KEDUDUKAN KRAMA DESA BERALIH AGAMA YANG MENEMPATI TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG,KINTAMANI,BANGLI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEDUDUKAN KRAMA DESA BERALIH AGAMA YANG MENEMPATI TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG,KINTAMANI,BANGLI"

Transkripsi

1 KEDUDUKAN KRAMA DESA BERALIH AGAMA YANG MENEMPATI TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG,KINTAMANI,BANGLI OLEH : GUSTI AYU PRIMA DEWI NPM : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA DENPASAR 2017 i

2 KEDUDUKAN KRAMA DESA BERALIH AGAMA YANG MENEMPATI TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG,KINTAMANI,BANGLI OLEH : GUSTI AYU PRIMA DEWI NPM : Skripsi diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar - Bali ii

3 PERNYATAAN ORISINALITAS Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka Apabila ternyata di dalam naskah ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana Hukum) di batalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 06 Juni 2017 Gusti Ayu Prima Dewi NPM : iii

4 SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL, 06 Juni 2017 PEMBIMBING I I MADE BUDIYASA,SH.,MH. NIK PEMBIMBING II I KETUT SUKADANA, SH.,MH. NIK MENGETAHUI : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WARMADEWA DEKAN, DR. I NYM. PUTU BUDIARTHA, SH., MH NIP iv

5 KATA PENGANTAR Puji syukur saya sembahkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmatnya, sehingga penulis berhasil menyusun Skripsi berjudul KEDUDUKAN KRAMA DESA BERALIH AGAMA YANG MENEMPATI TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG, KINTAMANI, BANGLI. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi guna menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar, Bali untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum. Tujuan dari penulisan skripsi ini tidak lain merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa yang hendak menempuh ujian akhir guna memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Pada kesempatan ini, dengan rasa hormat dan bahagia penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu sudah sepatutnya pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. dr. Dewa Putu Widjana, DA&E.,SP. Par.k. Rektor Universitas Warmadewa Denpasar- Bali 2. Bapak dr. I Nyoman Putu Budiartha, S.H.,M.H. Dekan Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar- Bali 3. Bapak I Made Budiyasa, S.H.,M.H. Selaku dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan saransaran sehingga terselesaikan penulisan sekripsi ini. 4. Bapak I Ketut Sukadana, S.H.,M.H. Selaku dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan petunjuk dan saransaran sehingga terselesaikan penulisan sekripsi ini. 5. Ibu Ida Ayu Putu Widiati, SH., MH. Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar-Bali dan selaku dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam penulisan skripsi ini sehingga terselesaikan penulisan sekripsi ini. 6. Ibu A.A Sagung Laksmi Dewi,SH.,MH. Wakil Dekan II di Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar-Bali. 7. Bapak I Wayan Arthanaya, SH.,MH. selaku dosen Pembimbing Akademis. 8. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan dan membagi ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar, Bali 9. Bapak /Ibu Pegawai Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Warmadewa yang telah melayani keperluan-keperluan penulis selama berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Warmadewa. v

6 10. Seluruh sahabat dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dan memberikan petunjuk-petunjuk guna keperluan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 11. Penghargaan dan ucapan terimakasih yang sangat pribadi penulis kepada kedua Orangtua, Ayahanda I Gusti Ngurah Murda dan Ibunda I Dewa Ayu Rai Era Wati,dan Kakak tercinta I Dewa Ayu Era Candra Dewi,atas dorongan, pengertian, dukungan dan kasih sayang yang besar sehingga terselesaikan sekripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa apa yang tersusun dalam skripsi ini jauh dari apa yang diharapkan secara ilmiah, disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman, maka dari itu segala kritik dan saran maupun bimbingan serta petunjuk-petunjuk sangat saya harapkan dalam usaha penyempurnaan skripsi ini. Denpasar, 06 Juni 2017 (Guati Ayu Prima Dewi) vi

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGAJUANA... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitiaan Tujuan Umum Tujuan Khusus Kegunaan Penelitiaan Kegunaan Toritis Kegunaan Parktis Tinjauan Pustaka Metode Penelitiaan vii

8 1.6.1 Tipe Penelitiaan dan Pendekatan Masalah Lokasi Penelitiaan Sumber Data Hukum Teknik Pemngumpulan Data Analisis Data BAB II PENGATURAN TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG, KINTAMANI, BANGLI 2.1 Gambaran Umum Desa Pekraman Katung Pengaturan Tanah Karang Desa Hak Dan Kewajiaban Krama Desa BAB III KEDUDUKAN KRAMA DESA BERALIH AGAMA YANG MENEMPATI TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG, KINTAMANI, BANGLI 3.1 Paktor Penyebab Peralihan Agama Hubungan Tanah Desa Dengan Krama Desa Kedudukan Krama Beralih Agama BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR INFORMAN DAFTA viii

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa pakraman merupakan kesatuan masyarakat hukum adat yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan tiga, mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri, serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 tahun 2001 yang di perbaharui menjadi Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 tahun 2003 tentang Desa Pakraman Pasal 1 yang berbunyi: Desa Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Propinsi Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan kahyangan tiga atau kahyangan desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan pengertian tersebut, desa pakraman merupakan lembaga tradisional yang bercorak sosial religius dan mempunyai pemerintahan yang bersifat otonom berdasarkan hak asal-usulnya. 1 Dengan kata lain, dalam penyelenggaraan pemerintahan, desa pakraman dapat menetapkan aturanaturan yang dibuat sendiri yang disebut awig-awig. hal.1 1 I Nyoman Sirtha,Juli 2008, Aspek Hukum Dalam Komplik Adat di Bali, Udayana 1

10 Penyusunan awig-awig desa bersumber dari falsafah Tri Hita Karana, yaitu adanya keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dengan alam. Di Bali, selain berlaku sistem pemerintahan desa pakraman, ada juga pemerintahan desa dinas. Kedua jenis desa tersebut mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda. Desa pakraman mengatur urusan adat dan agama, sedangkan desa dinas mengatur urusan administrasi yang berhubungan dengan pelaksanaan pemerintahan desa di bawah kecamatan. Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, desa pakraman dan desa dinas dapat berjalan secara harmonis, namun dapat juga terjadi konflik, karena adanya perbedaan kepentingan. 2 Dengan berlakunya Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 yang di perbaharui menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Desa Pakraman, maka masyarakat dalam wadah desa pakraman mempunyai landasan yang kuat untuk berperan dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah, guna mewujudkan ketentraman dan ketertiban, serta untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat, sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 2 Tjokorda Raka Dherana, 1984, Desa Adat dan Awig-awig dalam Struktur Pemerintahan Bali, Denpasar Upada Sastra hal.27 2

11 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 mengakui keberadaan desa pakraman sesuai dengan asal-usul dan adat-istiadat setempat, seperti ditentukan pada pasal 1 ayat 12 yang berbunyi : Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2001 yang di Perbaharui menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2003 tentang Desa Pakraman. Perda ini pada prinsipnya tetap berpegang pada falsafah Tri Hita Karana, yang meliputi unsur parhyangan, pawongan, dan palemahan. Namun, ada pula hal-hal baru yang dimaksudkan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat di era otonomi daerah. Ada perbedaan istilah antara desa adat dan desa pakraman, namun filosofi dan unsur-unsur desa adat dan desa pakraman adalah sama. Selanjutnya, istilah desa yang digunakan adalah desa pakraman. Sesuai dengan maksud Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 yang di Perbaharui menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2003, dan keberadaan desa pakraman diakui secara formal menurut peraturan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3

12 Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam masyarakat Bali karena pengaruh modernisasi dan globalisasi di sektor pariwisata adakalanya menyebabkan tanah-tanah adat Bali mengalami pergeseran status dan fungsinya. Hal ini tampak jelas didaerah-daerah yang industri pariwisatanya berkembang sangat pesat, seperti antara lain di daerah Kabupaten Gianyar. Pengembangan industri pariwisata seperti membangun penginapan, toko kesenian dan fasilitas penunjang lainnya. 3 Adakalanya memakai tanahtanah adat, Hal inilah yang dapat menimbulkan perubahan status dan fungsi tanah-tanah adat, yang dapat berpengaruh terhadap hak-hak atas tanah. Perubahan status dan fungsi tanah-tanah adat menyebabkan masalah pertanahan menjadi kompleks, yang dapat menjadi sumber permasalahan hukum dan sosial yang terwujud dalam berbagai bentuk sengketa. Demikian pula halnya terhadap tanah pekarangan desa tidak luput dari sengketa dan kericuhan-kericuhan. Ada juga tindakan menelantarkan tanah pekarangan desa, artinya orang yang semula mempunyai hak atas tanah pekarangan desa tersebut kemudian meninggalkannya, sehingga hak dan kewajiban atas tanah tersebut tidak dilakukan. 3 I Made Suasthawa Dharmayuda,2001, Kesatuan Masyarakat Hukum Adat di Propinsi Bali,hal.13 4

13 Dalam penyelesaian perselisihan-perselisihan 4 tanah pekarangan desa tersebut kepala desa maupun bendesa adat memegang peranan yang sangat penting. Kepala Desa maupun Bendesa Adat sebagai juru damai Agar desanya hidup damai dan tentram. Adanya perbedaan kepentingan diantara para pihak yang bersengketa terhadap tanah pekarangan desa, menyebabkan penyelesaian sengketa-sengketa atas tanah tersebut sulit diselesaikan. 5 Wicara atau masalah hukum yang terjadi di lingkungan Banjar atau Desa Adat dapat berupa sengketa atau konflik (merebat, mecongkrah) dan dapat pula berupa pelanggaran hukum. Walaupun sama-sama merupakan masalah (wicara) yang harus mendapat penyelesaian karena sama-sama mengganggu ketentraman masyarakat, antara wicara yang berupa sengketa dan berupa pelanggaran hukum penting untuk dibedakan karena tata cara penanganannya berbeda. Banjar atau banjar adat adalah kelompok masyarakat yang merupakan bagian dari desa pakraman, serta merupakan suatu ikatan tradisi yang sangat kuat dalam suatu kesatuan wilayah. Dengan seorang atau lebih pemimpin, yang dapat bertindak ke dalam atau ke luar dalam rangka kepentingan warganya berupa material maupun inmaterial. 6 4 I Made Pasek Diantha, 1983 Penyelesaian Sengketa Administrasi di Lingkunga Desa Pakraman di Bali Udayana hal.2 5 Suasthawa Dharmayuda I Made,1996 prinsip-prinsip dasar dalam Penyelesaian Kasus adat, Bali Post,hal.6 6 Sutha Gusti, 2001, Peranan Desa Adat dan Fungsi Masyarakat di Bali, hal.8 5

14 Desa pakraman dipimpin prajuru adat 7, yang terdiri dari bendesa adat dan beberapa orang petajuh. Banjar adat dipimpin oleh prajuru banjar, yang terdiri dari kelihan banjar dan dibantu beberapa orang petajuh. 8 Krama desa yang masih memenuhi syarat untuk menempati tanah karang desa adalah krama desa yang masih melaksanakan kewajiban seperti ngayahang desa, menjadi ahli waris, masih mebanjar, masih beragama Hindu, tinggal di rumah atau karang desa atau carik yang berada di wilayah Desa Adat. Krama desa dalam hak tanah karang desa mempunyai hak dan kewajiban, krama desa yang sudah masuk mebanjar berhak menempati karang desa, berhak mewarisi tanah karang desa yang ditinggalkan oleh orang tua atau pewaris, di samping hak tersebut juga memiliki kewajiban yakni, ngayahang banjar, gotong royong, membayar urunan (iuran). Tidak semua krama desa mempunyai hak dan kewajiban yang sama, Agar tidak terjadi perselisihan dalam hak tanah karang desa, semua diatur dalam awig-awig dan perarem. 9 Pada kenyataannya di masyarakat terjadi perbedaan, sehingga masyarakat (krama) adat yang beralih agama dari agama Hindu ke agama lain khusunya agama Kristen, tetapi masih tetap tinggal di lingkungan desa pakraman. 7 Koesnoe,H.Moh, 1992 Hukum Adat Sebagai Suatu Model Hukum, hal 5 8 I Wayan Surpha, 1991, Eksistensi Desa Adat di Bali,PT.Upada Sastra, hal.17 9 Bushar Muhamad, 2002, Pokok-Pokok Hukum Adat hal.103 6

15 Sehubungan dengan hal tersebut, maka Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang : Kedudukan Krama Desa Beralih Agama Yang Menempati Tanah Karang Desa di Desa Pakraman Katung,Kintamani,Bangli 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Pengaturan Tanah Karang Desa di Desa Pakraman Katung,Kintamani,Bangli? 2. Bagaimana Kedudukan Krama Desa Beralih Agama Terhadap Tanah Karang Desa? 1.3 Tujuan Dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan yang terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus Tujuan Umum Adapaun yang menjadi tujuan umum penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk melatih diri dalam penulisan karya ilmiah. 2. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang penelitian yang di lakukan oleh mahasiswa. 3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Warmadewa Denpasar. 7

16 1.3.2 Tujuan Khusus Adapula beberapa Tujuan Khusus dari Penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Untuk Mengetahui Pengaturan Tanah Karang Desa di Desa Katung,Kintamani,Bangli. 2. Untuk mengetahui Kedudukan Krama Desa Beralih Agama Terhadap Tanah Karang Desa. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis yang dijelaskan sebagai berikut: Kegunaan Teoritis Melalui penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu hukum terutama pemahaman mengenai Kedudukan Krama Desa Beralih Agama Yang Menempati tanah karang desa di desa pakraman katung,kintamani, Bangli Kegunaan Parktis 1. Bagi penulis, untuk menambah wawasan penulis mengenai Kedudukan Krama Desa Beralih Agama Yang Menempati tanah karang desa di desa pakraman katung,kintamani, Bangli. 2. Bagi Masyarakat, dapat memberikan pemahaman lebih lanjut kepada masyarakat tentang Kedudukan Krama Desa Beralih Agama Yang 8

17 Menempati tanah karang desa di desa pakraman katung,kintamani, Bangli. 3. Bagi Pemerintah, Sebagai masukan untuk membuat dan mengembangkan kebijakan-kebijakan baru yang berkaitan dengan Kedudukan Krama Desa Beralih Agama Yang Menempati tanah karang desa di desa pakraman katung,kintamani, Bangli. 1.5 Tinjauan Pustaka Menurut G. Sebastianus dan Beny K. Harman Tanah dapat menjadi sumber permasalahan hukum dan sosial yang terwujud dalam berbagai bentuk sengketa yang terjadi antar individu satu dengan yang lain ataupun antara kelompok satu dengan yang lain. 10 Menurut Soetardjo Kartohadikoesoemo,kata desa atau desi seperti juga halnya dengan kata negara sedangkan Desa Pakraman merupakan kesatuan masyarakat adat yang memiliki suatu tradisi pergaulan agama Hindu 11, Berdasarkan berbagai tradisi dominan yang menjadi ciri desa adat atas tiga tipe yaitu: a. Desa bali aga (bali mula). b. Desa apanaga. c. Desa Anyar (desa baru). 10 G. sebastianus dan Beny. K. Harman, 4 Maret 1996, Masalah Pertahanan Bali Post, hal Soetardjo Kartohadikoesoemo,2001, Desa Adat,University,hal.13 9

18 Desa Pakraman 12 terdiri dari tiga unsur yaitu: a. Unsur parahyangan berupa pura atau tempat suci agama Hindu. b. Unsur pawongan berupa warga desa yang beragama Hindu. c. Unsur palemahan wilayah desa yang berupa karang ayahan desa. Dalam kedudukan krama desa yang menempati tanah karang desa ada istilah ninggal kedaton atau nilar kedaton yang sama halnya dengan meninggalkan kewajibanya seperti dalam istilah Bali di sebut dengan Ngutan Kawitan. Mereka yang dianggap Ninggal Kedaton 13 yaitu: a. dipecat kedudukanya sebagai anak oleh orang tuanya. b. Berpindah Agama. c. Laki-lakin yang kawin nyeburin. d. Orang yang secara sukarela melepas ikatan kekerabatanya dengan keluarganya serta menyerahkan diri kepada keluarga lain (makidiang raga). Orang yang ninggal kedaton dianggap tidak berhak menempati tanah karang desa dan tidak berhak untuk mewaris karena mereka yang ninggal kedaton tidak dapat melaksanakan kewajibanya serta tidak bisa menjalankan tanggung jawabnya (Swadharma) sebagai penerus keturunan atau sebagai ahli waris. 12 Ngurah Oka Supartha, mei 2003, Desa Pakraman di Bali sekarang dan yang akan datang, Denpasar hal I Wayan P. Windia, Juli 2003, Hukum Adat Bali dalam Tanya Jawab, Udayana University Press hal

19 Tanggung Jawab Seperti berikut: a. Tanggung jawab Parahyangan seperti tatanan hidup bermasyarakat sesuai agama hindu dan hukum adat bali. b. Tanggung jawab Pawongan seperti tatanan hidup masyarakat sesuai agama hindu dan hukum adat bali. c. Tanggung jawab Palemahan Seperti Memelihara lingkungan alam yang juga di dasarkan agama hindu dan hukum adat bali Menurut Suasthawa, ada dua hal yang menyebabkan terjadinya persoalan-persoalan di sekitar tanah-tanah adat. Hal tersebut adalah dalam hal pewarisan dan adanya ketentuan konversi dari Undang-Undang Pokok Agraria Tercantum dalam pasal 2 dengan sebutan tanah atas druwe atau tanah druwe desa Metode Penelitian Tipe Penelitian dan Pendekatan Masalah Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Hukum Empiris, karena pendekatan masalah yang digunakan berupa pendekatan Sosiologi Hukum, pendekatan kasus khususnya di bidang penyelesaian masalah tanah pekarangan desa, dalam kaitanya dengan krama desa yang beralih agama dan pendekatan hukum adat. 14 Suasthawa, 1990, Pergeseran Status dan Fungsi Tanah Adat Bali Setelah Berlakunya UUPA, Fakultas Hukum, Universitas Udayana, Denpasar, hal

20 1.6.2 Lokasi Penelitian Desa Katung,Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli. Penulis memilih lokasi ini di karenakan banyak masyarakat yang beralih agama dari agama hindu menjadi agama kristen, dulu ada sekitar 10 keluarga yang beralih agama namun kini yang masih menempati tanah karang desa tinggal 5 (lima) keluarga, namun dulu sempat terjadi kasus krama desa yang membakar rumah krama yang beralih agama di karenakan adanya komflik adat Sumber Data Hukum Sumber data penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer yaitu bahan yang diperoleh langsung dari Desa Pakraman Katung,Kintamani,Bangli, sedangkan Bahan hukum Sekunder yaitu Bahan yang diperoleh dari Bahan Hukum sebagai sumber data yang terdiri dari Bahan Hukumberupa Peraturan Perundang-undangan,buku/literatur, dan awigawig, perarem. 12

21 1.6.4 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: Data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara dengan pedoman wawancara terbuka, yaitu peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai pedoman, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya masukan baru yang diperlukan dalam wawancara tersebut. Adapun penggunaan pedoman wawancara dimaksudkan untuk efektivitas dan efisiensi yang menjadi target wawancara, sehingga wawancara tersebut tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Selanjutnya untuk mendapatkan data sekunder dalam bentuk bahan hukum digunakan dengan teknik dokumentasi dan pencatatan Analisis Data Dari Bahan-bahan hukum yang dikumpulkan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan argumentasi secara sistematis serta dituangkan secara deskriptif. 13

22 BAB II PENGATURAN TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG,KINTAMANI,BANGLI 2.1. Gambaran Umum Desa Pakraman Katung Desa adat katung adalah salah satu desa pakraman yang terletak di Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli, yang meliputi 1 Banjar Adat. Desa Katung berstatus desa swasembada sesuai dengan kreteria pembangunan desa seperti, Penghasilan desa, Mata Pencarian Penduduk desa, Pendidikan, Kelembagaan,Gotong Royong, Adat istiadat, Serta Sarana dan Prasarananya. Mengingat kondisi alam yang sedemikian rupa serta potensi alam yang terbatas maka Desa Katung pada dasarnya adalah agraris dimana sebagaian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sehingga mutlak di perlukan upaya dan usaha untuk mencari jalan keluar dalam menumbuh kembangkan perekonomian di masa-masa yang akan datang. Namun demikian dengan modal kerja keras dan keuletan dari seluruh warga masyarakat serta aparat pemerintah desa, maka masyarakat desa katung masih optimis akan dapat meningkatkan kehidupan perekonomian di masa-masa yang akan datang. Jenis tanah di Kawasan Katung,Kintamani,Bangli adalah tanah Regosol, lebih spesifik regosol coklat, regosol kelabu, dan regosol humus. 14

23 Tanah regosol terbentuk dari abu volkan intermedier dengan kondisi fisiografi kerucut volkon, lembah kaldera, serta lunggul volkan. Bentuk wilayah di Desa Katung, Kecamatan Kintamani yaitu landai, bergelombang, berombak, dan bergunung. Secara alami, tanah jenis ini dapat ditumbuhi oleh berbagai macam jenis vegetasi. Adapun morfologi jenis tanah yaitu solum tanah tipis hingga tebal, tanpa horison atau horison alterasi lemah. Warna tanah umumnya kelabu hingga kuning, dengan batas horison terselubung dengan tekstur pasir dengan kadar liat kurang dari 40%. Struktur tanah berbutir tunggal atau tanpa struktur, dengan konsentrasi gembur. Sifat kimia tanah pada umumnya mempunyai kemasaman tanah yang sangat bervariasi, kandungan bahan organik rendah, kejenuhan basa bervariasi,daya adsopsi rendah, kandungan unsur hara bervariasi, permeabiilitas tinggi, dan kepekaan tanah terhadap erosi besar. Desa Katung adalah salah satu dari 48 desa di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, yang terletak di sebelah utara Kabupaten Bangli. Desa Katung mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : A. Disebelah utara : Desa Bayung Gede B. Disebelah selatan : Desa Banua C. Sebelah barat : Desa Mangguh D. Sebelah timur : Desa Abuan 15

24 Sumber air utama di Desa Katung adalah air hujan dan sebagian kecil yang berasal dari air tanah. Petani di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini membudidayakan tanaman pangan/palawija (padi gogo, jagung, ubi jalar, ubi kayu, talas). tanaman hortikultura (jeruk, kubis, sawi putih, tomat, cabai besar, cabai kecil, buncis, pisang), tanaman hutan (albesia, mahoni, bamboo) serta ternak (sapi, ayam buras, ayam ras, babi) dan perikanan (ikan lele). Ditinjau dari segi mata pencaharian penduduk di wilayah Desa Katung, sebagian besar bersumber dari sektor pertanian Pengaturan Tanah Karang Desa Tanah adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik itu karena sifatnya yang tetap maupun karena fakta sebagai tempat tinggal. Tanah karang desa yang ada di Desa Katung,Kintamani,Bangli sesuai dengan ketentuan konversi dari Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) 15 tercantum dalam pasal II dengan sebutan tanah hak atas druwe atau tanah hak atas druwe desa. Tanah druwe desa terdiri dari : 1. Tanah desa, yaitu tanah yang dipunyai yang bisa didapat melalui usaha-usaha pembelian maupun usaha lainnya. Misalnya tanah pasar, 15 Soehadi R, maret 2001, Penyelesaian Sengketa tentang Tanah sesudah berlakunya UUPA, usaha nasional, surabaya hal.23 16

25 tanah lapang, tanah kuburan, tanah bukti dan sebagainya Tanah Desa yaitu tanah yang dipunyai atau dikuasi oleh Desa Adat yang bisa didapat melalui usaha-usaha pembelian ataupun usaha lainnya. Kalau tanah desa ini berupa tanah pertanian (sawah, ladang) akan digarap oleh krama desa (anggota desa) dan penggarapannya diatur dengan membagi-bagikan secara perorangan maupun secara kelompok yang kemudian hasilnya diserahkan oleh penggarap kepada desa adat. Selain itu yang termasuk tanah adalah: Tanah pasar, tanah lapang, tanah kuburan, tanah bukti (tanah-tanah yang diberikan kepada pejabat/pengurus Desa Adat selama memegang jabatan). 2. Tanah laba pura, yaitu tanah-tanah (yang dulunya milik desa adat dikuasai oleh desa) yang khusus dipergunakan untuk keperluan pura Tanah Laba Pura, adalah tanah-tanah yang kebanyakan dulunya milik desa (dikuasai oleh desa) yang khusus dipergunakan untuk keperluan Pura. 3. Tanah Laba Pura ini ada 2 macam yaitu: Tanah yang khusus untuk tempat bangunan Pura. Tanah yang diperuntukkan guna pembiayaan keperluan Pura. 17

26 4. Tanah pekarangan desa (PKD) atau sering juga disebut tanah karang desa, adalah merupakan tanah yang dikuasai oleh desa yang diberikan kepada krama desa untuk tempat mendirikan perumahan yang lazimnya dalam ukuran luas tertentu dan hampir sama untuk setiap keluarga. Kewajiban yang melekat (yang lebih dikenal dengan ayahan pada krama Desa yang menempati tanah ialah adanya beban berupa tenaga atau materi yang diberikan kepada Desa Adat. 5. Tanah Ayahan Desa (tanah AYDS), adalah merupakan tanah-tanah dikuasai atau dimiliki oleh desa yang penggarapannya diserahkan kepada masing-masing krama desa disertai hak untuk menikmati hasilnya yang disertai kewajiban ayahannya. Palet 5 Indik Tanah Karang Desa pawos 28 Sane kabaos tanah karang desa utawi tanah druwen desa inggih punika sekadi tanah desa, tanah laba pura, tanah pekarangan desa, tanah ayahan desa ( No. 5 yang disebut tanah karang desa pawos 28 ) yang disebut tanah karang desa atau tanah druwen desa adalah tanah desa, tanah laba pura, tanah pekarangan desa, tanah ayahan desa. 18

27 Disamping tanah-tanah adat tersebut di atas, dikenal juga tanah-tanah pribadi atau tanah-tanah bebas yang merupakan tanahtanah milik perseorangan yang bebas dari kewajiban ayah. Tanah pribadi ini adalah tanah yang dikuasai oleh perseorangan atau milik pribadi dari seseorang yang tidak berkaitan dengan kepentingan adat. Tanah pribadi tersebut dapat diwariskan dan dapat dijual belikan tanpa persetujuan dari desa adat. Demikian dalam praktek sehari-hari tidak pernah tanah-tanah bebas ini disebut sebagai tanah adat. Untuk tanah AYDS dan tanah PKD secara bersama-sama sering disebut tanah ayahan saja. Ini artinya tanah yang diatasnya berisi beban berupa ayahan dan terdapat hak ulayat dalam tanah tersebut. Tanah ayahan ini dapat diwariskan, dan jika ingin menjual harus dengan persetujuan Desa Adat demikian juga kalau mau melakukan transaksi-transaksi tanah adat lainnya, harus tetap seijin dari Desa Adat. Pemanfaatan tanah adat yang dimilik desa pakraman menimbulkan tiga bentuk fungsi dari tanah tersebut yaitu berfungsi ekonomi, berfungsi sosial, dan berfungsi keagamaan. Sebagai fungsi keagamaan, krama desa memiliki kewajiban ngayahang yang berupa tenaga, yaitu menyediakan dirinya untuk ngayah atau berkorban ke 19

28 desa pakraman dan ngayah ke Pura/ Kahyanagan Desa seperti gotong royong membersihkan pura, memperbaiki pura hingga menyelenggarakan upacara keagamaan di dalamnya. Palet 5 Indik Druen Desa Pawos 27. (No. 5 yang di sebut druen desa pawos 27 ) Katung,Kintamani,Bangli. sakadi ring sor : (sebagai berikut): (1) Kahyangan Desa, Pura Kahyangan Tiga lan Mrajapati jangkep sakaluir busanania. (Kahyangan desa, pura kahyangan tiga dan Mrajapati harus lengkap) (2) Pelaba pura minakadi sawah / tegalan manut ring palet 5 (1). ( Pelaba pura berupa sawah atau kebun bunyi dari palet 5(1). (3) Lelangan makadi tetabuhan tan ilen-ilen padruen bebanjaran/tempekan sane wenten ring adat Katung mina kadi gong, gender, angklung miwah ilen-ilen wali. ( Sarana yang di miliki desa katung berupa gong, gender,angklung dan yang lainnya). (4) Setra limang palebahan, soang-soang kapinaro kalih makadi : - setra rare genah menden waong rare sane dereng ketus untu. - Miwah setra ageng pamendeman wong tua tur soang-soang kaempon olih kramania manut dresta. (Kuburan yang di miliki desa katung di bagi menjadi dua yaitu Kuburan untuk anak-anak dan Kuburan untuk orang tua). 20

29 (5) Piranti-piranti desa luire : ( Pura yang di miliki oleh desa yaitu) 1.wewangunan ring pura Dalem/Mrajapati, lan sapanuggilan ipun. (Bangunan di Pura Dalem atau Mrajapati dan yang lainnya). 2.Wewangunan ring pura Desa/Bale agung, lan sapanuggilan ipun. (Bangunan di Pura Desa atau Bale Agung dan yang lainnya). 3. Wewangunan ring pura Puseh, lan sapanunggilan ipun. (Banguna di Pura Puseh dan yang lainnya). 4.Wewangunan ring Khayangan Desa, lan sapangunggilan ipun. (Bangunan di Pura Khayangan Desa dan Lainnya) Pawos 28. (1) kawigunan tanah Pelaba pura inucap ring ajeng: pamuponnia kaanggen prabea macikang wewangunan ring pura Khayangan Desa, pura Khayangan Tiga. Kakirangannia desa ngurunin manut pararem. ( Kegunaan tanah yang di miliki oleh pura di pergunakan sebagai bangunan pura khayangan desa, pura khayangan tiga, mengikuti aturan atau pararem). (2) Druwen desa ten kengin kaadol, katukar utami kagadeang, sajawaning sampun kararemin antuk krama desa utawi kawigunayang anut patitis pawos 3. ( Yang di miliki oleh desa tidak boleh di jual atau di tukar,karena sudah ada aturan dari krama atau masyarakat dalam penggunaanya sesuai patitis pawos 3). 21

30 Luas Tanah Karang Desa Katung dapat di gambarkan melalui tabel sebagai berikut: Tanah Karang Desa Katung Tanah Desa Katung Tanah Karang Desa Luas 109,10 Ha (Hektar) Tanah Laba Pura 102 Ha ( Hektar ) Tanah Ayahan Desa 104 Ha ( Hektar ) 2.3. Hak dan Kewajiban Krama Desa Ada juga hak dan kewajiban krama desa yaitu sebagai berikut 16 : a. Pengarep Krama pengarep, mempunyai hak dan kewajiban pemegang (waris) tanah karang desa adalah ngayahan karang tersebut. Ngayah yaitu memikul tugas-tugas atau kewajiban-kewajiban yang di timbulkan oleh karang tersebut, kewajiban- kewajiban, tugas-tugas yang mengikuti karang itu, jelasnya di sebut sebagai unsur bawaan dari karang itu. Unsur bawaannya adalah memikul kewajiban langsung ke desa, memikul kewajiban langsung ke pura khayangan tiga. Tentang pemikul kewajiban langsung dan utama, umumnya di sebut pengayah ngarep. 16 Miall,Agustus 2002, Kedudukan, Fungsi dan Peranan Desa Adat Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat, Raja Grafindo hal

31 b. Pengempian Keluarga-keluarga atau saudara-saudara yang menyusul muncul meminta bagian karang desa kepada saudaranya yang memegang terlebih dahulu (ngarep) disebut pengayah ngele (ngempi). Krama pengempian (pengele) memiliki hak dan kewajiban mengeluarkan keuangan dan benda hanya separuh (1/2) dari krama pengarep, sedangkan gotong royong tetap sepenuhnya. Dalam desa pakraman secara umum ada dua jenis pengelompokan krama desa yaitu krama pengarep dan krama pengempian (ngele). Masing-masing desa mempunyai istilah yang berbeda-beda tentang sebutan pengarep dan pengampel tersebut, di desa pakraman Katung, Kintamani, Bangli memakai istilah pengarep dan pengele. Berdasarkan hasil wawancara dengan Benesa Adat Katung adanya Hak dan Kewajiban Krama Desa adalah sebagai berikut: a. Hak Krama Desa Adapun Hak Krama Desa atau Krama Banjar Sebagai Berikut: 1. Setiap krama desa atau krama banjar berhak menempati tanah desa yang biasanya terletak dalam satu kesatuan dengan Krama Desa atau Banjar yang lain. 2. Setiap krama desa atau krama banjar berhak dikremasi di setra (kuburan) setempat yang menjadi milik desa atau banjar. 23

32 3. Setiap krama desa atau krama banjar berhak untuk mengeluarkan suara dalam setiap sangkepan di desa atau banjar. 4. Setiap krama banjar berhak mendapatkan bantuan dari krama lain dalam setiap kegiatan upacara seperti menikah, potong gigi maupun ngaben. b. Kewajiban Krama Desa 1. Krama banjar wajib mentaati semua aturan yang disepakati sebagaimana yang tertuang dalam awig-awig dan simakrama. 2. Setiap anggota desa atau banjar wajib menjaga nama baik desa atau banjarnya dan saling membantu sesama anggota banjar dengan bergotong royong. 3. Setiap krama desa atau banjar diwajibkan untuk ikut terlibat dalam setiap kegiatan baik upacara adat maupun persembahyangan di Pura dengan pembagian, pengeluaran (kenan-kenan) yang adil dan dilaksanakan secara bergiliran. 4. Setiap krama desa atau banjar yang absen dalam suatu kegiatan akan dikenakan dose ( denda ) berupa materi ataupun uang yang besarnya sesuai dengan kesepakatan yang diiambil pada saat sangkepan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Benesa Adat Katung mengenai Hak dan Kewajiban Krama Desa yang Beralih Agama yaitu sebagai berikut: a. Hak Krama Desa Beralih Agama 24

33 Maka dapat di paparkan beberapa hak jaminan bagi krama /orang yang beralih agama yaitu sebagai berikut: 1. Pengayoman dari segala macam bahaya (Pasayuban skala,pasayuban kapancabayan), seperti pertolongan bila terjadi musibah hanyut karena banjir,kebakaran, pencurian, penganiayaan dan lain-lain. 2. Pengawasan dan Perlindungan Keamanan Pengawasan dan perlindungan keamanan ini dilakukan oleh petugas keamanan banjar adat yaitu pecalang atau langlang, Pecalang atau Langlang mempunyai tugas dan wewenang untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah, baik ditingkat banjar dan atau di wilayah Desa Pakraman, Pacalang melaksanakan tugas-tugas pengamanan di wilayah Desa Pakraman dalam hubungan pelaksanaan tugas agama dan adat serta acara-acara penting lainnya apabila dimohon oleh instansi/lembaga resmi dan sesuai pararem Desa Pakraman. Pengawasan dan perlindungan keamanan yang diberikan banjar terhadap penduduk pendatang meliputi banyak hal, baik keamanan diri maupun keamanan ritual keagamaan yang dijalaninya, Seperti perlindungan saat menjalankan upacara keagamaan dan Lain-lain. 3. Berhak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Dan Pengobatan Gratis Bagi warga yang sudah tinggal di wilayah Banjar Adat dan sudah menjalankan kewajibannya, maka mereka berhak juga 25

34 mendapatkan pengobatan gratis dari Posyandu yang ada di lingkungan Banjar tersebut. 4. Berhak menggunakan fasilitas Banjar Adat/Desa Pakraman Apabila krama yang beralih agama melaksanakan kegiatan seperti melaksanakan hajatan maka di perbolehkan menggunakan fasilitas yang di miliki oleh banjar adat seperti menggunakan palemahan (Wilayah). 5. Setiap penduduk beralih agama diberikan dokumen kependudukan berupa, Surat Keterangan Tinggal. 6. Setiap penduduk beralih agama atau juga pendatang tinggal menetap diberikan dokumen kependudukan berupa, Kartu Keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP). b. Kewajiban Krama Desa Beralih Agama Kewajiban Setiap penduduk beralih agama atau di anggap sebagai penduduk pendatang akan dikenai biaya administrasi Rp , untuk Kartu Identitas Penduduk dan Rp ,bagi Surat Tanda Pendaftaran Penduduk, setiap penduduk yang sudah beralih agama akan dikenakan juga iuran sebesar /kk, setiap tahunya,tapi bagi yang kurang mampu biasanya bisa di cicil atau di bayar sebesar /kk setiap bulanya atau bisa dibayar juga dengan beras seharga / tahunnya dan bagi yang kurang mampu bisa membayar dengan beras setiap bulannya sebanyak 13kg/kk. 26

35 Desa Pakraman kemudian membuat aturan sendiri tentang besarnya pungutan dana krama tamiu tersebut. yang selanjutnya dituangkan dalam pararem atau awig awig Desa Pakraman. Penarikan pungutan dana krama yang beralih agama tersebut dilakukan setiap satu bulan sekali yang biasanya dilakukan pada awal bulan minggu pertama. Tidak ada perjanjian khusus yang dilakukan antara penduduk Beralih agama dengan Desa Pakraman, apabila mereka hendak tinggal di wilayah Banjar Adat/Desa Pakraman. Namun ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh penduduk beralih agaama agar mereka bisa tinggal di lingkungan Desa Pakraman. Hasil dari pungutan dana krama beralih agama tersebut juga digunakan untuk membayar pecalang, untuk upacara adat, perbaikan pura serta untuk kepentingan Banjar Adat/Desa Pakraman dalam menjalankan tugasnya sebagai bagian dari Desa Pakraman Katung,Kintamani,Bangli. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Benesa Adat Katung Bapak I Ketut Mastrem Pada Tanggal (23 Mei 2017) menjelaskan Sebagai berikut: Setiap Krama Desa Yang sudah Mebanjar Wajib menaati aturan di desa Pakraman yang di tuangkan dalam Awig-Awig desa, termasuk mengenai Hak dan Kewajiban Krama Desa baik yang Beragama Hindu maupun yang sudah beralih agama menjadi agama Kristen 27

36 BAB III KEDUDUKAN KRAMA DESA BERALIH AGAMA YANG MENEMPATI TANAH KARANG DESA DI DESA PAKRAMAN KATUNG, KINTAMANI,BANGLI 3.1. Faktor Penyebab Peralihan Agama Terkait dengan kedudukan krama desa beralih agama yang menempati tanah karang desa di desa pakraman katung, ada kalanya masalah yang muncul yaitu adanya krama desa yang beralih agama yang di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Perkawinan, Ekonomi, Penyakit atau Kepercayaan. 17 a. Perkawinan Setiap perkawinan bagi umat Hindu di Bali, baik yang dilakukan dengan cara mepadik, ngerorod, jenjangkepan, maupun nyeburin yang dilakukan secara besar-besaran ataupun cara sederhana akan selalu diikuti dengan upacara perkawinan mesakapan sebagai tanda bahwa perkawinan itu sah. Begitu juga kalau menurut adat Hindu Bali menyangkut status dan fungsinya, hak dan kewajibannya sebagai warga/krama desa adat, akan terjadi perubahan. Jika akibat perkawinan terjadi perubahan agama, maka akan berdampak kepada hak dan kewajibannya pada desa pakraman.,jakarta, Hal Ketut Artadi dalam Gede Pudja, 1975, Perkawinan Menurut Hukum Hindu,Maya Sari 28

37 Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara penulis pada tanggal 29 januari 2017 dengan Bendesa Adat Desa Pakraman Katung Bapak I Ketut Mastrem mengatakan sebagai berikut: Krama desa yang beralih agama akibat perkawinan akan berdampak pula kepada hak dan kewajibannya pada desa pakraman itu sendiri seperti tentang kedudukannya dalam menempati tanah karang desa dan lain-lainnya. b. Ekonomi Orang beralih agama, bukan saja terjadi akibat perkawinan tetapi juga disebutkan karena ekonomi, orang yang karena ekonominya lemah atau miskin bisa saja beralih agama dengan harapan bisa merubah nasib atau ekonominya menjadi lebih maju, sehingga dia beralih agama. Begitu juga terhadap krama Desa Pakraman Katung atas nama I Putu Gede Yuliana. Dia menjelaskan saat penulis wawancarai pada tanggal 29 januari 2017 sebagai berikut: Saya sudah lama hidup miskin saya ingin merubah nasib, suatu saat saya bingung kesana kemari bertemu dengan teman yang mengajak untuk bertemu dengan salah satu pendeta, lalu dijelaskanlah oleh pendeta tersebut kepada saya bahwa untuk merubah nasib salah satunya dengan menyembah Yesus, setelah saya pikir-pikir akhirnya saya turuti nasehat tersebut. 29

38 c. Penyakit atau Kepercayaan Karena kena penyakit bertahun-tahun tidak sembuh atau bahkan karena kepercayaannya yang sudah tipis terhadap agama Hindu, ada kalanya orang beralih agama lain seperti misalnya beralih ke agama Kristen. Begitu juga terhadap krama Desa Pakraman Katung, I Nengah dadab. Dia menjelaskan saat penulis wawancarai pada tanggal 29 januari 2017 sebagai berikut: Saya sampai bisa beralih agama ke kristen karena saya mempunya sodara perempuan yang menikah dengan orang kristen dan dia pun beralih agama juga, pada saat saya terkena penyakit yang hampir membuat saya mengambil jalan keluar yang salah, pada saat itu juga sodara perempuan saya menyarankan untuk bertemu seorang pendeta yang berada di desa paku seba taro, pada saat itu tanggan saya di pegang oleh seorang pendeta itu dan dia mengatakan bahwa hanya dengan beralih agama penyakit saya bisa hilang, karena penyakit yang saya derita itu bersumber dari perbuatan seseorang yang merasa tersaingi usahanya oleh saya, jadi pada saat itu juga saya memutuskan untuk beralih agama dan di laksanakan ritual suci dan pemberkatan serta doa-doa yang di bacakan oleh pendeta tersebut, dari saat itu pula saya merasa sehat karena dengan beralih agama Hubungan Tanah Desa dengan Krama Desa Tanah Desa yaitu tanah yang dipunyai atau dikuasi oleh Desa Adat yang bisa didapat melalui usaha-usaha pembelian ataupun usaha lainnya. Kalau tanah desa ini berupa tanah pertanian (sawah, ladang) akan digarap oleh krama desa (anggota desa) dan penggarapannya diatur dengan membagibagikan secara perorangan maupun secara kelompok yang kemudian hasilnya diserahkan oleh penggarap kepada desa adat. 30

39 Penduduk Desa Katung yang Beragama Hindu dan yang sudah beralih Agama (Kristen) dapat di gambarkan melalui tabel sebagai berikut: Penduduk Desa Katung Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah Agama Hindu Kristen Selain itu yang termasuk tanah desa adalah : Tanah pasar, tanah lapang, tanah kuburan, tanah bukti (tanah-tanah yang diberikan kepada pejabat/pengurus Desa Adat selama memegang jabatan). Di dalam hukum adat, antara masyarakat sebagai satu kesatuan dan tanah yang di kuasainya terdapat hubungan yang bersifat religius, magis. 18 Hubungan ini menjadi dasar bahwa tanah desa dengan krama desa sangat erat kaitannya, karena suatu wilayah desa atau desa pakraman membutuhkan suatu masyarakat, apabila suatu desa tidak mempunyai masyarakat maka, suatu pemerintahan desa tidak akan bisa dijalankan dan juga tanpa tanah desa krama desa pun tidak dapat memiliki tempat tinggal,dan tidak bisa menjalankan tradisi turun-temurun dalam ikatan kahyangan 18 I Gusti Ngurah Tara Wiguna, 2009, Hak-hak atas Tanah Pada Masa Bali Kuno, Udayana University Press,. Denpasar,. Hal

40 tiga. Krama desa dalam hal tanah karang desa mempunyai hak dan kewajiban, krama desa yang sudah masuk mebanjar berhak menempati karang desa, berhak mewarisi tanah karang desa yang di tinggalkan oleh orang tua atau pewaris, di samping hak tersebut juga memiliki kewajiban yakni, ngayahan banjar, gotong royong, membayar urunan ( iuran ). Salah satu landasan filosofis yang ada dalam palemahannya didasarkan pada hak ulayat desa yang muncul serta merta sebagai konsekwensi dari ikatan religio magis, yang harus diakui sebagai ikatan hukum antara masyarakat dengan tanahnya. Ikatan yang bersifat religio magis (keagamaan) menyebabkan timbulnya ikatan hukum antara manusia dengan tanahnya dan ini melahirkan hak dan kewajiban bagi manusia dengan tanahnya. Penguasaan tanah bagi persekutuan hukum desa adat ( pakaraman ) didasarkan pada kesatuan Parimandala dan Kahyangan (Pura) milik desa. Ini kemudian diwujudkan dalam ikatan berupa ayahan yang sekaligus merupakan yadnya. Tanah difungsingkan dalam tiga bentuk yaitu pungsi keagamaan, sosial dan ekonomis. Pemilikan tanahpun bervariasi sejalan dengan fungsinya. Berdasarkan pemiliknya dapat dibedakan,tanah milik desa (druwe desa ), tanah milik pribadi (perorangan) dan tanah milik pura. Menurut ter haar kesadaran mengenai adanya hubungan masyarakat dengan tanah itu terbukti dari adanya 32

41 selamatan yang tetap di tempat-tempat tertentu yang dipimpin oleh kepala adat pada waktu permulaan mengerjakan tanah. Sedangkan keyakinan dari adanya pertalian antara hidup umat manusia dengan tanah juga kentara dari upacara pembersih dusun sehabis panen dan upacara pembersih desa. Di bali upacara-upacara keagamaan sebagaimana di atas sampai sekarang masih ajeg di lakukan oleh masyarakat adat (misalnya ngendagin,mecaru). Ini membuktikan ikatan masyarakat bali dengan tanahnya demikian kuatnya. 19 Sebagaimana di ketahui bahwa tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Ada dua hal yang menyebabkan tanah sangat berhubungan dengan krama desa atau tanah memiliki kedudukan yang sangat penting yaitu: 1. Karena sifatnya Yang merupakan satu-satunya benda kekayaan yang bersifat tetap walaupun mengalami keadaan-keadaan yang bagaimanapun bahkan menjadi lebih menguntungkan misalnya sebidang tanah yang di atasnya di atasnya tumbuh berbagai macam tumbuhan. 2. Karena Fakta, bahwa tanah Merupakan tempat tinggal dari kelompok orang, merupakan tempat di mana di bentuknya sebuah persekutuan atau krama desa, juga sebagai tempat dimana para krama yang meninggal dunia di kuburkan atau 19 I Gusti Ngurah Tata Wiguna, 2009, Hak-hak atas Tanah pada masa Bali Kuno University Press hal

42 dalam adat bali di sebut dengan di tanem, juga tanah merupakan tempat tinggal roh-roh leluhur. Karena dari hal itulah sering di sebutkan bahwa hubungan tanah dengan krama desa sangat erat kaitannya karena mereka merupakan suatu unsur yang berpasangan dan tak mungkin akan terpisahkan sesuai fungsi dan kegunaanya. Melihat kenyataan yang demikian maka antara tanah dan krama desa terdapat hubungan yang sangat erat bersifat Religius Magis hubungan yang erat dan bersifat religius magis ini menyebabkan kelompok orang memperoleh hak untuk menguasai tanah dalam arti memanfaatkan tanah itu memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas tanah itu serta berburu terhadap binatang-binatang yang ada. Rupa-rupanya dari jaman dahulu tanah yang didiami oleh kelompok orang yang jelas ada yang sebagai pemimpin kelompok dapat mengatur penggunaan tanah yang sifatnya turun-temurun, sebagai sebuah warisan dari leluhurnya, kiranaya inilah yang disebut tanah adat. Maka dari itu penggunaan tanah adat dapat berlaku ke dalam kelompok adat dan dapat juga berlaku keluar kelompok adat seperti: 1. Kelompok persekutuan itu beserta warganya yang berhak dengan bebas menggunakan tanah-tanah adat yang ada di sekitarnya. 2. Orang luar hanya boleh menggunakan tanah adat tersebut dengan ijin ketua kelompok atau sering disebut benesa adat, tanpa ijin 34

43 tersebut seseorang dianggap melakukan pelanggaran adat akan dikenakan sanksi adat sesuai ketentuan perarem atau awig-awig desa adat tersebut. 3. Krama desa boleh mengambil manfaat dari wilayah atau desa adat tersebut sesuai kepentingan krama desa. 4. Benesa adat atau ketua sebuah kelompok dalam desa adat bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di wilayah desa adat terutama dalam tindakan yang melanggar perarem atau awigawig desa adat yang tidak bisa di toleransi lagi. 5. Hak atas tanah desa tidak dapat dilepaskan kecuali menerima hak ayahan desa dari orang tua yang sudah meninggal Kedudukan Krama Beralih Agama Krama Desa Pakraman Katung dalam hal tanah karang desa memiliki kedudukan yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan dari krama desa tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari penegasan pada awig-awig. Sargah III Sukerta Tata Pakraman palet 2 indik krama pawos 4 ( Sarga III tentang tata krama Palet 2 di maksud krama Pawos 4) 35

44 (1). Sane kabawos krama desa adat inggih punika kulewarga sane agama hindu tur jenek mapaumahan saha ngamong karang desa utawi gunakaya, utawi carik ring wawidangan desa adat katung. (Yang di maksud krama desa adalah keluarga yang beragama hindu yang tinggal dan memiliki sawah di desa katung). (2). Sajaba punika sinanggeh tamiyu. (Selain itu di sebut Tamiyu). Selanjutnya apabila dilihat dari pembagian krama desa adat, dapat di bagi menjadi 5 bagian, hal tersebut dapat dilihat dari pawos 5 Krama desa wenten 5 (lima) pawos,luwere a. Krama ngarep Inggih punika keluarga sane ngamong karang utawi nongosin tegal kantun carik. ( Merupakan Keluarga yang menempati karang dan kebun atau sawah) Krama ngarep juga merupakan dari Sistem pakraman berdasarkan ngemong karang ayahan : Sistem ini umumnya dianut pada desa pakraman yang masih sangat kuat pengaruh dari tanah adatnya. Ngemong karang ayahan berarti memegang/menguasai 36

45 tanah milik desa (tanah ayahan desa atau tanah karang desa). Berdasarkan sistem ini maka status keanggotaan desa pakraman (krama desa) ini disebut krama ngarep. b. Krama banjar karang Inggih punika keluarga sane madruwe utawi ngamong karang ring daleman desa. ( Merupakan Masyarakat atau Keluarga yang Mempunyai Tempat atau karang di daleman Desa) c. Krama Bala Angkep Inggih Punika keluarga sane tanpa karang, tegal utawi carik sakewanten sampun mawiwahan. ( Merupakan keluarga yang tanpa karang, kebun atau sawah tetapi sudah menikah). d. Krama tapukan Inggih punika keluarga manut aksara a ring ajeng sakewanten durung antes ngayah (sane lanang durung mayusa 17 warsa utawi sane istri durung mayusa 16 warsa). ( Merupakan keluarga yang belum ngayah banjar karena umurnya yang laki-laki belum 17 tahun dan yang perempuan belum 16 tahun). 37

46 e. Krama Tamiyu Inggih punika keluarga sane nenten beragame hindu lan nenten mipil utawi mecatat ring sejeroning desa pakraman Katung, nanging maduwe karang waris sane kaicen ring leluhur nyane pidan. ( Merupakan keluarga yang tidak beragama hindu dan tidak mipil serta tidak tercatat di desa pakraman Katung tetapi memiliki tanah waris yang di berikan oleh leluhur mereka). Dengan berpedoman pada awig-awig desa adat Katung tersebut, dapatlah di katakan bahwa krama desa adat pengarep saja yang memiliki kedudukan terhadap tanah karang desa. Adapun kedudukan krama desa dalam hal tanah karang desa adalah bagi krama desa yang beragama hindu dan tinggal di tanah karang desa memiliki kewajiban tedun mebanjar, membayar peturunan (iuran), gotong royong, ngayah di pura kahyangan tiga dan pura desa pakraman dengan hak antara lain, hak untuk menempati tanah karang desa, hak memakai fasilitas desa seperti setra (kuburan), balai banjar dan lain-lain. Kedudukan krama desa beralih agama yaitu dalam lingkup desa pakraman katung disebut dengan Krama Tamiyu karena krama tamiyu 38

ABSTRACT The Position Switch Religion of Krama Villager who Staying In the Village area at Katung Village Territory, Kintamani, Bangli

ABSTRACT The Position Switch Religion of Krama Villager who Staying In the Village area at Katung Village Territory, Kintamani, Bangli ABSTRACT The Position Switch Religion of Krama Villager who Staying In the Village area at Katung Village Territory, Kintamani, Bangli Pakraman village is a traditional law community unit which has a whole

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Bangli terletak di tengah-tengah pulau Bali, dan menjadi satusatunya

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Bangli terletak di tengah-tengah pulau Bali, dan menjadi satusatunya 42 BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Bangli terletak di tengah-tengah pulau Bali, dan menjadi satusatunya Kabupaten yang tidak mempunyai pantai di Provinsi Bali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

BAB II MASYARAKAT HUKUM ADAT BALI. Masyarakat hukum adat Bali dalam kesehariannya diatur dengan hukum

BAB II MASYARAKAT HUKUM ADAT BALI. Masyarakat hukum adat Bali dalam kesehariannya diatur dengan hukum BAB II MASYARAKAT HUKUM ADAT BALI 2.1 Pengertian Masyarakat Hukum Adat Masyarakat hukum adat Bali dalam kesehariannya diatur dengan hukum adat yang mayoritasnya menganut Agama Hindu. Hukum adat Bali adalah

Lebih terperinci

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI Oleh : Pande Putu Indra Wirajaya I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari I Gusti Ngurah Dharma Laksana

Lebih terperinci

JUAL-BELI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI KASUS DI DESA PEKRAMAN PENESTANAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR)

JUAL-BELI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI KASUS DI DESA PEKRAMAN PENESTANAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR) JUAL-BELI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI KASUS DI DESA PEKRAMAN PENESTANAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR) Oleh Made Adi Berry Kesuma Putra A.A. Gde Oka Parwata A.A. Istri Ari Atu Dewi Bagian Hukum

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul Peranan Awig-Awig Sebagai

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul Peranan Awig-Awig Sebagai KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-nya skripsi yang berjudul Peranan Awig-Awig Sebagai Sosial Kontrol Masyarakat Terkait Larangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Judul Kegiatan Kegiatan KKN PPM yang dilaksanakan di Desa Katung, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli ini memiliki judul Program Peningkatan Taraf Kesehatan dan Kesejahteraan Penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Perkreditan Desa diperlukan

Lebih terperinci

KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI

KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI Oleh: A.A Gede Raka Putra Adnyana I Nyoman Bagiastra Bagian Hukum Dan Masyarakat ABSTRACT The

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 5.1.1 Letak, kondisi geografis, dan topografi Kabupaten Bangli terletak di tengah-tengah pulau Bali, dan menjadi satusatunya kabupaten yang tidak

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN. Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang,

BAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN. Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang, BAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN 2.1. Letak geografis Desa Pakraman Abangan Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang, Kecamatan Tegallalang dan Kabupaten Gianyar. Mengenai

Lebih terperinci

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK 1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN KERAMAS DAN KESADARAN HUKUM. undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN KERAMAS DAN KESADARAN HUKUM. undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan 1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN KERAMAS DAN KESADARAN HUKUM 1.1. Deskripsi Desa Pakraman Keramas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab IV Pasal 18 mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DALAM KERANGKA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPENDUDUKAN (SIMDUK) DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa penting, yaitu lahir, menikah dan meninggal dunia yang kemudian akan menimbulkan akibat hukum tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki beragam adat dan budaya daerah yang masih terjaga kelestariannya. Bali adalah salah satu provinsi yang kental adat dan budayanya.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

PENGARUH EKSISTENSI MASYARAKAT HUKUM ADAT TERHADAP PENGUASAAN TANAH PRABUMIAN BERDASARKAN KONSEPSI KOMUNALISTIK RELIGIUS DI BALI

PENGARUH EKSISTENSI MASYARAKAT HUKUM ADAT TERHADAP PENGUASAAN TANAH PRABUMIAN BERDASARKAN KONSEPSI KOMUNALISTIK RELIGIUS DI BALI Vol. 7 No. 2 Agustus 2016, hal. 182-195 ISSN: 1412-6834 PENGARUH EKSISTENSI MASYARAKAT HUKUM ADAT TERHADAP PENGUASAAN TANAH PRABUMIAN BERDASARKAN KONSEPSI KOMUNALISTIK RELIGIUS DI BALI Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN

JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN Oleh Ni Putu Ayu Yulistyadewi Desak Putu Dewi Kasih I Gst Ayu Putri Kartika Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Traditional

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

ISSN DILEMA HUKUM PENYERTIFIKATAN TANAH AYAHAN DESA DI BALI (Studi Kasus Konflik Adat Tanah Ayahan Desa di Desa Adat Panglipuran)

ISSN DILEMA HUKUM PENYERTIFIKATAN TANAH AYAHAN DESA DI BALI (Studi Kasus Konflik Adat Tanah Ayahan Desa di Desa Adat Panglipuran) ISSN 1829-5282 205 DILEMA HUKUM PENYERTIFIKATAN TANAH AYAHAN DESA DI BALI (Studi Kasus Konflik Adat Tanah Ayahan Desa di Desa Adat Panglipuran) Oleh : Ratna Artha Windari Staf Pengajar pada Jurusan PPKn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN

LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN LAPORAN HIBAH PENELITIAN KETEKNIKSIPILAN AKTIVITAS ASPEK TRADISIONAL RELIGIUS PADA IRIGASI SUBAK: STUDI KASUS PADA SUBAK PILING, DESA BIAUNG, KECAMATAN PENEBEL, KABUPATEN TABANAN I Nyoman Norken I Ketut

Lebih terperinci

Kondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1

Kondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Tema Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Desa untuk Mewujudkan Desa Bebandem yang BERSEMI (Bersih, Sehat,Mandiri dan Terintegrasi) 1.2 Lokasi Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi petani tersebut berwatak sosio agraris religius. Subak sebagai lembaga sosial dapat dipandang

Lebih terperinci

PERJANIAN SEWA MENYEWA TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG DESA PAKRAMAN

PERJANIAN SEWA MENYEWA TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG DESA PAKRAMAN Jurnal Notariil, Vol. 2, No. 2, November 2017, 149-159 Available Online at https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/notariil DOI: 10.22225/jn.2.2.410.149-159 PERJANIAN SEWA MENYEWA TANAH PEKARANGAN DESA

Lebih terperinci

PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PERALIHAN FUNGSI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI DI DESAPAKRAMAN PADANGTEGAL, UBUD, GIANYAR)

PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PERALIHAN FUNGSI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI DI DESAPAKRAMAN PADANGTEGAL, UBUD, GIANYAR) PENGARUH PARIWISATA TERHADAP PERALIHAN FUNGSI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI DI DESAPAKRAMAN PADANGTEGAL, UBUD, GIANYAR) Abstrak Gusti Ngurah Mendrawan I Nyoman Wita A.A Istri Ari Atu Dewi Hukum dan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUTANAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA AGUS FAHMI PRASETYA NIM. 1103005181 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tema Memajukan Desa Demulih melalui Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih dan Gerakan Indonesia Tertib.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tema Memajukan Desa Demulih melalui Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih dan Gerakan Indonesia Tertib. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tema Memajukan Desa Demulih melalui Gerakan Indonesia Melayani, Gerakan Indonesia Bersih dan Gerakan Indonesia Tertib. 1.2 Lokasi Kegiatan Desa Demulih, Kecamatan Susut, Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG Menimbang

Lebih terperinci

TAMIU BAGI PENDUDUK PENDATANG DI KEC. KLUNGKUNG

TAMIU BAGI PENDUDUK PENDATANG DI KEC. KLUNGKUNG 40 BAB III PENERAPAN DAN IMPLIKASI PUNGUTAN DANA KRAMA TAMIU BAGI PENDUDUK PENDATANG DI KEC. KLUNGKUNG KAB. KLUNGKUNG - BALI A. Deskripsi Singkat Kecamatan Klungkung 1. Letak Geografis Kecamatan Klungkung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Subak merupakan lembaga irigasi dan pertanian yang bercorak sosioreligius terutama bergerak dalam pengolahan air untuk produksi tanaman setahun khususnya padi berdasarkan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : A.A ISTRI AGUNG DIMA SITARA DEWI NIM : FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

SKRIPSI. Oleh : A.A ISTRI AGUNG DIMA SITARA DEWI NIM : FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR ANALISIS PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN, TINGKAT HUNIAN HOTEL DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN GIANYAR. SKRIPSI Oleh : A.A ISTRI AGUNG DIMA SITARA DEWI

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI BLAHBATUH PADA TAHUN

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI BLAHBATUH PADA TAHUN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DI BLAHBATUH PADA TAHUN 1980-2015 Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Falkultas Satra dan Budaya Unversitas Udayana Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian

Lebih terperinci

SENGKETA TANAH SETRA DAN PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS SENGKETA BANJAR ADAT AMBENGAN DENGAN BANJAR ADAT SEMANA UBUD KABUPATEN GIANYAR)

SENGKETA TANAH SETRA DAN PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS SENGKETA BANJAR ADAT AMBENGAN DENGAN BANJAR ADAT SEMANA UBUD KABUPATEN GIANYAR) SENGKETA TANAH SETRA DAN PENYELESAIANNYA (STUDI KASUS SENGKETA BANJAR ADAT AMBENGAN DENGAN BANJAR ADAT SEMANA UBUD KABUPATEN GIANYAR) oleh I Gusti Ayu Sri Haryanti Dewi Witari I Ketut Wirta Griadhi A.A

Lebih terperinci

Oleh: I Nyoman Adi Susila I Ketut Wirta Griadhi A.A. Gde Oka Parwata. Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh: I Nyoman Adi Susila I Ketut Wirta Griadhi A.A. Gde Oka Parwata. Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana PENYELESAIAN SENGKETA ADAT DI BALI (STUDI KASUS SENGKETA TANAH SETRA ANTARA DESA PAKRAMAN CEKIK DENGAN DESA PAKRAMAN GABLOGAN, KECAMATAN SELEMADEG, KABUPATEN TABANAN) Oleh: I Nyoman Adi Susila I Ketut

Lebih terperinci

PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM BAP DI MUKA SIDANG PENGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM BAP DI MUKA SIDANG PENGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR) SKRIPSI PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DALAM BAP DI MUKA SIDANG PENGADILAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR) I MADE ADHI PARWATHA 0716051138 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENAMPILAN SAPI BALI PENGGEMUKAN YANG DIBERI RANSUM BERBASIS RUMPUT RAJA DENGAN SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN DAN MINERAL

PENAMPILAN SAPI BALI PENGGEMUKAN YANG DIBERI RANSUM BERBASIS RUMPUT RAJA DENGAN SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN DAN MINERAL PENAMPILAN SAPI BALI PENGGEMUKAN YANG DIBERI RANSUM BERBASIS RUMPUT RAJA DENGAN SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN DAN MINERAL OLEH IDA BAGUS DHARMA DIPUTRA 0707405001 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem 2.1.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Dalam peraturan daerah Bali telah dibuatkan peraturan khusus

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH PEMERINTAHAN DESA DI BALI

BAB II SEJARAH PEMERINTAHAN DESA DI BALI BAB II SEJARAH PEMERINTAHAN DESA DI BALI 2.1. Sejarah Pemerintahan Desa Adat di Bali Secara etimologis kata desa berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu deça, seperti Dusun, Desi, Negara, Negeri, Nagaro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap manusia ingin melangsungkan pernikahan serta memiliki keturunan, dimana keturunan merupakan salah satu tujuan seseorang melangsungkan

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR ANAK AGUNG GDE RAKA PUTRA ADNYANA 1116051100 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG TEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 06 TAHUN 1986 TENTANG KEDUDUKAN, FUNGSI DAN PERANAN DESA ADAT SEBAGAI

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI TESIS KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI KOMANG FEBRINAYANTI DANTES 1292461007 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

SISTEM PEWARISAN PADA MASYARAKAT BERKASTA KSATRIA DAN MASYARAKAT BERKASTA SUDRA DI DESA PAKRAMAN MANUABA, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

SISTEM PEWARISAN PADA MASYARAKAT BERKASTA KSATRIA DAN MASYARAKAT BERKASTA SUDRA DI DESA PAKRAMAN MANUABA, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR SISTEM PEWARISAN PADA MASYARAKAT BERKASTA KSATRIA DAN MASYARAKAT BERKASTA SUDRA DI DESA PAKRAMAN MANUABA, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR ARTIKEL OLEH I MADE SUKA ARDANA 0914041044 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam kehidupan baik oleh individu, kelompok maupun negara. Dalam usaha memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village MENINGKATNYA INTENSITAS KONFLIK DESA PAKRAMAN DI BALI Anak Agung Istri Ngurah Dyah Prami Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana 1021005005 E-mail: dyahprami@yahoo.co.id

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN. Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji

HALAMAN PENGESAHAN. Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji pada tanggal : 2017 Tim Penguji: Tanda tangan 1. Ketua : Dr. I. G. N. Agung Suaryana, SE., M.Si.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pekerjaan dengan tingkat tekanan yang tinggi adalah auditor internal. Pekerjaan ini memiliki beban kerja yang berat, batas waktu pekerjaan yang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN

EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN EFEKTIVITAS PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2008-2009 Oleh : NI KOMANG CAHYANI NIM : 0706305173 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP Simpulan

BAB VI PENUTUP Simpulan BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan Kajian tentang implementasi prinsip-prinsip university governance berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar menemukan: 6.1.1. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agraris, menetapkan kedudukan tanah sebagai hal yang utama. Pasal 33 ayat 3

BAB I PENDAHULUAN. Agraris, menetapkan kedudukan tanah sebagai hal yang utama. Pasal 33 ayat 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Republik Indonesia sebagai Negara yang struktur perekonomiannya bersifat Agraris, menetapkan kedudukan tanah sebagai hal yang utama. Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar

Lebih terperinci

EKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG. Oleh :

EKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG. Oleh : 257 EKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG Oleh : I Wayan Eka Artajaya, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract Pakraman Tegallalang

Lebih terperinci

MADE GEDE JUSTAM WIDHYATMA NIM.081

MADE GEDE JUSTAM WIDHYATMA NIM.081 i SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROGRAM KOMPUTER AKIBAT PENGGUNAAN SOFTWARE ILEGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA HALAMAN JUDUL MADE GEDE JUSTAM WIDHYATMA NIM.081 605

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan

Lebih terperinci

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI Oleh : DEWA AYU EKA PUTRI 1101605007 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan. BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan

Lebih terperinci

Oleh: FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Oleh: FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, DISIPLIN KERJA DAN IMBALAN FINANSIAL,TERHADAP KINERJA KARYAWAN KARMA TOUR AND TRAVEL BALI Oleh: Kadek Gelgel Atmayana Nim: 1015251134 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM ADAT BALI

AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM ADAT BALI SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PERKAWINAN NYEBURIN MENURUT HUKUM ADAT BALI THE LEGAL CONSEQUENCES OF NYEBURIN MARRIAGE ACCORDING ON BALINESE ADAT LAW Putu Agus Hendra Sudiartawan NIM. 100710101191 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

SKRIPSI MILIK ATAS TANAH TANPA AKTA PPAT DI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG

SKRIPSI MILIK ATAS TANAH TANPA AKTA PPAT DI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG 1 SKRIPSI JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH TANPA AKTA PPAT DI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN BULELENG IDA BAGUS EKA SASTRAJNYANA NIM. 0703005108 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 2 JUAL BELI

Lebih terperinci

September2016. Oleh : Ni Made Lidia Lestari Karlina Dewi 2. Key words: role, pakraman, conflict, perarem

September2016. Oleh : Ni Made Lidia Lestari Karlina Dewi 2. Key words: role, pakraman, conflict, perarem September2016 PERAN DESA PAKRAMAN DALAM PEMBENTUKAN PERAREM TERKAIT PENYELESAIAN KONFLIK ALIH FUNGSI LAHAN 1 (Studi Kasus Di Desa Pakraman Tunjuk, Kabupaten Tabanan) Oleh : Ni Made Lidia Lestari Karlina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angki Aulia Muhammad, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angki Aulia Muhammad, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia tidak mungkin dilepaskan dari tanah, tiap membicarakan eksistensi manusia, sebenarnya secara tidak langsung kita juga berbicara tentang tanah.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KEUARGA DAMPINGAN Universitas Udayana merupakan salah satu perguruan tinggi yang menyelenggarakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat atau yang disingkat

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) adalah suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang memadukan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi

Lebih terperinci

TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA

TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA OLEH IDA AYU PUTRI PERTIWI NIM 1001215010 PROGRAM STUDI SASTRA BALI FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 25 Tahun 1974 23 Februari 1974 No. 02/PD./DPRD/1972. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI BALI Menetapkan Peraturan Daerah yang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM MELALUI DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK PRASYARAT GELAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM MELALUI DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK PRASYARAT GELAR PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM MELALUI DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK PRASYARAT GELAR Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Infrastruktur Permukiman

Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Infrastruktur Permukiman Program Kerjasama Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat dan Perguruan Tinggi Laporan Pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Infrastruktur Permukiman Desa: Bantang Kecamatan: Kintamani Kabupaten:

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI OBYEK / DAYA TARIK WISATA YANG DI KERJASAMAKAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS BALAI BAHASA PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh : KADEK YUDI PRAWIRA JAYA

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS BALAI BAHASA PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh : KADEK YUDI PRAWIRA JAYA PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS BALAI BAHASA PROVINSI BALI SKRIPSI Oleh : KADEK YUDI PRAWIRA JAYA NIM : 1015251119 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengertian Perkawinan Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974. Pengertian perkawinan menurut Pasal

Lebih terperinci

BUDAYA TRI HITA KARANA

BUDAYA TRI HITA KARANA BUDAYA TRI HITA KARANA SEBAGAI PEMODERASI KOMPLEKSITAS TUGAS DAN TEKANAN WAKTU TERHADAP KINERJA AUDITOR (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali) SKRIPSI Oleh : NI LUH PUTU DESY MUSTIKAYANI NIM

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) merupakan suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia harus memenuhi kebutuhannya, guna kelangsungan hidup. Upaya pemenuhan kebutuhan ini, pada dasarnya tak pernah berakhir, karena sifat kebutuhan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hubungan yang bersifat abadi, karena tanah merupakan tumpuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hubungan yang bersifat abadi, karena tanah merupakan tumpuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masyarakat hukum adat, hubungan antar manusia dengan tanah merupakan hubungan yang bersifat abadi, karena tanah merupakan tumpuan harapan yang pertama dan terakhir

Lebih terperinci

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif...

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... xi ABSTRACT... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM ADAT. Tanah Adat di Desa Tenganan, Bali. Oleh : Didik Sugianto ( )

MAKALAH HUKUM ADAT. Tanah Adat di Desa Tenganan, Bali. Oleh : Didik Sugianto ( ) MAKALAH HUKUM ADAT Tanah Adat di Desa Tenganan, Bali Oleh : Didik Sugianto (134704009) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PMP-KN PROGRAM STUDI ILMU HUKUM 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649); PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAAN DESA PENGURUSAN DAN PENGAWASANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG Menimbang : a. Bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan lingkungan dan manusia disekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI Oleh: DESAK PUTU DIAH DHARMAPATNI 1001605003 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci