ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN TENAGA KERJA PADA USAHA PANGKAS PRIA (UPP) DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN TENAGA KERJA PADA USAHA PANGKAS PRIA (UPP) DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS DISTRIBUSI PENDAPATAN TENAGA KERJA PADA USAHA PANGKAS PRIA (UPP) DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT PROPOSAL OLEH CITRA APRILYA NIM : 09C PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator tingkat keberhasilan pembangunan yang dicapai. Makin tinggi pertumbuhan ekonomi maka makin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen. Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian dengan menggunakan bahasa berbeda oleh para ahli, namun maksudnya tetap sama ( Sukirno, h, 24, 2004 ). Pelaksanaan pembangunan diseluruh daerah disamping bertujuan untuk meningkatkan pendapatan industri kecil dan rumah tangga juga untuk menjamin adanya pemerataan pembangunan bagi seluruh rakyat dengan rasa keadilan dalam rangka mewujudkan asas keadilan sosial. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pendapatan, tetapi juga untuk mencegah melebarnya jurang pemisah antara yang kaya dan yang miskin. Industri kecil seringkali dipandang sebagai bagian yang terbelakang dari struktur ekonomi, bersifat tradisional, dan tidak punya potensi untuk menyumbang pada pertumbuhan ekonomi. Pandangan seperti ini tidak sepenuhnya benar karena beberapa pihak beranggapan bahwa kombinasi yang tepat antara industri kecil,

3 2 industri menengah dan industri besar dapat melahirkan struktur ekonomi yang paling produktif ( Suryawati, h, 32, 2004 ). Salah satu bisnis yang sangat menjanjikan saat ini adalah Bisnis Usaha jasa pangkas atau cukur rambut khususnya Pria. Siapa yang tidak butuh akan penampilan yang baik dan rapi, tidak hanya wanita, kaum pria/lelaki juga membutuhkannya selalu, salah satu penampilan yang selalu diperhatikan adalah rambutnya. Ditambah dengan zaman modern seperti sekarang yang sudah banyak model tatanan rambut yang bisa jadi pilihan. Fenomena seperti ini sudah jelas keberadaan seorang Jasa Pangkas rambut selalu dibutuhkan, baik itu bentuk usahanya berupa salon atau tukang cukur rambut biasa. Usaha pangkas rambut pria sering di anggap tidak mempunyai prospek, namun itu sebetulnya adalah suatu kesalahan besar. Usaha pangkas rambut ini merupakan usaha yang minim resiko, bisa dimulai dengan modal yang tidak terlalu besar, investasinya tetap, pengoperasiannya mudah, dan berprospek jangka panjang, hal ini merupakan peluang usaha yang cukup menjanjikan dan sangat prospektif untuk dijalani, mengingat usaha ini banyak dicari dan dibutuhkan oleh banyak orang. Selain itu usaha pangkas rambut bisa dikatakan usaha yang tidak ada matinya, karena setiap pria pasti membutuhkan jasa pangkas rambut. Tidak heran apabila usaha pangkas rambut ini kian menjamur di indonesia, prospek usaha pangkas rambut ini semakin hari semakin cerah saja. Keuntungan yang didapat dari usaha ini sangatlah menggiurkan, selain ketrampilan dan keahlian dalam hal memotong atau merapikan rambut, Usaha Pangkas rambut ini juga bertumpu pada pelayanan dan kepuasan pelanggan. Usaha kecil pangkas rambut pria sangatlah menguntungkan dan selalu dibutuhkan hingga bisa dikatakan sebagai usaha kecil yang tidak akan pernah berhenti, sebab setiap pria baik

4 3 dewasa maupun anak-anak membutuhkannya. Setiap pria biasanya pergi ke tempat usaha pangkas rambut pria minimal 2 bulan sekali, tidak jarang ada yang pergi ke usaha cukur rambut setiap bulannya guna memotong rambut mereka ( ). Semakin meningkatnya populasi penduduk maka akan menambah jumlah kebutuhan akan jasa pangkas. Sehingga kebutuhan tempat jasa pangkas semakin meningkat pula. Kondisi inilah yang mampu membuat bisnis jasa pangkas tumbuh dan terus berkembang, terbukti dari semakin banyaknya bisnis jasa pangkas ini. Jasa pangkas yang memiliki pekerja yang ahli dan handal tentu saja akan diminati oleh banyak pelanggan. Jadi selain memiliki usaha jasa pangkas dengan pelayanan dan hasil yang memuaskan. Pemerintah Kabupaten Aceh Barat sebagai bagian dari Pemerintah Aceh juga berperan penting dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat melalui kegiatan usaha kecil dan menengah dan koperasi, maka dari itu Pemerintah Daerah selalu bermitra dengan perbankan untuk memberi modal pada Usaha Kecil Menengah, seperti Kredit Usaha Rakyat, Program Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan mengontrol program PNPM Mandiri Pedesaan, Khususnya Simpan Pinjam Perempuan (SPP), sebagai modal untuk mengembangkan kegiatan usaha kecil menengah dan koperasi, sehingga apa yang dicita-citakan Kabupaten Aceh Barat dalam upaya untuk mensejahterakan rakyat pada akhirnya akan tercapai. Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi Aceh dengan ibukotanya adalah Meulaboh. Aceh barat memiliki 12 kecamatan dan 321 gampong. Di Aceh Barat terdapat banyak usaha jasa pangkas rambut yang tersebar dibeberapa kecamatan di Kabupaten Aceh Barat. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1 :

5 4 Tabel 1 Jumlah Usaha Jasa Pangkas Rambut Mesnurut Kecamatan Di Kabupaten Aceh Barat. No Daftar Kecamatan Jumlah Usaha Jasa Pangkas (Orang) 1 Johan Pahlawan 33 2 Meureubo 7 3 Samatiga 6 4 Bubon 5 5 Arongan Lambalek 5 6 Kawai XVI 6 7 Pantai Ceuremen 4 8 Panton Reu 4 9 Sungai Mas 5 10 Woyla 5 11 Woyla Barat 4 12 Woyla Timur 4 Total 88 Sumber : BPS Aceh Barat 2013 Berdasarkan tabel 1 diatas bahwa jumlah usaha jasa Pangkas paling banyak terdapat di Kecamatan Johan Pahlawan dibandingkan kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Meurebo, Samatiga, Bubon, Arongan Lambalek, Kawai XVI, Pantai Ceuremen, Panton Reu, Sungai Mas, Woyla, Woyla Barat, Woyla Timur. Oleh karena itu penelitian dilakukan hanya di Kecamatan Johan Pahlawan. Awal tahun 2014 biaya memotong rambut di usaha jasa pangkas rambut pria di pinggiran jalan sekitar Rp / kepala. Bila setiap hari ada 10 orang saja yang datang, maka memperoleh pendapatan sebesar Rp /hari atau Rp 6 juta/bulannya. Menjalankan usaha pangkas rambut pria atau jasa cukur rambut memerlukan keahlian khusus, mesti menguasai cara mencukur rambut dengan benar, up to date, dan bisa diterima pelanggan. Sebagaimana usaha jasa maka usaha pangkas rambut pria juga bertumpu pada pelayanan dan kepuasan pelanggan, bila kita bisa memberikan pelayanan yang prima maka pelanggan

6 5 akan terus menerus datang ketempat usaha pangkas rambut pria walaupun jauh atau lebih mahal sekalipun ( ). Modal adalah salah satu faktor yang paling penting untuk menjalankan usaha jasa pangkas, tanpa modal suatu usaha tidak mungkin menjalankan kegiatan produksinya, besarnya modal yang digunakan tergantung dari jenis usaha yang dijalankan. Sedangkan faktor tenaga kerja juga tidak kalah pentingnya dengan modal, tanpa tenaga kerja juga tidak akan bisa menjalankan kegiatan produksi terutama dalam jasa pangkas, tanpa ada tenaga kerja yang melakukan kegiatan pangkas rambut usaha pangkas tidak akan bisa beroperasi. Dengan adanya kedua faktor tersebut maka kegiatan produksi dalam suatu usaha khususnya usaha jasa pangkas akan berjalan sehingga akan memperoleh pendapatan dari kegiatan faktor produksinya. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwanya faktor modal dan tenaga kerja mempunyai peranan dalam meningkatkan pendapatan perkapita terutama pendapatan jasa pangkas di Kabupaten Aceh Barat. Salah satu faktor yang membuat suatu usaha jasa pangkas terus berkembang adalah jumlah pendapatan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Oleh karena itu harus ada pengkajian yang lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha jasa pangkas di Kabupaten Aceh Barat. Berdasarkan uraian atau pembahasan di atas, maka penulis ingin meneliti tentang Peranan Usaha Jasa Pangkas Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Aceh Barat.

7 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Pengaruh modal dan tenaga kerja Terhadap Peningkatan Pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh modal dan tenaga kerja Terhadap Peningkatan Pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka manfaat teoristis antara lain: 1. Penulis Untuk menambah wawasan terutama yang berhubungan dengan peranan Usaha Jasa Pangkas Terhadap Peningkatan Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Aceh Barat. 2. Bagi Lingkungan Akademik Untuk dapat dijadikan bahan atau acuan dalam memberikan pengetahuan dan pengembangan keilmuan terhadap mahasiswa atau mahasiswa di lingkungan Universitas Teuku Umar dan Khususnya Fakultas Ekonomi dalam proses perkuliahan maupun sebagai referensi dalam melakukan penelitian lanjutan.

8 Manfaat Praktis Manfaat paktis, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi Pemerintah Daerah (Pemda ) penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah dan pihak lain yang berkompeten, dalam pemberdayaan usaha pangkas agar dapat meningkatkan produktifitas sektor usaha kecil dan dalam upaya mencari pendekatan dan strategi dalam melakukan upaya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. 2. Sebagai bahan masukan bagi dinas-dinas terkait terutama dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Aceh Barat untuk lebih memperhatikan peningkatan hasil usaha industri kecil, khususnya usaha pangkas rambut diwilayah Kabupaten Aceh Barat. 1.5 Sistematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagian Pertama Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Bagian Kedua Tinjauan Pustaka yang meliputi pengertian usaha pangkas pengertian pendapatan, usaha-usaha meningkatkan pendapatan, dan perumusan hipotesis. Bagian Ketiga Metode Penelitian yang terdiri dari populasi sampel, data penelitian yang terdiri dari jenis dan sumber data serta teknik pengumpulan data, model analisis data, definisi operasional variabel dan pengujian hipotesis.

9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Kecil Pengertian Usaha Kecil Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Usaha kecil mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat karena usaha ini mampu menyerap jumlah tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan pendapatan perkapita yang akhirnya juga dapat meningkatkan pendapatan nasional suatu negara. Usaha kecil tidak hanya jenis usaha yang memproduksi barang yang berwujud tetapi juga usaha-usaha kecil yang menghasilkan barang yang tidak berwujud (Nasution h. 24) Ciri-Ciri Usaha Kecil Ciri-ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia, secara umum adalah: a. Usaha berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus pengelola dalam UKM. b. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal. c. Daerah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga UKM yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-negara mitra perdagangan.

10 9 a. Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, dan sarana prasarana yang kecil (Nasution. 2004, h. 27) Usaha Pangkas ( Barbershop) Jenis usaha tukang cukur (barber shop) merupakan suatu usaha yang berbentuk jasa bagaimana pelanggannya biasa mencukur rambutnya dengan sesuai bentuk yang diinginkan. Usaha ini sangat menjanjikan sekali karena modal yang cukup sedikit tetapi dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Usaha ini dibutuhkan yang namanya keterampilan, keahlian (Skill) yaitu mencukur rambut yang benar. Selain dapat mencukur pemilik usaha juga harus dituntut mengikuti model atau trend tatanan rambut yang benar dan up to date menurut perkembangan yang terjadi. Menurut definisi skill adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sifatnya spesifik, fokus namun dinamis yang membutuhkan waktu tertentu untuk mempelajarinya dan dapat dibuktikan. Skill apapun dapat dipelajari namun membutuhkan dedikasi yang kuat untuk mempelajari ilmu tersebut seperti perlunya mental positif, semangat motivasi, waktu dan terkadang uang.sedangkan menurut definisi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali suatu keadaan berdasarkan persepsi pikirannya. Pengetahuan seseorang ditentukan oleh apa yang dipelajari dari bahan bacaan, lingkungan pergaulan, pekerjaan dan lain sebagainya. Tapi sayangnya knowledge bukanlah skill jadi seberapa banyak pun Anda tahu, tidak dapat dikatakan Anda mempunyai skill terhadap hal tersebut kecuali Anda take action dan akhirnya menemukan pola tertentu sehingga cara berpikir Anda menjadi sebuah skill (Www. grapedia. com. Pengertian usaha Barbershop. Diakses pada tanggal 27 januari 2013).

11 Produksi Konsep Produksi Menurut Joesron dan Fathirrozi (2007, h. 20), menyatakan produksi merupakan hasil akhir dalam proses dan aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Secara konsep, produksi adalah kegiatan menghasilkan sesuatu,baik berupa barang maupun jasa. Dalam pengertian sehari-hari prodeuksi adalah mengolah input, baik berupa barang atau jasa yang lebih bernilai atau bermanfaat. Menurut Ahyari ( 2004, h. 45 ), menyatakan produksi diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat dan penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat tersebut tepat serta kombinasi dari faedah-faedah tersebut diatas. Apabila terdapat suatu kegiatan yang dapat menimbulkan manafaat baru atau mengadakan penambahan dari manfaat yang sudah ada maka kegitan tersebut sebagai kegiatan produksi Faktor Produksi Menurut Noor (2007, h.148) faktor produksi adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk menghasilkan produksi. Faktor produksi ini antara lain meliputi bahan baku, bahan penolong, teknologi dan pendapatan produksi, tenaga kerja (manusia) dan energi. faktor produksi adalah jenis-jenis sumber daya yang digunakan dan diperlukan dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Besar kecilnya barang dan jasa dari hasil produksi tersebut merupakan fungsi

12 11 produksi dari faktor produksi. Faktor produksi dapat dikelompokan menjadi dua macam, pertama faktor produksi tetap (fixed input) adalah faktor produksi yang kuantitasnya tidak bergantung pada jumlah yang dihasilkan dan input tetap akan selalu ada meskipun output turn sampai dengan nol. Kedua, faktor produksi variabel (variable input), yaitu faktor produksi yang jumlahnya dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat dan sesuai dengan jumlah output yanga dihasilkan Fungsi Produksi Hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan oleh suatu unit produksi dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi, seperti telah dijelaskan, dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawanan. Di dalam teori ekonomi, dalam menganalisis masalah ekonomi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan dinyatakan (tanah, modal, dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja di pandang sebagai faktor produksi yang berubahubah jumlahnya. Dengan demikian, di dalam menggambarkan hubungan di antara foktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai, di gambarkan adalah hubungan antara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai (Sukirno 2006, h. 193). Fungsi Produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi yaitu : Q = f (X 1, X 2, X 3...X n ) Q = Tingkat Produksi (Output)

13 12 (X 1, X 2, X 3...X n ) = Berbagai Input yang digunakan Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan output tercermin pada fungsi produksinya (Joesran dan Fathorrozi, 2003 h. 24). 2.4 Pendapatan Pengertian Pendapatan Menurut Simamora (2008, h ) bahwa pendapatan (revenues) merupakan kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban perusahaan (atau gabungan keduanya) selama periode tertentu yang berasal dari pengiriman barang, penyerahan jasa, atau kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan. Pada intinya, pendapatan merupakan sumber arus masuk sumber daya yang berasal dari kegiatan bisnis perusahaan dan umumnya di akibatkan oleh penyelesaian pertukaran ekonomi manakala sebuah perusahaan menjual produk atau menyerahkan jasa kepada konsumen atau masyarakat. Dua karakteristik pendapatan adalah pertama pendapatan muncul dari kegiatan utama perusahaan dalam mencari laba, kedua sifatnya berulang atau berkesinambungan. Contoh pendapatan meliputi penjualan barang dagangan, pendapatan jasa dan pendapatan lainnya. Kemampuan menghasilkan pendapatan acapkali dipandang sebagai sebagai salah satu kunci keberhasilan perusahaan. Seandainya perusahaan menyerahkan suatu jasa contohnya jasa reparasi, jasa perakitan, jasa pengacara, jasa biro iklan, jasa akuntan publik) sebagai ganti penjualan produk, pendapatan yang menggambarkan aktivitas semacam itu disebut pendapatan jasa (Service Revenue).

14 13 Menurut Supari (2005, h.162), pendapatan seseorang individu di definisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua pendapatan individu Menurut Sukirno (2006, h. 47) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain: 1. Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara. 2. Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. 3. Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun. Menurut Sukirno (2006, h. 37) Rendahnya pertumbuhan pendapatan per kapita disuatu Negara berarti juga mencerminkan rendahnya pertumbuhan GNP dan ini terjadi pada Negara-negara yang sedang berkembang. Usaha-usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, yaitu dengan cara menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, menggalakkan program kerja berencana dan yang terakhir transfer pemerintah kepada golongan-golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. Dengan menggunakan pajak yang efektif untuk membiayai

15 14 transfer tersebut sekaligus untuk mengurangi perbedaan kemakmuran antar anggota masyarakat. Pendapatan nasional dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu: 1. Cara produksi neto, yaitu output atau produk dalam negeri dari barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan dalam suatu Negara. Total output ini tidak mencakup nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diimpor. Untuk mendapatkan produk nasional bruto, produk domestik bruto harus ditambah dengan pendapatan bersih yang diterima dari luar negeri. 2. Cara pendapatan, yaitu total pendapatan yang diterima penduduk suatu Negara sebagai balas jasa dari produksi barang dan jasa yang sedang berlangsung. Pendapatan ini disebut pendapatan faktor, sebab ditambahkan pada faktor-faktor produksi, dan pembayaran transfer (transfer payment) tidak dimasukkan dalam perhitungan, seperti tunjangan sakit, tunjangan pengangguran dimana tidak ada barang atau jasa yang diterima sebagai imbalannya. 3. Cara Pengeluaran, yaitu total pengeluaran domestik oleh penduduk suatu Negara pada konsumen dan investasi barang-barang. Hal ini mencakup pengeluran pada barang dan jasa jadi (tidak termasuk barang atau jasa setengah jadi) dan termasuk barang-barang yang tidak terjual dan yang ditambahkan pada persediaan (investasi persediaan) Jenis dan Fungsi Pendapatan Menurut Noor (2008, h ) Untuk keperluan manajerial dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu :

16 15 1. Pendapatan Total Pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan, Total Revenue ini adalah hasil perkalian dari jumlah unit yang terjual (Q), dengan harga jual per unit (P). Hal ini dapat dinyatakan dengan rumus persamaan matematis : TR = P.Q. 2. Pendapatan Rata-rata atau pendapatan per unit barang dan jasa. Pendapatan rata-rata adalah pendapatan rata-rata dari setiap unit penjualan, oleh karena itu maka pendapatan rata-rata (AR) dapat juga dirumuskan sebagai hasil bagi dari pendapan total dengan unit yang terjual (Q). Bentuk rumusan matematikanya adalah AR = TR/Q = PQ/Q = P. 3. Pendapatan Tambahan Atau Penerimaan Marginal. Pendapatan tambahan adalah tambahan pendapatan yang didapat untuk setiap unit penjualan atau produksi. Karena tambahan ini dapat terjadi pada setiap tingkatan produksi Usaha-Usaha Meningkatkan Pendapatan Pada umumnya manusia merasakan bahwa penghasilan atau pendapatan yang diterima saat ini masih kurang dan menjadi masalah yang tidak akan pernah terselesaikan. Secara umum dapat diterangkan bahwa untuk meningkatkan pendapatan dapat digunakan beberapa cara antara lain : 1. Pemanfaatan waktu luang, individu mampu memanfaatkan waktu luang yang tersisa dari pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya menjadi kesempatan yang baru untuk menambah pendapatan.

17 16 2. Melakukan kreativitas dan inovasi, individu harus mampu berfikir positif dan inovatif menciptakan terobosan-terobosan yang berarti untuk dapat mencapai kebutuhan yang dirasakan masih kurang (Sukirno, 2006 h. 189). 2.5 Tenaga Kerja Menurut Anoraga ( 2007, h. 112 ) Pada hakikatnya tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tiga jenis : 1. Tenaga Kerja Terlatih Tenaga kerja yang tergolong dalam klasifikasi terlatih biasanya bentuk pekerjaaan yang ditekuni tidak terlalu membutuhkan kecakapan teoristis, yang dibutuhkan hanyalah praktek dengan masalah latihan hingga mempeoleh kecakapan pada tingkat yang terampil. Contohnya juru mudi, juru ketik, juru tulis dan lain-lain. 2. Tenaga Kerja Terdidik Tenaga kerja yang termasuk dalam klasifikasi ini memperoleh pendidikan teoristis pada taraf dan bidang/disiplin tertentu. Golongan ini dapat dibedakan kedalam dua macam yaitu tenaga kerja terdidik berpengalaman dan tenaga kerja terdidik tanpa/belum berpengalaman. 3. Tenaga Kerja Tidak Terdidik Golongan ini termasuk pekerja yang tidak memperoleh kecakapan toristis, sehingga yang utama bagi mereka adalah kerja praktis. Contohnya pesuruh. Tukang sapu, kuli dan lain-lain. Oleh karena iu setiap jenis usaha baik usaha yang bergerak dibidang manufaktur ataupun usaha yang bergerak dibidang jasa

18 17 selalu memberikan imbalan balas jasa kepada kariawannya atau tenaga kerja dalam bentuk gaji atau upah. 2.6 Modal Usaha Modal dapat juga berupa dana untuk membeli segala input variabel untuk digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan output industri Modal juga dapat dalam bentuk uang dan tenaga atau keahlian. Modal dalam bentuk uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha, mulai dari biaya pendirian usaha, pengurusan izin-izin usaha dan modal untuk pendirian peralatan dan perlengkapan. Sedangkan modal bentuk keahlian yaitu keahlian dan kemampuan seseorang untuk mengelola dan menjalankan usahanya (Teguh, 2010, h. 236) Menurut Kasmir (2006, h. 85) Kebutuhan modal untuk melakukan kegiatan usaha terdiri dari dua jenis yaitu; 1. Modal Investasi Modal investasi digunakan untuk jangka panjang dan dapat digunakan berulangulang. Biasanya umurnya lebih dari satu tahun. Penggunaan modal investasi jangka panjang adalah untuk membeli aktiva tetap, seperti tanah, bangunan atau gedung, peralatan dan perlengkapan. Kendaraan, serta inventaris lainnya. 2. Modal Kerja Modal kerja digunakan untuk membiayai operasional perusahaan pada saat perusahaan sedang beroperasi. Jenis modalnya bersifat jangka pendek dan beberapakali pakai dalam satu proses produksi. Jangka waktu modal kerja tidak lebih dari satu tahun. Penggunaan modal kerja untuk keperluan membeli bahan

19 18 baku, membayar gaji karyawan dan biaya pemeliharaan serta biaya-biaya lainnya. Menurut sumber asalnya modal usaha dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu : Modal sendiri dan modal pinjaman (modal asing). 1. Modal sendiri Modal sendiri merupakan modal yang di peroleh dari pemilik usaha atau perusahaan dengan cara mengeluarkan saham. Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dilakukan secara tertutup atau terbuka. Untuk usaha tertentu seperti yayasan dapat menggunakan modal sumbangan atau hibah dari pihak lainnya. 2. Modal Asing ( Pinjaman) Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang diperoleh dari pihak luar perusahan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Penggunaan modal pinjaman untuk membiayai suatu usaha akan menimbulkan beban biaya bunga, biaya administrasi, biaya provisi dan komisi yang besarnya relatif. Sumber dana modal asing dapat diperoleh dari pinjaman dari dunia perbankan (baik dari perbankan swasta, pemerintah, maupun perbankan asing), pinjaman dari lembaga keuangan (seperti perusahaan pegadaian, modal ventura, asuransi, leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya dan pinjaman dari perusahaan nonkeuangan.

20 Perumusan Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka diduga bahwa faktor modal dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan Pahlawan di Kabupaten Aceh Barat.

21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah usaha jasa pangkas yang menjadi salah satu obyek penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Barat. Populasi usaha jasa pangkas yang berjumlah 33 orang yang kesemuanya berdomisili di Kabupaten Aceh Barat. Lokasi penelitian dibatasi hanya pada Kecamatan Johan Pahlawan karena Kecamatan Johan Pahlawan merupakan pusat sentra usaha jasa pangkas. Sampel merupakan bagian dari populasi yang penulis ambil menjadi obyek dalam penelitian ini, karena aspek yang diteliti terlalu luas sehingga hanya diambil sampel dari jumlah populasi. Jumlah Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah populasi dengan 33 responden yang ada di Kabupaten Aceh Barat.

22 21 Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel berdasarkan Usaha jasa Pangkas di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat No Nama Gampong Jumlah Populasi ( orang ) Jumlah Sampel ( orang ) 1 Panggong Ujong Kalak Ujong Baroh Kampung Pasir Kampung Belakang Pasar Aceh Suak Indrapuri Kuta Padang Suak Ribee Suak Sigadeng Suak Raya Suak Ni Seuneubok Drien Rampak Gampa Lapang Blang Berandang Leuhan Kampung Darat Padang Seurahet Rundeng 2 2 Total Sumber : Dinas Industi dan Ukm tahun 2013 Berdasarkan tabel 2 mmenunjukkan bahwa jumlah usaha jasa pangkas tidak ada di semua gampong di Kecamatan Johan Pahlawan, hanya tersebar dibeberapa gampong saja yang ada antara lain di gampong panggong, Ujong Kalak, Ujong Baroh, Kampung Belakang, Kuta Padang, Suak Ribee, Suak Raya, Seuneubok, Drien Rampak, Gampa, Lapang, Blang Berandang, Leuhan dan Rundeng.

23 Data Penelitian Jenis Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder a. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari data pertama obyek penelitian. Dalam hal ini data diperoleh langsung dari lokasi usaha jasa pangkas yang telah terpilih menjadi sampel penelitian. b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dalam hal ini data sekundernya diperoleh dari Kantor Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Koperasi Dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten Aceh Barat Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi (Observation) merupakan salah satu teknik operasional pengumpulan data melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap obyek yang diamati secara langsung. Dalam metode ini pihak pengamat melakukan pengamatan dan pengukuran dengan teliti terhadap obyek yang diamati, kemudian dicatat secara cermat dan sistematis peristiwa-peristiwa yang diamati, sehingga data yang telah diperoleh tidak luput dari pengamatan. 2. Wawancara (Interview) merupakan metode pengumpulan data dengan bertanya langsung. Dalam wawancara ini terjadi interaksi komunikasi antara pihak peneliti selaku penanya dan responden selaku pihak yang diharapkan memberikan jawaban.

24 23 3. Kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yang telah disusun secara sistematis dan sesuai dengan rencana jawaban yang diperlukan. 3.3 Model Analisis Data Dalam penelitian ini model analisis yang digunakan yaitu menggunakan model Analisis Regresi Berganda, Koefisien Korelasi ( r ), Koefisien Determinasi dan Uji t dan uji F yang akan diolah dengan menggunakan program komputer statistik SPSS (Statitical Product and Service Solution) dengan penjelasan berikut ini : Analisa Regresi Berganda Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya (Y) dihubungkan dengan lebih dari satu variabel, mungkin dua, tiga, dan seterusnya variabel bebas (X 1, X 2...Xn) Menurut Irianto ( 2010, h. 193). Bentuk persamaan regresi berganda dituliskan sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + e...(1) Keterangan : Y = Pendapatan usaha jasa pangkas (Variabel terikat) a b = Nilai Konstanta ( intercept) = Slope (koefisien Regresi) X 1 = modal (Variabel Bebas ) X 2 = Tenaga Kerja (Variabel Bebas ) e = error term ( Kesalahan Pengganggu)

25 Analisis Korelasi (r) a. Koefisien korelasi Menurut Irianto ( 2010, h. 189 ).Koefisien korelasi merupakan koefisien yang digunakan untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan yang lainnya dan dilambangkan dengan (r). b. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi atau koefisien penentu menyatakan besarnya sumbangan variabel satu (X) terhadap yang lainnya (Y) yang dinyatakan dalam persen (%). Rumus yang digunakan menurut Irianto ( 2010, h. 199). KP = r 2 x 100 %... (2) Dimana : KP = Besarnya koefisen penentu ( Determinasi ) r = Koefisien Korelasi 3.4 Definisi Operasional Variabel Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Pendapatan Usaha Jasa Pangkas (Y) dapat didefinisikan sebagai hasil dari penjualan jasa yang ditentukan oleh jumlah pelayanan jasa yang disediakan yang diukur dalam satuan rupiah b. Modal (X 1 ), yaitu semua bentuk kekayaaan baik uang maupun harta yang digunakan seseorang untuk memulai aktivitas usahanya yang diukur dalam satuan rupiah. c. Tenaga Kerja (X 2 ), yaitu orang yang bekerja pada usaha jasa pangkas yang diukur dalam satuan jam kerja.

26 Pengujian Hipotesis Uji t ( Uji Parsial ) Uji t di gunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel yaitu masing-masing variabel terikat dan masing-masing variabel bebas (Nacrowi, 2006, h. 17). Formulasi pengujian hipotesis untuk uji t yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: H 0 : β = 0, artinya faktor-faktor yang diteliti secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan pahlawan. H 1 : β 0, artinya faktor- faktor yang diteliti secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan pahlawan. Untuk mengetahui pengaruh variable X 1 dan X 2 terhadap variabel Y secara parsial diguanakan uji t dengan kriteria pengujian sebagai berikut : a. Jika t h t t atau t h - t t maka H 0 ditolak H 1 dan diterima, artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor Modal (X 1 ), dan Tenaga Kerja (X 2 ), terhadap peningkatan Pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan pahlawan. b. Jika - t t t h t t maka H 0, diterima dan H 1 ditolak, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara faktor Modal (X 1 ), dan Tenaga Kerja (X 2 ), terhadap peningkatan Pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan pahlawan.

27 Uji F ( Uji Simultan ) Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama ( Simultan ) terhadap variabel terikat. Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (Nacrowi, 2006, h. 17). Formulasi pengujian hipotesis untuk uji F yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. H 0 : β 1 = β 2 = 0, artinya faktor-faktor yang diteliti secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan Pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan pahlawan. b. H 1 : β 1 β 2 0, artinya faktor- faktor yang diteliti secara simultan berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan Pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan pahlawan. Untuk mengetahui pengaruh variabel X 1 dan X 2 terhadap variabel Y secara simultan digunakan uji F dengan kriteria pengujian sebagai berikut : a. Jika F hitung > F tabel maka H 0 ditolak dan H I diterima, artinya secara simultan terdapat pengaruh nyata antara faktor Modal (X 1 ) dan Tenaga Kerja (X 2 ), secara bersama-sama terhadap peningkatan pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan pahlawan. b. Jika F hitung > F tabel maka H 0 diterima dan H 1 ditolak, artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh nyata antara faktor Modal (X 1 ) dan Tenaga Kerja (X 2 ), terhadap Peningkatan Pendapatan usaha jasa pangkas di Kecamatan Johan pahlawan.

28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Gambaran Umum Penelitian Kecamatan Seunagan Timur merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Nagan Raya. Ibukota Kecamatan Seunagan Timur terletak di Keude Linteung, dengan luas kecamatan 251,61 Km 2. Kecamatan Seunagan Timur mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Keucamatan Aceh Barat 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Seunagan 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beutong Persentase luas kecamatan terhadap luas kabupaten sebesar 7,70 persen, dengan jumlah kemukiman adalah 4 mukim dan terdiri dari 34 gampong yaitu antara lain desa Blang Murong, Lhok Padang, Paya Undan, Blang Pu uk Kulu, Kulu, Kuta Aceh, Krueng Ceukou, Paya Udeung, Kuta Paya, Rambong Cut, Rambong Rayeuk, Bantan, Blang Pu uk Nigan, Krung Ceh, Nigan, Gampong Cot, Cot Lhe Lhe, Kuta Baro Jeuram, Jeuram, Latong, Alue Buloh, Krung Mangkom, Pante Cermin, Padang, Lhok Parom, Blang Pateuk, Cot Kumbang, Kuta Kumbang, Sapek, Kuta Sayeh, Parom, Blang Baro, Peureulak, Alue Tho,Dan Desa Alue Dodok (Nagan Raya Dalam Angka, 2013). 4.2 Karakteristik Responden di Kabupaten Nagan Raya Berdasarkan data penelitian pada usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan raya terdapat beberapa karakteristik responden yaitu antara lain karakteristik

29 30 responden berdasarkan umur dan jenis kelamin, karakteristik responden berdasarkan status, karakteristik responden berdasarkan pendidikan yang diperoleh. Jumlah produksi yang dihasilkan perabot kayu, jumlah pendapatan diperoleh responden, jumlah Tenaga Kerja digunakan responden dan jumlah modal yang dikeluarkan responden Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian jumlah responden berdasarkan umur dan jenis kelamin di Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: No Tabel 3 Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di Kabupaten Nagan Raya tahun 2014 Umur Responden (Tahun) Jenis Kelamin Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) L L L L 4 22 Total Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014) Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari semua jumlah responden adalah laki-laki, sebagian besar responden usaha perabot kayu berada dalam usia yang produktif, usia paling rendah antara hanya terdapat 3 atau 17 % orang reponden. Dan usia paling tinggi diatas 46 tahun hanya 4 atau 22 % orang responden di Kabupaten Nagan Raya. dan jumlah responden yang paling banyak yang melakukan kegiatan usaha perabot kayu ini yaitu yang berusia antara tahun sekitar 6 orang responden atau 33 % dari total responden Karakteristik Responden Berdasarkan status

30 31 Berdasarkan hasil penelitian, status responden bervariasi. Jumlah responden berdasarkan status di Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4 Jumlah Responden Berdasarkan Status di Kabupaten Nagan Raya Tahun 2014 No Status Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) 1 Belum Kawin Kawin Duda 1 5 Jumlah total Sumber : Data Primer ( diolah tahun 2014) Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat dari 18 jumlah responden, Status Responden berbeda-beda. Tabel diatas menunjukkan bahwa status belum kawin terdapat 5 orang responden atau 28 %. Pada status kawin jumlah responden sebanyak 12 orang atau 67 %. Sedangkan Pada status duda jumlah responden sebanyak 1 orang atau 5 % dari total responden usaha perabot di Kabupaten Nagan Raya Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan terakhir responden bervariasi. Jumlah responden berdasarkan pendidikan terakhir pada usaha perabot di Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Kabupaten nagan Raya NO Pendidikan Terakhir Jumlah Responden ( Orang ) Persentase (%) 1 Tidak Tamat SD SD SMP 5 28

31 32 4 SMA Akademi / Universitas 2 12 Total Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014) Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat dari 18 orang jumlah responden, pendidikan terakhir Responden bervariasi. Tabel diatas menunjukkan tingkat pendidikan paling rendah yaitu tidak tamat SD terdapat 1 orang jumlah responden atau 5 %. Sedangkan tingkat pendidikan paling tinggi yaitu SI atau universitas hanya diperoleh 2 orang atau 12%. Selain itu tabel diatas juga menujukkan tingkat pendidikan paling banyak yaitu SMA terdapat 6 orang atau 33% jumlah responden dari total responden usaha perabot di Kabupaten Nagan Raya Produksi Usaha Perabot Kayu Produksi merupakan suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output dalam kegiatan ini mengubah input yaitu kayu menjadi outputnya yaitu lemari, kursi, meja, dan lainnya. Dalam aktivitas produksinya bahan baku yang digunakan pada usaha perabot menggunakan berbagai jenis kayu diantara kayu Seumantok, Sembarang, dan Kayu Marante. Dan banyaknya jumlah bahan baku yang digunakan dalam sekali produksi selama perhitungan 1 bulan tidak tentu tergantung banyaknya jumlah order yang diterima dari pelanggan. Namun ratarata jumlah bahan baku yang habis dalam sekali produksi 15 lembar sampai 2 ½ kubik. Menurut hasil penelitian dari 18 jumlah sampel usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. Berikut Perhitungan jumlah produksi yang dihasilkan oleh pemilik usaha perabot di Kabupaten Nagan Raya.

32 33 Tabel 6 Jumlah Responden Berdasarkan Produksi Selama perhitungan per bulan di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat tahun 2014 No Jumlah Produksi (Unit) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Sumber: Data Primer (diolah tahun 2014) Berdasarkan Tabel 6 menurut hasil penelitian dari 18 sampel menunjukkan bahwa jumlah produksi yang dihasilkan paling rendah antara Unit terdapat 3 orang atau 17 % dari total responden. Sedangkan jumlah produksi yang dihasilkan paling tinggi lebih dari 81 unit terdapat 1 orang atau 5 % dari total pemilik usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. Dalam sebuah usaha apabila melakukan kegiatan produksinya tentu saja akan memperoleh sejumlah pendapatan termasuk juga pada usaha perabot kayu ini. Pendapatan Merupakan hasil dari penjualan setiap unit produksi yang dikalikan dengan harga produksi perunit. Berikut merupakan hasil perhitungan jumlah pendapatan pada usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. Tabel 7 Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan Selama perhitungan per bulan di Kabupaten Nagan Raya 2014 NO Pendapatan (Rupiah) Jumlah Responden ( Orang) Persentase (%) Total Sumber: Data Primer (diolah tahun 2014)

33 34 Berdasarkan Tabel 7 menurut hasil penelitian dari 18 jumlah sampel menunjukkan bahwa jumlah pendapatan perbulan paling rendah antara Rp terdapat 4 orang atau 22 % dari total responden. Sedangkan jumlah pendapatan paling tinggi diatas Rp hanya diperoleh 1orang atau 5% dari total responden perabot. Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwasanya besarnya jumlah pendapatan sangat berpengaruh terhadap tingkat kemakmuran pengusaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya Variabel Modal Usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. Modal merupakan jumlah seluruh asset baik uang maupun harta, peralatan, perlengkapan yang digunakan usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya untuk memulai aktivitas usahanya. Menurut hasil penelitian dari 20 jumlah sampel. Berikut Perhitungan jumlah modal awal yang dikeluarkan oleh pemilik usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. No Tabel 8 Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Modal Awal di Kabupaten Nagan Raya. Jumlah Modal (Rupiah ) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Total Sumber: Data Primer (diolah Juni 2014) Berdasarkan Tabel 8 menurut hasil penelitian dari 18 jumlah sampel menunjukkan bahwa jumlah modal awal yang dikeluarkan paling rendah antara

34 terdapat 3 orang atau 17 % dari total responden. Sedangkan jumlah modal paling tinggi diatas Rp hanya dikeluarkan oleh 1 orang atau 5 % dari total pemilik usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. Menurut hasil penelitian dengan jumlal sampel sebanyak 18 orang pemilik usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. Sumber modal awal yang digunakan untuk membuka usaha perabot kayu ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain dapat dilihat dalam tabel berikut ini : Tabel 9 Jumlah Responden Berdasarkan Sumber Modal Usaha Perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. No Sumber Modal Jumlah Responden (Unit) Persentase (%) 1 Modal Sendiri Koperasi Pinjaman Bank Total Sumber : Data Primer Diolah April 2014 Berdasarkan Tabel 9 menurut hasil penelitian dari 18 jumlah sampel menunjukkan bahwa sumber modal awal yang digunakan berasal dari modal sendiri terdapat 8 orang atau 44% dari total responden. Sedangkan sumber modal yang digunakan yang berasal dari pinjaman dari bank yaitu 10 orang atau 56 % jumlah responden pemilik usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya Tenaga Kerja pada Usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. Tenaga Kerja merupakan jumlah seluruh kariawan yang bekerja melakukan aktivitas produksinya dan diukur dalam satuan jam kerja. Berdasarkan hasil penelitian terhadap Tenaga kerja usaha perabot semua usaha perabot menggunakan tenaga kerja laki-laki, Masa kerja setiap hari dari mulai proses input

35 36 produksi sampai dengan menghasilkan output produksi bisa dengan lama waktu kerja 8-9 jam setiap harinya dalam 1 bulan. Setelah melakukan perhitungan diperoleh hasil seperti terlihat pada table berikut : No Tabel 10 Tenaga Kerja dan Jumlah Responden usaha perabot di Kabupaten Nagan Raya tahun 2014 Tenaga Kerja Jumlah Responden Persentase (%) (Jam) (orang) Total Sumber : Data Primer Diolah April 2014 Berdasarkan Tabel 10 menurut hasil penelitian dari 18 jumlah sampel menunjukkan bahwa jam kerja yang digunakan dalam aktivitas produksinya paling rendah yaitu antara jam terdapat 9 orang atau 50% dari total responden dan jumlah jam kerja paling tinggi yaitu 287 jam terdapat 2 orang respoden atau 11% pemilik usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya 4.3 Hasil Pengujian Hipotesis Agar dapat mengetahui seberapa besar pengaruh tenaga kerja dan modal, pada usaha perabot kayu Kabupaten Nagan Raya akan dianalisis dengan menggunakan model Regresi Liner berganda, Analisis Korelasi, Uji t dan Uji F yang diolah dengan menggukan program statistik komputer (SPSS 18). Setelah dilakukan perhitungan diperoleh rata-rata variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

36 37 Tabel 11 Deskriptive Statistik No Variabel Mean Std. Deviation N 1 Produksi 3,8952, Tenaga kerja 5,5362, Modal 16,6699, Sumber : Hasil Regresi ( diolah Tahun 2014) Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata Produksi (Y) adalah 3,8952 dengan standard deviasi 0,27705 sebesar sedangkan variabel tenaga kerja (X 1 ) dengan jumlah Sampel (n) sebanyak 18 mempunyai nilai rata-rata sebesar 5,5362 dengan standard deviasi sebesar 0,07521 Sedangkan variabel Modal (X 2 ) dengan jumlah Sampel (n) sebanyak 18 orang mempunyai nilai rata-rata sebesar 16,6699 dan standard deviasi sebesar 0,41356 rupiah Analisis Regresi Linear Berganda Variabel Hasil Perhitungan regresi berganda dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 12 Hasil Estiminasi Faktor-Faktor yang Mempunyai Produksi Usaha Perabot Kayu di Kabupaten Nagan Raya. Koefisien Regresi t hitung t tabel sig = alpa T.Kerja Modal 1,541 0,358 Model : Konstanta D-W Koefisien Korelasi (R) Koefisien Korelasi (R 2 ) F hitung F tabel 2,009 2,566-10,605 1,447 0,925 0,855 44,130 2,70 1, ,063 0,022 0,10 0,05 Keterangan : * Signifikan pada = 10% * Signifikan pada = 5 %

37 38 Setelah dilakukan Penelitian dengan hasil olahan datayang telah dilakukan dengan menggunakan program komputer ( SPSS 18) maka dari tabel 12 diperoleh persamaan sebagai berikut : Ln Y = Ln a + b 1 Ln X 1 + b 2 Ln X 2 + e...(6) Ln Y = -10, ,541+ 0,358...(7) Persamaan tersebut dapat diartikan sebagai berikut : 1. Nilai konstanta Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar -10,605 ini menyatakan apabila variabel tenaga kerja dan modal sama dengan nol maka produksi usaha perabot adalah sebesar -10, Koefisien Regresi X 1 (Tenaga kerja) Berdasarkan persamaan regresi diperoleh nilai koefisien X 1 sebesar 1,541 ini menyatakan apabila terjadi perubahan tenaga kerja yaitu penambahan atau pengurangan sebesar 1 persen tenaga kerja akan menyebabkan jumlah produksi usaha perabot naik atau turun sebesar 154,1 persen. 3. Koefisien Regresi X 2 (Modal) Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai X 2 sebesar 0,358 ini menyatakan apabila terjadi perubahan modal yaitu penambahan atau penurunan sebesar 1 persen maka akan berpengaruh terhadap penambahan atau penurunan jumlah produksi sebesar 35,8 persen. 4. Koefisien Koerlasi (R) Berdasarkan Tabel 12 di atas maka diperoleh nilai koefisien korelasi variabel modal dan tenaga kerja sebesar R= 0,925. ini menjelaskan terdapat

38 39 hubungan yang kuat dan positif terhadap jumlah produksi usaha perabot kayu dengan keeratan hubungan 92,5 persen, dikarenakan apabila variabel modal dan tenaga kerja mengalami penambahan atau pengurangan akan mempengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan. 5. Koefisien Determinasi (R 2 ) Adapun koefisien determinasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus koefisien determinasi yaitu: Koefisien Determinasi = r² X 100% Koefisien Determinasi = (0,925) 2 X 100% Koefisien Determinasi =85,5% Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa koefisien penentu atau koefisisen determinasi sebesar 85,5 persen ini berarti besarnya sumbangan variabel tenaga kerja dan modal terhadap produksi yang dihasilkan usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya sebesar 85,5 %. Sedangkan sisanya sebesar 14.5% disebabkan oleh faktor-faktor lainnya diluar model penelitian. 6. Uji t ( Uji Parsial ) Berdasarkan Tabel 12 diatas pengaruh signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Variabel Tenaga Kerja di peroleh t hitung sebesar 2,009 lebih besar dari t tabel sebesar 1,341 artinya variabel Tenaga Kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya. 2. variabel Modal diperoleh t hitung sebesar 2,566 lebih besar dari t tabel sebesar 2,131 artinya variabel modal berpengaruh signifikan terhadap produksi usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya.

39 40 6. Uji F ( Uji simultan ) Berdasarkan tabel 12 terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 44,130 lebih besar dari F tabel sebesar 3.70 karena nilai F hitung > F tabel maka H 0 ditolak H 1 diterima hal ini berarti bahwa variabel tenaga kerja dan modal secara bersamasama berpengaruh terhadap terhadap produksi usaha perabot kayu di Kabupaten Nagan Raya.

40 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil analisis dengan menggunakan program SPSS 19 bahwa variabel produksi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan pengrajin sulaman benang mas di Kabupaten Aceh Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa: a. Hasil yang di peroleh dari t- hitung sebesar 16,425 > t tabel 2,101 yang berarti H 0 ditolak H 1 diterima, maka secara parsial variabel produksi kasab berpengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pengrajin sulaman benang emas di Kabupaten Aceh Selatan. b. Berdasarkan hasil penelitian bahwa produksi kasab sulaman benang emas setiap satu kali produksi yang paling banyak diproduksi yaitu jenis payung, sange mata kasur, tirai dan baju adat. Pendapatan Pengrajin sulaman benang emas rata-rata Rp dalam sekali produksi Selanjutnya karakteristik pengrajin sulaman benang emas bila dilihat dari umur dan status perkawinan banyak yang berusia th dan banyak berstatus sudah kawin. Bila dilihat dari tingkat pendidikan dan pekerjaan banyak yang berpendidikan terakhir SMP dan SMA Serta berpekerjaan tetap sebagai pengrajin sulaman benag emas dan sekaligus sebagai Ibu Rumah Tangga (RT). c. Hasil Koefisien korelasi diperoleh R = 0, 968 ini menjelaskan bahwa secara positif terdapat hubungan yang signifikan antara variabel produksi terhadap peningkatan pendapatan pengrajin sulaman benang emas di Kabupaten Aceh dengan keeratan hubungan 96, 8 persen.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Luas Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat adalah 44,91

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Luas Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat adalah 44,91 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Geografi Luas Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat adalah 44,91 Km 2, sebelah Utara Kecamatan Johan Pahlawan berbatasan dengan Kecamatan Kawai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. antara dan bujur timur dengan luas 44,91 km². Kecamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian Kecamatan Johan Pahlawan terletak antara 04 1 0 lintang utara serta antara 96 04 0 dan 96 09 0 bujur timur dengan luas 44,91 km².

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternak sebelumnya dari pembangunan jangka panjang. Pemerintah telah

I. PENDAHULUAN. peternak sebelumnya dari pembangunan jangka panjang. Pemerintah telah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perternakan merupakan sektor yang memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha dimasa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk-produk perternakan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi PELAKU KEGIATAN EKONOMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan rumah tangga keluarga, rumah tangga produsen, rumah tangga pemerintah,

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Barat

Profil Kabupaten Aceh Barat Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya

Lebih terperinci

LAKIP Kabupaten Aceh Barat Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang

LAKIP Kabupaten Aceh Barat Tahun BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang 1. Latar Belakang 2. Maksud dan Tujuan 3. Batas Wilayah Administrasi 4. Luas Wilayah 5. Jumlah Penduduk 6. Penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil menengah (UKM) sering disebut juga sebagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan penting untuk suatu Negara atau

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan

Kata Kunci : Modal, Jam Kerja, Pendidikan, Produksi, Pendapatan Judul Nama : Pengaruh Modal, Jam Kerja, dan Pendidikan Terhadap Produksi Serta Pendapatan Pengerajin Dulang Fiber di Desa Bresela Kabupaten Gianyar : Ni Made Marsy Dwitasari NIM : 1306105119 Abstrak Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan, juga sebagai upaya untuk memeratakan hasil-hasil. pembangunan yang telah dicapai. Di sektor-sektor penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perekonomian Indonesia, sektor usaha kecil memegang peranan yang sangat penting, terutama bila dikaitkan dengan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 10 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank Bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini giat melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan mencakup di segala sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesejahteraan ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh pengembangan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesejahteraan ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh pengembangan usaha 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan ekonomi masyarakat dipengaruhi oleh pengembangan usaha yang dilakukan oleh masyarakat. Dunia usaha sangat berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Safaruddin 1 1 Jurusan Adminstrasi Niagaˏ Politeknik Negeri Medanˏ Medan 20155 E-mail: safaruddin_60@yahoo.com ABSTRAK Peran penting keberadaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pengalaman Kerja Fagbenle (2012) menguraikan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan adalah berasal dari diri karyawannya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban responden yang telah diklasifikasikan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu bulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang baru ternyata mengamanatkan untuk dibentuknya suatu lembaga pembiayaan industri sendiri yang mandiri. Pembentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Dalam penelitian ini penentuan tempat penelitian secara purpose

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Dalam penelitian ini penentuan tempat penelitian secara purpose digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu 1. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penentuan tempat penelitian secara purpose (sengaja) yaitu Kabupaten Ngawi, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pembangunan ekononomi merupakan serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Menurut Todaro dan Smith (2006) pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016,

BAB I PENDAHULUAN. persebaran penduduk yang tidak merata, dan sebagainya. Pada Maret 2016, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat (sumber: www.kemenkopmk.go.id).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan Produksi adalah upaya atau kegiatan untuk menambah nilai pada suatu barang. Arah kegiatan ditujukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Ulviani (2010) yang berjudul : Analisis Pengaruh Nilai Output dan Tingkat Upah

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2016

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2016 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH KABUPATEN NAGAN RAYA TAHUN 2016 NAMA SKPK Kode : DINAS PENGAIRAN Rencana Tahun 2016 Perkiraan Maju Rencana Tahun 2017 Urusan/ Bidang Urusan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1985-2007 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap Perekonomian di Indonesia 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia UMKM merupakan bagian penting dari perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datang. Akan tetapi laba yang besar bukan merupakan ukuran perusahaan itu

BAB I PENDAHULUAN. datang. Akan tetapi laba yang besar bukan merupakan ukuran perusahaan itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan yang bergerak baik di bidang jasa, barang maupun manufaktur memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memperoleh laba dan menjaga

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri sepatu di era globalisasi seperti sekarang ini berada dalam persaingan yang semakin ketat. Terlebih lagi sejak tahun 2010 implementasi zona perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

PBAB II URAIAN TEORITIS

PBAB II URAIAN TEORITIS PBAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas Ekonomi. Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MIE TEPUNG DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MIE TEPUNG DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI MIE TEPUNG DI KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH ROZY SASTRA NIM : 08C20101065 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah atas keperluan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran

Distribusi Variabel Berdasarkan Tingkat Analisis, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran Distribusi Variabel Berdasarkan, Jenis data, Variabel, dan Skala Pengukuran No 1. Individu Umur Umur dihitung berdasarkan ulang tahun Demografi yang terakhir (berdasarkan konsep demografi). Pencatatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perekonomian indonesia, terutama pada era akhir 1990-an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pernah berperan sebagai penyelamat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1 ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA Evi Hartati 1 evi.hartati94@yahoo.com Ida Ayu Purba Riani 2 purbariani@yahoo.com Charley M. Bisai

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA (SHU) KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG NI PUTU SUDARSANI Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Setiap badan usaha termasuk juga koperasi, dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laba yang maksimal serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. laba yang maksimal serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum setiap perusahaan yang didirikan bertujuan untuk mencapai laba yang maksimal serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah menyadari peranan usaha kecil terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia sangat besar, terutama karena kontribusinya dalam Produk Domestik Bruto dan tingginya

Lebih terperinci

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP 65 V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP Kecamatan Cimarga merupakan salah satu kecamatan yang melaksanakan program SPP sejak diselenggarakannya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Jumlah karyawan operasional Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas pemadam

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISA PENGARUH INVESTASI PMA DAN PMDM, KESEMPATAN KERJA, PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PDRB DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1980-2006 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PENGARUH FEE BASED INCOME TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) DI BRI SYARIAH

BAB IV PENGARUH FEE BASED INCOME TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) DI BRI SYARIAH BAB IV PENGARUH FEE BASED INCOME TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) DI BRI SYARIAH 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Kondisi Fee Based Income di BRI Syariah Dewasa ini persaingan di dunia perbankan sudah semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

Ranub Sigapu. Meulaboh, Agustus 2010 Kepala BPS Kab Aceh Barat. Syarbeni, M.Si

Ranub Sigapu. Meulaboh, Agustus 2010 Kepala BPS Kab Aceh Barat. Syarbeni, M.Si Ranub Sigapu Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. satu usaha untuk meningkatkan pembangunan ekonomi adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara berkembang adalah untuk memperkuat perekonomian nasional, memperluas lapangan kerja, meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan

Lebih terperinci

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran 2. Pendekatan produksi 3.

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran 2. Pendekatan produksi 3. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu: 1. Pendekatan pengeluaran 2. Pendekatan produksi 3. Pendekatan pendapatan Beberapa istilah pendapatan nasional Produk

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era global perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional dan Perhitungannya Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional Pengertian Pendapatan Nasional dapat ditinjau dari sudut pandang berikut: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross

Lebih terperinci

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI...

Kata Kunci: Modal, Tingkat Upah, Penyerapan Tenaga Kerja, Produksi DAFTAR ISI... Judul : Analisis Pengaruh Modal dan Tingkat Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Produksi Industri Kerajinan Patung Batu Padas Di Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Nama : Gede Herry Adie Perdana

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai landasan ini mempunyai sejumlah persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Hasil penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYALURAN KREDIT TERHADAP PEROLEHAN PENDAPATAN (Studi Kasus : Koperasi Kredit Mitra Usaha Sejahtera Rahastra)

PENGARUH PENYALURAN KREDIT TERHADAP PEROLEHAN PENDAPATAN (Studi Kasus : Koperasi Kredit Mitra Usaha Sejahtera Rahastra) PENGARUH PENYALURAN KREDIT TERHADAP PEROLEHAN PENDAPATAN (Studi Kasus : Koperasi Kredit Mitra Usaha Sejahtera Rahastra) Widi Winarso Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika Jl. Ciledug Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap negara khususnya di Indonesia, banyak kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah untuk pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE 1995-2010 Fitri Suciani Jaka Pratama Tetiyeni Dwi Lestari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN

PENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN E-Jurnal EP Unud, 2 [2] : 102-107 ISSN: 2303-0178 PENGARUH KUALITAS TENAGA KERJA, BANTUAN MODAL USAHA DAN TEKNOLOGI TERADAP PRODUKTIVITAS KERJA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI JIMBARAN Ni Wayan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Berdasarkan judul yang diangkat yaitu: Pengaruh pemberian program kesejahteraan dan pelatihan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT Asphalt

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan usaha mikro merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten dan berkembang. Bahkan sejarah telah

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam analisis mikro ekonomi perkataan pertumbuhan ekonomi mempunyai dua segi pengertian berbeda. Di satu pihak istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN

ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN ANALISIS KONTRIBUSI SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDRB KOTA MEDAN JASMAN SARIPUDDIN HASIBUAN Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : jasmansyaripuddin@yahoo.co.id ABSTRAK Sektor

Lebih terperinci

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG

DENI HAMDANI, 2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, PERSAINGAN, DAN MODAL KERJA TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PEDAGANG 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Manusia merupakan mahluk sempurna, sehingga untuk mendapatkan sesuatu manusia harus berusaha. Semua mahluk hidup memiliki kebutuhan tak terkecuali manusia, bahkan

Lebih terperinci

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional menempatkan manusia sebagai titik sentral sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Pembangunan mengandung makna yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI Oleh : RUDYANSAH 0511010187 / FE / IE Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tercipta masyarakat yang adil dan makmur, sesuai dengan tujuan. menengah yaitu memberikan bantuan kredit. Oleh sebab itu, sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. tercipta masyarakat yang adil dan makmur, sesuai dengan tujuan. menengah yaitu memberikan bantuan kredit. Oleh sebab itu, sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional sekaligus harus menjamin pembagian yang merata bagi seluruh rakyat. Hal ini bukan hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam waktu jangka pendek biasanya sulit untuk menambah hasil

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam waktu jangka pendek biasanya sulit untuk menambah hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dengan luar negeri, karena perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah tangga atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsumsi merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu terentu. Pengeluaran konsumsi menjadi komponen

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang karyawan pada perusahaan Filter PT.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. penelitian yang dilakukan terhadap 50 orang karyawan pada perusahaan Filter PT. BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kualitatif Analisis kualitatif dilakukan berdasarkan hasil jawaban responden kemudian ditabulasi dan dapat ditarik suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha, yaitu sektor negara, swasta

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha, yaitu sektor negara, swasta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tata perekonomian nasional terdapat tiga sektor kekuatan penggerak ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha, yaitu sektor negara, swasta dan koperasi.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN KOPI BAR MARGONDA DEPOK

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN KOPI BAR MARGONDA DEPOK ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN KOPI BAR MARGONDA DEPOK Nama : Yunita Eriyanti NPM : 17212971 Jurusan Pembimbing : Manajemen : Dessy Hutajulu, SE.,MM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998, pemerintah baru tersadar bahwa usaha besar yang dibangga-banggakan justru sebagian besar mengalami kebangkrutan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT

DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT DAMPAK RELOKASI TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL KERIPIK BELUT Kasus Pada Usaha Kecil Keripik Belut di Desa Sidoagung, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta TAHUN 2015 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci