BAB I PENDAHULUAN. Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam
|
|
- Sudirman Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era sekarang ini tanah merupakan kekayaan dan modal dasar dalam kehidupan baik oleh individu, kelompok maupun negara. Dalam usaha memenuhi kebutuhan kehidupan dari masing-masing individu maupun kelompok tersebut tanah berfungsi sebagai tempat tinggal maupun tempat usaha, baik sebagai lahan pertanian atau perkebunan, ataupun usaha-usaha lainnya yang memerlukan bidang tanah sebagai lahan. Tanah sebagai salah satu komponen wilayah dalam terbentuknya suatu negara atau sebagai benda tidak bergerak dalam lapangan hukum perdata sebagai hal yang tidak dapat berpindah ataupun dipindahkan letaknya, memiliki nilai ekonomis tinggi karena nilainya yang selalu meningkat. Keberadaannya seringkali dijadikan sebagai investasi untuk masa depan dengan memiliki atau mengusahakannya. Begitu pentingnya keberadaan tanah bagi manusia membuat banyak sekali permasalahan yang kemudian timbul karenanya. Dimulai ketika terjadi perpetakan atas tanah dalam sebuah wilayah atau yang kemudian diikuti pemberian hak atas tanah oleh penguasa kepada rakyatnya, hingga masalah peralihan hak-hak atas tanah baik dilaksanakan dengan ketentuan positif yang sudah ada atau hanya dilaksanakan dengan ketentuan adat yang berlaku di wilayah tersebut.
2 2 Disamping sebagai tempat tinggal dan usaha, tanah juga sangat bermafaat untuk mendapatkan pinjaman uang di bank, di mana tanda bukti haknya dapat dijadikan sebagai jaminan utang. Dalam masyarakat di perdesaan, tanah juga dapat digunakan untuk mendapatkan uang dalam waktu yang cepat, yaitu dengan menggadaikan tanah tersebut kepada orang lain. Dalam hal menggadaikan tanah, tanah tersebut bukanlah dijadikan jaminan utang, melainkan tanah tersebut diserahkan oleh pemilik kepada pihak lain (pemberi uang) dengan hak gadai. Penggunaan tanah pertanian sebagai jaminan gadai juga banyak terjadi dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, tidak terkecuali bagi masyarakat adat dengan ketentuan-ketentuan adat yang melingkupinya. Justru mungkin pada praktiknya, lebih banyak masyarakat yang masih menggunakan atau menaati hukum adat dari pada hukum positif yang berlaku nasional di Indonesia dengan berbagai alasan. Boedi Harsono memberikan definisi tentang gadai sebagai hubungan hukum antara seseorang dengan tanah kepunyaan orang lain, yang telah menerima uang gadai daripadanya. Selama uang gadai belum dikembalikan, tanah tersebut dikuasai oleh pemegang gadai. Selama itu hasil tanah seluruhnya menjadi hak pemegang gadai, pengembalian uang gadai lazim disebut penebusan tergantung dari kemauan dan kemampauan pemilik tanah yang menggadaikan 1. Gadai tanah pertanian pada dasarnya adalah suatu transaksi tentang tanah yang dijadikan sebagai obyek dalam jaminan hutang piutang antara pemilik tanah atau yang menggadaikan dengan penerima gadai, dengan tujuan mendapatkan 1 Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia sejarah pembentukan undang undang pokok agraria isi dan pelaksanaanya, jilid 1 hukum tanah nasional, Djambatan, Jakarta., hlm. 391.
3 3 modal dengan tidak menjual tanah yang dijadikan obyek dalam gadai tanah pertanian tersebut, jadi gadai tanah pertanian itu memiliki hak tebus untuk mendapatkan tanah pertanian yang telah digadaikan kepada sipenerima gadai tanah peertanian tersebut. Dalam penjelasan Undang Undang Nomor 56 Prp Tahun 1960 pada poin 9 huruf (a) dinyatakan bahwa gadai tanah pertanian adalah hubungan antara seseorang dengan tanah kepunyaan orang lain yang mempunyai utang uang padanya. Selama utang tersebut belum terbayar lunas, tanah itu tetap berada dalam penguasaan yang meminjamkan uang. Fenomena yang berkembang dalam masyarakat saat ini adalah masih terjadinya pelaksanaan sistem gadai tanah pertanian secara hukum adat, dalam artian bahwa pelaksanaan tersebut tetap mengacu pada kepentingan orang yang memiliki modal kuat 2. Dikaitkan dengan Pancasila sebagai dasar filosofi bangsa Indonesia, maka akan ditemui hakekat mengenai gadai tanah pertanian yang didasarkan pada sila ke 5 Pancasila yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sila ini tersirat makna bahwa, seluruh rakyat indonesia berhak utuk mendapatkan keadilan sosial termasuk di dalamnya pelaksanaan gadai tanah pertanian yang dilakukan oleh masyarakat indonesia, selayaknya mengedepankan keadilan sosial, yang bertujuan untuk menjaga kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat, seluruh kekayaan alam dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing, melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai dengan bidangnya. Pelaksanaan gadai tanah pertanian juga selayaknya mengedepankan rasa keadilan 2 Supriadi, 2010, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.,215
4 4 di dalamnya, untuk melindungi pihak dalam transaksi gadai agar menjauhkan praktek pemerasan dalam pelaksanaan transaksi gadai tanah pertanian, yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia yang mengedepankan keadilan dalam setiap perilaku bermasyarakatnya yang tentunya sesuai dengan Pancasila sebagai filosofi bangsa Indonesia. Secara yuridis gadai tanah pertanian dimuat dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia khususnya pada Pasal 33 ayat (3) yang menyatakan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat, yang selanjutnya dijabarkan lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Pokok Agraria, namun hanya memuat pokok-pokok dan asas-asas saja, yang tujuannya untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan hukum, karena memuat pokok-pokok dan asas-asas di bidang Agraria. Oleh sebab itu dibentuk dan disusun lagi peraturan pelaksanaan atau peraturan perundang-undangan lainnya. Salah satu peraturan yang dibentuk sebagai peraturan pelaksanaan adalah Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960, tentang penetapan luas tanah pertanian yang berisikan batas minimum dan batas maksimum seseorang dapat memiliki tanah pertanian, larangan pemilikan tanah guntai, pembatasan tentang pegang gadai, mengatur tentang bagi hasil. Adapun mengenai pegang gadai menurut Pasal 7 Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960 ditetapkan bahwa tanah-tanah yang sudah digadai selama 7 tahun (antara 5-10 tahun) atau lebih harus dikembalikan kepada si penggadai tanpa kewajiban membayar uang tebusan. Pada kenyataannya banyak gadai berlangsung bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun, bahkan ada
5 5 pula yang dilanjutkan oleh para ahli waris si pemegang gadai, karena penggadai tidak mampu menebus tanahnya kembali Secara sosiologis gadai tanah pertanian merupakan bagaimana pelaksanaan gadai tanah pertanian itu berlangsung atau terjadi didalam masyarakat, di Indonesia pelaksanaan gadai tanah pertanian dijalankan menggunakan hukum adat masing masing daerah, yang pada dasarnya pelaksanaan tersebut adalah suatu perjanjian yang mana mengunakan jaminan tanah pertanian dalam transaksi hutang piutang dilaksanakan berdasar pada hukum adat daerah masing masing. Intinya dalam pelaksanaan transaksi gadai tanah pertanian, pemilik tanah atau penggadai wajib untuk melakukan pelunasan terhadap hutangnya kepada pemegang gadai jika ingin tanah pertanianya kembali kepadanya. Gadai tanah pertanian di Bali merupakan suatu fakta sosiologis, gadai tanah di bali masih dilakukan secara tradisional berdasar hukum adat setempat, dilingkungan kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat di Bali yang disebut desa adat (sekarang disebut desa pakraman), terdapat dua golongan tanah dilihat dari subjek haknya, yaitu (1) tanah-tanah yang dikuasai oleh desa adat yang disebut tanah-tanah adat atau tanah desa, dan (2) tanah-tanah hak perseorangan yang disebut tanah kedidi atau tanah pagunakaya. Kasus gadai tanah pertanian yang paling sering ditemukan dalam masyarakat bali adalah tanah tanah dengan hak perseorangan atau yang disebut dengan tanah kedidi atau tanah pagunakaya, jarang dapat ditemui tanah adat (ulayat) digadaikan pada masyarakat adat desa pekraman di Bali.
6 6 Sejak tahun 1960 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang pelaksaaan gadai tanah pertanian khususnya tertuang dalam Pasal 7 UU 56 Prp 1960 yang isinya antara lain: Barangsiapa menguasai tanah-pertanian dengan hak gadai yang pada waktu mulai berlakunya UU 56 Prp 1960 sudah berlangsung 7 tahun atau lebih wajib mengembalikan tanah itu kepada pemiliknya dalam waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai dipanen, dengan tidak ada hak untuk menuntut pembayaran uang tebusan. Mengenai hak gadai yang pada mulai berlakunya UU 56 Prp 1960 belum berlangsung 7 tahun, maka pemilik tanahnya berhak untuk memintanya kembali setiap waktu setelah tanaman yang ada selesai dipanen, dengan membayar uang tebusan yang besarnya dihitung menurut rumus: (7 + ½) Waktu berlangsung hak gadai X uang gadai 7 dengan ketentuan bahwa sewaktu-waktu hak-gadai itu telah berlangsung 7 tahun maka pemegang-gadai wajib mengembalikan tanah tersebut tanpa pembayaran uangtebusan, dalam waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai dipanen. Tujuan dikeluarkannya peraturan tersebut adalah sebagai social engenering (rekayasa sosial) untuk mengubah perilaku masyarakat dalam gadai yang mengandung unsur pemerasan Dari penelitian pendahuluan ternyata diketahui bahwa peraturan tersebut belum atau tidak efektif sehingga menimbulkan pertanyaan yang penting diteliti, yaitu bagaimana sesungguhnya gadai tanah petanian dalam masyarakat Bali? termasuk apa pandangan masyarakat mengenai hakikat gadai, mengapa masyarakat melaksanakannya seperti itu serta apa yang mendasari, mengapa peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah tidak efektif, faktor-faktor apa penyebabnya, apakah masalahnya terletak pada faktor peraturannya yang tidak
7 7 sesuai dengan the living law, apakah faktor pelaksana hukum yang tidak konsisten dengan hukum, atau justru terletak pada budaya hukum masyarakat yang tidak sesuai dengan peraturan gadai dari pemerintah Jika dikaitkan dengan Perpu Nomor 56 tahun 1960 tentang penetapan luas tanah pertanian, penulis tertarik untuk meneliti Gadai Tanah Pertanian di Desa Pakraman Lumbung Gede, Kecamatan Selemadeg barat, Kabupaten Tabanan, Bali. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksaaan gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali? 2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari Pasal 7 UU 56 Prp tahun 1960 terhadap gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali? 3. Bagaimana cara penyelesaian konflik yang ditimbulkan akibat pelaksanaan gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali?
8 8 C. Tujuan Penelitian Bagian ini menguraikan tentang apa yang hendak dicapai oleh peneliti sehubungan dengan rumusan masalah di atas. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk memperoleh data tentang pelaksaaan gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali 2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari Pasal 7 UU 56 Prp tahun 1960 terhadap gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali 3. Untuk mengetahui cara penyelesaian konflik yang ditimbulkan akibat pelaksanaan gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini bermanfaat bagi: 1. Untuk Desa Adat Lumbung Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsinya dalam melaksanakan Hukum Adat, maka Desa Adat akan memperoleh gambaran tentang Hukum Adat khususnya pelaksanaan jaminan gadai secara Hukum Adat. 2. Untuk Masyarakat Hukum Adat Agar masyarakat Hukum Adat mengetahui bahwa selain sistem jaminan gadai secara adat juga ada sistem jaminan gadai atas tanah pertanian
9 9 yang diatur oleh hukum positif yang jangka waktu pelaksanaan jaminan gadai tersebut dimuat dalam Pasal 7 Undang Undang 56 Prp tahun Untuk penulis Agar penulis mendapatkan data yang akurat dalam penelitian mengenai Gadai Tanah Pertanian di Desa Pakraman Lumbung Gede, Kecamatan Selemadeg barat, Kabupaten Tabanan, Bali. Serta sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh gelar Magister. E. Keaslian penelitian Penelitan terhadap Gadai Tanah Pertanian Di Desa Pakraman Lumbung Gede Kecamatan Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan Provinsi Bali sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan, dibawah ini akan disebutkan beberapa hasil penelitian, mengenai penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan tanah adat Bali. 1. Ida Ayu Sri Martini Asthama (2005), Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, meneliti tentang Pelaksanaan Pemberian Tanah Kepada Anak Perempuan Menurut Ketentuan Hukum Waris Adat Bali Di Kelurahan Sanur Kota Denpasar. Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui dan menjelaskan pelaksanaan pemberian tanah kepada anak perempuan menurut ketentuan hukum waris adat bali di Kelurahan Sanur Kota Denpasar, Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam perkembangan pada masa sekarang ini khususnya pada masyarakat Bali yang berada di Kelurahan Sanur Kota Denpasar, hukum waris Adat Bali sudah mengalami perubahan dengan mernperbolehkan pemberian harta
10 10 warisan kepada anak perempuannya yang telah diatur dalam ketentuan adatnya yang disebut awig-awig sebagai pedoman bertindak di masyarakat. Perbedaanya dengan penelitian ini adalah pada obyek penelitian yaitu tentang pewarisan tanah secara hukum adat bali. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama membahas tentang hukum tanah adat bali. 2. I Nyoman Yuliarta Bayu Pramana, (2005) Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, meneliti tentang Pelaksanaan Jual Beli Tanah Kavling Di Kota Denpasar Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan jual beli tanah kavling yang dikelola oleh pengembang maupun langsung dari masyarakat, untuk mengetahui kekuatan hukum dan perlindungan hukumnya bagi konsumen ( pembeli ) serta hambatanhambatan yang timbul dan cara penyelesaiannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan jual beli tanah kavling di Kota Denpasar dapat dilaksanakan oleh pengembang atau masyarakat perorangan yang memberikan kuasa kepada pengembang untuk mengkavling tanah mereka dengan konsumen ( pembeli ) yang dilaksanakan dengan atau tanpa membuat akta jual beli di PPAT. Jual beli dihadapan PPAT akan mendapat perlindungan hukum apabila terjadi sengketa pemilikan tanah kavling sedangkan dalam jual beli tanah kavling yang dilaksanakan di bawah tangan, konsumen ( pembeli ) harus membuktikan sendiri kepemilikannya atas tanah kavling tersebut. Perbedaanya adalah pada obyek penelitian yaitu penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berfokus pada implikasi
11 11 pemberlakuan Pasal 7 Undang Undang Prp 56 tahun 1960 pada gadai tanah pada masyarakat adat desa adat lumbung provinsi Bali, sedangkan penelitian yang dilakukan ini berobyek pada pelaksanaan jual beli tanah kavling di Denpasar. 3. I Dewa Gede Putra Joni Dharmawan K (2007) Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, meneliti tentang Pelaksanaan Pengadaan Tanah Asal Hak Milik Adat Untuk Kepentingan Umum Di Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung Propinsi Bali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan tanah hak milik adat (Pura) di Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali, untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pengadaan tanah hak milik adat (Pura) untuk kepentingan umum guna pembuatan jalan By Pass Tohpati-Kusamba di Kabupaten Klungkung serta untuk mengetahui penyelesaian pemberian ganti rugi dalam pengadan tanah hak milik adat (Pura) untuk kepentingan umum. Hasil penelitian ini menunjukkan pelaksanaan pengadaan tanah dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu perencanaan atau gambar, pembebasan lahan dan pembuatan jalan. Faktor pendukung dalam pengadaan tanah disini adalah dengan adanya bantuan dari pihak perangkat desa yang ikut memberikan masukan dan pengertian kepada warga masyarakat. Faktor penghambat disini dapat ditinjau dari berbagai hal, yaitu ditinjau dari segi peraturan, ditinjau dari petugas yang melaksanakan peraturan dan ditinjau dari kesadaran dan kepatuhan masyarakat. Penyelesaian pemberian ganti kerugian dilakukan dengan
12 12 jalan musyawarah dan pemilihan ganti rugi berupa uang disebabkan karena lebih memudahkan dalam pembiayaan upacara dan perbaikan/renovasi Pura. Perbedaanya dengan penelitian ini adalah pada substansi penelitian yaitu penelitian mengenai Pelaksanaan Pengadaan Tanah Asal Hak Milik Adat Untuk Kepentingan Umum Persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama membahas obyek yang sama yaitu membahas masalah tanah adat. 4. Nyoman Ayu Karina Susanti (2011), Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, meneliti Pembebanan Hak Tanggungan atas Tanah yang Masih Berstatus Warisan sebagai Agunan Kredit pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Payangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar filosofis, sosiologis dan yuridis suatu bank menerima pembebanan hak tanggungan atas tanah yang masih berstatus warisan sebagai agunan kredit, untuk mengetahui proses pelaksanaan eksekusi atas agunan hak tanggungan apabila debitur mengalami kredit macet. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dasar filosofisnya adalah bank akan menerima permohonan kredit asalkan ada barang yang dijadikan agunan, dasar sosiologisnya adalah masyarakat di Payangan hanya mempunyai satu-satunya aset yaitu tanah yang masih berstatus warisan dan belum dibagi. Karena sangat membutuhkan kredit maka aset tersebut yang dijadikan agunan. Dasar yuridisnya memang tidak diatur dalam Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, namun PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang
13 13 Payangan secara tersirat berpedoman pada Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (2) serta Pasal 11 ayat (1) huruf e Undang Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Selain itu dasar yuridisnya dapat pula dilihat dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Tidak lupa Bank selalu berpatokan pada SK Direksi Bank Indonesia No. 27/16/Kep/Dir dan SEBI No. 27/17/UPPB tanggal 31 Maret 1995 tentang Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan Pemberian Kredit (PPKPK) dan Pedoman Kebijakan Pemberian Kredit PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Payangan. Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan bila debitur mengalami kredit macet adalah dengan jalan penjualan aset/agunan di bawah tangan. Dasar hukumnya terdapat pada Pasal 20 ayat (2) Undang Undang Nomor 4 Tahun Adapun alasan pemilihan eksekusi di bawah tangan karena eksekusi hak tanggungan dengan penjualan di bawah tangan lebih menguntungkan dibanding eksekusi melalui Kantor Lelang dari segi harga. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama membahas obyek yang sama yaitu membahas masalah jaminan berupa tanah, perbedaan dengan penelitian ini adalah pada penelitian ini jaminan atas tanah dilakukan dengan hak tanggungan sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan jaminan atas tanah berupa gadai tanah pertanian
14 14 F. Sistematika Penulisan Penulisan hukum yang berjudul Gadai Tanah Pertanian di Desa Pakraman Lumbung Gede, Kecamatan Selemadeg barat, Kabupaten Tabanan, Bali ini, terdiri dari lima bab yaitu : BAB I : Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian F. Sistematika Penulisan BAB II: Tinjauan Pustaka A. Pengertian Gadai B. Hak pembeli Gadai C. Sifat Hubungan Gadai D. Pengertian Masyarakat Hukum Adat E. Pengertian Gadai Dalam Hukum Adat F. Pengertian Tanah Pertanian G. Pengertian Gadai Tanah Pertanian BAB III : Metode Penelitian A. Cara Penelitian
15 15 B. Lokasi dan Obyek Penelitian C. Bahan Materi Penelitian D. Populasi dan Sampel E. Cara Pengumpulan Data F. Jalanya Penelitian G. Analisis Data BAB IV : PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian B. Pelaksaaan gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali C. Dampak yang ditimbulkan dari Pasal 7 UU 56 Prp tahun 1960 terhadap gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali D. Cara penyelesaian konflik yang ditimbulkan akibat pelaksanaan gadai tanah pertanian di Desa Adat Lumbung Kecamatan Selemadeg Barat Kabuten Tabanan Provinsi Bali BAB V : Penutup A. Kesimpulan B. Saran
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
13 A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkembang, yaitu pembangunan di segala bidang, baik bidang
Lebih terperincirakyat yang makin beragam dan meningkat. 2 Kebutuhan tanah yang semakin
1 Perkembangan masyarakat di Indonesia terjadi begitu pesat pada era globalisasi saat ini. Hal ini tidak hanya terjadi di perkotaan saja, di desa-desa juga banyak dijumpai hal tersebut. Semakin berkembangnya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perlu ditetapkan luas maksimum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era pembangunan dewasa ini, peranan kredit sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan sangatlah penting untuk menunjang, merangsang dan menumbuhkan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan adalah proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Pembangunan Nasional merupakan usaha peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil
Lebih terperinciPELAKSANAAN GADAI TANAH PERTANIAN DI DESA TANRARA KECAMATAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA
92 PELAKSANAAN GADAI TANAH PERTANIAN DI DESA TANRARA KECAMATAN BONTONOMPO SELATAN KABUPATEN GOWA Oleh: SRIWAHYUNI Mahasiswa Jurusan PPKn FIS Universitas Negeri Makassar MUSTARING Dosen PPKn Fakultas Ilmu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA. 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA 2.1 Sejarah Singkat Terbentuknya Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Di Bali sebelum adanya LPD telah banyak terbentuk kelompok sekeha-sekeha yang intinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemberian kredit atau penyediaan dana oleh pihak perbankan merupakan unsur yang terbesar dari aktiva bank, dan juga sebagai aset utama sekaligus menentukan maju mundurnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur kepada Bank berupa tanah-tanah yang masih belum bersertifikat atau belum terdaftar di Kantor Pertanahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia yang dikuasai oleh negara untuk kepentingan hajat hidup orang banyak baik yang telah dikuasai atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian dalam masyarakat. Salah
Lebih terperinciPERPU 56/1960, PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN. Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERPU 56/1960, PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:56 TAHUN 1960 (56/1960) Tanggal:29 DESEMBER 1960 (JAKARTA) Tentang:PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN [ Dengan UU No 1 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam meminjam telah dilakukan sejak lama oleh masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran yang sah. Pihak pemberi pinjaman yang
Lebih terperinciB AB I PENDAHULUAN. peraturan bank tersebut. Sebelumnya, calon nasabah yang akan meminjam
1 B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dunia bisnis, setiap orang butuh modal untuk dapat melanjutkan kegiatan bisnis mereka. Modal merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang yang ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Bank membantu pemerintah dalam menghimpun dana masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam bagi rakyat Indonesia. Di atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, maka masyarakat dan pemerintah sangat penting perannya. Perkembangan perekonomian nasional
Lebih terperinciBAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN
BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN A. Pengalihan Hak Atas Bangunan Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan adalah: Penjualan, tukarmenukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia mempunyai dampak yang sangat positif. Perbaikan sistem perekonomian dalam penentuan kebijakan pemerintah di bidang ekonomi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah penduduk di Indonesia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena dapat menentukan keberadaan, kelangsungan hubungan dan perbuatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan disegala bidang ekonomi oleh masyarakat memerlukan dana yang cukup besar. Dana tersebut salah satunya berasal dari kredit dan kredit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar Sebagai warga negara Indonesia di dalam sebuah negara hukum,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Pernyataan tersebut termaktub dalam salah satu pasal di Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai warga negara Indonesia
Lebih terperinciJAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A.
JAMINAN KEPASTIAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERJANJIAN GADAI TANAH MENURUT HUKUM ADAT ( ESTI NINGRUM, SH, MHum) Dosen FH Unwiku PWT A. Latar Belakang Sifat pluralisme atau adanya keanekaragaman corak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembagunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering dijumpai perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian Anak merupakan karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada kedua orang tuanya. Setiap anak tidak hanya tumbuh dan berkembang dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi Indonesia, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyahkt yang adil dan makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan Adanya unifikasi hukum barat yang tadinya tertulis, dan hukum tanah adat yang tadinya tidak tertulis
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan luas maksimum dan minimum tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan yang sedang berkembang di negara Indonesia merupakan suatu proses yang berkesinambungan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR ATAS JAMINAN SERTIFIKAT HAK GUNA BANGUNAN YANG BERDIRI DI ATAS HAK PENGELOLAAN Rangga Dwi Prasetya Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Narotama Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelesaian kredit macet perbankan yang terjadi pada bank-bank umum terutama pada bank umum milik pemerintah wajib di intensifkan dan harus dilaksanakan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, pembangunan di bidang ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional. Salah satu upaya untuk mewujudkan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air, ruang angkasa beserta kekayaan alam yang terkandung di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikaruniakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan dewasa ini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bank tidak hanya menjadi sahabat masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat perdesaan.
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)
TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah dapat digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk sandang, pangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat bermanfaat bagi pemilik tanah maupun bagi masyarakat dan negara.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 6 Undang-undang Pokok Agraria Tahun 1960 menetapkan bahwa semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Ini berarti, bahwa penggunaan tanah harus sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan merupakan keinginan manusia terhadap barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan jasmani maupun kebutuhan rohani dalam rangka menyejahterakan hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, dan prinsip negara hukum menuntut adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang menggerakkan roda perekonomian, dikatakan telah melakukan usahanya dengan baik apabila dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Lelang sebagai suatu kelembagaan telah dikenal saat pemerintahan Hindia Belanda yaitu sejak tahun 1908 pada saat Vendu Reglement diumumkan dalam Staatsblad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterbatasan finansial atau kesulitan keuangan merupakan hal yang dapat dialami oleh siapa saja, baik orang perorangan maupun badan hukum. Permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain sebagai makhluk sosial dimana manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, sebuah dimensi
Lebih terperinciPERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN LANDREFORM Perkataan Landreform berasal dari kata: land yang artinya tanah, dan reform yang artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum dan pembangunan merupakan dua variabel yang selalu sering mempengaruhi antara satu sama lain. Hukum berfungsi sebagai stabilisator yang mempunyai peranan menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang kita laksanakan dewasa ini adalah suatu rangkaian dari kegiatan pembangunan yang terdahulu, bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mengatasi berbagai permasalahan ekonomi di Indonesia terkait dengan meningkatnya jumlah pengangguran di Indonesia di setiap tahunnya, maka berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara sebagaimana disebut di dalam Pembukaan Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan Ekonomi Indonesia yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara sebagaimana disebut di dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak awal didirikannya Republik Indonesia, yang menjadi tujuan utama pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penghimpunan tabungan dari masyarakat dan pemberian kredit kepada nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa bank lainnya untuk menunjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam masyarakat, individu yang satu senantiasa berhubungan dengan individu yang lain. Dengan perhubungan tersebut diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya bergantung pada tanah. Pentingnya tanah bagi kehidupan manusia karena kehidupan manusia tidak bias terpisahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia pada hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, secara adil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga menyebabkan meningkatnya kebutuhan usaha dalam sektor perbankan. Hal ini ditandai dengan banyaknya
Lebih terperinciSistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHP Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992
PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kondisi ekonomi nasional semakin hari kian memasuki tahap perkembangan yang berarti. Ekonomi domestik indonesia pun cukup aman dari dampak buruk yang diakibatkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang keseluruhan bagiannya meliputi aspek kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum
BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan memegang peranan sangat penting dalam bidang perekonomian seiring dengan fungsinya sebagai penyalur dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dalam. rangka upaya peningkatan pembangunan nasional yang bertitik berat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Tanah adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia, baik dalam fungsinya sebagai sarana untuk mencari penghidupan (pendukung mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indikator pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Semakin tinggi
x 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan rakyat suatu negara salah satunya dapat dilihat dari indikator pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan dari hukum. Hampir seluruh hubungan hukum harus mendapat perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat. Hukum alam telah menentukan bahwa keadaan tanah yang statis menjadi tempat tumpuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berperan positif dalam pelaksanaan pembangunan nasional di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi diantaranya dalam peningkatan
Lebih terperinciBab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang
Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang perekonomian. Perbankan menjalankan kegiatan usahanya dengan mengadakan penghimpunan dana dan pembiayaan
Lebih terperinciBAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT
BAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT A. Gambaran Umum Desa Mekarjati, Kecamatan Hargeulis, Kabupaten Indramayu Mekarjati adalah desa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang populasi manusianya berkembang sangat pesat.pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat tajam pada setiap tahun akan menimbulkan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa manusia lain. Hanya dalam kehidupan bersamalah manusia dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (dalam tulisan ini, undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga manusia akan meninggalkan dunia ini tanpa membawa suatu apapun juga. Dia lahir ke dunia dengan
Lebih terperinciPELAKSANAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH PERTANIAN KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN
PELAKSANAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH PERTANIAN KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF. Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai
BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF G. Pengertian Perjanjian Jaminan Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai pada Pasal 1131 KUHPerdata dan penjelasan Pasal 8 UUP, namun
Lebih terperinci: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.
PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi
Lebih terperinci