BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, diketahui bahwa pertumbuhan ritel modern setiap tahunnya mencatat kisaran angka persen. Hal ini ditunjukkan dengan ekspansi ritel modern sangat agresif hingga masuk ke wilayah pemukiman rakyat (KPPU, 2008). Data lain menunjukkan berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan manajemen global (ATKearney, 2016) dalam laporan Global Retail Development Index (GRDI), di mana laporan ini menilai kondisi industri ritel di 30 negara berkembang di dunia. Indonesia pada tahun 2016 berada di urutan keempat setelah India, China, dan Malaysia sebagai negara yang memiliki pertumbuhan bisnis ritel terbaik di kawasan Asia. Perusahaan retail (ritel) adalah perusahaan yang menjual barang dagangan eceran kepada konsumen akhir, adapun perusahaan ritel terbagi ke dalam perusahaan ritel tradisional dan ritel modern (Permatasari et.al. 2012). Hampir seluruh wilayah di Indonesia, pasar modern yang bergerak di bidang ritel, seperti hypermarket, supermarket, dan minimarket telah merambah dari kota-kota besar ke daerah dan sampai perkampungan. Tahun 2014 jumlah pasar modern yang ada diseluruh Indonesia mencapai unit. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 14 persen dalam tiga tahun terakhir. Pasar modern ada unit dan dari jumlah itu sebanyak unit lebih di 1

2 antaranya merupakan kelompok usaha minimarket, sedangkan sisanya adalah supermarket. Menurut Kementerian Perdagangan (Kemendag) saat ini pola beli masyarakat sudah mulai berubah, di mana yang tadinya membeli barang kebutuhan di pasar tradisional sedikit beralih ke pasar modern, baik supermarket maupun minimarket (Sukmana, 2014). Fenomena ini tidak hanya terjadi di kotakota besar di Indonesia yang memiliki banyak toko modern yang bersaing dengan pasar atau toko tradisional, lambat laun juga merambah ke daerah-daerah, tidak terkecuali di Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Sleman merupakan wilayah yang cukup strategis di Provinsi DIY mengingat karakteristik sumber daya yang dimilikinya terbagi menjadi empat wilayah. Salah satu diantaranya yaitu wilayah tengah yang merupakan aglomerasi Kota Yogyakarta, yaitu: Kecamatan Mlati, Ngaglik, Depok dan Gamping. Wilayah ini merupakan kecamatan yang cukup padat penduduknya. Wilayah ini juga sebagai pusat pendidikan, perdagangan dan jasa tentunya menarik masyarakat untuk berdomisili, baik itu menetap atau sementara sehingga menyebabkan semakin padatnya penduduk. Bertambahnya jumlah penduduk tentunya akan mengakibatkan meningkatnya permintaan pemenuhan barang-barang kebutuhan hidup yang juga memicu menjamurnya toko-toko modern, seperti: minimarket, supermarket, dan hypermarket. Menjamurnya toko-toko modern di Kabupaten Sleman juga sudah sulit untuk dicegah khususnya toko modern yang berbentuk minimarket waralaba. Minimarket hampir ada di setiap jalan dan permukiman warga. Kemunculan minimarket tersebut secara keseluruhan memberikan dampak yang positif bagi 2

3 masyarakat, namun demikian dampak negatif yang timbul juga tidak dapat terelakkan. Gambar 1.1 Jumlah Minimarket Waralaba Dari Gambar 1.1, kecamatan dengan jumlah minimarket waralaba cabang dan/atau nasional tertinggi sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 adalah Kecamatan Depok dengan rincian pada tahun 2013 memiliki 64 unit, tahun unit, tahun 2015 meningkat menjadi 68 unit dan tahun 2016 berkurang menjadi 72 unit, kemudian disusul Kecamatan Ngaglik, Kecamatan Gamping dan Kecamatan Mlati yang juga memiliki minimarket cukup banyak, sedangkan untuk Kecamatan Minggir, Turi, Cangkringan dan Prambanan tidak memiliki minimarket waralaba cabang atau nasional. Hasil pendataan yang dilakukan Dinas Perindustrian, Koperasi dan Perdagangan Kabupaten Sleman sampai dengan tahun 2016 tercatat sebanyak 201 minimarket waralaba yang tersebar di Kabupaten Sleman. Minimarket dalam peraturan perundang-undangan termasuk dalam pengertian toko modern. Peraturan mengenai toko modern diatur dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat 3

4 Perbelanjaan dan Toko Modern. Pengertian toko modern menurut Pasal 1 angka 5 Perpres 112 Tahun 2007 adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. Perbedaan istilah minimarket, supermarket dan hypermarket adalah diformat, ukuran dan fasilitas yang diberikan. Setiap toko modern wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar serta jarak antara toko modern dengan pasar tradisional yang telah tercantum dalam pasal 4 pada peraturan presiden (Perpres, 2007). Untuk Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Sleman diatur dalam Pasal 16 yaitu aspek jarak toko modern dengan pasar tradisional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a angka 3, dan Pasal 12 ayat (1) huruf a angka 4 diatur untuk jenis usaha supermarket, department store, hypermarket dan grosir berbentuk perkulakan jarak paling dekat m dari pasar tradisional, sedangkan untuk jenis usaha minimarket waralaba dan minimarket cabang paling dekat m dari pasar tradisional. Walaupun Kabupaten Sleman memiliki aturan tentang pasar modern, tetapi masih banyak dicurigai minimarket yang jaraknya kurang dari aturan yang berlaku. Untuk lebih memperjelas visualisasi penyebaran minimarket waralaba yang ada di Kabupaten Sleman dapat menggunakan software ArcGIS. ArcGIS adalah salah satu software yang dikembangkan oleh ESRI (Environment Science & Research Institue) yang merupakan kompilasi fungsi-fungsi dari berbagai macam software Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbeda seperti GIS desktop, server, dan GIS berbasis web (FKT UGM, 2016). Setelah melihat visualisasinya peneliti dapat menganalisis daerah mana yang paling banyak penyebarannya dan 4

5 kemungkinan adanya keterkaitan antarwilayah yang jumlah minimarketnya tinggi dengan daerah sekitarnya. Dari uraian permasalahan di atas, maka peneliti melakukan penelitian menggunakan data minimarket yang terkumpul yang dapat dimanfaatkan secara optimal, salah satunya dengan visualisasi pada peta dan analisis autokorelasi spasial. Visualisasi dapat menjelaskan distribusi atau penyebarannya, statistik spasial dapat menjelaskan bagaimana polanya, serta menganalisis dampakdampak yang ditimbulkan. 1.2 Keaslian Penelitian Dalam membahas penelitian ini perlu refrensi untuk menghindari kesamaan dalam penelitian. Penelitian mengenai pola penyebaran dan dampak minimarket waralaba terhadap toko tradisional sebelumnya telah dilakukan, antara lain sebagai berikut. 1. Purwanto (2013) melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui distribusi (distribution), pola spasial (spatial pattern), dan kecenderungan spasial (spatial trend) minimarket Kota Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik spasial. Hasil penelitian ini menunjukan pola spasial (spatial pattern) lokasi minimarket di Kota Yogyakarta tergolong acak (random), dengan kecenderungan spatial (spatial trends) di Kota Yogyakarta sejak tahun 2000 sampai 2013 cenderung mengarah barat laut ke tenggara Kota Yogyakarta dan lokasi minimarket yang direkomendasikan sebanyak 7, di Kelurahan Giwangan, Muja Muju, Gedongkiwo, Prenggan, Patangpuluhan, Gunungketur, dan Bumijo. 5

6 2. Penelitian yang dilakukan Wahyuningsih dan Harmadi (2015) bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi jumlah pasar modern yang ada di Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul dengan menggunakan hubungan antara supply dan demand pasar modern dengan mempertimbangkan adanya interaksi antarkecamatan melalui pendekatan spasial. Hasil penelitian menunjukkan adanya dependensi spasial dalam hal lokasi pasar modern. Faktor-faktor yang terbukti signifikan memengaruhi jumlah pasar modern adalah kepadatan penduduk, kualitas infrastruktur jalan (panjang jalan yang diaspal) dan dummy perbatasan wilayah dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. 3. Penelitian yang dilakukan Setyawarman (2009) bertujuan untuk mengidentifikasi pola sebaran ritel modern dan pasar tradisional, mengidentifikasi dan menganalisis faktor yang memengaruhi pemilihan lokasi ritel modern dan analisis struktur Kota Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode gabungan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil studi menunjukkan adanya kesamaan pola sebaran yang mengelompok dengan arah konsentrasi yang berbeda. Ritel modern cenderung terkonsentrasi ke area dengan kondisi sosioekonomi yang stabil, sedangkan pasar tradisional pada area dengan kondisi sosioekonomi menengah bawah. Dari reduksi faktor terhadap 13 faktor terseleksi menjadi 6 faktor baru. Ke-6 faktor tersebut adalah faktor demografi, sosioekonomi konsumen, psikografis, aksesibilitas, persaingan dan perubahan permintaan. 6

7 4. Penelitian Pribadi (2007) bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan visualisasi sebaran nilai tanah dan mengidentifikasi karakteristik wilayah yang memengaruhi pola sebaran nilai tanah karena adanya autokorelasi spasial antarnilai tanah di Kecamatan Depok. Berdasarkan uji Likelihood, AIC dan SC menunjukkan bahwa spatial error model lebih tepat digunakan untuk mengestimasi nilai tanah. Pola sebaran nilai tanah dipengaruhi oleh kedekatan dengan perguruan tinggi, jalan utama dan pusat kegiatan ekonomi. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada topiknya, yakni pola penyebaran minimarket waralaba. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman pada tahun 2016 dan dianalisis dampak yang timbul dari aspek ekonomi terhadap pedagang tradisional di lingkungan sekitar minimarket waralaba. Penelitian-penelitian terdahulu dilakukan di Kota Surakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta dan fokus pada pola sebaran, arah kecenderungan, rekomendasi letak minimarket alternatif baru, faktor-faktor yang memengaruhi jumlah pasar modern yang ada, identifikasi karakteristik, dan faktor-faktor yang memengaruhi lokasi ritel. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka masalah pokok yang mendorong untuk dilakukan penelitian, bahwa di Kabupaten Sleman tepatnya hampir di setiap kecamatan pasti memiliki minimarket waralaba. Banyak minimarket waralaba yang muncul tanpa memperhatikan kondisi sekitar. Ada yang lokasinya berhadapan dan berdekatan antarminimarket bahkan dengan 7

8 toko atau pasar tradisional. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian guna mengetahui secara jelas visualisasi penyebaran minimarket waralaba, pola penyebaran yang terbentuk serta dampak ekonomi yang timbul bagi para pedagang toko atau pasar tradisonal karena fenomena tersebut. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka pertanyaan penelitian yang muncul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana visualisasi penyebaran dan pola penyebaran minimarket yang terbentuk di Kabupaten Sleman? 2. Bagaimana dampak yang timbul dari aspek ekonomi bagi toko tradisional di sekitar berdirinya minimarket waralaba? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui distribusi atau penyebaran dan pola penyebaran minimarket yang terbentuk di Kabupaten Sleman. 2. Untuk mengetahui dampak yang timbul dari aspek ekonomi bagi toko tradisional di sekitar berdirinya minimarket waralaba. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat antara lain. 1. Memberikan gambaran kepada Pemerintah Daerah dalam mengkaji dampak yang dapat dilihat melalui visualisasi penyebaran dan dampak dari aspek 8

9 ekonomi yang muncul serta meninjau kembali peraturan tentang pendirian minimarket waralaba. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian pustaka bagi penelitian selanjutnya tentang pola penyebaran dan manfaat minimarket terhadap ekonomi masyarakat, sosial dan lingkungan sekitar. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini mengacu sistematika sebagai berikut. Bab I merupakan Pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Selanjutnya pada Bab II menjelaskan mengenai Landasan Teori dan Alat Analisis. Bab III Metode Penelitian yang digunakan. Bab IV Analisis hasil menguraikan diskripsi dan pembahasan. Bab V Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan dan Saran. 9