BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Definisi Pembelajaran Belajar tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan cita-cita. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2002). Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa seseorang yang belajar akan mendapatkan perubahan yang positif dari dirinya sendiri. Dengan proses belajar tersebut maka seseorang akan mendapatkan pengetahuan baru yang sebelumnya belum diketahuinya. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secaara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran (Rusman, 2011). Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerakan raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Perubahan yang terjadi pada siswa tersebut bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa karena masuknya kesan dan pengalaman yang baru. Apabila peserta didik telah belajar sesuatu hal, maka akan terjadi perubahan dalam kesiapannya menghadapi lingkungan. Seperti misalnya seorang anak yang telah belajar tentang munculnya matahari di siang hari, maka ia tidak akan menunggu matahari muncul di malam hari. Dalam konteks sekolah seorang anak dikataka telah belajar apabila perubahan-perubahan yang terjadi pada anak sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah dan masyarakat. Jadi terhadap yang bersifat negative dan tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah dan masyarakat tidak 6

2 7 dapat kita katakan belajar walaupun diperoleh dari latihan atau pengalaman. Hal ini didukung oleh teori (Slameto, 2003) dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Beliau menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu prubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman. Dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain akan menyebabkan proses perubahan. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri. Anak yang sangat muda tidak butuh diberi imbalan utuk pembelajaran, atau diberi hukuman. Mereka sangat menyukai proses belajar. Belajar merupakan proses dikelas. Ketika anak-anak menyukai sesuatu maka mereka akan mempelajarinya. Yang harus kita lakukan adalah meletakkan anak anak dibelakang pusat alam semesta. Kita harus mulai dengan bagaimana anak didik melihat alam semesta,seperti apa yang dia ketahui, apa yang ia suka dan apa yang dia inginkan (Boeree, 2008). Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa Sebenarnya siswa sangat menyukai proses belajar mengajar. Jadi sebaiknya guru membuat psoses KBM tersebut menjadi lebih menarik agar siswa bisa lebih menyukai proses tersebut. Dalam proses tersebut sebaiknya guru tidak memberikan kesan yang negative agar siswa seperti memberikan hukuman kepada siswa. Karena hal itu akan merusak kesengangan siswa dalam belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Winataputra, 2007). Anak SD merupakan seorang yang aktif. Seorang guru konstruktivism yang baik adalah mereka yang suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning materials) bagi anak didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang

3 9 mengeksplorasi lingkungan belajar. Guru juga akan berusaha untuk menciptakan system interaksi pengajaran dengan siapa saja anak itu berinteraksi (guru dan temannya sendiri) yang menjembatani arti yang diperlukan. Selanjutnya, akan diyakini guru konstruktivis itu bahwa eksplorasi lingkungan dan interaksi yang terjadi merefleksikan pengalaman belajar si anak sehingga membentuk pengetahuan yang berkembang terus sebagai milik mereka sendiri. Berdasatrkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses komunikasi yang baik antara peserta didik dan pendidik dapat menciptakan sesuatu pengetahuan yang baru, pembelajaran ini juga didukung dengan adanya sumber belajar seperti buku, internet dll. Proses pembelajaran akan dapat berjalan dan respon akan dapat diharapkan kemunculannya jika terjadi dalam situasi yang menyenangkan bagi peserta didik. Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika ada dorongan dan kebutuhan yang jelas dari pihak guru maupun peserta didik yang dioperasionalkan dalam tujuan instruksional, tujuan pembelajaran yang harus dapat diukur, sehingga perubahan perilaku siswa dapat jelas terlihat sebagai akibat dari proses pembelajaran (Winataputra, 2007). Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian kegiatan untuk memberikan pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap. Rangkaian kegiatan tersebut harus dilakukan dengan menyenangkan agar siswa memiliki motivasi untuk belajar, dengan begitu maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran akan tercapai Hakikat IPA Menurut Sutarno (2003) Dalam pelajaran IPA di sekolah hendaknya kepada siswa ditanamkan tentang pentingnya mengetahui 4 hal mendasar yaitu : 1. Pengetahuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan mendasar siswa (personal needs) yang meliputi pemenuhan akan kebutuhan makanan (karbohidrat, protein, lemak dsb). 2. Pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu dasar yang harus mereka kuasai ( academic preparation)

