TINJAUAN PUSTAKA. Hormon adalah pembawa pesan kimiawi yang dihasilkan oleh kelenjar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Hormon adalah pembawa pesan kimiawi yang dihasilkan oleh kelenjar"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 GnRH Agonis Hormon adalah pembawa pesan kimiawi yang dihasilkan oleh kelenjar khusus dan dilepaskan ke dalam aliran darah. GnRH ( Gonadotropin-releasing hormone) memiliki struktur alamiah pada spesies mamalia, yang memainkan peranan vital dalam mengatur kejadian neuroendokrin dan perilaku seksual yang melekat penting sebagai fungsi reproduksi. GnRH mensekresi neuron sebagai hasil akhir dari sistem syaraf pusat untuk mengendalikan kesuburan pada semua mamalia. Meski telah diketahui beberapa dekade efisiensi komunikasi hipotalamus dan hipofise bergantung pada pulsasi sekresi GnRH. 8 Kemajuan terbaru dalam teknologi genetika molekuler telah memberikan kontribusi besar terhadap penyelidikan beberapa aspek GnRH fisiologis, terutama hormon steroid dan regulasi neurotransmitter dari ekspresi gen GnRH. 7 GnRH ( Gonadotropin-releasing hormone) agonis adalah turunan sintetis yang berasal dari peptida hipotalamus dengan perubahan dalam struktur kimia yang mengakibatkan perubahan dalam kegiatan biologik. Beberapa GnRH agonis tersedia untuk kebutuhan klinis, dan berjalan melalui mekanisme yang sama : pertama merangsang dan kemudian menghambat sekresi gonadotropin dan hormon seks steroid melalui downregulating reseptor GnRH hipofise. 9 GnRH pertama kali di isolasi pada tahun 1971, memiliki jangka hidup pendek dan secara cepat terdegradasi oleh endopeptidase. Sintesa GnRH agonis pertama dilakukan pada tahun 1972 yang diikuti oleh perkembangan seluruh kelas baru obatobatan. GnRH agonis di produksi dengan mengubah asam amino pada posisi 6 5

2 dan/atau 10, yang menghasilkan senyawa dengan affinitas tinggi terhadap reseptornya dan jangka hidup panjang karena ketahanan pembelahan oleh endopeptidase. 1 Kerugian utama dari penggunaan GnRH agonis adalah keadaan hipoestrogen, yang dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular, sistem rangka, sistem urogenital dan osteoporosis. Disebabkan oleh kapasitas anti resopsinya, estrogen secara luas di percaya memiliki efek sentral dalam melindungi sistem rangka wanita. Aksi estrogen tidak selalu sama pada tiap sistem rangka. Tulang rangka apendikularis kurang sensitif dibandingkan tulang belakang lumbar pada keadaan hipoestrogen yang menginduksi kejadian osteoporosis. 1, Osteoporosis Definisi Osteoporosis merupakan gejala metabolik pada tulang yang paling banyak. Osteoporosis postmenopause merupakan penyebab osteoporosis terbanyak. Hal ini disebabkan karena berkurangnya produksi estrogen oleh ovarium yang menyebabkan hilangnya 10%-15% kerapatan tulang dalam tahun setelah menopause. Estrogen diketahui menurunkan resorpsi tulang dengan secara langsung bekerja terhadap osteoklas dan osteoblas melalui produksi sitokin. Osteoporosis merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandai pengurangan massa tulang, kemunduran mikroarsitektur tulang dan fragilitas tulang yang meningkat, sehingga risiko fraktur menjadi lebih besar. Insiden osteoporosis lebih tinggi pada wanita dibandingkan laki-laki dan merupakan problema pada wanita pasca menopause. 10 6

3 Gambar 1. Proses Remodelling Tulang. 10 Berdasarkan konsensus National Institute of Health (NIH) tahun 2000, osteoporosis didefinisikan sebagai gangguan pada tulang yang ditandai dengan berkurangnya kekuatan tulang sebagai faktor predisposisi peningkatan risiko fraktur tulang. 11 Secara operasional, osteoporosis didefinisikan berdasarkan penilaian kepadatan tulang. Menurut kriteria WHO, osteoporosis didefinisikan sebagai BMD yang terletak pada 2,5 standard deviasi atau lebih dibawah rata-rata wanita muda sehat (T-score - 2,5 SD). 12 Gambar 2. Osteoporosis Faktor Risiko Berdasarkan The North American Menopause Society tahun 2010, faktor risiko utama osteoporosis (yang didefinisikan dengan BMD) pada wanita pasca 7

4 menopause adalah usia, genetik, indeks massa tubuh, dan faktor gaya hidup (seperti asupan rendah kalsium, vitamin D, merokok). 14 a. Usia Usia merupakan faktor yang sangat kuat terhadap risiko osteoporosis, hal ini disebabkan setelah usia 30 tahun proses formasi dan resorpsi tulang mulai berjalan tidak seimbang dimana proses resorbsi melebihi proses formasi. Penelitian Buttros A dkk (2011) menunjukkan bahwa usia saat menopause merupakan faktor risiko osteoporosis. 14 Semakin bertambah usia maka resiko insiden osteoporosis meningkat 2 kali lipat setiap 7 sampai 8 tahun diatas usia 50 tahun. Jadi terdapat hubungan antara osteoporosis dengan peningkatan usia. Untuk risiko fraktur akibat osteoporosis berdasarkan nilai densitas tulang, risiko fraktur tulang panggul 4 kali lebih besar pada usia tahun. 14 b. Genetik Pengaruh terbesar puncak massa tulang (maksimal densitas tulang yang diperoleh selama perkembangan tulang) adalah bersifat herediter. Penelitian menunjukkan bahwa hingga 80% dari variabilitas puncak densitas tulang adalah faktor genetik. Anak dari wanita yang mengalami fraktur osteoporotik memiliki nilai densitas tulang yang lebih rendah dari rata-rata densitas tulang anak seusianya. 14 c. Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT yang rendah berhubungan dengan BMD yang rendah pada populasi umum. Penelitian menunjukkan bahwa efek berat badan terhadap massa tulang 8

5 lebih besar pada bagian tubuh yang menopang berat badan misalnya pada tulang femur atau tibia. 14 Penelitian dalam sepuluh tahun terakhir telah menunjukkan peranan adiponektin leptin dalam kontrol massa tulang. Leptin dihasilkan oleh adiposit dan berperan untuk regulasi homeostasis energi melalui supresi nafsu makan dan dengan meningkatkan penggunaan energi. Leptin perifer bekerja di tulang untuk meningkatkan proliferasi osteoblas dan sintesis matriks tulang yang menghasilkan peningkatan massa tulang. Leptin juga menekan produksi RANKL yang menyebabkan penurunan resorpsi tulang. Efek kedua aktivitas ini menghasilkan peningkatan massa tulang. Leptin juga memiliki efek imunomodulasi kompleks dan dapat bekerja sebagai sitokin proinflamasi yang mengaktivasi sel inflamasi dan mempromosikan sekresi sitokin proinflamasi seperti IL-1, TNF dan IFN. Karena kadar leptin sangat berhubungan dengan IMT, dimana kadar leptin yang rendah mencerminkan penurunan status nutrisi. 14 Estrogen tidak hanya dihasilkan oleh ovarium tetapi juga di kelenjar adrenal dan jaringan lemak. Jaringan lemak dapat mengubah hormon androgen menjadi estrogen. Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki oleh wanita maka semakin banyak hormon estrogen yang diproduksi. Penurunan massa tulang pada wanita dengan berat badan berlebih disertai kadar lemak tinggi akan lebih jarang Patofisiologi Osteoporosis Bone remodelling terjadi seumur hidup dan mencapai puncaknya saat dewasa (sekitar umur 30 tahun) kemudian menurun sesuai pertambahan umur, kemudian terjadi keseimbangan antara aktivitas osteblastik dan osteoklastik (pembentukan dan resorpsi tulang). Keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh hormon estrogen, paratiroid dan kalsitriol. 15 9

6 Pada keadaan hipoestrogen seperti menopause, terjadi penurunan estrogen yang dapat menyebabkan meningkatnya resorpsi tulang, dan diduga berhubungan dengan peningkatan sitokin. Resorpsi tulang tersebut akan meningkatkan kadar kalsium dalam darah dan menyebabkan penekanan terhadap hormon paratiroid. Kadar hormon paratiroid yang rendah sering dijumpai pada penderita osteoporosis, yang juga akan menurunkan kadar 1,25 dehydroxy vitamin D (kalsitriol), sehingga penyerapan kalsium jadi menurun. 15 Telah banyak diketahui bahwa osteoporosis pasca menopause menunjukkan bahwa ada gangguan penyerapan kalsium serta rendahnya kadar 1,25 Dehydroxy vitamin D dalam darah Proses Remodelling Tulang Wanita menopause akan mengalami peningkatan hormon FSH sebesar 10 sampai 20 kali lipat dan hormon LH sebesar 3 kali lipat karena perubahan sel stroma ovarium menjadi jaringan mesenkim sehingga menurunkan kemampuan ovarium untuk menghasilkan hormon steroid. Pada masa menopause ovarium akan mensekresikan hormon androstenedion dan testosteron sehingga terjadi peningkatan kadar hormon ini. Produksi hormon androstenedion pada masa menopause sebagian besar berasal dari kelenjar adrenal ginjal dan sebagian kecil oleh ovarium. 16,17 Pada fase menopause awal hormon testosteron dihasilkan oleh perubahan hormon androstenedion di perifer dan pada fase menopause lanjut dihasilkan oleh kelenjar suprarenal. Perubahan androstenedion menjadi estrogen dipengaruhi oleh peningkatan berat badan yang mempengaruhi proses aromatisasi androgen. Saat aktivitas produksi hormon steroid dari ovarium berhenti maka terjadi peningkatan FSH dan LH sehingga aktivitas steroidogenesis di ovarium berhenti. Pada wanita 10

7 terjadi penurunan massa tulang pada tahun pertama pasca menopause sekitar 2% per tahun. 16,18 Setelah mencapai puncak massa tulang peak bone mass pada usia antara tahun, lambat laun tulang akan mengalami penyusutan 0,3-0,5 % per tahun. Pada wanita yang memang memiliki massa tulang yang rendah dibandingkan lakilaki, penyusutan massa tulang terjadi lebih awal. Patah tulang meningkat pada wanita usia > 45 tahun, sedangkan pada laki-laki patah tulang baru meningkat pada usia >75 tahun. Penyusutan massa tulang akibat kekurangan estrogen terlihat pertama kali pada spongiosa sedangkan pada tulang trabekula belum terlihat penyusutan. 19 Penyusutan massa tulang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan formasi tulang. Osteoklas menyebabkan penghancuran tulang sedangkan osteoblas membangun tulang. Pada osteoporosis terjadi aktivitas berlebihan oleh osteoklas. Estrogen menghambat aktivitas osteoklas dan dengan sendirinya menghambat resorbsi tulang dan secara bersamaan estrogen mengaktifkan osteoblas, sehingga laju penggantian tulang menjadi normal. Estrogen bekerja baik secara langsung melalui reseptor yang berada di tulang maupun secara tidak langsung dengan bantuan sitokin dan faktor pertumbuhan. Estrogen memicu pengeluaran kalsitonin dan membantu kerja paratiroid hormon terhadap tulang. Estrogen meningkatkan aktivitas 1 alfa-hidroksilase di ginjal, yang mengubah vitamin D yang tidak aktif menjadi vitamin D3 bentuk aktif, sehingga resorbsi kalsium melalui usus meningkat. 10,20 Pada wanita pasca menopause akan terjadi peningkatan jumlah sel osteoklas yang sama dengan peningkatan jumlah sel osteoblas yang berperan dalam proses 11

8 pembentukan tulang bersamaan dengan proses resorpsi sehingga terjadi penurunan densitas mineral tulang Densitas Massa Tulang Gangguan osteometabolik telah menjadi ladang penelitian yang besar. Banyak perhatian khusus yang telah ditujukan khususnya dalam tema osteoporosis yang telah menjadi masalah global. Terutama, pada wanita pasca menopause dengan menurunnya kadar estrogen sekunder terhadap hilangnya fungsi ovarium. 21 Densitas tulang dianggap sebagai penanda yang baik dalam menilai homeostasis osteoblas dan resorpsi tulang oleh osteoklas. Beberapa teknologi pencitraan non-invasif, seperti Magnetic Resonance Imaging (MRI), USG, computed tomography (CT), Dual-energi X-ray Absorptiometry (DXA) dan densitometri radiografi, telah digunakan dalam diagnosis medis dalam menilai densitas massa tulang untuk tujuan yang berbeda. Selanjutnya, teknik radiografi periapikal dan panoramik, yang biasa digunakan dalam praktek dokter gigi, juga dapat berguna untuk mendeteksi gangguan tulang. 22 Ada hubungan terbalik yang kuat antara BMD dan risiko patah tulang, dengan 2-3 kali lipat dalam kejadian fraktur untuk setiap penurunan standar deviasi di BMD. DXA vertebra lumbalis dan pelvik saat ini dianggap sebagai standar emas untuk pengukuran BMD. Pengukuran di situs tertentu memberikan nilai prediksi terbesar dari fraktur di lokasi itu. Namun, DXA verterbra lumbalis dan pelvik memakan waktu dan mungkin tidak tersedia untuk pasien yang menjalani penilaian. Pendekatan alternatif adalah dengan menggunakan Pdxa dari lengan bawah atau tumit, yang menggunakan alat yang lebih murah dan lebih portabel

9 Saat ini DXA adalah metode yang banyak diterapkan untuk mengevaluasi densitas massa tulang dengan cara yang akurat, cepat dan efektif. Namun, karena ketersediaan dan biaya implikasi perangkat DXA terbatas di beberapa daerah, diagnosis gangguan tulang mungkin tertunda sampai gejala klinis muncul. Oleh karena itu, penggunaan metode alternatif, seperti densitometri radiografi, akan memudahkan akses pasien untuk diagnosis dini penyakit osteometabolik. 24 Vertebra lumbalis yang dinilai adalah dari L1-L4 untuk eksklusi kesalahan pada dua vertebra. Interpretasi tidak dapat dilakukan hanya pada satu vertebra. Pada proksimal femur, harus dilakukan penilaian yang lebih pada leher femoral dan bagian kiri femur. Laporan densitas massa tulang dalam bentuk BMD absolut (g/cm 2 ), skor Z BMD (sampai 1 desimal), dan Z skor BMD disesuaikan. Skor Z disesuaikan dibutuhkan untuk ukuran relatif skeletal atau maturasi. Tidak ada konsensus kapan waktu yang tepat dilakukan pengukuran densitas massa tulang. 25 Pada tahun 1994, WHO menetapkan definisi untuk kategori mineralisasi tulang sebagai normal, osteopenia, osteoporosis, dan osteoporosis berat. Klasifikasi ini berlaku untuk wanita kulit putih yang pasca menopause. 26 Tabel 1.Kategori Diagnostik Osteoporosis berdasarkan rekomendasi WHO Kategori diagnostik T- score Normal - 1 Osteopenia <-1 s/d > - 2,5 Osteoporosis - 2, Penanda Biokimia Tulang Pembentukan tulang dapat dievaluasi melalui penanda biokimia yang berbeda, seperti konsentrasi serum osteocalcine, alkaline phosphatase dan karboksil terminal pro-peptida prokolagen tipe I untuk penanda formasi tulang. 13

10 Namun, sulit untuk menemukan penanda resorpsi sensitif. Kebanyakan penelitian pada periode postmenopause didasarkan pada penentuan hidroksipiridinolin urin, yang tidak spesifik untuk kolagen tulang tetapi sebagian kecil yang berasal dari kolagen kulit, yang juga menurun pada periode pascamenopause. 27 Penanda biokimia untuk penilaian proses bone remodelling menunjukkan hal yang sangat menjanjikan dalam dua dekade ini sebagai alat untuk memperkirakan pasien dengan penyakit metabolik tulang. Dibandingkan dengan tehnik pemeriksaan radiologi, pemeriksaan penanda biokimia ini lebih aman, tidak invasif, relatif tidak mahal, dan mudah dilakukan. 28 Galactosyl hidroksilin dan Deoxypyridinoline saat ini merupakan penanda yang paling menjanjikan untuk resorpsi tulang. Berbagai penelitian memang menunjukkan bahwa dua penanda tersebut lebih unggul dengan akurasi yang tinggi. 29 Konsentrasi Pyridinoline dan Deoxypyridinoline di dalam urin telah digunakan sebagai penanda metabolisme tulang, terutama resorpsi tulang, dan banyak pengamat telah melaporkan kegunaan Pyridinoline dan Deoxypyridinoline di dalam urin, penilaian berbagai penyakit tulang metabolik. Sebaliknya, sebagai jaringan distribusi dari Pyridinoline tulang rawan, selain kehadirannya di tulang, terdapatnya Pyridinoline di urin dapat berfungsi sebagai penanda metabolisme tulang rawan GnRH agonis dan Osteoporosis GnRH agonis secara luas digunakan sebagai pengobatan pada gangguan ginekologis yang tergantung estrogen, seperti endometriosis dan mioma uteri. Kerugian dari pengobatan ini adalah resiko pengurangan massa tulang yang di pengaruhi oleh suasana hipoestrogen sehingga meningkatkan resorpsi tulang setelah osteoklas diambil dari sumsum tulang. Akibat resorpsi tulang meningkat, 14

11 terjadi pergantian tulang yang cepat. Terdapat laporan dari hubungan antara keadaan hipoestrogen dan densitas massa tulang menunjukkan bahwa kehilangan tulang terjadi cepat sekitar awal menopause, selama 5 sampai 10 tahun dan menurun setelahnya. 30 Periode pascamenopause biasanya menempati sepertiga dari kehidupan seorang wanita pada peningkatan risiko osteoporosis. Meskipun didokumentasikan dengan baik bahwa terapi penggantian hormon (HRT) memperlambat laju pergantian tulang, terutama resorpsi tulang, atas dasar temuan terbaru penggunaan jangka panjang mungkin tidak menurunkan insiden fraktur. 31 Tulang adalah jaringan pendukung yang mempertahankan integritas dan morfologi struktural melalui resorpsi berulang dan pembentukan, juga bertindak sebagai reservoir kalsium dalam tubuh manusia dan membantu mengatur kadar kalsium serum. Namun, dengan usia, resorpsi tulang mendominasi pembentukan tulang, akhirnya mengarah ke osteoporosis. Osteoporosis yang berkembang dengan usia disebut osteoporosis involusional dan dikategorikan menjadi dua jenis. Tipe 1 adalah osteoporosis postmenopausal, yang terjadi pada wanita dengan tingkat estrogen tertekan setelah menopause. Tipe 2 adalah osteoporosis senilis, yang terjadi baik pada pria dan wanita di atas usia 70 dengan tingkat vitamin D tertekan. Estrogen yang menurun dapat meningkatkan resorpsi tulang, yang menyebabkan hilangnya kalsium dalam tulang, sedangkan tingkat vitamin D menurun mengurangi biosintesis protein kalsium pengikat dan menekan penyerapan kalsium di usus kecil. Oleh karena itu, dalam kedua kasus, asupan kalsium yang cukup sangat penting untuk mencegah osteoporosis. 33 Kejadian hipoestrogen baik secara alami seperti menopause atau karena pembedahan dalam tahap awal kehilangan tulang yang cepat diikuti dengan periode 15

12 penurunan lebih lambat dari kerangka tulang. Fase cepat kehilangan tulang terjadi dalam 10 tahun pertama setelah penghentian menstruasi atau operasi pengangkatan indung telur. Kekurangan hormon ovarium terkait dengan keadaan hipoestrogen sehingga terjadi pergantian tulang dan menyebabkan ketidakseimbangan antara resorpsi dan formasi tulang, dan dengan demikian mempercepat kehilangan tulang. 30 Laporan sebelumnya mengenai penanda biokimia tulang selama pengobatan GnRH agonis telah memperlihatkan peningkatan pada ekskresi Hydroxyproline urin, Pyridinoline urin dan Deoxypyridinoline urin. Pada penelitian selanjutnya semua penanda biokimia tulang baik formasi tulang dan resorpsi tulang meningkat secara signifikan selama pengobatan GnRH agonis, hal ini menunjukkan bahwa pergantian metabolisme tulang meningkat pada keadaan hipoestrogen yang di akibatkan dari GnRH agonis. Pada kegunaan klinis penanda tulang biokimia baru di osteoporosis masih belum cukup. Serum Total alkali fosfatase (TALP) adalah penanda pembentukan tulang yang paling umum digunakan tetapi tidak memiliki sensitivitas dan spesifisitas. 32 Kehilangan massa tulang merupakan fenomena universal yang dimulai sekitar usia 40 tahun. Kehilangan massa tulang akan meningkat pada wanita pasca menopause, yaitu rata-rata kehilangan massa tulang 2% tiap tahun. Oleh karena itu, osteoporosis biasanya terjadi pada penderita lanjut usia dan terutama pada wanita menopause. 30 Kehilangan tulang sebagai akibat dari defisiensi estrogen dilaporkan heterogen pada tiap-tiap individu. Pada sebuah penelitian dijumpai variabilitas 14% pada kehilangan tulang selama 6 siklus pengobatan GnRH, hasil yang tidak diharapkan, karena berbagai faktor dapat mempengaruhi kehilangan tulang. 16

13 Evaluasi medis yang komprehensif diindikasikan pada semua wanita dengan osteoporosis pascamenopause untuk mengidentifikasi morbiditas yang menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk resorpsi tulang. 31 Probabilitas seumur hidup sisa dari patah tulang osteoporosis pada wanita di usia 50 tahun melebihi 40% di negara-negara maju. Untuk patah tulang pinggul saja, kemungkinan seumur hidup yang tersisa pada usia 50 tahun melebihi 20% pada wanita di negara-negara tersebut. Di banyak daerah di dunia, risiko pada pria sekitar setengah dari wanita. 34 Aktivitas estrogen pada tulang diperantarai oleh efek langsung terhadap tulang melalui reseptor estrogen dan terhadap kolagen. Terjadinya penurunan massa tulang yang muncul karena defisiensi estrogen dipengaruhi beberapa mekanisme, tetapi penyebab utamanya adalah meningkatnya resorpsi tulang (aktivitas osteoklas) yang menyebabkan ketidakseimbangan dengan produksi tulang oleh aktivitas osteoblas. 31 Terdapat juga efek tidak langsung yang dimediasi oleh hormon paratiroid dan sitokin yang berlawanan dengan efek resorpsi. Sebagai contoh, adanya osteoprotegrin (OPG) yang merupakan bagian dari Tumor Necrosis Factor (TNF),suatu protein larut yang dapat menghambat aktivitas osteoklas. Kadar OPG serum menurun signifikan pada wanita postmenopause dengan osteoporosis. Sebagai tambahan, estrogen meningkatkan sekresi OPG oleh osteoblas, sehingga diambil kesimpulan OPG memainkan peran penting pada aktivitas antiresorptif estrogen pada tulang. Pada wanita postmenopause, efek positif estrogen terhadap faktor pertumbuhan, kalsitonin, metabolisme vitamin D, dan absorpsi kalisum juga berkurang

14 2.6. Paritas dan Osteoporosis Banyak faktor reproduksi termasuk paritas, usia saat menarche, usia menopause, usia saat kehamilan pertama dan durasi menyusui mempengaruhi BMD. Khususnya efek dari paritas dan durasi menyusui telah diamati dalam beberapa studi namun beberapa melaporkan hasil yang bertentangan. 35,37 Selama trimester terakhir kehamilan dan saat menyusui, seorang wanita berisiko kehilangan massa tulang untuk menyediakan kalsium yang cukup untuk perkembangan tulang anak. Ada bukti yang menyatakan bahwa, dalam jangka pendek, baik kehamilan dan menyusui dapat menyebabkan penurunan BMD hingga 5%, dan bahwa mungkin ada hubungan tergantung antara durasi menyusui dan jumlah penurunan BMD. Namun, efek jangka panjang dari paritas dan menyusui pada kesehatan tulang masih belum jelas diketahui. Beberapa penelitian bahkan menemukan bahwa paritas dan menyusui berhubungan dengan BMD yang lebih tinggi di kemudian hari, sementara yang lain telah melaporkan BMD yang lebih rendah, atau tidak ada hubungan dengan BMD. 37 Seumur hidup paritas dan panjang kumulatif menyusui memiliki beberapa hubungan kecil dengan kekuatan tulang di pra atau awal wanita peri-menopause. Paritas dan panjang menyusui juga tidak terkait dengan risiko patah tulang setelah usia ,40 Sementara penelitian lain mengevaluasi hubungan antara faktor reproduksi dan osteoporosis, mereka tidak mengamati hubungan antara kehamilan dan osteoporosis pascamenopause, meskipun penurunan densitas tulang yang berhubungan dengan kehamilan atau menyusui sementara akan diperbaiki dengan pemulihan di masa selang kehamilan. Beberapa penelitian menyatakan bahwa perempuan harus didorong untuk menunggu 2 tahun antara kehamilan. 39,40 18

15 2.7. Deoxypyridinoline Matriks tulang organik 90% tersusun atas kolagen tipe I dalam struktur protein tripel heliks. Tripel heliks ini diperkuat dengan ikatan piridinium. Ikatan piridinium merupakan kolagen yang matur. Ikatan ini merupakan ikatan yang akan ikut terdegradasi ketika terjadi resorpsi tulang. Ikatan piridinium terdiri dari piridinolin, Deoxypyridinoline, N-telopeptida, dan C-telopeptida. Deoxypyiridinolin lebih spesifik daripada piridinolin oleh karena konsentrasi tertinggi Deoxypyridinoline terletak pada tulang dan dentin untuk resorpsi tulang. Deoxypyridinoline juga digunakan sebagai penanda degradasi pada kolagen type I. 38 Kolagen tipe I tulang mengalami cross linked dengan turunan hydroxypyridinium yaitu pyridinoline dan Deoxypyridinoline. Deoxypyridinoline dihasilkan dari pemecahan asam amino lisin secara enzimatik dengan enzim lysil oxidase. Saat resorpsi dilepaskan dengan mengalami eliminasi di ginjal dalam bentuk yang tidak berubah. Eliminasi dari Deoxypyridinoline tidak tergantung status nutrisi, sehingga dapat menjadi parameter resorpsi tulang. 38 Cross link dari Deoxypyridinoline memiliki spesifisitas yang cukup tinggi untuk tulang dan pada beberapa studi juga mengkonfirmasi kadar Deoxypyridinoline pada urin sebagai penanda pada penyakit tulang seperti penyakit Paget, osteoporosis postmenopause, hiperparatiroid, reumatoid artritis, kanker prostat, dan beberapa keganasan pada tulang. 32 Penelitian lain juga menunjukkan pasien osteoporosis memberi indikasi dalam pengukuran untuk memprediksi risiko patah tulang ketika digunakan secara tunggal atau bersama dengan densitometri. Pengukuran kadar Deoxypyridinoline pada urin 19

16 juga digunakan untuk mengukur respon terhadap pengobatan pada penyakit metabolik tulang. 32 Ketika kolagen di degradasi dari jaringan atau karena penyakit yang meningkatkan degradasi kolagen, komponen Deoxypyridinoline dapat ditemukan pada darah dan dieksresikan di urin dalam bentuk peptida yang terikat atau dalam bentuk molekul bebas. Jumlah dari cross link Deoxypyridinoline di darah atau urin menjadi indikator untuk resorpsi tulang karena kolagen tulang memiliki turnover yang tinggi jika dibandingkan dengan jaringan lain. 38 Pengukuran eksresi dari hasil cross link Deoxypyridinoline memiliki keuntungan daripada penanda degradasi kolagen lain seperti hydroxyproline di urin, karena cross link hanya muncul pada jaringan fibril matur dan bukan dilepaskan dalam bentuk prekursor atau dalam bentuk intermediate kolagen. Walaupun begitu, Deoxypyridinoline dieksresikan dalam bentuk yang paling banyak dalam bentuk peptida terikat, sehingga tahapan dengan hidrolisis asam juga diperlukan untuk menghasilkan bentuk bebas. 32 Pada keadaan hipoestrogen terjadi penurunan fungsi ovarium yang akan mempengaruhi hormon Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) yang memicu sintesis maupun pelepasan Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Luteinizing Hormon (LH). Ketika ovarium mengalami penurunan produksi estrogen, maka akan terjadi penurunan umpan balik kepada hipotalamus. Hal ini menyebabkan meningkatnya produksi FSH dan LH, tetapi FSH lebih terlihat meningkat dibandingkan LH. 33 Penurunan estrogen berpengaruh pada proses remodeling tulang. Hormon estrogen berpengaruh pada sel yang beraktivitas pada proses remodeling tulang, baik osteoblas maupun osteoklas. Pada usia produktif, hormon estrogen masih 20

17 bekerja secara baik, sehingga aktivitas osteoblas dan osteoklas pada proses remodeling tulang akan berjalan seimbang. Ketika memasuki usia perimenopause, hormon estrogen sudah mulai mengalami kelemahan. Ini mengakibatkan aktivitas osteoblas dan osteoklas tidak seimbang, sehingga resorpsi akan lebih banyak terjadi dibandingan dengan formasi. 33 Estrogen pada dasarnya akan membantu tersekresinya faktor penghambat osteoklastogenesis yang dikenal sebagai osteoprotegerin (OPG). Yang kemudian akan berikatan dengan RANK-L untuk menghambat osteoklastogenesis. Estrogen meningkatkan sekresi osteoprotogerin yang kemudian akan berikatan dengan RANK-L untuk kemudian dapat menghambat resorpsi tulang. 33 Ketika terjadi defisiensi estrogen maka produksi TGF-β dan OPG akan berkurang, sehingga diferensiasi dari osteoklas meningkat. Pada dasarnya, ketika osteoklas telah terbentuk, osteoklas akan melekat pada permukaan matrik tulang dan akan memulai tahap resorpsi. Proses resorpsi dimulai dengan osteoklas yang mensekresikan ion hidrogen yang dibentuk dari karbonik anhidrase. Selanjutnya disekresikan pula enzim lisosom terutama cathepsin K untuk mencerna matriks tulang sehingga kolagen dan seluruh komponen matriks tulang terdegradasi. 33 Resorpsi tulang dapat diketahui melalui terdegradasinya produk kolagen tipe I antara lain ikatan piridinium, salah satunya Deoxypyridinoline. Deoxypyridinoline berfungsi memberikan kekuatan dan kekerasan pada tulang. Pada saat terjadi resorpsi tulang, terjadi pula degradasi pada kolagen tulang yang matur dan Deoxypyridinoline ikut terlepas masuk sirkulasi darah dan ginjal dan tersekresi melalui urin dan serum

18 2.8. Kerangka Teori GnRH agonis Penekanan sekresi hormone FSH dan LH Status estrogen rendah Usia, IMT, paritas Osteoklas Turnover tulang Degradasi produk kolagen tipe 1 (cortical) bone loss low mineral bone Deoxypyridinolin (produk kolagen tipe 1) terlepas >>> Densitas tulang Resiko fraktur 22

19 2.9. Kerangka Konsep GnRH agonis Deoxypyridinoline BMD Usia, IMT, paritas Keterangan Gambar : : Intervensi yang diberikan : Variabel independen : Variabel Dependen : Confounding Factor Dalam penelitian ini ada 2 kelompok penelitian yaitu, 1 kelompok kasus yang diberikan injeksi GnRh agonis 6 siklus dan 1 kelompok kontrol yang tidak di berikan injeksi GnRH agonis. Diketahui GnRH agonis mempengaruhi Deoxypyridioline, pemberian GnRH agonis dalam jangka waktu lama dapat mengeksresikan Deoxypyridioline, yang berdampak pada penurunan mineral tulang. Penurunan mineral tulang dan peningkatan eskresi Deoxypyridioline juga dipengaruhi oleh usia, paritas dan Indeks Massa Tubuh. 23

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS TINJAUAN TEORI 1. Definisi Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK ETIOLOGI Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terjadi dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada manusia. Namun, pada suatu saat perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

OSTEOPOROSIS DEFINISI

OSTEOPOROSIS DEFINISI OSTEOPOROSIS DEFINISI Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami

BAB I. PENDAHULUAN. berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi disebabkan oleh jumlah folikel yang mengalami atresia terus meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum memberikan gejala-gejala yang diketahui (asymtomatic disease). Osteoporosis baru diketahui ada apabila

Lebih terperinci

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung Adam BH Darmawan, Slamet Santosa Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Bandung. Abstrak Osteoporosis

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteoporosis Secara harfiah kata osteo berarti tulang dan kata porosis berarti berlubang atau dalam istilah populer adalah tulang keropos. Zat kapur, kalsium adalah mineral terbanyak

Lebih terperinci

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT Tulang yang kuat benar-benar tidak terpisahkan dalam keberhasilan Anda sebagai seorang atlet. Struktur kerangka Anda memberikan kekuatan dan kekakuan yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoporosis merupakan penyakit yang paling umum terjadi pada tulang, penyakit ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang dan peningkatan risiko terjadinya patah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia. Osteoporosis merupakan penyakit ditandai

Lebih terperinci

OBAT YANG MEMPENGARUHI HOMEOSTASIS MINERAL TULANG

OBAT YANG MEMPENGARUHI HOMEOSTASIS MINERAL TULANG OBAT YANG MEMPENGARUHI HOMEOSTASIS MINERAL TULANG www.rajaebookgratis.com FISIOLOGI TULANG Tulang merupakan bentuk khusus jaringan ikat yang tersusun oleh kristal-kristal mikroskopis kalsium dan fosfat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu mens berarti bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu mens berarti bulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause Menopause berasal dari bahasa Yunani yaitu mens berarti bulan dan pausis berarti berhenti. Definisi menopause adalah seorang wanita yang tidak mengalami menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang remaja akan tumbuh dan berkembang menuju tahap dewasa. Berdasarkan ciri perkembangannya seorang remaja dibagi menjadi tiga tahap antara lain masa remaja awal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia mempunyai dua ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Pada

Lebih terperinci

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS)

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS) BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS) Bab kedua ini memberikan penjelasan umum tentang tulang dan keropos tulang, meliputi definisi keropos tulang, struktur tulang, metabolisme tulang, fungsi tulang, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MENOPAUSE 2.1.1 Definisi Menopause menurut WHO didefinisikan berhentinya siklus menstruasi untuk selamanya bagi wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi sebagai akibat dari

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1.5 Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi bahwa ada hubungan antara kadar serum ferritin terhadap gangguan pertumbuhan pada talasemia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian yang mengenai hubungan status gizi dengan siklus menstruasi pada remaja putri yang dilakukan di SMP N 2 Gamping Sleman Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami perubahan, yaitu dari deposisi lemak subkutan menjadi lemak abdominal dan viseral yang menyebabkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia lanjut baik perempuan maupun laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. 41,4% dan osteoporosis selalu menyertai usia lanjut baik perempuan maupun laki-laki, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan hidup rakyat Indonesia penyakit kerapuhan tulang akan sering dijumpai. Sejak tahun 1990 sampai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka kematian, membaiknya status gizi, dan Usia Harapan Hidup. (1) Penyakit degeneratif adalah salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Siklus Menstruasi Remaja Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang utuh dari hipotalamus-hipofise-ovarium. Struktur alat reproduksi, status nutrisi,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.

Lebih terperinci

Patogenesis dan Metabolisme Osteoporosis pada Manula

Patogenesis dan Metabolisme Osteoporosis pada Manula Patogenesis dan Metabolisme Osteoporosis pada Manula Hikmat Permana Sub Bagian Endokrinologi dan Metabolisme Bagian Ilmu Penyakit Dalam RS Perjan Hasan Sadikin FK Universitas Padjadjaran Bandung Osteoporosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dengan usia 6-14 tahun saat sedang duduk di bangku SD dan SMP sedang menjalani pendidikan dasar yang merupakan titik awal anak mengenal sekolah yang sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengambil kebijakan di bidang kesehatan. Beberapa dekade belakangan ini, 9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang mempunyai karakterisktik meningkatnya nilai glukosa plasma darah. Kondisi hiperglikemia ini diakibatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi dengan matang (Kusmiran, 2011). Menstruasi adalah siklus discharge BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi sebagai proses alamiah yang akan terjadi pada setiap remaja, dimana terjadinya proses pengeluaran darah yang menandakan bahwa organ kandungan telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kopi 1. Pengertian kopi Kopi merupakan salah satu minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman psikostimulant

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minat dan kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat yaitu tidak lagi terbatas pada tumpatan dan pencabutan gigi, namun salah satunya adalah perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai

Lebih terperinci

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN

Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Rijalul Fikri FISIOLOGI ENDOKRIN Kemampuan suatu sel atau jaringan untuk berkomunikasi satu sama lainnya dimungkinkan oleh adanya 2 (dua) sistem yang berfungsi untuk mengkoordinasi semua aktifitas sel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. (1) Obesitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daur hidup manusia akan melewati fase usia lanjut (proses penuaan). Proses penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, dimana mulai terjadi perubahan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Endometriosis merupakan salah satu penyakit ginekologi yang sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan (sel-sel kelenjar dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor peternakan berperan penting melalui penyediaan

Lebih terperinci

Vitamin D and diabetes

Vitamin D and diabetes Vitamin D and diabetes a b s t r a t c Atas dasar bukti dari studi hewan dan manusia, vitamin D telah muncul sebagai risiko potensial pengubah untuk tipe 1 dan tipe 2 diabetes (diabetes tipe 1 dan tipe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37 per 1000 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka angka kematian bayi (AKB) pada saat ini masih menjadi persoalan di Indonesia. Menurut World Health Organization (WHO) ditingkat dunia AKB berkisar sekitar 37

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini. Penelitian yang dilakukan Sony (1990) menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat saat ini. Penelitian yang dilakukan Sony (1990) menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodonti sudah semakin dirasakan sebagai suatu kebutuhan oleh masyarakat saat ini. Penelitian yang dilakukan Sony (1990) menyatakan bahwa kebutuhan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu

Lebih terperinci

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS

HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS HIPOTALAMUS DAN KELENJAR HIPOFISIS Hipotalamus merupakan bagian kecil otak yang menerima input baik langsung maupun tidak dari semua bagian otak. Hipofisis adalah kelenjar endokrin kecil yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembentukan tulang didalam tubuh disebut Osteogenesis. Pembentukan tulang terdiri dari penyerapan dan pembentukan yang terjadi secara terus menerus atau selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini terjadi masa pubertas yang merupakan keterkaitan antara proses-proses neurologis dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif. 17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berakibat pada rendahnya kepadatan ( densitas ) tulang. Orang-orang acap kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berakibat pada rendahnya kepadatan ( densitas ) tulang. Orang-orang acap kali BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Osteoporosis Osteoporosis adalah suatu kondisi berkurangnya massa tulang secara nyata yang berakibat pada rendahnya kepadatan ( densitas ) tulang. Orang-orang acap

Lebih terperinci

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang Anatomi sistem endokrin Kelenjar hipofisis Kelenjar tiroid dan paratiroid Kelenjar pankreas Testis dan ovum Kelenjar endokrin dan hormon yang berhubungan dengan sistem reproduksi wanita Kerja hipotalamus

Lebih terperinci

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior

Obat-obat Hormon Hipofisis anterior Obat-obat Hormon Hipofisis anterior Gonadotropin korionik (Chorex) Menstimulasi produksi testosteron dan progesteron untuk mengobati hipogonadisme pada pria. Menginduksi ovulasi pada wanita dengan ovarium

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Siklus Menstruasi Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Prawirohardjo, 2005), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat dan bentuk berbeda dari sel asalnya.

Lebih terperinci

FISIOLOGI HORMON STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN

FISIOLOGI HORMON STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN FISIOLOGI HORMON Fisiologi hormon By@Ismail,S.Kep, Ns, M.Kes 1 STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN Sistem endokrin terdiri dari kelenjarkelenjar endokrin Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para ahli tulang Indonesia sepakat bahwa dengan meningkatnya harapan hidup rakyat Indonesia penyakit kerapuhan tulang akan sering dijumpai. Sejak tahun 1990 sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Distribusi umur Umur pasien kelompok fraktur intertrochanter adalah 69,7 + 3,7 tahun, sedangkan umur kelompok fraktur collum femur adalah 72,5 + 5,8 tahun. Didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu. perkembangan tersebut adalah perkembangan hormone Gonadotropin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perkembangan bentuk tubuh baik dari segi fisik maupun dari segi hormonal. Salah satu perkembangan tersebut adalah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom nefrotik (SN, Nephrotic Syndrome) merupakan salah satu penyakit ginjal terbanyak yang sering dijumpai pada anak. Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pubertas 2.1.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah masa dimana ciri-ciri seks sekunder mulai berkembang dan tercapainya kemampuan untuk bereproduksi. Antara usia 10 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya prevalensi obesitas merupakan masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Park & Kim,2012). Sekitar 2,8 juta orang dewasa meninggal setiap tahun terkait

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai. perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masa menopause merupakan suatu transisidimana ditandai perubahan siklus menstruasi yang sebelumnya regular, siklik, bisa diprediksi yang cenderung ovulatoar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perimenopause adalah suatu fase dalam proses menua (aging) yaitu ketika seorang wanita mengalami peralihan dari masa reproduktif ke masa nonreproduktif. Pada fase ini,

Lebih terperinci

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON) Bio Psikologi Modul ke: PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON) 1. Penemuan Transmisi Kimiawi pada Sinapsis 2. Urutan Peristiwa Kimiawi pada Sinaps 3. Hormon Fakultas Psikologi Firman Alamsyah, MA Program Studi

Lebih terperinci

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon)

Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Modul ke: Peristiwa Kimiawi (Sistem Hormon) Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Pengertian Hormon Hormon berasal dari kata hormaein yang berarti

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013

Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013 Ketetapan resmi terkini ISCD tahun 2013 (pasien anak-anak) Dibawah ini adalah ketetapan resmi ISCD yang telah diperbaruhi tahun 2013 Gugus tugas tenatng kemungkinan resiko patah tulang serta definisi osteoporosis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan hormon estrogen (Manuaba, 2008). Menarche terjadi di 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Menarche a. Pengertian menarche Menarche adalah pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebabkan oleh pertumbuhan folikel primodial ovarium yang mengeluarkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA KARAKTERISTIK WANITA USIA SUBUR DENGAN MIOMA UTERI DI RS. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA Neni Rusnita*, Estu Lovita.P Akademi Kebidanan Betang Asi Raya, Jln.Ir.Soekarno No.7 Palangka Raya ABSTRAK Mioma Uteri

Lebih terperinci

Gangguan Hormon Pada wanita

Gangguan Hormon Pada wanita Gangguan Hormon Pada wanita Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi hormon. Hormon ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Ada tiga hormon panting yang dimiliki wanita, yaitu estrogen, progesteron,

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN STRUKTUR KELENJAR ENDOKRIN Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar Endokrin Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat

Lebih terperinci

Osteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani

Osteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani Osteoporosis Mengapa Masalah Osteoporosis Pasca Menopause Akhir-Akhir Ini Menjadi Masalah? - Menghadapi tahun 2010-an terjadi peningkatan harapan hidup wanita sampai usia 70 tahun dan - Pada usia 2000-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan secara alamiah yang nantinya akan menimbulkan masalah kesehatan, mental, sosial, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan kemakmuran, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah. perkembangan, sedangkan pada akhirnya perubahan itu menjadi kearah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kehidupan manusia mulai dalam kandungan sampai mati tampaklah manusia itu akan melalui suatu proses yang sama, yaitu semuanya selalu dalam perubahan. Pada awal hidup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Osteoporosis

TINJAUAN PUSTAKA. Osteoporosis 17 TINJAUAN PUSTAKA Osteoporosis Pengertian Osteoporosis National Osteoporosis Foundation (2003) mendefinisikan osteoporosis sebagai penyakit kronis progresif yang dicirikan dengan rendahnya massa tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benign Prostat Hyperplasia (BPH) atau pembesaran prostat jinak adalah salah satu penyakit degeneratif pria yang sering dijumpai, berupa pembesaran dari kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 1,38%. Berdasarkan hasil perhitungan pusat data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Pada zaman dahulu hingga sekarang banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan untuk makanan maupun untuk pengobatan tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Preeklamsi merupakan penyulit utama dalam kehamilan dan penyebab utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health Organization (WHO) melaporkan angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial. dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan, sosial dan ekonomi pada berbagai kelompok usia di seluruh dunia. Tahun 2013, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak. menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap peralihan antara masa anak-anak menuju dewasa. Sebelum memasuki masa remaja, seseorang akan mengalami periode pubertas terlebih dahulu. Pada

Lebih terperinci

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif

Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Tugas Endrokinologi Kontrol Umpan Balik Positif Dan Negatif Kelompok 3 Aswar Anas 111810401036 Antin Siti Anisa 121810401006 Nenny Aulia Rochman 121810401036 Selvi Okta Yusidha 121810401037 Qurrotul Qomariyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Disfungsi dasar panggul merupakan salah satu penyebab morbiditas yang dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Disfungsi dasar panggul memiliki prevalensi

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus

Gambar 4. Grafik Pertambahan Bobot Badan Tikus BAB IV HASIL PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng (Pimpinella alpina) terhadap pertambahan bobot badan tikus betina bunting pada umur kebuntingan 0-13 hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Lebih terperinci

Nutrition in Elderly

Nutrition in Elderly Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencegahan kematian, kesakitan ibu dan mengontrol laju pertambahan penduduk merupakan alasan untuk diperlukannya pelayanan Keluarga Berencana (KB). Alat kontrasepsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi A. Pengertian Menstruasi Menstruasi merupakan keadaan fisiologis, yaitu peristiwa keluarnya darah, lendir ataupun sisa-sisa sel secara berkala. Sisa sel tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI Hipoposphatasia merupakan penyakit herediter yang pertama kali ditemukan oleh Rathbun pada tahun 1948. 1,2,3 Penyakit ini dikarakteristikkan oleh gen autosomal resesif pada bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah sindroma disfungsi ovarium dengan karakteristik anovulasi, hiperandrogenisme, dan/atau adanya morfologi ovarium polikistik.

Lebih terperinci