BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Sinyal Analog dan Sinyal Digital Suatu sinyal didefinisikan sebagai besaran fisis yang berubah-ubah menurut waktu, ruang, atau variabel lainnya. Secara matematik, kita mendefinisikan sinyal sebagai fungsi dari dua atau lebih variabel bebas. Ada sinyal yang termasuk kelas sinyal yang secara presisi didefinisikan dengan menetapkan ketergantungan fungsional pada variabel bebas. amun, terdapat kasus yaitu hubungan fungsional seperti itu tidak diketahui atau terlalu rumit untuk setiap penggunaan praktis. Sebagai contoh, suatu sinyal suara tidak dapat didiskripsikan secara fungsional. Umumnya, suatu segmen suara dapat dinyatakan dengan derajat ketelitian yang tinggi sebagai jumlah dari beberapa sinusoida dengan amplitudo dan frekuensi yang berbeda, yakni seperti i 1 A i [ 2 π F ( t ) t + ( t )] ( t ) sin θ dengan {A i (t)}, {F i (t)}, dan {θ i (t)} secara berturut-turut adalah himpunan amplitudo, frekuensi, dan fase sinusoida yang bervariasi menurut waktu. Faktanya, salah satu cara untuk menginterpretasikan isi informasi atau pesan yang disampaikan dalam setiap segmen waktu yang pendek dari sinyal suara adalah dengan mengukur amplitudo, frekuensi, dan fase yang terdapat dalam segmen waktu sinyal yang pendek. i i Gambar 2.1 Contoh Sinyal Suara

2 Sinyal Analog Sebuah sinyal analog atau sinyal waktu kontinu adalah sinyal dengan variabel apapun yang merupakan sinyal kontinu dalam hal waktu, sehingga untuk setiap nilai waktu dapat diambil nilai-nilai dalam selang kontinu (a,b), dengan a dapat menjadi - dan b dapat menjadi. Perbedaannya dengan sinyal digital adalah pada sinyal analog, pergerakan naik turun dari sinyal walaupun kecil sangatlah berarti. Sinyal analog menggunakan beberapa sifat dari perantara untuk menyampaikan informasi sinyal. Kerugian dari penggunaan sinyal analog adalah di setiap sistem terdapat gangguan (noise), sebagai contoh adalah variasi acak. Ketika sinyal ditransmisikan dengan jarak jauh, noise akan menjadi dominan. Efek dari noise akan membuat sinyal menghilang dan menyimpang, dan untuk mengembalikannya sangat susah, karena ketika sinyal dikuatkan untuk mengembalikan bagian sinyal yang lemah, maka noise juga akan dikuatkan Sinyal Digital Sinyal digital adalah suatu sinyal waktu-diskrit yang mempunyai himpunan nilainilai diskrit. Biasanya, nilai-nilai sinyal dari suatu himpunan tebatas ini seimbang dan karena itu dapat dinyatakan sebagai suatu kelipatan integer dari jarak antara dua nilai berurutan Keuntungan Pemrosesan Sinyal Digital Dibandingkan Sinyal Analog Suatu sistem digital yang dapat diprogram memiliki keluwesan untuk mengkonfigurasi ulang operasi-operasi sinyal digital secara sederhana dengan mengubah program. Sedangkan konfigurasi ulang suatu sistem analog biasanya menuntut mendesain ulang perangkat keras yang diikuti dengan pengkajian dan pembuktian untuk melhat apakah sistem itu beroperasi dengan baik. Pertimbangan keakuratan juga memainkan peranan penting dalam penentuan bentuk prosesor sinyal. Toleransi pada komponen rangkaian analog membuat hal itu sangat sulit bagi pendesain sistem untuk mengontrol ketepatan suatu sistem pemrosesan sinyal analog. Dengan kata lain, suatu sistem digital menyediakan kontrol yang lebih baik untuk syarat keakuratan. 6

3 7 Sinyal digital mudah disimpan pada media magnetik tanpa mengalami penurunan atau kehilangan keaslian sinyalnya. Sehingga sinyal-sinyal itu menjadi mudah dipindahpindah dan dapat diproses secara tidak terhubung (offline) Elemen Dasar Sistem Pemrosesan Sinyal Digital Sebagian besar sinyal-sinyal yang ditemukan dalam sains dan teknologi adalah analog. Yaitu, sinyal-sinyal yang merupakan fungsi dari suatu variabel kontinu, seperti waktu atau ruang, dan yang biasanya mengambil nilai-nilai dalam interval yang kontinu. Sinyal-sinyal seperti itu dapat diproses secara langsung dengan sistem analog yang tepat atau pengganda frekuensi yang bermaksud mengubah karakteristiknya atau mengambil beberapa informasi yang diinginkan. Itu artinya sinyal telah diproses secara langsung dalam bentuk analognya, dengan sinyal masukan maupun keluarannya adalah sinyal analog. Proses ini diilustrasikan pada gambar berikut : Sinyal Masukan Analog Prosesor Sinyal Analog Sinyal Keluaran Analog Gambar 2.2 Sistem Proses Sinyal Analog Pemrosesan sinyal digital menyediakan suatu metode alternatif untuk pemrosesan sinyal analog, seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut : Sinyal Masukan Analog Konverter Analog Digital Proses Sinyal Digital Konverter Digital Analog Sinyal Keluaran Analog Sinyal Masukan Digital Sinyal Keluaran Digital Gambar 2.3 Sistem Proses Sinyal Digital 7

4 8 Untuk melakukan pemrosesan sinyal digital, diperlukan suatu interface yang dinamakan pengkonversi sinyal analog menjadi sinyal digital (A/D). Keluaran pengkonversi A/D adalah sinyal digital yang cocok dengan masukan terhadap prosesor digital. Untuk pemakaian dengan keluaran digital dari prosesor sinyal digital akan disampaikan kepada pemakai dalam bentuk analog. Untuk itu, diperlukan sebuah interface lain untuk mengubah sinyal digital menjadi sinyal analog, yang dinamakan dengan pengkonversi sinyal digital menjadi sinyal analog (D/A). amun pada beberapa aplikasi, pengkonversi D/A tidak diperlukan, dikarenakan aplikasi tersebut hanya melakukan analisis sinyal dengan informasi yang ingin disampaikan dalam bentuk digital. Program aplikasi yang diteliti oleh penulis merupakan salah satu aplikasinya Konversi Sinyal Analog Menjadi Sinyal Digital Sebagian besar sinyal-sinyal, seperti sinyal biologis, sinyal seismik, sinyal radar, dan khususnya adalah suara adalah sinyal analog. Untuk memproses sinyal analog dengan alat digital tidak dapat langsung diproses begitu saja. Tentunya, pertama kali adalah harus dikonversi dulu menjadi sinyal digital, yaitu mengkonversi menjadi suatu deret angka yang mempunyai presisi terbatas. Prosedur ini dinamakan konversi analog ke digital (A/D) dengan alat yang dinamakan pengkonversi A/D. Secara konsepsi, kita memandang konversi A/D sebagai proses tiga langkah, yaitu : 1. Pencuplikan (Sampling) Ini adalah konversi suatu sinyal waktu-kontinu menjadi suatu sinyal waktu diskrit yang diperoleh dengan mengambil cuplikan (sample) sinyal waktu kontinu pada saat waktu diskrit. Diketahui hubungan : x(n) x a (nt), - < n < dengan x(n) adalah sinyal waktu diskrit yang diperoleh dengan mengambil cuplikan-cuplikan sinyal analog x a (t) setiap T detik. Selang waktu T antara cuplikan yang berurutan dinamakan periode pencuplikan dan kebalikannya 1/T F s dinamakan laju pencuplikan. 8

5 9 2. Kuantisasi Ini adalah konversi sinyal yang bernilai kontinu waktu diskrit menjadi sinyal bernilai diskrit, waktu diskrit (digital). ilai setiap cuplikan sinyal digambarkan dengan suatu nilai terpilih dari himpunan berhingga nilai-nilai yang mungkin. Selisih antara cuplikan x(n) yang tidak terkuantisasi dan keluaran x q (n) yang terkuantisasi dinamakan Galat Kuantisasi (Quantization Error). 3. Pengkodean Dalam proses pengkodean, setiap nilai diskrit x q (n) digambarkan dengan suatu barisan biner-b. Pengkonversi A/D x a (t) x(n) x q (n) Pencuplikan Pengkuantisasi Pengkodean Sinyal Analog Sinyal aktu Diskrit Sinyal Terkuantisasi Sinyal Digital Gambar 2.4 Bagian Dasar Konversi Analog ke Digital 2.2 File Audio ave File ave adalah format sebuah file untuk menyimpan audio digital yang dibuat oleh Microsoft dan menjadi standar dari format file audio komputer untuk segala sesuatu mulai dari suara sistem dan permainan, hingga format file untuk CD audio. File ave dapat diidentifikasi dengan nama file berekstension AV (.wav). File ave merupakan format umum yang paling sederhana untuk menyimpan data sinyal audio. 9

6 1 File ave terdiri dari 3 chunk (potongan) informasi yaitu : 1. RIFF chunk yang mengidentifikasikan bahwa file tersebut adalah file ave. 2. Format chunk yang berisi format dari informasi file suara seperti jumlah channel, sample rate, resolusi.. 3. Data chunk yang menunjukkan ukuran dari informasi file suara dan di dalamnya terdapat kumpulan data. Setiap chunk mengandung informasi-informasi sebagai berikut : 1. RIFF chunk Tabel 2.1 Informasi pada RIFF Chunk Offset File Ukuran (byte) Deskripsi ilai x 4 ID Chunk RIFF (x ) x4 4 Ukuran Chunk (ukuran file) 8 x8 4 Tipe AVE (x ) 2. Format chunk Tabel 2.2 Informasi pada Format Chunk Offset File Ukuran (byte) Deskripsi ilai x 4 ID Chunk fmt (x666d742) x4 4 Ukuran Chunk 16 + jumlah byte untuk format extra x8 2 Kode Kompresi PCM tidak terkompresi 1 Microsoft ADPCM 6 ITU G.711 a-law 7 ITU G.711 μ-law 17 IMA ADPCM 2 ITU G.273 ADPCM (Yamaha) 49 GSM ITU G.721 ADPCM 8 MPEG 1

7 11 xa 2 Channel number (banyak saluran suara) xc 4 Sample rate (banyak cuplikan per detik) x1 4 Rata-rata byte yang dimainkan per detik x14 2 Block align (jumlah byte satu sample untuk semua channel) x16 2 Bits per Sample (banyak bit untuk 1 cuplikan) x18 2 Tempat untuk parameter lainnya (tidak terdapat pada format PCM) 1 mono 2 stereo 1 xffffffff Contoh : 441 Hz Sample rate * Channel number * Bits per Sample Channel number * Bits per Sample / Contoh : 8 8 bit (1 byte) biy (2 byte) Data chunk Tabel 2.3 Informasi pada Data Chunk File Offset Ukuran (byte) Deskripsi ilai x 4 ID Chunk data (x ) x4 4 Ukuran Chunk Tergantung banyaknya cuplikan x8 Data Sample 11

8 12 Gambar 2.5 Contoh Format File.AV 2.3 Transformasi Diskrit Fourier Transformasi Fourier, yang ditemukan oleh Joseph Fourier, sering digunakan untuk mentransformasikan sebuah sinyal domain waktu yang bersifat kontinu menjadi sinyal domain frekuensi. Transformasi Fourier merupakan sebuah transformasi integral yang menyatakan ulang sebuah fungsi ke dalam bentuk fungsi berbasis sinus, yaitu sebagai sebuah penjumlahan ataupun integral dari fungsi sinus yang dikalikan dengan suatu koefisien Ada empat macam jenis dari transformasi Fourier, yaitu transformasi kontinu Fourier, transformasi diskrit Fourier, transformasi diskrit Fourier berbasis waktu, dan deret Fourier. Keempat macam jenis transformasi Fourier itu dapat dibedakan menurut sifat waktu dan frekuensinya yang dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini. 12

9 13 Tabel 2.4 Perbedaan Empat Macam Jenis Transformasi Fourier Transformasi aktu Frekuensi Transformasi kontinu Fourier Kontinu, Aperiodik Kontinu, Aperiodik Deret Fourier Kontinu, Periodik Diskrit, Aperiodik Transformasi diskrit Fourier berbasis waktu Diskrit, Aperiodik Kontinu, Periodik Transformasi diskrit Fourier Diskrit, Periodik Diskrit, Periodik Transformasi kontinu Fourier menggambarkan spektrum dari sebuah sinyal waktu non-periodik yang bersifat kontinu. Transformasi kontinu Fourier X ( f ) dari sebuah fungsi waktu bersifat kontinu x (t) dapat ditulis sebagai berikut : X ( f ) j π f t x ( t ) e 2 dt (Pers 2-1) Transformasi kontinu Fourier merupakan sebuah metode yang sangat berguna untuk menentukan komponen frekuensi dari sebuah sinyal waktu, menentukan distribusi momentum dari partikel, dan untuk berbagai aplikasi lainnya. Transformasi kontinu Fourier sebetulnya merupakan dekomposisi dari sebuah fungsi menjadi bentuk fungsi berbasis sinus, yang biasanya diekspresikan sebagai eksponensial yang rumit. Oleh karena untuk mengerjakan transformasi kontinu Fourier diperlukan kalkulus untuk menghitung integral yang ada, di mana komputer dapat menampilkan transformasi Fourier berupa fungsi-fungsi yang diskrit, membuat Joseph Fourier menciptakan transformasi diskrit Fourier dengan mengganti fungsi integral menjadi fungsi penjumlahan yang terbatas. Transformasi diskrit Fourier (DFT) atau yang sering disebut sebagai transformasi Fourier terbatas, adalah sebuah transformasi Fourier yang seringkali digunakan dalam pemrosesan sinyal dan bidang-bidang yang berkaitan dengan analisis frekuensi yang terkandung di dalam sebuah sinyal, untuk menyelesaikan persamaan diferensial parsial, dan untuk operasi seperti konvolusi. 13

10 14 DFT diperkenalkan sebagai aproksimasi metode numerik untuk mengerjakan fungsi transformasi Fourier. DFT X (m) dari sebuah sinyal waktu yang diskrit x (n) dapat ditulis sebagai berikut : X ( m) 1 x( n) e j 2πnm / (Pers 2-2) Dari persamaan 2-2, komponen dari bilangan natural dipisahkan menjadi bagian riil dan imajinernya menggunakan persamaan Euler, yaitu : θ e j cos( θ ) + j sin( θ ) (Pers 2-3) Dengan menggabungkan persamaan 2-2 dan 2-3 maka didapat persamaan DFT yang baru yaitu : X ( m ) 1 x( n)[cos(2 πnm/ ) jsin(2π nm / )] (Pers 2-4) Seperti yang terlihat pada persamaan 2-2 dan 2-4, kalkulus tidak lagi dibutuhkan untuk menghitung DFT. Dengan fungsi penjumlahan yang terbatas, tidak dijumpai kesulitan dengan fungsi yang tak terbatas bersifat kontinu. Dalam bidang proses sinyal digital, sinyal dan spektra diproses hanya dalam bentuk sampel, sehingga DFT adalah sesuatu yang benar-benar dipakai untuk memrosesnya. Implementasi dari DFT dapat menggunakan transformasi Fourier cepat atau fast Fourier transform. DFT merupakan metode yang lebih relevan untuk komputasional serta lebih sederhana secara matematika dibandingkan dengan transformasi Fourier. 2.4 Fast Fourier Transform alaupun DFT adalah prosedur matematika yang paling tepat untuk menentukan isi frekuensi dari berbasis-waktu, namun penggunaannya tidak efisien. Ketika jumlah cuplikan dalam DFT bertambah, maka perhitungannya akan bertambah jauh lebih banyak. Pada tahun 1965, ilmuwan Cooley dan Tukey menciptakan suatu algoritma yang sangat efisien dalam mengimplementasikan DFT. Algoritma itu dikenal dengan 14

11 15 nama fast Fourier transform (FFT). Dalam perkembangannya, ada berbagai macam algoritma yang dikembangkan untuk FFT ini, namun yang akan dipakai adalah algoritma FFT radix-2. Algoritma FFT radix-2 sangat efisien ketika menghitung DFT dengan batasan adalah ukuran dari DFT haruslah dalam bentuk perpangkatan dari 2 ( 2 k ). Jumlah dari perhitungan yang dibutuhkan untuk memproses FFT sejumlah -titik adalah log 2. 2 Dari persamaan pada -titik pada DFT, yaitu X ( m) 1 x( n) e j 2πnm / (Pers 2-5) FFT memisahkan input data x (n) menjadi dua bagian, yaitu elemen ganjil dan elemen genap, sehingga persamaan 2-5 berubah menjadi X( m) ( /2) 1 x(2n) e j2π (2n) m/ + ( /2) 1 x(2n + 1) e j2π (2n+ 1) m/ Dengan mengeluarkan fase sudut yang konstan dari penjumlahan tersebut (Pers 2-6) X( m) ( /2) 1 x(2n) e j2π (2n) m/ + e ( /2) 1 j2πm / x(2n + 1) e j2π (2n) m/ Persamaan berikut disederhanakan dengan menetapkan notasi baku, yaitu sehingga persamaan 2-7 berubah menjadi Karena X ( m) ( / 2 ) 1 n x(2n) 2 j 2π 2 /( ) j 2π /( / 2) 2 nm + ( / 2 ) 1 m n x(2n + 1) 2 nm (Pers 2-7) e j2π/ (Pers 2-8) e e, kita bisa menggantikan 2 dengan / 2, sehingga persamaan 2-8 berubah menjadi 15

12 16 X ( m) ( /2) 1 x(2n) ( /2) 1 nm m / 2 + x(2n + 1) nm /2 (Pers 2-9) Sekarang kita mempunyai 2 buah penjumlahan / 2 yang akan menghasilkan -titik DFT. Dengan menggantikan nilai m pada persamaan 2-9 dengan m + / 2, maka didapat X ( m+ /2) Melihat hubungan ( /2) 1 n ( m + / 2) / 2 x(2n) ( /2) 1 n( m+ /2) ( m+ /2) / 2 + x(2n + 1) nm / 2 n / 2 / 2 nm nm / 2( 1) / 2 nm / 2 ( e j 2πn 2 / 2 ) n( m+ /2) /2 (Pers 2-1) (Pers 2-11) untuk semua n bilangan bulat, maka faktor yang disebut dengan twiddle factor di depan penjumlahan dapat disederhanakan menjadi ( e ( m+ /2) m /2 m j2π /2 ) m ( 1) (Pers 2-12) Dengan menggunakan persamaan 2-11 dan 2-12, maka nilai X ( m + / 2) pada persamaan 2-1 berubah menjadi m X ( m+ / 2) ( /2) 1 x(2n) Sehingga didapat 2 buah persamaan baru yaitu ( /2) 1 nm m / 2 x(2n + 1) nm /2 (Pers 2-13) dan X ( m) ( / 2) 1 x(2n) ( / 2) 1 nm m / 2 + x(2n + 1) nm / 2 (Pers 2-14) 16

13 17 X ( m+ / 2) ( /2) 1 x(2n) ( /2) 1 nm m / 2 x(2n + 1) (Pers 2-14 ) Dengan hanya merubah tanda pada twiddle factor maka kita mendapatkan 2 buah persamaan, yaitu X (m) dan X ( m + / 2). Sehingga kita hanya membutuhkan m sebanyak / 2 mulai dari hingga ( / 2) 1 untuk mendapatkan semua nilai outputnya. Dengan mengambil contoh kasus 8, persamaan 2-14 dan 2-14 dapat diimplementasikan pada gambar 2.6 nm /2 Gambar 2.6 Implementasi FFT dari 8-titik DFT menggunakan dua buah 4-titik DFT Jika kita menyederhanakan persamaan 2-14 dan 2-14 menjadi m X ( m) A( m) + B( m) dan (Pers 2-15) 17

14 18 m X ( m + / 2) A( m) B( m) (Pers 2-15 ) kita dapat memecah dua buah 4-titik DFT menjadi empat buah 2-titik DFT, yaitu dengan cara seperti sebelumnya, memecahnya menjadi bagian ganjil dan bagian genap. atau A ( m) ( / 2) 1 nm 4nm x(2n) 2 x(4n) / 2 + ( / 4) 1 ( / 4) 1 / x(4n + 1) 2 2 (4n+ 1) m / 2 A ( m) ( / 4) 1 2 x(4n) ( / 4) 1 2nm m / 4 + / 2 x(4n + 1) 2 2nm / 4 (Pers 2-16) Dengan mengganti nilai 2 n menjadi p, maka persamaan 2-16 dapat disederhanakan menjadi A ( m) ( / 4) 1 p x(2 p) ( / 4) 1 pm m / 4 + / 2 x(2 p + 1) p (Pers 2-17) Ada kemiripan bentuk antara persamaan 2-14 dengan Dengan ini, FFT memiliki kemampuan untuk mengurangi jumlah perhitungan pada DFT. Dengan langkah sama, maka nilai B (m) pada persamaan 2-14 dapat diubah menjadi B ( m) ( /4) 1 p x(2p) ( /4) 1 pm m / 4 /2 x(2p + 1) p (Pers 2-18) Untuk contoh kasus 8, persamaan 2-17 dan 2-18 dapat diimplementasikan pada gambar 2.7 pm / 4 pm /4 18

15 19 Gambar 2.7 Implementasi FFT dari 8-titik DFT menggunakan dua buah 4-titik DFT dan empat buah 2-titik DFT Bentuk pola yang tertera pada gambar 2.6 disebut dengan butterfly pattern. Pada gambar, telah terdapat empat buah 2-titik DFT yang tidak dapat dibagi lagi, sehingga 2 / proses pembagian -titik telah selesai. Dari definisi, maka j π e 1 dan / 2 j2π / 2 jπ e e 1, sehingga bagian 2-titik DFT ditunjukkan oleh gambar 2.8 Gambar 2.8 Sebuah 2-titik DFT butterfly 19

16 2 Susunan lengkap dari contoh kasus 8-titik DFT terlihat pada gambar 2.9 Gambar 2.9 Implementasi lengkap FFT dari 8-titik DFT Untuk penentuan komponen ganjil dan genap, dilakukan suatu proses pemecahan yang disebut dengan bit reversal. Proses ini melakukan penukaran bit-bit biner dari angka desimal. Misalkan ada sejumlah n bit. Cara kerja dari bit reversal adalah dengan menukar bit ke- dengan bit ke n-, bit ke-1 dengan bit ke n-1, dan seterusnya. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat di tabel

17 21 Tabel 2.5 Input Index Bit Reversal untuk 8-titik DFT ormal order of index n Binary bits of index n Reversed bits of index n Bit-reversed order of index n Algoritma Divide And Conquer Algoritma Divide and Conquer merupakan algoritma yang sangat popular di dunia Ilmu Komputer. Divide and Conquer merupakan algoritma yang berprinsip memecah-mecah permasalahan yang terlalu besar menjadi beberapa bagian kecil sehingga lebih mudah untuk diselesaikan. Langkah-langkah umum algoritma Divide and Conquer : Divide : Membagi masalah menjadi beberapa submasalah yang memiliki kemiripan dengan masalah semula namun berukuran lebih kecil (idealnya berukuran hampir sama). Conquer : Memecahkan masing-masing submasalah secara rekursif. Combine : Menggabungkan solusi masing-masing submasalah sehingga membentuk solusi masalah semula. Objek masalah yang dibagi adalah masukan (input) atau instances yang berukuran n: tabel (larik), matriks, dan sebagainya, bergantung pada masalahnya. Tiaptiap sub-masalah mempunyai karakteristik yang sama (the same type) dengan karakteristik masalah asal, sehingga metode Divide and Conquer lebih natural diungkapkan dalam skema rekursif. Sesuai dengan karakteristik pembagian dan pemecahan masalah tersebut, maka algoritma ini dapat berjalan baik pada persoalan yang bertipe rekursif (perulangan dengan memanggil dirinya sendiri ). Dengan 21

18 22 demikian, algoritma ini dapat diimplementasikan dengan cara iteratif (perulangan biasa), karena pada prinsipnya iteratif hampir sama dengan rekursif. Salah satu penggunaan algoritma ini yang paling populer adalah dalam hal pengolahan data yang bertipe array (elemen larik). Mengapa? Karena 1 pengolahan array pada umumnya selalu menggunakan prinsip rekursif atau iteratif. Penggunaan secara spesifik adalah untuk mencari nilai minimal dan maksimal serta untuk mengurutkan elemen array. Dalam hal pengurutan ini ada empat macam algoritma pengurutan yang berdasar pada algoritma Divide and Conquer, yaitu merge sort, insert sort, quick sort, dan selection sort. Merge sort dan Quick sort mempunyai kompleksitas algoritma O(n ²log n). Hal ini lebih baik jika dibandingkan dengan pengurutan biasa dengan menggunakan algoritma brute force. 2.6 Software Development Life Cycle Menurut Turban, et. al., Software Development Life Cycle (SDLC) adalah kerangka terstruktur yang terdiri dari beberapa proses yang berurutan vang diperlukan untuk membangun suatu sistem informasi. Pendekatan waterfall digunakan untuk menggambarkan SDLC. SDLC dirancang dengan tujuan untuk membangun alur pemrograman yang terstruktur dan untuk membantu manajemen proyek dalam perhitungan estimasi waktu dan sumber yang dibutuhkan suatu proyek. Gambar 2.1 Eight Stage SDLC 22

19 23 Tahap-tahap SDLC adalah sebagai berikut : 1. System Investigation. System Investigation adalah tahap yang mengutamakan pembelajaran terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi. Dengan pembelajaran maka suatu sistem dapat terhindar dari kesalahan yang dapat mengakibatkan peningkatan usaha, waktu dan jumlah pengeluaran. 2. System Analysis. System Analysis adalah tahap yang menganalisis masalah yang perlu diselesaikan. Tahap ini mendefinisikan permasalahan, mengidentifikasikan penyebab, menspesifikasikan solusi, serta mengidentifikasikan informasi-informasi yang diperlukan. 3. System Design System Design adalah tahap yang menjelaskan bagaimana suatu sistem akan bekerja. Hasil dari tahap ini adalah output, input dan user interface dari sistem serta hardware, software, database dan prosedur. 4. Programming Programming adalah tahap yang menerjemahkan spesifikasi desain sistem menjadi bahasa pemrograman yang dapat dimengerti oleh komputer. 5. Testing Testing adalah tahap yang digunakan untuk memeriksa apakah pemrograman telah menghasilkan hasil yang diinginkan dan diharapkan atas situasi tertentu. Testing dirancang untuk mendeteksi adanya kesalahan coding. 6. Implementation Implementation adalah proses perubahan dari penggunaan sistem lama menjadi sistem yang baru. 7. Operation and Maintenance 8. Operation and Maintenance adalah tahap untuk memelihara sistern baru yang akan dioperasikan dalam suatu periode waktu. 23

20 Bentuk Program Arsitektur aplikasi program dirancang dengan dua tipe konsep yaitu : Object Oriented Programming. Procedural Programming. Object Oriented Programming (OOP) adalah sebuah paradigma pemrograman yang menggunakan class dan object dan interaksinya untuk mendesain aplikasi dan program komputer Deitel. Keunggulan yang membuat OOP sering digunakan adalah karena sifatnya yang reusable, di mana programmer tidak perlu berulang-ulang membuat program untuk modul-modul yang mempunyai kegiatan fungsional yang mirip, sehingga penerapan OOP sangat cocok untuk membuat aplikasi atau program yang rumit. OOP terdiri dari tiga bagian konsep, antara lain adalah : Encapsulation. Inheritance. Polymorphism. Encapsulation adalah konsep untuk membungkus atribut-atribut dan methodmethod yang ada pada suatu bagian menjadi sebuah class. Tujuan dari encapsulation adalah untuk memudahkan konsep pemrograman, menyembunyikan informasi yang rahasia, dan untuk memungkinkan pembuatan objek-objek yang mempunyai sifat yang sama. Inheritance adalah konsep penurunan sifat yang terdapat pada OOP, yang bertujuan untuk memudahkan pemrograman dari yang sederhana menjadi yang rumit sehingga tidak akan membuat konsep pemrograman menjadi rumit. Tujuan dari inheritance selain untuk memudahkan pemrograman adalah untuk menjaga hubungan antar class. Sehingga balik programmer maupun user dapat dengan mudah memengerti aliran program apabila program telah berkembang menjadi rumit. Polymorphism adalah konsep OOP di mana sebuah objek dapat berubah bentuk sifatnya ditengah jalannya program. Dasar dari konsep polymorphism adalah konsep inheritance. Pada dasarnya polymorphism adalah sebuah abstract class yang mempunyai virtual method yang diturunkan menjadi beberapa class yang harus mengimplementasikan virtual method tersebut. Tujuan dari polymorphism adalah untuk 24

21 25 memantapkan arsitektur pemrograman, karena dengan adanya polymorphism arah hubungan antar class akan menjadi jelas dan method-method dari class tersebut juga akan menjadi jelas. Dengan adanya tiga konsep OOP tersebut, OOP menjadi konsep pemrograman yang handal dan dapat diimplementasikan dalam segala situasi. Procedural programming adalah pemrograman dengan pemanggilan function atau procedure, disebut juga dengan istilah umum routines. Biasa dikenal juga sebagai imperative programming. Setiap dari procedure harus mengandung sederetan langkahlangkah algoritma. Sejumlah Procedure tersebut dapat dipanggil dari program setiap saat. Procedural Programming adalah konsep pemrograman sederhana dengan menerapkan urutan-urutan langkah. 2.8 State Transition Diagram STD merupakan suatu modeling tool yang menggambarkan sifat ketergantungan sistem. Pada mulanya hanya digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang memiliki sifat real time seperti proses control, telephone switching system, dan control system. State adalah kumpulan keadaan dan atribut yang mencirikan objek pada waktu atau kondisi tertentu. Disimbolkan dengan segi empat. Gambar 2.11 otasi State Transition adalah simbol perpindahan keaktifan dari sebuah objek menjadi objek lain. Transition disimbolkan dengan anak panah. Gambar 2.12 otasi Transition 25

22 26 Condition adalah suatu keadaan pada lingkungan eksternal yang dapat dideteksi oleh sistem. Condition menggambarkan syarat yang biasanya digunakan dalam hubungan seleksi. Action adalah yang dilakukan sistem bila terjadi perubahan state atau merupakan reaksi terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran atau output. Display adalah hasil yang merupakan STD. 2.9 User Interface Design User Interface (UI) Design adalah perancangan tampilan antarmuka yang bersifat visual dari suatu aplikasi agar aplikasi tersebut dapat berinteraksi dengan baik dengan user dan dapat digunakan dengan maksimal. Proses perancangan UI harus mengandung arti dari unsur-unsur visual yang seimbang, yang dapat memodelkan inti dari operasi aplikasi yang akan dijalankan. Selain itu perancangan UI yang baik juga harus dapat membuat aplikasi hingga mudah digunakan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing user. Dalam perancangan UI, terdapat delapan aturan emas yang mendukung sebuah perancangan UI yang baik. Delapan aturan emas tersebut antara lain: 1. Usaha untuk konsistensi dalam tampilan. 2. Memungkinkan user yang rutin untuk menggunakan shortcut. 3. Memberikan umpan balik yang informatif. 4. Memunculkan dialog box pada penutupan. 5. Mempunyai error-handling sederhana. 6. Memungkinkan user untuk membatalkan tindakan. 7. Mendukung komponen dan control. 8. Mengurangi penggunaan memori jangka pendek. 26

BAB III PERANCANGAN PROGRAM

BAB III PERANCANGAN PROGRAM BAB III PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Perancangan Program Aplikasi 3.1.1 Requirement Spesification 1. Program dibuat menggunakan Microsoft Visual Studio 2005. 2. Metode yang digunakan pada proses kriptografi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu, analisis, perancangan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. BAB II DASAR TEORI. Umum Pada kebanyakan sistem, baik itu elektronik, finansial, maupun sosial sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda. Karena sebagian besar sinyal

Lebih terperinci

1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG. Sinyal-sinyal analog di alam:

1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG. Sinyal-sinyal analog di alam: 1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG Sinyal-sinyal analog di alam: 1. Suara 2. Sinyal biologis 3. Sinyal seismik 4. Sinyal radar 5. Sinyal sonar 6. Sinyal audio dan video Tiga langkah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Informasi tentang pemasangan iklan di suatu radio (antara lain mengenai, jam berapa suatu iklan ditayangkan, dalam sehari berapa kali suatu iklan ditayangkan dan berapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audio Audio atau suara merupakan gelombang yang mengandung sejumlah komponen penting (amplitudo, panjang gelombang dan frekuensi) yang dapat menyebabkan suara yang satu berbeda

Lebih terperinci

1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG. Sinyal-sinyal analog di alam:

1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG. Sinyal-sinyal analog di alam: 1.4 KONVERSI ANALOG-KE DIGITAL DAN DIGITAL-KE-ANALOG Sinyal-sinyal analog di alam: 1. Suara 2. Sinyal biologis 3. Sinyal seismik 4. Sinyal radar 5. Sinyal sonar 6. Sinyal audio dan video Tiga langkah proses

Lebih terperinci

1. Pendahuluan Latar Belakang

1. Pendahuluan Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Musik merupakan sarana untuk menyimpan hasil karya seseorang. Dan hampir semua notasi musik dituliskan ke dalam not balok. Not balok adalah susunan nada yang ditulis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH DAN PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH DAN PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH DAN PERANCANGAN 3.1 Sistem Diagram Sistem diagram adalah diagram dari sebuah sistem, dengan fungsi atau bagian utamanya diwakili oleh blok yang dihubungkan oleh garis-garis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Suara Suara adalah sebuah sinyal yang merambat melalui media perantara. suara dapat didefinisikan sebagai gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu. Suara

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis, BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. studi kepustakaan, pembuatan program dan analisis. Dengan ini penulis berusaha

BAB III METODE PENELITIAN. studi kepustakaan, pembuatan program dan analisis. Dengan ini penulis berusaha BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, pembuatan program dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE Pada Bab ini dibahas mengenai penentuan algoritma, menentukan deskripsi matematis dari algoritma, pembuatan model fixed point menggunakan Matlab, dan pengukuran

Lebih terperinci

Digital Audio Watermarking dengan Fast Fourier Transform

Digital Audio Watermarking dengan Fast Fourier Transform Digital Audio Watermarking dengan Fast Fourier Transform Otniel 13508108 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI

BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI BAB II PENCUPLIKAN DAN KUANTISASI Sebagian besar sinyal-sinyal di alam adalah sinyal analog. Untuk memproses sinyal analog dengan sistem digital, perlu dilakukan proses pengubahan sinyal analog menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kompresi File Pada dasarnya semua data itu merupakan rangkaian bit 0 dan 1. Yang membedakan antara suatu data tertentu dengan data yang lain adalah ukuran dari rangkaian bit dan

Lebih terperinci

MATERI PENGOLAHAN SINYAL :

MATERI PENGOLAHAN SINYAL : MATERI PENGOLAHAN SINYAL : 1. Defenisi sinyal 2. Klasifikasi Sinyal 3. Konsep Frekuensi Sinyal Analog dan Sinyal Diskrit 4. ADC - Sampling - Aliasing - Quantiasasi 5. Sistem Diskrit - Sinyal dasar system

Lebih terperinci

KONSEP FREKUENSI SINYAL WAKTU KUNTINYU & WAKTU DISKRIT

KONSEP FREKUENSI SINYAL WAKTU KUNTINYU & WAKTU DISKRIT KONSEP FREKUENSI SINYAL WAKTU KUNTINYU & WAKTU DISKRIT Sinyal Sinusoidal Waktu Kontinyu T=/F A A cos X Acos Ft a 0 t t Sinyal dasar Eksponensial dng α imajiner X Ae a j t Ω = πf adalah frekuensi dalam

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Membuat aplikasi pengenalan suara untuk pengendalian robot dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan sebagai algoritma pembelajaran dan pemodelan dalam pengenalan suara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak ditemukannya alat untuk menangkap suatu gambar pada bidang dua dimensi (citra) berupa kamera, dengan semakin berkembangnya teknologi pada saat ini sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari voice recognition. Voice recognition dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. pengembangan sistem yang lazim disebut Waterfall Model. Metode ini terdiri dari enam

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. pengembangan sistem yang lazim disebut Waterfall Model. Metode ini terdiri dari enam BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Dalam perancangan dan penyusunan aplikasi ini, digunakan metoda siklus pengembangan sistem yang lazim disebut Waterfall Model. Metode ini terdiri dari enam tahapan

Lebih terperinci

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014 SINYAL DISKRIT DUM 1 September 2014 ADC ADC 3-Step Process: Sampling (pencuplikan) Quantization (kuantisasi) Coding (pengkodean) Digital signal X a (t) Sampler X(n) Quantizer X q (n) Coder 01011 Analog

Lebih terperinci

MAKALAH ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER

MAKALAH ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER MAKALAH ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER Galih Pranowo Jurusan Matematika Ilmu Komputer FAKULTAS SAINS TERAPAN INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 1. Pengertian Algoritma Divide and Conquer merupakan

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK BAB IV. ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Bab ini menjelaskan tentang analisis kebutuhan dan perancangan perangkat lunak sebagai implementasi digital watermarking pada berkas WAV dengan menggunakan

Lebih terperinci

ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER

ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER By Gapra. Email : ga_pra_27@yahoo.co.id 1. Pengertian Algoritma Divide and Conquer merupakan algoritma yang sangat populer di dunia Ilmu Komputer. Divide and Conquer merupakan

Lebih terperinci

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV Marianus Hendra Wijaya 1), Linggo Sumarno 2) 1) Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universtas Sanata Dharma Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Sistem Voice Command pada demonstrasinya merupakan aplikasi pengenalan suara yang akan menjalankan perintah-perintah yang dikenali. Sistem ini dibuat untuk menampung

Lebih terperinci

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM. GEMBONG EDHI SETYAWAN, S.T., M.T. -

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM. GEMBONG EDHI SETYAWAN, S.T., M.T. - KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM GEMBONG EDHI SETYAWAN, S.T., M.T. gembong@ub.ac.id - http://gembong.lecture.ub.ac.id Apa itu sinyal? Besaran fisis yang berubah menurut waktu, ruang atau variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicolokan ke komputer, hal ini untuk menghindari noise yang biasanya muncul

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dicolokan ke komputer, hal ini untuk menghindari noise yang biasanya muncul 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengambilan Database Awalnya gitar terlebih dahulu ditala menggunakan efek gitar ZOOM 505II, setelah ditala suara gitar dimasukan kedalam komputer melalui

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER

PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER PENGGUNAAN ALGORITMA DIVIDE AND CONQUER UNTUK OPTIMASI KONVERSI BILANGAN DESIMAL KE BINER Danang Arief Setyawan NIM : 3559 Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung e-mail: das_centauri@yahoo.com

Lebih terperinci

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM Sinyal dan Sistem Sinyal dan Sistem Klasifikasi Sinyal Konsep rekuensi Analog to Digital Conversion Sampling SINYAL, SISTEM DAN KOMPUTASI SINYAL Sinyal Besaran-besaran

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN Perancangan program aplikasi dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (Waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan, yaitu analisis, perancangan, pengkodean

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. implementasi serta pasca implementasi.(rizky, 2011:21). performasi dan fungsi yang diinginkan.

BAB II LANDASAN TEORI. implementasi serta pasca implementasi.(rizky, 2011:21). performasi dan fungsi yang diinginkan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Rekayasa Perangkat Lunak Rekayasa perangkat lunak atau software engineering adalah sebuah disiplin ilmu yang mencakup segala hal yang berhubungan dengan proses pengembangan

Lebih terperinci

ALGORITMA PEMROGRAMAN 1C PENDAHULUAN KONSEP BAHASA PEMROGRAMAN

ALGORITMA PEMROGRAMAN 1C PENDAHULUAN KONSEP BAHASA PEMROGRAMAN ALGORITMA PEMROGRAMAN 1C PENDAHULUAN KONSEP BAHASA PEMROGRAMAN Indah Wahyuni KONSEP DASAR PEMROGRAMAN Program merupakan himpunan atau kumpulan instruksi tertulis yang dibuat oleh programer atau suatu bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Informasi Sistem informasi adalah sekumpulan elemen yang saling bekerja sama baik secara manual atau berbasis komputer yang didalamnya ada pengumpulan, pengolahan, pemprosesan

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori. Model Matematika Menurut Wirodikromo (998, p77) model matematika adalah suatu rumusan matematika (dapat berbentuk persamaan, pertidaksamaan / fungsi) yang diperoleh dari hasil penafsiran

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGACAKAN CITRA MENGGUNAKAN M-SEQUENCE BERDASARKAN PARAMETER

PERANCANGAN APLIKASI PENGACAKAN CITRA MENGGUNAKAN M-SEQUENCE BERDASARKAN PARAMETER PERANCANGAN APLIKASI PENGACAKAN CITRA MENGGUNAKAN M-SEQUENCE BERDASARKAN PARAMETER Kristian Telaumbanua 1, Susanto 2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 122, 124, 140 Medan

Lebih terperinci

Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio

Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio Studi dan Analisis Teknik-Teknik Steganografi Dalam Media Audio Pudy Prima - 13508047 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Respon Impuls Akustik Ruangan. Respon impuls akustik suatu ruangan didefinisikan sebagai sinyal suara yang diterima oleh suatu titik (titik penerima, B) dalam ruangan akibat suatu

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Diagram blok sistem akuisisi data berbasis komputer [2]

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Diagram blok sistem akuisisi data berbasis komputer [2] Bab II Teori Dasar 2.1 Proses Akuisisi Data [2, 5] Salah satu fungsi utama suatu sistem pengukuran adalah pembangkitan dan/atau pengukuran tehadap sinyal fisik riil yang ada. Peranan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL JURUSAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN Disusun oleh : Golfrid Gultom, ST Untuk kalangan sendiri 1 DASAR TEKNOLOGI DIGITAL Deskripsi Singkat

Lebih terperinci

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM. GEMBONG EDHI SETYAWAN, S.T., M.T. -

KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM. GEMBONG EDHI SETYAWAN, S.T., M.T. - KOMPUTASI SINYAL DIGITAL SINYAL DAN SISTEM GEMBONG EDHI SETYAWAN, S.T., M.T. gembong@ub.ac.id - http://gembong.lecture.ub.ac.id Apa itu sinyal? Besaran fisis yang berubah menurut waktu, ruang atau variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menentukan kebutuhan data yang akan digunakan Mengumpulkan data yang dibutuhkan Mempersiapakan alat dan bahan penelitian Observasi Wawancara Data Penelitian

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pada dunia elektronika dibutuhkan berbagai macam alat ukur dan analisa.

BABI PENDAHULUAN. Pada dunia elektronika dibutuhkan berbagai macam alat ukur dan analisa. BAB I PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada dunia elektronika dibutuhkan berbagai macam alat ukur dan analisa. Salah satunya adalah alat untuk mengukur intensitas bunyi dan gain dari sinyal

Lebih terperinci

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014

SINYAL DISKRIT. DUM 1 September 2014 SINYAL DISKRIT DUM 1 September 2014 ADC ADC 3-Step Process: Sampling (pencuplikan) Quantization (kuantisasi) Coding (pengkodean) Digital signal X a (t) Sampler X(n) Quantizer X q (n) Coder 01011 Analog

Lebih terperinci

2.4. Vector Quantization Kebisingan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Requirements Definition...

2.4. Vector Quantization Kebisingan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Requirements Definition... DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM. Oriented Programming) atau secara procedural.

BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM. Oriented Programming) atau secara procedural. 38 BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM 4.1 Perancangan Program Aplikasi 4.1.1 Bentuk Program Suatu program dapat dibuat dengan dua cara yaitu secara OOP (Object Oriented Programming) atau secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini mengharuskan masyarakat untuk mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini mengharuskan masyarakat untuk mengikuti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini mengharuskan masyarakat untuk mengikuti perkembangan dan menggunakan teknologi tersebut, seperti halnya teknologi dan sistem komputer

Lebih terperinci

TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 2 TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pengembangan Perangkat Lunak Bagian 1 Sumber Perangkat Lunak Aplikasi. Mengorganisir Proyek Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Model Cutting Stock Problem 2.1.1 Integer Knapsack Cutting-stock problem merupakan salah satu satu contoh persoalan dalam Integer Knapsack. Dalam persoalan integer knapsack,

Lebih terperinci

1. Sinyal adalah besaran fisis yang berubah menurut. 2. X(z) = 1/(1 1,5z 1 + 0,5z 2 ) memiliki solusi gabungan causal dan anti causal pada

1. Sinyal adalah besaran fisis yang berubah menurut. 2. X(z) = 1/(1 1,5z 1 + 0,5z 2 ) memiliki solusi gabungan causal dan anti causal pada 1. Sinyal adalah besaran fisis yang berubah menurut 2. X(z) = 1/(1 1,5z 1 + 0,5z 2 ) memiliki solusi gabungan causal dan anti causal pada 3. X + (z) mempunyai sifat sifat seperti yang disebutkan di bawah

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SINYAL DAN SISTEM DISKRIT. Pengolahan Sinyal Analog adalah Pemrosesan Sinyal. bentuk m dan manipulasi dari sisi sinyal dan informasi.

PENGOLAHAN SINYAL DAN SISTEM DISKRIT. Pengolahan Sinyal Analog adalah Pemrosesan Sinyal. bentuk m dan manipulasi dari sisi sinyal dan informasi. PENGOLAHAN SINYAL DAN SISTEM DISKRIT Pengolahan Sinyal Analog adalah Pemrosesan Sinyal yang mempunyai kaitan dengan penyajian,perubahan bentuk m dan manipulasi dari sisi sinyal dan informasi. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Pengertian dan definisi sistem pada berbagai bidang berbeda-beda, tetapi meskipun istilah sistem yang digunakan bervariasi,semua sistem pada bidangbidang tersebut

Lebih terperinci

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Suara (Speaker) Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Perpustakaan Berikut ini merupakan pengertian perpustakaan menurut ahli perpustakaan dan sumber lain, diantaranya : (BSNI, 2009) Perpustakaan merupakan kumpulan bahan tercetak

Lebih terperinci

yaitu dalam ketepatan pengenalan pola berdasarkan kelas untuk menampilkan genre.

yaitu dalam ketepatan pengenalan pola berdasarkan kelas untuk menampilkan genre. 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi berbasis digital, masyarakat membutuhkan lagu-lagu yang telah dibuat dalam bentuk digital. Musik digital

Lebih terperinci

2.1. Filter. Gambar 1. Bagian dasar konverter analog ke digital

2.1. Filter. Gambar 1. Bagian dasar konverter analog ke digital 2.1. Filter Filter adalah suatu alat untuk memisahkan sinyal sinyal yang diinginkan dari sinyal-sinyal yang tidak diinginkan. [1]. Filter berkembang dalam pemakaiannya di bidang Elektroteknik menjadi sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI Struktur Aljabar Struktur aljabar adalah ilmu yang mempelajari suatu sistem aljabar dengan satu atau lebih operasi biner yang diberlakukan pada sistem aljabar tersebut. Struktur

Lebih terperinci

MODULASI DELTA ADAPTIF

MODULASI DELTA ADAPTIF MODULASI DELTA ADAPTIF SIGIT KUSMARYANTO http://sigitkus@ub.ac.id I. PENDAHULUAN Kecenderungan dalam perancangan sistem komunikasi baru untuk masa mendatang telah meningkatkan penggunaan teknik-teknik

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Audio Suara atau bunyi adalah suatu gelombang longitudinal yang merambat melalui suatu medium, seperti zat cair, padat dan gas. Bunyi dapat terdengar oleh manusia apabila gelombang

Lebih terperinci

SIKLUS REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SDLC)

SIKLUS REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SDLC) SIKLUS REKAYASA PERANGKAT LUNAK (SDLC) 1. Pengertian DLC atau Software Development Life Cycle adalah proses mengembangkan atau mengubah suatu sistem perangkat lunak dengan menggunakan model-model dan metodologi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI FFT-IFFT

BAB 2 DASAR TEORI FFT-IFFT BAB 2 DASAR TEORI FFT-IFFT Pada Bab ini dibahas tentang hubungan antara Discrete Fourier Transform (DFT) dan algoritma Fast Fourier Transform (FFT), dan hubungan antara algoritma FFT dan IFFT. Dua tipe

Lebih terperinci

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Tjong Wan Sen #1 # Fakultas Komputer, Universitas Presiden Jln. Ki Hajar Dewantara, Jababeka, Cikarang 1 wansen@president.ac.id Abstract Pengenalan ucapan

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK PENGKODEAN

BAB II TEKNIK PENGKODEAN BAB II TEKNIK PENGKODEAN 2.1 Pendahuluan Pengkodean karakter, kadang disebut penyandian karakter, terdiri dari kode yang memasangkan karakter berurutan dari suatu kumpulan dengan sesuatu yang lain. Seperti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem dapat beroperasi dalam suatu lingkungan, jika terdapat unsur unsur yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Algoritma Optimal Mismatch ini mencari data secara berurut pada tiap

BAB 2 LANDASAN TEORI. Algoritma Optimal Mismatch ini mencari data secara berurut pada tiap BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Algoritma Optimal Mismatch Algoritma Optimal Mismatch ini mencari data secara berurut pada tiap karakter dalam teks sehingga pencarian seperti ini disebut pencarian sekuensial

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH DAN PERANCANGAN. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH DAN PERANCANGAN. 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH DAN PERANCANGAN 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Suara yang dihasilkan manusia merupakan sinyal analog. Setelah melalui proses perekaman, suara ini

Lebih terperinci

Control II ( ADC DAC)

Control II ( ADC DAC) Modul 3 Control II ( ADC DAC) KHAMDIMUBAROK MUBAROK, M.ENG TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA Parameter dan variabel pada operasi manufaktur 1 Suatu variabel/parameter kontinyu adalah suatu penunjukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, Musik adalah nada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, Musik adalah nada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Musik Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, Musik adalah nada atau suara yg disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yg

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan satu set komputer dengan prosesor berkecepatan 1,18 GHz,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gelombang Bunyi Menurut Anwar, et al (2014), gelombang bunyi atau lebih khusus dikenal sebagai gelombang akustik adalah gelombang longitudinal yang berada dalam sebuah medium,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi ternyata berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Semuanya merupakan informasi yang sangat penting. Oleh karena

Lebih terperinci

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu TEKNIK MODULASI PRINSIP UMUM PRINSIP UMUM Bagian dari komunikasi Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu PRINSIP UMUM Modulasi merupakan suatu proses dimana informasi, baik berupa sinyal audio,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 SPEAKER IDENTIFICATION DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Oleh : Nila Feby Puspitasari Data digital, sinyal digital - Merupakan bentuk paling sederhana dari pengkodean digital - Data digital ditetapkan satu level tegangan untuk biner satu

Lebih terperinci

Pengolahan Sinyal Digital

Pengolahan Sinyal Digital Pengolahan Sinyal Digital Referensi : 1. C. Marven and G. Ewers, A Simple Approach to Digital Signal Processing, Wiley, 1997. 2. Unningham, Digital Filtering, Wiley, 1991. 3. Ludeman, Fundamental of digital

Lebih terperinci

Teknologi Multimedia. Suara dan Audio

Teknologi Multimedia. Suara dan Audio Teknologi Multimedia Suara dan Audio SUARA (SOUND) Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan oleh getaran benda getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan amplitudo yang berubah secara kontinyu

Lebih terperinci

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISA MASALAH DAN PERANCANGAN PROGRAM III.1 Analisis Permasalahan Tahapan analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum tahapan perancangan dilakukan. Adapun tujuan yang dilakukannmya analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan suatu sarana dalam proses pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar pada lingkungan belajar.

Lebih terperinci

BAHASA PEMROGRAMAN. Merupakan prosedur/tata cara penulisan program.

BAHASA PEMROGRAMAN. Merupakan prosedur/tata cara penulisan program. BAHASA PEMROGRAMAN PROGRAM Kata, ekspresi, pernyataan atau kombinasinya yang disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur yang berupa urutan langkah untuk menyelesaikan masalah yang diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi laptop yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai. Processor AMD Turion 64 X2 Dual Core 1,66 Ghz

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi laptop yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai. Processor AMD Turion 64 X2 Dual Core 1,66 Ghz BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian 1. Spesifikasi laptop yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Processor AMD Turion 64 X2 Dual Core

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Pemrograman Perangkat lunak yang baik dibangun secara terstruktur dan modular. Modular dapat diartikan sebagai bagian bagian yang terpisah pisah dari badan program namun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. beberapa ahli, definisi sistem adalah sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI. beberapa ahli, definisi sistem adalah sebagai berikut. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem memiliki beberapa definisi yang berbeda-beda menurut pendapat beberapa ahli, definisi sistem adalah sebagai berikut. 1. Menurut Jogiyanto (1999:1), sistem adalah

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Dalam proses pembuatan suatu sistem harus dilakukan penelitian dan penganalisaan tentang sistem yang akan dibangun, berikut adalah beberapa analisis

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Indera pendengaran manusia tidak dapat mengetahui secara pasti jenis nada apa yang didengar olehnya, terkecuali para pemusik profesional. Hal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan pada : Waktu : Juni 2014 Maret 2015 Tempat : Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development

BAB II LANDASAN TEORI. yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu System Development BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Rancang Bangun, teori

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK pengembangan perangkat lunak (PL) dapat dianggap sebagai lingkaran pemecahan masalah. Untuk menyelesaikan masalah besar, dipecah menjadi kecil terus-menerus sampai paling kecil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi saat ini semakin populer digunakan dalam seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi saat ini semakin populer digunakan dalam seluruh BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teknologi informasi saat ini semakin populer digunakan dalam seluruh aspek kehidupan. Hampir seluruh informasi kini dikelola dalam bentuk data digital.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi Komputer dan Internet saat ini turut berperan serta dalam mempengaruhi perilaku dari masing masing individu untuk saling berkomunikasi

Lebih terperinci

STRATEGI DIVIDE AND CONQUER

STRATEGI DIVIDE AND CONQUER Pemrogram bertanggung jawab atas implementasi solusi. Pembuatan program akan menjadi lebih sederhana jika masalah dapat dipecah menjadi sub masalah - sub masalah yang dapat dikelola. Penyelesaian masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. pembelian dilakukan dengan mengubah bentuk barang. 2003). Menurut Soemarso S.R (1994) kegiatan pembelian dalam perusahaan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pembelian Pembelian adalah usaha pengadaan barang-barang untuk perusahaan. Dalam perusahaan dagang pembelian dilakukan dengan dijual kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk

Lebih terperinci

APLIKASI SPECTRUM ANALYZER UNTUK MENGANALISA LOUDSPEAKER

APLIKASI SPECTRUM ANALYZER UNTUK MENGANALISA LOUDSPEAKER APLIKASI SPECTRUM ANALYZER UNTUK MENGANALISA LOUDSPEAKER Leo Willyanto Santoso 1, Resmana Lim 2, Rony Sulistio 3 1, 3 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat Dalam penelitian ini, alat yang di gunakan adalah sebagai berikut: 1. Perangkat Keras (Hardware) a) Personal Computer (PC)/Laptop 32/64 bit architecture

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Informasi Informasi merupakan hasil pengolahan data dari satu atau berbagai sumber, yang kemudian diolah, sehingga memberikan nilai, arti, dan manfaat. (Eka Pratama, 2014). Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu digunakan untuk memberi suatu perbandingan referensi proyek yang telah dikerjakan, terdapat 4 contoh referensi dari penelitian terdahulu,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dan sistem operasi dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Processor: Intel Pentium, Core Duo, 1.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. dan sistem operasi dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Processor: Intel Pentium, Core Duo, 1. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Lingkungan Perancangan Dalam perancangan program simulasi ini, penulis menggunakan komputer dan sistem operasi dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Processor: Intel

Lebih terperinci