BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya."

Transkripsi

1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembangunan menjadi poin krusial yang menguras perhatian pemerintah, khususnya di negara-negara berkembang. Masalah ketimpangan masih menjadi isu besar pembangunan di negara-negara berkembang. Tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Gant (1971) dalam Sirojuzilam (2005) bahwa ada dua tahap tujuan pembangunan. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan hasilnya maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya. Peningkatan kesejahteraan masyarakat mutlak menjadi semangat dari adanya pembangunan di suatu negara. Geliat pembangunan harus berlandaskan manfaat-manfaat baik yang dapat dirasakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk tujuan tersebut, pembangunan menjadi hal yang kompleks. Pembangunan tidak mencakup aspek ekonomi saja, namun meliput aspek multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan sosial dalam masyarakat. Masyarakat umum menjadi sasaran tunggal dari pembangunan. Untuk itu dibutuhkan perencanaan, strategi hingga evaluasi pembangunan yang tepat. Perencanaan yang tepat berarti pembangunan ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan. Strategi yang tepat berarti pelaksanaan pembangunan harus tepat 1

2 sasaran yaitu masyarakat. Evaluasi yang tepat berarti pembangunan harus terukur dan dapat dipertanggungjawabkan. Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam melaksanakan pembangunan. Sebagai negara yang terdiri atas pulau-pulau yang tersebar menyebabkan pembangunan Indonesia belum merata. Indonesia, sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, memiliki banyak pulau dengan bentang alam yang tidak rata. Selain itu Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan adat dalam masyarakatnya. Hal ini menyebabkan kebutuhan masyarakat di suatu wilayah akan berbeda dengan kebutuhan masyarakat di wilayah lain. Kebutuhan masyarakat Indonesia bagian barat tentu tidak sama dengan kebutuhan masyarakat Indonesia bagian timur. Perbedaan kebutuhan masyarakat ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pembangunan Indonesia yang diharapkan mampu tepat perencanaan, tepat sasaran hingga tepat evaluasinya. Pada tahapan evaluasi, pemerintah mungkin saja berhasil mempertanggungjawabkan apa yang telah dikerjakan. Namun yang menjadi pertanyaan, apakah yang telah dikerjakan tersebut berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum (merata)? Seringkali didapati bahwa pembangunan Indonesia belum merata secara nasional. Mayoritas alokasi dana APBN diperuntukkan untuk pembiayaan pembangunan di pulau Jawa dan Sumatera. Hal ini tentu saja memperlebar ketimpangan pembangunan di Indonesia, padahal daerah-daerah di luar Jawa dan Sumatera juga membutuhkan sentuhan pembangunan yang masif. Hal ini dapat kita lihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur capaian 2

3 pembangunan manusia dengan pendekatan tiga dimensi dasar yaitu hidup yang sehat dan umur panjang, pengetahuan dan standar kehidupan yang layak. Dari IPM dapat kita lihat, bahwa daerah di luar Jawa dan Sumatera masih tergolong rendah citra pembangunannya. Tabel 1.1 Perbandingan IPM Regional Provinsi di Indonesia. Regional IPM Sumatera 73,37 73,88 74,34 74,77 Jawa 73,38 73,85 74,31 74,83 Bali dan Nusa Tenggara 68,25 68,94 68,89 70,20 Kalimantan 72,32 72,85 73,79 74,08 Sulawesi 71,46 71,96 72,48 73,02 Maluku dan Papua 68,62 69,09 69,62 70,05 Rata-rata Indonesia 72,27 72,77 73,29 73,81 Sumber: Data IPM Provinsi Indonesia Badan Pusat Statistik (diolah), Tahun Dari Tabel 1.1 dapat kita lihat bagaimana hasil pembangunan yang ditunjukkan IPM masih dipimpin Jawa dan Sumatera. Bahkan, khusus wilayah Bali dan Nusa Tenggara, Sulawesi serta Maluku dan Papua sejak , IPMnya selalu dibawah rata-rata nasional. Masalah lain yang menyebabkan ketimpangan pembangunan adalah, seringkali kebijakan pembangunan disamakan untuk setiap daerah. Hal ini tidak sinkron untuk menjawab tantangan majemuknya kebutuhan masyarakat Indonesia. Belum tentu kebijakan yang berhasil dilaksanakan di Pulau Jawa, berhasil dilaksanakan di Pulau Sulawesi. Tentu saja, penerapan kebijakan harus memperhatikan unsur-unsur regional (lokal) setiap daerah agar dapat menyusun perencanaan dan strategi pembangunan yang tepat. Pembangunan harus dapat dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan terciptanya kesejahteraan. Negara harus hadir sebagai aktor yang menjamin masyarakat sejahtera lewat pembangunan. Dengan kemajemukan Indonesia, maka 3

4 dibutuhkan perencanaan yang tepat. Perencanaan itu dikaji sesuai kebutuhan dan kearifan lokal daerah. Dengan perencanaan yang tepat maka dapat disusun strategi pembangunan yang juga tepat menjawab kebutuhan masyarakat yang berbedabeda. Jika demikian, maka diharapkan pembangunan dapat bermanfaat dirasakan masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Sebagai solusi untuk mengakomodir setiap kebutuhan daerah yang berbedabeda, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan otonomi daerah. Otonomi daerah berarti keleluasaan kepada daerah untuk mengurus urusan rumah tangganya masing-masing. Otonomi menuntut peran aktif pemerintah daerah agar bisa luwes dan kreatif mengeksplorasi segala potensi yang dimiliki daerahnya untuk selanjutnya dimanfaatkan dan menghasilkan nilai tambah bagi daerah. Otonomi daerah menuntut kemandirian daerah untuk berkarya secara bebas bertanggungjawab demi tujuan kesejahteraan setiap masyarakat. Otonomi daerah tercantum dalam UUD 1945 Bab VI Mengenai Pemerintahan Daerah Pasal 18 ayat 1-7. Penekanan mengenai peran daerah yang semakin kuat ini sangat jelas pada ayat dua, bunyinya Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pasal 18 ini membuka peluang bagi pemerintah untuk semakin bisa berkreasi dan berinovasi terhadap kearifan lokal daerahnya untuk memajukan daerahnya menjadi daerah yang unggul dan memiliki daya saing. Pola otonomi daerah menjadi pola pembangunan yang sesuai dengan kondisi kemajemukan Indonesia. Setiap daerah mempunyai budaya, kekayaan dan 4

5 kearifan lokal masing-masing yang dapat digali menjadi potensi. Dengan otonomi daerah, pembangunan sangat ditentukan oleh kebijakan daerah itu sendiri dalam menentukan sektor-sektor mana yang diprioritaskan untuk dibangun. Peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat dalam mempercepat kesejahteraan juga dimungkinkan dengan adanya otonomi daerah. Daerah dituntut mandiri dalam pelaksanaan pembangunan dan mandri dalam menggerakkan roda perekonomian masing-masing. Selain itu, otonomi daerah juga mendorong adanya kerjasama antar suatu daerah dengan daerah lainnya, karena otonomi memungkinkan daerah yang lebih maju untuk membantu daerah di sekitarnya yang lebih lemah. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah dengan baik, maka pemerintah daerah harus dekat dengan rakyatnya. Hal ini bertujuan agar pelayanan pemerintah dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Pemerintah daerah harus memiliki pemahaman yang baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakatnya. Dengan demikian, diharapkan pemerintah dapat cepat tanggap dalam menjawab kebutuhan masyarakatnya. Bahkan, pemerintah juga harus mampu mendeteksi dini kebutuhan masyarakat, sehingga semangat otonomi benar-benar ada dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Tak lepas dari peran serta masyarakat, masyarakat ditutut berperan aktif dalam mendukung dan mendorong pemerintah dalam pembangunan daerah. Amanat UUD 1945 Pasal 18 memandatkan pemerintahan daerah untuk dapat mandiri. Bahkan daerah yang dimaksud bukan lagi terbatas pada daerah tingkat I (provinsi) dan daerah tingkat II (kabupaten/kota) saja. Terbaru, tahun 5

6 2014, pemerintah mengeluarkan UU RI No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. UU ini menjadi pintu bagi paradigma baru pembangunan Indonesia. Dengan UU Desa, maka pembangunan akan diawali dari desa dan pemerintah desa dapat mandiri mengurus kebutuhan desanya sendiri. Karena itu, seluruh pemerintahan yang ada di Indonesia, mulai dari pusat hingga desa harus kreatif, inovatif dan cepat tanggap menggali potensi bangsa mulai dari daerah yang terkecil, yaitu desa sampai negara. Inilah wujud betapa Indonesia sangat beragam dan butuh solusi yang benar-benar konkrit menjawab permasalahan ketimpangan. Semangat otonomi adalah semangat yang bertujuan memperkecil jurang ketimpangan di Indonesia. Pelaksanaannya harus sesuai amanat undang-undang. Agar sesuai amanat undang-undang, pemerintah daerah harus mampu secara tepat mengetahui potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Ketepatan dalam analisis potensi menjadi urgensi tersendiri bagi pembangunan daerah karena dengan analisis potensi yang tepat, maka dapat disusun perencanaan dan strategi pembangunan daerah yang tepat pula, yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Potensi harus digali dari segala sektor. Akan ada sektor yang menjadi basis dan juga sektor yang bukan basis bagi pembangunan daerah. Sektor basis harus diprioritaskan untuk dikembangkan, dan sektor bukan basis tetap dibangun, namun menjadi prioritas berikutnya. Ketepatan analisis potensi daerah ini juga sangat dibutuhkan oleh Kabupaten Dairi. Sudah 68 tahun Kabupaten Tanoh Pakpak ini menjadi kabupaten. Dairi dimekarkan tahun 1947 dari Kabupaten Tapanuli Utara. Tahun 2003 Kabupaten Dairi dimekarkan lagi menjadi dua, yaitu Kabupaten Dairi dan 6

7 Kabupaten Pakpak Bharat. Selama 68 tahun Kabupaten Dairi, dirasa tidak begitu ada perubahan yang signifikan dari kabupaten ini. Berdasarkan produktivitasnya, Kabupaten Dairi tergolong kabupaten ekonomi menengah jika dibandingkan dengan 32 kabupaten/kota lainnya di Sumatera Utara (data PDRB terdapat di Lampiran 1). Jika dibandingkan ke nasional, Kabupaten Dairi tidak termasuk kedalam kabupaten tertinggal Indonesia tahun seperti yang baru dirilis pemerintah dalam Peraturan Pemerintah No. 131 Tahun 2015 Tentang Penerapan Daerah Tertinggal Setiap tahun Produk Domestik Regional (PDRB) Kabupaten Dairi mengalami peningkatan, namun masih cukup rendah kontribusinya bagi peningkatan PDRB Provinsi Sumatera Utara, hanya berkisar 1 sampai 1,5 % per tahunnya. Berikut perbandingan dan persentase kontribusi PDRB Kabupaten Dairi terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara tahun Tabel 1.2 Perbandingan dan Persentase PDRB Kabupaten Dairi terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Tahun PDRB (milyar Rupiah) Kontribusi Dairi Sumatera Utara PDRB Dairi (%) , ,44 1, , ,44 1, , ,98 1, , ,57 1,17 Sumber: Sumatera Utara dalam Angka (diolah), Tahun Tabel 1.2 menjelaskan bahwa selama kurun waktu , PDRB Kabupaten Dairi hanya mampu memberikan kontribusi rata-rata sebesar 1,24% bagi PDRB Sumatera Utara. Hal ini semakin dipertegas lagi oleh persentase pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi selama kurun 7

8 waktu selalu dibawah pertumbuhan ekonomi Provinsi. Tabel berikut menunjukkan posisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi dan Provinsi Sumatera Utara. Tabel 1.3 Persentase Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Dairi dan Provinsi Sumatera Utara Tahun Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) Dairi Sumatera Utara ,28 6, ,03 6, ,05 6, ,03 5,23 Sumber: Sumatera Utara dalam Angka (diolah), Tahun Baik Kabupaten Dairi maupun Sumatera Utara sama-sama selalu mengalami pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif. Terlihat bahwa selama 2011 sampai 2014 persentase pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi selalu dibawah persentase Provinsi Sumatera Utara. Hal ini semakin mempertegas bahwa memang kontribusi PDRB Kabupaten Dairi terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara masih rendah. Di Sumatera Utara sendiri, banyak kabupaten maupun kota yang persentase pertumbuhan ekonominya mampu melampaui persentase provinsi. Dairi juga sebenarnya bisa jika potensi wilayah yang dimiliki Dairi benar-benar digali secara optimal. Banyak potensi daerah Kabupaten Dairi, namun memang hampir semua tidak tergali secara optimal sehingga tidak mampu mendongkrak lebih tinggi PDRB Kabupaten Dairi. Khususnya dari sektor pertanian, Kabupaten Dairi terkenal sebagai penghasil kopi dan nilam yang baik. Sektor lain yang potensial dikembangkan yaitu sektor perdagangan dan sektor konstruksi. 8

9 Diperlukan analisis secara mendalam terhadap potensi wilayah Kabupaten Dairi. Analisis ini yang masih kurang dalam dilakukan oleh Pemerintah Dairi, sehingga potensi daerah tidak tergali secara optimal. Fakta ini yang diutarakan oleh Bupati Dairi, KRA. Jhonny Sitohang Adinegoro, S. Sos dalam pembukaan Musrembang RPJMD Kabupaten Dairi di Balai Budaya Sidikalang pada Kamis 12 Juni Ia mengatakan bahwa semua pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hanya mampu menghabiskan anggaran yang tertulis dalam APBD, tanpa mampu menghasilkan ide brilian bagaimana cara menggali potensi daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini tentu memiliki dasar, seperti yang dimuat dalam Publikasi BPS tajuk Dairi Dalam Angka 2015 bagian Keuangan dan Harga-Harga. Disana disebutkan bahwa target PAD Kabupaten Dairi tahun 2014 adalah sebesar Rp ,00 sementara realisasinya hanya sebesar Rp ,23 atau hanya 89,77%. Analisis terhadap potensi wilayah untuk menyusun perencanaan yang lebih baik memang menjadi kebutuhan Kabupaten Dairi. Bupati Dairi pada Sidang Paripurna Istimewa HUT Kabupaten Dairi yang ke 68 tanggal 1 Oktober 2015 kembali menegaskan pentingnya hal ini. Dalam pidatonya, Beliau mengatakan melalui peringatan HUT Kabupaten Dairi dapat dijadikan oleh semua pihak sebagai momentum yang sangat penting untuk melakukan intropeksi dan evaluasi untuk melakukan perencanaan ke depan yang lebih baik. Ia juga menambahkan agar setiap elemen pemerintah turun langsung menjumpai rakyat, dan merencanakan program bersama rakyat. 9

10 Pentingnya perencanaan juga tertuang dalam Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Dairi Disana disebutkan bahwa potensi sumber daya alam dikelola secara efisien, ekonomis, efektif dan produktif dengan berwawasan lingkungan. Untuk mewujudkan faktor kunci tersebut diperlukan perencanaan dengan analisis yang akurat. Akurasi inilah yang akan diteliti untuk mengetahui sektor basis selain sektor pertanian di Kabupaten Dairi. Kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Dairi melebihi 40% tiap tahunnya. Fenomena kontribusi masing-masing sektor ini yang akan diteliti untuk mengetahui sektor lain yang potensinya juga cukup besar untuk digali dan dimanfaatkan meningkatkan perekonomian Kabupaten Dairi, mencipta Dairi yang sejahtera. Pembangunan Kabupaten Dairi dilaksanakan di semua kecamatan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan. Setiap tahunnya disusun target penerimaan yang diharapkan mampu didapat dari masingmasing kecamatan. Penyusunan target ini selain berdasarkan potensi, juga disusun berdasarkan kemampuan tiap kecamatan di Kabupaten Dairi. Tahun 2014 dari 15 kecamatan di Kabupaten Dairi ada yang realisasi penerimaannya sangat tinggi melebihi 100% bahkan sampai 300%, namun disaat yang sama ada juga yang sangat rendah hanya kisaran 50%. Ini menunjukkan adanya potensi yang belum tergali secara optimal, lalu ada potensi yang sudah dimanfaatkan dan juga ada yang belum termanfaatkan di tiap kecamatan. Keterangannya seperti pada Tabel

11 Tabel 1.4 Target dan Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2014 No Kecamatan Target Realisasi Persentase 1 Sidikalang ,34 2 Berampu ,59 3 Sitinjo ,29 4 Parbuluan ,87 5 Sumbul ,04 6 Silahisabungan ,50 7 Silima Pungga-pungga ,27 8 Lae Parira ,46 9 Siempat Nempu ,69 10 Siempat Nempu Hulu ,54 11 Siempat Nempu Hilir ,28 12 Tigalingga ,85 13 Gunung Sitember ,79 14 Pegagan Hilir ,55 15 Tanah Pinem ,65 Total ,99 Sumber: Dairi dalam Angka (diolah), Tahun Dari Tabel 1.4 kita dapat melihat bahwa masing-masing kecamatan ditargetkan penerimaan yang berbeda. Hal ini berdasar kemampuan dan potensi yang dapat digali daerah. Hasilnya menjelaskan, ternyata beberapa kecamatan yang ditargetkan lebih sedikit, namun realisasinya tinggi, melebihi target. Dan ada juga yang ditargetkan tinggi, namun realisasinya ternyata rendah. Hal ini yang akan dianalisis bagaimana sebenarnya potensi di tiap kecamatan. Pembangunan Kabupaten Dairi telah berlangsung 68 tahun. Kemajuan di beberapa bidang tentu ada, namun belum ada kemajuan yang signifikan, terutama dalam mengangkat derajat hidup masyarakat. Hal itu tergambar dari IPM Kabupaten Dairi yang selalu masih dibawah IPM Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dijelaskan Tabel

12 Tabel 1.5 Perbandingan IPM Kabupaten Dairi dengan IPM Provinsi Sumatera Utara Tahun IPM Dairi Sumatera Utara ,62 67, ,95 67, ,15 68, ,91 68,87 Sumber: Dairi Dalam Angka Tahun Setiap perencanaan yang telah dilakukan pasti untuk tujuan positif agar membawa dampak kebaikan dan peningkatan pembangunan di Kabupaten Dairi. Untuk itu, perlu dilakukan penajaman kembali terhadap perencanaan itu. Oleh karena itu, untuk semakin mendukung dan menajamkan kembali perencanaan pembangunan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Potensi Wilayah dan Strategi Pembangunan Kabupaten Dairi 1.2 Perumusan Masalah Sasaran pembangunan jangka panjang ( ) Kabupaten Dairi seperti yang tertuang dalam RPJP Kabupaten Dairi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Dairi. Hal ini dicapai dengan mewujudkan tata pemerintahan daerah yang baik untuk dapat melaksanakan pembangunan dan pengembangan wilayah. Selain itu juga dilakukan pembangunan ekonomi kerakyatan untuk mengentaskan kemiskinan dan pengangguran. Dan sasaran yang terakhir yaitu mewujudkan pengelolaan potensi daerah bidang industri pertanian rakyat, kepariwisataan dan sumber daya alam. 12

13 Kabupaten Dairi memiliki potensi yang besar untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan mampu menjadi daerah yang berdaya saing. Namun belum semua potensi daerah yang dimiliki tergali secara optimal, karena itu halhal yang perlu dianalisis adalah: 1. Apa saja yang menjadi sektor basis untuk menjadi prioritas pengembangan pembangunan di Kabupaten Dairi? 2. Manakah kecamatan yang dapat dijadikan pusat pertumbuhan di Kabupaten Dairi? 3. Bagaimana kekuatan daya tarik tiap kecamatan di Kabupaten Dairi? 4. Bagaimana strategi pembangunan di Kabupaten Dairi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka disusunlah tujuan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi Kabupaten Dairi dilihat dari basis ekonomi yang dapat dijadikan prioritas pembangunan. 2. Untuk mengetahui kecamatan mana di Kabupaten Dairi yang cocok dijadikan sebagai pusat pertumbuhan. 3. Untuk mengetahui kekuatan daya tarik antar kecamatan di Kabupaten Dairi. 4. Untuk menyusun strategi pembangunan daerah dengan menganalisis secara internal maupun eksternal apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pengembangan potensi wilayah Kabupaten Dairi. 13

14 1.4 Manfaat penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti. Penelitian ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan peneliti dalam hal perencanaan pembangunan wilayah. 2. Bagi pemerintah (khususnya Pemerintah Kabupaten Dairi). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan pengembangan wilayah yang tepat sasaran. 3. Bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dan kajian yang berkaitan di masa yang akan datang. 4. Bagi masyarakat. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran umum Kabupaten Dairi bagi masyarakat, sehingga masyarakat khususnya masyarakat Dairi mau terlibat aktif dalam usaha pengembangan wilayah Kabupaten Dairi. 14

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku saat ini, desa mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku saat ini, desa mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku saat ini, desa mempunyai peran yang strategis dan penting dalam membantu pemerintah daerah dalam proses penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Dairi terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Dairi terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Dairi berada di Dataran Tinggi Bukit Barisan dengan ketinggian sekitar 400-1.700 meter diatas permukaan laut, Luas wilayah Kabupaten Dairi 192.780

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melumpuhkan hampir semua sendi-sendi perekonomian dan bisnis Indonesia. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. melumpuhkan hampir semua sendi-sendi perekonomian dan bisnis Indonesia. Tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badai krisis ekonomi yang mulai menerpa Indonesia pada medio 1997 telah melumpuhkan hampir semua sendi-sendi perekonomian dan bisnis Indonesia. Tidak terkecuali bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Museum merupakan suatu lembaga yang sifatnya tetap dan tidak mencari keuntungan dalam melayani masyarakat dan dalam pengembangannya terbuka untuk umum, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang terus mengalami perubahanperubahan yang menuju pada perkembangan baik fisik maupun sosialnya. Aspek fisik seperti letak yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku,golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku,golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 2013 TANGGAL BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN DAIRI 2014 BAHAN RAPAT FINALISASI DRAF RKPD TAHUN 2015 1. Pada Draft RKPD Kabupaten Dairi Tahun 2015 ini, rencana kebutuhan Pagu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi yang seluas-luasnya, dalam arti daerah diberikan kewenangan untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintahan sesuai dengan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak negara di dunia dan menjadi masalah sosial yang bersifat global. Hampir semua negara berkembang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan politik pemberlakuan otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dialami oleh hampir atau keseluruhan negara di dunia. Indonesia, salah satu dari sekian negara di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan amanat UUD RI tahun 1945, pemerintah daerah berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada kenyataannya selama ini pembangunan hanya ditunjukan untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi daerah adalah salah satu indikator untuk mengevaluasi perkembangan/kemajuan pembangunan ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu (Nuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang

I. PENDAHULUAN. Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerangka desentralisasi yang dicanangkan dengan berlakunya Undang Undang nomor 22 tahun 1999 dan telah direvisi menjadi Undang Undang nomor 32 tahun 2004 telah membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA

RINGKASAN PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA PENERAPAN PENGANGGARAN PARTISIPATIF DI TINGKAT DESA Pengalihan kewenangan pemerintah pusat ke daerah yang membawa konsekuensi derasnya alokasi anggaran transfer ke daerah kepada pemerintah daerah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan pemberdayaan dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan pemberdayaan dalam pengambilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan pemberdayaan dalam pengambilan keputusan secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing daerah sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini, era reformasi memberikan peluang bagi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada saat ini, era reformasi memberikan peluang bagi perubahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini, era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma pembangunan nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL WILAYAH KABUPATEN DAIRI

PROFIL WILAYAH KABUPATEN DAIRI PROFIL WILAYAH KABUPATEN DAIRI 1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Dairi 1.1 Letak Geografis Wilayah Kanupaten Dairi Kabupaten Dairi terletak di sebelah Barat Daya Provinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dirubahnya sistem pemerintahan di Indonesia yang pada awalnya menganut sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi atau dikenal dengan sebutan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bukan hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi, perubahan struktur ekonomi pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang harus dilalui setiap negara dari masa ke masa. Pembangunan merupakan perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan mendasar paradigma pengelolaan keuangan daerah terjadi sejak diterapkan otonomi daerah pada tahun 2001. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang, pokok

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang, pokok BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penelitian. Pertama, pada bagian latar belakang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengelolaan pemerintah daerah baik ditingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota, memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No 22 tahun 1999 dan UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengelolaan pemerintah daerah, baik tingkat propinsi maupun kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Salah satu kriteria penting untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat Indonesia selama puluhan tahun. Keadaan ini mendapat tanggapan reaktif dari masyarakat, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perekonomian sangat dibutuhkan peran serta pemerintah untuk melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (revisi dari UU no

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah sebuah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara yang dilewati garis khatulistiwa. Negara tropis tersebut memiliki jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan aspek

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk menghapus atau mengurangi kemiskinan, mengurangi ketimpangan pendapatan, dan menyediakan lapangan pekerjaan dalam konteks

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Derah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang Perimbangan Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tata pemerintahan di Indonesia. Penerapan otonomi daerah di

BAB I PENDAHULUAN. dalam tata pemerintahan di Indonesia. Penerapan otonomi daerah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi Daerah telah membawa perubahan yang cukup signifikan dalam tata pemerintahan di Indonesia. Penerapan otonomi daerah di Indonesia dikumandangkan sejak awal reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara memiliki beberapa tujuan termasuk Indonesia, yang mana salah satu tujuannya ialah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu ukuran dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi di setiap negara. Setiap Negara di dunia sangat memperhatikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu penyerahan kewenangan yang diberikan dari pemerintah pusat yang mana dalam pelaksanaan otonomi daerah merupakan suatu bentuk harapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi pemerintah, membangun dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan ke depan pembangunan ekonomi Indonesia tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi domestik dan global mengharuskan Indonesia senantiasa siap terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah telah melahirkan desentralisasi fiskal yang dapat memberikan suatu perubahan kewenangan bagi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan menyelenggarakan roda pemerintahan. Beberapa sumber pendanaan negara adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat

I. PENDAHULUAN. Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita membicarakan tentang pembangunan daerah maka akan erat kaitannya dengan apa yang disebut pendapatan daerah. Pendapatan daerah dalam struktur APBD masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah, maka daerah diberi wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri hal ini telah diamanatkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dengan berbagai daerah dan kepulauan yang tersebar dalam 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing. Sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun 2017-2020 SK KETUA DEWAN RISET NASIONAL NOMOR: 27/Ka.DRN/X/2017 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA PERIODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi yang dimulai beberapa tahun lalu telah merambah ke seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah aspek pemerintahan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 2014 A PB D L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI APBD TAHUN ANGGARAN 2013 1 L A P O R A N A N A L I S I S REALISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.32 Tahun 2004 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan otonomi daerah, seorang kepala daerah dalam mengimplementasikan pola kepemimpinannya seharusnya tidak hanya berorientasi pada tuntutan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta perubahan-perubahannya. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perbaikan kualitas segenap bidang kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama membangun daerahnya sendiri. Otonomi daerah adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah menghantarkan bangsa Indonesia memasuki suasana kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah perbaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada masa Orde Baru dilakukan secara sentralistik, dari tahap perencanaan sampai dengan tahap implementasi ditentukan oleh pemerintah pusat dan dilaksanakan

Lebih terperinci