LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PENANGANAN PERMASALAHAN URBANISASI DI KOTA MEDAN DAN KOTA SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PENANGANAN PERMASALAHAN URBANISASI DI KOTA MEDAN DAN KOTA SURABAYA"

Transkripsi

1 LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PENANGANAN PERMASALAHAN URBANISASI DI KOTA MEDAN DAN KOTA SURABAYA Yulia Indahri (Kepakaran Studi Masyarakat dan Sosiologi Perkotaan) PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR RI JAKARTA 2016

2 RINGKASAN EKSEKUTIF A. Pendahuluan Salah satu masalah penting yang dihadapi negara-negara di dunia dewasa ini adalah pesatnya pertumbuhan dan konsentrasi penduduk di perkotaan. Secara global, masyarakat dunia lebih memilih hidup di wilayah perkotaan, dengan 54 persen populasi dunia tinggal di perkotaan di tahun Jika dibandingkan, di tahun 1950, hanya 30 persen penduduk dunia hidup di perkotaan, dengan perkiraan di tahun 2050, akan ada sekitar 66 persen populasi dunia di wilayah perkotaan. 2 Asia untuk saat ini sudah mendekati separuh penduduknya hidup di daerah perkotaan dengan selisih hanya empat persen. Diperkirakan dunia akan mengalami urbanisasi lebih besar dalam kurun waktu satu dekade mendatang, dengan proyeksi untuk benua Asia sebesar 64 persen di tahun Hal ini selain disebabkan oleh pertumbuhan penduduk alami (natural growth) yang pesat juga karena terjadi urbanisasi (migration growth). Pada saat yang sama keadaan ini tidak diikuti dengan kecepatan pertumbuhan industrialisasi. 4 Dari hasil proyeksi urbanisasi, laju urbanisasi menunjukkan tren yang menaik. Tingkat urbanisasi Indonesia pada tahun 2010 adalah 49,8 persen naik menjadi 53,3 persen di tahun Tingkat urbanisasi ini diperkirakan akan naik menjadi 56,7 persen di tahun 2020 serta menjadi 60 persen di tahun Hasil penelitian Graeme (1990) seperti dikutip Masjkuri menyatakan bahwa masyarakat Indonesia cenderung melakukan migrasi, hal ini disebabkan selain oleh faktor-faktor daya tarik dari daerah tujuan, juga kecenderungan daerah asal yang pertumbuhan penduduknya lebih cepat daripada daerah tujuan. 5 Hal yang demikian ini menjadi daya pendorong penduduk pedesaan 1 UN DESA, World Urbanization Prospects, The 2014 Revision (New York: UN, 2014), hlm Ibid. 3 Ibid. 4 Siti Umajah Masjkuri, Perbaikan Kampung Komprehensif dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial serta Kemandirian Masyarakat Miskin Kampung Kumuh di Kota Surabaya, Disertasi Program Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya 2007, hlm Masjkuri, op. cit. hlm. 8.

3 untuk bermigrasi ke perkotaan. Dampak yang ditimbulkan untuk daerah yang ditinggalkan (pedesaan) meliputi kenaikan pendapatan (bertambah karena ada kiriman dari kota), peningkatan peran secara tradisional (khususnya wanita), peningkatan tingkat kesehatan dan kesejahteraan serta perubahan sosial cenderung mengalami peningkatan. Sedangkan untuk produktivitas pertanian dan tenaga kerja cenderung menurun. 6 Dampak negatifnya untuk daerah perkotaan di bidang sosial dan ekonomi ditandai dengan penurunan tingkat kesejahteraan dan peluang ekonomi yang tidak dapat diakses masyarakat secara merata. Perencanaan yang baik, baik dari sisi perencanaan ruang dan perencanaan sosial ekonomi harus menjadi perhatian pemerintah baik di pusat maupun di daerah untuk membangun kota dan daerah yang lebih baik agar urbanisasi dengan daerah tujuan yang terpolarisasi di kota-kota yang sudah mempunyai beban sosial dan ekonomi yang melebihi kapasitasnya, dapat diminalisir. Oleh karena itu, pembangunan perkotaan walaupun dirasakan tidak terencana dengan baik, tetapi tetap harus didukung oleh semua pihak. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pemerintah Kota Medan dan Kota Surabaya menangani urbanisasi yang terlihat sering kali memunculkan masalah agar tidak merugikan masyarakat di kota yang menjadi tujuan urbanisasi. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana perkembangan urbanisasi di Indonesia? 2. Bagaimana perkembangan urbanisasi di Kota Medan dan Kota Surabaya? 3. Bagaimana permasalahan sosial yang muncul akibat urbanisasi di Kota Medan dan Kota Surabaya? 4. Bagaimana Kebijakan urbanisasi yang lebih baik untuk Kota Medan dan Kota Medan pada masa mendatang? Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan bidang kepakaran peneliti yang bersangkutan dan merupakan kelanjutan dari studi mengenai urbanisasi yang sebelumnya telah dilakukan oleh peneliti bidang Ekonomi Kebijakan Publik di Pusat Penelitian BKD (dahulu P3DI) dan studi lain yang dilakukan di beberapa 6 Ibid.

4 lembaga demografi. Penelitian terdahulu oleh P3DI hanya dilakukan di kota Jakarta dengan karakteristik urbanisasi yang cukup spesifik karena sudah mencapai angka 100 persen. 7 Jika penelitian terdahulu lebih menekankan aspek ekonomi, terutama aspek ketenagakerjaan, maka penelitian ini diharapkan akan bermanfaat dalam memperkaya kajian sosial perkotaan. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pengambil keputusan dalam mengevaluasi serta menentukan kebijakan pembangunan daerah urban. Penelitian akan bersifat deskriptif yang secara sistematis dan faktual menyampaikan permasalahan sosial yang muncul terkait dengan urbanisasi di Kota Medan dan Kota Surabaya berdasarkan diskusi dengan pemangku kepentingan, mulai dari SKDP sampai pejabat dan tokoh masyarakat di tingkat kelurahan dan kecamatan. Metode dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Selain itu, dari penelitian ini diharapkan, pertama, menganalisis perkembangan urbanisasi di Indonesia pada umumnya dengan melihat bahwa Kota Medan merupakan kota terbesar di luar Pulau Jawa dan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Selain itu Kota Medan juga merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia di bagian barat. Sementara Kota Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia. Tujuan kedua adalah untuk mengidentifikasi permasalahan sosial yang muncul dengan mengacu pada kajian atau penelitian terdahulu. Identifikasi dapat dilihat dari angka tingkat kesejahteraan, akses pendidikan, ada tidaknya slum area, angka kriminalitas, angka tuna wisma dan tuna karya, serta kondisi lingkungan dan sosial lainnya dengan juga melihat bahwa di tahun 2015, berdasarkan laporan tahun 2014, Indeks Pembangunan Manusia di kota Medan (78,26) dan Surabaya (68,14) berada di atas (Medan) dan di bawah (Surabaya) rata-rata nasional (68,90). Tujuan ketiga adalah untuk mengidentifikasi kebijakan pemerintah kota dalam menghadapi urbanisasi berdasarkan kebijakan nasional yang telah disusun oleh pemerintah pusat. Saat ini Rencana Pembangunan Jangka 7 Asep Ahmad Saefuloh, Urbanisasi, Kesempatan Kerja dan Kebijakan Ekonomi Terpadu, dalam buku Perkembangan dan Permasalahan Tenaga Kerja (Jakarta: P3DI, 2011).

5 Menengah Nasional sudah sangat memerhatikan kondisi nyata bahwa terjadi ketimpangan dan kesenjangan pembangunan antara desa dengan kota maupun antarkota yang perlu ditangani secara serius untuk mencegah terjadinya urbanisasi. Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data-data yang diperoleh dari studi lapangan terkait dengan penanganan permasalahan urbanisasi yang didapat dari berbagai Dinas/SKPD yang akan ditemui. Sedangkan data sekunder meliputi data-data terkait kebijakan penangan permasalahan urbanisasi yang berasal dari penelitian terdahulu, buku-buku mengenai urbanisasi, serta artikel-artikel di media massa yang turut memperkaya informasi yang dapat mendukung analisis penelitian. Lokasi penelitian adalah Kota Surabaya dan Kota Medan. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian adalah pada bulan Mei 2016 di Kota Medan dan Agustus 2016 di Kota Surabaya. B. Perkembangan Urbanisasi di Indonesia Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 berdasarkan Sensus Penduduk 2010 (SP2010) adalah sebanyak jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak jiwa (50,21 persen). 9 Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau Sumatera yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk. 10 Jumlah penduduk yang merupakan migran risen terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat penduduk atau 2,5 persen 8 Bappenas, Rancangan Awal RPJMN , hlm BPS, Jumlah dan Distribusi Penduduk, diakses pada 1 November Ibid.

6 penduduk merupakan migran masuk risen antarprovinsi. Persentase migran risen di daerah perkotaan tiga kali lipat lebih besar migran risen di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 3,8 dan 1,2 persen. Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, berbanding orang. Seks rasio migran risen adalah 110,3. Beberapa provinsi merupakan daerah tujuan migran, seperti: Kepulauan Riau, Papua Barat, dan DI Yogyakarta. 11 Jumlah penduduk yang merupakan migran seumur hidup terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat penduduk atau 11,8 persen penduduk merupakan migran masuk seumur hidup antarprovinsi. Persentase migran seumur hidup di daerah perkotaan hampir tiga kali lipat migran seumur hidup di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 17,2 dan 6,3 persen. Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, berbanding orang. Seks rasio migran seumur hidup adalah 111,3. Beberapa provinsi merupakan daerah tujuan migran, seperti: Kepulauan Riau, DKI Jakarta, dan Kalimantan Timur. 12 Data migran risen dan migran seumur hidup tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak menuju ke daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Daerah-daerah tujuan migrasi mempunyai daya tarik tersendiri bagi migran. Pada umumnya alasan utama pindah para migran ini adalah karena pekerjaan, mencari pekerjaan, atau sekolah. Bank Dunia secara khusus menjadikan permasalahan perkotaan sebagai topik kajiannya mengingat saat ini secara global, lebih dari 50 persen penduduk dunia tinggal di daerah perkotaan, dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut. Pada 2045, jumlah penduduk perkotaan akan meningkat 1,5 kali lipat menjadi 6 miliar, artinya penambahan 2 miliar lebih penduduk perkotaan. 13 Indonesia dikelompokkan oleh Bank Dunia sebagai negara yang didominasi oleh ekonomi perkotaan. Kota-kota di Indonesia tumbuh rata-rata 11 Ibid. 12 Ibid. 13 Overview, Urban Development, diakses pada 1 November 2016.

7 4,1 persen per tahun - laju yang lebih cepat dari kota-kota negara Asia lainnya. Pada tahun 2025, atau kurang dari 10 tahun lagi, diperkirakan 68 persen penduduk Indonesia adalah warga kota. 14 Lahan perkotaan di Indonesia, terbesar ketiga di Asia Timur, setelah Tiongkok dan Jepang. Antara tahun 2000 hingga 2010, jumlah lahan perkotaan di Indonesia meningkat, dari sekitar km 2 menjadi km 2, bertambah 1,1 persen per tahun - laju pertumbuhan lahan perkotaan tertinggi setelah Tiongkok. 15 C. Urbanisasi di Kota Medan Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah. Perkembangan ekonomi, sosial, dan budaya mendorong Kota Medan menjadi pusat pertumbuhan dan pergerakan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara. Saat ini Kota Medan telah mengukuhkan diri sebagai salah satu kota metropolitan baru di Indonesia. 16 Jika dibandingkan dengan kota besar lainnya di Indonesia, Kota Medan memiliki keterbatasan ruang karena bentuk wilayah administratif yang ramping di tengah. Dengan keterbatasan ruang tersebut, daya dukung lingkungan perkotaan menjadi kurang optimal. Hambatan terbesar bersifat alamiah yaitu terbatasnya pengembangan wilayah utara Kota Medan, khususnya dalam penyediaan prasarana dan sarana perkotaan. Kondisi tersebut menyebabkan kurang seimbangnya dan kurang terpadunya penataan ruang kota di bagian utara dan bagian selatan. Keberagaman penduduk menurut umur dan jenis kelamin memengaruhi jenis penyediaan pelayanan umum seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, fasilitas umum, dan penyediaan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Angka ketergantungan, yaitu perbandingan penduduk usia produktif (kelompok umur tahun) dan penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 0 14 dan World Bank, Indonesia s Urban Story(Jakarta: World Bank, 2016), hlm. 20, 15 Ibid., hlm Pemerintah Kota Medan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun (Medan: Pemko Medan, 2011), hlm. I-1.

8 tahun atau lebih) relatif besar. Struktur penduduk kota Medan ini menunjukkan bahwa potensi ketenagakerjaan penduduk Kota Medan sangat besar. Hal ini menjadi modal dasar untuk mendorong percepatan pembangunan ekonomi daerah. Saat ini Kota Medan sedang mengalami masa transisi demografi. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan di mana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan di mana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Berdasarkan data BPS Kota Medan yang tersebar dalam laporan per Kecamatan yang diterbitkan di tahun 2016, dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan, Kecamatan Medan Deli adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu jiwa. Sedangkan kelahiran terbanyak ada di Kecamatan Medan Tembung, kematian terbanyak terjadi di Kecamatan Medan Petisah. Kecamatan Medan Denai menjadi kecamatan yang paling banyak menerima pendatang sementara warga di Kecamatan Medan Polonia paling banyak pindah ke tempat lain. Tabel 3 memperlihatkan komposisi penduduk Kota Medan berdasarkan komponen kependudukan untuk 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan. Permasalahan lain yang muncul dari kegiatan urbanisasi dan juga migrasi di Kota Medan di antaranya adalah: 1. Eksploitasi sumber daya alam dan sumber daya buatan secara berlebihan yang berdampak negatif terhadap kesinambungan pembangunan kota. 2. Penurunan produksi dan pendapatan pelaku usaha tradisional. 3. Permasalahan sosial akibat penurunan produksi, seperti peningkatan angka pengangguran, angka kemiskinan, angka kriminalitas. 4. Tidak self-reliance. 5. Degradasi budaya lokal.

