LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK TOBA DENGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK TOBA DENGAN"

Transkripsi

1 LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA PAKPAK DAIRI SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H Nama : Ika Indriani H Nim : UNIERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN SASTRA DAERAH PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK MEDAN 2007

2 KATA PENGANTAR Penulis terlebih dahulu mengucapkan puji dan syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmatnya yang telah memberikan kesehatan, kekuatan serta pertolongan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini di Fakultas Sastra. Adapun judul skripsi ini yaitu Leksikostatistik Bahasa Batak Toba Dengan Bahasa Pakpak Dairi. Penulis berharap skripsi ini dapat jadi bahan yang berguna bagi pembaca. Untuk memudahkan pemahaman skripsi ini, penulis membaginya menjadi lima bab. Bab pertama membahas tentang pendahuluan, bab kedua membahas tentang tinjauan pustaka, bab ketiga membahas tentang metode penelitian, bab keempat membahas tentang pembahasan, dan bab kelima membahas tentang kesimpulan dan saran. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga apa yang diuraikan dalam skripsi ini berguna bagi kita semua. Penulis Ika Indriani Hutahaean NIM i

3 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis tiada hentinya mengucapkan pujisyukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya skripsi ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis tujukan kepada orangorang yang sudah banyak membantu penulis dan memberikan arahan, motivasi, bimbingan, dan semangat maupun saran yang penulis terima dari semua pihak, sehingga setiap kesulitan yang dihadapi dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada : 1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, Pudek I, Pudek II, Pudek III, dan seluruh pegawai di jajaran Fakultas Sastra. 2. Bapak Drs. Baharuddin, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Daerah dan merangkap sebagai pembimbing II yang sudah memberikan arahan dan membantu penulis dalam mengerjakan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Sastra Daerah sekaligus dosen pembimbing I yang sudah memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis. 4. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S., sebagai dosen wali dan selalu mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi ini. ii

4 5. Dosen dosen penulis yang dengan kasih sayang memberikan ilmu dengan ikhlas menyajikan pelajaran yang baik buat penulis yang tidak dapat disebut satu per satu. 6. Ayah ( R. Hutahaean) dan Ibu ( J Br. Sinaga) yang penulis sayangi dan cintai dan telah memberikan segalanya kepada penulis. 7. K Yanti, K Debi, B Bitner, B oslan, dan adikku Winarto yang penulis cintai terima kasih atas motivasi dan dukungan yang sudah diberikan kepada penulis. Semoga kita semua memperoleh kebahagian, juga keponakanku Clara yang sudah memberi semangat buat penulis. 8. Kepada keluarga besar Hutahaean dan Sinaga, terima kasih atas semua dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi. 9. Kepada Amang Boru dan Namboru Pardede, terima kasih atas bantuan dan motivasi yang sudah diberi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Teristimewa B.Darwin Singkop Tua ( ndut cyg ) yang sudah memberikan perhatian dan kasih sayang serta dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semuanya. 11. Buat sobat sobatku diberdikari yahoo.@ 22 com.id. Helen Kong ( jangan makan terus ntar gendut), Gladis King dan B Edu semoga akurakur aja Asi komkom mari kemari(jangan malas kuliah yach), Hana (makasih atas kesempatan di kamarmu buat ngetik). iii

5 12. Buat sobatku Agus, yang sudah memberikan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 13. Sobatsobatku yang tidak dapat disebut namanya satu per satu, terima kasih atas dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 14. Buat Stambuk 04, yang penulis sayangi, berjuang terus ya biar mendapat gelar sarjana dan terima kasih atas dukungannya. 15. Buat Ance (yang mentel) jangan malas ya kerjakan skripsinya berjuang trus cayo iv

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Anggapan Dasar Sejarah Singkat Kabupaten Pakpak Dairi Sejarah Singkat Kabupaten Samosir BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan yang Relevan Teori yang Digunakan Asumsi Dasar Leksikostatistik Tehnik Leksikostatistik BAB III METODE PENELITIAN Metode Dasar v

7 3.2 Lokasi Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data BAB I PEMBAHASAN Menghitung Kata Kerabat Menghitung Waktu Pisah Menghitung Jangka Kesalahan BAB KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... vii LAMPIRAN: 1. Daftar Pertanyaan Data Informan Data Peneliti 4. Surat Izin Penelitian a. Fakultas b. Kepala Desan c. Peta vi

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah salah satu bangsa yang majemuk yang terdiri atas berbagai macam suku atau etnik yang tersebar di tanah air. Tiap etnik mempunyai bahasa masingmasing yang dipergunakan dalam komunikasi baik sesama etnis maupun antaretnik. Bahasa merupakan salah satu unsurunsur kebudayaan yang peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya. Jadi, bahasa senantiasa perlu dibina, dikembangkan, dilestarikan sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa khususnya unsurunsur bahasa, fonem, morfem, kata, kalimat dan hubungan antara unsurunsur itu (struktur) termasuk hakikat dan pembentukan unsurunsur itu (Nababan, 1993 : 53). Pendapat lain mengatakan bahwa lingustik merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bahasa sebagai bagian kebudayaan yang berdasarkan struktur bahasa tersebut (Parera, 1986 : 190). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan bagian kebudayaan dan hasil dari kebudayaan itu sendiri. Bahasa perlu dihargai karena bahasa menunjukkan berbagai budaya manusia. Bahasa dapat mencerminkan ciri khas pemakai bahasa tersebut. 1

9 Di Indonesia, di samping terdapat bahasa Indonesia yang dipakai sebagai bahasa resmi negara, terdapat juga beraneka ragam bahasa daerah seperti bahasa Batak, Melayu, Jawa, Sunda, dan lainlain. Bahasa daerah dipakai sebagai bahasa pengantar dan bahasa pergaulan yang mendukung bahasa nasional, yang dipakai oleh penutur sukusuku bangsa Indonesia. Pembinaan bahasa yang tumbuh berdampingan dengan bahasa Indonesia dan sebagai landasan hukumnya dapat dilihat dalam UUD 1945, Bab, pasal 36 ayat 2, yang mengatakan, di samping bahasa resmi negara, bahasa daerah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh negara. Dan dalam penjelasan UUD 1945 disebut bahwa bahasa di daerahdaerah yang mempunyai bahasa daerah sendiri dipelihara oleh rakyatnya dengan baik. Bahasabahasa itu merupakan sebahagian dari kebudayaan Indonesia. Secara umum kedudukan dan fungsi bahasa daerah telah dirumuskan dalam seminar bahasa Nasional yang diselenggarakan pada bulan Februari 1975 di Jakarta. Kesimpulan seminar tersebut adalah sebagai berikut: 1.Bahasabahasa seperti bahasa Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makasar, Batak, serta bahasabahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia, berkedudukan sebagai bahasa daerah. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 36 BAB, UUD 1945, yang mengatakan bahwa bahasa daerah adalah salah satu unsur kebudayaan Nasional yang hidup dan dilindungi negara. 2.Bahasabahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Bali,Madura, Makasar, Batak, dan bahasabahasa lain yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia, dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, berfungsi sebagai: a. Lambang kebanggaan daerah b. Lambang identitas daerah c. Alat penghubung di dalam keluarga dan masyarakat daerah Di dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai : a. Pendukung pengantar di sekolah dasar (SD) tingkat permula. b. Bahasa pengantar disekolah dasar tingkat permulaan untuk mempelancar pengajaran bahasa Indonesia dan Mata Pelajaran lainnya. c. Alat pengembangan serta pendukung kebudayaan Daerah. 2

10 Pada kesempatan ini penulis membatasi pembahasan hanya dalam satu bahasa daerah saja yakni bahasa Batak. Etnik Batak terdiri atas beberapa subetnik yakni Toba, Simalungun, Karo, Pakpak Dairi, dan Angkola Mandailing. Kelima subetnik ini memiliki bahasa yang satu sama lain mempunyai banyak persamaan. Namun demikian para ahli bahasa membedakan sedikitnya dua cabang bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi yang perbedaannya begitu besar sehingga tidak memungkinkan adanya komunikasi antara dua kelompok tersebut. Bekenaan dengan hal tersebut penulis untuk melihat kekerabatan bahasa, masa pisah bahasa, dan sekaligus prediksi usia bahasa antara kedua cabang bahasa Batak tersebut dengan menggunakan kajian leksikostatistik. Sebelumnya penulis juga memperkenalkan bahwa di samping istilah leksikostatistik ada juga istilah lain yaitu glotokronologi (glottocchronology). Pengertian keduanya pada dasarnya agak berlainan. Namun mengingat bahwa kenyataan kedua istilah saling melengkapi, maka sering pula keduanya disamakan saja. Kajian glotokronologi lebih mengutamakan perhitungan waktu sedangkan kajian leksikostatistik merupakan bagian linguistik historis komparatif yakni bidang linguistik yang menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa serta menyelidiki perbandingan suatu bahasa lain, (Ridwan,1995: 3). Linguistik historis komparatif dapat menentukan hubungan kekerabatan antara bahasabahasa yang seasal. Dalam hal ini penulis memilih bahasa Batak Toba sebagai wakil dari rumpun Selatan dan bahasa Pakpak Dairi dari rumpun Utara. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah kekerabatan bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi yang dikaji berdasarkan kajian leksikostatistik. 3

11 1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Seberapa besar tingkat kesamaan antara kosa kata dasar bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi sebagai dasar kekerabatan. b. Kapan kirakira masa pisah bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi c. Berapa tahun prediksi usia bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mengetahui prosentase kata kerabat antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi b. Mengetahui masa pisah antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi c. Mengetahui prediksi usia kedua bahasa. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk memperkaya khasanah pengetahuan mengenai kajian leksikostatistik terhadap bahasa yang diharapkan berdaya guna bagi para pembaca. Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 4

12 a. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi para peneliti lanjutan. b. Sebagai motivator untuk meningkatkan kegiatan penelitian bahasabahasa daerah yang ada di nusantara. c. Untuk melengkapi khasanah pustaka bahasa dan sastra daerah, khususnya di Perpustakaan Departemen Sastra Daerah. d. Dapat dijadikan sumber informasi tentang linguistik daerah di nusantara. e. Bagi peneliti sendiri, menambah wawasan tentang kajian leksikostatistik bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi serta untuk melengkapi salah satu syarat ujian dalam menempuh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Sastra,, Medan. 1.5 Anggapan Dasar Adapun anggapan dasar penulis simpulkan adalah, kedua bahasa yakni bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi benarbenar berkerabat. Kekerabatan ini perlu diteliti secara komparatif Sejarah Singkat Kabupaten Pakpak Dairi I. Sebelum Penjajahan Belanda Pemerintahan di daerah Dairi telah ada jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda. Walaupun saat itu belum dikenal sebutan wilayah/daerah otonom, tetapi kehadiran sebuah pemerintahan pada zaman tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya pengakuan terhadap Rajaraja Adat. 5

13 Pemerintahan pada masa itu dikendalikan oleh raja ekuten/takal aur/suak dan Pertaki sebagai rajaraja adat merangkap sebagai kepala pemerintahan. Adapun struktur pemerintahan masa itu diuraikan sebagai berikut: a. Raja ekuten, sebagai pemimpin suatu wilayah (suak) atau yang terdiri dari beberapa suku/kuta/kampung. Raja ekuten disebut juga takal aur, yang merupakan kepala negeri. b. Pertaki, sebagai pemimpin satu kuta atau kampung, setingkat di bawah Raja ekuten. c. Sulang Silima, sebagai pembantu Pertaki pada setiap kuta (kampung) Menurut berbagai literatur sejarah bahwa wilayah Dairi dahulu sangat luas dan pernah jaya di masa lalu. Sesuai dengan struktur organisasi pemerintahan tersebut di atas, maka wilayah Dairi dibagi lima wilayah(suak atau aur) yaitu: 1. Suak/Aur SIMSIM, meliputi wilayah: Salak, Kerajaan, Siempat Rube, Sitellu Tali Urang Jehe, Sitellu Tali Urang Julu, dan Manik. 2. Suak/Aur PEGAGAN dan Karo Kampung, meliputi wilayah : Silalahi, Poropo, Tongging, Pegagan Jehe, dan Tanah Pinem. 3. Suak/Aur KEPPAS, meliputi wilayah: Sitellu Nempu, Siempat Nempu, Silima Punggapungga, Lae Luhung, dan Parbuluan. 4. Suak/Aur BOANG, meliputi wilayah: Simpang kanan, Simpang kiri, Lipat Kajang, Elenggen, Gelombang, Runding, dan Singkil (saat ini wilayah Aceh). 5. Suak/Aur SIENEM KODEN/KLASEN, meliputi wilayah: Sienem Koden, Manduamas, dan Barus. 6

14 II. Masa Penjajahan Belanda Pada masa penjajahan Belanda yang terkenal dengan politik Devide Et Impera, maka nilainilai, pola, dan struktur pemerintahan di Dairi mengalami perubahan yang sangat cepat. Dengan mengacu pada sistem dan pembagian wilayah kerajaan Belanda, maka Dairi saat itu ditetapkan sebagai suatu Onder Afdeling yang dipimpin seorang Controleur berkebangsaan Belanda dan dibantu oleh seorang Demang dari penduduk pribumi/bumi putra. Kedua pejabat tersebut dinamai Controleur Der Dairi Landen dan Demang Der Dairi Landen. Selama penjajahan Belanda inilah daerah Dairi mengalami sangat banyak penyusutan wilayah, karena politik penjajahan kolonial Belanda yang membatasi serta menutupi hubungan dengan wilayahwilayah Dairi lainnya yaitu: 1. Tongging, menjadi wilayah Tanah Karo 2. Manduamas dan Barus, menjadi wilayah Tapanuli Tengah 3. Sienem Koden (Parlilitan), menjadi wilayah Tapanuli Utara 4. Simpang Kanan, Simpang Kiri, Lipat Kajang, Gelombang, Runding, dan Singkil menjadi wilayah Aceh. Setelah kolonial Belanda menguasai daerah Dairi, maka untuk kelancaran pemerintahan Hindia membagi Onder Afdeling Dairi menjadi tiga Onder Distric, yaitu: 1. Onder Distric an Pakpak, meliputi tujuh kenegerian yakni: Kenegerian Sitellu Nempu Kenegerian Siempat Nempu Hulu Kenegerian Siempat Nempu Kenegerian Silima Punggapungga 7

15 Kenegerian Pegagan Hulu Kenegerian Parbuluan Kenegerian Silalahi Paropo 2. Onder Distric an Simsim, meliputi enam kenegerian yakni: Kenegerian Kerajaan Kenegerian Siempat Rube Kenegerian Mahala Manjanggut Kenegerian Setellu Tali Urang Jehe Kenegerian Salak Kenegerian Ulu Merah dan Salak Pananggalan 3. Onder Distric an Karo Kampung, meliputi lima kenegerian yakni: 3.1. Kenegerian Lingga (Tigalingga) 3.2. KenegerianTanah Pinem 3.3. Kenegerian Pegagan Hilir 3.4. Kenegerian Juhar Kedupan Manik 3.5. Kenegerian Lau Juhar III. Masa Pemerintahan Pendudukan Jepang Setelah jatuhnya Hindia Belanda atas pendudukan Dai Nippon, maka pemerintahan Belanda digantikan oleh Militerisme Jepang. Secara umum pemerintahan Bala Tentara Jepang membagi wilayah Indonesia dalam tiga bagian yaitu: 1. Daerah yang meliputi Jawa, berada di bawah kekuasaan angkatan darat yang berkedudukan di Jakarta; 8

16 2. Daerah yang meliputi pulau Sumatera, berada di bawah kekuasaan angkatan darat yang berkedudukan di Bukit Tinggi; 3. Daerahdaerah selebihan berada di bawah kekuasaan angkatan laut, yang berkedudukan di Makasar. Pada masa itu pemerintahan Militerisme Jepang di Dairi memerintah cukup kejam dengan menerapkan kerja paksa membuka jalan Sidikalang sepanjang lebih kurang 65 km, membayar upeti, dan para pemuda dipaksa masuk Heiho dan Giugun untuk bertempur melawan militer sekutu. Pada masa pemerintahan Jepang, pada dasarnya tidak terdapat perubahan prinsipil dalam susunan pemerintahan di Dairi. Karena tidak mengubah susunan/struktur pemerintahan di Dairi, tetapi mengganti nama jabatan, antara lain yaitu: a. Demang diganti menjadi GUNTYO b. Asisten Demang diganti menjadi HUKU GUNTY c. Kepala Negeri diganti menjadi BUN DANTYO d. Kepala Kampung diganti menjadi KUNTYO I. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia Setelah kemerdekaan diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945, maka pasal 18 UUD 1945 menghendaki dibentuknya undangundang yang mengatur tentang pemerintahan daerah, sehingga sebelum undangundang tersebut dibentuk, oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia dalam rapatnya tanggal 19 Agustus 1945 menetapkan daerah Republik Indonesia untuk sementara dibagi atas 8 (delapan) provinsi yang masingmasing dikepalai oleh seorang gubernur. 9

17 Daerah provinsi dibagi dalam keresidenan yang dikepalai oleh seorang residen. Gubernur dan residen dibantu oleh Komite Nasional Daerah. a. Berlakunya Undangundang Nomor 1 Tahun 1945 Sesuai dikeluarkannya Undangundang Nomor 1 tahun 1945, maka di Dairi dibentuklah Komite Nasional Daerah untuk mengatur pemerintahan dalam mengisi kemerdekaan dengan susunan sebagai berikut: Ketua Umum Ketua I Ketua II Ketua III Sekretaris I Sekretaris II Bendahara I Bendahara II : Jonathan Ompu Tording Sitohang : Djauli Manik : Noeh hasibuan : Raja Elias Ujung : Tengku Lahuami : Gr. Gindo Muhammad Arifin : Mula Batubara : St. Stepanus Sianturi Menghadapi agresi I dan II dari Belanda pemerintahan dari kabupaten membentuk S3 satuan batalyon termasuk didalam satuansatuan Kompi, Pleton, dan Reguregu dibantu Pertahanan Rakyat Sementara (PRS). Selama oprasi II bahwa pertahanan Dairi tidak dapat bertahan, baik di Kuta Buluh maupun di Sumbul sehingga tanggal 25 Desember 1948 kota Sidikalang diduduki oleh Belanda menyebabkan Bupati Dairi dan Staf mundur ke Karing dan Sidiangkat. Setelah itu Belanda dengan gencar melakukan penyerangan ke kecamatan dan desa, berusaha menangkap Bupati Dairi dan Staf maupun kepala kepolisian. Di samping itu rakyat juga sudah mengungsi berpencar ke gununggunung Desa. 10

18 Dengan rumusan rapat oleh Kepala pemerintahan, Kepala kepolisian, dan Staf di Gunung Tire Pandan yang diikuti Komandan Sektor III/ II tanggal 11 Januari 1949 ditetapkan : 1. Pemerintahan RI terus berjalan dipertahankan 2. Pemerintahan harus di Militeliser 3. G.B Pinem diangkat menjadi kepala pemerintahan militer Kabupaten Dairi dengan SK Komandan Sektor III tanggal 1 Januari 2949 Nomor I/M/ Dengan SK Komandan Sektor III Tanggal 8 Januari 1949 Nomor II/PM/mulai Sebayang diangkat menjadi Kepala kepolisian Kabupaten Dairi. 5. Kecamatan di mekarkan dari 6 (enam) kecamatan menjadi 8 (delapan) kecamatan. Setelah beberapa minggu kemudian di Puri tanggal 8 Januari 1949 dilakukan konfrensi di Lau Parimbon diikuti unsurunsur pemerintahan, para pejabatpejabat dengan menghasilkan keputusan sebagai berikut: a. Pemerintahan di Dairi mendapat pesetujuan menjadi pemerintahan militer b. Menyetujui pemekaran kecamatan dan kenegerian c. Menyetujui pembentukan Polisi pemerintahan militer Setelah menjelang empat bulan berjalan pemerintahan militer Kabupaten Dairi, oleh residen Tapanuli dengan Surat Keputusan Nomor 4573/BM tanggal 6 April 1949 diangkat K.M. Maha selaku Bupati Dairi (sebelum wedana kewedanaan Simsim ). 11

19 Bulan maret 1950 gubernur provinsi Tapanuli/Sumatera Timur Selatan menetapkan bahwa Kabupatenkabupaten administratif dibubarkan Kabupaten Dairi di kembalikan ke daerah Hukum Tapanuli Utara. Dengan SK Komandan Sektor III/ II tanggal Nomor SU/III/3/37; ditetapkan susunan Kehakiman Tentara yang diketua Mayor Selamat Ginting. Setelah terbentuknya pemerintahan militer Kabupaten Dairi yang dipimpin G.B. Pinem dengan sekretaris Bontasius Simangunsong dengan pengatur usaha J.S. Meliala, juru usaha Mantas Tarigan, dan staf Hanjah Nababan. b. Masa Agresi Militer I. Pada masa agresi militer I, yakni tanggal 6 Juli 1947 Belanda telah menguasai Sumatera Timur sehingga masyarakat Dairi yang berada di sana mengungsi kembali ke Dairi. Untuk menyelenggarakan pemerintahan serta menghadap perang melawan agresi Belanda, maka residen Tapanuli saat itu Dr. Ferdinan Lumban Tobing, selaku gubernur militer Sumatera Timur dan Tapanuli, menetapkan keresidenan Tapanuli menjadi empat kabupaten yaitu: 1. Kabupaten Dairi 2. Kabupaten Toba Samosir 3. Kabupaten Humbang 4. Kabupaten Silindung Kabupaten Dairi saat itu dibagi menjadi 3 (tiga) kewedanaan yaitu: 1. Kewedanaan Sidikalang, dipimpin oleh J. O. T. Sitohang Kewedanaan Sidikalang dibagi atas 2 (dua) kecamatan yaitu: 12

20 a. Kecamatan Sidikalang, dipimpin oleh Tahir Ujung b. Kecamatan Sumbul, dipimpin oleh Mangaraja Lumban Tobing. 2. Kewedanaan Simsim, dipimpin oleh Raja Kisaran Massy Maha. Kewedanaan Simsim dibagi atas 2 (dua) kecamatan yaitu: a. Kecamatan Kerajaan, dipimpin merangkap oleh Raja Kisaran Messy Maha b. Kecamatan Salak, dipimpin oleh Poli Karpus Panggabean. 3. Kewedanaan Karo Kampung, dipimpin oleh Gading Barklomeus Pinem. Kewedanaan Karo Kampung, dibagi atas dua kecamatan yaitu: a. Kecamatan Tigalingga, dipimpin oleh Ngapid Davit Tarigan. b. Kecamatan Tanah Pinem, dipimpin oleh Johannes Pinem. c. Masa Agresi Militer II. Pada masa agresi II Belanda, maka hampir seluruh wilayah Indonesia dapat dikuasai kembali oleh Belanda. Demikian halnya di Dairi bahwa Belanda telah berhasil menduduki kota Sidikalang dan Tigalingga, sehingga saat itu Bupati Dairi, Paulus Manurung menyerah sedangkan sebagian besar masyarakat serta pegawai pemerintahan mengungsi dari kota Sidikalang untuk menghindari serangan Belanda. Untuk menyusun strategi melawan agresi Belanda, maka Mayor Selamat Ginting selaku Komandan dan Sektor III Sub Teritorium II memanggil Gading Barklomeus Pinem dan J.S. Meliala ke kampung Jandi Tanah Karo. Berdasarkan surat perintah Komandan Sektor III Sub Teritorium II tanggal 11 Januari 1949 Nomor 2/PM/1949/ diangkatlah G.B. Pinem sebagai kepala pemerintahan militer di Dairi dan J.S. Meliala sebagai sekretaris. 13

21 Untuk lebih menyempurnakan pemerintahan militer menghadapi agresi Belanda, maka Dairi dimekarkan dari 6 (enam) kecamatan menjadi 12 (dua belas) kecamatan, yaitu: 1. Kecamatan Sidikalang 2. Kecamatan Sumbul 3. Kecamatan Tigalingga 4. Kecamatan Tanah Pinem 5. Kecamatan Kerajaan 6. Kecamatan Salak 7. Kecamatan Silima Punggapungga 8. Kecamatan Siempat Nempu 9. Kecamatn Parbuluan 10. Kecamatan Silalahi Paropo 11. Kecamatan Pegagan Hilir 12. Kecamatan Gunung Sitember Dengan demikian kecamatan yang telah terbentuk sebelumnya untuk menghadapi agresi Belanda II di Dairi dan dihapuskan setelah penyerahan kedaulatan adalah: a. Kecamatan Parbuluan b. Kecamatan Pegagan c. Kecamatan Silalahi d. Kecamatan Gunung Sitember 14

22 Kecamatan yang tetap dipertahankan keberadaannya adalah: a. Kecamatan Silima Punggapungga b. Kecamatan Siempat Nempu d. Pasca Agresi Militer II Setelah situasi dan kondisi politik kembali normal dari pergolakan agresi militer dengan adanya pengakuan kedaulatan, maka sesuai dengan ketentuan Undangundang Nomor 22 tahun 1948 yaitu undangundang pokok tentang pemerintahan daerah yang sebenarnya telah berlaku sejak diumumkan tanggal 10 Juni 1948, maka semua kabupaten yang dibentuk pada masa agresi militer I dan II Harus kembali dilebur, sehingga Kabupaten Dairi yang telah dibentuk tanggal 1 Oktober 1947 harus menjadi bagian dari Kabupaten Tapanuli Utara dengan ibukotanya Tarutung. Akibat peleburan dan penggabungan wilayah Kabupaten Dairi menjadi bagian dari Tapanuli Utara, maka tokohtokoh masyarakat Dairi terus berjuang dalam satu tekat meminta kepada pemerintah pusat melalui pemerintahan provinsi Sumatera Utara agar keinginan menjadi daerah otonom Tingkat II Dairi dapat segera disetujui berdasarkan undangundang. e. Masa Pemberontakan PRRI Kemudian peristiwa penting terjadi pada tahun 1958, karena timbulnya peristiwa pemberontakan PRRI yang mengakibatkan terputusnya hubungan antara Sidikalang (Dairi) dengan Tarutung sebagai ibu kota Tapanuli Utara, sehingga kegiatan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan hampir vakum. Atas kondisi rawan tersebut untuk menjaga kevakuman pemerintahan oleh gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara dengan suratnya Nomor 656/UPS/1958 Tanggal 28 15

23 Agustus 1958 mengambil kebijakan penting dalam pemerintahan dengan menetapkan daerah Dairi menjadi wilayah administratif yaitu: Coordinator Schaap, yang secara langsung berurusan dengan Provinsi Sumatera Utara. Untuk mengisi Coordinator Schaap pemerintahan di Dairi dihunjuk sebagai pimpinan adalah Nasib Nasition (Pati pada kantor gubernur Sumatera Utara), dan tidak begitu lama diangkatlah Djauli Manik sebagai Coordinator Schaap pemerintahan Dairi. f. Perjuangan Pembentukan Kabupaten Dairi Sejak tahun 1958, aspirasi masyarakat Dairi untuk memperjuangkan daerahnya sebagai kabupaten yang otonom tetap tumbuh berkembang dengan mengutus pertama kali tokoh masyarakat menyampaikan hasrat yang dimaksud agar disetujui. Aspirasi dan tuntutan tersebut terus berkembang sampai tahun 1964 dan saat itu tokoh masyarakat, Mangantar Dairi Solin dan kawankawan diutus dan berangkat ke Jakarta untuk memperjuangkannya di departemen dalam negeri. Akhirnya pertimbangan persetujuan pembentukan daerah otonom Kabupaten Dairi, diproses oleh pemerintahan pusat. Menteri Dalam Negeri saat itu Bapak Sanusi Harjadinata yang pada tahun itu menyetujui daerah Tingkat II Dairi menjadi daerah otonom kabupaten yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara. A. Berlakunya Undangundang Nomor 5 Tahun 1974 Pada masa berlakunya Undangundang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokokpokok pemerintahan di daerah, maka telah ditetapkan dalam pasal 75 bahwa pembentukan, nama, batasan, sebutan, dan ibu kota wilayah administratif (termasuk kecamatan) diatur dengan peraturan pemerintah. 16

24 B. Berlakunya Undangundang Nomor 22 tahun 1999 Setelah pembentukan Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, maka sesuai ketentuan pasal 66 ayat 6 bahwa pembentukan kecamatan ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam memedomani keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2000 tentang pedoman pembentukan maka aspirasi masyarakat memekarkan Kecamatan Silima Punggapungga, dan Kecamatan Salak dibentuklah 2(dua) Kecamatan baru yaitu Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Urang Jehe. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 5 Tahun 2002 tentang pembentukan Kecamatan Berampu dan Kecamatan Gunung Sitember. C. Pemekaran Kabupaten Dairi Berdasarkan uraian singkat pembentukan, pembangunan, dan perkembang wilayah pemerintahan di Kabupaten Dairi sejak kemerdekaan tersebut di atas, maka fenomena pemerintahan yang cukup menarik untuk dipertahankan (Epron 2003) adalah: Keterlambatan pengembangan daerah Dairi yang menurut literature sejarah, wilayah dahulu cukup luas dan pernah jaya di masa lalu. Asumsi awal yang dapat dibuktikan adalah tingkat penyebaran penduduk masyarakat asli Pakpak/Dairi ditinjau dari segi letak geografis wilayah serta interaksi sosial, sistem kekerabatan, adat, budaya, dan bahasa daerah sangat dekat dengan mayoritas masyarkat yang ada di beberapa daerah lainnya seperti: Parlilitan, Manduamas, Barus, Gayo, Alas, dan Aceh Singkil, tetapi terpisah berdasarkan pembagian daerah otonom atau wilayah administrasi pemerintahan. Keterlambatan pembentukan dan pembangunan wilayah pemerintahan, khususnya pada wilayah eks kewedanaan Simsim, wilayah Silalahi Paropo dan gunung Sitember maupun eks wilayah Sitellu Nempu. 17

25 Pada kenyataan bahwa sejak tahun 1947, wilayah eks kewedanaan Simsim atau dikenal dengan sebutan Onder District an Simsim pada masa penjajahan Belanda dahulu (yakni kecamatan Salak dan kecamatan Kerajaan), setelah 53 tahun terbentuknya Kabupeten Dairi yang dapat dimekarkan hanya kecamatan Salak pada tahun Dengan mempedomani ketentuan Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 dan keputusan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 Tahun 2000 tentang pedoman pembentukan kecamatan, maka dibentuk kecamatan Sitellu Tali Urang Jahe berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Dairi Nomor 33 Tahun 2000 sebagai hasil dari pemekaran kecamatan Salak dan diresmikan secara defenitip oleh Bupati Dairi, Dr. Master Parulian Tumanggor pada hari kamis tanggal 15 Februari 2001 di Sebande (ibu kota kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe) Ketertinggalan pembangunan selama ini pada eks kewedanaan Simsim pada hakikatnya sangat dipengaruhi keterlambatan pembentukan dan pengembangan wilayah mengingat kondisi politik, sistem pemerintahan, dan pembangunan daerah saat itu, maupun ketentuan perundangundangan yang mengatur pembentukan kecamatan dan pembentukan daerah otonom kabupaten sangat sulit dilaksanakan sebelum berlakunya Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 dan kondisi ini jauh diasumsikan mengilhami semangat pemekaran Kabupaten Dairi, khususnya wilayah Simsim dan sekitarnya, dengan mengusulkan pembentukan Kabupaten Pakpak Barat. Berdasarkan Undangundang RI Nomor 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Barat, dan Kabupaten Humbang hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (Lemabaran Negara RI Tahun 18

26 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4227), maka telah ditetapkan wilayah Kabupaten Pakpak Barat terdiri atas 3(tiga) kecamatan yaitu: 1. Kecamatan SitelluTali Urang Jehe, 2. Kecamatan Kerajaan, dan 3. Kecamatan Salak 1.7. Sejarah Singkat Kabupaten Samosir Penerapan Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah dan Undangundang Nomor 33 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, telah mendorong munculnya aspirasi masyarakat di daerah untuk membentuk Kabupaten/Kota baru yang bersifat otonom. Sebab dengan status daerah otonom baru, mereka berharap akan memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu Kabupaten yang menjadi agenda pemekaran Kabupaten Toba Samosir adalah membentuk Kabupaten Samosir, yang berada di tengahtengah Provinsi Sumatera Utara. Untuk itu kajian peningkatan pemekaran Kabupaten Toba Samosir dengan melahirkan calon Kabupaten Samosir perlu segera dilakukan, mengingat sudah waktunya pelaksanaan Undangundang Nomor 22 Tahun Oleh karena itu, kajian dan penelitian data perlu dilakukan untuk mendapatkan penilaian objektif dengan berdasar pada ketentuan yang berlaku mengingat bahwa pengelolaan potensi kekayaan yang ada di daerah memerlukan kajian dan pengaturan yang rasional, professional, dan bertanggung jawab sesuai dengan kondisi dan potensi daerah masingmasing. Aspirasi masyarakat untuk memekarkan Kabupaten Samosir menjadi dua kabupaten, didasarkan pada desakan masyarakat wilayah Samosir dan DPRD Kabupaten 19

27 Toba Samosir, maka Kabupaten Toba Samosir diusulkan dan direncanakan pemekarannya yaitu : 1. Kabupaten Toba Samosir (Induk) terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan yaitu Kecamatan Balige, Laguboti, Silaen, Habinsaran, Porsea, Lumbanjulu, Uluan, Pintu Pohan Meranti, Ajibata, dan Kecamatan Borbor. 2. Kabupaten Samosir (Calon) terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan Pangururan, Sianjur, Mulamula, Simanindo, Nainggolan, Onan Runggu, Palipi, Ajibata, dan Sitiotio. Sesuai dengan aspirasi dan argumentasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD Kabupaten Toba Samosir dan Pemkab Toba Samosir serta Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah ditindaklanjuti aspirasi masyarakat tersebut dengan : 1. Keputusan DPRD Kebupaten Toba Samosir Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir tanggal 20 Juni Surat Bupati Toba Samosir Nomor 1101/Pem/2002 tanggal 24 Juni 2002 yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara. 3. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 135/1187/Pem/2002 tanggal 3 Juli 2002 perihal laporan tentang aspirasi masyarakat Samosir untuk membentuk Kabupaten Samosir, yang ditujukan kepada gubernur Sumatera Utara. 4. Undangundang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai tanggal 18 Desember

28 Terakhir, dari setiap argumentasi dan usulan DPRD dan Bupati Toba Samosir, usulan ini diakomodir dengan keluarnya terbentuknya Samosir sebagai kabupaten baru merupakan langkah awal untuk melalui percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Tujuan pembentukannya adalah untuk menegakkan kedaulatan rakyat dalam rangka perwujudan sosial, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan untuk merespon serta merestrukturisasi jajaran pemerintahan daerah dalam rangka mempercepat proses pembangunan sehingga dalam waktu yang cukup singkat dapat sejajar dengan kabupaten lainnya, sehingga secara langsung akan mengangkat harkat hidup masyarakat yang ada di kabupaten Samosir pada khususnya, Provinsi Sumatera Utara pada umumnya. Luas wilayah Kabupaten Samosir secara keseluruhan mencapai Ha, terdiri dari daratan seluas Ha dan perairan danau seluas Ha. Luas dan batas perairan di kawasan Danau Toba belum ada ketentuan yang pasti. Namun mengingat Pulau Samosir tepat berada dan dikelilingi oleh Danau Toba, secara proporsional luas perairan Danau Toba yang menjadi bahagian daerah Kabupaten Samosir sewajarnyalah merupakan bahagian yang terluas dibandingkan dengan enam kabupatenkabupaten lainnya di sekeliling perairan Danau Toba. 21

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Untuk menulis suatu karya ilmiah, bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang. Seorang penulis harus mencari dan mengumpulkan datadata yang akurat serta bukubuku acuan yang relevan, atau yang ada hubungannya dengan objek yang diteliti. peneliti. Dalam penelitian ini penulis mengutip beberapa pendapat dari beberapa Menurut Mahsun,(1995:115) Leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung prosentase perangkat kognat (kerabat). Menurut Keraf,(1984: 121) Leksikostatistik itu suatu tehnik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan katakata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdsarakan prosentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. Dalam skripsi erawati meneliti di Desa Pardomuan 1 Kecamatan Pangururan untuk bahasa Batak Toba, dan bahasa Karo di Desa Seberaya, sedangkan Peneliti sendiri meneliti di Desa Panampangan untuk bahasa Batak Toba, bahasa Pakpak Dairi di Kelurahan Sidiangkat. Dalam hal ini erawati memakai 809 kosa kata yang dikutip dari buku Mahsun dan Swades, sedangkan Peneliti sendiri memakai 809 kosa kata yang di kutip dari buku Mahsun dan Keraf. Walaupun kedua Peneliti tersebut membahas tentang perbedaan bahasa, namun banyak perbedaan dan kesamaan antara skripsi kedua peneliti tersebut. 22

30 2.2 Teori yang Digunakan Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori yang digunakan untuk membimbing dan memberi arahan dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis. Adapun teori penulis gunakan adalah teori Linguistik Historis Komparatif yakni bidang linguistik yang menyelidiki perumpunan, penemuan, dan perekonstruksian bahasa purba yang menurunkan bahasa tersebut. Dalam pembahasan penulis menggunakan buku Keraf yang berjudul Linguistik Historis Bandingan, sebagai dasar pembahasan penulis mencakup semua prosedur yang terdapat dalam buku tersebut. Sedangkan untuk daftar pertanyaan atau kuesioner, penulis menggunakan daftar pertanyaan yang disusun oleh Mahsun dalam bukunya berjudul Dialektologi Diakronis, karena penulis melihat daftar pertanyaan tersebut sudah digunakan oleh Mahsun dan terbukti dapat memperlihatkan hasil yang sangat akurat jumlah glos yang disusun oleh Mahsun ada sebanyak 809 kosa kata (glos). Teknik leksikostatistik yaitu: 1. Mengumpulkan kosa kata 2. Menghitung kata kerabat 3. Menghitung waktu pisah 4. Menghitung jangka kesalahan Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan katakata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan 23

31 prosentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain (Keraf : 1984 : 121). Dengan demikian, yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian mengenai usia bahasa, yaitu mengenai kapan sebuah bahasa muncul dan bagaimana hubungannya dengan bahasabahasa kerabat lainnya. 2.3 Asumsi Dasar Leksikostatistik Ada empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya dan bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih (Keraf: 1984: 123) Asumsiasumsi dasar tersebut adalah : 1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya. Kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar adalah kosa kata dasar yang merupakan katakata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa sekaligus merupakan unsurunsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa. Kosa kata yang diambil dalam metode leksikostatistik dibatasi jumlahnya, setelah diadakan penilaian yang ketat dan pengujianpengujian untuk menerapkan metode ini secara baik. Yang ingin dicapai dalam seleksi ini adalah dapat disusun sebuah daftar yang bersifat universal, artinya kosa kata yang dianggap harus ada pada semua bahasa sejak awal mula perkembangannya. Kosa kata dasar itu meliputi : 1. Bagian tubuh 2. Kata ganti, sapaan, dan acuan 3. Sistem kekerabatan 24

32 4. Kehidupan desa dan masyarakat 5. Rumah dan bagianbagiannya 6. Peralatan dan perlengkapan 7. Makanan dan minuman 8. Tumbuhtumbuhaan, bagian, buah, dan hasil olahannya 9. Binatang dan bagiannya 10. Waktu, musim, keadaan alam, benda, alam dan arah 11. Gerak dan kerja 12. Perangai, sifat, dan warna 13. Penyakit 14. Pakaian dan perhiasan 15. Bilangan dan ukuran Penulis mengusulkan sekitar 809 kosa kata dasar yang dianggap universal, artinya dianggap ada pada kedua bahasa tersebut. 2. Retensi (ketahanan ) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa. Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang ada dalam suatu bahasa, suatu prosentase tertentu selalu akan bertahan dalam tahun. Kalau asumsi ini diterima, maka dari sebuah bahasa yang memiliki 809 kosa kata, sesudah tahun akan bertahan 80,5%, dan dari sisanya sesudah tahun kemudian akan bertahan lagi prosentase yang sama. 3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama Setelah menguji beberapa bahasa dengan asumsi dasar ketiga ini, hasilnya akan menunjukan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar suatu bahasa bertahan dengan angkaangka ratarata 80,5%. 25

33 Apabila kita ingin menghitung retensi ( ketahanan) kosa kata dasar kedua bahasa dengan mempergunakan asumsi dasar kedua, dapat dinyatakan dengan rumus : 80.5% x N. di mana N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada pada awal kelipatan 1000 tahun kedua bahasa. Sehingga dari 809 kosakata dasar (N) suatu bahasa sesudah 1000 tahun pertama akan tinggal 80,5% x 809 kata = 651,245, dibulatkan menjadi 651 kata, sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal 80,5% x 651 kata = 524,1 kata atau dibulatkan menjadi 524 kata. Selanjutnya sesudah 1000 tahun ketiga kosa kata dasar yang tinggal adalah 80,5% x 524 kata = 421,82 kata atau dibulatkan menjadi 422 kata.pada 1000 tahun keempat kosa kata dasar tinggal 80,5% x 422 kata = 339,71 kata atau dibulatkan menjadi 340 kata. Demikian selanjutnya sesudah 1000 tahun kelima maka kosa kata dasarnya tinggal 80,5% x 340 kata = 273,7 kata atau dibulatkan menjadi 274 kata dan seterusnya. 4. Bila prosentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahasa tersebut. Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, dan keempat, kita dapat menghitung usia atau waktu pisah bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi kalau diketahiu prosentase kata kerabat kedua bahasa itu. Dan karena dalam tiap 1000 tahun kedua bahasa kerabat itu masing masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam prosentase yang sama, maka waktu pisah dalam kedua bahasa itu harus dibagi dua. Misalnya prosentase kata kerabatnya adalah 80, 5%, maka waktu pisah kedua bahasa adalah 500 tahun yang lalu. 26

34 Berdasarkan prinsip itu, waktu pisah kedua bahasa kerabat dengan prosentase kata kerabat yang diketahui adalah seperti tertera dalam tabel berikut ini (Keraf: 1984: 125): Tabel 1 Prosentase Kata Kerabat Jumlah kata kerabat antara bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi ( N x 19% N) Porsentase kata kerabat (N: 2 x 19% N) Usia (waktu pisah) antara bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi sekian tahun yang lalu ( dibagi 2)

35 Prosentase retensi kata kerabat setiap seribu tahun dibulatkan menjadi 81%. Usia pisah dalam ribuan tahun harus dibagi dua, karena masingmasing bahasa dalam seribu tahun akan kehilangan 19%. 2.4 Teknik Leksikostatistik Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu mengambil langkah yang merupakan teknik metode leksikostatistik seperti : a. Mengumpulkan Kosa Kata Dasar Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih adalah mengumpulkan daftar kosakata dasar dari bahasabahasa yang diteliti. Pada kesempatan ini penulis menggunakan daftar yang disusun oleh Mahsun yang 28

36 berisi 845 kata. Sebenrnya daftar yang disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata sudahlah yang merupakan daftar yang baik. Namun, kecenderungan dan kajian ini adalah semakin singkat suatu daftar semakin besar pula peluang untuk membuat kesalahan. Atau dengan kata lain, semakin banyak daftar yang kita susun maka semakin kecil peluang kesalahnya. Oleh karena itulah penulis menggunakan daftar Mahsun, selain daftarnya lebih banyak, kosa katanya juga terdiri atas katakata yang sesuai dengan keadaan cultural kedua bahasa yang dibandingkan b. Menghitung Kata Kerabat Setelah dilalui penelitian/analisis maka dapat diterapkan bahwa bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi benarbenar berbeda seperti contoh berikut ini: Tabel 1 1. Gloss yang tidak diperhitungkan Glos Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi Pintar (Men) Menggolong Surau Kasau Klenteng Tabel 2 2. Pengesolasian morfem terikat Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi Mengikat Ikkat Ingket 29

37 Tabel 3 3. Penetapan kata kerabat a. Pasangan itu identik Gloss Bahasa BatakToba Bahasa Pakpak Dairi Betis Bitis Bitis Tubuh Daging Daging Bantal Battal Battal Tabel 4 b. Pasangan itu memiliki korespondensi fonemis Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi Bukit Dolok Delleng Hudon Koden Periuk Panas Mohop Mukup Takut Mabiar Mbiar Tabel 5 c. Kemiripan serta fonetis Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi Terbang Habang Kabang Mengapung Mumbang Mombang Jurang Lombang lumbang 30

38 Tabel 6 d. Satu fonem berbeda Gloss Bahasa Toba Bahasa Pakpak Tungku Dalihan Dalihen Pancing Hail Kail Batang Bona Benna Sesudah menetapkan katakata kerabat dengan prosedur seperti yang dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya prosentase kekerabatan antara kedua bahasa itu.prosentase kata kerabat dihitung dari jumlah pasangan yang sisa, yaitu 809 kata dikurangi dengan kata atau gloss yang tidak dapat diperhitungkan karena kosong atau pinjaman. Dari 809 kata untuk bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi hanya terdapat 736 pasangan kata yang lengkap, 73 gloss tidak mempunyai pasangan. Dari 736 pasangan yang ada terdapat 305 pasangan kata kerabat, atau hanya 37,70 % kata kerabat. Dengan selesainya menetapkan prosentase kata kerabat, maka akan dapat dilakukan prosedur berikut, yaitu menghitung usia dan waktu pisah kedua bahasa tersebut. Untuk maksud tersebut hendaknya diperhatikan dua hal dari perhitungan kata kerabat yaitu : 37,70 % kata kerabat, dan 736 pasangan kata yang ada. c. Menghitung Waktu Pisah Waktu pisah antar dua bahasa kerabat yang telah diketahui prosentase kata kerabatnya,dapat di hitung dengan mempergunakan rumus berikut : W = Dimana : log. C 2log. r 31

39 W : Waktu perpisahan bahasa dalam ribuan (milenium) tahun yang lalu. r : Retensi, atau prosentase konstan dalam 1000 tahun, atau disebut juga indeks C : Prosentase kerabat log : logaritma dari 32

40 BAB III METODE PENELITAN 3.1 Metode Dasar Prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas masalah adalah metode. Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan metode leksikostatistik. Metode leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung prosentase perangkat kognat (Mahsun, 1995 : 115). Kosa kata yang menjadi dasar perhitungan adalah kosa kata dasar (basic vocabulary) yang meliputi katakata ganti, katakata bilangan, sistem kekerabatan, anggota badan, alam dan sekitarnya, serta alat perlengkapan seharihari yang sudah ada sejak permulaan. Penerapan metode leksikostatistik bertumpu pada asumsi dasar ( Keraf, 1984 : 123) yaitu : a. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya. b. Retensi (ketahanan) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa. c. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama. d. Bila prosentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahsa tersebut. Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu diambil langkahlangkah tertentu. Langkahlangkah tersebut sekaligus merupakan teknikteknik leksikostatistik. Di antara langkahlangkah yang sangat diperlukan adalah : 1. Mengumpulkan kosa kata dasar kata kerabat. 2. Menetapkan pasanganpasangan mana dari kedua bahasa yang berkerabat. 3. Menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa. 33

41 4. Menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu pisah yang lebih cepat. 3.2 Lokasi Sumber Data dan Instrumen Penelitian Lokasi sumber data peneliti adalah Desa Panampangan untuk bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi di Kelurahan Sidiangkat. Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan atau mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat rekam (tape recorder), daftar pertanyaan (kuesioner), pulpen (alat tulis), dan alat hitung. 3.3 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metodemetode sebagai berikut : A. Metode Kepustakaan yaitu penulis mencari bukubuku yang berhubungan dengan penulisan skripisi ini. B. Metode observasi yaitu penulis langsung turun ke lokasi penelitian melakukan pengamatan tempat, jumlah, dan pemakai (penutur), bahasa serta prilaku selama pelaksaan penggunaan bahasa berlangsung. C. Metode wawancara yaitu melakukan wawancara kepada informan yang dianggap memenuhi syaratsyarat sebagai informan untuk dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan menggunakan teknik rekam dan catatan. 34

42 Adapun syaratsyarat sebagai informan menurut (Mahsun, 1995 :106) adalah: 1. Berjenis kelamin pria atau wanita 2. Berusia antara 2565 tahun (tidak pikun) 3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desa itu 4. Berstatus sosial menengah 5. Pekerjaannya bertani dan buruh 6. Dapat berbahasa Indonesia 7. Sehat jasmani dan rohani 8. Berpendidikan (minimal tamatan SD dan sederajat) D. Metode kuesioner atau daftar pertanyaan berisikan kosa kata informan. 3.4 Metode Analisis Data Tahap untuk menyelesaikan data yang terkumpul adalah menganalisisnya. Sehubungan dengan teknik yang penulis gunakan yakni teknik leksikostatistik, maka untuk menganalisis data dilakukan dengan menerapkan prosedur yang sudah ada. Adapun prosedur yang harus diikuti sebagai analisis data adalah sebagai berikut: a. Mengumpulkan kosa kata dasar bahasa kerabat yaitu melalui penyebaran kuesioner pengumpulan data atau daftar pertanyaan b. Menghitung Kata Kerabat, yakni dengan mengikuti prosedur yang sudah ditentukan seperti : 1. Glos yang tidak diperhitungkan 2. Pengisolasian morfem terikat 3. Penetapan kata kerabat 35

43 Selain itu untuk menghitung prosentase kata kerabat digunakan rumus (Keraf:1984: 127): K C = x100% G Di mana C = cognates atau kata kerabat K = jumlah kosa kata kerabat G = jumlah glos c. Menghitung Waktu Pisah. Waktu pisah antara dua bahasa kerabat yang telah diketahui prosentase kata kerabatnya, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus berikut (Keraf: 1984: 130): W = logc 2log r Di mana : W = waktu perpisahan dalam ribuan (melenium)tahun yang lalu r = retensi atau prosentase konstan dalam 1000, atau disebut juga indeks C = prosentase kerabat Log = logaritma dari d. Menghitung jangka keselahan Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya digunakan kesalahan standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan dengan rumus berikut ini (Keraf: 1984:132): 36

44 S = c ( 1 c) n Di mana: S c n = kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat = prosentase kata kerabat = jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun non kerabat) Hasil dari kesalahan ini jumlahkan dengan prosentase kerabat untuk mendapatkan c baru. Dengan c yang baru ini sekali lagi dihitung waktu pisah dengan mempergunakan rumus waktu pisah pada teknik c. 37

45 BAB I PEMBAHASAN 4.1 Menghitung Kata Kerabat Setelah dilalui penelitian/analisis maka dapat diterapkan bahwa bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi benarbenar berbeda seperti contoh berikut ini: Tabel 1 1. Gloss yang tidak diperhitungkan Glos Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi Pintar (Men) Menggolong Surau Kasau Klenteng Tabel 2 2. Pengesolasian morfem terikat Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi Mengikat Ikkat Ingket 38

46 Tabel 3 3. Penetapan kata kerabat a. Pasangan itu identik Gloss Bahasa BatakToba Bahasa Pakpak Dairi Betis Bitis Bitis Tubuh Daging Daging Bantal Battal Battal Tabel 4 b. Pasangan itu memiliki korespondensi fonemis Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi Bukit Dolok Delleng Hudon Koden Periuk Panas Mohop Mukup Takut Mabiar Mbiar Tabel 6 c. Kemiripan serta fonetis Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Pakpak Dairi Terbang Habang Kabang Mengapung Mumbang Mombang Jurang Lombang lumbang 39

47 Tabel 7 d. Satu fonem berbeda Gloss Bahasa Toba Bahasa Pakpak Tungku Dalihan Dalihen Pancing Hail Kail Batang Bona Benna Sesudah menetapkan katakata kerabat dengan prosedur seperti yang dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya prosentase kekerabatan antara kedua bahasa itu.prosentase kata kerabat dihitung dari jumlah pasangan yang sisa, yaitu 809 kata dikurangi dengan kata atau gloss yang tidak dapat diperhitungkan karena kosong atau pinjaman. Dari 809 kata untuk bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi hanya terdapat 736 pasangan kata yang lengkap, 73 gloss tidak mempunyai pasangan. Dari 736 pasangan yang ada terdapat 305 pasangan kata kerabat, atau hanya 37,70 % kata kerabat. Dengan selesainya menetapkan prosentase kata kerabat, maka akan dapat dilakukan prosedur berikut, yaitu menghitung usia dan waktu pisah kedua bahasa tersebut. Untuk maksud tersebut hendaknya diperhatikan dua hal dari perhitungan kata kerabat yaitu : 37,70 % kata kerabat, dan 736 pasangan kata yang ada. 4.2 Menghitung Waktu Pisah Waktu pisah antar dua bahasa kerabat yang telah diketahui prosentase kata kerabatnya,dapat di hitung dengan mempergunakan rumus berikut : W = log. C 2log. r 40

48 Dimana : W : Waktu perpisahan bahasa dalam ribuan (milenium) tahun yang lalu. r : Retensi, atau prosentase konstan dalam 1000 tahun, atau disebut juga indeks C : Prosentase kerabat log : logaritma dari Rumus di atas dapat diselesaikan dengan mengikuti tahaptahap berikut : 1. Mulamula mengenai logaritma C dan R dalam daftar logaritma : TABEL II LOGARITMA N 0,00 0,01 0, ,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 2,303 1,609 1,204 0,916 0,693 0,511 0,357 0,223 0,105 2,207 1,561 1,171 0,892 0,673 0,494 0,342 0,211 0,094 2,120 1,514 1,139 0,868 0,654 0,478 0,329 0,198 0,083 2,040 1,470 1,109 0,844 0,635 0,462 0,315 0,186 0,073 1,966 1,427 1,079 0,821 0,616 0,446 0,301 0,174 0,062 1,897 1,386 1,050 0,799 0,598 0,432 0,288 0,163 0,051 1,833 1,347 1,022 0,777 0,580 0,416 0,274 0,151 0,041 1,772 1,309 0,994 0,755 0,562 0,400 0,261 0,139 0,030 1,715 1,272 0,968 0,734 0,545 0,368 0,248 0,128 0,020 1,661 1,238 0,942 0,713 0,528 0,371 0,236 0,117 0,010 Untuk mendapatkan logaritma bilangan 0,007 dalam mencari log. C yakni log. 0,377 maka mulamula harus di cari logaritma dari 0,37 dan 0,38 selisih logaritma kedua bilangan itu dibagi dua, dan hasilnya ditambahkan kepada log. 0,38 atau dikurangi dengan hasil log. 0,37. Jadi menurut tabel di atas log. 0,377 : Log. 0,37 = 0,994 Log. 0,38 = 0,968 Selisihnya = 0, 026: 2 = 0,013 41

49 Dengan demikian log. 0,377 adalah 0,981 yaitu : 0,968 + (0,013) = 0,981 0,994 (0,013) = 0,981 Demikian juga dilakukan hal yang sama untuk mencari logaritma bilangan 0,005 dalam mencari log. R yakni 0,805 : Log. 80 = 0,223 Log. 81 = 0,211 _ Selisihnya = 0,012/ 2 = 0,006 Dengan demikian log. 0,805 adalah 0,217 yaitu : 0,211+ (0,006 ) = 0,217 0,223 (0,006) = 0, Kemudian logaritma r dikalikan dengan dua 3. Hasil logaritma C dibagi dengan hasil dari (2) 4. Hasil dari pembagian dalam no. (3) menunjukakan waktu pisah dalam suatu ribuan tahun. Hasil terakhir ini dapat diubah menjadi tahun biasa setelah dikalikan dengan tetapi karena perpisahan itu tidak terjadi dalam satu tahun tertentu lebih baik dipertahankan dalam bentuk satuan ribuan tahun (millennium). Dengan mempergunakan datadata dari hasil perbandingan antara bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi sebagai sudah dikemukakan dalam langkahlangkah penetapan kata kerabat di atas, maka perhitungan waktu pisah menurut rumus di atas adalah sebagai berikut : W = log.0,377 0,981 = 2 x log.0,805 2 x 0,217 = 0,981 = 2,260 ribuan 0,434 42

50 Jadi, perhitungan waktu pisah bahasa Batak Toba dengan bahasa Pakpak Dairi adalah 2,260 ribuan tahun yang lalu. Atau dengan kata lain perhitungan waktu pisah bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi diperhitungkan merupakan satu bahasa tunggal sekitar 2,3 ribuan tahun yang lalu 2. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi diperkirakan mulai berpisah dari suatu bahasa proto kirakira abad III sebelum masehi Karena mustahil bahwa perpisahan antara dua bahasa terjadi dalam satuan tahun tertentu yakni 2,260 ribuan tahun lalu, tetapi harus terjadi berangsurangsur, maka harus ditetapkan suatu jangka waktu perpisahan itu terjadi. Untuk maksud tersebut harus diadakan perhitungan tertentu untuk menghindarkan kesalahan semacam itu. Sebab itu masih diperhitungkan teknik statistik berikut. 4.3 Menghitung jangka kesalahan Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan dengan rumus berikut : S= c ( 1 c) n Dimana : S = Kesalahan standar dalam prosentase kata kerabat c = Prosentase kata kerabat n =Jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun Nonkerabat). 43

51 Perhitungan dapat dilakukan dengan mengikuti urutan berikut : 1. 1 dikurangi c; 2. c dikalikan dengan hasil dari (1) 3. Hasil dari (2) dibagi dengan n ; 4. Menarik akar atas hasil dari (3) 5. Hasil dari (4) merupakan jangka kesalahan dari prosentase kata kerabat atas dasar 0,7 perkiraan mengenai kebenaran yang sesungguhnya. Bila rumus di atas kita terapkan dalam bahasa Batak Toba dan bahasa PakPak Dairi, maka kesalahan standar bagi kedua bahasa itu adalah : S = 0,377(1 0,377) 736 = 0,377x0,623 = 736 0, = 0, S = 0,018 (dibulatkan menjadi 0,02) Hasil dari kesalahan standar ini (0,02) dijumlahkan dengan prosentase kerabat untuk mendapatkan c baru: 0,37 + 0,02 = 0,39. dengan c yang baru ini sekali lagi dihitung waktu pisah dengan menggunakan rumus waktu pisah pada tehnik no. c log. C log.0,39 0,942 0,942 Jadi: W = = = = = 2, 2 2x log. r 2x log.0,805 2x( 0,217) 0,434 ribuan tahun Seperti sudah dikemukakan di atas untuk memperoleh jangka kesalahan, maka waktu yang lama (2,260) dikurangi dengan waktu yang baru (2,200) = 60. angka inilah yang harus ditambah dan dikurangi dengan waktu yang lama untuk memperoleh usia atau waktu pisah kedua bahasa itu. 44

52 Jadi, dengan memperhitung angka dalam jangka kesalahan standar (0,7 dari keadaan sebenarnya), maka umur atau usia bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi dapat dinyatakan sebagai berikut : 1. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi merupakan bahasa tunggal pada tahun yang lalu. 2. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi merupakan bahasa tunggal pada tahun yang lalu 3. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara sebelum Masehi (dihitung dari tahun 2000). 45

53 BAB KESIMPULAN DAN SARAN Pada Bab akhir dari skripsi ini penulis akan mencoba menarik kesimpulan yang didasarkan pada uraian babbab sebelumnya dan mencoba memberikan saran sebagai bahan pertimbangan bagi pembaca khususnya bahasa Pakpak Dairi dan bahasa Batak Toba pada bagian Leksikostatistik. Kesimpulan Berdasarkan uraian teoriris yang dikemukakan pada Leksikostatistik memberi perbandingan antara bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi yang diperoleh dari objek penelitian yaitu di daerah Samosir dan Dairi maka, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Bahasa merupakan salah satu unsurunsur kebudayaan yang peranannya sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud dan pokok pikiran manusia serta mengekspresika dirinya di dalam interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya. 2. Bahasa selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan pengaruh yang di dapat dari lingkungan. 3. Leksikostatistik adalah suatu tehnik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan katakata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan 46

54 pengelompokan itu berdsarkan prosentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain. 4. Dari 809 kosakata untuka bahasa Batak Toba dan bahasa pakpak Dairi hanya 736 pasangan yang lengkap, 73 yang tidak mempunyai pasangan, dari 736 terdapat 305 pasangan kata kerabat, atau hanya 37,70 % kata kerabat. 5. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi diperkirakan suatu bahasa tunggal sekitar 2,3 ribuan tahun yang lalu : bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi diperkirakan mulai pisah dari suatu bahasa proto kirakira abad III sebelum masehi. 6. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi merupakan bahasa tunggal pada tahun yang lalu. Bahasa Batak Toba dan bahasa Pakpak Dairi mulai berpisah dari suatu bahasa proto antara sebelum masehi (dihitung dari tahun 2000). Saran Pada akhirnya setelah memperhatikan dan menganalisa mengenai Leksiokostatistik bahasa Batak Toba di Samosir dan bahasa Pakpak di Dairi, penulis dapat memberi saran : 1. Melihat pentingnya fungsi bahasa di Indonesia agar dapat di perhatikan bagi pendidikan terutama peneliti dan pembaca yang bertujuan sebagai pengembangan bahasa khususnya bahasa daerah. 47

55 2. Di era globalisasi ini bahasa daerah sudah semakin terkikis oleh sebab itu kita sebagai bangsa Indonesia yang beragam suku harus melestarikan budaya dan bahasa ibu (basic vocabulary) agar terpelihara dan tidak punah. 3. Kiranya skripi ini dapat berguna bagi pembaca dan penulis sendiri. 48

56 DAFTAR PERTANYAAN KOSAKATA TOBA PAKPAK KET A. Bagian Tubuh 1. Alis Imbulu mata Alis 2. Bahu Abara Gurung 3. Betis Bitis Bitis 4. Bibir Bibir Bibir 5. Bulu dada Imbulu andora Buk tenten 6. Bulu ketiak Imbulu ni gedekgedek Buk kikik 7. Bulu kuduk Imbulu hori Pendurungen 8. Bulu roma Imbulu hori Pendurungen 9. Dada Andora Tenten 10. Daging Jagal Suka 11. Dagu Isang Isang 12. Dahi Pardompakan mpaken 13. Darah Mudar Doroh 14. Geraham Osangosang Barham 15. Gigi Ipon Epen 16. Gigi seri Panggugat 17. Gigi yang Pinjil bretumpuk tumbuhnya 18. Gigi yang Tuja Tuja 49

57 menonjol keluar 19. Gusi Suraton Gosi 20. Hati Ateate Ate 21. Hidung Igung Egung 22. Ibu jari Indung Kembalkembal 23. Isi tulang Utukutuk 24. Jantung Ateate Jantung 25. Janggut Jenggot Janggut 26. Jari Jari 27. Jari manis 28. Jari tengah Jari tonga 29. Kaki Pat Nehe 30. Kelingking Kekidil 31. Kemaluan laki Pidong Pidong laki 32. Kemaluan Pepet perempuan 33. Kepala Simanjujung Takal 34. Kerongkongan Aruaru K rahong 35. Ketiak Gedekgedek Kikil 36. Kuku Sisilon Seselu 37. Kulit Kulingkuling Koling 38. Kumis Mise Gomis 39. Kutu Hutu Kutu 50

58 40. Leher Rukkung Rungkung 41. Lemak Tabotabo Pesohpesoh 42. Lengan Abara Bara 43. Lidah Dila Dilah 44. Ludah Ijur Edur 45. Lutut Dugutdugut Teul 46. Mata Simalolong Mata 47. Mata kaki Mataniari Mata nehe 48. Mata susu Tarusan 49. Muka Bohi Jolo/abe 50. Mulut Baba Babah 51. Ompong Lobongon Lobangen 52. Otak Utokutok Otok 53. Paha Haehae Paha 54. Pantat Panggul Ekur 55. Paruparu Rak 56. Pelipis Salibon 57. Pelupuk mata 58. Pergelangan Pargolangan tangan tangan 59. Perut Siubeon Beltek 60. Pinggang Gotting Abak 61. Pinggul Gonting Abak 62. Pundak Bahu Bahu 51

59 63. Punggung Tanggurung Gurung 64. Pusar Pusak Posong 65. Rambut Obuk Buk 66. Rusuk Holiholi 67. Siku Sohisohi Sikusiku 68. Susu Bagot Susu 69. Tangan Simangido Tangan 70. Telapak kaki Tapak ni pat Tapak nehe 71. Telapak tangan Tapak ni tangan Tapak tangan 72. Telinga Pinggol Coping 73. Telunjuk Tudutudu Tetuduh 74. Tembuni 75. Tengkuk Hori 76. Tubuh Daging Daging 77. Tulang kering 78. Tulang rahanng Osangosang 79. Tumit 80. Ubunubun Ombutombut 81. Urat Uraturat Urat 82. Usus Butuha bolon Bituka 83. Warna Sihat Sihat hitam pada kulit 52

60 sejak lahir B. Kata Ganti, Sapaan, dan Acuan 84. Dia Ibana Ia 85. Kami Hami Kami 86. Kamu Ho Kam 87. Kamu sekalian Hamuna Kam karina 88. Kita Hita Kita 89. Lakilaki Baoa Daholi 90. Nama Goar Gerrar 91. Panggilan untuk Ucok Buyung anak lakilaki kecil 92. Panggilan untuk Butet upik anak gadis kecil 93. Panggilan untuk Anak boru simanguda gadis remaja 94. Panggilan untuk Dolidoli anak perana lakilaki remaja 95. Panggilan untuk Oppugn doli Poli lakilaki tua 96. Panggilan untuk Oppung boru prempuan tua 53

61 97. Perempuan Boruboru Daberru 98. Saya Ahu Aku 99. Orang Halak Kalak C. Sisitem Kekerabatan 100. Adik Anggi Dedahen 101. Adik dari istri Lae Uda 102. Adik dari suami Anggi Papun 103. Adik lakilaki Bapa uda tonga ayah/ ibu 104. Adik Namboru Namberu perempuan ayah ibu 105. Anak Dakdanak Dukak 106. Anak dari anak Pahompu Kempu 107. Anak dari cucu Marninimarnono Nini 108. Anak dari Anakkon saudara 109. Anak dari Abang Abang saudara ayah 110. Anak dari Lae Silih saudara ibu 111. Anak kandung Takkas Pupus/dukak 112. Anak tiri Ndang takkas kalou 113. anak yang Siakkangan Sikakaan 54

62 tertua 114. Anak yang Siampudan Siampunen termuda 115. Ayah Amang Bapa 116. Ayah dari orang Ompung doli Poli tua 117. Ibu Oma Inang 118. Ibu dari orang Ompung boru Popung tua 119. Istri Parsonduk bolon Bindohara 120. Istri adik laki Inang uda nantonga laki ayah 121. Istri adik laki Nantulang nanpuhun laki ibu 122. Istri kakak laki Inang tua Nantua laki ayah 123. Istri kakak laki Nantulang Nanpuhun laki ibu 124. Istri dari Angkang Kakak saudara 125. Istri dari Inang tua Nantua saudara orang tua 126. Kakak Kakak Kakak 55

63 127. Kakak lakilaki Abang Abang 128. Kakak Kakak Kakak perempuan 129. Kakak lakilaki Bapa tua Bapa tua dari ayah 130. Kakak lakilaki Tulang Puhun dari ibu 131. Kakak Namboru Nanberru perempuan dari ayah 132. Kakak Inang tua Nantua perempuan dari ibu 133. Kakak dari Kakak Kakak kakak 134. Nenek moyang Ompung sijolo tubu Empung 135. Orang tua dari Simatua Simetua suami 136. Orang tua dari Simatua Simetua istri 137. Orang tua istri/ Simatua Simetua suami 138. Pasangan suami Dongan saripe istri 56

64 139. Saudara laki Abang Abang laki 140. Saudara Ito Turang perempuan 141. Saudara dari Hulahula Bayo istri 142. Saudara dari Haha suami 143. Suami adik Amang boru Amang boru perempuan ayah 144. Suami adik Bapa uda Tonga perempuan ibu 145. Suami dari Abang Abang saudara 146. Suami dari Bapa tua Bapa tua saudara orang tua 147. Suami/istri Tulang Puhun saudara istri 148. Suami/ istri Lae Silih saudara suami 149. Suami/istri dari Hela Kela anak 150. Suami kakak Lae Silih 57

65 perempuan dari ayah 151. Suami kakak Bapa tua Bapa tua perempuan ibu D. Kehidupan Desa dan Masyarakat 152. Amil 153. Bekerja Marhobas ditempat orang yang mengadakan pesta/ meninggal 154. Bertunangan Martumpol Molih 155. Datang Marhobas Ratua ketempat kenduri 156. Datang Manumpaki memberi bantuan tempat ke orang pesta/ meninggal 157. Dukun Datu Datu 58

66 158. Dukun sunat Datu 159. Dukun bayi Sibaso Nangguru 160. Juru tulis Sekdes 161. Kawin Muli Mangalua 162. Kawin lari Mangalua mangalua 163. Kawin dengan Mangalua cara wanita dating ketempat penghulu 164. Kenduri Horja Kenduri 165. Kepala desa Pangulu Pengulu 166. Kepala Pangulu ni huta Pangulu kampung kampung 167. Kerja bakti Marsidapari Merujuk/ sijahe 168. Khatib 169. Khitanan 170. Lahir Tubu Tubu 171. Melahirkan Partus Tubu 172. Mengandung Mardenggan daging Hamil 173. Menguburkan Mananom Kenduri 174. Meninggal Mate Mate 175. Penghulu Pangulu Kampong 176. Pemukul bedug 177. Upacara cuci Mambosurbosuri Membesurbesuri 59

67 perut hamil wanita tujuh bulan 178. Upacara puput pusar 179. Upacara turun tanah 180. Upacara turun Tardidi Terdidi ke sungai anakanak yang telah dikhitan E Rumah dan Bagianbagiannya 181. Atap Tarup Tarum 182. Atap dari Tarup sian bulu Tarum bulu bambu 183. Bubungan Bumbungan Bubung 184. Dangau 185. Dapur Dapur Dapur 186. Dinding bambu Dorpi bulu Ndingnding bulu 187. Dinding tembok Dorpi batu Ndingnding 188. Genting Gentong Genting 189. Halaman Alaman Kesian/ kesiang 190. Jendela Jeddela Jendela 60

68 191. Kamar Podoman Kamar 192. Kandang Handang Karang 193. Kandang ayam Handang ni manuk Karang manuk 194. Kandang Handang ni hambing Karang kambing kambing 195. Kandang kerbau Handang horbo Karang kerbo 196. Kandang kuda Handang ni hoda Karang kuda 197. Kandang Handang ni marpati Karang darapati merpati 198. Kasau 199. Kelenteng 200. Langitlangit Loteng Pagu 201. Lumbung Poti ni eme 202. Pagar Handang Karang 203. Palang dada Sordak Sordak 204. Parapara Parapara Para 205. Palimbahan Palimbahan Parik 206. Pintu Pittu Pentu 207. Pusaka Arta Pusaka 208. Ruang depan Terras Terras yang terbuka 209. Ruang rumah Dapur Dapur yang paling belakang 61

69 210. Rumah Bagas/Jabu Bagas 211. Rumah kecil di Sopo Saposapo tengah sawah 212. Surau 213. Tangga Balatuk Ardan 214. Tempat tungku Dalihan Dalihen 215. Tiang Tiang Tiang 216. Tungku Dalihan Dalihen F. Peralatan dan Perlengkapa n 217. Alat dari lontar Roboroboan untuk menyimpan hasil tangkapan ikan 218. Alat penumbuk Losung Lessung padi mirip demgan perahu 219. Alat untuk membuat alat tenun 220. Andalu Andalu Lalu 62

70 221. Bajak Lukku Bajak 222. Bakul Sambong Baka 223. Bakul kecil Ragaraga 224. Balaibalai Balebale Balebale 225. Bambu untuk Turak memasukan benang tenun 226. Bantal Battal Battal 227. Cangkul Cakkul Cakkul 228. Cobek Maribak Meribak 229. Dayung Dayung Dayung 230. Dengklik 231. Gabus/kayu Parippit pada tali pancing 232. Galah Panjukjuk 233. Gayung Tibba Takutaku 234. Gelas Galas Galas 235. Gergaji Gargaji Garagaji 236. Jala besar Keramba Jala mbelin 237. Jala kecil Doton Jala gedek 238. Jarum Jarum Jarum 239. Kayu diatas Boban pundak kerbau 63

71 240. Kayu panjang Ealeal tempat memasukan bajak 241. Kayu Sorha penggulung benang tenun 242. Kayu untuk Baliga merapatkan benang tenun 243. Layar Layar Layar 244. Lesung Losung Lesung 245. Nyiru 246. Panah Hujur Panah 247. Pancing Hail Kail 248. Parang Parang Golok 249. Perut kelapa Parutan Kukuran kelapa 250. Penumbuk Addalu Penduda 251. Perahu Solu Parau 252. Periuk Hudon Koden 253. Pikulan Lanjalanja 254. Piring Pinggan Piring 255. Pisau Raut Raut 256. Selimut Salimut Slimut 64

72 257. Sendok Seddok Sendok 258. Tali bajak Toppi 259. Tempat beras Sumpit Bekas beras 260. Tempat nasi Hirang Bekas nakan dari bambu 261. Tempayan Sambong Tempayan 262. Tikar Amak Belagen 263. Tongkat Tukkot Tongket 264. Wajan Balanga Blanga G. Makanan dan Minuman 265. Bubur Bubur Bubur 266. Cendol Sendor Sendor 267. Dendeng Gulamo 268. Gulai Gule Gulen 269. Jagung Jagong Jagong 270. Jeruk Utte Rimo 271. Kacang Hassang Katcang 272. Kerak Korak Kurkur nakan 273. Kerupuk Karupuk Krupuk 274. Ketupat Katupat Katupek 275. Kue Kue Lappet 276. Kopi Kopi Kopi 277. Labu Jelok Bacih 65

73 278. Lemang Lomang Lemming 279. Madu Situak ni loba Tenggoli 280. Makanan Panganan Panganan 281. Mangga Ambasang Mangga 282. Minuman Si inumon Enumen 283. Nangka Pinasa Nangka 284. Nasi Indahan Nakan 285. Nasi basi Indahan na basi Nakan mbargap 286. Nasi belum Ngaltek Nakan madeng matang tasak 287. Nenas Honas Kennas 288. Sagu Sagu Sagu 289. Sambal Sabbal Cina 290. Sayur Sayur Roroh 291. Tapai ketan Tape pulut 292. Tapai singkong Tape godang Tape gadong 293. Ubi Gadong Gadang H. Tumbuhtumbuhan, Bagian, Buah dan Hasil Olahannya 294. Akar Urat Urat 295. Alangalang Ri Rih 296. Anak dahan Ranting Ranting 297. Aren, enau Borta Pola 66

74 298. Asam Asom Macem 299. Bambu Bulu Buluh 300. Batang Bona Benna 301. Bawang merah Bawang na merah Babang merah 302. bawang putih Bawang na bontar Babang putih 303. Benih Bibit Bennih 304. Beras Boras Beras 305. Beras kecil Monis Menning 306. Beringin Jabijabi Jabijabi 307. Biji Batuna Biji 308. Buah Parbue Buah 309. Bunga Bungabunga Bunga 310. Cabai Cabe Cina 311. Cabang Ranting Dakka 312. Cereme Murbei Murbei 313. Dahan Dakka Dahan 314. Daun Bulung Bulung 315. Dedak Dodak Deddak 316. Getah Gota Duruh 317. Halia Pote Pote 318. Ijuk Ijuk Ejuk 319. Jerami Hau ni eme Nggala 320. Jambu batu Antajau Ndalima 321. Jambu mente Jambu monyet Jambu monyet 67

75 322. Kayu Hau Kayu 323. Kelapa Kalapa Neur 324. Ketan Pulut Pulut 325. Ketimun Timun Cemun 326. Kulit kayu Laklak Koling kayu 327. Kunyit Hunik Koning 328. Lada Lada Lada 329. Lengkuas Halas Lengkuas 330. Lontar Bulung lontar Bulung lontar 331. Mandalika Andaliman Tuba 332. Minyak kelapa Pangir Minak kelapa 333. Minyak tanah Miak lampu Minak tano 334. Nasi yang tidak Riarima Nakan nabu termakan yang menempel dibibir/ jatuh di lantai 335. Padi Eme Page 336. Pandan Bayon Pandan 337. Paria Haria Pariria 338. Papaya Botik Pertik 339. Pinang Pining Pinang 340. Pisang Pisang Galuh 341. Pohon Dakka Batang 68

76 342. Pisang Pisang Galuh 343. Ranting Dakka Ranting 344. Rebung Tubis Tobis 345. Rotan Hotang Kettang 346. Ruas Turpuk 347. Rumput Duhut Dukut 348. Sabut Sabuk Cabut 349. Santan Sattan Santan 350. Setandan pisang Sataddan Sangkrohi galuh 351. Sisir pisang Sassisir Sanjereten galuh 352. Tebu Tobu Tebu 353. Tempurung Saretsaret Sarimsarim 354. Terung Torong Torung 355. Tuba Andaliman Tuba 356. Ubi jalar Gadong incir Gadong joror 357. Ubi kayu Gadong ingkau Gadong kayu I. Binatang dan bagiannya 358. Anjing Biang Biang 359. Ayam Manuk Manuk 360. Ayam betina Aneane Manuk beruberu remaja 361. Ayam betina Indungna Jarahjarah yang telah 69

77 beranak 362. Ayam jantan Sabungan Jagur dewasa 363. Babi Babi Babi 364. Bangkai Bangke Binatang mate (binatang) 365. Bangkai Bakke Jelma mate (manusia) 366. Belalang Sihapor Ringkaber 367. Binatang Binatang Binatang 368. Buaya Laddak Buaya 369. Bulu sayanp Habong Bok kabeng 370. Burung Pidong Manukmanuk 371. Cacing Gea Goya 372. Cecak Cicak Cecak 373. Ekor Ihur Ekur 374. Gagak Gagak 375. Ikan Ihan Ikan 376. Insang Isang Isang 377. Jalu Taji Taji 378. Kambing Hambing Kambing 379. Katak Bojak Bojak 380. Kelelawar Ariparip Ariparip 381. Kerbau Horbo Kerbau 70

78 382. Kucing Huting Pocing 383. Kunangkunang Lampulampu Salim petpet 384. Kupukupu Appulappul Lampulampu 385. Kurakura Labilabi Kurakura 386. Labalaba Ualual Labalaba 387. Lalat Lanok Naleng 388. Lebah Daldal Rengkicing 389. Linta Litta Linta 390. Monyet Bodat Sijaluk 391. Nyamuk Rogit Namuk 392. Penyu Penyu Garap 393. Payap Burbur Burbur 394. Pusa Ursa Balkih 395. Sayap Habong Kabong 396. Sapi Lombu Sapi 397. Semut Porngis Perkis 398. Sirip Sangirsangir 399. Sisik Lingkit Sisik 400. Tanduk Tadduk Tanduk 401. Taring Sangitsangit Sabit 402. Telur Tolor Naroh 403. Tikus Monci Menci 404. Tokek Tohuk Tokek 405. Tumah Tungo 71

79 406. Tdang Udang Udang 407. Ular Ulok Nipe 408. Ulat Gulokgulok Olong J. Waktu, Musim, Keadaan Alam, dan Arah 409. Air Aek Lae 410. Air bah Aek na doras 411. Air laut Aek na assim Lae laut 412. Air tawar Aek ubat Lae tawar 413. Api Gara Api 414. Arang Agong Arang 415. Arus Hasak Arus 416. Asap Timus Cember 417. Atas Ginjang Dates 418. Awan Ombun Embun 419. Bara Bara Bara 420. Barat Pastina Barat 421. Batu Batu Batu 422. Batu api Bara Batu api 423. Bawah Toru Teruh 424. Besi Bosi Besi 425. Besok Sogot Baremben 426. Bintang seperti 72

80 bajak 427. Bintang tanda Sigara ni api keluar pajar 428. Bukit Dolok Deleng 429. Bulan Panondang Bulan 430. Bulan purnama Bulan tua Bulan purnama 431. Bulan terbit Poltak bulan Bulan mbicar 432. Darat Taluntalun Darat 433. Datar Hornop Deas 434. Debu Abu Abu 435. Di atas Di ginjang Midates 436. Di bawah Di toru Miteruh 437. Di samping Sabola on Migembar 438. Di sana Di san Isadoi 439. Di sini Di son Isen 440. Dua Dua ari naeng ro Dua ari singgo hari lewat mendat ang 441. Dua hari yang Dua ari naeng salpu Dua ari sining roh lalu 442. Dusun Huta Dusun 443. Emas Mas Emas 444. Embun Ombun Hembun 73

81 445. Empathari Opat ni ari naung ro Empat ari si roh menatang 446. Empat hari Opat ari naug salpu Empat ari si yang lalu enggoh lewat 447. Fajar Manogot Cibon 448. Garam Sira Sira 449. Gerhana Poltak 450. Gunung Dolok Deleng 451. Guntur Longgur Pilian 452. Hari Ari Ari 453. Hujan Udan Udan 454. Hutan Harangan Tinimbak 455. Ini Niyon Enda 456. Itu Niyan Adoi 457. Jalan (lebar) Dalan na lambas Dalan mbellang 458. Jalan (sempit) Dalan na sompit Dalan pecet 459. Jurang Lombang Lembang 460. Kabut Holom Gondem 461. Kanan Siamun Kamuhun 462. Kemarin Nantuari Bari 463. Kilat Sillam Pulian 464. Kiri Hambirang Kambirang 465. Ladang Juma Juma 466. Lahar Lahar Lahar 74

82 467. Langit Banua ginjang Langit 468. Laut laut Laut 469. Lereng Pingirpinggir Kelbang 470. Lima ari Lima ari naung ro Lima ari si roh mendatang 471. Lima hari yang Lima ari naung salpu Lima ari sienggo lalu lewat 472. Malam Borgin Berngin 473. Mata air Mata mual Mata lae 474. Matahari Mataniari Mata wari 475. Mega (hitam) Birong Mega mbereng 476. Mega putih Nabottar Mega mbentar 477. Muara sungai Topi ni binanga Lae mbelen 478. Musim hujan Musim udan Ari udan 479. Musim kemarau Logo ni ari Ari leggo 480. Ombak Umbak Ombak 481. Padang Padang 482. Pagi Manogot Ceggen 483. Pagi sekali Manogot Ceggen kalohen 484. Pantai Pinggir ni aek Laut 485. Pasir Rihit Kersik 486. Pelangi Halibutongan Bintoha 487. Sawah Hauma sabah 488. Sebentar Satongkin Sekejjab 75

83 489. Selatan Ndang sina Selatan 490. Senja Botari Cibon 491. Siang Arian Tasari 492. Sore Botari Cibon 493. Sungai Binanga Binangga 494. Tanah Tano Tanoh 495. Tahun Taon Tahun 496. Tebing Dolok 497. Tepian Topi Tepi lae 498. Tiga ari Tolu ari naung ro Hari suah mendatang 499. Tiga hari yang Tolu ari naung salpu Telu ari beari lalu 500. Timur Purba Timur 501. Utara Utara Julu K. Gerak dan Kerja 502. Bangun dari Tindang Keke duduk 503. Bangun dari Dungo Ndungo tidur 504. Bekerja Karejo Kerjo 505. Berak Miting Micing 506. Berbaring Modom Modom 507. Berbicara Mangkatai Kirana 76

84 508. Bebisik Marhusip Kosip 509. Berenang Marlange Marlange 510. Bergerak Mangguit Gamenek 511. Berjalan Mardalan Merdalan 512. berjongkok Tunduk Tunduk 513. Berkelahi Martinju Ertinju (dengan tangan) 514. Berkelahi Marbada Sigangen (dengan katakata) 515. Berkembang Balga Mbelgah (pohon) 516. Berkembang Godang Merrih (binatang) 517. Berlari Marlojong Lojang 518. Berludah Martijur Kecidur 519. Bermain Marmeam Merneam 520. Bernafas Marhosa Merkessah 521. Berobah Maruba Mermobah 522. Berobat Marubat Mertambar 523. Bersiul Mar milmil Mermilmil 524. Bertanya Manungkun Mengkise 525. Bertemu Pajumpang Pejumpa 526. Bongkar Mangharhai Cedai 77

85 527. Cuci (pakaian) Manunci Manucci gedda 528. Cuci (tangan) Marburi Marborih 529. Datang Ro Roh 530. Duduk Hundul Kundul 531. Duduk kaki Sila dilipat (pria) 532. Duduk kaki Sila dilipat (wanita) 533. Duduk kaki Mangunjingkat Pegangpegang terlujur 534. Gantung Sangkot Songket 535. Ikut Dohot Ingkut 536. Ingat Ingot Inget 537. Jatuh (daun, Mangdekdek Ndabuh buah, dan lainlain) 538. Jatuh (orang) Mardabu Ndabuh 539. Kembali Mulak Dlah 540. Kencing Kencing Enget 541. Kentut Muntut Buang angin 542. Larilari kecil Maringkatingkat Lojang 543. Makan (nasi) Mangan Man 544. Makan (selain Manggalangallang Man nasi) 78

86 545. Marah Muruk Mlaga 546. Melempar Mardanggur Bentir 547. Melihat Mangida Mangida 548. Melirik Manerbeng Mangudah 549. Melotot Manjongor Longang 550. Memanah Mangkujur Kipanah 551. Memasak(nasi) Mangaloppa indahan Mardakan 552. Memasak Mangaloppa sayur Meneger roh (sayur) 553. Membakar Mamanggang Menutung ikan (ikan) 554. Membakar Manutung Menutung (sampah) sampah 555. Membanting Mamampas Memapas cucin (cucian) 556. Membawa Mamboan Merembah 557. Membawa Gampit Mengkadang dengan ketiak 558. Membawa Porsan Menontong dengan punggung 559. Membawa Hanting Kanting dengan tangan (jinjing) 79

87 560. Membawa Jujung Jujung dengan tangan di atas 561. Membawa di Manuak Merembah bahu 562. Membawa Manjujung Ijujung dikepala 563. Membawa Mamboan gotting Ciah dipinggang 564. Membawa Porsan Merembah dipundak 565. Membersihkan Mampaias Kibersihken 566. Memberi Mangalean Kiberre 567. Memberitahu Mampaboa Kibagahken 568. Membuat Mangarsik Kibahen gendang dendeng 569. Memburu Marburu Merburu bergin hewan (malam) 570. Memburu Marboru Merburu mahar hewan (siang) 571. Membunuh Mamunu Kibunuh 572. Memegang Maniop Kicekep 573. Memejamkan Pimpit Mata peceng mata 80

88 574. Memotong Maneke Kipenggel ikan (ikan) 575. Memotong Manobang Kipenggel kayu (kayu) 576. Memperoleh Mandapot Dapetten hadiah (sesuatu, hadiah, dan lainlain) 577. Memutar (tau Mamiu Memutar pakke menggunakan tali tali) 578. Menakutkan Pabiarbiarhon Mencubiari 579. Menarik Manarat Kitarik 580. Menarik(benda Rintak Menarik dengan hewan) 581. Mencari Mangalului I deke 582. Mencium(bau) Manganggo Mbau 583. Mencium(cewe Mangumma Mencium daberru k) 584. Mendengar Mambege Membege 585. Menebas pohon Mamotong Mengrabi kayu 586. Mengambil Manjomput Sengkeret (daging sekerat) 587. Mengalir Manjulur Menjalir 81

89 588. Menganyam Mambayo 589. Mengapung Mumbang Mombang 590. Mengali Mangungkal Mangkurak 591. Menggaruk Manggarut Menggorgor (kepala, kulit) 592. Menggenggam Manggomgom 593. Menggigit Mangkarat Menarut (manusia) 594. Menggigit Idiot rongit Menoro (serangga) 595. Menggosok Manggosok ipon Mersikat (gigi) 596. Menggosok Mangusa Kigorgor kulit (kulit) 597. Menghitung Mangkira Meretong 598. Menghidupkan Mampagalak Kilakati api (api) 599. Mengikat Ikat ingket 600. Mengikat Mangikat soban Mengeket kayu (kayu) 601. Mengikat Martalitali Mengeket tokal (kepala dengan kain) 602. Menginjak Marinjak Mengeket 82

90 dengan dua kaki 603. Menginjak Marsibahe Mendedoh dengan satu kaki 604. Mengisap Mangendat Mengencep 605. Mengotorkan Mangkotori Mengotori 606. Menguburkan Mananom Menanam 607. Mengulangi Mangulahi Mengulaki 608. Mengusap Mangapus Mengapus 609. Menikam Maningkam Menikham 610. Menikam dari Manjujak Menikhen torap atas baso 611. Menikam dari Mangarurak Menikhan tarap bawah torruh 612. Menikam dari Manusuk Menikhan tarap belakang podi 613. Menikam dari Manikam Menikhan tarap depan jolo 614. Meniup Mangombus Sempul 615. Meniru Maniru Mengigah 616. Menjahit Manjait Manjarum 617. Menjemur Manjomur Mencinar 618. Menyahut Mangalusi Mangoloi 619. Menyuruh Manuru Menuruh 83

91 620. Menyusui Patarusson Memerre susu 621. Merebus Mangarobus Memasak 622. merumputi Marbabo Megisgis (tanaman) 623. mimpi Marnipi Nipi 624. minum Manginum Menum 625. muntah Muta Mutah 626. Petik Putik Pitik 627. Pilih Pillit Pilih 628. Pintar (men) Menggolong 629. Putar Mamutar Pula 630. Raba Mandadap Dadap 631. Rangkul Tahop Ikapi 632. Selam Marukkor Ilangei 633. Sentuh Manondong Idais 634. Simpan Bunihon Simpan 635. Tabur Mamboni Ureken 636. Tambah Manambai Tambah 637. Tangis (men) Mangandung Tangis 638. Telungkup Talungkup Gempang 639. Terbang Habang Kabang 640. Tertawa Mengkel Tertaba 641. Tidur Modom Meddem 642. Tukar (men) Ganti Gancih 84

92 643. Tunjuk Tudu Pilih 644. Turun Tuat Turun 645. Tusuk Jukjuk Tusuk 646. Urut Dampol Dampel 647. Usap Apus Asap L Perangai, Sifat, dan Warna 648. Amis Bau Mangir 649. Asam Asom Acem 650. Angkuh Bais Pojin 651. Bagus Denggan Mende 652. Banyak Godang Mbue 653. Baru Bagak Baru 654. Basah Tonu Taptap 655. Benar Toho Tahu 656. Bengkak Bongkak Bengkak 657. Berani Garang Pang 658. Berat Bonton Berat 659. Bersih Ias Mbersih 660. Besar Balga Mbelgah 661. Biru Balau Merbelau 662. Bodoh Oto Moto 663. Boros Loyar Royal 664. Botok Gundul Gundul 85

93 665. Bulat Tingko Kibul 666. Buta Pitung Petung 667. Cantik Bagak Mende 668. Cerdas Malo pintar 669. Coklat Coklat Coklat 670. cium Umma Umma 671. Dekat Jonok Nderung 672. Dingin (air) Ngali Mbegoh 673. Dingin (cuaca) Ndangoldangol Mbegoh 674. Enak Tabo Merasa 675. Gelap Golap Ngellap 676. Halus Lamot Kedeh kalon 677. Harum Angur Baungku 678. hitam Birong Mbirong 679. Coklat Coklat Coklat 680. Dekat Jonok Nderung 681. Enak Tabo Merasa 682. Coklat Coklat Coklat 683. Dekat Jonok Nderng 684. Dingin (air) Ngali Mbegoh 685. Dingin (cuaca) Ndangoldangol Mbegoh 686. Gelap Golap Ngellap 687. Gurih Tabotabo Melam 688. Gemuk Mokmok Nggomok 86

94 689. Haus Mauas Alus 690. Hijau Rata Nratah 691. Jauh Dao Ndaoh 692. Jernih Ias Mbeirsih 693. Kaya Mamora Beak 694. Kecil Gelleng Kedek 695. Kendur Molor Longga 696. Keras Pir Kerras 697. Kering Koring Ngkerah 698. Kikir Holit Peddik 699. Kotor Butak Kotor 700. kosong Dang marisi Kosong 701. Kuat Gogo Kuat 702. Kurus Marniang Mrenpar 703. Lama Leleng Ndekah 704. Licin Landit Ndalit 705. Luas Bolak Mbellang 706. Lurus Tigor Nteger 707. Malu Maila Mela 708. Manis Tonggi Tenggi 709. Manjur Jago Mujarap 710. Marah Muruk Mlaga 711. Merah Rara Mbaha 712. Miskin Pogos Pogos 87

95 713. Muda Poso Menguda 714. Pahit Paet Pogit 715. Panas Mohop Mukup 716. Panjang Ganjang Nggedang 717. Pendek Jeppek Joppok 718. Pemarah Parmuruk Perlaga 719. Perajuk Pardandin 720. Putih Bontar Mbeintar 721. Rajin Hinsa Rajin 722. Rakus Tapus Mokkus 723. Rendah Toru Cerep 724. Ringan Niang Menahang 725. Sabar Pasombusombu Sabar 726. Sakit Hansit Sakit 727. Sedikit Saotik Saotik 728. Sejuk Ngali Milamlam 729. Sempit Soppit Sempit 730. Tahu Iboto Bottoh 731. Tajam Tajom Tajam 732. Takut Mabiar Mbiar 733. Tampan Ganteng Mehok 734. Tebal Hapal Kapal 735. Tengah Tonga Tengah 736. Terang Torang Nterang 88

96 737. Terkejut Tarsonggot Terkejut 738. Terkenal Tarbarita Tergerar 739. Tinggi (gunung) Timbo Ndates 740. Tinggi (orang) Timbo halakna Nggedang 741. Tipis Rorio Tipis 742. Tua Matua Ntuah 743. Tumpul Mojol Nda tajom 744. Ujung Pussu Ijung 745. Ungu Terong Ungu 746. Usang Tampulak Lapuken/ male M. Penyakit 747. Batuk Mardosordosor Batuk 748. Bekas luka Marbongkas Cining 749. Bisu Mangungkap 750. Bisul Baro Borok 751. Borok Karengon 752. Buta Pitung Pettung 753. Congek 754. Demam Mohop Mbegoh 755. Gondok Goddok Barul 756. Luka Maliklik Ugah 757. Nanah Marnana Nanah 758. Obat Ubat Tambar 759. Panu Riap Panou 89

97 760. Pingsan Tarsonggot Lemas 761. Pusing Mirdong Pusing 762. Sembuh Malum Malum 763. Tuli Pengel Tongkik N. Pakaian dan Perhiasan 764. Antinganting Hurabu Krabu 765. Baju Abit Baju 766. Celana Salawar Salabal 767. Celana dalam Kolor Kolor 768. Celana panjang Salawar ganjang Selabal delang 769. Celana pendek Salawar pendek Saluar joppoh 770. Cincin Tintin Cincin 771. Gelang Golang Gellang 772. Kalung Horunghorung Korung korung 773. Kebaya Kabaya Kebaya 774. Kopiah Tangkuluk Tampuluk 775. Kutang Kaus Kutang 776. Sabuk Hohos sabuk 777. Sarung Mandar Mandar 778. Subang Pattang Patang O. Bilangan dan Ukuran 779. Delapan Walu Ualuh 90

98 780. Delapan belas Sampulu walu Sipuluh ualuh 781. Dua Dua Dua 782. Dua belas Sampulu dua Sipulu dua 783. Dua puluh Dua pulu Dua puluh 784. Dua puluh lima Dua pulu lima Dua puluh lima 785. Empat Opat Mpat 786. Empat belas Sampulu opat Mpat belas 787. Enam Onom Enam 788. Enam belas Sampulu onom Anam belas 789. Lima belas Sampulu lima Lima belas 790. Lima puluh Lima pulu Lima puluh 791. Satu Sada Sada 792. Sebelas Sampulu sada Sipulu sada 793. Sedepa Sadopa Sengama 794. Sehasta Sahasta Sehasta 795. Sejengkal Sajongkal Sadjangkal 796. Sembilan Sia Sibah 797. Sembilan belas Sampulu sia Sibah belas 798. Sepuluh Sampulu Sepuluh 799. Seratus Saratus Siratus 800. Seribu Saribu Seribu 801. Tiga Tolu Tellu 802. Tiga ratus Tolu ratus Tellu ratus 803. Ukuran padi Saingkat Kedek 91

99 dalam ikat kecil 804. Ukuran padi Dua ingkat Kedek dua ikat kecil 805. Ukuran padi Mbelgah dua puluh lima ikat besar 806. Ukuran padi dua limapuluh ratus ikat besar 807. Ukuran padi Mbah kalon empat ikat kecil (satu ikat besar) 808. Ukuran padi seratus ikat besar 809. Ukuran padi Mbue seribu ikat besar Keterangan Simbol : Kosa kata yang berkerabat : Kosa kata yang tidak mempunyai pasangan : Kosa kata yang tidak berkerabat 92

100 DATA INFORMAN 1. KETERANGAN TENTANG INFORMAN (Desa panampangan) 1. Nama : Anggiat Situmorang 1. Jenis klamin : Lakilaki 2. Usia : 50 tahun 3. Tempat lahir : Penampangan 4. Pendidikan : SD 5. Pekerjan : Bertani 6. Tinggal ditempat ini sejak : Lahir 7. Orang tua informan berasal dari : Pangururan 8. Bahasa lain yang dikuasa informan : Dipergunakan pada kesempatan : 9. Kedudukan dalam masyarakat: a. biasa b. agak lebih dari yang lain c. terpandang 2. KETERANGAN TENTANG INFORMAN (Kelurahan Sidiangkat) 1. Nama : Imanuel Bintang 2. Jenis klamin : Lakilaki 3. Usia : 55 tahun 4. Tempat lahir : Sidiangkat 5. Pendidikan : SMU 93

101 6. Pekerjaan : Wiraswasta 7. Tinggal ditempat ini sejak : Lahir 8. Orang tua informan berasal dari : Sidikalang 9. Bahasa lain yang dikuasai informan : Bahasa indonesia dan bahasa Batak Toba Dipergunakan pada kesempatan : Berkomunikasi 10. Kedudukan dalam masyarakat a. biasa b. agak lebih dari yang lain c. terpandang 94

102 DAFTAR PUSTAKA Keraf, Goris Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia. Mahsun Dialektologi Diakronis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, Metode Penelitian Bahasa. Jakarta. PT Grafindo Persada. Nababan, P. W. J Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia. Pasaribu, Epron Sejarah Pembentukan Wilayah Kabupaten Dairi Sidikalang, PEMKAB DAIRI Parera, Jos Daniel Studi Linguistik Umum dan Historis Bandingan. Jakarta: Nusa Indah. Ridwan, T. A DasarDasar linguistik. Medan: STBA Harapan. T. A Dasardasar Linguistik. Medan: STB Harapan. Sibarani, Robert Seminar Nasional Kebahasaan dan Kesusastraan Indonesia/ Daerah. Medan, USU. Sitorus, erawati Kekerabatan Bahasa Toba dengan Bahasa Karo Kajian Leksikostatistik. Medan, USU. vii

103

104

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Untuk menulis suatu karya ilmiah, bukanlah pekerjaan yang mudah dan gampang. Seorang penulis harus mencari dan mengumpulkan data-data yang akurat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. besar terdiri dari dataran tinggi dan bukit-bukit yang terletak antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Kabupaten Dairi mempunyai luas 191.625 hektar yaitu sekitar 2,68% dari luas propinsi Sumatera Utara (7.160.000 H). Dimana Kabupaten Dairi terletak disebelah barat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Kabupaten Dairi dan Desa Bongkaras

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Kabupaten Dairi dan Desa Bongkaras BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Kabupaten Dairi dan Desa Bongkaras 2.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Dairi. Dairi merupakan sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat dan dalam pengembangannya terbuka untuk umum, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri dari sepuluh Provinsi. Salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera adalah Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Dairi terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Dairi terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Dairi berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar 400-1.700 meter diatas permukaan laut, Luas wilayah Kabupaten Dairi 192.780

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah Dairi terletak di bagian pegunungan bukit barisan melintang di sepanjang pulau sumatera dengan posisi yang jauh lebih dekat ke pantai Barat. disebelah utara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS SELATAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT, DAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS SELATAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT, DAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK

KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK KLASIFIKASI LEKSIKOSTATISTIK BAHASA MELAYU LANGKAT, BAHASA MELAYU DELI, DAN BAHASA DAIRI PAKPAK Jurnal Skripsi Oleh : Nursirwan NIM A2A008038 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 Klasifikasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rumus-rumus perhitungan tingkat kekerabatan serta usia bahasa

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan rumus-rumus perhitungan tingkat kekerabatan serta usia bahasa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Suatu penelitian akan dikatakan berhasil apabila menggunakan metode yang relevan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistika bahasa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS SELATAN, KABUPATEN PAKPAK BHARAT, DAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernah diteliti. Tetapi penelitian yang relevan sudah pernah ada, yakni sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Sepanjang pengetahuan peneliti permasalahan tentang Kajian Historis Komparatif pada Bahasa Banggai, Bahasa Saluan, dan Bahasa Balantak belum pernah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pak-pak Dairi, dan Batak Angkola Mandailing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku,golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku,golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF LEKSIKOSTATISTIK BAHASA ACEH, BAHASA ALAS, DAN BAHASA GAYO: KAJIAN LINGUISTIK HISTORIS KOMPARATIF Jurnal Skripsi Oleh: Kurnia Novita Sari NIM A2A008030 FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT,

BUPATI PAKPAK BHARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN SITELLU TALI URANG JULU, KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT, KECAMATAN PAGINDAR, KECAMATAN TINADA DAN KECAMATAN

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama dan adat istiadat. Wilayah negara kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. macam suku, ras, agama dan adat istiadat. Wilayah negara kesatuan Republik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama dan adat istiadat. Wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan bahasa Pakpak yang digunakan oleh masyarakat suku Pakpak. Masyarakat suku Pakpak merupakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu fonologi adalah suatu kajian bahasa dalam hal bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi ujaran yang dimaksud adalah bentukan fonem-fonem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembangunan menjadi poin krusial yang menguras perhatian pemerintah, khususnya di negara-negara berkembang. Masalah ketimpangan masih menjadi isu besar pembangunan

Lebih terperinci

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna

Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan. dan perkembangan pola kehidupan manusia sebagai pemilik dan pengguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai realisasi budaya manusia mengalami perubahan dan perkembangan dalam perjalanan waktunya. Hal itu dimungkinkan oleh perubahan dan perkembangan pola kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Variasi leksikal merupakan variasi bahasa yang dapat diketahui dari adanya perbedaan cara pelafalan dan perubahan bentuk dalam suatu bahasa. Seperti pada leksikon [inong]

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU. Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU. Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN TERDAHULU 2.1 Konsep Konsep berkaitan dengan definisi-definisi atau pengertian-pengertian yang menyangkut objek, proses, yang berkaitan dengan penelitian. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang

BAB I PENDAHULUAN. Tapanuli menjadi 4 Afdeling yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keresidenan Tapanuli adalah wilayah administrasi Hindia Belanda yang berdiri pada tahun 1834. Keresidenan Tapanuli dipimpin oleh seorang Residen yang berkedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa-bahasa yang hidup dewasa ini tidak muncul begitu saja. Sebelum sampai pada bentuknya yang sekarang sudah pasti bahasa-bahasa itu mengalami perjalanan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir.

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR. 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir. BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 2.1.Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir. Kabupaten Samosir merupakan sebuah kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Diawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa akan selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang multikultural terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap daerah memiliki suku asli dengan adatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang terus mengalami perubahanperubahan yang menuju pada perkembangan baik fisik maupun sosialnya. Aspek fisik seperti letak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Barusjahe adalah sebuah kecamatan yang berada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang merupakan ibukota Kecamatan Barusjahe yang menaungi 19 desa yang meliputi

Lebih terperinci

Tanjung Mulia, Desa Mbinalun sebagai pemekaran dari Desa Tanjung Muli

Tanjung Mulia, Desa Mbinalun sebagai pemekaran dari Desa Tanjung Muli PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN DESA AORNAKAN II KECAMATAN PERGETTENG-GETTENG SENGKUT, DESA PERJAGA, DESA MALUM, DESA MBINALUN KECAMATAN SITELLU TALI URANG

Lebih terperinci

BAB II. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi

BAB II. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi BAB II Gambaran Umum Daerah Penelitian Gambaran Wilayah Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut Wilayah Kecamatan Pergetteng getteng Sengkut terdiri dari 5 wilayah Administrasi Desa,yaitu Aornakan I, Aornakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu bagian dalam kebudayaan yang ada pada semua masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR 2.1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kabupaten Samosir Kabupaten Samosir merupakan sebuah kabupaten yang terbentuk dari hasil pemekaran Kabupaten Toba Samosir. Diawali

Lebih terperinci

PERISTIWA TUTUR BALIK ULBAS DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT PAKPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI SARJANA. Disusun Oleh : JAMALUM BERUTU

PERISTIWA TUTUR BALIK ULBAS DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT PAKPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI SARJANA. Disusun Oleh : JAMALUM BERUTU PERISTIWA TUTUR BALIK ULBAS DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT PAKPAK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK SKRIPSI SARJANA Disusun Oleh NAMA : JAMALUM BERUTU NIM : 100703007 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten B II GAMRAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Pengantar Angkola sebenarnya adalah sebutan untuk sebuah daerah yang sebelumnya berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang : a. bahwa sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinjauan ini dilakukan.tapanuli Utara,yang dikenal sebagai Afdeeling

BAB I PENDAHULUAN. tinjauan ini dilakukan.tapanuli Utara,yang dikenal sebagai Afdeeling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa Kolonial Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut Afdeeling Padangsidimpuan yang dikepalai oleh Residen yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Afdeeling

Lebih terperinci

PROFIL WILAYAH KABUPATEN DAIRI

PROFIL WILAYAH KABUPATEN DAIRI PROFIL WILAYAH KABUPATEN DAIRI 1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Dairi 1.1 Letak Geografis Wilayah Kanupaten Dairi Kabupaten Dairi terletak di sebelah Barat Daya Provinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia adalah suku Batak yang terdiri atas lima etnik, yakni etnik Batak Toba, etnik Pakpak Dairi,

Lebih terperinci

BAB II REFLEKSI DAERAH KABUPATEN DAIRI. Daerah Dairi sebelum penjajahan Belanda meliputi:

BAB II REFLEKSI DAERAH KABUPATEN DAIRI. Daerah Dairi sebelum penjajahan Belanda meliputi: BAB II REFLEKSI DAERAH KABUPATEN DAIRI 2.1 Daerah Kabupaten Dairi Daerah Dairi sebelum penjajahan Belanda meliputi: 1) Daerah Pegagan, terdiri dari Pegagan Hilir, yaitu daerah Kecamatan Tinga Lingga, Pegagan

Lebih terperinci

KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA BATAK MANDAILING

KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA BATAK MANDAILING KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA BATAK MANDAILING Farida Meliana Hutabarat 1, Ermanto 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang Email: faridahutabarat12@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR. tentang keberadaan Yayasan Perguruan Sekolah Menengah Pertama (SMP) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN STM HILIR Gambaran umum Kecamtan STM Hilir yang merupakan lokasi penilitian ini adalah, letak geografis, komposisi penduduk, dan perkembangan pemerintahan. Hal ini untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT II DAIRI DENGAN MENGUBAH UNDANG-UNDANG NO. 7 DRT TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik adalah ilmu yang mengkaji seluk-beluk bahasa secara umum. dalam bidang linguistik terdapat beberapa kajian, salah satunya dari kajian itu adalah kajian tentang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 T AHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu wilayah yang terletak Suatu Dataran Tinggi di Bukit Barisan, Sumatera Utara yang di kelilingi oleh pegunungan. Kabupaten Karo beribu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Letak Geografis Kabupaten Dairi Kabupaten Dairi merupakan salah satu kabupaten dari 18 kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara 9. Wilayah Kabupaten Dairi yang beribukotakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG HARI JADI KOTA OTONOM TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG, Menimbang : a. bahwa Kota Tanjungpinang yang

Lebih terperinci

DRAFT RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD)

DRAFT RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) DRAFT RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) PEMERINTAH KABUPATEN DAIRI 2009 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.1.1. Latar Belakang Pembentukan Daerah 1 1.1.2. Pengertian

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT II DAIRI DENGAN MENGUBAH UNDANG-UNDANG NO 7 DRT 1956 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KABUPATEN DI PROPINSI

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1964 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT II DAIRI DENGAN MENGUBAH UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan menjalani hidup dengan normal.sejak lahir dia sudah bergaul denganmasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan Indonesia. Berhubung dengan masih buruk dan minimnya sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 di Jakarta oleh Ir.Soekarno dan Drs.Muhammad Hatta, seluruh tanah air pun menggegap gempita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang / Masalah Penelitian Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi (selanjutnya disingkat BPD) tidak hanya berfungsi sebagai lambang kebanggaan daerah,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT BATU SIGADAP SIKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : JAPATAR K. PURBA NIM : 090703006 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT,

BUPATI PAKPAK BHARAT, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DESA CIKAOK, DESA NAPATALUM PERLAMBUKEN, DESA PAGINDAR, DESA LAE MBENTAR DI KECAMATAN SALAK, DESA KUTA JUNGAK, DESA SIEMPAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE ( )

PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE ( ) PERKEMBANGAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA LUMBAN SILINTONG KECAMATAN BALIGE (1990-2003) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : EKO RENOLD TAMBUNAN NIM : 080706018 DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, Kota Sibolga juga memiliki kapalkapal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sibolga merupakan satu kota yang dikenal sebagai Kota Bahari, Sibolga memilki sumber daya kelautan yang sangat besar. Selain pemandangan alamnya yang begitu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 177, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3898) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh

PENDAHULUAN. daerah disekitarnya, sehingga kondisi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai peran penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air bagi daerah disekitarnya, sehingga

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belanda dulu disebut sebagai Onderdistrik van Karo Kampung. Kawasan ini

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belanda dulu disebut sebagai Onderdistrik van Karo Kampung. Kawasan ini BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2. 1. Sejarah Desa Tiga lingga Tigalingga adalah salah satu wilayah perbatasan yang oleh penguasa Belanda dulu disebut sebagai Onderdistrik van Karo Kampung. Kawasan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN FISIK OLEH : HERAWATI GINTING

PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN FISIK OLEH : HERAWATI GINTING PERANAN KEPEMIMPINAN KEPALA DESA DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN FISIK (Studi Pada Kantor Kepala Desa Palding Jaya Sumbul Kecamatan Tigalingga Kabupaten Dairi) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai negara yang heterogen, Indonesia memiliki banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2013 yang dilakukan

Lebih terperinci

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan, tetapi bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam lisan maupun tulisan. Tanpa bahasa, seseorang tidak dapat berinteraksi dengan

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT AEK

ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT AEK ANALISIS SOSIOLOGI SASTRA TERHADAP CERITA RAKYAT AEK SIPAULAK HOSA SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : JAINAL. PURBA NIM : 090703008 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN SASTRA

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Kompetensi Dasar Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan sejarah, kedudukan, dan fungsi BAHASA INDONESIA 2.1 Pengantar Materi bab dua ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan perlu mendapat perhatian yang baik bagi pemerintah daerah untuk keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak suku bangsa yang tersebar dari sabang sampai merauke. Keunikan tersebut menjadi nilai tersendiri

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PEMBERHENTIAN ANTARWAKTU, PENGGANTIAN ANTARWAKTU,

Lebih terperinci

KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA BATAK SIMALUNGUN KAJIAN : LEKSIKOSTATISTIK SKRIPSI DISUSUN OLEH: RETTA SILITONGA

KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA BATAK SIMALUNGUN KAJIAN : LEKSIKOSTATISTIK SKRIPSI DISUSUN OLEH: RETTA SILITONGA KEKERABATAN BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA BATAK SIMALUNGUN KAJIAN : LEKSIKOSTATISTIK SKRIPSI DISUSUN OLEH: RETTA SILITONGA 100701003 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BALIKPAPAN KOTA DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BALIKPAPAN KOTA DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BALIKPAPAN KOTA DALAM WILAYAH KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci