BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kontak antara pemakai bahasa Arab dengan penduduk Indonesia, yang
|
|
- Hengki Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Arab, apabila kita lihat sejarahnya, bukanlah bahasa yang asing di Indonesia. Kontak antara pemakai bahasa Arab dengan penduduk Indonesia, yang saat itu lebih dikenal dengan nusantara, bahkan ditengarai telah dimulai sejak abad ketujuh (Wheatley via Sunyoto, 2014: 46). Penutur bahasa Arab tersebut merupakan para pedagang yang datang dari daerah-daerah seperti jazirah Arab dan Persia. Kedatangan para pedagang Arab tersebut tidak hanya membawa misi perdagangan, tetapi juga keagamaan, yaitu agama Islam. Walaupun, pada kenyataannya dibutuhkan waktu yang begitu lama, sekitar delapan abad, agar agama tersebut diterima di masyarakat Indonesia. Agama Islam telah menjadi salah satu motivasi terbesar dalam perkembangan bahasa Arab itu sendiri. Disamping karena semua ritual ibadahnya yang menggunakan bahasa Arab, semua sumber keilmuan seperti fiqih, tasawuf, dan tafsir juga menggunakan bahasa Arab. Semangat dalam mempelajari bahasa Arab, dengan tujuan agama, bisa dengan mudah kita temui di banyak pondok pesantren di Indonesia. Semangat ini dapat kita lihat dari kecenderungan para santri (istilah untuk murid yang belajar di pondok pesantren), maupun pondok pesantren itu sendiri yang memilih untuk menitik-beratkan pada keahlian membaca dan menulis (menyalin) dibandingkan dengan kemampuan oral berbicara. Kemampuan tersebut dirasa menjadi
2 2 kemampuan yang paling dibutuhkan dalam mempelajari Al-Qur an, Al-Hadist dan buku-buku keagamaan. Pada perjalanan selanjutnya, agama tidak menjadi satu-satunya motivasi dalam usaha mempelajari bahasa Arab. Banyak hal, seperti karir yang menjanjikan pada bidang diplomasi, penerjemahan, maupun pariwisata telah menjelma menjadi motivasi baru. Sehingga, tidak heran apabila saat ini banyak lembaga pendidikan yang menjadikan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa yang diajarkan. Tidak terkecuali Universitas Gadjah Mada yang sejak tahun 1963 telah membuka jurusan Sastra Arab yang menjadi tempat mahasiswa menimba ilmu tentang bahasa Arab. Dalam proses pembelajarannya, UGM mewajibkan mahasiswa untuk menulis skripsi. Untuk mahasiswa sastra Arab, skripsi tersebut tidak hanya ditulis dalam bahasa Indonesia, tetapi juga ditulis dalam bahasa Arab sebagai ringkasan. Pada penulisan versi bahasa Arab inilah terdapat beberapa kesalahan yang bersifat gramatikal yang dibuat oleh para mahasiswa. Banyak hal yang menyebabkan kesalahan terjadi, baik hal yang ada pada diri pembelajar, guru, pada proses pembelajaran maupun pada perbedaan tipologi bahasa ibu dengan bahasa yang dipelajari. Oleh karena itu, seringkali para pembelajar melakukan banyak kesalahan, seperti kesalahan-kesalahan yang ditemukan di tulisan al-ikhtisar mahasiswa Sastra Arab UGM. Selanjutnya, yang dinamakan dengan kesalahan adalah ketidakberterimaan yang disebabkan oleh kompetensi seseorang di dalam menggunakan bahasa, sehingga dari pengertian ini nantinya kesalahan dapat dibedakan dari kekeliruan yang merujuk pada kesalahan performa yang merupakan tebakan acak atau
3 3 sebuah selip saja (Brown, 2007: ). Menurut pendapat Corder (1971) yang dikutip Brown (2007 : ) menjelaskan perbedaan antara kesalahan dan kekeliruan dengan jelas. Menurutnya, perbedaan dari keduanya bisa dilihat dari sifatnya, yaitu kesalahan bersifat sistematis sedangkan kekeliruan tidak. Kesistematisan tersebut disebabkan oleh ketidaktahuan pembelajar akan suatu kaidah tertentu. Kesalahan-kesalahan tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Bahkan, Dulay (1982:138) berpendapat bahwa kesalahan merupakan bagian tidak terpisahkan di dalam pembelajaran bahasa kedua maupun pada akuisisi bahasa pertama. Sehingga, demi tercapainya tujuan pembelajaran bahasa kedua perlu adanya usaha dalam mengevaluasi kesalahan-kesalahan tersebut, salah satunya dengan melakukan analisis kesalahan ini. Beberapa contoh kesalahan yang ditemukan pada tulisan al-ikhtisār skripsi mahasiswa sastra Arab UGM adalah sebagai berikut. (1) *Ismu al-kāmil mahmud darwīsy fahuwa mahmūd sālim husain darwīsy Nama yang lengkap, Mahmud Darwis yaitu Mahmud Salim Husain Darwis (1a) Ismu mahmud darwīsy al-kāmil fahuwa mahmūd sālim husain darwīsy Nama lengkap Mahmud Darwis yaitu Mahmud Salim Husain Darwis Pada contoh (1) di atas terjadi pembentukan frasa yang tidak sesuai aturan gramatika. Kesalahan yang terjadi adalah kesalahan dalam urutan kata pada frasa ismu al-kāmil mahmūd darwīsy. frasa ini, apabila dilihat kategori pembentuknya, maka memiliki urutan n+adj+n+n. Di dalam bahasa Arab, adjektiva yang menjadi unsur penjelas dari nomina harus berada di belakang nomina, baik nomina yang
4 4 mengalami perluasan maupun tidak (Ryding, 2005:69). Seperti pada data (1) di atas, kata ismu nama merupakan inti dari frasa yang mengalami perluasan milik. Sehingga dalam pembentukannya, nomina perluasan ini ditaruh pada urutan awal dan kemudian disusul dengan nomina penjelasnya, seperti pada data (1a) (2) *Al-hālu fī qasasi al-hayawān fī al-qur an min haiśu syaklihi hiya Secara bentuk, Al-hālu di dalam cerita hewan dalam Al-qur an adalah... (2a) Al-hālu fī qasasi al-hayawān fī al-qur an min haiśu syaklihi huwa Secara bentuk, Al-hālu di dalam cerita hewan dalam Al-qur an adalah... Selain kesalahan urutan seperti pada data (1), juga ditemukan bentuk kesalahan lain berupa kesalahan kesesuaian pada pemakaian kata ganti. Pada data (2) terjadi kesalahan penggunaan kata ganti hiya ia tung fem yang merujuk pada kata Al-hālu. Kesalahan ini terjadi karena hiya ia tung fem merupakan kata ganti yang dikhususkan untuk nomina bergender feminin, sedangkan nomina yang dirujuknya bergender maskulin. Berdasarkan paparan di atas, kiranya menjadi penting untuk melihat bagaimana bentuk-bentuk kesalahan yang terdapat pada tulisan al-ikhtis}ār mahasiswa Sastra Arab UGM. Tentunya, dengan harapan penelitian ini dapat membantu mahasiswa maupun dosen dalam proses pembelajaran bahasa Arab nantinya. 1.2 Rumusan Masalah Dari pemaparan pada latar belakang di atas, terdapat tiga hal yang akan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana bentuk kesalahan gramatika pada tulisan al-ikhtisār skripsi mahasiswa Sastra Arab Universitas Gadjah Mada?
5 Apa penyebab kesalahan gramatika pada tulisan al-ikhtisār skripsi mahasiswa Sastra Arab Universitas Gadjah Mada? Bagaimana implikasi kesalahan tersebut terhadap makna pada tulisan al-ikhtisār skripsi mahasiswa Sastra Arab Universitas Gadjah Mada? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan, yaitu: Mendeskripsikan bentuk kesalahan gramatika pada tulisan alikhtisār mahasiswa Sastra Arab Universitas Gadjah Mada Mendeskripsikan penyebab kesalahan gramatika pada tulisan alikhtisār mahasiswa Sastra Arab Universitas Gadjah Mada Mendeskripsikan implikasi kesalahan gramatika terhadap makna tulisan al-ikhtisār skripsi mahasiswa Sastra Arab Universitas Gadjah Mada. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini akan memberikan sumbangan mengenai bentuk-bentuk kesalahan gramatika dan menambah khasanah ilmu pengetahuan linguistik terutama pada bidang pembelajaran bahasa kedua dan penerjemahan. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu membantu pihak-pihak yang terlibat di dalam proses pembelajaran bahasa kedua, baik guru, pembelajar maupun pihak-pihak pembuat kebijakan terutama jurusan sastra Arab ugm
6 6 sebagai almamater dari mahasiswa yang tulisannya dijadikan objek kajian. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan rujukan dalam menyusun materi pendidikan. Selain itu,bagi pembelajar bahasa asing, dapat melihat beberapa kesalahan yang sering terjadi dan mencoba mencari metode dan teknik tertentu dalam belajar. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Untuk mempermudah penelitian, maka akan dilakukan beberapa pembatasan di dalam penelitian ini. Pembatasan tersebut berupa jumlah sumber data. Pada penelitian ini akan diambil sumber data yang berupa hasil tulisan dari mahasiswa Sastra Arab yang dilakukan pada tahun 2014 sebanyak 15 tulisan. 1.6 Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian tentang kesalahan gramatika telah dilakukan, diantaranya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Ardana (2014) dengan judul Analisis Kesalahan Pembentukan Kata Kerja oleh Mahasiswa Amerika (Studi Kasus Mahasiswa Amerika Program critical language scholarship di Universitas Negeri Malang). Di dalam penelitiannya, Ardana menyimpulkan bahwa kesalahan pembentukan kata kerja yang dilakukan mahasiswa amerika dapat diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu (1) kesalahan ejaan, (2) kesalahan perubahan fonem, (3) kesalahan perubahan alomorf, dan (4) kesalahan penggunaan afiks. Sementara itu, untuk penyebab kesalahan tersebut, disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intralingual dan faktor ekstralingual. Faktor intralingual terjadi dikarenakan perbedaan pembentukan kata di antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia ini menyebabkan terjadinya kesalahan terhadap kata bentukan dalam karangan berbahasa Indonesia mahasiswa Amerika. Faktor
