BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan melayang diudara (Syarifudin, 1985) menjadi berbeda antara satu dengan yang lainnya (Benidektus, 2013).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. badan melayang diudara (Syarifudin, 1985) menjadi berbeda antara satu dengan yang lainnya (Benidektus, 2013)."

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lari Cepat 100 Meter Lari merupakan gerakan berpindah dengan tempat dengan maju ke depan yang dilakukan lebih cepat dari berjalan. Gerakan lari dan gerakan berjalan hampir sama, perbedaannya adalah jika berjalan kedua kaki selalu kontak atau berhubungan dengan tanah, sedangkan pada lari, ada saat badan melayang diudara (Syarifudin, 1985) Lari tidak hanya merupakan nomor lari yang di pertandingkan dalam cabang atletik saja, tetapi juga merupakan bagian yang terpenting hampir pada semua cabang olahraga. Gerakan lari untuk jenis lari adalah sama, akan tetapi berhubung adanya pembagian jarak tempuh dan penggunaan sistem energi yang berbeda, maka dalam pelaksanaannya teknik larinya menjadi berbeda antara satu dengan yang lainnya (Benidektus, 2013). Dalam cabang atletik, lari cepat atau biasa disebut dengan Sprint merupakan salah satu dari enam macam lari. Lari cepat dibagi menjadi tiga jarak, yaitu 100m, 200m, dan 400m (Widodo, 2010). Lari cepat 100 meter adalah jenis lari dimana sejak start hingga finish, haruslah dilakukan dengan sangat cepat dan kekuatan penuh sehingga menciptakan hasil atau catatan singkat dan cepat (Bompa, 2005). Lari cepat 100 meter atau sprint merupakan salah satu cabang olahraga lari jarak pendek yang sering diperlombakan baik tingkat Daerah, Provinsi, 8

2 9 Nasional, maupun tingkat Internasional. Dalam setiap perlombaan ini, para atlet selalu harus mengerahkan kekuatannya untuk berlari dengan kecepatan yang maksimal untuk menempuh jarak 100 meter (Suherman, 2008). Menurut Mujahir (2007) Sprint adalah perlombaan lari yang semua para pelarinya dengan kecepatan yang sangat penuh dengan menempuh jarak 100 meter, 200 meter, dan 400 meter. Kunci pertama yang harus diperhatikan dan harus dikuasai oleh para pelari cepat adalah start atau penolakan. Keterlambatan atau ketidaktelitian pada saat melakukan start, maka akan sangat merugikan para pelari cepat. Selain itu, dalam lari cepat atau sprint seorang pelari harus memiliki persediaan energi yang tersimpan atau kapasitas anaerobik. Pelari cepat yang baik membutuhkan reaksi yang cepat, kecepatan yang baik, lari yang efisien, dan ketepatan saat melakukan start, serta berusaha mempertahankan kecepatan dari awal hingga mencpai garis finish (Widodo, 2010). Mengembangkan kapasitas anaerobik, intensitas latihan yang dilakukan seorang pelari harus jelas dan tepat, terutama dalam hal kecepatan. Penggunaan energi bukanlah dilihat dari jarak tempuh yang ditempuh oleh seorang pelari cepat atau sprint, melainkan memperhatikan intensitas yakni kecepatannya. Semakin tinggi intensitas latihan, maka semakin tinggi pula kontribusi sumber energi anaerobik. Semakin tinggi kecepatannya, maka potensi untuk mengembangkan daya tahan anaerobik semakin besar (Bompa, 2005). Selain itu, jenis latihan yang diberikan

3 10 kepada pelari cepat juga harus di perhatikan, agar tujuan dari pelatihan sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh seorang pelari cepat (Ambara, 2011). 2.2 Teknik Gerakan Lari Cepat Sebelum mengetahui teknik-teknik dari lari cepat, seorang pelari harus mengetahui hal mendasar yang harus di pelajari dan dikuasai oleh seorang pelari. Menurut (Bompa, 1999) ada beberapa hal yang harus diperhatikan seorang pelari, yaitu : a. Tubuh sedikit condong ke depat saat berlari, kedua lengan sedikit fleksi 90 derajat dan diayunkan searah dengan gerakan saat berlari. b. Otot-otot bagian depan dan kedua lengan tetap dalam keadaan releks c. Tungkai bawah ditolakan dengan kuat sampai lurus, dan pengangkatan pada depan diusahakan sampai posisi sejajar dengan tanah d. Pinggang tetap dalam posisi ketinggian yang sama selama berlari e. Ketika mencapai finish, badan dicondongkan dengan serentak ke depan untuk mengantarkan bagian dada menyentuh pita. Selain tahapan-tahapan teknik gerakan diatas, seorang pelari cepat juga harus memiliki kemahiran dan pemahaman yang mendalam tentang tiga tipe atau macam gerakan yang paling penting dan mendasar dalam perlombaan lari cepat 100 meter, diantaranya adala gerakan start, gerakan

4 11 saat berlari dan gerakan saat mencapai finish. Ketiga gerakan tersebut harus dikuasai oleh seorang pelari. Berikut adalah penjelasan dari ketiga gerakan tersebut : a) Gerakan Start Start adalah persiapan awal bagi seorang pelari sebelum melakukan gerakan berlari (Purnomo, 2007). Tujuan utama dari start dalam lari jarak pendek adalah mengoptimalkan pola lari cepat. Aba-aba yang digunakan dan gerakan yang dilakukan oleh seorang pelari cepat (sprinter). Pertama Bersedia, setelah starter memberikan aba-aba bersedia, maka pelari akan menempatkan kedua kakinya menyentuh blok depan dan belakang, kemudian lutut kaki belakang diletakkan di tanah, terpisah selebar bahu. Jari-jari tangan membentuk V terbalik dan kepala dalam keadaan datar dengan punggung, sedangkan mata tetap menatap lurus ke bawah (Bompa, 2005). Berikut gambar posisi start pada aba-aba bersedia dilihat dari sisi samping dan sisi depan. Gambar 2.1 Gerakan Start Posisi Bersedia (Purnomo, 2007)

5 12 Gambar Gerakan Start Posisi Bersedia Sumber : Banung, 2012 Kedua Siap, setelah ada aba-aba siap, posisi badan seorang pelari adalah lutut ditekan ke belakang, lutut kaki depan ada dalam posisi membentuk sudut siku-siku 90 derajat, sedangkan kaki belakang pelari membentuk derajat. Dan posisi pinggang sedikit diangkat lebih tinggi dari bahu, tubuh sedikit condong ke depan, serta bahu agak maju ke depan dari dua tangan (Hadisasmita, 2000). Berikut gambar posisi start dalam aba-aba siap yang dilihat dari sisi samping.

6 13 Gambar 2.2 Gerakan Start Posisi Siap (Purnomo, 2007) Gerakan Start Posisi Siap Sumber : Banung, 2012

7 14 Ketiga Yaak, setelah seorang starter memberikan aba-aba, maka gerakan seorang pelari adalah badan diluruskan dan diangkat pada saat kedua kaki menolak atau menekan keras pada start blok, dan kedua tangan diangkat dari tanah secara bersamaan untuk kemudian diayunkan bergantian. Kaki belakang mendorong lebih kuat, dorongan kaki depan sedikit demi sedikit, namun tidak lama, kaki belakang diayunkan ke depan dengan cepat sedangkan badan condong ke depan, lutut dan pinggang diluruskan penuh pada saat akhir dorongan (Hamidsyah, 2000). Berikut gambar posisi start dari aba-aba bersedia, siap, dan yak. Gambar Gerakan Start Posisi Yaak Sumber : Banung, 2012

8 15 Gambar 2.3 Gerakan Start Posisi Yaak (Purnomo, 2007) b) Gerakan Pada Saat Berlari Setelah melakukan gerakan start yang benar, seorang pelari juga harus mengetahui gerakan pada saat berlari. Berikut gerakan saat berlari menurut Muhajir (2007). Pertama, kaki bertolak kuat sampai lurus. Lutut diangkat setinggi panggul, tungkai bawah mengayun ke depan unruk mencapai langkah yang lebar dan sesuai dengan panjang tungkai setiap pelari. Kedua, badan tetap dalam keadaan releks, condong ke depan dengan lutut antara derajat. Hal ini akan terjadi bila gerakan pada lengan tidak berlebihan. Dan Ketiga, lengan berada disamping tubuh secara wajar. Siku ditekuk 90 derajat. Tangan menggenggam kendor. Ayunan tangan ke depan dan ke belakang harus secara wajar, dan gerakan lengan makin cepat berimbang dengan gerakan kaki yang makin cepat. Gerakan tangan dan tungkai harus saling berkesinambungan satu dengan yang lainnya agar kecepatan lari makin cepat (Harsono, 2005).

9 16 Gambar 2.4 Gerakan pada saat berlari (Harsono, 2005) c) Gerakan Melewati garis finish Pelari dikatakan sudah mencapai garis finish, apabila bagianbagian tubuhnya sudah dalam bidang vertikal dari sisi terdekat garis finish, sesuai dengan peraturan dan garis yang telah disediakan. Dan bagian tubuh yang dimaksud adalah kepala, leher, lengan dan kaki. Ada beberapa cara yang harus dilakukan seorang pelari pada saat melewati garis finish. Pertama, lari tetap dalam keadaan lari yang benar dan sikap yang wajar. Kedua, dada lebih condong kedepan, kedua tangang diayunkan kebawah belakang. Ketiga, dada diputar dengan diayunkan tangan ke depan atas sehingga bahu sebelah maju ke depan (Galatang, 2009).

10 Latihan Fisik Gambar 2.5 Gerakan Melewati Garis Finish (Hamidsyah, 2000) Banyak para ahli yang mengemukakan tantang pengertian atau definisi Pelatihan atau latihan. Menurut Sukadiyanto (2005) yang mengatakan bahwa latihan merupakan suatu proses perubahan kearah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional tubuh, dan kualitas psikis dari seseorang. Dan pengertian latihan dalam bidang olahraga adalah untuk meningkatkan penampilan olahraga dalam melakukan aktivitas atau latihan harus sistematis. Sistematis yang dimaksud disini adalah setiap aktivitas harus disesuaikan dengan kemapuan masing-masing orang, dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang rumit,. Selain itu, harus tetap diingat bahwa ketika melakukan latihan, seseorang harus memperhatikan pengulangan dari setiap aktivitas yang dilakukan.

11 18 Pelatihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematis dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif, dan individual, yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan atau direncanakan (Bompa, 1999). Pelatihan dilakukan dengan sistematis dimksudkan agar latihan dilakukan secara terencana, menurut jadwal, menuru pola dan sistem tertentu. Latihan memperoleh unsur pengulangan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan fisik dalam melakukan kerja, latihan dapat juga ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dalam gerakan, agar gerakangerakan yang semula sulit untuk dilakukan menjadi semakin mudah dan otomatis dalam pelaksaannya sehingga semakin menghemat energi (Bompa, 2005) Latihan fisik pada prinsipnya adalah memberikan tekan fisik pada tubuh seseorang secara teratur, sistematik, berkesinambungan, sedemikian rupa sehingga meningkatkan kemampuan fisik atau daya tahan (endurance) fisik, baik daya tahan aerobik maupun daya tahan anaerobik. Latihan fisik dapat dituangkan dalam suatu program latihan yang baik akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata. Latihan fisik yang benar haruslah diawali dengan peregangan, dan kemudian dilanjutkan dengan pemanasan. Dimana peregangan bertujuan untuk kelentukan tetap dan untuk mencegah cidera, sedangkan pemanasan betujuan untuk mempersiapkan sirkulasi darah serta mempersiapkan tubuh untuk melakukan gerakan yang lebih maksimal lagi nantinya (Syarifudin, 1992)

12 Prinsip-Prinsip Latihan Sebelum melakukan latihan fisik secara kompleks, ada baiknya mengetahui beberapa prinsip-prinsip dari latihan itu sendiri terlebih dahulu. Agar tujuan dari latihan dapat tercapai sesuai dengan yang di harapkan. Adapun prinsip-prinsip latihan sebagai berikut (Bompa, 2005) : 1) Prinsip Beban Berlebih (Overload Principle) Untuk mendapatkan efek latihan yang baik, tubuh haruslah diberikan beban yang melebihi beban aktivitas sehari-hari. Dengan beban berlebih, memaksa otor untuk berkontraksi secara maksimal, sehingga merangsang adaptasi fisiologis yang akan mengembangkan kekuatan dan daya tahan (Bompa, 1999). 2) Prinsip Beban Bertambah Prinsip beban bertambah dilakukan dengan meningkatkan beban secara bertahap dalam suatu program latihan. Hal ini dilakukan dengan mengatur peningkatan intensitas, frekuensi, dan lamanya latihan (Sukarman, 1998). Setelaj melakukan latihan beberapa kali, tubuh akan beradaptasi terhadap beban yang diatasinya. Jika beban latihan telah mencapai suatu kriteria tertentu, tibuh akan terbiasan dengan beban tersebut, dan apabila beban tersebut tidak ditambahkan, maka kemampuannya juga tidak akan bertambah. Maka dari itu diperlukan untuk menambah sedikit demi sedikit beban latihan (Mujahir, 20007).

13 20 3) Prinsip Latihan Beraturan Prinsip ini bertujuan agar beban latihan tertuju dan tersusun menurut besar dan tempat fungsi otot. Hendaknya latihan dilakukan atau dimulai dari otot besar menuju otot yang lebih kecil. Hal ini karena pada otot besar lebih mudah pelaksaannya dan otot kecil cenderung lebih sulit dilakukan latihannya dan lebih cepat lelah dibandingkan dengan otot besar. Dan untuk menjamin waktu pemulihan dari otot itu sendiri, tidak dianjurkan atau diperbolehkan untuk melakukan latihan berturut-turut di otot yang sama (Fox, 1998). 4) Prinsip Kekhususan Prinsip kekhususan dapat juga disebut dengan prinsip spesialisasi. Pengaruh yang ditimbulkan latihan itu akan bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi fisik pola gerakan, dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Manfaat yang bisa diperoleh dari rangsangan latihan hanyalah akan terjadi apabila rangsangan tersebut mirip atau merupakan replikasi dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam suatu cabang olahraga. Misalnya program latihan yang dilakukan atau disusun untuk meningkatkan kecepatan lari juga harus berpegang pada prinsip kekhususan latihan ini. baik pola gerak, jenis kontraksi, kelompok otot yang dilatih, atau sistem energi yang dikembangkan dalam latihan (Nala, 2011).

14 21 5) Prinsip Individual Setiap individu pastilah memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Begitu pula dalam hal latihan, perbedaan yang ada misalnya berapa kali dilakukan dalam perminggu, dan lama latihan adalah berapa bulan atau minggu program latihan itu dijalankan, serta berapa lama latihan dilakukan setiap kali latihan (Bompa, 1999). 6) Prinsip Reversibilitas Kemampuan fisik seseorang tidak menetap, tetapi dapat berubah sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Keaktifan seseorang melakukan sebuah latihan fisik dapat meningkatkan kemampuan fisik, sebaliknya ketidakaktifan latihan seseorang akan menimbulkan kemunduran kemampuan fisik. Berdasarkan prinsip ini, latihan fisik haruslah dilakukan dengan teratur dan kontinyu (Purnomo, 2007). 2.5 Perubahan Yang Terjadi Akibat Latihan Latihan yang dilakukan secara teratur dan sistematis akan memepengaruhi bergai perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Perubahan yang terjadi baik menghasilkan perubahan-perubahan fisiologis yang mengarah pada perubahan kemampuan fungsi tubuh. Perubahanperubahan tersebut akan dijabarkan menurut Fox (1998 ) :

15 22 1) Perubahan Biokimia Perubahan dalam otot rangka dikelompokkan menjadi dua, yaitu karena disebabkan oleh latihan aerobik dan karena disebabkan oleh latihan anaerobik. Dan berikut lebih jelas perubahan yang terjadi : a. Perubahan Akibat Latihan Aerobik 1. Meningkatnya cadangan glokusa dan trigliserida, 2. Meningkatnya ekstraksi oksigen yang disebabkan adanya peningkatan konsentrasi myoglobin, 3. Meningkatnya pengangkutan oksigen melalui vaskularisasi karena jumlah kapiler dalam otot meningkan, 4. Bertambahnya tempat untuk memproduksi energi karena bertambahnya ukuran dan jumalah mitokondria, 5. Terjadi peningkatan produksi ATP melalui sistem aerobik, karena jumlah enzim oksidatif meningkat sangat banyak (Guyton, 2007) b. Perubahan Akibat Latihan Anaerobik 1. Peningkatan sistem ATP-PC yang seiring dengan meningkatnya cadangan ATP-PC, 2. Peningkatan cadangan glukosa dan aktivitas enzim-enzim glikolitik, 3. Meningkatnya kecepatan kontraksi otot, 4. Hipertropi otot (Meningkatnya area crossectional, dengan demikian meningkatkan kekuatan otot, meningkatnya jumlah dan ukuran myofibril per serabut otot, meningkatnya jumlah aktin dan myosin, meningkatnya diameter serabut otot.). 5. Meningkatnya densitas kapiler per serabut otot, 6. Meningkatnya kekuatan tendon dan ligament, 7. Meningkatnya

16 23 kekuatan rekruitmen motor unit, 8. Meningkatnya berat tubuh tanpa lemak (Guyton, 2007). 2) Perubahan Pada Sistem Kardiosrespiratori a. Hipertropi Jantung Pada latihan aerobik, meningkatnya ukuran jantung disebabkan oleh bertambahnya luar ventrikel kiri tanpa disertai dengan penambahan dinding ventrikel, sedangkan pada latihan anaerobik perubahan ukuran jantung disebabkan karena terjadi penebalan dinding ventrikel (Nala, 2011). b. Bertambahnya volume sekuncup jantung Dengan bertambahnya luas chamber (bagian dan ventrikel kiri), bertambah tebalnya dinding vaentrikel, dan ekstensibilitas, serta kontraksi jantng maka volume darah yang dipancarkan setiap detak jantung menjadi lebih banyak (Guyton, 2007). c. Menurunnya frekuensi detak jantung pada saat istirahat Cardiac output yang dibutuhkan pada saat istirahat adalah konstan, dengan meningkatnya isi sekuncup jantung maka frekuensi detak jantung akan menurun (Nala, 2002). d. Meningkatnya volume darah dan hemoglobin Latihan merangsang peningkatan plasma dan volume sel- sel darah merah, dengan demikian pengangkutan oksigen dan pemberihan kembali menjadi lebih efektif (Nala, 1992).

17 24 e. Tekanan darah Latihan akan dapat menurunkan tekanan darah (Guyton, 2007) f. Sistem Respiratori Meningkatkan volume paru secara keseluruhan, dan ada orang-orang tertentu meningkatkan kapasitas difusi pulmonal. (Guyton, 2007) 3) Sistem Energi Latihan Energi didefinisikan sebagai kapasitas atau kemampuan untuk melakukan kerja. Didefinisikan sebagai penerapan dari suatu gaya melalui suatu jarak, dengan demikian, energi dan kerja tidak dapat dipisahkan. Energi yang digunakan untuk kerja otot tergantung pada intensitas, frekuensi, serta ritme dan durasi latihan. Energi yang diperlukan untuk suatu kegiatan atau kontraksi otot tidak dapat diserap langsung dari makanan yang dimakan, akan tetapi diperoleh dari persenyawaan yang disebut ATP (Adenosine Triphosphate). ATP inilah yang merupakan sumber energi yang langsung dipergunakan otot untuk melakukan kontraksi. ATP terdiri dari komponen yang kompleks yaitu 1 komponen adenosine dan 3 komponen phosphate. ATP ini tersimpan dalan otot skeletal dan dalam jumlah yang sangat terbatas, karenanya ATP ini cepat habis. Otot tetap berlangsung, maka ATP ini harus diisi kembali melalui penguraian zat-zat lain yang tersimpan didalam otot. ATP bisa diberikan pada sel-sel otot melalui 3 cara, yaitu 2 secara anaerobik dan 1 secara aerobic. Ketiga cara itu adalah

18 25 a. ATP-PC (Adenosine Triphosphate-Phosphocreatine) ATP-PC sudah tersimpan didalam otot, keduanya dapat memberikan energi yang cukup dalam usaha fisik maksimal yang dilakukan dalam waktu 5-10 detik. b. Sistem LA (Lactic Acid) Jika usaha fisik maksimal dilakukan terus diluar sistem energy phosphate, energy akan dipenuhi melalui persediaan glikogen yang ada di dalam otot-otot yang aktif. Energi anaerobik yang dihasilkan dari glikogen ini memproduksi asal laktat (LA) yang mengakibatkan kelelahan. Aktivitas maksimal dalam waktu detik menimbulkan akumulasi LA maksimal. c. Sistem O2 (Oxygen) atau sistem aerobik Kaitannya dengan sistem energi yang telah diuraikan, kebanyakan cabang olahraga menggunakannya secara kombinasi. Kegiatan fisik dalam waktu singkat dan eksplosif sebagian besar energy diperoleh dari sistem energi anaerobik (ATP-PC dan LA). Kegiatan fisik dalam jangka waktu yang lama, energinya dicukupi dari sistem aerobik.

19 26 Secara ringkas karakteristik dari sistem energi yang telah dikemukakan diatas dapat dirangkum sebagai berikut : SISTEM ATP-PC SISTEM ASAM LAKTAT (LA) SISTEM OKSIGEN (O2) Anaerobik (Tanpa Oksigen) Anaerobik Aerobik (dengan oksigen) Sangat cepat Cepat Lambat Bahan bakar dari PC (phosphocreatine) Produksi ATP sangat terbatas Dengan simpanan diotot yang terbatas Menggunakan aktivitas lari cepat atau berbagai daya ledak yang tinggi, dengan aktivitas pendek Bahan bakar dari glikogen Produksi ATP terbatas Dengan memproduksi asam laktat, menyebabkan kelelahan otot Menggunakan aktivitas dengan durasi antara 1-3 menit Bahan bakar dari glikogen, lemak, dan protein Produksi ATP bukan tak terbatas Dengan memproduksi kembali, tidak melelahkan Menggunakan daya tahan atau aktivitas dengan durasi yang panjang Gambar 2.6 Karakteristik umum sistem energi (Fox, 1998) 2.6 Prosedur Latihan Prosedur latihan sangatlah penting diketahui oleh seorang pelatih dan atlet. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya cedera pada pelari yang hendak latihan. Selain prinsip latihan, prosedur latihan juga tidak kalah pentingnya. Dan berikut prosedur latihan yang harus diperhatikan :

20 Pemanasan Suatu kegiatan atau aktivitas sangat perlu dilakukan pemanasan. Hal ini dikarenakan pada saat beristirahat sistem tubuh berada dalam keadaan tidak aktif. Untuk itu diperlukan adaptasi selama beberapa menit, baik fisik maupun fisiologis dari sifat pasif ke aktif. Selama pemanasan terjadi peningkatan intensitas secara progresif, manaikkan kapasitas organ tubuh serta fungsi saraf, diikuti dengan proses metabolik yang lebih cepat akibatnya aliran darah meningkat, suhu tubuh naik sehingga merangsang pusat pernafasan untuk meningkatkan oksigen ke sel otot dan organ tubuh lainnya (Nala, 2011). Pemanasan yang dipilih dalam penelitian ini adalah dengan pemanasan secara aktif yaitu dengan aktivitas fisik, yaitu dengan menggerakkan seluruh otot tubuh, terutama pada otot tungkai dan peregangan otot tungkai serta lari-lari kecil. Pemanasan dilakukan sekitar 5-10 menit Pelatihan inti Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan komponen biomotorik kecepatan dapat ditempuh dengan metode progresi yang diawali dengan intensitas, volume, dan frekuensi yang rendah kemudian ditingkatkan secara perlahan dan bertahap (Nala,2002). Metode latihan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lari akselerasi dan lari interval. Dimana kedua latihan ini adalah latihan untuk meningkat kecepatan lari 100 meter. Latihan lari akselerasi adalah latihan

21 28 yang dimulai dengan lari lambat, langkah cepat, lari cepat, dan jalan. Dan latihan lari interval adalah latihan lari yang dimulai dengan lari cepat, istirahat, lati cepat, istirahat. Latihan intu diulang-ulang, dengan istirahat yang di maksud adalah berjalan. Repetisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 repetise dengan 3 set Pendinginan Pendinginan dilakukan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke keadaan semula. Tujuan utama dari pendinginan adalah menarik kembali darah yang ada dan berkumpul di otot skeletal yang telah aktif sebelumnya keperedaran sentral. Selain itu berfungsi pula untuk membersihkan darah dari sisa hasil metabolisme berupa tumpukan asam laktat yang berada di dalam otot dan darah (Nala, 2002). Bentuk latihan untuk pendinginan dapat dilakukan dengan aktif, yaitu dengan melakukan olahraga atau aktivitas tidak langsung duduk, tapi melakukan gerakan-gerakan ringan, misalnya berjalan, menggerakkan otot secara ringan (Nala, 1992). Dalam penelitian ini, peneliti memberikan gerakan-gerakan ringan dari tubuh bagian atas yaitu dari kepala, leher, bahu, lengan, pinggang, dan kemudian gerakan ringan ke anggota gerak bawah. Selanjutnya melakukan olah nafas dengan melakukan manarik nafas panjang dan perlahan serta menghembuskannya secara perlahan pula. Latihan ini bertujuan agar mempercepat pemulihan dari kelelahan setelah melakukan latihan, dan mengembalikan tubuh kekondisi sebelum latihan dilakukan.

22 Kecepatan Lari Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan yang berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Sajoto, 1995). Pendapat lain mengemukakan menurut Nurhasan (2003) kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk menggerakkan tubuhnya atau bagian tubuhnya melalui satu ruang gerak tertentu. Kecepatan mengandung unsur adanya jarak tempuh dan waktu tempuh terhadap rangsangan yang muncul. Untuk itu kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik yang lainnya atau untuk mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan dalam waktu yang sesingkatsingkatnya (Nala, 2002). Kecepatan merupakan salah satu aspek kondisi fisik yang penting untuk berbagai cabang atletik. kecepatan berpengaruh terhadap aktivitas olahraga yang membutuhkan gerakan kecepatan. Kecepatan lari merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang diperlukan pada berbagai cabang olahraga. Kecepatan adalah kemampuan untuk berjalan, berlari, dan bergerak dengan sangat cepat (Tangkudung, 2006). Jadi kecepatan lari dapat didefinisikan sebagai catatan waktu yang ditempuh seorang pelari untuk melakukan gerakan lari dengan menempuh jarak tertentu.

23 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Lari Kecepatan adalah salah satu komponen biomotorik yang sangat penting dalam olahraga dan merupakan kemempuan untuk bergerak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan lari seseorang. Kecepatan lari seseorng dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut : heriditas, waktu reaksi, kecepatan mengatasi hambatan eksternal, teknik, konsentrasi, dan kemauan yang keras, serta elastisitas otot (Bompa, 2005). Berkaitan dengan hal yang sama yaitu tentang kecepatan lari, Fox (1993) mengemukakan bahwa kecepatan lari cepat atau sprint dipengaruhi oleh kemampuan dan kecepatan anaerob, dan faktor yang mempengaruhi kedua hal tersebut adalah jenis serabut otot - distribusi serabut otot cepat (fast twitch fiber) dan otot lambat (slow twitch fiber), koordinasi otot syaraf, faktor biomekanika, dan kekuatan otot. Dan atlet lari jarak pendek memiliki komposisi serabut otot cepat lebih besar dibbandingkan dengan serabut otot lambat sehingga kecepatan gerakan lebih tinggi (Guyton, 2007). Dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan secara garis besar, bahwa kecepatan lari dapat di pengaruhi dari faktor internal, faktor eksternal dan faktor pelatihan yang diberikan pada seorang pelari (Nala, 2002).

24 Faktor Internal a. Umur Seluruh komponen biomotorik dipengaruhi oleh umur. Biasanya kecepatan lebih rendah pada usia anak-anak dan meningkat di usia remaja, dan mencapai puncaknya pada usia 25 tahun (Nala, 2011). b. Genetik Pengaruh genetik terhadap kecepatan, kekuatan dan daya tahan pada umumnya berhubungan dengan komposisi serabut otot yang terdiri dari serabut otot putih dan serabut otot merah. Seorang yang memiliki lebih banyak serabut otot putih mampu untuk melakukan kegiatan yang bersifat anaerobik, seperti pelari jarak pendek sedangkan yang lebih banyak memiliki serabut otot merah lebih tepat melakukan kegiatan yang bersifat aerobik, seperti pelari jarak jauh. Dengan demikian, faktor genetic juga mempengaruhi kecepatan lari, namun di lapangan sangat sulit untuk mengetahui dan menerapkan hal tersebut. Hanya saja bahwa disini kita hanya perlu untuk mengetahui serabut otot dan mengetahui fungsinya yang masing-masing berbeda (Nala, 2011). c. Jenis Kelamin Faktor yang satu ini memang sangat mempengaruhi segala macam olahraga. Perbedaan kekuatan otot, proporsi dan bersar otot dalam tubuh pria dan wanita sangatlah berbeda. Jumalah lemak dalam tubuh pada usia yang sama antara pri dan wanita juga berbeda. Perbedaan nilai kekuatan otot dan massa otot disetiap kelompok otot juga berbeda. Dengan

25 32 demikian jelas bahwa jenis kelamin mempengaruhi kecepatan lari (Nahak, 2014) d. Berat Badan Berat badan adalah ukuran anthopometrik untuk menilai kondisi tubuh (Maksum, 2007). Berat badan yang sering dianggap memperlambat gerak seseorang, hal ini juga mempengaruhi kecepatan lari seseorang. Karena berat badan merupakan gaya berat yang dipengaruhi oleh percepatan gravitasi. e. Tinggi Badan Tinggi badan adalah jarak vertikal yang diukur dari lantai sampai ke kepala bagian atas (Maksum, 2007). Pada hakekatnya tinggi badan merupakan salah satu aspek biologis dari manusia yang merupakan bagian dari struktur dan postur tubuh. Secara teknis, postur tubuh sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang untuk bergerak dan beraktivitas olahraga. f. Panjang Tungkai Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah yang sangat berperan dalam cabang olahraga lari. Panjang tungkai itu sendiri diukur dari pinggang sampai ujung tumit bagian bawah. Ukuran tungkai setiap orangnya pasti berbeda-beda. sekalipun ukuran tingginya sama, akan tetapi ukuran bagian tubuh bagian bawah pasti berbeda setiap orangnya. Semakin panjang tungkai seseorang memungkinkan untuk melangkah

26 33 lebih efisien dan jauh. Maka panjang tungkai juga mempengaruhi kecepatan lari seseorang (Nahak, 2014). g. Indek Masa Tubuh Indek Masa Tubuth (IMT) atau yang bisa disebut Body Mass Index adalah sebuah ukuran berat terhadap tinggi badan yang umum digunakan untuk golongan orang dewasa ke dalam kategori underweight (kekurangan berat badan), overweight (kelebihan berat badan), dan obesitas (kegemukan). Untuk memperoleh nilai atau kategori IMT, dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan, yaitu dengan membagi berat badan dalam kilogram, dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter. Kemudain hasil dari pembagian tersebut dicocokkan dengan tabel yang telah disepakati oleh organisasi kesehatan (WHO, 2005). Berikut table klasifikasi IMT menurut WHO : Tabel 2.1 Klasifikasi IMT (WHO, 2005) KALSIFIKASI Underweight Normal Overweight Obesitas IMT < 18, > > h. Kebugaran Fisik Kebugaran Fisik merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa merasa lelah dan masih memiliki cadangan energy. Kebugaran fisik sangat diperlukan oleh setiap individu untuk dapat

27 34 melakukan kegiatan dengan baik. Begitu pula dalam berolahraga, kebugaran fisik sangat penting untuk menunjang kecepatan gerak seseorang (Nala, 2011) Faktor Eksternal a. Suhu dan Kelembaban Suhu lingkungan yang ekstrim akan sangat mempengaruhi kecepatan lari seseorang. Pelatihan yang dilakukan di udara yang panas menyebabkan pelari mengalami dehidrasi. Sebaliknya jika latihan dilakukan pada udara yang sangat dingin, maka pelari akan mudah kram. Karena faktor eksternal seperti ini tidak dapat dikendalikan oleh peneliti, maka nantinya peneliti akan melakukan latihan ditempat yang sekiranya nyaman bagi para pelari (Nurhasan, 2003). b. Arah dan Kecepatan Angin Kecepatan angin yang terlalu tinggi akan mengahambat gerakan berlari yang pastinya akan mempengaruhi kecepatan dari pelari itu sendiri (Nurhasan, 2003). c. Ketinggian tempat Semakin tinggi suatu tempat, maka semakin rendah kadar oksigen di tempat tersebut dan akan mempengaruhi kinerja dari atlet. Kondisi ini akan memerlukan proses adaptasi yang harus dilakukan dari seorang atlet. Selain faktor lingkungan di atas, asupan makanan juga dapat

28 35 mempengaruhi kecepatan. Ketersediaan nutrisi di dalam tubuh akan mempengaruhi kinerja otot (Nahak, 2014) Faktor Latihan Faktor yang paling mendukung terhadap kecepatan lari seseorang adalah faktor latihan yang diberikan oleh pelatih. Ada berbagai latihan yang digunakan untuk meningkatkan kecepatan seorang pelari. Setiap latihan memiliki dampak dan tujuan yang berbeda satungan yang lainnya (Syarifudin, 1992). Misalnya, latihan lari jarak pendek. Latihan ini merupakan latihan lari dalam jangka waktu yang singkat, diulang-ulang dalam intensitas tinggi dengan tujuuan latihan adalah meningkatkan kapasitas anaerob khususnya kekuatan otot, kecepatan dan power. Serta Faktor latihanlatihan yang diberikan yang nantinya akan mempengaruhi kecepatan lari seseorang. Maka haruslah dipertimbangakan latihan yang tepat dan tujuan yang ingin dicapai dari latihan tersebut (Tangkudung, 2006). 2.9 Metode Latihan Lari Akselerasi Metode latihan lari akselerasi adalah suatu bentuk latihan yang dimulai dari pelan, semakin cepat dan lari secepatnya. Untuk mencapai kecepatan maksimum seorang pelari harus mampu mengembangkan kecepatan startnya secepat mungkin. Akselerasi adalah pertambahan secara gradual dalam kecepatan lari, mulai dari pelan-pelan, semakin cepat, lari secepatnya dalam jarak yard (Fox, 1992).

29 36 Latihan akselerasi sebenarnya cocok diberikan untuk atlet pemula karena terdapat penyesuaian lari dari jogging, langkah cepat sampai ke lari cepat, disamping menghindari terjadinya cedera, latihan ini juga merupakan cara yang paling baik untuk meningkatkan kecepatan. Pada periode latihan akselerasi pelaksaannya dapat dikontrol dengan waktu atau jarak. Dianjurkan agar atlet sedikit demi sedikit meningkatkan percepatannya sampai mencapai kecepatan penuh. Kecepatan harus di pertahankan selama 5 sampai 15 detik atau kalau jarak yang di kontrol kira-kira 50 sampai 100 meter. kemudian berangsur-angsur mengurangi kecepatannya sampai menjadi langkah yang ringan. Pada periode pemulihan yang harus dilakukan dengan cukup, namun dapat dilakukan dengan aktif (jalan). Seperti yang dianjurkan bahwa pada periode pemulihan harus terdiri dari jalan sepanjang meter (Putra, 2011). Komponen-komponen latihan lari akselerasi terdiri dari : Joging, striding, sprinting, walk. Membutuhkan peningkatan sedikit demi sedikit dari lari pelan (Joging) ke langkah panjang (Striding) dan akhirnya lari cepat (sprint). Dengan demikian cara ini dapat mengurangi kemungkinan cedera otot. Latihan lari akselerasi sangat diperlukan untuk peningkatan sprint dan untuk olahraga yang memerlukan kecepatan mendadak (Benikdektus, 2013). Selain itu, lari akselerasi mengembangkan sistem energi ATP-PC dan LA sebesar 90%, LA dan O2 sebesar 5%, serta O2 sebesar 5% (Fox, 1992).

30 Metode Latihan Lari Interval Latihan Lari interval merupakan pemberian beban pada tubuh dalam waktu singkat tetapi teratur dan berulang-ulang diselingi dengan pemulihan yang memadai seperti lari diselingi dengan jalan (Nala, 2011). Latihan interval adalah suatu bentuk latiahan yang diselingi oleh interval berupa masa istirahat (Suherman, 2008). Sistem organ dalam tubuh yang paling berpengaruh dan sangat berperan dalam latihan interval ini adalah sistem kardiorespirasi. Konsumsi oksigen dan fentilasi paru meningkat sekitar 20 kali pada aktivitas fisik latihan dengan intensitas maksimal (Guyton,2007). Beberapa faktor yang harus dipenuhi dalam menyusun latihan interval antara lain : lama latiahan, beban latihan, ulangan latihan, masa istirahat setiap repetisi pelatihan. Lamanya latihan dapat diartikan dalam jarak lari yang harus ditempuh, beban latihan dengan waktu menempuh jarak tersebut, ulangan latihan diartikan sebagai berapa kali jarak yang karis ditempuh. Sedangkan yang dimaksud dengan masa istirahat interval adalah dengan cara jalan (Harsono, 1993). Ada beberapa persyaratan agar pelatihan bisa berhasil, diantaranya lama kerja interval lebih dari 60 detik, intensitas latihan % dari kemampuan maksimum, repetisi, set, interval, dan disesuaikan dengan kemampuan. Frekuensi tika kali seminggu (Nala, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang

BAB I PENDAHULUAN. lari terdiri dari enam macam yang salah satunya adalah Lari cepat (Sprint) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atletik merupakan dasar dari segala macam olahraga. Karena sebagian gerakannya dimiliki oleh sebagian besar cabang olahraga lainnya. Cabang atletik memiliki empat macam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola 2.1.1. Pengertian Passing Yang dimaksud dengan passing adalah mengoper bola dengan menggunakan kaki yang sebenarnya.pada permainan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI Denpasar untuk kelompok I dan kelompok II. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Aktifitas fisik dengan maksimal akan mengalami kelelahan. Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari)

Lebih terperinci

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. H. Kajian Pustaka 1. Hakekat Belajar Mengajar Hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar adalah merupakan suatu usaha untuk menambah atau mengumpulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu

BAB I PENDAHULUAN. darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masase berfungsi untuk melancarkan peredaran darah. Masase adalah pemijatan atau pengurutan pada bagian tertentu dengan tangan tangan atau alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan aktivitas fisik yang besar manfaatnya bagi manusia. Olahraga dapat berfungsi sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan, untuk prestasi dan

Lebih terperinci

KETAHANAN (ENDURANCE)

KETAHANAN (ENDURANCE) KETAHANAN (ENDURANCE) PENGERTIAN KETAHANAN Ketahanan adalah kemampuan peralatan tubuh seseorang untuk melawan kelelahan selama aktivitas berlangsung. Menurut Sukadiyanto (2002: 40) keuntungan bagi olahragawan

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol

PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol PERUBAHAN FISIOLOGIS KARENA LATIHAN FISIK Efek latihan a. Perubahan biokhemis b. Sistem sirkulasi dan respirasi c. Komposisi badan, kadar kholesterol dan trigliceride tekanan darah, dan aklimatisasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p ROWING PHYSIOLOGY PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika pertandingan. Pada saat latihan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

KONSEP Latihan kebugaran jasmani KONSEP Latihan kebugaran jasmani OLEH SUHARJANA FIK UNY1 Pengertian Latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga Prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan alami manusia. Berlari adalah bagian yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebelumnya ke pelari berikutnya. Lari sambung atau lari estafet atau lari berantai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebelumnya ke pelari berikutnya. Lari sambung atau lari estafet atau lari berantai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lari Sambung 2.1.1 Pengertian Lari Sambung Pada nomor lari sambung ada kekhususan yang tidak dijumpai pada nomor lari lain, yaitu memindahkan tongkat sambil berlari cepat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto

METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA. Subagyo Irianto METODE MELATIH FISIK SEPAKBOLA Subagyo Irianto A. PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Oleh karena akan mendukung

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan

BAHAN AJAR. : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309. Materi : Latihan BAHAN AJAR Mata Kuliah : Pengelolaan Ekskul Olahraga Sekolah Kode Mata Kuliah : POR 309 Materi : Latihan A. Prinsip-prinsip latihan 1. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting dalam aspek fisiologis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Renang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Renang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Renang a. Hakikat Renang Renang merupakan salah satu cabang olahraga aquatik. Renang adalah upaya untuk menggerakkan (mengapungkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Asrama PPLP Sumatera Utara di Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 2.

Lebih terperinci

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA Konsep Dasar Latihan Suatu proses yang sistematis dari program aktivitas gerak jasmani yang dilakukan dalam waktu relatif lama dan berulang-ulang, ditingkatkan

Lebih terperinci

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain

Sistem Energi. Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal. dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain Sistem Energi Kinerja manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK)

LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) LATIHAN KETAHANAN (KEBUGARAN AEROBIK) OLEH SUHARJANA FIK UNY PENGERTIAN LATIHAN Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH Samsul Bahri, Tommy Apriantono, Joseph I. Sigit, Serlyana Herman Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji beberapa suplemen tradisional (alami)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Lempar Lembing Lempar lembing merupakan salah satu nomor pada cabang olahraga atletik yang diperlombakan dalam perlombaan nasional maupun internasional, baik untuk putra

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Hakikat Latihan Ada beberapa definisi yang diberikan para ahli dalam olahraga tentang makna dari latihan. Latihan sangat penting dalam meningkatkan prestasi siswa dalam setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pendekatan ilmiah sangat diperlukan untuk memecahkan berbagai masalah di berbagai bidang, termasuk bidang olahraga. Untuk meningkatkan olahraga diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulutangkis adalah salah satu cabang olahraga yang popular dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melekat kecintaanya terhadap

Lebih terperinci

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI I. Hakikat Latihan Kebugaran Jasmani II. KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI Latihan kondisi fisik (physical conditioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan

Lebih terperinci

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH Untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pedidikan Jasmani, dan Kesehatan Disusun oleh Nitya Nurul Fadilah Kelas 12.IPA 4 SMA NEGERI 1 TASIKMALAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam dunia olahraga kondisi fisik atlit memegang peranan penting dalam menjalankan program latihannya, Fisik seorang atlit juga salah satu syarat yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

LARI JARAK PENDEK (SPRINT)

LARI JARAK PENDEK (SPRINT) LARI JARAK PENDEK (SPRINT) Lari jarak pendek (sprint) adalah semua perlombaan lari dimana peserta berlari dengan kecepatan penuh/maksimal sepanjang jarak yang harus ditempuh. Kelangsungan gerak pada sprint

Lebih terperinci

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia

Disusun oleh : Rihandoyo A BAB I PENDAHULAUAN. A. Latar Belakang. Atlet-atlet juara yang mampu memperoleh prestasi tertinggi dalam dunia Perbedaan pengaruh metode latihan dan power otot tungkai terhadap peningkatan kecepatan lari (Studi eksperimen metode latihan lari cepat Akselerasi dan Repetisi pada siswa putra kelas 2 SMP Negeri 4 Pringsewu

Lebih terperinci

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N Dasar-Dasar Melatih dalam Olahraga Latihan adalah proses yang sistematis dari

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan LAMPIRAN 7 Prosedur Pelaksanaan Tes 1. Tes Daya Tahan (Endurance) menggunakan Balke Test Prosedur tes : a. Tujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2

Lebih terperinci

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas Kekuatan otot adalah tenaga, gaya, atau tegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Otot-otot tubuh

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

Mitos Sixpack Orang menghabiskan uang jutaan setiap tahun untuk mendapatkan tubuh ideal. Sekarang ini terdapat sekitar 200 lebih alat-alat latihan untuk perut. Sebagian alat-alat ini tidak berguna sama

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh : Arif Nur Setyawan A BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pengaruh latihan plyometrics dan berat badan terhadap peningkatan prestasi lompat jauh ( Studi eksperimen dengan latihan Double Leg bound dan Alternate Leg Bound pada siswa putra kelas VIII MTS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Gaya Jongkok a. Pengertian Lompat Jauh Lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suatu titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi olahraga merupakan tindakan dilakukan secara menyeluruh yang bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah keberhasilan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Daya tahan kardiorespirasi adalah salah satu unsur kebugaran jasmani yang menggambarkan kemampuan pembuluh paru-paru jantung dan darah untuk memberikan jumlah

Lebih terperinci

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S. PENGERTIAN Cardiorespiratory -> kesanggupan sistem jantung, paru dan pembuluh darah untuk berfungsi secara optimal pada keadaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan 50 BAB V HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelompok perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set kelompok

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT DAN ACCELERATION SPRINT TERHADAP LARI CEPAT 100 METER DI SMP NEGERI 1 BONGOMEME

PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT DAN ACCELERATION SPRINT TERHADAP LARI CEPAT 100 METER DI SMP NEGERI 1 BONGOMEME PENGARUH PELATIHAN HOLLOW SPRINT DAN ACCELERATION SPRINT TERHADAP LARI CEPAT 100 METER DI SMP NEGERI 1 BONGOMEME (Tristan A. Husain, Nurhayati Liputo, Ucok H. Refiater) tristanhusain@yahoo.co.id Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung kehidupan manusia yang sehat dan berkualitas adalah melalui olahraga. Hal ini disebabkan karena kondisi jasmani dan rohani yang kuat akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistika yang dilakukan pada tes

Lebih terperinci

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban 1. Apa yang dimaksud dengan gerak olahraga? Gerak yang dilakukan atas dasar fakta empiris dan secara deduktif menunjukkan aktifitas gerak yang mempunyai ciri-ciri

Lebih terperinci

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh Lompat Jauh A. Pengertian Lompat Jauh Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dari cabang olahraga atletik yang paling populer dan paling sering dilombakan dalam kompetisi kelas dunia, termasuk Olimpiade.

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP 19830127 200604 2 001 Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani

Lebih terperinci

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI Pendahuluan Manusia memerlukan energi untuk setiap sel-selnya menjalani fungsi kehidupan Adenosine Three Phosphate

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ketahanan Kardiorespirasi 1. Definisi Ketahanan kardiorespirasi adalah kemampuan tubuh untuk melakukan aktivitas fisik yang intens dan berkesinambungan dengan melibatkan sekelompok

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA PRINSIP-PRINSIP LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA PRINSIP-PRINSIP LATIHAN Prinsip Kesiapan Prinsip Partisipasi Aktif Berlatih Prinsip Multilateral Prinsip Kekhususan (Spesialisasi) Prinsip Individualisasi Prinsip

Lebih terperinci

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lari interval merupakan lari berdasarkan pada perubahan yang direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari yang diselingi oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam melakukan gerakan meroda memerlukan berbagai aspek, seperti fisik antara lain kekuatan, keseimbangan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017 PENGUKURAN KOMPONEN BIOMOTORIK MAHASISWA PUTRA SEMESTER V KELAS A FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN IKIP PGRI BALI TAHUN 2017 I Gusti Putu Ngurah Adi Santika, S.Pd., M.Fis. Fakultas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat semakin sadar terhadap pentingnya olahraga bagi kesehatan tubuh. Di berbagai kota besar sudah mulai banyak bermunculan pusatpusat kebugaran tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen kaleng lazim digunakan di dunia olahraga karena ada anggapan bahwa penggunaan oksigen kaleng mempercepat waktu istirahat menjadi pulih setelah tubuh lelah akibat

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Lompat Jauh Lompat jauh merupakan bagian dari nomor lompat yang bertujuan untuk berusaha memindahkan titik berat tubuh sejauh-jauhnya ke arah mendatar (horisontal ). Dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. digilib.uns.ac.id 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen. Selama latihan fisik akan terjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut Myers (2004), seseorang yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah siswa pada perguruan tinggi yang memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Atletik BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Atletik merupakan istilah dalam olahraga yang berasal dari bahasa yunani yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding

Lebih terperinci

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA Oleh: Sb Pranatahadi JARUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN: Anatomi Fisiologi

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang. 4. Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta (2005-Sekarang)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang. 4. Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta (2005-Sekarang) DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Abdul Malik AA Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Oktober 1987 Alamat : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang No Tlp : 08569077785 Riwayat Pendidikan : 1. SDN Karawaci XII,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang 1 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Permainan Sepak Takraw Sepak takraw berasal dari dua kata yaitu sepak dan takraw. Sepak berarti gerakan menyepak sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua didunia, karena gerak dasar yang terdapat didalamnya sudah dilakukan sejak zaman peradaban manusia

Lebih terperinci

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI) Pengantar : Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI) telah disepakati dan ditetapkan menjadi instrumen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakekat Lari Jarak Pendek (Sprint) 100 Meter a. Definisi Lari 1) Dalam bukunya Yoyo Bahagia (2000:11) menyatakan bahwa lari adalah gerakan tubuh dimana kedua

Lebih terperinci

makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO 2 max.

makin berat sampai kelelahan, ukurannya disebut VO 2 max. II. TINJAUAN PUSTAKA A. VO 2 Max 1. Pengertian VO 2 Max VO 2 max adalah volume oksigen maksimum yang dapat digunakan permenit. Menurut Guyton dan Hall (2008) dalam Giri Wiarto (2013:13) VO 2 max adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka. 1. Hakikat Kecepatan

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka. 1. Hakikat Kecepatan BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Kecepatan a. Pengertian Kecepatan Dalam cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik yang penting. Kecepatan menjadi faktor penentu dalam cabang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi merupakan salah satu faktor dalam pembangunan olahraga. Prestasi juga dapat dijadikan tolak ukur untuk melihat status atau tingkat pencapaian dan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental

Lebih terperinci

Pengertian Pembinaan/latihan

Pengertian Pembinaan/latihan Pengertian Pembinaan/latihan Latihan merupakan aktivitas olahraga/jasmani yang sistematik, dilakukan dalam waktu lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa darah adalah salah satu gula monosakarida dan salah satu sumber karbon terpenting yang digunakan sebagai sumber energi yang adekuat bagi sel-sel, jaringan,

Lebih terperinci

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or.

Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. Oleh (Tim Pengampu) Cerika Rismayanthi, M.Or. Ahmad Nasrulloh, M.Or. Fatkhurahman Arjuna, M.Or. ahmadnarulloh@yahoo.co.id SESI LATIHAN SUSUNAN SATU SESI LATIHAN 1. Pembukaan (Pengantar) 5 2. Pemanasan

Lebih terperinci

GENERAL FITNESS TRAINING

GENERAL FITNESS TRAINING GENERAL FITNESS TRAINING Fitness atau kebugaran didefinisikan sebagai keberhasilan seseorang dalam beradaptasi dengan tekanan fisik dan mental yang ditemui dalam hidupnya. Latihan fitness secara umum didefiniskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap atlet pastilah memiliki tujuan untuk mencapai performa maksimal dalam setiap pertandingan yang diikutinya, sehingga dapat menghasilkan prestasi yang baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lompat jangkit merupakan salah satu nomor yang dilombakan dalam kejuaraan atletik, baik untuk tingkat nasional (yang diselenggarakan oleh PASI) maupun tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha

Luh Putu Tuti Ariani. Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Ganesha PENGARUH PELATIHAN MENARIK KATROL BEBAN 5 KG DUABELAS REPETISI TIGA SET DAN SEMBILN REPETISI EMPAT SET TERHADAP PENINGKATAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN SISWA SMK-1 DENPASAR Luh Putu Tuti Ariani Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan ilmu fisioterapi, usaha-usaha di bidang kesehatan gerak dan fungsi tubuh telah mengalami perkembangan. Tidak terbatas pada usaha kuratif saja, tetapi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : PEDUT HANANTA PUTRA NIM. K

SKRIPSI. Oleh : PEDUT HANANTA PUTRA NIM. K PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN REPETITION SPRINT TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 25 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh : PEDUT HANANTA

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN QUICKNESS, POWER TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL DENGAN HASIL START (GRAB START) RENANG PADA SISWA CLUB RENANG CIKALAPA SWIMMING POOL

2016 HUBUNGAN QUICKNESS, POWER TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS PANGGUL DENGAN HASIL START (GRAB START) RENANG PADA SISWA CLUB RENANG CIKALAPA SWIMMING POOL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Renang merupakan salah satu jenis olahraga yang digemari oleh berbagai lapisan masyarakat karena olahraga renang dapat dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pendidikan jasmani Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan dengan proses kemunduran prestasi kerja dan penurunan kapasitas fisik seseorang. Menua adalah

Lebih terperinci