BAB II ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 BAB II ANALISIS DATA Pada bab II ini berisi pembahasan analisis data yang akan dipaparkan mengenai penanda kohesi dan koherensi wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat. A. Penanda Kohesi Kohesi adalah keserasian hubungan bentuk atau struktur lahir suatu wacana. Di dalam penelitian terhadap wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat ditemukan dua jenis penanda kohesi, yaitu penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Selanjutnya, penanda kohesi leksikal berupa repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atasbawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Berikut ini adalah penjelasan masing-masing penanda yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah tersebut. 1. Penanda Kohesi Gramatikal Penanda kohesi gramatikal dalam wacana gempilan sejarah meliputi empat unsur, yaitu: (a) pengacuan (referensi), (b) penyulihan (substitusi), (c) pelesapan 48

2 (elipsis), dan (d) perangkaian (konjungsi). Berikut ini akan diuraikan keempat kohesi gramatikal tersebut. a. Pengacuan (Referensi) Pengacuan (referensi) merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual yang mengacu pada satuan lingual lain yang mendahului atau mengikuti. Pengacuan terdiri atas tiga bentuk, yaitu: pengacuan persona (kata ganti orang), pengacuan demonstratif (kata ganti penunjuk), dan pengacuan komparatif (kata perbandingan). 1) Pengacuan Persona Pengacuan persona terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) pengacuan persona I, (2) pengacuan persona II, dan (3) pengacuan persona III, baik tunggal (bentuk bebas ataupun bentuk terikat) maupun jamak. Kepaduan wacana yang ditandai dengan kohesi gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona dapat dilihat pada data-data berikut. 1.1 Pengacuan Persona I Pengacuan pronomina persona I yang ditemukan dalam wacana gempilan sejarah dapat dilihat pada data-data berikut. (1) Soepratman nerusake ukarane: Aku mbutuhake sisihan sing gelem dak ajak nyabrangi donya wong loro. (PS/3/9/23/8/06/2013). Soepratman melanjutkan kata-katanya: "Saya membutuhkan seorang istri yang mau saya ajak menyeberangi dunia berdua. Prononima yang terdapat pada data (1) yaitu aku saya yang merupakan pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas mengacu pada Soepratman. Pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora yang 49

3 bersifat anaforis, karena unsur yang diacu berada di dalam teks wacana yang telah disebut terdahulu. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik BUL. (1a) Soepratman nerusake ukarane: Soepratman melanjutkan kata-katanya: (1b) Aku mbutuhake sisihan sing gelem dak ajak nyabrangi donya wong loro. "Saya membutuhkan seorang istri yang mau saya ajak menyeberangi dunia berdua. Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (1b) kemudian dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (1c) Ø mbutuhake sisihan sing gelem dak ajak nyabrangi donya wong loro. "Ø membutuhkan seorang istri yang mau saya ajak menyeberangi dunia berdua. Satuan lingual aku saya jika dilesapkan, data di atas menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Informasi yang diterima pembaca kurang jelas, maka satuan lingual aku saya wajib hadir. Data tersebut selanjutnya diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (1d) Aku mbutuhake sisihan sing gelem dak ajak nyabrangi donya *Kula *Ingsun wong loro. " Saya membutuhkan seorang istri yang mau saya ajak *Saya *Saya menyeberangi dunia berdua. Pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas aku saya merupakan ragam ngoko sehingga tidak dapat diganti dengan satuan lingual kula saya, karena kata kula saya termasuk ragam krama. Pronomina ingsun 50

4 saya juga tidak dapat mengganti aku saya merupakan ragam klasik dan hanya digunakan untuk Tuhan dan Raja. Oleh karena itu, kata ingsun saya tidak tepat digunakan pada kalimat di atas meskipun tidak merubah makna. Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan pronomina persona I yang berupa kata aku saya (pengacuan endofora yang bersifat anaforis) terdapat dalam data (2) sampai dengan (3) berikut. (2) [...] Aku wis rumangsa ora kuwat. Aku arep turu! banjur less, nutup netrane sateruse. (PS/1/10/22/1/06/2013). [...] Saya sudah merasa tidak kuat. Saya ingin tidur! kemudian less, menutup mata selamanya. (3) [...] Iya kuwi salah sijine perkara yagene aku saiki ziarah mrene iki...!. (PS/3/10/24/15/06/2013). [...] Ya itulah salah satu hal yang menyebabkan saya sekarang ziarah kesini ini...!. Data lain yang merupakan pengacuan persona I tunggal bentuk bebas aku saya yang berupa pengacuan eksofora ada pada data berikut. (4) Dene Soendoro, uga sawenehing wartawan sk. Pemandangan (jaman sadurunge Jepang teka) lan nate dadi dosen luar biyasa ing UGM bab ilmu publistik (jaman Republik), uga tau crita nyang aku, nate mertamu neng omahe Soepratman kuwi mau. (PS/1/10/23/8/06/2013). Sedangkan Soendoro, juga seorang wartawan sk. Pemandangan (jaman sebelum Jepang datang) dan pernah menjadi dosen luar biasa di UGM bab ilmu publistik (jaman Republik), juga pernah bercerita kepada saya, pernah bertamu di rumahnya Soepratman itu tadi. Pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas aku saya mengacu pada unsur lain yang berada di luar teks wacana yaitu mengacu pada pengarang (Soebagijo I. N.), ini merupakan penanda kohesi gramatikal pengacuan eksofora. Data (4) di atas jika dikenai teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut. 51

5 (4a) Dene Soendoro, uga sawenehing wartawan sk. Pemandangan (jaman sadurunge Jepang teka) lan nate dadi dosen luar biyasa ing UGM bab ilmu publistik (jaman Republik), Sedangkan Soendoro, juga seorang wartawan sk. Pemandangan (jaman sebelum Jepang datang) dan pernah menjadi dosen luar biasa di UGM bab ilmu publistik (jaman Republik), (4b) uga tau crita nyang aku, nate mertamu neng omahe Soepratman kuwi mau. juga pernah bercerita kepada saya, pernah bertamu di rumahnya Soepratman itu tadi. Kemudian data (4b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi berikut. (4c) uga tau crita nyang Ø, nate mertamu neng omahe Soepratman kuwi mau. juga pernah bercerita kepada Ø, pernah bertamu di rumahnya Soepratman itu tadi. Pronomina persona aku saya wajib hadir, sebab apabila pronomina tersebut dilesapkan maka data tersebut menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Selain itu, apabila pronomina aku saya dilesapkan informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak jelas. Selanjutnya, data tersebut diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. 52 (4d) uga tau crita nyang aku, awakku *kula Soepratman kuwi mau. juga pernah bercerita kepada Soepratman itu tadi. nate mertamu neng omahe saya, pernah bertamu di rumahnya diriku *saya Hasil dari analisis data (4d) di atas menunjukkan bahwa pronomina persona aku saya dapat diganti dengan satuan lingual awakku diriku, karena kedua satuan lingual tersebut masih dalam ragam yang sama yaitu sama-sama menggunakan bahasa Jawa ragam ngoko. Namun, kata aku saya tidak dapat

6 diganti dengan satuan lingual kula saya, karena satuan lingual kula saya merupakan ragam krama. Pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas aku saya yang berupa pengacuan eksofora juga terdapat dalam data (5) sampai dengan (6) berikut. (5) Miturut ngendikane Mas Imam nyang aku, penulis atur iki, karemane gus Wage andhok neng warung Asih ing Kapasari,[...] (PS/3/9/24/15/06/2013). Menurut perkataan mas Imam pada saya, penulis karya ini, kesukaan gus Wage duduk di sebuah kedai "Asih" di Kapasari, [...] (6) Iya aku dhewe iki, sing miturut ngendikane Ibuku, lair ing kampung Kentadhan, Tulungagung. (PS/3/9/17/27/04/2013). Ya saya sendiri ini, yang menurut Ibuku, lahir di desa Kentadhan, Tulungagung. Selain itu penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan persona I tunggal bentuk bebas kula saya (pengacuan endofora yang bersifat kataforis) terlihat pada data berikut. (7) Kabar-kabare ngoten teng Barus, lha kula nggih dereng uninga pundi pernahe Barus niku!, Salamah ngambali. (PS/3/9/23/8/06/2013). Berita-beritanya begitu ke Barus, ya tentu saja saya tidak tahu di mana tepatnya Barus itu! ", ulang Salamah. Satuan lingual kula saya merupakan penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk bebas yang mengacu pada Salamah. Pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora yang bersifat kataforis, karena satuan lingual yang diacu berada di dalam teks wacana yang mengikutinya atau antesedennya berada disebelah kanan kata kula saya. Data (7) dianalisis menggunakan teknik BUL yaitu dibagi atas dua unsur langsungnya sebagai berikut. 53

7 54 (7a) Kabar-kabare ngoten teng Barus, Berita-beritanya begitu ke Barus, (7b) lha kula nggih dereng uninga pundi pernahe Barus niku!, Salamah ngambali. ya tentu saja saya tidak tahu di mana tepatnya Barus itu! ", ulang Salamah. berikut. Selanjutnya data (7b) diuji dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai (7c) lha Ø nggih dereng uninga pundi pernahe Barus niku!, Salamah ngambali. ya tentu saja Ø tidak tahu di mana tepatnya Barus itu! ", ulang Salamah. Setelah diuji dengan teknik lesap data (7c) menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Oleh karena itu, satuan lingual kula saya pada data di atas wajib hadir, supaya informasi yang diterima oleh pembaca tetap jelas. Setelah diuji dengan teknik lesap, data di atas kemudian dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (7d) lha kula nggih dereng uninga pundi pernahe Barus niku!, *Aku *Awakku Salamah ngambali. ya tentu saja saya tidak tahu di mana tepatnya Barus itu! ", *saya *diriku ulang Salamah. Pronomina persona kula saya tidak dapat diganti dengan satuan lingual aku saya maupun awakku diriku, karena satuan lingual kula saya merupakan ragam krama sedangkan aku saya ataupun awakku diriku merupakan ragam ngoko.

8 Penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku -ku tampak pada data berikut. (8) Mangka saora-orane jenengku rak wis ditepungi bebrayan umume. Wr. Soepratman, pengarang lagu Indonesia Raya. (PS/2/9/21/25/05/2013). Tapi setidaknya namaku sudah dikenal masyarakat umumnya. WR. Soepratman, penulis lagu "Indonesia Raya". Pada data (8) di atas terdapat penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku -ku. Satuan lingual -ku -ku pada jenengku mengacu pada unsur lain yang berada di dalam tuturan yang baru disebut kemudian yaitu mengacu pada Soepratman. Dengan ciri seperti itu maka -ku adalah jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora yang bersifat kataforis melalui pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan. Selanjutnya data (8) dibagi unsur langsungnya menjadi seperti berikut. (8a) Mangka saora-orane jenengku rak wis ditepungi bebrayan umume. Tapi setidaknya namaku sudah dikenal masyarakat umumnya. (8b) Wr. Soepratman, pengarang lagu Indonesia Raya. WR. Soepratman, penulis lagu "Indonesia Raya". Setelah dibagi unsur langsungnya, data (8a) kemudian diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (8c) Mangka saora-orane jenengø rak wis ditepungi bebrayan umume. Wr. Soepratman, pengarang lagu Indonesia Raya. Tapi setidaknya namaø sudah dikenal masyarakat umumnya. Hasil analisis data (8c) di atas menunjukkan bahwa pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku -ku pada jenengku wajib hadir, apabila pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak berterima atau tidak 55

9 gramatikal, serta informasi menjadi tidak jelas. Setelah diuji dengan teknik lesap maka data tersebut kemudian dianalisis dengan teknik ganti seperti berikut. (8d) Mangka saora-orane jenengku rak wis ditepungi bebrayan *jenengkula umume. 56 Tapi setidaknya namaku *nama saya sudah dikenal masyarakat umumnya. Pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku -ku pada jenengku namaku tidak bisa diganti dengan pronomina kula saya, karena pronomina kula saya termasuk ragam krama, sedangkan pronomina - ku -ku merupakan ragam ngoko. Jenis pengacuan endofora bersifat anaforis melalui pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku -ku terdapat dalam data (9) berikut. (9) Soepratman dhewe kadhang-kadhang iya nggraita: Geneya nasibku ha teka elek temen? (PS/2/9/21/25/05/2013). Soepratman sendiri kadang-kadang tidak tahu: "Mengapa nasibku menjadi mengerikan sekali? Contoh pengacuan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku -ku (pengacuan eksofora) tampak pada data (10) sampai dengan (11) sebagai berikut. (10) Uga ibuku dhewe, rikala sekolah neng Tulungagung, sing ditugasi ngeterake dadak lali sapa asmane Ibuku. (PS/3/9/17/27/04/2013). Juga ibuku sendiri, ketika sekolah di Tulungagung, yang ditugaskan untuk mengantarkan tiba-tiba lupa siapa nama ibuku. (11) Mangka, gelar yektine, asmane Ibuku: Yatimah. Soale, Ibu wis yatimrikala miyos, mbah Kakung-ku wis seda. (PS/3/9/17/27/04/2013).

10 Dengan demikian, gelar sejatinya, ibuku: Yatimah. Soalnya, Ibu sudah yatim ketika lahir, kakek-ku meninggal. Data yang menunjukkan pengacuan pronomina persona I jamak (pengacuan eksofora) terdapat pada data berikut. (12) Awake dhewe bae, manggone ing kampung; becek yen mangsa udan, bledug yen mangsa ketiga. (PS/1/10/18/4/05/2013). Kita saja, tinggal di desa; berlumpur saat musim hujan, berdebu saat musim kemarau. Data (12) menunjukkan adanya penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan pronomina persona I jamak awake dhewe kita yang mengacu pada penulis dan pembaca wacana gempilan sejarah. Pengacuan tersebut merupakan pengacuan eksofora (mengacu pada unsur lain yang berada di luar teks wacana) melalui pronomina persona I jamak. Kemudian data (12) dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) menjadi berikut. (12a) Awake dhewe bae, manggone ing kampung; Kita saja, tinggal di desa; (12b) becek yen mangsa udan, bledug yen mangsa ketiga. berlumpur saat musim hujan, berdebu saat musim kemarau. Selanjutnya data (12a) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (12c) Ø bae, manggone ing kampung; Ø saja, tinggal di desa; Hasil analisis dengan teknik lesap data di atas menjadi tidak gramatikal. Karena apabila satuan lingual awake dhewe kita dilesapkan informasi menjadi tidak jelas, maka pronomina persona tersebut wajib hadir. Setelah dianalisis 57

11 dengan teknik lesap, data dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (12d) Awake dhewe bae, manggone ing kampung; Aku lan kowe Kita Kita saja, tinggal di desa; Aku dan kamu Kita Setelah dianalisis dengan teknik ganti data di atas menunjukkan bahwa satuan lingual awake dhewe kita dapat diganti dengan satuan lingual aku lan kowe aku dan kamu serta kita kita, karena ragam yang digunakan sama yaitu ragam ngoko. Data lain yang menunjukkan pengacuan pronomina persona I jamak (pengacuan eksofora) tampak pada data berikut. (13) Saben kita nyanyekake lagu Indonesia Raya, kita kabeh ora krasa nyanyekake lagu sing miturut hukum kadarbe dening si pencipta. Yaiku Wage Rudolf Soepratman. (PS/3/10/22/1/06/2013). Setiap kita menyanyikan lagu "Indonesia Raya", kita semua tidak merasa menyanyikan lagu yang menurut hukum dimiliki oleh penciptanya. Yaitu Wage Rudolf Soepratman ". Tampak pada data (13) di atas terdapat adanya pengacuan pronomina persona I jamak kita kita dan kita kabeh kita semua yang mengacu pada penulis dan pembaca. Dengan ciri seperti itu, pengacuan tersebut adalah jenis kohesi gramatikal pengacuan eksofora (acuannya berada di luar teks wacana) melalui satuan lingual berupa pronomina persona I jamak. Data (13) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (13a) Saben kita nyanyekake lagu Indonesia Raya, kita kabeh ora krasa nyanyekake lagu sing miturut hukum kadarbe dening si pencipta. 58

12 Setiap kita menyanyikan lagu "Indonesia Raya", kita semua tidak merasa menyanyikan lagu yang menurut hukum dimiliki oleh penciptanya. (13b) Yaiku Wage Rudolf Soepratman. Yaitu Wage Rudolf Soepratman ". Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (13a) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (13d) Saben Ø nyanyekake lagu Indonesia Raya, Ø ora krasa nyanyekake lagu sing miturut hukum kadarbe dening si pencipta. Setiap Ø menyanyikan lagu "Indonesia Raya", Ø tidak merasa menyanyikan lagu yang menurut hukum dimiliki oleh penciptanya. Setelah data di atas diuji dengan teknik lesap, ternyata pronomina kita kita dan kita kabeh kita semua wajib hadir. Pronomina tersebut apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima serta informasi yang disampaikan menjadi tidak lengkap dan tidak jelas. Kemudian data (13a) dianalisis dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut. (13e) Saben kita nyanyekake lagu Indonesia Raya, awake dhewe aku lan kowe kita kabeh ora krasa nyanyekake lagu sing miturut *kita sedaya *kula lan panjenengan sedaya hukum kadarbe dening si pencipta. Setiap kita menyanyikan lagu "Indonesia Raya", kita saya dan kamu kita semua tidak merasa menyanyikan lagu yang menurut *kita semua *saya dan kalian hukum dimiliki oleh penciptanya. 59

13 Hasil analisis data (13e) di atas, ternyata satuan lingual awake dhewe kita dan aku lan kowe saya dan kamu dapat menggantikan posisi satuan lingual kita kita karena tingkat tutur yang digunakan sama yaitu ragam ngoko. Selanjutnya, pronomina kita kabeh kita semua tidak dapat digantikan dengan pronomina kita sedaya kita semua dan kula lan panjenengan sedaya saya dan kalian karena berbeda ragam. Pronomina kita kabeh kita semua merupakan ragam ngoko sedangkan pronomina kita sedaya kita semua dan kula lan panjenengan sedaya saya dan kalian termasuk ragam krama. Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan pronomina persona I jamak kita kabeh kita semua tampak pada data (14) berikut. (14) Lha iya rikala tekan Jatim kuwi mau Residen Surabaya Pamoedji ngendika nyang pawongan kebener ngadeg ing sisihe: Mas, Jan-jane kita kabeh rak utang moril nyang sawenehing paraga!. (PS/3/10/22/1/06/2013). Nah ketika sampai Jatim itu tadi Residen Surabaya Pamoedji berkata kepada orang yang kebetulan berdiri di sampingnya: Mas, sebetulnya kita semua berutang moral kepada beberapa orang!. 1.2 Pengacuan Persona II Pengacuan pronomina persona II terbagi menjadi dua, yaitu pengacuan pronomina persona II tunggal (baik bentuk bebas maupun terikat) dan pengacuan pronomina persona II jamak. Dalam penelitian ini hanya ditemukan pengacuan pronomina persona II tunggal (baik bentuk bebas maupun terikat). Beberapa contoh data yang merupakan pengacuan pronomina persona II yang mendukung kepaduan wacana adalah sebagai berikut. (15) [...] Banjur ditambahi: Ha ya uwis, yen kowe wis bosen neng Cimahi, kepiye yen tirah neng Randhudongkol bae?. (PS/1/10/21/25/05/2013). 60

14 [...] Kemudian menambahkan: "Ha ya sudah, jika kamu sudah bosan di Cimahi, bagaimana jika tinggal di Randhudongkol saja?". Pada penggalan wacana (15) di atas terdapat pengacuan pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe kamu yang mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks wacana yang telah disebut terdahulu yaitu mengacu pada Soepratman. Dengan ciri seperti itu, maka kata kowe kamu merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis melalui pengacuan pronomina persona II tunggal bentuk bebas. Data (15) kemudian diuji dengan teknik dasar BUL yaitu dibagi atas dua unsur langsungnya sebagai berikut. (15a) [...] Banjur ditambahi: [...] Kemudian menambahkan: (15b) Ha ya uwis, yen kowe wis bosen neng Cimahi, kepiye yen tirah neng Randhudongkol bae?. "Ha ya sudah, jika kamu sudah bosan di Cimahi, bagaimana jika tinggal di Randhudongkol saja?". Setelah diuji dengan teknik dasar BUL, data (15b) kemudian dianalisis dengan teknik lesap menjadi berikut. (15c) Ha ya uwis, yen Ø wis bosen neng Cimahi, kepiye yen tirah neng Randhudongkol bae?. "Ha ya sudah, jika Ø sudah bosan di Cimahi, bagaimana jika tinggal di Randhudongkol saja?". Data tersebut tetap gramatikal meskipun pronomina persona II kowe kamu dihilangkan, namun akan lebih baik jika pronomina tersebut hadir. Selanjutnya data di atas dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (15d) Ha ya uwis, yen kowe wis bosen neng Cimahi, kepiye *sampeyan *panjenengan yen tirah neng Randhudongkol bae?. 61

15 62 "Ha ya sudah, jika kamu sudah bosan di Cimahi, bagaimana *anda *anda jika tinggal di Randhudongkol saja?". Setelah data di atas dianalisis dengan teknik ganti, ternyata pronomina sampeyan anda dan panjenengan anda tidak dapat menggantikan posisi pronomina kowe kamu karena berbeda tingkat tuturnya. Pronomina kowe kamu merupakan ragam ngoko, sedangkan pronomina sampeyan anda dan panjenengan anda termasuk ragam krama. Pengacuan pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe kamu yang berupa pengacuan endofora kataforis terdapat dalam data (16) berikut. (16) Angles, kekes atine sang mbakyu. Banjur takon: Kepiye yen kowe dirawat neng daleme Bapak, neng Cimahi bae? [...]. (PS/3/9/21/25/05/2013). Heran, kecewa sekali hati sang kakak. Kemudian bertanya: "Bagaimana jika kamu dirawat di rumah bapak, di Cimahi saja?" [...]. berikut. Data lain yang merupakan pronomina persona II tunggal adalah sebagai (17) Lha saiki iki Salamah nggoleki sedulure sing kabare manggon neng Cimahi. Ha napa sampeyan sampun tindak Cimahi? dereng. (PS/3/9/23/8/06/2013). Sekarang ini Salamah mencari saudara yang beritanya tinggal di Cimahi. "Apa anda sudah pergi ke Cimahi?" belum. Tampak pada data (17) adanya penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan persona II tunggal bentuk bebas sampeyan anda yang mengacu pada tuturan yang berada di dalam tuturan yaitu pada Salamah yang telah disebut terdahulu. Dengan ciri seperti itu, maka satuan lingual sampeyan anda merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis melalui pengacuan

16 persona II tunggal bentuk bebas. Data (17) kemudian diuji dengan teknik bagi unsur langsung menjadi sebagai berikut. (17a) Lha saiki iki Salamah nggoleki sedulure sing kabare manggon neng Cimahi. Sekarang ini Salamah mencari saudara yang beritanya tinggal di Cimahi. (17b) Ha napa sampeyan sampun tindak Cimahi? dereng. "Apa anda sudah pergi ke Cimahi?" belum. Kemudian data (17b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (17c) Ha napa Ø sampun tindak Cimahi? dereng. "Apa Ø sudah pergi ke Cimahi?" belum. Pengacuan pronomina persona II sampeyan anda pada data (17c) wajib hadir, pronomina tersebut apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Setelah itu, data (17b) diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona sampeyan anda menjadi berikut. (17d) Ha napa sampeyan sampun tindak Cimahi? dereng. panjenengan *kowe "Apa anda sudah pergi ke Cimahi?" belum. anda *kamu Hasil analisis dengan menggunakan teknik ganti di atas menyatakan bahwa pronomina persona sampeyan anda dapat diganti dengan pronomina persona penjenengan anda, karena kedua pronomina tersebut mempunyai ragam yang sama yaitu ragam krama. Namun pronomina persona kowe kamu tidak dapat menggantikan posisi pronomina persona sampeyan anda karena 63

17 ragam yang digunakan berbeda. Pronomina persona sampeyan anda merupakan ragam krama sedangkan kowe kamu termasuk ragam ngoko. Pengacuan pronomina persona II tunggal bentuk bebas sampeyan anda (pengacuan endofora yang bersifat anaforis) juga terdapat pada data (18) berikut. (18) [...] Nuju sawijining dina mojar nyang gus Wage: Sampeyan ki dak delok wasis nganganggit. Geneya teka ora ngarang buku?. (PS/2/10/18/4/05/2013). [...] Suatu hari bilang pada gus Wage: "Anda saya lihat pintar mengarang. Mengapa tidak mengarang buku? ". Selain itu, penanda kohesi gramatikal yang berupa pengacuan persona II juga terdapat pada data berikut. (19) Soal Salamah, ha hiya wis ben-ben kono. Gud-bai, sayonara. Tinggal dimana, karep-karepmu kono. (PS/3/9/21/25/05/2013). Soal Salamah, ha ya sudah biarkan saja. Selamat tinggal. Tinggal dimana, terserah padamu. Pada tuturan (19) di atas terdapat penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu -mu. Pengacuan tersebut termasuk pengacuan endofora yang bersifat anaforis, karena mengacu pada tuturan yang berada di dalam teks wacana yang telah disebut terdahulu atau antesedennya berada di sebelah kiri. Data (19) kemudian dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi berikut. (19a) Soal Salamah, ha hiya wis ben-ben kono. Soal Salamah, ha ya sudah biarkan saja. (19b) Gud-bai, sayonara. Selamat tinggal. (19c) Tinggal dimana, karep-karepmu kono. Tinggal dimana, terserah padamu. 64

18 Selanjutnya data (19c) dianalisis menggunakan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (19d) Tinggal dimana, karep-karepø kono. Tinggal dimana, terserah padaø. Setelah data di atas dikenai teknik lesap adalah bahwa pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu -mu wajib hadir, karena apabila pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal, serta informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak jelas. Kemudian data tersebut diuji dengan teknik ganti pada pronomina - mu -mu menjadi sebagai berikut. 65 (19e) Tinggal dimana, karep-karepmu *karep-karep panjenengan kono. Tinggal dimana, terserah padamu. *terserah pada anda Pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu -mu pada karep-karepmu tidak dapat diganti dengan pronomina panjenengan, karena pronomina panjenengan anda merupakan ragam krama sedangkan pronomina -mu -mu merupakan ragam ngoko. 1.3 Pengacuan Persona III Beberapa contoh penanda kohesi gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona III dapat ditemukan pada data berikut. (20) Wis ginaris ing pepesthen, Soepratman nuju sawiji dina dadak dheweke padu karo sinyo, dikroyok sinyo telu kathik karo ngolok-ngolok pisan. (PS/2/10/17/27/04/2013). Sudah digariskan di takdir, Soepratman suatu hari tiba-tiba dia bertengkar dengan sinyo (anak laki-laki peranakan Eropa), dikroyok tiga sinyo sementara dengan mengejek pula.

19 Pada data (20) di atas terdapat penanda pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk bebas pada satuan lingual dheweke dia, yang mengacu unsur lain yang berada di dalam tuturan yang telah disebut terdahulu, yaitu mengacu pada Soepratman. Satuan lingual dheweke dia merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan endofora yang bersifat anaforis melalui pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk bebas. Data (20) diuji dengan teknik BUL yaitu: (20a) Wis ginaris ing pepesthen, sudah digariskan di takdir, (20b) Soepratman nuju sawiji dina dadak dheweke padu karo sinyo, Soepratman pada suatu hari mendadak dia bertengkar dengan sinyo, (20c) dikroyok sinyo telu kathik karo ngolok-ngolok pisan. dikroyok sinyo tiga sebab dengan mengolok-ngolok juga. berikut. Kemudian data (20b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai (20d) Soepratman nuju sawiji dina dadak Ø padu karo sinyo, Soepratman suatu hari tiba-tiba Ø bertengkar dengan sinyo, Penanda kohesi gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk bebas pada satuan lingual dheweke dia apabila dilesapkan data tersebut tetap gramatikal, tetapi akan lebih baik jika pengacuan persona tersebut hadir. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan teknik ganti, hasilnya sebagai berikut. (20e) Soepratman nuju sawiji dina dadak dheweke padu karo *piyambakipun *panjenenganipun sinyo, 66

20 67 Soepratman suatu hari tiba-tiba dia bertengkar dengan sinyo, *dia *dia Hasil analisis data di atas adalah bahwa pronomina persona dheweke dia tidak dapat diganti dengan pronomina persona piyambakipun dia maupun dengan pronomina persona panjenenganipun dia, karena berbeda ragam. Pronomina persona piyambakipun dia dan panjenenganipun dia merupakan ragam krama, sedangkan pronomina persona dheweke merupakan ragam ngoko. Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan pronomina persona III yang berupa kata dheweke dia (pengacuan endofora yang bersifat anaforis) terdapat dalam data (21) sampai dengan (32) berikut. (21) Ana siji sing narik kawigaten ngenani kapribadene Soepratman, yaiku dheweke kuwi nduweni dhasar (bakat) [...]. (PS/2/10/17/27/04/2013). Ada satu yang menarik perhatian mengenai kepribadiannya Soepratman, yaitu dia itu mempunyai bakat [...]. (22) Dadi, nganti dina kuwi, Soepratman iya isih tetep njagakake uripe saka sk. Kaum Kita bae. Mangka, kanggo surat kabar mau dheweke kudu nulis[...]. (PS/2/9/18/4/05/2013). Jadi, sampai hari ini, Soepratman masih tetap menggantungkan hidupnya dari sk. Kaum Kita saja. Padahal, untuk surat kabar tadi dia harus menulis[...]. (23) Soepratman sering nampa informasi saka Soegondo, sing banjur diramu dadi berita, diedol nyang koran papane dheweke makarya. (PS/2/9/19/11/05/2013). Soepratman sering menerima informasi dari Soegondo, yang kemudian dicampur menjadi berita, dijual ke koran tempat dia bekerja. (24) Luluh lantak atine gus Wage. Satemah njalari dheweke ketaman lara t.b.c[...]. (PS/2/9/21/25/05/2013). Hancur hatinya gus Wage. Dan menyebabkan dia menderita sakit t.b.c[...].

21 (25) Udakara telung taunan Soepratman neng Cimahi. Mbaka sethithik kesarasane pulih maneh. Sauntara iku dheweke babar blas ora nate kontak karo Salamah [...]. (PS/1/10/21/25/05/2013). Sekitar tiga tahun Soepratman di Cimahi. Secara bertahap kesehatannya pulih kembali. Sementara itu dia benar-benar tidak pernah kontak dengan Salamah [...]. (26) [...] Rikala sawatara Pengurus Parindra njaluk tulung nyang dheweke supaya nganggit lagu [...]. (PS/2/9/22/1/06/2013). [...] Ketika beberapa Pengurus Parindra meminta tolong kepada dia agar mengarang lagu [...]. (27) [...] Miturut ujaring kandha, sadurunge wafat, dheweke isih bisa mojar nyang para sing ana sandhinge. (PS/1/10/22/1/06/2013). [...] Menurut rumor yang mengatakan, sebelum kematiannya, dia masih bisa berbicara pada yang ada di sampingnya. (28) [...] Dheweke dening GUSTI tinitahake dadi sawenehing pujangga [...]. (PS/2/10/22/1/06/2013). [...] Dia dititahkan oleh Allah untuk menjadi penyair [...]. (29) [...] Luwih-luwih tumrap mbakyune, nyonya Soepratiyah, sing ngemong dheweke wiwit cilik. (PS/2/10/23/8/06/2013). [...] Khusus untuk kakaknya, nyonya Soepratiyah, yang merawat dia sejak kecil. (30) Ing ndalem bukune Doeapoelah Tahoen Jadi Wartawan, Kwee Kek Beng nulis, manawa anak buahe sing jenenge Wage Rudolf Soepratman kanthi ati mongkog, bombong crita nyang dheweke[...]. (PS/1/10/18/4/05/2013). Di dalam bukunya Doeapoelah Tahoen Jadi Wartawan, Kwee Kek Beng menulis, bahwa anak buahnya yang bernama WR. Soepratman dengan hati bangga, senang cerita pada dia [...]. (31) Arep nulis layang, ha wong Salamah buta-huruf. Taunan-aksara, nadyan ta dheweke randhane mantri-guru. (PS/1/10/21/25/05/2013). Ingin menulis surat, Salamah saja buta huruf. Setiap tahun, meskipun dia adalah janda dari mantri guru. (32) Sing tansah gawe nggrantesing pikir, miturut Ny. Salamah, dene dheweke ora bisa ndhampingi sang suami rikala pas kapundhut GUSTI kae. (PS/3/10/24/15/06/2013). Yang selalu membuat mengenasnya pikiran, menurut Ny. Salamah, sebab dia tidak bisa menemani suaminya saat dipanggil Allah. 68

22 Data yang mengandung penanda kohesi berupa pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk bebas dheweke dia (pengacuan endofora kataforis) terdapat pada data (33) berikut. (33) Sedina sadurunge dheweke wafat, salah sijine mitrane sing uga dadi jurnalis, yaiku Imam Soepardi sing dadi Pemimpin Redaksi mingguan basa Jawa Panjebar Semangat merlokake tinjo neng omahe Soepratman. (PS/1/10/22/1/06/2013). Sehari sebelum dia meninggal, salah satu temannya yang juga menjadi seorang jurnalis, yaitu Imam Soepardi yang menjadi pemimpin redaksi mingguan bahasa Jawa Panjebar Semangat perlu berkunjung ke rumahnya Soepratman. Data yang mengandung penanda kohesi gramatikal yang berupa pengacuan persona III juga terdapat pada data berikut. (34) Rikala Soepratman diwenehi wektu, atine dheg-dhegan. (PS/3/10/19/11/05/2013). Ketika Soepratman diberi waktu, hatinya berdebar-debar. Tampak pada data (34) menunjukkan adanya penanda pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne -nya yang mengacu pada Soepratman. Pronomina persona -ne -nya termasuk pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora anaforis, karena satuan lingual dheweke dia mengacu pada unsur lain yang berada di dalam teks wacana yang antesedennya berada di sebelah kiri. Kemudian data (34) diuji dengan teknik BUL sebagai berikut. (34a) Rikala Soepratman diwenehi wektu, Ketika Soepratman diberi waktu, (34b) atine dheg-dhegan. hatinya berdebar-debar. 69

23 Setelah diuji dengan teknik BUL, selanjutnya data dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (34c) atiø dheg-dhegan. hatiø berdebar-debar. Hasil analisis di atas adalah bahwa pronomina persona -ne -nya wajib hadir, apabila pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Data tersebut kemudian diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut. 70 (34d) atine *atinipun dheg-dhegan. hatinya berdebar-debar. *hatinya Setelah data diuji dengan teknik ganti adalah bahwa pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne -nya pada atine hatinya tidak dapat diganti dengan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ipun -nya pada atinipun karena adanya perbedaan ragam yaitu ngoko dan krama. Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne -nya (pengacuan endofora anaforis) terdapat dalam data (35) sampai dengan (37) berikut. (35) Kabeh-kabeh mau uga tansah sinemak dening WR Soepratman sang Komponis. Wis awake ringkih, kasarasane keganggu merga sering kudu nekani rapat-rapat ing wayah wengi. (PS/3/10/20/18/05/2013). Semuanya tadi juga terus disimak oleh WR Soepratman sang komponis. Sudah tubuhnya lemah, kesehatannya terganggu karena sering menghadiri pertemuan di malam hari. (36) Soepratman, sing ngangep Rukiyem iki minangka gantine Ibune, anane hiya banjur mung manut miturut bae. (PS/3/9/21/25/05/2013).

24 Soepratman, yang menganggap Rukiyem ini sebagai penggantinya ibunya, adanya ya kemudian hanya taat saja. (37) Bareng Bung Karno dalah pawong mitrane kapancasan ukuman dikunjara ing Sukamiskin, Bandung, para pengikute sing isih ana njaba ora katut diukum, malahan banjur padha dredeg dhewe. (PS/3/10/20/18/05/2013). Ketika Bung Karno dan seorang temannya diputuskan diberi hukuman dipenjara di Sukamiskin, Bandung, para pengikutnya yang masih berada di luar dan tidak ikut dihukum, kemudian mereka gemetaran sendiri. Penanda pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne -nya yang berupa pengacuan endofora kataforis juga tampak pada data (38) berikut. (38) Kadhang-kadhang mbakayune teka neng kamare, karepe ngancani ngajak jagongan. (PS/3/9/22/1/06/2013). Kadang-kadang kakaknya datang ke kamarnya, akan menemani mengajak bicara. Jenis pengacuan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne -nya yang berupa pengacuan eksofora juga terdapat dalam data (39) berikut. (39) Nganti tamat, nganti neng beslit (surat kekancingan) dadi guru, asmane ditulis: Siti Soetinah. (PS/3/9/17/27/04/2013). Sampai akhirnya, sampai di beslit (surat Perjanjian) menjadi guru, namanya ditulis: Siti Soetinah. 2) Pengacuan Demonstratif Pengacuan demonstratif atau kata ganti penunjuk dibedakan menjadi dua, yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat (lokasional). Pronomina demonstratif waktu (temporal) yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pronomina demonstratif waktu kini, waktu lampau, dan waktu netral, sedangkan pronomina demontratif tempat 71

25 yang ditemukan berupa pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur, jauh dengan penutur, dan menunjuk secara eksplisit. ini. 2.1 Pengacuan Demonstratif Waktu (Temporal) Pronomina demontratif waktu dapat dilihat pada beberapa data berikut (40) Genahe maneh pers isih mujudake piranti perjuangan. Durung mujudake industri kaya jaman saiki iki. (PS/3/10/17/27/04/2013). Jelasnya lagi pers masih mewujudkan perjuangan. Belum mewujudkan industri seperti zaman sekarang ini. Pada wacana (40) di atas terdapat penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan demonstratif waktu kini yaitu pada kata saiki sekarang yang mengacu pada pers zaman ini. Kemudian data dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut. (40a) Genahe maneh pers isih mujudake piranti perjuangan. Jelasnya lagi pers masih mewujudkan perjuangan. (40b) Durung mujudake industri kaya jaman saiki iki. Belum mewujudkan industri seperti zaman sekarang ini. Selanjutnya data (40b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (40c) Durung mujudake industri kaya jaman Ø iki. Belum mewujudkan industri seperti zaman Ø ini. Pronomina demonstratif saiki sekarang apabila dilesapkan data masih tetap gramatikal, namun informasi yang disampaikan kurang lengkap, dan akan lebih baik lagi jika pronomina tersebut tetap hadir atau tidak dilesapkan. Kemudian data tersebut diuji dengan dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut. 72

26 73 (40d) Durung mujudake industri kaya jaman saiki iki. *sapunika *samenika Belum mewujudkan industri seperti zaman sekarang ini. *sekarang *sekarang Setelah diuji dengan teknik ganti adalah bahwa pronomina demonstratif waktu saiki sekarang tidak dapat diganti dengan pronomina demonstratif sapunika sekarang dan pronomina demonstratif samenika sekarang karena berbeda ragam. Sapunika sekarang dan samenika sekarang merupakan ragam krama, sedangkan saiki sekarang termasuk ragam ngoko. Contoh data pengacuan demonstratif waktu saiki sekarang berupa pengacuan endofora kataforis yang lain juga terdapat pada data (41) dan (42) sebagai berikut. (41) Soepratman njur pamit nyang mbak yune sing saiki dieloni iki. (PS/3/9/18/4/05/2013). Soepratman kemudian berpamitan pada kakaknya yang sekarang diikuti ini. (42) Soepratman, sing dhek nom-nomane seneng dansa-dansi, minum-minum karo nona-noni, gaul rapet karo pawongan Landa, saiki iki malik grembyang. (PS/3/10/18/4/05/2013). Soepratman, yang ketika mudanya suka menari, minum-minum dengan seorang wanita-wanita, hubungannya erat dengan orang-orang Belanda, sekarang ini berubah drastis. Penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan demonstratif waktu juga terdapat pada data berikut ini. (43) Iya kaya mangkono kuwi kahanane dhek jaman taun kepungkur. (PS/1/10/17/27/04/2013). Ya seperti itu situasi ketika zaman tahun yang lalu.

27 Pronomina kepungkur yang lalu pada data (43) di atas merupakan pengacuan pronomina demonstratif waktu lampau kepungkur yang lalu. Pronomina tersebut merupakan pengacuan endofora anaforis karena mengacu pada satuan lingual jaman taun zaman tahun yang disebutkan sebelum pronomina kepungkur yang lalu. Kemudian data (43) di atas dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut. (43a) Iya kaya mangkono kuwi Ya seperti itu (43b) kahanane dhek jaman taun kepungkur. situasi ketika jaman tahun yang lalu. Setelah dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, kemudian data (43b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (43c) kahanane dhek jaman taun Ø situasi ketika jaman tahun Ø. Hasil analisis di atas adalah bahwa pronomina kepungkur yang lalu wajib hadir, apabila pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal dan informasi yang diterima menjadi tidak jelas. Selanjutnya, data dianalisis dengan teknik ganti menjadi berikut. 74 (43d) kahanane dhek jaman taun situasi ketika jaman tahun kepungkur. *kepengker yang lalu. *yang lalu Analisis dengan teknik ganti pada data di atas menyatakan bahwa pronomina demonstratif kepungkur yang lalu tidak dapat diganti dengan pronomina demonstratif kepengker yang lalu, karena kepengker yang lalu

28 merupakan ragam krama, sedangkan kepungkur yang lalu termasuk ragam ngoko. Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan demonstratif waktu lampau kepungkur yang lalu (pengacuan endofora anaforis) terdapat dalam data (44) berikut. (44) Wah maneh dhek samana taun 1926, mentas bae ana ontran-ontran lan dahuru sing kelakone lagi rong taun kepungkur. (PS/3/10/19/11/05/2013). Wah lagi ketika pada tahun 1926, akhir-akhir ini ada pembantaian (pembunuhan besar-besaran) dan tidak ada perdamaian yang terjadi lagi dua tahun yang lalu. berikut. Data pengacuan demonstratif waktu lainnya juga tampak pada data (45) Saka kadohan keprungu suwarane jago kluruk, pratandha yen wis bangun raina. Nyatane mula rikala kuwi wis gagat raina; wis parak esuk. (PS/2/10/19/11/05/2013). Dari kejauhan terdengar suara ayam jantan, pertanda jika telah fajar. Sebenarnya ketika itu telah fajar; telah pagi. Tampak pada data (45) di atas pronomina esuk pagi merupakan pengacuan pronomina demonstratif waktu netral. Pronomina esuk pagi mengacu pada satuan lingual yang telah disebut sebelumnya, yaitu pada satuan lingual raina fajar. Pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis, karena satuan lingual yang diacu berada di dalam teks yang telah disebut terdahulu. Data (45) dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (45a) Saka kadohan keprungu suwarane jago kluruk, pratandha yen wis bangun raina. Dari kejauhan terdengar suara ayam jantan, pertanda jika telah fajar 75

29 76 (45b) Nyatane mula rikala kuwi wis gagat raina; wis parak esuk. Sebenarnya ketika itu telah fajar; telah pagi. Kemudian data (45b) diuji dengan menggunakan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (45c) Nyatane mula rikala kuwi wis gagat raina; wis parak Ø. Sebenarnya ketika itu telah fajar; telah Ø. Pengacuan demonstratif waktu netral esuk pagi pada data (45c) di atas apabila dikenai teknik lesap maka wacana tersebut menjadi tidak gramatikal. Dengan ciri seperti itu, maka pronomina esuk pagi wajib hadir agar informasi tersampaikan dengan jelas dan lengkap. Setelah diuji dengan teknik lesap, data (45b) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut. (45d) Nyatane mula rikala kuwi wis gagat raina; wis parak esuk. *enjing Sebenarnya ketika itu telah fajar; telah pagi. *pagi Pronomina esuk pagi pada data (45d) setelah dianalisis dengan teknik ganti, ternyata kata esuk pagi tidak bisa diganti dengan kata enjing pagi karena perbedaan ragam. Kata enjing pagi merupakan ragam krama, sedangkan kata esuk pagi termasuk ragam ngoko. Pengacuan demonstratif waktu netral juga terdapat pada data berikut. (46) Banget kesele; satemah keturon ing papane lungguh mau, tangi-tangi wis parak awan; terus kanthi alon dheweke nyoba nyanyi lagu gubahane kuwi, sing satemene uga wis nate dikumandhangke ing ndalem pertemuan ing Gang Kenari kae. (PS/2/10/19/11/05/2013). Sangat lelah; dan tertidur di tempatnya duduk tadi, bangun-bangun telah siang; kemudian dengan pelan dia menyanyikan lagu karangannya itu, yang sebenarnya juga sudah pernah dinyanyikan di dalam pertemuan di Gang Kenari itu.

30 Pada data (46) di atas terdapat adanya pengacuan demonstratif waktu netral yaitu pada kata awan siang yang mengacu pada tuturan sebelumnya bangun-bangun sudah siang, pengacuan seperti ini disebut pengacuan endofora yang bersifat anaforis. Kemudian data (46) diuji dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut. (46a) Banget kesele; satemah keturon ing papane lungguh mau, tangi-tangi wis parak awan; Sangat lelah; dan tertidur di tempatnya duduk tadi, bangun-bangun telah siang; (46b) terus kanthi alon dheweke nyoba nyanyi lagu gubahane kuwi, kemudian dengan pelan dia menyanyikan lagu karangannya itu, (46c) sing satemene uga wis nate dikumandhangke ing ndalem pertemuan ing Gang Kenari kae. yang sebenarnya juga sudah pernah dinyanyikan di dalam pertemuan di Gang Kenari itu. Setelah diuji dengan teknik BUL, data (46a) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (46d) Banget kesele; satemah keturon ing papane lungguh mau, tangi-tangi wis parak Ø; Sangat lelah; dan tertidur di tempatnya duduk tadi, bangun-bangun telah Ø; Penanda kohesi pengacuan demonstratif waktu netral awan siang pada data (46d) di atas wajib hadir. Pronomina awan siang tersebut apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak berterima serta informasi yang diterima menjadi kurang jelas. Selanjutnya data (46a) diuji dengan teknik ganti sebagai berikut. (46e) Banget kesele; satemah keturon ing papane lungguh mau, tangi-tangi wis parak awan; *siyang 77

31 Sangat lelah; dan tertidur di tempatnya duduk tadi, bangun-bangun telah siang; *siang Setelah data (46e) di atas diuji dengan teknik ganti, ternyata pronomina siyang siang tidak dapat menggantikan posisi pronomina awan siang, karena pronomina siyang siang merupakan ragam krama sedangkan awan siang termasuk ragam ngoko. Penanda kohesi berupa pengacuan demonstratif waktu netral juga tampak pada data berikut. (47) Bengi dadi angel nggone arep turu; ati dalah pikirane dikebaki gagasan maneka rupa sing ana gandheng cenenge karo lagu kebangsaan iki. (PS/1/10/19/11/05/2013). Malam jadi sulit untuk tidur; hati dan pikirannya dipenuhi dengan berbagai ide-ide yang terkait dengan lagu kebangsaan ini. Satuan lingual bengi malam pada data (47) di atas menunjukkan penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan demonstratif waktu netral. Pronomina bengi malam tersebut mengacu pada tuturan yang mengikuti malam sulit tidur. Data (47) dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (47a) Bengi dadi angel nggone arep turu; Malam jadi sulit untuk tidur; (47b) ati dalah pikirane dikebaki gagasan maneka rupa sing ana gandheng cenenge karo lagu kebangsaan iki. hati dan pikirannya dipenuhi dengan berbagai ide-ide yang terkait dengan lagu kebangsaan ini. berikut. Kemudian data (47a) diuji dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai (47c) Ø dadi angel nggone arep turu; Ø jadi sulit untuk tidur; 78

32 Hasil analisis data (47c) di atas menyatakan bahwa pronomina bengi malam apabila dilesapkan maka wacana tersebut tetap berterima, namun akan lebih baik lagi jika pronomina tersebut hadir, agar kalimatnya lebih jelas dan lengkap. Selanjutnya, data (47a) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut. (47d) Bengi dadi angel nggone arep turu; *Ratri *Dalu 79 Malam *Malam *Malam jadi sulit untuk tidur; Analisis data (47d) di atas, ternyata pronomina ratri malam dan dalu malam tidak dapat menggantikan posisi pronomina bengi malam karena berbeda ragam. Pronomina bengi malam merupakan ragam ngoko, sedangkan ratri malam dan dalu malam termasuk ragam krama. Data yang didalamnya terdapat pengacuan demonstratif waktu netral juga tampak dalam data sebagai berikut. (48) Sejarah nyathet, manawa Pak Tom sedane sasi Mei 1938, dene Soepratman kapundhut GUSTI telung sasi sawise kuwi, genahe maneh pas 17 Agustus 1938 jam siji bengi. (PS/1/10/22/1/06/2013). Sejarah mencatat, apabila Pak Tom meninggal pada bulan Mei 1938, sedangkan Soepratman dipanggil Allah tiga bulan setelah itu, jelasnya lagi tepat 17 Agustus 1938 pukul satu malam. Tuturan (48) di atas pronomina jam siji bengi pukul satu malam merupakan pengacuan pronomina demonstratif waktu netral. Pronomina jam siji bengi pukul satu malam mengacu pada meninggalnya Soepratman tepat 17 Agustus 1938 yang ditunjukkan pada kalimat sebelum pronomina jam siji

33 bengi. Data (48) selanjutnya dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut. (48a) Sejarah nyathet, manawa Pak Tom sedane sasi Mei 1938, Sejarah mencatat, apabila Pak Tom meninggal pada bulan Mei 1938, (48b) dene Soepratman kapundhut GUSTI telung sasi sawise kuwi, genahe maneh pas 17 Agustus 1938 jam siji bengi. sedangkan Soepratman dipanggil Allah tiga bulan setelah itu, jelasnya lagi tepat 17 Agustus 1938 pukul satu malam. berikut. Kemudian data (48b) diuji dengan teknik lesap, hasilnya menjadi (48c) dene Soepratman kapundhut GUSTI telung sasi sawise kuwi, genahe maneh pas Ø. sedangkan Soepratman dipanggil Allah tiga bulan setelah itu, jelasnya lagi tepat Ø. Pengujian dengan teknik lesap ternyata dapat dinyatakan bahwa pronomina jam siji bengi pukul satu malam apabila dilesapkan maka data masih tetap gramatikal dan berterima. Namun apabila pronomina tersebut dilesapkan, informasi yang disampaikan menjadi kurang lengkap dan akan lebih baik lagi jika pronomina jam siji bengi pukul satu malam tetap hadir atau tidak dilesapkan. Setelah diuji dengan teknik lesap data (48b) dianalisis dengan teknik ganti menjadi seperti berikut. (48d) dene Soepratman kapundhut GUSTI telung sasi sawise kuwi, genahe maneh pas 17 Agustus 1938 jam siji bengi. *jam telu bengi sedangkan Soepratman dipanggil Allah tiga bulan setelah itu, jelasnya lagi tepat 17 Agustus 1938 pukul satu malam. *pukul tiga malam 80

34 Hasil analisis data (48d) di atas menyatakan bahwa pronomina jam siji bengi pukul satu malam tidak dapat diganti dengan pronomina jam telu bengi pukul tiga malam, karena peristiwa meninggalnya Soepratman terjadi pada pukul satu malam bukan pukul tiga malam. Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan demonstratif waktu netral lainnya terdapat dalam data (49) sampai dengan (52) berikut. (49) WR. Soepratman lair saka garbane wanita warga asli Somongari, aran Siti Senen dhek 19 Maret (PS/3/9/17/27/04/2013). WR. Soepratman lahir dari rahim seorang perempuan asli Somongari, bernama Siti Senen 19 Maret (50) Rancangane mono seperangan saka buku anggitane arep diedol nyang peserta Kongres Pemuda II sing dianakake ing Jakarta pungkasane sasi Oktober 1928 iki, ee... dadak bukune dibeskup pulisi. (PS/1/9/19/11/05/2013). Rencananya tadi beberapa dari buku karangannya akan dijual kepada peserta Kongres Pemuda II yang diselenggarakan di Jakarta akhir bulan Oktober 1928 ini, ee... tiba-tiba bukunya dibeskup polisi. (51) Kongres Pemuda I dianakake ing Jakarta uga, 30 April 1926 nganti 2 Mei 1926 dipandhegani Mohammad Tabrani pemuda asli Medura. (PS/1/9/20/18/05/2013). Kongres Pemuda I diadakan di Jakarta juga, pada tanggal 30 April 1926 hingga 2 Mei 1926 [...]. (52) Ning, sejarah nyathet manawa dhek Dina Pahlawan 1971 Pemerintah paring gelar Pahlawan Nasional nyang WR Soepratman[...]. (PS/3/9/24/15/06/2013). Namun, sejarah mencatat bahwa ketika Hari Pahlawan 1971 Pemerintah memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada WR Soepratman [...]. Selain ditemukan pengacuan pronomina demonstratif waktu, dalam penelitian ini juga ditemukan beberapa data yang berupa pengacuan pronomina demonstratif tempat sebagai berikut. 81

35 Pengacuan Demonstratif Tempat (Lokasional) Data yang berupa pengacuan pronomina demonstratif tempat yang ditemukan dalam penelitian adalah sebagai berikut. (53) Saka Randhu Dongkol pindhah maneh nyang Surabaya. Ing kene sauntara wektu atine bisa rada lerem. (PS/3/9/24/15/06/2013). Dari Randhudongkol pindah lagi ke Surabaya. Di sini sementara waktu hatinya bisa agak tenang. Tampak pada data (53) di atas terdapat pengacuan pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur yang dinyatakan dengan kata kene sini yang mengacu pada kalimat sebelumnya yaitu Surabaya. Pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis, karena mengacu pada tuturan yanag berada di dalam teks yang antesedennya berada di sebelah kiri kata kene sini. Kemudian data (53) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL seperti berikut. (53a) Saka Randhu Dongkol pindhah maneh nyang Surabaya. Dari Randhudongkol pindah lagi ke Surabaya. (53b) Ing kene sauntara wektu atine bisa rada lerem. Di sini sementara waktu hatinya bisa agak tenang. berikut. Data (53b) kemudian diuji dengan teknik lesap, hasilnya sebagai (53c) Ing Ø sauntara wektu atine bisa rada lerem. Di Ø sementara waktu hatinya bisa agak tenang. Kata kene sini wajib hadir, apabila kata tersebut dilesapkan maka data menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal dan informasi yang disampaikan tidak jelas. Setelah diuji dengan teknik lesap, selanjutnya data tersebut dikenai teknik ganti pada kata kene sini menjadi sebagai berikut.

36 83 (53d) Ing kene sauntara wektu atine bisa rada lerem. *mriki Di sini sementara waktu hatinya bisa agak tenang. *sini Hasil analisis menggunakan teknik ganti pada data (53d) di atas, pronomina demonstratif waktu dekat dengan penutur kene sini tidak dapat diganti dengan pronomina demonstratif mriki sini. Hal ini disebabkan karena berbeda ragam, pronomina mriki sini termasuk ragam krama sedangkan kene sini merupakan ragam ngoko. Penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur lainnya dapat dilihat pada data di bawah ini. (54) Surat kabar Kedaulatan Rakyat (Yogya) anyar iki ngemot warta, manawa dhek Selasa 19 Maret 2013, warga desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, jajaran Pemerintah Kabupaten Purwarejo nganakake pengetan 110 taun wiyosane Wage Rudolf Soepratman. (PS/1/9/17/27/04/2013). Surat kabar Kedaulatan Rakyat (Yogya) ini memuat berita terbaru, yang pada hari Selasa 19 Maret 2013, warga desa Somongari, kecamatan Kaligesing, jajaran Pemerintah Kabupaten Purwarejo mengadakan peringatan 110 tahun lahirnya Wage Rudolf Soepratman. Pada wacana (54) di atas tampak adanya penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan demonstratif tempat dekat dengan penutur yaitu pada kata iki ini. Pronomina iki ini merupakan pengacuan endofora anaforis, karena pronomina tersebut mengacu pada tuturan yang berada di dalam wacana yang antesedennya berada di sebelah kiri kata iki ini. Data (54) dibagi atas unsur langsungnnya sebagai berikut. (54a) Surat kabar Kedaulatan Rakyat (Yogya) anyar iki ngemot warta, Surat kabar Kedaulatan Rakyat (Yogya) ini memuat berita,

37 84 (54b) manawa dhek Selasa 19 Maret 2013, pada hari Selasa 19 Maret 2013, (54c) warga desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, jajaran Pemerintah Kabupaten Purwarejo nganakake pengetan 110 taun wiyosane Wage Rudolf Soepratman. warga desa Somongari, kecamatan Kaligesing, jajaran Pemerintah Kabupaten Purwarejo mengadakan peringatan 110 tahun lahirnya Wage Rudolf Soepratman. Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (54a) diuji dengan teknik lesap pada pronomina demonstratif iki ini menjadi sebagai berikut. (54d) Surat kabar Kedaulatan Rakyat (Yogya) anyar Ø ngemot warta, Surat kabar Kedaulatan Rakyat (Yogya) Ø memuat berita, Hasil analisis pada data (54d) di atas, ternyata apabila pronomina iki ini dilesapkan maka kalimatnya tetap berterima atau tetap gramatikal, namun akan lebih baik lagi jika pronomina tersebut tetap dihadirkan, agar kalimatnya lebih jelas dan lengkap. Selanjutnya data (54a) dianalisis dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut. (54e) Surat kabar Kedaulatan Rakyat (Yogya) anyar iki ngemot *puniki warta, Surat kabar Kedaulatan Rakyat (Yogya) ini memuat berita, *ini Analisis data (54e) di atas dengan menggunakan teknik ganti pada pronomina iki ini, ternyata pronomina tersebut tidak dapat diganti dengan pronomina puniki ini karena ragam yang digunakan berbeda. Pronomina puniki merupakan ragam krama sedangkan pronomina iki ini termasuk ragam ngoko.

38 Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan demonstratif tempat dekat dengan penutur iki ini tampak pada data (55) berikut. (55) Isih miturut KR, Pemerintah wiwit melu campur tangan ing ndalem pengetan iki, bareng kelakon nuku tanah dalah bangunan omah papan laire WR. Soepratman sing ambane 400 meter persegi saka kalawarga Singoprono (taun 2007). (PS/2/9/17/27/04/2013). Masih menurut KR, Pemerintah mulai ikut campur tangan di dalam peringatan ini, setelah mampu membeli tanah beserta bangunan rumah tempat lahirnya WR. Soepratman yang luasnya 400 meter 2 dari keluarga Singoprono (tahun 2007). bawah ini. Pengacuan pronomina demonstratif lainnya dapat dilihat pada data di (56) Amrih gampange, si bocah terus bae dicathetake yen lair ing Jatinegara (tangsi KNIL) kono. (PS/3/9/17/27/06/2013). Begitu mudah, anak itu kemudian dicatat jika lahir di Jatinegara situ. Tampak pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur pada kata kono situ yang mengacu pada tuturan yang disebut sebelumnya yaitu mengacu pada daerah Jatinegara. Data (56) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (56a) Amrih gampange, Begitu mudah, (56b) si bocah terus bae dicathetake yen lair ing Jatinegara (tangsi KNIL) kono. anak itu kemudian dicatat jika lahir di Jatinegara situ. Setelah dibagi atas unsur langsungnya, kemudian data (56b) dianalisis dengan teknik lesap pada kata kono situ menjadi sebagai berikut. (56c) si bocah terus bae dicathetake yen lair ing Jatinegara (tangsi KNIL) Ø. anak itu kemudian dicatat jika lahir di Jatinegara Ø. 85

39 Pronomina kono situ pada data (56b) di atas apabila dikenai teknik lesap maka wacana tersebut menjadi tidak berterima atau tidak jelas, serta informasi yang disampaikan tidak jelas. Jadi pronomina kono situ pada wacana tersebut wajib hadir. Data (56b) selanjutnya dianalisis dengan teknik ganti, hasilnya sebagai berikut. (56d) si bocah terus bae dicathetake yen lair ing Jatinegara (tangsi KNIL) kono. *kene *kana 86 anak itu kemudian dicatat jika lahir di Jatinegara situ. *sini *sana Analisis (56d) menyatakan bahwa pronomina demonstratif kono situ tidak dapat diganti dengan pronomina kene sini dan kana sana karena sudah berbeda jarak tempatnya. Kata kono situ mengacu pada tempat yang agak jauh dengan penutur, sedangkan kata kene sini mengacu pada tempat yang dekat dengan penutur dan kata kana sana mengacu pada tempat yang jauh dengan penutur. Contoh pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur kono situ yang lain juga terdapat dalam data (57) dan (58) berikut. (57) Miturut ujaring warga, pengetan laire W.R. Soepratman mangkene iki wis wiwit dianakake dening warga wiwit dhek taun 1975 kae, salebare Pemerintah taun 1974 netepake WR. Soepratman lair ing Somongari kono. (PS/2/9/17/27/04/2013). Menurut perkataan warga, memperingati kelahiran W.R. Soepratman ini telah diselenggarakan oleh warga sejak tahun 1975 itu, setelah Pemerintah pada tahun 1974 menetapkan WR. Soepratman lahir di Somongari situ.

40 (58) Satemene dhek taun 1926 uga wis nate ana Kongres Pemuda, uga dianakake ing Betawi/Jakarta kono. (PS/1/9/19/11/05/2013). Sebenarnya pada tahun 1926 juga sudah pernah ada Kongres Pemuda, yang juga diadakan di Batawi/Jakarta situ. Penanda kohesi gramatikal berupa pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur kuwi sana tampak pada data (59) berikut. (59) Alamanak nyathet sasi April 1937 rikala Soepratman pindhah saka Randhudongkal nyang Surabaya kuwi. (PS/1/10/21/25/05/2013). Alamanak mencatat pada bulan April 1937 ketika Soepratman pindah dari Randhudongkal ke Surabaya situ. Pronomina kuwi situ merupakan penanda kohesi yang berupa pengacuan demonstratif tempat agak jauh dengan penutur. Pronomina tersebut merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis. Selanjutnya data (59) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut. (59a) Alamanak nyathet sasi April 1937 rikala Soepratman pindhah Alamanak mencatat pada bulan April 1937 ketika Soepratman pindah (59b) saka Randhudongkal nyang Surabaya kuwi. dari Randhudongkal ke Surabaya situ. Data (59b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (59c) saka Randhudongkal nyang Surabaya Ø. dari Randhudongkal ke Surabaya Ø. Setelah data (59c) dikenai teknik lesap pada kata kuwi situ, kalimat wacana tersebut masih tetap berterima atau tetap gramatikal, akan lebih baik lagi jika kata kuwi situ dihadirkan, agar kalimatnya jelas dan lengkap. Kemudian data (59b) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut. 87 (59d) saka Randhudongkal nyang Surabaya kuwi. *punika

41 88 dari Randhudongkal ke Surabaya situ. *sana Pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur kuwi situ pada data (59d) di atas tidak dapat diganti dengan pronomina punika sana karena ragam yang digunakan berbeda. Pronomina kuwi situ merupakan ragam ngoko sedangkan punika termasuk ragam krama. Selain contoh di atas, pronomina demonstratif tempat juga terdapat pada data sebagai berikut. (60) Ora kurang-kurang cacahe kaum pergerakan, kaum nasionalis sing ditangkepi Landa, dibuang nyang Boven Digul, Tanah Merah, Papua kana. (PS/3/10/20/18/05/2013). Tidak kurang-kurang jumlahnya kaum pergerakan, kaum nasionalis yang ditangkap Belanda, dibuang ke Boven Digul, Tanah Merah, Papua sana. Pada data (60) di atas satuan lingual kana sana merupakan pengacuan pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur yaitu mengacu pada Papua. Pengacuan ini merupakan pengacuan endofora yang bersifat anaforis, karena mengacu pada tuturan yang berada di dalam teks yang mendahuluinya atau telah disebut terdahulu. Data (60) di atas selanjutnya dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL. Hasilnya adalah sebagai berikut. (60a) Ora kurang-kurang cacahe kaum pergerakan, kaum nasionalis sing ditangkepi Landa, Tidak kurang-kurang jumlahnya kaum pergerakan, kaum nasionalis yang ditangkap Belanda, (60b) dibuang nyang Boven Digul, Tanah Merah, Papua kana. dibuang ke Boven Digul, Tanah Merah, Papua sana. berikut. Kemudian data (60b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai

42 89 (60c) dibuang nyang Boven Digul, Tanah Merah, Papua Ø. dibuang ke Boven Digul, Tanah Merah, Papua Ø. Hasil analisis dengan teknik lesap pada data (60c) adalah bahwa pronomina kana sana apabila dilesapkan maka wacana masih tetap berterima serta informasinya tetap jelas. Maka pronomina kana sana tidak wajib hadir. Namun lebih baik lagi jika pronomina tersebut dihadirkan. Selanjutnya data (60b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (60d) dibuang nyang Boven Digul, Tanah Merah, Papua kana. *mrika dibuang ke Boven Digul, Tanah Merah, Papua sana. *sana Setelah diuji dengan teknik ganti, pronomina demonstratif kana sana tidak dapat diganti dengan pronomina mrika sana karena kedua pronomina tersebut berbeda ragamnya. Kata kana sana merupakan ragam ngoko sedangkan kata mrika sana termasuk ragam krama. Jenis pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur kana sana yang lain juga terdapat dalam data (61) berikut. (61) Anwar Tjokroaminoto, salah sijine jurnalis sk. Pemandangan, sing tembene uga nate dadi Juru bicara Markas Besar TNI ing Yogya, lan uga nate dadi Menteri Sosial RI, nate crita nyang sing nulis atur iki, bareng karo Soepratman golek celana (pantaloon) loakan ing Pasar Senin kana. (PS/1/10/23/8/06/2013). Anwar Tjokroaminoto, seorang jurnalis sk. Pemandangan, yang kemudian juga pernah menjabat sebagai juru bicara Markas Besar TNI di Yogyakarta, dan juga pernah menjabat sebagai Menteri Sosial RI, pernah cerita kepada penulis karya ini, bersama dengan Soepratman mencari celana (pantalon) loakan di pasar Senin sana. data berikut. Pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit terdapat pada

43 (62) Ing Surabaya gus Wage bisa sapatemon karo wong pergerakan, saoraorane ana kegiyatan apa bae. (PS/3/9/22/1/06/2013). Di Surabaya gus Wage bisa bertemu dengan orang pergerakan, setidaknya ada kegiatan apapun. Tampak pada tuturan (62) di atas menunjukkan adanya pengacuan pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yaitu pada sebuah nama ibu kota di Jawa Timur yaitu Surabaya. Kemudian data (62) dibagi atas unsur langsungnya menjadi berikut. (62a) Ing Surabaya gus Wage bisa sapatemon karo wong pergerakan, Di Surabaya gus Wage bisa bertemu dengan orang pergerakan, (62b) saora-orane ana kegiyatan apa bae. setidaknya ada kegiatan apapun. berikut. Selanjutnya data (62a) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya sebagai (62c) Ing Ø gus Wage bisa sapatemon karo wong pergerakan, Di Ø gus Wage bisa bertemu dengan orang pergerakan, Hasil analisis dengan teknik lesap pada data (62a) apabila penanda kohesi pengacuan pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit Surabaya dilesapkan, maka data tersebut menjadi tidak gramatikal. Kehadiran penanda kohesi pengacuan pronomina demonstratif tersebut adalah wajib. Setelah dianalisis dengan teknik lesap, selanjutnya data (62a) diuji dengan teknik ganti sebagai berikut. (62d) Ing Surabaya gus Wage bisa sapatemon karo wong pergerakan, *Malang Di Surabaya gus Wage bisa bertemu dengan orang pergerakan, *Malang 90

44 Pronomina demonstratif eksplisit Surabaya jika dikenai teknik ganti, maka data (62a) menjadi tidak berterima karena hanya di Surabaya gus Wage bisa bertemu dengan orang-orang pergerakan, bukan di Malang atau daerah lainnya. Jenis pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit yang lain juga terdapat dalam data (63) sampai dengan (75) berikut. (63) Wis pisahan, njur dedunung aneng Surabaya. Cethane maneh neng Manggawegno. 21, Tambaksari cedhak karo Stadion 10 November. (PS/1/10/21/25/05/2013). Telah pisah, kemudian bertempat tinggal di Surabaya. Tepatnya lagi di Manggaweg no. 21, Tambaksari dekat dengan Stadion 10 November. (64) Isih durung tuwa nemen-nemen, rikala Soepratman wafat, isih sakiwa tengene 35 taun. Ing sakawit jizime dimakamake ing kampunge dhewe kono, ing Kapas Kampung Surabaya. (PS/1/10/22/1/06/2013). Masih belum begitu tua, ketika Soepratman meninggal, masih sekitar 35 tahun. Jenazahnya dimakamkan di desanya sendiri sana, di Kapas Kampung Surabaya. (65) Ning, bareng mlebu sekolah ing HIS (Hollands Inlandse School), Sek. Dasar 7 taun mawa wulangan basa Landa, ing Blitar, anggone ndaftarake, lair ing Blitar. (PS/3/9/17/27/04/2013). Tapi, setelah masuk sekolah di HIS (Hollands Inlandse School), Sek. Dasar 7 tahun menggunakan pelajaran bahasa Belanda, di Blitar, mendaftarkan, lahir di Blitar. (66) Genahe maneh Pak Senen Kartodikromo mono nganti pensiun, iya pensiunan KNIL, pangkat sersan instruktif. Manggon ing Warung contong, Cimahi, pindhah saka Jatinegara. (PS/1/10/17/27/04/2013). Jelasnya lagi Pak Senen Kartodikromo hingga pensiun, ya pensiunan KNIL, pangkat sersan instruktif. Tinggal di Warung contong, Cimahi, pindah dari Jatinegara. (67) Kahanane kutha Makasar dianggep kurang sreg dening gus Wage [...]. (PS/3/10/17/27/04/2013). Situasi kota Makasar dianggap kurang nyaman oleh gus Wage [...]. 91

45 (68) Kelakon Soepratman bali nyang tanah Jawa, melu salah sijine mbak ayune sing dedunung ing Bandung. (PS/3/10/17/27/04/2013). Soepratman kembali ke tanah Jawa, ikut salah satu kakaknya yang tinggal di Bandung. (69) Kaum kita nduweni pembantu ing Betawi [...]. (PS/3/9/18/4/05/2013). Kaum kita mempunyai pembantu di Betawi [...]. (70) Kelakon, lagu Indonesia Raya ngumandhang ing Gedhong Kramat Raya 106, papane dianakake Kongres Pemuda II kuwi. (PS/3/10/19/11/05/2013). Lagu "Indonesia Raya" terdengar di gedung Kramat Raya 106, tempat diadakannya Kongres Pemuda II itu. (71) Wondene, sing disebut Randhudongkol kuwi sawijining panggonan sakidule Pemalang, Jawa Tengah kana. (PS/1/10/21/25/05/2013). Sementara itu, yang disebut "Randhudongkol" itu salah satu tempat di selatan Pemalang, Jawa Tengah sana. (72) Jepang mindhah Bung Karno nyang pulo Jawa[...]. (PS/3/10/22/1/06/2013). Jepang memindah Bung Karno ke Pulau Jawa, [...]. (73) Taune antara , yaiku rikala Wedana Menes (karesidenan Banten) diprajaya dening kaum pembrontak komunis, sing dhek samana mula nganakake pemberontakan ing sawatara papan ing tanah Jawa. (PS/3/9/23/8/06/2013). Tahunnya antara , yaitu ketika Wedana Menes (karesidenan Banten) dikalahkan oleh kaum pemberontak komunis, yang mulai melakukan pemberontakan di beberapa tempat di tanah Jawa. (74) Dhek samana Gus Wage lagi ngadeg ijen ing ngarepe pondhokane ing Kwitang, Jakarta. (PS/3/9/23/8/06/2013). Ketika itu Gus Wage baru berdiri sendirian di depan pondok di Kwitang, Jakarta. (75) Iki uga kacihna, rikala sakiwa tengene taun 1960-an ngono, Salamah manggon ing Wisma Mulia[...]. (PS/1/9/24/15/06/2013). Hal ini juga membuktikan, ketika sekitar tahun 1960-an, Salamah tinggal di Wisma Mulia[...]. 92

46 93 3) Pengacuan Komparatif Pengacuan komparatif atau perbandingan adalah pengacuan yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan sifat, wujud, watak, sikap, perilaku, dan sebagainya. Pengacuan komparatif ditandai dengan kata kaya, kadya, kadi, kadi dene, lir, pendah, prasasat, padha karo, beda karo. Pengacuan komparatif yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah adalah sebagai berikut. (76) Ora nganti suwe gus Wage pindhah neng sk. Kaum Kita sing satemene ora patia populer kaya Kaum Muda kuwi. (PS/1/9/18/4/05/2013). Tidak lama gus Wage pindah di sk. Kaum Kita yang sebenarnya tidak begitu populer seperti Kaum Muda itu. Satuan lingual kaya seperti pada wacana (76) di atas merupakan pengacuan komparatif. Pengacuan tersebut berfungsi untuk membandingkan kepopuleran antara sk. Kaum Kita dan Kaum Muda. Selanjutnya data (76) tersebut dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL. (76a) Ora nganti suwe gus Wage pindhah neng sk. Kaum Kita Tidak lama gus Wage pindah di sk. Kaum Kita (76b) sing satemene ora patia populer kaya Kaum Muda kuwi. yang sebenarnya tidak begitu populer seperti Kaum Muda itu. Kemudian data (76b) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (76c) sing satemene ora patia populer Ø Kaum Muda kuwi. yang sebenarnya tidak begitu populer Ø Kaum Muda itu. Hasil analisis pada data (76c) di atas adalah bahwa pengacuan pronomina komparatif kaya seperti wajib hadir. Satuan lingual kaya seperti apabila dilesapkan, maka wacana tersebut menjadi tidak berterima atau tidak

47 94 gramatikal dan informasi yang diterima menjadi tidak jelas. Setelah dianalisis dengan teknik lesap, selanjutnya data (76b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (76d) sing satemene ora patia populer kaya *kados Kaum Muda kuwi. yang sebenarnya tidak begitu populer seperti Kaum Muda itu. *seperti Setelah data (76d) diuji dengan teknik ganti, satuan lingual kaya seperti tidak dapat diganti dengan satuan lingual kados seperti karena berbeda ragam. Kata kaya seperti merupakan ragam ngoko sedangkan kata kados seperti termasuk ragam krama, meskipun maknanya tetap tetapi kurang tepat jika digantikan dengan kata kados. Jadi kata kaya seperti lebih tepat jika digunakan pada data di atas. Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan komparatif yang berupa kata kaya seperti terdapat dalam data (77) berikut. (77) Mung bae, dhek samana sajake peraturan isih durung keras kaya saiki. (PS/3/9/17/27/04/2013). Hanya saja, peraturan zaman dulu masih belum keras seperti sekarang. berikut. Data lain yang berupa pengacuan pronomina komparatif adalah sebagai (78) Yen kelingan pidatone Bung Karno sing kaya mangkono kuwi, semangate Soepratman njur kadidene umob, makantar-kantar. (PS/1/10/19/11/05/2013). Jika teringat pidatonya Bung Karno yang seperti itu, semangatnya Soepratman seperti mendidih, terbakar. Pada data (78) di atas terdapat penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan komparatif yaitu pada satuan lingual kadidene seperti, yang

48 mengibaratkan semangatnya Soepratman seperti air yang mendidih. Data (78) dibagi atas unsur langsunngnya dengan teknik BUL sebagai berikut. (78a) Yen kelingan pidatone Bung Karno sing kaya mangkono kuwi, Jika teringat pidatonya Bung Karno yang seperti itu, (78b) semangate Soepratman njur kadidene umob, makantar-kantar. semangatnya Soepratman seperti mendidih, terbakar. Selanjutnya data (78b) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (78c) semangate Soepratman njur Ø umob, makantar-kantar. semangatnya Soepratman Ø mendidih, terbakar. Pronomina kadidene seperti pada data (78c) apabila dilesapkan maka kalimatnya masih tetap berterima, namun akan lebih baik jika pronomina tersebut dihadirkan. Setelah dianalisis dengan teknik lesap, kemudian data (78b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. 95 (78d) semangate Soepratman njur semangatnya Soepratman kadidene umob, makantar-kantar. *kaya seperti mendidih, terbakar. *seperti Hasil analisis data (78d) di atas, ternyata penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan komparatif kadidene seperti tidak dapat diganti dengan pronomina kaya seperti karena ragam yang digunakan berbeda. Pengacuan komparatif yang berupa kata kadidene seperti juga tampak pada data (79) berikut. (79) Mbakyu sing wis dianggep kadidene gantine Ibune. (PS/2/10/23/8/06/2013). Kakak yang telah dianggap seperti pengganti Ibunya.

49 Penanda kohesi gramatikal berupa pengacuan komparatif juga terdapat pada data berikut. (80) Nadyan ta isih durung maju temenan, ning saora-orane ing Surabaya, gus Wage uripe beda karo dhek isih ana Randudongkol. (PS/3/9/22/1/06/2013). Walaupun masih belum maju benar, tetapi setidaknya di Surabaya, gus Wage hidupnya berbeda dengan ketika masih di Randudongkol. Tampak pada data (80) terdapat pengacuan komparatif yaitu pada kata beda karo berbeda dengan, berfungsi membandingkan kehidupan yang berbeda antara di Surabaya dan ketika masih di Randudongkol. Selanjutnya data (80) diuji dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut. (80a) Nadyan ta isih durung maju temenan, Walaupun masih belum maju benar, (80b) ning saora-orane ing Surabaya, gus Wage uripe beda karo dhek isih ana Randudongkol. tetapi setidaknya di Surabaya, gus Wage hidupnya berbeda dengan ketika masih di Randudongkol. Setelah diuji dengan teknik BUL, data (80b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (80c) ning saora-orane ing Surabaya, gus Wage uripe Ø dhek isih ana Randudongkol. tetapi setidaknya di Surabaya, gus Wage hidupnya Ø ketika masih di Randudongkol. Hasil analisis dengan teknik lesap ternyata apabila pronomina beda karo berbeda dengan dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu, pronomina tersebut wajib hadir agar informasi yang disampaikan menjadi jelas dan lengkap. Kemudian data (80b) diuji dengan teknik ganti sebagai berikut. 96

50 97 (80d) ning saora-orane ing Surabaya, gus Wage uripe dhek isih ana Randudongkol. tetapi setidaknya di Surabaya, gus Wage hidupnya ketika masih di Randudongkol. beda karo *benten kaliyan berbeda dengan *berbeda dengan Pronomina benten kaliyan berbeda dengan tidak bisa menggantikan posisi pronomina beda karo berbeda dengan karena berbeda tingkat tuturnya. Satuan lingual beda karo berbeda dengan merupakan ragam ngoko sedangkan benten kaliyan berbeda dengan termasuk ragam krama. Selain data tersebut ditemukan pula pengacuan komparatif yang berupa kata beda karo berbeda dengan tampak pada data (81) sampai dengan (83) berikut. (81) Lha mula saka kuwi, Soepratman kepengin nepungake lagu gubahane iki marang para nom-noman, para mudha sing mesthine nduweni rasa pirasa beda karo golongan tuwa. (PS/2/10/19/11/05/2013). Maka dari itu, Soepratman ingin memperkenalkan lagu karanganya ini kepada para pemuda, pemuda yang pastinya memiliki rasa yang berbeda dengan golongan tua. (82) Ha hiya ing kono mau WR. Soepratman tampa wejangan saka Pak Tom. Uga banjur ngerti, yen Parindra mono partai kang beda karo Partai Nasional Indonesia pimpinane Bung Karno. (PS/1/9/22/1/06/2013). Ya di situ tadi WR. Soepratman menerima saran dari Pak Tom. Juga kemudian mengerti, jika Parindra itu partai yang berbeda dengan Partai Nasional Indonesia pimpinannya Bung Karno. (83) Dadi wartawan mono, dhek jaman samana beda banget karo jurnalis jaman saiki. (PS/3/10/17/27/04/2013). Jadi wartawan begitu, jaman dulu sangat berbeda sekali dengan jaman sekarang. Dari analisis pada data di atas dapat disimpulkan bahwa penanda kohesi gramatikal pengacuan atau referensi yang ditemukan berupa pengacuan

51 pronomina persona (persona I tunggal maupun jamak, persona II tunggal bentuk bebas maupun terikat, dan persona III tunggal bentuk bebas maupun terikat), pengacuan pronomina demonstratif (demonstratif waktu: kini, lampau, netral; demonstratif tempat: dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur, jauh dengan penutur, menunjuk secara eksplisit), dan pengacuan komparatif. Data mengenai pengacuan atau referensi tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 1 sampai 83. b. Penyulihan (Substitusi) Penyulihan atau substitusi merupakan salah satu kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual yang mendahuluinya dengan satuan lingual lain dalam wacana. Penyulihan atau substitusi terbagi menjadi empat yaitu: substitusi nominal, substitusi verbal, substitusi frasal, dan substitusi klausal. Data berupa penyulihan atau substitusi yang ditemukan dalam penelitian wacana gempilan sejarah adalah sebagai berikut. (84) Dicritakake, rikala ibune seda mau, ndilalah si den baguse lagi dolanan, embuh neng ngendi ora ana sing ngerti lan weruh. Mulihe rikala wis bengi, iya bareng Soepratman weruh ing omahe akeh uwong lan diwartani bab sedane Ibune, Soepratman njerit. (PS/1/10/17/27/04/2013). Diceritakan, ketika ibunya meninggal, ketika itu si tampan baru main, entah di mana tidak ada yang tahu dan melihat. Pulangnya ketika telah malam, ya setelah Soepratman melihat di rumah banyak orang dan dikabari tentang ibunya meninggal, Soepratman berteriak. Wacana (84) di atas terdapat substitusi nominal terlihat pada frasa si den baguse si tampan yang disubstitusi dengan kata Soepratman Soepratman. Selanjutnya data (84) dibagi unsur langsungnya sebagai berikut. (84a) Dicritakake, rikala ibune seda mau, ndilalah si den baguse lagi dolanan, embuh neng ngendi ora ana sing ngerti lan weruh. 98

52 Diceritakan, ketika ibunya meninggal, ketika itu si tampan baru main, entah di mana tidak ada yang tahu dan melihat. (84b) Mulihe rikala wis bengi, iya bareng Soepratman weruh ing omahe akeh uwong lan diwartani bab sedane Ibune, Soepratman njerit. (PS/1/10/17/27/04/2013). Pulangnya ketika telah malam, ya setelah Soepratman melihat di rumah banyak orang dan dikabari tentang ibunya meninggal, Soepratman berteriak. Kemudian data (84) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (84c) Dicritakake, rikala ibune seda mau, ndilalah Ø lagi dolanan, embuh neng ngendi ora ana sing ngerti lan weruh. Mulihe rikala wis bengi, iya bareng Ø weruh ing omahe akeh uwong lan diwartani bab sedane Ibune, Soepratman njerit. (PS/1/10/17/27/04/2013). Diceritakan, ketika ibunya meninggal, ketika itu Ø baru main, entah di mana tidak ada yang tahu dan melihat. Pulangnya ketika telah malam, ya setelah Ø melihat di rumah banyak orang dan dikabari tentang ibunya meninggal, Soepratman berteriak. Setelah data (84c) dianalisis dengan teknik lesap, ternyata kalimatnya menjadi tidak berterima dan tidak gramatikal. Jadi frasa si den baguse si tampan dengan kata Soepratman Soepratman wajib hadir, agar informasi yang tersampaikan jelas. Analisis dengan menggunakan teknik ganti tidak perlu dilakukan karena frasa dengan kata di atas sudah saling menggantikan. Selain data tersebut ditemukan pula substitusi nominal yang terdapat pada data (85) sampai dengan (94) berikut. (85) Lan para tokoh pergerakan mau iya ora aneh, yen ta banjur padha tepung karo Wage Rudolf Soepratman sing ing ndalem kartu namane nyebut dhirine kadidene publicist Melayu. (PS/1/10/18/4/05/2013). Dan para tokoh pergerakan tadi tidak aneh, jika kemudian mereka kenal dengan Wage Rudolf Soepratman yang di dalam kartu namanya disebut sebagai "wartawan Melayu". 99

53 100 (86) Salah sijine jurnalis senior dhek samana, Soeroen kelakon ngemudheni sk. Keng Po, ketarik nyang Soepratman. (PS/2/10/18/4/05/2013). Salah satunya wartawan senior saat itu, Soeroen memimpin sk. Keng Po, tertarik kepada Soepratman. (87) Wondene, kenya cilik udakara isih umur 15 taun kuwi, putrane wadon Kyai Haji Agus Salim, [...]. (PS/1/10/20/18/05/2013). Sementara itu, gadis kecil sekitar usia 15 tahun itu, anak perempuan dari Kyai Haji Agus Salim, [...]. (88) Miturut ujaring kandha, kenya sing gawe kagiwanging pikiran sarta atine Soepratman iki, mung trima kenya kampung bae. Jenenge: Mujenah, kenya asli Betawi. (PS/1/9/21/25/05/2013). Menurut rumor mengatakan, gadis yang membuat pikiran dan hatinya Soepratman resah, hanya seorang gadis desa saja. Bernama: Mujenah, gadis asli Betawi. (89) Krungu yen adhine nandhang lara, salah sijine mbakyune, Nyonya Rukiyem Supratiyah merlokake ngendhangi. (PS/3/9/21/25/05/2013). Mendengar jika adiknya sakit, salah satu kakaknya, Nyonya Rukiyem Supratiyah perlu menjenguknya. (90) Pitakone gus Wage mau tertamtu gawe kagete dulure. Soepratman dikandhani, yen hawa kutha Jakarta panas, seseg merga kakehan tumpakan. (PS/1/10/21/25/05/2013). Pertanyaan gus Wage tadi tentu membuat kaget saudaranya. Soepratman diberitahu, jika cuaca kota Jakarta panas, sesak karena banyak kendaraan. (91) Ha iya kuwi, Dr. Soetomo utawa sing luwih dikenal sarana sebutan Pak Tom, [...]. (PS/1/9/22/1/06/2013). Ha ya itu, Dr. Soetomo atau yang lebih dikenal sebagai "Pak Tom",[...]. (92) Krungu andharan mitrane mau katon praupane Soepratman dadi sumringah, seger, bungah. Imam Soepardi dhewe babarpisan uga ora ngira yen pertemuane kuwi mau mujudake pertemuan sing pungkasan karo komponis agung kuwi. (PS/1/10/22/1/16/2013). Mendengar penjelasan sahabatnya tadi terlihat wajahnya Soepratman menjadi bersemangat, segar, senang. Imam Soepardi sendiri sama sekali juga tidak menyangka jika pertemuan tersebut merupakan mewujudkan pertemuan yang terakhir dengan komponis besar itu.

54 101 (93) Nate diaturake ing kene, dheweke kencan karo sawijining kenya, Mudjenah, sing kepeksa jugar ndalan. Polahe si kenya dipeksa omahomah karo priya liya, pilihane wong tuwane. (PS/2/10/23/8/06/2013). Pernah disampaikan di sini, dia berkencan dengan seorang gadis, Mudjenah, yang terpaksa kandas di jalan. Selain gadis dipaksa untuk menikah dengan pria lain, pilih orang tuanya. (94) Salah sijine mitra darmane sing mula cedhak ing ati, Imam Soepardi sing dhek samana wis dadi Pemimpin Redaksi Panjebar Semangat. (PS/3/9/24/15/06/2013). Salah satu sahabat karipnya yang dekat di hati, Imam Soepardi yang saat itu telah menjadi Pemimpin Redaksi Panjebar Semangat. Berikut ini adalah contoh data penanda kohesi gramatikal berupa substitusi frasal. (95) Mula, katetepane atine sang komponis, kanthi ati sing ajur mumur, dheweke kepeksa nuruti kekarepane si Mbakyu. Ninggal Salamah dina iku uga, tanpa nyadhari manawa perpisahan kuwi mujudake perpisahan kanggo selawase. Merga wiwit kuwi paraga loro mau babar pisan ora nate ketemu maneh. (PS/3/10/23/8/06/2013). Maka, ketetapan hatinya sang komponis, dengan hati yang hancur berantakan, dia terpaksa mematuhi kemauannya si kakak. Meninggalkan Salamah hari itu juga, tanpa disadari apabila perpisahan itu wujud perpisahan untuk selamanya. Karena sejak itu dua orang tadi sama sekali tidak pernah bertemu lagi. Pada tuturan (95) di atas terdapat subtitusi frasal yaitu pada frasa sang komponis dan kata Salamah yang digantikan dengan frasa paraga loro dua orang. Substitusi tersebut berfungsi memunculkan variasi bentuk untuk memperoleh unsur pembeda. Kemudian data (95) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut. (95a) Mula, katetepane atine sang komponis, kanthi ati sing ajur mumur, dheweke kepeksa nuruti kekarepane si Mbakyu. Maka, ketetapan hatinya sang komponis, dengan hati yang hancur berantakan, dia terpaksa mematuhi kemauannya si kakak. (95b) Ninggal Salamah dina iku uga, tanpa nyadhari manawa perpisahan kuwi mujudake perpisahan kanggo selawase.

55 102 Meninggalkan Salamah hari itu juga, tanpa disadari apabila perpisahan itu wujud perpisahan untuk selamanya. (95c) Merga wiwit kuwi paraga loro mau babar pisan ora nate ketemu maneh. Karena sejak itu dua orang tadi sama sekali tidak pernah bertemu lagi. Setelah dibagi atas unsur langsungnya data di atas dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (95d) Mula, katetepane atine Ø, kanthi ati sing ajur mumur, dheweke kepeksa nuruti kekarepane si Mbakyu. Ninggal Ø dina iku uga, tanpa nyadhari manawa perpisahan kuwi mujudake perpisahan kanggo selawase. Merga wiwit kuwi Ø mau babar pisan ora nate ketemu maneh. (PS/3/10/23/8/06/2013). Maka, ketetapan hatinya Ø, dengan hati yang hancur berantakan, dia terpaksa mematuhi kemauannya si kakak. Meninggalkan Ø hari itu juga, tanpa disadari apabila perpisahan itu wujud perpisahan untuk selamanya. Karena sejak itu Ø tadi sama sekali tidak pernah bertemu lagi. Hasil analisis data (95d) dengan menggunakan teknik lesap ternyata wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, maka kata sang komponis, Salamah, dan frasa paraga loro dua orang wajib hadir, agar informasi yang tersampaikan dengan jelas dan lengkap. Sedangkan analisis dengan teknik ganti tidak perlu dilakukan karena kata sang komponis dan Salamah dengan frasa paraga loro dua orang sudah saling menggantikan. Selain data tersebut ditemukan pula substitusi frasal yang terdapat pada data (96) sampai dengan (105) berikut. (96) Wiwit kuwi wong loro uga katon rentang-renteng lan Salamah uga kaget bareng nuju sawijine dina Gus Wage takon nyang dheweke [...]. (PS/3/9/23/8/06/2013). Sejak itu dua orang juga terlihat dan Salamah juga kaget setelah menuju suatu hari Gus Wage bertanya pada dia [...].

56 103 (97) Soepratman embuh saka anglesing atine, sering meneng, ora akeh omonge. Banjur rada diedohi kanca-kancane, iya merga ora akeh gunem kuwi mau. (PS/3/9/24/15/06/2013). Soepratman entah dari herannya hatinya, sering diam, tidak banyak bicara. Kemudian agak dijauhi teman-temannya, ya karena tidak banyak bicara itu tadi. (98) Uripe ora patia kajen; mangka urip ing negarane dhewe, ing bumi papan kelairane dhewe. (PS/1/10/18/4/05/2013). Hidupnya tidak begitu dihormati; padahal hidup di negaranya sendiri, di tanah airtempat kelahirannya sendiri. (99) Arep dadi pembangkang, dadi pemberontak. Brontak nyang Landa. (PS/3/10/18/4/05/2013). Akan jadi pembangkang, jadi pemberontak. Berontak pada Belanda. (100) Krungu yen bukune ora kena diedharake, malahan kelakon dibeskup. (PS/3/10/18/4/05/2013). Mendengar jika bukunya tidak bias diedarkan, bahkan dibeskup. (101) Soepratman ngudarasa, mula ora bisa bebas merdika, dadi kawula jajahan. Kabeh-kabeh ditemtokake dening si penjajah. (PS/3/10/18/4/05/2013). Soepratman mengungkapkan, maka tidak akan pernah bebas merdeka, jadi wilayah jajahan. Semuanya ditentukan oleh penjajah. (102) Tekade gumolong, niate mantep, njur diwiwiti ngreka-reka, ngrumpaka tembungan lan lelagon. (PS/1/10/19/11/05/2013). Tekadnya jadi satu, niatnya mantap, kemudian mulai merancang, kata-kata dan lagu. (103) Atine rempu, kudu ngendhem rasa katresnan sing wus suwe ndhekem ing telenging ati, iya bener kancane nonik-nonik Indonesia sing ayuayu,[...]. (PS/1/9/21/25/05/2013). Hatinya hancur, harus memendam rasa cintanya yang telah bersembunyi di dalam hati yang paling dalam, memang benar temannya nonik-nonik Indonesia yang cantik-cantik [...]. (104) Si Mujenahe dadakan ora nanggapi katresnane sang komponis. Ditolak kanthi alus. (PS/2/9/21/25/05/2013). Mujenah tiba-tiba tidak menanggapi cinta sang komponis. Ditolak dengan baik. (105) Atine ajur, rikala nyumurupi papan dununge adhine lanang kuwi. Omahe saka gedheg [...]. (PS/3/9/21/25/05/2013).

57 104 Hatinya hancur, ketika mengetahui tempat tinggal adiknya laki-laki itu. Rumahnya dari anyaman bambu [...]. Berdasarkan analisis penanda kohesi yang berupa penyulihan atau substitusi di atas dapat disimpulkan bahwa, penanda substitusi yang ditemukan meliputi: substitusi nominal dan substitusi frasal. Data mengenai substitusi tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 84 sampai 105. c. Pelesapan (Elipsis) Pelesapan atau elipsis merupakan penghilangan satuan lingual (kata, frasa, klausa, atau kalimat) yang telah disebut terdahulu, agar kalimatnya menjadi efektif. Penanda kohesi yang berupa pelesapan terdapat pada data-data berikut. (106) Buku roman sing hebat, sing bisa gawe pemaose melu kontrangkantring, sing bisa gawe pemaose gregetan. (PS/2/10/18/4/05/2013). Buku roman yang besar, yang dapat membuat pembaca ikut kontrangkantring, yang bisa membuat pembaca gregetan. Tampak pada data (106) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan berupa kata buku buku yang dilesapkan sebelum kalimat sing bisa gawe pemaose melu kontrang-kantring yang dapat membuat pembaca ikut kontrang-kantring dan sebelum kalimat sing bisa gawe pemaose gregetan yang bisa membuat pembaca gregetan. Pronomina buku buku dilesapkan untuk efektivitas kalimat, namun apabila pronomina tersebut tidak dilesapkan maka akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif dan tidak padu. Data (106) kemudian dibagi atas dua bentuk yaitu bentuk yang telah dilesapkan dan bentuk utuhnya. Bentuk data tersebut adalah sebagai berikut.

58 105 (106a) Buku roman sing hebat, Ø sing bisa gawe pemaose melu kontrangkantring, Ø sing bisa gawe pemaose gregetan. Buku roman yang besar, Ø yang dapat membuat pembaca ikut kontrang-kantring, Ø yang bisa membuat pembaca gregetan. (106b) Buku roman sing hebat, buku sing bisa gawe pemaose melu kontrangkantring, buku sing bisa gawe pemaose gregetan. Buku roman yang besar, buku yang dapat membuat pembaca ikut kontrang-kantring, buku yang bisa membuat pembaca gregetan. Hasil analisis data di atas ternyata data (106a) apabila kata buku dilesapkan wacana menjadi lebih efisien, praktis, padu, dan efektif. Pada wacana (106b) dari segi komunikasi kurang efisien dan kurang praktis, namun informasinya tersampaikan lebih jelas dan lengkap. Selain data tersebut ditemukan pula pelesapan berupa kata yang tampak dalam data (107) sampai dengan (111) berikut. (107) Soepratman tembene iya kelakon tepung karo Parada iki, malah Ø terus nduweni niyat arep nggamblok ing perusahaane Parada iki mau. (PS/3/9/18/4/05/2013). Soepratman bertemu dengan Parada ini, bahkan Ø kemudian mempunyai niat untuk bergabung di perusahaan Parada ini tadi. (108) Tabrani-ne dhewe banjur nyang Jerman, sinau babagan jurnalistik. Ø Bali nyang tanah Jawa, Ø kelakon dadi Pemred. Sk. Pemandangan (Jakarta) salah sijine koran kasusra dhek jamane. (PS/1/9/19/11/05/2013). Tabraninya sendiri kemudian ke Jerman, belajar tentang jurnalistik. Ø Kembali ke tanah Jawa, Ø kebetulan menjadi kepala Sk. Pemandangan (Jakarta), salah satunya surat kabar terkenal pada saat itu. (109) Wanita kuwi jenenge Salamah, asal saka Jawa Tengah. Sisihane Ø dadi Mantri Guru, ning wis kapundhut Gusti. (PS/3/9/23/8/06/2013). Wanita itu bernama Salamah, berasal dari Jawa Tengah. Suaminya Ø menjadi Mantri Guru, tapi telah dipanggil Allah. (110) Rikala kuwi Salamah wis katon tuwa, umure Ø udakara 60 taunan. Ø Katon lugu, prasaja, klambi biru, slendhang kuning, nyangking tas ireng. (PS/3/9/24/15/06/2013).

59 106 Ketika itu Salamah sudah terlihat tua, Ø usianya sekitar 60 tahun. Ø Terihat polos, sederhana, kemeja biru, selendang kuning, membawa tas hitam. (111) Soepratman atine wis marem, nyumurupi manawa bojone mula sawijining wanita sing setiya, lugu ing samubarange. Iya Ø ing ndalem tindak-tanduke iya Ø ing ndalem pemikirane. (PS/3/10/23/8/06/2013). Soepratman hatinya telah puas, mengetahui apabila istrinya salah satu wanita yang setia, polos dalam semua hal. Ya Ø di dalam tingkahlakunya ya Ø di dalam pemikirannya. Data lain yang menunjukkan adanya pelesapan atau elipsis adalah sebagai berikut. (112) Buku Prawan Desa dibeskup, dibeslah, merga dianggep nganggu ketentreman umum, sarta dianggep ngandhut unsur-unsur sing bisa nuwuhake rasa benci, rasa gething marang salah sijine golongan masyarakat. (PS/3/10/18/4/05/2013). Buku "Prawan Desa" dibeskup, disita, karena dianggap menggangu kedamaian masyarakat, dan dianggap mengandung unsur-unsur yang dapat menyebabkan kebencian, rasa kebencian terhadap satu kelompok masyarakat. Pada data (112) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu frasa Buku Prawan Desa yang dilesapkan sebelum kalimat dianggep nganggu ketentreman umum dianggap menggangu kedamaian masyarakat dan sebelum kalimat dianggep ngandhut unsur-unsur sing bisa nuwuhake rasa benci dianggap mengandung unsur-unsur yang dapat menyebabkan kebencian. Pelesapan Buku Prawan Desa untuk menghasilkan efektivitas kalimat (112), namun apabila satuan lingual tersebut tidak dilesapkan menjadikan kalimat tidak efektif. Kemudian data (112) dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk setelah dilesapkan dan bentuk utuhnya sebagai berikut. (112a) Buku Prawan Desa dibeskup, dibeslah, merga Ø dianggep nganggu ketentreman umum, sarta Ø dianggep ngandhut unsur-unsur sing bisa

60 107 nuwuhake rasa benci, rasa gething marang salah sijine golongan masyarakat. Buku "Prawan Desa" dibeskup, disita, karena Ø dianggap menggangu kedamaian masyarakat, dan Ø dianggap mengandung unsur-unsur yang dapat menyebabkan kebencian, rasa kebencian terhadap satu kelompok masyarakat. (112b) Buku Prawan Desa dibeskup, dibeslah, merga Buku Prawan Desa dianggep nganggu ketentreman umum, sarta Buku Prawan Desa dianggep ngandhut unsur-unsur sing bisa nuwuhake rasa benci, rasa gething marang salah sijine golongan masyarakat. Buku "Prawan Desa" dibeskup, disita, karena buku Prawan Desa dianggap menggangu kedamaian masyarakat, dan buku Prawan Desa dianggap mengandung unsur-unsur yang dapat menyebabkan kebencian, rasa kebencian terhadap satu kelompok masyarakat. Analisis data (112a) di atas terjadi pelesapan pada satuan lingual Buku "Prawan Desa" maka wacana lebih efektif dan lebih padu (kohesif), sedangkan data (112b) dari segi komunikasi lebih jelas dan lengkap namun kalimatnya kurang efektif. Selain data tersebut ditemukan pula pelesapan berupa frasa yang tampak dalam data (113) sampai dengan (124) berikut. (113) Jepang teka, sakehing koran Tionghoa-Melayu dipateni, Ø ora kena metu. (PS/1/10/18/4/05/2013). Jepang datang, semua surat kabar Tionghoa-Melayu dimatikan, Ø tidak dapat keluar. (114) Sing disebut koran Tionghoa-Melayu kuwi, anane dhek jaman penjajahan Landa mbiyen; Ø migunakake basa Melayu pasaran, dudu basa Indonesia. (PS/3/9/18/4/05/2013). Yang disebut koran Tionghoa-Melayu itu, adanya waktu zaman penjajahan Belanda dulu, Ø menggunakan bahasa Melayu pasaran, bukan bahasa Indonesia. (115) Kongres Pemuda I mau dianggep kurang wigati, mula Ø banjur arang kocap ing ndalem sejarah. (PS/1/9/19/11/05/2013). Kongres Pemuda I tadi dianggap kurang penting, maka Ø kemudian jarang terucap di dalam sejarah.

61 108 (116) Rikala ngandhut tuwa, Siti Senen bali nyang desane, lan Ø kelakon babaran ing kono. (PS/3/9/17/27/04/2013). Ketika hamil tua, Siti Senen kembali ke desanya, dan Ø persalinan terjadi di sana. (117) Kelakon Soepratman dadi pembantu sk. Kaum Muda sing diembani Abdul Muis, Ø sawenehing tokoh Sarekat Islam, ning Ø uga sawijining pengarang sing cukup kaloka dhek samana. Salah siji buku karangane Ø, sesirah Salah Asuhan, babaran Balai Pustaka. (PS/1/9/18/4/05/2013). Soepratman jadi pembantu sk. Kaum Muda yang dipimpin Abdul Muis, Ø seorang tokoh Sarekat Islam, tapi Ø juga salah satu penulis yang cukup terkenal pada saat itu. Salah satu buku karangannya Ø, yang berjudul Salah Asuhan, yang diterbitan oleh Balai Pustaka. (118) Bung Karno, pemimpin nasional sing manjila dhewe dhek jaman samana, Ø uga ditangkep. Ø Diajokake ing Pengadilan kanthi dakwaan, Ø ngojok-ojoki rakyat supaya brontak nyang Pemerintah. (PS/3/10/20/18/05/2013). Bung Karno, pemimpin nasional yang terbaik pada saat, Ø juga ditangkap. Ø Diajukan di pengadilan dengan dakwaan, Ø menghasut rakyat agar memberontak pada pemerintah. (119) Bung Karno taun 1926 dadi Ketua PNI, Ø dikunjara ing Sukamiskin, Bandung. Dikendhangake. Ø Metu sedhela, Ø ditangkep maneh, Ø njur dikendhangake neng Ende (Flores). Ø Banjur dipindhah neng Bengkulu. (PS/2/10/22/1/06/2013). Bung Karno tahun 1926 sebagai Ketua PNI, Ø dipenjara di Sukamiskin, Bandung. Dibuang. Ø Keluar sebentar, Ø ditangkap lagi, Ø kemudian dibuang di Ende (Flores). Ø Kemudian dipindah ke Bengkulu. (120) Bung Karno dadi Presiden Republik Indonesia, Ø sering nganakake turne Ø tindak pepara nyang dhaerah-dhaerah. Ø Uga nganti nglanjak tekan Jawa Wetan. Ø Neng ngendi-endi rawuhe Ø tansah sinubya-subya dening kawula cilik kabeh bae. (PS/2/10/22/1/06/2013). Bung Karno menjadi Presiden Republik Indonesia, Ø sering melakukan peninjauan Ø ke daerah-daerah. Ø Juga hingga batas Jawa Timur. Ø Di mana-mana kedatangannya Ø selalu di puja-puja oleh semua orang. Dari analisis pada data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penanda pelesapan atau elipsis yang ditemukan dalam penelitian terhadap wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya

62 109 Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat yaitu elipsis kata dan elipsis frasa. Data mengenai penanda kohesi yang berupa pelesapan atau elipsis tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 106 sampai dengan 120. d. Perangkaian (Konjungsi) Konjungsi merupakan jenis kohesi gramatikal yang berwujud kata perangkai yang menghubungkan satuan lingual satu dengan satuan lingual lainnya. Konjungsi yang ditemukan dalam penelitian ini sebanyak dua belas jenis yaitu konjungsi sebab-akibat, pertentangan, kelebihan, perkecualian, konsesif, tujuan, penambahan, pilihan, urutan, waktu, syarat, dan cara. Penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah dapat dilihat dalam wacana-wacana berikut. 1) Konjungsi sebab-akibat (kausalitas) Konjungsi sebab-akibat merupakan konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-akibat. Konjungsi ini ditandai dengan kata sebab sebab, awit karena, jalaran dikarenakan, amarga karena, karana karena, mula maka, mulane makanya, seperti tampak pada data berikut ini. (121) Rehning ora gampang bocah Jawa (inlander) sekolah Landa, mula njur dening tuan Eldick, ditambahi nggo jeneng Rudolf kuwi mau. (PS/1/10/17/27/04/2013). Masalahnya tidak mudah anak Jawa sekolah Belanda, maka kemudian oleh tuan Eldick, manambahkan nama Rudolf itu tadi. Wacana (121) di atas menunjukkan adanya konjungsi sebab-akibat atau kausalitas yaitu padakata mula maka. Konjungsi tersebut berfungsi menghubungkan antara klausa Rehning ora gampang bocah Jawa (inlander) sekolah Landa sebagai sebab, dengan klausa njur dening tuan Eldick,

63 110 ditambahi nggo jeneng Rudolf kuwi mau sebagai akibat. Kemudian data (121) diuji dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut. (121a) Rehning ora gampang bocah Jawa (inlander) sekolah Landa, Masalahnya tidak mudah anak Jawa sekolah Belanda, (121b) mula njur dening tuan Eldick, ditambahi nggo jeneng Rudolf kuwi mau. maka kemudian oleh tuan Eldick, manambahkan nama Rudolf itu tadi. Setelah diuji dengan teknik BUL, kemudian data (121b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (121c) Ø njur dening tuan Eldick, ditambahi nggo jeneng Rudolf kuwi mau. Ø kemudian oleh tuan Eldick, manambahkan nama Rudolf itu tadi. Hasil analisis dengan teknik lesap pada data (121b) di atas ternyata konjungsi sebab-akibat mula maka wajib hadir, agar informasi tersampaikan dengan jelas dan lengkap. Konjungsi mula maka apabila dilesapkan maka kalimat menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Selanjutnya data (121b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (121d) mula njur dening tuan Eldick, ditambahi nggo jeneng Rudolf *mila kuwi mau. maka kemudian oleh tuan Eldick, manambahkan nama Rudolf *maka itu tadi. Konjungsi mila maka pada data (121d) di atas tidak dapat menggantikan posisi konjungsi mula maka karena berbeda tingkat tutur yang digunakan. Konjungsi mila maka termasuk ragam krama sedangkan mula maka termasuk ragam ngoko.

64 111 Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi sebab-akibat yang berupa kata mula maka terdapat dalam data (122) sampai dengan (124) berikut. (122) Ing ndalem perkembangane, Soepratman rumangsa nduweni simpati nyang Parindra, mula rikala ana sawatara pemimpin Parindra ngajak dheweke supaya mlebu dadi anggota (saiki istilahe: kader) parindra, Wage Rudolf Soepratman ora bisa nulak. (PS/3/10/21/25/05/2013). Di dalam perkembangannya, Soepratman merasa simpati kepada Parindra, maka ketika ada seorang pemimpin Parindra mengajak dia agar masuk menjadi anggota (istilah sekarang: kader) parindra, Wage Rudolf Soepratman tidak bisa menolak. (123) [...] Mula iya banjur disebutake tanggal sa-elinge bae. Lair tanggal 9 Maret. (PS/3/9/17/27/04/2013). [...] Maka ya kemudian disebutkan tanggal seingatnya saja. Lahir pada tanggal 9 Maret. (124) [...] Mula dijenengake: Yatimah, Eee, dadak rikala mlebu sekolah, dadak pawongan sing ditugasi ndhaftar ha teka iya lali sapa yektine jenenge si bocah; njur nyebut apa bae. (PS/3/9/17/27/04/2013). [...] Maka dinamakan: Yatimah, Eee, tiba-tiba ketika masuk sekolah, tiba-tiba orang yang ditugaskan mendaftarkan ha sampai ya lupa siapa sebenarnya nama anak itu; kemudian menyebut apa saja. berikut. Data lain yang berupa konjungsi sebab-akibat juga terdapat pada data (125) Kepeksa pisah merga saka ana pihak sing ora nyarujuki anane pernikahan kuwi mau. (PS/3/9/24/15/06/2013). Terpaksa pisah karena ada pihak yang tidak menyetujui adanya pernikahan itu tadi. Konjungsi merga karena pada tuturan (125) berfungsi untuk menyatakan hubungan kausalitas atau hubungan sebab-akibat antara klausa saka ana pihak sing ora nyarujuki anane pernikahan kuwi mau ada pihak yang tidak menyetujui adanya pernikahan itu tadi sebagai sebab, dengan klausa kapeksa pisah terpaksa pisah sebagai akibat. Data kemudian dibagi atas unsur langsungnya menggunakan teknik BUL.

65 112 (125a) Kepeksa pisah Terpaksa pisah (125b) merga saka ana pihak sing ora nyarujuki anane pernikahan kuwi mau. ada pihak yang tidak menyetujui adanya pernikahan itu tadi. berikut. Data (125b) selanjutnya diuji dengan teknik lesap adalah sebagai (125c) Ø saka ana pihak sing ora nyarujuki anane pernikahan kuwi mau. Ø ada pihak yang tidak menyetujui adanya pernikahan itu tadi. Setelah konjungsi merga karena dilesapkan data di atas menjadi tidak gramatikal. Hal tersebut berakibat pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca menjadi tidak jelas. Oleh karena itu satuan lingual merga karena wajib hadir. Selanjutnya data dianalisis dengan teknik ganti. (125d) merga saka ana pihak sing ora nyarujuki anane pernikahan amarga *amargi kuwi mau. karena ada pihak yang tidak menyetujui adanya pernikahan itu karena karena tadi. Hasil analisis menunjukkan bahwa konjungsi merga karena dapat diganti dengan satuan lingual amarga karena sebab keduanya berada dalam satu ragam yaitu ragam ngoko. Namun merga karena tidak dapat diganti dengan kata amargi karena sebab amargi karena merupakan dalam ragam krama. Jenis penanda konjungsi sebab-akibat yang berupa kata merga karena juga terdapat dalam data (126) sampai dengan (130) berikut.

66 113 (126) Soepratman dhewe sajake wis ora bisa aweh wangsulan. Embuh saka bingunging ati, embuh mula merga wis ora nduweni daya kekuwatan. (PS/3/9/21/25/05/2013). Soepratman sendiri tampaknya sudah tidak mampu memberikan jawaban. Entah dari bingung hatinya, entah karena sudah tidak mempunyai daya kekuatan. (127) Dijenengake Wage, laras karo adat Jawa (dhek samana), merga laire pas pasaran Wage. (PS/1/10/17/27/04/2013). Dinamakan Wage, serasi dengan adat Jawa (zaman dulu), karena lahirnya bertepatan dengan pasaran Wage. (128) Mripate kadhang-kadhang mung mandeng cahyane lampu teplok minyak tanah sing tansah mobat-mabit, merga kena tiyuping sang bayu, sing nyelinep sela-selaning gedheg papan padunungane. (PS/1/10/19/11/05/2013). Matanya kadang-kadang hanya melihat cahaya lampu minyak tanah yang selalu mobat-mabit, karena mendapat tiyupan angin, yang menyelinap di sela-sel papan rumahnya. (129) Lha Kongres Pemuda II iki, pungkasane Oktober 1928 dipimpin Sugondo Djojopuspito, luwih dikenal dening bebrayan, merga kajaba mula iya sering disebut-sebut, Kongres Pemuda II iki gawe kerampungan (basa Indonesia, ejaan anyar). (PS/1/9/20/18/05/2013). Nah Kongres Pemuda II ini, akhir Oktober 1928 dipimpin Sugondo Djojopuspito, lebih dikenal oleh masyarakat, karena kecuali sering disebut-sebut, Kongres Pemuda II ini membuat pernyelesaian (bahasa Indonesia, ejaan baru). (130) Saya jembar tebane lagu Indonesia Raya, bareng dipacak ing sk. Sin Po, papane Soepratman nyambut gawe, golek pangupa jiwa. Ha iya merga dipacak neng surat kabar mau, tebane saya anjrah tekan ngendingendi. (PS/1/10/20/18/05/2013). Semakin luas menyebarnya lagu "Indonesia Raya", setelah dimuat di dalam sk. Sin Po, tempat Soepratman bekerja, mencari nafkah. Ya karena dimuat di surat kabar tadi, maka semakin menyebar sampai di mana-mana. Penanda kohesi yang berupa konjungsi sebab-akibat juga dapat dilihat pada data berikut. (131) Prastawa iki diwerden-i, manawa lagu Indonesia Raya dening para rawuh mula dianggep lagu kebangsaan. Sebab, ana aturan sing ora

67 114 tinulis, nerangake yen para hadirin kudu ngadeg saka lungguhane, yen ta ana lagu kebangsaan dikumandhangake. (PS/1/10/20/18/05/2013). Peristiwa ini dimaknai, apabila lagu Indonesia Raya oleh para hadirin dianggap sebagai lagu kebangsaan. Sebab, tidak ada aturan tertulis, menjelaskan jika para hadirin harus berdiri dari duduknya, jika ada lagu kebangsaan dinyanyikan. Kata sebab sebab pada data (131) di atas merupakan penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi sebab-akibat. Satuan lingual tersebut berfungsi menghubungkan kalimat Prastawa iki diwerden-i, manawa lagu Indonesia Raya dening para rawuh mula dianggep lagu kebangsaan sebagai akibat dengan kalimat ana aturan sing ora tinulis, nerangake yen para hadirin kudu ngadeg saka lungguhane, yen ta ana lagu kebangsaan dikumandhangake sebagai sebab. Kemudian data (131) di atas dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (131a) Prastawa iki diwerden-i, manawa lagu Indonesia Raya dening para rawuh mula dianggep lagu kebangsaan. Peristiwa ini dimaknai, apabila lagu Indonesia Raya oleh para hadirin dianggap sebagai lagu kebangsaan. (131b) Sebab, ana aturan sing ora tinulis, nerangake yen para hadirin kudu ngadeg saka lungguhane, yen ta ana lagu kebangsaan dikumandhangake. Sebab, tidak ada aturan tertulis, menjelaskan jika para hadirin harus berdiri dari duduknya, jika ada lagu kebangsaan dinyanyikan. Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (131b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (131c) Ø, ana aturan sing ora tinulis, nerangake yen para hadirin kudu ngadeg saka lungguhane, yen ta ana lagu kebangsaan dikumandhangake. Ø, tidak ada aturan tertulis, menjelaskan jika para hadirin harus berdiri dari duduknya, jika ada lagu kebangsaan dinyanyikan.

68 115 Penanda konjungsi sebab-akibat sebab sebab pada data di atas wajib hadir agar kalimatnya jelas dan lengkap, apabila konjungsi tersebut dilesapkan maka kalimat menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Selanjutnya data (131b) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut. (131d) Sebab, ana aturan sing ora tinulis, nerangake yen para hadirin Amarga Jalaran kudu ngadeg saka lungguhane, yen ta ana lagu kebangsaan dikumandhangake. Sebab, tidak ada aturan tertulis, menjelaskan jika para hadirin Karena Karena harus berdiri dari duduknya, jika ada lagu kebangsaan dinyanyikan. Konjungsi kausalitas sebab sebab ternyata dapat diganti dengan konjungsi amarga karena dan konjungsi jalaran karena karena konjungsi tersebut mempunyai ragam yang sama yaitu ragam ngoko. 2) Konjungsi Pertentangan Konjungsi pertentangan merupakan konjungsi yang menyatakan makna pertentangan. Konjungsi pertentangan ditandai dengan satuan lingual nanging tetapi, ning tetapi, dene sedangkan, mung hanya. Berikut ini data yang menggunakan penanda konjungsi pertentangan. (132) PNI nindakake politik non, ora nyambut gawe bebarengan karo pihak penjajah, dene Parindra nindakake politik co-operatif karo panguwasa. (PS/1/9/22/1/06/2013). PNI melakukan politik non, tidak bekerja bersama dengan pihak penjajah, sedangkan Parindra melakukan politik co-operatif dengan penguasa. Pada wacana (132) di atas tampak adanya penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi pertentangan yaitu kata dene sedangkan. Konjungsi

69 116 pertentangan dene sedangkan berfungsi menghubungkan kalimat PNI nindakake politik non, ora nyambut gawe bebarengan karo pihak penjajah dengan kalimat yang mengandung kata dene sedangkan itu sendiri, yaitu dene Parindra nindakake politik co-operatif karo panguwasa. Wacana (132) dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (132a) PNI nindakake politik non, ora nyambut gawe bebarengan karo pihak penjajah, PNI melakukan politik non, tidak bekerja bersama dengan pihak penjajah, (132b) dene Parindra nindakake politik co-operatif karo panguwasa. sedangkan Parindra melakukan politik co-operatif dengan penguasa. Kemudian data (132b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (132c) Ø Parindra nindakake politik co-operatif karo panguwasa. Ø Parindra melakukan politik co-operatif dengan penguasa. Konjungsi pertentangan dene sedangkan di atas tidak wajib hadir. Konjungsi tersebut jika dilesapkan maka kalimat (132b) masih tetap gramatikal atau berterima serta informasi yang diterima pembaca tetap jelas, namun akan lebih jelas dan lengkap jika konjungsi tersebut tetap dihadirkan. Kemudian data (132b) diuji dengan teknik ganti, hasilnya menjadi sebagai berikut. (132d) dene Parindra nindakake politik co-operatif karo *wondene penguwasa. sedangkan *sedangkan penguasa. Parindra melakukan politik co-operatif dengan Analisis data (132d) di atas menyatakan bahwa satuan lingual wondene sedangkan tidak dapat menggantikan posisi kata dene sedangkan karena

70 117 ragam yang digunakan berbeda. Di bawah ini contoh data lain yang menggunakan penanda konjungsi pertentangan. (133) Awake katon lemes, capek, lesu. Ning atine katon seneng; marem, lega. (PS/2/10/19/11/05/2013). Badannya terlihat lemas, capek, lesu. Tetapi hatinya terlihat senang; puas, lega. Data (133) di atas ditemukan penanda konjungsi pertentangan berupa satuan lingual ning tetapi. Satuan lingual tersebut berfungsi sebagai penghubung antara klausa Awake katon lemes, capek, lesu Badannya terlihat lemas, capek, lesu dengan klausa atine katon seneng; marem, lega hatinya terlihat senang; puas, lega. Kemudian data (133) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (133a) Awake katon lemes, capek, lesu. Badannya terlihat lemas, capek, lesu. (133b) Ning atine katon seneng; marem, lega. Tetapi hatinya terlihat senang; puas, lega. Selanjutnya data (133b) di atas diuji dengan teknik lesap, hasilnya sebagai berikut. (133c) Ø atine katon seneng; marem, lega. Øhatinya terlihat senang; puas, lega. Satuan lingual ning tetapi pada wacana di atas apabila dilesapkan maka kalimat (133b) masih tetap gramatikal atau berterima. Konjungsi tersebut jika dilesapkan informasi yang diterima pembaca tetap jelas, jadi konjungsi ning tetapi tidak wajib hadir. Tetapi akan lebih jelas dan lengkap jika konjungsi tersebut tetap dihadirkan. Setelah diuji dengan teknik lesap, data (133b) kemudian dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut.

71 118 (133d) Ning atine katon seneng; marem, lega. Nanging *Ewasemana Tetapi hatinya terlihat senang; puas, lega. Tetapi *Meskipun demikian Hasil analisis pada data (133d) di atas adalah bahwa kata ning tetapi dapat diganti dengan kata nanging tetapi karena dalam tingkat tutur yang sama yaitu ragam ngoko serta secara makna juga sama dan berterima. Namun ning tetapi tidak dapat diganti dengan kata ewasemana meskipun demikian karena secara makna berbeda. Selain data tersebut ditemukan pula penanda konjungsi pertentangan yang berupa kata ning tetapi terdapat dalam data (134) sampai dengan (140) berikut. (134) Soeroen dhewe bareng maca buku mau, ing batin rada kuwatir, aja-aja Pemerintah mengko bakal nganakake tindakan. Embuh apa lan kepiye, ning sing cetha bae tertemtu ora bakal ora nguntungake penulise. (PS/2/10/18/4/05/2013). Soeroen sendiri setelah membaca buku tadi, batin agak khawatir, jangan-jangan pemerintah akan melakukan tindakan. Entah apa dan bagaimana, tetapi yang jelas tentu tidak akan menguntungkan penulis. (135) Ora ana keistimewaane apa-apa. Ning, ha ya gek kepiye maneh. Jenenge bae: katresnan, asmara. (PS/1/9/21/25/05/2013). Tidak ada keistimewaannya apa-apa. Tetapi, ya bagaimana lagi. Namanya saja: cinta, asmara. (136) Ning, saora-orane sacara tatalahire, atine Soepratman bisa luwih tenang, luwih tentrem. Ning, ana sawenehing pepalang sing ngrusuhi anggone omah-omah karo Salamah. (PS/3/9/21/25/05/2013). Tapi, setidaknya secara tatalahirnya, hati Soepratman bisa lebih tenang, lebih damai. Tetapi, ada beberapa masalah yang menggangu pernikahannya dengan Salamah.

72 119 (137) Kabeh-kabeh padha nedya nggayuh Indonesia merdeka ning dalan dalah carane bae sing beda. (PS/2/9/22/1/06/2013). Semuanya berniat mengejar kemerdekaan Indonesia tetapi jalan dan caranya saja yang berbeda. (138) Para pelayat umume padha jubel riyel nganti tekan GNI, ning gus Wage sing awake mula ringkih, rumangsa ora keconggah nguntabake nganti tekan tujuwan. (PS/3/9/22/1/06/2013). Para pelayat umumnya berdesak-desakan sampai GNI, tetapi gus Wage yang badannya lemah, merasa tidak sanggup mengantar sampai tujuan. (139) Soepratman ngawikani, manawa sisihane mula kurang pendhidhikan, ning atine teguh, setiya sarta sabar ndhampingi awake. (PS/1/10/23/8/06/2013). Soepratman mengetahui, apabila istrinya kurang berpendidikan, tetapi hatinya teguh, setia, dan sabar mendampingi dirinya. (140) Iya karo Salamah iki sang komponis urip bebarengan ing ndalem kahanan sing sarwa ora kecukupan, ning sumendhe ing pepesthene. (PS/3/9/24/15/06/2013). Ya dengan Salamah ini sang komponis hidup bersama di dalam situasi yang serba tidak kecukupan, tetapi pasrah pada takdir. 3) Konjungsi Kelebihan (eksesif) Konjungsi kelebihan ditandai dengan kata: malah dan malahan bahkan. Konjungsi kelebihan yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah adalah sebagai berikut. (141) Soepratman, jejer dadi wartawan tertemtu bae tepung karo Panitia Kongres II iki, sing dipinituwani dening Soegondo Djojopoespito. Malah hubungane cukup rapet. (PS/3/9/19/11/05/2013). Soepratman, menjadi wartawan tentu saja kenal dengan Panitia Kongres II ini, yang diketuai oleh Soegondo Djojopoespito. Bahkan hubungannya cukup erat. Tampak adanya konjungsi kelebihan yang ditunjukkan oleh kata malah bahkan. Konjungsi malah bahkan yang menghubungkan klausa [...]Kongres II iki, sing dipinituwani dening Soegondo Djojopoespito [...]Kongres II ini, yang diketuai oleh Soegondo Djojopoespito dengan klausa yang mengandung

73 120 kata malah itu sendiri, yaitu Malah hubungane cukup rapet Bahkan hubungannya cukup erat. Setelah itu, data (141) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL. (141a) Soepratman, jejer dadi wartawan tertemtu bae tepung karo Panitia Kongres II iki, sing dipinituwani dening Soegondo Djojopoespito. Soepratman, menjadi wartawan tentu saja kenal dengan Panitia Kongres II ini, yang diketuai oleh Soegondo Djojopoespito. (141b) Malah hubungane cukup rapet. Bahkan hubungannya cukup erat. berikut. Kemudian data (141b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai (141c) Ø hubungane cukup rapet. Ø hubungannya cukup erat. Hasil analisis di atas menyatakan bahwa apabila konjungsi malah bahkan dilesapkan maka kalimatnya masih tetap gramatikal atau berterima, tetapi akan lebih jelas dan lengkap jika konjungsi kelebihan tersebut tetap dihadirkan. Penanda konjungsi kelebihan yang berupa kata malah bahkan juga tampak pada data (142) sampai dengan (145) berikut. (142) [...] Malah miturut sk. Keng Po 9 April 1925 kahanane Kantor Berita PAIT mula pait tenanan. Kalut, kasut, semrawut. Wage Soepratman rong sasi ora dibayar. (PS/1/9/18/4/05/2013). [...] Bahkan, menurut sk. Keng Po 9 April 1925 situasi Kantor Berita PAIT memang benar-benar pahit. Panik, kasut, kacau. Wage Soepratman dua bulan tidak dibayar. (143) [...] Parada Harahap, sawenehing jurnalis sing miwiti saka ngisor nganti satemah kelakon nduweni jeneng ing kalangane kaum wartawan Indonesia dhek samana. Malah rikala kelakon ngetokake koran dhewe, Bintang Timore jenenge kondhang kaonang-onang ing kalangane media-massa. (PS/3/9/18/4/05/2013).

74 121 [...] Parada Harahap, seorang jurnalis yang memulai dari bawah hingga memiliki nama di antara wartawan Indonesia saat itu. Bahkan ketika mengeluarkan koran sendiri, "Bintang Timor" namanya terkenal di kalangan media massa. (144) [...] Malah sang komponis banjur ngarang lagu kanggo Parindra lan uga kanggo Surya Wirawan, gerakan kaum mudha ing Parindra kono. (PS/3/10/21/25/05/2013). [...] Bahkan sang komponis kemudian mengarang lagu untuk Parindra dan juga untuk Surya Wirawan, gerakan kaum pemuda di Parindra sana. (145) Sauntara kuwi pamarentah Kabupaten Purworejo dikabarake, arep mindhah pasareyane sang komponis saka Surabaya nyang Purworejo. Malah kanggo kaperluan kuwi wis didhapuk sawijining kumisi. (PS/2/10/24/15/06/2013). Sementara itu pemerintah Kabupaten Purworejo dikabarkan, akan memindahkan kuburan sang komponis dari Surabaya ke Purworejo. Bahkan untuk tujuan tersebut telah terorganisir dan terencana dengan komisi. Data lain yang menunjukkan adanya penanda konjungsi kelebihan adalah sebagai berikut. (146) Dulur-dulure ora ana siji-sijia sing ngakoni absahe pernikahan Soepratman karo Salamah, malahan ndhuweni tekad misahake Soepratman karo Salamah. (PS/2/10/23/8/06/2013). Saudara-saudaranya tidak ada satupun yang mengakui sahnya pernikahan Soepratman dengan Salamah, bahkan mempunyai tekad memisahkan Soepratman dengan Salamah. Konjungsi kelebihan malahan bahkan pada data (146) di atas berfungsi untuk menghubungkan klausa Dulur-dulure ora ana siji-sijia sing ngakoni absahe pernikahan Soepratman karo Salamah dengan klausa yang mengandung konjungsi malahan bahkan itu sendiri, yaitu malahan ndhuweni tekad misahake Soepratman karo Salamah. Kemudian data (146) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut.

75 122 (146a) Dulur-dulure ora ana siji-sijia sing ngakoni absahe pernikahan Soepratman karo Salamah, Saudara-saudaranya tidak ada satupun yang mengakui sahnya pernikahan Soepratman dengan Salamah, (146b) malahan ndhuweni tekad misahake Soepratman karo Salamah. bahkan mempunyai tekad memisahkan Soepratman dengan Salamah. Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (146b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (146b) Ø ndhuweni tekad misahake Soepratman karo Salamah. Ø mempunyai tekad memisahkan Soepratman dengan Salamah. Konjungsi kelebihan malahan bahkan pada data (146) di atas ternyata wajib hadir, agar informasi yang tersampaikan jelas dan lengkap. Konjungsi tersebut apabila dilesapkan maka wacana (146) menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Jenis penanda konjungsi kelebihan yang berupa kata malahan bahkan terdapat dalam data (147) dan (148) berikut. (147) Aja-aja, mengko yen lagu mau dinyanyekake lan keprungu tembung merdeka, Kongrese malahan dibubarake pisan dening pulisi. (PS/3/10/19/11/05/2013). Jangan-jangan, nanti jika lagu dinyanyikan lan terdengar kata merdeka, Kongres bahkan dibubarkan oleh polisi. (148) Ing ndalem sapatemonan mau Imam Soepardi crita, manawa pemerentah Hindia-Walanda wis gelem ngidinake basa Indonesia dipigunakake ing ndalem sidhang Dewan-Dewan Perwakilan. Malahan Fraksi Nasional ing volksraad (Dewan Rakyat) ing Jakarta wis wiwit dipigunakake. (PS/1/10/22/1/06/2013). Di dalam pertemuan tadi Imam Seopardi bercerita, apabila pemerintah Hindia-Belanda telah mengizinkan bahasa Indonesia digunakan di dalam sidang Dewan-Dewan Perwakilan. Bahkan Partai Nasional Dewan Rakyat di Jakarta telah mulai digunakan.

76 123 4) Konjungsi Perkecualian (ekseptif) Konjungsi perkecualian merupakan konjungsi yang menyatakan makna perkecualian. Konjungsi perkeculian ditandai dengan kata: sakliyane selain, kajaba, dan kajawi kecuali. Berikut data yang mengandung penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi perkecualian. (149) Soepratman kaya-kaya wis ora ana pilihan liya maneh, kajaba mung manut marang garising takdir. Ninggal Salamah nganti tekan pupusing yitmane. (PS/3/10/24/15/06/2013). Soepratman seolah-olah sudah tidak punya pilihan lain lagi, kecuali hanya taat pada takdir. Meninggalkan Salamah sampai akhir hayatnya. Pada tuturan (149) di atas terdapat konjungsi perkecualian yaitu pada kata kajaba kecuali, yang berfungsi untuk menunjukkan adanya perkecualian yaitu pada klausa Soepratman kaya-kaya wis ora ana pilihan liya maneh Soepratman seolah-olah sudah tidak punya pilihan lain lagi dengan klausa mung manut marang garising takdir hanya taat pada takdir. Data (149) di atas dibagi atas unsur langsungnya adalah sebagai berikut. (149a) Soepratman kaya-kaya wis ora ana pilihan liya maneh, Soepratman seolah-olah sudah tidak punya pilihan lain lagi, (149b) kajaba mung manut marang garising takdir. kecuali hanya taat pada takdir. (149c) Ninggal Salamah nganti tekan pupusing yitmane. Meninggalkan Salamah sampai akhir hayatnya. berikut. Selanjutnya data (149b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai (149d) Ø mung manut marang garising takdir. Ø hanya taat pada takdir.

77 124 Konjungsi perkecualian yaitu pada kata kajaba kecuali apabila dilesapkan maka wacana (149) tetap gramatikal atau berterima, tetapi akan lebih jelas jika konjungsi tersebut tetap dihadirkan. Kemudian data (149b) diuji dengan teknik ganti sebagai berikut. (149e) kajaba mung manut marang garising takdir. *kajawi sakliyane kecuali *kecuali selain hanya taat pada takdir. Analisis data (149) di atas menyatakan bahwa konjungsi kajaba kecuali tidak dapat diganti dengan konjungsi kajawi kecuali karena berbeda ragam, kajaba kecuali merupakan ragam ngoko sedangkan kajawi kecuali termasuk dalam ragam krama. Konjungsi kajaba kecuali dapat diganti dengan konjungsi sakliyane selain karena masih dalam satu tingkat tutur yang sama yaitu ragam ngoko. Selain data tersebut ditemukan pula penanda konjungsi perkecualian yang berupa kata kajaba kecuali terdapat dalam data (150) dan (151) berikut. (150) Soepratman, ing ndalem perkembanganne kajaba jejer wartawan, mula iya ahli ngrumpaka lagu, sing ing sabanjure uga dikenal bebrayan bangsane. (PS/3/9/19/11/05/2013). Soepratman, di dalam perkembangannya kecuali sebagai wartawan, maka ya ahli mengarang lagu, yang selanjutnya juga dikenal masyarakat negaranya. (151) Kajaba Ny. Salamah ing Wisma Mulia kono uga ana randhane Dr. Tjipto Mangunkusumo sing dikancani putra lanang, Luois. (PS/3/9/24/15/06/2013). Kecuali Nyonya Salamah di Wisma Mulia itu juga ada jandanya Dr. Tjipto Mangunkusumo yang ditemani anak laki-laki, Luois.

78 125 5) Konjungsi Konsesif Konjungsi konsesif biasanya ditandai dengan kata: nadyan meskipun dan sanadyan walaupun. Konjungsi konsesif tampak pada data berikut. (152) Dadi Kongres Pemuda II iki babarpisan dudu sambungane Kongres Pemuda I kae, nadyan ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir rikala Kongres sing sepisanan kae. (PS/2/9/19/11/05/2013). Jadi Kongres Pemuda II ini sama sekali bukan sambungannya Kongres Pemuda I itu, meskipun yang menghadir juga ada sebagian orang yang hadir ketika Kongres yang pertama kalinya itu. Pada data (152) di atas menunjukkan adanya konjungsi konsesif pada kata nadyan meskipun yang menghubungkan secara konsesif antara klausa Dadi Kongres Pemuda II iki babarpisan dudu sambungane Kongres Pemuda I kae dengan klausa yang mengandung kata nadyan meskipun itu sendiri, yaitu nadyan ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir rikala Kongres sing sepisanan kae. Selanjutnya data (152) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut. (152a) Dadi Kongres Pemuda II iki babarpisan dudu sambungane Kongres Pemuda I kae, Jadi Kongres Pemuda II ini sama sekali bukan sambungannya Kongres Pemuda I itu, (152b) nadyan ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir rikala Kongres sing sepisanan kae. meskipun yang menghadir juga ada sebagian orang yang hadir ketika Kongres yang pertama kalinya itu. Kemudian data (152b) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (152c) Ø ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir rikala Kongres sing sepisanan kae. Ø yang menghadir juga ada sebagian orang yang hadir ketika Kongres yang pertama kalinya itu.

79 126 Penanda konjungsi konsesif nadyan meskipun pada data (152c) wajib hadir, jika konjungsi tersebut dilesapkan maka informasi yang tersampaikan menjadi tidak jelas serta kalimatnya menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Setelah dianalisis dengan teknik lesap, data (152b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (152d) nadyan ta sing ngestreni uga ana sawatara sing hadir sanadyan *sinaosa rikala Kongres sing sepisanan kae. meskipun yang menghadir juga ada sebagian orang yang walaupun *walaupun hadir ketika Kongres yang pertama kalinya itu. Setelah dianalisis dengan teknik ganti, data (152d) di atas menyatakan bahwa konjungsi nadyan meskipun dapat diganti dengan sanadyan walaupun karena sama-sama termasuk ragam ngoko. Namun konjungsi nadyan walaupun tidak dapat diganti dengan konjungsi sinaosa walaupun karena berbeda ragam. Konjungsi nadyan meskipun merupakan ragam ngoko sedangkan sinaosa walaupun termasuk ragam krama. Penanda konjungsi konsesif yang berupa kata nadyan walaupun juga tampak pada data (153) dan (154) berikut. (153) Hebate, nadyan ta laire ora kecukupan, ning batine ora nate ngrasa nandhang papa. (PS/1/10/18/4/05/2013). Hebatnya, meskipun dilahirkan tidak berkecukupan, tetapi dalam batinnya tidak pernah merasa menderita. (154) Kajaba iku, Kongres Pemuda I dianakake dening pribadi-pribadi (perorangan), ora dening organisasi kepemudaan, ning, nadyan ta mangkono, Kongres Pemuda I tetep mujudake pelopor persatuan bangsa Indonesia. (PS/3/9/19/11/05/2013).

80 127 Selain itu, Kongres Pemuda I yang diadakan oleh individu (perorangan), bukan oleh organisasi pemuda, tapi, meskipun demikian, Kongres Pemuda I tetap menjadi pelopor persatuan bangsa Indonesia. 6) Konjungsi Tujuan Konjungsi tujuan merupakan konjungsi yang menyatakan makna tujuan dalam sebuah kalimat suatu wacana. Konjungsi tujuan ditandai dengan kata: supaya, supados, amrih agar. Di bawah ini merupakan contoh data yang mengandung konjungsi tujuan. (155) Si mbakyu krungu warta adhine lara maneh, teka ing Gang Tengah Jakarta, ngajak adhine supaya istirahat ing Surabaya. (PS/3/10/23/8/06/2013). Si kakak mendengar berita adiknya sakit lagi, datang di Gang Tengah Jakarta, mengajak adiknya agar istirahat di Surabaya. Penggalan wacana (155) di atas terdapat konjungsi tujuan yaitu pada kata supaya agar yang berfungsi menghubungkan suatu makna tujuan yaitu mengajak adiknya agar istirahat di Surabaya. Kemudian data (155) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (155a) Si mbakyu krungu warta adhine lara maneh, Si kakak mendengar berita adiknya sakit lagi, (155b) teka ing Gang Tengah Jakarta, datang di Gang Tengah Jakarta, (155c) ngajak adhine supaya istirahat ing Surabaya. mengajak adiknya agar istirahat di Surabaya. Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (155c) kemudian diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (155d) ngajak adhine Ø istirahat ing Surabaya. mengajak adiknya Ø istirahat di Surabaya.

81 128 Hasil analisis dengan menggunakan teknik lesap pada data (155d) ternyata setelah konjungsi supaya agar dilesapkan data di atas masih tetap berterima atau tetap gramatikal, informasi kalimatnya masih tetap jelas. Akan lebih baik lagi jika konjungsi tujuan supaya agar tersebut tetap hadir dalam wacana. Selanjutnya data (155c) dianalisis dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut. (155e) ngajak adhine supaya istirahat ing Surabaya. saprelu *supados mengajak adiknya agar istirahat di Surabaya. *agar supaya Analisis data (155e) di atas dengan menggunakan teknik ganti pada konjungsi supaya agar, ternyata kata supaya agar tidak dapat diganti dengan kata supados agar karena berbeda tingkat tutur. Supaya agar termasuk dalam ragam ngoko, sedangkan supados agar merupakan ragam krama. Konjungsi supaya agar dapat diganti dengan konjungsi saprelu supaya karena dalam satu tingkat tutur yang sama yaitu ragam ngoko. Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi tujuan yang berupa kata supaya agar terdapat dalam data (156) dan (157) berikut. (156) Kerampungan sing nomer telu iki sengaja diaturake ing kene, soal-e supaya kita kabeh bae aja nganti lali utawa ngilangi basa dhaerah, basa Ibu. (PS/3/9/20/18/05/2013). Penyelesaian yang nomor tiga sengaja dibawa ke sini, agar kita semua tidak lupa atau mengabaikan bahasa daerah, bahasa Ibu. (157) Rikala Jepang arep nelukake bumi kene, iya migunakake lagu Indonesia Raya kanggo ngrimuk lan ngojok-ngojoki bangsa Indonesia supaya lumawan penjajah Landa. (PS/1/10/24/15/06/2013).

82 129 Ketika Jepang akan menaklukkan bumi sini, ya menggunakan lagu Indonesia Raya untuk merusak dan menghasut rakyat Indonesia agar melawan pemerintahan kolonial Belanda. 7) Konjungsi Penambahan (aditif) Konjungsi penambahan ditandai dengan kata: lan dan, uga atau, ugi juga, sarta dan. Konjungsi pernambahan terdapat di dalam data berikut ini. (158) Salamah ditepungake karo wong tuwane, uga dulur-dulure dikenalake karo Salamah. (PS/3/9/23/8/06/2013). Salamah diperkenalkan dengan orang tuanya, juga saudara-saudaranya diperkenalkan dengan Salamah. Pada data (158) tampak adanya penanda konjungsi penambahan uga juga yang berfungsi menghubungkan frasa wong tuwane orang tuanya dengan frasa dulur-dulure saudara-saudaranya. Kemudian data (158) diuji dengan teknik BUL sebagai berikut. (158a) Salamah ditepungake karo wong tuwane, Salamah diperkenalkan dengan orang tuanya, (158b) uga dulur-dulure dikenalake karo Salamah. juga saudara-saudaranya diperkenalkan dengan Salamah. Setelah diuji dengan teknik BUL, data (158b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (158c) Ø dulur-dulure dikenalake karo Salamah. Ø saudara-saudaranya diperkenalkan dengan Salamah. Konjungsi aditif uga juga pada data (158c) apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal. Oleh karena itu, konjungsi uga juga wajib hadir, agar informasi yang tersampaikan jelas dan lengkap. Selanjutnya data (158b) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut.

83 130 (158d) uga dulur-dulure dikenalake karo Salamah. *ugi juga saudara-saudaranya diperkenalkan dengan Salamah. *juga Analisis data (158d) di atas dengan menggunakan teknik ganti ternyata konjungsi ugi juga tidak bisa menggantikan posisi konjungsi uga juga karena perbedaan ragam. Konjungsi uga juga merupakan ragam ngoko sedangkan ugi juga termasuk ragam krama. Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi penambahan yang berupa kata uga juga tampak pada data (159) dan (160) berikut. (159) Uga rikala nyebutake tanggal kelairane, si bapa sajak uga ora eling nemen tanggal pira. (PS/3/9/17/27/04/2013). Juga ketika menyebut tanggal kelahiran, si bapak mungkin juga tidak ingat betul tanggal berapa. (160) Manawa kabeh-kabeh wis dilurusake, klebu uga sing disebut Hari Musik Indonesia. Ing sakawit dilarasake karo tanggal kelahirane sang komponis. (PS/2/10/24/15/06/2013). Jika semuanya telah dilurusakan, termasuk juga yang disebut "Hari Musik" Indonesia. Pada mulanya diselaraskan dengan tanggal kelahiran sang komponis. Penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi penambahan juga terdapat di dalam data berikut. (161) Penulise atur iki nate endhang mrono, nemoni lan wawancara karo Salamah. (PS/1/9/24/15/06/2013). Penulis karya ini pernah melihat ke sana, menemui dan wawancara dengan Salamah. Tampak pada data (161) di atas terdapat konjungsi penambahan yaitu pada kata lan dan. Konjungsi lan dan tersebut berfungsi menghubungkan antara satuan lingual nemoni menemui dengan kata wawancara wawancara

84 131 supaya wacana lebih padu dan baik. Setelah itu, data (161) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut. (161a) Penulise atur iki nate endhang mrono, Penulis karya ini pernah melihat ke sana, (161b) nemoni lan wawancara karo Salamah. menemui dan wawancara dengan Salamah. Kemudian data (161b) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (161c) nemoni Ø wawancara karo Salamah. menemui Ø wawancara dengan Salamah. Hasil analisis data (161c) di atas dengan menggunakan teknik lesap ternyata konjungsi lan dan wajib hadir. Konjungsi penambahan lan dan tersebut apabila dilesapkan maka wacana (161c) menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal serta informasi yang tersampaikan menjadi tidak jelas. Selanjutnya data (161b) diuji dengan teknik ganti sebagai berikut. (161d) nemoni lan wawancara karo Salamah. sarta *kaliyan menemui dan wawancara dengan Salamah. dan *dan Tampak pada hasil analisis data (161b) di atas dengan menggunakan teknik ganti, ternyata kata lan dan dapat diganti dengan kata sarta dan karena sama-sama merupakan ragam ngoko. Namun konjungsi lan dan tidak dapat diganti dengan konjungsi kaliyan dan karena berbeda tingkat tutur, konjungsi kaliyan dan termasuk dalam ragam krama.

85 132 Jenis konjungsi penambahan yang berupa kata lan dan juga tampak pada data (162) sampai dengan (166) berikut. (162) Bisa dimangerteni uga, yen ta Soepratman wiwit cilik tansah diugung lan diuja, laras karo kekuwatane ekonomine wong tuwa. (PS/1/10/17/27/04/2013). Bisa dimengerti juga, jika Soepratman sejak kecil selalu dipuji dan dipenuhi segala keinginannya, serasi dengan kekuatan ekonomi orang tuanya. (163) Ora sethithik sing ngalembana, lan padha eram, dene semono kawasisane Soepratman main biola. (PS/2/10/17/27/04/2013). Tidak sedikit yang memuji, dan kagum, pada kepandaiannya Soepratman bermain biola. (164) Terus mbiyantu Kantor Berita PAIT, Pers Agentschap India Timoer, sing ing ndalem prakteke jenenge bae Kantor Berita, ning yen ngenani bab dhuwit lan kahanane pegawaine, ya ampuuunnn. (PS/1/9/18/4/05/2013). Kemudian membantu Kantor Berita PAIT, Pers Agentschap India Timoer, yang di dalam praktiknya namanya saja, "Kantor Berita", yag jika mengenai bab uang dan situasi pegawainya, ya ampuuunnn. (165) Genahe maneh taun 1926, kaum komunis mentas bae brontak; lan pemerintah Landa gawe Pembersihan. (PS/3/10/19/11/05/2013). Jelasnya lagi pada tahun 1926, kaum komunis baru-baru ini memberontak; dan pemerintah Belanda membuat "Pembersihan". (166) Rikala samono penulis atur iki bisa sapatemon karo Ny. Salamah randhane Wage Rudolf Soepratman sang komponis agung sing wis kelakon nyipta lagu kebangsaan Indonesia Raya dalah lagu-lagu perjuangan liyane sing migunani banget lan bisa nuwuhake grengseng semangat kebangsaan. (PS/2/9/24/15/06/2013). Ketika itu penulis karya ini bisa bertemu dengan Nyonya Salamah istri Wage Rudolf Supratman sang komponis besar yang telah menciptakan lagu kebangsaan "Indonesia Raya" dan lagu-lagu perjuangan lainnya yang sangat berguna dan dapat menimbulkan semangat kebangsaan. Data yang mengandung penanda konjungsi penambahan lainnya juga tampak pada data berikut.

86 133 (167) Tembene ana owah-owahan, lagu Indonesia Raya mung kena dinyanyekake ing ruwang tertutup, sarta mung kena dinyanyekake kalangan tinamtu bae. (PS/2/10/20/18/05/2013). Kemudian ada perubahan-perubahan, lagu Indonesia Raya hanya dapat dinyanyikan di ruangan tertutup, dan hanya dapat dinyanyian di kalangan tertentu saja. Penggalan wacana (167) di atas menunjukkan adanya konjungsi aditif atau penambahan sarta dan yang berfungsi menghubungkan klausa lagu Indonesia Raya mung kena dinyanyekake ing ruwang tertutup dengan klausa yang mengandung konjungsi sarta dan itu sendiri yaitu sarta mung kena dinyanyekake kalangan tinamtu bae. Selanjutnya data (167) diuji dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut. (167a) Tembene ana owah-owahan, lagu Indonesia Raya mung kena dinyanyekake ing ruwang tertutup, Kemudian ada perubahan-perubahan, lagu Indonesia Raya hanya dapat dinyanyikan di ruangan tertutup, (167b) sarta mung kena dinyanyekake kalangan tinamtu bae. dan hanya dapat dinyanyian di kalangan tertentu saja. Setelah diuji dengan teknik BUL, data (167b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (167c) Ø mung kena dinyanyekake kalangan tinamtu bae. Ø hanya dapat dinyanyian di kalangan tertentu saja. Satuan lingual sarta dan pada data (167c) di atas apabila dilesapkan maka kalimatnya masih berterima, tetapi informasi yang tersampaikan menjadi kurang jelas dan kurang lengkap. Maka akan lebih jelas dan lengkap jika konjungsi sarta dan tetap dihadirkan. Kemudian data (167b) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut.

87 134 (167d) sarta lan *kaliyan mung kena dinyanyekake kalangan tinamtu bae. dan dan *dan hanya dapat dinyanyian di kalangan tertentu saja. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa konjungsi sarta dan dapat digantikan dengan konjungsi lan dan karena masih dalam satu ragam yang sama, sedangkan kaliyan dan tidak dapat menggantikan posisi konjungsi sarta dan karena berbeda ragam. Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi penambahan yang berupa kata sarta dan tampak pada data (168) dan (169) berikut. (168) [...] Udakara wong 40-an, seperangan akeh warga Surya Wirawan, sarta ana sawatara pandu Hizbul Wathon, Kepanduaan Bangsa Indonesia. (PS/1/10/22/1/06/2013). [...] Kurang lebih 40-an, beberapa warga Surya Wirawan, dan ada beberapa pandu Hizbul Wanthon, kepaduan Bangsa Indonesia. (169) Mula kanthi sabar uga gus Wage kadhang-kadhang sok aweh katerangan nyang Salamah, ngenani theg kliwere gerakan kebangsaan, sarta uga nyebut asmane sawatara pemimpin nasionalis sing wis ditepungi. (PS/1/10/23/8/06/2013). Maka dengan sabar gus Wage juga kadang-kadang memberi keterangan pada Salamah, mengenai gerakan kebangsaan, dan juga menyebut nama dari beberapa pemimpin nasionalis yang dikenal. 8) Konjungsi Pilihan (alternatif) Konjungsi alternatif merupakan konjungsi yang menyatakan makna pilihan. Konjungsi ini ditandai dengan kata: utawa, utawi, apa, menapa. Berikut konjungsi alternatif yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah. (170) Iya sarana pers kuwi, ora perduli sing migunakake basa Indonesia apa sing nganggo basa daerah (Jawa, Sunda, Medura, Batak lan liyane

88 135 maneh) kaum pergerakan nyebar semangat nasionalisme. (PS/3/9/19/11/05/2013). Ya sarana pers itu, tidak peduli yang menggunaan bahasa Indonesia apa yang menggunakan bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, Batak dan lainnya) kaum pergerakan menyebarkan semangat nasionalisme. Tampak adanya konjungsi pilihan atau alternatif yaitu pada kata apa apa yang berfungsi menyatakan makna pilihan antara frasa migunakake basa Indonesia menggunakan bahasa Indonesia dengan frasa nganggo basa daerah menggunakan bahasa daerah. Kemudian data (170) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (170a) Iya sarana pers kuwi, Ya sarana pers itu, (170b) ora perduli sing migunakake basa Indonesia apa sing nganggo basa daerah (Jawa, Sunda, Medura, Batak lan liyane maneh) tidak peduli yang menggunaan bahasa Indonesia apa yang menggunakan bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, Batak dan lainnya) (170c) kaum pergerakan nyebar semangat nasionalisme. kaum pergerakan menyebarkan semangat nasionalisme. Selanjutnya data (170b) dianalisis dengan menggunakan teknik lesap sebagai berikut. (170d) ora perduli sing migunakake basa Indonesia Ø sing nganggo basa daerah (Jawa, Sunda, Medura, Batak lan liyane maneh) tidak peduli yang menggunaan bahasa Indonesia Ø yang menggunakan bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, Batak dan lainnya) Hasil analisis data (170d) di atas ternyata konjungsi alternatif apa apa wajib hadir, agar informasi yang disampaikan tetap jelas dan lengkap. Konjungsi tersebut apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak

89 136 gramatikal atau tidak berterima. Setelah dianalisis dengan teknik lesap, data (170b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (170e) ora perduli sing migunakake basa Indonesia apa sing *punapa nganggo basa daerah (Jawa, Sunda, Medura, Batak lan liyane maneh) tidak peduli yang menggunaan bahasa Indonesia apa yang *apa menggunakan bahasa daerah (Jawa, Sunda, Madura, Batak dan lainnya) Data (170e) di atas apabila dikenai teknik ganti pada konjungsi apa apa, ternyata konjungsi punapa apa tidak dapat digantikan posisi konjungsi apa apa karena ragam yang digunakan berbeda. Konjungsi punapa apa merupakan ragam krama sedangkan apa apa termasuk ragam ngoko. data berikut. Data yang mengandungpenanda konjungsi pilihan juga terdapat pada (171) Merga lagu Indonesia Raya dudu lagu kebangsaan; mung lagune perkumpulan utawa partai bae. (PS/2/10/20/18/05/2013). Karena lagu "Indonesia Raya" bukan lagu kebangsaan; hanya lagunya perkumpulan atau partai saja. Wacana (171) di atas terdapat konjungsi pilihan yang ditunjukkan dengan kata utawa atau. Konjungsi utawa atau tersebut berfungsi menghubungkan dua pilihan yaitu antara frasa lagune perkumpulan lagunya perkumpulan dengan frasa partai bae partai saja. Selanjutnya data (171) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL. (171a) Merga lagu Indonesia Raya dudu lagu kebangsaan; Karena lagu Indonesia Raya bukan lagu kebangsaan; (171b) mung lagune perkumpulan utawa partai bae. hanya lagunya perkumpulan atau partai saja.

90 137 Setelah dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, data (171b) kemudian diuji dengan teknik lesap sebagai berikut. (171c) mung lagune perkumpulan Ø partai bae. hanya lagunya perkumpulan Ø partai saja. Konjungsi utawa atau pada data (171c) setelah diuji dengan teknik lesap ternyata wacana tetap berterima atau gramatikal, namun akan lebih baik jika konjungsi tersebut tetap hadir dalam wacana agar informasi dapat tersampaikan dengan jelas. Selanjutnya data (171b) dianalisis dengan teknik ganti menjadi berikut. (171d) mung lagune perkumpulan utawa partai bae. *utawi hanya lagunya perkumpulan atau partai saja. *atau Hasil analisis data (171d) di atas dengan menggunakan teknik ganti, ternyata konjungsi utawa atau tidak dapat diganti dengan konjungsi utawi atau karena berbeda tingkat tutur, utawa atau termasuk dalam ragam ngoko sedangkan utawi atau merupakan ragam krama. Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi pilihan yang berupa kata utawa atau terdapat dalam data (172) sampai dengan (174) berikut. (172) Mundur saka ngarsane Dr. Soetomo, Soepratman uga banjur mbatin, embuh non embuh co, sapa sing bener kareben sejarah sing bakal mancasi. Utawa mbok menawa bae. Loro-lorone diperlokake ing wektu samana. (PS/2/9/22/1/06/2013). Mundur dari hadapan Dr. Soetomo, Soepratman juga kemudian membatin, entah non entah co, siapa yang benar biarkan sejarah yang akan menilai. Atau mungkin saja. Keduanya diperlukan pada waktu itu.

91 138 (173) Golek omah dhewe, bisa merdika bebas ora ngrusuhi dulur utawa wong liya. (PS/3/9/23/8/06/2013). Mencari rumah sendiri, bisa mandiri tidak mengganggu saudara atau orang lain. (174) Wisma Mulia papan disedhiyakake kanggo garwa utawa kulawargane para jaumhur Indonesia sing mula wis ora ndhuweni kulawarga maneh. (PS/1/9/24/15/06/2013). Wisma Mulia tempat yang disediakan untuk istri atau keluarganya para jaumhur Indonesia yang telah tidak mempunyai keluarga lagi. 9) Konjungsi Urutan (sekuensial) Konjungsi urutan merupakan konjungsi yang menyatakan makna urutan suatu kejadian atau aktivitas. Konjungsi urutan ditandai dengan kata: banjur kemudian, terus terus, lajeng kemudian. Berikut konjungsi urutan yang terdapat dalam penelitian. (175) Tekan makame kakunge. Ny. Salamah banjur ngrangkul maesane sang komponis, sarta ora kuwat gang nahan rasa pirasaning atine. (PS/3/10/24/15/06/2013). Sampai makam suaminya. Nyonya Salamah kemudian memeluk nisan sang komponis, dan tidak kuat menahan rasa di dalam hatinya. Konjungsi urutan terdapat pada data (175) di atas, ditunjukkan dengan kata banjur kemudian yang berfungsi menerangkan aktivitas yang berurutan yaitu tekan makame kakunge sampai makam suaminya, kemudian Ny. Salamah ngrangkul maesane sang komponis Nyonya Salamah memeluk nisan sang komponis. Data (175) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (175a) Tekan makame kakunge. Ny. Salamah banjur ngrangkul maesane sang komponis, Sampai makam suaminya. Nyonya Salamah kemudian memeluk nisan sang komponis, (175b) sarta ora kuwat gang nahan rasa pirasaning atine. dan tidak kuat menahan rasa di dalam hatinya.

92 139 Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (175a) kemudian dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (175c) Tekan makame kakunge. Ny. Salamah Ø ngrangkul maesane sang komponis, Sampai makam suaminya. Nyonya Salamah Ø memeluk nisan sang komponis, Data (175c) di atas setelah dianalisis dengan teknik lesap ternyata konjungsi banjur kemudian tidak wajib hadir, apabila konjungsi tersebut dilesapkan kalimatnya masih tetap gramatikal atau berterima. Namun akan lebih baik lagi jika konjungsi tersebut hadir, agar kalimatnya jelas dan lebih lengkap. Kemudian data (175a) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut. (175d) Tekan makame kakunge. Ny. Salamah banjur ngrangkul terus *lajeng maesane sang komponis, Sampai makam suaminya. Nyonya Salamah memeluk nisan sang komponis, kemudian terus *kemudian Analisis data (175d) dengan menggunakan teknik ganti di atas, ternyata konjungsi banjur kemudian dapat diganti dengan konjungsi terus terus karena dalam satu ragam yang sama yaitu ragam ngoko. Sedangkan konjungsi lajeng kemudian tidak dapat menggantikan konjungsi banjur kemudian karena konjungsi lajeng kemudian termasuk dalam ragam krama.

93 140 Selain data tersebut ditemukan pula penanda konjungsi urutan yang berupa kata banjur kemudian terdapat dalam data (176) sampai dengan (183) berikut. (176) Tamat saka Sek. Angka Loro, Soepratman banjur melu ujian K.A.E Klein Ambtenaar Examen. Ujian PN taraf endhek. Durung marem, banjur nerusake sinanune neng Normaal School, Sek. Guru 4 taun mawa basa pengantar basa Dhaerah. (PS/2/10/17/27/04/2013). Lulus dari Sekolah Angka Dua, Soepratman kemudian mengikuti ujian K.A.E (Klein Klein Examen). Ujian PN tingkat rendah. Belum puas, kemudian melanjutkan belajarnya di Normaal School, Sek. Guru 4 dengan bahasa pengantar bahasa Daerah. (177) Si mbakyu, meruhi kahanan sing kaya mangkono mau, banjur gawe kerampungan dhewe. (PS/3/9/21/25/05/2013). Si kakak, mengetahui keadaannya yang seperti itu tadi, kemudian membuat penyelesaian sendiri. (178) Ha hiya ora nggumunake, kaum pergerakan bareng krungu warta bab anane sang komponis neng Surabaya, banjur padha merlokake nekani. (PS/2/10/21/25/05/2013). Ya tidak mengherankan, kaum pergerakan setelah mendengar tentang keberadaan sang komponis di Surabaya, kemudian mereka perlu mendatangi. (179) Lagi ing Jagalan, Soepratman rumangsa kentekan tenaga. Banjur mutusake: bali mulih bae. (PS/1/10/22/1/06/2013). Baru di Jagalan, Soepratman merasa kehabisan tenaga. Kemudian memutuskan: kembali pulang saja. (180) Iya merga saka thukul welase kuwi mau, esuke maneh wong loro banjur nyang Cimahi. (PS/3/9/23/8/06/2013). Ya karena dari muncul rasa ibanya itu tadi, paginya dua orang tadi kemudian ke Cimaahi. (181) Nyumurupi lan ngrasakake prastawa sing kaya mangkono mau, atine Soepratman banget sedhihe. Banjur kelingan apa sing wis nate kelakon, pengalaman ing ndalem babagan asmara uga. (PS/2/10/23/8/06/2013). Mengetahui dan merasakan peristiwa yang seperti itu tadi, hatinya Soepratman sangat sedih. Kemudian teringat apa yang telah terjadi, terutama pengalaman di dalam hal asmara juga.

94 141 (182) Artikel mau sabenere kutipan saka majalah Timboel (Solo), sing njur dicuplik Fadjar Asia iki mau, pimpinane Haji Agus Salim. (PS/1/10/19/11/05/2013). Artikel tadi sebenarnya kutipan dari majalah Timboel (Solo), yang kemudian dikutip Fajar Asia ini tadi, pemimpin Haji Agus Salim. (183) Geger. Partai Nasional sing ing sakawit wis kelakon gedhe, wargane tinemu ing ngendi-endi, padha padu. Satemah PNI pecah. Banjur ana Partindo, Partai Indonesia. Ana maneh sing ngedegake PNI-Merdeka. Terus ana maneh liyane sing mbangun Pendidikan Nasional Indonesia. (PS/3/10/20/18/05/2013). Kacau. Partai Nasional yang telah menjadi besar, warga ditemukan di mana-mana, mereka bertengkar. Dan PNI pecah. Kemudian ada Partindo, Partai Indonesia. Ada lagi yang membentuk PNI-Merdeka. Terus ada lagi lainnya yang membangun Pendidikan Nasional Indonesia. Penanda kohesi gramatikal yang berupa konjungsi urutan juga tampak pada data berikut. (184) Ora aneh yen ta bareng kenya cilik mau salebare nyanyi, terus aweh urmat nyang para sing njenengi, ditampa kanthi surak mawuran. Makaping-kaping. (PS/3/9/20/18/05/2013). Tidak aneh jika gadis kecil tadi setelah bernyanyi, kemudian memberikan penghormatan kepada mereka, diterima dengan sorakan. Beberapa kali. Pada data (184) di atas terdapat adanya penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi urutan yaitu pada kata terus kemudian. Konjungsi tersebut menerangkan suatu aktifitas atau kejadian yang berurutan yaitu kenya cilik mau salebare nyanyi kemudian aweh urmat nyang para sing njenengi. Data (184) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut. (184a) Ora aneh yen ta bareng kenya cilik mau salebare nyanyi, Tidak aneh jika gadis kecil tadi setelah bernyanyi, (184b) terus aweh urmat nyang para sing njenengi, kemudian memberikan penghormatan kepada mereka,

95 142 (184c) ditampa kanthi surak mawuran. Makaping-kaping. diterima dengan sorakan. Beberapa kali. berikut. Kemudian data (184b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai (184d) Ø aweh urmat nyang para sing njenengi, Ø memberikan penghormatan kepada mereka, Wacana (184d) di atas setelah dikenai teknik lesap pada kata terus kemudian, ternyata wacana tersebut masih berterima. Namun akan lebih baik lagi jika konjungsi terus kemudian tetap dihadirkan, agar wacana (184d) lebih lengkap dan jelas. Selanjutnya data (184b) diuji dengan teknik ganti sebagai berikut. (184e) terus aweh urmat nyang para sing njenengi, banjur *lajeng kemudian kemudian *kemudian memberikan penghormatan kepada mereka, Hasil analisis data (184e) di atas, ternyata konjungsi banjur kemudian dapat menggantikan posisi terus kemudian karena ragam yang digunakan sama yaitu ragam ngoko. Sedangkan konjungsi lajeng kemudian tidak dapat menggantikan posisi terus kemudian karena konjungsi lajeng merupakan ragam krama. Jenis penanda konjungsi urutan yang berupa kata terus kemudian juga terdapat dalam data (185) berikut. (185) Yen nganti Soepratman gemang melu si Mbakyu, tertemtu atine si Mbakyu bakal gela nemen, terus nandhes tekan batin. (PS/3/10/23/8/06/2013).

96 143 Jika sampai Soepratman menolak ikut si Kakak, tentu hatinya si Kakak akan kecewa sekali, kemudian membekas sampai batin. 10) Konjungsi Waktu (temporal) Konjungsi waktu merupakan konjungsi yang menyatakan suatu waktu. Konjungsi tersebut ditandai dengan kata: bubar, sawise setelah, sesudah, usai, selesai, sadurunge sebelumnya, sabanjure selanjutnya. Konjungsi waktu yang terdapat dalam penelitian adalah sebagai berikut. (186) Iku mau, uga sawise kongres rampung. (PS/3/10/19/11/05/2013). Itu tadi, juga setelah kongres selesai. Pada penggalan wacana (186) di atas tampak adanya penanda konjungsi waktu yang ditunjukkan oleh satuan lingual sawise setelah yang berfungsi menyatakan suatu waktu yaitu setelah kongres selesai. Selanjutnya data (186) dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (186a) Iku mau, Itu tadi, (186b) uga sawise kongres rampung. juga setelah kongres selesai. Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (186b) diuji dengan teknik lesap sebagai berikut. (186c) uga Ø kongres rampung. juga Ø kongres selesai. Satuan lingual sawise setelah pada data (186c) di atas wajib hadir. Satuan lingual tersebut apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Kemudian data (186b) dianalisis dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut.

97 144 (186d) uga sawise kongres rampung. sabubare *sasampunipun juga setelah kongres selesai. setelah *sesudah Analisis data (186d) di atas menunjukkan bahwa konjungsi sawise setelah dapat diganti dengan sabubare setelah, karena kedua konjungsi tersebut termasuk ragam ngoko. Sedangkan konjungsi sasampunipun sesudah tidak dapat menggantikan posisi konjungsi sawise setelah, karena konjungsi sasampunipun sesudah merupakan ragam krama. Data yang mengandung penanda konjungsi waktu lainnya juga tampak pada data berikut. (187) Wah maneh, sauger ing pertemuan partai nasional sadurunge rapat diwiwiti banjur sering dikumandhangake lagu mau, kabeh hadirin padha ngadeg aweh urmat. (PS/2/10/20/18/05/2013). Nah lagi, yang baku di pertemuan partai nasional sebelum rapat dimulai kemudian sering dinyanyikan lagu tadi, semua hadirin berdiri untuk memberi hormat. Tuturan (187) di atas terdapat konjungsi waktu yang dinyatakan dengan kata sadurunge sebelum yang berfungsi sebagai penjelas dari frasa rapat diwiwiti rapat dimulai. Setelah itu data (187) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL. (187a) Wah maneh, sauger ing pertemuan partai nasional sadurunge rapat diwiwiti banjur sering dikumandhangake lagu mau, Nah lagi, yang baku di pertemuan partai nasional sebelum rapat dimulai kemudian sering dinyanyikan lagu tadi, (187b) kabeh hadirin padha ngadeg aweh urmat. semua hadirin berdiri untuk memberi hormat.

98 berikut. 145 Kemudian data (187a) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai (187c) Wah maneh, sauger ing pertemuan partai nasional Ø rapat diwiwiti banjur sering dikumandhangake lagu mau, Nah lagi, yang baku di pertemuan partai nasional Ø rapat dimulai kemudian sering dinyanyikan lagu tadi, Konjungsi sadurunge sebelum pada data (187c) di atas apabila dilesapkan ternyata wacana menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima, serta informasi yang tersampaikan menjadi tidak jelas. Maka konjungsi sadurunge sebelum tersebut wajib hadir, agar hubungan antarklausa menjadi padu. Selanjutnya data (187a) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut. (187d) Wah maneh, sauger ing pertemuan partai nasional sadurunge rapat diwiwiti banjur sering dikumandhangake *saderengipun lagu mau, Nah lagi, yang baku di pertemuan partai nasional sebelum *sebelum rapat dimulai kemudian sering dinyanyikan lagu tadi, Setelah data (187d) diuji dengan teknik ganti ternyata konjungsi sadurunge sebelum tidak dapat diganti dengan konjungsi saderengipun sebelum karena konjungsi tersebut merupakan ragam krama, sedangkan konjungsi sadurunge sebelum termasuk ragam ngoko. Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi waktu berupakata sadurunge sebelum yang terdapat dalam data (188) berikut. (188) Lha sadurunge lagu kelakon dikumandhangake, Soegono dalah anggota Panitia liyane bebarengan ngadeg saka lungguhe, dieloni dening para hadirin liyane. (PS/1/10/20/18/05/2013).

99 146 Nah sebelum lagu dinyanyikan, Soegono dan anggota Panitia lainnya bersama-sama berdiri dari duduknya, diikuti oleh peserta lainnya. Contoh data yang mengandung penanda konjungsi waktu lainnya dapat dilihat pada data berikut ini. (189) Soepratman ninggalake Alpena sing sabanjure mula iya kepeksa kukut, bangkrut sarta dadi reportere sk. Tionghoa-Melayu Sin Po. (PS/3/9/18/05/2013) Soepratman meninggalkan Alpena yang selanjutnya ya terpaksa bangkrut, gulung tikar dan menjadi reporternya sk. Tionghoa-Melayu Sin Po. Penggalan wacana (189) di atas terdapat adanya satuan lingual sabanjure selanjutnya yang merupakan penanda kohesi waktu. Satuan lingual tersebut berfungsi untuk menyatakan suatu waktu yaitu setelah Alpena gulung tikar, Soepratman menjadi reporternya sk. Tionghoa-Melayu Sin Po. Data (189) dibagi atas unsur langsungnya dengan menggunakan teknik BUL sebagai berikut. (189a) Soepratman ninggalake Alpena sing sabanjure mula iya kepeksa kukut, bangkrut Soepratman meninggalkan Alpena yang selanjutnya ya terpaksa bangkrut, gulung tikar (189b) sarta dadi reportere sk. Tionghoa-Melayu Sin Po. dan menjadi reporternya sk. Tionghoa-Melayu Sin Po. Kemudian data (189a) diuji dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (189c) Soepratman ninggalake Alpena sing Ø mula iya kepeksa kukut, bangkrut Soepratman meninggalkan Alpena yang Ø ya terpaksa bangkrut, gulung tikar

100 147 Konjungsi sabanjure selanjutnya pada data (189c) di atas wajib hadir, apabila konjungsi tersebut dilesapkan maka wacana tersebut menjadi tidak gramatikal. Setelah diuji dengan teknik lesap, data (189a) dianalisis dengan teknik ganti pada sabanjure selanjutnya menjadi sebagai berikut. (189d) Soepratman ninggalake Alpena sing sabanjure *salajengipun kukut, bangkrut mula iya kepeksa Soepratman meninggalkan Alpena yang bangkrut, gulung tikar selanjutnya ya terpaksa *selanjutnya Penanda konjungsi sabanjure selanjutnya pada data (189d) di atas tidak dapat digantikan dengan konjungsi salajengipun selanjutnya, karena sabanjure selanjutnya merupakan ragam ngoko sedangkan salajengipun selanjutnya termasuk ragam krama. Konjungsi waktu sabanjure selajutnya juga tampak pada data (190) berikut. (190) Lan sabanjure dieramake maneh, nganti selawas-lawase. (PS/2/10/17/27/04/2013). Dan selanjutnya ditutup lagi, untuk selama-lamanya. 11) Konjungsi Syarat Konjungsi syarat merupakan konjungsi yang menyatakan makna perangkaian persyaratan. Konjungsi ini ditandai dengan kata: yen jika, manawa (mangkono) jika. Berikut konjungsi syarat yang ditemukan dalam penelitian. (191) Ana lagu Raden Ajeng Kartini, Dari Barat Sampai ke Timur, KBI-Mars, saben uwong persasat bisa nglagokake lagu-lagu mau, syaire padha apal kabeh. Yen nyanyi padha kanthi semangat sarta kebak gairah. (PS/2/9/21/25/05/2013).

101 148 Ada lagu Raden Ajeng Kartini, Dari Barat Sampai ke Timur, KBI-Mars, setiap orang bisa menyanyikan lagu-lagu tersebut, mereka hafal semua syairnya. Jika menyanyikannya dengan antusias dan penuh semangat. Pada data (191) di atas terdapat konjungsi syarat yaitu pada kata yen jika yang merupakan penghubung syarat untuk menyanyikannya dengan antusias dan penuh semangat. Kemudian data (191) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (191a) Ana lagu Raden Ajeng Kartini, Dari Barat Sampai ke Timur, KBI-Mars, saben uwong persasat bisa nglagokake lagu-lagu mau, syaire padha apal kabeh. Ada lagu Raden Ajeng Kartini, Dari Barat Sampai ke Timur, KBI-Mars, setiap orang bisa menyanyikan lagu-lagu tersebut, mereka hafal semua syairnya. (191b) Yen nyanyi padha kanthi semangat sarta kebak gairah. Jika menyanyikannya dengan antusias dan penuh semangat. berikut. Selanjutnya data (191b) diuji denganteknik lesap, hasilnya sebagai (191c) Ø nyanyi padha kanthi semangat sarta kebak gairah. Ø menyanyikannya dengan antusias dan penuh semangat. Konjungsi yen jika pada data (191c) di atas wajib hadir, apabila konjungsi tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal serta informasi yang disampaikan menjadi tidak jelas. Setelah itu, data (191b) kemudian dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (191d) Yen Manawa *Menawi nyanyi padha kanthi semangat sarta kebak gairah. Jika Jika *Jika menyanyikannya dengan antusias dan penuh semangat.

102 149 Hasil analisis data (191d) di atas menyatakan bahwa konjungsi menawa jika dapat menggantikan posisi konjungsi yen jika karena sama-sama termasuk ragam ngoko. Sedangkan konjungsi menawi jika tidak dapat menggantikan posisi konjungsi yen jika karena konjungsi menawi jika merupakan ragam krama. Konjungsi syarat yang berupa kata yen saya tampak pada data (192) sampai dengan (198) berikut. (192) Dikandhakake, yen mbah Martowidjojo lan Pak Dhe Atmo krungu cengere, bayi rikala kapinunjon angon wedhuse ing sakitere kono. Lha bareng ditiliki, lagi oleh keterangan manawa Mbok Siti mentas bayen. (PS/3/9/17/27/04/2013). Dikatakan, jika simbah Martowidjojo dan Pak Dhe Atmo mendengar tangisnya bayi, ketika menggembala kambing di sekitar sana. Nah ketika dikunjungi, baru dapat keterangan apabila Ibu Siti selesai melahirkan. (193) Mula iya ora nggumunake, yen ta si mbakyu ayu banget bombonging atine, rikala nyumurupi ing sawijining pesamuwan Soepratman main biola. (PS/2/10/17/27/04/2013). Maka ya tidak mengherankan, jika si kakak senang sekali hatinya, ketika mengetahui di salah satu pertemuan Soepratman bermain biola. (194) Banjur nulis layang nyang Panitia Kongres, surasane aweh weruh yen lagu sing diarep-arep dadi lagu kebangsaaan wis kelakon rampung. (PS/2/10/19/11/05/2013). Kemudian menulis surat kepada Panitia Kongres, isinya memberitahu jika lagu yang diharapkan menjadi lagu kebangsaan telah selesai. (195) Ora maido yen ta para hadirin padha setengah kagum, eram nyang kewanenane cah wadon iki. (PS/3/10/19/11/05/2013). Tidak menyangkal jika para hadirin setengah kagum, heran pada keberanian gadis ini. (196) Wah maneh, Rukiyem banjur kandha: Iki sekedhar tetirah. Yen wis waras, ha hiya baliya nyang Jakarta maneh. Ra papa!. (PS/3/9/21/25/05/2013). Nah lagi, Rukiyem mengatakan: "Ini sekedar tetirah. Jika sudah sembuh, ha ya kembalilah ke Jakarta lagi. Tidak apa-apa! ".

103 150 (197) Ana sing ngira, yen sing nyebar kabar mau sawijining warga Parindra[...]. (PS/2/10/21/25/05/2013). Ada yang mengira, jika yang menyebar berita tadi adalah salah satu warga Parindra [...]. (198) Ny. Salamah crita, yen ing wektu akhir-akhir iki sering ditekani suamine, karep-kerepe yen dhong malem Jemuah. (PS/3/10/24/15/06/2013). Nyonya Salama cerita jika pada akhir-akhir ini sering didatangi suaminya, seringnya jika malam Jumat. Penanda kohesi gramatikal yang berupa konjungsi syarat lainnya dapat dilihat pada data berikut ini. (199) Luwih-luwih yen ngelingi, manawa kanggo nyithak buku mau gus Wage wis ngethokake dhuwit satus selawe rupiah. (PS/3/10/18/4/05/2013). Terutama jika mengingat, apabila untuk mencetak buku tadi gus Wage setelah mengeluarkan uang seratus dua puluh lima rupiah. Kata manawa apabila pada data (199) di atas merupakan penanda konjungsi syarat. Konjungsi tersebut menyatakan perangkaian syarat antaraklausa luwih-luwih yen ngelingi dengan kanggo nyithak buku mau gus Wage wis ngethokake dhuwit satus selawe rupiah. Setelah itu, data (199) dibagi atas unsur langsungnya dengan menggunakan teknik BUL sebagai berikut. (199a) Luwih-luwih yen ngelingi, Terutama jika mengingat, (199b) manawa kanggo nyithak buku mau gus Wage wis ngethokake dhuwit satus selawe rupiah. apabila untuk mencetak buku tadi gus Wage setelah mengeluarkan uang seratus dua puluh lima rupiah. berikut. Kemudian data (199b) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai (199c) Ø kanggo nyithak buku mau gus Wage wis ngethokake dhuwit satus selawe rupiah.

104 151 Ø untuk mencetak buku tadi gus Wage setelah mengeluarkan uang seratus dua puluh lima rupiah. Setelah data (199c) di atas dikenai teknik lesap, ternyata kata manawa apabila bila dilesapkan maka data tersebut tetap gramatikal atau tetap berterima. Namun akan lebih baik lagi jika kata tersebut hadir, agar wacana (199c) lebih jelas dan lengkap.selanjutnya data (199) diuji dengan teknik ganti, hasilnya adalah sebagai berikut. (199d) manawa kanggo nyithak buku mau gus Wage wis ngethokake *menawi dhuwit satus selawe rupiah. apabila untuk mencetak buku tadi gus Wage setelah mengeluarkan *apabila uang seratus dua puluh lima rupiah. Hasil analisis data (199d) di atas menyatakan bahwa konjungsi menawi apabila tidak dapat menggantikan posisi konjungsi manawa apabila, karena ragam yang digunakan berbeda. Menawi apabila termasuk ragam krama, sedangkan menawi apabila merupakan ragam ngoko. Selain data tersebut ditemukan pula penanda konjungsi syarat yang berupa kata manawa apabila terdapat dalam data (200) sampai dengan (205) berikut. (200) Apa maneh, kabeh-kabeh wis padha ngrumangsani, manawa pers mono mula mujudake salah sijine piranti nggayuh kamardikaan. (PS/3/9/19/11/05/2013). Terlebih lagi, semuanya telah diakui, apabila pers itu mewujudkan salah satu alat untuk mencapai kemerdekaan. (201) Rampung anggone mamerake lagune, keprungu keplok mawurahan, binarung pambengoking para kongresis. Bisss!!! Bisss!!!, sing karepe, supaya Soepratman mbaleni mainake biolane maneh, aweh

105 152 sasmita manawa Soepratman diidini mainake biolae maneh, nuruti penjaluke para warga. (PS/3/10/19/11/05/2013). Selesai menampilan lagunya, terdengar tepuk tangan, disertai teriakan suara para kongresis. "Bisss!!! Bisss!!! ", yang ingin, agar Soepratman mengulangi memainkan biola lagi, memberikan nilai apabila Soepratman diizinkan untuk bermain biola lagi, menuruti permintaan para warga. (202) Ora ditulis ing ndalem acara kongres, ing Ketua Soegono salebare dikumandhangake lagu dening pangriptane, gawe pengumuman, manawa samengko bakal dikumandhangake Indonesia Raya kanthi tetembungan. (PS/3/9/20/18/05/2013). Tidak ditulis di dalam acara kongres, Soegono sesudah dinyanyikan lagu oleh penciptanya, membuat pengumuman, apabila nanti akan dinyanyian, "Indonesia Raya" dengan liriknya. (203) Sejarah nyathet, manawa antarane taun gerakan kebangsaan Indonesia ngalami mangsa pacoban. (PS/2/10/20/18/05/2013). Sejarah mencatat, apabila antara tahun pergerakan kebangsaan Indonesia mengalami cobaan. (204) Ing ndalem pembelaane, Bung Karno kanthi gamblang nerangake, manawa sing di adili rikala kuwi, dudu salirane Bung Karno. (PS/3/10/20/18/05/2013). Di dalam pembelaannya, Bung Karno dengan jelas menerangkan, apabila yang di adili ketika itu, bukan Bung Karno. (205) Tekan ndaleme Pak Tom, kenyatan manawa sing nglayat wis akeh; lha luwih-luwih bareng wektune disarekake. (PS/3/9/22/1/06/2013). Sampai rumahnya Pak Tom, kenyataannya apabila yang melayat sudah banyak; terutama ketika waktunya dimakamkan. 12) Konjungsi Cara Konjungsi cara adalah konjungsi yang menyatakan makna perangkaian cara. Konjungsi cara ditandai dengan kata: kanthi (cara) mangkono dengan (cara) begitu. Data yang berupa konjungsi cara dapat dilihat pada data berikut. (206) Salebare aweh urmat nyang para hadirin, kanthi suwara alon, sacara apalan, tanpa iringan musik, kenya umur 15 taunan iki banjur nyanyi Indonesia Raya. (PS/3/9/20/18/05/2013).

106 153 Setelah memberi hormat kepada para hadirin, dengan cara suara yang pelan, secara hafalan, tanpa iringan musik, gadis berusia 15 tahun itu menyanyikan "Indonesia Raya". Pada wacana (206) terdapat konjungsi cara yaitu pada kata kanthi dengan cara, yang berfungsi menghubungkan cara yaitu dengan cara suara yang pelan ia menyanyikan Indonesia Raya. Data (206) kemudian dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut. (206a) Salebare aweh urmat nyang para hadirin, kanthi suwara alon, sacara apalan, tanpa iringan musik, Setelah memberi hormat kepada para hadirin, dengan cara suara yang pelan, secara hafalan, tanpa iringan musik, (206b) kenya umur 15 taunan iki banjur nyanyi Indonesia Raya. gadis berusia 15 tahun itu menyanyikan "Indonesia Raya". Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (206a) kemudian diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (206c) Salebare aweh urmat nyang para hadirin, Ø suwara alon, sacara apalan, tanpa iringan musik, Setelah memberi hormat kepada para hadirin, Ø suara yang pelan, secara hafalan, tanpa iringan musik, Hasil analisis di atas menyatakan bahwa konjungsi cara kanthi dengan cara wajib hadir, apabila konjungsi tersebut dilesapkan maka data menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Selanjutnya data (206a) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut. (206d) Salebare aweh urmat nyang para hadirin, sacara apalan, tanpa iringan musik, kanthi suwara alon, *mawi Setelah memberi hormat kepada para hadirin, dengan cara *dengan cara suara yang pelan, secara hafalan, tanpa iringan musik,

107 154 Konjungsi cara kanthi dengan cara pada data (206d) di atas tidak dapat diganti dengan kata mawi dengan cara karena berbeda tingkat tutur. Kata kanthi dengan cara merupakan ragam ngoko, sedangkan kata mawi dengan cara termasuk ragam krama. Selain data tersebut ditemukan pula konjungsi cara yang berupa kata kanthi dengan cara terdapat dalam data (207) dan (208) berikut. (207) Masyarakat papane Menungsa nindhes sapepadhane menungsa Kaum borjuis tumindhak sawenang-wenang marang bebrayan sakiwa tengene sing sarwa kekurangan kanthi migunakake bandha kaskayane. (PS/2/10/18/4/05/2013). Masyarakat di mana "manusia menindas sesama manusia" kaum borjuis bertindak sewenang-wenang terhadap masyarakat sekitarnya yang serba kekurangan dengan cara menggunakan harta kekayaannya. (208) Kanthi ngucapake: Sugeng tindak, Pak Tom, kelakon gus Wage bali ndalan; kanthi mripat tundhuk mengisor, ngeling-elingi lelabuhane suwargi. (PS/1/10/22/1/06/2013). Dengan cara mengucapkan: Selamat jalan, Pak Tom, gus Wage kembali pulang; dengan cara mata menunduk ke bawah, mengingat jasa kebaikan almarhum. Berdasarkan analisis pada data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, penanda konjungsi yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi konjungsi sebab-akibat (mula, merga, sebab), konjungsi pertentangan (dene dan ning), konjungsi kelebihan (malah dan malahan), konjungsi perkecualian (kajaba), konjungsi konsesif (nadyan), konjungsi tujuan (supaya), konjungsi penambahan (uga, lan, sarta), konjungsi pilihan (apa dan utawa), konjungsi urutan (banjur, njur, terus), konjungsi waktu (sawise, sadurunge, sabanjure), konjungsi syarat (yen dan manawa), dan konjungsi cara (kanthi). Data mengenai konjungsi tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 121 sampai dengan 208.

108 155 Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan dalam penelitian terhadap wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat berupa: pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). 2. Penanda Kohesi Leksikal Penanda kohesi leksikal yang ditemukan dalam penelitian ini meliputi repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Berikut ini adalah uraian penanda kohesi leksikal tersebut. a. Repetisi (Pengulangan) Repetisi berarti salah satu jenis kohesi leksikal yang berupa pengulangan satuan lingual yang dianggap penting secara berturut-turut dalam sebuah konstruksi. Repetisi dapat dibedakan menjadi sembilan macam, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, anadiplosis, dan repetisi utuh/penuh. Penanda repetisi yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah antara lain: repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, mesodiplosis, dan anadiplosis. 1) Repetisi Epizeuksis Repetisi epizeuksis merupakan pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut. Repetisi ini dapat dilihat pada data berikut.

109 156 (209) Lha bareng wis krasa manawa kesarasane wiwit bali pulih, dheweke usul nyang dulur-dulure: kepiye yen ta saumpama dheweke saiki bali nyang Jakarta maneh? Bali makarya dadi jurnalis, mandhiri, ora ngrusuhi dulur-dulur maneh? (PS/1/10/21/25/05/2013). Nah setelah merasa jika kesehatannya mulai kembali pulih, dia mengajukan usul pada saudara-saudaranya: bagaimana jika seumpamanya dia sekarang kembali ke Jakarta lagi? Kembali bekerja jadi jurnalis, mandiri, tidak mengganggu saudara-saudara lagi? Tampak pada tuturan (209) terdapat repetisi epizeuksis yaitu satuan lingual bali kembali yang diulang beberapa kali secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya satuan lingual tersebut dalam konteks tuturan itu. Data (209) di atas dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut. (209a) Lha bareng wis krasa manawa kesarasane wiwit bali pulih, dheweke usul nyang dulur-dulure: Nah setelah merasa jika kesehatannya mulai kembali pulih, dia mengajukan usul pada saudara-saudaranya: (209b) kepiye yen ta saumpama dheweke saiki bali nyang Jakarta maneh? bagaimana jika seumpamanya dia sekarang kembali ke Jakarta lagi? (209c) Bali makarya dadi jurnalis, mandhiri, ora ngrusuhi dulur-dulur maneh? Kembali bekerja jadi jurnalis, mandiri, tidak mengganggu saudarasaudara lagi? Setelah dibagi atas unsur langsung, data (209) kemudian dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (209d) Lha bareng wis krasa manawa kesarasane wiwit Ø pulih, dheweke usul nyang dulur-dulure: kepiye yen ta saumpama dheweke saiki Ø nyang Jakarta maneh? Ø makarya dadi jurnalis, mandhiri, ora ngrusuhi dulur-dulur maneh? Nah setelah merasa jika kesehatannya mulai Ø pulih, dia mengajukan usul pada saudara-saudaranya: bagaimana jika seumpamanya dia sekarang Ø ke Jakarta lagi? Ø bekerja jadi jurnalis, mandiri, tidak mengganggu saudara-saudara lagi?

110 157 Penggalan tuturan (209) apabila dianalisis dengan teknik lesap, apabila kata bali kembali dilesapkan, maka data tersebut masih tetap gramatikal atau berterima. Namun akan lebih baik lagi jika kata tersebut tetap dihadirkan, agar kalimatnya lebih lengkap dan jelas. Selain data tersebut ditemukan pula repetisi epizeuksis tampak pada data (210) sampai dengan (219) berikut. (210) Sok-sok bae, dheweke manggrok neng warung Asih ing Kapasan; pesen panganan sing murah-murah bae, iya sekedhar kanggo nglipur atine sing wuyung. Ndah iba kageting atine, rikala nuju sawiji dina dheweke krungu warta, yen Pak Tom, seda kapundhut GUSTI. Nadyan awake renta, ringkih, ewasemono dheweke nekad nedya nglayat, yen bisa melu ngeterake neng papasan pasareyan pemimpin agung kuwi. (PS/3/9/22/1/06/2013). Kadang-kadang saja, dia menetap di warung "Asih" di Kapasan; memesan makanan yang murah-murah saja, ya sekedar untuk menghibur hatinya yang kasmaran. Ndah terkejut bagaimana hatinya, ketika suatu hari dia mendengar berita, jika Pak Tom, meninggal. Meskipun dirinya rentan, lemah, namun dia tetep melayat, jika dapat ikut mengantarkan pemakaman pemimpin tertinggi itu. (211) Meh saben dina Soepratman nekani Gedung Pertemuan sing ana gang Kenari. Gedhong iki duweke Mohammad Husni Thamrin, pejuang saka betawi, sarta kanthi sengaja masrahake gedhong mau nyang gerakan kebangsaan. Saben partai politik utawa ormas bisa migunakake gedhong mau. (PS/1/10/18/4/05/2013). Hampir setiap hari Soepratman menghadiri gedung pertemuan yang berada di gang Kenari. Gedung ini milik Mohammad Husni Thamrin, pejuang dari Betawi, dan sengaja memberikan gedung tadi pada gerakan kebangsaan. Setiap partai politik atau organisasi dapat menggunakan gedung tadi. (212) [...] Geneya teka ora ngarang buku? Soepratman sajak kaget. Buku? Ha gek buku sing kaya ngapa sing kudu ditulis? (PS/2/10/18/4/05/2013). [...] Mengapa tidak mengarang buku?" Soepratman terkejut. Buku? Ha buku yang seperti apa yang harus saya tulis? (213) Kepanduan Bangsa Indonesia, kacu sing dikalungake ing gulu merahputih. Ukarane migunakake ukara basa Indonesia jaman kuwi, merga

111 158 gelar yektine basa Indonesia mula isih lagi berkembang, lagi mungupmungup dipigunakake dening saperangane bangsa Indonesia dhewe. (PS/1/10/19/11/05/2013). Kepanduan Bangsa Indonesia, saputangan merah-putih yang dikalungkan di leher. Kalimatnya menggunakan kata-kata bahasa Indonesia saat itu, karena judul sejatinya bahasa Indonesia masih berkembang lagi, mulai muncul digunakan oleh beberapa bangsa Indonesia sendiri. (214) Tegese maneh, kita tetep njunjung dhuwur, ngajeni basa Indonesia. Ning, babarpisan ora kena nglalekake utawa ngiwakake basa Ibu, basa dhaerah. Kanggone kita, cetha banget, basa Jawa. (PS/3/9/20/18/05/2013). Itu berarti, kita tetap menjunjung tinggi, menghormati bahasa Indonesia. Tapi, sama sekali tidak boleh lupa atau mengabaikan bahasa Ibu, bahasa daerah. Bagi kita, sangat jelas, bahasa Jawa. (215) Sing bakal nyanyekake, sawijining kenya, udakara umur 15 taunan. Karuwan bae, para hadirin padha kaget sajak gawok, kepengin weruh sapa baya kenya sing wani ngumandhangake Indonesia Raya iki ing ndalem tetembungan. (PS/3/9/20/18/05/2013). Yang akan menyanyikan, salah satu gadis, kurang lebih berumur 15 tahun. Tentu saja, para hadirin terkejut agak keheranan, ingin tahu siapa gadis yang berani menyanyikan Indonesia Raya ini yang dalam nyanyian. (216) Ing sakawit mula ora ngira ora ngimpi, manawa tembung Merdeka, merdeka ing ndalem lagu mau kelakon bisa nuwuhake semangat nasionalisme, semangat kebangsaan, semangat tresna tanah-wutahgetih ing sanubarine bangsa Indonesia. (PS/2/10/20/18/05/2013). Di awal tidak mengira tidak mimpi, bahwa kata "Merdeka, merdeka" di dalam lagu tadi dapat menimbulkan semangat nasionalisme, semangat kebangsaan, semangat cinta tanah tumpah darah di sanubari bangsa Indonesia. (217) Papane mula tenang, luwih tenang katimbang Cimahi. Masyarakat-e iya tenang; isih durung kambon semangat gerakan nasional, utawa rame-rame liyane maneh sebangsane ngono mau. (PS/1/10/21/25/05/2013). Tempat tinggalnya tenang, lebih tenang daripada Cimahi. Masyarakatnya juga tenang; masih belum tercium semangat pergerakan nasional, atau keramaian lainnya seperti itu. (218) Lha iki sing njalari Soepratman kaya-kaya bali tangi maneh Semangat nasionalismene. Bribik-bribik saka sethithik wiwit tuwuh maneh.

112 159 Ghairah kepengin bali urip maneh, rasa sing ing sakawit meh pupus, entek, saiki wiwit thukul maneh. (PS/3/10/21/25/05/2013). Nah ini yang menyebabkan Soepratman seperti kembali bangkit lagi semangat nasionalismenya. Bribik-bribik dari sedikit mulai tumbuh lagi. Gairah ingin kembali hidup lagi, rasa yang hampir semua mati, berakhir, sekarang mulai tumbuh lagi. (219) Landa wedi, yen Bung Karno bakal dipigunakake Jepang, mula rikala pasukan Jepang wis arep ndharat neng Sumatra, Bung Karno dipindhah nyang Padang. Karepe si Landa, saka kono Bung Karno arep diungsekake nyang Australia. Neng sekuthu wis kentekan kapal, ora ana piranti sing kena lan bisa ngangkut Bung Karno sakulawarga. (PS/2/10/22/1/06/2013). Belanda ketakutan, jika Bung Karno akan digunakan Jepang, maka ketika pasukan Jepang akan mendarat di Sumatra, Bung Karno dipindah ke Padang. Inginnya si Belanda, dari sana Bung Karno akan diungsikan ke Australia. Tapi sekutu sudah kehabisan kapal, tidak ada alat yang dapat dan bisa mengangkut Bung Karno sekeluarga. 2) Repetisi Tautotes Repetisi tautotes merupakan pengulangan satuan lingual (sebuah kata) beberapa kali dalam sebuah kontruksi. Berikut repetisi tautotes yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah tersebut. (220) Omahe ing Gang Tengah Paseban kana kae, cedhak ril sepur. Dalan sing nuju omahe kebak blethok yen udan, kebak bledug yen mangsa ketiga. (PS/1/10/23/8/06/2013). Rumahnya di Gang Tengah Paseban sana, dekat rel kereta. Jalan yang menuju rumahnya penuh lumpur jika hujan, penuh debu jika musim kemarau. Kepaduan wacana tersebut didukung oleh adanya penanda kohesi leksikal yang berupa repetisi tautotes pada satuan lingual omahe rumahnya yang diulang beberapa kali. Pengulangan satuan lingual omahe rumahnya berfungsi untuk menekankan dan menjelaskan bahwa satuan lingual tersebut penting dalam wacana data (220). Kemudian data (220) dianalisis dengan menggunakan teknik bagi unsur langsung sebagai berikut.

113 160 (220a) Omahe ing Gang Tengah Paseban kana kae, cedhak ril sepur. Rumahnya di Gang Tengah Paseban sana, dekat rel kereta. (220b) Dalan sing nuju omahe kebak blethok yen udan, kebak bledug yen mangsa ketiga. Jalan yang menuju rumahnya penuh lumpur jika hujan, penuh debu jika musim kemarau. Selanjutnya data (220) di atas dianalisis dengan teknik lesap. Hasilnya adalah sebagai berikut. (220c) Ø ing Gang Tengah Paseban kana kae, cedhak ril sepur. Dalan sing nuju Ø kebak blethok yen udan, kebak bledug yen mangsa ketiga. Ø di Gang Tengah Paseban sana, dekat rel kereta. Jalan yang menuju Ø penuh lumpur jika hujan, penuh debu jika musim kemarau. Analisis dengan teknik lesap pada data (220) ternyata data menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Hal itu disebabkan karena unsur yang penting dalam wacana tersebut dilesapkan, sehingga wacana menjadi tidak kohesif. Dengan demikian, satuan lingual omahe rumahnya wajib hadir dalam wacana tersebut. 3) Repetisi Anafora Repetisi anafora ialah pengulangan satuan lingual berupa kata atau frasa pertama pada tiap baris atau kalimat berikutnya. Data yang menunjukkan repetisi anafora adalah sebagai berikut. (221) Apa sing narik kawigatene gus Wage, ora nate ditelusuri. Apa merga saka prasajane Si Mujenah? Apa merga saka apane? (PS/1/9/21/25/05/2013). Apa yang menarik gus Wage, tidak pernah ditelusuri. Apa karena dari kesederhanaan si Mujenah? Apa karena dari apanya? Penggalan wacana (221) di atas terdapat repetisi anafora yaitu pada kata apa apa yang diulang sebanyak tiga kali pada awal baris. Pengulangan kata

114 161 apa apa berfungsi menjelaskan bahwa kata tersebut sangat penting dalam kalimat (221). Data (221) di atas diuji dengan teknik BUL sebagai berikut. (221a) Apa sing narik kawigatene gus Wage, ora nate ditelusuri. Apa yang menarik gus Wage, tidak pernah ditelusuri. (221b) Apa merga saka prasajane Si Mujenah? Apa karena dari kesederhanaan si Mujenah? (221c) Apa merga saka apane? Apa karena dari apanya? Kemudian data (221) tersebut diuji dengan teknik lesap sebagai berikut. (221d) Ø sing narik kawigatene gus Wage, ora nate ditelusuri. Ø merga saka prasajane Si Mujenah? Ø merga saka apane? Ø yang menarik gus Wage, tidak pernah ditelusuri. Ø karena dari kesederhanaan si Mujenah? Ø karena dari apanya? Setelah data diuji dengan teknik lesap ternyata kata apa apa pada data (221) di atas wajib hadir dalam wacana untuk menghindari ketidaklengkapan informasi. Repetisi anafora apa apa apabila dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. 4) Repetisi Mesodiplosis Repetisi mesodiplosis adalah pengulangan satuan lingual di tengahtengah baris atau kalimat berturut-turut. Contoh data yang mengandung repetisi mesodiplosis yang ditemukan dalam penelitian adalah sebagai berikut. (222) Ukurane banget prasajane; gampang diapal. Lagune dhewe iya gampang dinyanyekake. (PS/2/9/19/11/05/2013). Ukurannya sangat sederhana; mudah dihafal. Lagunya sendiri ya mudah dinyanyikan. Pada wacana (222) di atas terdapat adanya repetisi mesodiplosis yaitu pada kata gampang mudah yang diulang dua kali di tengah-tengah kalimat.

115 162 Pengulangan kata gampang mudah berfungsi untuk menekankan dan menjelaskan bahwa kata tersebut penting dalam wacana (222). Kemudian data (222) dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (222a) Ukurane banget prasajane; gampang diapal. Ukurannya sangat sederhana; mudah dihafal. (222b) Lagune dhewe iya gampang dinyanyekake. Lagunya sendiri ya mudah dinyanyikan. Selanjutnya data (222) dianalisis dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (222c) Ukurane banget prasajane; Ø diapal. Lagune dhewe iya Ø dinyanyekake. (PS/2/9/19/11/05/2013). Ukurannya sangat sederhana; Ø dihafal. Lagunya sendiri ya Ø dinyanyikan. Analisis data (222) di atas menyatakan bahwa apabila repetisi mesodiplosis gampang mudah wajib hadir. Kata gampang mudah tersebut apabila dilesapkan maka kalimatnya menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. 5) Repetisi Anadiplosis Repetisi anadiplosis merupakan pengulangan satuan lingual kata atau frasa terakhir dari baris atau kalimat itu menjadi kata atau frasa pertama pada baris atau kalimat berikutnya. Di bawah ini merupakan contoh data repetisi anadiplosis yang ditemukan dalam penelitian wacana gempilan sejarah. (223) Mula, kajaba bab musik, Soepratman uga ora lali, bisa bae dansadansa barang ngono kuwi karo nonik. Nonik ing tangsi kono, bab sing dhek samana isih mujudake prakara sing didohi dening bebrayan Indonesia. (PS/2/10/17/27/04/2013).

116 163 Jadi, kecuali musik, Soepratman juga tidak lupa, juga bisa menari-nari seperti itu dengan Nonik. Nonik di tangsi sana, hal-hal yang saat itu masih mewujudkan masalah yang dijauhi oleh masyarakat Indonesia. Tampak adanya repetisi anadiplosis pada data (223) di atas ditunjukkan dengan kata nonik nonik yang diulang dua kali pada akhir dan awal kalimat. Pengulangan anadiplosis nonik nonik berfungsi untuk menjelaskan bahwa kata tersebut berperan penting dalam data (223). Selanjutnya data (223) diuji dengan teknik BUL, hasilnya sebagai berikut. (223a) Mula, kajaba bab musik, Soepratman uga ora lali, bisa bae dansadansa barang ngono kuwi karo nonik. Jadi, kecuali musik, Soepratman juga tidak lupa, juga bisa menari-nari seperti itu dengan Nonik. (223b) Nonik ing tangsi kono, bab sing dhek samana isih mujudake prakara sing didohi dening bebrayan Indonesia. Nonik di tangsi sana, hal-hal yang saat itu masih mewujudkan masalah yang dijauhi oleh masyarakat Indonesia. Data (223) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (223d) Mula, kajaba bab musik, Soepratman uga ora lali, bisa bae dansadansa barang ngono kuwi karo Ø. Ø ing tangsi kono, bab sing dhek samana isih mujudake prakara sing didohi dening bebrayan Indonesia. Jadi, kecuali musik, Soepratman juga tidak lupa, juga bisa menari-nari seperti itu dengan Ø. Ø di tangsi sana, hal-hal yang saat itu masih mewujudkan masalah yang dijauhi oleh masyarakat Indonesia. Hasil analisis dengan teknik lesap pada data (223d) di atas ternyata kata nonik nonik wajib hadir. Kata nonik nonik apabila dilesapkan maka kalimat menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima serta informasi yang disampaikan menjadi tidak jelas dan tidak lengkap. Selain data tersebut ditemukan pula repetisi anadiplosistampak pada data (224) berikut.

117 164 (224) Kandhane nyang Mas Imam: Mas, aku iki sawijining titah sing cilaka. Cilaka mencit kae!. (PS/3/9/24/15/06/2013). Katanya pada mas Imam: Mas, saya ini salah satu manusia yang celaka. Celaka mencit itu!. Dari analisis pada data di dalam penelitian wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan karya Soebagijo I. N. dalam majalah Panjebar Semangat ditemukan penanda kohesi leksikal yang berupa repetisi atau pengulangan meliputi repetisi epizeuksis, repetisi tautotes, repetisi anafora, repetisi mesodiplosis, dan repetisi anadiplosis. Data mengenai pengacuan atau referensi tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 209 sampai dengan 224. b. Sinonimi (Padan Kata) Sinonimi atau padan kata ialah salah satu kohesi leksikal yang berupa satuan lingual yang maknanya mirip atau sama dengan satuan lingual lain dalam wacana. Sinonimi yang terdapat dalam penelitian wacana gempilan sejarah adalah sebagai berikut. 1) Sinonimi kata dengan kata penelitian. Di bawah ini penanda sinonimi kata dengan kata yang terdapat dalam (225) Njur kegugah atine, kepengin dadi jurnalis utawa wartawan. (PS/3/10/17/27/04/2013). Kemudian tergugah hatinya, ingin menjadi seorang jurnalis atau wartawan. Pada wacana (225) di atas terdapat sinonimi kata dengan kata yaitu kata jurnalis dengan kata wartawan yang mendukung kepaduan sebuah wacana. Kedua kata tersebut mempunyai kesamaan makna, sehingga pengujian dengan

118 165 menggunakan teknik ganti tidak perlu dilakukan karena kata jurnalis dengan kata wartawan sudah saling menggantikan. Kemudian data di atas diuji dengan teknik BUL yaitu dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (225a) Njur kegugah atine, Kemudian tergugah hatinya, (225b) kepengin dadi jurnalis utawa wartawan. ingin menjadi seorang jurnalis atau wartawan. Selanjutnya data (225b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (225c) kepengin dadi Ø utawa Ø. ingin menjadi seorang Ø atau Ø. Sinonimi kata jurnalis dengan kata wartawan pada data (225) di atas wajib hadir karena apabila sinonimi tersebut dilesapkan maka wacana di atas menjadi tidak gramatikal. Selain data tersebut ditemukan pula sinonimi kata dengan kata lainnyatampak pada data (226) sampai dengan (228) berikut. (226) Mula iya persasat saben irung, sapa bae, ora perduli mung tamatan SD apa malahan ora tutug pisan, yen gelem dadi jurnalis, ha hiya kono nulis artikel, karangan, bisa diemot (ning durung kinar yen nampa honorarium utawa imbalan). Ati wis seneng, ati wis marem... (PS/3/10/17/27/04/2013). Maka ya setiap orang, siapa saja, tidak peduli hanya tamatan SD apa bahkan tidak lulus sekalipun, jika ingin menjadi seorang jurnalis, ha ya situ menulis artikel, karangan, bisa dimuat (tapi belum tentu jika menerima honor atau imbalan). Hati sudah senang, hati sudah puas... (227) Ning, sing paling penting, paling wigati: ora susah melu Soepratman. (PS/3/9/21/25/05/2013). Tapi, yang paling penting, yang paling penting: tidak perlu ikut Soepratman. (228) Uga ing ndalem pendhidhikan lan pengajaran nasional. (PS/2/10/24/15/06/2013). Juga di dalam pendidikan dan pengajaran nasional.

119 166 2) Sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya Sinonimi kata dengan frasa dapat dilihat pada data berikut ini. (229) Satemene Ketua Kongres isih ragu utawa durung patia sreg, rikala ngidinake Soepratman nglagokake lagu gubahan mau. (PS/3/10/19/11/05/2013). Tentunya kepala Kongres masih ragu atau kurang nyaman, ketika mengijinkan Soepratman menyanyikan lagu susun tadi. Tampak adanya penanda kohesi leksikal berupa sinonimi kata dengan frasa yang mendukung kepaduan wacana (229) yaitu pada kata ragu ragu dengan frasa durung patia sreg kurang nyaman. Kemudian data di atas dibagi atas unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (229a) Satemene Ketua Kongres isih ragu utawa durung patia sreg, Tentunya kepala Kongres masih ragu atau kurang nyaman, (229b) rikala ngidinake Soepratman nglagokake lagu gubahan mau. ketika mengijinkan Soepratman menyanyikan lagu susun tadi. Setelah dibagi atas unsur langsungnya data (229a) dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (229c) Satemene Ketua Kongres isih Ø utawa Ø, Tentunya kepala Kongres masih Ø atau Ø, Sinonimi kata dengan frasa yaitu pada kata ragu ragu dengan frasa durung patia sreg kurang nyaman apabila dilesapkan maka data di atas menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Sehingga kedua penanda kohesi leksikal sinonimi tersebut wajib hadir, agar informasi yang disampaikan bisa diterima dengan jelas dan lengkap. Analisis dengan teknik ganti tidak perlu dilakukan, karena kata ragu ragu dengan frasa durung patia sreg kurang nyaman tersebut sudah saling menggantikan.

120 167 Jenis sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya juga terdapat dalam data (230) sampai dengan (236) berikut. (230) Wondene, bab sing kaya mangkono mau, merga kagawa saka bombong utawa mongkoging atine bebrayan kono, dene ana sawijining wanita saka desa Somongsari bisa mbabarake (nglairake) sawenehing pahlawan nasional. (PS/3/9/17/27/04/2013). Sementara itu, hal-hal yang seperti itu tadi, karena terbawa dari senang atau bangga hatinya masyarakat sana, dan ada seorang wanita dari desa Somongsari bisa melahirkan seorang pahlawan nasional. (231) Rampung anggone ngarang, banjur mikir-mikir gek bukune mau arep diwenehi judul/sesirah/titel apa?. (PS/2/10/18/4/05/2013). Selesai olehnya mengarang, kemudian berfikir bukunya tadi akan diberi judul apa?. (232) Soepratman, ngerti manawa sakehing cita-cita utawa gegayuhan tangeh lamun bisane kecendhak, yen ta sarana utawa materi sing kanggo nggayuh gegayuhane mau ora nyukupi. (PS/3/9/18/4/05/2013). Soepratman, mengerti bahwa semua cita-cita atau keinginan tidak akan tercapai, jika sarana atau materi untuk mencapai keinginannya tadi tidak memadai. (233) Ha mula iya wis wiwit rikala samana, hubungan utawa kerja sama antarane kaum pergerakan lan kaum jurnalis (Indonesia) cukup becike.(ps/3/9/19/11/05/2013). Maka mulai saat itu, hubungan atau kerjasama antara kaum pergerakan dan wartawan (Indonesia) cukup baik. (234) Hebate kenya cilik iki tanpa isin-isin, tanpa rumangsa rikuh apa kepiye, maju neng podium/mimbar. (PS/1/9/20/18/05/2013). Hebatnya gadis kecil ini tanpa malu-malu, tanpa merasa malu apa bagaimana, maju di podium/mimbar. (235) Kabeh mung padha nyawang lan ndeleng nyang bocah wadon kuwi mau. (PS/1/10/20/18/05/2013). Semua hanya melihat dan menatap kepada gadis itu tadi. (236) Lha iya kuwi, ing kene hebate Salamah babarpisan ora nate ngeluh adhuh, ora nate sambat kekurangan. (PS/1/10/23/8/06/2013). Lha ya itu, di sini hebatnya Salamah tidak pernah mengeluh sama sekali, tidak pernah mengeluh kekurangan.

121 168 3) Sinonimi frasa dengan frasa Penanda kohesi leksikal berupa sinonimi frasa dengan frasa dapat dilihat pada data di bawah ini. (237) Lagi suwene selapan dina utawa 35 dina, laras karo adat Jawa, si bayi lagi digawa bali nyang Jatinegara, Mbok Siti Senen kumpul maneh karo sing lanang, Kartodikromo sing nyambut gawe dadi serdhadhu KNIL (Koninklijke Nederlands Indisch Leger). (PS/3/9/17/27/04/2013). Baru lamanya selapan dina atau 35 hari, menurut tradisi Jawa, bayi baru dibawa kembali ke Jatinegara, Bu Siti Senen kumpul kembali dengan suaminya, Kartodikromo yang bekerja sebagai tentara KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger). Penggalan wacana (237) di atas terdapat sinonimi frasa dengan frasa yaitu frasa selapan dina dengan frasa 35 dina. Kedua satuan lingual tersebutmendukung kepaduan suatu wacana. Selanjutnya data (237) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL sebagai berikut. (237a) Lagi suwene selapan dina utawa 35 dina, laras karo adat Jawa, si bayi lagi digawa bali nyang Jatinegara, Baru lamanya selapan dina atau 35 hari, menurut tradisi Jawa, bayi baru dibawa kembali ke Jatinegara, (237b) Mbok Siti Senen kumpul maneh karo sing lanang, Kartodikromo sing nyambut gawe dadi serdhadhu KNIL (Koninklijke Nederlands Indisch Leger). Bu Siti Senen kumpul kembali dengan suaminya, Kartodikromo yang bekerja sebagai tentara KNIL (Koninklijke Nederlands Indische Leger). Data (237a) diuji dengan teknik lesap, hasilnya adalah sebagai berikut. (237c) Lagi suwene selapan dina utawa 35 dina, laras karo adat Jawa, si bayi lagi digawa bali nyang Jatinegara, Baru lamanya selapan dina atau 35 hari, menurut tradisi Jawa, bayi baru dibawa kembali ke Jatinegara,

122 169 Hasil analisis data (237c) di atas adalah bahwa sinonimi frasa selapan dina dengan frasa 35 dina wajib hadir, apabila sinonimi tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Selain data tersebut ditemukan pula sinonimi frasa dengan frasa atau sebaliknya tampak pada data (238) sampai dengan (250) berikut. (238) Dianakake upacara ngibarake gendera Sang Gula-Klapa utawa sang Dwiwarna, iya sang Merah-Putih. (PS/1/9/17/27/04/2013). Diadakan upacara pengibaran bendera Sang Gula-Klapa atau sang Dwiwarna, ya sang Merah-Putih. (239) Karampungane, buku crita mau diwenehi judul Perawan Desa. Nyeritakake lelakon kenya saka desa [...]. (PS/2/10/18/4/05/2013). Selanjutnya, buku cerita tadi akan diberi judul Perawan Desa. Menceritakan perjalanan gadis dari desa [...]. (240) Wiwit nyoba, nulis ukara mbaka ukara. Krasa sayah, leren sedhela. Salebare kuwi banjur nutugake anggone nggupit carita ngrumpaka ukara mau. Oleh salembar rong lembar, diwaca maneh, lha esuke maneh ditutugake anggone ngarang kuwi mau. (PS/2/10/18/4/05/2013). Mulai mencoba, menulis kalimat demi kalimat. Merasa lelah, istirahat sebentar. Setelah itu kemudian meneruskan olehnya mengarang cerita tadi. Dapat satu lembar dua lembar, dibaca lagi, nah paginya lagi dilanjutkan olehnya mengarang itu tadi. (241) Bareng arep sekolah, diperlokake Akte-Kelairane, surat tandha bukti kelairan. (PS/3/9/17/27/04/2013). Ketika mau sekolah, diperlukan Akta-Kelahirannya, surat tanda bukti kelahiran. (242) Kelakon dicathet lan ditulis ing rapor, ing ijazah. (PS/1/10/17/27/04/2013). Pasti akan dicatat dan ditulis di raport, di ijazah. (243) Temenan! Durung nganti buku mau kelakon dititipake nyang toko-toko buku sing sakira gelem melu ngedolake, kaselak ana perintah saka kepulisian, isine: ora kena ngedol utawa ngiderake buku mau. (PS/3/10/18/4/05/2013). Jelas! Belum sampai buku tadi dititipkan di toko-toko buku yang sekiranya mau ikut menjualkan, yang tidak dapat disangkal ada perintah

123 170 dari kepolisian, isinya meliputi: tidak boleh menjual atau mengedarkan buku tadi. (244) Sajak-sajake pemerintah Landa iya ora ketledoran, tandang grayange Soepratman selawase iki terus dikuntit, dibuntuti, diwaspadani bae. (PS/3/10/18/4/05/2013). Tampaknya pemerintah Belanda tidak ketledoran, tingkah laku Soepratman selamanya ini terus diikuti, diikuti, diwaspadai. (245) Ha mula kuwi, kudu diendheg, disetop. (PS/3/10/18/4/05/2013). Ha maka dari itu, telah dihentikan, berhenti. (246) Anggone nyelengi, nglumpukake mbaka sethithik, iya kanthi tujuan kanggo nyithak buku kuwi mau. (PS/3/10/18/4/05/2013). Olehnya menyimpan, mengumpulkan secara bertahap, ya dengan tujuan untuk mencetak buku itu tadi. (247) Hawane kutha Cimahi sing adhem sejuk, kathik ndina-ndinane gus Wage ora perlu mikirake apa sing arep dipangan dina kuwi, jer kabehkabeh wis sumadhiya lan cumepak. (PS/1/10/21/25/05/2013). Udaranya kota Cimahi yang sejuk, setiap harinya gus Wage tidak perlu memikirkan apa yang ingin dimakan hari itu, karena semuanya telah tersedia dan siap. (248) Ha hiya ora nggumunake, kaum pergerakan bareng krungu warta bab anane komponis neng Surabaya, banjur padha merlokake nekani. Perlu tepungan utawa ya nyambung silaturrahmi. (PS/2/10/21/25/05/2013). Ha ya tidak heran, kaum pergerakan ketika mendengar berita tentang keberadaan komponis di Surabaya, kemudian mereka perlu mendatangi. Perlu menemui atau ya menyambung tali silaturrahmi. (249) Salamah dhewe tuna-aksara alias buta-huruf. (PS/2/9/23/8/06/2013). Salamah sendiri tuna-aksara alias buta huruf. Berdasarkan analisis pada data di atas penanda sinonimi atau padan kata yang terdapat dalam penelitian ini berupa sinonimi kata dengan kata, sinonimi kata dengan frasa atau sebaliknya, dan sinonimi frasa dengan frasa. Data-data mengenai sinonimi dapat dilihat pada lampiran nomor 225 sampai dengan 249.