7 7 ekstralingual dikategorikan menjadi dua, yaitu (1) faktor individu pembelajar bahasa dan (2) faktor di luar individu pembelajar bahasa. Penelitian yang lain dilakukan oleh Amrina (2014) dengan judul Analisis Kesalahan Gramatika Pada Karangan Bahasa Inggris Siswa Kelas bilingual SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Berbeda dengan penelitian Ardana (2014) yang memfokuskan pada kesalahan pada pembentukan kata kerja, Amrina membahas kesalahan gramatika secara lebih luas, baik secara morfologi maupun sintaksis. Dari penelitiannya, amrina menyimpulkan bahwa terdapat beberapa jenis kesalahan gramatika yang dilakukan oleh subjek penelitiannya, yaitu kesalahan penambahan (addition), kesalahan pengurangan (omission), kesalahan pembentukan (misformation), kesalahan pengurutan (misordering). Kesalahan - kesalahan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai: (1) penambahan: kesalahan penambahan kata depan, kesalahan penambahan penanda jamak, kesalahan penambahan kata bantu, kesalahan penambahan artikel, kesalahan penambahan penanda bentuk lampau, kesalahan penambahan penandaan ganda. (2) kesalahan penghilangan terdiri dari kesalahan penghilangan preposisi, kesalahan penghilangan penanda jamak, kesalahan penghilangan kata kerja bantu, kesalahan penghilangan bentuk pembilang, kesalahan penghilangan penanda kepemilikan, kesalahan penghilangan penanda past progressive ing, kesalahan penghilangan penanda bentuk lampau, kesalahan penghilangan penanda bentuk lampau pada kata kerja tidak beraturan, kesalahan penghilangan konjungsi, dan kesalahanpenghilangan kata keterangan. (3) kesalahbentukan terdiri dari: kesalahan penanda bentuk lampau, kesalahan penggunaan kata ganti orang, kesalahan penggunaan kata benda, kesalahan penggunaan konjungsi, kesalahan
8 8 penggunaan artikel, kesalahan penggunaan penanda jumlah, kesalahan penggunaan kata keterangan. (4) kesalahan pengurutan. Penelitian lain mengengai kesalahan berbahasa dilakukan oleh Juanda di dalam makalahnya yang berjudul Kesalahan Berbahasa Sunda Pada Siswa Dwibahasawan di SLTP Taruna Bakti Bandung. Berbeda dengan beberapa penelitian yang disebutkan sebelumnya, penelitian Juanda mencoba mengetahui fenomena kesalahan berbahasa pada bahasa pertama, yang diasumsikan telah terpengaruh oleh bahasa yang sedang dipelajari di sekolah, yaitu bahasa indonesia. Dari hasil penelitiannya, Juanda menyimpulkan bahwa kesalahan berbahasa berbahasa tersebut ditemukan dalam empat tataran; fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikal. Pada tataran fonologi kesalahan berbahasa yang ditemukan berupa kesalahan penggunaan fonem /a/ dan /u/, /d/ dan /y/, /d/ dan /r/, /e/ dan /a/, serta /o/ dan /u/. Pada tataran morfologi mencakup bentuk afiks seperti ber-, se-, ter-, ke-an, dan di-i. Kemudian, pada tataran sintaksis terjadi pada bentuk pasif, sedangkan kesalahan leksikal yang ditemukan adalah mencakup peminjaman kata, seperti kata antusias, bakar, cermin, dalam, gorok, hilang, jatuh, kupas, lestari, madu, pecah, runcing, serius, tinggi, untuk, dan wajah. Pada makalah lain, Tobing (2003) membahas mengenai kesalahan sintaksis bahasa Perancis yang dilakukan oleh pembelajar Indonesia. Pada kesimpulannya, Tobing mendapati beberapa kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar bahasa perancis, diantaranya: kesalahan penggunaan kala lampau, kesalahan, kesalahan kongkordansi pada frasa benda, dan kesalahan kata ganti milik.
9 9 Dari penelitian-penelitian yang telah disebutkan, didapati perbedaan mengenai objek penelitian, baik formal maupun material. Lebih khusus lagi, penelitian-penelitian tersebut berbeda dengan peneilitian ini dari segi bahasa yang akan diteliti, yaitu bahasa Arab. Mengenai penelitian tentang kesalahan di dalam bahasa Arab, penulis menemukan beberapa penelitian yang telah dilakukan. Diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2009) yang meneliti namanama berbahasa Arab mahasiswa baru UGM tahun Di dalam penelitiannya tersebut, Hidayat mengkaji nama-nama tersebut dari sisi fonologi dan gramatika. Dari penelitian tersebut hidayat menyimpulakan terdapat 41 jenis kesalahan fonologi dan 4 jenis kesalahan gramatika dalam pembentukan nama-nama mahasiswa tersebut. 41 kesalahan fonologi yang meliputi kesalahan penulisan vokal dan penulisan konsonan. Sedangkan 4 jenis kesalahan gramatika yang ditemukan meliputi kesalahan penulisan i rab, penulisan frasa adjektival, penulisan frasa nominal, dan penulisan jumlah ismiyyah / kalimat nomina. Penelitian tentang nama berbahasa Arab juga pernah dilakukan oleh Nur. Berbeda dengan penelitian Hidayat (2009) penelitian Nur mengambil nama-nama masjid sebagai objeknya. Hasil penelitian tersebut menyebutkan, terdapat beberapa kesalahan pada penulisan nama-nama masjid tersebut. Yang menjadi faktor utama kesalahan tersebut adalah, pemberi nama tidak mengetahui dengan baik tentang pedoman transliterasi bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Dari penelusuran penelitian sebelumnya di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya memiliki metode dan
10 10 teori yang sama, tetapi memiliki perbedaan pada sumber data dan bahasa yang akan diteliti; bahasa Arab. 1.7 Landasan Teori Pemerolehan Bahasa Kedua Gass dan Selinker (2008:1) mengemukakan tentang pemerolehan sebuah bahasa yang bukan bahasa utama (non primary); yang merupakan pemerolehan bahasa selain bahasa ibu. Ilmu yang mempelajari hal ihwal yang menyebabkan kebanyakan pembelajar bahasa kedua tidak dapat mencapai target pengetahuan dan penguasaan yang sama dalam memperoleh bahasa kedua mereka yang tidak sebaik dalam pemerolehan bahasa pertama. Bahasa kedua biasa disingkat dengan B2. Konteks kedua dalam pemerolehan bahasa kedua juga mengacu pada beberapa bahasa yang dipelajari setelah bahasa ibu, baik bahasa ketiga, keempat atau bahasa asing. Oleh karena itu, belajar bahasa secara natural atau alami sebagai akibat tinggal di Negara tempat bahasa itu dituturkan atau belajar bahasa dalam ruang kelas bahasa tersebut digunakan sebagai bahasa pengantar merupakan bagian dari disiplin ilmu pemerolehan bahasa kedua atau second language acquisition (SLA) Gramatika Kridalaksana (1993:66) mendefinisikan gramatika sebagai sub sistem dalam organisasi bahasa yaitu gabungan dari satuan-satuan bermakna yang bergabung dan membentuk satuan-satuan yang lebih besar. Secara kasar, gramatika terbagi atas morfologi dan sintaksis. Lewis (1993:8) mendefinisikan gramatika sebagai rangkaian bentuk kalimat yang di dalamnya terdapat kata-kata yang sesuai yang bisa ditempatkan.
11 11 Di samping itu, Paulston dan Bruder (1971:1) merumuskan gramatika sebagai bentuk dan penyusunan kata yang berterima dalam frase dan kalimat. Sesuai dengan beberapa definisi mengenai gramatika di atas, dapat disimpulkan bahwa gramatika merupakan aturan pembentukan kalimat yang mencakup dua aspek, yaitu aspek pembentukan kata (morfologi) dan aspek pembentukan kalimat (sintaksis) Gramatika di dalam bahasa Arab sendiri juga terdiri dari morfologi yang disebut dengan ash-shorfu dan sintaksis yang disebut dengan an-nahwu. Di dalam kajiannya, shorof membahas semua tentang kata, baik dari jenisnya hingga proses pembentukannya. Sedangkan nahwu membahas tentang penggabungan kata yang menghasilkan frasa dan klausa As-Sarfu Bahasan As-sarfu mencakup mengenai kata dan proses morfologis di dalamnya. Proses morfologis yang terjadi meliputi proses derivasional yang menghasilkan kelas kata baru dan proses infleksional yang tidak menghasilkan kelas kata baru (Verhaar, 2001:123). Dari proses derivasional tersebut nantinya akan terbentuk kata yang memiliki kelas berbeda, seperti active participle, pasive participle, noun-verb, keterangan waktu, dan ketarangan alat. Sedangkan perubahan infleksional teradi saat verba diharuskan menyesuaikan dengan subjeknya ataupun nomina yang juga menyesuaikan dengan jumlah dan gender dari inti frasa maupun subjek di dalam kalimat. Perlu juga diketahui bahwa Kata di dalam bahasa Arab bisa dibagi menjadi dua, yaitu kata jamid yaitu kata yang tidak diturunkan dari kata lain dan kata yang musytaq atau derivatif. Sehingga
12 12 semua proses derivasional tersebut hanya bisa dilakukan pada kata yang musytaq saja. Bentuk dasar pada proses derivasional adalah bentuk verba perfek. Verba perfek ini terdiri dari morfem konsonan yang mendapatkan afiks berupa dua vokal dan satu vokal akhir sebagai penanda jumlah dan jenis (Watson, 2007:126). Jadi, pada kata nas}ara, misalnya, terdiri dari konsonan [n], [s}], [r] yang memiliki arti menolong, dan afiks berupa vokal [a] pada dua konsonan awal sebagai penentu diatesis, dan vokal [a] pada konsonan akhir sebagai penanda jumlah dan jenis v. perfek Noun-verb Noun-verb dengan Participle active mim Nas}ara nas}ran mans}aran Na@s}irun Participle Keterangan waktu Keterangan alat pasive mans}u@run mans}arun mins}arun Nasara dapat diubah menjadi bentuk noun-verb dengan menghilangkan vokal setelah konsonan kedua dan menghadirkan tanwin (suara akhir n ) pada akhir kata. Participle active dibentuk dengan memanjangkan vokal kedua dan menambahkan tanwin pada akhir kata. Adapun vokal akhir pada participle active yang berupa /u/ merupakan penanda kasus nominatif yang bisa berubah menjadi /a/ saat kasusnya menjadi akusatif. Selain itu, tanwin juga berfungsi sebagai penanda kelas kata nomina dan juga penanda ketidak-takrifan. Pembentukan keterangan alat hampir sama dengan pembentukan keterangan waktu/ tempat, hanya saja vokal yang ditambahkan di awal kata adalah /i/ bukan /a/. Selain perubahan derivasional seperti di atas, verba juga mengalami perubahan infleksional berupa konjugasi, yaitu perubahan gender, jumlah subjek, dan jenis subjek. Perhatikan konjugasi verba perfek di bawah ini.
13 13 Kataba Katabā Katabū Katabat katabatā katabna dia (maskulin/tunggal) menulis dia (maskulin/dual) menulis dia (maskulin/plural) menulis dia (feminin/tunggal) menulis dia (feminin/dual) menulis dia (feminin/plural) menulis Konjugasi pada verba di atas digunakan dengan tujuan menyesuaikan dalam hal gender, jumlah, dan jenis. Kataba merupakan bentuk dasar dari bentuk lain pada konjugasi verba di atas yang kemudian mendapatkan imbuhan berupa morfem penanda gender dan penanda jumlah An-Nahwu An-nahwu mempelajari hubungan antara kata dengan kata lain atau dengan unsur bahasa yang lebih besar. Di dalam bahasa Arab, hubungan antara kata tersebut dinamakan dengan tarkib. Tarkib atau murakkab secara harfiah berarti susunan yang pada penggolongannya bisa berupa tarkib yang predikatif dan tarkib yang tidak predikatif. Ada enam tarkib di dalam bahasa Arab. Pertama tarkib isnadī, tarkib idāfī, tarkib bayāni, tarkib atfi, tarkib mazji, dan tarkib adadi (Gulayaini, 2008:3). Dari keenam tarkib tersebut, hanya satu tarkib yang bersifat predikatif, yaitu tarkib isnadiy atau yang sering disebut dengan jumlah. sedangkan kelima tarkib yang lain merupakan tarkib yang sepadan dengan frasa. Tarkib isnadī tersusun dari tiga fungsi, yaitu musnad, musnad ilaih, dan fudlah. Secara bahasa musnad berarti disandarankan yang merujuk pada kalimat yang disandarkan pada musnad ilaih yang memiliki arti yang disandari. Sedangkan fudlah merupakan fungsi keterangan yang kehadirannya bersifat opsional. Hal ini terlihat dari namanya yang berarti kelebihan.
14 14 Nasara muhammadun zaidan MI M F Muhammad menolong Zaid Muhammadun nasirun MI M Muhammad adalah seorang penolong Nas}ara pada contoh 1 merupakan musnad ilaih dan muhammadun adalah menjadi musnad-nya. Selain itu, pada contoh 1 juga terdapat fudlah berupa objek, yaitu zaidan. Konstruksi pada contoh 1 ini sering disebut dengan jumlah fi liyyah karena verba menempati posisi pertama dan sebagai musnad ilaih. Tarkib isnadiy pada contoh 2 disebut dengan jumlah ismiyyah karena mi berupa nomina. Nomina pada awal tersebut dinamakan mubtada`, sedangkan musnad-nya disebut khabar Analisis kesalahan Crystal (2008:173) menjelaskan bahwa analisis kesalahan adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, dan mencari penyebab dari kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar bahasa kedua dengan mendasarkan temuan kesalahan tersebut pada teori linguistik. Mengenai definisi dari kesalahan sendiri, Corder (1979: ) menekankan bahwa kesalahan sama sekali berbeda dengan kekeliruan. Kesalahan berbahasa berhubungan dengan kompetensi dari pembelajar, sedangkan kekeliruan berhubungan dengan performansi. Hal ini bisa dilihat dari kesistematisan kesalahan yang terjadi. Berbeda dengan kekeliruan yang terjadi secara sporadis. Lebih lanjut, Corder menekankan tiga kategori dasar kesalahan, yaitu: 1. Kesalahan presistematik, yaitu kesalahan yang muncul ketika pembelajar mencoba mengatasi persoalan penggunaan bahasa,
15 15 2. Kesalahan sistematis, yaitu kesalahan yang muncul apabila pembelajar telah memiliki kompetensi bahasa sasaran, 3. Kesalahan post-sistematis, yaitu kesalahan yang dibuat pembelajar ketika dia mempraktekkan bahasa. Tujuan utama dari analisis ini adalah untuk membantu guru di dalam proses pengajarannya dengan melihat kesalahan-kesalahan siswa, yaitu dengan mencoba memetakan letak kesalahan tersebut. Selain itu, analisis kesalahan nantinya juga diharapkan bisa memprediksi letak kesalahan-kesalahan tersebut. Sehingga, baik guru maupun siswa akan lebih mudah dalam mempelajari bahasa kedua Klasifikasi Tipe Kesalahan Mengenai klasifikasi tipe kesalahan, para peneliti memiliki cara sendiri dalam membuat klasifikasi mereka. Beberapa peneliti membuat klasifikasi mereka berdasarkan tataran gramatika, maka mereka mengelompokkan kesalahan pada tataran kata dan kesalahan pada tataran frasa dan klausa (Pateda, 1989:50). Sehingga, menurut klasifikasi mereka terdapat kesalahan pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, dan juga kesalahan pada tataran wacana. Tipe klasifikasi lain didasarkan pada jenis atau tipe kesalahan. Hal ini seperti tipe kesalahan yang dijabarkan Lennon (1991) yang dikutip oleh Brown (1997: ), yaitu tipe kesalahan berupa kesalahan penambahan, kesalahan penghilangan, kesalahan penggantian, dan kesalahan pengurutan. Kesalahan penambahan terjadi saat pembelajar menambahkan satuan linguistik tertentu pada tempat yang tidak semestinya. Brown mencontohkan penambahan does pada does can he sing? Adapun kesalahan penghilangan adalah
16 16 kesalahan ketiadaan satuan linguistik tertentu yang semestiya hadir pada suatu susunan linguistik. Seperti ketiadaan artikel the pada I went to movie yesterday yang seharusnya I went to the movie yesterday. Kesalahan penggantian terjadi seperti pada i lost my word, dan terakhir kesalahan pengurutan yaitu kesalahan pada urutan kata, seperti pada contoh I to the movie went. Klasifikasi kesalahan juga bisa dipandang dari sisi komunikasi, yaitu bagaimana implikasi kesalahan tersebut di dalam proses komunikasi yang kemudian menghasilkan kesalahan global dan kesalahan lokal (Brown, 2007:288). Kesalahan global adalah kesalahan yang menghalangi komunikasi, sedangan kesalahan lokal adalah kesalahan yang tidak sampai menghalangi komunikasi. Contoh kesalahan global adalah seperti ujaran well, it s a great hurry around yang dalam konteks apa pun, akan sulit untuk diinterpretasikan. Sedangkan kesalahan lokal terjadi seperti pada ujaran i read a books yang secara makna tidak berterima karena hadirnya penanda jamak dan tunggal dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi, hal itu masih bisa diinterpretasikan dengan melihat konteks tertentu Penyebab Kesalahan Menurut (Brown, 2007:289) terdapat empat jenis penyebab kesalahan yang terjadi pada pembelajaran B2, yaitu : interlingual, intralingual, konteks pembelajaran, dan strategi komunikasi. Keempat hal tersebut memiliki andil di dalam terbentuknya kesalahan yang dibuat oleh pembelajar bahasa kedua Interlingual Interlingual adalah pengaruh B1 pembelajar pada bahasa yang dipelajari. Brown menyatakan bahwa interlingual memiliki pengaruh yang besar pada kesalahan pembelajar. Hal ini disebabkan karena pada awal pembelajaran, bahasa
17 17 awal merupakan satu-satunya sistem yang dikuasai oleh pembelajar. Sehingga, seringkali pembelajar akan menggunakan sistem itu untuk menyelesaikan permasalahan transfer kebahasaan Intralingual Berbeda dengan interlingual, intralingual merupakan kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar yang didasari atas pengetahuannya akan kaidah B1 yang masih sedikit. Kebanyakan kesalahan ini terjadi karena generalisasi berlebih yang dilakukan pada B2. Secara mudahnya, pembelajar menggunakan kaidah yang salah untuk memproduksi tuturan atau tulisan tertentu pada B2. Kesalahan intralingual ini menurut Richard (1973:174) disebabkan oleh empat hal, yaitu, generalisasi berlebih, abai terhadap pembatasan kaidah, penerapan kaidah yang tidak lengkap, dan hipotesis konsep yang salah Konteks Pembelajaran Konteks pembelajaran merujuk pada ruang kelas berikut guru dan materimaterinya dalam hal pembelajaran sekolah dan juga situasi sosial apabila pembelajar mempelajari B2 tanpa guru. Seringkali materi yang diberikan guru bahasa tidak tetap dan kemudian digunakan oleh pembelajar, atau konteks sosiolinguistik tertentu menyebabkan seseorang mengalami pemerolehan dialek tertentu yang merupakan sumber kesalahan Strategi Komunikasi Strategi komunikasi terkait erat dengan gaya belajar. Para pembelajar menggunakan strategi produksi untuk meningkatkan penyampaian pesan mereka, tetapi terkadang teknik-teknik itu bisa menjadi sumber kesalahan. Salah satu contoh, dalam proses produksi B2 tersebut para pembelajar akan mencoba
18 18 mengganti sutu kata tertentu dengan kata yang menurut mereka sepadan saat mereka mengalami kesulitan dalam men-transfer sebuah kata. Hal ini memberi peluang terjadinya ketidaktepatan penggunanaan diksi. 1.8 Metode Penelitian Metode penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu : tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5-7) Pengumpulan Data Sumber data dari penelitian ini adalah tulisan al-ikhtisar mahasiswa Sastra Arab UGM. Tulisan tersebut merupakan ringkasan dari skripsi mereka yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Tulisan tersebut telah tersedia di perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy yang terdapat pada situs digilib.fib.ugm.ac.id. Selanjutnya, penulis men-download tulisan tersebut dengan pembatasan, yaitu tulisan yang di-download adalah tulisan yang diterbitkan tahun 2014 dan berjumlah 15 tulisan Analisis Data Pada tahap analisis data, data yang telah diklasifikasikan akan dianalisis secara kualitatif. Selain itu, penelitian ini adalah penelitian tentang kesalahan berbahasa, sehingga analisis yang digunakan adalah analisis kesalahan yang memiliki langkah-langkah seperti yang disampaikan Gass dan Selinker (2001:79) yaitu terdiri dari (1) mengidentifikasi kesalahan; (2) mengklasifikasikan kesalahan; (3) menghitung kesalahan; (4) manganalisis penyebab kesalahan; dan (5) memperbaiki kesalahan tersebut.
19 19 Pada tahap identifikasi kesalahan, penulis menggunakan metode agih yaitu metode yang alat penentunya adalah bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993:15). Adapun teknik dasar yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung dengan teknik lanjutan teknik baca markah. Kedua teknik ini digunakan untuk melihat kategori dan fungsi setiap kata pada data. Pada tahap klasifikasi penulis akan mengumpulkan semua kesalahan yang ditemukan kemudian mengklasifikasikan kesalahan tersebut sesuai dengan klasifikasi yang diutarakan Brown. Setelah itu, penulis juga akan menghitung masing-masing jenis kesalahan. Untuk mengetahui sumber kesalahan gramatika, data yang sudah dikumpulkan akan dianalisis seperti yang telah dipaparkan oleh Corder yang dikutip Brown (2007:286) dengan cara menerjemahkan kembali baik data berupa kesalahan gramatika maupun rekonstruksi dari kesalahan tersebut. Terjemahan tersebut digunakan untuk melihat ada dan tidankya pengaruh B1 pada B2. Selain itu, langkah ini juga digunakan untuk melihat implikasi kesalahan gramatika tersebut di dalam makna data itu sendiri Penyajian Hasil Analisis Data Setelah data dianalisis, maka selanjutnya hasil dari analisis tersebut akan disajikan dalam bentuk laporan. Mengenai bahasa laporan terdiri dari dua jenis, yaitu formal dan informal. Bahasa formal berkaitan dengan beberapa tabel yang berisi klasifikasi kesalahan, jumlah dan persentasenya. Sementara itu, bahasa informal digunakan untuk menjelaskan data yang ditemukan dan tabel hasil analisis data tersebut. 1.9 Sistematika Penyajian
20 20 Hasil dari analisis data di dalam penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, sistematika penyajian. Sementara itu, bab II berisi tentang deskripsi bentuk-bentuk kesalahan gramatika. Bab III berisi deskripsi penyebab kesalahan gramatika yang ditemukan. Bab IV berisi deskripsi implikasi kesalahan tersebut terhadap makna data. Terakhir, bab V berisi kesimpulan penelitian dan saransaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antarnegara, sehingga wajib dikuasai oleh pembelajar bahasa. Bahasa Inggris
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini manusia dituntut untuk menguasai ketrampilan berbahasa terutama berbahasa asing. Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Esai merupakan karya tulis yang dibuat berdasarkan gagasan atau ide penulis. Menulis esai dalam bahasa Inggris membutuhkan kemampuan dalam memilih kata dan menggunakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.
BAB 4 PENUTUP Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya dan sebagai langkah akhir pada Bab 4 ini, dikemukakan simpulan hasil penelitian dan saran-saran. Berikut ini diuraikan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak
9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya kesulitan-kesulitan pada pembelajar BIPA. Faktor pertama adalah ciri khas bahasa sasaran. Walaupun bahasabahasa di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Allah, sehingga mampu melahirkan ide-ide yang kreatif. Salah satu kelebihan manusia di antaranya, yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. lain di Australia, Amerika, Kanada, Vietnam, Rusia, Korea, Jepang, China dan Jerman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa Nasional dan bahasa Negara di Indonesia. Namun saat ini, pemerintah meningkatkan fungsi bahasa Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) merupakan program pengajaran bahasa Indonesia yang ditujukan untuk penutur asing. Pembelajar asing yang belajar bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa yang merupakan komponen linguistik. Penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal yang wajib diketahui dan dipenuhi yang terdapat pada bahasa Arab dan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014
ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinci+KESALAHAN MORFOLOGIS DALAM KEMAMPUAN WAWANCARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP IT CAHAYA ISLAM (Penelitian Analisis Isi) WILDA ISTIANA NASUTION
+KESALAHAN MORFOLOGIS DALAM KEMAMPUAN WAWANCARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VIII SMP IT CAHAYA ISLAM (Penelitian Analisis Isi) WILDA ISTIANA NASUTION Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah kebutuhan setiap manusia. Komunikasi dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berkomunikasi adalah kebutuhan setiap manusia. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung (komunikasi lisan) dan tidak langsung (komunikasi tertulis). Seiring dengan
Lebih terperinciANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18)
ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAT AL-KAHFI (SURAT 18) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa (language) merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,
Lebih terperinciURUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA
URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA. PENDAHULUAN bahasa adalah salah satu cara manusia untuk dapat menguasai dan menggunakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhasil menerjemahkan suatu teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran jika ia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses penerjemahan bahasa sumber terhadap bahasa sasaran bukanlah merupakan suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Seorang penerjemah dikatakan berhasil menerjemahkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok
Lebih terperinciBAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA
108 BAB VI KESALAHAN KESALAHAN SISWA DALAM MEMBUAT KALIMAT SEDERHANA 6.1 Kalimat Sederhana Siswa sekolah dasar dalam mempelajari bahasa Inggris selain mendengarkan, dan berbicara, siswa juga dituntut untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai pembelajar bahasa asing pada pendidikan formal, sudah sewajarnya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih baik dalam memahami bahasa asing tersebut dibandingkan
Lebih terperinciBASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)
BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain. Dengan bahasa, juga akan terjadi hubungan timbal balik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, manusia menggunakan bahasa baik bahasa lisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia menuntut siswa untuk mampu menuangkan pikiran serta perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sehubungan dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepemilikan bahasa membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain. Untuk mengerti kemanusiaan orang harus mengerti nature (sifat) dari bahasa yang membuat manusia
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik kejadian keadaan kelompok
Lebih terperinciPENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS
PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS BAHASA BATAK ANGKOLA DALAM KARANGAN BERBAHASA INDONESIA SISWA KELAS 5 SDN 105010 SIGAMA KECAMATAN PADANG BOLAK TAPANULI SELATAN Fitriani Lubis Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Lebih terperinciNama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI
Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut
Lebih terperinciRELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN
0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apa yang akan terjadi saat seseorang pertama kali belajar bahasa asing? Apakah ia akan dengan mudah beradaptasi dengan bahasa barunya? Atau janganjangan, ia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan komunikasi antar sesamanya. Setiap anggota masyarakat selalu terlibat dalam komunikasi, baik dia berperan sebagai
Lebih terperinciPENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan. Abstrak
PENGARUH STRUKTUR BAHASA ARAB TERHADAP BAHASA INDONESIA DALAM TERJEMAHAN AL QURAN Oleh: Yayan Nurbayan Abstrak Penerjemahan adalah sebuah proses yang bertujuan memindahkan pesan bahasa sumber ( BS ) kepada
Lebih terperinciKAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia.
Bab 5 Ringkasan Bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia. Tetapi perbedaan struktur kalimat antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang sering menjadi kendala bagi pemelajar
Lebih terperincimenjadi tolak ukur terhadap isi dari karya ilmiah tersebut. Pembaca akan tertarik atau tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam karya ilmiah ialah abstrak. Hal tersebut dikarenakan abstrak merupakan hasil ringkasan yang memuat seluruh isi dari karya ilmiah. Abstrak
Lebih terperinciBENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN
BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN 2010-2011 Vania Maherani Universitas Negeri Malang E-mail: maldemoi@yahoo.com Pembimbing:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan sangat penting untuk dipelajari. Sebagai bahasa internasional, bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Inggris merupakan bahasa asing utama yang dikenal, menarik, dan sangat penting untuk dipelajari. Sebagai bahasa internasional, bahasa Inggris umumnya diajarkan
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian jenis proses campur kode menunjukkan hasil yang berbeda-beda antara bahasa yang satu dan bahasa yang lain karena subjek penelitian mereka pun berbeda-beda, baik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini
Lebih terperinciBAB V P E N U T U P. Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat
BAB V P E N U T U P 5.1 Kesimpulan Ketika kita membaca semua tulisan dalam tesis yang berjudul Kalimat tunggal bahasa Sula yang dipaparkan bahasan masaalahnya mulai dari bab II hingga bab IV dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penulis mengambil beberapa jurnal, skripsi, disertasi dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan analisis kontrastif, adverbial
Lebih terperinciKESALAHAN KESALAHAN GRAMATIKAL BAHASA INGGRIS DALAM KARANGAN DESKRIPTIF OLEH SISWA SMK N.1 AMURANG JURNAL SKRIPSI. Oleh. Winly Jovi Runtuwene
KESALAHAN KESALAHAN GRAMATIKAL BAHASA INGGRIS DALAM KARANGAN DESKRIPTIF OLEH SISWA SMK N.1 AMURANG JURNAL SKRIPSI Oleh Winly Jovi Runtuwene 090912031 Sastra Inggris UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan manusia lain dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk melakukan interaksi tersebut, manusia memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, pikiran, perasaan, pengalaman dan pendapat. Oleh karena itu bahasa
Lebih terperinciRELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI
RELASI SUBJEK DAN PREDIKAT DALAM KLAUSA BAHASA GORONTALO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Wisuda Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh NURMA
Lebih terperinciPENELITIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA
PENELITIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA Reni Supriani Ida Rahmadani Siregar Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PPs Universitas Negeri Medan e-mail : Gwe.rheniy@gmail.com Ida13.rafa@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa berisi gagasan, ide, pikiran, keinginan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, baik dalam bidang pendidikan, pemerintahan, maupun dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Arab. Keindahan bahasa, susunan kata-kata, serta maknanya menjadi perhatian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alquran merupakan kitab yang disampaikan dan ditulis dalam bahasa Arab. Keindahan bahasa, susunan kata-kata, serta maknanya menjadi perhatian bagi para peneliti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial, dikaruniai akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya. Manusia tidak bisa hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian bahasa dimulai setelah manusia menyadari keberagaman bahasa merupakan kekayaan alam yang sangat menakjubkan. Summer Institute of Linguistics menyebutkan bahwa
Lebih terperinciBAB 5 TATARAN LINGUISTIK
Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setia Rini, 2014
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan proses penyusunan kegiatan penelitian yang dilakukan, diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
Lebih terperinciIin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK
1 2 Hubungan Penguasaan Struktur dan Ciri Kebahasaan Teks dengan Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Medan Tahun Pembelajaran 2014/2015 Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk
Lebih terperinciBAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE
BAB 4 UNSUR-UNSUR BAHASA INGGRIS YANG MUNCUL DALAM CAMPUR KODE 4.1 Pengantar Bagian ini akan membicarakan analisis unsur-unsur bahasa Inggris yang masuk ke dalam campur kode dan membahas hasilnya. Analisis
Lebih terperinciBahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif
Bahasa sebagai Sistem Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai sebuah sistem Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Unsur-unsur
Lebih terperinci