DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PERSYARATAN GELAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PERSYARATAN GELAR..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PERSYARATAN GELAR... LEMBAR PERSETUJUAN... HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI... HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... HALAMAN UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL... DAFTAR LAMPIRAN... ii iii iv v vi vii ix x xi xiv xv xvi xvii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kecepatan Macam-macam Kecepatan Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Pengukuran Kecepatan Teknik Dasar Lari 100 Meter xi

2 2.6. Analisis Gerakan Kecepatan Lari 100 Meter Pengertian Daya Ledak Macam- Macam Daya Ledak Cara Mengukur Daya Ledak Otot Tungkai Perinsip Prinsip Latihan Kecepatan Metode Latihan Lari Cepat 100 Meter Sistem Energi Latihan Lari Cepat 100 Meter Terbentuknya Asam Laktat Dalam Aktivitas Lari 100 Meter Pengaruh Asam Laktat Terhadap Kelelahan Pelari 100 Meter BAB III. KERANGKA BERPIKIR,KONSEP DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian BAB IV. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Target Populasi Terjangkau Sampel Besar Sampel Teknik Penentuan Sampel Variabel Penelitian Identivikasi Variabel Klasifikasi Variabel Hubungan antara Variabel Definisi Oprasional Bahan dan Instrumen Penelitian Alur Penelitian Prosedur Penelitian Analisis Data xii

3 BAB V. HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek Penelitian Kondisi Lingkungan Penelitian Uji Normalitas dan Uji Komparabilitas Data Kecepatan Lari 100 Meter, Daya Ledak Otot Tungkai dan Kadar Asam Laktat Darah Sebelum dan Sesudah Perlakuan Uji Beda Rerata Kecepatan Lari 100 Meter antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Eksperimen pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Uji Beda Rerata Daya Ledak Otot Tungkai antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Eksperimen pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Uji Beda Rerata Kadar Asam Laktat Darah antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok Eksperimen pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali BAB VI PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Penelitian Kondisis Lingkungan Tempat Pelaksanaan Penelitian Perbedaan Antara Pelatihan Lari Acceleration Sprint dengan Pelatihan Lari modifikasi Acceleration Sprint Terhadap Kecepatan Lari 100 Meter Pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Perbedaan Antara Pelatihan Lari Acceleration Sprint dengan Pelatihan Lari modifikasi Acceleration Sprint Terhadap Daya Ledak Otot Tungkai Pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Perbedaan Antara Pelatihan Lari Acceleration Sprint dengan Pelatihan Lari modifikasi Acceleration Sprint Terhadap Kadar Asam Laktat Darah Pemulihan Pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Kebaharuan Penelitian ( Novelty ) Keterbatasan Penelitian BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

4 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Besar Sampel Penelitian Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Karakteristik Fisik Subjek Penelitian Menurut Umur, Tinggi Badan, Berat Badan, IMT, DNI dan Waktu tempuh Lari 2,4 Km Mahasisw FPOK IKIP PGRI Bali Tabel 5.2 Hasil Uji Beda Rerata Karakteristik Fisik Subjek Penelitian Menurut Umur, Tinggi Badan, Berat Badan, IMT, DNI dan Waktu tempuh Lari 2,4Km Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Tabel 5.3 Hasil Uji Normalitas Variabel Kondisi Lingkungan Penelitian di stadion Ngurah Rai Denpasar Tabel 5.4 Hasil Uji Beda Rerata Kondisi Lingkungan Penelitian di stadion Ngurah Rai Denpasar Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Data Sebelum Perlakuan Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Tabel 5.6 Hasil Uji Normalitas Data Sesudah Perlakuan Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Tabel 5.7 Hasil Uji Beda Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Sebelum Perlakuan Pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Tabel 5.8 Hasil Uji Beda Rerata Kecepatan Lari 100 Meter antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksprimen Sesudah Perlakuan pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Tabel 5.9 Hasil Uji Beda Rerata Daya Ledak Otot Tungkai antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksprimen Sesudah Perlakuan pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Tabel 5.10 Hasil Uji Beda Rerata Kadar Asam Laktat Darah antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksprimen Sesudah Perlakuan pada Mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali xiv

5 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Analisis Struktur Prestasi Lari Jarak Pendek Gambar 2.2. Posisi Strat dari samping dan depan saat aba aba Bersedia Gambar 2.3. Posisi Strat dari samping saat aba aba Siap Gambar 2.4. Posisi Strat dari samping saat aba-aba Yak Gambar 2.5. Urutan Gerakan pada Tahap Topang dan Dorong Gambar 2.6. Rangkaian Gerakan Langkah Berlari Gambar 2.7. Teknik Finis Lari Jarak Pendek Gambar 2.8. Tahap Lari 100 Meter Gambar 2.9. Lintasan Lari Accelaration Sprint Gambar Lintasan Lari modifikasi Accelaration Sprint Gambar 2.11.Reaksi Pembentukan Asam laktat Gambar 3.1. Konsep Penelitian Gambar 4.1. Bagan Rancangan Penelitian Gambar 4.2. Hubungan Antara Variabel Gambar 4.3. Lintasan Lari Accelaration Sprint Gambar 4.4. Lintasan Lari Modifikasi Accelaration Sprint Gambar 4.5. Alur Penelitian Gambar 4.6. Peregangan Leher dan Bahu Gambar 4.7. Peregangan Lengan dan Bahu Gambar 4.8. Peregangan Lengan dan Tubuh Bagian Samping Gambar 4.9. Peregangan Punggung Bawah,Pinggul dan Paha belakang Gambar Peregangan soleus dan Daerah Tendon Achilles Gambar Peregangan soleus dan Daerah Tendon Achilles Gambar Peregangan Pinggul dan Paha Depan Gambar 6.1. Lintasan Pelatihan Lari Acceleration Sprint xv

6 DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ADP : Adenosin diphosfat ADP : Adenosine diphosphate AL : Asam Laktat ATP : Adenosine triphosfat BB : Berat Badan Cm : Centimeter CO2 : Karbon dioksida CP : Creatin phospat dkk : dan kawan kawan dt : detik f (, β ) : Faktor untuk peluang kesalahan gr : Gram H2O : Air IMT : Indek Masa Tubuh Kg : Kilogram KLP : Kelompok KTP : Kartu Tanda Penduduk m : Massa m/dt : meter per detik mm : milimol mm/l : milimol per liter n : Jumlah sampel O : Observasi P : probabilitas P : Populasi PGRI : Persatuan Guru Republik Indonesia PH : Tingkat keasaman RS : Random Sampling S : Jarak S : Sampel Sig : signifikan t : Waktu TB : Tinggi Badan Th : Tahun V : Kecepatan Wita : Waktu Indonesia Tengah α : alpha β : beta % : per seratus < : lebih kecil > : lebih besar µ : mu xvi

7 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Keterangan Kelaikan Etika ( Ethical Clearence) Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Lampiran 3. Inform Consent Lampiran 4. Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian Lampiran 5. Surat Pernyataan Bukan Plagiat Lampiran 6. Data Karakteristik Fisik Subjek Penelitian Lampiran 7. Data Kondisi lingkungan Lampiran 8. Data Hasil Penelitian Lampiran 9. Hasil Uji Normalitas Karakteristik Subjek Penelitian Lampiran 10. Hasil Analisis deskriptip Suhu lingkungan Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Posttest Kecepatan Lari 100 meter, Daya Ledak Otot Tungkai dan Kadar Asam Laktat Darah Lampiran 12. Hasil Uji Independen Kecepatan Lari 100 Meter, Daya Ledak Otot Tungkai dan Kadar Asam Laktat Darah Lampiran 13. Gambar Lintasan Modifikasi Lari Acceleration Sprint Lampiran 14. Gambar Alat Ukur Penelitian Lampiran 15 Dokumentasi Penelitian xvii

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik merupakan cabang olahraga yang dasar gerakanya tersusun dari aktivitas fisik alamiah yang melekat dalam kehidupan manusia sehari-hari. Seperti gerak berjalan, berlari, melompat, dan melempar. Atletik disebut juga ibu dari cabang-cabang olahraga karena pola gerakan berlari, melompat dan melempar adalah gerakan-gerakan dasar pada sebagian besar gerakan yang dilakukan oleh atlet pada berbagai cabang olahraga. Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang paling tua di dunia dan telah dipertandingkan dalam Olympiade Kuno (Parwata, 2008). Kemampuan atletik sangat mempengaruhi kualitas gerak dasar yang dihasilkan pada setiap aktivitas pada berbagai cabang olahraga (Sidik, 2010). Cabang atletik selalu dipertandingkan pada kegiatan olahraga baik pada PON maupun Olimpiade. Cabang atletik terbagi menjadi empat nomor pertandingan yaitu: nomor lari, nomor jalan, nomor lempar, dan nomor lompat. Nomor lari 100 meter merupakan nomor yang sangat bergengsi. Persaingan prestasi pada lari 100 meter sangat ketat, dimana prestasi atlet-atlet Bali belum dapat bersaing ditingkat nasional. Oleh karena itu usaha pencapaian prestasi nomor lari 100 meter menjadi suatu tantangan untuk segera dipecahkan dengan metode pelatihan yang berdasarkan ilmu penggetahuan untuk mencapai prestasi, mengingat adanya keterbatasan kecepatan lari atlet yang dipengaruhi oleh komponen biomotorik. Komponen biomotorik kecepatan lari 1

9 2 sangat terbatas, dengan persentase peningkatan kecepatan lari hanya mencapai 20-30% (Nossek, 1982). Usaha untuk meningkatkan prestasi atlet pada lari 100 meter dapat dilakukan dengan latihan secara intensif, sehingga prestasi yang optimal dapat dicapai. Mengingat prestasi tidak hanya berasal dari faktor bakat, namun dipengaruhi oleh faktor latihan yang dilakukan. Pelatihan merupakan proses di mana seorang atlet dipersiapkan untuk memiliki performa yang tinggi (Bompa dan Haff, 2009). Ada empat aspek pelatihan yang perlu diberikan pada proses pelatihan, yakni: fisik, teknik, taktik, dan mental (Giriwijoyo,dkk., 2005). Namun demikian, aspek latihan fisik merupakan prioritas utama dibandingkan dengan aspek yang lainnya. Aspek latihan fisik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kondisi fisik atlet, sedangkan komponen biomotorik dasar yang mencakup kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelentukan dan koordinasi (Tengkudung dan Puspitorini, 2012). Program pelatihan untuk meningkatkan kecepatan atlet harus memperhatikan metode latihan yang diterapkan dan sistem energi yang diperlukan. Pada aktivitas lari 100 meter dengan waktu tempuh kurang dari 30 detik, sistem energi yang dipergunakan adalah adinosine triphosat- creatin phosphate ( ATP-PC), dimana dalam 5 sampai dengan 6 detik pertama dari latihan maksimal ini berhubungan dengan jalur sumber utama produksi adinosine triphosat (ATP). Berkurangnya creatin phosphate (PC) terjadi dalam waktu 10 detik dari latihan fisik yang intensif. Oleh karena itu, jalur creatin phosphate (PC) sangat penting selama sprint 100 meter (Facey, dkk., 2013), sedangkan menurut Fox dalam Mulyanto (2005) pelatihan acceleration sprint adalah bentuk pelatihan

10 dengan peningkatan secara perlahan kecepatan berlari mulai dari jogging, diteruskan lari langkah lebar (strading) dan kemudian diteruskan dengan lari cepat 3 (sprinting). Menurut Harsono (1996), acceleration sprint adalah lari dengan peningkatan kecepatan secara bertahap mulai dari lari lambat kemudian semakin lama makin cepat. Kecepatan berlari secara bertahap meningkat dari jogging, kemudian melangkah panjang, dan diakhiri berlari pada kecepatan maksimum. Masing-masing komponen panjangnya 50 meter (Oxford, 2013). Acceleration sprint merupakan bentuk latihan yang sesuai untuk membentuk kecepatan dan daya ledak otot tungkai, dengan menggunakan sistem energi latihan berupa adinosine triphosat- creatin phosphate (ATP-PC). Bentuk pelatihan lari acceleration sprint dengan sifat progresif percepatan berlari dapat mengurangi risiko cedera otot (Oxford, 2013). Komponen biomotorik yang paling dominan dalam lari 100 meter adalah kecepatan dan daya ledak otot tungkai. Kecepatan lari ditentukan oleh dua aspek, yaitu panjang langkah dan frekuensi langkah (Pradana dan Wahyudi, 2010). Panjang langkah berpengaruh 90 % terhadap kecepatan maksimum individu (Nummela, dkk., 2007). Kecepatan lari selalu dihasilkan dari langkah panjang dan frekuensi langkah (Delecluse, dkk., 1998; Bezodis, 2012). Menurut Shen (2000), panjang langkah dan frekuensi langkah merupakan faktor penting yang mempengaruhi penampilan dari atlet lari 100 meter. Jadi seorang sprinter yang mempunyai tungkai yang panjang akan memiliki langkah yang lebih panjang, sedangkan frekuensi langkah (stride frequency) dipengaruhi oleh kekuatan dan kecepatan atlet tersebut setiap melakukan tolakan ketika berlari (Yudhana, 2014). Kondisi ini dibutuhkan karena pada saat pertandingan, seorang

11 4 pelari harus dapat belari dengan secepat cepatnya untuk sampai garis finish (Suryanto, 2008). Jadi dapat dikatakan bahwa kecepatan seorang sprinter merupakan kombinasi dari panjang langkah dan frekuensi langkah yang dihasilkan (Yudhana, 2014). Terdapat hubunggan antara panjang langkah dan frekuensi langkah untuk memaksimalkan kecepatan lari fase yang berbeda pada lari 100 meter (Mackala, dkk., 2015). Menurut Krzyztof dan Mero (2013), kecepatan berlari dapat didefinisikan banyaknya frekuensi dan panjang langkah. Parameter ini berhubungan dengan rasio optimal yang memungkinkan kecepatan berlari secara maksimal. Peningkatan kecepatan dapat dicapai dengan peningkatan panjang langkah atau frekuensi langkah. Meningkatkan panjang langkah atau frekuensi langkah secara bersamaan tergolong sulit dilakukan, karena terjadi saling ketergantungan. Oleh karena itu peningkatan salah satu faktor saja sudah dapat mengakibatkan peningkatan kecepatan lari, selama faktor lainnya tidak mengalami penurunan secara proporsional sama atau lebih besar (Krzyztof dan Mero, 2013). Untuk meningkatan kecepatan lari 100 meter maka dapat dilakukan dengan bentuk pelatihan yang menekankan pada panjang langkah atau frekuensi langkah. Sebagai upaya peningkatan prestasi lari 100 meter, diperlukan rekayasa terhadap bentuk latihan lari 100 meter. Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas, kecepatan dapat terbentuk dari panjang langkah dan frekuensi langkah, namun tidak dapat ditingkatkan secara bersama. Maka dalam penelitian ini peningkatan kecepatan dengan menekankan pada panjang langkah dan frekuensi langkah

12 5 Metode pelatihan lari acceleration sprint merupakan metode latihan untuk meningkatkan kecepatan(ambara, 2011). Dimana metode pelatihan lari acceleration sprint membagi lintasan latihan menjadi tiga bagian, yaitu dimulai dari lari jogging 50 meter, dilanjutkan lari agak cepat atau lari langkah panjang 50 meter dan bagian lari cepat sejauh 50 meter (Said, 2012). Jarak tempuh pelatihan lari acceleration 150 meter menurut Fox dalam Mulyanto (2005), jarak tempuh yang biasa dilakukan antara meter ( yard). Pada metode ini terjadi perbedaan mekanisme untuk melaksanakan pelatihan lari acceleration sprint, di mana pendapat pertama menyebutkan bahwa perlu penekankan lari agak cepat, sedangkan pendapat kedua menyatakan bahwa perlu menekanan lari dengan langkah panjang. Pada pelatihan lari acceleration sprint juga tidak diberikan informasi yang jelas terkait berapa panjang langkah yang harus digunakan, sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh ukuran panjang langkah yang optimal. Sebagai upaya penyempurnaan metode pelatihan lari acceleration sprint perlu penelitian lebih lanjut guna menetapkan ukuran dari panjang langkah maksimal yang dikaitkan dengan tinggi badan atlet. Bentuk latihan dalam olahraga merupakan beban yang harus diterima oleh fisik. Latihan merupakan salah satu stressor fisik yang dapat mengganggu homeostatis tubuh (Widiyanto, 2007). Latihan yang tidak menggunakan prinsipprinsip dasar latihan, menyebabkan gangguan pada proses adaptasi. Pembebanan latihan yang berat dan tidak mampu ditolelir menyebabkan terganggunya keseimbangan tubuh atau homeostatis, yang dapat berpengaruh terhadap kerusakan jaringan otot secara umum. Pelatihan fisik yang berlebihan

13 6 dapat berefek buruk pada kondisi homeostasis tubuh, yang akhirnya berpengaruh juga terhadap sistem kerja organ tubuh ( Indah, 2013). Suatu cara untuk mengetahui efek dari pelatihan, dapat dilakukan dengan mengukur kadar asam laktat darah. Laktat adalah salah satu parameter yang menunjukan kemampuan otot untuk kinerja atlet (Kaya, 2013). Pengukuran kadar asam laktat darah merupakan salah satu parameter yang penting dalam mengetahui kinerja bioenergetik otot (Bahri, dkk., 2007). Pengukuran kadar laktat penting dilakukan dalam sains olahraga untuk mengetahui ketahanan atlet selama latihan dan persiapan menghadapi kompetisi (Purnomo, dkk., 2012). Berkaitan dengan kemampuan otot untuk bekerja maksimal selama berolahraga untuk menjaga keharmonisan dan keseimbangan energi yang dibutuhkan selama aktivitas olahraga tersebut. Asam laktat merupakan indikator kelelahan (Bahri, dkk., 2009). Kelelahan otot dapat bersifat lokal maupun menyeluruh (Sarifin, 2010). Kelelahan suatu fenomena fisiologis, suatu proses terjadinya keadaan penurunan toleransi terhadap kerja fisik. Kelelahan otot membatasi kinerja otot (Sarifin, 2010). Kelelahan otot adalah kemampuan otot yang mengalami penurunan kemampuan kontraksi, karena suplai oksigen dalam sel otot menurun. Penurunan suplai oksigen akan mengakibatkan adinosine triphosat (ATP), yang dibutuhkan untuk tenaga kontraksi tidak dapat disintesis (Afriwardi dan Rezki, 2008). Aktivitas fisik yang dilakukan dengan menggunakan sistem energi utama anaerobik akan dapat merangsang produksi laktat, sehingga kadar laktat akan meningkat baik laktat dalam otot maupun dalam darah. Peningkatan kadar asam laktat, dapat mempengaruhi kemampuan kerja maksimal serabut otot,

14 7 menurunkan kinerja fisik dan merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kelelahan (Sugiharto dan Sumartiningsih, 2012). Dengan demikian, terdapat hubungan yang jelas antara produksi laktat dan kelelahan otot (Facey, dkk., 2013) Bila kondisi ini terjadi, atlet akan mengalami kelelahan yang berlebih, akhirnya akan menghambat pencapaian prestasi. Asidosis intraseluler terutama karena akumulasi asam laktat telah dianggap sebagai penyebab paling penting dari kelelahan otot rangka (Westerblad, dkk., 2002). Akumulasi sejumlah besar asam laktat dalam darah merupakan salah satu penyebab kelelahan (Rashidi,dkk., 2013). Menurut Taoutaou dalam Gharbi, dkk ( 2014), puncak asam laktat pasca-latihan tercapai sekitar tiga menit ketika ada pemulihan aktif dilakukan. Asam laktat merupakan indikasi kelelahan, yaitu suatu hasil sampingan dari metabolisme pembentukan energi (Bahri, dkk., 2009). Asam laktat yang berlebihan mengganggu kontraksi otot dan kompabilitas metabolisme. Asam laktat dan tingginya tingkat karbondioksida yang dihasilkan dalam usaha yang berat dikaitkan dengan kesukaran bernapas, kelelahan dan ketidaknyamanan (Rosdiani, 2012). Peningkatan asam laktat yang diikuti oleh peningkatan CO 2 dapat mengganggu kontraksi otot (Sharkey, 2011). Oleh karena itu perlu pengoptimalan pemulihan dari percepatan metabolisme laktat oleh organ yang menetralisir (Hartono, dkk., 2012). Cairan ekstraseluler berfungsi sebagai pengangkut hasil metabolisme ke hati untuk segera didaur ulang sebagai sumber energi, sehingga asam laktat dalam darah menurun (Darwis, dkk., 2007). Sedangkan dilihat dari perubahan biokimia, meningkatnya kadar asam laktat dalam otot dan darah akan mengakibatkan terjadinya perubahan

15 8 ph darah menjadi asam (Purnomo, 2011). Pemecahan glikogen menyebabkan akumulasi asam anorganik, yang secara kuantitatif meningkatkan asam laktat. Karena asam laktat adalah asam kuat, itu terdisosiasi menjadi laktat dan ion laktat akan memiliki sedikit efek pada kontraksi otot, namun mengurangi ph atau asidosis adalah penyebab klasik kelelahan otot rangka (Westerblad, dkk., 2002). Akumulasi laktat dapat berkontribusi terhadap kinerja fisik melalui gangguan keseimbangan asam basa dalam otot rangka selama latihan (Todd, 2014). Dalam keadaan istirahat, di dalam darah manusia konsentrasi asam laktat sekitar 0,9-1,0 mmol/l. Apabila diberikan beban latihan fisik yang semakin meningkat intensitasnya, maka konsentrasi asam laktat akan meningkat seiring dengan meningkatnya denyut jantung /nadi (Suhantono, 1997). Konsentrasi laktat berada antara 5-10 mg atau 0,5-1mMol/L dalam situasi normal. Konsentrasi asam laktat pada individu terlatih selama istirahat berkisar 0,5-2,2 mmol/l (Kaya, 2013). Laktat dapat meningkat 1,6-8,3 mmol/l selama sprint 100 meter (Facey, dkk., 2013). Aktivitas di lapangan menunjukkan bahwa peningkatan denyut jantung karena bertambahnya pembebanan, selalu diikuti dengan meningkatnya konsentrasi asam laktat darah. Hasil penelitian Bloomer dan Cole ( 2009) terhadap sekelompok laki-laki aktif pada latihan bench press, didapatkan peningkatan asam laktat antara sebelum dengan sesudah latihan. Pada penelitian ini, kadar asam laktat darah yang dihasilkan peserta pelatihan diukur dengan tujuan untuk mengetahui dan membandingkan bahwa latihan dapat menyebabkan akumulasi asam laktat yang besar. Menurut hasil penelitian Bahri, dkk., (2009) pada empat cabang olahraga dengan sampel empat sampai lima orang atlet

16 9 percabang dengan usia tahun. Hasil menunjukan kadar asam laktat sebelum latihan 40,13 ± 9,21mg/dL dan setelah latihan 276,77 ± 45,33 mg/dl. Penelitian perubahan kadar asam laktat darah dan performa anaerobik setelah recovery oksigen hiperbarik dan recovery aktif diperoleh kadar asam laktat darah berbeda bermakna antara kadar asam laktat darah prettest dan posttest dengan p< 0,05 (Hartono, dkk., 2012). Berdasarkan penelitian (Ad,dien, 2010; Pradana, 2010) telah membuktikan hubungan panjang tungkai dan frekuensi langkah terhadap kecepatan lari, sehingga pada penelitian ini dilakukan pengembangkan pelatihan lari sprint guna mendapatkan metode latihan yang berhubungan dengan peningkatan kecepatan lari, daya ledak otot tungkai, dan kadar asam laktat darah lebih rendah. Pelatihan modifikasi lari sprint ini juga memperhatikan sistem energi saat latihan, sehingga tujuan akhir dari modifikasi ini memperoleh model pelatihan yang dapat meningkatkan prestasi tanpa menimbulkan efek yang negatif terhadap perubahan fungsi tubuh, yaitu peningkatan kadar asam laktat darah yang tinggi. Dari uraian di atas maka dibutuhkan bentuk pelatihan modifikasi lari acceleration sprint yang menekankan pada panjang langkah dan frekuensi langkah. Dengan demikian dapat berimplikasi terhadap peningkatan kecepatan lari 100 meter, peningkatan daya ledak otot tungkai, dan kadar asam laktat darah lebih rendah. Berdasarkan pemikiran tersebut maka penelitian pelatihan modifikasi lari acceleration sprint perlu diteliti lebih lanjut sebagai penyempurnaan terhadap pelatihan olahraga khususnya pada cabang atletik nomor lari 100 meter yang bertujuan peningkatan prestasi.

17 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pelatihan modifikasi lari acceleration sprint lebih meningkatkan kecepatan lari 100 meter daripada pelatihan lari acceleration sprint pada mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali? 2. Apakah pelatihan modifikasi lari acceleration sprint lebih meningkatkan daya ledak otot tungkai daripada pelatihan lari acceleration sprint pada mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali? 3. Apakah pelatihan modifikasi lari acceleration sprint kadar asam laktat darah lebih rendah daripada pelatihan lari acceleration sprint pada mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Untuk menemukan metode latihan yang lebih baik guna meningkatkan kecepatan lari 100 meter, daya ledak otot tungkai, dan kadar asam laktat darah lebih rendah pada mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk membuktikan pelatihan modifikasi lari acceleration sprint lebih baik meningkatkan kecepatan lari 100 meter daripada pelatihan lari acceleration sprint pada mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali

18 11 2. Untuk membuktikan pelatihan modifikasi lari acceleration sprint lebih baik meningkatkan daya ledak otot tungkai daripada pelatihan lari acceleration sprint pada mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali 3. Untuk membuktikan pelatihan modifikasi lari acceleration sprint kadar asam laktat darah lebih rendah daripada pelatihan lari acceleration sprint pada mahasiswa FPOK IKIP PGRI Bali. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis Secara teoritis untuk memperoleh konsep ilmiah tentang pelatihan modifikasi lari acceleration sprint meningkatkan kecepatan, daya ledak otot tungkai dan kadar asam laktat darah lebih rendah. Serta menemukan metode pelatihan yang tepat dalam peningkatan kecepatan, daya ledak otot tungkai dan kadar asam laktat darah lebih rendah Manfaat praktis Secara praktis dapat dipergunakan sebagai pedoman oleh pelatih, guru olahraga, dan atlet serta masyarakat umum untuk diterapkan di lapangan dalam meningkatkan kecepatan, daya ledak otot tungkai,dan kadar asam laktata darah yang lebih rendah dalam aktivitas pelatihan olahraga di lapangan khususnya dalam nomor lari 100 meter putra.

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga Prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik merupakan dasar dari segala macam olahraga. Karena sebagian gerakannya dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga lainnya. Cabang atletik memiliki empat macam,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pendekatan ilmiah sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah di berbagai bidang, termasuk bidang olahraga. Untuk meningkatkan olahraga diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Aktifitas fisik dengan maksimal akan mengalami kelelahan. Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistika yang dilakukan pada tes

Lebih terperinci

KETAHANAN (ENDURANCE)

KETAHANAN (ENDURANCE) KETAHANAN (ENDURANCE) PENGERTIAN KETAHANAN Ketahanan adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung. Menurut Sukadiyanto (2002: 40) keuntungan bagi olahragawan

Lebih terperinci

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lari interval merupakan lari berdasarkan pada perubahan yang direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari yang diselingi oleh

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph I. Sigit, Serlyana Herman Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa suplemen tradisional (alami)

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol. 3, No.1, Hal , Juni 2017

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol. 3, No.1, Hal , Juni 2017 HUBUNGAN TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER MAHASISWA PUTRA FPOK IKIP PGRI BALI Dr. I Made Yoga Parwata, S.Pd., M.Kes. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali

Lebih terperinci

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain Sistem Energi Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila

BAB I PENDAHULUAN. dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan dasar yang dinamis dan harmonis, yaitu jalan, lari, lompat dan lempar. Bila dilihat dari

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LATIHAN LARI INTERVAL TERHADAP KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SEKOLAH SEPAK BOLA RUKUN AGAWE SANTOSA (RAS) KLATEN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: AISYAH LIFSANTIN NA IMA J 120 110 007

Lebih terperinci

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP LEBIH MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH DARI PADA PELATIHAN PLYOMETRIC BOX JUMP PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP PGRI 2 DENPASAR ABSTRAK Lompat jauh merupakan cabang atletik

Lebih terperinci

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha PENGARUH PELATIHAN MENARIK KATROL BEBAN 5 KG DUABELAS REPETISI TIGA SET DAN SEMBILN REPETISI EMPAT SET TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN SISWA SMK-1 DENPASAR Luh Putu Tuti Ariani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik adalah salah satu cabang olahraga yang tertua, yang dilakukan oleh manusia sejak zaman Yunani kuno sampai dewasa ini. Gerakan-gerakan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM:

ANAK AGUNG GEDE ANOM NIM: TESIS PELATIHAN BERJALAN DENGAN TANGAN JARAK 5 METER 5 REPETISI 4 SET LEBIH MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT LENGAN DARI PADA 4 REPETISI 5 SET PADA SISWA PUTRA KELAS VII SMP NEGERI 9 DENPASAR ANAK AGUNG GEDE

Lebih terperinci

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga merupakan salah satu kesatuan yang memiliki tujuan cukup luas antaranya adalah untuk prestasi, pendidikan, dan sebagai aktivitas untuk kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan olahraga terus meningkat dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumber daya manusia yang semakin maju. Dengan keadaan itu manusia

Lebih terperinci

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA Oleh: Sb Pranatahadi JARUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN: Anatomi Fisiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atletik itu terkandung unsur-unsur gerak dasar yang dibutuhkan oleh semua cabang

BAB I PENDAHULUAN. atletik itu terkandung unsur-unsur gerak dasar yang dibutuhkan oleh semua cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik dikatakan mother of sport atau ibu dari olahraga karena di dalam atletik itu terkandung unsur-unsur gerak dasar yang dibutuhkan oleh semua cabang olahraga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masase berfungsi untuk melancarkan peredaran darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu dengan tangan tangan atau alat-alat

Lebih terperinci

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap atlet pastilah memiliki tujuan untuk mencapai performa maksimal dalam setiap pertandingan yang diikutinya, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik dalam

Lebih terperinci

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia Perbedaan pengaruh metode latihan dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari (Studi eksperimen metode latihan lari cepat Akselerasi dan Repetisi pada siswa putra kelas 2 SMP Negeri 4 Pringsewu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak zaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan 50 BAB V HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan olahraga saat ini lebih maju dibandingkan masa sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diimplementasikan

Lebih terperinci

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang dikenal sejak ribuan tahun yang lalu dengan beberapa aturan permainan yang cukup menarik dan mudah diterima oleh kalangan

Lebih terperinci

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting

pinggang atau anggota badan yang diseberangkan melalui atas net. Dalam secara efektif. Teknik tersebut meliputi service, passing, dan yang terpenting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga voli adalah olahraga yang dimainkan oleh dua tim yang berusaha mematikan bola di lapangan lawan dengan cara dipantulkan menggunakan pinggang atau anggota badan

Lebih terperinci

Yan Indra Siregar. Abstrak

Yan Indra Siregar. Abstrak 120 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SLIDE JUMP SPRINT DENGAN LATIHAN DEPTH JUMP WITH LATERAL MOVEMENT TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DAN HASIL LARI 100 METER PADA MAHASISWA PKO STAMBUK 2014 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi merupakan salah satu faktor dalam pembangunan olahraga. Prestasi juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat status atau tingkat pencapaian dan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya

BAB I PENDAHULUAN. olahraga tidak akan datang dengan sendirinya, melainkan prestasi tertinggi hanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI Pendahuluan Manusia memerlukan energi untuk setiap sel-selnya menjalani fungsi kehidupan Adenosine Three Phosphate

Lebih terperinci

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku Sistem Energi Dalam Olahraga Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar mengukur seberapa besar energi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW Ahmad Syauqy 1, Cicip Rozana Rianti 1, Siti Kumairoh 1 1) Program Studi Ilmu Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan melayang diudara (Syarifudin, 1985) menjadi berbeda antara satu dengan yang lainnya (Benidektus, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan melayang diudara (Syarifudin, 1985) menjadi berbeda antara satu dengan yang lainnya (Benidektus, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lari Cepat 100 Meter Lari merupakan gerakan berpindah dengan tempat dengan maju ke depan yang dilakukan lebih cepat dari berjalan. Gerakan lari dan gerakan berjalan hampir sama,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan presentase, artinya dalam penelitian ini hanya ingin menggambarkan situasi yang saat ini sedang berlangsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah adalah jenis cabang olahraga yang disebut sebagai induk dari semua cabang olahraga, hal tersebut dapat dibuktikan dengan mengamati olahraga atletik yang didalamnya

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

Disarikan dari berbagai sumber. Oleh : Octavianus Matakupan

Disarikan dari berbagai sumber. Oleh : Octavianus Matakupan Disarikan dari berbagai sumber Oleh : Definisi: Harre; Bauersfeld dan Schrouter Yansen serta Zimmermann Letzelter : Dayatahan (Endurance) adalah Kemampuan melawan kelelahan, yang terlihat dengan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pencak silat adalah gerak bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena olahraga mempunyai beberapa tujuan seperti untuk pendidikan, rekreasi, kebugaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMPN 2 Maja tepatnya di kabupaten majalengka kecamatan maja. Populasi penelitian adalah semua siswa dan siswi yang mengikuti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi, Populasi, dan Waktu Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lapangan Hoki FIK UNY yang beralamatkan di Jalan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang perlu mendapat perhatian, pembinaan, dan pengembangan serta peningkatan prestasi. Peningkatan ini perlu, karena atletik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) dalam berolahraga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) dalam berolahraga BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian latihan Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) dalam berolahraga dengan menggunakan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017 PENGUKURAN KOMPONEN BIOMOTORIK MAHASISWA PUTRA SEMESTER V KELAS A FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI TAHUN 2017 I Gusti Putu Ngurah Adi Santika, S.Pd., M.Fis. Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Latihan Ada beberapa definisi yang diberikan para ahli dalam olahraga tentang makna dari latihan. Latihan sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa dalam setiap

Lebih terperinci

2015 UJI VALID ITAS D AN RELIABILITAS KONSTRUKSI ALAT UKUR POWER END URANCE TUNGKAI

2015 UJI VALID ITAS D AN RELIABILITAS KONSTRUKSI ALAT UKUR POWER END URANCE TUNGKAI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia olahraga semakin maju dan berkembang, berbagai penelitian dalam duniaolahraga pun semakin banyak yang muaranya tidaklah lain selain untuk semakin memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Latihan telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Latihan terbukti pula dapat meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atletik sebagai cabang olahraga tertua di dunia merupakan induk dari semua cabang olahraga yang dilakukan secara luas dan bisa dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga pada masa sekarang merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam olahraga maupun berolahraga terdapat berbagai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen kaleng lazim digunakan di dunia olahraga karena ada anggapan bahwa penggunaan oksigen kaleng mempercepat waktu istirahat menjadi pulih setelah tubuh lelah akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena gerakan-gerakannya merupakan dasar dari seluruh gerakan olahraga. Oleh karena itu atletik menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Hakikat Daya Ledak Otot Tungkai a. Pengertian Daya Ledak Daya ledak disebut juga sebagai kekuatan eksplosive. Daya ledak menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang Olahraga sepakbola merupakan salah satu cabang Olahraga yang saat ini sudah memasyarakat disemua lapisan masyarakat, baik dari usia anakanak, remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Athlon yang memiliki makna bertanding dan berlomba, Rahmat dan Hendrayana, (2007, hlm. 3). Selanjutnya istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan aktivitas fisik. Latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang tumbuh dan berkembang seiring dengan

Lebih terperinci

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017 JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017 THE RELATIONSHIP BETWEEN LOWER LIMB EXPLOSIVE POWER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Seluruh rangkaian penelitian ini akan dilaksanakan di Stadion Wilis Kota Madiun mulai dari pengelompokan, pengambilan sampel darah pretest,

Lebih terperinci

MASASE GENERAL SEBAGAI PEMULIHAN PASIF DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 METER. Komang Ayu Tri Widhiyanti, S.Or., M.Fis.

MASASE GENERAL SEBAGAI PEMULIHAN PASIF DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 METER. Komang Ayu Tri Widhiyanti, S.Or., M.Fis. MASASE GENERAL SEBAGAI PEMULIHAN PASIF DALAM MENINGKATKAN KECEPATAN LARI 100 METER Komang Ayu Tri Widhiyanti, S.Or., M.Fis. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP PGRI Bali Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Pada dasarnya belajar mengandung arti luas. Namun, secara prinsip belajar itu adalah perubahan dalam diri seseorang. Artinya, bahwa perbuatan belajar mengandung semacam

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) OLEH SUHARJANA FIK UNY PENGERTIAN LATIHAN Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan

Lebih terperinci

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS

NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS NARASI KEGIATAN PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT COACHING CLINICS ATHLETICS Oleh : RIA LUMINTUARSO NIP. 19621026 198812 1 001 DISPORA KABUPATEN PURWOREJO 11-13 PEBRUARI 2008 1 A. LANDASAN KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok

BAB IV ANALISIS DATA. Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok 40 BAB IV ANALISIS DATA A. Hasil Penelitian Pengolahan data yang dilakukan pada masing-masing kelompok menentukan jumlah keseluruhan dari hasil penelitian. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran Accutrend

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016 Isyani Dosen FPOK IKIP Mataram Email: duatujuhyard@yahoo.com Abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Asrama PPLP Sumatera Utara di Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 2.

Lebih terperinci

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU)

Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU) Oleh Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. (TIM PENGAMPU) ahmadnarulloh@yahoo.co.id DIPENGARUHI OLEH FAKTOR (Bompa, 2000): 1. Kondisi Fisik 2. Kemampuan Teknik 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat semakin sadar terhadap pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Di berbagai kota besar sudah mulai banyak bermunculan pusatpusat kebugaran tubuh

Lebih terperinci

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pedidikan Jasmani, dan Kesehatan Disusun oleh Nitya Nurul Fadilah Kelas 12.IPA 4 SMA NEGERI 1 TASIKMALAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebelumnya ke pelari berikutnya. Lari sambung atau lari estafet atau lari berantai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebelumnya ke pelari berikutnya. Lari sambung atau lari estafet atau lari berantai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sambung 2.1.1 Pengertian Lari Sambung Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak dijumpai pada nomor lari lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola adalah permainan bola besar yang dimainkan oleh dua tim dengan masing-masing beranggotakan sebelas orang. Sepak bola merupakan olahraga paling populer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak jaman peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah Universitas Pendidikan Indonesia yang beralamat di Jln. Dr. Setiabudhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian secara umum dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

Lebih terperinci

PENGARUH METODE LATIHAN TRIANGLE RUN TERHADAP DAYA TAHAN (VO2MAX) PADA ANGGOTA EKSTRAKULIKULER SEPAKBOLA SMA NEGERI 1 CABANGBUNGIN

PENGARUH METODE LATIHAN TRIANGLE RUN TERHADAP DAYA TAHAN (VO2MAX) PADA ANGGOTA EKSTRAKULIKULER SEPAKBOLA SMA NEGERI 1 CABANGBUNGIN PENGARUH METODE LATIHAN TRIANGLE RUN TERHADAP DAYA TAHAN (VO2MAX) PADA ANGGOTA EKSTRAKULIKULER SEPAKBOLA SMA NEGERI 1 CABANGBUNGIN Yunita Lasma Sireger 1, Hasan Sidik 2 Universitas Islam 45 Bekasi yunitajune@gmail.com

Lebih terperinci