BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) Pengertian Kecerdasan Buatan Menurut Rich dan Knight (1991), kecerdasan buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia. Menurut Russell dan Norvig (2010:2), definisi dari kecerdasan buatan dibagi menjadi 4 kategori yakni: bersikap seperti manusia, berpikir seperti manusia, berpikir secara rasional dan bersikap secara rasional. Untuk kategori pertama yakni bersikap seperti manusia, dilakukan pendekatan uji Turing, yang diajukan oleh Alan Turing pada tahun Pendekatan ini di desain untuk menghasilkan kepuasan operasional. Sebuah komputer lulus dari pengujian jika penguji manusia, setelah menulis pertanyaan, tidak dapat membedakan apakah pemberi jawaban merupakan manusia atau komputer. Dalam kategori ini, komputer harus memiliki kemampuan untuk: memproses bahasa alami, representasi pengetahuan, pemberian alasan secara otomatis dan alat pembelajaran. Untuk kategori kedua yakni berpikir seperti manusia, kita harus memiliki cara untuk memutuskan bagaimana seorang manusia berpikir untuk mendesain program yang dapat berpikir sebagai manusia juga. Ada tiga cara untuk mengetahui bagaimana kerja otak manusia, yaitu: melalui introspeksi (mencoba menangkap pemikiran kita ketika berjalan), melalui ekperimen psikologikal (mengamati aksi seseorang), dan melalui bayang bayang otak (mengamati kerja otak). Untuk kategori ketiga yakni berpikir secara rasional, terdapat dua halangan dari pendekatan ini. Pertama,tidak mudah untuk mendapatkan pengetahuan yang tidak resmi dan menyatakannya dalam pernyataan resmi membutuhkan notasi logikal, terutama jika pengetahuan tersebut kurang dari 7

2 8 100% keyakinannya. Kedua, ada perbedaan besar antara menyelesaikan masalah secara prinsip dan menyelesaikannya melalui latihan. Untuk kategori yang terakhir yakni bersikap secara rasional, semua keterampilan yang dibutuhkan untuk pengujian Turing juga membuat seorang agen bersikap secara rasional. Representasi pengetahuan dan pencarian alasan memungkinkan agen mencapai keputusan yang baik. Pendekatan agen rasional memberikan dua buah keuntungan dibandingkan pendekatan yang lainnya. Pertama, lebih umum dibandingkan dengan pendekatan hukum pikiran karena kesimpulan yang benar hanya salah satu dari mekanisme lain yang memungkinkan untuk mendapatkan rasionalitas. Kedua, lebih disetujui dalam pengembangan ilmiah dibandingkan pendekatan berbasis kebiasaan manusia Sejarah Kecerdasan Buatan Menurut Russell dan Norvig (2010:16), pekerjaan pertama yang sekarang dikenal sebagai AI dilakukan oleh Warren McCulloch dan Walter Pitts pada tahun Mereka menggambar tiga sumber yakni: pengetahuan dari dasar psikologi dan fungsi syaraf di otak, analisis resmi dari logika proposisional sesuai Russel dan Whitehead dan teori komputasi Turing. Kemudian Donald Hebb pada tahun 1949 mendemonstrasikan aturan pembaharuan yang sederhana untuk mengubah kekuatan koneksi antara syaraf. Aturan ini disebut pembelajaran Hebbian. Pada tahun 1950-an para ilmuwan dan peneliti mulai memikirkan bagaimana caranya agar mesin dapat melakukan pekerjaannya seperti yang bisa dikerjakan oleh manusia. Alan Turing, seorang matematikawan Inggris pertama kali mengusulkan adanya tes untuk melihat bisa tidaknya sebuah mesin dikatakan cerdas. Hasil tes tersebut dikenal dengan pengujian Turing, dimana si mesin tersebut menyamar seolah olah sebagai seseorang di dalam suatu permainan yang mampu memberikan respon terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan. Kecerdasan buatan sendiri dimunculkan oleh seorang professor dari Massachusetts Institute of Technology yang bernama John McCarthy pada tahun 1956 pada konferensi Dartmouth yang dihadiri oleh para peneliti AI.

3 Computer Vision Pengertian Computer Vision Menurut Matthies, Malchow dan Kriz (2001:3), computer vision (atau image understanding) secara umum didefinisikan sebagai konstruksi dari eksplisit, deskripsi yang berarti dari struktur dan sifat dari dunia 3 dimensi dari gambar 2 dimensi. Kerangka konseptual dari pemahaman gambar yang diterima secara luas berdasarkan konsep Marr dari persepsi visual sebagai proses komputasional (Marr 1982). Computer vision merepresentasikan sub bidang dari kecerdasan buatan dimana bertujuan pada analisis dan interpretasi dari informasi visual. Pemahaman gambar dianggap sebagai proses, dimulai dari gambar atau urutan gambar dan menghasilkan dalam sebuah komputer deskripsi dari adegan. Masalah dari pemahaman gambar adalah inti dari usaha untuk memungkinkan mesin untuk membuat interaksi yang pintar dengan lingkungannya. sensor sensor digunakan untuk mendapatkan informasi dari lingkungan 3 dimensinya dimana dapat terjadi dalam bentuk pidato, gambar, dan noise yang alamiah Sejarah Computer Vision Menurut Matthies, Malchow dan Kriz (2001:4), ilmu dari computer vision disampaikan melalui sejumlah pola pikir yang berganti selama empat decade. Dimulai pada tahun 1950an ketika percobaan pertama dilakukan untuk menggunakan mesin komputasi yang baru untuk memproses gambar. Selama periode visi dianggap secara utama sebagai pengenalan pola. Pendekatan pengenalan pola kemudian mengalami beberapa kesulitan dasar. Khususnya, masalah membagi bagi gambar menjadi potongan signifikan dimana dapat diklasifikasikan terbukti tidak dapat dipecahkan. Menjadi pasti bahwa membagi bagi gambar membutuhkan lebih dari satu pengukuran dalam sebuah gambar. Akhirnya, menjadi diterima secara

4 10 umum bahwa visi dari mesin membutuhkan pemahaman dari dunia dimana gambar direpresentasikan. Demikian, pendekatan untuk menginvestigasi visi dari pemahaman gambar diperbaiki. Orientasi ulang ini terjadi pada tahun 1970an, ketika teknik baru dikembangkan dalam kecerdasan buatan untuk sistem pakar pemrograman, khususnya teknik dari representasi pengentahuan dan kesimpulan. Lebih jauh lagi, teori yang baik dari visi harus menyediakan antarmuka antara persepsi dan kemampuan kognitif lainnya, seperti pencarian alasan, perencanaan, pembelajaran dan akting. Pada waktu yang sama ada proyek yang meneruskan pendekatan berbasis pengetahuan. Titik awalnya adalah asumsi yang mengenali objek termasuk perbandingan dari objek dengan representasi dalam objek dan adegan dalam sistem pemahaman gambar. Ketika Marr (1982) mencoba meletakkan perbaikan berbasis data dari objek visual ke dalam praktek, pendekatan berbasis gambar diusulkan (Tarr dan Buelthoff,1998). Pendekatan ini tidak membutuhkan perbaikan dalam perhitungan representasi tiga dimensi. Model berbasis gambar merepresentasikan objek dengan gambarnya dari titik penglihatan yang spesifik Pengenalan Pola (Pattern Recognition) Menurut Polikar(2006:1), pengenalan pola atau pattern recognition berasal dari kebutuhan mesin untuk mengenali objek secara otomatis, sinyal atau gambar, atau kebutuhan untuk pengambilan keputusan secara otomatis berbasis sekumpulan parameter. Sekumpulan variabel dipercaya membawa informasi berbeda tentang sebuah objek untuk diidentifikasi yang disebut fitur, yang biasanya berisi pengukuran atau observasi dari objek tersebut. Sekumpulan dari fitur dari sebuah objek dengan pertimbangan tertentu,disebut pola atau pattern. Tujuan dari sistem pengenalan pola adalah memperkirakan label yang berhubungan dengan vektor fitur yang diberikan berdasarkan beberapa pengetahuan yang didapat sebelumnya melalui pelatihan atau training. Pelatihan merupakan prosedur dimana sistem pengenalan pola belajar memetakan hubungan antara vektor fitur dan label yang berhubungan.

5 Sidik Jari Pengertian Sidik Jari Menurut Komarinski (2005:3), Fingerprint atau sidik jari adalah sebuah biometric yang telah digunakan secara sistematik untuk identifikasi selama 100 tahun yang telah diukur, diduplikasi dan diperiksa secara ekstensif, sebuah biometric yang tidak berubah dan relatif mudah untuk diambil. Pada jari atau ibu jari, ridge-ridge membentuk tiga buah pola, yakni loops, whorls dan arches. Gambar 2.1 Pola pada ridge. (A) Arch, (B) Left slant loop, (C) Right slant loop, (D) Whorl. (Sumber: Komarinski, 2005:71) Menurut Barnes (2010:7), ada cerita yang panjang mengenai tanda yang multak untuk identitas telah diberitahukan selama bertahun tahun dan dengan cara cara yang berbeda. Pada sisi telapak dari tangan orang

6 12 dan tapak dari kaki orang adalah fitur kulit yang terkemuka yang memisahkan dia (laki laki) atau dia (perempuan) dari orang orang lain di dunia. Fitur ini ada dalam bentuk kulit daerah pergesekan (friction ridge) dimana meningalkan jejak bentuknya ketika bersentuhan dengan benda. Jejak dari lipatan jari terakhir dikenal sebagai sidik jari. Menggunakan sidik jari untuk mengidentifikasi sidik jari telah menjadi umum Sejarah Sidik Jari Menurut Xiang-Xin dan Chun-Ge (1988:277), tembikar yang diperkirakan berumur 6000 tahun ditemukan di tempat akeologi di barat laut Cina dan ditemukan menghasilkan jejak yang dapat dilihat dengan jelas daerah gesekan (friction ridge). Cetakan ini diperkirakan sebagai jejak kulit daerah gesekan (friction ridge) tertua yang ditemukan. Bagaimanapun, tidak diketahui apakah benda tersebut disimpan secara tidak sengaja atau dengan maksud spesifik, seperti untuk menciptakan pola dekoratif atau simbol. Cina merupakan kebudayaan pertama yang diketahui menggunakan jejak ridge sebagai identifikasi. Contoh paling pertama datang dari dokumentasi Cina yang berjudul The Volume of Crime Scene Investigation Burglary, dari dinasti Qin ( SM). Dokumen tersebut berisi deskripsi dari bagaimana sidik jari digunakan sebagai bukti. Contoh paling umum dari penggunaan sidik jari adalah pada cap tanah liat. Setelah ditemukan kertas oleh orang Cina, penggunaan sidik jari untuk menandatangani dokumen menjadi umum. Menurut Ashbaugh (1999:38), sejak abad ke-17 ilmuwan Eropa mulai mempublikasikan percakapan mereka tentang kulit manusia. Sidik jari pertama kali dideskripsikan secara terperinci oleh Dr. Nehemiah Grew pada makalah tahun 1684 berjudul Philosophical Transactions of the Royal Society of London. Walaupun sidik jari telah dipelajari selama bertahun tahun, baru pada tahun 1788 dikenal keunikan dari sidik jari ini di Eropa. Welker mulai mencetak tangan kanannya sendiri pada tahun 1856 dan kemudian pada tahun 1897, sehingga mendapatkan predikat sebagai orang pertama yang memulai pembelajaran sidik jari secara permanen. Menurut Lambourne (1984:58-59), kasus pembunuhan Rojas adalah kasus pembunuhan pertama

7 13 yang diselesaikan dengan bukti sidik jari, dan Argentina menjadi negara perama yang mengandalkan sidik jari sebagai metode individualisasi. Menurut Myers (1942:18), bencana pertama Amerika Serikat dimana individualisasi sidik jari berperan utama ketika USS Squalus tenggelam pada 23 Mei Kapal selam tersebut tenggelam ke dasar laut dengan kedalaman 240 kaki. James Herbert Taylor, pempimpin di divisi identifikasi angkatan laut Amerika Serikat, melakukan operasi identifikasi. Semua mayat diidentifikasi menggunakan sidik jari Gambar Pengertian Gambar Menurut Saphiro dan Stockman (2001:9), citra analog adalah citra 2D F(x,y) yang memiliki ketelitian tidak terbatas dalam parameter spasial x dan y dan ketelitian tidak terbatas pada intensitas tiap titik spasial (x,y). Citra digital adalah citra 2D I[r,c] yang di representasikan oleh array diskrit 2D dari intensitas sampel, dimana masing masing titik direpresentasikan dengan ketelitian tidak terbatas. Menurut Jain, Kasturi and Schunk (1995:12), pixel adalah sampel intensitas image yang terkuantisasi ke dalam nilai integer. Sementara image merupakan array dua dimensi dari pixel pixel tersebut. Image inilah yang merupakan input awal dari computer vision. Menurut Saphiro dan Stockman (2001:30) ada beberapa bentuk citra digital yang sering digunakan di dalam computer vision: Binary Image adalah citra digital dengan nilai intensitas antara 1 dan 0. Grayscale Image adalah citra digital monokrom dengan 1 nilai intensitas setiap pixel. Multispectral Image adalah vektor 2D yang memiliki vektor nilai pada setiap pixel. Jika citra berwarna, maka mempunyai 3 vektor elemen. Labeled Image adalah citra digital dimana nilai dari pixel-nya merupakan simbol dari alfabet terbatas.

8 14 Resolusi citra juga menentukan baik atau buruknya suatu citra dapat diproses, karena resolusi citra menunjukan detail yang ada pada citra tersebut. Menurut T,Sutoyo et al (2009) ada dua jenis resolusi yang perlu diketahui, yaitu: 1. Resolusi Spasial Resolusi spasial ini merupakan ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi baris dan kolom pada saat sampling.resolusi ini dipakai untuk menentukan jumlah pixel per satuan panjang. Biasanya satuan resolusi ini adalah dpi (dot per inchi). Resolusi ini sangat berpengaruh pada detail dan perhitungan gambar. 2. Resolusi Kecemerlangan Resolusi kecemerlangan (intensity atau brightness) atau biasanya disebut dengan kedalaman bit atau kedalaman warna (Bit Depth) adalah ukuran halus kasarnya pembagian tingkat gradasi warna saat dilakukan kuantisasi. Bit depth menentukan berapa banyak informasi warna yang tersedia untuk ditampilkan dalam setiap piksel. Semakin besar nilainya, semakin bagus kualitas gambar yang dihasilkan dan tentu ukuran juga semakin besar Pemrosesan gambar Dalam melakukan identifikasi sidik jari hal yang paling penting dan pertama kali harus dilakukan adalah melakukan pemrosesan gambar sidik jari yang tersedia (tahapan pre-processing). Digital image processing adalah pemrosesan digital image yang dilakukan menggunakan digital computer. Ada beberapa jenis image processing, yakni: 1. Spatial domain processing Metode spatial domain adalah suatu metode dengan pendekatan yang beroperasi langsung pada kumpulan pixel yang menyusun citra seperti operasi pada pixel (pixel operations), histogram modelling, spatial operations, dan transform operations. 2. Frequency domain processing Metode frequency domain adalah suatu metode yang didasarkan pada modifikasi fourier transform pada suatu citra.

9 15 Dalam penelitian ini, database gambar sidik jari yang akan digunakan adalah database gambar sidik jari yang didapat dari hasil pemindaian sidik jari seseorang secara elektronik dan sudah dilakukan beberapa pemrosesan awal seperti konversi gambar RGB ke dalam gambar grayscale. Grayscale image adalah sebuah gambar dengan range nilai antara 0 sampai dengan 1 (hitam dan putih). Pemrosesan pemrosesan yang akan dilakukan selanjutnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas gambar agar mempermudah proses identifikasi sidik jari. Pemrosesan pemrosesan gambar sidik jari yang ada menggunakan beberapa metode yang berguna dalam memperjelas maupun membuat gambar menjadi lebih layak bagi keperluan tahap selanjutnya Pengenalan Sidik Jari (Fingerprint Recognition) Menurut Garg dan Bansal (2013:31), fingerprint recognition adalah proses untuk membandingkan sebuah sidik jari dengan sidik jari lainnya untuk memutuskan apakah jejak dari kedua sidik jari berasal dari jari yang sama. Proses dari pengenalan ini adalah dengan mencocokan kedua sidik jari tersebut untuk menentukan kesamaan. Penyocokan ini membutuhkan pemrosesan sehingga dibuatnya algoritma yang merupakan susunan metode dari proses-proses yang digunakan untuk identifikasi sidik jari. Menurut Al-Ani (2013:44), fingerprint recognition adalah salah satu dari metode yang paling banyak dikenal dan sangat populer untuk masalah identifikasi perorangan dan keamanan. Ini disebabkan oleh keunikan dari sidik jari dan kemudahan penggunaannya. Fingerprint recognition atau fingerprint authentication merujuk kepada metode otomatis untuk membuktikan kesamaan dari dua sidik jari manusia. Sistem dari fingerprint recognition adalah sistem biometrik yang paling matang dan diterima. Menurut Bana dan Kaur (2011:13), fingerprint recognition adalah proses membandingkan sidik jari yang ditanyakan dengan sidik jari yang ditanyakan dan sudah diketahui dengan sidik jari yang lainnya untuk memutuskan apakah kedua sidik jari tersebut berasal dari jari atau telapak

10 16 tangan yang sama. Hal tersebut termasuk ke dalam dua sub-domains yakni fingerprint verification dan fingerprint identification Proses-Proses dalam Fingerprint Recognition Menurut Bazen (2002:10), sebuah sistem pengenalan sidik jari melibatkan beberapa tahap, yakni Acquisition Image Tahap pertama dalam sistem pengenalan sidik jari adalah pengambilan gambar sidik jari. Pada zaman dahulu, sidik jari didapatkan dengan menempelkan jari ke tinta kemudian ditempelkan ke atas kertas. Namun, pada zaman sekarang banyak sensor yang tersedia untuk mendapatkan gambar sidik jari. Sensor membuat proses pengambilan gambar sidik jari lebih mudah karena hanya membutuhkan sentuhan dari sidik jari di atas sensor dan tidak melibatkan tinta sama sekali. Tetapi tugas identifikasi sidik jari menjadi lebih kompleks karena gambar yang sederhana memiliki gambar fitur sidik jari yang lebih kecil. Kualitas dan karakteristik dari gambar sidik jari sangat bergantung pada tipe sensor yang digunakan. Karena itu pemilihan sensor berpengaruh secara langsung pada performa pengenalan sidik jari dan algoritma pengenalan sidik jari harus beradaptasi untuk sensor tertentu. Gambar 2.2 Pemindaian sidik jari (Sumber Maltoni,Maio, Jain, dan Prabhakar, 2009:59)

11 Preprocessing Bazen tidak menjelaskan bahwa tahap pemrosesan sebuah sidik jari. Ini dikarenakan bagus atau tidaknya sebuah gambar dipengaruhi oleh sensor. Sedangkan sebuah gambar sidik jari yang berasal dari sensor yang bagus tidak selalu memberikan hasil yang maksimal sehingga diperlukan pemrosesan gambar tersebut atau enhancement. Menurut Maltoni,Maio, Jain, dan Prabhakar (2009:131), performa dari algoritma ekstraksi minutiae dan teknik pengenalan sidik jari lainnya sangat bergantung dengan kualitas dari gambar sidik jari input. Sebuah gambar sidik jari yang ideal harus memiliki ridge dan valley yang bergerak dengan arah yang konstan. Tetapi dalam kenyataannya, karena kondisi kulit, sensor noise penekanan sidik jari yang tidak tepat, dan sebagian besar dari gambar sidik jari memiliki kualitas yang buruk. Oleh karena itu dibutuhkan algoritma preprocessing atau enhancement. Tujuan dari algoritma pemrosesan gambar yakni untuk meningkatkan kerjernihan dari sktruktur ridges dalam daerah yang dapat diperbaiki dan menandai daerah yang tidak dapat diperbaiki sebagai daerah yang memiliki noise yang sangat banyak. Hasil dari algoritma pemrosesan sidik jari dapat berupa gambar grayscale atau gambar binary tergantung pada algoritmanya Feature Extraction Sidik jari memiliki informasi-informasi dalam bentuk struktur garis, yang disebut ridges dan valleys. Proses ekstraksi fitur adalah proses untuk mengeluarkan ridges dan valleys pada sidik jari sehingga dapat digunakan pada tahap selanjutnya. Menurut Maltoni,Maio, Jain, dan Prabhakar (2009:143), hampir semua sistem perbandingan sidik jari berbasis pencocokan minutiae. Banyak metode yang diajukan membutuhkan gambar dengan tipe grayscale yang kemudian diubah menjadi gambar binary. Namun ada beberapa peneliti yang mengajukan ekstraksi fitur yang langsung dilakukan pada gambar grayscale tanpa melalui proses binarization dan thinning.

12 Feature Matching Menurut Maltoni,Maio, Jain, dan Prabhakar (2009:167), sebuah algoritma pencocokan sidik jari membandingkan dua sidik jari yang diberikan dan mengembalikan nilai kecocokan. Hanya sebagian kecil algoritma pencocokan bekerja langsung pada gambar sidik jari dengan tipe grayscale. Tetapi sebagian besar membutugkan representasi sidik jari yang lebih baik yang dihasilkan dari tahap ekstraksi fitur. Algoritma ekstraksi fitur dan pencocokan sidik jari biasanya memiliki kesamaan baik untuk masalah verifikasi dan identifikasi sidik jari. Ini dikarenakan masalah identifikasi sidik jari dapat diimplementasikan sebagai eksekusi yang berurutan dari perbandingan satu-satu antara pasangan sidik jari Metode - Metode Pemrosesan Gambar Histogram Equalization Menurut Putra (2010), kontras suatu citra adalah distribusi piksel terang dan gelap. Citra grayscale dengan kontras rendah maka akan terlihat terlalu gelap, terlalu terana atau terlalu abu abu. Histogram citra dengan kontras rendah, semua piksel akan terkonsentrasi pada sisi kiri, kanan atau di tengah. Semua piksel akan terkelompok secara rapat pada suatu sisi tertentu dan menggunakan sebagian kecil dari semua kemungkinan nilai piksel. Menurut Gonzalez dan Woods (2008:142) histogram equalization adalah teknik untuk menambah intensitas gambar untuk memperbaiki kontras gambar. Misalnya f adalah gambar yang diberikan dengan representasi matriks piksel intensitas bertipe integer berjarak dari 0 ke L-1. L adalah angka dari nilai intensitas yang mungkin, biasanya 256. Menurut Singh, Mishra, dan Gour (2011) perengangan kontras adalah suatu metode membuat citra yang mmiliki bagian terang menjadi lebih terang dan bagian gelap menjadi lebih gelap. Menurut Frank (2010:45), histogram equalization menggunakan pemetaan monotik nonlinear yang menugaskan kembali nilai intensitas piksel dari gambar masukan sehingga gambar yang dihasilkan berisi

13 19 distribusi intensitas yang seragam. Kita hanya dapat mendapatkan perkiraan dari distribusi keseragaman ini untuk gambar digital. Teknik ini biasanya digunakan dalam perbandingan gambar karena efektif dalam perbaikan terperinci dan pada koreksi efek nonlinear diperkenalkan dengan sebuah digitizer atau sistem yang ditunjukkan. Maksudnya histogram equalization menyebabkan jarak dinamis dari sebuah gambar untuk ditarik, distribusi kepadatan dari gambar hasil dibuat rata sehingga kontras dari gambar diperbaiki. Tetapi histogram equalization dapat menyebabkan masalah karena kontras ditingkatkan dengan menarik jarak dinamis, noise pada background secara simultan meningkat dengan equalization dan kualitas gambar dalam daerah yang mendekati konstan terdegradasi. Konsep dasar dari histogram equalization adalah dengan men-strectch histogram, sehingga perbedaan piksel menjadi lebih besar atau dengan kata lain informasi menjadi lebih kuat sehingga mata dapat menangkap informasi yang disampaikan. Citra kontras ditentukan oleh rentang dinamis yang didefinisikan sebagai perbandingan antara bagian paling terang dan paling gelap intensitas piksel. Histogram memberikan informasi untuk kontras dan intensitas keseluruhan distribusi dari suatu gambar Fourier Transform Pada awal tahun 1800an, matematikawan asal Prancis Joseph Fourier, dengan penelitiannya dari masalah pergerakan panas, memperkenalkan rangkaian Fourier untuk representaasi dari sinyal periodik waktu yang berkelanjutan. (Shih,2010). Hal ini sejalan dengan pendapat Nixon dan Aguado (2002:37), fourier transform adalah cara untuk memetakan sinyal ke dalam komponen frekuensi. Frekuensi diukur dalam satuan hertz (Hz) nilai dari pengulangan waktu, diukur dalam detik. Diberikan gambar dari sekumpulan garis vertical, transformasi fourier akan menunjukkan hanya frekuensi spasial horizontal. Transformasi fourier dari sebuah gambar dapat didapat secara optikal dengan mentransmisikan sebuah laser melalui film fotografik dan membentuk gambar menggunakan

14 20 lensa. Transformasi fourier dari gambar dari film dibentuk dalam depan lensa. Terdapat properti properti transformasi fourier yang lain seperti perubahan yang invarians (shift invariance), putaran (rotation), teori frekuensi (frequency scalling), dan impit-gabungan (superposition /linearity) Low Pass Filtering dan High Pass Filtering Menurut Basuki (2005), untuk membuang titik-titik atau points yang berbeda dengan titik yang lainnya pada ranah frekuensi maka dilakukan penyaringan atau filtering. Terdapat beberapa macam filtering contohnya adalah low pass filtering dan high pass filtering. Low pass filtering merupakan suatu bentuk filter yang mengambil data berfrekuensi rendah dan membuang data berfrekuensi tinggi. Low pass filtering digunakan untuk melakukan proses efek blur dan reduksi noise. High pass filtering merupakan suatu bentuk filter yang mengambil data dengan frekuensi tinggi dan membuang data dengan frekuensi rendah. High pass filtering digunakan untuk melakukan proses deteksi tepi Band Pass Filtering Menurut Christiano dan Fitzgerald (1999:1), teori dari analisis spectral dari rangkaian waktu menyediakan dasar yang kuat untuk dugaan bahwa ada kompenen frekuensi yang berbeda dari data. Keuntungan dari teori ini adalah tidak dibutuuhkannya komitmen untuk mode statistic tertentu dari data. Teori tersebut adalah ideal band pass filter. Ideal band pass filter adalah transformasi liner dari data, dimana meninggalkan komponen utuh dari data dalam sekelompok frekuensi tertentu dan mengeliminasi komponen lainnya Binarisasi (Binarization) Menurut Manu dan Harish (2013:32), binarissasi adalah proses yang mengubah gambar gray berukuran 8-bit menjadi gambar dengan ukuran 1-

15 21 bit dengan nilai 0 untuk ridges dan nilai 1 untuk valleys. Setelah dilakukan operasi binarisasi, ridges pada sidik jari dipertegas dengan warna hitam dan valleys pada sidik jari berwarna putih. Menurut Nisha dan Sunil (2013:709), binarisasi mengubah gambar dari level 255 menjadi gambar dengan level 2 yang memberikan informasi yg sama. Greyscale mendenotasikan nilai 255 sebagai background dari gambar dan valley dari sidik jari. Greyscale mendenotasikan nilai 0 sebagai ridge dari sidik jari pada gambar. Biasanya, piksel objek diberikan nilai 1 sedangkan piksel background diberikan nilai 0. (nilai 0 untuk warna hitam dan nilai 1 untuk warna putih) Region of Interest (ROI) Menurut Young, Gerbrands, dan Vliet (1998:2), sebuah gambar dapat dianggap berisi sub-gambar terkadang dirujuk sebagai region-of-interest (ROI) atau hanya regions. Konsep ini merefleksikan fakta bahwa gambar sering berisi koleksi dari masing masing objek dimana dapat menjadi dasar untuk daerah. Dalam sistem pemrosesan gambar yang canggih, harus bisa mengaplikasikan pemrosesan gambar tertentu untuk daerah yang dipilih. Demikian, salah satu bagian dari gambar tersebut dapat di proses untuk menekan pergerakan buram ketika bagian lain mungkin diproses untuk meningkatkan pembawaan warna. Untuk sebuah daerah yang diberikan dimana dapat menurut pikiran sebagai seluruh gambar, kita dapat mendefinisikan probabilitas fungsi distribusi dari tingkat kecerahan dalam daerah tersebut dan probabilitas fungsi kedalaman dari tingkat kecerahan dalam daerah tersebut Thinning Menurut Karne dan Navalgund (2013:1), penipisan gambar (image thinning) adalah transformasi sinyal yang mengubah gambar digital yang tebal menjadi gambar digital yang tipis atau mendapatkan bentuk kerangka tulangnya. Kerangka tulang menunjukkan konektivitas structural dari komponen utama dari sebuah objek dan lebarnya hanya satu piksel.

16 22 Skelonization mengurangi gambar asli menjadi representasi yang lebih rapat. Thinning adalah proses mengeluarkan kerangka tulang dari obejk dalam gambar digital. Dapat juga didefinisikan sebagai tindakan untuk mengidentifikasi piksel piksel yang termasuk ke objek yang penting untuk mengkomunikasikan bentuk dari objek Ekstraksi Fitur Pengertian Ekstraksi Fitur Menurut Al-Ani (2013:46), proses dari feature extraction bergantung dngan proses sebelumnya. Proses tersebut merupakan bagian utama dari keseluruhan sistem dimana itu mengekstraksi karakteristik yang diperlukan dari sebuah pola sidik jari. Proses ekstraksi fitur dalam sistem fingerprint recognition adalah proses yang paling sensitif dan terpusat pada iluminasi dari karakteristik minutiae yang dibutugkan. Hal ini dapat diimplementasikan melalui deteksi, perbaikan dan ekstraksi minutiae. Minutiae dalam istilah sidik jari berarti titik dari sidik jari seperti bifurcation dan ridge endings. Menurut Nixon & Aguado (2008:183), dalam feature extraction, umumnya dicari invariance properties sehingga proses dari ekstraksi tidak berganti-ganti sesuai dengan kondisi yang dipilih. Ekstraksi fitur dengan level tinggi menaruh perhatian pada cara menemukan bentuk dari gambar pada komputer. Menurut Sudiro dan Yuwono (2012:5), titik minutiae adalah bermacam perbedaan istilah dari ridge bifurcation, ridge endings, ridge crossovers dan small ridges. Titik ini, untuk fitur ekstraksi dan penyamaan otomatis dibatasi menjadi dua tipe dari minutiae: ridge termination/endings dan ridge bifurcations. Tipe dari minutiae juga sangat penting, dan informasi ini menambah akurasi dari identifikasi sidik jari. Setiap titik minutiae memiliki tipe yang berasosiasi dengannya. Ada dua tipe utama dari minutiae yakni ridge skeleton end point dan sebuah ridge skeleton bifurcation point atau titik terpisah.

17 23 Gambar 2.3 Minutiae point (Sumber: Garg & Bansal, 2013:31) Metode Ekstraksi Fitur (Crossing Number) Menurut Sudiro dan Yuwono (2012: 15), setelah tahap preprocessing, proses dari ekstraksi minutiae dilakukan. Deteksi dari minutiae bergantung pada nilai piksel (0 dan 1). Dua metode dapat digunakan yakni: metode pertama melakukan pemrosesan hanya terhadap piksel dengan nilai 1 dan metode kedua didedikasikan untuk piksel dengan nilai 0. Metode pertama menghitung nilai crossing number pada piksel dengan nilai 1 atau P=1 dan metode dua melakukan proses yang sama pada piksel dengan nilai 0 atau P=0. Selanjutnya, menurut Guide dan Thompson (2006: 3), diadakan proses membuang minutiae yang palsu. Proses pembuangan minutiae palsu tersebut menggunakan metode fuzzy rule base. Dalam metode ini dibuat aturan-aturan yang sesuai.

18 Database Sidik Jari Setelah melewati proses ekstraksi fitur maka untuk sebuah sidik jari akan terdapat fitur-fitur yang disebut minutiae. Fitur-fitur tersebut kemudian disimpan ke dalam database yang telah tersedia. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Billey dan Tenner (2013:1034) yakni hasil perhitungan tertentu memiliki representasi atau sidik jari yang resmi dan beberapa kelompok sidik jari dikumpulkan ke dalam database yang dapat ditelusuri. Database sidik jari berisi minutiae sidik jari berupa termination dan bifurcation. Masing-masing dengan posisi x dan y serta sudut Pencocokan (Matching) Menurut Garg dan Bansal (2013:35), setelah proses ektraksi minutiae untuk kedua gambar sidik jari, maka langkah selanjutnya adalah dengan mencocokan minutiae. Minutiae yang didapat kemudian disusun kemudian dilakukan perhitungan presentase banyaknya minutiae yang sama. Pada tahap penyusunan, dua gambar sidik jari yang akan dicocokan diambil dan salah satu dari minutiae dari masing-masing gambar dipilih. Kemudian kesamaan dari dua ridges dihubungkan dengan dua referensi titik minutiae dihitung menggunakan rumus standar cross-correlation. Jika kesamaan lebih besar dari pada threshold yang telah ditentukan sebelumnya maka setiap kumpulan dari minutiae diubah menjadi sistem koordinasi False Acceptance Rate, False Rejection Rate dan Equal Error Rate Menurut Maltoni,Maio, Jain, dan Prabhakar (2009:14), hasil dari pencocokan sidik jari biasanya adalah matching score yang mengukur kesamaan diantara sekumpulan fitrus yang dikenali dan template yang dimasukkan. Ketika pencocokan dilakukan dalam metode satu banding satu maka akan memberikan keputusan berupa cocok atau tidak cocok bergantung pada nilai perbandingan apakah melewati threshold atau tidak. Menurut Nilawati, Karmilasari, dan Madenda (2011:243), mennyatakan bahwa: Salah satu pengukuran keberhasilan dari suatu sistem biometric adalah dengan melihat seberapa besar respon sistem tersebut dalam

19 25 menerima atau menolak masukan. Pengukurang sering dilakukan dengan menggunakan False Acceptance Rate (FAR), False Rejection Rate (FRR), dan Equal Error Rate (ERR). False acceptance yaitu menganggap dua gambar sidik jari berasal dari sidik jari yang sama padahal bukan. Sedangkan false rejection yaitu dua gambar sidik jari dianggap bukan berasal dari sidik jari yang sama padahal kedua gambar tersebut berasal dari sidik jari yang sama. Gambar di bawah merupakan contoh grafik false acceptance rate atau (FAR) dan false rejection rate (FRR). Gambar 2.4 Grafik FAR dan FRR dari nilai threshold tertentu. (Sumber Nilawati,Karmilasari,Madenda, 2011:244) Rumus untuk menghitung nilai FAR adalah Gambar 2.5 Rumus FAR Sedangkan rumus untuk menghitung FRR adalah Gambar 2.6 Rumus FRR Nilai dari FAR dan FRR akan saling bertemu pada titik tertentu dikarenakan distribusi nilai yang saling tumpang tindih. Nilai dari FAR dan

20 26 FRR pada titik ini dimana sama untuk keduanya disebut Equal Error Rate (Syris technology corp, 2004). Nilai Equal Error Rate dari sebuah sistem dapat digunakan untuk memberikan nilai ukuran threshold yang bekerja secara bebas. Semakin rendah nilai EER maka kerja sistem semakin baik karena total nilai error dimana total dari FAR dan FRR dari titik EER berkurang. 2.2 Related Works Pada bagian ini, akan dijelaskan beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan ini. Penelitian yang dianalisa merupakan penelitian terbaru. Selain menyebutkan penelitianpenelitian yang terkait, di bagian ini juga akan dijelaskan mengenai proses yang dilakukan beserta hasil yang didapat dari masing-masing penelitian tersebut. Penelitian sebelumnya yang dipublikasi dalam jurnal internasional berjudul Fingeprint Recognition using Image Segmentation. (Bana & Davinder Kaur,2011) Penelitian ini melakukan pembelajaran dan implementasi dari sistem pengenalan sidik jari berbasis minutiae yang sering digunakan dalam algoritma-algoritma sidik jari sekarang ini. Pendekatan yang digunakan yaitu ekstraksi dari titik minutiae dari gambar sidik jari dan melakukan pencocokan sidik jari yang berbasis jumlah dari pasangan minutiae antara dua sidik jari. Kesimpulan dari penelitian ini adalah presentase yang rendah dalam verifikasi disebabkan oleh algoritma yang kurang kuat dan mudah dipengaruhi oleh efek-efek lain seperti scalling dan elastic deformations. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tantangan utama dari sistem pengenalan sidik jari adalah pada tahap preprocessing dari gambar sidik jari dengan kualitas buruk. Dua tahun kemudian, terdapat penelitian yang dicantumkan ke dalam jurnal international dalam bidang inovasi dan aplikasi dari tenik. (Garg & Bansal, 2013). Penelitian ini terfokus pada pengembangan sistem untuk mengenali dua sidik jari menggunakan pencocokan minutiae. Pengenalan sidik jari adalah proses membandingkan sebuah sidik jari dengan sidik jari lain untuk memutuskan jika jejak-jejak berasal dari sidik jari yang sama.

21 27 Penelitian ini menggunakan sebuah kombinasi dari pemrosesan gambar dan pemrosesan pada daerah frekuensi untuk membangun minutiae extractor dan minutiae matcher. Penelitian ini menggunakan beberapa sidik jari untuk dibandingkan. Algoritma yang dihasilkan dari penelitian ini menguji semua gambar tanpa pengaturan lain dari database. Contoh, algoritma yang dihasilkan dari penelitian ini digunakan untuk membandingkan dua sidik jari yang berbeda dan menghitung persentase kecocokan minutiae. Untuk kedua sidik jari tersebut kecocokan yang didapat sebesar 34,6154%, dimana ketika dilakukan pencocokan dengan batas threshold (90%) dapat dikatakan bahwa kedua sidik jari tersebut cocok atau tidak. Karena persentase kecocokan yang didapat lebih rendah daripada threshold sehingga dapat dikatakan bahwa kedua sidik jari tersebut tidak cocok yang berarti benar. Masih di tahun yang sama, terdapat penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah dalam proses pengenalan gambar sidik jari dari database dengan memperkenalkan algoritma pengenalan baru yang berbasis kombinasi dari fitur minutiae seperti ridge eng, bifurcation dan edges of 3- branch. Penelitian ini focus pada tiga titik minutiae (Sharma & Sharma, 2013). Dalam kasus penentuan ridge penelitian ini menghitung satu komponen yang terhubung dari gambar biner. Dalam kasus bifurcation penelitian ini menghitung garis yang terbagi menjadi cabang yang terbentuk dalam empat kelakuan yang terhubung. Dalam 3-branch penelitian ini memilih piksel yang memiliki bentuk 3-branch dalam delapan komponen terhubung yang berarti satu piksel memiliki piksel diagonal. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mengurangi kekurangan dari metode yang tersedia seperti pengenalan berbasis minutiae dan ridges. Metode yang sudah ditingkatkan ini memberikan hasil yang lebih baik daripada metode individu. Tetapi metode yang disarankan sangat bergantung dengan kualitas dan akurasi dari klasifikasi dan pencocokan gambar sidik jari yang sama. Penelitian yang sama di tahun 2013 menggunakan metode yang mendeskripsikan pola yang berbeda dari sidik jari (arch, whorl, dan loop) menggunakan orientasi dan algoritma yang meningkatkan ekstraksi dari titik

22 28 minutiae berbasis ridges, dots, dan splitting ridges (Patel & Sharma, 2013). Algoritma tersebut mencocokan dan membandingkan seluruh sidik jari dan membuktikan sidik jari yang asli, dan setelah itu mengidentifikasi orang. Metode ini memberikan hasil 0.00 untuk FNMR dan untuk FMR dimana lebih baik daripada sistem pengenalan sidik jari menggunakan nilai kecocokan minutiae. Metode penelitian ini memiliki kelebihan karena menggunakan semua template sidik jari yang disimpan dalam sidik jari. Sistem ini mengekstraksi maximum minutiae points dari kerusakan sidik jari. Metode ini jika dibandingkan dengan metode pencocokan tradisional dapat mengerjakan kondisi gambar yang lebih kompleks seperti perubahan arah, ukuran atau kualitas citra yang lebih buruk. Simpulan dari ketiga penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Simpulan penelitian terkait Judul Tujuan Metode Hasil Dari penelitian ini didapat rata-rata nilai pencocokan Preprocessing yang cocok Fingerprint Recognition using Image Segmentation (Bana,S. dan Kaur,D. 2011) Melakukan pembelajaran dan implementasi dari sistem pengenalan sidik jari berbasis minutiae (histogram equalization, fast fourier transform, binarization, ROI, thinning), proses ekstraksi dengan menggunakan crossing number, sekitar 30 dan rata-rata pencocokan yang tidak cocok sekitar 25 dari database yang dipilih. Nilai FAR dan FRR sekitar dan matching % sehingga nilai threshold dengan nilai kecocokan sekitar

23 29 28 adalah 65-70% Dari algoritma yang disebutkan dalam jurnal ini dilakukan pengujian semua gambar tanpa pengaturan untuk Fingerprint Recognition System using Minutiae Estimation (Garg & Bnasal, 2013) Pengembangan sistem untuk mengenali dua sidik jari menggunakan pencocokan minutiae. Terdapat dua metode utama yakni minutiae extraction dan minutiae matching. database. Misalnya pencocokan dilakukan pencocokan dari dua sidik jari dan didapatkan nilai sebesar 34,6154%. Kemudian dibandingkan dengan nilai threshold sebesar 90% maka kedua sidik jari tersebut tidak sama. Fingerprint Memecahkan Mengambil Titik minutiae Recognition masalah dalam gambar query, dari gambar Based on proses menghitung query. Metode ini Ridges, pengenalan jumlah lebih baik Bifurcation gambar sidik jari bifurcation pada daripada metode and 3- dari database gambar query minutiae dan Branch dengan dan membaca ridge-based. Posisiton memperkenalkan database sidik Namun metode

24 30 (Sharma & algoritma jari. ini sangat Sharma, pengenalan baru dipengaruhi oleh 2013) yang berbasis kualitas gambar kombinasi dari sidik jari. fitur minutiae. Fingerprint Mencocokan dan Recognition membandingkan by Minutiae Matching Method for Evaluating Accuracy. (Patel & seluruh sidik jari dan membuktikan sidik jari yang asli dan setelah itu Mendeskripsikan pola yang berbeda dari sidik jari (arch, whorl, dan loop) 0.00 untuk FRR dan FAR. Masih perlu dikembangkan lagi untuk akurasi dan efisiensi. Sharma, mengidentifikasi 2013) orang.

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pikir

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pikir BAB 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Pengenalan sidik jari merupakan salah satu metode yang diterapkan pada teknologi yang digunakan manusia seperti pada mesin absensi, alat pengamanan pada brankas dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Pada penelitian ini, algoritma untuk identifikasi sidik jari tersusun dari 3 tahapan proses yakni tahap preprocessing fingerprint image, minutiae extraction, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu memanfaatkan teknologi untuk melakukan kegiatannya. Ini dikarenakan teknologi membuat tugas manusia menjadi lebih ringan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIDIK JARI DENGAN DATA BERSKALA BESAR MENGGUNAKAN METODE HYBRID MINUTIAE DAN FILTER GABOR. Oleh : Siswo Santoso

IDENTIFIKASI SIDIK JARI DENGAN DATA BERSKALA BESAR MENGGUNAKAN METODE HYBRID MINUTIAE DAN FILTER GABOR. Oleh : Siswo Santoso IDENTIFIKASI SIDIK JARI DENGAN DATA BERSKALA BESAR MENGGUNAKAN METODE HYBRID MINUTIAE DAN FILTER GABOR Oleh : Siswo Santoso Pendahuluan Latar Belakang Angka kelahiran lebih besar dari angka kematian sehingga

Lebih terperinci

Klasifikasi dan Peningkatan Kualitas Citra Sidik Jari Menggunakan FFT (Fast Fourier Transform) Salahuddin 1), Tulus 2), dan Fahmi 3)

Klasifikasi dan Peningkatan Kualitas Citra Sidik Jari Menggunakan FFT (Fast Fourier Transform) Salahuddin 1), Tulus 2), dan Fahmi 3) Klasifikasi dan Peningkatan Kualitas Citra Sidik Jari Menggunakan FFT (Fast Fourier Transform) Salahuddin 1), Tulus 2), dan Fahmi 3) Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe 1) Jl. B. Aceh-Medan

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

Klasifikasi dan Peningkatan Kualitas Citra Sidik Jari Menggunakan FFT (Fast Fourier Transform)

Klasifikasi dan Peningkatan Kualitas Citra Sidik Jari Menggunakan FFT (Fast Fourier Transform) Klasifikasi dan Peningkatan Kualitas Citra Sidik Jari Menggunakan FFT (Fast Fourier Transform) Salahuddin 1),Tulus 2), dan Fahmi 3) Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe 1) Jl. B. Aceh-Medan

Lebih terperinci

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DAN PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM)

KLASIFIKASI DAN PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM) KLASIFIKASI DAN PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM) Salahuddin 1), Tulus 2), F. Fahmi 3) Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe 1) Jl. B. Aceh-Medan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Digital Image 2.1.1 Definisi Digital Image Menurut Gonzalez dan Woods (1992, p6), digital image adalah image f(x,y) yang telah dibedakan berdasarkan koordinat tata letak dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem biometrik merupakan teknologi pengenalan diri yang menggunakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sistem biometrik merupakan teknologi pengenalan diri yang menggunakan 19 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Biometrik Sistem biometrik merupakan teknologi pengenalan diri yang menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari dan tanda tangan merupakan contoh biometrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di bidang informasi spasial dan fotogrametri menuntut sumber data yang berbentuk digital, baik berformat vektor maupun raster. Hal ini dapat

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM)

PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM) Peningkatan Kualitas Citra Sidik Jari Menggunakan FFT...Salahuddin, dkk PENINGKATAN KUALITAS CITRA SIDIK JARI MENGGUNAKAN FFT (FAST FOURIER TRANSFORM) Salahuddin 1, Tulus 2 dan Fahmi 3 1) Magister Teknik

Lebih terperinci

One picture is worth more than ten thousand words

One picture is worth more than ten thousand words Budi Setiyono One picture is worth more than ten thousand words Citra Pengolahan Citra Pengenalan Pola Grafika Komputer Deskripsi/ Informasi Kecerdasan Buatan 14/03/2013 PERTEMUAN KE-1 3 Image Processing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang semakin maju ini, teknologi telah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga kemajuannya sangat dinantikan dan dinikmati para

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

Pengolahan Citra : Konsep Dasar

Pengolahan Citra : Konsep Dasar Pengolahan Citra Konsep Dasar Universitas Gunadarma 2006 Pengolahan Citra Konsep Dasar 1/14 Definisi dan Tujuan Pengolahan Citra Pengolahan Citra / Image Processing Proses memperbaiki kualitas citra agar

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Perancangan perangkat lunak dari sistem biometrik sidik jari dibuat dibagi menjadi 2 module utama yakni : module enhencement sidik jari berikut aplikasi penyimpanan kedalam database

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

REVIEW ALGORITMA PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN PENCOCOKAN CITRA BERBASIS FASA UNTUK SIDIK JARI KUALITAS RENDAH

REVIEW ALGORITMA PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN PENCOCOKAN CITRA BERBASIS FASA UNTUK SIDIK JARI KUALITAS RENDAH REVIEW ALGORITMA PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN PENCOCOKAN CITRA BERBASIS FASA UNTUK SIDIK JARI KUALITAS RENDAH ABSTRAK Biometrika merupakan cara untuk mengidentifikasi individu menggunakan karekteristik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari yang baik yang sengaja

BAB III LANDASAN TEORI. Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari yang baik yang sengaja BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sidik jari Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari yang baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan

Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan Terdapat banyak jenis pola: Pola visual Pola temporal Pola logikal Tidak ada tepat satu teori untuk menyelesaikan problem pengenalan pola Terdapat model standar yang dapat dijadikan teori acuan Statistik

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keamanan data, namun sudah banyak teknologi yang diterapkan untuk menjaga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keamanan data, namun sudah banyak teknologi yang diterapkan untuk menjaga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biometrik Authentifikasi Autentification dalam security adalah hal yang sangat penting untuk menjaga keamanan data, namun sudah banyak teknologi yang diterapkan untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat lunak dewasa ini tidak terlepas dari berkembangnya studi mengenai kecerdasan buatan. Ada dua hal yang termasuk dari kecerdasan buatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Umum 2.1.1. Warna Dengan menggunakan 3 buah reseptor manusia dapat membedakan banyak warna. Warna tricromatic RGB dalam sistem grafis umumnya menggunakan 3 byte (2 8 ) 3,

Lebih terperinci

BAB 1 PENGENALAN KECERDASAN BUATAN 2 Dengan definisi ini, Kecerdasan Buatan menawarkan baik media maupun uji teori kecerdasan. Teori-teori ini dapat d

BAB 1 PENGENALAN KECERDASAN BUATAN 2 Dengan definisi ini, Kecerdasan Buatan menawarkan baik media maupun uji teori kecerdasan. Teori-teori ini dapat d Bab1 Pengenalan Kecerdasan Buatan POKOK BAHASAN: Definisi Kecerdasan Buatan Sejarah Kecerdasan Buatan Sub Disiplin Ilmu dalam Kecerdasan Buatan Lingkup Kecerdasan Buatan pada Aplikasi Komersial Kecerdasan

Lebih terperinci

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL Murien Nugraheni Prodi Teknik Informatika Fak FTI UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta 55164,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE ISSN: 1693-1246 Januari 2011 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 47-51 J P F I http://journal.unnes.ac.id RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE Sudartono*,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra 2.1.1 Definisi Citra Secara harfiah, citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Jika dipandang dari sudut pandang matematis, citra merupakan hasil pemantulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1 BAB II LANDASAN TEORI Computer vision adalah bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat mesin seolah-olah dapat melihat. Komponen dari Computer Vision tentunya adalah gambar atau citra, dengan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) Pramuda Akariusta Cahyan, Muhammad Aswin, Ir., MT., Ali Mustofa, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Nur Nafi iyah 1, Yuliana Melita, S.Kom, M.Kom 2 Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: nafik_unisla26@yahoo.co.id 1, ymp@stts.edu

Lebih terperinci

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007

Pengantar PENGOLAHAN CITRA. Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007 Pengantar PENGOLAHAN CITRA Achmad Basuki PENS-ITS Surabaya 2007 TUJUAN Mahasiswa dapat membuat aplikasi pengolahan citra Mahasiswa dapat menerapkan konsep-konsep pengolahan citra untuk menghasilkan suatu

Lebih terperinci

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC Naser Jawas STMIK STIKOM BALI naser.jawas@stikom-bali.ac.id Abstrak Binerisasi citra dokumen adalah sebuah langkah awal yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. CV Dokumentasi CV berisi pengolahan citra, analisis struktur citra, motion dan tracking, pengenalan pola, dan kalibrasi kamera.

BAB II DASAR TEORI. CV Dokumentasi CV berisi pengolahan citra, analisis struktur citra, motion dan tracking, pengenalan pola, dan kalibrasi kamera. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan skripsi ini, meliputi pustaka OpenCV, citra, yaitu citra grayscale dan citra berwarna, pengolahan citra meliputi image enhancement

Lebih terperinci

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Seminar Nasional Teknologi Terapan SNTT 2013 (26/10/2013) COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA Isnan Nur Rifai *1 Budi Sumanto *2 Program Diploma Elektronika & Instrumentasi Sekolah

Lebih terperinci

Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE...

Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE... Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE... (Dwiyanto dkk.) PENGUKURAN BLOK WINDOW TERBAIK BERDASARKAN MSE UNTUK SEGMENTASI CITRA SIDIK JARI BERBASIS MEAN DAN VARIANS Dwiyanto *, Agus Bejo, Risanuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klasifikasi sidik jari merupakan bagian penting dalam sistem pengidentifikasian individu. Pemanfaatan identifikasi sidik jari sudah semakin luas sebagai bagian dari

Lebih terperinci

ENHANCEMENT CITRA SIDIK JARI KOTOR MENGGUNAKAN TEKNIK HYBRID MORPHOLOGY DAN GABOR FILTER

ENHANCEMENT CITRA SIDIK JARI KOTOR MENGGUNAKAN TEKNIK HYBRID MORPHOLOGY DAN GABOR FILTER ENHANCEMENT CITRA SIDIK JARI KOTOR MENGGUNAKAN TEKNIK HYBRID MORPHOLOGY DAN GABOR FILTER MUHAMMAD NASIR 2208 205 001 Dosen Pembimbing : Mochamad Hariadi,, S.T., M.Sc.,., Ph.D. Sidang Tesis Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Ardi Satrya Afandi Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Depok, Indonesia art_dhi@yahoo.com Prihandoko,

Lebih terperinci

Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah. M.FAIZ WAFI Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya

Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah. M.FAIZ WAFI Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah Sistem Identifikasi Biometrik Finger Knuckle Print Menggunakan Histogram Equalization dan Principal Component Analysis (PCA) M.FAIZ WAFI 09121001043 Sistem Komputer

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIDIK JARI DENGAN MENGGUNAKAN STRUKTUR MINUTIA

IDENTIFIKASI SIDIK JARI DENGAN MENGGUNAKAN STRUKTUR MINUTIA IDENTIFIKASI SIDIK JARI DENGAN MENGGUNAKAN STRUKTUR MINUTIA Anggya N.D. Soetarmono, S.Kom. ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang sistem identifikasi personal dengan menggunakan kesesuaian biometrik pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI

IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI Royani Darma Nurfita, Gunawan Ariyanto, Implementasi Deep Learning Berbasis Tensorflow Untuk Pengenalan Sidik Jari IMPLEMENTASI DEEP LEARNING BERBASIS TENSORFLOW UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI Royani Darma

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR Eko Subiyantoro, Yan Permana Agung Putra Program Studi Teknik

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA SIDIK JARI

PENGENALAN POLA SIDIK JARI TUGAS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGENALAN POLA SIDIK JARI Disusun oleh : FAHMIATI NPM : 08.57201.000502 PROGRAM STUDI STRATA SATU (S1) SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DARWAN ALI SAMPIT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1), S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai berbagai teknik perbaikan citra pada domain spasial, antara lain : Transformasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai pengenalan pola, prapengolahan citra,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI

PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI PENGENALAN WAJAH DENGAN METODE ADJACENT PIXEL INTENSITY DIFFERENCE QUANTIZATION TERMODIFIKASI Nama Mahasiswa : Yuliono NRP : 1206 100 720 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Drs. Soetrisno, M.IKomp

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian telapak kaki yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Citra atau Image merupakan istilah lain dari gambar, yang merupakan

Lebih terperinci

DATA/ INFO : teks, gambar, audio, video ( = multimedia) Gambar/ citra/ image : info visual a picture is more than a thousand words (anonim)

DATA/ INFO : teks, gambar, audio, video ( = multimedia) Gambar/ citra/ image : info visual a picture is more than a thousand words (anonim) Pengantar DATA/ INFO : teks, gambar, audio, video ( = multimedia) Gambar/ citra/ image : info visual a picture is more than a thousand words (anonim) Citra : gambar pada bidang 2D. Secara matematis : citra

Lebih terperinci

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA Nurliadi 1 *, Poltak Sihombing 2 & Marwan Ramli 3 1,2,3 Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,

BAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,

Lebih terperinci

APLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK

APLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK APLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 E-mail: rinaldi@informatika.org Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Folder Sebuah directory (folder) adalah seperti ruangan-ruangan (kamar-kamar) pada sebuah komputer yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dari berkas-berkas (file).

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si

SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si APLIKASI FILTER LOG GABOR PADA SISTEM PENGENALAN IRIS MATA (Application Log-Gabor Filter in Iris Recognition System ) SEMINAR TUGAS AKHIR M. RIZKY FAUNDRA NRP 1206100051 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Daryono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Citra adalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari gambar analog dua dimensi yang kontinu menjadi gambar diskrit melalui proses sampling. Gambar analog dibagi

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM PURWOKERTO PENGOLAHAN CITRA ABDUL AZIS, M.KOM

STMIK AMIKOM PURWOKERTO PENGOLAHAN CITRA ABDUL AZIS, M.KOM PENGOLAHAN CITRA 1 Prinsip Enhancement Pemrosesan sebuah image sehingga hasil yang didapat bersifat lebih sesuai untuk digunakan pada aplikasi tertentu dibandingkan dengan image a s l i n y a. Kesesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemalsuan identitas sering kali menjadi permasalahan utama dalam keamanan data, karena itulah muncul teknik-teknik pengamanan data seperti penggunaan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

Pengolahan Citra INTERACTIVE BROADCASTING. Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

Pengolahan Citra INTERACTIVE BROADCASTING. Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran INTERACTIVE BROADCASTING Modul ke: Pengolahan Citra Fakultas Ilmu Komunikasi Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Istilah citra digital sangat populer pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengontrol akses menuju suatu wilayah atau material yang dilindungi, dibutuhkan teknik pengenalan individu yang handal. Seiring dengan perkembangan zaman dan

Lebih terperinci

Kesepakatan. Kuliah Sopan : Toleransi terlambat masuk kelas : 15 Menit Duduk terpisah : laki - perempuan

Kesepakatan. Kuliah Sopan : Toleransi terlambat masuk kelas : 15 Menit Duduk terpisah : laki - perempuan Kesepakatan Kuliah Sopan : Tidak bersandal dan berkaos Busana muslimah yang pantas Toleransi terlambat masuk kelas : 15 Menit Duduk terpisah : laki - perempuan 3 1. PENDAHULUAN A. Signal Processing B.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Permasalahan CBIR ( Content Based Image Retrieval) akhir-akhir ini merupakan salah satu bidang riset yang sedang berkembang pesat (Carneiro, 2005, p1). CBIR ini menawarkan

Lebih terperinci