanja Pegawai Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Belanja Bunga Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Belanja Hibah Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Belanja Bantuan Sosial Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Belanja Tidak Terduga Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Belanja Langsung Kota Semarang Tahun Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah Kota Semarang Tahun Rata-rata Realisasi Pembiayaan Daerah Kota Semarang Tahun Perkembangan Anggaran dan Realisasi BUMD Kota Semarang Tahun Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Semarang Tahun III.20 III.21 III.21 III.23 III.23 III.24 III.24 III.25 III.26 III.26 III.27 III.27 III.28 III.30 III.33 III.34 Tabel 3.28 Analisis Rasio Likuiditas Kota Semarang Tahun III.36 Tabel 3.29 Rasio Solvabilitas Kota Semarang Tahun III.36 Tabel 3.30 Tabel 3.31 Proporsi Realisasi Belanja terhadap Anggaran Belanja Daerah Kota Semarang Tahun III.37 Proporsi Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur terhadap Total Belanja Kota Semarang Tahun III.38 xii

28 Tabel 3.32 Tabel 3.33 Tabel 3.34 Tabel 3.35 Tabel 3.36 Tabel 3.37 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun Realisasi Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang Tahun III.40 III.41 Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun III.43 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Kota Semarang Tahun Realisasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Kota Semarang Tahun III.45 III.46 Proyeksi Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun III.49 Tabel 3.38 Proyeksi Belanja Daerah Kota Semarang Tahun III.52 Tabel 3.39 Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang Tahun III.54 Tabel 3.40 Proyeksi Pembiayaan Daerah Kota Semarang III.57 Tabel 3.41 Tabel 3.42 Tabel 3.43 Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Semarang Tahun III.59 Belanja Daerah Prioritas I dan II Kota Semarang Tahun III.60 Proyeksi Kerangka Pendanaan RPJMD Kota Semarang Tahun Tabel 4.1 Rumusan Permasalahan: Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Masih Perlu Ditingkatkan Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Rumusan Permasalahan: Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Masih Belum Optimal Rumusan Permasalahan: Belum Optimalnya Penyediaan Infrastruktur Dasar Dan Penataan Ruang Rumusan Permasalahan: Inovasi Dan Daya Saing Nilai Tambah Produksi Pada Sektor Perekonomian Masih Perlu Ditingkatkan Tabel 4.5 Identifikasi Masalah, Variabel Penyebab Yang Mempengaruhi Permasalahan Pembangunan Daerah dengan Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tabel 4.6 Keterkaitan Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Hasil Identifikasi Dengan Permasalahan III.61 IV.4 IV.6 IV.8 IV.9 IV.11 xiii

29 Pokok Pembangunan Walikota dan Wakil Walikota Terpilih Tabel 4.7 Keterkaitan Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Daerah Dengan Tahapan Pembangunan RPJPD Kota Semarang IV.23 IV.25 Tabel 5.1 Indikator Semarang Hebat V.7 Tabel 5.2 Tujuan Pembangunan Kota Semarang Tahun V.9 Tabel 5.3 Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Semarang Tahun V.10 Tabel 5.4 Sinkronisasi Agenda Prioritas RPJMN (Nawacita) Dengan RPJMD Kota Semarang Tahun V.13 Tabel 5.5 Tujuan dan Sasaran RPJMD Tahun Kota Semarang V.15 Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan VI.3 Tabel 7.1 Arah Kebijakan Umum dan Program Prioritas VII.10 Tabel 8.1 Indikasi Rencana Program Prioritas RPJMD Kota Semarang VIII.2 xiv

30 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan di suatu wilayah memiliki peran yang sangat signifikan dalam mendorong perkembangan wilayah tersebut. Perencanaan pembangunan menjadi dasar atau acuan dalam penyelenggaraan pembangunan di waktu yang akan datang. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan bertujuan untuk mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan, menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah. Selain itu, perencanaan pembangunan juga bertujuan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, pengoptimalan partisipasi masyarakat dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. Berdasarkan jangka waktunya, perencanaan pembangunan di Indonesia terdiri dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) yang memuat arahan pembangunan untuk 20 (dua puluh) tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang memuat arahan pembangunan untuk 5 (lima) tahun dan rencana pembangunan tahunannasional dan daerah. Sebagaimana perencanaan pembangunan di tingkat nasional, perencanaan pembangunan di daerah juga dibagi berdasarkan jangka waktu, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang memiliki jangka waktu perencanaan 20 tahun. RPJPD memuat visi, misi dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. Untuk jangka waktu perencanaan 5 tahun terdapat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yang kemudian dijabarkan ke dalam rencana kerja tahunan yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Salah satu komponen penting dalam perencanaan pembangunan daerah adalah perencanaan pembangunan lima tahunan yang tertuang kedalam bentuk RPJMD. RPJMD menjabarkan secara detail visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih dengan berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJMN, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi I-1

31 PENDAHULUAN pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program pembangunan daerah disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan indikatif. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menjadi arah baru dalam penyelenggaraan tata pemerintahan di Indonesia dimana penyelenggaraan tata pemerintahan ditekankan untuk mengimplementasikan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Sebagai produk hukum terbaru terkait desentralisasi, keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah semakin memperkuat peran strategis daerah dalam meningkatkan kontribusinya dalam pemerataan kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan usaha, perluasan akses dan peningkatan kualitas pelayanan publik serta daya saing daerah. Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa Perda tentang RPJMD ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan setelah kepala daerah terpilih dilantik dan merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang memuat tujuan; sasaran; strategi; arah kebijakan; pembangunan daerah dan keuangan daerah; serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan bersifat indikatif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN. Untuk Kota Semarang, pasangan Kepala Daerah terpilih untuk periode , Walikota H. Hendrar Prihadi, SE, MM dan Wakil Walikota Ir. Hj. Hevearita Gunaryanti Rahayu dilantik sebagai Walikota dan Wakil Walikota Semarang pada tanggal 17 Februari RPJMD Tahun , disusun berdasarkan visi dan misi pasangan Walikota dan Wakil Walikota Semarang terpilih, sekaligus berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang mengakomodasi berbagai aspirasi masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah Kota Semarang dan berpedoman pada evaluasi pelaksanaan pembangunan periode sebelumnya. Penyusunan RPJMD Tahun dilakukan secara integratif yang merupakan penjabaran periode ke-iii dari RPJPD tahun yang berkedudukan sebagai dokumen perencanaan induk dengan jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. Selain itu RPJMD Tahun ini juga berpedoman pada dokumen perencanaan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap serta mempertimbangkan kajian-kajian kebijakan yang telah I-2

32 PENDAHULUAN dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah daerah. RPJMD Tahun berpedoman pada RPJMN Tahun khususnya Nawacita, RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun , RTRW Kota Semarang Tahun , Rencana Induk Sistem Drainase , Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Semarang Tahun dan RTRW Kota/Kabupaten di sekitar Kota Semarang (Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga). RPJMD Tahun adalah dokumen perencanaan komprehensif lima tahunan, yang selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah, yaitu dokumen perencanaan Perangkat Daerah selama 5 (lima) tahunan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Perangkat Daerah serta bersifat indikatif. Setiap Perangkat Daerah selanjutnya menjabarkan Renstra ke dalam Rencana Kerja (Renja) Perangkat Daerah. Dalam siklus perencanaan pembangunan daerah, RPJMD Tahun juga menjadi acuan untuk membuat RKPD Kota Semarang. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, RKPD menjadi pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya menjadi Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Dengan demikian, RPJMD Tahun merupakan pedoman bagi seluruh alur pembangunan dan berkaitan dengan seluruh stakeholder di Kota Semarang. 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN Dasar hukum penyusunan RPJMD Tahun adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan Dalam Daerah Istimewa Jogjakarta; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); I-3

33 PENDAHULUAN 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4421); 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); I-4

34 PENDAHULUAN 13. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kecamatan di Wilayah Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaam Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinera Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); I-5

35 PENDAHULUAN 20. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 27. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); I-6

36 PENDAHULUAN 28. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 29. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 30. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9); 31. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 65); 32. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 1 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 1), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2013 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 83); 33. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2007 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 2); 34. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13); I-7

37 PENDAHULUAN 35. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43); 36. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 48); 37. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 61); 38. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Sistem Drainase Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 92); 39. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kota Semarang Tahun (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 98). 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Dokumen RPJMD Tahun merupakan salah satu dokumen perencanaan yang memuat arahan sekaligus menjadi pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan Kota Semarang dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Sehingga maksud dari penyusunan RPJMD ini adalah memberikan pedoman bagi pemangku kepentingan baik di lingkungan pemerintahan, masyarakat, dunia usaha/swasta dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah Kota Semarang secara sinergis. Adapun tujuan penyusunan RPJMD Tahun adalah 1. Memberikan landasan dan pedoman pada Walikota dan Wakil Walikota terpilih dalam pelaksanaan pembangunan jangka waktu ; 2. RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis Perangkat Daerah. Penyusunan Renstra Perangkat Daerah ini I-8

38 PENDAHULUAN sebagai penjabaran teknis RPJMD pada masing-masing perangkat daerah untuk lima tahun yang akan datang berdasarkan urusan dan kewenangan yang ada dalam tugas dan fungsi Perangkat Daerah. 3. Menyediakan pedoman bagi Perangkat Daerah dalam menyusun Renstra Perangkat Daerah agar terjadi keselarasan dan sinkronisasi dalam pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran RPJMD 4. Menyediakan pedoman dalam penyusunan RKPD yang merupakan perencanaan tahunan berupa program beserta target dan pagu yang bersifat indikatif, sebagai bahan lebih lanjut pada penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 4. Menyediakan instrumen sinkronisasi penyelenggaraan pembangunan daerah mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengendalian sampai dengan evaluasi. 1.4 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Untuk mewujudkan konsistensi perencanaan pembangunan daerah di Kota Semarang, penyusunan RPJMD tahun memiliki keterkaitan yang erat dengan berbagai perencanaan lainnya, baik pada lingkup Kota Semarang, Provinsi maupun Nasional. Penyusunan RPJMD merupakan penjabaran atas kebijakan pembangunan yang terdapat dalam RPJPD Kota Semarang tahun untuk tahap perencanaan tahun Pada tahap tersebut, RPJMD tahun diprioritaskan pada pemantapan pembangunan secara menyeluruh diberbagai bidang. Dengan menekankan pada pencapaian daya saing wilayah dan masyarakat yang berlandaskan pada keunggulan sumber daya manusia yang berkualitas, pelayanan dasar yang makin luas, infrastruktur wilayah yang makin berkualitas, pelayanan dasar yang makin luas,dan kondusivitas wilayah yang makin mantap serta kemampuan ilmu dan tekhnologi yang makin meningkat. Dengan fokus kebijakan untuk mewujudkan sumber daya manusia Kota Semarang yang berkualitas, mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan kehidupan politik yang demokratis dan bertanggung jawab, mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah, mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat I-9

39 PENDAHULUAN Dalam penyusunan RPJMD berkaitan dengan kewilayahan yaitu dengan berpedoman pada RTRW Tahun Penyusunan RPJMD akan memperhatikan dokumen RTRW yang di dalamnya berisi tentang pola pengembangan zonasi kewilayahan. RPJMD disusun dengan memperhatikan pembangunan yang bersifat pemanfaatan ruang di Kota Semarang. Hal ini untuk menjadi pedoman dalam menyusun kebijakan pembangunan untuk mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan wilayah di Kota Semarang berdasarkan potensi wilayahnya. Penyusunan RPJMD juga tidak terlepas dari prioritas kebijakan pembangunan jangka menengah Provinsi Jawa Tengah. Aspek keterkaitan dengan RPJMD Provinsi Jawa Tengah yaitu dengan melakukan penyelarasan terhadap prioritas pembangunan terutama untuk wilayah Kota Semarang. Kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Tengah untuk lima tahun yang akan datang dapat dilihat dalam misi pembangunnannya. Penyusunan dokumen ini juga memperhatikan RPJMN Tahun Penjabaran RPJMN dengan memperhatikan nawa cita pembangunan merupakan agenda pembangunan pemerintah untuk mewujudkan kondisi berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Agenda pembangunan kewilayahan dapat dilihat pada lampiran Buku III RPJMN yang berisi Agenda Pembangunan Wilayah sehingga dapat diselaraskan dengan target-target pembangunan di RPJMD dalam penyusunnya juga memperhatikan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan target-target pembangunan daerah, antara lain (1) Dokumen Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai kelanjutan dari MDGs; (2) RAD Pangan dan Gizi (PG), (3) RAD Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK); (4) Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK); (5) Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), (6) Dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); (8) RPJM Daerah dan RTRW Kota/Kabupaten sekitarnya. Terlepas dari keterkaitan dengan dokumen perencanaan pembangunan di atas RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Renstra Perangkat Daerah. Penyusunan Renstra Perangkat Daerah ini sebagai penjabaran teknis RPJMD pada masing-masing perangkat daerah untuk lima tahun yang akan datang berdasarkan urusan dan kewenangan yang ada dalam tugas dan fungsi Perangkat Daerah. Masing-masing Perangkat Daerah menyusun dokumen perencanaan teknis operasional dalam menentukan I-10

40 PENDAHULUAN arah kebijakan serta indikasi program dan kegiatan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan. Perencanaan yang ada dalam RPJMD selanjutnya dijabarkan ke dalam RKPD sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan pada Pemerintah Kota Semarang. Dalam RKPD ini secara teknis dan operasional akan memuat prioritas sasaran pembangunan berdasakan program dan kegiatan yang menjadi acuan dalam penyusunan RAPBD Kota Semarang. Keterkaitan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya selanjutnya dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut : I-11

41 PENDAHULUAN Pedoman Pedoman Gambar 1. 1 Kedudukan RPJMD dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sumber: Modifikasi Lampiran 3 Permendagri 54 Tahun 2010 I-12

42 PENDAHULUAN 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN RPJMD Tahun disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan, tujuan dan maksud penyusunan RPJMD, hubungan antar dokumen, dan sistematika penulisan dokumen RPJMD Kota Semarang BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan tentang kondisi Kota Semarang secara komprehensif sebagai basis atau dasar bagi perumusan perencanaan. Dalam bab ini terdapat beberapa bahasan yaitu (i) Kondisi geografi dan demografi, (ii) Kesejahteraan Masyarakat, (iii) Pelayanan Umum, serta (iv) Daya Saing Daerah. BAB III : GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Bab ini menjelaskan analisis pengelolaan keuangan daerah yang bertujuan untuk memberikan gambaran kapasitas atau kemampuan keuangan daerah Kota Semarang dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan Kota Semarang. BAB IV : ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Bab ini memuat berbagai permasalahan pembangunan dan isu strategis yang akan menentukan kinerja pembangunan dalam 5 (lima) tahun mendatang. BAB V : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Bab ini menguraikan visi dan misi Pemerintah Daerah Kota Semarang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan disertai dengan tujuan dan sasaran. BAB VI : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Bab ini menguraikan strategi dan arah kebijakan pembangunan Kota Semarang untuk kurun waktu 5 (lima) I-13

43 PENDAHULUAN tahun ke depan. Selain itu dalam bab ini juga diuraikan mengenai kebijakan keuangan daerah Kota Semarang dalam jangka menengah. BAB VII : KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Bab ini menjelaskan mengenai kebijakan umum yang dirumuskan untuk pembangunan jangka menengah dan disertai dengan program pembangunan yang menjadi prioritas pembiayaan daerah yang akan direncanakan. BAB VIII : INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Bab ini memuat hubungan urusan Pemerintah dengan Perangkat Daerah terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab Perangkat Daerah. BAB IX : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Dalam bab ini dijelaskan mengenai indikator kinerja daerah Kota Semarang dalam 5 (lima) tahun ke depan. BAB X : PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Bab ini merupakan bab terakhir yang memuat pedoman transisi implementasi RPJMD dari periode sebelum dan sesudahnya, serta kaidah pelaksanaannya. BAB XI : PENUTUP I-14

44 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Karateristik Lokasi Dan Wilayah Luas Dan Batas Wilayah Administrasi Sebagai Kota Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang memiliki luas wilayah sebesar 373,70 km 2 yang lokasinya berbatasan langsung dengan Kabupaten Kendal di sebelah barat, Kabupaten Semarang di sebelah selatan, Kabupaten Demak di sebelah timur dan Laut Jawa di sebelah utara dengan panjang garis pantai berkisar 13,6 km. Secara administratif, Kota Semarang terbagi atas 16 wilayah Kecamatan dan 177 Kelurahan. Dari jumlah tersebut, terdapat 2 Kecamatan yang mempunyai wilayah terluas yaitu Kecamatan Mijen dengan luas wilayah sebesar 57,55 Km² dan Kecamatan Gunungpati dengan luas wilayah sebesar 54,11 Km². Kedua Kecamatan tersebut terletak di bagian selatan yang merupakan wilayah perbukitan yang sebagian besar wilayahnya masih memiliki potensi pertanian dan perkebunan. Sementara itu wilayah kecamatan dengan mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Semarang Selatan dengan luas wilayah 5,93 Km² dan Kecamatan Semarang Tengah dengan luas wilayah sebesar 6,14 Km². Gambar 2.1 Pembagian Administratif Wilayah Kota Semarang Per Kecamatan II-1 II-1

45 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Letak dan Kondisi Geografis Kota Semarang dilihat berdasarkan posisi astronomi berada di antara garis 6º 50 7º 10 Lintang Selatan dan garis 109º º 50 Bujur Timur. Kota Semarang sebagai salah satu kota yang berada di garis pantai utara pulau jawa memiliki ketinggian antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas permukaan laut. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel wilayah Semarang Selatan. Tugu, Mijen, dan Gunungpati. Untuk dataran rendah mempunyai ketinggian 0.75 mdpl. Kota Semarang memiliki luas wilayah sebesar 373,70 Km2. Berdasarkan pembagiannya terdiri atas 39,56 Km2 (10,59%) tanah sawah dan 334,14 (89,41%) bukan lahan sawah. Menurut penggunaannya, luas tanah sawah terbesar merupakan tanah sawah tadah hujan (53,12 %), dan hanya sekitar 19,97 % nya saja yang dapat ditanami 2 (dua) kali. Lahan kering sebagian besar digunakan untuk tanah pekarangan/tanah untuk bangunan dan halaman sekitar, yaitu sebesar 42,17 % dari total lahan bukan sawah. Secara geografis, Kota Semarang memiliki posisi astronomis yaitu di antara garis 6º50-7º10 Lintang Selatan (LS) dan garis 109º35-110º50 Bujur Timur. Berdasarkan posisi lokasinya, Kota Semarang terletak pada jalur lalu lintas ekonomi Pulau Jawa. Selain itu, berdasarkan posisinya, Kota Semarang memiliki lokasi strategis sebagai koridor pembangunan di Provinsi Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yaitu koridor pantai utara, koridor selatan, koridor timur dan koridor barat. Lokasi strategis Kota Semarang juga didukung dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung Mas, Bandar Udara Ahmad Yani, Terminal Terboyo, Stasiun Kereta Api Tawang dan Poncol, yang menguatkan peran Kota Semarang sebagai simpul aktivitas pembangunan di Provinsi Jawa Tengah dan bagian tengah Pulau Jawa, Indonesia. Lebih lanjut, posisi strategis Kota Semarang terlihat di Gambar dibawah ini : II-2

46 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Koridor Barat Koridor Pantai Utara Koridor Timur Koridor Selatan Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.2 Posisi Strategis Kota Semarang Dalam konteks pembangunan Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang juga merupakan bagian dari rangkaian kawasan strategis nasional KEDUNGSAPUR bersama dengan Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Kabupaten Grobogan. Sebagai kota metropolitan, Kota Semarang dalam kedudukannya di kawasan strategis nasional KEDUNGSAPUR menjadi pusat aktivitas perdagangan dan jasa, industri dan pendidikan. Fungsi inilah yang kemudian berdampak pada perkembangan pembangunan yang ada di Kota Semarang karena sebagaimana yang diketahui, aktivitas perdagangan dan jasa, industri dan pendidikan menjadi aktivitas yang paling banyak mengundang manusia untuk beraktivitas di dalamnya. Oleh karenanya, Kota Semarang menjadi salah satu kota yang memiliki daya tarik bagi penduduk pendatang untuk beraktivitas di dalamnya. II-3

47 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Kepadatan Penduduk per Kelurahan (penddk/ha) Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2015 Gambar 2.3 Kepadatan Penduduk di Kawasan Strategis Nasional KEDUNGSAPUR Tahun 2011 (Jiwa/Ha) Selain itu, Kota Semarang juga merupakan bagian dari segitiga pusat pertumbuhan regional JOGLOSEMAR bersama dengan Jogjakarta dan Solo. Dalam perkembangannya, Kota Semarang berkembang sebagai kota perdagangan dan jasa dimana perkembangan aktivitas perdagangan (perniagaan) dan jasa menjadi tulang punggung pembangunan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai kota metropolitan yang menjadi bagian dari kawasan strategis nasional KEDUNGSAPUR dan segitiga pusat pertumbuhan regional JOGLOSEMAR, pertumbuhan dan perkembangan pembangunan Kota Semarang mengarah ke arah barat, timur dan selatan. Arah pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di Kota Semarang dapat dilihat dari perubahan luasan lahan terbangun yang terus meningkat dari tahun 1999 hingga Gambar 2.4 menunjukan perbandingan perubahan luasan lahan terbangun Kota Semarang pada tahun 1999 dengan luasan lahan II-4

48 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH terbangun tahun Terlihat jelas pada Gambar 2.4 bahwa kecenderungan arah perkembangan pembangunan Kota Semarang mengarah ke arah barat, timur dan selatan. Keterangan: = Lahan terbangun tahun 1999 = Lahan terbangun tahun 2014 Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2015 Gambar 2.4 Perubahan Lahan Terbangun di Kota Semarang Tahun 1999 dengan Tahun 2014 Perkembangan pembangunan Kota Semarang yang mengarah ke barat, selatan dan timur juga salah satunya dipengaruhi posisi strategis Kota Semarang yang berada di tengah-tengah rangkaian kawasan strategis pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah yaitu KEDUNGSAPUR DAN JOGLOSEMAR. Oleh karenanya, untuk mendukung dan mendorong aktivitas perkotaan di Kota Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa diwujudkan dengan adanya kawasan PETAWANGI (Peterongan-Tawang-Siliwangi). Kawasan PETAWANGI merupakan kawasan strategis yang disediakan dengan tujuan pembukaan potensi investasi perdagangan, jasa, dan industri khususnya pada koridor Jalan Siliwangi Kawasan Pusat Kota Jalan Kaligawe dan Jalan Majapahit Karakter Topografi Kota Semarang yang terletak di bagian utara Provinsi Jawa Tengah memiliki kenampakan yang yang umumnya juga dimiliki oleh kota/ kabupaten lain yang berada di Pulau Jawa. Umumnya, sebagian besar II-5

49 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH kenampakan geomorfologi Pulau Jawa terdiri dari dataran rendah di bagian utaranya, serta perbukitan dan pegunungan di bagian selatannya. Gambar 2.15 menjelaskan bahwa secara umum, Kota Semarang didominasi oleh dataran rendah khususnya pada bagian utaranya dan perbukitan di bagian selatannya. Sama halnya dengan kenampakan morfologi Pulau Jawa, semakin mengarah ke selatan, morfologi Kota Semarang cenderung berupa area perbukitan. Semarang A Semarang B Semarang A A B B Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2015 Gambar 2.5 Transek Ketinggian Kota Semarang Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78% merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu : Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara, Tugu, sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Candisari. II-6

50 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara) dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Berdasarkan data topografi Kota Semarang yang tercantum dalam RTRW Kota Semarang , sebanyak 43,89% luasan wilayah Kota Semarang memiliki kelerangan yang berkisar 0 2% hal ini dikarenakan sebagian besar Kota Semarang merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2.45 mdpl. 2,85% 1,96% 15,20% 43,89% 36,11% 0-2 % 2-15 % % % > 40 % Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.6 Topografi Kota Semarang Jika dirinci per kecamatan di Kota Semarang, kecamatan yang mayoritasnya merupakan dataran rendah diantara Kecamatan Pedurungan, Genuk, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara, Semarang Tengah, Semarang Barat dan Tugu. Sedangkan kecamatan yang memiliki area dengan perpaduan morfologi dataran rendah dan perbukitan dimiliki oleh Kecamatan Mijen, Banyumanik, Gajahmungkur, Candisari, dan Tembalang. Sedangkan kecamatan yang memiliki morfologi perpaduan antara perbukitan dengan pegunungan berada di Kecamatan Gunungpati dan sebagian kecil berada di Banyumanik. No. Kecamatan Tabel 2.1 Sebaran Topografi Kota Semarang Luas (Ha) 0-2 % 2-15 % % % > 40 % 1 Mijen 453, ,24 530,92 27,66 88,00 2 Gunungpati 342, , ,75 219,39 305,38 3 Banyumanik 971,73 821,27 864,68 267,95 165,16 4 Gajah Mungkur 202,01 409,33 230,20 20,30 78,94 II-7

51 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No. Kecamatan Luas (Ha) 0-2 % 2-15 % % % > 40 % 5 Semarang Selatan 505,67 82,98 25, Candisari 2,01 455,94 104,41 85,03 12,49 7 Tembalang 1.273, ,93 897,17 167,31 113,26 8 Pedurungan 2.198, Genuk 2.729, Gayamsari 643, Semarang Timur 561, Semarang Utara 1.702, Semarang Tengah 535, Semarang Barat 1.687,10 297,47 189,73 36,13-15 Tugu 2,834,16 109,96 42, Ngaliyan 484, , ,32 286,91 - Total , ,19 5, ,67 763,22 Sumber : Bappeda Kota Semarang, Struktur Geologi Berdasarkan komposisi batuannya, Kota Semarang didominasi oleh batuan endapan permukaan alluvium yaitu sebanyak 46,12% dari seluruh luasan area Kota Semarang. Lebih lanjut, kondisi komposisi batuan di Kota Semarang terlihat pada gambar dibawah ini : 11,13% 4,14% 2,61% 19,22% 46,12% 16,78% Endapan Permukaan Alluvium Batuan Sedimentasi Breksi V Endapan V Gunung Ungaran Lapisan Marin Endapan V Lahar Gunung Batuan Vulkanik Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.7 Batuan Kota Semarang II-8

52 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Endapan ini merupakan endapan yang terletak di bawah permukaan air termasuk ke dalam endapan alluvial, yaitu endapan sekunder yang terkumpul dalam jumlah dan kadar yang tinggi melalui suatu proses konsentrasi alam yang letaknya sudah jauh dari batuan induknya dan sudah sempat diangkut oleh sungai dan ombak laut. Berdasarkan jenis tanahnya, Kota Semarang memiliki jenis tanah diantaranya Mediteran Coklat Tua, Latosol Coklat Tua Kemerahan, Asosiasi Aluvial Kelabu dan Coklat Kekelabuan, dan Aluvial Hidromorf Grumosol Kelabu Tua. Adapun sebarang jenis tanah di Kota Semarang terpaparkan di Tabel 2.2 sebagai berikut: Tabel 2.2 Sebaran Jenis Tanah di Kota Semarang No. Jenis Tanah Lokasi 1. Mediteran Coklat Tua 2. Latosol Coklat Tua Kemerahan Kecamatan Tugu Kecamatan Semarang Selatan Kecamatan Gunungpati Kecamatan Semarang Timur Kecamatan Mijen Kecamatan Gunungpati 3. Asosiasi Aluvial Kelabu dan Coklat Kekelabuan Kecamatan Genuk Kecamatan Semarang Tengah 4. Alluvial Hidromorf Grumosol Kelabu Tua Kecamatan Tugu Kecamatan Semarang Utara Kecamatan Genuk Kecamatan Mijen Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2009 Kota Semarang memiliki tiga bagian struktur geologi yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault) dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor. Daerah patahan di Kota Semarang berada di sekitar aliran Kali Garang yang membujur kearah utara sampai selatan dan berbatasan dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante kearah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante dan pelurusan Kali Garang serta beberapa mata air di Bendan Duwur. Kemudian, daerah patahan lainnya di Kota Semarang berada di Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan. Kota Semarang juga memiliki gerakan tanah yang terbagi kedalam empat kategori yaitu II-9

53 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH gerakan tanah tinggi, gerakan tanah menengah, gerakan tanah rendah dan gerakan tanah sangat rendah. Sebagian besar, daerah di Kota Semarang memiliki gerakan tanah sangat rendah. Meskipun demikian, beberapa daerah memiliki gerakan tanah yang tinggi yaitu Kecamatan Mijen, Gunungpati, Banyumanik, dan Tembalang. Jika dikaitkan dengan kondisi topografinya, daerah yang memiliki gerakan tanah tinggi merupakan daerah perbukitan. Lebih lanjut mengenai kondisi topografi di Kota Semarang terlihat pada gambar 2.8 di bawah ini : 9,57% 14,78% 58,67% 16,99% Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Gerakan Tanah Tinggi Gerakan Tanah Menengah Gerakan Tanah Rendah Gambar 2.8 Topografi Kota Semarang Berdasarkan Karakteristik Fisik Alam Beragamnya kondisi topografi Kota Semarang menjadikan Kota Semarang memiliki beragam karakteristik fisik alam yang harus diperhatikan dalam pembangunan. Selain daerah perbukitan yang memiliki gerakan tanah menengah hingga tinggi, Kota Semarang juga memiliki daerah yang rawan terhadap amblesan tanah. Umumnya, daerah yang memiliki amblesan tanah merupakan daerah yang berada di dataran rendah dan daerah pantai yang terdiri dari beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Semarang Selatan, Pedurungan, Genuk, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara, Semarang Tengah, dan Semarang Barat. Berdasarkan Tabel 2.3, Kecamatan Genuk merupakan kecamatan yang memiliki amblesan tanah tertinggi tiap tahunnya diantara seluruh kecamatan di Kota Semarang. II-10

54 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No. Kecamatan Tabel 2.3 Luas Amblesan Tanah di Kota Semarang 0-2 cm/th Luas Amblesan (Ha) 2-4 cm/th 4-6 cm/th 6-8 cm/th > 8 cm/th 1 Semarang Selatan Pedurungan Genuk Gayamsari Semarang Timur Semarang Utara Semarang Tengah Semarang Barat Sumber : Bappeda Kota Semarang, Keadaan Hidrologi dan Hidrogeologi Kota Semarang memiliki beberapa ruas sungai yang mengalir yang berpotensi sebagai potensi air. Sungai yang mengalir di Kota Semarang diantaranya adalah Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yang bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Beberapa sungai yang melintasi Kota Semarang memiliki debit air yang berbeda-beda. Hal ini tentu saja berpengaruh pada potensi air di Kota Semarang. Debit Kali Garang mempunyai debit 53% dari debit total dan Kali Kreo 34,7% selanjutnya Kali Kripik 12,3%.Sungai-sungai tersebut dikelola dalam 11 DAS, yaitu DAS Tugu, DAS Babon, DAS Banjir Kanal Barat, DAS Banjir Kanal Timur, DAS Barat, DAS Bringin, DAS Blorong, DAS Plumbon, DAS Silandak, DAS Tengah dan DAS Timur (lihat Gambar 2.9). Potensi sumber daya air yang ada di Kota Semarang tidak hanya berasal dari sungai yang melintas saja tetapi juga berasal dari air tanah. Penduduk Kota Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3-18 meter. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara meter. II-11

55 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.9 Peta DAS Kota Semarang Peta Hidrogeologi dalam lembar dokumen RTRW menjelaskan bahwa tipe akuifer di daerah monitoring merupakan akuifer delta garang yang dibagi menjadi dua, yaitu tipe akuifer bebas dan akuifer di daerah monitoring merupakan akuifer delta garang yang dibagi menjadi dua, yaitu tipe akuifer bebas dan akuifer tertekan. Akuifer bebas memiliki kedalaman antara 3-18 m, sedangkan akuifer tertekan antara m dibawah permukaan tanah. Akuifer tertekan berada di ujung timur laut kota dan pada mulut Sungai Garang lama yang terletak pada pertemuan antara lembah Sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok Akuifer Delta Garang ini disebut pula kelompok akuifer utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat air tawar. Adapun Peta Hidrogeologi dapat dijelaskan pada gambar berikut: II-12

56 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.10 Peta Air Tanah Kota Semarang Perijinan Air Bawah Tanah (ABT) tahun 2013 sebanyak 55 perijinan dan 2014 sebanyak 56 perijinan. Mulai tahun 2015 penerbitan ijin ABT menjadi kewenangan Provinsi Jawa Tengah. Pemerintah kota hanya sebatas memberikan rekomendasi aspek sosial ekonomi masyarakat. Dari data yang diperoleh pada tahun 2015 terhitung sejumlah 65 Perijinan. Dari gambar 2.11 di bawah ini dijelaskan bahwa Zona kritis Muka Air Tanah (MAT) lebih dari 10 m dibawah muka air laut sebagian besar berada di daerah Semarang bagian utara dan daerah zona kritis di dorong sebagai daerah konservasi dan pada akuifer diatas 30 m pengambilan air tanah hanya untuk keperluan rumah tangga. Sedangkan Zona Rawan sebagian besar berada di pusat kota dan didorong sebagai daerah konservasi dengan kedalaman akuifer yang dibolehkan pengambilan air tanah pada kedalaman antara m bawah muka tanah (bmt) hanya untuk keperluan selain industri. Zona aman berada lebih ke arah selatan dengan kedalaman 30 bmt dengan batasan pengambilan 150 m3/detik boleh pengambilan selain untuk rumah tangga dengan kajian geologi lebih dalam. II-13

57 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Sumber : D. PSDA & ESDM Kota Semarang, 2013 Gambar 2.11 Peta Zonasi Pengambilan Air Tanah Kota Semarang dan Sekitarnya Kondisi Klimatologi Kondisi klimatologi Kota Semarang sama seperti kondisi klimatologi di Indonesia pada umumnya. Kota Semarang memiliki iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh angin muson barat dan muson timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan, turun pada periode ini. Untuk curah hujan di Kota Semarang, Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata pertahun mencapai 9,891 mm per tahun. Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klilmatologi Semarang berubah-berubah dari 21,1ºC pada September ke 24,6 ºC pada bulan Mei dan suhu maksimum rata-rata berubah dari 29,9 ºC ke 32,9 ºC. Kelembagaan relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan September ke maksimum 83% pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286 km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari yang menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46% pada bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus. II-14

58 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Penggunaan Lahan Sama halnya dengan daerah lain, penggunaan lahan di Kota Semarang dibagi kedalam beberapa jenis penggunaan, diantaranya teknis, sederhana dan non PU, sawah lainnya, pekarangan untuk bangunan dan halaman sekitar, gembalaan, padang rumput, lapangan dan lainnya, tambak, hutan, lainnya, setengah teknis, tadah hujan, tanah sawah yang sementara tidak diusahakan, tegal/kebun, kolam, empang, tebat, rawa, perkebunan dan tanah kering yang sementara tidak diusahakan. Berdasarkan gambar 2.12, penggunaan lahan di Kota Semarang didominasi sebagai lahan kering ,97 Ha ( 10,24 % ) ,60 Ha ( 89,76 % ) Lahan Sawah Lahan Kering Sumber : BPS Kota Semarang, 2015 Gambar 2.12 Penggunaan Lahan di Kota Semarang Tahun 2014 a. Lahan Sawah Sebagai kota perdagangan dan jasa, Kota Semarang lebih menekankan pada pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa dibandingkan pertanian mengingat sektor perdagangan dan jasa adalah tulang punggung perekonomian Kota Semarang. Oleh karenanya, sebagaimana yang ditampilkan pada Gambar 2.10, luasan lahan Kota Semarang didominasi oleh penggunaan lahan berupa lahan kering dibandingkan lahan sawah. Lahan sawah di Kota Semarang sebagian besar berada pada Kecamatan Gunungpati dan Mijen yaitu seluas 2.271,97 Ha dengan persentase luasnya mencapai 59,37 % dari luas total lahan sawah atau sebesar 1,55 % dari total luas lahan Kota Semarang. II-15

59 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Penggunaan lahan sawah dibedakan menjadi teknis, ½ teknis, non-pu, tadah hujan, dan tanah sawah yang sementara tidak diusahakan. Berdasarkan pembagiaan penggunaan lahan sawah di Kota Semarang, diketahui bahwa sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah tadah hujan. Gambar 2.13 menggambarkan kondisi penggunaan lahan sawah di Kota Semarang tahun ,10 Ha (11%) 187,30 Ha (9%) Teknik 1/2 Teknik 357,00 Ha (18%) 508,30 Ha (26%) Sederhana 666,40 Ha (34%) Non PU 41,00 Ha (2%) Tadah Hujan Reservation Sementara Tdk Diusahakan Sumber : BPS Kota Semarang, 2015 Gambar 2.13 Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Tahun 2014 b. Lahan Kering Selain lahan sawah, tanah di Kota Semarang memiliki juga lahan kering yang digunakan oleh berbagai macam jenis penggunaan diantaranya pekarangan untuk bangunan dan halaman, tegal/kebun, gembalaan, padang rumput. Gambar 2.12 menyajikan kondisi penggunakan lahan kering di Kota Semarang tahun II-16

60 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 1% 3% 7% 6% Pekarangan Utk Bangunan & Halaman Sekitar Tegal/Kebun 0% 6% 3% 25% 49% Gembalaan. Padang Rumput. Lapangan Dll Kolam. Empang. Tebat. Rawa Tambak Perkebunan Hutan Sumber : BPS Kota Semarang, 2015 Gambar 2.14 Penggunaan Lahan Kering di Kota Semarang Tahun 2014 Sesuai dengan Gambar 2.14, penggunaan lahan kering di Kota Semarang didominasi oleh pekarangan untuk bangunan dan halaman sekitar. Hampir setengah dari total luasan area Kota Semarang digunakan untuk guna lahan tersebut. Dibandingkan penggunaan lahan sawah di Kota Semarang, besarnya penggunaan lahan sebagai pekarangan untuk bangunan dan halaman sekitar di Kota Semarang disebabkan karena kedudukan Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah yang memiliki aktivitas kekotaan dengan arah pembangunannya sebagai kota perdagangan dan jasa Potensi Pengembangan Wilayah Secara fisik, perkembangan Kota Semarang dapat diidentifikasi mengarah ke arah barat, timur dan selatan. Terkait dengan luasan lahan terbangun, rata-rata pertumbuhan lahan terbangun di Kota Semarang dari tahun 1999 hingga 2014 mencapai 742,5 Ha/tahun atau sekitar 15% di tahun 1999 dan 44,1% di tahun Peningkatan luasan lahan terbangun terbesar terlihat pada tahun 2009 yang mencapai 1300 Ha. Jika laju pertambahan lahan terbangun dibiarkan sebagaimana apa adanya tanpa intervensi perencanaan pembangunan, maka dapat diperkirakan bahwa dalam kurun waktu 16 hingga 17 tahun ke depan, seluruh luasan wilayah Kota Semarang akan menjadi lahan terbangun seluruhnya. Berdasarkan karakteristik wilayah Kota Semarang, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan lain-lain. Berdasarkan RTRW Kota Semarang pengembangan II-17

61 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH struktur ruang Kota Semarang memiliki 3 fokus kebijakan yaitu (i) kebijakan dan strategi pengembangan fungsi regional dan nasional; (ii) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan metropolitan Semarang; (iii) kebijakan dan strategi pengembangan struktur pelayanan kegiatan (internal) Kota Semarang. Sedangkan pengembangan pola ruang memiliki fokus kebijakan yaitu (i) kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan lindung; (ii) kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan budidaya. Selain itu, terdapat potensi pengembangan wilayah di beberapa kawasan strategis di Kota Semarang sebagai berikut : Kawasan Strategis Bidang Pertumbuhan Ekonomi a) Kawasan cepat berkembang. Kawasan cepat berkembang ini perlu diprioritaskan penataan ruangya karena potensi yang dimiliki apabila tidak diarahkan justru menimbulkan permasalahan. Sedangkan kawasan perbatasan di Kota Semarang memiliki peranan yang sangat penting, karena kawasan inilah yang akan mengintegrasikan perkembangan Kota Semarang dengan daerah yang ada disekitarnya. Kawasan cepat berkembang di Kota Semarang adalah kawasan pusat kota yang terletak pada Koridor Peterongan Tawang Siliwangi (PETAWANGI). Trend perubahan intensitas kegiatan perdagangan di kawasan PETAWANGI untuk 20 tahun kedepan diperkirakan akan terus terjadi. Berdasarkan dokumen RTRW , arahan kebijakan untuk kawasan cepat berkembang dikembangkan untuk : Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa skala besar harus memberikan ruang bagi kegiatan sektor informal untuk melakukan kegiatannya. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa harus mempertimbangkan rasio kecukupan ruang parkir dan ruang terbuka hijau dalam rangka menciptakan kawasan PETAWANGI yang nyaman. Pengaturan pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa yang spesifik per koridor jalan untuk menciptakan spesifikasi perkembangan kawasan. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa harus menghindari perkampungan atau kawasan yang memiliki nilai historis bagi Kota Semarang II-18

62 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH b) Kawasan Perlu Kerja Sama dengan Daerah Sekitarnya (Kawasan Perbatasan). Kawasan perkotaan Semarang telah tumbuh hingga keluar batas administrasi Wilayah Kota Semarang. Kondisi ini menyebabkan terdapat keterkaitan pengembangan antara Wilayah Kota Semarang dengan Daerah Kabupaten disekitarnya, khususnya di kawasan perbatasan. Berdasarkan dokumen RTRW Kota Semarang , perlu dilakukan pengelolaan kawasan di perbatasan sehingga tidak terjadi konflik antar dua wilayah : (1) Kawasan Genuk - Sayung Pengembangan industri Transportasi (pengelolaan pelajon/ commuter) Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya Penanganan rob dan banjir (2) Kawasan Pedurungan - Mranggen Pengembangan industri Transportasi (pengelolaan pelajon/ commuter) Penyediaan Perumahan dan fasilitas pendukungnya (3) Kawasan Mangkang Kaliwungu Pengembangan industri Transportasi (pengelolaan pelajon/ commuter) Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya Penanganan rob dan banjir (4) Kawasan Banyumanik Ungaran Perkembangan kawasan perdagangan & jasa Penyediaan fasilitas transportasi (terminal) Penyediaan perumahan dan fasilitas pendukungnya (5) Kawasan DAS Kaligarang Perkembangan kawasan terbangun di hulu DAS Kaligarang Pola kerja sama pengelolaan kawasan DAS Kaligarang dalam tataran Pemerintah Kabupaten/ Kota Kawasan Strategis Bidang Sosial Budaya Kawasan strategis bidang sosial budaya di Kota Semarang adalah Kawasan Cagar Budaya Kota Lama. Kawasan bersejarah Kota Lama merupakan kawasan cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan II-19

63 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH keberadaannya. Dalam pemanfaatannya, kawasan cagar budaya dapat ditingkatkan fungsinya untuk dapat menunjang kegiatan pariwisata, yang nantinya dapat memberikan kontribusi pendapatan dari sektor pariwisata. Berdasarkan dokumen RTRW , rencana penanganan Kawasan Kota Lama adalah : a. Pemeliharaan dan pelestarian bangunan dari pengaruh kegiatan dan ketahanan kontruksi bangunan b. Revitalisasi fungsi dan penggunaan bangunan c. Pengembangan sistem kepariwisataan Kota Semarang yang terintegrasi dengan pengembangan kawasan Kota Lama Kawasan Strategis Bidang Pendayagunaan Sumber Daya Alam atau Teknologi Tinggi Kawasan strategis bidang pendayagunaan sumber daya alam atau teknologi tinggi di Kota Semarang adalah Kawasan pelabuhan Tanjung Mas.Berdasarkan dokumen RTRW Kota Semarang , arahan pengelolaan di kawasan pelabuhan ditekankan pada kegiatan : a. Memperlancar pergerakan manusia dan barang di dalam kawasan pelabuhan maupun kawasan pelabuhan dengan kawasan diluarnya melalui peningkatan jariangan jalan yang memadai dan pengembangan sistem terminal yang terintegrasi dengan pergerakan darat (pergerakan jalan raya dan kereta api) dan pergerakan udara. b. Perlunya dilakukan penanganan percepatan penurunan permukaan tanah dan banjir rob. c. Penyusunan kebijakan penataan ruang kawasan pelabuhan dalam rangka memadukan kegiatan pelabuhan dengan kawasan yang ada disekitarnya Kawasan Strategis Bidang Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup Kawasan strategis bidang fungsi dan daya dukung lingkungan hidup adalah Kawasan Bendungan/ Waduk Jatibarang. Pembangunan Bendungan/ Waduk Jatibarang yang akan difungsikan sebagai pengendali limpasan air ke kawasan bawah Kota Semarang. Bendungan/ waduk ini direncanakan berlokasi di Kecamatan Mijen dan Gunungpati. II-20

64 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Wilayah Rawan Bencana Dalam UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dijelaskan sebagai suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dalam konteks pembangunan, terdapat istilah kawasan rawan bencana. Kawasan rawan bencana dijelaskan sebagai suatu wilayah yang memiliki kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan teknologi yang untuk jangka waktu tertentu tidak dapat atau tidak mampu mencegah, meredam, mencapai kesiapan, sehingga mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu (UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). Dalam konteks pembangunan kota, penyelenggaraan penataan ruang diarahkan untuk dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan, tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang, dan tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Dengan demikian, penataan ruang harus mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, potensi suatu daerah termasuk juga memperhatikan daerah rawan bencana sebagai basis dalam mengembangkan dan mengelola suatu daerah. Terlebih pada saat ini efek pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim juga semakin memperluas kemungkinan munculnya wilayah rawan bencana dan memperparah kondisi wilayah rawan bencana jika dalam perjalanannya tidak ada upaya intervensi pengelolaan seperti mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Pada lingkup global, perhatian terhadap perubahan iklim tertuang dalam salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) yaitu pada tujuan ke-13 yang berbunyi: Take urgent action to combat climate change and its impact. Oleh karenanya, dalam konteks pembangunan kota, perlu perhatian lebih terhadap perubahan iklim beserta dampaknya seperti kenaikan muka air laut dan bencana alam. Terkait dengan wilayah rawan bencana, Kota Semarang memiliki kawasan rawan bencana. Kondisi ini tidak terlepas dari kondisi fisik alam yang ada di II-21

65 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Kota Semarang. Gambar 2.15 memperlihatkan bahaya bencana yang rentan terjadi di Kota Semarang. Sebagaimana yang disebutkan dalam RTRW , Kota Semarang memiliki kawasan rawan bencana yang terdiri dari kawasan rawan rob, kawasan rawan banjir, rawan longsor dan rawan gerakan tanah. Abrasi Pantai Kawasan Rawan Bencana Rob & Banjir Banjir Tanah longsor Gerakan Tanah Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2015 Gambar 2.15 Bahaya Bencana di Kota Semarang Kawasan Rawan Rob dan Banjir Perubahan iklim secara langsung berdampak pada Kota Semarang. Sebagai kota pesisir, Kota Semarang rentan terhadap rob dan banjir. Kenaikan muka air laut dan amblesan tanah menjadikan Kota Semarang sering dilanda rob dan banjir pada periode tertentu. Kawasan rawan banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan musim hujan normal. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara, sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut. Di wilayah Kota Semarang, daerah-daerah yang berpotensi rawan bencana banjir meliputi sebagian Kecamatan Tugu, Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Utara, dan Genuk. II-22

66 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.4 Lama dan Luasan Genangan Banjir No Genangan Banjir Satuan 1 Lama genangan banjir dan rob di sungai, saluran drainase dan gorong-gorong pada saat banjir 2 Panjang Sungai dan saluran drainase 3 Kapasitas/fungsi drainase (luas areal tangkapan) Kapasitas pengendali banjir dengan pompa dan polder Tahun Menit meter Hektar Liter / detik Menurunnya Luas Genangan banjir dan rob - Lama Genangan Menit Tinggi Genangan Cm Lebar Genangan Cm Sumber : Dinas PSDA & ESDM Kota Semarang, Rawan Longsor dan Gerakan Tanah Kawasan rawan bencana ini merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan terhadap bencana alam yaitu longsor dan gerakan tanah. Di wilayah Kota Semarang terdapat sebaran daerah yang rawan longsor diantaranya: 1) Daerah gerakan tanah tersebar di Kecamatan Gunungpati dan Banyumanik. Hal ini didasarkan dari kondisi geologi kawasan ini berpotensi terjadi gerakan tanah. 2) Daerah sesar aktif, yaitu daerah yang kondisi geologi kawasan ini memiliki patahan yang potensial untuk terjadi gerakan tanah. Berikut sebaran lokasinya: a. Di sepanjang Kecamatan Mijen dan Gunungpati yaitu melalui Kelurahan Sumurejo, Mangunsari, Gunungpati, Purwosari, Limbangan, dan Cangkiran b. Di sepanjang Kecamatan Banyumanik, yaitu melalui Kelurahan Jabungan, Padangsari, Plalangan, Sumurboto dan Tinjomoyo c. Kecamatan Gunungpati, yaitu melalui Kelurahan Sukorejo, Kalipancur dan Bambankerep. II-23

67 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2011 Gambar 2.16 Peta Rencana Pengendalian Bencana Kota Semarang Daerah rawan longsor, yaitu daerah yang kondisi tanahnya berpotensi terjadi bencana bila dibudiayakan. Lokasi kawasan ini adalah pada lahan dengan kelerangan > 40%, berada di Kecamatan Gajahmungkur, Candisari, Tembalang, Banyumanik, Gunungpati, Mijen dan Ngaliyan Aspek Demografi Dalam konteks kependudukan, dalam kurun waktu enam tahun terakhir terhitung sejak , perkembangan penduduk di Kota Semarang cenderung dinamis. Gambar 2.17 menjelaskan bahwa sejak , jumlah penduduk Kota Semarang mengalami peningkatan. Namun, jika dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan penduduk Kota Semarang mengalami penurunan rata-rata pertahun mencapai 0.95% setiap tahunnya. II-24

68 JIWA Persen GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH ,36 1,11 0,96 0,83 0,81 0,65 1,60 1,40 1,20 1,00 0,80 0, ,40 0, ,00 Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.17 Perkembangan Demografi Kota Semarang No Berdasarkan sebaran atau distribusi penduduknya, kecamatan di Kota Semarang yang memiliki jumlah penduduk tertinggi dalam kurun waktu enam tahun terakhir ( ) adalah Kecamatan Pedurungan. Adapun kecamatan lain yang memiliki penduduk relatif lebih tinggi ( > jiwa ) dibandingkan kecamatan lainnya adalah Kecamatan Semarang Barat, Tembalang, Banyumanik, Semarang Utara dan Ngaliyan. Tabel 2.5 Sebaran Penduduk Per Kecamatan Kota Semarang Tahun Uraian Tahun Kec. Mijen Kec. Gunungpati Kec. Banyumanik Kec. Gajahmungkur Kec. Smg Selatan Kec. Candisari Kec. Tembalang Kec. Pedurungan Kec. Genuk Kec. Gayamsari Kec. Smg Timur Kec. Smg Utara Kec. Smg Tengah Kec. Smg Barat II-25

69 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tahun No Uraian Kec. Tugu Kec. Ngaliyan Jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.18 Peta Sebaran Penduduk Kota Semarang Tahun 2015 II-26

70 ( dalam ribu jiwa ) GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Sumber : Bn Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.19 Jumlah Penduduk Kota Semarang Dirinci per Kecamatan Tahun Meskipun relatif memiliki luasan lahan yang lebih sedikit dibandingkan kecamatan lain yang berada di pinggiran, kecamatan kecamatan yang termasuk kedalam area pusat kota memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dibanding kecamatan lain di wilayah pinggiran. Sebagian penduduk yang memilih bermukim di area pusat kota umumnya lebih mengutamakan kemudahan akses terhadap aktivitas perdagangan dan jasa yang sebagian besar terpusat di pusat Kota Semarang. Garis batas kelurahan Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2015 Gambar 2.20 Sebaran Kepadatan Penduduk di Kota Semarang 2013 II-27

71 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Gambar 2.21 di bawah ini menjelaskan bahwa dalam kurun waktu enam tahun terakhir ( ) kecenderungan sebaran penduduk Kota Semarang mengarah kearah pinggiran seperti di Kecamatan Pedurungan, Tembalang, Banyumanik dan Ngaliyan. Tren meningkatnya penduduk di wilayah pinggiran Kota Semarang disebabkan beberapa faktor diantaranya meningkatnya harga lahan di pusat kota. Selain itu, berkembangnya aktivitas perdagangan dan jasa yang membutuhkan dukungan industri yang sebagian besar berada di wilayah pinggiran kota, menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk bermukim di wilayah tersebut. Berkembangnya Kota Semarang khususnya pada sektor perdangan dan industri juga menarik penduduk di daerah sekitar seperti dari Kabupaten Semarang, Demak dan Kendal untuk beraktivitas khususnya di wilayah pinggiran Kota Semarang. Kecenderungan peningkatan jumlah penduduk tentu akan berdampak langsung pada peningkatan pemanfaatan lahan dan penyediaan infrastruktur di wilayah tersebut. Kondisi yang demikian juga secara perlahan akan berpengaruh kepada arah perkembangan Kota Semarang yang tidak lagi terpusat melainkan ke arah pinggiran. Oleh karena itu pembangunan yang akan datang memerlukan pengelolaan wilayah pinggiran tidak hanya oleh Pemerintah Kota Semarang saja, tetapi juga koordinasi wilayah KEDUNGSAPUR. Garis batas kelurahan Garis batas kelurahan Gambar 2.21 Perubahan Sebaran Penduduk Kota Semarang Tahun Pada umumnya, pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Semarang dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah kelahiran, kematian, kedatangan dan perpindahan. Secara keseluruhan, dalam kurun enam II-28

72 JIWA GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH tahun terakhir ( ) kedatangan dan kepindahan penduduk Kota Semarang dinilai cukup signifikan dibandingan kelahiran dan kematian. Gambar 2.22 dibawah ini menampilkan jumlah penduduk yang datang relatif lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk yang lahir, mati maupun pindah. Kondisi yang demikian disebabkan salah satunya oleh daya tarik Kota Semarang sebagai pusat aktivitas khususnya perdagangan dan jasa, industri dan pendidikan. Sebagian besar penduduk yang datang ke Kota Semarang memiliki kecenderungan menetap di wilayah pinggiran Lahir Mati Datang Pindah Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.22 Perkembangan Penduduk (Lahir, Mati, Datang, Pindah) di Kota Semarang Gambar 2.23 di bawah ini menjelaskan bahwa lima kecamatan dengan jumlah pendatang tertinggi berada di Kecamatan Tembalang, Pedurungan, Ngaliyan, Banyumanik dan Semarang Barat. II-29

73 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.23 Perkembangan Jumlah Pendatang di Kota Semarang Kondisi sebaran penduduk pendatang yang tersebar mengarah ke wilayah pinggiran Kota Semarang diperkuat dengan data sebaran migran yang mendominasi bagian timur, selatan dan barat Kota Semarang. Sebaran penduduk pendatang di Kota Semarang terlihat sebagaimana gambar 2.24 dibawah ini : Garis batas kelurahan Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2015 Gambar 2.24 Sebaran Pendatang di Kota Semarang Komposisi Penduduk Kota Semarang Per Kelompok Umur Komposisi penduduk di Kota Semarang enam tahun terakhir ( ) didominasi oleh penduduk berusia 15 tahun hingga 39 tahun. Hal ini II-30

74 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH menunjukkan bahwa Kota Semarang memiliki penduduk usia produktif yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan lima tahun kedepan Perempuan Laki-laki Usia Lansia (4,80%) Usia Produktif (71,65%) Usia Muda (23,56%) Perempuan Laki-laki Usia Lansia (4,71%) Usia Produktif (71,53%) Usia Muda (23,76%) Tahun 2010 Tahun 2015 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.25 Piramida Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2010 dan Tahun 2015 Berdasarkan Gambar 2.25 diatas, diketahui bahwa persentase penduduk Kota Semarang kategori usia muda, usia produktif dan usia lansia tidak banyak berubah sejak tahun 2010 hingga Sebagaimana yang tercantum pada gambar 2.25, baik di tahun 2010 maupun 2015, komposisi penduduk usia produktif di Kota Semarang memiliki persentase terbesar yaitu mencapai 71%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa Kota Semarang sudah memasuki tahapan bonus demografi (demographic dividend). Bonus demografi adalah suatu keadaan kependudukan dimana ketergantungan penduduk berada pada rentang yang terendah. Jika dikaitan dengan angka ketergantungan, besarnya proporsi usia produktif (>50%) menanggung sedikit penduduk usia non produktif seringkali disebut sebagai bonus demografi. Berdasarkan kondisi tersebut, bonus demografi dapat menjadi asset terbesar bagi Kota Semarang apabila penduduk usia produktifnya memiliki kualitas yang cukup baik (baik tingkat pendidikan, skill, profesionalitas dan kreativitas) sehingga mampu menekan beban ketergantungan sampai tingkat terendah yang pada akhirnya berguna untuk mendongkrak pembangunan ekonomi. Bonus demografi dapat dianggap sebagai peluang (windows opportunity) jika diiringi dengan peningkatan kesempatan kerja. Terlebih dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), persiapan yang matang seperti menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas perlu dilakukan II-31

75 61,133 61,798 62,382 62,887 63,388 63,79 62,526 63,207 63,805 64,320 64,833 65,25 91,978 92,979 93,858 94,617 95,371 95,98 ( dalam ribu jiwa ) 286, , , , , ,14 285, , , , , ,66 321, , , , , ,57 296, , , , , ,71 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH sehingga kehadiran MEA di Kota Semarang akan menjadi peluang Kota Semarang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Namun sebaliknya, jika persiapan yang dilakukan untuk menghadapi MEA kurang matang, maka bukan tidak mungkin peluang bonus demografi dapat berubah bencana demografi. Kehadiran MEA akan menjadi tantangan terbesar baik bagi Pemerintah Kota Semarang maupun bagi warganya untuk meningkatkan kesejahteraan kota. Oleh karena itu, perlu bagi seluruh pelaku pembangunan untuk lebih memprioritaskan pembangunan manusia sebagai akhir tujuan dari seluruh pembangunan yang dilakukan di Kota Semarang Komposisi Penduduk Kota Semarang Per Tingkat Pendidikan Komposisi penduduk di Kota Semarang enam tahun terakhir ( ) dalam konteks tingkat pendidikan, didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan Tamatan SD (atau yang sederajat), SMP (atau yang sederajat) dan SMA (atau yang sederajat). Sedangkan untuk tamatan Akademi DIII dan Universitas memiliki jumlah yang relatif rendah dibandingkan tingkat pendidikan lainnya Tdk / Belum Sekolah Tdk / Belum Tamat SD Tamat SD / MI Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D1 / D2 / D3 Tamat D4 / S1 / S2 / S Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.26 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kota Semarang Tahun Sama halnya dengan kecenderungan enam tahun terakhir, di tahun 2015, komposisi penduduk Kota Semarang berdasarkan tingkat pendidikannya didominasi oleh penduduk dengan tamatan SD yang kemudian disusul oleh penduduk dengan tingkat pendidikan tamatan SMP dan SMA. II-32

76 25,837 26,123 26,718 26,940 26,965 27,141 17,720 17,917 18,382 18,534 18,551 18,673 2,581 2,610 2,635 2,657 2,659 2,677 52,095 52,672 52,723 53,160 53,209 53,557 24,925 25,201 25,344 25,553 25,577 25,744 ( dalam ribu jiwa ) 38,646 39,075 39,397 39,723 39,760 40,020 80,390 81,281 82,087 82,766 82,844 83,385 84,119 85,051 85,468 86,175 86,256 86,820 92,226 93,247 93,970 94,748 94,837 95,457 78,680 79,552 81,031 81,702 81,779 82, , , , , , ,956 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tdk / Belum Sekolah Tdk / Belum Tamat SD Tamat SD / MI Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat D1 / D2 / D3 Tamat D4 / S1 / S2 / S3 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.27 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kota Semarang Tahun Komposisi Penduduk Kota Semarang Berdasarkan Mata Pencaharian Komposisi penduduk di Kota Semarang berdasarkan mata pencaharian dalam waktu lima tahun terakhir sebagian besar adalah buruh industri (lihat Gambar 2.28 dibawah ini). Jika dikaitkan dengan mayoritas tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Kota Semarang dimana sebagain besar hanyalah tamatan SD, SMP dan SMA, maka perlu berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas SDM penduduk Kota Semarang. Terlebih pada lima tahun kedepan dimana MEA mulai diberlakukan. Upaya peningkatan kualitas SDM penduduk Kota Semarang perlu diprioritaskan sehingga tenaga kerja lokal mampu bersaing dengan tenaga kerja asing Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.28 Mata Pencaharian Penduduk Kota Semarang II-33

77 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat kondisi perekonomian suatu wilayah pada periode tertentu. Penghitungan PDRB dilakukan atas dasar harga berlaku (hargaharga pada tahun penghitungan) dan atas dasar harga konstan (harga-harga pada tahun yang dijadikan tahun dasar penghitungan) untuk dapat melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral) maupun dari sisi penggunaan. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan. sedang PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB ADHB digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi. pergeseran struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga (BPS, 2013). Besarnya PDRB ADHB dalam kurun waktu 6 tahun terakhir ( ) mengalami peningkatan dari Rp ,10 milyar pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp ,906 milyar pada tahun Peningkatan PDRB ADHK 2010 juga sejalan dengan peningkatan PDRB ADHB yang menunjukkan peningkatan dari Rp ,10 milyar pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp ,79 milyar pada tahun Perkembangan PDRB ADHB dan ADHK dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini. II-34

78 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.6 Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Berlaku Kota Semarang Tahun (Milyar Rupiah) Tahun No Kategori / Sub kategori *) Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 849,08 1,05 935,16 1,03 995,39 1, ,32 1, ,74 0, ,22 1,01 B Pertambangan dan Penggalian 160,72 0,20 176,76 0,19 184,89 0,19 197,68 0,18 237,36 0,20 270,12 0,20 C Industri Pengolahan ,78 24, ,84 26, ,66 27, ,55 27, ,76 28, ,33 27,55 D Pengadaan Listrik, Gas 97,24 0,12 105,37 0,12 112,47 0,11 114,57 0,11 115,32 0,10 123,10 0,09 E Pengadaan Air 99,63 0,12 102,00 0,11 99,27 0,10 101,37 0,09 106,01 0,09 114,42 0,09 F Konstruksi ,13 27, ,57 26, ,82 26, ,04 26, ,24 26, ,62 27,02 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil ,37 16, ,17 16, ,68 15, ,45 14, ,72 14, ,60 14,11 dan sepeda motor H Transportasi dan Pergudangan 2.739,45 3, ,07 3, ,04 3, ,64 3, ,06 3, ,80 3,72 I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 2.469,89 3, ,80 3, ,13 3, ,67 3, ,19 3, ,77 3,42 J Informasi dan Komunikasi 6.581,51 8, ,59 7, ,50 7, ,71 7, ,39 7, ,19 7,07 K Jasa Keuangan 3.606,96 4, ,15 4, ,83 4, ,99 4, ,18 4, ,78 4,43 L Real Estate 2.358,52 2, ,86 2, ,97 2, ,75 2, ,29 2, ,26 2,75 M, N Jasa Perusahaan 425,23 0,53 497,44 0,55 547,93 0,55 643,16 0,59 712,30 0,59 831,32 0,62 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 3.008,67 3, ,23 3, ,89 3, ,72 3, ,88 3, ,66 3,34 Wajib P Jasa Pendidikan 1.396,30 1, ,77 2, ,87 2, ,46 2, ,44 2, ,69 2,74 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 488,97 0,60 580,14 0,64 691,32 0,69 777,57 0,71 902,19 0, ,38 0,76 R, S, T Jasa lainnya 966,67 1, ,19 1, ,01 1, ,72 1, ,82 1, ,64 1,09 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015 Ket. : *). Data sangat sangat sementara ,10 100, ,10 100, ,67 100, ,39 100, ,90 100, ,31 100,00 II-35

79 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.7 Nilai PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kota Semarang Tahun (Milyar Rupiah) Tahun No Kategori / Sub kategori *) Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % Rp. % A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 849,08 1,05 903,82 1,05 919,39 1,01 958,83 0,99 990,32 0, ,93 0,95 B Pertambangan dan Penggalian 160,72 0,20 165,92 0,19 173,03 0,19 179,40 0,18 181,45 0,18 183,86 0,17 C Industri Pengolahan ,78 24, ,02 25, ,81 25, ,85 26, ,82 26, ,50 26,34 D Pengadaan Listrik, Gas 97,24 0,12 104,33 0,12 114,15 0,13 123,48 0,13 128,49 0,12 124,26 0,11 E Pengadaan Air 99,63 0,12 101,22 0,12 99,15 0,11 99,28 0,10 102,77 0,10 104,84 0,10 F Konstruksi ,13 27, ,73 26, ,35 26,80 26, ,87 26, ,91 26, ,37 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil ,37 16, ,92 16, ,60 15,78 15, ,78 15, ,74 15, ,11 dan sepeda motor H Transportasi dan Pergudangan 2.739,45 3, ,54 3, ,05 3, ,91 3, ,62 3, ,80 3,60 I Penyediaan Akomodasi & Makan 2.469,89 3, ,72 3, ,79 3, ,91 3, ,19 3, ,72 3,20 Minum J Informasi dan Komunikasi 6.581,51 8, ,18 8, ,30 8, ,22 8, ,90 9, ,28 9,47 K Jasa Keuangan 3.606,96 4, ,67 4, ,63 4, ,33 4, ,96 4, ,34 4,09 L Real Estate 2.358,52 2, ,22 2, ,25 2, ,51 2, ,69 2, ,25 3,01 M, N Jasa Perusahaan 425,23 0,53 466,45 0,54 497,32 0,54 552,63 0,57 599,07 0,58 658,03 0,60 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial 3.008,67 3, ,25 3, ,27 3, ,26 3, ,38 3, ,77 3,13 Wajib P Jasa Pendidikan 1.396,30 1, ,24 1, ,15 2, ,23 2, ,22 2, ,83 2,30 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 488,97 0,60 537,74 0,62 597,81 0,65 641,18 0,66 712,98 0,69 765,70 0,70 R, S, T Jasa lainnya 966,67 1,20 997,01 1, ,97 1, ,27 1, ,92 1, ,00 1,13 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) ,10 100, ,97 100, ,03 100, ,37 100, ,43 100, ,79 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015Ket. : *). Data sangat sangat sementara II-36

80 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kota Semarang telah bergeser dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ke lapangan usaha ekonomi lainnya yang terlihat dari penurunan peranan setiap tahunnya terhadap pembentukan PDRB Kota Semarang. Sumbangan terbesar pada tahun 2015 dihasilkan oleh lapangan usaha Konstruksi, kemudian lapangan usaha Industri Pengolahan, lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, serta lapangan usaha Informasi dan Komunikasi. Sementara peranan lapangan usaha lainnya di bawah 5 persen. Gambaran lebih jauh struktur perekonomian Kota Semarang dapat dilihat dari peranan masing-masing sektor terhadap pembentukan total PDRB Kota Semarang. Sektor Primer yang terdiri dari sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan serta Pertambangan dan Penggalian adalah sebagai penyedia kebutuhan dasar dan bahan, peranannya menurun menjadi 1,21 persen pada tahun 2015, dibanding tahun 2014 yang sebesar 1,18 persen. Hal yang sama terjadi dengan sektor sekunder yang terdiri dari sektor industri pengolahan; Pengadaan Listrik, Gas; Pengadaan Air serta sektor Konstruksi yang peranannya meningkat dari 53,20 persen pada tahun 2014 naik menjadi 54,75 persen pada tahun Sektor tersier yang sifat kegiatannya sebagai jasa, peranannya mengalami penurunan dari 45,69 persen tahun 2014 menjadi 44,04 persen pada tahun Pada tahun 2015 sumbangan terbesar diperoleh dari sektor Industri Pengolahan sebesar 27,55 persen, peranannya cenderung menurun dibanding tahun 2014 yang mencapai 28,05 persen. Sumbangan dari sektor Konstruksi merupakan terbesar kedua yaitu sebesar 26,73 persen pada tahun 2014 mengalami sedikit kenaikan menjadi 27,02 persen pada tahun Dan kontribusi terbesar ketiga adalah dari sektor Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor, yaitu sebesar 14,11 pada tahun 2014 cenderung stagnan, yaitu sebesar 14,11 pada tahun Laju pertumbuhan ekonomi Kota Semarang tahun 2015 mencapai 5,80 persen, lebih rendah jika dibandingkan tahun 2014 dengan pertumbuhan 6.38 persen. Angka tersebut berada diatas Provinsi Jawa Tengah dan diatas Nasional. Selama kurun waktu tahun 2011 dan II-37

81 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2015, LPE Kota Semarang berada di atas LPE Provinsi Jawa Tengah dan LPE Nasional. Seperti terlihat pada gambar 2.29 di bawah. 7,00 6,50 6,00 5,50 5,00 6,58 6,17 6,03 5,97 5,30 5,34 6,25 5,56 5,14 6,38 5,02 5,30 5,80 5,40 4,50 4,79 4, LPE Kota Semarang LPE Jawa Tengah LPE Nasional Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 Gambar 2.29 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Dibandingkan Dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun Pada tahun 2015, pertumbuhan ekonomi tertinggi ADHK dicapai oleh kategori Jasa Perusahaan sebesar 9,84 persen. Kategori Pengadaan Listrik dan Gas merupakan satu-satunya kategori yang mengalami kontraksi 3,29 persen. Laju pertumbuhan tertinggi kedua yaitu kategori Informasi dan Komunikasi sebesar 9,75 persen, diikuti lapangan usaha Jasa Keuangan tumbuh sebesar 7,78 persen, Real Estate tumbuh sebesar 7,69 Persen, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial tumbuh sebesar 7,40 persen, Jasa Pendidikan tumbuh sebesar 7,34 persen, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum tumbuh sebesar 6,32 persen, Konstruksi tumbuh sebesar 6,52, Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tumbuh sebesar 5,21 persen, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib mengalami pertumbuhan sebesar 5,16 persen. PDRB ADHB dan tabel PDRB ADHK menurut kategori dan sub kategorinya secara lengkap tersaji pada tabel 2.8 di bawah ini. II-38

82 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No A Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Menurut Kategori di Kota Semarang Tahun Kategori / Sub kategori Atas Dasar Harga Berlaku : Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Tahun ,14 6,44 13,40 9,13 10,59 B Pertambangan dan Penggalian - 9,98 4,59 7,04 16,33 17,33 C Industri Pengolahan - 21,35 11,41 8,90 14,15 9,91 D Pengadaan Listrik, Gas - 8,35 6,74 2,78 4,48 1,92 E Pengadaan Air - 2,37-2,67 2,88 6,01 5,68 F Konstruksi - 7,27 10,60 8,96 12,90 10,70 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor - 12,65 2,75 7,25 7,35 8,71 H Transportasi dan Pergudangan - 8,20 10,15 15,99 17,48 12,38 I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum - 12,99 15,92 12,80 13,66 10,59 J Informasi dan Komunikasi - 9,62 5,97 4,63 9,07 8,75 K Jasa Keuangan - 8,77 12,10 10,02 9,13 12,64 L Real Estate - 7,86 5,78 8,89 13,09 11,58 M, N O Jasa Perusahaan - 16,98 10,15 16,58 12,35 15,84 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib - 4,61 11,78 7,51 8,16 9,52 P Jasa Pendidikan - 35,20 30,15 18,53 15,34 9,46 Q R, S, T Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - 18,64 19,16 12,64 16,15 12,15 Jasa lainnya - 6,26 1,54 12,92 15,85 7,35 LAJU PERTUMBUHAN - 12,63 9,58 9,07 12,05 10,15 Atas Dasar Harga Konstan 2010 : A Pertanian, Kehutanan, dan - 6,45 1,72 4,29 3,28 5,21 Perikanan B Pertambangan dan Penggalian - 3,23 4,29 3,68 1,14 1,33 C Industri Pengolahan - 9,60 7,95 8,22 7,23 4,55 D Pengadaan Listrik, Gas - 7,29 9,41 8,17 4,06 (3,29) E Pengadaan Air - 1,59-2,04 0,12 3,52 2,01 F Konstruksi - 2,51 6,27 5,02 4,48 6,02 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil - 9,31 0,73 3,91 4,79 4,51 dan sepeda motor H Transportasi dan Pergudangan - 5,04 7,70 10,06 9,99 4,80 I Penyediaan Akomodasi & Makan - 7,36 8,11 6,32 7,65 6,32 Minum J Informasi dan Komunikasi - 8,14 9,96 7,50 12,00 9,75 K Jasa Keuangan - 2,57 2,97 4,43 4,21 7,78 L Real Estate - 6,22 5,39 7,70 7,29 7,69 II-39

83 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Kategori / Sub kategori Tahun M, Jasa Perusahaan N - 9,69 6,62 11,12 8,40 9,84 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial - 2,74 0,84 2,73 1,38 5,16 Wajib P Jasa Pendidikan - 17,76 18,36 9,25 10,02 7,34 Q R, S, T Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya - 9,97 11,17 7,25 11,20 7,40-3,14 0,60 9,30 8,54 3,28 LAJU PERTUMBUHAN - 6,58 5,97 6,25 6,38 5,80 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Dibandingkan dengan kota-kota lain, pertumbuhan ekonomi Kota Semarang lebih tinggi dibandingkan dengan Kota Yogyakarta yang sebesar 5,16% dan Kota Banjarmasin yang sebesar 6,25%. Namun angka pertumbuhan sebesar 6,38%, masih lebih rendah jika dibandingkan Kota Surabaya, Kota Makasar, Kota Bandung dan Kota Mataram. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.30 di bawah ini :. 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 5,16 6,38 6,25 7,34 7,39 7,69 8,1 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 Gambar 2.30 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Dibandingkan Dengan 5 Kota di Jawa Tengah dan Kota Besar Lainnya Tahun 2014 II-40

84 2,96 4,03 4,16 4,26 4,27 4,39 4,54 4,59 4,63 4,78 4,80 4,87 4,88 4,92 5,00 5,03 5,04 5,07 5,10 5,12 5,15 5,15 5,24 5,26 5,26 5,31 5,32 5,38 5,48 5,52 5,59 5,73 5,80 6,00 6,38 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 - Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Gambar 2.31 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang Dibandingkan Dengan Kab / Kota di Jawa Tengah Tahun Laju Inflasi Inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Dampak dari inflasi salah satunya adalah menurunnya daya beli masyarakat. yang dapat diartikan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat terganggu karena ketidakmampuan penduduk dalam mengkonsumsi barang ataupun jasa. Kondisi inflasi di Kota Semarang menunjukkan kondisi yang fluktuatif selama periode tahun Angka inflasi meningkat dari tahun 2011 sebesar 2,87% mencapai angka tertinggi pada tahun 2014 sebesar 8,53%, selanjutnya pada tahun 2015 menurun menjadi hanya 2,56%. Tingginya tingkat inflasi Kota Semarang dipengaruhi oleh indeks kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan terutama kenaikan indeks kelompok bahan makanan dan indeks kelompok transportasi. Perkembangan tingkat inflasi di Kota Semarang selanjutnya dapat dilihat pada gambar 2.32 di bawah ini. II-41

85 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 2,87 4,85 8,19 8, Kota Semarang 2,56 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Gambar 2.32 Grafik Laju Inflasi di Kota Semarang Tahun Dibandingkan dengan tingkat inflasi dengan kota lain di Provinsi Jawa Tengah, tingkat inflasi Kota Semarang pada tahun 2015 angkanya sedikit lebih tinggi dari tingkat inflasi Kota Purwokerto (2,52%) namun masih dibawah inflasi Provinsi Jawa Tengah, artinya fluktuasi harga di Kota Semarang cenderung rendah dibadingkan dengan 4 Kota di Jawa Tengah. Sedangkan jika dibandingkan dengan tingkat inflasi Provinsi Jawa Tengah, tingkat inflasi Kota Semarang masih lebih rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.33 berikut ini. 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 2,63 2,52 3,28 2,56 2,56 3,95 2,73 0,50 0,00 Kota Cilacap Kota Kota Kudus Purwokerto Kota Semarang Kota Surakarta Kota Tegal JAWA TENGAH Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.33 Perbandingan Laju Inflasi Kota Semarang Dibandingkan Dengan 5 Kota di Jawa Tengah Tahun 2015 II-42

86 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016 Gambar 2.34 Perbandingan Laju Inflasi Kota Semarang Dibandingkan Kota-Kota Besar Di Indonesia Lainnya Pada Tahun PDRB Per kapita PDRB per kapita merupakan PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang tinggal di daerah tersebut. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Di tahun 2015, PDRB per kapita Kota Semarang mencapai Rp ,90 dengan pertumbuhan sebesar 8,33%. nilai PDRB menurut kategori dapat dilihat pada tabel 2.9 di bawah ini : Tabel 2.9 PDRB Per kapita Kota Semarang Tahun ( Juta Rupiah ) No Kategori / Subkategori Tahun A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,54 0,59 0,62 0,69 0,74 0,80 B Pertambangan dan Penggalian 0,10 0,11 0,11 0,12 0,14 0,16 C Industri Pengolahan 12,84 15,30 16,75 17,94 20,12 21,75 D Pengadaan Listrik, Gas 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 E Pengadaan Air 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07 F Konstruksi 14,40 15,17 16,48 17,66 19,59 21,33 G Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor 8,39 9,28 9,37 9,88 10,42 11,14 H Transportasi dan Pergudangan 1,76 1,87 2,02 2,30 2,66 2,94 I Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 1,58 1,76 2,00 2,22 2,48 2,70 II-43

87 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Kategori / Subkategori Tahun J Informasi dan Komunikasi 4,22 4,54 4,73 4,86 5,22 5,58 K Jasa Keuangan 2,31 2,47 2,72 2,94 3,16 3,50 L Real Estate 1,51 1,60 1,66 1,78 1,98 2,17 M, N Jasa Perusahaan 0,27 0,31 0,34 0,39 0,43 0,49 O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,93 1,98 2,18 2,30 2,44 2,63 P Jasa Pendidikan 0,90 1,19 1,52 1,77 2,01 2,16 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,31 0,37 0,43 0,47 0,54 0,60 R, S, T Jasa lainnya 0,62 0,65 0,65 0,72 0,82 0,86 P D R B Per Kapita 51,81 57,31 61,71 66,17 72,88 78,95 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015 Jika dilihat dari pertumbuhannya, PDRB per kapita Kota Semarang dari tahun 2010 hingga 2015 mengalami pergerakan yang fluktuatif. Pada tahun 2011 mencapai 10,61% dan menurun di 2 tahun berikutnya namun meningkat lagi di tahun 2014 dan di tahun 2015 menjadi 8,33%. 11,00 10,00 10,61 10,14 9,00 8,33 8,00 7,00 7,68 7,22 6,00 5, Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015 Gambar 2.35 Pertumbuhan PDRB Perkapita Kota Semarang Tahun Indeks Gini indeks Gini atau koefisien Gini adalah salah satu ukuran umum untuk distribusi pendapatan atau kekayaan yang menunjukkan seberapa merata pendapatan dan kekayaan didistribusikan di antara populasi. II-44

88 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Indeks Gini memiliki kisaran 0 sampai 1. Nilai 0 menunjukkan distribusi yang sangat merata yaitu setiap orang memiliki jumlah penghasilan atau kekayaan yang sama persis. Nilai 1 menunjukkan distribusi yang timpan sempurna yaitu satu orang memiliki segalanya dan semua orang lain tidak memiliki apa-apa. Perkembangan indeks Gini Kota Semarang menunjukkan pada tahun 2013 sebesar 0,3514, menurun jika dibandingkan dengan kondisi 2 tahun berikutnya yaitu 0,3545 tahun 2011 dan 0,3518 tahun Besaran indeks Gini Kota Semarang tahun 2014 sebesar 0,3807 menunjukkan bahwa tingkat pemerataan pendapatan dan kekayaan termasuk kategori sedang. Dan untuk kondisi 2015 adalah sebesar 0,3517 Kondisi indeks Gini Kota Semarang dalam enam tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.36 di bawah ini. 0,40 0,38 0,3807 0,36 0,3545 0,3518 0,34 0,3514 0,3517 0,32 0,30 0,28 0, *) Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015 Ket. : *). Data sangat sangat sementara / Data diolah Gambar 2.36 Grafik Perkembangan Indeks Gini di Kota Semarang Tahun II-45

89 0,28 0,28 0,29 0,29 0,30 0,30 0,31 0,31 0,31 0,31 0,32 0,32 0,32 0,33 0,33 0,33 0,33 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34 0,35 0,35 0,35 0,36 0,36 0,36 0,36 0,37 0,38 0,38 0,38 0,39 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 0,45 0,40 0,35 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 - INDEKS GINI 2014 Kota Semarang Dg kota-kota di Jawa Tengah lainnya Indeks Gini JaTeng: 0,38 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Gambar 2.37 Grafik Perkembangan Indeks Gini Kota Semarang Dibandingkan Dengan Kab/Kota Di Jawa Tengah Tahun Kemiskinan Dalam menentukan penduduk kategori miskin, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non makanan. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai Penduduk Miskin. Penduduk miskin di Kota Semarang dalam enam tahun terakhir menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Ini dapat dilihat dari tingkat keimiskinan Kota Semarang pada tahun 2014 sebear 4,90%, mengalami penurunan dari tahun 2013 yang sebesar 5,25%, sedang pada tahun 2012 adalah sebesar 5,13%. Kondisi tahun 2012 sebetulnya sudah menurun sangat baik jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 5,68%. Dan data terkahir di tahun 2015 adalah sebesar 5,04 %. Sementara itu kondisi tahun 2011 menunjukkan tingkat kemiskinan paling tinggi jika II-46

90 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH dibandingkan dengan 6 tahun lainnya. Perkembangan tingkat kemiskinan Kota Semarang dapat dilihat pada Gambar 2.38 di bawah ini. 5,80 5,68 5,60 5,40 5,25 5,20 5,00 4,80 4,60 5,12 5,13 4,90 5,04 4, *) Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Ket. : *). Data sangat sangat sementara / Data diolah Gambar 2.38 Grafik Perkembangan Tingkat Persentase Kemiskinan di Kota Semarang Tahun Tingkat kemiskinan Kota Semarang pada tahun 2015 sebesar 5,04% jika dibandingkan dengan rata-rata tingkat kemiskinan Jawa Tengah sebesar 14,44% menunjukan kondisi yang lebih baik yaitu berada di bawahnya. Jika dibandingkan dengan kota lainnya yang ada di Jawa Tengah, tingkat kemiskinan di Kota Semarang menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan lima kota lainnya, walaupun dilihat dari luas wilayah dan jumlah penduduk Kota Semarang lebih besar. Untuk lebih jelasnya posisi relatif tingkat kemiskinan Kota Semarang dapat dilihat melalui gambar 2.39 di bawah ini. Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Gambar 2.39 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kota Semarang dengan Kota- Kota Lain dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 II-47

91 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Dibandingkan dengan kabupaten/ kota lain di Jawa Tengah dan kota sewilayah Kedungsapur, jumlah Keluarga Pra Sejahtera Kota Semarang relatif lebih kecil. Selanjutnya Persentase Pentahapan Keluarga Sejahtera Kota Semarang dan 5 Kota lain di Jawa Tengah serta Kawasan Strategis Kedungsapur Tahun 2014 tersaji lengkap pada tabel 2.10 di bawah ini. Tabel 2.10 Kondisi Pentahapan Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera di Kota Semarang; 5 Kota lain di Jawa Tengah dan Kawasan Strategis Kedungsapur serta Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 No Kota / Kabupaten Keluarga Pra Sejahtera Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejahtera II Keluarga Sejahtera III Keluarga Sejahtera III Plus 1 Kab. Grobogan 60,06 12,66 13,56 12,29 1,43 2 Kab. Demak 35,89 23,30 23,24 14,03 3,54 3 Kab. Semarang 25,71 22,84 16,65 31,27 3,53 4 Kab. Kendal 34,61 14,45 16,13 30,95 3,85 5 Kota Magelang 14,48 20,16 14,66 40,77 9,93 6 Kota Surakarta 8,35 17,98 23,66 33,29 16,71 7 Kota Salatiga 11,10 14,01 21,10 43,52 10,27 8 Kota Semarang 10,06 18,03 22,38 38,79 10,74 9 Kota Pekalongan 15,20 19,43 25,74 28,10 11,53 10 Kota Tegal 16,92 25,34 21,12 30,71 5,91 11 Prov. Jawa Tengah 26,11 20,70 23,40 25,38 4,42 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Sampai saat ini, kemiskinan masih menjadi tantangan besar bagi setiap daerah dalam kegiatan pembangunan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui program dan kegiatan untuk menurunkan angka kemiskinan. Upaya-upaya tersebut baik dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Dalam program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan perlu adanya ketepaduan antara pemerintah kota, dunia usaha, perguruan tinggi dan masyarakat yang peduli terhadap pengentasan kemiskinan. Berdasarkan pendataan warga miskin Kota Semarang yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang dapat diketahui jumlah penduduk rawan miskin dari tahun sebagaimana pada gambar 2.40 di bawah ini : II-48

92 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 30,00 27,00 26,54 26,44 26,44 24,00 21,00 21,49 21,49 20,82 18,00 15, Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2015 Gambar 2.40 Grafik Perkembangan Persentase Kemiskinan Kota Semarang Tahun Angka Kriminalitas Dinamika perkembangan Kota Semarang yang pesat dengan kemajemukan masyarakat akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakat. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas akan berdampak negatif seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran, bertambahnya angka kemiskinan, akan memicu meningkatnya angka kriminalitas. Selama 6 tahun dari tahun , jumlah tindak pidana menonjol (crime index) menurut jenis adalah sebagai berikut : Tabel 2.11 Jumlah Tindak Pidana Menonjol (Crime Index) Menurut Jenis Di Kota Semarang Tahun Jenis Tindak Pidana Jumlah di Tahun a. Pencurian dgn pemberatan b. Pencurian ranmor c. Pencurian dgn kekerasan d. Penganiayaan berat e. Pembunuhan f. Perkosaan g. Uang palsu h. Narkotika II-49

93 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Jenis Tindak Pidana Jumlah di Tahun i. Perjudian j. Pemerasan / Ancaman N/A N/A k. Lainnya Jumlah Sumber :Badan Pusat Statistik Kota Semarang dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Semarang, 2016 Selama tahun 2015, jumlah kasus tindak pidana di Kota Semarang yang terjadi di wilayah hukum Polrestabes Kota Semarang adalah sejumlah kejadian, sedikit meningkat jika dibandingkan dengan kasus di tahun 2013 yang sebanyak kejadian. Dari jumlah kejadian tindak pidana tersebut, yang paling menonjol di tahun 2015 adalah kejadian curanmor yang sebanyak 667 kejadian dan pencurian dengan pemberatan 476 kejadian Fokus Kesejahteraan Sosial Indek Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI) merupakan indeks pembangunan manusia yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia, dalam hal ini berarti kualitas hidup masyarakat/penduduk yang dijadikan sebagai salah satu ukuran kinerja di masing-masing daerah. Ukuran pencapaian keberhasilan suatu daerah diihat melalui 3 dimensi dasar pembangunan yaitu (1) lamanya hidup, (2) pengetahuan/tingkat pendidikan dan (3) standar hidup layak. Indikator yang mewakili ketiga dimensi tersebut yaitu Angka Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup, Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) untuk mengukur status tingkat pendidikan, serta pengeluaran rill per kapita disesuaikan untuk mengukur akses terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak. Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir ( ), perkembangan menunjukkan adanya peningkatan pada tiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pembangunan sumberdaya manusia di Kota Semarang telah menunjukkan perbaikan yang berarti. Pada gambar 2.41 di bawah, terlihat bahwa pada tahun 2010, capaian IPM Kota Semarang II-50

94 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH adalah sebesar 76,96 dan terus mengalami peningkatan menjadi sebesar 80,23 pada tahun Jika diakumulasikan, telah terjadi peningkatan sebesar 3,27 selama periode tersebut. 81,00 80,00 79,00 78,00 77,00 76,00 75,00 80,23 79,24 78,68 77,58 78,04 76, Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah, 2016 Gambar 2.41 Grafik Perkembangan IPM Kota Semarang Tahun Berdasarkan posisi relatif IPM tahun 2014, capaian IPM Kota Semarang yang sebesar 79,24 lebih rendah dari capaian IPM Kota Salatiga yang sebesar 79,98. Dibandingkan dengan capaian IPM Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 68,78, capaian IPM Kota Semarang masih lebih tinggi dengan perbedaan capaian sebesar 10,46. Untuk melihat posisi relatif perkembangan IPM Kota Semarang dapat dilihat pada gambar 2.42 ini. Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Gambar 2.42 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang dan Kab / Kota di Jawa Tengah Tahun 2014 II-51

95 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Indikator pembentuk IPM Kota Semarang, meliputi usia harapan hidup, Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan pengeluaran per kapita yang disesuaikan, mengalami kenaikan dalam kurun waktu Pencapaian indikator pembentuk IPM, baik usia harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah maupun pengeluaran perkapita yang disesuaikan juga sudah berada di atas pencapaian indikator pembentuk IPM Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2014, terdapat metode baru untuk menghitung IPM dan indikator kompositnya. Capaian indikator komposit IPM Kota Semarang pada tahun 2015 adalah sebagai berikut Angka Harapan Hidup (AHH) Kota Semarang sebesar 77,20, kemudian indikator komposit Rata-rata Lama Sekolah (Mean Years of Schooling) sebesar 10,20 tahun, Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling) sebesar 14,33 tahun, dan Pengeluaran Per kapita Disesuaikan yang didekati dengan indikator Paritas Daya Beli (PPP) yang sebesar Rp ,- (ribu rupiah). Tabel perkembangan indikator pembentuk IPM Kota Semarang tahun yang dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.12 di bawah ini. Keterangan : Tahun Tabel 2.12 Perkembangan Indikator Pembentuk IPM Kota Semarang Tahun Angka Harapan Hidup (AHH) Harapan Lama Sekolah (HLS) Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Paritas Daya Beli (PPP-Ribu Rupiah) ,17 13,12 9, , ,17 13,26 9, , ,18 13,37 9, , ,18 13,66 10, , ,18 13,97 10, , ,20 14,33 10, ,- Data IPM dan Pembentuk IPM (Metode Baru) Provinsi Jawa Tengah untuk Tahun tidak tersedia Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM, hanya saja data yang ada dipilah antara laki-laki dan perempuan. IPG digunakan II-52

96 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Dikatakan tidak ada kesenjangan pembangunan apabila nilai IPG sama dengan IPM. Pada kurun waktu capaian IPG Kota Semarang cenderung mengalami kenaikan, dari tahun 2010 sebesar 92,66% menjadi 95,60% pada tahun 2015, seperti terlihat pada gambar 2.43 berikut ini : 96,00 95,17 95,56 95,60 95,00 94,17 94,00 93,58 93,00 92,66 92, *) Ket. : *). Data sangat sangat sementara / Data diolah Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015 Gambar 2.43 Perkembangan IPG Kota Semarang Tahun Berdasarkan posisi relatifnya, capaian IPG Kota Semarang pada tahun 2014 berada pada peringkat ke-5 diantara kabupaten/kota lain di Jawa Tengah, berada dibawah Kota Surakarta, Kab. Sukoharjo, Kab. Karanganyar, dan Kab. Klaten. Posisi IPG Kab/Kota dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2.44 berikut ini. II-53

97 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2015 Gambar 2.44 Perbandingan IPG Kota Semarang Dengan Kab/Kota di Jawa Tengah Tahun 2014 Capaian IPG Kota Semarang Tahun 2014 jika dilihat dari indikator komposit pembentuknya, terlihat bahwa perempuan unggul di dua indikator komposit yaitu Angka Harapan Hidup dan Angka Harapan Lama Sekolah. Sementara dua indikator komposit lainnya diungguli oleh laki-laki, yaitu Angka Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan dalam memperoleh manfaat pembangunan di bidang pendidikan dan perekonomian cenderung lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga perlu upaya-upaya yang dilakukan pemerintah agar hasil pembangunan dapat dirasakan secara merata oleh laki-laki dan perempuan. Untuk melihat secara lengkap indikator komposit pembentuk IPG, dapat dilihat pada tabel 2.13 di bawah ini. Tabel 2.13 Capaian Indikator Komposit IPG Kota Semarang Tahun 2014 No Indikator Komposit IPG Capaian Laki-laki Perempuan 1 Angka Harapan Hidup (tahun) 75,15 79,11 2 Harapan Lama Sekolah (tahun) 14,07 13,91 3 Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 10,99 9,62 II-54

98 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Indikator Komposit IPG Capaian Laki-laki Perempuan 4 Pengeluaran (ribu rupiah) Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) merupakan indeks komposit yang tersusun dari beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan perempuan dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang politik dan ekonomi. Pada tahun 2010 capaian IDG Kota Semarang adalah sebesar 63,46% dan terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2015 mencapai sebesar 76,08%, seperti terlihat pada gambar 2.45 berikut ini ,62 75,58 76, ,46 64,48 66, *) 2015 *) Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015 Ket. : *). Data sangat sangat sementara / Data diolah Gambar 2.45 Perkembangan Indeks Gender (IDG) Kota Semarang Tahun Jika dibandingkan dengan Kab/Kota lain di Provinsi Jawa Tengah, capaian IDG Kota Semarang pada tahun 2013 berada di urutan ke-9 diantara kab/kota di Jawa Tengah dengan capaian sebesar 70,62%. Capaian ini berada di bawah capaian Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 70,62%. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 2.46 di bawah ini. II-55

99 47,92 48,96 51,14 51,91 56,58 57,92 58,77 59,76 61,03 61,10 65,15 65,50 65,62 65,99 66,56 67,02 67,03 67,32 67,59 67,65 68,03 68,66 68,67 69,27 69,33 69,56 70,21 70,62 71,04 71,22 71,66 72,96 75,11 77,45 78,93 80,91 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 - Sumber : BPS dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, 2015 Gambar 2.46 Posisi Relatif IDG Kab/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 IDG terdiri atas tiga indikator pembentuk, yaitu 1) keterlibatan perempuan dalam parlemen, 2) perempuan sebagai manager, profesional, administrasi, dan teknisi, dan 3) sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja. Terlihat bahwa capaian indikator keterlibatan perempuan dalam parlemen, dan sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja capaiannya masih rendah, sedangkan perempuan sebagai tenaga manager, professional, administrasi, dan teknisi capaiannya cukup baik. Secara rinci capaian indikator komposit pembentuk IDG dapat dilihat pada tabel di berikut ini. Tabel 2.14 Capaian Indikator Komposit IDG Kota Semarang Tahun 2013 No Indikator Komposit IDG Capaian 1 Keterlibatan perempuan dalam parlemen (%) 18,00 2 Perempuan sebagai tenaga manager, professional, administrasi, dan teknisi (%) 46,07 3 Sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja (%) 35,54 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Aspek Pendidikan Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan. Dalam II-56

100 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH lingkup Sustainable Development Goals aspek pendidikan menjadi salah satu aspek terpenting untuk diperhatikan dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di tahun Sebelumnya, pelaksanaan SDGs ini diawali dengan pelaksanaan MDGs yang telah selesai di tahun Berdasarkan laporan capaian pelaksanaan MDGs di Kota Semarang, disebutkan bahwa keberhasilan capaian pada aspek pendidikan di Kota Semarang dilihat melalui Angka Partisipasi Murni untuk jenjang pendidikan SD/MI/Paket A, proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A dan angka melek huruf penduduk usia tahun perempuan dan laki-laki. Status capaian MDGs Kota Semarang menunjukan bahwa Angka Partisipasi Murni SD/MI tahun 2015 sebesar 92,08%, Angka Partisipasi Murni SMP sebesar 81,24%, Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/ MI sebesar 99. Berdasarkan Laporan dan Evaluasi Pelaksanaan MDG s Kota Semarang , dalam aspek pendidikan, Kota Semarang telah dinilai berhasil mencapai target yang ditetapkan. Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pemerintah untuk menciptakan generasi emas pada 100 tahun Indonesia merdeka pada tahun Program PAUD diarahkan pada pengembangan keterampilan fisik (motorik), kecerdasan (intelektual, emosional dan spritual), sosio-emosional (sikap, perilaku, dan agama), bahasa dan komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan anak usia dini. Dan sampai saat ini layanan PAUD dilaksanakan dalam berbagai bentuk, yaitu : I. Layanan dibawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, antara lain : (1) Taman kanak-kanak (TK); (2) Kelompok Bermain (KB); (3) Taman Penitipan Anak (TPA); (4) Satuan PAUD Sejenis (SPS) yang terintegrasi dengan posyandu. II. Layanan dibawah naungan Kementrian Agama dan dikoordinasikan oleh Kanwil Kemenag Kota Semarang, antara lain : (1) Raudhatul Athfal (RA); (2) Busatanul Atfal (BA); (3) Taman Pendidikan Al Qur an (TPQ); II-57

101 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH III. Layanan dibawah naungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yaitu Bina Keluarga Balita (BKB). Selain melihat dari pencapaian MDG s di Kota Semarang, perlu diketahui bagaimana kinerja pembangunan Pemerintah Kota Semarang khususnya di bidang pendidikan dengan melihat beberapa indikator baik yang tercantum dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pendidikan maupun dalam indikator minimal yang ada di Permendagri No. 54 Tahun 2010 khususnya pada urusan pendidikan diantaranya adalah : No 1. Angka Melek Huruf; 2. Angka Rata-Rata Lama Sekolah; 3. Angka Partisipasi Kasar; 4. Angka Partisipasi Murni; 5. Angka Pendidikan yang Ditamatkan. Uraian Tabel 2.15 Realisasi Indikator Aspek Pendidikan Tahun *) 1 Angka Melek Huruf 99,97 99,95 99,91 99,96 99,97 99,96 2 Rata Lama Sekolah 9,61 9,80 9,92 10,06 10,19 10,19 3 Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD **) 26,24 42,20 53,72 57,38 58,95 76,40 SD/MI 105,77 105,69 107,25 107,45 107,35 107,54 SLTP/MTS 111,85 110,31 112,20 117,19 116,43 110,07 SMA/SMK/MA 116,71 111,39 119,56 118,97 121,87 113,81 4 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI 90,85 90,55 92,58 92,22 91,90 92,08 SLTP/MTS 79,53 79,24 79,14 80,23 82,97 81,24 SMA/SMK/MA 79,54 79,29 84,11 81,87 83,67 76,41 5 Angka Pendidikan Yang Ditamatkan *) Tamat SD/MI/Paket A - 22,87 22,87 22,87 32,00 22,88 Tamat SMP/MTs/Paket B Tamat SMA/SMK/MA/Paket C 20,29 20,29 20,29 20,29 20,29 20,29 21,11 21,11 21,11 21,11 21,11 21,11 Tamat D1/D2/D3 4,35 4,35 4,35 4,35 4,35 4,34 II-58

102 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Tahun Uraian *) Tamat D4/S1/S2/S3 4,45 4,45 4,45 4,45 4,45 4,44 Sumber : Badan Pusat Statistik, **) D. Pendidikan Kota Semarang, Aspek Kesehatan Perkembangan pembangunan kesejahteraan sosial dapat dilihat juga dari aspek kesehatan. Selain aspek pendidikan, aspek kesehatan juga memegang peranan penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia di Kota Semarang. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan menjelaskan bahwa terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pelayanan kesehatan di suatu wilayah diantaranya Angka Kelangsungan Hidup Bayi, Angka Usia Harapan Hidup, Persentase Balita Gizi Buruk. Jika melihat dari indikator yang tercantum dalam SPM Kesehatan, capaian Kota Semarang dalam meningkatkan kualitas kesehatan warganya dapat dilihat sebagai berikut: No Uraian Angka Kelangsungan Hidup bayi (per Kelahiran Hidup) Angka Kematian Balita/ AKABA (per kelahiran hidup) Jumlah Kematian Bayi/AKB (kasus) Tabel 2.16 Realisasi Indikator Aspek Kesehatan Tahun ,8 87,85 89,33 90,56 90,63 91,62 20,3 14,9 12,3 11,3 11,3 10, Persentase Gizi Buruk 1,01% 1,05% 0,69% 0,87% 0,38% 0,40% 5 Unmet need KB (jiwa) Jumlah Kematian Ibu Maternal (kasus) IR DBD (per pddk) Kasus HIV/AIDS yang ditemukan ,7 73,87 70,9 134,09 92,43 98,61 N/A Kasus AIDS ODHA yang aktif minum ARV (%) Penemuan & penanganan penderita TB BTA + (%) Sumber : D. Kesehatan Kota Semarang, 2016 n.a n.a n.a n.a n.a , ,68 II-59

103 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Berbeda dengan indikator minimal yang tercantum baik dalam Permendagri No. 54 Tahun 2010 dan SPM Kesehatan, pentingnya aspek kesehatan menjadi tujuan yang harus diwujudkan pada pelaksanaan Sustainable Development Goals di Kota Semarang. Sama halnya dengan aspek pendidikan, aspek kesehatan juga perlu diperhatikan guna mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan di tahun Sebelumnya, pelaksanaan SDGs ini diawali dengan pelaksanaan MDGs yang telah selesai di tahun Berdasarkan laporan capaian pelaksanaan MDGs di Kota Semarang, terdapat beberapa tujuan yang terkait erat dengan aspek kesehatan diantaranya Menurunkan Angka Kematian Anak (tujuan 4), Meningkatkan Kesehatan Ibu (tujuan 5), Memerangi HIV/ AIDs, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya (tujuan 6). Menurunkan angka kematian anak yang merupakan tujuan ke-4 dari MDGs menjadi suatu tantangan tersendiri bagi Pemerintah Kota Semarang untuk lebih meningkatkan kualitas kesehatan anak. Pada tujuan ke-4, terdapat beberapa indikator yaitu Angka Kematian Bayi (AKB) per kelahiran hidup, Angka Kematian Balita (AKBA) per kelahiran hidup, Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak. Pada tujuan ke-5 MDGs, aspek kesehatan khususnya ibu menjadi perhatian utama dengan indikatornya terdiri dari: 1. Angka Kematian Ibu per kelahiran hidup; 2. Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih; 3. Angka pemakaian kontrasepsi/contraceptive Prevalence Rate (CPR) pada perempuan menikah usia tahun (cara modern dan semua cara); 4. Tingkat kelahiran pada remaja (per perempuan usia tahun); 5. Cakupan pelayanan antenatal (K4); dan 6. Unmet need KB (Kebutuhan keluarga berencana / KB yang tidak terpenuhi) Angka Kematian Ibu per kelahiran hidup dan Unmet need KB perlu membutuhkan perhatian khusus mengingat capaiannya mengalami penurunan di tahun Terkait dengan pencapaian target Angka II-60

104 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Kematian Ibu, salah satu upaya untuk menekan kasus kematian pada ibu melahirkan adalah meningkatkan pelayanan kelahiran melalui tenaga kesehatan. Selain terkait dengan kesehatan ibu, MDGs juga masih memiliki tujuan lain yang terkait erat dengan aspek kesehatan diantaranya adalah tujuan ke-6 yaitu Memerangi HIV/AIDs, Malaria, dan Penyakit Menular Lainnya.Adapun target yang akan dicapai terdiri dari 3 target utama yaitu: 1. Mengendalikan penyebaran kasus HIV dan AIDS dan menurunkan jumlah kasus baru dengan indikator: Persentase kasus Infeksi Menular Seksual yang diobati Persentase ODHA yang aktif minum ARV Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi terakhir. Persentase penduduk tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS 2. Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015 dengan indikator persentase penduduk terinfeksi HIV yang aktif minum ARV (antiretroviral) 3. Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru TBC dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015, dengan indikator: Proporsi kasus TB yang ditemukan. Proporsi kasus TB yang disembuhkan melalui DOTS (cure rate). Persentase keberhasilan pengobatan kasus TB Angka Kesakitan DBD (per penduduk). Kematian DBD Terkait dengan ke tiga target tersebut, Pemerintah Kota Semarang telah berhasil mencapai target khususnya pada pengendalian penyebaran dan penemuan jumlah kasus HIV/AIDS pada tahun 2015 dan target untuk mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/ AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun Sementara itu, pada target ke- 3 yaitu mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015, Pemerintah II-61

105 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Kota Semarang belum mencapai target dan perlu memberikan pehatian lebih pada beberapa indikator yaitu : Tingkat kematian karena tuberculosis (per penduduk) Proprosi kasus Tuberculosis yang berhasil diobati dalam program DOTS Angka kesakitan DBD (per penduduk) Kepemilikan Tanah Kebijakan pada urusan pertanahan diarahkan pada upaya peningkatan tertib administrasi pertanahan dan pemecahan masalahmasalah atau konflik pertanahan. Kewenangan Pemerintah Kota dalam urusan Pertanahan adalah dalam penyelesaian sengketa tanah garapan, penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk pembangunan, penyelesaian masalah tanah kosong, pemberian izin lokasi, penetapan tanah ulayat, serta mempunyai kewenangan dalam Perencanaan penggunaan tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum pada tahun 2014 yang dapat diselesaikan adalah sejumlah 956 bidang dari bidang tanah, sedangkan di tahun 2015 terdapat 35 dari 147 bidang tanah. Untuk bidang tanah yang sudah jelas kepemilikannya namun belum terselesaikan, diupayakan melalui jalur hukum. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 terdapat 104 pengaduan kasus pertanahan dan seluruhnya dapat diselesaikan. Sedangkan untuk peningkatan tertib administrasi pertanahan di tahun 2015 telah dilaksanakan kegiatan Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P5T) di 177 kelurahan Kesempatan Kerja Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, II-62

106 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No keterampilan dan bakatnya masing-masing. Untuk melihat kesempatan kerja, dapat dilihat dari beberapa indikator yakni : 1. Jumlah penduduk yang bekerja Jumlah penduduk yang bekerja menunjukkan tingkat penyerapan angkatan kerja. Dalam lingkup Kota Semarang jumlah penduduk yang bekerja dari tahun menunjukkan fluktuasi yang cukup bervariasi dimana naik turunnya relatif dipengaruhi oleh ketersediaan peluang kerja dan daya saing pencari kerja dalam pasar kerja. Kenaikan jumlah penduduk yang bekerja terjadi pada tahun sebesar 9,55%, tahun sebesar 24,97%, tahun sebesar 10,99% kemudian perlahan turun di tahun 2015 mencapai 16,7%. 2. Jumlah angkatan kerja Jumlah angkatan kerja menunjukkan ketersediaan pencari kerja pada usia kerja, dimana fluktuasi perkembangannya dipengaruhi jumlah lulusan sekolah pada usia kerja dan penempatan pencari kerja. Dalam lingkup Kota Semarang jumlah angkatan kerja dari tahun menunjukkan kenaikan sebesar orang, tahun menurun sebesar orang, tahun naik sebesar orang dan dari tahun terjadi penurunan sebesar orang. Uraian 1 Tingkat Kesempatan Kerja 2 Jumlah penduduk yang bekerja Tabel 2.17 Realisasi Aspek Kesempatan Kerja Tahun ,10 88,77 89,93 91,11 92,85 89, Jumlah angkatan kerja Jumlah lowongan kerja Pencari kerja yang ditempatkan 6 Kapasitas Pelatihan pencari kerja/tenaga kerja 7 Penyelesaian perselisihan hubungan industrial/phk Sumber. Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang, 2016 II-63

107 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 3. Tingkat Pengangangguran Terbuka (TPT). Tingkat Pengangangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Dengan melihat TPT, secara langsung dapat mengindikasikan seberapa luas kesempatan kerja yang ada di wilayah tersebut. Semakin tinggi TPT di suatu wilayah mengindikasikan bahwa semakin sempitnya kesempatan kerja yang ada di wilayah tersebut. Dalam lingkup Kota Semarang indeks TPT dari tahun mengalami kenaikan khususnya di tahun 2012 hingga 2014 dan kemudian perlahan turun di tahun 2015 mencapai 5,77%. 4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari merujuk pada suatu waktu dalam periode survey. Sama halnya dengan tingkat pengangguran terbuka, tingkat partisipasi angkatan kerja di suatu wilayah juga dapat mengindikasikan seberapa besar kesempatan kerja di wilayah tersebut. Semakin tinggi TPAK mengindikasikan semakin luas kesempatan kerja. Dalam lingkup Kota Semarang, TPAK mengalami pergerakan yang fluktuatif dari tahun 2010 hingga 2015 yang secara lengkap tersaji dalam gambar 2.45 dibawah ini. II-64

108 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 12,00 90,00 10,00 77,51 80,00 T P T 8,00 6,00 4,00 2,00 9,98 54,71 6,92 60,61 68,23 66,79 5,82 5,96 7,76 63,05 5,77 70,00 60,00 50,00 40,00 T P A K 0, ,00 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2016 Ket. : *). Data sangat sangat sementara / Data diolah **). Data TPAK sumber Disnakertrans Kota Semarang. Gambar 2.47 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) & Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kota Semarang Tahun Aspek ketenagakerjaan juga diatur dalam SPM Bidang Ketenagakerjaan dimana hal tersebut dijabarkan kedalam 5 (lima) pelayanan ketenagakerjaan yaitu: Pelayanan pelatihan kerja, Pelayanan penempatan tenaga kerja, Pelayanan penyelesaian perselisihan hubungan industri, Pelayanan kepesertaan Jaminan Ketenagakerjaan, dan Pelayanan pengawasan ketenagakerjaan. Dari kelima pelayanan tersebut, capaian di tahun 2014 yang belum tercapai ada pada pelayanan pelatihan kerja. Laporan capaian SPM Kota Semarang 2014 menjelaskan bahwa pada tahun 2013 relasisasi besaran tenaga kerja yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi jauh dibawah target yaitu hanya mencapai 25,39% dengan target 40%. Kondisi tersebut tidak berubah di tahun 2014 dimana realisasi tidak mampu mencapai target yaitu hanya sebesar 30,42% dengan target 40%. Oleh karenanya perlu penanganan khusus oleh Pemerintah Kota Semarang untuk meningkatkan pelayanan di bidang ketenagakerjaan khususnya pada pelayanan pelatihan kerja. Hal ini sangat penting mengingat pelatihan kerja menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan kualitas sumber daya tenaga kerja di Kota Semarang. II-65

109 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tidak hanya SPM, aspek ketenagakerjaan juga ikut menjadi salah satu fokus tujuan dalam SDGs yaitu pada tujuan kedelapanyang terkait erat denganpeningkatan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja bagi semua. Sebelumnya, pelaksanaan SDGs ini diawali dengan pelaksanaan MDGs yang telah selesai di tahun Dalam konteks ketenagakerjaan, berdasarkan Laporan Capaian MDGs Kota Semarang, Pemerintah Kota Semarang telah mencapai target yang ada pada masingmasing indikator yang terdiri dari 1) Laju pertumbuhan PDRB per tenaga kerja, 2) Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas, 3) Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja Fokus Seni Budaya dan Olahraga Kebudayaan Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan, perilaku, dan karya cipta manusia yang dapat menuntun kehidupan manusia agar lebih bermartabat. Pembangunan kebudayaan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya baru di era globalisasi, namun demikian harus tetap berpijak pada nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila, sehingga terwujud karya-karya seni budaya yang memiliki kepribadian. Disisi lain kesenian merupakan hasil karya yang mengacu pada nilai keindahan (estetika) dan mewujudkan dari proses pengendapan makna relasi antar manusia dan manusia dengan lingkungan hidupnya. Berkaitan dengan aktivitas seni budaya di Kota Semarang, terlihat bahwa dalam kurun waktu jumlah grup kesenian meningkat dari 364 menjadi 415 grup kesenian, sedangkan untuk gedung kesenian meningkat masih sama dengan tahun lalu yaitu sebanyak 14 buah. Perkembangan kesenian tertera pada tabel 2.18 dibawah ini : Tabel 2.18 Jumlah Kelompok Kesenian dan Jumlah Gedung Kesenian di Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun Jumlah Group Kesenian Jumlah Gedung Kesenian Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2016 II-66

110 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Olahraga Jumlah klub olahraga di Kota Semarang sampai dengan akhir tahun 2015 adalah sebanyak 608 buah. Peningkatan jumlah klub olahraga juga diikuti dengan peningkatan fasilitas olahraga (GOR, Stadion, lapangan olahraga) yang sampai dengan akhir tahun 2015 sebanyak 115 buah, selengkapnya terlihat pada Tabel 2.19 Tabel 2.19 Perkembangan Olahraga di Kota Semarang Tahun No Uraian Jumlah Organisasi Olahraga - (buah) Jumlah Klub Olahraga (buah) Jumlah Gedung Olahraga (buah) Tahun Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga, ASPEK PELAYANAN UMUM Fokus Urusan Wajib Pelayanan Dasar Urusan Pendidikan Pembangunan pendidikan memiliki fungsi strategis untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Keberhasilan pembangunan pendidikan akan mampu memberikan kontribusi bagi terciptanya insan yang mandiri dan bermartabat. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi masyarakat terutama kemampuan memecahkan masalah. Hasil rekapitulasi penyelenggaraan urusan pendidikan di Kota Semarang selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 bisa dilihat pada tabel 2.20 berikut : Tabel 2.20 Realisasi Kinerja Urusan Pendidikan No Uraian Pendidikan Dasar: 1 Rasio guru/murid (SD) Tahun ,20 (1:19) 506,728 (1:20) 572,23 (1:17) 556,16 (1:18) 572,47 (1:17) 544,61 (1:18) II-67

111 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No 2 Uraian Rasio guru/murid (SMP) Rasio guru/murid per kelas rata-rata (SD) Rasio guru/murid per kelas rata-rata (SMP) Pendidikan Menengah: 1 Rasio guru/murid (SM) Rasio guru/murid per kelas rata-rata (SM) Penduduk yang berusia > 15 tahun melek huruf (tidak buta aksara) (%) Fasilitas Pendidikan: Persentase sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik Persentase sekolah SMP/MTs kondisi bangunan baik Persentase sekolah SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik Pendidikan Anak Usia Dini: Jumlah Siswa pada jenjang TK / RA Fasilitas Pendidikan: Angka Putus Sekolah (APTS) SD/MI (%) Angka Putus Sekolah (APTS) SMP/MTs (%) Angka Putus Sekolah (APTS) SMA/SMK/MA (%) Angka Kelulusan: Angka Kelulusan (AL) SD/MI Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Persentase Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV Tahun ,10 (1:16) (1:19:35) (1:16:34) 871,23 (1:11) (1:11:33) 595,81 (1:17) (1:20:34 ) (1:17:32 ) 862,11 (1:12) (1:12:33 ) 643,84 (1:16) (1:17:34 ) (1:16:31 ) 906,50 (1:11) (1:11:31 ) 732,17 (1:14) (1:18:33 ) (1:14:31 ) 909,5 (1:11) (1:11:31 ) 715,84 (1:14) (1:17:32 ) (1:14:30 ) 866,45 (1:12) (1:12:31 ) 700,71 (1:17) (1:20:32) (1:17:30) 863,93 (1:14) (1:14:30) 99,97 99,95 99,91 99,96 99,97 99,96 90,60 92,96 92,19 92,70 92,73 93,36 98,96 98,84 97,92 98,11 98,80 98,43 99,26 99,44 99,05 98,87 98,52 99, ,02 0,05 0,03 0,05 0,03 0,02 0,30 0,15 0,11 0,07 0,09 0,07 0,41 0,55 0,71 0,57 0,39 0,32 99, ,58 99,98 96,48 98,54 99,54 99,75 98,86 99,82 98,96 99,85 99,87 99,79 98,42 99,83 104,39 102,84 102,69 102,18 104,27 104,65 118,16 112,73 116,40 112,54 118,51 120,84 - Jenjang SD / MI 70,60 70,75 71,10 71,14 75,65 77,50 II-68

112 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Tahun No - Jenjang SMP/MTs 85 86, ,93 90,10 92,41 - Jenjang SMA/SMK/MA 90 90,53 91,76 92,94 94,42 96,30 Sumber : Badan Pusat Statistik, Bappeda & Dinas Pendidikan Kota Semarang, Urusan Kesehatan Perkembangan pada urusan kesehatan selama periode bisa dilihat pada tabel 2.21 berikut : Uraian 1 Rasio posyandu per satuan balita Tabel 2.21 Realisasi Kinerja Urusan Kesehatan Tahun ,02 13,36 13,92 14,35 14,95 14,70 2 Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk - Rasio Puskesmas 0,231 0,231 0,231 0,231 0,231 0,231 - Rasio Poliklinik 0,20 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 - Rasio Pustu 0,0192 0,0191 0,0192 0,193 0,194 0,194 3 Rasio Rumah Sakit per penduduk 4 Rasio dokter per satuan penduduk 5 Rasio tenaga medis per satuan penduduk 6 Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani (%) 7 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (%) 8 Cakupan Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (%) 9 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan (%) 10 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (%) 11 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD (%) 12 Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin (%) 0,0147 0,0147 0,0147 0,0147 0,0147 0,0147 2,18 1,12 1,18 1,29 1,40 1,53 2,39 1,90 1,93 2,01 2,08 2,12 96,65 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 93,00 96,08 98,33 97,87 97,87 97,53 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100, , ,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 II-69

113 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tahun No Uraian Cakupan kunjungan bayi 109,81 99,57 99,30 98,72 98,89 98,03 14 Cakupan puskesmas 231,25 231,25 231,25 231,25 231,25 231,25 15 Cakupan pembantu puskesmas 19,21 19,15 19,22 19,30 19,45 19,45 Sumber : Badan Pusat Statistik & Dinas Kesehatan Kota Semarang, Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Perkembangan urusan pekerjaan umum dan penataan ruang dijabarkan berdasarkan beberapa variabel yang ditunjukkan pada tabel 2.22 berikut ini : No Tabel 2.22 Realisasi Kinerja Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Uraian a Pekerjaan Umum : 1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik (%) 2 Rasio Jaringan Irigasi (%) Tahun ,10 78,81 81,37 81,78 82,60 88,07 75,00 76,00 77,00 78,00 79,00 80,00 3 Penyediaan air baku 65,5% 66% 66,5% 67% 67,5% 68% 4 Rasio tempat ibadah per penduduk 6 Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per 1000 penduduk (%) 8 Panjang jalan dalam kondisi baik (> 40 KM/Jam ) 9 Jumlah titik reklame yang tertata dan terpelihara dengan baik 10 Jumlah kegiatan penertiban reklame 0,0131 0,0130 0,0128 0,0127 0,0126 0,0125 2,21 2,26 2,31 2,35 2,40 2,45 345,5 349,2 353,5 357,8 360,2 364, Jumlah reklame ilegal yang dibongkar/ ditertibkan 13 Sempadan sungai yang dipakai bangunan liar (%) 14 Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat (%) ,00 50,00 48,70 47,10 46,00 44,20 74,00 75,00 76,00 77,00 78,00 79,00 II-70

114 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian 15 Luas irigasi dalam kondisi baik 16 Persentase penanganan sampah 17 Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan pddk (%) Tahun ,221 0,226 0,231 0,235 0,240 0, Timbulan sampah (m3) , Timbulan sampah terlayani (m3) b Rumah tangga pengguna air minum (%) Rumah tangga ber- Sanitasi (%) Penataan Ruang 1 Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah Kota Smg (%) 2 Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan (%) 3 Simpangan dalam tata ruang (%) , , , , ,2 7 87,2 87,4 87,6 87, ,13 85,53 85,58 85,63 85,68 85,73 85, ,26 52,04 52,62 52,80 52,93 53,04 53, ,54 Sumber : Badan Pusat Statistik, Binamarga, D.PSDA, DKP, D. PJPR & DTKP Kota Semarang, 2016 Identifikasi permasalahan pemanfaatan ruang berupa Simpangan Pemanfaatan Ruang terhadap rencana pola ruang mencapai 5,54%, jika dilihat dari wilayah per kecamatan, yang terbesar justru terjadi di kecamatan Gunungpati mencapai 10% dari total luas simpangan yang ada. Jumlah daya tampung sampah apabila menggunakan open damping dalam kajian Masterplan Persampahan adalah ,05 M3 yang akan tercapai pada Namun karena pelaksanaan pembuangan sampahdi TPA saat ini merupakan campuran antara open dumping dan sanitary landfill sehingga umur TPA jadi bisa lebih lama Terlaksananya peningkatan pengelolaan reklame di Kota Semarang, dimana di sepanjang tahun telah dilaksanakan melalui intensifikasi penagihan tunggakan reklame, penandaan reklame, dan penertiban reklame ilegal yang jumlahnya meningkat secara signifikan sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/PRT/M/2012 tentang Pedoman Pemanfaatan dan Penggunaan Bagian- II-71

115 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH bagian Jalan, dimana tidak diperbolehkan lagi memasang reklame melintang di jalan (bando), di median jalan termasuk delta, baik di Jalan Nasional, Provinsi, maupun Kota. Secara umum hasil pengelolaan reklame adalah sebagai berikut : Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) Perkembangan dalam urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.23 Realisasi Kinerja Urusan Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman No 1 2 Uraian Rumah tangga pengguna listrik (%) Luas Lingkungan pemukiman kumuh (%) Tahun ,64 0,63 0,60 0,56 1,11 0,99 3 Rasio rumah layak huni (%) 80,19 80,25 80,25 80,9 81,05 81, Pemugaran rumah layak huni Jumlah RTLH yang diperbaiki per tahun (unit) Rasio permukiman layak huni 6 Rasio tempat pemakaman umum per penduduk Sumber : DTKP Kota Semarang, n.a ,37 99,40 99,44 99,16 99,26 99,45-10,32 35,92 35,80 35,68 34,35 Dari penjelasan tabel diatas dijelaskan bahwa rumah layak huni telah mencapai 81,23%, sedangkan rumah rumah tidak layak huni (RTLH) saat ini sebanyak Unit (18,77%) berdasarkan data dari Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) tahun Sampai dengan tahun 2015 terdapat unit RTLH yang telah diperbaiki, sehingga masih ada sejumlah unit RTLH yang masih harus diperbaiki. Berdasarkan SK Walikota Semarang No. 050/801/2014 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Kota Semarang telah diputuskan sebesar 415,83 ha atau 4,16 km2 atau mencapai 1,11% dari wilayah Kota Semarang. II-72

116 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.24 Daftar Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Kota Semarang No Kecamatan Lokasi Kelurahan Luas (ha) 1 Tugu Mangunharjo 1,56 Mangkang Kulon 3,79 Mangkang Wetan 13,59 2 Genuk Genuksari 6,19 Banjardowo 3,38 Terboyo Kulon 0,62 Trimulyo 6,00 3 Semarang Barat Tambakharjo 2,67 Ngemplak Simongan 1,32 Krobokan 16,16 4 Semarang Tengah Brumbungan 2,68 Bangunharjo 4,00 Kembangsari 5,00 Jagalan 1,36 Miroto 7,00 Kauman 2.00 Pekunden 5,00 Sekayu 2,32 5 Semarang Timur Bugangan 8,34 Rejosari 1,30 Mlatiharjo 11,52 Mlatibaru 3,93 Rejomulyo 8,43 Kemijen 15,86 6 Semarang Utara Tanjung Mas 37,63 Bandarharjo 33,44 Panggung Kidul 26,00 Kuningan 23,09 Dadapsari 27,24 7 Candisari Jomblang 1,10 Karanganyar Gunung 1,67 8 Pedurungan Gemah 5,50 Muktiharjo Kidul 13,76 Penggaron Kidul 2,19 9 Semarang Selatan Lamper Lor 4,71 Lamper Kidul 1,53 Peterongan 1,33 II-73

117 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Kecamatan Lokasi Kelurahan Luas (ha) Lamper Tengah 7,39 10 Tembalang Tandang 3,12 Sendangguwo 4,36 Rowosari 7,07 Meteseh 10,42 11 Gayamsari Sawah Besar 6,14 Kaligawe 7,35 Tambakrejo 5,23 Gayamsari 1,57 12 Mijen Purwosari 3,45 Jatibarang 0,86 13 Banyumanik Ngesrep 0,59 Padangsari 0,49 Jabungan 11,68 Tinjomoyo 5,53 Srondol Kulon 3,67 Gedawang 5,54 14 Gunungpati Patemon 0,14 Sekaran 3,19 Sadeng 2,47 Sukorejo 2,60 Nongkosawit 3,77 15 Ngaliyan Wonosari 3,12 Kalipancur 1,32 Purwoyoso 1,65 Jumlah Total 415,83 Sumber : SK Walikota Semarang No. 050/801/ Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat Perkembangan dalam urusan ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat dapat dilihat pada tabel 2.25 di bawah ini: Tabel 2.25 Realisasi Kinerja Urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat No 1 Uraian Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per penduduk Tahun ,72 1,72 1,64 1,55 1,48 1,32 II-74

118 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan Rasio Penegakan PERDA Cakupan patroli petugas Satpol PP Rasio Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten / kota Cakupan pelayanan bencana kebakaran Tahun ,23 18,23 26,19 28,42 30,33 31, ,76 42,00 42,04 47,44 46,58 37,96 0,0012 0,0012 0,0012 0,0009 0,0014 0, Tingkat waktu tanggap (response time rate / 15 Menit setelah pengaduan) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) 80,91 81,46 75,69 68,72 78,11 92,13 Sumber : Satpol PP, D. Kebakaran Kota Semarang, Urusan Sosial Pada urusan Sosial terdapat sejumlah 3 variabel, yaitu: Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi; PMKS yg memperoleh bantuan sosial; dan Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. No Uraian Tabel 2.26 Realisasi Kinerja Urusan Sosial Tahun Jumlah Sarana Sosial : Panti Asuhan Panti Jompo Panti Rehabilitasi Rumah Singgah Sarana Sejenis Lainnya PMKS yg memperoleh bantuan sosial Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (orang) Sumber : Disospora Kota Semarang, 2016 II-75

119 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Fokus Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar Urusan Tenaga Kerja Keberhasilan dalam pelaksanaan Urusan Tenaga Kerja diukur melalui beberapa indikator. Diantara 5 indikator yang ada, 4 capaian diantaranya mengalami fluktuasi selama tahun Untuk Tingkat Pengangguran Terbuka, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Angka sengketa pengusaha pekerja, Penempatan tenaga kerja, dan keselamatan masih menjadi permasalahan dalam Urusan ketenagakerjaan ini. Hal ini diantaranya disebabkan karakteristik pencari kerja di Kota Semarang yang cenderung memilih pekerjaan sesuai dengan latar belakang pendidikannya, sehingga menjadi peluang kerja bagi pencari kerja dari daerah lain. Realisasi kinerja pada Urusan Wajib Ketenagakerjaan dapat dilihat pada tabel 2.27 berikut.: Tabel 2.27 Realisasi Kinerja Urusan Tenaga Kerja No Uraian 1 Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun Tahun Tingkat partisipasi angkatan kerja (%) 54,71 60,61 68,23 66,79 77,51 63,05 3 Pencari kerja yang ditempatkan Keselamatan dan perlindungan (%) - 8,36 6,46 7,60 8,30 8,83 5 Penyelesaian Perselisihan buruh dan pengusaha thd kebijakan pemerintah daerah (%) Sumber : Disnakertrans Kota Semarang, ,00 100,00 100,00 100,00 100, Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Hasil yang dicapai oleh Pemerintah Kota Semarang pada pelaksanaan urusan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak selama tahun dapat dilihat pada beberapa indikator di tabel 2.28 sebagai berikut : II-76

120 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.28 Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak No 1 2 Uraian Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah Partisipasi perempuan di lembaga swasta (%) Tahun ,41 43, ,00 63,47 63,14 53, Rasio KDRT (%) 0,60 0,60 0,61 0,60 0,59 0,59 4 Penyelesaian pengaduan Perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan Sumber : Bapermasper Kota Semarang, Urusan Pangan Pada urusan Pangan ada 2 variabel yang menjadi ukuran perkembangannya yaitu Regulasi Ketahanan Pangan dan Ketersediaan Pangan Utama dengan realisasi kinerja yang terlihat seperti tabel 2.29 dibawah ini: No Uraian 1 Ketersediaan pangan utama per penduduk 2 Rata-rata jumlah ketersedian padi dalam setahun (ton) 3 Rata-rata jumlah ketersedian jagung dalam setahun (ton) Tabel 2.29 Realisasi Kinerja Urusan Pangan Tahun , , , , , Rata-rata jumlah ketersedian palawija dalam setahun (ton) Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kota Semarang, Urusan Pertanahan Pada urusan pertanahan yang telah dilaksanakan meliputi kegiatan pengadaan tanah untuk kepentingan umum melalui Tim P2T (Panitia Pengadaan Tanah) Pemerintah Kota Semarang, Fasilitasi penyelesaian II-77

121 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH konflik tanah negara dan upaya tertib administrasi pertanahan melalui penyediaan data base pertanahan di 177 kelurahan. Selain itu indikator kinerja yang digunakan lainnya adalah Tertib Administrasi Pertanahan berupa data kepemilikan bidang tanah (%), Fasilitasi Penyelesaian Kasus Tanah Negara (%), serta Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum. Pengadaan tanah tersebut diantaranya digunakan untuk Normalisasi Kali Bringin, Pelebaran Jalan Kartini Jolotundo - Gajah, Pembangunan Under Pass Jatingaleh, Pembangunan Jalur Ganda Rel Kereta Api Lintas Tegal Pekalongan Semarang, Pembangunan Jalur Ganda Rel Kereta Api Lintas Semarang Bojonegoro, dan Pembangunan Jalan Tol Batang-Semarang II. Realisasi Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum pada tahun 2014 dan 2015 masih menyisakan pekerjaan karena menunggu penyelesaian kasus sengketa tanah yang ada. Selain itu pengadaan tanah untuk pembangunan Jalan Tol Batang Semarang II di tahun 2015 baru dalam tahap pengumuman. Realisasi kinerja pada Urusan Pertanahan dapat dilihat pada tabel 2.30 berikut: Tabel 2.30 Realisasi Kinerja Urusan Pertanahan No Uraian Tertib Administrasi Pertanahan (%) (peningkatan Data Base Pertanahan) Penyelesaian kasus tanah Negara (%) Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum Tahun , ,27-100% /20 kasus 100% /19 kasus 100% /25 kasus NA NA NA 100% /20 kasus 956 dari bidang tanah 100% /20 kasus 35 dari 147 bidang tanah Sumber : BPN dan Bag. Tapem Kota Semarang, Urusan Lingkungan Hidup Kinerja urusan lingkungan hidup terjabarkan dalam programprogram untuk mencapai target capaian kinerja dan sasaran-sasarannya. Salah satu hasil yang menonjol adalah untuk kesekian kalinya, tercatat mulai tahun 2012, secara berturut-turut Kota Semarang sukses memperoleh penghargaan Adipura untuk kategori kota metropolitan II-78

122 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH terbersih. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota memiliki kepedulian dalam pengendalian pencemaran serta memiliki komitmen dalam mewujudkan kota bersih dan hijau (clean and green city). Berikut capaian kinerja urusan lingkungan hidup dari tahun , yang secara umum kondisinya ditunjukkan pada tabel berikut ini: No Uraian 1 Pencemaran status mutu air 2 Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan Sumber Mata Air 3 Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan amdal (jumlah perusahaan yang diawasi) 4 Penegakan hukum lingkungan (%) 5 Indek kualitas lingkungan hidup (RPJMN) (%) 6 Presentase jumlah usaha dan atau kegiatan yang mentaati persayaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air (%) 7 Presentase jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang mentaati persayaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran udara (%) 8 Pencegahan Pencemaran Air (%) 9 Pencegahan Pencemaran Udara dan Sumber Tidak Bergerak (%) Tabel 2.31 Realisasi Kinerja Urusan Lingkungan Hidup Tahun ,5 36,5 4,97 8,19 10,76 9,35 8,92 13, , ,2 102, , Penyediaan informasi status kerusakan dan/atau tanah untuk produksi biomass (%) Sumber : Bappeda, BLH, dan DKP Kota Semarang, Urusan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Semarang Penerapan KTP Nasional berbasis NIK yang didukung dengan ketersediaan database kependudukan skala kota. Untuk Rasio Penduduk ber-ktp per Satuan Penduduk penurunan terjadi karena terbit Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2013 yang mengatur bahwa KTP Non II-79

123 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Elektronik berlaku sampai dengan 31 Desember 2014, sehingga untuk tahun 2015 kepemilikan KTP yang dihitung adalah e-ktp atau KTP elektronik. Sedangkan penurunan Rasio Bayi Berakte Kelahiran (%) disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengurusan akte kelahiran meskipun telah dilakukan jemput bola dan pemerintah telah membuka pelayanan pada Tempat Pelayanan Data Kependudukan (TPDK) di setiap Kecamatan. Realisasi kinerja pada Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil dapat dilihat pada tabel 2.32 berikut. No Tabel 2.32 Realisasi Kinerja Urusan Administrasi Kependudukan Dan Catatan Sipil Uraian Tahun Rasio bayi berakte - 81,85 90,96 92,15 92,07 91,38 kelahiran (%) 2 Rasio pasangan - 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 berakte nikah (%) 3 Kepemilikan KTP (%) - 96,00 96,00 96,00 96,00 91,54 4 Kepemilikan akta - 64,00 65,00 65,00 68,00 74,00 kelahiran per 1000 penduduk 5 Ketersediaan database kependudukan skala Kota 6 Penerapan KTP Nasional berbasis NIK Sumber : Dispendukcapil Kota Semarang, Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kondisi pada urusan pemberdayaan masyarakat dapat dilihat pada tabel 2.33 dibawah ini. Tabel 2.33 Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa No Uraian 1 Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) 2 Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK Tahun II-80

124 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian 3 Perkembangan Jumlah LSM 4 Persentase LPM Berprestasi Tahun ,00 100,00 100,00 100,00 100,00 5 Persentase PKK aktif 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 6 Persentase Posyandu aktif 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 7 Swadaya Masyarakat 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 terhadap Program pemberdayaan masyarakat (%) 8 Pemeliharaan Pasca Program pemberdayaan masyarakat (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Bapermasper Kota Semarang, Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Hasil yang dicapai oleh Pemerintah Kota Semarang pada pelaksanaan urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera selama tahun 2010 sampai dengan 2014 berikut : No dapat dilihat pada beberapa indikator sebagai Tabel 2.34 Realisasi Kinerja Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Uraian Tahun Rata-rata jumlah anak per keluarga 2,04 2,06 2,16 2,12 2,02 2,02 2 Rasio akseptor KB per PUS 3 Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I Sumber : Bapermasper Kota Semarang, ,39 76,02 76,09 76,46 76,47 75, No Urusan Perhubungan Kondisi umum perkembangan Urusan perhubungan sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini: Uraian 1 Jumlah arus penumpang angkutan umum : Tabel 2.35 Realisasi Kinerja Urusan Perhubungan Tahun Bus II-81

125 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Tahun Kereta Api Kapal Laut Pesawat Udara Rasio ijin trayek per 33/ jumlah =0,0026 0,026 0,020 0,0019 0,0018 0,0018 penduduk 3 Jumlah uji kir angkutan umum Jumlah pelabuhan laut 5 Jumlah pelabuhan udara 6 Jumlah terminal bus 7 Jumlah stasiun kereta api 8 Persentase 0,0269 0,0281 0,0279 0,0438 0,0288 0,0301 angkutan darat 9 Lama 2Jam 2Jam 2Jam 2Jam 2Jam 2Jam pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) 10 Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR) 11 Persentase pemasangan Rambu - Rambu 87,50 76,00 60,00 70,59 100,00 100,00 Sumber : Dishubkominfo Kota Semarang, 2016 Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pada kinerja Presentase pemasangan rambu-rambu sebesar 100 persen adalah berdasarkan pada target pemasangan rambu-rambu sebanyak unit Urusan Komunikasi dan Informatika Pada urusan Komunikasi dan Informatika perkembangan Jumlah jaringan komunikasi, Rasio wartel/warnet, Jumlah surat kabar nasional/lokal, Jumlah penyiaran radio/tv lokal, Web site milik pemerintah daerah, dan Pameran/expo, perkembangannya sebagaimana ditunjuukan pada tabel 2.36 berikut ini : II-82

126 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Tabel 2.36 Realisasi Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika Uraian Tahun Jumlah jaringan komunikasi lokasi 2 Jumlah surat kabar nasional/lokal - Surat kabar nasional Surat kabar lokal Jumlah penyiaran radio/tv nasional dan lokal - Jml penyiaran radio nasional - Jumlah penyiaran radio lokal - Jumlah penyiaran TV nasional - Jumlah penyiaran TV lokal 4 Web site milik pemerintah daerah 5 Pameran/expo Ketahanan Pangan Dinkop&UMKM Badan Perijinan Pelayanan Terpadu Sumber : Setda Kota Semarang, Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Hasil yang telah dicapai pada urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dari tahun diantaranya adalah sebagai berikut : No 1 2 Uraian Persentase koperasi aktif (%) Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Tabel 2.37 Urusan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Tahun ,17 77,2 78,62 78,72 79,26 79, Jumlah BPR/LKM Usaha Mikro dan Kecil Jumlah UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah ) yang memiliki IUMK N/A N/A N/A N/A N/A 996 Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kota Semarang, 2016 II-83

127 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Data tabel 2.38 menjelaskan bahwa mulai tahun 2015 Pemerintah Kota Semarang telah mengembangkan sistem UMKM berijin, dan di tahun 2015 telah terdata sebanyak 996 UMKM yang memiliki IUMK Urusan Penanaman Modal Pelaksanaan Penanaman Modal kota Semarang , untuk capaian kinerja pada urusan Penanaman Modal dapat dikatakan baik, hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan program pada urusan Penanaman Modal dapat dilaksanakan sesuai dengan arah kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan. Pada perkembangannya ditunjukkan pada tabel 2.38 berikut ini: Tabel 2.38 Realisasi Kinerja Urusan Penanaman Modal No Uraian Tahun Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) (juta rupiah) Rasio daya serap tenaga kerja Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (juta rupiah) Sumber : BPPT Kota Semarang, Urusan Kepemudaan dan Olah Raga Pada urusan pemuda dan olahraga, dari enam variabel capaian datanya adalah sebagai berikut: No Tabel 2.39 Realisasi Kinerja Urusan Kepemudaan dan Olah Raga Uraian Tahun Jumlah organisasi pemuda 2 Jumlah organisasi olahraga 3 Jumlah kegiatan kepemudaan 4 Jumlah kegiatan olahraga Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta) 6 Lapangan olahraga Sumber : Dinsospora Kota Semarang, 2016 II-84

128 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Urusan Statistik Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor.54 tahun 2010, indikator keberhasilan pada urusan Statistik diantaranya adalah Ketersediaan Buku Daerah Dalam Angka dan Buku PDRB Kab/Kota. Indikator tersebut selama kurun waktu 2010 s.d 2015 telah terpenuhi, bahkan tidak pada kedua jenis produk tersebut saja, rata-rata tersusun 12 s.d 13 jenis produk buku statistik daerah pada setiap tahunnya. Selain dari jenis buku, aksesbilitas data-data tersebut semakin mudah. No Realisasi kinerja Urusan Statistik dilihat pada tabel 2.40 berikut : Uraian 1 Buku Kota/Kabupaten Dalam Angka 2 Buku PDRB Kota/Kabupaten 3 Banyaknya Publikasi Data (jenis) Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2016 Tabel 2.40 Realisasi Kinerja Urusan Statistik Tahun Urusan Persandian Urusan Persandian untuk pengamanan informasi yaitu pola hubungan komunikasi sandi antar Perangkat Daerah. Sampai dengan saat ini kinerja dapat diukur dengan peningkatan jumlah sistem informasi di Perangkat Daerah untuk meningkatkan pengelolaan manajemen dengan pemanfaatan teknologi. No Uraian Tabel 2.41 Realisasi Kinerja Urusan Persandian Tahun Rasio Pelayanan Persandian 100% 100% 100% 100% 100% 100% Sumber : Setda Kota Semarang, Urusan Kebudayaan Pada urusan Kebudayaan capaian perkembangannya tersaji dalam tabel 2.42 berikut ini. Tabel 2.42 Realisasi Kinerja Urusan Kebudayaan II-85

129 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Tahun Penyelenggaraan festival seni dan budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan Sumber : Disbudpar Kota Semarang, 2016 No Urusan Perpustakaan Pada Urusan Perpustakaan perkembangannya ditunjukkan pada tabel 2.43 berikut : Uraian Tabel 2.43 Realisasi Kinerja Urusan Perpustakaan Tahun Jumlah Perpustakaan Milik Pemerintah Daerah Jumlah Perpustakaan Milik Non Pemerintah Daerah Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun Persentase Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah 45,52 45,06 45,55 46,48 68,26 71,63 Sumber : Kantor Perpustakaan & Arsip Kota Semarang, 2016 Dari data pada tabel 2.43 diatas menunjukkan bahwa jumlah pengunjung perpustakaan per tahun terlihat menurun, hal ini dikarenakan metode yang digunakan untuk menentukan jumlah pengunjung perpustakaan di tahun 2015 tidak lagi mencantumkan jumlah pengunjung di rumah pintar Urusan Kearsipan Pada urusan Kearsipan yaitu Pengelolaan arsip secara baku dan Peningkatan SDM pengelola kearsipan. Kondisinya ditunjukkan sebagai berikut : II-86

130 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Tabel 2.44 Realisasi Kinerja Urusan Kearsipan Tahun Pengelolaan arsip secara baku 85,48 88,71 96,77 98,39 100,00 100,00 2 Persentase peningkatan SDM pengelola kearsipan 58,06 67,74 77,42 79,03 80,65 88,71 Sumber : Kantor Perpustakaan & Arsip Kota Semarang, Fokus Urusan Pilihan Urusan Kelautan dan Perikanan Pada urusan Kelautan dan Perikanan, secara rinci perkembangan pembangunan urusan Kelautan dan Perikanan per variabel dapat dilihat pada Tabel 2.45 berikut ini. Tabel 2.45 Realisasi Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan No Uraian 1 Produksi perikanan Produksi perikanan Tangkap (ton) Produksi perikanan Budidaya (ton) 2 Konsumsi ikan (kg/kapita/ thn) 3 Cakupan bina kelompok nelayan (klp) Tahun ,68 658,15 715, , , ,29 583, , , , , ,19 22,68 23,37 24,04 24,93 25,93 30, Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Semarang, 2016 II-87

131 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Urusan Pariwisata Pada urusan Pariwisata kondisinya ditunjukkan pada tabel 2.46 berikut ini : Tabel 2.46 Realisasi Kinerja Urusan Pariwisata No 1 2 Uraian Tahun Kunjungan wisata Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Urusan Pertanian Kondisi pada Urusan Pertanian tahun ditunjukkan sebagaimana tabel 2.47 berikut ini: Tabel 2.47 Realisasi Kinerja Urusan Pertanian No Uraian Produksi padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per (ton) Cakupan bina kelompok petani Produksi Komoditas Holtikultura Utama Lokal (ton) Produksi Komoditas Perkebunan (ton) Tahun Pendapatan Rumah Tangga Petani (Rp) Sumber : D. Pertanian Kota Semarang, Dari data tabel 2.47 terlihat produksi komoditas perkebunan yang menurun, hal ini disebabkan tuntutan dan perkembangan industri terkait banyaknya produk-produk hasil olahan dari kelapa sehingga para petani kelapa di Kota Semarang banyak yang menggantinya dengan tanaman buah-buahan seperti kelengkeng. II-88

132 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Urusan Perdagangan Pada urusan Perdagangan, perkembangannya dapat dilihat pada tabel 2.48 berikut ini : Tabel 2.48 Realisasi Kinerja Urusan Perdagangan No 1 2 Uraian Tahun Ekspor Bersih Perdagangan Cakupan bina kelompok pedagang/usaha 10% 15% 20% 25% 30% 35% informal Sumber : Disperindag dan Dinas Pasar Kota Semarang, Urusan Perindustrian Pembangunan urusan industri diarahkan untuk menumbuh kembangkan industri secara intensif dengan mengutamakan industri/usaha kecil dan menengah melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia. Perkembangan urusan industri dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu kontribusi sektor industri terhadap PDRB dan pertumbuhan industri. Perkembangan pelayanan pada urusan industri dapat dilihat dari perkembangan jumlah industri dan jumlah kelompok pengrajin yang ada di Kota Semarang. Jumlah industri yang ada di Kota Semarang, tahun 2014 sebesar unit, bertambah 32 dibandingkan tahun 2013 yang sebanyak unit. terdapat peningkatan sebesar 0,84% atau 30 unit usaha. Berdasarkan perkembangan urusan perindustrian terdapat lima variabel perkembangan, kelima variabel tersebut telah dicapai sesuai dengan target yang ditentukan. Variabel- variabel tersebut adalah sebagai berikut. No Uraian Tabel 2.49 Realisasi Kinerja Urusan Perindustrian Tahun Kontribusi kategori Industri 24,79 26,70 27,15 27,24 28,05 27,55 Pengolahan terhadap PDRB (atas dasar harga berlaku) 2 Kontribusi kategori Industri 24,78 25,49 25,96 26,45 26,66 26,34 Pengolahan terhadap PDRB (atas dasar harga konstan) 3 Pertumbuhan Industri Cakupan bina kelompok pengrajin II-89

133 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian 5 Berkembangnya industri kreatif terutama industri kecil/home industri Tahun IKM 163 IKM 160 IKM 163 IKM 395 IKM 6 Jumlah kluster industri Produksi dan transaksi penjualan IKM 8 Peningkatan penataan struktur IKM 9 Penataan kawasan sentrasentra industri potensial 478 IKM 1,62% 2,56% 5,26% 4,00% 71,74% 81,06% 2,58% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 3,00% 2 sentra Sumber : Disperindag Kota Semarang, sentra 8 sentra 12 sentra 16 sentra 20 sentra Fokus Fungsi Penunjang Fungsi penunjang yang menjadi kewenangan daerah meliputi fungsi Perencanaan, Keuangan, Kepegawaian serta Pendidikan dan Latihan, Penelitian dan Pengembangan; serta Fungsi Lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. A. Perencanaan Dalam fungsi perencanaan, ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan serta dokumen perencanaan teknis strategis merupakan salah satu kinerja yang harus dilaksanakan. Selama tahun pelaksanaan fungsi Perencanaan menghasilkan kinerja sebagai berikut : Tabel 2.50 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Perencanaan No 1 Uraian Tersedianya dokumen RKPD yang telah ditetapkan dg Perwal tepat waktu Tahun Kesesuaian Program RPJMD dengan Program RKPD (%) Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2016 N/A 81,48 87,77 88,51 92,05 89,69 B. Penelitian dan Pengembangan Tujuan yang akan dicapai Pemerintah dalam fungsinya sebagai fungsi Penelitian dan Pengembangan yaitu untuk mencapai kualitas II-90

134 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH perencanaan berbasis penelitian dan pengembangan yang salah satu caranya melalui semakin berkembangnya jejaring /network dengan stakeholder lain yang terkait (pemerintah, swasta, akademisi). Untuk mewujudkan hal tersebut terdapat beberapa kendala antara lain masih terdapatnya kesenjangan antara implementasi dan kebijakan dan belum optimalnya data/informasi dan hasil-hasil kajian penelitian dan pengembangan serta inovasi daerah. Selama tahun pelaksanaan fungsi Penelitian dan Pengembangan menghasilkan kinerja sebagai berikut: Tabel 2.51 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Penelitian dan Pengembangan No 1 Uraian Jumlah Penelitian yang dilaksanakan oleh bid.litbang Bappeda Tahun Sumber : Bappeda Kota Semarang, 2016 C. Keuangan Belum optimalnya upaya peningkatan sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan dan aset daerah, Masih terdapat sarana prasarana yang belum sesuai standar, Belum optimalnya pengelolaan aset, Belum optimalnya tingkat akuntabilitas pelaporan keuangan Instansi Pemerintah, Belum optimalnya pelaksanaan pendataan, pengawasan dan pemeriksaan pajak daerah, Penerapan Analisis Standar Belanja (ASB) masih belum optimal. Tabel 2.52 Realisasi Kinerja Fungsi Penunjang Keuangan No 1 Uraian Persentase Realisasi PAD terhadap Realisasi Pendapatan Daerah (%) Tahun ,20 25,39 30,77 33,11 35,96 36,71 Sumber : DPKAD Kota Semarang, 2016 D. Kepegawaian serta Pendidikan dan Pelatihan Kurang optimalnya kinerja aparatur terhadap pelayanan masyarakat, Belum optimalnya penerapan SOP pelayanan, Belum meratanya persebaran pegawai di II-91

135 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH setiap Perangkat Daerah dari segi jumlah maupun kualitas, Belum maksimalnya integrasi antara sistem informasi kepegawaian dengan data kompetensi pegawai, Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan aparatur jabatan fungsional, Disiplin aparatur masih perlu ditingkatkan, Kualitas mental dan pola pikir aparatur perlu ditingkatkan, Masih belum mencukupinya jumlah pegawai dan kompetensi pegawai, Tingkat pemahaman hukum masyarakat dan aparatur masih perlu ditingkatkan, Masih adanya SOTK yang tumpang tindih dengan Perangkat Daerah lain. E. Fungsi Lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan Untuk fungsi-fungsi lain yang tidak termasuk kedalam fungsi pelayanan dasar wajib, non wajib maupun pilihan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan akan ditangani oleh perangkat daerah yaitu Sekretariat DPRD, Inspektorat serta Sekretariat Daerah. Masalah yang harus ditangani antara lain belum optimalnya pelaksanaan legislasi daerah, belum maksimalnya sistem pengendalian Internal yang dilakukan secara prosedural, Upaya pengawasan masih perlu ditingkatkan. Adapun terkait dengan tingkat efektivitas pengawasan fungsional atas penyelenggaraan pemerintahan daerah, dapat dilihat dari opini yang diberikan oleh BPK atas pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah. Semakin tinggi tingkat opini yang diberikan oleh BPK menunjukkan semakin efektifnya pelaksanaan pengawasan fungsional dalam penyelenggaraan pemerintah daerah No Tabel 2.53 Realisasi Kinerja Fungsi Lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Uraian Tahun Opini BPK atas pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah WDP WDP WDP WTP WTP WDP 2 Jumlah Raperda yang diselesaikan 26 perda 26 perda 14 perda 12 perda 11 perda 10 perda Sumber : Inspektorat, Set. DPRD Kota Semarang, Fokus Urusan Pemerintahan Umum Urusan pemerintahan umum di daerah lebih menyangkut kepada halhal yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa & bernegara termasuk diantaranya kehidupan berpolitik. Menurunnya penerapan nilai-nilai II-92

136 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH kebangsaan/nasionalisme, gotong royong, budi pekerti, dan kesetiakawanan sosial di kalangan masyarakat serta belum optimalnya pengawasan dan pendataan terkait dengan pendidikan ideologi asing, dan organisasi sosial politik masyarakat masih sering menjadi simpul-simpul masalah yang berkembang di masyarakat, Pada urusan Pemerintahan Umum ini merupakan pelaksanaan kegiatan dalam hal politik yang menyangkut Pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP dan yang ditunjuukan pada tabel berikut ini: No Tabel 2.54 Realisasi Kinerja Urusan Pemerintahan Umum Uraian Tahun Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas N/A dan OKP 2 Kegiatan pembinaan politik daerah N/A Sumber : Kesbangpol Kota Semarang, ASPEK DAYA SAING DAERAH Daya saing daerah adalah kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan dengan provinsi dan kabupaten/kota lainnya yang berdekatan, nasional atau internasional. Aspek daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah atau infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Kebutuhan makanan merupakan kebutuhan utama, sehingga kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut akan semakin meningkat. Namun kebutuhan ini mempunyai titik jenuh, sehingga pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi pengeluaran akan dialihkan ke kebutuhan lain. Oleh karena itu persentase pengeluaran makanan dan non makanan dapat dijadikan sebagai indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Besarnya konsumsi untuk makanan menandakan bahwa sebagian besar penduduk masih mementingkan kebutuhan pokok. II-93

137 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Pengeluaran konsumsi rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 2.55 dibawah ini : No A B Tabel 2.55 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Kota Semarang Tahun Kelompok Barang Rata-rata Pengeluaran Konsumsi (Ribu Rp) Distribusi Pengeluaran Konsumsi (%) Tahun ,19 305,35 329,82 399,23 426,31 1 Padi-padian 14,37 11,62 12,54 10,85 10,41 2 Umbi-umbian 0,59 0,36 0,22 0,31 0,32 3 Ikan / udang / cumi / kerang 4,84 5,04 5,69 4,87 4,45 4 Daging 4,70 4,59 5,74 5,07 4,44 5 Telur dan Susu 9,15 8,23 7,18 7,61 8,21 6 Sayur-sayuran 5,65 6,47 5,67 6,49 5,71 7 Kacang-kacangan 4,43 3,32 3,32 2,96 2,96 8 Buah-buahan 4,04 6,23 5,75 5,55 5,86 9 Minyak dan Lemak 2,92 3,26 3,90 2,61 2,47 10 Bahan Minuman 3,22 3,14 1,87 2,99 2,95 11 Bumbu-bumbuan 1,90 1,43 1,20 1,08 1,09 12 Konsumsi Lainnya 3,31 1,96 2,48 1,92 1,90 13 Makanan dan Minuman Jadi 31,31 36,70 35,33 38,21 39,84 14 Tembakau dan sirih 9,57 7,64 9,12 9,49 9,39 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita Semakin tinggi pendapatan masyarakat maka relatif tinggi pengeluaran masyarakat untuk kebutuhan non pangan, hal ini terjadi pada masyarakat Kota Semarang. Sebagaimana gambaran kondisi yang ditunjuukan pada tabel di bawah ini. II-94

138 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No A B 1 Tabel 2.56 Pengeluaran Konsumsi Non Pangan Rumah Tangga Per Kapita Kota Semarang Tahun Kelompok Barang Rata-rata Pengeluaran Konsumsi (Ribu Rp) Distribusi Pengeluaran Konsumsi (%) Perumahan dan Fasilitas Rumah tangga Tahun ,35 444,56 430,83 671,24 631,91 51,29 40,50 45,50 36,51 37,59 2 Aneka Barang dan Jasa 33,06 38,78 38,74 38,69 39, Kesehatan 4,67 6,32 12,11 13,05 7,85 - Pendidikan 10,10 10,99 10,35 9,04 10,23 - Lainnya 18,29 21,48 16,27 16,60 21,76 Pakaian, Alas kaki dan Tutup Kepala 3,92 4,19 3,42 4,53 4,66 4 Barang Tahan Lama 6,02 8,29 6,05 10,32 8,29 5 Pajak, Pungutan dan Asuransi 4,39 4,39 2,63 5,93 5,47 6 Keperluan Pesta dan Upacara / Kenduri 1,32 3,84 3,67 4,01 4,15 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Fokus Fasilitas Wilayah / Infrastruktur Ketersediaan fasillitas wilayah / infrastruktur Kota Semarang meliputi aksesibilitas wilayah, penataan wilayah, ketersediaan air minum, ketersediaan fasilitas listrik dan telepon, fasilitas perdagangan dan jasa serta ketersediaan fasilitas lainnya. Ketersediaan infrastruktur yang memadai merupakan salah satu daya tarik Kota Semarang dalam meningkatkan daya saing daerah Aksesbilitas Daerah Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan Selatan (Jogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Kondisi infrastruktur merupakan unsur penting yang perlu mendapatkan perhatian agar dapat berfungsi dengan optimal. Dalam mendukung aksesibilitas, panjang jalan yang dikelola oleh Pemerintah Kota Semarang sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar II-95

139 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH km. Daya saing lainnya di bidang Sarana prasarana perhubungan adalah dimilikinya pelabuhan udara/laut, terminal bus, stasiun kereta api yang mampu menghubungkan seluruh kota di Indonesia. Kota Semarang selain merupakan ibu kota Provinsi Jawa Tengah, juga merupakan jalur perlintasan dari wilayah barat (Jakarta) menuju wilayah Timur (Surabaya) dan Selatan (Yogyakarta) atau sebaliknya sehingga Kota Semarang merupakan penopang jalur distribusi perekonomian Jawa Tengah. Ketersediaan sarana yang memadai dalam mendukung aksesibilitas daerah di Kota Semarang antara lain: 1) Sarana jalan di Kota Semarang terdiri dari Jalan Nasional, Provinsi dan Pemerintah Kota Tahun 2014 dengan panjang total sepanjang 2.690,34 km dengan rasio panjang jalan dengan rasio kondisi jalan baik mencapai di atas 55% dan rasio jalan rusak ringan mencapai 40%. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.57 Profil Kondisi Jalan Kota Di Kota Semarang Tahun 2010 & 2015 Tahun 2010 Tahun 2015 No Kecamatan Baik (m) Kondisi Jalan Sedang (m) Rusak (m) Baik (m) Kondisi Jalan Sedang (m) Rusak (m) 1. Banyumanik Candisari Gajahmungkur Gayamsari Genuk Gunungpati Mijen Ngaliyan Pedurungan Smg Barat Smg Selatan Smg Tengah Smg Timur Smg Utara Tembalang Tugu TOTAL PANJANG (m) (km) Sumber : Dinas Bina Marga Kota Semarang, 2015 II-96

140 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2) Data jembatan sampai dengan tahun 2015 terdata sebanyak 200 buah atau sepanjang meter. Dan yang kondisinya terdata secara detil masih sejumlah 33 buah dengan perincian data jembatan dalam kondisi baik sekali sejumlah 20 buah dan kondisi jembatan yang rusak ringan sejumlah 12 buah. Sumber: binamarga.semarangkota.go.id/simojan. 3) Bandar Udara Internasional Ahmad Yani yang dapat melayani penumpang domestik antar pulau juga dapat melayani penumpang internasional. Pada tahun 2015 jumlah kedatangan penumpang dari pintu domestik mencapai penumpang meningkat dari tahun 2014 sebesar penumpang, sedangkan dari sektor keberangkatan mencapai penumpang meningkat dibanding tahun 2014 dengan jumlah penumpang. Sedangkan jika dilihat dari pintu kedatangan internasional mencapai penumpang, meningkat dibandingkan tahun 2014 lalu yaitu sebanyak penumpang. Tabel 2.58 Arus Lalu Lintas Angkutan Udara Domestik Pesawat, Penumpang, Bagasi Barang / Cargo dan Pos Paket di Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang Tahun N o Uraian Pesawat Datang Pesawat Berangkat Penumpang Datang Penumang Berangkat Penumpang Transit Bagasi Bongkar Bagasi Muat Barang Bongkat Bagasi Muat Tahun Satuan Buah Buah Orang Orang Orang Kg Kg Kg Kg Sumber : PT ( Persero ) Angkasa Pura I Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2015 II-97

141 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.59 Arus Lalu Lintas Angkutan Udara Internasional Pesawat, Penumpang, Bagasi Barang / Cargo dan Pos Paket di Bandar Udara Ahmad Yani Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun Satuan Pesawat Datang Pesawat Berangkat Penumpang Datang Penumang Berangkat Penumpang Transit Bagasi Bongkar Buah Buah Orang Orang Orang Kg 7. Bagasi Muat Kg 8. Barang Bongkat Kg 9. Bagasi Muat Kg Sumber : PT ( Persero ) Angkasa Pura I Bandar Udara Ahmad Yani Semarang, Badan Pusat Statistik Kota Semarang, ) Pelabuhan Tanjung Emas yang merupakan pelabuhan pelayaran nusantara untuk melayani penumpang kapal antar Provinsi, namun demikian beberapa kapal pesiar internasional juga dapat singgah dipelabuhan ini. Selain itu pelabuhan Tanjng Emas juga untuk melayani angkutan barang yaitu dengan adanya Terminal Peti Kemas untuk melayani bongkar muat muatan baik nasional maupun internasional. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan kapal untuk pelayaran nusantara mencapai kapal, untuk pelayaran rakyat mencapai 546 kapal, untuk pelayaran khusus (non pelayaran) sejumlah 152 kapal, untuk pelayaran luar negri mencapai sebesar 679 kapal. II-98

142 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No 1. Tabel 2.60 Banyaknya Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat Barang Di Pelabuhan Laut Tanjung Emas Semarang Tahun Uraian Pelayaran Nusantara - Kunjungan Kapal - Bongkar Barang - Muat Barang 2. Pelayaran Rakyat - Kunjungan Kapal - Bongkar Barang - Muat Barang Tahun Satuan Kapal Ton 3. Pelayaran Khusus (Non Pelayaran) - Kunjungan Kapal - Bongkar Barang - Muat Barang 4. Pelayaran Luar Negeri - Kunjungan Kapal - Bongkar Barang - Muat Barang Ton Kapal Ton Ton Kapal Ton Ton Kapal Ton Ton Sumber : Administrator Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan BPS Kota Semarang, ) Terminal bus untuk melayani angkutan bus didalam kota, antar kota bahkan antar Provinsi. Beberapa terminal di Kota Semarang berdasarkan tipe pelayanan yaitu: Tipe A terminal berada di Kelurahan Mangkang Kulon Kecamatan Tugu, terminal penumpang B di kelurahan Terboyo Kecamatan Genuk dan Terminal tipe B penggaron di kecamatan Pedurungan. Terminal dengan Tipe C yaitu di kelurahan Cangkiran kecamatan Mijen, di kelurahan Cepoko Kecamatan Gunungpati, di Kelurahan Tanjung Mas kecamatan Semarang Utara dan Meteseh Kecamatan Tembalang. II-99

143 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.61 Arus Lalu Lintas Penumpang dan Bus yang Masuk di Terminal Terboyo Kota Semarang Tahun Tahun No Uraian Penumpang Jurusan Barat Satuan - Naik Orang - Turun Orang 2. Penumpang Jurusan Timur - Naik Orang - Turun Orang 3. Penumpang Jurusan Selatan Naik Orang - Turun Orang Jumlah Bus Antar Provinsi Jumlah Bus Antar Provinsi Buah Buah Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 No 6) Stasiun kereta api di Kota Semarang untuk melayani angkutan penumpang dan barang. Untuk pelayanan angkutan kelas Eksekutif dan Bisnis pelayanan di utamakan di Stasiun Tawang, sedangkan pelayanan angkutan penumpang kelas ekonomi dan bisnis dipusatkan di Stasiun Poncol. Uraian 1. Kelas Eksekutif Tabel 2.62 Banyaknya Penumpang Kereta Api Melalui PT KA (Persero) Daerah Operasi IV Kota Semarang Tahun Tahun Satuan - Argo Sindoro Orang - Argo Muria Orang - Kamandanu Orang - Harina Orang - Rajawali Orang - Argobromo Anggrek Orang II-100

144 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Tahun Satuan - Sembrani Orang - Gumarang Orang - Bangunkarta Orang - Kaligung Mas Orang - Cepu Ekpres Orang - Blora Jaya Orang 2. Kelas Bisnis - Fajar Utama Orang - Senja Utama Orang - Harina Orang - Gumarang Orang - Rajawali Orang - Senja Kediri Orang - Kaligung Mas Orang - Blora Jaya Orang 3. Kelas Ekonomi - Tawangjaya Orang - KBL Bergigi Orang - Tegal Arum Orang - Kertajaya Orang - Matarmaja Orang - Brantas Orang Sumber : BPS Kota Semarang, 2016 Tabel 2.63 Perkembangan Jumlah Ijin Trayek Di Kota Semarang Tahun No Jenis Transportasi Tahun Satuan 1. Izin Trayek antarkota antarprovinsi 2. Izin Trayek perkotaan 3. Izin Trayek Perdesaan Trayek Trayek Trayek II-101

145 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Jenis Transportasi 4. Jumlah Izin Trayek Tahun Satuan Trayek Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informasi, 2016 No Tabel 2.64 Perkembangan Persentase Pemasangan Rambu-Rambu Di Kota Semarang Tahun Uraian Pemasangan Rambu-Rambu Jumlah Rambu-Rambu Yang Seharusnya Tersedia Persentase Pemasangan Rambu-Rambu Tahun Satuan Unit Unit 87,50 76,00 60,00 70,59 100,00 100,00 Persen Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informasi, 2016 No Tabel 2.65 Perkembangan Wartel / Warnet dan Jumlah Peralatan Komunikasi Di Kota Semarang Tahun Jenis Transportasi Tahun Satuan 1. Jumlah Wartel SST 2. Jumlah Warnet Unit 3. Jumlah menara telekomunikasi : Pemancar televisi Unit Pemancar radio Unit BTS Unit 4. Jumlah Tower Unit Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informasi, Penataan Wilayah Peraturan Daerah Kota Semarang 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang tahun Adapun tujuan penataan ruang di Kota Semarang adalah Mewujudkan Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa skala nasional yang II-102

146 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH mempertimbangkan keserasian fungsi pelayanan regional dan lokal. Tujuan penataan ruang Kota Semarang dapat tercapai dengan menerapkan beberapa kebijakan dan strategi penataan ruang Kota Semarang sebagai berikut: 1. Kebijakan & Strategi Pengembangan Struktur Ruang Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang Kota Semarang dilakukan melalui: A. Kebijakan dan strategi pengembangan fungsi regional dan nasional meliputi: 1) Kebijakan peningkatan peranan Kota Semarang sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Tengah melalui peningkatan fasilitas transportasi Darat, Laut dan Udara. 2) Kebijakan pembukaan potensi investasi perdagangan, jasa, dan industri melalui penyediaan kawasan strategis pada koridor Jalan Siliwangi-Kawasan Pusat Kota-Jalan Kaligawe dan Jalan Majapahit. 3) Kebijakan pengembangan fungsi jasa perhotelan dan convention centre sebagai pendukung tumbuhnya kegiatan ekonomi skala regional, nasional dan internasional di kawasan atas dengan dukungan alam yang hijau dan nyaman. B. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan metropolitan Semarang meliputi: 1) Kebijakan perwujudan kondisi ruang kota yang mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi sebagai simpul perkembangan nasional dan regional, dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berdaya saing global. 2) Kebijakan pengembangan ruang kota yang memacu perkembangan potensi pusat perkembangan regional segitiga Semarang, Solo dan Jogyakarta (JOGLOSEMAR). 3) Menciptakan kondisi ruang kota yang mampu mendorong keterikatan dan pengembangan timbal balik dengan kawasan metropolitannya (KEDUNGSAPUR). C. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur pelayanan kegiatan Kota Semarang meliputi: 1) Kebijakan pemantapan pelayanan fungsi primer. 2) Kebijakan pengembangan pelayanan fungsi sekunder. II-103

147 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 3) Pengembangan pelayanan perbatasan 2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kebijakan dan strategi pola ruang meliputi kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya. A. Kebijakan peningkatan pengelolaan Kawasan Lindung meliputi: 1) Mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi. 2) Pelestarian dan perlindungan kawasan cagar budaya yang ditetapkan dari alih fungsi. 3) Peningkatan penyediaan dan kualitas Ruang Terbuka Hijau (RTH). B. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya meliputi: 1) Pengendalian alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan rencana tata ruang. 2) Mewujudkan pemanfaatan ruang yang effisen dan kompak. 3) Peningkatan pengelolaan kawasan pesisir. 4) Pengarahan jenis pengembangan kegiatan industri dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan perkotaan Ketersediaan Air Minum Untuk pelayanan umum terhadap fasilitas air minum di Kota Semarang dapat dikatakan mengalami peningkatan lebih baik. Jumlah pemakaian air melalui PDAM kota Semarang pada tahun 2015 tercatat 45,99 juta M3. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami kenaikan sebesar 3,39 %. Pemakaian terbanyak terdapat pada pelanggan Rumah Tangga sebanyak 37,50 juta M3 atau sekitar 81,52 % dari seluruh pemakaian air minum. Kalau dilihat dari jumlah pelanggan / sambungan, mengalami peningkatan sebesar 5,53 % dari tahun sebelumnya. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.66 II-104

148 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.66 Perkembangan Banyaknya Pelanggan, Pemakaian & Penjualan Air Minum PDAM Tahun No Uraian Jumlah Pelanggan Pemakaian Air ( Ribu M 3 ) Penjualan Air ( Juta Rp ) , , , , , , , , , , ,48 Sumber : BPS Kota Semarang, 2016; Kota Semarang Dalam Angka Fasilitas Listrik dan Telepon Perkembangan jaringan telekomunikasi beberapa tahun terakhir cukup menggembirakan, terlihat dengan banyaknya satuan sambungan yang dipasarkan kepada masyarakat. Jika dilihat dari sebaran tiap kecamatan yang ada, maka jaringan telepon telah menjangkaunya seluruh kelurahan yang ada di tiap-tiap kecamatan. Ketersediaan daya listrik sangat memungkinkan bagi pengembangan investasi. Sedangkan untuk fasilitas telepon seiring dengan perkembangan teknologi untuk jaringan tetap (jaringan telepon lokal, SLI, SLJJ, dan tertutup) mengalami kecenderungan menurun. Tetapi untuk jaringan bergerak yakni satelit dan telepon seluler mengalami perkembangan cukup pesat. Jangkauan komunikasi saat ini tidak menjadi suatu permasalahan, melalui layanan jaringan bergerak yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia jaringan telepon antara lain Telkomsel, Indosat, XL, Axis, Tri, dll pelanggan secara cepat dapat menggunakannya. Secara lengkap dapat dilihat tabel 2.67 Tabel 2.67 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Daya Tersambung Listrik Di Kota Semarang Tahun No Uraian Jumlah Pelanggan Daya Tersambung Rumah tangga pengguna listrik (unit Tahun N/A N/A *) *) *) II-105

149 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Juml Rumah Tangga Rasio Elektrifikasi (RE) Tahun ,44 79,26 81,99 83,86 87,10 86,08 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Ket : *) Data sangat sangat sementara/ data tahun sebelumnya No Tabel 2.68 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Telepon Seluler (HP) Di Kota Semarang Tahun ( Persen ) Uraian Rumah Tangga Memiliki Telepon Seluler (HP) Rumah Tangga Tidak Memiliki Telepon Seluler (HP) Sumber : Hasil SUSENAS BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015 Tahun *) 86,07 89,71 93,99 94,90 95,01 95,01 13,93 10,29 6,01 5,10 4,99 4,99 Ket. : *). Data sangat sangat sementara / Data tahun sebelumnya Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kota Semarang sebagai kota perdagangan dan jasa, dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas hotel, penginapan, restoran/rumah makan, pasar modern dan pasar tradisional. Sampai dengan tahun 2014 jumlah fasilitas perdagangan dan jasa mengalami peningkatan, jumlah restoran / rumah makan / kedai sebanyak 434 buah. Perkembangan fasilitas perdagangan dan jasa di Kota Semarang pada tahun 2014 mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah hotel sebanyak 40 buah dan Restoran / rumah makan sebanyak 236 buah. Jumlah hotel berbintang sebanyak 54 buah; hotel non bintang 70 buah, jumlah industri sebanyak buah; pasar tradisional sebanyak 50 buah; pasar lokal sebanyak 23 buah. Disamping itu juga terdapat fasilitas pendidikan, tempat wisata alam dan wisata buatan. Hal ini menunjukkan bahwa Kota Semarang memilki daya tarik bagi investor untuk investasi dan para wisatawan baik domestik maupun manca negara untuk berkunjung di Kota Semarang. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.67 dibawah ini : II-106

150 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.69 Perkembangan Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan / Hotel Di Kota Semarang Tahun No Uraian Tahun Satuan 1. Hotel bintang 5 a. Jumlah Hotel Buah b. Jumlah kamar Kamar Jumlah tempat c Buah tidur 2. Hotel bintang 4 a. Jumlah Hotel Buah b. Jumlah kamar Kamar Jumlah tempat c Buah tidur 3. Hotel bintang 3 a. Jumlah Hotel Buah b. Jumlah kamar Kamar Jumlah tempat c Buah tidur 4. Hotel bintang 2 a. Jumlah Hotel Buah b. Jumlah kamar Kamar Jumlah tempat c Buah tidur 5. Hotel bintang 1 a. Jumlah Hotel buah b. Jumlah kamar kamar Jumlah tempat c buah tidur 6. Hotel Melati a. Jumlah Hotel buah 7. b. Jumlah kamar kamar Jumlah tempat c buah tidur Jumlah total penginapan buah Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2015 Tabel 2.70 Perkembangan Jumlah Restoran dan Rumah Makan Di Kota Semarang Tahun No Jenis Usaha Tahun Satuan 1. Restoran buah 2. Rumah Makan buah II-107

151 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Jenis Usaha Tahun Satuan 3. Bar buah 4. Cafe buah Jasa Boga Catering Pusat Penjualan Makanan buah buah 7. Panti Pijat buah 8. Karaoke buah 9. Spa buah 10. Klub Malam buah Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2016 Tabel 2.71 Perkembangan Jumlah Obyek Wisata Di Kota Semarang Tahun No 1. a. b. c Uraian Jumlah Obyek Wisata Obyek Wisata Alam Obyek Wisata Budaya Obyek wisata buatan Tahun Satuan buah buah buah buah Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, 2016 No Tabel 2.72 Perkembangan Jumlah Industri Kota Semarang Tahun Uraian Tahun *) 1. Jumlah Industri Industri Kecil Formal Industri Kecil Non Formal Industri Menengah Industri Besar Sumber : Dinas Perindustrian & Perdagangan Kota Semarang, 2015 Ket. : *). Data sangat sangat sementara II-108

152 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Tabel 2.73 Perkembangan Jumlah Pasar Di Kota Semarang Tahun Tahun *) Satuan 1. Pasar Tradisional buah 2. Pasar Lokal buah 3. Pasar Regional buah 4. Pasar Swalayan / Supermarket / Toserba buah 5. Hipermarket buah 6. Pasar Grosir buah 7. Mal/Plaza buah 8. Pertokoan/Warung/Kios buah Sumber : Sistem Informasi Pembangunan Daerah (SIPD) Kota Semarang dan Dinas Pasar Kota Semarang, 2015 Ket. : *). Data sangat sangat sementara No Uraian Tabel 2.74 Perkembangan Fasilitas Pendidikan Di Kota Semarang Tahun Tahun Satuan 1. Jumlah PAUD (SPS) buah Negeri Swasta Jumlah Taman Kanakkanak (TK) buah Negeri Swasta Jumlah RA/BA Jumlah Sekolah Dasar (SD) buah Negeri Swasta Jumlah MI Negeri Swasta Jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) buah Negeri Swasta Jumlah MTs Negeri Swasta Jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) buah Negeri II-109

153 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Tahun Satuan Swasta Jumlah MA Negeri Swasta Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) buah Negeri Swasta Jumlah Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) buah Negeri Swasta Jumlah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) buah Negeri Swasta Sumber : Dinas Pendidikan Kota Semarang, 2016 No Uraian 1. Rumah Sakit Umum : Tabel 2.75 Perkembangan Fasilitas Kesehatan Di Kota Semarang Tahun Tahun Satuan a. Rumah Sakit Swasta buah b. c. d. e. Rumah Sakit Umum Daerah Rumah Sakit Umum Pusat Rumah Sakit TNI / POLRI Rumah Sakit Khusus, terdiri dari : buah buah buah buah - RS Jiwa buah - RS Bedah Plastik buah - Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA ) - Rumah Sakit Bersalin ( RSB ) Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA Puskesmas, terdiri dari : buah buah buah buah a. Puskesmas Perawatan buah b. Puskesmas Non Perawatan buah 4. Puskesmas Pembantu buah II-110

154 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Tahun Satuan 5. Puskesmas Keliling buah 6. Posyandu yang ada buah 7. Posyandu Aktif buah 8. Apotik buah 9. Laboratorium Kesehatan Swasta buah 10. Klinik Spesialis buah 11. Klinik 24 Jam buah 12. Toko Obat buah 13. BP Umum buah 14. BP Gigi buah Dokter Umum Praktek Swasta Dokter Spesialis swasta buah buah 17. Dokter gigi swasta buah Sumber : Profil Kesehatan Kota Semarang, Iklim Berinvestasi Daya tarik investor untuk memanamkan modalnya sangat dipengaruhi faktor-faktor seperti tingkat suku bunga, kebijakan perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong berkembangnya investasi antara lain kemudahan proses perijinan. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.76 Perkembangan Investasi Kota Semarang Tahun No Uraian Satuan a Jumlah Investor Dalam Negeri (PMDN) Jumlah Investor Asing (PMA) Jumlah Investasi Jumlah Investasi PMDN Investor Investor 357,82 997, , , , ,52 150,63 437, , , , ,51 Milyar Rp. MIlyar Rp. II-111

155 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Satuan b Jumlah Investasi PMA 207,19 559, , , , ,01 Sumber : Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang (data diolah), 2015 Milyar Rp Keamanan dan Ketertiban 1. Kondisi keamanan dan ketertiban Kota Semarang relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan kejahatan kriminalitas, unjuk rasa dan mogok kerja yang merugikan dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh aparatur Pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungannya. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel dibawah ini : No Tabel 2.77 Perkembangan Jumlah Kriminalitas dan Jumlah Unjuk Rasa / Demostrasi a. Uraian Jumlah Kriminalitas Tindak Pidana Menonjol (Crime Index) Pencurian dgn pemberatan Di Kota Semarang Tahun Tahun Satuan kasus kasus b. Pencurian ranmor kasus c. d. Pencurian dgn kekerasan Penganiayaan berat kasus kasus e. Pembunuhan kasus f. Perkosaan kasus g. Kenakalan remaja kasus h. Uang palsu kasus i. Narkotika kasus j. Perjudian kasus k. Pemerasan / Ancaman N/A N/A kasus l. Lainnya kasus II-112

156 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2. No Uraian Jumlah Aksi Unjuk Rasa / Demonstrasi Tahun Satuan a. Jumlah Aksi Aksi b. Jumlah Peserta orang Sumber : BPS Kota Semarang dan Kantor Salpol PP & Linmas Kota Semarang, Kemudahan Perijinan Bahwa dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan perijinan yang berkelanjutan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraannya. Untuk itu telah dilakukan survey kepuasan masyarakat sebagai alat ukur yang komprehensif kegiatan tentang tingkat kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan. Ruang lingkup survey kepuasan masyarakat tersebut antara lain: persyaratan, prosedur, waktu pelayanan, biaya, produk layanan, kompetensi pelaksana, perilaku pelaksana, maklumat pelayanan serta penangan pengaduan. Adapun hasil survey kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang telah dilakukan dapat dilihat secara lengkap dapat dilihat pada tabel 2.76 dibawah ini : Tabel 2.78 Capaian Survey Kepuasan Masyarakat Pada BPPT Kota Semarang Tahun No Uraian Satuan Survey 1 Kepuasan Masyarakat 79,5 99, ,21 76,42 72,19 % Sumber : Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang, 2015 Tabel 2.79 Perkembangan Jumlah Ijin Di Kota Semarang Tahun No Uraian Bidang Ekonomi 2. a. Jumlah Total Pengajuan b. Jumlah Ijin Yang Terbit Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) a. Jumlah Total Pengajuan b. Jumlah Ijin Yang Terbit II-113

157 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH No Uraian Bidang Pembangunan a. Jumlah Total Pengajuan b. Jumlah Ijin Yang Terbit Sumber : Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Semarang, 2015 No Pengenaan Pajak Daerah Pajak Daerah adalah PAD yang tarifnya diatur dengan Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang. Pengelolaan Pajak dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kota Semarang. Rincian Pajak Daerah ditunjukkan sebagaimana tabel di bawah ini : Uraian 1 Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 7 Pajak Parkir 8 9 Pajak Air Tanah Pajak Sarang Burung Walet Tabel 2.80 Pajak Daerah Kota Semarang Tahun Tahun Pajak BPHTB Pajak PBB PAJAK DAERAH Sumber : Data Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Semarang Tahun 2016 II-114

158 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Fokus Sumber Daya Manusia Rasio Ketergantungan Sejak tahun 2010 hingga 2015, angka rasio ketergantungan mengalami pergerakan yang fluktuatif. Sempat mengalami penurunan di tahun 2011, namun kembali meningkat sampai dengan tahun Secara numerik dapat dilihat dengan angka ketergantungan yang berada di bawah 50. Artinya penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sedikit penduduk usia non produktif (<15 dan >64 tahun).; dimana kualitas penduduk (baik tingkat pendidikan, skill, profesionalitas dan kreativitas) mampu menekan beban ketergantungan sampai tingkat terendah yang berguna untuk mendongkrak pembangunan ekonomi. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.81 Rasio Ketergantungan Kota Semarang Tahun N o 1 Uraian Penduduk Usia < 15 th (ribu jiwa) Tahun Penduduk Usia > 15 th & < 65 th (ribu jiwa) Penduduk Usia > 65 th (ribu jiwa) Jumlah Penduduk (ribu jiwa) Rasio Ketergantungan(%) 39,57 39,29 39,65 39,72 39,77 39,80 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Rasio Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tetinggi yang Ditamatkan Rasio penduduk usia 5 tahun ke atas yang bekerja menurut pendidikan yang ditamatkan selama empat tahun terakhir yang paling dominan adalah lulusan SD ke bawah. Secara keseluruhan sejak Tahun rasio lulusan SD ke bawah, SMP, maupun DI/II/III dan Universitas mengalami penurunan persentase jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini : II-115

159 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.82 Rasio Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun ( Persen ) No Uraian Tahun Sekolah Dasar Ke Bawah 46,47 46,34 46,27 46,20 45,81 49,81 2 Sekolah Menengah Pertama 18,93 18,88 18,85 18,82 18,66 20,29 3 Sekolah Menengah Atas 19,69 19,64 19,61 19,58 19,42 21,11 4 Diploma I / II / III dan Universitas Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, ,21 8,18 8,17 8,16 8,09 8, Rasio Penduduk yang Bekerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan Rasio penduduk yang bekerja menurut pendidikan yang ditamatkan selama empat tahun terakhir yang paling dominan adalah agregat lulusan SD/MI dan SMP. Secara keseluruhan sejak Tahun rasio lulusan SD ke bawah, SMP, SMA maupun DI/II/III dan Universitas mengalami pergerakan yang fluktuatif jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.83 Rasio Penduduk Yang Bekerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun ( Persen ) No Uraian Tahun SD Ke bawah 20,87 20,61 20,13 14,36 14,36 14,36 2 SMP 21,27 21,44 25,54 22,63 22,63 22,63 3 SMA 33,20 32,44 32,11 36,55 36,55 36,55 4 D.I / D.II / D.III dan Universitas Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, ,67 25,52 22,22 26,46 26,46 26, Rasio Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Distribusi persentase jumlah penduduk kota semarang paling banyak berada di pekerjaan buruh industri yang selam 5 tahun berada di kisaran 25 persen. Dan peringkat kedua dan ketiga terbesar adalah PNS & TNI / Polri sebesar 13 % dan 12 %. Untuk pergerakan distribusi persentase selama tahun cenderung berfluktuatif. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut: II-116

160 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Tabel 2.84 Rasio Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kota Semarang Tahun ( Persen ) No Uraian Tahun Petani Sendiri 3,86 3,86 3,91 3,92 3,91 3,91 2 Buruh Tani 2,65 2,65 2,69 2,70 2,69 2,69 3 Nelayan 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 0,39 4 Pengusaha 7,79 7,79 7,72 7,73 7,72 7,72 5 Buruh Industri 25,67 25,67 25,65 25,54 25,65 25,65 6 Buruh Bangunan 12,02 12,02 12,02 12,04 12,02 12,02 7 Pedagang 12,58 12,58 12,51 12,53 12,51 12,51 8 Angkutan 3,73 3,73 3,71 3,72 3,71 3,71 9 PNS & TNI/Polri 13,79 13,79 13,76 13,78 13,76 13,76 10 Pensiunan 5,78 5,78 5,77 5,78 5,77 5,77 11 Lainnya 11,76 11,76 11,87 11,88 11,87 11,87 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2016 Hasil evaluasi dari pelaksanaan program pembangunan daerah dalam RPJMD tahun masih terdapat sebanyak 3 indikator atau 0,98% dengan capaian kurang baik. Urusan yang capaiannya tergolong kurang baik tersebut yaitu urusan pekerjaan umum, perhubungan, ketenagakerjaan, pemuda dan olahraga, dan urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian. Dari 3 indikator tersebut, sebanyak 2 indikator dengan status kinerja rendah yaitu (1) Tingkat pengendalian ruang wilayah strategis dan cepat tumbuh dalam kota, hal ini dikarenakan kondisi keterbatasan pemilikan lahan di dalam kota untuk pengembangan wilayah; (2) Tingkat kinerja lembaga perwakilan rakyat dalam pelaksanaan fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan, hal ini disebabkan oleh dinamika perubahan regulasi perundangan dari Pemerintah Pusat yang terlalu berdampak terhadap kebijakan di pemerintah kota khususnya dalam penyusunan peraturan daerah. Kemudian dari 3 indikator tersebut, 1 indikator dengan status kinerja sangat rendah yaitu Jumlah LPJU baru yang terpasang, namun jika dilihat dari kondisi saai ini rasio LPJU yang ada sudah memadai di semua wilayah kecamatan. II-117

161 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam konteks pembangunan, penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah dan pembangunan daerah akan berjalan secara optimal apabila didukung dengan kemampuan keuangan daerah yang mencukupi kebutuhan pembangunan daerah dan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karenanya, dalam rencana pembangunan daerah, analisis pengelolaan keuangan daerah perlu dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah untuk mendanai atau mendukung penyelenggaraan pembangunan daerah. Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas pendapatan asli daerah, rasio pendapatan asli daerah terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu dicermati kondisi kernja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya. 3.1 KINERJA KEUANGAN TAHUN Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan keuangan Daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan keuangan Daerah dan secara spesifik pengelolaan keuangan daerah Kota Semarang diatur dalam Perda Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 Tahun 2013 III-1

162 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, kinerja keuangan pemerintah daerah terkait erat dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD dan aspek kondisi neraca daerah. Penyusunan APBD bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik. Dalam penyusunan APBD, terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan anggaran yaitu penyelerasan antara kebijakan (policy), perencanaan (planning), dengan penganggaran (budgeting) antara Pemerintah dengan pemerintah daerah. Kinerja pelaksanaan APBD tidak terlepas dari struktur dan akurasi belanja (belanja langsung dan belanja tidak langsung) pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah (PAD, Dana Perimbangan dan Lain-lain pendapatan yang sah. Sementara itu neraca daerah akan mencerminkan perkembangan dari kondisi asset pemerintah kota Semarang, kondisi kewajiban pemerintah daerah serta kondisi ekuitas dana yang tersedia Kinerja Pelaksanaan APBD Struktur APBD Kota Semarang terdiri atas 3 (tiga) komponen utama yaitu (1) Pendapatan, (2) Belanja, dan (3) Pembiayaan.Masingmasing komponen memiliki struktur masing-masing sebagai berikut: A. Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah merupakan hasil akumulasi dari Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari beberapa komponen diantaranya adalah: (1) Pajak Daerah, (2) Retribusi Daerah, (3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, (4) Lain-lain PAD yang Sah. Sedangkan Pendapatan Transfer Kota Semarang terdiri dari beberapa komponen diantaranya: (1) Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan, yang terdiri dari (a) Dana Bagi Hasil Pajak, (b) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA), (c) Dana Alokasi Umum, dan (d) Dana Alokasi Khusus. (2) Transfer Pemerintah Pusat yang terdiri dari (a) Dana III-2

163 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Otonomi Khusus, (b) Dana Penyesuaian, (3) Transfer Pemerintah Provinsi yang terdiri dari (a) Pendapatan Bagi Hasil Pajak, (b) Pendapatan Bagi Hasil Lainnya (bantuan keuangan propinsi/ pemda lainnya). Lain-lain Pendapatan yang Sah terdiri dari beberapa komponen diantaranya (1) Pendapatan Hibah, (2) Pendapatan Dana Darurat, dan (3) Pendapatan Lainnya. B. Belanja Daerah Belanja Daerah Kota Semarang merupakan akumulasi dari belanja langsung dan tidak langsung daerah Kota Semarang. Belanja Tidak Langsung terdiri dari beberapa komponen: (a) Belanja pegawai, (b) Belanja bunga, (c) Belanja Subsidi, (d) Belanja Hibah, (e) Belanja bantuan sosial, (f) Belanja bagi hasil, (g) Belanja bantuan keuangan, (h) Belanja tidak terduga. Sedangkan Belanja Langsung terdiri dari beberapa komponen diantaranya (a) Belanja pegawai, (b) Belanja barang dan jasa dan (c) Belanja modal. C. Pembiayaan Daerah Pembiayaan Daerah Kota Semarang merupakan selisih dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan Pembiayaan terdiri dari beberapa komponen diantaranya adalah (a) Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran sebelumnya, (b) Pencairan dana cadangan, (c) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, (d) Penerimaan pinjaman daerah dan obligasi daerah, dan (e) Penerimaan kembali pemberian pinjaman. Sedangkan Pengeluaran Pembiayaan terdiri dari beberapa komponen diantaranya adalah (a) Pembentukan dana cadangan, (b) Penyertaan modal (investasi) daerah, (c) Pembayaran pokok utang, (d) Pembayaran kegiatan lanjutan, dan (e) Pengeluaran perhitungan pihak ketiga. Perkembangan APBD Kota Semarang dalam kurun waktu tahun pada tabel 3.1, mengalami tren peningkatan dari tahun ke tahun. Di tahun 2010 terlihat bahwa belanja daerah lebih besar dari pendapatan, sedangkan untuk tahun 2011 hingga 2014 belanja daerah lebih kecil dari pendapatan. Pembiayaan daerah mengalami kondisi fluktuatif. III-3

164 KODE REK URAIAN Tabel 3.1. Ringkasan APBD Kota Semarang Tahun TAHUN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi atau Kabupaten/Kota Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal & Percepatan III-4

165 KODE REK URAIAN Pembangunan Daerah Bantuan Keuangan dari propinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Dana Insentif Daerah BELANJA DAERAH Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai TAHUN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal PEMBIAYAAN DAERAH NETTO 3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN III-5

166 KODE REK URAIAN TAHUN GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pengunaan SILPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Hutang Pemberian Pinjaman Daerah Pengembalian sisa dana DPPID Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) III-6

167 Tabel 3.2. Ringkasan Realisasi APBD Kota Semarang Tahun GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN KODE REK URAIAN TAHUN Rata2 Kenaikan Realisasi 1 PENDAPATAN DAERAH ,11% 1.1 Pendapatan Asli Daerah ,91% Pajak Daerah ,38% Retribusi Daerah ,03% Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan ,72% Lain-lain PAD yang Sah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah ,36% ,87% ,78% ,68% ,40% ,89% ,70% Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi atau Kabupaten/ Kota ,00% III-7

168 KODE REK URAIAN Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal & Percepatan Pembangunan Daerah Bantuan Keuangan dari propinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Dana Insentif Daerah BELANJA DAERAH Belanja Tidak Langsung GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN TAHUN Rata2 Kenaikan Realisasi ,76% ,80% ,09% ,16% Belanja Pegawai ,72% Belanja Bunga ,23% Belanja Subsidi ,00% Belanja Hibah ,67% Belanja Bantuan Sosial ,97% Belanja Bagi Hasil ,00% Belanja Bantuan ,97% Keuangan Belanja Tidak Terduga ,47% 2.2 Belanja Langsung ,16% Belanja Pegawai ,94% Belanja Barang dan Jasa ,63% Belanja Modal ,08% III-8

169 KODE REK URAIAN 3 PEMBIAYAAN DAERAH NETTO (= ) 3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN Pengunaan SILPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Hutang Pemberian Pinjaman Daerah Pengembalian sisa dana DPPID GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN TAHUN Rata2 Kenaikan Realisasi ,02% ,18% ,18% ,09% ,28% ,04% III-9

170 KODE REK 101 URAIAN Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA) Catatan : Data 2015 LKPJ 2016 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN TAHUN Rata2 Kenaikan Realisasi Sumber: DPKAD Kota Semarang, (diolah, 2015) III-10

171 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pendapatan Daerah Pendapatan Daerah Kota Semarang mengalami tren peningkatan tiap tahunnya, rata-rata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah Kota Semarang Tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 16,11%. Pertumbuhan pada masing-masing pos penerimaan pendapatan mengalami pertumbuhan yang positif, PAD mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 31,91%, Dana Perimbangan Daerah Kota Semarang mengalami pertumbuhan ratarata sebesar 5,87%, dan Pendapatan Daerah yang berasal dari Lainlain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami pertumbuhan ratarata sebesar 23,70%. Dilihat dari pertumbuhan Penerimaan PAD 5 (lima) tahun terakhir ( ) mengalami pertumbuhan sebesar 31,91% per tahun atau melebih target yang ditetapkan dalam RPJMD yakni sebesar 12,5% pertahun. Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat berkaitan Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan penambahan dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang semula berada di pos Dana Perimbangan bergeser ke Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dimulai tahun 2011, sehingga Pendapatan Asli Daerah pada Pos Pajak Daerah mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Dari kontribusi penerimaan PAD terhadap APBD secara total selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 20,20% menjadi 36,53% pada tahun 2015, hal ini menunjukan ketergantungan Pemerintah Kota Semarang terhadap Dana Perimbangan dan Pendapatan lain yang sah semakin menurun. Hasil perhitungan kontribusi realisasi masing-masing komponen pendapatan daerah terhadap total pendapatan daerah menunjukan bahwa Dana Perimbangan memiliki rata-rata pertumbuhan terendah yakni hanya 5,87%. Sementara itu rata-rata pertumbuhan PAD sebesar 31,91% tanpa mengurangi komponen PBB-BPHTB sedangkan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 23,70%. III-11

172 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Jika dirinci per sub komponen, gambar 3.1 menyajikan tentang kontribusi masing-masing sub komponen pendapatan daerah dirinci per sub komponen. RATA-RATA RATA-RATA RATA-RATA Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Gambar 3.1 Rata-rata Pertumbuhan Pendapatan Daerah Dilihat Dari Masing-masing Komponen Untuk Pendapatan Asli Daerah, kontribusi terbesar diberikan dari Pajak Daerah dengan persentase kontribusi rata-rata sebesar 51%. Disusul oleh Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dengan kontribusi sebesar 32%. Hal ini dikarenakan pada tahun 2011 ada penambahan kontribusi Pajak Daerah dari Pajak Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan di tahun 2012 ada penambahan dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Penambahan menyebabkan anomali pertumbuhan di tahun 2011 dan Apabila disandingkan, analisa perbandingan Pendapatan Asli Daerah sebagai berikut : III-12

173 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Gambar 3.2 Persandingan Rata-rata Pertumbuhan PAD Dengan Dan Tanpa Komponen PBB & BPHTB Pendapatan pajak daerah terbesar berasal dari pengelolaan BPHTB dan PBB Pedesaan Dan Perkotaan ternyata memiliki kontribusi yang cukup signifikan. Di tahun 2014, perolehan pendapatan pajak daerah dari BPHTB meningkat 64,7% di tahun 2014 dari realisasi tahun Sementara itu, PBB Pedesaan dan Perkotaan meningkat 60,5% di tahun 2014 dari realisasi tahun Jika dilakukan perbandingan antara realisasi dengan target pendapatan, realisasi anggaran pendapatan daerah Kota Semarang telah melampaui target yang telah ditetapkan dimana antara tahun rata-rata realisasi mencapai 106,37%. Realisasi pendapatan tertinggi dicapai di tahun 2012 dengan persentase realisasi mencapai 111,21%. Persentase realisasi terendah dicapai di tahun 2010 sebesar 101,81%. Tabel 3.3. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun Tahun Target RPJMD Target Anggaran Pendapatan Daerah (APBD-P) Realisasi Pendapatan Daerah % Kelebihan/ Kekurangan ,81% ,07% ,21% ,79% ,49% * ,87% Total ,37% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) III-13

174 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Jika dirinci per masing-masing komponen, maka target dan realisasi masing-masing komponen pendapatan daerah adalah sebagai berikut: a) Pendapatan Asli Daerah Selama periode Tahun Anggaran , total target anggaran PAD berdasarkan RPJMD sebesar Rp dan APBD-P sebesar Rp ,-. Realisasinya lebih besar dari target yakni sebanyak Rp ,-atau sebanyak 116,11%. Realisasi anggaran PAD tertinggi terjadi di tahun 2014 dengan angka realisasi 127,72% dan terendah adalah realisasi di tahun 2010 yang hanya 104,24%. Tahun Target RPJMD Tabel 3.4. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang Tahun Target Anggaran PAD (APBD-P) Realisasi PAD % Kelebihan/ Kekurangan ,24% ,67% ,73% ,88% ,72% * ,42% Total ,11% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang dari orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Daerah memiliki beberapa jenis, yaitu: 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian C 7. Pajak Parkir III-14

175 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 8. Pajak Air Tanah 9. Pajak sarang Burung Walet 10. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 11. PBB Pedesaan dan Perkotaan Gambar 3.3 Realisasi Pajak Daerah Tahun Jika dilihat dari kondisinya, Pertumbuhan Pajak Daerah cenderung sama dengan pertumbuhan PAD secara total.dalam kurun waktu 5 tahun, Pajak Daerah Kota Semarang tumbuh ratarata 40,38% dimana kenaikan tertinggi terjadi antara tahun 2011 dan 2012 pada saat Pemerintah Kota mendapat limpahan Pendaerahan Pajak Pusat yaitu PBB dan BPHTB. Pajak daerah dipengaruhi oleh gejolak perekonomian dimana melemahnya aktivitas perekonomian akan berpengaruh signifikan pada kondisi pajak daerah. Di Kota Semarang, jenis pajak daerah berupa BPHTB baru masuk kedalam komponen pajak daerah pada tahun 2011 dan jenis pajak daerah PBB masuk kedalam komponen pajak daerah pada tahun 2012 sehingga berpengaruh terhadap kondisi keseluruhan pajak daerah. Di sisi lain kondisi perbandingan Pajak Daerah yang sejalan dengan PAD juga mengindikasikan bahwa pajak daerah memiliki kontribusi cukup signifikan bagi PAD sehingga turut mempengaruhi pola pergerakan tren pendapatan daerah. Pajak Daerah Kota Semarang, pada tahun 2010 hingga 2015 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 116,32%. III-15

176 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Target RPJMD Tabel 3.5. Target dan Realisasi Pajak Daerah Kota Semarang Tahun Target Anggaran Pajak Daerah (APBD-P) Realisasi Pajak Daerah % Kelebihan/ Kekurangan ,34% ,65% ,06% ,47% ,15% * ,24% Total ,32% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Tahun Komponen lain dari PAD adalah retribusi daerah. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dalam kurun waktu tahun retribusi daerah mengalami pertumbuhan rata-rata 3,03%. Pertumbuhan Retribusi Daerah cenderung tidak sejalan dengan pola pertumbuhan PAD, dikarenakan PAD yang bersumber dari Retribusi Daerah lebih banyak dipengaruhi olehfaktor intern mencakup komitmen Pemerintah Daerah dalam aturan pemungutan Retribusi Daerah dan juga kepatuhan masyarakat untuk membayar Retribusi Daerah. Realisasi retribusi daerah tahun 2010 sampai 2015 mengalami realisasi sebesar 95,33%. Realisasi terendah ada di tahun 2015 dengan persentase realisasi 86,83%. Target RPJMD Tabel 3.6. Target dan Realisasi Retribusi Daerah Kota Semarang Tahun Target Anggaran Retribusi Daerah (APBD-P) Realisasi Retribusi Daerah % Kelebihan/ Kekurangan ,77% ( ) ,91% ( ) ,59% ( ) ,14% ( ) ,75% * ,83% ( ) Total ,33% ( ) *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) III-16

177 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Komponen lain dari PAD adalah Hasil pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan. Dalam kurun waktu tahun hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mengalami pertumbuhan rata-rata 11,72%. Jika dilihat dari kondisinya, realisasi PAD dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berjalan kurang seimbang. Ini dikarenakan laba yang diperoleh BUMD belum sejalan dengan perusahaan pada umumnya. Kondisi target dan realisasi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan selama tahun 2010 hingga 2015 mengalami ratarata realisasi 107,91% per tahun, dimana realisasi tertinggi ada di tahun 2010 sebesar 116,33% dan realisasi terendah ada di tahun 2011 sebesar 99,60%. Tabel 3.7. Target dan Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah (APBD- P) Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah % Kelebihan/ Kekurangan ,33% ,60% ( ) ,54% ,32% ,58% * ,15% Total ,91% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Tahun Komponen PAD yang terakhir adalah Lain-Lain PAD yang Sah. kondisi realisasi Lain-Lain PAD yang Sah tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 realisasinya mencapai 139,47% per tahun. Realisasi terendah di tahun 2010 yang hanya sebesar 99,98% dan yang tertinggi di tahun 2015 dengan realisasi sebesar 167,76%. Tabel 3.8. Target dan Realisasi Lain-Lain PAD yang Sah Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Lain-Lain PAD yang Sah (APBD-P) Realisasi Lain- Lain PAD yang Sah % Kelebihan/ Kekurangan ,98% ( ) ,52% III-17

178 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Target RPJMD Target Anggaran Lain-Lain PAD yang Sah (APBD-P) Realisasi Lain- Lain PAD yang Sah % Kelebihan/ Kekurangan ,08% ,28% ,76% ,21% Total ,47% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Tahun b) Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi, terdiri atas dana Bagi Hasil; dana Alokasi Umum; dan dana Alokasi Khusus. DAU dan DBH jenis transfer dana dari Pemerintah Pusat kepada daerah yang bersifat block grant (bantuan umum) sedangkan DAK adalah jenis transfer dana dari Pemerintah kepada daerah yang bersifat specific grant (bantuan spesifik). Selama periode Tahun Anggaran , total target anggaran Dana Perimbangan RPJMD sebesar Rp ,. Realisasi sebesar Rp ,- atau terealisasi sebesar 100,04%. Realisasi terbesar terjadi tahun 2012 yang realisasinya mencapai 105,44%, dan yang paling rendah pada tahun 2011 yakni sebesar 97,20%. Target RPJMD Tabel 3.9. Target dan Realisasi Dana Perimbangan Kota Semarang Target Anggaran Dana Perimbangan (APBD-P) Realisasi Dana Perimbangan % Kelebihan/ Kekurangan ,05% ,20% ( ) ,44% ,66% ( ) ,64% * ,24% ( ) Total ,04% ( ) *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Dana Perimbangan tahun 2010 hingga tahun 2015 tumbuh rata-rata sebesar 5,87% per tahun, dengan kontribusi terbesar dari Dana Alokasi Umum dengan peningkatan rata-rata sebesar 12,40% per tahun. Besarnya Dana Perimbangan yang diterima, ditentukan III-18

179 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun oleh Pemerintah setiap tahunnya dengan memperhitungkan potensi objek pendapatan yang belum tergali. Komponen pertama dari Dana Perimbangan adalah Dana Bagi Hasil Pajak, selama tahun 2010 sampai dengan 2015 Dana Bagi Hasil Pajak terealisasi sebesar 108,41% dimana realisasi terbesar di tahun 2012 yakni sebesar 160,89% dan realisasi terendah di tahun 2015 yang hanya sebesar 75,93%. Ini dikarenakan beberapa jenis Bagi Hasil Pajak seperti Bagi Hasil Pajak PBB dan Bagi Hasil Pajak PPh OPDN dan Pasal 21 nilainya dibawah target anggaran sebelumnya. Tabel Target dan Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Dana Bagi Hasil Pajak (APBD-P) Realisasi Dana Bagi Hasil Pajak % Kelebihan/ Kekurangan ,96% ,78% ( ) ,89% ,91% ,99% * ,93% ( ) Total ,41% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Tahun Komponen Dana Perimbangan kedua adalah Dana Bagi Hasil Bukan Pajak atau SDA, realisasi Dana Bagi Hasil SDA dalam kurun waktu 2010 sampai 2015 sebesar 166,84% dimana realisasi terendah di tahun 2015 sebesar 79,02% dan realisasi terbesar di tahun 2012 sebesar 275,83%. Ini dikarenakan realisasi dari jenis Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi nilainya cukup tinggi melebihi target anggaran sebelumnya. Tabel Target dan Realisasi Dana Bagi Hasil SDA Tahun Target Realisasi Dana Anggaran Target RPJMD Bagi Hasil % Dana Bagi SDA Hasil SDA Kelebihan/ Kekurangan (APBD-P) ,98% ,41% ,83% III-19

180 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Target RPJMD Target Anggaran Dana Bagi Hasil SDA Realisasi Dana Bagi Hasil SDA % Kelebihan/ Kekurangan (APBD-P) ,62% ,21% * ,02% ( ) Total ,84% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Tahun Komponen Dana Perimbangan selanjutnya adalah Dana Alokasi Umum, realisasi DAU dalam kurun waktu tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 100% terhadap APBD-P. Alokasi pendapatan daerah yang bersumber dari dana Perimbangan yang diterima oleh Daerah, diatur dalam UU Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah. DAU diberikan berdasarkan celah fiskal/keuangan dan alokasi dasar. Celah fiskal/keuangan merupakan kebutuhan daerah yang dikurangi dengan kapasitas fiskal/keuangan daerah. Kebutuhan daerah merupakan variabel-variabel yang ditetapkan Undang- Undang antara lain penduduk, luas wilayah,penduduk miskin dan indeks harga, perhitungan kapasitas keuangan didasarkan atas PAD dan Dana Bagi Hasil yang diterima daerah, sedangkan alokasi dasar merupakan pemenuhan gaji PNS. Tabel Target dan Realisasi Dana Alokasi Umum Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Dana Alokasi Umum Realisasi Dana Alokasi Umum % Kelebihan/ Kekurangan (APBD-P) ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% * ,00% 0 Total ,00% 0 *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) III-20

181 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Komponen Dana Perimbangan selanjutnya adalah Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan usulan kegiatan dari daerah ke Pemerintah Pusat sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah. Realisasi Dana Alokasi Khusus tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 sebesar 82,43%. Realisasi tahun mencapai target 100%, dan realisasi terendah pada tahun 2013 yang tercatat sebesar 30,00%. Tahun Tabel Target dan Realisasi Dana Alokasi Khusus Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Dana Alokasi Khusus (APBD-P) Realisasi Dana Alokasi Khusus % Kelebihan/ Kekurangan ,00% ,00% ,00% ,00% ( ) ,00% ( ) 2015* ,56% ( ) Total ,43% ( ) *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) c) Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Tahun Selama periode Tahun Anggaran , total target anggaran Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah berdasarkan RPMD Kota Semarang Tahun sebesar Rp ,- dengan realisasi sebesar Rp ,- atau sebesar 185,07%. Realisasi anggaran dibandingkan target anggaran terbesar terjadi tahun 2015 mencapai 227,62% dan terendah tahun 2012 sebesar 168,95%. Tabel Target dan Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah (APBD-P) Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah % Kelebihan/ Kekurangan ,98% ,95% ,06% III-21

182 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Target RPJMD Target Anggaran Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah (APBD-P) Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah % Kelebihan/ Kekurangan ,57% ,25% * ,62% Total ,07% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Lain-Lain Pendapatan daerah yang Sah di Kota Semarang bersumber dari beberapa komponen, yaitu Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemda lainnya dan Dana Insentif Daerah. Kontribusi Lain-Lain Pendapatan daerah yang sah terbesar berasal dari Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya yang pertumbuhan rata-rata sebesar 26,00% per tahun Belanja Daerah Belanja daerah dikelompokkan menjadi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sedangkan kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari Belanja Pegawai; Belanja Hibah dan Bantuan Sosial; Belanja Bantuan Keuangan; dan Belanja Tidak Terduga. Sementara itu belanja langsung terdiri dari belanja pegawai; belanja barang dan jasa; dan belanja modal. Realisasi Belanja Daerah selama periode tahun dibandingkan dengan target RPJMD Kota Semarang Tahun rata-rata sebesar 95,31% per tahun, dengan persentase realisasi belanja terbesar ada pada tahun 2014 yakni sebesar 110,70 % dan terendah sebesar 85,41% di tahun III-22

183 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Tabel Target dan Realisasi Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Belanja Daerah (APBD-P) Realisasi Belanja Daerah % Kelebihan/ Kekurangan ,00 85,85% ( ) ,00 85,41% ( ) ,00 86,60% ( ) ,00 98,98% ( ) ,00 110,70% * ,00 104,32% Total ,31% ( ) Tahun *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Lebih lanjut, hasil penilaian PEFINDO (2015) terhadap kondisi belanja daerah Kota Semarang mengungkapkan bahwa Kota Semarang belum menerapkan kebijakan belanja jangka panjang terkait dengan investasi pembangunan infrastruktur dan pendanaannya. Rata-rata realisasi belanja modal, seperti untuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan aset lainnya yakni sebesar 12,49%. Belanja Daerah terbagi menjadi 2, yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Berikut adalah kondisi belanja daerah Kota Semarang tahun : a) Belanja Tidak Langsung Belanja tidak langsung Kota Semarang berdasarkan target RPJMD Kota Semarang Tahun sebesar Rp ,-, dengan realisasi belanja sebesar Rp ,- atau mengalami realisasi rata-rata 113,47% per tahun. Dengan persentase realisasi belanja tidak langsung terbesar di tahun 2011 sebesar 129,23% dan terendah di tahun 2015 sebesar 104,61%. Tabel Target dan Realisasi Belanja Tidak Langsung Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Belanja Tidak Langsung (APBD-P) Realisasi Belanja Tidak Langsung % Kelebihan/ Kekurangan ,20% ,23% III-23

184 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Target RPJMD Target Anggaran Belanja Tidak Langsung (APBD-P) Realisasi Belanja Tidak Langsung % Kelebihan/ Kekurangan ,64% ,14% ,00% * ,61% Total ,47% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Belanja tidak langsung memiliki komponen terdiri atas Belanja Pegawai, Belanja Hibah, Belanja Bunga, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bantuan Keuangan (parpol) dan Belanja Tidak Terduga. Realisasi belanja Pegawai Kota Semarang Tahun berdasarkan target RPJMD Kota Semarang Tahun ratarata sebesar 104,70% per tahun. Realisasi belanja pegawai tertinggi terjadi di tahun 2012 dengan realisasi mencapai 111,68% sedangkan realisasi terendah pada tahun 2010 sebesar 93,61%. Tahun Tabel Target dan Realisasi Belanja Pegawai Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Belanja Pegawai (APBD-P) Realisasi Belanja Pegawai % Kelebihan/ Kekurangan ,61% ( ) ,64% ,68% ,92% ,64% ( ) 2015* ,70% Total ,70% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Target dan realisasi belanja Bunga Kota Semarang Tahun berdasarkan RPJMD Kota Semarang Tahun ratarata realisasinya sebesar 49,33% per tahun dengan realisasi pencapaian tertinggi pada tahun 2010 yang tercatat sebesar 100% sedangkan realisasi terendah di tahun 2015 atau tidak ada belanja bunga, sebagaimana tabel III-24

185 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Tahun Tabel Target dan Realisasi Belanja Bunga Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Belanja Bunga (APBD-P) Realisasi Belanja Bunga % Kelebihan/ Kekurangan ,00% ,75% ( ) ,03% ( ) ,03% ( ) ,15% ( ) 2015* ,00% ( ) Total ,33% ( ) *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Realisasi belanja Hibah Kota Semarang Tahun berdasarkan target RPJMD Kota Semarang Tahun ratarata sebesar 103,96% per tahun. Tingkat pencapaian realisasi tertinggi pada tahun 2014 yakni sebesar 224,43% sedangkan terendah pada tahun 2012 yakni sebesar 60,61%. Tabel Target dan Realisasi Belanja Hibah Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Belanja Hibah (APBD-P) Realisasi Belanja Hibah % Kelebihan/ Kekurangan ,39% ( ) ,90% ( ) ,61% ( ) ,14% ( ) ,43% * ,29% ( ) Total ,96% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Realisasi belanja Bantuan Sosial Kota Semarang Tahun berdasarkan target RPJMD Kota Semarang Tahun rata-rata sebesar 34,50% per tahun. Tingkat pencapaian realisasi tertinggi pada tahun 2010 yakni sebesar 95,23% dan yang terendah pada tahun 2015 yang tercatat sebesar 1,57%. III-25

186 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Tabel Target dan Realisasi Belanja Bantuan Sosial Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Belanja Bantuan Sosial (APBD-P) Realisasi Belanja Bantuan Sosial % Kelebihan/ Kekurangan ,23% ,94% ,52% ,75% ,69% * ,57% Total ,50% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Kota Semarang Tahun berdasarkan target RPJMD Kota Semarang tahun rata-rata sebesar 103,86% per tahun. Tingkat realisasi tertinggi pada tahun 2015 yakni sebesar 109,86% sedangkan terendah pada tahun 2010 yang tercatat sebesar 99,95%. Tahun Tabel Target dan Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Belanja Bantuan Keuangan (APBD-P) Realisasi Belanja Bantuan Keuangan % Kelebihan/ Kekurangan ,95% ( ) ,23% ,07% ,07% ,42% * ,86% Total ,60% *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Realisasi belanja Tidak Terduga Kota Semarang Tahun dari target RPJMD Kota Semarang Tahun rata-rata sebesar 47,62% per tahun. Tingkat realisasi tertinggi pada tahun 2015 yakni sebesar 68,13% sedangkan terendah pada tahun III-26

187 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tahun Tahun Tabel Target dan Realisasi Belanja Tidak Terduga Kota Semarang Tahun Target RPJMD Target Anggaran Belanja Tidak Terduga (APBD-P) Realisasi Belanja Tidak Terduga % Kelebihan/ Kekurangan ,00% ( ) ,38% ( ) ,94% ( ) ,78% ( ) ,47% ,13% ( ) Total ,62% ( ) *Data unaudited Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) b) Belanja Langsung Dalam kurun waktu tahun , Realisasi Belanja Langsung sebesar Rp ,- atau sebesar 98,05% dari target RPJMD Kota Semarang Tahun yang tercatat sebesar Rp Tingkat realisasi terbesar pada tahun 2014 yang tercatat sebesar 135,22% sedangkan realisasi terendah pada tahun 2010 yang tercatat sebesar 62,99%. Target RPJMD Tabel Target dan Realisasi Belanja Langsung Kota Semarang Tahun Target Anggaran Belanja Langsung (APBD-P) Realisasi Belanja Langsung % Kelebihan/ Kekurangan ,99% ( ) ,52% ( ) ,09% ( ) ,26% ,22% ,41% Total ,25% ( ) Sumber: DPKAD Kota Semarang (diolah, 2015) Belanja langsung Kota Semarang, terdiri dari Belanja langsung untuk kebutuhan aparatur dan Belanja Program/kegiatan Pembangunan. Realisasi belanja untuk kebutuhan aparatur tahun sebesar Rp ,- atau sebesar 19,17% dari total belanja langsung sebesar Rp ,-, sedangkan untuk belanja program/kegiatan pembangunan adalah sebesar RP ,- atau sebesar 80,83%. III-27

188 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pembiayaan Daerah Tahun Pembiayaan Daerah merupakan penerimaan yang dibayar kembali dan/ataupengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Gambaran dari kebijakan pembiayaan daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembiayaan dimasa yang akan datang dalam rangka penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Pembiayaan daerah pada RPJMD Kota Semarang Tahun ditarget setiap tahun mengalami penurunan dan diharapkan pada tahun 2015 pembiayaan daerah menjadi Rp ,-. Realisasi pembiayaan daerah berdasarkan target RPJMD Kota Semarang Tahun sebesar Rp ,- atau sebesar 350,50% dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,-. Target RPJMD Tabel Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah Kota Semarang Tahun Target AnggaranPembiayaan Daerah APBD-P Realisasi Pembiayaan Daerah % Kelebihan/ Kekurangan ,83% ,17% ,59% ,55% ,83% ,03% Total ,50% Sumber: Bappeda Kota Semarang (diolah, 2015) Dari data tabel tersebut diatas menunjukan bahwa realisasi pembiayaan daerah pada tahun 2013, 2014 dan 2015 mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dari sisi Penerimaan Pembiayaan, realisasi penerimaan pembiayaan terbesar berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SiLPA) yang tercatat selama tahun sebesar Rp ,- dan Pencairan Dana Cadangan sebesar Rp ,-. Meningkatnya SiLPA yang sangat signifikan merupakan akibat dari alokasi anggaran pada program/kegiatan pembangunan yang tidak III-28

189 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN dilaksanakan dan/atau alokasi anggaran yang tidak diserap, hal ini menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan keuangan daerah selama periode tahun belum berjalan secara optimal. Dari sisi Pengeluaran Pembiayaan daerah, selama tahun realisasi pengeluaran pembiayaan daerah dipergunakan untuk: - Pembentukan Dana Cadangan, yang diperuntuk untuk Penyelenggaraan Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Semarang Tahun Penyertaan modal perusahaaan milik daerah yakni (Bank Jateng Cab. Semarang, Perusda RPH & BPH, Perusda Percetakan, Perusa Bank Pasar dan Perusda BPR/BKK), - Pembayaran Pokok Hutang dan - Pengembalian Sisa Dana DPPID. Selama enam tahun terakhir dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, Perusahaan Daerah belum mampu secara signifikan memberikan kontribusi terhadap penerimaan pendapatan daerah. III-29

190 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Rata-rata Realisasi Pembiayaan Daerah Kota Semarang Tahun NO URAIAN PEMBIAYAAN 3 DAERAH NETTO (= ) 3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN Pengunaan SILPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 3.2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 JUMLAH Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi III-30

191 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN NO URAIAN Penyertaan Modal ( Bank Jateng ) Penyertaan Modal (Dana Bergulir UKM, LKM & Koperasi) Penyertaan Modal (PDAM) Penyertaan Modal Perusda BPR / BKK Penyertaan Modal Bank Pasar Penyertaan Modal Perusda Percetakan Penyertaan Modal Perusda RPH & BHP Pembayaran Pokok Hutang TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 TAHUN 2015 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi JUMLAH Pemberian Pinjaman Daerah Pengembalian sisa dana DPPID Sumber: DPKAD Kota Semarang, III-31

192 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Neraca Daerah Analisis Neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas dan rasio aktivitas serta kemampuan asset daerah untuk penyediaan dana pembangunan daerah. Neraca Daerah menggambarkan posisi keuangan pemerintah daerah mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan.unsur yang dicakup oleh sebuah neraca terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas. Perkembangan neraca daerah Kota Semarang tahun dan rata-rata pertumbuhannya terlihat di tabel Aset Pemerintah Kota Semarang dari kurun waktu tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 mengalami pertumbuhan yang meningkat rata-rata sebesar 28,82% (tabel 3.26). Aset memberikan informasi tentang sumber daya yang dimiliki dan dikuasai pemerintah Kota Semarang yang mampu memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi pemerintah dan masyarakat. Pemerintah Kota Semarang pada tahun 2015 memiliki aset total sebesar Rp ,-atau meningkat sebesar 107,01% dibanding tahun 2014 yang sebesar Rp ,-, peningkatan terbesar adalah pada aset tetap yang meningkat sangat signifikan yakni sebesar 132,48%. Kewajiban menggambarkan tentang kondisi utang pemerintah daeah dengan pihak ketiga. Kewajiban daerah sendiri dapat dibangi menjadi 2, yakni kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek.di tahun 2014, Pemerintah Kota Semarang memiliki jumlah kewajiban yang harus dilaksanakan sebesar Rp Angka ini meningkat 1% dibanding kewajiban tahun 2013 sebesar Rp Ekuitas dana adalah selisih antara aset dengan kewajiban pemerintah daerah. Di tahun 2014, nilai ekuitas dana Pemerintah Kota Semarang mencapai Rp dan meningkat 51% dari tahun 2013 yang hanya sebesar Rp III-32

193 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Perkembangan Anggaran dan Realisasi BUMD Kota Semarang Tahun NO URAIAN Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi 1 Perusahaan Daerah RPH & BHP Perusahaan Daerah Percetakan Perusahaan Daerah Bank Pasar Perusahaan Daerah BPR / BKK Bank Jateng Cabang Semarang JUMLAH ANGGARAN NO URAIAN Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi 1 Perusahaan Daerah RPH & BHP Perusahaan Daerah Percetakan Perusahaan Daerah Bank Pasar Perusahaan Daerah BPR / BKK Bank Jateng Cabang Semarang JUMLAH ANGGARAN Sumber: DPKAD Kota Semarang, III-33

194 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Rata-Rata Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Semarang Tahun No Uraian Tk. Pertumb (%) 1 ASET ,75% 1.1 ASET LANCAR ,66% Kas Investasi Jangka Pendek Piutang Belanja Dibayar Di Muka Piutang Lainnya Persediaan ( ) 1.2 INVESTASI JANGKA PANJANG ,82% Investasi Non Permanen Investasi Permanen ASET TETAP ,55% Tanah Peralatan dan Mesin Gedung dan Bangunan Jalan, Irigasi dan Jaringan Aset Tetap Lainnya Konstruksi dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan ( ) ( ) ( ) 1.4 DANA CADANGAN Dana Cadangan ASET LAINNYA ,08% Tagihan Penjualan Angsuran Tagihan Tuntutan Kerugian Daerah Kemitraan dengan Pihak Kedua Aset Tak Berwujud Aset lain-lain JUMLAH ASET DAERAH ,75% III-34

195 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN No Uraian Tk. Pertumb (%) 2 KEWAJIBAN ,21% 2.1 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK ,26% Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) Utang Bunga Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pendapatan Diterima Dimuka Utang Belanja Utang Jangka Pendek Lainnya KEWAJIBAN JANGKA PANJANG ,43% Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan Utang Dalam Negeri - Obligasi Premium (Diskonto) Obligasi Pendapatan Diterima Dimuka Utang Jangka Panjang Lainnya JUMLAH KEWAJIBAN ,21% 3 EKUITAS DANA ,35% 3.1 EKUITAS DANA Sumber: DPKAD Kota Sermarang, III-35

196 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Gambaran kondisi neraca daerah tersebut lebih lanjut dapat digunakan sebagai bahan analisis kemampuan keuangan pemerintah daerah melalui perhitungan rasio, dimana terdapat 2 jenis Rasio yang digunakan, yakni rasio likuiditas dan solvabilitassebagaimana terjabarkan sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban jangka pandek. Data rasio likuiditas tahun terakhir 2015 dapat dilihat pada tabel 3.28: Tabel Analisis Rasio Likuiditas Kota Semarang Tahun 2015 Ratio Rumus 2015 Ratio Lancar Aset Lancar Kewajiban Jangka Panjang Rasio Quick (Quick Ratio) Aset Lancar - Persediaan 8,24 Kewajiban Jangka Pendek Rasio total hutang terhadap total asset Sumber: DPKAD Kota Semarang, Total Hutang 0, Total Aset Hasil analisis diatas menunjukan bahwa Pemerintah Kota Semarang memiliki kondisi pendanaan yang cukup kuat dilihat dari hasil analisis ratio lancar, quick ratio dan rasio total hutang terhadap total aset juga bernilai sangat kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kapabilitas keuangan pemerintah Kota Semarang cukup kuat dalam pelunasan kewajiban-kewajiban daerahnya. b. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Rasio solvabilitas tahun 2015 dapat dilihat di tabel 3.29: Tabel Rasio Solvabilitas Kota Semarang Tahun 2014 Rasio Rumus 2014 (Persentase) Rasio Kewajiban terhadap Aset Kewajiban/ Aset 0,19% Rasio Kewajiban terhadap Kewajiban/ Ekuitas Ekuitas 0,37% Sumber: DPKAD Kota Semarang, III-36

197 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.2 KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA SEMARANG TAHUN Analisis Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayan Daerah Memahami kinerja belanja daerah bertujuan untuk memperoleh gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan daerah pada periode tahun anggaran sebelumnya yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembelanjaan dan pengeluaran pembiayaan dimasa mendatang. Beberapa hal yang perlu dipahami dari analisis ini mencakup proporsi realisasi belanja daerah dibanding anggaran, analisis proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur, analisis belanja periodik dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama Proporsi Realisasi Belanja Daerah Dibanding Anggaran Belanja daerah Kota Semarang dibagi menjadi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja langsung memiliki delapan komponen belanja yaitu belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Sedangkan untuk belanja langsung daerah Kota Semarang, terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Tabel Proporsi Realisasi Belanja terhadap Anggaran Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Uraian 2010 (%) 2011 (%) 2012 (%) 2013 (%) 2014 (%) 2015 (%) Proporsi Ratarata (%) Belanja Tidak Langsung 58,56% 56,13% 54,80% 48,08% 43,78% 41,47% 50,47% Belanja Pegawai 86,20% 86,28% 96,46% 96,10% 90,51% 96,52% 92,01% Belanja Bunga 0,11% 0,07% 0,06% 0,03% 0,02% 0,00% 0,05% Belanja Subsidi Belanja Hibah 3,22% 4,38% 2,73% 3,50% 8,78% 3,13% 4,29% Belanja Bantuan Sosial 10,40% 9,15% 0,67% 0,23% 0,49% 0,18% 3,52% Belanja Bagi Hasil ,00% 0,00% 0,00% 0,00% Belanja Bantuan Keuangan 0,08% 0,07% 0,07% 0,07% 0,07% 0,08% 0,07% Belanja Tidak Terduga 0& 0,05% 0,01% 0,07% 0,14% 0,09% 0,07% Belanja Langsung 41,44% 43,87% 45,20% 51,92% 56,22% 58,53% 49,53% Belanja Pegawai 14,27% 14,10% 14,00% 11,52% 8,13% 8,10% 11,69% Belanja Barang dan Jasa 55,58% 51,68% 48,10% 42,46% 43,75% 51,52% 48,85% Belanja Modal 30,15% 34,22% 37,91% 46,02% 48,12% 40,38% 39,47% Sumber: DPKAD, Kota Semarang, III-37

198 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel proporsi realisasi belanja terhadap anggaran belanja Kota Semarang menunjukan bahwa selama enam tahun terakhirempat tahun terakhir proporsi belanja tidak langsung terhadap anggaran belanja memiliki proporsi lebih besar dibanding belanja langsung. Proporsi penggunaan belanja tidak langsung ratarata sebesar 50,47% sedangkan belanja langsung hanya 49,53%. Ini mengindikasikan bahwa belanja langsung yang notabene berhubungan dengan program-program pembangunan kota, pencapaian kesejahteraan masyarakat dan pelayanan publik belum maksimal. Sementara itu, pada komponen belanja tidak langsung proporsi terbesar digunakan untuk belanja pegawai. Sedangkan untuk belanja langsung proporsi terbesar untuk belanja barang dan jasa Analisis Proporsi Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Selain gambaran mengenai belanja daerah baik belanja langsung maupun tidak langsung, perlu diketahui juga gambaran proporsi anggaran belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Kota Semarang. Kebutuhan belanja aparatur Kota Semarang selama periode tahun antara lain meliputi Belanja Pegawai untuk Gaji dan Tunjangan, Tambahan Penghasilan, dan Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/ WKDH), Belanja Bunga, Belanja Bantuan Keuangan dan Belanja Langsung untuk kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus diselenggarakan. Proporsi belanja aparatur terhadap total pengeluaran memiliki kondisi fluktuatif dimana proporsi tertinggi di tahun 2010 sebesar 62,69%. Tabel Proporsi Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur terhadap Total Belanja Kota Semarang Tahun Tahun Anggaran Total Belanja untuk Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Total Pengeluaran (Belanja + Pengeluaran Pembiayaan Daerah) ,69% ,94% ,84% ,35% ,51% ,70% Sumber: DPKAD Kota Semarang, % III-38

199 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Adapun rincian mengenai total belanja untuk memenuhi kebutuhan aparatur Kota Semarang sebagaimana tabel Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun Analisis Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Selain belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur Kota Semarang, perlu diketahui juga bagaimana gambaran pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama Kota Semarang. Belanja untuk pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama adalah menyangkut pelayanan dasar wajib yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan dan menyangkut kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus diselenggarakan. Pengeluaran wajib dan mengikat mencakup pengeluaran untuk bidang pendidikan dan kesehatan. Total pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama pada tabel di atas menjadi dasar untuk menentukan kebutuhan anggaran belanja yang tidak dapat dihindari dan tidak dapat ditunda dalam rangka penghitungan kapasitas riil keuangan daerah dan analisis kerangka pendanaan. Tabel 3.33 adalah rincian pengeluaran wajib dan mengikat serta prioritas utama Kota Semarang Tahun : III-39

200 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Semarang Tahun Urusan 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp) 2015 Belanja Tidak Langsung Belanja Gaji dan Tunjangan, Belanja Tambahan Penghasilan, dan Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/ WKDH Belanja Bantuan Keuangan Belanja Bunga Belanja Langsung Belanja Langsung untuk kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus diselenggarakan Total Sumber: DPKAD Kota Semarang, III-40

201 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN No Tabel Realisasi Belanja Periodik dan Pengeluaran Pembiayaan Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang Tahun Anggaran Uraian BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Gaji, Tunjangan dan 1 termasuk( Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH) Belanja Bantuan 2 Keuangan Rata- Rata Pertumb uhan , Belanja Bunga (29,04) 4 Belanja Bagi Hasil BELANJA LANGSUNG Belanja Langsung 1 untuk kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus diselenggarakan PENGELUARAN PEMBIAYAAN 1 Pembentukan Dana Cadangan ,000,000, Pembayaran Pokok Hutang TOTAL (A+B+C) Sumber: DPKAD Kota Semarang, III-41

202 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Analisis Pembiayaan Daerah Pembiayaan merupakan transaksi keuangan daerah yang bertujuan untuk menutup selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah ketika terjadi defisit anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) tahun lalu, penerimaan, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan maupun hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan adalah angsuran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan Analisis Sumber Penutup Defisit Riil Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran masa lalu tentang kebijakan anggaran untuk menutup defisit riil anggaran Pemerintah Daerah yang dilakukan. Tabel 3.34 berikut menyajikan gambaran realisasi penutup defisit riil anggaran Kota Semarang tahun III-42

203 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Semarang Tahun NO Uraian 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012(Rp) 2013 (Rp) 2014 (Rp.) 2015 (Rp) A. Pendapatan 1. Realisasi Pendapatan Daerah Jumlah A B Dilkurangi Realisasi Belanja : 1. Realisasi Belanja Daerah Realisasi Pengeluaran Pembiayaan Daerah Jumlah B Surplus/ Defisit riil (A-B) ( ) ( ) ( ) ( ) C Ditutup Oleh Realisasi Penerimaan Pembiayaan : 1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya 2. Pencairan Dana Cadangan Total Realisasi Penerimaan Pembiayaan Daerah (C) Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan (A-B) + C ( ) Sumber: DPKAD Kota Semarang, III-43

204 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Berdasarkan pada tabel penutup defisit riil tabel 3.34 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 dan tahun 2015 terjadi surplus dimana realisasi pendapatan daerah lebih besar dari belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan. Namun apabila dilihat dari sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan pada tahun 2011 terjadi defisit dimana tercatat minus Rp ,-. Mulai tahun 2012 sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenanan terjadi surplus sampai dengan tahun 2015 dimana desifit anggaran ditutup dengan penerimaan pembiayaan dari SiLPA Analisis Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang komposisi sisa lebih perhitungan anggaran. Dengan mengetahui SILPA realisasi anggaran periode sebelumnya, dapat diketahui kinerja APBD tahun sebelumnya yang lebih rasional dan terukur. Gambaran masa lalu terkait komposisi realisasi anggaran SiLPA Pemerintah Kota Semarang Tahun tersaji di tabel Dari tabel 3.35 terlihat bahwa realisasi SiLPA berasal dari beberapa komponen, seperti pelampauan pendapatan bersumber dari pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah; sisa penghematan belanja atau akibat lainnya; dan Kewajiban kepada Pihak Ketiga sampai dengan Akhir Tahun Belum Terselesaikan. Pelampauan Penerimaan PAD menunjukan angka positif dari tahun ke tahun Analisis Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara riil sisa lebih pembiayaan anggaran yang dapat digunakan dalam penghitungan kapasitas pendanaan pembangunan daerah. Tabel 3.35 menyajikan data tentang realisasi SiLPA Kota Semarang tahun : III-44

205 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN N o Uraian Tabel Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Kota Semarang Tahun Rp Rp Rp Rp Rp Rp 1. Jumlah SILPA a. b. c. d. e. f. Pelampauan Penerimaan PAD Pelampauan Penerimaan ( ) ( ) ( ) Dana Perimbangan Pelampauan Penerimaan Lain-Lain ( ) Pendapatan Daerah Yang Sah Sisa Penghematan Belanja Atau Akibat Lainnya Pelampauan Penerimaan - ( ) ( ) ( ) Pembiayaan Penghematan Pengeluaran Pembiayaan Sumber: DPKAD Kota Semarang, III-45

206 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Realisasi Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan Kota Semarang Tahun No. Uraian Saldo Kas Neraca Daerah Dikurangi : Pendapatan Retribusi belum disetor Utang Perhitungan Pihak Ketiga Dana BOS Sisa Lebih (Riil) Pembiayaan Anggaran Sumber: DPKAD Kota Semarang, III-46

207 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.3 ANALISIS PROYEKSI APBD TAHUN Proyeksi Pendapatan Daerah Kota Semarang Kemampuan keuangan daerah pemerintah Kota Semarang dalam kurun waktu 5 tahun kedepan untuk membiayai pembangunan dan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat secara optimal, dirumuskan dengan mempertimbangkan data realisasi penerimaan pendapatan daerah tahun sebelumnya, serta data-data yang mempengaruhi penerimaan pendapatan daerah, antara lain : a) Indikator ekonomi makro, mencakup: Rata-Rata Inflasi Kota Semarang tahun sebesar 5,7% pertahun Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang tahun sebesar 6,11% pertahun b) Kebijakan di bidang keuangan negara Proyeksi penerimaan pendapatan daerah Kota Semarang tahun dirumuskan dengan mendasarkan pada evaluasi penerimaan pendapatan daerah tahun , serta mempertimbangan komponen pos penerimaan pendapatan yang bersumber dari Pemerintah Provinsi maupun Pusat. Penerimaan Pendapatan daerah sesuai dengan tren pertumbuhan rata-rata historis dengan tidak menyertakan tahun 2010, 2011,2012 yang mengalami pertumbuhan abnormal, sehingga data historis yang digunakan adalah 3 (tiga) tahun terakhir (2013, 2014, 2015). Rata-rata pertumbuhan penerimaan pendapatan daerah Kota Semarang Tahun 2013 sampai dengan 2015 mengalami pertumbuhan sebesar 10,54%, dengan Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 16,37%, Pos Dana Perimbangan rata-rata sebesar 5,05% dan Pos Penerimaan Pendapatan Lain-lain yang sah rata-rata sebesar 12,22%. Mendasarkan pada pertumbuhan rata-rata penerimaan pendapatan daerah 2013 sampai dengan 2015, dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pendapatan di Kota Semarang maka penerimaan pendapatan daerah tahun diproyeksikan akan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 9,30% III-47

208 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN per tahunnya. Pendapatan Asli Daerah akan meningkat kondisinya dengan proyeksi rata-rata pertumbuhan sebesar 12,50% per tahun. Dana Perimbangan juga akan terus meningkat kondisinya dengan rata-rata pertumbuhan 4,18% per tahun dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah yang diproyeksikan mengalami peningkatan pertumbuhan rata-rata sebesar 18,05% per tahun. Sementara itu, jika dilihat dari masing-masing komponen Untuk jenis komponen Pendapatan Asli Daerah, diprediksikan bahwa Pajak Daerah akan mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 12,70%, rata-rata pertumbuhan Retribusi Daerah 13,41%, rata-rata pertumbuhan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkanmenurun 9,40% dan Lain-lain PAD yang Sah diprediksi mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 12,11% per tahun. Untuk jenis komponen Dana Perimbangan, Dana Bagi Hasil Pajak diprediksikan akan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 10,01% pertahun. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak akan meningkat dengan rata-rata sebesar 10,00% per tahun. Dana Alokasi Umum akan meningkat rata-rata sebesar 4,60% per tahun dan Dana Alokasi Khusus diasumsikan sama dengan DAK yang diterima di tahun Sedangkan untuk jenis komponen pendapatan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah; untuk Pos Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi atau Kabupaten/Kota akan meningkat rata-rata sebesar 14,25% per tahun, Pos Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya akan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 12,50% per tahun dan Pos Dana Insentif Daerah mengalami kenaikan rata-rata sebesar 12,50%. III-48

209 NO URAIAN PENDAPATAN DAERAH Pendapatan Asli Daerah Tabel Proyeksi Pendapatan Daerah Kota Semarang Tahun GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN ANGG ANGG ANGG ANGG ANGG ANGG Rata-rata kenaikan Rp Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % % , , , , ,19 12, Pajak Daerah , , , , ,51 12, Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak Dana bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah , , , , ,29 13, , , , , ,29 9, , , , , ,52 12, , , , , ,35 4, , , , , ,5 10, , , , , , , , , , ,83 2, , , , , ,5 18, Hibah Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi atau Kabupaten/Kota Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal & Percepatan Pembangunan Daerah , , , , ,5 14, III-49

210 NO URAIAN - Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Pendidikan (DPPIP) dan Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD) - Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNSD dan Tunjangan Profesi Guru PNSD pada Daerah/ Prop/ Kab./ Kota - Dana Bantuan Operasional Sekolah Bantuan Keuangan dari propinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Dana Insentif Daerah Jumlah Pendapatan Daerah GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN ANGG ANGG ANGG ANGG ANGG ANGG Rata-rata kenaikan Rp Rp % Rp % Rp % Rp % Rp % % , , , ,5 12, , , , ,5 12, , , , , ,15 9,30 Sumber: DPKAD, 2016 III-50

211 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Proyeksi Belanja Daerah Kota Semarang Analisis proyeksi belanja daerah perlu dilakukan guna mendapatkan gambaran mengenai kondisi belanja daerah Kota Semarang dalam kurun waktu 5 tahun kedepan guna membiayai belanja langsung atau belanja program untuk RPJMD. Proyeksi Belanja dirumuskan berdasarkan tren pertumbuhan historis realisasi belanja tahun , prioritas pembangunan serta proporsi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Proyeksi Belanja daerah Kota Semarang Tahun rata-rata akan meningkat sebesar 4,86% per tahun, dengan perincian Belanja tidak langsung rata-rata sebesar 3,31% per tahun dan Belanja Langsung rata-rata sebesar 6,17% per tahun. III-51

212 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Proyeksi Belanja Daerah Kota Semarang Tahun No BELANJA DAERAH % +/ % +/ % +/ % +/ % +/ - Kenaikan Rata-rata per tahun 1 2 BELANJA TIDAK LANGSUNG ,66% ,85% ,10% ,02% ,94% 3,31% Belanja Pegawai ,50% ,50% ,00% ,00% ,00% 3,00% Bel Bunga Bel Hibah ,21% ,52% ,22% ,72% ,06% 12,15% Bel Bant Sosial ,60% ,82% ,22% ,72% ,06% 12,08% Bel Bant Keuangan ,00% ,02% ,50% ,50% ,50% 1,50% Bel Tdk Terduga (a+b) : BELANJA LANGSUNG ,00% % ,00% ,00% ,00% ,00% ,17% ,15% ,32% ,55% 6,17% Belanja Pegawai ,00% ,17% ,15% ,32% ,55% 6,17% Belanja Barang dan Jasa ,00% ,17% ,15% ,32% ,55% 6,17% Belanja Modal ,00% ,17% ,15% ,32% ,55% 6,17% JUMLAH ,77% ,97% ,26% ,03% ,24% 4,86% Sumber: Analisis, 2016 III-52

213 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Wajib Mengikat serta Prioritas Utama Analisis proyeksi belanja dilakukan untuk memperoleh gambaran kebutuhan belanja tidak langsung daerah dan pengeluaran pembiayaan yang bersifat wajib dan mengikat serta prioritas utama. Analisis dilakukan dengan proyeksi 5 (lima) tahun ke depan untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah. Hasil proyeksi belanja dan pengeluaran wajib mengikat serta prioritas utama Kota Semarang tahun sebagai tabel III-53

214 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Proyeksi Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Semarang Tahun No Uraian Proyeksi I BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Gaji dan Tunjangan, Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH 2 Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga II BELANJA LANGSUNG Belanja Langsung untuk kebutuhan operasional rutin perkantoran yang harus diselenggarakan (habis pakai, jasa kantor, dll). III PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Hutang - TOTAL BELANJA WAJIB DAN PENGELUARAN YANG WAJIB MENGIKAT SERTA PRIORITAS UTAMA Sumber: Analisis, III-54

215 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Proyeksi Pembiayaan Daerah Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran sisa lebih riil perhitungan anggaran. Hasil analisis dapat digunakan untuk menghitung kapasitas penerimaan pembiayaan daerah dengan proyeksi 5 (lima) tahun ke depan. Analisis dilakukan berdasarkan data dan informasi yang dapat mempengaruhi besarnya sisa lebih riil perhitungan anggaran dimasa yang akan datang, yakni: 1) Angka rata-rata pertumbuhan saldo kas neraca daerah dan ratarata pertumbuhan kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan sertakegiatan lanjutan; 2) Asumsi indikator makro ekonomi Laju pertumbuhan rata-rata PDRB Kota Semarang di tahun 2010 hingga 2015 adalah 9,59% Rata-Rata Inflasi Kota Semarang tahun sebesar 5,7% pertahun Rata-Rata Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang tahun sebesar 6,11% pertahun 3) Kebijakan penyelesaian kewajiban daerah 4) Kebijakan efisiensi belanja daerah dan peningkatan potensi pendapatan; Dari perhitungan proyeksi pendapatan dan proyeksi belanja daerah pada tahun Kota Semarang akan mengalami defisit dan surplus anggaran. Pada tahun 2016 diproyeksikan mengalami defisit anggaran sebesar Rp ,-. Pada tahun 2017 mengalami defisit anggaran sebesar Rp ,-, dan pada tahun 2020 akan mengalami defisit anggaran sebesar Rp ,-. Sedangkan pada tahun 2018, 2019 dan 2021 mengalami surplus anggaran. Terjadinya surplus/defisit anggaran tersebut akan menjadi pertimbangan dalam merumuskan proyeksi kebijakan pembiayaan daerah. Pembiayaan Daerah Kota Semarang Tahun , dirumuskan dengan memperhatikan Realisasi Sisa Lebih Pertihungan Anggaran (SilPA) Kota Semarang pada tahun 2015 tercatat sebesar Rp ,-, Pembentukan Dana Cadangan untuk Persiapan Pemilu PILKADA Kota Semarang Tahun III-55

216 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 2020, Penyertaan Modal Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta terjadinya surplus/defisit proyeksi pendapatan dan proyeksi belanja daerah. Rumusan kebijakan proyeksi Pembiayaan Daerah Kota Semarang Tahun sebagai berikut: - Pos Penerimaan Pembiayaan, dialokasikan penerimaan SilPA dengan perincian pada tahun 2016 sebesar Rp ,- dan sebesar Rp ,-, pada tahun 2017 yang berasal dari SilPA Tahun 2015 yang tercatat sebesar Rp ,-, Disamping itu berkaitan Pemilu PILKADA Kota Semarang Tahun 2020, maka pada tahun 2020 diproyeksikan ada penerimaan pembiayaan dari Pencairan Dana Cadangan sebesar Rp ,-. - Pos Pengeluaran Pembiayaan, diproyeksikan untuk Pembentukan Dana Cadangan dalam rangka Pemilu PILKADA yang dibentuk selama 2 tahun berturut-turut, yang diperkirakan sebesar Rp masing-masing di tahun 2018 dan Secara rinci kebijakan proyeksi Pembiayaan Daerah Kota Semarang Tahun dapat dilihat pada tabel III-56

217 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Proyeksi Pembiayaan Daerah Kota Semarang No Uraian Proyeksi PENERIMAAN PEMBIAYAAN SILPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Penyertaan Modal ( Bank Jateng ) Penyertaan Modal Holding Company PT Bhumi Pandanaran Sejahtera Penyertaan Modal ( PDAM ) Penyertaan Modal BKK Penyertaan Modal Bank Pasar Penyertaan Modal Perusda Percetakan Penyertaan Modal RPH dan BHP III PEMBIAYAAN DAERAH ( ) ( ) ( ) Sumber: Analisis, 2016 III-57

218 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Analisis Kerangka Pendanaan Analisis Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menegah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi seluruh penerimaan daerah sebagaimana telah dihitung pada bagian di atas dan ke pos-pos mana sumber penerimaan tersebut akan dialokasikan. Suatu kapasitas riil keuangan daerah adalah total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos atau belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama. Untuk menentukan proyeksi kapasitas kapasitas riil keuangan daerah yang akan digunakan untuk membiayai program/ kegiatan selama 5 (lima) tahun kedepan ( ) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang sebagaimana tabel Pada tabel 3.42, maka dapat diketahui belanja daerah yang menjadi prioritas I dan II. Belanja Daerah Prioritas I adalah belanja daerah yang meliputi belanja untuk membiayai program pembangunan. Belanja Daerah prioritas II merupakan belanja daerah yang nantinya untuk Bantuan sosial dan hibah yang sifatnya wajib dilaksanakan berdasarkan aspirasi. Dari Proyeksi penerimaan pendapatan, proyeksi belanja daerah serta proyeksi pembiayaan daerah tersebut diatas, dapat dirumuskan Kerangka Pendanaan RPJMD Tahun sebagaimana tabel Proyeksi kapasitas kapasitas riil keuangan daerah yang akan digunakan untuk membiayai program/ kegiatan selama 5 (lima) tahun ke depan ( ) dalam RPJMD. III-58

219 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Mendanai Pembangunan Daerah Kota Semarang Tahun No Uraian Proyeksi 2016 (Rp) 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2019 (Rp) 2020 (Rp) 2021 (Rp) Penerimaan Pendapatan Pencairan dana cadangan Sisa lebih riil perhitungan anggaran sebelumnya (SILPA) Total Penerimaan Dikurangi : TOTAL BELANJA WAJIB DAN PENGELUARAN YANG WAJIB MENGIKAT SERTA PRIORITAS UTAMA Kapasitas riil kemampuan keuangan Sumber: Analisis, 2016 III-59

220 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Tabel Belanja Daerah Prioritas I dan II Kota Semarang Tahun PRIORITAS 2016 (Rp) 2017 (Rp) 2018 (Rp) 2019 (Rp) 2020 (Rp) 2021 (Rp) Belanja Daerah Prioritas I Belanja Daerah untuk membiayai Program Pembangunan Belanja Daerah Prioritas II Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Daerah I+II Sumber: Analisis, 2016 III-60

221 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN KODE URAIAN Tabel Proyeksi Kerangka Pendanaan RPJMD Kota Semarang Tahun TAHUN ANGGARAN I PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Retribusi Daerah Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Lain-Lain PAD Yang Sah DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Dana Bagi Hasil Pajak Dari Provinsi Pemerintah Daerah Lainnya Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau Pemerintah Daerah III-61

222 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN KODE URAIAN TAHUN ANGGARAN Lainnya Dana Intensif Daerah II BELANJA DAERAH BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan Belanja Tidak Terduga BELANJA LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal SURPLUS/DEFISIT (I-II) ( ) ( ) ( ) III PEMBIAYAAN DAERAH ( ) ( ) ( ) 3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN Pengunaan SILPA Pencairan Dana III-62

223 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN KODE Cadangan URAIAN Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Penyertaan Modal (Bank Jateng) Penyertaan Modal Holding Company PT Bhumi Pandanaran Sejahtera Penyertaan Modal (PDAM) Penyertaan Modal BKK Penyertaan Modal Bank Pasar Penyertaan Modal Perusda Percetakan Penyertaan Modal RPH dan BHP TAHUN ANGGARAN III-63

224 BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan di masa lalu serta hal-hal yang masih belum berjalan secara optimal melalui perumusan permasalahan agar dapat disusun perencanaan pembangunan untuk jangka lima tahun ke depan. Selanjutnya rumusan permasalahan tersebut dikelompokkan menjadi isu strategis yang merupakan permasalahan utama untuk dijadikan prioritas. Analisis isu strategis menghasilkan rumusan kebijakan yang bersifat antisipatif dan solutif atas berbagai kondisi yang tidak ideal di masa depan untuk meningkatkan efektivitas perencanaan pembangunan. Dengan demikian, rumusan tentang permasalahan pembangunan dan isu strategis merupakan bagian penting dalam penentuan kebijakan pembangunan jangka menengah Kota Semarang. 4.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG Permasalahan pembangunan daerah merupakan kesenjangan antara sasaran pembangunan yang ingin dicapai di masa mendatang dengan kondisi riil saat perencanaan pembangunan disusun. Untuk meminimalisir kesenjangan tersebut dalam rangka mewujudkan visi dan misi kepala daerah terpilih, maka diperlukan perumusan yang tepat terkait analisis permasalahan daerah. Berdasarkan hasil analisis permasalahan pembangunan daerah pada masing-masing bidang urusan sesuai dengan kondisi objektif daerah, serta kesepakatan dari para pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan daerah maka diketahui permasalahan utama Kota Semarang. Permasalahan utama ini dijabarkan ke dalam 4 (empat) pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Kualitas sumber daya manusia yang masih perlu ditingkatkan 2. Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) masih belum optimal 3. Belum optimalnya penyediaan infrastruktur dasar dan penataan ruang 4. Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor perekonomian masih perlu ditingkatkan IV-1

225 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor perekonomian masih perlu ditingkatkan Kualitas sumber daya manusia yang masih perlu ditingkatkan MASALAH Belum optimalnya penyediaan infrastruktur dasar dan penataan ruang Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) masih belum sesuai harapan Gambar 4.1 Gambaran Permasalahan Utama dan Permasalahan Pokok Pembangunan Daerah Kota Semarang Permasalahan pembangunan daerah Kota Semarang diidentifikasi melalui kajian data dan informasi pembangunan daerah khususnya data strategis pembangunan. Berikut penjabaran permasalahan pembangunan Kota Semarang berdasarkan gambaran umum kondisi pembangunan daerah Kota Semarang: 1. Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Masih Perlu Ditingkatkan Sumber Daya Manusia memiliki peran penting dalam proses pembangunan daerah. Sumber daya manusia dalam pembangunan daerah haruslah memiliki kualifikasi tertentu berdasarkan kontribusi di bidangnya masing-masing. Sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing secara otomatis akan memberikan sumbangsih atas keberhasilan setiap capaian kinerja pembangunan daerah. Hal tersebut secara positif akan berdampak pada ketercapaian visi dan misi pembangunan daerah serta menjadi daya dorong perwujudan target dari aspek-aspek pembangunan baik dari sektor ketenagakerjaan, kehidupan sosial masyarakat, hingga infrastruktur dasar kehidupan masyarakat. IV-2

226 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Kualitas SDM terkait dengan permasalahan pokok antara lain rendahnya akses dan mutu pendidikan, rendahnya akses dan mutu pelayanan kesehatan, dan pendapatan per kapita yang dipengaruhi oleh sektor ekstratif skala besar. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan mutu pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan. Sebagaimana telah diuraikan pada Bab 2, berdasarkan indikator pada sektor pendidikan, kondisi di Kota Semarang relatif sudah baik. Permasalahan pada kualitas sumber daya manusia yang masih perlu ditingkatkan adalah yang terkait dengan kelulusan pada pendidikan menengah, yang antara lain diindikasikan pada rata-rata lama sekolah yang hanya 10,19 tahun. Hal lain yang masih memerlukan perhatian dari sektor pendidikan adalah yang terkait dengan pendidikan karakter, budi pekerti dan wawasan kebangsaan. Masih adanya kasus yang terkait dengan kenakalan remaja, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, serta seks bebas menunjukkan perlunya penguatan pendidikan karakter sejak dini. Di sisi lain, dari komposisi penduduk Kota Semarang selama enam tahun terakhir ( ) berdasarkan tingkat pendidikan masih didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan tamat SD (atau yang sederajat), SMP (atau yang sederajat) dan SMA (atau yang sederajat). Sedangkan untuk tingkat pendidikan tamat Akademi D-III dan Universitas memiliki jumlah yang relatif rendah dibandingkan tingkat pendidikan lainnya. Sebagai kota metropolitan, peningkatan jumlah penduduk dengan pendidikan yang ditamatkan pada tingkat menengah dan Perguruan Tinggi menjadi menjadi suatu keniscayaan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Permasalahan berikutnya yang mempengaruhi SDM yang belum berkualitas adalah akses dan mutu pelayanan kesehatan. Peningkatan layanan kesehatan sangat perlu dilakukan mengingat kesehatan merupakan kunci utama individu dalam aktivitasnya. Jika dilihat dari indikator yang tercantum dalam SPM Kesehatan, capaian Kota Semarang dalam meningkatkan kualitas kesehatan warganya dapat dilihat angka kelangsungan hidup bayi per kelahiran pada tahun 2014 sebesar 90,63% menurun menjadi 90,44% pada tahun Sedangkan persentase gizi buruk meningkat dari tahun 2014 sebesar 0,38% menjadi 0,40% pada tahun IV-3

227 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Masih cukup tingginya angka pengangguran terbuka serta kualitas dan kompetensi tenaga kerja merupakan hal lain yang menjadi permasalahan untuk meningkatkan lagi kualitas sumber daya manusia. Dari sisi kesejahteraan, meskipun angka kemiskinan Kota Semarang sudah rendah, upaya penurunan kemiskinan perlu terus dilakukan. Selain hal yang bersifat fisik, kualitas SDM juga ikut dipengaruhi oleh hal yang bersifat non fisik, antara lain melalui kegiatan seni dan budaya. Rumusan permasalahan yang terkait dengan Sumber Daya Manusia, selanjutnya dilakukan analisa untuk melihat akar permasalahan dari pokok masalah yang ada. Hal ini dilakukan untuk menentukan solusi terhadap permasalahan yang ada. Rumusan dan akar permasalahan pada Sumber Daya Manusia sebagaimana dijelaskan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Rumusan Permasalahan: Kualitas Sumber Daya Manusia Yang Masih Perlu Ditingkatkan MASALAH AKAR MASALAH 1) Kualitas kelulusan pendidikan yang masih perlu ditingkatkan 2) Belum seluruh lapisan masyarakat mendapat akses ke pelayanan kesehatan yang bermutu. 3) Tingginya tingkat pengangguran terbuka 1. Masih perlunya peningkatan kompetensi pendidik dan tenaga Kependidikan 2. Masih perlunya pengoptimalan kualitas pelayanan pendidikan (pendidikan inklusi, Semarang Knowledge Sharing) 3. Masih perlunya peningkatan pendidikan pembentukan karakter 4. Masih perlunya peningkatan kuantitas dan kualitasnya Sarana dan Prasarana Pendidikan 1. Belum optimalnya budaya perilaku hidup sehat pada masyarakat 2. Belum optimalnya kompetensi dan kapasitas tenaga medis dan non medis sesuai dengan standar kompetensi 3. Kurangnya kesiapan prasarana dan sarana pelayanan kesehatan pada pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS) 4. Masih perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana Kesehatan 5. Belum terpenuhnya seluruh Standar Operasional Prosedur pelayanan kesehatan 1. Peningkatan kualitas dan kompetensi seluruh tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja masih perlu dioptimalkan IV-4

228 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS MASALAH 4) Masih belum tuntasnya pengentasan kemiskinan 5) Pengembangan kekayaan dan keragaman budaya masih perlu ditingkatkan 6) Perlu peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan AKAR MASALAH 2. Pertumbuhan ketersediaan lapangan kerja formal belum seimbang dengan ketersediaan tenaga kerja 3. Masih diperlukan peningkatan minat kewirausahaan 1. Tingkat dan cakupan pelayanan perlindungan dan pemberdayaan PMKS masih perlu ditingkatkan 2. Jumlah bantuan sosial sarpras / pemenuhan kebutuhan sosial dasar (sanitasi, air minum, RTLH) masih perlu ditingkatkan 3. Pemberian jaminan sosial bagi penyandang cacat fisik dan mental serta lanjut usia tidak potensial masih perlu ditingkatkan 4. Perluasan akses pelayanan sosial kesehatan (BPJS) dan pendidikan 1. Upaya pelestarian dan pengelolaan cagar budaya masih perlu dioptimalkan 2. Penyelenggaraan festival seni dan budaya masih perlu dioptimalkan 3. Sarana dan prasarana untuk pementasan seni dan budaya masih perlu dioptimalkan 1. Peran dan fungsi kelembagaan masyarakat dalam pembangunan masih perlu dioptimalkan 2. Koordinasi lintas sektor untuk pemberdayaan masyarakat masih perlu dioptimalkan 3. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan masih perlu ditingkatkan 4. Mitigasi dan adaptasi kebencanaan masih perlu ditingkatkan 2. Penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) masih belum sesuai harapan Untuk mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan ditindaklanjuti dalam realisasinya yakni akuntanbilitas, transparansi, dapat diprediksi, dan partisipasi. Jika keseluruhan faktor tersebut dilaksanakan secara menyeluruh dan seksama maka dapat dipastikan bahwa penyelenggaraan Pemerintahan daerah akan berjalan pada koridor pencapaian pembangunan daerah sebagai pendukung peningkatan capaian kinerja pembangunan nasional. IV-5

229 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pembangunan berkelanjutan menjadi pokok perhatian dalam perencanaan pembangunan daerah Kota Semarang. Penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan Pemerintah Kota Semarang masih menghadapi permasalahan yang terkait dengan penyalahgunaan wewenang serta praktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang antara lain diindikasikan dengan masih adanya pengaduan dari masyarakat terhadap oknum ASN yang melakukan pungutan liar serta masih adanya oknum ASN yang terlibat kasus hukum. Penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik di Kota Semarang juga harus didukung dengan ketersediaan sarana prasarana pelayanan yang memadai dan sesuai dengan standar pelayanan yang ada, kapabilitas,kapasitas dan kompetensi aparatur pelayanan yang baik, dengan jumlah yang mencukupi. Rumusan permasalahan yang berhubungan dengan tata kelola pemerintahan yang baik dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Rumusan Permasalahan: Penyelenggaraan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) Masih Belum Optimal MASALAH 1) Upaya pengawasan masih perlu ditingkatkan 2) Perlu peningkatan disiplin aparatur AKAR MASALAH 1. Sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan dan aset daerah masih perlu dikembangkan lagi 2. Pengelolaan asset masih perlu dioptimalkan lagi 3. Pelaksanaan pendataan, pengawasan dan pemeriksaan pajak daerah masih perlu dioptimalkan 4. Sistem pengendalian Internal yang dilakukan secara prosedural masih perlu ditingkatkan lagi 5. Tingkat akuntabilitas pelaporan keuangan Instansi Pemerintah masih perlu dioptimalkan lagi 1. Persebaran pegawai di setiap Perangkat Daerah masih belum merata dari segi jumlah maupun kualitas 2. Integrasi sistem informasi kepegawaian dengan data kompetensi pegawai masih belum dimaksimalkan 3. Peningkatan pengembangan dan pembinaan aparatur jabatan fungsional masih perlu dioptimalkan 4. Masih adanya SOTK yang tumpang tindih dengan Perangkat Daerah lain 5. Kualitas mental dan pola pikir aparatur perlu lebih ditingkatkan IV-6

230 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS MASALAH 3) Masih terdapat sarana prasarana pelayanan publik yang belum sesuai standar 4) Masih tingginya jumlah pelanggaran Perda AKAR MASALAH 6. Jumlah, kapabilitas, kapasitas dan kompetensi aparatur masih perlu peningkatan 1. Kinerja aparatur pelayan masyarakat masih perlu ditingkatkan 2. Peningkatan sarana prasarana pelayanan 3. Penggunaan teknologi informasi dalam pelayanan perlu lebih ditingkatkan 4. Penerapan SOP pelayanan masih belum berjalan dengan optimal 1. Kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda perlu ditingkatkan 2. Jumlah aparatur pengawas dan penindak pelanggaran Perda masih perlu ditingkatkan 3. Menurunnya penerapan nilai-nilai kebangsaan/nasionalisme, gotong royong, budi pekerti, dan kesetiakawanan sosial di kalangan masyarakat 4. Pengawasan dan pendataan terhadap pendidikan ideologi asing, dan organisasi sosial politik masyarakat masih perlu ditingkatkan 3. Belum optimalnya penyediaan infrastruktur dasar dan penataan ruang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan daerah. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Pengembangan infrastruktur merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan secara keseluruhan. Hal ini mengingat dampaknya yang hampir mempengaruhi indikator kunci keberhasilan pembangunan dasar, baik pendidikan, kesehatan, maupun ekonomi. Pembangunan infrastruktur berkualitas dengan kapasitas yang memadai dan merata merupakan faktor penting untuk mendorong konektivitas antar wilayah sehingga dapat mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi. Dibutuhkan jaringan infrastruktur yang efektif guna meningkatkan keterkaitan sektor primer berbasis pertanian dengan sektor industri pendukungnya melalui kluster dan pengembangan kawasan berdasarkan potensi dan unggulan komoditas daerah. Kualitas dan kapasitas infrastruktur yang memadai akan memperlancar konektivitas, IV-7

231 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS menurunkan biaya transportasi dan biaya logistik sehingga dapat meningkatkan daya saing produk dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Rumusan permasalahan yang berhubungan dengan penyediaan infrastruktur dasar dan penataan ruang dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3. Rumusan Permasalahan: Belum Optimalnya Penyediaan Infrastruktur Dasar Dan Penataan Ruang MASALAH (1) Belum optimalnya pemanfaatan tata ruang yang sesuai dengan arahan rencana tata ruang wilayah (RTRW) maupun daya dukung lingkungan (2) Masih terjadinya genangan banjir dan rob (3) Belum optimalnya pengembangan sistem transportasi terpadu. (4) Belum seluruh Rumah Tangga memiliki sanitasi yang baik (5) Kurangnya penanganan tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan AKAR MASALAH 1. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan Peraturan Zonasi sebagai pedoman dalam pemberian ijin pemanfaatan ruang dan ijin mendirikan bangunan belum berjalan maksimal. 2. Peningkatan kesesuaian pada peruntukan tata ruang masih perlu dioptimalkan 3. Fungsi lahan yang belum dioptimalkan 1. Masih ada saluran dan gorong-gorong yang belum berfungsi optimal 2. Infrastruktur pengendali Rob dan Banjir belum terbangun secara menyeluruh 3. Saluran drainase belum terintegrasi secara menyeluruh 4. Terjadinya penurunan tanah yang semakin tinggi khususnya di daerah pesisir 5. Terjadinya perubahan cuaca yang ekstrim 1. Jaringan jalan belum terbangun secara menyeluruh 2. Peningkatan fasilitas perlengkapan jalan masih perlu dioptimalkan 3. Integrasi jaringan jalan dan fasilitas jalan yang masih perlu dioptimalkan 4. Kualitas pelayanan angkutan umum masih perlu ditingkatkan 5. Pengelolaan sarana dan prasarana transportasi masih perlu dioptimalkan 1. Ketersediaan lahan untuk instalasi sanitasi komunal di kawasan pesisir Semarang sangat sulit didapatkan. 2. Upaya peningkatan pelayanan pengelolaan air minum dan air limbah masih perlu dioptimalkan 3. Penyediaan Prasarana Sarana Umum (PSU) lingkungan perumahan dan permukiman masih perlu ditingkatkan 1. Pelayanan pengelolaan persampahan masih perlu ditingkatkan 2. Peran serta dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan masih perlu dioptimalkan 3. Penanganan lahan kritis masih perlu ditingkatkan IV-8

232 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS MASALAH AKAR MASALAH 4. Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan masih perlu ditingkatkan 5. Pencemaran udara, air dan tanah perlu dikendalikan 6. Penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan. 4. Inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor perekonomian masih perlu ditingkatkan Perekonomian suatu wilayah menjadi salah satu tolok ukur utama dalam melihat tingkat kesejahteraan masyarakat baik secara makro maupun mikro. Hal tersebut merupakan poin penting mengingat kehidupan masyarakat sangat ditentukan oleh perekonomian terkait dengan finansial atau kebutuhan. Salah satu problem yang menghambat percepatan kemajuan Kota Semarang adalah rendahnya inovasi dan daya saing (the low of competitiveness) nilai tambah produksi. Secara teori, variabel daya saing ini menjadi faktor kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi baik skala nasional, regional, dan global. Daya saing dalam hal ini terkait dengan kapasitas produksi, kapasitas inovasi, dan kemampuan daerah Kota Semarang menarik investasi dalam kerangka meningkatkan struktur perekonomian. Rumusan permasalahan yang berhubungan dengan inovasi dan daya saing nilai tambah produksi pada sektor perekonomian dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Rumusan Permasalahan: Inovasi Dan Daya Saing Nilai Tambah Produksi Pada Sektor Perekonomian Masih Perlu Ditingkatkan MASALAH (1) Penataan penyediaan dan distribusi bahan pangan perlu dioptimalkan (2) Produksi dan kualitas produk pertanian dan peternakan perlu ditingkatkan (3) Produktifitas hasil perikanan perlu ditingkatkan; AKAR MASALAH 1. Penganekaragaman pangan masih perlu dioptimalkan 1. Penyelenggaraan intensifikasi pertanian masih perlu dioptimalkan; 2. Pengawasan/pengendalian produksi dan distribusi produk ternak masih perlu dioptimalkan 3. Pengembangan pertanian perkotaan/urban farming masih perlu dioptimalkan 4. Semakin berkurangnya lahan pertanian 1. Keterbatasan lahan untuk budidaya perikanan. 2. Tingginya alih profesi dari petani perikanan keaktivitas perkotaan; IV-9

233 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS MASALAH (4) Kontribusi kategorikategori pada sektor perdagangan dan jasajasa perlu dioptimalkan (5) Produk-produk unggulan daerah belum dikembangkan dengan maksimal (6) Peningkatan jumlah PMA maupun PMDN masih belum maksimal (7) Belum optimalnya pengembangan destinasi wisata AKAR MASALAH 1. Belum optimalnya upaya pembinaan dan pengendalian pedagang informal di ruang publik; 2. Belum optimalnya pengendalian pasar dan ritel modern; 3. Pasar rakyat belum sepenuhnya tertata dengan baik; 1. Belum optimalnya pengembangan industri yang berwawasan lingkungan; 2. Pola kemitraan antara UMKM dengan usaha besar belum optimal. 3. Akses permodalan dan pasar Industri Kecil Menengah (IKM) masih terbatas; 4. Belum optimalnya hubungan kerjasama usaha antara IKM dengan industri besar; 5. Industri kreatif masih perlu dikembangkan. 1. Pelayanan dan regulasi penanaman modal masih perlu ditingkatkan; 2. Daya saing daerah dalam menarik investasi masih perlu ditingkatkan; 1. Belum optimalnya upaya pengembangan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata; 2. Belum optimalnya keikutsertaan swasta dan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan. 4.2 ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN DAERAH DALAM RPJMD TAHUN Isu-Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Identifikasi isu-isu strategis pembangunan jangka menengah Kota Semarang tahun dilakukan berdasarkan permasalahan pembangunan daerah yang muncul diberbagai bidang urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah selama tahun yang mempengaruhi keberhasilan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah pada periode tersebut dan/atau diperkirakan akan berdampak signifikan bagi daerah dan masyarakat Kota Semarang dimasa mendatang. Isu strategis pembangunan jangka menengah Kota Semarang dirumukan berdasarkan identifikasi permasalah pada tiap urusan penyelenggaraan pemerintahan dapat dilihat pada tabel 4.5. IV-10

234 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Tabel 4.5. Identifikasi Masalah, Variabel Penyebab Yang Mempengaruhi Permasalahan Pembangunan Daerah dengan Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Variabel Penyebab No. Urusan Pemerintahan Daerah yang Mempengaruhi Isu Strategis Permasalahan A. Urusan Wajib Pelayanan Dasar A.1 A.2 Pendidikan Pengembangan PAUD belum optimal Ketersediaan dan daya tampung pendidikan dasar SD/MI dan SMP/MTs yang memadai dan terjangkau masih perlu ditingkatkan Pelayanan Pendidikan berkualitas belum optimal (pendidikan inklusi, Semarang Knowledge Sharing). Tingkat kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan belum optimal Tingkat kualitas kelulusan pendidikan belum optimal Belum optimalnya pendidikan pembentukan karakter moral dan beragama Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan belum optimal Kesehatan Akses masyarakat terhadap tingkat pelayanan kesehatan yang bermutu perlu ditingkatkan untuk seluruh lapisan masyarakat Masih beredarnya bahan-bahan berbahaya dan mudahnya memperoleh bahan-bahan berbahaya tersebut serta belum adanya regulasi dari pemerintah yang mengatur secara jelas peredaran bahanbahan tersebut Tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat belum sepenuhnya menjadi budaya hidup masyarakat Belum optimalnya kompetensi dan kapasitas tenaga medis dan non medis sesuai dengan standar kompetensi Standar Operasional Prosedur pelayanan kesehatan belum dipenuhi seluruhnya Ketersediaan sarana prasarana Pendidikan Kualitas Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Ketersediaan kurikulum berbasis karakter Ketersediaan sarana prasarana Pendidikan Akses Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan yang Bermutu Ketersediaan Perda yang mengatur secara jelas peredaran dan sangsi bahan-bahan berbahaya Kualitas dan kuantitas tenaga medis dan non medis Peningkatan pelayanan Pendidikan Peningkatan pelayanan kesehatan Peningkatan pelayanan kesehatan IV-11

235 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. Urusan Pemerintahan Daerah Persentase posyandu aktif masih perlu ditingkatkan Masih terdapat balita dengan gizi buruk Masih tingginya Angka Demam Berdarah Dengue (DBD) Kurang memadainya kondisi sarana dan prasarana Puskesmas, puskesmas pembantu dan pusling yang ada Kurangnya kesiapan prasarana dan sarana pelayanan kesehatan pada pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS) Masih terdapat kematian ibu Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Kesadaran Masyarakat terhadap Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Kesehatan Isu Strategis Masih terdapat kematian bayi A.3 Sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) masih perlu ditingkatkan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Belum optimalnya upaya peningkatan kualitas dan pemeliharaan jalan lingkungan Belum optimalnya upaya peningkatan kapasitas dan kualitas jalan perkotaan Belum optimalnya upaya peningkatan kapasitas saluran drainase Belum optimalnya upaya peningkatan pemeliharaan saluran drainase Jaringan drainase belum terhubung dengan optimal Masih adanya titik-titik genangan banjir dan rob Belum efektifnya pengaturan tata ruang dan Zonasi sebagai pedoman dalam pemberian ijin pemanfaatan ruang dan ijin mendirikan bangunan Fungsi lahan yang tidak optimal Masih adanya bangunan liar Ketersediaan Jaringan Jalan dan sarana prarana pendukung yang berkualitas Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pengendalian rob dan banjir Ketersediaan Perda Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK), Zonasi Tingkat pengendalian tata ruang Peningkatan infrastruktur berkelanjutan Penanganan rob dan banjir Peningkatan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup Masih adanya ketidaksesuaian peruntukan tata ruang IV-12

236 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. A.4 A.5 Urusan Pemerintahan Daerah Kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan belum optimal Belum optimalnya penanganan lahan kritis Penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan Masih kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di wilayah perkotaan Belum optimalnya upaya peningkatan pelayanan pengelolaan air minum dan air limbah Belum optimalnya upaya peningkatan pengolahan air baku Kapasitas resapan air belum memadai Kapasitas tandon air masih belum mencukupi Belum optimalnya upaya pengurangan luasan permukiman kumuh Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Masih kurangnya ketersediaan perumahan yang layak dan terjangkau terutama bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Belum optimalnya penanganan kawasan kumuh Belum optimalnya penyediaan Prasarana Sarana Umum (PSU) lingkungan perumahan dan permukiman Belum optimalnya pengelolaan kebencanaan kebakaran Ketentraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat Kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap Perda perlu ditingkatkan Masih tingginya jumlah pelanggaran Perda Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Tingkat Pelayanan Pengelolaan Air Minum dan Air Limbah Adanya Kawasankawasan Kumuh Ketersediaan Perumahan yang Layak dan Terjangkau bagi MBR Kualitas lingkungan perumahan dan permukiman Regulasi penyediaan PSU lingkungan perumahan dan permukiman Tingkat Pelayanan Penanggulangan Bencana Kebakaran Kesadaran dan pemahaman Masyarakat terhadap Peraturan perundangundangan, Ketersediaan sarana prasarana, SDM dan sistem pengelolaan keamanan dan ketertiban masyarakat Isu Strategis Peningkatan pelayanan publik Peningkatan kesejahteraan masyarakat Peningkatan infrastruktur berkelanjutan Peningkatan pelayanan publik IV-13

237 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. Urusan Pemerintahan Daerah Jumlah personil masih belum mencukupi dan kemampuan SDM masih perlu ditingkatkan Masih maraknya penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di kalangan Pelajar, mahasiswa, pekerja serta masyarakat umum lainnya Sosial Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Kuantitas dan kapabilitas,kapasitas serta kompetensi SDM Mental, moral dan budi pekerti Isu Strategis Peningkatan pelayanan publik A.6 Belum optimalnya tingkat dan cakupan pelayanan perlindungan dan pemberdayaan PMKS Pengentasan kemiskinan belum tuntas dan penanganganannya belum optimal Belum adanya pemberian jaminan sosial bagi penyandang cacat fisik dan mental serta lanjut usia tidak potensial Belum optimalnya mitigasi bencana Belum optimalnya koordinasi lintas sektor dalam pengelolaan kebencanaan B. Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar B.1 B.2 Tenaga Kerja Kualitas dan kompetensi tenaga kerja belum memadai sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja Masih cukup tingginya tingkat pengangguran terbuka Masih rendahnya jaminan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Belum optimalnya upaya perlindungan perempuan dan anak terhadap kekerasan, diskriminasi dan eksploitasi Belum optimalnya upaya peranserta dan pemberdayaan perempuan dalam pembangunan daerah Ketersediaan sarana prasarana, SDM dan sistem pengelolaan perlindungan dan pemberdayaan PMKS Integrasi program penanggulangan Kemiskinan Ketersediaan sarana prasarana, SDM dan sistem pengelolaan perlindungan dan pemberdayaan PMKS Ketersediaan sarana dan Prasarana serta integrasi pengelolaan kebencanaan Tingkat Kualitas dan Kompetensi Tenaga Kerja Tingkat Pengangguran Kasus ketenagakerjaan Tingkat partisipasi Perempuan dalam Pembangunan Kasus KDRT dan eksploitasi anak Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran Peningkatan pelayanan publik Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat IV-14

238 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. Urusan Pemerintahan Daerah Terbatasnya fungsi dan peran kelembagaan perempuan masyarakat dalam pembangunan Pangan Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Tingkat partisipasi Perempuan dalam Pembangunan Isu Strategis B.2 Belum optimalnya penataan penyediaan dan distribusi bahan pangan; Belum optimalnya penganekaragaman pangan Tingkat ketersediaan bahan pangan Peningkatan Ekonomi dan daya saing Pertanahan B.3 Masih munculnya konflik kepentingan pertanahan Status kepemilikan hak atas tanah Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi Lingkungan Hidup B.4 B.5 B.6 Masih tingginya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan Belum optimalnya pelayanan pengelolaan persampahan Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil Belum optimalnya tertib administrasi kependudukan Belum optimalnya pengembangan data pilah kependudukan Belum optimalnya Sistem Kependudukan terpadu Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dan pembangunan berspektif gender Belum optimalnya peran dan fungsi kelembagaan masyarakat dalam pembangunan Belum optimalnya koordinasi lintas sektor untuk pemberdayaan masyarakat Tingkat permasalahan Lingkungan hidup Tingkat Pelayanan Pengelolaan Persampahan Tingkat Pelayanan Administrasi Kependudukan Tingkat kesadaran masyarakat dalam Pembangunan Peningkatan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup Peningkatan pelayanan publik Peningkatan kesejahteraan sosial Menurunnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan IV-15

239 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. B.7 Urusan Pemerintahan Daerah Pengendalian Penduduk dan Keluarga Bencana Belum optimalnya upaya pemberdayaan kapasitas dan potensi ekonomi keluarga untuk mendorongpeningkatan kesejahteraan Masih terbatasnya akses keluarga miskin terhadap sistem ekonomi formal Masih rendahnya pasangan usia subur (PUS) yang menjadi akseptor KB Belum optimalnya penggunaan data miskin keluarga sebagai sasaran program Perhubungan Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Peningkatan kapasitas warga miskin Kapasitas keluarga miskin Tingkat Pelayanan Keluarga Berencana Kapasitas dan Potensi Ekonomi Keluarga Isu Strategis Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat B.8 Moda transportasi massal Bertambahnya simpul-simpul kemacetan Kualitas layanan angkutan umum masih perlu ditingkatkan Tingkat Kemacetan Lalulintas Tingkat Pelayanan Angkutan Umum Tingkat Pelayanan Sarana dan Prasarana Perhubungan Peningkatan pelayanan publik Belum optimalnya angkutan umum terpadu Belum optimalnya fasilitas perlengkapan jalan Belum optimalnya pengelolaan perparkiran on street dan off street Komunikasi dan Informatika Belum optimalnya penyelenggaraan informasi publik Kerjasama bidang informasi komunikasi yang dilaksanakan oleh Pemda dengan media massa masih perlu ditingkatkan Tingkat Pelayanan Komunikasi dan Informatika Keterbukaan informasi publik Peningkatan pelayanan publik B.9 Masih terdapat aplikasi pelayanan publik berbasis online yang masih belum terintegrasi Pelayanan kepada masyarakat terkait perkembangan dan pengunaan teknologi informasi dan komunikasi perlu ditingkatkan Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian base tower system (BTS) IV-16

240 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. B.10 Urusan Pemerintahan Daerah Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Masih rendahnya kuantitas dan kualitas Koperasi sehat dan aktif Belum memadainya kemampuan SDM dan kelembagaan UMKM Terbatasnya akses UMKM terhadap permodalan dan pasar Pola kemitraan antara UMKM dengan usaha besar belum optimal Penanaman Modal Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Tingkat pengelolaan KUMKM yang terintegrasi Isu Strategis Peningkatan Ekonomi dan daya saing Pelayanan dan regulasi penanaman modal perlu ditingkatkan Tingkat Pelayanan Penanaman Modal Peningkatan Ekonomi dan daya saing B.11 Daya saing daerah dalam menarik investasi perlu ditingkatkan Peningkatan jumlah PMA maupun PMDN belum maksimal Menurunnya serapan tenaga kerja oleh PMA maupun PMDN Kepemudaan dan Olahraga B.12 Belum terpenuhinya standar mutu organisasi kepemudaan dan organisasi keolahragaan Masih rendahnya peranserta pemuda dalam pembangunan Belum terpenuhinya standar mutu organisasi olahraga dari berbagai cabang olahraga Cabang olahraga prestasi masih perlu ditingkatkan Peran serta Pemuda dalam Pembangunan Ketersediaan Sarana dan Prasarana Olahraga Peningkatan Kesejahteraan Sosial Belum memadainya ketersediaan dan persebaran sarana prasarana olahraga Belum optimalnya peran serta masyarakat terhadap olahraga rekreasi Statistik B.13 Belum optimalnya pemanfaatan data statistik dalam pengelolaan pembangunan Belum optimalnya ketersediaan dan kelengkapan data statistik yang mutakhir Tingkat Pelayanan dan Kualitas Data Statistik Daerah Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi IV-17

241 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. B.14 B.15 B.16 B.17 Urusan Pemerintahan Daerah Persandian Pengembangan sarana prasarana Teknologi Informasi persandian masih perlu ditingkatkan dilingkup penyelenggaraan pemerintahan Kebudayaan Belum optimalnya upaya pelestarian dan pengelolaan cagar budaya Upaya penyelenggaraan festival seni dan budaya masih perlu ditingkatkan Belum optimalnya upaya pengembangan kekayaan dan keragaman Budaya Sarana dan prasarana untuk pementasan seni dan budaya masih perlu ditambah Perpustakaan Belum tumbuhnya minat dan budaya baca masyarakat Belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana kepustakaan Kearsipan Belum optimalnya pengelolaan arsip Belum optimalnya sarana prasarana kearsipan Belum optimalnya budaya tertib arsip Kompetensi aparatur di bidang kearsipan masih perlu ditingkatkan C. Urusan Pilihan C.1 C.2 Kelautan dan Perikanan Produktifitas hasil perikanan masih perlu ditingkatkan Tingginya alih profesi dari petani perikanan ke aktivitas perkotaan Rendahnya pendapatan nelayan Keterbatasan lahan untuk budidaya perikanan Pariwisata Belum optimalnya upaya pengembangan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata Belum optimalnya pengembangan destinasi wisata Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Tingkat keamanan informasi Tingkat Pelestarian seni dan kebudayaan Ketersediaan sarana prasarana seni dan budaya Tingkat Pelayanan Perpustakaan Tingkat Pelayanan Kearsipan Tingkat Kualitas dan produktivitas perikanan Pengelolaan dan Daya tarik wisata Isu Strategis Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Peningkatan pelayanan publik Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi Peningkatan Ekonomi dan daya saing. Peningkatan Ekonomi dan daya saing. IV-18

242 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. Urusan Pemerintahan Daerah Belum optimalnya keikutsertaan swasta dan masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan Pertanian Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Isu Strategis C.3 Belum optimalnya penyelenggaraan intensifikasi pertanian Belum optimalnya pertanian perkotaan/urban farming Terbatasnya SDM dalam mendampingi kegiatan pertanian di masyarakat Semakin berkurangnya lahan pertanian Produksi dan kualitas produk pertanian dan peternakan masih perlu ditingkatkan Kualitas dan Produktivitas sektor pertanian Peningkatan Ekonomi dan daya saing. Belum optimalnya pengawasan/pengendalian produksi dan distribusi produk ternak Perdagangan C.4 Upaya pembinaan dan pengendalian pedagang informal di ruang publik masih perlu ditingkatkan Belum optimalnya pengendalian pasar dan ritel modern Pengelolaan sarana prasarana perdagangan Kemitraan usaha Peningkatan Ekonomi dan daya saing. Pasar rakyat belum sepenuhnya tertata dengan baik Belum optimalnya upaya hubungan kerjasama pelaku usaha perdagangan Perindustrian Belum optimalnya pengembangan industri yang berwawasan lingkungan Belum memadainya kualitas dan kapasitas SDM dan kelembagaan IKM Tingkat pengelolaan IKM dan Industri Kreatif Kemitraan usaha IKM dan Industri Kreatif Peningkatan Ekonomi dan daya saing. C.5 Akses permodalan dan pasar Industri Kecil Menengah (IKM) masih terbatas Belum optimalnya hubungan kerjasama usaha antara IKM dengan industri besar Perlu dikembangkan industri kreatif IV-19

243 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. Urusan Pemerintahan Daerah D. Fungsi Penunjang D.1 D.2 Perencanaan Pembangunan Pemanfaatan data dan dokumen perencanaan dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan belum optimal Penyerapan aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan belum optimal Sistem informasi tentang perencanaan dan evaluasi pembangunan belum optimal dan berkesinambungan Koordinasi perencanaan horisontal dan vertikal serta lintas sektoral belum optimal Kualitas dokumen perencanaan, evaluasi, laporan kinerja dan keuangan Perangkat Daerah belum optimal Penelitian dan Pengembangan Masih terdapatnya kesenjangan antara implementasi dan kebijakan Belum optimalnya data/informasi dan hasil-hasil kajian penelitian dan pengembangan serta inovasi daerah Keuangan Belum optimalnya upaya peningkatan sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan dan aset daerah Masih terdapat sarana prasarana yang belum sesuai standar Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Ketersediaan, kualitas Data dan Kajian bahan penyusunan Perencanaan Pembangunan Konsistensi proses / mekanisme perencanaan Konsistensi dokumen perencanaan dan penganggaran Kajian dan Hasil penelitian Kualitas Sumberdaya Aparatur Sistem tata kelola pemerintahan Isu Strategis Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi D.3 Belum optimalnya pengelolaan aset Belum optimalnya tingkat akuntabilitas pelaporan keuangan Instansi Pemerintah Belum optimalnya pelaksanaan pendataan, pengawasan dan pemeriksaan pajak daerah Penerapan Analisis Standar Belanja (ASB) masih belum optimal IV-20

244 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. D.4 Urusan Pemerintahan Daerah Kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan Kurang optimalnya kinerja aparatur terhadap pelayanan masyarakat Belum optimalnya penerapan SOP pelayanan Belum meratanya persebaran pegawai di setiap Perangkat Daerah dari segi jumlah maupun kualitas Belum maksimalnya integrasi antara sistem informasi kepegawaian dengan data kompetensi pegawai Belum optimalnya pengembangan dan pembinaan aparatur jabatan fungsional Disiplin aparatur masih perlu ditingkatkan Kualitas mental dan pola pikir aparatur perlu ditingkatkan Masih belum mencukupinya jumlah pegawai dan kompetensi pegawai Tingkat pemahaman hukum masyarakat dan aparatur masih perlu ditingkatkan Masih adanya SOTK yang tumpang tindih dengan Perangkat Daerah lain E. Fungsi Lainnya E.1 Belum optimalnya pelaksanaan legislasi daerah Belum maksimalnya sistem pengendalian Internal yang dilakukan secara prosedural Upaya pengawasan masih perlu ditingkatkan F. Urusan Pemerintahan Umum Jumlah personil masih belum mencukupi dan kemampuan SDM masih perlu ditingkatkan Masih maraknya penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, psikotropika, dan zat F.1 adiktif lainnya di kalangan Pelajar, mahasiswa, pekerja serta masyarakat umum lainnya Menurunnya penerapan nilainilai kebangsaan/nasionalisme, gotong royong, budi pekerti, dan Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Kompetensi, kapasitas dan kapabilitas aparatur daerah Kompetensi, kapasitas dan kapabilitas wakil rakyat Konsistensi pengawasan internal Tingkat kesadaran bermasyarakat dan berbangsa Isu Strategis Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi Peningkatan pelayanan publik IV-21

245 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS No. Urusan Pemerintahan Daerah kesetiakawanan sosial di kalangan masyarakat Belum optimalnya pengawasan dan pendataan terkait dengan pendidikan ideologi asing, dan organisasi sosial politik masyarakat Variabel Penyebab yang Mempengaruhi Permasalahan Ketersediaan data dan SDM Isu Strategis Berdasarkan permasalahan dan variabel penyebab tersebut pada tabel di atas maka dapat dirumuskan isu strategis RPJMD ke depan adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat 2. Peningkatan pelayanan pendidikan 3. Peningkatan pelayanan kesehatan 4. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran 5. Tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi 6. Peningkatan pelayanan publik 7. Penanganan rob dan banjir 8. Peningkatan infrastruktur berkelanjutan 9. Peningkatan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup 10. Peningkatan ekonomi dan daya saing Keterkaitan Hasil Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Dengan Isu Pokok Pembangunan dari Visi Misi Walikota dan Wakil Walikota Terpilih. Sesuai dengan amanat Peraturan Kementrian dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, isu strategis pembangunan jangka menengah hasil identifikasi perlu disandingkan dengan permasalahan pokok pembangunan yang tercantum dalam visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota terpilih. Hal ini untuk melihat keselarasan antara isu strategis pembangunan jangka menengah hasi identifikasi dengan permasalahan pokok pembangunan pada visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Terpilih, sebagaimana tercantum pada tabel 4.6. IV-22

246 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Tabel 4.6. Keterkaitan Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Hasil Identifikasi Dengan Permasalahan Pokok Pembangunan Walikota dan Wakil Walikota Terpilih Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Hasil Identifikasi 1. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat 2. Peningkatan pelayanan pendidikan 3. Peningkatan pelayanan kesehatan Permasalahan Pokok Pembangunan Walikota dan Wakil Walikota Terpilih 1. Sumber Daya Manusia Berkualitas 4. Penanggulangan kemiskinan dan 2. Pelayanan Publik pengangguran 5. Tata kelola pemerintahan dan reformasi birokrasi 6. Peningkatan pelayanan publik 7. Penanganan rob dan banjir 3. Pembangunan berkelanjutan 8. Peningkatan infrastruktur berkelanjutan 9. Peningkatan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup 10. Peningkatan ekonomi dan daya saing 4. Inovasi dan daya saing Daerah Keterkaitan Hasil Identifikasi Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah dengan Isu Strategis Pembangunan Jangka Panjang Mengingat RPJMD Kota Semarang Tahun merupakan penjabaran dari tahapan pembangunan periode ketiga RPJPD Kota Semarang Tahun yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun , maka isu strategis pembangunan jangka menengah hasil identifikasi juga harus selaras dengan Tahapan Pembangunan Jangka Panjang yang termuat dalam RPJPD Kota Semarang Tahun Untuk melihat keselarasan dan keterkaitan antara isu strategis pembangunan jangka menengah hasil identifikasi dengan tahapan Pembangunan Jangka Panjang yang termuat dalam RPJPD Kota Semarang Tahun Pada periode ketiga pelaksanaan RPJPD merupakan tahap penguatan, yakni: IV-23

247 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 1) Penguatan sumberdaya manusia Kota Semarang yang berkualitas, adalah pembangunan yang diprioritaskan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi, berbudi luhur disertai toleransi yang tinggi dengan tetap memiliki kadar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME. 2) Penguatan tata pemerintahan yang baik (good governance) dan kehidupan politik yang demokratis dan bertanggungjawab, adalah penyelenggaraan pemerintah yang diprioritaskan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif, efisien dan akuntabel dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia. 3) Penguatan kemandirian dan daya saing daerah, adalah pembangunan yang diprioritaskan pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada potensi ekonomi lokal, berorientasi pada ekonomi kerakyatan dan sektor ekonomi basis yang mempunyai daya saing baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional. 4) Penguatan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, adalah pembangunan yang diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan tata ruang dan peningkatan pembangunan infrastruktur wilayah yang terencana, selaras, serasi, seimbang dan berkeadilan dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. 5) Penguatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat, adalah pembangunan yang diprioritaskan pada penanggulangan kemiskinan, penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial, pengurangan pengangguran dan perlindungan perempuan dan anak serta mitigasi bencana. Keterkaitan Isu Strategis pembangunan Jangka Menengah Daerah dengan tahapan pembangunan RPJPD Kota Semarang Periode ketiga sebagaimana tabel 4.7. IV-24

248 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Tabel 4.7. Keterkaitan Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Daerah Dengan Tahapan Pembangunan RPJPD Kota Semarang Tahapan Pembembangunan Jangka Panjang Dalam RPJPD Kota Semarang Tahap III Tahun ) Penguatan sumberdaya manusia Kota Semarang yang berkualitas 2) Penguatan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan kehidupan politik yang demokratis dan bertanggungjawab 3) Penguatan kemandirian dan daya saing daerah 4) Penguatan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan, 5) Penguatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Kota Semarang Tahun ) Peningkatan pelayanan pendidikan 2) Peningkatan Pelayanan Kesehatan 3) Tata Kelola dan Reformasi Birokrasi 4) Peningkatan pelayanan publik 5) Peningkatan Ekonomi dan daya saing daerah 6) Penanganan rob dan banjir 7) Peningkatan infrastruktur berkelanjutan 8) Peningkatan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup 9) Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat 10) Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran Penjelasan Isu Strategis Pembangunan Jangka Menengah Penjelasan dari isu-isu strategis pembangunan jangka menengah daerah Kota Semarang Tahun tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: A. Peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat Pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olah raga. Peningkatan pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup, rasa aman dan tentram serta adil dalam segala bidang; penguatan karakter berbasis kearifan lokal, penguatan nilai-nilai kebangsaan dan budi pekerti; pelestarian dan pengembangan seni budaya; peningkatan prestasi pemuda dan olah raga. IV-25

249 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS B. Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran Kemiskinan adalah kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari secara layak. Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan krusial di Kota Semarang mengingat terdapat 5,04% penduduk Kota Semarang yang terkategorikan miskin pada tahun 2015 menurut BPS. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kurangnya kesempatan kerja, beban ekonomi keluarga, keterbatasan akses permodalan, tingkat pendidikan yang rendah. Pembangunan penanganan kemiskinan melalui gerakan bersama penanggulangan kemiskinan daerah secara komprehensif dan terpadu. Pengangguran merupakan salah satu permasalahan krusial di kawasan perkotaan termasuk Kota Semarang. Penanganannya dilakukan melalui perluasan kesempatan kerja, peningkatan kemampuan dan keterampilan pencari kerjaserta perluasan jaringan kerja. C. Peningkatan Kualitas Pendidikan Pembangunan sektor pendidikan mempunyai peran penting dalam peningkatan pelayanan dasar SDM. Untukmewujudkan hal ini, dilakukan melalui peningkatan kelembagaan sumber daya manusia dan tata laksana yang meliputi penyediaan prasarana dan sarana sesuai standar, peningkatan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan, pengelolaan sistem pendidikan yang berkualitas, termasuk pendidikan karakter, pengembangan nasionalisme substansi, pengembangan Semarang Knowledge Sharing, dan pendidikan inklusi. D. Peningkatan Kualitas Kesehatan Peningkatan kualitas pembangunan kesehatan merupakan pelayanan dasar salah satu pilar utama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan kesehatan dilakukan melalui peningkatan kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata kelola meliputi antara lain Peningkatan kualitas prasarana dan sarana kesehatan, kualitas tenaga medis dan paramedis, perbaikan sistem pelayanan dengan memperhatikan keterjangkauan dan ketersediaan pelayanan untuk seluruh masyarakat Kota Semarang termasuk masyarakat miskin. Pembangunan kesehatan juga diarahkan pada peningkatan kualitas kesehatan tingkat pertama dan peningkatan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. IV-26

250 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS E. Tata Kelola Pemerintahan dan Reformasi Birokrasi Prioritas utama Kota Semarang dalam peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan meliputi kapabilitas, integritas, akuntabilitas, ketaatan pada hukum, kredibilitas dan transparansi. Langkah utama untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang berkualitas di Kota Semarang dilakukan melalui penciptaan struktur pemerintah yang efisien, peningkatan kapasitas aparatur dan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan yang lebih baik melalui peningkatan ketersediaan dan kualitas data. Fokus Reformasi Birokrasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Semarang terkait dengan meningkatkan sistem pengawasan internal dan pengendalian kebijakan Kepala Daerah melalui evaluasi tingkat maturitas SPIP maupun tingkat leveling kapabilitas APIP, meningkatkan integritas dan kapabilitas Aparatur Sipil Negara (ASN). Peningkatan pengendalian dan penggelolaan keuangan dan aset daerah juga menjadi fokus lain dari pembenahan reformasi dan birokrasi di Kota Semarang. Hal ini dikarenakan belum optimalnya pengelolaan, pengamanan, dan pemanfataan aset daerah, sehingga perlu adanya sistem yang terintegrasi mengenai pengelolaan aset. F. Peningkatan Pelayanan Publik Prioritas utama Kota Semarang dalam peningkatan pelayanan publik adalah terwujudnya pelayanan yang prima (one stop service) meliputi penguatan sistem dan akses pelayanan berbasis teknologi informasi yang terpadu (smart city); pelayanan yang cepat, mudah, murah, terjangkau, inklusif dan berkualitas. Peningkatan pelayanan publik diupayakan melalui peningkatan kualitas dan manajemen pelayanan publik yang meliputi peningkatan kapasitas organisasi Perangkat Daerah yang mengarah pada kepuasan masyarakat. G. Penanganan Banjir dan Rob Banjir dan rob merupakan ancaman bencana yang masih dihadapi oleh Kota Semarang dan diprioritaskan penanganannya. Letak kota Semarang yang berada dipinggir pantai Utara Jawa Tengah dan sebagian wilayah mengalami penurunan muka tanah menjadikan Kota Semarang sebagai langganan rob dan banjir. Luas genangan rob dan banjir pada tahun 2015 masih seluas ha, dengan lama genangan maksimal 9 jam dengan ketinggian genangan rata-rata 50 cm. IV-27

251 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pelaksanaan penanganan banjir dilakukan melalui penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pengembangan tata laksana, kerjasama penanganan banjir dan rob dengan berbagai pihak termasuk masyarakat, Pemerintah Provinsi dan Pusat serta kerjasama Internasional. Penanganan rob dan banjir meliputi perbaikan sistem sungai dan saluran, polder serta pembangunan tandon air dan sumur resapan/ biopori dan penanganan konservasi lahan. H. Peningkatan infrastruktur yang berkelanjutan Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan mengandung pengertian dimana pembangunan infrastruktur tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang. Pembangunan infrastruktur menyangkut pengembangan tata kelola infrastruktur yang baik, sistem transportasi yang terintegrasi, berkualitas dan berkelanjutan, serta peningkatan jejaring kerjasama penyediaan pelayanan infrastrukur. I. Peningkatan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup Pembangunan tata ruang dan kulitas lingkungan hidup untuk mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegahserta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan, mewujudkan ruang kota yang berkualitas. Pembangunan tata ruang dan kualitas lingkungan hidup mencakup ketersediaan produk hukum pengaturan tata ruang (RTRW, RDTRK, zonasi) yang dapat dijadikan acuan dalam membangun ruang kota; peningkatan kualitas kelembagaan, sumber daya manusia, dan tata laksana dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan ruang dan daya dukung lingkungan. J. Peningkatan Ekonomi dan daya saing daerah Struktur perekonomian daerah Kota Semarang yang didominasi oleh sektor konstruksi dan industri pengolahan, pada satu sisi memberikan dampak positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi daerah. Disisi lain perekonomian yang didominasi oleh sektor konstruksi dan industri pengolahan strukturnya relatif lemah dan sangat rawan terhadap adanya gejolak perekonomian. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan ekonomi kerakyatan yang berbasis sumber daya lokal berupa UKM dan Koperasi IV-28

252 ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS harus lebih ditingkatkan kinerjanya agar dapat berperan lebih signifikan dalam perekonomian daerah. Pembangunan ekonomi dan daya saing daerah melalui peningkatan kapasitas KUMKM/IKM, pengembangan Ekonomi kreatif/berbasis pengetahuan dan inovasi; pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal dan keunggulan daerah. IV-29

253 BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan pembangunan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun , RPJMD merupakan tahapan ketiga pembangunan jangka panjang daerah Kota Semarang. Sebagaimana diamanatkan dalam RPJPD Tahun disebutkan bahwa tahapan dan skala prioritas pembangunan daerah yang ditetapkan merupakan cerminan dari urgensi permasalahan yang akan diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena prioritas yang dirumuskan dalam setiap tahapan dapat berbeda-beda, akan tetapi semua itu harus tetap berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka pencapaian sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah. Visi RPJPD Kota Semarang Tahun yang telah ditetapkan adalah Semarang Kota Metropolitan yang Religius, Tertib dan Berbudaya. KOTA METROPOLITAN, mengandung arti bahwa Kota Semarang mempunyai sarana prasarana yang dapat melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan hinterland-nya dengan aktivitas ekonomi utama berupa perdagangan, jasa, dan industri serta didukung sektor ekonomi lainnya untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Metropolitan juga mengandung makna dapat menjamin kehidupan masyarakatnya yang aman, tentram, lancar, asri, sehat dan berkelanjutan. RELIGIUS, mengandung arti bahwa masyarakat Kota Semarang meyakini kebenaran ajaran dan nilai-nilai agama/kepercayaan serta mengamalkannya dalam wujud keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tindakan nyata dalam keseharian, dengan menjunjung tinggi toleransi dan kepedulian dalam menjalankan kehidupannya. TERTIB, mempunyai arti bahwa setiap masyarakat secara sadar menggunakan hak dan menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya V-1

254 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN sehingga terwujud kehidupan pemerintahan dan kemasyarakatan yang teratur dan pasti, senantiasa berpedoman pada sistem ketentuan perundang-undangan yang esensial untuk terciptanya sikap disiplin, teratur, menghargai waktu sebagai ciri perilaku hidup masyarakat yang maju. BERBUDAYA, mempunyai arti bahwa setiap perilaku kehidupan masyarakat yang dilandasi oleh etos kerja, tata cara, adat istiadat, tradisi, kearifan lokal, norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta diyakini sebagai nilai-nilai budi pekerti yang luhur yang diwujudkan dalam perilaku interaksi sosial sebagai identitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa selama tahun 2005 hingga 2025 Kota Semarang diharapkan menjadi kota yang dihuni oleh masyarakat yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai agama, etos kerja, tata cara, adat istiadat, tradisi, norma kearifan lokal yang hidup dan berkembangan yang diyakini sebagai nilai-nilai yang luhur yang diwujudkan dalam perilaku interaksi sosial serta sadar menggunakan hak dan kewajibannya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sehingga terwujud kehidupan pemerintahan dan kemasyarakatan yang teratur, sejahtera dan didukung oleh aktivitas ekonomi utama yang berupa perdagangan, jasa, dan industri serta ditunjang oleh standar pelayanan kota berskala metropolitan yang mampu melayani seluruh aktivitas masyarakat kota dan daerah hinterlandnya dengan aman, tentram, nyaman, lancar, asri, sehat dan berkelanjutan.. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa RPJMD disusun dengan berpedoman pada RPJPD dan RPJMN untuk menjamin konsistensi arahan pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, Visi dalam RPJMD adalah Visi Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah Terpilih yang disampaikan pada waktu Pemilihan Kepala Daerah. Visi dan misi pembangunan Kota Semarang tahun juga merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden yang terangkum dalam kerangka ideologi Tri Sakti dan Agenda Nasional Nawa Cita. Selain itu, visi dan misi pembangunan Kota Semarang tahun juga merupakan perwujudan visi dan misi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah serta visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Semarang Tahun V-2

255 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi ini akan menjadi arahan pembangunan Kota Semarang selama lima tahun yang akan datang dan terjabarkan ke dalam tujuan dan sasaran pembangunan yang lebih khusus dan terfokus. 5.1 VISI RPJMD Tahun merupakan penjabaran dari tahapan pembangunan periode ketiga RPJPD Kota Semarang Tahun Tema pembangunan RPJPD periode ketiga menjadi salah satu rujukan kepala daerah dalam menyusun Visi dan Misi Kota Semarang untuk tahun Visi pembangunan daerah Kota Semarang Tahun berdasarkan visi Walikota dan Wakil Walikota Semarang terpilih adalah sebagai berikut : Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung maksud bahwa Semarang sebagai kota metropolitan berwawasan lingkungan akan menjadi kota yang handal dan maju dalam pedagangan dan jasa, dengan dukungan infrastuktur yang memadai serta tetap menjadi daerah yang kondusif untuk meningkatkan kesejahteraan warganya dengan dukungan pengembangan politik, keamanan, sosial, ekonomi, dan budaya. HEBAT, mengandung arti masyarakat Kota Semarang yang bergerak untuk mencapai keunggulan dan kemuliaan, serta kondisi perkotaan yang kondusif dan modern dengan tetap memperhatikan lingkungan berkelanjutan demi kemajuan perdagangan dan jasa. Semarang yang Hebat dapat terlihat antara lain melalui kontribusi kategori-kategori yang terkait dengan perdagangan dan jasa-jasa terhadap PDRB dan kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB yang semakin meningkat, nilai investasi yang semakin besar, laju pertumbuhan ekonomi yang tiap tahun terus meningkat, serta luas genangan banjir dan rob yang semakin menurun. SEJAHTERA, mengandung arti bahwa dalam lima tahun ke depan masyarakat Kota Semarang akan semakin meningkat kesejahteraannya dengan pemenuhan kebutuhan pendidikan, kesehatan, pelayanan dasar maupun sarana dan prasarana penunjang. Peningkatan kesejahteraan tersebut antara lain ditunjukkan melalui peningkatan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan Gender (IPG) serta penurunan angka kemiskinan, dan tingkat pengangguran. V-3

256 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.2 MISI Untuk mewujudkan Visi SEMARANG KOTA PERDAGANGAN DAN JASA YANG HEBAT MENUJU MASYARAKAT SEMAKIN SEJAHTERA dirumuskan 4 (empat) misi pembangunan daerah sebagai berikut: Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berbudaya dan berkualitas. Mewujudkan kota metropolitan yang dinamis dan berwawasan lingkungan Mewujudkan Pemerintahan yang semakin handal untuk meningkatkan pelayanan publik. Memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis keunggulan lokal dan membangun iklim usaha yang kondusif. Gambar 5.1 Misi Walikota dan Wakil Walikota Semarang Misi 1. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas Pembangunan diprioritaskan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang memiliki tingkat pendidikan dan derajat kesehatan yang tinggi serta menjunjung tinggi budaya asli Kota Semarang. Misi 2. Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik Penyelenggaraan pemerintahan diprioritaskan pada pelaksanaan otonomi daerah secara nyata, efektif,efisien dan akuntabeldengan menerapkan prinsip-prinsiptata kelola pemerintahan yang baik (good governance) sehingga mampu memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat yang disertai dengan penegakan supremasi hukum dan hak asasi manusia. V-4

257 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Misi 3. Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan Pembangunan diprioritaskan pada optimalisasi pemanfaatan tata ruang dan peningkatan pembangunan infrastruktur wilayah yang terencana, selaras, serasi, seimbang dan berkeadilan dengan tetap memperhatikan konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Misi 4. Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif Pembangunan diprioritaskan pada peningkatan kemampuan perekonomian daerah dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif yang berbasis pada potensi ekonomi lokal, berorientasi pada ekonomi kerakyatan dansektor ekonomi basis yang mempunyai daya saing baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional serta meningkatkan investasi pada sektor industri besar untuk menyerap tenaga kerja (Penanaman Modal Asing) yang didukung oleh keberadaan kawasan berikat, kawasan industri dan pergudangan serta dibangunnya sentra-sentra industri kecil dan rumah tangga. Pesan mendasar visi yang dijabarkan dalam misi-misi pembangunan Kota Semarang dalam waktu lima tahun kedepan adalah untuk membuat masyarakat semakin sejahtera, maka upaya untuk meningkatkan pelayanan publik, pengembangan kehidupan berdemokrasi, pemerataan dan keadilan harus benar-benar dilaksanakan secara konsisten di daerah. Karena itulah, dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi diperlukan semangat baru dalam pelaksanaan pembangunan yang berlandaskan nilai dasar bangsa Indonesia dan masyarakat Semarang khususnya, yakni kegotongroyongan. Semangat baru tersebut tertuang dalam slogan: Bergerak Bersama Membangun Semarang Makna slogan Bergerak Bersama Membangun Semarang diartikan satu sikap yang terwujud dalam bentuk inisiatif dan penuh semangat untuk menyumbangsihkan tenaga dan pikiran dalam rangka membangun Kota Semarang. Sikap ini diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran dan kecintaan aparatur dan masyarakat akan kotanya. Melalui pernyataan ini akan timbul sikap kepeloporan, sinergi dan kolaborasi untuk menjaga V-5

258 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN kotanya dan melakukan inovasi dan kreativitas dalam membangun kota dengan tidak meninggalkan budaya dan karakter lokal. Sebagaimana halnya Visi dan Misi Walikota dan Wakil Walikota terpilih berpedoman pada RPJPD Kota Semarang Tahun , maka janji-janji yang telah disampaikan pada saat kampanye merupakan substansi yang terkait erat dengan pencapaian Visi dan Misi. Janji-janji dimaksud yang tercantum dalam RPJMD Tahun , selanjutnya akan menjadi pedoman pembangunan selama 5 (lima) tahun dan dituangkan dalam Renstra Perangkat Daerah dan RKPD. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sesuai dengan visi dan misi, maka keberhasilan Kota Semarang menjadi Semarang yang Hebat dan semakin Sejahtera secara umum terlihat pada gambar 5.2: Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat. Menuju masyarakat semakin sejahtera. Gambar 5.2 Pencapaian Semarang Hebat Dari gambar 5.2, pencapaian yang ingin diwujudkan Kota Semarang adalah Semarang Hebat yang dijabarkan dalam target indikator selama lima tahun. Indikator dan target capaian di akhir periode RPJMD adalah seperti yang terlihat pada tabel 5.1. V-6

259 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Tabel 5.1 Indikator Semarang Hebat No Indikator Kondisi awal (2015) Target Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen) 5,8 6,1 2. Kontribusi kategori-kategori yang terkait dengan perdagangan dan jasa-jasa 30,99 31,41 terhadap PDRB (persen) 3. Kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB 27,30 27,54 (persen) 4. Nilai investasi (dalam juta rupiah) Luas genangan banjir dan rob (persen) 41, Indeks Pembangunan Manusia (point) 79,28 81,24 7. Indeks Pembangunan Gender (point) 95, Angka Kemiskinan (persen) 5,04 4,55 9. Tingkat Pengangguran Terbuka (persen) 5,77 4,57 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Semarang ditargetkan mencapai 6,65% di tahun Sebagai kota perdagangan dan jasa, kontribusi kategori-kategori pembentuk PDRB Atas Dasar Harga Berlaku yang terkait dengan perdagangan dan jasa ditargetkan meningkat menjadi 31,41%. Kategori-kategori tersebut adalah Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi & Makan Minum; Jasa Keuangan; Jasa Perusahaan; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta jasa lainnya. Sedangkan kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ditargetkan meningkat menjadi 27,54%. Nilai investasi yang masuk ke Kota Semarang sampai tahun 2021 ditargetkan sebesar Rp juta. Luas wilayah yang tergenang banjir dan rob di tahun 2021 diharapkan hanya akan sebesar 33% dari keseluruhan luas wilayah Kota Semarang. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks pembangunan manusia yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan upaya membangun kualitas hidup manusia. Nilai IPM Kota Semarang di tahun 2021 diharapkan akan berada pada posisi 81,24. Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan V-7

260 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN manusia yang sama seperti IPM, hanya saja data yang ada dipilah antara laki-laki dan perempuan. IPG digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Nilai IPG Kota Semarang di 2021 ditargetkan akan dapat mencapai nilai 96. Meskipun angka kemiskinan di Kota Semarang adalah yang terendah dibandingkan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, dalam lima tahun ke depan angka kemiskian (berdasarkan kriteria BPS) akan dapat menurun menjadi 4,55% di tahun Tingkat pengangguran terbuka di Kota Semarang ditargetkan sebesar 4,57% di tahun TUJUAN Untuk mencapai keempat misi pembangunan Kota Semarang dalam jangka menengah, maka dirumuskan tujuan dan sasaran pada masingmasing misi tersebut. Perumusan tujuan adalah tahap perumusan strategis yang menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Perumusan tujuan merupakan salah satu tahap perencanaan kebijakan (policy planning) yang memiliki titik kritis (critical point) dalam penyusunan RPJMD. Hal ini mengingat bilamana visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota tidak dijabarkan secara teknokratis dan partisipatif ke dalam tujuan, maka program Walikota dan Wakil Walikota terpilih akan mengalami kesulitan dalam operasionalisasinya ke dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan. Tujuan merupakan dampak (impact) keberhasilan pembangunan daerah yang diperoleh dari pencapaian berbagai program prioritas terkait. Selaras dengan penggunaan paradigma penganggaran berbasis kinerja maka perencanaan pembangunan daerah pun menggunakan prinsip yang sama. Pengembangan rencana pembangunan daerah lebih ditekankan pada target kinerja, baik pada dampak, hasil, maupun keluaran dari suatu kegiatan, program, dan sasaran. Perumusan tujuan dari visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota terpilih juga menjadi landasan perumusan visi,misi, tujuan dan sasaran Renstra Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. Tujuan adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang perlu dilakukanuntuk mencapai visi, misi dengan menjawab isu strategis daerah dan permasalahan pembangunan daerah. Rumusan tujuan merupakan dasar dalam menyusun pilihan-pilihan strategi pembangunan dan sarana untuk V-8

261 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN mengevaluasi pilihan tersebut. Perumusan tujuan dan keterkaitannya dengan misi RPJMD Tahun disajikan pada tabel 5.2: Tabel 5.2 Tujuan Pembangunan Kota Semarang Tahun Misi 1. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas 2. Mewujudkan pemerintahan yang semakin handal untuk meningkatkan pelayanan publik Tujuan 1.1 Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia 1.2 Meningkatkan nilai-nilai budaya masyarakat 2.1 Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan melayani 2.2 Meningkatkan kualitas pelayanan publik 2.3 Mewujudkan Kota Semarang yang tentram, tertib dan nyaman 3. Mewujudkan Kota Metropolitan yang dinamis dan berwawasan lingkungan 3.1 Mewujudkan tata ruang yang terpadu dan berkelanjutan 3.2 Mewujudkan sistem pengelolaan Drainase Kota Semarang yang terintegrasi 3.3 Mewujudkan sistem transportasi Kota Semarang yang terintegrasi dan berkelanjutan 3.4 Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana dasar perkotaan 4. Memperkuat ekonomi kerakyatan berbasis keunggulan lokal dan membangun iklim usaha yang kondusif 3.5 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan 4.1 Menjamin ketahanan pangan bagi penduduk 4.2 Meningkatkan sektor perdagangan dan jasa 4.3 Mendorong pengembangan investasi dan ekonomi lokal berdaya saing global 5.4 SASARAN Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan. Hasil rumusan sasaran pembangunan Kota Semarang Tahun berdasarkan misi dan, tujuan adalah sebagai berikut : V-9

262 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Tabel 5.3 Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan Kota Semarang Tahun Misi Tagline Tujuan Sasaran 1 Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Misi 1: Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas Misi 2: Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik SEMARANG SEHAT DAN CERDAS SEMARANG MELAYANI Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Meningkatkan nilai-nilai warisan budaya masyarakat Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan melayani Meningkatkan kualitas pelayanan publik Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat Meningkatnya kualitas daya saing tenaga kerja Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Meningkatnya pembangunan yang berperspektif gender dan kapasitas pemberdayaan masyarakat Terwujudnya pelestarian dan pengembangan warisan budaya Terwujudnya pemerintah yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja Meningkatnya integritas aparatur Terwujudnya pelayanan prima 5 Mewujudkan Kota Semarang yang tentram, tertib dan nyaman 11 Meningkatnya ketentraman dan kenyamanan masyarakat 6 Mewujudkan tata ruang yang terpadu dan berkelanjutan 12 Meningkatnya keterpaduan rencana tata ruang Misi 3: Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan SEMARANG TANGGUH Mewujudkan sistem pengelolaan Drainase Kota Semarang yang terintegrasi Mewujudkan sistem transportasi Kota Semarang yang terintegrasi dan berkelanjutan Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana dasar perkotaan Menurunnya luas genangan banjir dan rob Menurunnya kemacetan jalan Terwujudnya sarana dan prasarana dasar perkotaan yang berkualitas 10 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan 16 Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup V-10

263 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Misi Tagline Tujuan Sasaran 17 Meningkatnya kualitas dan kuantitas ketersediaan pangan Misi 4: Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif SEMARANG BERDAYA SAING Menjamin ketahanan pangan bagi penduduk Meningkatkan sektor perdagangan dan jasa Mendorong pengembangan investasi dan ekonomi lokal berdaya saing global Meningkatnya pendapatan petani Meningkatnya kesejahteraan masyarakat pelaku usaha perikanan Meningkatnya sektor perdagangan dan jasa unggulan Meningkatnya produkproduk unggulan daerah Meningkatnya Daya Tarik Wisata (DTW) Meningkatnya iklim investasi kota 5.5 KETERKAITAN VISI MISI WALIKOTA TAHUN DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA Penjabaran visi misi Walikota Semarang, tujuan dan sasaran seperti yang diuraikan di atas disusun juga dengan kaitan untuk mendukung pencapaian prioritas RPJMN tahun , dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah tahun Keterkaitan dukungan tersebut dijelaskan melalui bagan berikut : V-11

264 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi RPJMN : Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong Visi RPJMD Kota Semarang : Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera Misi 1: Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan Misi 1: Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas Misi 2: Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum Misi 2: Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik Misi 3: Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim Misi 4: Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera Misi 3: Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan Misi 5: Mewujudkan bangsa yang berdaya saing Misi 6: Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional Misi 4: Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif Misi 7: Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan Gambar 5.3 Skema keterkaitan Visi Misi RPJMN dengan RPJMD Kota Semarang Tahun V-12

265 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Tabel 5.4 Sinkronisasi Agenda Prioritas RPJMN (Nawacita) Dengan RPJMD Kota Semarang Tahun Agenda Prioritas RPJMN Agenda 1: Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara Agenda 2: Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Agenda 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan Agenda 4: Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya Agenda 5: Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia Agenda 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya Agenda 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik Agenda 8: Melakukan revolusi karakter bangsa Agenda 9: Memperteguh kebhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia Penjabaran dalam RPJMD Kota Semarang Tahun Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari: Misi 2. dengan fokus Meningkatnya ketentraman dan kenyamanan masyarakat; Misi 1. dengan fokus Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia. Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 2. dengan fokus - Meningkatnya kapasitas, akuntabilitas kinerja dan integritas aparatur serta; - Meningkatnya kualitas pelayanan publik. Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 3. dengan fokus Meningkatnya keterpaduan rencana tata ruang untuk Terwujudnya sarana dan prasarana dasar perkotaan yang berkualitas dengan memperhatikan kualitas lingkungan hidup perkotaan. Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 2. dengan fokus Terwujudnya pemerintah yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 1. dengan fokus Meningkatnya kualitas Sumber Daya Manusia (kesehatan, pendidikan, tenaga kerja). Misi 3. dengan fokus - Terwujudnya sarana dan prasarana dasar perkotaan yang berkualitas; - Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Misi 4. dengan fokus Meningkatnya kualitas dan kuantitas ketersediaan pangan. Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 4. dengan fokus - Meningkatnya kualitas dan kuantitas ketersediaan pangan - Meningkatnya produk-produk unggulan daerah; - Meningkatnya iklim investasi kota Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 4. dengan fokus - Meningkatnya sektor perdagangan dan jasa - Meningkatnya daya tarik wisata (DTW) Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 2. dengan fokus - Meningkatnya integritas aparatur - Terwujudnya pelayanan publik yang prima Diterjemahkan dalam sasaran daerah yang diturunkan dari Misi 1. dengan fokus Meningkatnya nilai-nilai budaya masyarakat melalui pelestarian dan pengembangan kearifan budaya lokal V-13

266 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi RPJMD Prov. Jateng : MENUJU JAWA TENGAH SEJAHTERA DAN BERDIKARI Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi Visi RPJM Kota Semarang : Semarang Kota Perdagangan dan Jasa yang Hebat Menuju Masyarakat Semakin Sejahtera Misi 1: Membangun Jawa Tengah berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan Misi 1: Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas Misi 2: Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan, Kemiskinan dan Pengangguran Misi 3: Mewujudkan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang Bersih, Jujur dan Transparan, Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi Misi 2: Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik Misi 4: Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan Misi 3: Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan Misi 5: Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan dan Proses Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak Misi 4: Misi 6: Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat Misi 7: Meningkatkan Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif Gambar 5.4 Skema keterkaitan RPJMD Provinsi Jateng dengan RPJMD Kota Semarang Tahun V-14

267 Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Satuan Tabel 5.5 Tujuan dan Sasaran RPJMD Tahun Kota Semarang Misi 1: Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Berbudaya dan Berkualitas SEMARANG SEHAT DAN CERDAS 1 Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Angka Harapan Hidup (AHH) VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Kinerja Kinerja Awal Akhir Target Kinerja Sasaran Periode Periode RPJMD RPJMD poin 80,23 80,28 80,62 80,95 81,28 81,62 81,96 81,96 Tahun 77,20 77,21 77,21 77,22 77,23 77,24 77,24 77,24 Angka Kematian Bayi (AKB) Kasus Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Angka Kematian Balita (AKBa) Per kelahiran hidup 10, ,75 15,5 15,25 14,75 14,75 Persentase Gizi Buruk % 0,4 0,39 0,38 0,37 0,36 0,35 0,34 0,34 Incident Rate (IR) Demam Berdarah Dengue (DBD) Per penduduk 98,61 98, , , Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Harapan Lama Sekolah (HLS) Tahun 10,20 10,35 10,49 10,64 10,79 10,94 11,10 11,10 Tahun 14,33 14,36 14,40 14,43 14,47 14,50 14,54 14,54 3 Meningkatnya kualitas daya saing tenaga kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka % 63,05 63,35 63,65 63,95 64,25 64,55 64,85 64,85 % 5,77 5,57 5,37 5,17 4,97 4,77 4,57 4,57 V-15

268 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Satuan 4 5 Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Meningkatnya pembangunan yang berperspektif gender dan kapasitas pemberdayaan masyarakat Kinerja Kinerja Awal Akhir Target Kinerja Sasaran Periode Periode RPJMD RPJMD Angka Kemiskinan % 5,04 4,99 4,94 4,89 4,65 4,6 4,55 4,55 Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) poin 95,60 95,65 95,72 95,79 95,86 95., poin 76,08 76,58 77,08 77,58 78,08 78,58 79,08 79,08 2 Meningkatkan nilai-nilai warisan budaya masyarakat 6 Terwujudnya pelestarian dan pengembangan warisan budaya lokal Jumlah seni budaya dan tradisi yang dilestarikan Unit Misi 2: Mewujudkan Pemerintahan yang Semakin Handal untuk Meningkatkan Pelayanan Publik SEMARANG MELAYANI 3 Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan melayani 7 Terwujudnya pemerintah yang bersih dan bebas KKN Opini BPK Opini/ Predikat WDP WDP WTP WTP WTP WTP WTP WTP 8 Meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja Predikat Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Daerah (Evaluasi atas penerapan Sakip) Kategori / nilai CC CC CC CC B B A A 9 Meningkatnya integritas aparatur Predikat Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kategori / nilai Kota dengan Penyelengg a-raan Pemerintahan Daerah Terbaik Kota dengan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Terbaik Kota dengan Penyelengga -raan Pemerintahan Daerah Terbaik Kota dengan Penyelengga -raan Pemerintahan Daerah Terbaik Kota dengan Penyelenggaraan Pemerintah an Daerah Terbaik Kota dengan Penyelengg araan Pemerintahan Daerah Terbaik Kota dengan Penyelengga -raan Pemerintahan Daerah Terbaik Kota dengan Penyelenggaraan Pemerinta han Daerah Terbaik V-16

269 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 4 Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Satuan Meningkatkan kualitas pelayanan publik 10 Terwujudnya pelayanan prima Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) Angka Indeks / Perangkat Daerah Kinerja Kinerja Awal Akhir Target Kinerja Sasaran Periode Periode RPJMD RPJMD / / / / / / / / 30 5 Mewujudkan Kota Semarang yang tentram, tertib dan nyaman 11 Meningkatnya ketentraman dan kenyamanan masyarakat Angka Kriminalitas Angka Kriminalitas Misi 3: Mewujudkan Kota Metropolitan yang Dinamis dan Berwawasan Lingkungan SEMARANG TANGGUH 6 Mewujudkan tata ruang yang terpadu dan berkelanjutan 12 Meningkatnya keterpaduan rencana tata ruang Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang dengan perencanaan Tata Ruang (simpangan) % 5,4 5,4 4,5 4 3, Mewujudkan sistem pengelolaan Drainase Kota Semarang yang terintegrasi Mewujudkan sistem transportasi Kota Semarang yang terintegrasi dan berkelanjutan Meningkatkan pelayanan sarana dan prasarana dasar perkotaan Menurunnya luas genangan banjir dan rob Menurunnya kemacetan jalan Terwujudnya sarana dan prasarana dasar perkotaan yang berkualitas Prosentase luas genangan banjir dan rob Jumlah simpul kemacetan Persentase rumah tangga pengguna air minum / jumlah seluruh rumah tangga x 100% Persentase rumah tangga ber sanitasi persen 41,6 40,17 38,74 37,31 35,88 34, Simpul Persen 88,13 88, persen 85,78 85,82 85,87 85,92 85,97 86,02 86,07 86,07 V-17

270 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Satuan Luas lingkungan permukiman kumuh Kinerja Kinerja Awal Akhir Target Kinerja Sasaran Periode Periode RPJMD RPJMD Persen 0,99 0,80 0,60 0,40 0, Meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan 16 Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) skor 45,38 45, Misi 4: Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Berbasis Keunggulan Lokal dan Membangun Iklim Usaha yang Kondusif SEMARANG BERDAYA SAING 17 Meningkatnya kualitas dan kuantitas ketersediaan pangan Ketersediaan pangan penduduk Kkl/kapi ta/hari Menjamin ketahan pangan bagi penduduk 18 Meningkatnya pendapatan petani Pendapatan rumah tangga petani Rp / tahun Meningkatnya kesejahteraan masyarakat pelaku usaha perikanan Jumlah pendapatan per kapita nelayan Rp/ tahun Meningkatkan sektor perdagangan dan jasa 20 Meningkatnya sektor perdagangan dan jasa unggulan Kontribusi kategorikategori perdagangan dan jasa-jasa terhadap PDRB Laju Pertumbuhan Ekonomi % 30,99 31,06 31,13 31,20 31,27 31,34 31,41 31,41 % 5,8 5,85 5,90 5,95 6,00 6,05 6,10 6,10 V-18

271 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Sasaran Indikator Kinerja Satuan Kinerja Kinerja Awal Akhir Target Kinerja Sasaran Periode Periode RPJMD RPJMD Mendorong pengembangan investasi dan ekonomi lokal berdaya saing global Meningkatnya produk-produk unggulan daerah Meningkatnya daya tarik wisata (DTW) Kontribusi kategori sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB Jumlah kunjungan wisatawan % 27,30 27,34 27,38 27,42 27,46 27,50 27,54 27,54 Orang Meningkatnya iklim investasi kota Nilai Investasi Rupiah (dalam juta) V-19

272 BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana pemerintah daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang komprehensif, strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan transformasi, reformasi, dan perbaikan kinerja birokrasi. Perencanaan strategis tidak saja mengagendakan aktivitas pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan menciptakan layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya upaya memperbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan pemanfaatan teknologi informasi. Dalam merumuskan strategi dan arah kebijakan RPJMD Kota Semarang , juga mempertimbangkan kebijakan dalam penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) yaitu: membangun basis data, menyusun regulasi, mengembangkan mekanisme insentif dan disinsentif, menguatkan jejaring antar pemangku kepentingan, membangun sistem difusi inovasi berbasis teknologi informasi dan forum komunikasi antarpemangku kepentingan, menumbuhkan prakarsa kreativitas penemuan baru melalui pendidikan formal dan informal, membangun sistem apresiasi kreativitas yang inovatif, membangun penguatan kelembagaan vertikal dan horizontal melalui komunikasi dan koordinasi antar lembaga, meningkatkan kualitas layanan infrastruktur fisik yang berstandar internasional, meningkatkan pemahamanan dan kepedulian masyarakat terhadap keterbukaan informasi dan pengetahuan yang mendukung perdagangan dan jasa Strategi dan Arah Kebijakan Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana Pemerintah Kota Semarang melakukan upaya untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran serta target kinerja RPJMD dengan efektif dan efisien selama 5 (lima) tahun ke depan. Arsitektur perencanaan pembangunan daerah dipisahkan menjadi dua yakni Perencanaan Strategis yaitu perencanaan pembangunan daerah yang menekankan pada pencapaian visi dan misi pembangunan daerah, dan VI-1

273 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Perencanaan Operasional yaitu perencanaan yang menekankan pada pencapaian kinerja layanan pada tiap urusan. Perencanaan Strategis dimaksudkan untuk menerjemahkan visi danmisi kepala daerah ke dalam rencana kerja. Segala sesuatu yang secara langsung dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran RPJMD maka dianggap strategis. Sedangkan perencanaan operasional dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan RPJMD yang dituangkan secara lebih rinci ke dalam masing-masing misi berdasarkan pendekatan urusan baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Untuk memudahkan pemahaman terhadap kesinambungan pembangunan setiap tahun dalam jangka 5 (lima) tahun, terlebih dahulu disederhanakan dalam agenda atau tema pembangunan setiap tahun di masing-masing tahap. Atas dasar tema pembangunan inilah disusun arah kebijakan lebih jelas agar RPJMD mudah dituangkan dalam RKPD. Selanjutnya, tahapan-tahapan dimaksud dijadikan sebagai dasar dan disesuaikan dengan pentahapan RKPD. Penyiapan infrastruktur untuk mendukung Kota Metropolitan yang sejahtera dan melayani Pengembangan infrastruktur untuk memecahkan masalah besar perkotaan dan daya saing SDM Tahun 2017 Tahun 2018 Penguatan struktur Ekonommi didukung oleh Peningkatan Sektor Perdagangan dan Jasa Tahun 2019 Pemantapan Semarang sehat, cerdas, tangguh, melayani dan berdaya saing Tahun 2020 Perwujudan Semarang Hebat SEMARANG HEBAT Tahun 2021 Gambar 6.1 Agenda/Tema RPJMD Kota Semarang Rumusan Strategi dan Arah Kebijakan RPJMD Kota Semarang Tahun berdasarkan masing-masing sasaran serta tema pembangunan adalah sebagai berikut: VI-2

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

D A F T A R I S I Halaman

D A F T A R I S I Halaman D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2010 NOMOR 12 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i iii vii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum... I-2 1.3 Maksud dan Tujuan... I-4 1.4 Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i vii xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4 1.3.1 Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 32 PERATURAN DAERAH BANJARNEGARA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017-2022 DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iv ix BAB I PENDAHULUAN... I - 1 I.1 Latar Belakang... I - 1 I.2 Dasar Hukum Penyusunan... I - 3 I.3 Hubungan Antar Dokumen... I - 7 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOGIRI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURABAYA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan RPJMD dengan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR xi I PENDAHULUAN 1-1 1.1 LATAR BELAKANG 1-2 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 1-3 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN 1-5 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan dokumen perencanaan daerah yang menjadi acuann untuk pembangunan selama periode satu tahun dan Pemerintah daerah memiliki

Lebih terperinci

BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEGAL TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2008 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

-1- WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG

-1- WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG -1- WALIKOTA TEGAL PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURABAYA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURABAYA TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURABAYA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii vi xi PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA CIREBON TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... v Daftar Gambar... ix Daftar Isi BAB I Pendahuluan... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG ` BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2017.. TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2014

WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2014 SALINAN WALIKOTA TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 158TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 158TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 WALIKOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 158TAHUN 2009 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

Tabel 2-21 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang Tahun II-43 Tabel 2.22 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan

Tabel 2-21 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Kesehatan Kota Semarang Tahun II-43 Tabel 2.22 Aspek Pelayanan Umum dalam Bidang Pekerjaan DAFTAR TABEL Hal Tabel 2.1 Ketinggian Tempat di Kota Semarang... II-4 Tabel 2.2 Penyebaran Jenis Tanah dan Lokasinya di Kota Semarang... II-6 Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Sawah di Kota Semarang Dirinci Tiap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TEBO

PEMERINTAH KABUPATEN TEBO PEMERINTAH KABUPATEN TEBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEBO TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEBO,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PASURUAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Pasal 5 Ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), pengertian RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi,

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN 2016 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya - 1 - Walikota Tasikmalaya PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 6 Tahun 2014 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2015-2019 Diundangkan dalam

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG ` BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR TAHUN 2014-2019

Lebih terperinci

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya kegiatan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANJAR TAHUN 2016 2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI

WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI WALIKOTA TANJUNGBALAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAGU INDIKATIF KECAMATAN KABUPATEN SUMEDANG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN WALI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN 2013-2018

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN 2013-2018 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2008 2013 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TARAKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TARAKAN S A L I N A N l PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TARAKAN 2009 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN NOMOR 3/E, 2010 PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SALATIGA TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SALATIGA,

Lebih terperinci