4 10 3. Pengetahuan untuk persiapan karier (career awarness) berupa pengetahuan yang berguna bagi mereka kelak setelah mereka menyelesaikan studinya. 4. Kepekaan terhadap kehidupan sosial dari lingkunagan mereka berada (societal issue) Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPA hendaknya siswa diberi pengetahuan tentang apa yang dibutuhkan siswa sebagai kebutuhan dasar seperti makanan yang sehat, pengetahuan dasar tentang sains, pengetahuan untuk menyambut masa depan, dan pengetahuan social tentang lingkungan di sekitar mereka Hakikat IPA SD IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir ilmiah fokus program pengajaran IPA di SD hendaknya ditunjukkan untuk memupuk minat dan pengembangan anak didik terhadap dunia mereka dimana mereka hidup (Samatowa, 2010). Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahawa pembelajaran IPA di SD memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya dengan cara berfikir secara ilmiah. Selain itu pembelajaran IPA juga mendorong siswa untuk selalu aktif bertanya dan mencari bukti tentang ilmu yang ada di sekitar mereka hidup Hasil Belajar Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagia lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran, dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat di ukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijasah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar (Dimyati & Mudjiono, 2009). Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang di

5 11 peroleh siswa berkat tindak guru di dalam kelas. Hasil belajar tersebut dibedaka menhjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring dimanakedua dampak tersebut akan membawa siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap mata pelajaran/bidang studi mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran/bidang studi berbeda dari mata pelajaran/bidang studi lain (Hernawan, 2003). Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang di miliki siswa setelah mereka melakukan pembelajaran. Setiap pembelajaran yang satu dengan yang lain memiliki hasil belajar yang berbeda, khususnya mata pelajaran IPA akan membawa siswa pada pribadi yang lebih baik karena pebalajaran IPA mengajarkan kita bagaimana hidup di lingkunagan alam sekitar kita. Hasil belajar akibat dari perubahan perilaku (Suprijono, 2010) Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri: 1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari 2. Berkesinambungan dengan perilaku lainnya 3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup 4. Positif atau berakumulasi 5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. 6. Permanen atau tetap 7. Bertujuan dan terarah 8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Berdasarkan teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar akan merubah perilaku siswa. Adapun ciri-ciri perubahan perilaku siswa tersebut adalah siswa menyadari adanya perubahan pada dirinya sendiri, perubahan tersebut akan menjadi bekal bagi hidupnya di masa depan dan bersifat kekal. Perubahan tersebut bersifat positif dan memiliki arah tujuan yang baik. Menurut Slameto (2003) tes hasil belajar merupakan sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab untuk diselesaikan oleh siswa

6 12 dengan tujuan untuk mengukur kemajuan hasil belajar. Dari pendapat slameto di atas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Untuk mengukur hasil belajar maka guru memberikan pertanyaan atau tes kepada peserta didik. Teknik tes meliputi tes pilihan ganda, tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Sedangkan tekhnik non tes meliputi pengamatan atau observasi, angket, jurnal, portofolio dan wawancara. Guru dapat mengetahui hasil belajar siswa dapat dalam bentuk nilai. Dalam penelitian ini hasil belajar dapat diidentifikasikan sebagai peningkatan kemampuan kognitif siswa yang diukur melalui tes, dan guru akan mendapatkan data berupa nilai Motivasi siswa Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu tindakan (Syarifuddin & Nasution, 2005). Berdasarkan teori ini maka penulis menyimpulkan bahwa motivasi adalah Keinginan siswa untuk melakukan sesuatu seperti keinginan untuk belajar, keinginan untuk berusaha menjadi lebih baik merupakan motivasi yang positif. Motivasi Ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dalam membangkitkan motivasi siswa guru berperan penting dalam mempengaruh siswa agar mereka mau melakuakn pekerjaan yang diharapkan sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran sehingga tercapai tujuan pengajaran. Motivasi sangat penting untuk peserta didik dalam memacu prestasi belajaranya. Pendidik harus mampu memberikan upaya yang lebih baik agar motivasi pada diri peserta didik tumbuh dan berkembang (Hatimah, 2007). berdasarkan teori di atas maka penulis mwnyimpulkan bahwa untuk memicu motivasi dapat dilakukan dengan kegiatan apersepsi yang berfungsi untuk mempersiapkan kondisi awal belajar peserta didik terutama kesiapan peserta didik dalam menghadapi pelajaran. dengan kegiatan apersepsi tersebut maka siswa akan termotivasi untuk belajar. Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam

7 13 diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa hal antara lain minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya, reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan (Sudjana, 2010). Berdasarkan teori tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung sebaiknya guru memberikan motivasi yang positif. Dengan begitu maka siswa akan memiliki semangat dan rasa ingin belajar. Karena motivasi tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Ada tiga komponen utama dalam motivasi belajar yaitu: kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut merupakan inti motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar (Dimyati, 2009). Berdasarkan teori di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa tiga komponen yang utama dalam motivasi belajar adalah kebutuhan saat sswa memiliki harapan tentang apa yang ia inginkan, dorongan yaitu motivasi yang dimiliki siswa untukmelakukan sesuatu, dan tujuan yaitu hal yang ingin dicapai oleh siswa. Adapun jenis-jenis motivasi menurut Hanafiah (2010) adalah sbb:

8 14 a. Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dari lubuk hati yang paling dalam. b. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik yaitu dorongan dari lingkungan sekitar seperti adanya pemberian nasehat dari gurunya, hadiah, kompetisi sehat antarpeserta didik, hukuman dsb. Dari teori di atas maka penulis menyimpulkan bahwa motivasi dibedakan menjadi dua macam yaitu motivasi intrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri seperti perasaan senang, kemauan, kecerdasan dan kemandirian. Sedangkan motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul karena adanya dorongan dari lingkungan sekitar. Adapun aspek aspek motivasi adalah sbb: 1. Intrinsik a. Perasaan senang yaitu senang menggikuti pelajarn IPA, Senang terhadap guru IPA, Kemauan siswa mengerjakan soal-soal IPA, Kemauan siswa mengerjakan soal-soal IPA. b. Kemauan yaitu kemauan siswa mengerjakan PR, kemauan siswa memperoleh nilai baik. c. Kecerdasan yaitu kesadaran siswa untuk belajar IPA, kesadaran siswa untuk mendalami materi d. Kemandirian yaitu kesadaran siswa untuk tidak mencontek 2. Ektrinsik a. Dorongan dari lingkungan sekitar yaitu dorongan dari orang tua siswa, dorongan untuk berprestasi, keinginan untuk mendapat hadiah atau pujian Motivasi sangat penting bagi siswa agar siswa memiliki keinginan untuk belajar. Adapun pentingnya motivasi belajar bagi siswa menurut Dimyati (2009) adalah sbb: 1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.

9 15 2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. 3. Mengarahkan kegiatan belajar 4. Membesarkan semangat belajar 5. Menyadarka tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja (di selaselanya adalah istirahat/bermain) yang bersinambungan; individu dilatih untuk menggunakan kekuatannya sedemikian rupa sehingga dapat berhasil. Berdasarkan teori di atas maka peneliti berkesimpulan bahwa motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran, karena dengan adanya motivasi maka akan mempermudah jalannya proses pembelajaran di kelas sehingga akan membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran Metode Eksperimen Pengertian metode eksperimen Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta dievaluasi oleh guru (Roestiyah, 2001). Menurut teori tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa peserta didik dituntut untuk terus mengamati proses percobaan itu sampai mereka memperoleh hasil dan dapat menyimpulkan materi. Karena kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan; maka segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal; mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan di evaluasi oleh guru (Roestiyah, 2008). Berdasarkan teori di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan bertambah majunya tekhnologi, maka akan berpengaruh terhadap kemajuan media dalam proses belajar mengajar di kelas. Misalnya adanya alat peraga yang lebih canggih untuk membantu siswa dalam belajar. Kemajuan IPTEK harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

10 16 Metode eksperimen menurut Djamarah (2002) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dari teori di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa metode eksperimen adalah cara yang dilakukan dalam proses pembelajaran dimana siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu. Tujuan penggunaan metode eksperimen menurut (Djamarah, 2002) adalah sebagai berikut: 1. Agar peserta didik mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh. 2. Melatih peserta didik merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan melaporkan percobaan. 3. Melatih peserta didik menggunakan logika berfikir induktif untuk menarik kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang terkumpul melalui percobaan Kelebihan dan kekurangan metode eksperimen Menurut Sagala (2011) metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain sbb: Kelebihan metode eksperimen a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja. b. Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuwan. c. Metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian: Siswa terhindar jauh dari verbalisme: Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan relistis.

11 17 Mengembangkan sikap berfikir ilmiah; Hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. Kekurangan dari metode eksperimen menurut Sagala (2011) adalah sbb: a. Pelaksanaan metode ini sering memerlukan sebagai fasilitas peralatan da bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah. b. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan atau pengendalian. c. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir. Langkah langkah eksperimen yang dikemukakan oleh Roestiyah (2001) sebagai berikut : 1. Memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen. 2. Menentukan langkah langkah pokok dalam membantu siswa dalam eksperimen. 3. Sebelum eksperimen dilaksanakan, terlebih dahulu guru harus menetapkan alat alat apa yang diperlukan, langkah-langkah apa yang harus ditempuh, halhal apa yang harus dicatat, variabel-variabel nama yang harus dikontrol 4. Setelah eksperimen guru harus menentukan apakah follow-up (tindak lanjut ) eksperimen seperti mengumpulkan laporan mengenai eksperimen tersebut, mengadakan tanya jawab tentang proses, melaksanakan tes untuk menguji pengertian peserta didik. Berdasarkan teori Roestiyah (2001) dapat dikaji langkah-langkah yang akan di lakukan dalam eksperimen yaitu sbb: 1. Guru menjelaskan tentang eksperimen kepada siswa. 2. Guru menyampaikan kompentensi (tujuan) yang akan dicapai. 3. Sebelum eksperimen berlangsung guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. 4. Masing masing kelompok mengambil alat yang telah disiapkan oleh guru.

12 18 5. Guru membahas dan memastikan siswa memahami langkah-langkah yang harus ditempuh dalam percobaan. 6. Siswa melakukan percobaan di dalam kelompok. 7. Guru mengawasi kegiatan selama siswa melakukan percobaan. 8. Tiap kelompok mencatat hasil percobaan. 9. Di dalam kelompok siswa membuat kesimpulan. 10. Setiap kelompok menyampaikan hasil percobaan secara klasikal. 11. Selama kegiatan presentasi hasil belajar berlangsung kelompok yang lain mendengarkan, memberi masukan atau bertanya. 12. Guru dan siswa menyimpulkan dan menkonfirmasi hasil percobaan dari semua kelompok untuk mengecek keakuratan informasi yang disimpulkan dari percobaan. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan pada kegiatan inti dalam pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian. Dengan mengikuti langkah-langkah metode eksperimen tersebut akan menunjang keberhasilan siswa proses bpembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian Winarsih (2010) berjudul Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ipa Pada Pokok Bahasan Sifat-Sifat Cahaya Siswa Kelas V Semester I Sdn Karanganyar 01 Blora Tahun Ajaran 2009/2010 menunjukkan bahwa metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian winarsih menunjuukan bahwa pada kondisi awal siswa yang nilainya memenuhi KKM terdapat 12 siswa (85,72%*. Siklus I menerapkan metode eksperimen terjadi peningkatan cukup signifikan yaitu terdapat 10 siswa memenuhi KKM (71,43%) dan 4 siswa ( 28,57%) belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian pada siklus II terjadi peningkatan sangat signifikan yaitu 14 siswa atau seluruh siswa (100%) telah memenuhi KKM yang ditetapkan. Ini berarti penelitian telah berhasil, dibukt kan dengan nilai seluruh siswa di atas KKM yaitu 65 (65) dan (100% siswa ) tuntas memenuhi KKM atau melebihi KKM yang ditetapkan.

13 19 Hasil penelitian Suparyanti (2010) berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas V SD Negeri Bawang 1 Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan antusias siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi, pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang terbukti dalam meningkatnya hasil tes dari suatu siklus kesimpula yang dapat diperoleh adalah (1) pemilihan metode yang tepat akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, (2) perbaikan pembelajaaran melalui metode eksperimen dapat meningkatka keaktifan siswa dalam pembelajaran (3) ada korelasi positif antara peningkatan keaktifan dalam pembelajaran dengan prestasi belajar. Hasil penelitian Suprihati (2010) berjudul Penggunaan Metode Eksperimen Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas IV di SD Negeri 1 Sumberdalem Kretek Wonosobo Tahun Pembelajaran 2009/2010. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah dilakukan pembelajara dengan menggunakan metode eksperimen, minat belajar siswa meningkat dari 80% siswa yang berkategori tinggi ( siklus 1) menjadi 46,7% siswa berkategori tinggi dan 53,3% siswa berada pada kategori sangat rendah (siklus 2). Hasl belajar siswa juga meningkat dan telah mencapai atau melebihi KKM (rata-rata nilai KKM) yaitu dari rata-rata nilai 63,7 pada siklus 1 menjadi 87,64 pada siklus 2. Hasil penelitian Arifin (2011) berjudul Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Metode Eksperimen Dengan Memanfaatkan Kit Ipa Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Di Kelas V Sd Negeri 1 Perboto Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/ 2011 Program Pgsd Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil penelitia ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen dapat meningkatkan ketuntasan hasil belajar dari tiap siklus. Peningkatan ketuntasan hasil belajar tersebut terjadi secara bertahap, dimana pada kondisi awal atau pra siklus hanya terdapat 7 siswa atau 23,3% yang telah tuntas

14 20 dalam belajarnya, pada siklus 1 mengalami peningkatan yaitu terdapat 12 siswa atau 40% siswa yang telah mencapai ketuntasan dalam belajar. siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat yaitu 28 siswa atau 93,3% siswa telah dapat mencapai ketuntasan belajar. Hasil penelitian Rohmad (2012) berjudul Usaha meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen yang dibantu media animasi komputer pada materi cahaya di SMP Negeri 1 Tulungagung/ Rohmad. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) penggunaan metode eksperimen yang dibantu media animasi komputer dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dari hasil angket motivasi yang diberikan pada siswa di awal siklus I dan akhir siklus II, terjadi peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 77,4% (kategori baik), sedangkan pada siklus II sebesar 82,9% (kategori sangat baik). Sedangkan motivasi siswa berdasarkan observasi juga terjadi peningkatan yaitu siklus I sebesar 77,15% (kategori baik) dan siklus II sebesar 86,05% (kategori sangat baik), (2) penggunaan metode eksperimen yang dibantu media animasi komputer dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi cahaya. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata nilai tes kognitif pada siklus I sebesar 80,7 dengan persentase ketuntasan sebesar 66,7%, setelah siklus II dengan rata-rata nilai tes kognitif sebesar 81,5 dengan persentase ketuntasan 86,7%. Hasil penelitian Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa terlibat langsung dalam percobaan. Eksperimenpun dilakukan agar diketahui kebenarannya suatu gejala dan dapat menguji untuk mengembangkan suatu teori. Kegiatan eksperimen dilakukan peserta didik usia sekolah dasar merupakan kesempatan mereka melakukan suatu eksplorasi. Mereka akan memperoleh pengalaman meneliti yang dapat mendorong mereka berkonstruksi pengetahuan mereka sendiri, berfikir ilmiah dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya bisa berkembang di masa mendatang.

15 Kerangka Pikir pretest Kelompok kontrol metode konvensional Kelompok eksperimen metode eksperimen perlakuan perlakuan Motivasi siswa Hasil belajar Motivasi belajar Hasil belajar Posttest Posttest Pengaruh pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen Grafik 2.1 Diagram kerangka pikir Untuk mengatasi pembelajaran yang hanya menekankan pada aktivitas guru, maka peneliti mencoba mengeksperimenkan metode eksperimen dalam belajar. Hal ini karena metode ini merupakan metode pembelajaran yang mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran, dengan melakukan percobaan secara langsung sehingga pembelajaran tidak hanya didominasi oleh guru, tetapi siswa juga menjadi bagian dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua kelompok tersebut keadaan awalnya kedua kelompok memiliki keseimbangan hasil belajar. Kemudian dari kedua kelas, akan diberi perlakuan yang berbeda, kelompok eksperimen akan menggunakan pembelajaran dengan metode Eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol

16 22 dilakukan pembelajaran secara konvensional. Setelah itu, maka akan terlihat hasil belajar pada kelas kontrol dan hasil belajar pada kelas. 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan masalah, landasan teori dan kerangka berfikir diatas dapat dirumuskan hipotesis pebnelitian sebagai berikut: Penggunaan metode eksperimen berpengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD N 2 katekan kecamatan ngadirejo kabupaten temanggung tahun ajaran 2011/2012.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengamatan awal yang dilakukan di SDN Katekan 2 Ngadirejo Temanggung pada kelas V mata pelajaran IPA masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari rendahnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 2 SD yaitu: SDN 1 katekan, berlokasi di dusun Lamuk desa Katekan kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar menurut Ahmadi (2007). Belajar adalah Proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar Belajar ialah sesuatu yang terjadi dalam benak seseorang di dalam otaknya. Belajar itu sendiri pada dasarnya tidak memandang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian tindakan kelas ini mengikuti prosedur penelitian sesuai dengan prosedur pada rencana tindakan yaitu: a. Perencanaan Sebelum

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN T.SERI AMINAH Guru SMP Negeri 29 Medan Email : bangunsardiana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahahan tingkah laku secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Puput Ambaryuni

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama dan mempunyai pandangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan pengamatan melalui langkah-langkah metode ilmiah dan proses

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasi Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1. Hakekat Matematika Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:313), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu

I. PENDAHULUAN. individu yang belajar, maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam diri manusia. Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Mata Pelajaran IPA Menurut Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 14-15), pembelajaran terdiri dari empat langkah yaitu : 1. Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3... Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi eksperimental. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengumpulkan informasi atau

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATA PELAJARAN IPA SDN KATEKAN 02 KECAMATAN NGADIREJO KABUPATEN TEMANGGUNG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial guna menjamin perkembangan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dan tujuan penddikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian IPA Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pendidikan (GBPP) kelas V Sekolah Dasar dinyatakan: Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus satu dan siklus dua masing masing siklus tiga kali pertemuan.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 Sri Widayati 1 Abstrak. Di kelas 3 SDN Sidomulyo 03 untuk

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara I. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Gegne dalam Suprijono (2009 : 2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek Mulyani, Penggunaan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan... 45 PENGGUNAAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TENTANG RANGKAIAN LISTRIK SERI DAN PARALEL PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO Aan Setiawati, S.Pd. SD NIP. 196705041991032006 ABSTRAK Penelitian ini merupakan Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata belajar. Menurut Rusman (2011) belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku individu sebagai

Lebih terperinci

Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2

Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2 Penerapan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Energi Panas pada Siswa Kelas IV SDN No. 1 Balukang 2 Rismawati, Ratman, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa menjadi bisa sebagi akibat dari latihan dan pengalaman.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri 2 Kembaran Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo terletak di Jln. Ronggolawe Dsn Kembaran, berdiri sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Undang undang Sisdiknas No. 2 Tahun 2003 pasal 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar merupakan proses interaksi kegiatan jasmani dan rohani, dibantu oleh faktor-faktor lain untuk mencapai tujuan belajar yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar 1. Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA. Pebli Vidia Kurniawan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA. Pebli Vidia Kurniawan PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA Pebli Vidia Kurniawan SMP Purnama 3 Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Hakikat Belajar Hasil Belajar

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Hakikat Belajar Hasil Belajar BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1 Hakikat Belajar Belajar adalah perubahan perilaku yang dialami siswa dikarenakan adanya interaksi dengan lingkungannya, Quthb (2005, hal. 14). Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga. Dalam hal ini siswa kelas IV yang berjumlah 35 siswa. Berdasarkan data hasil

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi Putu Ayu Puspayanti, Lilies, Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian teori 2.1.1. Mata Pelajaran IPA di Sekolah Dasar Menurut Piaget dalam Heruman (2007:1), Anak SD berada pada fase operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Pendapat tentang pengertian belajar ada bermacam-macam. Pendapat tersebut lahir berdasarkan sudut pandang yang berbeda-beda. Menurut Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PEMBENTUKAN TANAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS 5 SD NEGERI TUNTANG 02 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 ARTIKEL SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata sciense

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA (sains) berupaya meningkatkan minat manusia agar meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya. IPA di sekolah dasar hendaknya membuka

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN STRUCTURE EXERCISE METHODE (SEM) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN STRUCTURE EXERCISE METHODE (SEM) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN STRUCTURE EXERCISE METHODE (SEM) DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA SISWA DI SEKOLAH DASAR IRVIN NOVITA ARIFIN Dosen di Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Pengembangan

Lebih terperinci

Oleh: Winarni. SDN 01 Karangrejo Kec Kerjo, Karanganyar

Oleh: Winarni. SDN 01 Karangrejo Kec Kerjo, Karanganyar UPAYA MENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KONSEP KENAMPAKAN ALAM DAN BUATAN MELALUI PENGGUNAAN PETA BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI 01 KARANGREJO SEMESTER I TAHUN 2009/2010 Oleh: Winarni SDN 01 Karangrejo

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Motivasi belajar Melakukan perbuatan belajar secara relatif tidak semudah melakukan kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab II Landasan Teori 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan bahwa : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Eksperimen Eksperimen adalah bagian yang sulit dipisahkan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Eksperimen dapat dilakukan di laboratorium maupun di alam terbuka. Metode ini mempunyai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di Jl. Margorejo No.580 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang terletak di lingkungan rumah warga dan jauh dari pasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Kondisi Awal Hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Ledok 07 sebelum tindakan masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum

Lebih terperinci

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK 131 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI PESAWAT SEDERHANA DENGAN MENERAPKAN METODE DEMONTRASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 5 SIMEULU TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SITI ARFAH, S.Pd 1 Oleh: ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Dalam kajian pustaka ini dipaparkan berbagai macam teori tentang Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Pembelajaran IPA itu sendiri serta Langkahlangkah pembelajaran

Lebih terperinci

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS Minarni Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran 2.1.1 Hakikat Belajar Proses perkembangan manusia atau individu sebagian besar berlangsung melalui proses belajar dari mulai sederhana sampai kompleks baik secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mata pelajaran Biologi untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang dikemukakan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2006:443)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. KajianTeori 2.1.1 Metode Eksperimen Menurut M. Firdaus Zarkasi (2009), dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan

Lebih terperinci

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya setiap individu wajib menempuh pendidikan di lembaga formal maupun lembaga non formal. Sesuai dengan yang diperintahkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Kemmis (dalam Rochiati, 2008) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Stategi Problem Solving Strategi problem solving adalah strategi yang mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori dijabarkan berbagai landasan sebagai pendukung penelitian, permasalahan dan variabel penelitian yang diteliti semua ditulis pada kajian teori. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1.Belajar dan Pembelajaran Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan. Perubahan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di SMA Swasta Cerdas Murni ini menerapkan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan penggunaan media grafis pada materi pedosfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Bahri (dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar. Bahri (dalam 1 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakikat Metode Demonstrasi Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landaan Teori 2.1.1 Pengertian Belajar BAB II KAJIAN PUSTAKA Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan. Hamalik (2005:27) menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Metakognisi Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli psikologi sebagai hasil dari perenungan mereka terhadap kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kalibeji terletak di RT 01 RW 02 Desa Kalibeji Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Di dalam mengajar ilmu pengetahuan, metode menurut Soedomo Hadi (2008: 109) metode adalah cara bekerja menurut aturan-aturan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci