DAFTAR ISI. HALAMAM JUDUL.i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii. KATA PENGANTAR..iv. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR GAMBAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. HALAMAM JUDUL.i. HALAMAN PENGESAHAN...ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii. KATA PENGANTAR..iv. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR GAMBAR..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI HALAMAM JUDUL.i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...iii KATA PENGANTAR..iv DAFTAR ISI...vii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR GRAFIK...x DAFTAR TABEL...xi DAFTAR SINGKATAN xii ABSTRAK..xiv ABSTRACT.xv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan.6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka..7 vii

2 2.2. Kerangka Pemikirian Model Aktor Rasional Faktor Intrenal-Eksternal.17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Sumber Data Unit Analisa Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisa Data Teknik Penyajian Data..21 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian., Kerjasama Coral Triangle Initiative On Coral Reefs, Fisheries And Food Security (CTI-CFF) Peran Aktif Indonesia dalam Kerjasama CTI-CFF Faktor-Faktor Pendorong Peran Aktif Indonesia dalam Kerjasama CTI-CFF Faktor Internal Faktor Eksternal 60 BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Saran 71 viii

3 ABSTRAK Kawasan segitiga terumbu karang merupakan salah satu kawasan penting yang menjadi pusat biodiversitas dunia. Kawasan tersebut memiliki peranan penting sebagai sumber pangan, lokasi pengembangbiakan organisme laut serta berkontribusi dalam menangani permasalahan pemanasan global. Namun pada perkembangnnya kawasan segitiga terumbu karang telah mengalami kerusakan parah yang disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia sehingga mengancam eksistensi kawasan. Mengacu pada kondisi tersebut, Indonesia sebagai negara dengan wilayah terluas di kawasan tersebut mengambil suatu langkah untuk melakukan upaya penyelamatan sumber daya hayati laut di kawasan segitiga terumbu karang. Hal tersebut dilakukan melalui upaya persuasif dengan menggulirkan inisiatif segitiga terumbu karang di berbagai forum-forum internasional. Upaya tersebut akhirnya memperoleh hasil yang maksimal dengan disepakatinya secara resmi kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food Security (CTI-CFF) oleh enan negara yang dikenal sebagai negara CT6. Meskipun kerjasama CTI-CFF merupakan kerjasama yang bersifat low politic, Indonesia tetap konsisiten berupaya dalam membangun kerjasama tersebut hingga komitmen untuk menjadikan CTI-CFF sebagai organisasi regional terealisasi di tahun Penelitian ini ditujukan untuk memahami latar belakang berupa faktor-faktor yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama CTI- CFF. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah model aktor rasional dalam pembuatan kebijakan luar negeri dan konsep faktor internal-ekstrenal, sementara lokus penelitian dari tahun 2006 hingga Kata Kunci : Kawasan segitiga terumbu karang, insiatif segitiga terumbu karang, CTI CFF, model aktor rasional, faktor internal-eksternal. ix

4 ABSTRACT Coral triangle area is one of the centre world biodiversity. The region served as source of livelihood, coastal organism breeds location, and also contribute in address global warming issue. However during its development, the Coral Triangle Area, experienced severe damages caused by destructives human activity so that the region now is very vurnerable. Refers to the currents circumstance, on the other hand Indonesia as the largest territory in the region call for collective engagement to save the biodiversity. Different level of measures need to be take such as countinous proposal for regional, international fora, persuasive state level aproachment. The efforts finally resulted in the form of cooperation Coral Triangle Initiative on Coral Reefs Fisheries and Food Security (CTI-CFF) by the six member of CT6. Eventhough the CTI-CFF still a low politics form of cooperation, Indonesia persistently create the CTI-CFF as fundamental building block for established cooperation amongst state member in the region which realized in This research would like to analyse the factor that triggered active role involvement by the Indonesia government in the CTI CF. There are several concept used in this research, such as rational model actor and internalexternal factor, while the locus of this research during 2006 until Key Words : Coral triangle area, coral triangle initiative, CTI-CFF, rational actor model, intrenal-external factor. xiv

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan lingkungan yang terjadi di kawasan segitiga terumbu karang mulai mendapatkan perhatian dari berbagai pihak, tidak terkecuali negara sebagai aktor utama dalam hubungan internasional. Hal itu, berawal dari adanya kerusakan sumber daya hayati laut yang terjadi di kawasan tersebut, sehingga menjadi ancaman serius bagi eksistensi kawasan. Kawasan segitiga terumbu karang merupakan kawasan perairan lintas negara yang meliputi yurisdiksi enam negara yaitu, Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Timor Leste dan Kepulauan Solomon (Kementerian Lingkungan Hidup RI, 2009). Kawasan tersebut menjadi salah satu dari tiga kawasan penting yang merupakan pusat biodiversitas (keanekaragaman hayati) dunia. Ketiga kawasan itu yaitu, kawasan Hutan Basah Amazone di Amerika Latin sebagai pusat biodiversitas flora, kawasan Kongo Basin di Afrika Tengah sebagai pusat biodiversitas fauna dan kawasan Segitiga Terumbu di Asia Pasifik sebagai pusat biodiversitas laut. Sebagai pusat biodiversitas laut dunia yang dijuluki amazone of the seas, kawasan segitiga terumbu karang memiliki peranan penting terhadap kelangsungan kehidupan manusia. Kawasan tersebut menjadi sumber pangan, lokasi pengembangbiakan berbagai jenis organisme laut serta berkontribusi dalam menangani permasalahan pemanasan global (Nikijuluw, 2013, p. 298). 1

6 2 dihadapi oleh negara CT6. Ancaman terbesar di kawasan terumbu karang adalah kerusakan ekosistem terumbu karang yang merupakan rumah bagi berbagai jenis organisme laut. Presentase ancaman telah mencapai 90%, yang mana aktivitas manusia menjadi penyebab utama dari kerusakan di kawasan tersebut (World Research Insitute, 2013). Sekretaris Eksekutif Sekretariat Regional Interim CTI-CFF, Eko Rudinto menyebutkan bahwa upaya penyelamatan sebenarnya telah dilakukan sejak tahun 1990-an oleh para pakar dan Non Govermantal Organization (NGO). Namun, upaya tersebut belum memperoleh hasil yang maksimal karena hanya berupa aktivitas-aktivitas terbatas seperti pengumpulan data, promosi, dan pengadaan proyek-proyek parsial (Rudianto, n.d). Keterlibatan otoritas yang lebih tinggi menjadi hal yang mendesak, mengingat kawasan tersebut memiliki prinsip konektivitas dan bersifat lintas batas (transboundary). Oleh sebab itu pendekatan antar negara (inter-govermental) menjadi salah satu solusi yang diyakini dapat dilakukan dalam upaya penyelamatan yang lebih luas dan efektif (Nikijuluw, 2013, p. 282). Indonesia merupakan salah satu negara yang berada di kawasan segitiga terumbu karang dengan wilayah terluas diantara negara lainnya di kawasan tersebut. Hal itu, sejalan dengan besarnya kerusakan sumber daya hayati laut yang harus diatasi oleh Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut Indonesia telah mengambil tindakan dengan menginisiasi upaya penyelamatan sumber daya hayati laut sejak tahun 2006 di berbagai forum internasional. Melalui suatu inisiatif yang dikenal dengan Coral Triangle Initiative (CTI),

7 3 Indonesia secara aktif mengajak negara-negara terutama negara yang berada di kawasan segitiga terumbu karang yang dikenal sebagai negara CT6 untuk melakukan penyelamatan di kawasan tersebut. Upaya persuasif Indonesia akhirnya memperoleh hasil pada bulan Mei 2009 dengan disepakatinya secara resmi kerjasama CTI-CFF oleh negara CT6 dalam CTI Leaders Summit di Manado, Indonesia. Selain itu, terdapat dua negara yaitu USA dan Australia serta beberapa lembaga internasional seperti yang telah memberikan dukungannya dengan menjadi mitra kerjasama (Direktorat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri R.I, 2009, p. 10). Meskipun CTI-CFF merupakan kerjasama yang bersifat low politic, namun pada perkembangnnya kerjasama tersebut telah mengalami kemajuan yang signifikan. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari adanya komitmen bersama untuk menjadikan CTI-CFF sebagai sebuah organisasi permanen di tingkat regional. Pada proses institusionalisasi tersebut, kerjasama semua pihak menjadi hal yang sangat penting, mengingat beragamnya pihak yang terlibat dalam kerjasama. Indonesia sebagai inisiator CTI-CFF, telah berkontribusi besar dalam mewujudkan komitmen tersebut. Melalui upayaupaya yang bersifat diplomatis, akhirnya komitmen tersebut direalisasikan melalui kesepakatan pembentukan Sekretariat Regional CTI-CFF yang bertempat di Manado Indonesia (Antara Kaltim, 2014). Berdirinya CTI-CFF menunjukan adanya konsistensi tindakan Indonesia dalam dalam membangun kerjasama CTI-CFF. Hal itu mengindikasikan, bahwa Indonesia memiliki fokus dalam menanggapi isu lingkungan hidup, yang pada

8 4 umumnya didominasi oleh negara maju dalam hubungan internasional (Pinen, 2009). Sebagai aktor rasional, penting bagi negara Indonesia untuk mempertimbangkan kondisi dan situasi yang ada untuk mencapai keuntungan yang maksimal dalam hubungan internasional. Pada kajian analisa politik luar negeri, kondisi dan situasi yang ada dapat diejawantahkan sebagai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu tindakan luar negeri. Menganalisa faktor-faktor tersebut dapat memberikan pemahaman mengenai latar belakang dari tindakan luar negeri yang dilakukan suatu negara. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan menganalisa faktor-faktor apa saja yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama CTI-CFF Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) pada tahun ? 1.3. Batasan Masalah Penelitian ini memfokuskan permasalahan pada faktor-faktor yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF). Batasan waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah dari tahun Hal tersebut didasarkan pada peran aktif yang dilakukan oleh Indonesia telah dimulai sejak tahun Sementara tahun 2014 merupakan momentum penting terkait

9 5 kemajuan kerjasama yang berupa pelembagaan kerjasama menjadi institusi permanen di tingkat regional melalui kesepakatan pembentukan sekretariat regional CTI-CFF di Manado, Indonesia Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF) pada tahun Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi akademisi, khususnya mahasiswa jurusan Hubungan Internasional yang mengkaji isu serupa terkait faktor-faktor yang mendorong suatu negara untuk berperan dalam suatu kerjasama internasional khususnya kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF). 2. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmiah bagi pemerintah dan masyarakat umum yang memiliki kepentingan dan ketertarikan terkait kerjasama Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security (CTI-CFF), sehingga dapat memahami peran aktif Indonesia dalam kerjasama serta latar belakang dari peran aktif Indonesia tersebut.

10 Sistematika Penelitian bab, yaitu: Untuk mempermudah penelitian, penelitian ini akan dibagi ke dalam lima BAB I : Pendahuluan, yang menjelaskan mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. BAB II : Tinjauan pustaka, yang menjelaskan mengenai kajian pustaka yang terdiri dari beberapa literatur untuk membantu penulis dalam penelitian ini, serta pemaparan mengenai kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian. BAB III : Metodologi penelitian, yang memaparkan mengenai jenis penelitian, sumber data, unit analisis, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV : Pembahasan, yang menjelaskan gambaran umum obyek penelitian yaitu kerjasama CTI-CFF serta peran aktif Indonesia dalam kerjasama tersebut. Selain itu pada bab ini juga memaparkan hasil temuan yang berupa faktor-faktor pendorong peran aktif Indonesia dalam kerjasama CTI-CFF. BAB V : Penutup, yang memaparkan kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan akan memuat jawaban atas pertanyaan penelitian yang dibuat berdasarkan hasil temuan dan analisa data pada pembahasan sebelumnya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE NASIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN (CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG KOMITE NASIONAL PRAKARSA SEGITIGA KARANG UNTUK TERUMBU KARANG, PERIKANAN, DAN KETAHANAN PANGAN (CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS,

Lebih terperinci

CORAL TRIANGLE INITIATIVE FOR CORAL REEFS, FISHERIES & FOOD SECURITIES Oleh: M. Eko Rudianto 1

CORAL TRIANGLE INITIATIVE FOR CORAL REEFS, FISHERIES & FOOD SECURITIES Oleh: M. Eko Rudianto 1 CORAL TRIANGLE INITIATIVE FOR CORAL REEFS, FISHERIES & FOOD SECURITIES Oleh: M. Eko Rudianto 1 Di dunia ini terdapat 3 kawasan di katulistiwa yang merupakan pusat kenekaragaman hayati dunia, yaitu Amazone

Lebih terperinci

2) faktor-faktor yang terkait dengan peranan Indonesia di dalam kerjasama multilateral CTI-CFF adalah faktor geografis dan ketahanan pangan. Jadi sela

2) faktor-faktor yang terkait dengan peranan Indonesia di dalam kerjasama multilateral CTI-CFF adalah faktor geografis dan ketahanan pangan. Jadi sela BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari analisis pada bab empat terkait pembahasan terhadap peran Indonesia dalam kerjasama multilateral CTI-CFF untuk upaya menjaga keanekaragaman hayati laut

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERAN AKTIF INDONESIA DALAM KERJASAMA CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS, FISHERIES AND FOOD SECURITY

FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERAN AKTIF INDONESIA DALAM KERJASAMA CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS, FISHERIES AND FOOD SECURITY FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERAN AKTIF INDONESIA DALAM KERJASAMA CORAL TRIANGLE INITIATIVE ON CORAL REEFS, FISHERIES AND FOOD SECURITY (CTI-CFF) TAHUN 2006-2014 Ni Luh Ketut Ayu Irayani 1), Idin Fasisaka

Lebih terperinci

MALACANAN MANILA INSTRUMENT OF RATIFICATION

MALACANAN MANILA INSTRUMENT OF RATIFICATION MALACANAN MANILA INSTRUMENT OF RATIFICATION TO WHOM THESE PRESENTS SHALL COME, GREETINGS: KNOW YE, that whereas, The Agreement on the Establishment of the Regional Secretariat of the Coral Triangle Initiative

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BAHAN KULTWIT NCC CTI CFF

LAMPIRAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BAHAN KULTWIT NCC CTI CFF LAMPIRAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BAHAN KULTWIT NCC CTI CFF 1. Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security

Lebih terperinci

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA PELATIHAN INTERNASIONAL KAWASAN KONSERVASI BAGI NEGARA NEGARA ASIA PASIFIK

PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA PELATIHAN INTERNASIONAL KAWASAN KONSERVASI BAGI NEGARA NEGARA ASIA PASIFIK PUBLIKASI MEDIA PADA ACARA PELATIHAN INTERNASIONAL KAWASAN KONSERVASI BAGI NEGARA NEGARA ASIA PASIFIK www.koran-jakarta.com Sektor Kelautan RI Dukung Kerja Sama Kelautan Asia- PasifikISTIMEWA TEGAL - Indonesia

Lebih terperinci

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DUNIA Salah satu langkah penting dalam diplomasi internasional adalah penyelenggaraan KTT Luar Biasa ke-5 OKI untuk penyelesaian isu Palestina

Lebih terperinci

Peningkatan kapasitas Pertumbuhan ekonomi Kelestarian lingkungan Perubahan iklim

Peningkatan kapasitas Pertumbuhan ekonomi Kelestarian lingkungan Perubahan iklim PDS terjemahan ini didasarkan pada versi Inggrisnya yang bertanggal 10 April 2014. Lembar Data Proyek Lembar Data Proyek (Project Data Sheets/PDS) berisi informasi ringkas mengenai proyek atau program:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini merupakan sarana eksplanasi tentang perilaku organisasi internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan suatu program atau agenda yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kesinambungan Sumber Daya Alam khususnya laut, 1 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kesinambungan Sumber Daya Alam khususnya laut, 1 yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, Food Security (CTI- CFF) adalah kerjasama multilateral antar negara yang memiliki tujuan dan pandangan yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

LAPORAN PERJALANAN Oleh: Muhammad Abrar, S.Si, M.Si, Dr. Teguh Peristiwadi, Drs. Petrus Makatipu, M.Si

LAPORAN PERJALANAN Oleh: Muhammad Abrar, S.Si, M.Si, Dr. Teguh Peristiwadi, Drs. Petrus Makatipu, M.Si LAPORAN PERJALANAN 2013 Oleh: Muhammad Abrar, S.Si, M.Si, Dr. Teguh Peristiwadi, Drs. Petrus Makatipu, M.Si LAPORAN PERJALANAN The 2 nd CTI-CFF REGIONAL PRIORITIES WORKSHOP, MANADO, INDONESIA, AUGUST 20-22,

Lebih terperinci

BAB IV BERBAGAI UPAYA YANG DILAKUKAN CTI-CFF DALAM MELESTARIKAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH SEGITIGA KARANG DUNIA (CORAL TRIANGLE)

BAB IV BERBAGAI UPAYA YANG DILAKUKAN CTI-CFF DALAM MELESTARIKAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH SEGITIGA KARANG DUNIA (CORAL TRIANGLE) BAB IV BERBAGAI UPAYA YANG DILAKUKAN CTI-CFF DALAM MELESTARIKAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH SEGITIGA KARANG DUNIA (CORAL TRIANGLE) Bab ini akan membahas mengenai upaya yang dilakukan oleh CTI-CFF dalam melestarikan

Lebih terperinci

perikanan berkelanjutan, dan keterlibatan tingkat tinggi dan kerja sama perikanan pada tingkat operasional.

perikanan berkelanjutan, dan keterlibatan tingkat tinggi dan kerja sama perikanan pada tingkat operasional. REPUBLIK. INDODSIA KOMUNIKE BERSAMA Mengenai Kerja Sama untuk Memerangi Illegal, Unregulated dan Unreported (IUU) Fishing dan untuk Memajukan Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan Kami, Perwakilan dari Pemerintah

Lebih terperinci

POTRET KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Oleh: Rony Megawanto

POTRET KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Oleh: Rony Megawanto POTRET KEBIJAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Oleh: Rony Megawanto Kebijakan nasional kelautan dan perikanan Indonesia diawali dengan perjuangan kewilayahan pasca proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945,

Lebih terperinci

TERM of REFERENCE (ToR)

TERM of REFERENCE (ToR) TERM of REFERENCE (ToR) WORKSHOP RENCANA AKSI PRIORITAS NASIONAL PROGRAM MONITORING DAN EVALUASI CTI CFF INDONESIA, PERIODE 2014 2016, HOTEL. JAKARTA, 30 OKTOBER 2013 KELOMPOK KERJA MONITORING DAN EVALUASI,

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013

Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013 Keterangan Pers Presiden RI pada acara Indonesia-Australia Annual Leaders Meeting, Bogor,5 Juli 2013 Jumat, 05 Juli 2013 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA INDONESIA-AUSTRALIA ANNUAL

Lebih terperinci

BAB III ANCAMAN TERHADAP TERUMBU KARANG YANG BERADA DI KAWASAN CORAL TRIANGLE

BAB III ANCAMAN TERHADAP TERUMBU KARANG YANG BERADA DI KAWASAN CORAL TRIANGLE BAB III ANCAMAN TERHADAP TERUMBU KARANG YANG BERADA DI KAWASAN CORAL TRIANGLE Pada bab ini akan dibahas tentang jenis-jenis ancaman yang muncul terhadap terumbu karang yang berada di wilayah segitiga karang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia memiliki banyak kekayaan laut, salah satunya yaitu terumbu karang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Layuck, 2012),

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 3 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang kaya akan sumber daya hayati maupun non hayati. Letak Indonesia diapit oleh Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang merupakan

Lebih terperinci

NATIONAL PRIORITY WORKSHOP (NPW) CTI CFF INDONESIA, TAHUN , HOTEL GOLDEN FLOWER, BANDUNG, SEPTEMBER 2013

NATIONAL PRIORITY WORKSHOP (NPW) CTI CFF INDONESIA, TAHUN , HOTEL GOLDEN FLOWER, BANDUNG, SEPTEMBER 2013 LAPORAN PERJALANAN NATIONAL PRIORITY WORKSHOP (NPW) CTI CFF INDONESIA, TAHUN 2014 2016, HOTEL GOLDEN FLOWER, BANDUNG, 12-13 SEPTEMBER 2013 Oleh: MUHAMMAD ABRAR, S.Si, M.Si PUSAT PENELEITAIAN OSEANOGRAFI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional. Jumlah kunjungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.1.1 Perkembangan Industri Pariwisata Dunia Industri pariwisata dunia pada tahun 2015 mengalami perkembangan yang mengesankan dalam hal total kunjungan turis internasional.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

AGENDA AKSI DEKADE KETIGA GERAKAN PUSAKA INDONESIA DASA WARSA Tema "Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat"

AGENDA AKSI DEKADE KETIGA GERAKAN PUSAKA INDONESIA DASA WARSA Tema Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat AGENDA AKSI DEKADE KETIGA GERAKAN PUSAKA INDONESIA DASA WARSA 2014-2023 Tema "Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat" 1 AGENDA AKSI DEKADE KETIGA GERAKAN PUSAKA INDONESIA DASA WARSA 2014-2023 Tema "Pusaka untuk

Lebih terperinci

Unreported dan Unregulated (IUU) Fishing dan untuk Memajukan

Unreported dan Unregulated (IUU) Fishing dan untuk Memajukan REPUBLIK INDONESIA KOMUNIKE BERSAMA Mengenai Kerja Sama lnternasional Sukarela untuk Memerangi Illegal, Unreported dan Unregulated (IUU) Fishing dan untuk Memajukan Tata Kelola Perikanan Berkelanjutan

Lebih terperinci

PEDOMAN BANTUAN BEASISWA PENYUSUNAN TESIS DAN DISERTASI COREMAP-CTI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN BANTUAN BEASISWA PENYUSUNAN TESIS DAN DISERTASI COREMAP-CTI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN BANTUAN BEASISWA PENYUSUNAN TESIS DAN DISERTASI COREMAP-CTI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang di rancang sebagai proyek tiga tahap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan di Indonesia menjadi potensi besar sebagai paru-paru dunia, berdasarkan data Food and Agriculture Organization (2015) luas wilayah hutan tropis terbesar ketiga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iii. DAFTAR GAMBAR... iv. DAFTAR SINGKATAN... vi. ABSTRAK... viii. ABSTRACT... ix BAB I...

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. DAFTAR TABEL... iii. DAFTAR GAMBAR... iv. DAFTAR SINGKATAN... vi. ABSTRAK... viii. ABSTRACT... ix BAB I... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR SINGKATAN... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix BAB I... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan Masalah...

Lebih terperinci

BAB II ISU CORAL TRIANGLE DAN ANCAMAN TERHADAP SUMBER DAYA LAUT DAN PESISIR

BAB II ISU CORAL TRIANGLE DAN ANCAMAN TERHADAP SUMBER DAYA LAUT DAN PESISIR BAB II ISU CORAL TRIANGLE DAN ANCAMAN TERHADAP SUMBER DAYA LAUT DAN PESISIR Terumbu karang adalah salah satu ekosistem yang sangat terancam didunia. Sebanding dengan hutan hujan dalam keanekaragaman hayatinya

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Unit : Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional SS Indikator Target 2015 Terwujudnya

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN Made Nanika Mawapusti Yadnya I Ketut Sudiarta Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDELAPAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun

BAB I PENDAHULUAN. perhatian publik pada pertengahan tahun Pada saat itu salah satu stasiun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pekerja anak di perkebunan kakao Afrika Barat mulai menarik perhatian publik pada pertengahan tahun 2000. Pada saat itu salah satu stasiun televisi Inggris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016.

BAB I PENDAHULUAN. <http://www.japantimes.co.jp/news/2013/06/01/world/the-evolution-of-ticad-since-its-inception-in-1993/>, diakses 16 Juni 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak kebijakan ODA Jepang mulai dijalankan pada tahun 1954 1, ODA pertama kali diberikan kepada benua Asia (khususnya Asia Tenggara) berupa pembayaran kerusakan akibat

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM CORAL TRIANGLE INITIATIVE. memunculkan aktor-aktor politik baru. Aktor-aktor politik dalam hubungan

BAB IV PENERAPAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM CORAL TRIANGLE INITIATIVE. memunculkan aktor-aktor politik baru. Aktor-aktor politik dalam hubungan BAB IV PENERAPAN DIPLOMASI INDONESIA DALAM CORAL TRIANGLE INITIATIVE Perubahan peta politik, struktur dan sistem internasional saat ini memunculkan aktor-aktor politik baru. Aktor-aktor politik dalam hubungan

Lebih terperinci

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda Nusa Dua Bali, 25 26 Maret 2013 --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archiphelagic state). Lebih dari 17.500 baik pulau kecil maupun pulau besar tersebar di Indonesia. Seluruh provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III KONSERVASI CORAL TRIANGLE DAN KOLABORASI CTI-CFF PARTNERSHIP. Keruasakan laut dan pesisir di kawasan coral triangle membawa kesadaran

BAB III KONSERVASI CORAL TRIANGLE DAN KOLABORASI CTI-CFF PARTNERSHIP. Keruasakan laut dan pesisir di kawasan coral triangle membawa kesadaran BAB III KONSERVASI CORAL TRIANGLE DAN KOLABORASI CTI-CFF PARTNERSHIP Keruasakan laut dan pesisir di kawasan coral triangle membawa kesadaran bagi Indonesia untuk melakukan kerjasama antar negara di kawasan

Lebih terperinci

PERANAN JICA (JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY) TERHADAP PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN MAKASSAR SKRIPSI

PERANAN JICA (JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY) TERHADAP PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN MAKASSAR SKRIPSI PERANAN JICA (JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY) TERHADAP PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN MAKASSAR 2008-2012 SKRIPSI Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perikanan tangkap kini dihadang dengan isu praktik penangkapan ikan yang ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak diatur atau yang disebut IUU (Illegal, Unreported, and

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM. Penyunting Poltak Partogi Nainggolan

PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM. Penyunting Poltak Partogi Nainggolan PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM Penyunting Poltak Partogi Nainggolan Pusat Pengkajian dan Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI Tahun 2010 i PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Penelitian selanjutnya berkaitan dengan pengaruh NGO dalam pelestarian lingkungan adalah Qisthiarini (2012) dengan judul penelitian NGO dan Sustainable Development:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beribu pulau dengan area pesisir yang indah, sehingga sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata bahari. Pariwisata

Lebih terperinci

PENDANAAN BERKELANJUTAN BAGI KAWASAN KONSERVASI LAUT

PENDANAAN BERKELANJUTAN BAGI KAWASAN KONSERVASI LAUT PENDANAAN BERKELANJUTAN BAGI KAWASAN KONSERVASI LAUT Oleh: Rony Megawanto Tekanan terhadap sumber daya perikanan semakin tinggi seiring dengan meningkatkan permintaan pasar (demand) terhadap produk-produk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekuatan militer merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas negara. Semua negara termasuk Indonesia membangun kekuatan militernya untuk menjaga keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kekayaan Indonesia akan flora dan faunanya membawa indonesia kepada sederet rekor dan catatan kekayaan di dunia. Tanahnya yang subur dan iklim yang menunjang, memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara negara dunia pasca perang dunia II gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki perekonomian negaranya yang hancur serta memajukan kesejahteraan penduduknya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis. dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan-pemaparan pada bab-bab sebelumnya, penulis dengan ini menarik kesimpulan sebagai sebagai berikut : Pertama, terkait Pengaruh Penerapan ASEAN Community

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang konstruksi berperan membangun struktur dan infra struktur di suatu negara. Infrastruktur yang memadai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR SINGKATAN... viii KATA PENGANTAR... ix ABSTRAK...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG TUNJANGAN KHUSUS WILAYAH PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DAN/ATAU WILAYAH PERBATASAN BAGI PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Principal Component Analysis, Linear Discriminant Analysis, Pengenalan wajah

ABSTRAK. Kata kunci : Principal Component Analysis, Linear Discriminant Analysis, Pengenalan wajah ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi elektronika dan komputer, kemajuan dibidang pemrograman juga mengalami peningkatan kerumitan dan fungsi. Salah satu bidang yang sekarang ini sudah mulai dikembangkan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2017 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Pariwisata. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab

Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) Tata Laksana Perikanan Yang Bertanggung Jawab Code Of Conduct For Responsible Fisheries (CCRF) adalah salah satu kesepakatan dalam konferensi Committee

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur perekonomian internasional yang lebih bebas dengan jalan menghapuskan semua hambatanhambatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGESAHAN NAGOYA PROTOCOL ON ACCESS TO GENETIC RESOURCES AND THE FAIR AND EQUITABLE SHARING OF BENEFITS ARISING FROM THEIR UTILIZATION TO THE

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

PROGRAM COREMAP DINILAI TAK EFEKTIF MASYARAKAT NELAYAN TIDAK DILIBATKAN DALAM MENENTUKAN BENTUK PENGELOLAAN KONSERVASI PESISIR.

PROGRAM COREMAP DINILAI TAK EFEKTIF MASYARAKAT NELAYAN TIDAK DILIBATKAN DALAM MENENTUKAN BENTUK PENGELOLAAN KONSERVASI PESISIR. PROGRAM COREMAP DINILAI TAK EFEKTIF MASYARAKAT NELAYAN TIDAK DILIBATKAN DALAM MENENTUKAN BENTUK PENGELOLAAN KONSERVASI PESISIR. (dok/antara) Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menganggap program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Laporan infrastruktur tersebut telah disitasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Laporan infrastruktur tersebut telah disitasi dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu Negara kepulauan Indonesia sangatlah luas wilayahnya sehingga dibutuhkan salah satu pembangunan dapat menunjang kelengkapan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada tulisan-tulisan yang berkaitan dengan peran organisasi internasional dalam peacebuilding.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Australia merupakan negara yang banyak dijadikan tujuan oleh para imigran dari berbagai negara untuk mendapatkan perlindungan dan memulai kehidupan baru yang lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penetapan batas wilayah teritorial laut telah menjadi permasalahan antar negaranegara bertetangga sejak dulu. Kesepakatan mengenai batas teritorial adalah hal penting

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL STRATEGI PERTAHANAN

DIREKTORAT JENDERAL STRATEGI PERTAHANAN DIREKTORAT JENDERAL STRATEGI PERTAHANAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan disebut Ditjen Strahan adalah unsur pelaksanaan tugas dan fungsi pertahanan yang berada dibawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Indonesia adalah negara yang dua pertiga luas wilayahnya merupakan laut dengan jumlah pulau sekitar 17.500 buah yang hampir seluruhnya dibatasi laut kecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan Indonesia terkait dengan prinsip Wawasan Nusantara telah membuahkan hasil dengan diakuinya konsep negara kepulauan atau archipelagic state secara

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 202/PMK.010/2017 TENTANG PELAKSANAAN PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN YANG DIDASARKAN PADA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 202/PMK.010/2017 TENTANG PELAKSANAAN PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN YANG DIDASARKAN PADA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 202/PMK.010/2017 TENTANG PELAKSANAAN PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN YANG DIDASARKAN PADA KETENTUAN DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI. PADA PENANDATANGAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON INDUSTRIAL TECHNICAL COOPERATION

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI. PADA PENANDATANGAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON INDUSTRIAL TECHNICAL COOPERATION SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI. PADA PENANDATANGAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON INDUSTRIAL TECHNICAL COOPERATION ANTARA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI. DENGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN, PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia terletak pada wilayah segitiga terumbu karang (coral reef triangle) dunia. Posisi tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu

Lebih terperinci

"Segitiga Terumbu Karang (coral triangel)"

Segitiga Terumbu Karang (coral triangel) "Segitiga Terumbu Karang (coral triangel)" Mata Kuliah Ilmu dan Pegelolaan Terumbu Karang Disusun oleh : Desiana Wahyu K. 115080600111032 Putu Winny Ratu P. 115080601111020 Salmana W. 115080600111022 Mamik

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya berbagai bidang pada era globalisasi ini telah mempermudah manusia dalam melakukan berbagai kegiatan dan mengakses bermacam-macam hal dengan sangat mudah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam hayati, sumberdaya alam non hayati dan sumberdaya buatan, merupakan salah satu aset pembangunan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Obligasi Daerah, Kewenangan, Pemerintahan Daerah. viii

ABSTRAK. Kata Kunci: Obligasi Daerah, Kewenangan, Pemerintahan Daerah. viii KEPASTIAN HUKUM KEWENANGAN DAN PENGAWASAN PENERBITAN OBLIGASI DAERAH DI PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN)

LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN) LAMPIRAN II RENCANA KERJA PENATAAN RUANG UNTUK PEMANTAPAN KEAMANAN NASIONAL (PENANGANAN KAWASAN PERBATASAN) 1 2 3 4 5 1. INDONESIA MALAYSIA. Garis batas laut dan 1. Departemen Pertahanan (Action - Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup, telah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TAMAN MELALUI KERJASAMA PEMERINTAH-SWASTA. (Studi Kasus: Kota Bandung)

PENGELOLAAN TAMAN MELALUI KERJASAMA PEMERINTAH-SWASTA. (Studi Kasus: Kota Bandung) PENGELOLAAN TAMAN MELALUI KERJASAMA PEMERINTAH-SWASTA (Studi Kasus: Kota Bandung) T 711.558 SAM This study is trying to analyze public private partnership (P3) opportunities in urban park management. The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum BPLH Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum BPLH Kota Bandung I su-isu kerusakan lingkungan saat ini bukan lagi hanya merupakan isu lokal daerah, akan tetapi sudah menjadi isu global, dimana negara-negara di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008 PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008 1 PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) PEMBANUNAN BERKELANJUTAN ADALAH PEMBANGUNAN YANG DAPAT MEMENUHI INSPIRASI DAN KEBUTUHAN

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: controller rule, controlling sales, sales effectiveness. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: controller rule, controlling sales, sales effectiveness. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Increasing the business world, a company must be able to survive and thrive in the long term. One way is to increase sales. Sales activity is very important because it is the company's activities

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar

Lebih terperinci

INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21

INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21 INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21 INTER-PARLIAMENTARY UNION DAN AGENDA GLOBAL ABAD 21 Penyunting: Dr. phil. Poltak Partogi Nainggolan, MA Penulis: Lisbet, SIP, MSi Dina Martiany, SH,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PANITIA NASIONAL PERTEMUAN TINGKAT MENTERI NEGARA-NEGARA ANGGOTA FOOD AND AGRICULTURE ORGANIZATION (FAO) DALAM RANGKA SIDANG KEEMPAT BADAN

Lebih terperinci