9 6. Dominasi kepemilikan modal dan usaha produksi oleh pelaku usaha dari luar Kota Medan. D. Urbanisasi di Kota Surabaya Kota Surabaya merupakan kota metropolitan terbesar kedua di Indonesia, setelah DKI Jakarta. Berbagai potensi Kota Surabaya, diantaranya di bidang industri, bisnis dan perdagangan, transportasi maritim dan pelabuhan, pendidikan, dan pariwisata. Sumber data utama yang digunakan dalam pembangunan di Kota Surabaya adalah berdasarkan hasil registrasi penduduk yang terpusat dalam Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK). Unit analisis mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan dan Kota Surabaya bersumber dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) selama bulan Januari Desember tahun Di samping itu, dikumpulkan juga data-data lain yang bersumber dari Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) lain di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya, yaitu: Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kantor Urusan Agama, Pengadilan Agama, dan Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. Data yang bersumber dari SKPD lain merupakan informasi kualitas penduduk, untuk mengetahui indikator kesehatan, indikator pendidikan, dan sosial. Sampai dengan bulan Desember 2015, jumlah penduduk Kota Surabaya mencapai jiwa, terdiri atas persen ( jiwa) penduduk laki-laki dan 49,94 persen ( jiwa) penduduk perempuan, yang menyebar di 31 kecamatan. Selama enam tahun terakhir penduduk Kota Surabaya yang teregistrasi di SIAK cenderung fluktuatif, seperti disajikan pada Gambar 4.1. Dalam periode , jumlah penduduk Kota Surabaya mengalami peningkatan tajam, selanjutnya menurun pada tahun Kemudian tahun 2015, terdapat peningkatan jumlah penduduk sebesar 3,14 persen ( jiwa) dari tahun Penurunan jumlah penduduk tahun 2014 bukan karena faktor kelahiran dan kematian ataupun peristiwa migrasi, namun adanya pembersihan data ganda penduduk yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya. Adanya kebijakan Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-ktp),

10 sehingga penduduk Kota Surabaya banyak teridentifikasi memiliki KTP ganda. Oleh karena itu dilakukan penghapusan data ganda penduduk, sehingga menyebabkan jumlah penduduk turun drastis. Penurunan penduduk ini mengindikasikan bahwa penduduk yang ber-ktp ganda Iebih memilih untuk menjadi penduduk luar Kota Surabaya. Lima kecamatan di Kota Surabaya dengan jumlah penduduk terbesar dengan jumlah penduduk lebih dari 150 ribu jiwa, yaitu: Kecamatan Tambaksari ( jiwa), Kecamatan Sawahan ( jiwa), Kecamatan Semampir ( jiwa), Kecamatan Wonokromo ( jiwa), dan Kecamatan Kenjeran ( jiwa). Besarnya persentase jumlah penduduk kelima kecamatan tersebut terhadap total penduduk Kota Surabaya mencapai di atas lima persen, masing-masing secara berurutan, yaitu: 7,61 persen, 7,04 persen, 6,46 persen, 5,58 persen dan 5,25 persen. Kota Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan menarik banyak orang untuk datang dengan berbagai alasan baik ekonomi maupun sosial. Banyak orang yang berkeinginan mendapat penghasilan dan pekerjaan yang lebih baik, maka mereka berdatangan ke Kota Surabaya untuk mengadu nasib. Tingginya fasilitas pendidikan dan lapangan pekerjaan yang tersedia merupakan salah atu faktor yang mendorong tingginya orang untuk datang ke Kota Surabaya. Jumlah penduduk yang migrasi masuk di Kota Surabaya mengalami fluktuasi selama periode tahun 2010 sampai 2014, yaitu berkisar antara jiwa sampai dengan jiwa per tahun. Mulai tahun 2010, jumlah penduduk migrasi masuk meningkat hingga tahun 2012 dan menurun pada tahun Perkembangan jumlah penduduk migrasi masuk mulai tahun 2010 sampai 2014 di Kota Surabaya disajikan pada Tabel 5. Pada tahun 2014 angka migrasi masuk ke Kota Surabaya mencapai angka 23,92. Angka ini menunjukkan bahwa sebanyak orang yang datang per 1000 penduduk di Kota Surabaya. Terdapat hubungan yang erat antara angka migrasi masuk dan angka migrasi keluar antarkecamatan dan berbanding terbalik. Artinya bahwa suatu kecamatan semakin besar penduduk yang migrasi masuk, semakin kecil penduduk yang migrasi keluar. Terdapat empat kelompok kecamatan menurut persebaran angka migrasi masuk dan migrasi keluar.

11 Secara alamiah penduduk suatu wilayah akan mengalami penambahan seiring berjalannya waktu. Seperti halnya Kota Surabaya yang mempunyai pertumbuhan penduduk tergolong tinggi dengan pertumbuhan tidak merata di setiap kecamatan. Sebagai kota metropolitan, Kota Surabaya tumbuh lebih disebabkan oleh faktor migrasi daripada faktor kelahiran dan kematian. Perubahan peraturan Perda terkait penyelenggaraan administrasi penduduk nonpermanen telah terjadi beberapa kali, Perda yang pernah memuat peraturan tersebut di antaranya adalah Perda No. 5 Tahun 1993, Perda No. 5 Tahun 1996, Perda No. 5B Tahun 200, Perda No. 2 Tahun 2007, Perda No. 5 Tahun 2011, serta Perda No. 14 Tahun Sejak berlakunya Perda tahun 1993 sampai tahun 2000, kartu identitas penduduk nonpermanen disebut dengan KIPEM (Kartu Identitas Penduduk Musiman), pada Perubahan Perda tahun 2007 berubah menjadi SKTS (Surat Keterangan Tinggal Sementara), kemudian pada Perubahan Perda tahun 2011 kembali menjadi KIPEM, dan pada Perubahan Perda tahun 2014 berubah lagi menjadi SKTS. Sejak tahun 2011, permasalahan penduduk nonpermanen (musiman) menjadi perhatian khusus Pemerintah Kota Surabaya, sejak tahun itu pencatatan dan peraturan terkait penduduk nonpermanen lebih diperketat. Berdasarkan Perda tahun 2011 penduduk yang ingin membuat KIPEM harus melengkapi beberapa persyaratan yaitu surat keterangan pindah sementara dari daerah asal, KTP asli, surat pernyataan jaminan tempat tinggal, dan surat keterangan pekerjaan atau studi. Pendaftaran KIPEM bisa dilaksanakan di kecamatan penduduk nonpermanen menetap dan prosedur pencatatannya masih dilakukan secara manual, maksudnya penduduk nonpermanen yang ingin membuat KIPEM harus mendaftarkan langsung ke kecamatan. Pada Perda tahun 2014 persyaratan dan prosedur untuk mengurus surat tinggal sementara bagi penduduk nonpermanen lebih dipermudah dan namanya berubah menjadi SKTS. Pembuatan SKTS tidak lagi memerlukan surat keterangan pindah sementara dari daerah asal. Pada tahun 2014 pendaftaran KIPEM juga lebih dipermudah, pendaftaran dapat dilaksanakan secara online melalui website Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya (

12 Hasil kajian Dispendukcapil (2014) menunjukkan bahwa penduduk musiman tidak mengurus SKTS karena tiak mengetahui adanya peraturan administrasi kependudukan tersebut. Menurut mereka, Kelurahan termasuk RT dan RW tidak mmemberitahukan aturan tersebut. Sebagian dari penduduk musiman memang sudah melapor ke RT atau RW namun tidak dilanjutkan dalam kepengurusan SKTS. Kurangnya sosialisasi kepada penduduk nonpermanen berdampak pada ketidaktahuan bahwa harus memiliki SKTS ketika tinggal sementara selama 3 bulan berturut-turut. E. Permasalahan Sosial Akibat Urbanisasi Permasalahan sosial yang terjadi akibat urbanisai di Kota Medan dan Kota Surabaya dapat disimpulkan menjadi gambaran (umum) terhadap beberapa permasalahan yang dihadapi Indonesia sebagai satu negara dengan permasalahan pertambahan penduduk perkotaan yang terus meningkat. Di Indonesia urbanisasi pada umumnya mempunyai kaitan dengan timbulnya beberapa masalah sosial, ekonomi, dan pemukiman, baik di kota maupun di desa. Sebab-sebab urbanisasi di Indonesia adalah: a) sebagai akibat dari pertambahan penduduk alami di kota; b) sebagai akibat dari perpindahan penduduk desa ke kota; dan c) berkembangnya daerah tepian kota. Kadang-kadang ketiga sebab tersebut terjadi bersamaan, sehingga dapat mempercepat proses urbanisasi. Kecepatan urbanisasi di Indonesia tergantung pada beberapa faktor, antara lain: a) tingkat pendidikan penduduk yang melakukan urbanisasi (urbanit); b) tingkat kesehatan masyarakat; c) persentase penduduk yang miskin; d) latar belakang pertanian di daerah pedesaan; e) kondisi geografis; serta f) fungsi serta peranan kota-kota sebagai faktor penarik. Apabila diinventarisasi permasalahan akibat urbanisasi akan dapat dilihat bahwa jumlahnya tidak sedikit. Misalnya saja dapat disebutkan di sini:

13 - Kepadatan penduduk kota yang menimbulkan masalah kesehatan lingkungan, masalah perumahan, masalah persampahan. - Pertambahan penduduk kota yang menimbulkan masalah kesempatan dan mendapatkan pekerjaan yang layak dan memadai, masalah pengangguran dan gelandangan. - Penyempitan ruang dengan segala akibat negatifnya di kota karena banyaknya orang, bertambahnya bangunan untuk perumahan, perkantoran, kegiatan industri, dan bertambahnya kendaraan bermotor yang terusmenerus membanjiri kota. - Masalah lalu lintas, kemacetan jalan, dan masalah parkir yang menghambat kelancaran kota. - Industrialisasi di kota yang menimbulkan polusi udara, polusi air, dan polusi kebisingan. Sebagai akibat dari cepatnya pertambahan penduduk yang ditunjang dengan perkembangan ekonomi, transportasi dan pendidikan, frekuensi mobilitas semakin meningkat. Memerhatikan informasi yang didapat dalam diskusi, maka implikasi urbanisasi terhadap sektor kehidupan dapat dikelompokkan sebagai berikut: - Di sektor ekonomi, struktur ekonomi menjadi lebih bervariasi. Bermacammacam usaha atau kegiatan di bidang transportasi, perdagangan dan jasa timbul dari mereka yang bermodal gurem sampai yang bermodal besar, terutama timbulnya kegiatan di sektor informal. Sangat menarik ialah kegiatan usaha yang dikenal dengan istilah pedagang kaki lima, dan di bidang jasa yang juga dilaksanakan oleh kaum wanita, sebagai tenaga angkut di pasar dan tenaga anak-anak sebagai penyemir sepatu dan penjual surat kabar. - Perkembangan di bidang wiraswasta juga nampak meluas, misalnya saja peternakan telur ayam, telur burung puyuh, kegiatan di bidang kerajinan tangan, dan lain-lain untuk kepentingan pariwisata, kegiatan di bidang perjalanan atau travel bureau, di bidang perbengkelan dan pertukangan, di bidang catering, dan masih banyak lagi.

14 - Di bidang pendidikan makin banyak diusahakan adanya pendidikan kejuruan setingkat SMTP, SMTA bahkan setingkat perguruan tinggi yaitu adanya program non-gelar bagi mereka yang ingin memiliki ilmu yang bisa dicapai dalam jangka studi yang pendek tetapi sudah dapat mendatangkan penghasilan. Selain itu juga timbulnya kursus montir, kursus pengetikan, kursus di bidang teknik dan pertukangan dapat diharapkan menampung para urbanit yang ingin mendapat pekerjaan di kota. - Implikasi lain yang juga dapat diamati adalah jumlah perluasan fisik kota ke arah daerah tepian atau pinggiran kota (the periphery areas) yang menimbulkan permasalahan baru mengenai soal administratif pertanahan, kependudukan, dan administratif pemerintahan. - Demikian pula dapat dipahami bahwa harga atau nilai tanah baik di kota maupun di daerah tepian kota cenderung menaik. Dan keadaan ini juga mulai dirasakan oleh penduduk di daerah pedesaan. F. Kebijakan Urbanisasi yang Lebih Baik Ada tiga hal yang perlu diperhatikan agar kebijakan urbanisasi ke depan lebih baik untuk kondisi Indonesia. Tiga hal tersebut adalah: a. Daya Dukung Kota Daya dukung kota sebagai tujuan urbanisasi dititikberatkan pada aspek demografis atau kependudukan, sebab urbanisasi yang ditimbulkan oleh eksplosi penduduk di pedesaan dan di kota sudah cenderung, bahkan mungkin sudah melampaui daya dukung masing-masing. Masalah kepadatan penduduk yang berakibat lanjut terhadap masalah perumahan dan masalah kelebihan tenaga kerja menjadi masalah yang sangat mengganggu, bahkan dapat menghambat pembangunan. b. Kualitas Urbanit Dari sudut pandang perilaku (behavioral) urbanisasi dilihat dari segi pentingnya atau sejauh mana manusia itu dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang berubah-ubah baik yang disebabkan oleh kemajuan teknologi maupun dengan adanya perkembangan-perkembangan baru dalam kehidupan. Hasil penyesuaian atau adaptasi para urbanit di daerah perkotaan mencerminkan kelincahan hidup dan kejelian melihat dan

15 menangkap sesuatu gejala, dan ini sangat tergantung pada latar belakang pendidikan dan mental para urbanit. c. Kebijakan Pemerintah Urbanisasi mempunyai hubungan erat dengan berbagai aspek pembangunan nasional. Oleh karena itu, peranan pemerintah sangat diperlukan dalam mengatur kebijaksanaan urbanisasi agar proses urbanisasi dapat mencapai keseimbangan dalam suatu urban system yang secara efektif dapat memperluas pelayanan terhadap penduduk secara keseluruhan. G. Penutup Dengan bertambahnya penduduk, maka berdampak pada tingkat kepadatan wilayah akan bertambah pula, apalagi daya dukung tidak memadai. Oleh karena itu, upaya pengendalian penduduk perlu dilakukan. Wilayah yang perlu mendapatkan perhatian adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk permanen yang sudah tinggi dan ditambah dengan penduduk non-permanen yang tinggi pula. Kebijakan yang dapat dipertimbangkan guna memungkinkan lebih banyak manfaat dari urbanisasi di antaranya adalah: - memprioritaskan urbanisasi dalam agenda pembangunan nasional dan mengatasi masalah melalui pendekatan komprehensif; - membiayai infrastruktur perkotaan dapat menggunakan pilihan domestik yang tersedia; - meningkatkan pengelolaan pemerintahan kota; - konsistensi perencanaan tata ruang di tiap tingkat kepemerintahan (pusat, propinsi, dan kabupaten/kota); - menyesuaikan strategi pembangunan perkotaan dengan besarnya kota yang bersangkutan; serta - memperbaiki konektivitas antarkawasan metropolitan, begitu juga antara kawasan perkotaan dan pedesaan mengingat kondisi geografis Indonesia yang beragam dan terbentang luas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah 02/04/2013 7:59

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah 02/04/2013 7:59 Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah Urbanisasi Urban : perkotaaan Rural : perdesaan Urbanisasi secara umum diartikan sebagai perubahan perdesaan menjadi perkotaan karena adanya perpindahan penduduk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1996, United Nations Centre for Human Programme (UNCHS/UN-HABITAT) untuk pertama kalinya mengembangkan Global Urban Indicator Program (GUIP). GUIP merupakan

Lebih terperinci

Perubahan Regional (Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah)

Perubahan Regional (Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah) Perubahan Regional (Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah) Permalahan : Persebaran (distribusi) dan kesenjangan (disparitas) penduduk yang terlalu besar antara desa dengan kota dapat menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan output perkapita

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah

Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah Urbanisasi dalam Perencanaan Wilayah Permalahan : Persebaran (distribusi) dan kesenjangan (disparitas) penduduk yang terlalu besar antara desa dengan kota dapat menimbulkan berbagai permasalahan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota sangat erat kaitannya dengan jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang banyak dan berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perkotaan sekarang ini terasa begitu cepat yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang semakin tinggi. Hal ini terutama terjadi di kotakota besar, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Industrialisasi merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang lebih maju dan bermutu. Seperti halnya di negara-negara berkembang industrialisasi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

Perluasan Lapangan Kerja

Perluasan Lapangan Kerja VII Perluasan Lapangan Kerja Perluasan lapangan kerja untuk menciptakan lapangan kerja dalam jumlah dan mutu yang makin meningkat, merupakan sebuah keniscayaan untuk menyerap angkatan kerja baru yang terus

Lebih terperinci

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia Oleh Doni J Widiantono dan Ishma Soepriadi Kota-kota kita di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat, selama kurun waktu 10 tahun terakhir muncul kurang lebih 31

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah institusi pendidikan primer, sebelum seorang anak mendapatkan pendidikan di lembaga lain. Pada institusi primer inilah seorang anak mengalami pengasuhan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota dengan segala macam aktivitasnya menawarkan berbagai ragam potensi, peluang dan keuntungan dalam segala hal. Kota juga menyediakan lebih banyak ide dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS PENGARUH KENAIKAN HARGA BBM PADA BIAYA PERJALANAN TERHADAP PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MASYARAKAT DI DAERAH PINGGIRAN KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Pedurungan dan Kecamatan

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP

SEKAPUR SIRIH. Tanjungpinang, Agustus 2010 Kepala BPS Kota Tanjungpinang. Ir. ABRIANSYAH MULLER NIP SEKAPUR SIRIH Sebagai pengemban amanat UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang statistik serta sejalan dengan rekomendasi PBB mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan, maka BPS menyelengarakan Sensus Penduduk 2010.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota sebagai salah satu kenampakan di permukaan bumi, menurut sejarahnya kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga timbullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Perkembangan yang dimaksud terlihat pada aspek ekonomi dan sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN. dan Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. Tinjauan Kota Pekanbaru 1. Letak dan Luas Kota Pekanbaru terletak antara 101 14-101 34 Bujur Timur dan 0 25-0 45 Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor alami yaitu kelahiran dan terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sujarto (dalam Erick Sulestianson, 2014) peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan perpindahan penduduk ke daerah perkotaan, merupakan penyebab utama pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses pembangunan di Indonesia terus bergulir dan ekspansi pemanfaatan ruang terus berlanjut. Sejalan dengan ini maka pengembangan lahan terus terjadi dan akan berhadapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi pemahaman yang sama dengan pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 1988:4-5). Pertumbuhan ekonomi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perkembangan Kota Branch (1996), mengatakan bahwa perkembangan suatu kota dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang direncanakan sebagai salah satu upaya manusia dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Begitu pun dengan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Bandung, merupakan sebuah kota metropolitan dimana didalamnya terdapat beragam aktivitas kehidupan masyarakat. Perkembangan kota Bandung sebagai kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, yang memiliki berbagai latar belakang dan penyebab. Bahkan, di beberapa negara menunjukkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia yang apabila dikelola dengan baik penduduk dapat menjadi salah satu modal dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN BAB III TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Kondisi lingkungan sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jumlah penduduk yang semakin tinggi memberikan tekanan yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, dimana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Riset ini dilaksanakan untuk menstudi implikasi perpindahan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Riset ini dilaksanakan untuk menstudi implikasi perpindahan penduduk yang 1 BAB I PENDAHULUAN Riset ini dilaksanakan untuk menstudi implikasi perpindahan penduduk yang terjadi dari desa ke kota, terhadap kebutuhan akan tempat bermukim di Kota Bangli. Penelitian ini memfokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan tersebut dapat meliputi berbagai hal, mulai dari aspek sosial,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan tersebut dapat meliputi berbagai hal, mulai dari aspek sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan pembangunan yang semakin meningkat seiring dengan kemajuan zaman telah mempengaruhi terjadinya perubahan dalam berbagai aspek, baik secara fisik maupun

Lebih terperinci

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Perwilayahan adalah usaha untuk membagi bagi permukaan bumi atau bagian permukaan bumi tertentu untuk tujuan yang tertentu pula (Hadi Sabari Yunus, 1977).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga

Lebih terperinci

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk

Dalam Tabel 1.1 terlihat bahwa pertumbuhan penduduk Kota Depok menunjukkan peningkatan secara signifikan. Peningkatan jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ciri-ciri kependudukan di Indonesia selain jumlah penduduk yang besar, adalah bahwa kepadatan penduduk di perkotaan tinggi, penyebaran penduduk desa kota dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung kegiatan industri serta

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke

BAB IV. Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH KAJLAN 4.1. Kota Pekanbaru 4.1.1. Geografis Kota Pekanbaru terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang mengarah ke daratan Sumatera. Secara geografis, kota Pekanbaru terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

PEDESAAN DAN KEPENDUDUKAN. Oleh Agustina Bidarti, S.P, M.Si. dan M. Arby, S.P., M.Sc

PEDESAAN DAN KEPENDUDUKAN. Oleh Agustina Bidarti, S.P, M.Si. dan M. Arby, S.P., M.Sc PEDESAAN DAN KEPENDUDUKAN Oleh Agustina Bidarti, S.P, M.Si. dan M. Arby, S.P., M.Sc PENDAHULUAN Dalam konteks pembangunan modern, terutama di negara2 berkembang, pedesaan dan kependudukan merupkan dua

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas Admistrasi Sumber : Provinsi Sulawesi Tengah Dalam Angka, 2016 Gambar 4.1 Peta wilayah Provinsi Sulawesi Tengah Provinsi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kota sebagai pusat berbagai kegiatan baik itu kegiatan perekonomian, kegiatan industri, kegiatan pendidikan, perdagangan, hiburan, pemerintahan dan juga sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi suatu negara, hal ini menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR Oleh : Elfin Rusliansyah L2D000416 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI Drs. CHOTIB, M.Si chotib@ldfeui.org Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana Universitas Indonesia . Konsep dan Definisi Migrasi (1)

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi BAB VI PENUTUP Pada bab terakhir ini dipaparkan beberapa hal sebagai bagian penutup, yakni mengenai temuan studi, kesimpulan, rekomendasi, kelemahan studi serta saran studi lanjutan. VI.1. Temuan Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.

I. PENDAHULUAN. 1 Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, Pemerintah melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan penduduk merupakan fenomena yang menjadi potensi sekaligus permasalahan dalam pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan ruang untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

SURABAYA-Pemerintah Kota Surabaya gencar melakukan sosialisasi denda keterlambatan administrasi kependudukan yang resmi berlaku per 1 Januari 2013.

SURABAYA-Pemerintah Kota Surabaya gencar melakukan sosialisasi denda keterlambatan administrasi kependudukan yang resmi berlaku per 1 Januari 2013. SURABAYA-Pemerintah Kota Surabaya gencar melakukan sosialisasi denda keterlambatan administrasi kependudukan yang resmi berlaku per 1 Januari 2013. Selain melalui media massa, Dinas Komunikasi dan Informatika

Lebih terperinci

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR Oleh: NOVI SATRIADI L2D 098 454 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGANTAR KAJIAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN

PENGANTAR KAJIAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN PENGANTAR KAJIAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN Aditya Rizkyandi (06512075) Wahyu Tri H (06512066) Alfan Adhi B (04512068) M. Amruddin Nur Zamzam (07512116) Fathurrahman Oemar (08512162) Downtown holly wood,

Lebih terperinci

APA ITU URBANISASI???? Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua

APA ITU URBANISASI???? Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi adalah masalah yang cukup serius bagi kita semua PENGERTIAN Kesalahan pola pikir warga desa yang beranggapan bahwa kota besar dan ibukota adalah kota impian yang menjanjikan kehidupan layak bagi mereka. Padahal, untuk menjalankan impian mereka dibutuhkan

Lebih terperinci