124 171 c. Antonimi (Oposisi Makna) Antonimi (Oposisi Makna) adalah salah satu kohesi leksikal berupa satuan lingual yang maknanya berlawanan dengan satuan lingual lain dalam wacana. Berdasarkan sifatnya, antonimi terbagi atas 5 macam, yaitu: oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hirarkial, dan oposisi majemuk. Oposisi makna yang terdapat dalam penelitian ini adalah oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, dan oposisi hirarkial. 1) Oposisi Mutlak Oposisi mutlak ialah pertentangan makna secara mutlak. Berikut adalah contoh data penanda kohesi leksikal oposisi mutlak yang terdapat dalam penelitian ini. (250) Miturut ujaring sawatara mitrane, Soepratman mula lagi nandhang lair batin. (PS/3/10/20/18/05/2013). Menurut perkataan beberapa temannya, Soepratman baru menderita lahir batin. Wacana (250) di atas terdapat oposisi mutlak pada kata lair lahir dan batin batin. Kehadiran oposisi makna dalam sebuah wacana akan menjadikan kata dalam sebuah wacana menjadi lebih bervariasi. Selanjutnya data (250) dibagi atas unsur langsungnya sebagai berikut. (250a) Miturut ujaring sawatara mitrane, Menurut perkataan beberapa temannya, (250b) Soepratman mula lagi nandhang lair batin. Soepratman baru menderita lahir batin. Setelah dibagi atas unsur langsungnya, data (250b) diuji dengan teknik lesap. Hasilnya adalah sebagai berikut.

125 172 (250c) Soepratman mula lagi nandhang ØØ. Soepratman baru menderita Ø Ø. Penanda kohesi leksikal oposisi mutlak yaitu pada kata lair lahir dan batin batin apabila dilesapkan, maka data tersebut menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal dan informasi yang tersampaikan kurang jelas. Jadi satuan lingual lair lahir dan batin batin wajib hadir dalam wacana (250). Selain data tersebut ditemukan pula oposisi mutlak pada satuan lingual ngibarake mengibarkan dan ngedhunake menurunkan yang terdapat dalam data (251) berikut. (251) Ing ndalem upacara ngibarake utawa ngedhunake gendera Merah- Putih. (PS/2/10/24/15/06/2013). Di dalam upacara mengibarkan atau menurunkan bendera Merah- Putih. 2) Oposisi Kutub Oposisi kutub adalah pertentangan makna yang tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat gradasi (ada tingkatan makna). Contoh data penanda kohesi leksikal oposisi kutub adalah sebagai berikut. (252) Dene bangsane akeh sethithike wis ngakoni asiling karyane. Ngenani bab penandhange ati rikala isih ana donya, bisa kasisihake. (PS/2/10/24/15/06/2013). Sedangkan bangsanya banyak sedikitnya telah mengakui hasil karyanya. Mengenai bab penderitaan hati ketika masih di dunia, dapat dikesampingkan. Tampak pada data (252) terdapat oposisi kutub yaitu pada kata akeh banyak dan sethithik sedikit. Data (252) tersebut kemudian dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi sebagai berikut. (252a) Dene bangsane akeh sethithike wis ngakoni asiling karyane.

126 173 Sedangkan bangsanya banyak sedikitnya telah mengakui hasil karyanya. (252b) Ngenani bab penandhange ati rikala isih ana donya, bisa kasisihake. Kemudian data (254a)diujidengan teknik lesap sebagai berikut. (252c) Dene bangsane ØØ wis ngakoni asiling karyane. Sedangkan bangsanya Ø Ø telah mengakui hasil karyanya. Oposisi kutub yaitu pada kata akeh banyak dan sethithik sedikit pada data di atas apabila dilesapkan, maka data tetap gramatikal atau berterima. Selain data tersebut ditemukan pula oposisi kutub yang terdapat pada data (253) sampai dengan (255) berikut. (253) Ha iya, merga dene kahanan, gelem ora gelem: omah gentheng disaponi, abot entheng dilakoni. (PS/2/9/18/4/05/2013). Ha ya, karena situasi itu, mau tidak mau: rumah genting disapu, beratringan dijalani. (254) Sakehing lapisan masyarakat; iya sing ana ndhuwur iya sing ana ngisor. (PS/2/10/18/4/05/2013). Semua lapisan masyarakat; ya yang ada di atas ya yang ada di bawah. (255) Mandheg sedhela-sedhela, nganakake owah-owahan kana-kene, dilarasake karo rasa pirasaning jiwa lan ati dalah pikirane. (PS/1/10/19/11/05/2013). Berhenti sebentar, membuat perubahan di sana-sini, diserasikan dengan rasa dalam jiwa lan hati serta pikirannya. 3) Oposisi Hubungan Oposisi hubungan adalah oposisi makna yang bersifat saling melengkapi. Oposisi hubungan dapat dilihat pada data berikut ini. (256) Cekaking crita, wong loro samengko wis kelakon dadi suami-istri. (PS/3/9/23/8/06/2013). Singkatnya cerita, dua orang tadi telah menjadi suami-istri.

127 174 Pada tuturan (256) di atas terdapat penanda kohesi leksikal oposisi hubungan yaitu pada kata suami suami dan istri istri. Kedua kata tersebut bersifat saling melengkapi, karena kehadiran kata suami suami akan bermakna jika dilengkapi dengan kata istri istri. Selanjutnya data (256) dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, hasilnya sebagai berikut. (256a) Cekaking crita, Singkatnya cerita, (256b) wong loro samengko wis kelakon dadi suami-istri. dua orang tadi telah menjadi suami-istri. Setelah dibagi atas unsur langsungnya dengan teknik BUL, kemudian data (256b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (256c) wong loro samengko wis kelakon dadi Ø Ø. dua orang tadi telah menjadi Ø Ø. Hasil analisis data (256) di atas menunjukkan bahwa apabila satuan lingual suami suami dan istri istri dilesapkan, maka data menjadi tidak gramatikal. Oleh karena itu, satuan lingual suami suami dan istri istri wajib hadir. Penanda kohesi leksikal yang berupa oposisi hubungan juga tampak pada data (257) sampai dengan (261) berikut. (257) Eee, nadyan ta wis ditambahi nganggo jeneng Landa pisan, WR. Soepratman tetep ora bisa ditampa ing sekolahe para sinyo karo nonik kuwi mau. (PS/1/10/17/27/04/2013). Eee, meskipun telah menambahkan dengan nama Belanda sekalipun, WR. Soepratman tetap tidak bisa diterima di sekolahnya sinyo dan nonik itu tadi. (258) Sedulure WR Soepratman ana lima, dadi putrane pak sersan sing nunggal bapa-ibu karo Soepratman, ana enem. (PS/1/10/17/27/04/2013). Saudaranya WR Soepratman ada lima, jadi putranya pak sersan yang sama bapak-ibunya dengan Soepratman, ada enam.

128 175 (259) Kathik ana unen-unen, tumiyunge katresnane biyung iku marang anak lanang, dene katresnane si bapa tumiyunge marang anak wadon. (PS/1/10/17/27/04/2013). Sebab ada peribahasa, seorang ibu lebih sayang pada anak laki-lakinya, sedangkan bapak lebih sayang pada anak perempuannya. (260) Sarehne Soepratman manggon ing tangsi, dadi srawunge karo para nom-noman, lanang wadon cetha luwih omber katimbang ing bebrayan (Indonesia) umume. (PS/2/10/17/27/04/2013). Karena Soepratman tinggal di tangsi, jadi kenalnya dengan para pemuda, laki-laki dan perempuan jelaslebih banyak daripada di masyarakat (Indonesia) pada umumnya. (261) Lagu gubahane kenyatan bisa ditampa kalangan mudha; para sing bisa nerusake lelakone para pinisepuh. (PS/3/10/19/11/05/2013). Nyatanya lagu karangannya dapat diterima kalangan muda; hal-hal yang bisa meneruskan perjalanannya para generasi tua. 4) Oposisi Majemuk Oposisi majemuk adalah artinya oposisi makna yang terjadi pada beberapa kata (lebih dari dua). Di bawah ini merupakan contoh data yang menunjukkan adanya penanda kohesi leksikal oposisi hirarkial. (262) Surasane, para pegawai negeri, yen ta lagu Indonesia Raya arep dikumadhangake, ora perlu ndadak melu ngadeg barang. Cukup tetep lungguh ing papane bae. (PS/2/10/20/18/05/2013). Isinya, para pegawai negeri, jika lagu Indonesia Raya akan dinyanyikan, tidak perlu harus ikut berdiri. Cukup tetap duduk di tempat saja. Penggalan wacana (262) di atas tampak adanya penanda kohesi leksikal oposisi majemuk yaitu pada kata ngadeg berdiri dan lungguh duduk. Kemudian data (262) diuji dengan teknik BUL, hasilnya adalah sebagai berikut. (262a) Surasane, para pegawai negeri, yen ta lagu Indonesia Raya arep dikumadhangake, ora perlu ndadak melu ngadeg barang. Isinya, para pegawai negeri, jika lagu Indonesia Raya akan dinyanyikan, tidak perlu harus ikut berdiri.

129 176 (262b) Cukup tetep lungguh ing papane bae. Cukup tetap duduk di tempat saja. Selanjutnya data (262) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (262c) Surasane, para pegawai negeri, yen ta lagu Indonesia Raya arep dikumadhangake, ora perlu ndadak melu Ø barang. Cukup tetep Ø ing papane bae. Isinya, para pegawai negeri, jika lagu Indonesia Raya akan dinyanyikan, tidak perlu harus ikut Ø. Cukup tetap Ø di tempat saja. Setelah data (262c) dianalisis dengan teknik lesap pada kata ngadeg berdiri dan lungguh duduk, data tersebut menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Karena kata-kata tersebut merupakan aspek yang mendukung kepaduan atau kekohesifan wacana tersebut, sehingga kehadirannya wajib. Berdasarkan analisis pada data di atas penanda kohesi leksikal yang berupa antonimi atau oposisi makna yang terdapat dalam wacana gempilan sejarah meliputi: oposisi mutlak (lair >< batin, dan ngibarake >< ngedhunake), oposisi kutub (akeh >< sethithik sedikit, abot berat >< entheng ringan, ndhuwur atas >< ngisor bawah, kana sana >< kene sini ), oposisi hubungan (suami >< istri, sinyo >< nonik, bapa bapak >< ibu ibu, biyung ibu >< bapa bapak, lanang laki-laki >< wadon perempuan, mudha muda >< pinisepuh tua ), dan oposisi majemuk (ngadeg >< lungguh). Data mengenai oposisi makna tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 250 sampai dengan 262. d. Kolokasi (Sanding Kata) Kolokasi atau sanding kata adalah kata-kata yang cenderung digunakan secara berdampingan dalam suatu wacana. Data yang ditemukan dalam

130 177 penelitian wacana gempilan sejarah yang berupa penanda kohesi leksikal kolokasi adalah sebagai berikut. (263) Tembene, Tabrani karo Adinegoro mujudake jurnalis Indonesia sing gamben; tilas siswa Sekolah Jurnalistik ing Jerman. (PS/1/9/20/18/05/2013). Baru saja, Tabrani dan Adinegoro wujudkan jurnalis Indonesia yang gamben; pernah menjadi siswa Sekolah Jurnalistik di Jerman. Wacana (263) di atas terdapat penggunaan satuan lingual jurnalis dan jurnalistik yang saling berhubungan atau berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana tersebut. Data yang menunjukkan adanya satuan lingual lain yang saling berkolokasi adalah sebagai berikut. (264) Publicist mono tembung mbiwarakake, merga tembung wartawan utawa jurnalis rikala kuwi mula uga isih arang kanggone. Lha Soepratman saikine lagi ngrasa, yen mula bingung jurnalistik iki sing mujudake duniane. (PS/1-2/10/18/4/05/2013). Wartawan memang kata memberitakan, karena kata wartawan utawa jurnalis ketika itu juga masih jarang gunanya. Lha Soepratman sekarang ini baru merasakan, maka bingung jurnalistik ini yang mewujudkan dunianya. Tuturan (264) di atas tampak adanya penggunaan kata wartawan, kata jurnalis, kata jurnalistik yang saling berkolokasi serta mendukung kepaduan wacana tersebut. Di bawah ini merupakan data lain yang menunjukkan satuan lingual lain yang saling berkolokasi. (265) Jejer dadi jurnalis kathik mung dadi juruwarta bae, tur dhek jaman samana pisan, pemetune ora bisa nyukupi. (PS/1/10/20/18/05/2013). Menjadi jurnalis dengan hanya menjadi juruwarta saja, apalagi pada saat itu, pendapatannya tidak bisa mencukupi. Tampak pada data (265) terdapat pemakaian satuan lingual yang saling berkolokasi yaitu kata jurnalis dan juruwarta. Hadirnya kata-kata yang berkolokasi tersebut membuat wacana menjadi kohesif dan padu. Namun,

131 178 apabila teknik lesap dan teknik ganti dihadirkan untuk menganalisis data tersebut menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Jika salah satu unsurunsur tersebut dilesapkan atau diganti dengan satuan lingual yang lain, maka akan merubah makna yang ada. Penanda kohesi leksikal berupa kolokasi tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 263 sampai dengan 265. e. Hiponimi (Hubungan Atas-Bawah) Hiponimi dapat diartikan sebagai satuan bahasa (kata, frasa, kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna satuan lingual yang lain. Di bawah ini merupakan data yang menunjukkan hiponimi. (266) Ing Jakarta ora sethithik cacahe koran Tionghoa-Melayu iki mau; ning sing kesuwur mung telu. Sin Po. Keng Po karo Hong Po (sing pro Jepang). Ing Surabaya: Sin Tit Po. (PS/1/10/18/4/05/2013). Di Jakarta tidak sedikit jumlah koran Tionghoa-Melayu ini; tapi yang terkenal hanya ada tiga. Sin Po. Keng Po dan Hong Po (yang pro Jepang). Di Surabaya: Sin Tit Po. Pada tuturan (266) di atas yang menjadi hipernim koran Tionghoa- Melayu dan sebagai hiponimnya adalah Sin Po, Keng Po, Hong Po, dan Sin Tit Po. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Bagan 3 Hiponimi Frasa Koran Tionghoa-Melayu

132 179 Data lain yang menunjukkan adanya penanda kohesi leksikal hiponimi atau hubungan atas-bawah adalah sebagai berikut. (267) Aneh, ning sing cetha bae, wiwit rikala iku, lagu Indonesia Raya sering dinyanyekake dening kumpulan-kumpulan Indonesia apa bae. Embuh ormas, embuh partai, para siswa sekolah lanjutan, kaum gerakan emboh sing enom embuh sing tuwa, lanang apa wadon. (PS/1/10/20/18/05/2013). Aneh, tetapi yang jelas bahwa, mulai saat itu, lagu Indonesia Raya sering dinyanyikan oleh kelompok Indonesia apapun. Entah ormas, entah partai, para siswa sekolah lanjutan, kaum pergerakan entah yang muda entah yang tua, laki-laki atau perempuan. Satuan lingual kumpulan-kumpulan Indonesia kelompok Indonesia pada data (267) merupakan hipernim sedangkan hiponimnya adalah ormas ormas, partai partai, para siswa sekolah lanjutan para siswa sekolah lanjutan, dan kaum gerakan kaum pergerakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan berikut. Bagan 4 Hiponimi Kumpulan-kumpulan Indonesia Di dalam penelitian ini data mengenai hiponimi tersebut dapat dilihat pada lampiran nomor 266 sampai 267.

I. LAMPIRAN DATA A. Penanda Kohesi 1. Penanda Kohesi Gramatikal a. Pengacuan (Referensi) 1) Pengacuan Persona 1.1 Pengacuan Persona I Aku Saya Aku

I. LAMPIRAN DATA A. Penanda Kohesi 1. Penanda Kohesi Gramatikal a. Pengacuan (Referensi) 1) Pengacuan Persona 1.1 Pengacuan Persona I Aku Saya Aku 203 I. LAMPIRAN DATA A. Penanda Kohesi 1. Penanda Kohesi Gramatikal a. Pengacuan (Referensi) 1) Pengacuan Persona 1.1 Pengacuan Persona I (1) Soepratman nerusake ukarane: Aku mbutuhake sisihan sing gelem

Lebih terperinci

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA i ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nila Haryu Kurniawati NIM : 2102407144 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Winiar Faizah Aruum 2102406672 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik BAB II PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik itu gramatikal maupun leksikal) dan penanda koherensi dalam wacana Antologi Cerkak Puber Kedua karya Ary Nurdiana. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO Oleh : Ari Rahmawati Soimah pendidikan bahasa dan sastra jawa Mitathegaul@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Anggit Hajar Maha Putra program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anggitzhajar@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Edi Subroto (1992:7) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan

Lebih terperinci

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas enam hal yaitu jenis penelitian, data dan sumber data, populasi, sampel, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan

Lebih terperinci

Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013

Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013 Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013 Oleh: Bastian Triadi Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa bastian.triadi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran

BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan dengan rumusan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik leksikal maupun gramatikal)

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD Oleh: Joni Fajar Arif Prasetyo program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO Oleh : Feni Andriyani pendidikan bahasa dan sastra jawa Vithut_weslep05@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Oleh: Wanti Pharny Zulaiha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa wantipharnyzulaiha@yahoo.co.id Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang

Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang Analisis Nilai Moral Rubrik Wacan Bocah dalam Majalah Djaka Lodang Edisi Juni-Desember 2013 dan Relevansinya dengan Kehidupan Sekarang Oleh: Imroati Hasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Oleh: Feni Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa fenia228@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Oleh: Rohadi Alfaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rohadialfaris@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Oleh: Rina Suryaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rinasuryaningsih22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Oleh : Widaningsih Dwi Indrawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Widaningsihdi72@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam linguistik, satuan bahasa yang terlengkap dan utuh disebut dengan wacana. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti

Lebih terperinci

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Oleh: Desy Anindita Sari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa desyanindita22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI

PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI WACANA GEMPILAN SEJARAH: SANG KOMPONIS SING ORA KAPATEDHAN ING KATRESNAN KARYA SOEBAGIJO I. N. DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014 1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PAMERAN BUKU MURAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014 TANGGAL 27 NOVEMBER 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam

Lebih terperinci

Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014

Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 Oleh: Inarotul Ainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuInaez@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo

Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo Oleh: Titis Widarningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa titis_widarningsih@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014

Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014 Adverbia Verba Bahasa Jawa pada Cerbung Ngonceki Impen pada Majalah Panjebar Semangat Edisi Maret Agustus 2014 Oleh: Siti Mudrikah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sitimudrikah645@gmail.com

Lebih terperinci

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE Cakrik omah panggang pe iki minangka cakrik omah jawa kang prasaja dhewe yen katandhingake karo cakrik-cakrik liyane. Dumadi saka papat utawa enem saka. Saka kang separo rada endhek

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN DONGENG-DONGENG ASIA KANGGO BOCAH-BOCAH SERI 1, 2, DAN 3

NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN DONGENG-DONGENG ASIA KANGGO BOCAH-BOCAH SERI 1, 2, DAN 3 NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN DONGENG-DONGENG ASIA KANGGO BOCAH-BOCAH SERI 1, 2, DAN 3 Oleh:Fitriani Syarifah program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anncil@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA

TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM WACANA KOLOM PAK RIKAN DI KORAN MINGGUAN DIVA SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Ikasari Indah Hibridani NIM : 2102406042 Prodi : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan

BAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik 1. Pengertian Pragmatik Pengkajian terhadap bahasa jika ditinjau dari sudut pandang linguistik terapan tentu tidak dapat dilakukan tanpa memperhitungkan konteks

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar. digilib.uns.ac.id 11 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Landasan Teori 1. Pengertian Wacana Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana naratif merupakan suatu wacana yang disampaikan dalam bentuk narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari pengarang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG

NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG NARASI KELISANAN DALAM TRADISI NGLIWETI PARI DESA JURANGJERO REMBANG Skripsi Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nama : Arie Ikha Safitri NIM : 2102407060 Program Studi : Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi)

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi) WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA Bahasa merupakan alat komunikasi. Artinya, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi. Dengan menguasai berbagai bahasa, manusia bisa membuka jendela dunia. Di samping

Lebih terperinci

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Disusun Oleh Nama : Ima Wulandhari NIM : 2102407136 Program Studi : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013

Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Oleh: Nur Widiawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa nurwidiawati93@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2009: 14) humor itu adalah rasa atau gejala

BAB II LANDASAN TEORI. Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2009: 14) humor itu adalah rasa atau gejala 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Humor Menurut Ensiklopedia Indonesia (dalam Jusuf, 1984: 5), kata humor berasal dari bahasa Yunani, yang berarti getah. Dalam kehidupan sehari-hari humor dapat diartikan

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP

REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Akalili Abidah Yusri Khairina

Lebih terperinci

Alenia Kesatuan dan Kepaduan. Sri Hertanti Wulan

Alenia Kesatuan dan Kepaduan. Sri Hertanti Wulan Alenia Kesatuan dan Kepaduan Sri Hertanti Wulan Pengertian Alinea Alinea adalah himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. pembentukan sebuah alinea

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS

CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS CERITA RAKYAT KI SONDONG MAJERUK DAN KI SONDONG MAKERTI DALAM PERSPEKTIF GREIMAS SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Oleh Finna Dwi Estianingrum 2102407038 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG STRUKTUR SERAT PARTAWIGENA SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra oleh Nama : Imam Arief Hidayat NIM : 2151407002 Program Studi : Sastra Jawa Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM ROMAN KADURAKAN ING NGISOR DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM ROMAN KADURAKAN ING NGISOR DRINGU KARYA SUPARTO BRATA SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM ROMAN KADURAKAN ING NGISOR DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh : Agus Setiaji program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Agusaji38@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA

ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA Jurnal Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1

Lebih terperinci

REFERENSI PADA JAGAD JAWA DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS JURNAL ILMIAH

REFERENSI PADA JAGAD JAWA DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS JURNAL ILMIAH REFERENSI PADA JAGAD JAWA DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS JURNAL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah MUHAMMAD PEBRI

Lebih terperinci

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERITA MISTERI JAGADING LELEMBUT PADA MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2001 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa oleh

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Gumilang Laksana program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa laksanagumilang@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 3 ANALISIS 3.1 engantar Dalam bab ini dilakukan analisis sintaksis terhadap kalimat yang memiliki verba berprefiks di- dalam bahasa Jawa. Bagaimana pola kalimat yang terbentuk melalui verba berprefiks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Penanda Kohesi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Penanda Kohesi BAB IV ANALISIS DATA Sehubungan dengan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi dan penanda koherensi serta karakteristik wacana antologi

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK DiyahAgustiyan. 2012. Analisis Deiksisdalam Novel

Lebih terperinci

REFERENSI DEMONSTRATIF PADA RUBRIK KISAH SAHABAT DALAM MAJALAH NURANI EDISI SEPTEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI

REFERENSI DEMONSTRATIF PADA RUBRIK KISAH SAHABAT DALAM MAJALAH NURANI EDISI SEPTEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI 1 REFERENSI DEMONSTRATIF PADA RUBRIK KISAH SAHABAT DALAM MAJALAH NURANI EDISI SEPTEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI IKE SUSANTI NIM. A 310080177 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Bab empat berisi analisis data yang akan mendeskripsikan tentang penanda kohesi leksikal dan kohesi gramatikal, koherensi dan karakteristik wacana deskriptif rubrik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Eko Gunawan NIM

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat berupa karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat berupa karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi berupa hasil digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil seni kreatif yang menggunakan bahasa sebagai media pengantarnya tanpa menghilangkan unsur estetiknya. Karya

Lebih terperinci

Purwaka Nembang macapat, budaya tradhisional lan kuna sing isih ana nganti saiki. Budaya nembang macapat isih urip ing Kutha Surabaya.

Purwaka Nembang macapat, budaya tradhisional lan kuna sing isih ana nganti saiki. Budaya nembang macapat isih urip ing Kutha Surabaya. Purwaka Nembang macapat, budaya tradhisional lan kuna sing isih ana nganti saiki. Budaya nembang macapat isih urip ing Kutha Surabaya. Nembang macapat ing Kutha Surabaya ana wiwit taun 1980-an nganti saiki,

Lebih terperinci

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL Oleh: Lastriani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa lasthree92@gmail.com Abstrak: penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian kohesi gramatikal dan leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Kompas tahun 2014 ditemukan kohesi gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Psikologis Sastra pada Novel Amrike Kembang Kopi Karya Sunaryata Soemardjo

Analisis Psikologis Sastra pada Novel Amrike Kembang Kopi Karya Sunaryata Soemardjo Analisis Psikologis Sastra pada Novel Amrike Kembang Kopi Karya Sunaryata Soemardjo Oleh: Ami Safitri Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Putri.Pertama92@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Bab ini pertama menganalisis wacana WB dari segi bahasa yang meliputi peranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal, kedua menelaah nilai-nilai

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER Kelas : IX Semester : I Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Tahun Pelajaran : 2013-2014 Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi yang Jumlah soal : (uraian) 2. Mengungkapkan

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain. Peran bahasa penting dalam kehidupan manusia, selain sebagai pengolah suatu gagasan, bahasa

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB)

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB) UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Bahasa Daerah (Basa Jawa) b. Semester : 2 (Dua) c. Kompetensi Dasar : 3.4 Mengidentifikasi, memahami, dan menganalisis karya fiksi dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO

ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO ANALISIS STRUKTURAL DAN MORALITAS TOKOH DALAM DONGENG PUTRI ARUM DALU KARANGAN DHANU PRIYO PRABOWO Oleh : Novyta Kumayroh program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Novyta_kumayroh@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup dan bekerja sama satu dengan lainya tanpa menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup dan bekerja sama satu dengan lainya tanpa menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana vital dalam berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama manusia. Dengan bahasa, kita dapat menyampaikan dan memahami pesan atau maksud

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 80 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel Emas Sumawur Ing Baluarti Karya Partini B

Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel Emas Sumawur Ing Baluarti Karya Partini B Tindak Tutur Ekspresif dalam Novel Emas Sumawur Ing Baluarti Karya Partini B Oleh: Ismatul Firdaus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa ismafrds@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Kitab Suci Bocah nyuguhaké. Swarga, Daleme Gusti Allah sing

Kitab Suci Bocah nyuguhaké. Swarga, Daleme Gusti Allah sing Kitab Suci Bocah nyuguhaké Swarga, Daleme Gusti Allah sing Éndah Ditulis déning: Edward Hughes Digambari déning: Lazarus Dibesut déning: Sarah S. Diterjemahaké déning: Endang Supardan diproduksi déning:

Lebih terperinci

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Oleh: Yuliana Wardani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa y.adinda@ymail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

Piwulang Jawi: Journal of Javanese Learning and Teaching

Piwulang Jawi: Journal of Javanese Learning and Teaching Piwulang Jawi 2 (1) (2013) Piwulang Jawi: Journal of Javanese Learning and Teaching http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/piwulang PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL KENJA KETULA-TULA KARYA WIDI WIDAJAT

Lebih terperinci

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI

BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI BENTUK DAN MAKNA NAMA-NAMA BANGUNAN POKOK DI KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Nama : Dewi Larasati NIM : 2102408087 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Oleh: Mahasih Hesti Rochayati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa mahesti0509@gmail.com

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR PENYIAR ING GIYARAN MANGGA TRESNA BUDAYA RADIO MTB FM SURABAYA. Hendra Setiawan ABSTRAK

TINDAK TUTUR PENYIAR ING GIYARAN MANGGA TRESNA BUDAYA RADIO MTB FM SURABAYA. Hendra Setiawan ABSTRAK TINDAK TUTUR PENYIAR ING GIYARAN MANGGA TRESNA BUDAYA RADIO MTB FM SURABAYA Hendra Setiawan ABSTRAK Basa minangka sarana komunikasi, saka basa mitra tutur bisa mangerteni apa sing dikarepake dening penutur.

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL LIRIK LAGU WALI DALAM ALBUM CARI JODOH SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL LIRIK LAGU WALI DALAM ALBUM CARI JODOH SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL LIRIK LAGU WALI DALAM ALBUM CARI JODOH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui bahasa, manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

Kohesi Gramatikal Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi

Kohesi Gramatikal Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi KOBUKURO, DUO ASAL OSAKA YANG BERANGKAT DARI JALANAN KOHESI GRAMATIKAL 1 demonstratif. ini termasuk kata ini mengacu dari awal kalimat Berasal dari dua nama keluarga... kalimat ini terdapat 2 substitusi,

Lebih terperinci

Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009

Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 Oleh: Dwi Septi Purwaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa dwisepti216@gmail.com

Lebih terperinci

Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Purnama Kingkin Karya Sunaryata Soemardjo

Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Purnama Kingkin Karya Sunaryata Soemardjo Analisis Sosiologi Sastra dalam Novel Purnama Kingkin Karya Sunaryata Soemardjo Oleh: Dwi Ratnasari Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa duwiratnasari42@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci