BAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN. Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN. Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang,"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN UMUM DESA PAKRAMAN ABANGAN 2.1. Letak geografis Desa Pakraman Abangan Desa Pakraman Abangan termasuk dalam wilayah Desa dinas Tegallalang, Kecamatan Tegallalang dan Kabupaten Gianyar. Mengenai batas-batas wilayah desa, Desa Pakraman Abangan menjadikan sungai sebagai pembatas, karena Desa Pakraman Abangan dikelilingi oleh sungai. Sebelah utara dialiri oleh klabah (sungai kecil sebagai pengairan di sawah), sebelah selatan terdapat pangkung (jurang) yang dahulunya dialiri air tetapi sekarang sudah mengering, sebelah timur dialiri oleh sungai tabu, dan sebelah barat dialiri oleh sungai wos. Secara geografis Desa Pakraman Abangan berdampingan dengan beberapa desa yang diantaranya : a. Sebelah Utara : Desa Pakraman Tegallalang b. Sebelah Timur : Desa Pakraman Junjungan c. Sebelah Selatan : Desa Pakraman Bentuyung d. Sebelah Barat : Desa Pakraman Klabangmoding Ditinjau dari susunanya desa pakraman yang ada di Bali memiliki dua susunan yaitu susunan tunggal dan susunan bertingkat. Desa pakraman yang memiliki susunan tunggal terdiri dari 1 banjar, sedangkan desa pakraman yang memiliki susunan bertingkat terdiri dari beberapa banjar, dan sebagain dari banjar itu dibagi lagi dalam kelompok kerja untuk membantu kegiatan dari banjar tersebut yang 1

2 disebut dengan tempekan, biasanya dalam sistem tempekan berlaku bagi banjar yang memiliki penduduk (krama) yang banyak dan dipimpin oleh kelihan tempekan. 1 Di dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2003 tentang Desa Pakraman Pasal 1 angka 5 dikatakan bahwa banjar pakraman merupakan kelompok masyarakat yang merupakan bagian dari desa pakraman. Dalam hal ini Tjok Istri Putra Atiti juga memberikan definisi tentang banjar dengan menekankan pada fungsinya yaitu: banjar merupakan organisasi tradisional yang bersifat religius dengan menekan fungsinya pada masalah suka duka, khususnya kematian. 2 Desa Pakraman Abangan tergolong dengan desa yang memiliki susunan tunggal karena terdiri dari 1 (satu) banjar saja, yaitu Banjar Abangan itu sendiri. Hal ini membuat Desa Pakraman Abangan menjadi desa yang unik, dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak tetapi memiliki sebuah tanggung jawab besar serta harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan desa pakraman tersebut yang memiliki Kahyangan Tiga (Pura Desa, Pura Puseh dan Pura Dalem) dan Pura Penataran yang berada di lingkungan Desa Pakraman Abangan itu sendiri. Dalam hal ini semua itu merupakan tanggung jawab bagi Krama Desa Pakraman Abangan dalam menjaga, melestarikan dan melakukan upacara-upacara pada setiap Pura tersebut. Akan tetapi keadaan seperti ini tidak membuat surut mental Krama Desa 1 I Gede A.B Wiranata, 2005, Hukum Adat Indonesia Perkembangan Dari Masa Ke Masa, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, h Tjok Istri Putra Astiti, 2005, Pemberdayaan Awig-Awig Menuju Ajeg Bali, Lembaga Dokumentasi Dan Publikasi Fakultas Hukum Univesitas Udayana, Denpasar, h. 9. 2

3 Pakraman Abangan dalam sebuah keluhan, karena bagi mereka inilah anugrah yang mesti mereka jalani dengan segala bentuk keterbatasan. Dari wawancara yang dilakukan penulis saat pengumpulan data berlangsung dengan I Made Sudana, S.E (50) Kelihan Dinas Desa Pakraman Abangan pada tanggal 10 November 2014, penulis tertarik dengan kutipan kalimat yang dikatakannya. Dalam kutipannya beliau berkata Baat Ben Negen Nangging Nu Ngidangn Ngancit (seberapapun berat keadaan yang dipikul tetapi tetap dapat diatasi). Hal ini didasari karena Krama Desa Pakraman Abangan memiliki jiwa kebersamaan (communal) dalam penyatuan visi dan misi untuk pemberdayaan dan kemajuan desa menuju keadaan tentram, damai dan dapat mencukupi tuntutan hidup mereka (rahayu lan gemah ripah loh jinawi ) Keadaan Penduduk Desa Pakraman Abangan Keadaan penduduk di Desa Pakraman Abangan akan dijabarkan dari 3 (tiga) aspek yang terdiri dari jumlah penduduk, tingkat pendidikan penduduk dan mata pencaharian penduduk di Desa Pakraman Abangan karena ini merupakan suatu hal krusial sebagai data pendukung dan pedoman penting dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis. Ketiga aspek ini dapat dijabarkan secara rinci sebagai berikut: A. Jumlah Penduduk Desa Pakraman Abangan Krama Desa Pakraman Abangan terdiri dari 106 kepala keluarga (KK) yang terbagi menjadi 2 (dua) terdiri dari 103 kepala keluarga (KK) laki-laki dan 3 kepala keluarga (KK) perempuan. Secara keseluruhan Krama Desa Pakraman Abangan memiliki jumlah penduduk sebanyak 516 orang. Apabila di rinci 3

4 berdasarkan jenis kelamin, maka akan tampak seperti dalam table di bawah ini : Tabel 2.1 Jumlah Penduduk NO JENIS KELAMIN JUMLAH 1 Laki-laki 242 Orang 2 Perempuan 274 Orang JUMLAH 516 Orang Sumber : Diolah dari catatan Kelihan Dinas Desa Pakraman Abangan pada tanggal 24 Agustus Dari jumlah penduduk Desa Pakraman Abangan secara global sebanyak 516 orang, 8 orang diantaranya adalah penduduk pendatang dan pengusaha pariwisata. 6 orang (diantaranya 5 orang berjenis kelamin laki-laki dan 1 orang berjenis kelamin perempuan/ dari 6 orang tersebut 3 orang adalah Warga Negara Asing) hanya terikat oleh ikatan dinas saja dan sisanya lagi 2 orang (yang berjenis kelamin laki-laki/ salah satunya adalah Warga Negara Asing yaitu Hank Holmen penduduk pendatang biasa tanpa mendirikan usaha/ hanya memiliki tanah diatas tanah Desa Pakraman Abangan dan Warga Negara Indonesia I Wayan Duarta pihak Puri Sunia Resort ) sudah masuk ikatan adat di Desa Pakraman Abangan. Perlu ditekankan dalam hal ini Hank Holment menggunakan jasa orang dari Padang Tegal, Ubud sebagai jaminan untuk tinggal dan menetap di Desa Pakraman Abangan sebagai warga desa dalam hal melakukan ayah-ayahan desa. Diantara 8 orang tersebut 3 orang diantaranya adalah pengusaha pariwisata dan 3 orangnya sisanya hanya penduduk pendatang biasa. 4

5 B. Tingkat pendidikan penduduk Desa Pakraman Abangan Di Desa Pakraman Abangan tingkat pendididkan penduduknya bervariatif, mayoritas penduduknya hanya mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Petama (SMP) akan tetapi dengan berkembangnya jaman sebagaian penduduk Desa Pakraman Abangan sudah mengenyam pendidikan sampai dengan bangku Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kajuruan (SMK) bahkan sampai Perguruan Tinggi. Untuk penjabaran secara rinci tentang tingkat pendidikan penduduk di Desa Pakraman Abangan dapat dituangkan dalam bentuk tabel sebagai berikut : Tabel 2.2 Tingkat Pendidikan NO PENDIDIKAN JUMLAH 1 Buta Huruf 17 Orang 2 Tidak Tamat SD/ Sederajat 24 Orang 3 Tamat SD 120 Orang 4 Tamat SMP 87 Orang 5 Tamat SMA 71Orang 6 Tamat D 1 1 Orang 7 Tamat S 1 5 Orang JUMLAH 325 Orang Sumber : Diolah dari catatan Kepala Desa (Perbekel) Desa Dinas Tegallalang pada tangga 28 Desember 2012 Pada tabel tersebut sebagian penduduk Desa Pakraman Abangan telah mengenyam pendidikan formal dan sebagaian lagi merupakan balita dan lansia. C. Mata pencaharian Penduduk Desa Pakraman Abangan Di Desa Pakraman Abangan mayoritas penduduknya bekerja pada sektor pertanian (bertani) tetapi sebagian penduduknya juga bekerja sebagai PNS (Pegawai 5

6 Negeri Sipil), pegawai swasta dan ada pula yang membuka usaha sendiri (berwiraswasta). Secara rinci akan dijabarkan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 2.3 Mata Pencaharian NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH 1 Petani 155 Orang 2 Buruh Tani 10 Orang 3 Pegawai Swasta 55 Orang 4 Pegawai Negeri Sipil 4 Orang 5 Pedagang 8 Orang 6 Pengrajin 2 Orang 7 Peternak 7 Orang 8 Tukang Bangunan 15 Orang 9 ABRI 1 Orang 10 Pelukis 3 Orang JUMLAH 260 Orang Sumber : Diolah dari Catatan Kepala Desa (Perbekel) Desa Dinas Tegallalang pada tangga 28 Desember 2012 Akibat perkembangan jaman dan laju kegiatan pariwisata yang fleksibel dan dinamis pada dewasa ini, di Desa Pakraman Abangan sudah di rambah oleh kegiatan pariwisata yang semakin tahun semakin menunjukkan perkembangan. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya ada sarana/ akomodasi penunjang kegiatan pariwisata di Desa Pakraman Abangan seperti banyaknya berdiri hotel, villa dan lain-lain yang dapat dijabarkan sebagai berikut. Usaha Pariwisata yang ada di Desa Pakraman Abangan yang merupakan milik dari penduduk pendatang adalah: 1. Hotel Puri Sunia Resort 2. Villa Ochid 6

7 3. Dandan Sari Warga asli Desa Pakraman Abangan juga tidak mau kalah dan sudah mulai berpikir berkembang dengan mendirikan usaha sebagai penunjang kegiatan pariwisata dilingkungannya antara lain dengan berdirinya Cafe Coffee yang bernama Labak Sari. Pengusaha pariwisata maupun penduduk pendatang yang dalam hal ini sudah masuk ikatan adat di Desa Pakraman Abangan dikenakan ayahan patus karena sudah masuk Krama Desa Pakraman Abangan diluar sumbangan sukarela (punia). Tetapi dalam hal ini pengusaha pariwisata maupun penduduk pendatang yang sudah masuk ikatan adat dikenakan patus yang lebih karena ayahannya digantikan dengan uang. D. Sistem keanggotaan Desa Pakraman Abangan Pada dasarnya secara umum sistem keanggotaan (pakraman) dalam suatu desa pakraman yang ada di Bali bervariasi tetapi dalam garis besarnya menjadi 2 yang terdiri dari: 1. Sistem keanggotaan (pakraman) berdasarkan ngemong ayahan; sistem ini umumnya di anut pada desa pakraman yang masih sangat kuat pengaruhnya dari tanah adatnya. Ngemong ayahan artinya memegang/ menguasai tanah milik desa (tanah ayahan desa atau tanah karang desa). Berdasarkan sistem ini maka status keanggotaan desa pakraman (krama desa) akan dibedakan menjadi 2 kelompok. Pertama, kelompok krama yang menguasai tanah milik desa sehingga dikenakan kewajiban (ayahan) penuh kepada desa dan kelompok ini disebut krama ngarep atau istilah lainnya sesuai dengan adat 7

8 (dresta) setempat. Kedua kelompok krama yang tidak menguasai tanah milik desa sehingga tidak dikenakan kewajiban (ayahan) penuh kepada desa yang disebut krama pengele, krama roban, krama ngempi dan sebagainya. Kewajiban-kewajiban yang dikenakan terhadap krama pengele ini bervariasi antara desa pakraman yang satu dengan desa pakraman yang lain sesuai dengan awig-awig yang berlaku desa pakraman tersebut. 2. Sistem keanggotaan (pakraman) berdasarkan mapikuren. Mapikuren berdasarkan berumah tangga. Berdasarkan sistem ini maka keanggotaan seorang menjadi krama desa dimulai setelah yang bersangkutan berumah tangga (kawin). Dalam sistem ini tidak ada perbedaan status krama desa seperti dalam sistem ngemong karang ayahan, Sehingga krama desa mempunyai hak dan kewajiban yang sama terhadap desa. Desa pakraman dengan sistem ini umumnya diatur oleh desa pakraman yang tidak mempunyai tanah adat atau tidak kuat pengaruh tanah adatnya. Desa Pakraman Abangan yang terdiri dari 1 (satu) banjar saja memiliki 2 (dua) jenis krama yaitu krama ngarep dan krama ngempi. Krama ngarep merupakan krama memiliki tanggung jawab meneruskan kewajiban orang tuanya dalam meayahayahan (nyaluk ayahan tua) atau ngayahin tanah pekarangan desa (ayahan desa), sedangkan krama ngempi yaitu yang didasari oleh sistem kepala keluarga (KK) bagi mereka yang masuk banjar setelah melangsungkan suatu perkawinan, akan tetapi tidak memiliki kewajiban besar terhadap banjar dan masalah tanah pekarangan desa atau (ayahan desa). Perlu ditekankan dalam hal ini, bagi krama yang telah 8

9 melangsungkan suatu perkawinan, akan dinyatakan menjadi krama desa beserta mendapat kewajiban dalam bentuk ayah-ayahan setelah disiarkan dalam paruman desa yang berlangsung setiap 1 tahun sekali pasca Hari Raya Nyepi. Krama Desa Pakraman Abangan memiliki hak dan kewajiban yang berkaitan dengan kegiatan suka-duka dilingkungannya. Untuk keadaan sukanya dapat berupa pada acara-acara keagamaan yang berkaitan dengan keadaan suka seperti upacara perkawinan, potong gigi (metatah), upacara-upacara yang berkaitan dengan tahaptahap kehidupan manusia, dan lain-lain sedangkan untuk keadaan dukanya dapat berupa upacara yang berkaitan dengan kematian (ngaben) dan sebagainya. Pada kegiatan suka seperti perkawinan dan potong gigi (metatah) yang terjadi di Banjar Abangan, Desa Pakraman Abangan, krama ngarep wajib dikenakan ayahan patus berupa beras 1 kilogram dan gula 1 kilogram. Perlu ditekankan disini patus untuk perkawinan dan potong gigi dipisahkan satu sama lain, andaikata salah satu krama melangsungkan upacara perkawinan dan potong gigi diambil sekalian pada hari itu juga, maka krama yang lain mesti memberi patus itu 2 kali, pertama untuk perkawinan dan kedua untuk potong gigi. Disaat kegiatan perkawinan dan potong gigi (metatah) yang datang adalah semua krama banjar tanpa membedakan krama ngarep dan krama ngempi serta dengan mebawa ayahan patus yang seperti telah disebutkan diatas. Untuk kegiatan duka seperti ada kematian, setiap krama banjar wajib datang, baik krama ngarep maupun krama ngempi dan dikenakan ayahan patus berupa beras 1 kilogram dan uang sebesar Rp (sepuluh ribu rupiah). Dalam hal dana yang 9

10 terkumpul dari semua krama biasanya akan di beri sepenuhnya bagi pihak keluarga dari orang yang meninggal tersebut apabila dari pihak keluarga tersebut langsung melaksanakan upacara ngaben, sedangkan apabila pihak keluarga hanya akan mengubur jenazah dari orang yang meninggal tersebut dan akan melakukan upacara ngaben secara bersama/ kolektif, maka dana yang diberikan hanya 50% dari dana yang terkumpul dan 50%nya lagi akan dipakai untuk subsidi dalam upacara ngaben bersama (ngaben kolektif). Sedangkan di sisi lain Krama Banjar Desa Pakraman Abangan juga memiliki suatu hak. Hak yang di peroleh oleh krama banjar adalah hak perlakuan yang sama dalam hal suka duka semasih mengikuti aturan-aturan (awig-awig dan perarem) yang berlaku dalam lingkungannya Struktur Organisasi dan Kepengurusan Desa Pakraman Abangan Struktur Organisasi Desa Pakraman Abangan Sesuai dengan salah satu isi otonomi desa pakraman yaitu kehidupan untuk menyelenggarakan kehidupan organisasinya, yang dalam hal ini bermakna bahwa desa pakraman diberikan suatu hak-hak yang salah satunya adalah hak untuk berorganisasi. Desa pakraman memiliki otonomi untuk membuat struktur kepengurusan desa pakraman itu sendiri sebagai wadah untuk menjalankan otonomi di desa pakraman tersebut salah satunya dalam kegiatan sosial dan agama. 10

11 Desa Pakraman Abangan memiliki beberapa organisasi dalam menjalankan sistem administrasi dalam kerangka pemerintahan di Desa Pakraman Abangan yang terdiri dari : a. Kebandesaan Kebandesaan adalah suatu lembaga yang memiliki kewanangan memegang kekuasaan tertinggi (ekskutif) dalam menyelenggarakan kehidupan Krama Desa Pakraman Abangan berdasarkan kepada dasar norma yang dimiliki oleh Desa Pakraman Abangan antara lain awig-awig, perarem, dresta dan lain-lain. b. Pecalang Pecalang adalah satgas (satuan tugas) keamanan tradisonal masyarakat Bali yang mempunyai wewenang untuk menjaga keamanan dan ketertiban wilayah desa pakraman. Tugas Pokok pecalang adalah mewujudkan keamanan, ketertiban dan ketentraman pelaksanaan Tri Hita Karana, baik didalam maupun diluar desa pakraman yang bersangkutan bersama aparat terkait lainnya. 3 Kedudukan pecalang semakin legal dan konstitusional dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 3 Tahun 2003 tentang Desa Pakraman pada pasal 17, yang menyebutkan: 3 A. A Ayu Ngurah Harmini, 2005, Study Manajemen Komunitas Di Obyek Wisata Wenara Wana, Padang Tegal, Ubud, Menuju Pariwisata Berkelanjutan, Tesis S2, Program Kajian Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar h

12 Ayat 1. Keamanan dan ketertiban wilayah desa pakraman dilaksanakan oleh pecalang Ayat 2. Pecalang melaksanakan tugas-tugas keamanan dalam wilayah desa pakraman dalam hubungan tugas adat dan agama Ayat 3. Pecalang diangkat dan diberhentikan oleh desa pakraman melalui paruman desa. Di Desa Pakraman Abangan pengakuan serta pelaksanaan tugas dan wewenang dari pecalang telah dituangkan dalam Perarem Desa Pakraman Abangan No. 03/ DP/ Abangan/ 2014 Indik Pecalang Pawos 5 Swadarmaning Pecalang 1. Ngupada Desa : Pecalang punika setata ngunya, mangdene setata raket lan urati ring kewentenan genah krama desa. 2. Atitikrama : Setate ngicenin pemargi sane patut lan nuntu krama desa ngupadi anut petitis (sopan santun). 3. Jaga Bhaya Desa : Setate siaga ring ketreptian lan ketentraman desa. Terjemahan besarnya dalam bahasa Indonesia atau sebagai berikut: 1. Ngupada Desa, mempunyai makna bahwa pecalang harus selalu dekat dengan desa pakraman dan warganya. Jangan sampai seorang pecalang hidup jauh dari desanya. Dengan dekat dan diam di desa akan lebih terjamin adanya komunikasi dalam rangka mengarahkan krama desa. 12

13 2. Atitikrama, selalu memberikan petunjuk yang benar kepada krama desa. Petunjuk yang dimaksud dapat berupa arahan dan dapat juga contoh keteladanan dan apabila pecalang sudah dapat menjalankan itu maka pecalang akan disegani dan berwibawa di mata krama desa. 3. Jaga Bhaya Desa, memiliki arti menjaga desa agar selalu berada dalam keadaan baik. Dari kewajiban Jaga Bhaya Desa ini termasuk didalamnya adalah melakukan ronda keliling di desa pakraman untuk menjaga dan mencegah timbulnya bahaya c. Lembaga Pekreditan Desa (LPD) Lembaga Pekreditan Desa (LPD) di Provinsi Bali, adalah sarana operasional yang dimiliki desa pakraman dan merupakan sarana unit operasional yang berfungsi sebagai wadah kekayaan desa pakraman berupa uang dan surat-surat berharga lainnya. Kehadiran lembaga pekreditan desa merupakan salah satu alat kebijaksanaan srategis untuk dapat menjangkau kelompok masyarakat pedesaan dalam usaha mempercepat peningkatan taraf hidup masyarakat. 4 Secara legal dengan dasar pijakan konstitusional pembentukan LPD terdapat pada BAB IV Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 18 dan Pasal 18 B ayat 2. Ketentuan konstitusi ini oleh Pemerintah Provinsi Bali ditindaklanjuti dengan membuat Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 8 Tahun 2002 tentang 4 I Gede Paramartha, dkk, 2004, Pecalang Perangkat Keamanan Desa Pakraman Di Bali,, Penerbit Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Udayana, h

14 LPD. Perda ini dibentuk berdasarkan kewenangan pemerintah Pemerintah Provinsi Bali sebagaimana diatur Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Lebih teknis pengaturannya juga diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah Provinsi Dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kota. Pengaturan demikian hingga saat ini membuat LPD menjadi lembaga keuangan kultural yang dibentuk dalam visi dan misi kultural dalam sifat yang sangat khas karena dibentuk oleh desa pakraman serta beroperasi di dalam wilayah desa pakraman, dan terbatas melayani warga desa pakraman. 5 Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Pekreditan Desa (LPD) pada Pasal 1 angka 10 disebutkan LPD adalah Lembaga Perkreditan Desa di desa pakraman dalam wilayah Propinsi Bali. Merujuk kepada tujuan dari kehadiran Lembaga Pekreditan Desa di desa pakraman antara lain : 1. Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang terarah serta menyalurkan modal yang efektif. 2. Memberantas kegiatan gadai gelap dan lain-lain yang berimplikasi terhadap masyarakat pedesaan terutama yang awam akan hal tersebut. 3. Menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja di pedesaan. 5 Ida Bagus Wiasa Putra, 2011, Landasan Teoritik Pengaturan LPD, (Editor), Udayana University Press, h.4. 14

15 4. Meningkatkan daya beli dan melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang-uang di desa-desa. Lembaga Pekreditan Desa juga dapat dibubarkan, sesuai dengan Perda Provinsi Bali No. 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Pekreditan Desa (LPD) Pasal 23 ayat 1 Pembubaran LPD dapat terjadi karena: a. Usul Desa; b. Pencabutan ijin pendirian. Keberhasilan Lembaga Pekreditan Desa (LPD) dalam menjalankan tugas dan fungsinya tidak terlepas dari peran serta awig-awig dan perarem sebagai norma dasar yang dimiliki oleh desa pakraman yang di dalamnya terdapat subtansi tentang tata cara dan pedoman terhadap masyarakat sebagai nasabah dari LPD dalam menabung dan meminjam uang berdasarkan jangka waktunya dan apabila terjadi sebuah wanprestasi maka dalam hal ini awigawig dan perarem yang menjadi dasar penjantuhan sanksi Struktur Kepengurusan Desa Pakraman Abangan Sistem pemerintahan desa pakraman dipimpin oleh pengurus desa pakraman yang disebut dengan istilah prajuru/ dulu (paduluan). Sistem pemerintahan desa pakraman bersifat variatif serta dipengaruhi oleh tipe desa yang bersangkutan. Di Bali, desa dikelompokan menjadi 3 yang terdiri dari: a. Desa Baliage, yaitu desa tua di Bali yang masih kuat mempertahankan sistem kemasyarakatan asli yang dalam jaman kerajaan dulu tidak dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan Majapahit. Umumnya desa ini terdapat di daerah 15

16 pegunungandan jauh dari pusat kerajaan. Contohnya adalah Desa Tenganan Pagringsingan (Karangasem), Marga Tengah (Gianyar), dan lain-lain. Tipe Desa Baliage biasanya menganut sistem kepempinan majemuk yang artinya dipimpin oleh 2 orang pemimpin (2 bandesa). b. Desa Apanage merupakan desa-desa pada jaman kerajaan dahulu yang sangat intensif mendapatkan pengaruh dari sistem kemasyarakatan Majapahit. Umumnya desa ini terletak di daerah Bali dataran dan dekat dengan pusat kerajaan. Contohnya adalah Desa Pakraman Denpasar, Desa Pakraman Kerobokan, dan lain-lain. Tipe Desa Apanage dalam sistem kepemimpinanya menganut sistem tunggal yang berarti di pimpin oleh seorang pemimpin yang disebut (1 bandesa). c. Desa Anyar (baru) yaitu desa yang timbul karena akibat dari perpindahan penduduk yang didorong oleh keinginan mencari lapangan kehidupan. Mereka merabas hutan disuatu daerah dan kemudian membentuk desa. Desa demikian umumnya ditemui pada daerah Kabupaten Jembrana dan Buleleng bagian barat. Contohnya adalah Desa Pakraman Yeh Buah (Negara). 6 Di Desa Pakraman Abangan menganut sistem pemerintahan tunggal yaitu dalam struktur prajuru (kepemimpinan) terdapat seorang pejabat puncak yang disebut dengan istilah bandesa. Dalam Awig-awig Desa Pakraman Abangan telah dijabarkan dalam Palet 2 Indik Prajuru Lan Dulun Desa (Penglingsir), 6 I Ketut Artadi, 2009, Hukum Adat Bali Dengan Aneka Masalahnya, Pustaka Bali Post, h

17 (1) Desa Adat Abangan keanter olih Bandesa Adat, (2) Banjar keanter oleh Keliahan Banjar. Adapun struktur prajuru atau kelembagaan Desa Pakraman Abangan sebagai berikut: Bandesa Petajuh Kelihan adat Juru raksa Sumber : Diolah dari catatan dengan Kelihan Dinas Desa Pakraman Abangan pada tanggal 2 november a. Bandesa Bandesa dalam hal ini merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam menyelenggarakan kehidupan krama desa berdasarkan awig-awig dan perareman. Bandesa dipilih dan ditetapkan dalam Paruman desa. Dalam hal ini bandesa memiliki tugas dan fungsi sebagai mana telah di atur dalam Awig-awig Desa Pakraman Abangan Pawos 16 yang terdiri dari: ha. Nganterang permagin sedaging Awig-awig miwah Perarem. na. nuntun tur nganterang krama rawuhing warga desa sami ngupadi manut patitis. (Pancasila, UUD NRI Pasal 18, Perda Provinsi Bali No. 6 Tahun 1986 lan Tri Hita Karana) 17

18 ca. mawosin kalih niwakang pemutus arep ring wicara warga desa. ra. Maka duta desa metemuang baos ring sape sire ugi Terjemahan besarnya dalam bahasa Indonesia ataupun sebagai berikut: ha. Menjalankan awig-awig mapun perarem. na. Menuntun krama dan warga desa seluruhnya dalam mencapai tujuan bersama seuai Pancasila, UUD NRI Pasal 18, Perda Provinsi Bali No. 6 Tahun 1986 lan Tri Hita Karana. ca. Memberikan keputusan pada warga yang melakukan kesalahan atau pelanggaran. ra. Mewakili desa dalam melakukan pertemuan dengan siapapun atau pihak luar. b. Petajuh Petajuh merupakan wakil bandesa dalam tugasnya untuk mengatur dan menngurus segala hal yang berkaitan dengan desa pakraman c. Kelihan adat Keliahan Adat merupakan pemimpin dalam suatu banjar yang memiliki otonomi dalam permasalahan adat yang ada di banjar tersebut. Kelihan Adat dalam hal ini juga dapat dikatakan merupakan perpanjangan tangan bandesa dalam menerapkan awig-awig dan perarem di suatu banjar yang merupakan daerah otonomi dari desa pakraman. 18

19 d. Penyarikan Penyarikan memiliki tugas membantu dan mengatur kegiatan bandesa dalam menjalankan otonominya di desa pakraman dalam urusan pendataan. e. Juru raksa Bendahara dalam hal ini memiliki kewenangan terhadap keuangan desa pakraman untuk segala jenis kegiatan yang ada di desa pakraman tersebut. Dalam hal ini bendahara ditunutut harus bersifat transparan dan akuntable. Masa jabatan prajuru diatas adalah 5 tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali, dan hanya dapat dipilih dua kali saja. Masa jabatan dari prajuru dapat berakhir apabila: a. Jangaka waktu masa jabatan berakhir. b. Meninggal dunia. c. Melanggar atau tidak melaksanakan ketentuan awig-awig, perareman, dresta dan lain-lain. d. Atas permintaan sendiri. Dalam hal ini juga akan di paparkan struktur kepengurusan di Desa Pakraman Abangan dan Desa Dinas Tegallalang dapat dilihat dalam hirarki kepengurusanya sebagai berikut : 19

20 a. Struktur kepengurusan Desa Pakraman Abangan Bendesa : I Made Sukarja Kelihan adat/ petajuh: I Made Lodra Sekretaris : I Wayan Wirta Bendahara : I Made Pastika Sumber : Diolah dari catatan dengan Kelihan Dinas Desa Pakraman Abangan pada tanggal 2 november b. Struktur kepengurusan Desa Dinas Tegallalang : Kepala desa (perbekel) Sekretaris desa Kaur Pemerinthan Kaur Umum Kaur Kesra Kaur Keuangan Kaur Pembangunan Kelihan Dinas 1. Kepala desa (perbekel): Dewa Nyoman Rai Sutrisna, SP 2. Sekretaris desa: Nyoman Sudana 3. Kaur pemerintahan: Dewa Gde Megayasa, SH 20

21 4. Kaur umum: Ketut Mardika 5. Kaur kesra :Ni NYoman Sasih Pariani 6. Kaur keuangan :Ni Made Wiadiastuti 7. Kaur pembangunan : Ketut Suwira 8. Kelihan dinas : I Made Sudana, S.E Sumber : Diolah dari catatan Kepala Desa (Perbekel) Desa Dinas Tegallalang pada tangga 28 Desember

KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI

KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI KOORDINASI ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN DALAM DINAMIKA PENANGANAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI BALI Oleh: A.A Gede Raka Putra Adnyana I Nyoman Bagiastra Bagian Hukum Dan Masyarakat ABSTRACT The

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Perkreditan Desa diperlukan

Lebih terperinci

OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM

OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM OM SWASTI ASTU OLEH Dr. NI NYOMAN SUKERTI, SH.,MH. BAGIAN HUKUM & MASYARAKAT FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA BH Primer 1. Norma atau kaedah dasar yakni Pembukaan UUD 1945. 2. Peraturan dasar (BT UUD

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PERANGKAT DESA LAINNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tujuan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dalam mendorong

Lebih terperinci

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361)

DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361) DESA PAKRAMAN UBUNG KECAMATAN DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR Alamat : Jl. Cokroaminoto, No. 125 Denpasar, Telp. (0361) 423988 KAJIAN PEMINDAHAN DAN PEMBANGUNAN KANTOR LEMBAGA PERKREDITAN (LPD) DESA PAKRAMAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan.

BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Badung dan merupakan wilayah (palemahan) Desa Adat Kedonganan. BAB IV GAMBARAN UMUM PANTAI KEDONGANAN SEBAGAI LOKASI PENELITIAN 4.1 Aspek Geografis dan Kondisi Fisik Pantai Kedonganan terletak di Kelurahan Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung dan merupakan

Lebih terperinci

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI

EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI EKSISTENSI DESA ADAT DAN KELEMBAGAAN LOKAL: KASUS BALI Oleh : Agus Purbathin Hadi Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA) Kelembagaan Desa di Bali Bentuk Desa di Bali terutama

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Kondisi Desa 1. Sejarah Desa Awal terbentuknya Desa Margo Mulyo Pada tahun 1960 terjadi bencana alam gunung berapi di Magelang Kecamatan Serumbung Jawa tengah. Pada

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan

Lebih terperinci

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK

KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK 1 KONSEP TRI HITA KARANA DALAM SUBAK oleh Ni Putu Ika Nopitasari Suatra Putrawan Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Tri Hita Karana is a basic concept that have been

Lebih terperinci

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI

PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI PENEGAKAN AWIG-AWIG LARANGAN BERBURU BURUNG DI DESA PAKRAMAN KAYUBIHI, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI Oleh : Pande Putu Indra Wirajaya I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari I Gusti Ngurah Dharma Laksana

Lebih terperinci

PENYELESAIAN WANPRESTASI DARI PEMBAYARAN KREDIT DI LPD DESA PAKRAMAN LEBIH GIANYAR

PENYELESAIAN WANPRESTASI DARI PEMBAYARAN KREDIT DI LPD DESA PAKRAMAN LEBIH GIANYAR PENYELESAIAN WANPRESTASI DARI PEMBAYARAN KREDIT DI LPD DESA PAKRAMAN LEBIH GIANYAR I GUSTI NGURAH NYOMAN ARNAWA ADIWATI I NYOMAN MUDANA Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar ABSTRACT

Lebih terperinci

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 20 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN DAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BADUNG Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2001 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2001 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA Klik Dicabut dgn Perda 25 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2001 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif...

3. Proses Sosial dalam Hubungan Antaretnik di Desa Pakraman Ubud a. Proses Sosial Disosiatif b. Proses Sosial Asosiatif... DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERSETUJUAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... xi ABSTRACT... xii DAFTAR ISI... xiii DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1 Sejarah dan Keadaan Geografis Desa Rambah Desa Rambah terbentuk pada tahun 2000. Dimekarkan dari Desa induk, yaitu Desa Rambah Hilir. Nama Desa Rambah diambil

Lebih terperinci

JUAL-BELI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI KASUS DI DESA PEKRAMAN PENESTANAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR)

JUAL-BELI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI KASUS DI DESA PEKRAMAN PENESTANAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR) JUAL-BELI TANAH PEKARANGAN DESA (PKD) (STUDI KASUS DI DESA PEKRAMAN PENESTANAN, KECAMATAN UBUD, KABUPATEN GIANYAR) Oleh Made Adi Berry Kesuma Putra A.A. Gde Oka Parwata A.A. Istri Ari Atu Dewi Bagian Hukum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Bali sebelum adanya LPD telah banyak terbentuk kelompok sekeha-sekeha yang intinya

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Lembaga Subak sebagai bagian dari budaya Bali merupakan organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pada tanggal 24 juli tahun Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal dari BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kecamatan Tasik Putri Puyu Kecamatan Tasik Putri Puyu merupakan Kecamatan yang dibentuk pada tanggal 24 juli tahun 2012. Kecamatan Tasik Putri Puyu berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Desa Medewi, salah satu tempat pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Universitas Udayana, merupakan salah satu daerah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I BALI, Menimbang : a. bahwa kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN KERAMAS DAN KESADARAN HUKUM. undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN KERAMAS DAN KESADARAN HUKUM. undang-undang, dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan 1 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN KERAMAS DAN KESADARAN HUKUM 1.1. Deskripsi Desa Pakraman Keramas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Bab IV Pasal 18 mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Desa Lebuh Dalem Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala Timur yang merupakan kecamatan pemekaran dari sebagian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial. 18 BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG A. Keadaan Geografis 1. Letak, Batas, dan Luas Wilayah Letak geografis yaitu letak suatu wilayah atau tempat dipermukaan bumi yang berkenaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan Indonesia yang beraneka ragam terdiri dari puncak-puncak kebudayaan daerah dan setiap kebudayaan daerah mempunyai ciri-ciri khas masing-masing. Walaupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala

BAB I PENDAHULUAN. permodalan yang pada umumnya rata-rata relatif lemah. Munculnya kendala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemandirian kehidupan desa, khususnya dalam meningkatkan pembangunan di bidang perekonomian. Salah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PASAR INPRES KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR. sebagai tempat aktivitas kegiatan pasar. Luas pasar Inpres Bangkinang

BAB II GAMBARAN UMUM PASAR INPRES KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR. sebagai tempat aktivitas kegiatan pasar. Luas pasar Inpres Bangkinang 22 BAB II GAMBARAN UMUM PASAR INPRES KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR A. Letak Geografis dan Demografis 1. Letak Geografis Pasar Inpres Bangkinang terletak di Jalan Datok Tabano Kelurahan Bangkinang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. 1.1 Latar belakang Pariwisata di Bali, khususnya Kabupaten Badung sudah sangat berkembang.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Bungur). Pembentukan desa dipimpin oleh tokoh adat setempat yaitu Bapak

IV. GAMBARAN UMUM. Bungur). Pembentukan desa dipimpin oleh tokoh adat setempat yaitu Bapak 46 IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah Desa Toto Mulyo Pada tanggal 17 Mei 1953 Desa Toto Mulyo resmi menjadi Desa Definitif dan masuk wilayah Kecamatan Purbolinggo utara ( sekarang Kecamatan Way Bungur). Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) merupakan suatu kegiatan intrakurikuler wajib yang merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN

JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN JAMINAN TANAH WARIS DI LUAR DESA TENGANAN PEGRINGSINGAN Oleh Ni Putu Ayu Yulistyadewi Desak Putu Dewi Kasih I Gst Ayu Putri Kartika Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Traditional

Lebih terperinci

Kondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1

Kondisi Fisik. KKN- PPM XIII Desa Bebandem 2016 Page 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Tema Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Desa untuk Mewujudkan Desa Bebandem yang BERSEMI (Bersih, Sehat,Mandiri dan Terintegrasi) 1.2 Lokasi Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pelaksanaan Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

Ni Wayan Ayu Suparmi, Ida Bagus Made Astawa, Sutarjo. Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Ni Wayan Ayu Suparmi, Ida Bagus Made Astawa, Sutarjo. Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia DIFERENSIASI PERSPEKTIF ANTARA DESA DINAS DAN DESA PAKRAMAN TERHADAP PENDUDUK PENDATANG (STUDI KASUS DI DESA PAKRAMAN TALEPUD, KECAMATAN TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR) Ni Wayan Ayu Suparmi, Ida Bagus

Lebih terperinci

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2016 SALINAN BUPATI

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Bab ini akan dijabarkan tentang profil keluarga dampingan termasuk perekonomian keluarga dampingan berupa pendapatan dan pengeluaran dari keluarga Bapak I Putu Sudiartawan.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 44 TAHUN 2004 T E N T A N G KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Lebih terperinci

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG

TEMBARAN DAERAH NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI TENTANG TEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR:3 TAHUN:1988 SERI:DNO'3 PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 06 TAHUN 1986 TENTANG KEDUDUKAN, FUNGSI DAN PERANAN DESA ADAT SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2

BAB I PENDAHULUAN. menentukan arah/kebijakan pembangunan. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Bali sebagai daerah yang terkenal akan kebudayaannya bisa dikatakan sudah menjadi ikon pariwisata dunia. Setiap orang yang mengunjungi Bali sepakat bahwa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA ANGGOTA MASYARAKAT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA DI KOTA DENPASAR Oleh: Komang Gede Indra Parisuda Ngakan Ketut Dunia Dewa Gede Rudy Hukum Perdata Fakultas Hukum Udayana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak.

ABSTRAK. Kata kunci : Simantri, Subak Renon, Dampak. ABSTRAK Ahmad Surya Jaya. NIM 1205315020. Dampak Program Simantri 245 Banteng Rene Terhadap Subak Renon di Kecamatan Denpasar Selatan, Denpasar. Dibimbing oleh: Prof. Dr. Ir. I Wayan Windia, SU dan Ir.

Lebih terperinci

PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT PERAN PECALANG DALAM MENDUKUNG KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH TERKAIT MENJAGA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT (Studi di Kabupaten Buleleng Propinsi Bali) SKRIPSI Disusun oleh: Muhammad Herman (08230036)

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA TEGALCANGKRING MENJADI KELURAHAN TEGALCANGKRING KECAMATAN MENDOYO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

Lebih terperinci

Nomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

Nomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 159 Tahun 2004 Seri : D PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Ngagul Agulan. Berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Ngagul Agulan. Berdasarkan Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1 Gambaran Lokasi Penelitan 1. Letak dan Luas Wilayah Desa Sendangrejo merupakan wilayah yang terdiri dari 4 kelurahan, yaitu Kelurahan Nyangkringan, Tobayan, Nglengking,

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu bentuk kegiatan yang memadukan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU 1 PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMdes) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS HULU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

EKSISTENSI OTONOMI DESA PAKRAMAN PADA MASYARAKAT ADAT DI BALI

EKSISTENSI OTONOMI DESA PAKRAMAN PADA MASYARAKAT ADAT DI BALI EKSISTENSI OTONOMI DESA PAKRAMAN PADA MASYARAKAT ADAT DI BALI Kadek Yudhi Pramana A.A Gede Oka Parwata A.A Istri Ari Atu Dewi Hukun dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Desa Pakraman

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Pembangunan Kepariwisataan di Provinsi Bali

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA Dalam mengemban amanat masyarakat desa, pemerintah desa melakukan upaya terencana dan terprogram yang tersusun dalam dokumen perencanaan desa baik RPJMD maupun

Lebih terperinci

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO A. Gambaran Umum Objek Penelitian Pada bab ini akan diuraikan tentang objek penelitian dengan maksud untuk menggambarkan objek

Lebih terperinci

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Kata Pengantar Atas Asung Kerta Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, maka dapatlah disusun Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun Anggaran 2015

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR ANAK AGUNG GDE RAKA PUTRA ADNYANA 1116051100 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN HIBAH KEPADA DESA PAKRAMAN, SUBAK DAN SUBAK ABIAN PROVINSI

Lebih terperinci

Oleh: I Nyoman Adi Susila I Ketut Wirta Griadhi A.A. Gde Oka Parwata. Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh: I Nyoman Adi Susila I Ketut Wirta Griadhi A.A. Gde Oka Parwata. Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana PENYELESAIAN SENGKETA ADAT DI BALI (STUDI KASUS SENGKETA TANAH SETRA ANTARA DESA PAKRAMAN CEKIK DENGAN DESA PAKRAMAN GABLOGAN, KECAMATAN SELEMADEG, KABUPATEN TABANAN) Oleh: I Nyoman Adi Susila I Ketut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Judul : Pengaruh Pengendalian Intern Kredit, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan pada Kemampulabaan Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar Nama : Ni Wayan Jessy Janawati NIM : 1306305045 Abstrak Lembaga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan 20 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN SIMPANG BARU KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

Paparan Perbekel Pelaga. Penilaian Lomba Evaluasi Perkembangan Desa 2017

Paparan Perbekel Pelaga. Penilaian Lomba Evaluasi Perkembangan Desa 2017 Desa Pelaga Paparan Perbekel Pelaga Penilaian Lomba Evaluasi Perkembangan Desa 2017 om swastiastu VISI Melangkah Bersama Membangun Desa Pelaga MISI Membangun Menuju Desa Pelaga Yang Sejahtera, Sehat, Aman

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN

BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN BAB I GAMBARAN UMUM KELUARGA DAMPINGAN 1.1 Profil Keluarga Dampingan Program pendampingan keluarga (PPK) merupakan program unggulan yang dikembangkan sebagai muatan lokal dalam pelaksanaan program KKN-PPM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa adat merupakan organisasi sosial yang bersifat tradisional. Desa adat

BAB I PENDAHULUAN. Desa adat merupakan organisasi sosial yang bersifat tradisional. Desa adat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adat merupakan organisasi sosial yang bersifat tradisional. Desa adat memiliki hak ekonomi dan sosial yang merupakan kekuasaan untuk mengatur hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki lembaga keuangan yang kuat dan modern. Dimana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, lembaga keuangan berperan aktif dalam membantu pertumbuhan ekonomi. Salah satu hal yang menunjukkan bahwa sebuah Negara telah memiliki kemajuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

PELAYANAN KONSULTASI ADAT/BUDAYA BALI BALI SHANTI UNIVERSITAS UDAYANA Astariyani 1 N. L. G., I K. Sardiana 2 dan W. P.

PELAYANAN KONSULTASI ADAT/BUDAYA BALI BALI SHANTI UNIVERSITAS UDAYANA Astariyani 1 N. L. G., I K. Sardiana 2 dan W. P. 1 PELAYANAN KONSULTASI ADAT/BUDAYA BALI BALI SHANTI UNIVERSITAS UDAYANA Astariyani 1 N. L. G., I K. Sardiana 2 dan W. P. Windia 1 ABSTRACT The present community service aimed to give consultation in order

Lebih terperinci

BENTUK DAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DESA SUNTALANGU KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BENTUK DAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DESA SUNTALANGU KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DESA SUNTALANGU NOMOR : 04 TAHUN 2012 TENTANG BENTUK DAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA DESA SUNTALANGU KECAMATAN SUELA KABUPATEN LOMBOK TIMUR dan PERATURAN DESA SUNTALANGU NOMOR : 04

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2008 T E N T A N G PRAMUWISATA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa pramuwisata merupakan salah satu komponen penting sistem

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Desa Talang Bojong pada dewasa ini termasuk wilayah teritorial

IV. GAMBARAN UMUM. Desa Talang Bojong pada dewasa ini termasuk wilayah teritorial 52 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi Desa 1. Letak Geografis Desa Talang Bojong pada dewasa ini termasuk wilayah teritorial administratif pemerintah wilayah Kecamatan Kotabumi Kota. Desa Talang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERIMAAN TAMU KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERIMAAN TAMU KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENERIMAAN TAMU KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Bali sebagai daerah

Lebih terperinci

PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN SERTA PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DALAM KERANGKA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPENDUDUKAN (SIMDUK) DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

EKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG. Oleh :

EKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG. Oleh : 257 EKSISTENSI AWIG-AWIG TERHADAP PENDUDUK PENDATANG DI DESA PAKRAMAN TEGALLALANG Oleh : I Wayan Eka Artajaya, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract Pakraman Tegallalang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUBSIDI BIAYA PENDIDIKAN PADA TK, SD, SMP, SMA DAN SMK NEGERI DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUBSIDI BIAYA PENDIDIKAN PADA TK, SD, SMP, SMA DAN SMK NEGERI DI KABUPATEN JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUBSIDI BIAYA PENDIDIKAN PADA TK, SD, SMP, SMA DAN SMK NEGERI DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM. 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM 2.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Asak Karangasem 2.1.1 Gambaran Umum Desa Pakraman Dalam peraturan daerah Bali telah dibuatkan peraturan khusus

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pekerjaan dengan tingkat tekanan yang tinggi adalah auditor internal. Pekerjaan ini memiliki beban kerja yang berat, batas waktu pekerjaan yang

Lebih terperinci

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN. Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja PROFIL DESA PAKRAMAN BULIAN Oleh: I Wayan Rai, dkk Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja Abstrak Program IPTEKSS bagi Masyrakat (IbM) di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA ================================================================

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA ================================================================ PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA ================================================================ PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci