BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas perdagangan merupakan salah satu cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beranekaragam. Aktivitas perdagangan atau jual beli dilakukan di pasar. Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2008 menerangkan bahwa pasar adalah area tempat jual beli barang atau tempat bertemunya pedagang dan pembeli. Pasar tradisional adalah pasar dengan ciri utama terdapat tawar-menawar harga dalam proses jual beli, sedangkan pasar modern merupakan area jual beli yang memiliki harga yang pasti. Pasar modern dibedakan menjadi pusat perbelanjaan dan toko modern. Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri yang menjual berbagai jenis barang secara eceran. Toko modern dibedakan menjadi minimarket, supermarket, hypermarket, department store dan perkulakan. Pembedaan toko modern tersebut didasarkan atas luas lantai dan variasi barang dagangan. Minimarket, supermarket dan hypermarket menjual barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumahtangga lainnya secara eceran. Department Store menjual barang konsumsi utamanya produk sandang dan perlengkapannya secara eceran. Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi. (Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2008) Minimarket memiliki luas lantai yang paling kecil di antara jenis-jenis toko modern, yaitu kurang dari 400 m 2. Minimarket saat ini semakin marak di Indonesia, terlebih lagi dengan adanya jaringan minimarket dengan sistem franchise atau waralaba seperti Alfamart dan Indomaret. Investor lokal dapat dengan mudah mendirikan minimarket franchise karena modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar. 1

2 Jaringan minimarket franchise seperti Alfamart dan Indomaret memiliki situs internet yang bisa diakses oleh semua orang dan memuat informasi tentang cara-cara mendirikan minimarket waralaba secara rinci. Gerai/outlet Indomaret disyaratkan berukuran m 2 sementara gerai/outlet Alfamart disyaratkan berukuran m 2. Ukuran ruang usaha yang tidak terlalu luas memungkinkan terbukanya peluang lebih besar untuk masuk dalam sistem waralaba (franchise) tersebut. Minat masyarakat untuk berbelanja di minimarket juga meningkat karena adanya pendapat bahwa pasar modern (termasuk minimarket) lebih rapi, bersih dan praktis daripada pasar tradisional, meskipun tak sedikit pula masyarakat yang memilih loyal terhadap pasar tradisional. Hal ini merupakan pergeseran dari kebutuhan fungsional menjadi kebutuhan psikologis, seperti dikatakan oleh Levy dan Weitz (2004) dalam Megawati (2006), kebutuhan fungsional (functional needs) adalah kebutuhan yang berhubungan langsung dengan bentuk atau penampilan (performance) dari produk, sedangkan kebutuhan psikologis (psychological needs) adalah kebutuhan yang diasosiasikan dengan kebutuhan yang bersifat mental dari konsumen yang dapat terpenuhi dengan berbelanja ataupun membeli sebuah produk Pertumbuhan ritel di Indonesia tercermin dengan pesatnya pertumbuhan minimarket sebagai salah satu pasar modern dan ritel di Indonesia. Pada kurun waktu , minimarket tumbuh rata-rata 29% per tahun. Gerai-gerai minimarket yang tadinya hanya berjumlah ratusan di tahun 2002 melonjak menjadi ribuan di tahun Hal ini jelas terlihat dengan bermunculannya gerai-gerai mini market dalam radius setidaknya 500 meter dan kini telah memasuki permukimanpermukiman padat bahkan kompleks-kompleks perumahan. (Megawati, 2006) Kecamatan Pacitan merupakan ibukota dari Kabupaten Pacitan, memiliki kepadatan penduduk tertinggi di antara kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Pacitan, yaitu 919 jiwa/ km 2. Kecamatan Pacitan memiliki wilayah yang relatif datar dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Pacitan, sehingga kondisi jalannya relatif baik. Luas Kecamatan Pacitan adalah 77,11 km 2, sementara luas 2

3 wilayah terkecil di Kabupaten Pacitan adalah Kecamatan Sudimoro (71,86 km 2 ). Kecamatan Pacitan termasuk kota kecil bila dilihat dari jumlah penduduknya yang tidak mencapai jiwa (Yunus, 2000). Fenomena yang terjadi adalah munculnya minimarket-minimarket franchise di Kecamatan Pacitan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Tabel 1.1. Daftar Minimarket Franchise di Kecamatan Pacitan No. Nama Waralaba Desa/Kelurahan Nama Pemilik 1 Alfamart Bangunsari Andon Swasono Putro 2 Alfamart Tanjungsari Andon Swasono Putro 3 Alfamart Tanjungsari Andon Swasono Putro 4 Alfamart Arjowinangun Andon Swasono Putro 5 Alfamart Ploso Andon Swasono Putro 6 Alfamart Sidoharjo Andon Swasono Putro 7 Indomaret Arjowinangun Tanti Hajuningtyas 8 Indomaret Tanjungsari Tanti Hajuningtyas 9 Indomaret Pacitan Tanti Hajuningtyas 10 Indomaret Pacitan Tanti Hajuningtyas 11 Indomaret Baleharjo Tanti Hajuningtyas 12 Indomaret Ploso Tanti Hajuningtyas 13 Indomaret Ploso Tanti Hajuningtyas Sumber : Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Pacitan, 2014 Perkembangan minimarket franchise di Kecamatan Pacitan dimulai tahun Awalnya hanya ada 1 gerai Indomaret yang berdiri di Jl. A. Yani yang berada di tengah kota. Seiring berjalannya waktu, saat ini sudah ada 13 gerai minimarket franchise (7 gerai Indomaret dan 6 gerai Alfamart) di Kecamatan Pacitan, namun 3

4 gerai-gerai tersebut tidak merata di seluruh Kecamatan Pacitan, hanya di desa/kelurahan tertentu saja, seperti ditampilkan dalam tabel 1.1. Pemilihan lokasi untuk gerai termasuk dalam ketentuan mendirikan waralaba, di situs Indomaret disebutkan bahwa layak atau tidaknya lokasi untuk minimarket ditentukan oleh pihak pemberi waralaba setelah melakukan survei. Bintarto dan Hadisumarno (1979) menyatakan bahwa pendekatan keruangan dalam geografi menjelaskan bagaimana dan mengapa di suatu lokasi terdapat penggunaan ruang tertentu. Penggunaan ruang tersebut dapat berupa penggunaan ruang yang telah ada maupun penggunaan ruang yang dirancangkan (akan digunakan). Minimarket franchise merupakan suatu bentuk penggunaan ruang, dan hubungan minimarket franchise dengan penggunaan ruang yang fungsinya sejenis dapat dikaji dengan pendekatan keruangan. Penggunaan ruang yang fungsinya sejenis dengan minimarket franchise dalam penelitian ini adalah toko kelontong, yaitu penggunaan ruang yang sama-sama berupa aktivitas perdagangan yang menjual kebutuhan seharihari secara eceran/retail. Keberadaan minimarket franchise memang tidak lepas dari tuntutan hidup yang serba praktis dan modern, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada dampak yang berpotensi terjadi kepada pedagang kelontong di sekitarnya. Dampak ini dapat sama ataupun berbeda untuk masing-masing pedagang. Lokasi antara minimarket dengan toko tempat usaha pedagang bisa menjadi salah satu faktor yang membedakan dampak tersebut. Karakteristik pedagang sendiri pun juga menjadi salah satu faktor pembeda, misalnya dilihat dari pendidikan dan pendapatan dari perdagangan. Minimarket franchise sebagai bentuk perdagangan yang memiliki manajemen yang jelas seharusnya memperhatikan bentuk perdagangan lain yang lebih kecil dan bersifat lokal tersebut sehingga keberadaannya tidak berkembang menjadi ancaman. 4

5 1.2. Permasalahan Penelitian Penelitian yang dilakukan berangkat dari pengamatan terhadap menjamurnya minimarket franchise di Kecamatan Pacitan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Saat ini sudah ada 13 gerai minimarket franchise di Kecamatan Pacitan, terdiri dari 7 gerai Indomaret dan 6 gerai Alfamart di Kecamatan Pacitan, ada kemungkinan jumlah tersebut akan bertambah seiring berjalannya waktu. Pertumbuhan minimarket franchise ini sepertinya juga akan terjadi di Kecamatan lain mengingat saat ini saja sudah ada dua tiga gerai minimarket franchise di Kecamatan Punung dan Ngadirojo. Ada banyak hal yang bisa dikaji dari fenomena menjamurnya minimarket franchise di Kecamatan Pacitan. Salah satunya adalah hubungan minimarket franchise dengan pedagang kelontong di sekitarnya. Penelitian yang ingin dilakukan berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut : 1. Seperti apa distribusi minimarket franchise di Kecamatan Pacitan dan pedagang kelontong yang berpotensi terkena dampak di sekitarnya? 2. Apa saja karakteristik pedagang kelontong yang ada di sekitar lokasi minimarket franchise di Kecamatan Pacitan? 3. Seperti apa pendapat pedagang kelontong di sekitar lokasi minimarket terhadap dampak berdirinya minimarket tersebut kepada usaha mereka? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui distribusi minimarket franchise di Kecamatan Pacitan dan pedagang kelontong yang berpotensi terkena dampak berdirinya minimarket franchise tersebut 2. Mengidentifikasi karakteristik pedagang kelontong yang yang ada di sekitar lokasi minimarket franchise di Kecamatan Pacitan 3. Mengetahui pendapat pedagang kelontong di sekitar lokasi minimarket terhadap dampak berdirinya minimarket tersebut kepada usaha mereka 5

6 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat dari segi ilmu pengetahuan yaitu diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai asosiasi yang terjadi antara minimarket franchise dan pedagang kelontong di sekitarnya serta dapat menjelaskan dampak yang dirasakan pedagang kelontong dari keberadaan minimarket franchise di Kecamatan Pacitan 2. Manfaat dari segi pembangunan yaitu diharapkan dapat melihat kesesuaian Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2012 dengan kondisi di lapangan sehingga memberikan kajian secara ilmiah mengenai dampak keberadaan minimarket franchise terhadap pedagang kelontong di Kecamatan Pacitan sebagai masukan kepada pemerintah daerah 1.5. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai dampak keberadaan minimarket franchise terhadap pedagang kelontong sebenarnya telah beberapa kali dilakukan, karena fenomena menjamurnya minimarket franchise terjadi di banyak daerah di Indonesia. Penelitian mengenai perkembangan minimarket yang ada di Indonesia umumnya menghubungkan keberadaan minimarket dan dampaknya terhadap pasar tradisional baik itu berbentuk pasar (banyak penjual) maupun toko/warung (penjual tunggal). Meskipun demikian, fokus yang ingin diperoleh oleh masing-masing penelitian berbeda yang mengakibatkan variasi metode yang digunakan dalam penelitianpenelitian yang telah ada. Perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh Setyawarman (2009) adalah fokus penelitian yang meskipun sama-sama menyinggung mengenai minimarket franchise, dalam penelitiannya disebut retail modern, namun penelitian tersebut lebih membahas detail mengenai pola sebaran minimarket ditinjau dari faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi minimarket tersebut dan sama sekali tidak 6

7 membahas mengenai dampak keberadaan minimarket tersebut terhadap pedagang kelontong. Hasil penelitian Setyawarman ini mengungkapkan bahwa pola sebaran retail modern cenderung mengelompok dan dipengaruhi oleh variabel demografi, sosio-ekonomi konsumen, psikografis, aksesibilitas, persaingan dan perubahan permintaan. Penelitian Wijayanti (2011) membahas lebih detail pada perubahan keuntungan pedagang. Penelitian ini dilakukan di Pedurungan, Semarang dengan hasil yang menunjukkan bahwa semakin besar perubahan omzet maka perubahan keuntungan juga semakin besar dan semakin dekat warung 1 meter dari minimarket akan menyebabkan penurunan keuntungan sebesar 0,02%. Selain itu, diversifikasi produk pada warung tradisional tidak berpengaruh terhadap perubahan keuntungan dalam jangka pendek, namun bisa berpengaruh dalam jangka panjang. Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian dari Iffah, Sutikno dan Sari (2011) yang dilakukan di Kecamatan Blimbing, Kota Malang. Hasil penelitian Iffah menunjukkan bahwa semakin besar jangkauan pelayanan minimarket, maka akan semakin banyak toko yang terganggu dengan jangkauan pelayanannya. Satu minimarket berdampak terhadap 4 toko usaha kecil, dengan rata-rata friksi sebesar 57,29%. Fadhilah (2011) melakukan penelitian mengenai dampak pasar modern terhadap pasar tradisional di Pasar Ngaliyan, akan tetapi penelitian ini berbeda karena pedagang dalam penelitian Fadhilah berada dalam satu pasar, bukan pedagang kelontong yang terdistribusi di sekitar minimarket. Hasil penelitian Fadhilah mengungkapkan bahwa pasar modern di sekitar Pasar Ngaliyan memberikan dampak negatif terutama pada pedagang yang dagangannya disediakan di toko modern dan strategi yang bisa digunakan oleh pedagang-pedagang tersebut adalah memberikan pelayanan yang lebih baik, menyediakan barang yang berkualitas, memberikan kepuasan kepada konsumen dengan meningkatkan kemampuan secara teknik, sosial 7

8 dan perilaku, memperbaiki sarana prasarana dan meningkatkan keamanan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel 1.2 berikut ini. Tabel 1.2. Penelitian-Penelitian yang Terkait No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian 1. Adityo Pola Sebaran dan Analisis tetangga Setyawarman Faktor-Faktor yang terdekat (nearest (2009) Mempengaruhi neighbour Pemilihan Lokasi analysis), analisis Retail Modern faktor, analisis (studi Kasus Kota komprehensif Surakarta) 2. Pardiana Wijayanti (2011) Analisis Pengaruh Perubahan Keuntungan Usaha Warung Tradisional dengan Munculnya Minimarket (Studi Kasus di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang) Pendekatan OLS (Ordinary Least Square) Hasil Penelitian 1. Pola sebaran retail modern di Kota Surakarta cenderung mengelompok 2. Variabel yang berpengaruh terhadap pemilihan lokasi retail di Kota Surakarta adalah variabel demografi, sosio-ekonomi konsumen, psikografis, aksesibilitas, persaingan dan perubahan permintaan 3. Pola sektoral lebih menonjol dibandingkan dengan pola konsentris ataupun multiple nuclei. Struktur kota lebih digerakkan oleh elemen arah (directional element) daripada elemen jarak (distance element) 1. Semakin besar perubahan omzet penjualan yang disebabkan munculnya minimarket, semakin besar pula perubahan keuntungan yang diterima oleh pemilik warung tradisional 2. Jiarak warung lebih dekat 1 meter dari minimarket, menyebabkan penurunan keuntungan usaha sebesar 0,02% 3. Ada atau tidaknya diversifikasi produk pada warung tradisional tidak berpengaruh langsung terhadap besarnya perubahan keuntungan usaha yang diperoleh akibat munculnya minimarket pada jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang bisa berpengaruh 8

9 Lanjutan Tabel 1.2. Penelitian yang Terkait No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 3. Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari (2011) 4. Ani Nur Fadhilah (2011) 5. Jaziela Muslihatunnisa (2014) Pengaruh Toko Modern Terhadap Toko Usaha Kecil Skala Lingkungan (Studi Kasus : Minimarket Kecapatan Blimbing, Kota Malang) Dampak Minimarket Terhadap Pasar Tradisional (Studi Kasus di Ngaliyan) Dampak Keberadaan Minimarket Franchise Terhadap Usaha Pedagang Kelontong di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur Analisis Importance Performance Analysis (IPA), tabulasi silang (cross tab), analisis pengaruh minimarket, analisis overlay jangkauan pelayanan Analisis kualitatif deskriptif Analisis deskriptif Semakin besar jangkauan pelayanan minimarket, maka akan semakin banyak toko yang terfriksi dengan jangkauan pelayanannya. Satu minimarket berdampak terhadap 4 toko usaha kecil, dengan rata-rata friksi sebesar 57,29%. 1. Keberadaaan pasar modern di sekitar pasar Ngaliyan memberikan dampak negatif terutama pada pedagang yang barang dagangannya juga disediakan di toko modern seperti kebutuhan pokok sehari-hari, makanan ringan dan roti 2. Strategi pedagang di pasar tradisional yaitu memberikan pelayanan yang lebih baik, menyediakan barang yang berkualitas, meningkatkan kemampuan teknik, social, perilaku, dan keamanan, serta memperbaiki sarana prasarana. 1. Semua minimarket franchise di Kecamatan Pacitan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 6 Tahun Karakteristik umum pedagang kelontong adalah didominasi jenis kelamin perempuan (82,1%), pendidikan terakhir SMA (61,5%), luas toko tidak lebih dari 42 m 2, waktu pelayanan jam (74,4%), banyak yang tidak memiliki pegawai, dan dijalankan dengan tujuan menambah pendapatan serta mengisi waktu luang. 9

10 Lanjutan Tabel 1.2. Penelitian yang Terkait No Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian 4. Jaziela Muslihatunnisa (2014) Dampak Keberadaan Minimarket Franchise Terhadap Usaha Pedagang Kelontong di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur Analisis deskriptif 3. Sebagian besar pedagang kelontong (71,8%) merasakan dampak negatif keberadaan minimarket franchise berupa penurunan omzet, penurunan jumlah konsumen, dan keduaduanya, 28,2% sisanya tidak merasa minimarket franchise memberikan dampak terhadap usahanya. Meskipun begitu, lebih banyak pedagang (56,4%) yang tidak memiliki strategi untuk mempertahankan usahanya Tinjauan Pustaka Pendekatan Keruangan dalam Geografi Pendekatan keruangan tidak lain merupakan suatu metoda analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) yang berfungsi untuk mengakomodasikan kegiatan manusia. Oleh karena obyek studi geografi adalah geospheric phenomena, maka segala sesuatu yang terkait dengan obyek dalam ruang dapat disoroti dari berbagai matra antara lain pola (pattern); stuktur (structure); proses (process); interaksi (interaction); organisasi dalam sistem (organisation within the system); asosiasi (association); dan tendensi atau kecenderungan (tendency or trends). Dengan demikian, menurut Yunus (2004) minimal ada 7 tema analisis dalam spatial approach dalam geografi, yaitu : 1. spatial pattern analysis; 2. spatial structure analysis; 3. spatial process analysis; 4. spatial inter-action analysis; 5. spatial association analysis; 6. spatial organisation analysis; 10

11 7. spatial tendency/trends analysis Penelitian ini secara umum menggunakan analisis asosiasi atau spatial association analysis. Spatial Association Analysis bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya asosiasi keruangan antara berbagai kenampakan pada sesuatu ruang. Contohnya, apakah ada keterkaitan fungsional atas sebaran keruangan atau gejala dengan sebaran keruangan gejala yang lain? Apakah ada hubungan antara hilangnya lahan pertanian dengan makin banyaknya pendatang-pendatang di suatu daerah? Apakah ada asosiasi keruangan antara kepadatan penduduk dengan peningkatan tindak kriminal di beberapa tempat di kota? (Yunus, 2004) Analisa keruangan mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Ahli geografi akan bertanya faktor-faktor apakah yang menguasai pola penyebaran dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar penyebarannya menjadi lebih efisien dan lebih wajar. Dengan kata lain dapat diutarakan bahwa dalam analisa keruangan yang harus diperhatikan adalah pertama, penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan kedua, penyediaan ruang yang akan digunakan untuk pelbagai kegunaan yang dirancangkan (Bintarto dan Hadisumarno, 1979). Beberapa tema analisis keruangan yang dijelaskan di atas dapat berdiri sendiri-sendiri maupun dapat merupakan gabungan dari beberapa tema analisis tergantung daripada tujuan dan kemendalaman pengetahuan yang akan dicapai peneliti. Sebagai contoh upaya analisis kecenderungan keruangan mungkin dapat dimulai dari identifikasi pola sebaran atau struktur tentang fenomena geosfera yang akan diteliti dan kemudian dilanjutkan dengan analisis proses keruangan. Apabila diperlukan dapat pula analisis interaksi dan asosiasi keruangannya dan akhirnya baru dianalisis kecenderungan keruangan yang terjadi berdasarkan fakta empirisnya (Yunus, 2004). 11

12 Minimarket Franchise Minimarket adalah sarana atau tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari secara eceran langsung kepada konsumen dengan cara pelayanan mandiri (swalayan) (Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 3 Tahun 2008). Minimarket merupakan pasar swalayan yang hanya memiliki satu atau dua mesin register saja atau sering disebut juga mesin kasir dan hanya menjual produk-produk kebutuhan dasar rumah tangga (basic necessities) yang telah dipilih terlebih dahulu (Megawati, 2006). Minimarket memiliki luas lantai kurang dari 400 m 2 dan boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan (Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007). Jalan lingkungan adalah merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, low average (Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007). Adanya peraturan tentang luas lantai dan lokasi yang diperbolehkan ini merupakan salah satu sebab menjamurnya minimarket di Indonesia, karena memungkinkan untuk mendirikan minimarket di dekat perumahan dan jalan-jalan yang relatif kecil, kecuali ada peraturan daerah yang mengatur lebih lanjut mengenai hal ini. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan No. 6 Tahun 2012, minimarket berdasarkan sistem manajemennya dikelompokkan menjadi minimarket berjaringan dan minimarket tidak berjaringan. Minimarket berjaringan atau jaringan minimarket adalah yang dimaksud sebagai minimarket franchise dalam penelitian ini. Jaringan minimarket adalah pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha dibidang minimarket melalui satu kesatuan manajemen dan sistem pendistribusian barang ke outlet yang merupakan jaringannya (Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 3 Tahun 2008). Franchise atau waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat 12

13 dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan Perjanjian Waralaba. Pemberi Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimilikinya kepada Penerima Waralaba. Penerima Waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimiliki Pemberi Waralaba. Pemberi Waralaba dan Penerima Waralaba untuk jenis usaha Toko Modern dapat mengembangkan kegiatan usahanya melalui pendirian outlet/gerai yang : a. Dimiliki dan dikelola sendiri (company owned outlet); dan b. Diwaralabakan (Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-DAG/PER/10/2012). Menurut undang-undang kepemilikan waralaba minimarket harus dari pihak lokal (Dewan Koperasi Indonesia). Minimarket franchise yang saat ini berdiri di Kecamatan Pacitan adalah Indomaret dan Alfamart. Indomaret memiliki 7 gerai/outlet sedangkan Alfamart memiliki 6 gerai/outlet, sehingga total terdapat 13 outlet minimarket franchise di Kecamatan Pacitan. Alfamart merupakan salah satu jaringan minimarket yang tercepat pertumbuhannya di Indonesia. Berdiri pada 27 Juni 1999 oleh PT Alfa Mitramart Utama, dengan minimarket pertama beroperasi Karawaci, Tangerang, Banten, Oktober Pada awal 2003, diambil alih oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk yang berafiliasi pada Carrefour (Perancis). Pada 2011 gerai Alfamart sudah mencapai sekitar unit, tersebar di seluruh indonesia mulai dari kota-kota besar, kabupaten, sampai Kecamatan. Tahun ini, siap megoperarasikan 900 gerai baru. Indomaret merupakan pesaing terdekat Alfamart, dan berdiri setahun lebih awal, yaitu pada Pada akhir 2011, Indomaret sudah mengoperasikan gerai, dengan angka penjualan mencapai Rp 18 triliun. Tahun ini, jaringan minimarket yang dikelola oleh PT Indomarco Prismatama ini menargetkan menambah gerai baru, dengan menggelontorkan investasi Rp 500 miliar. Jika rencana ini direalisasikan, penjualan Indomaret diproyeksikan bakal terdongkrak menjadi Rp 23,04 triliun (Dewan Koperasi Indonesia). 13

14 Pedagang Kelontong Pedagang kelontong yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pedagang kelontong di sekitar minimarket dan memiliki toko yang tetap. Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan untuk menjual barang dan terdiri hanya satu penjual (Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007). Istilah pedagang kelontong sendiri tidak ditemukan dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI). Klasifikasi yang sesuai dengan pedagang kelontong yang penulis maksud adalah perdagangan eceran. Minimarket maupun pedagang kelontong bisa masuk dalam kategori ini, karena penggunaan ruang keduanya memang sama. Perdagangan eceran adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis), baik barang baru maupun bekas, utamanya kepada masyarakat umum untuk konsumsi atau penggunaan perorangan maupun rumahtangga, melalui toko, departement store, kios, mail-order houses, penjual dari pintu ke pintu, pedagang keliling, koperasi konsumsi, rumah pelelangan, dan lain-lain. Pada umumnya pedagang pengecer memperoleh hak atas barang-barang yang dijualnya, tetapi beberapa pedagang pengecer bertindak sebagai agen, dan menjual atas dasar konsinyasi atau komisi. (BPS, 2009) Toko kelontong bisa disebut convenience store yaitu toko yang menjual segala macam keperluan sehari-hari, mulai dari peralatan mandi, peralatan makan, peralatan dapur, peralatan tulis sampai makanan ringan (Kusno, 2012). Kata kelontong memang memiliki sejarah yang cukup tua. Kata ini merujuk kepada alat bunyi-bunyian yang selalu dibawa oleh pedagang keliling Tionghoa di saat menjajakan barang dagangannya tempo dulu. Kelontong ini berbentuk tambur (rebana) mini bertangkai dan di kedua sisinya diberi tali pendek dengan biji bulat di ujungnya. Tambur mini ini bisa terbuat dari kaleng, kulit samak, atau kertas semen. Dengan digerak-gerakkan ke kiri dan ke kanan pada tangkainya, maka biji bulat ini akan menabuh tambur ini dengan suara kelontong-kelontong. Orang di dalam rumah akan segera tahu bahwa penjaja barang keliling sedang lewat di rumahnya mendengar 14

15 suara kelontong yang khas ini. Di zaman itu si penjaja (pedlar) ini disebut dengan tjina klontong (Kusno, 2012). Meskipun bisa disebut convenience store, namun sebenarnya toko kelontong berbeda dengan convenience store yang ada di luar negeri. Convenience store di luar negeri justru seperti minimarket, sementara toko kelontong tidak menerapkan sistem swalayan tetapi dilayani oleh penjual/pemilik toko. Oleh karena itu, perbedaan mencolok antara toko kelontong dengan minimarket adalah terjadinya interaksi antara penjual dengan pembeli, karena pembeli di toko kelontong tidak mengambil barang sendiri melainkan menyebutkan apa yang akan dibeli untuk kemudian diambilkan oleh penjualnya Kerangka Pemikiran Perkembangan gaya hidup modern yang menuntut kepraktisan menjadikan toko modern dengan berbagai jenisnya mendapatkan tempat tersendiri untuk berkembang di Indonesia. Kemunculan toko modern khususnya jenis minimarket telah menjangkau kota-kota kecil karena peraturan perundangan juga menyatakan bahwa minimarket boleh beroperasi di semua sistem jaringan jalan termasuk jalan lingkungan. Kecamatan Pacitan termasuk kota kecil dengan penduduk kurang dari jiwa namun juga tidak lepas dari berkembangnya minimarket khususnya minimarket franchise. Penelitian mengenai dampak kegiatan ekonomi berupa minimarket franchise terhadap kegiatan ekonomi lain berupa perdagangan kelontong dilakukan seperti gambar 1.1. di bawah ini. 15

16 Minimarket Franchise di Kecamatan Pacitan Pedagang Kelontong di sekitar minimarket Spatial Analysis Distribusi minimarket dan pedagang kelontong Karakteristik pedagang kelontong Pendapat pedagang kelontong mengenai dampak minimarket - Titik lokasi minimarket franchise - Titik lokasi pedagang kelontong (toko) - Umur - Pendidikan - Jenis Kelamin - Besar ruang usaha (toko) - Karakteristik lain - Perubahan omzet - Perubahan konsumen - Strategi untuk bertahan Dampak minimarket franchise terhadap usaha pedagang kelontong di Kecamatan Pacitan Gambar 1.1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Ada dua franchise yang mengembangkan gerainya di Kecamatan Pacitan, yaitu Indomaret dan Alfamart. Meskipun begitu, sejak dulu di Kecamatan Pacitan telah ada pedagang-pedagang kelontong yang menjalankan usaha secara individu karena Kecamatan Pacitan memang merupakan Kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi di kabupaten Pacitan. Minimarket franchise dan perdagangan kelontong merupakan dua jenis kegiatan ekonomi yang bergerak dalam penjualan barang kebutuhan sehari-hari secara eceran. 16

17 Analisis dan kajian spasial menggunakan pendekatan keruangan bisa memilih salah satu atau beberapa tema dari tujuh tema yang ada, tentunya sesuai dengan tujuan dan kebutuhan dalam penelitian. Penelitian ini secara garis besar mengambil tema asosiasi (association), yaitu asosiasi minimarket franchise dengan pedagang kelontong di sekitarnya. Spatial association analysis dalam penelitian ini menganalisis bagaimana pedagang kelontong dalam jarak tertentu dari minimarket franchise menanggapi asosiasi atau hubungan yang terjadi antara minimarket franchise tersebut dengan usaha toko kelontongnya, karena keduanya memiliki penggunaan ruang yang sama sebagai aktivitas perdagangan secara eceran. Asosiasi ini didasarkan pada lokasi minimarket franchise terhadap toko kelontong. Hubungan ini juga diperdalam dengan pendapat pedagang di toko kelontong karena keberadaan minimarket franchise akan berpotensi memberikan dampak terhadap pedagang di lingkungan sekitar minimarket. 17

DAMPAK KEBERADAAN MINIMARKET FRANCHISE TERHADAP USAHA PEDAGANG KELONTONG DI KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR

DAMPAK KEBERADAAN MINIMARKET FRANCHISE TERHADAP USAHA PEDAGANG KELONTONG DI KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR DAMPAK KEBERADAAN MINIMARKET FRANCHISE TERHADAP USAHA PEDAGANG KELONTONG DI KECAMATAN PACITAN, KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR Jaziela Muslihatunnisa jazielamuslihatunnisa@mail.ugm.ac.id Umi Listyaningsih

Lebih terperinci

BAB II. Teori dan Kajian Pustaka. terpillih dapat dilihat sebagai berikut :

BAB II. Teori dan Kajian Pustaka. terpillih dapat dilihat sebagai berikut : BAB II Teori dan Kajian Pustaka A. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pengaruh munculnya toko modern terhadap usaha kelontong telah beberapa kali dilakukan oleh peneliti lainnya di wilayah lain maupun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBINAAN PASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar merupakan tempat berlangsungnya transaksi antara pembeli dan penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG Oleh : Alvianie Nurul Marilys 1), Janthy T. Hidayat 2), Ichwan Arief 3) ABSTRAK Perkembangan suatu kota dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1149, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Usaha Toko Modern. Waralaba. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68/M-DAG/PER/10/2012 TENTANG WARALABA UNTUK JENIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar. Pasar menyediakan berbagai barang kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Pengelolaan pasar mulanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Karakteristik industri ritel yang tidak begitu rumit membuat sebagian besar

Lebih terperinci

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014 Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN WARALABA, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang semakin berkembang dan pertumbuhan ekonomi serta industri telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perdagangan pada pasar modern di Indonesia mengalami perkembangan dan persaingan yang sangat ketat. Pada saat ini perkembangannya diperkirakan tiap tahun

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 13 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor yang berperan penting sebagai penggerak dalam pembangunan ekonomi nasional (Hartati, 2006). Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG PENDIRIAN TOKO MODERN SERTA PERLINDUNGAN USAHA KECIL, WARUNG/TOKO DAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia bisnis yang terjadi seperti saat ini, para pelaku bisnis dituntut untuk memiliki strategi agar tetap dapat bertahan dalam menghadapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha perdagangan dapat dilakukan dengan perseorangan maupun persekutuan. Usaha perdagangan yang dilakukan baik dalam skala besar maupun kecil, serta melalui sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG Dicabut dengan Perda Nomor 1 Tahun 2014 PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan berkembang pesat khususnya di kota-kota besar, telah terjadi perubahan di berbagai sektor, termasuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan pasar tradisional menjadi topik yang menyulut perdebatan hangat di kalangan masyarakat. Liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu, ritel modern dan ritel tradisional. Ritel modern sebenarnya merupakan pengembangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran) LAMPIRAN (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko Modern yang Melakukan Pelanggaran) i (Data Jumlah Toko Modern di Kabupaten Sleman April 2017) ii (Data Jumlah Toko Modern

Lebih terperinci

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM : Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM : 1215151034 ABSTRAK Akibat dari munculnya minimarket yang kian lama

Lebih terperinci

BAB II MINIMARKET DAN WARUNG KELONTONG

BAB II MINIMARKET DAN WARUNG KELONTONG BAB II MINIMARKET DAN WARUNG KELONTONG 2.1 Minimarket 2.1.1 Pengertian Minimarket Gambar 2.1 Ruangan di dalam Minimarket (http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2010/07/11) Minimarket adalah semacam toko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar-pasar modern dalam era globalisasi saat ini setiap pasar-pasar tradisional dituntut untuk dapat bersaing dengan pasar-pasar modern

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 36 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PENGATURAN MINI MARKET PENGELOLA JARINGAN USAHA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 41 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pengambilan objek studi dalam penelitian ini adalah minimarket yang memiliki konsep convenience store di Kota Bandung. Menurut data dari Dinas KUKM

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernah mengalami masa keemasan dan maju pesat hingga menembus ke

BAB I PENDAHULUAN. pernah mengalami masa keemasan dan maju pesat hingga menembus ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sebagai tulang punggung perekonomian, industri mebel ukir Jepara pernah mengalami masa keemasan dan maju pesat hingga menembus ke pasar ekspor dengan nilai hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain, begitu pula untuk mendapatkan kebutuhan hidup mereka. Salah satu kegiatan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada Perkembangan bisnis di era Abad ke-21 telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorfosis yang berkesinambungan. Dimana salah satu contoh perubahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Ritel Tradisional Menurut Ahyani, Andriawan, Ari (2010) menyatakan bahwa toko tradisional (toko kecil) adalah sebuah toko yang menjual barang-barang kebutuhan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang cukup fantastis. Berbagai jenis pasar modern seperti supermarket, hypermarket maupun mall-mall

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan industri ritel belakangan ini menunjukkan kemajuan yang begitu berarti ditandai dengan makin banyaknya toko ritel modern di perkotaan. Industri ritel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan dan menentukan harga sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana dunia bisnis di Indonesia sudah mulai maju. Hal ini dapat dilihat semakin banyak bisnis-bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, diketahui bahwa

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan (Studi pada Indomaret Denpasar Barat) Nama : Made Arly Dwi Cahyana Nim : 1215251165 ABSTRAK Loyalitas pelanggan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu bisnis yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan bisnis ritel, terutama bisnis ritel modern, saat ini semakin berkembang dengan pesat di Indonesia. Bisnis ritel memainkan peranan penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN Hasil PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dijelaskan secara singkat tentang jenis penelitian yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara terinci bab ini berisikan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modern semakin meningkat. "Perkembangan itu sejalan dengan tumbuhnya Mall

BAB I PENDAHULUAN. modern semakin meningkat. Perkembangan itu sejalan dengan tumbuhnya Mall 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi, keberadaan bisnis ritel atau eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini terjadi karena adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan masyarakat dalam sebuah pemukiman tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan akan berbagai fasilitas pendukung yang dibutuhkan warga setempat. Fasilitas umum yang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALI TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI KABUPATEN MAJENE DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus bertahan dan bersaing serta mampu memanfaatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dapat terus bertahan dan bersaing serta mampu memanfaatkan sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini menuntut perusahaan agar dapat terus bertahan dan bersaing serta mampu memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan mensejahterahkan masyarakat dan mengurangi

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGELOLAAN PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... - 1 - BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 831 Tahun : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN WARALABA, PUSAT PERBELANJAAN, TOKO MODERN, DAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari perkembangan ekonomi internasional, bahkan bukan saja dibidang ekonomi namun di bidang lain seperti

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuh dan berkembangnya perusahan perusahan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuh dan berkembangnya perusahan perusahan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian di Indonesia semakin pesat seiring dengan tumbuh dan berkembangnya perusahan perusahan di Indonesia terutama perusahaan ritel yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 11 TAHUN : 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ritel modern pertama kali hadir di Indonesia saat Toserba Sarinah didirikan pada tahun 1962. Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang ritel untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun perekonomian. menguatkan usaha kelas menengah dan kecil.

BAB I PENDAHULUAN. pada bidang ritel untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun perekonomian. menguatkan usaha kelas menengah dan kecil. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha diantara pelaku usaha semakin keras khususnya pada bidang ritel untuk kebutuhan sehari-hari, meskipun perekonomian nasional kini dihadapkan kepada dampak

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis ritel pada saat ini berkembang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan masuk dan semakin berkembangnya ritel global seperti munculnya Hypermarket,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR RAKYAT, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai ritel di Indonesia, industri ini telah dimulai di Indonesia sejak era 1970-an yang masih merupakan era peritel tradisional. Pada era ini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman keberadaan bisnis eceran ditengahtengah masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dalam pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dibidang ekonomi selama ini telah banyak membawa perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Dengan banyaknya perkembangan di bidang usaha banyak bermunculan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bisnis ritel pada saat ini adalah salah satu bisnis yang paling berkembang baik di Indonesia maupun secara global. Bukti dari perkembangan bisnis ritel adalah jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman

BAB I PENDAHULUAN. Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman Pemerintahan Kesultanan Yogyakarta. Hal tersebut ditandai dengan lahirnya Pasar Beringharjo pada tahun 1758

Lebih terperinci

OLEH : AKBP RADIANT, S.I.K., M.HUM. KASUBDIT I / INDAGSI DITresKRIMSUS POLDA JATIM

OLEH : AKBP RADIANT, S.I.K., M.HUM. KASUBDIT I / INDAGSI DITresKRIMSUS POLDA JATIM OLEH : AKBP RADIANT, S.I.K., M.HUM. KASUBDIT I / INDAGSI DITresKRIMSUS POLDA JATIM 1 2 3 UU NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN PERMENDAG NO.07 TH 2017 TENTANG PENERBITAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah dan variasi ritel modern yang

Lebih terperinci

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: RONY RUDIYANTO L2D 306 022 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN TOKO SWALAYAN Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014, Indonesia menjadi daya tarik yang luar biasa bagi pebisnis ritel, baik lokal maupun asing.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ketertiban dalam hidup bermasyarakat. Untuk. kepentingan-kepentingan yang ada di dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ketertiban dalam hidup bermasyarakat. Untuk. kepentingan-kepentingan yang ada di dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Menurut Utrecht, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ekonomi global menunjukkan adanya ketidakpastian dalam perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat yang mengesankan. Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri modern ritel dewasa ini semakin pesat, baik pemain lokal maupun asing semakin agresif bermain dalam pasar yang empuk tersebut. Prospek

Lebih terperinci

SUKSES BISNIS RITEL MODERN

SUKSES BISNIS RITEL MODERN RINGKASAN BUKU: SUKSES BISNIS RITEL MODERN Oleh: IR. R. SERFIANTO D. PURNOMO CITA YUSTISIA SERFIYANI, SH ISWI HARIYANI, SH, MH Penerbit: PT. ELEX MEDIA KOMPUTINDO (GRAMEDIA GROUP) Tahun Terbit : Februari

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010 BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO: 4 2010 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SERI: E PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGARUH TOKO MODERN TERHADAP TOKO USAHA KECIL SKALA LINGKUNGAN (STUDI KASUS: MINIMARKET KECAMATAN BLIMBING, KOTA MALANG)

PENGARUH TOKO MODERN TERHADAP TOKO USAHA KECIL SKALA LINGKUNGAN (STUDI KASUS: MINIMARKET KECAMATAN BLIMBING, KOTA MALANG) PENGARUH TOKO MODERN TERHADAP TOKO USAHA KECIL SKALA LINGKUNGAN (STUDI KASUS: MINIMARKET KECAMATAN BLIMBING, KOTA MALANG) Melita Iffah, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari Jurusan Perencanaan Wilayah dan

Lebih terperinci

2016, No. -2- Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indones

2016, No. -2- Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indones No.502, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Distribusi Barang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/3/2016 TENTANG KETENTUAN UMUM DISTRIBUSI BARANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERADAAN MINIMARKET TERHADAP WARONG DI KECAMATAN MALALAYANG.

PENGARUH KEBERADAAN MINIMARKET TERHADAP WARONG DI KECAMATAN MALALAYANG. PENGARUH KEBERADAAN MINIMARKET TERHADAP WARONG DI KECAMATAN MALALAYANG. Triyan Arif Wibowo 1, Michael M. Rengkung, ST, M.Si 2,& Faizah Mastutie, ST, MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri ritel merupakan industri yang strategis bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Industri ini merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Konsep Perdagangan Badan Pusat Statistik (2006) mendefinisikan perdagangan sebagai kegiatan penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) barang baru maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ritel atau pasar eceran yang begitu pesat, berdampak semakin tingginya persaingan memperebutkan pangsa pasar pada dunia usaha saat ini. Perusahaan yang

Lebih terperinci

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : Mengingat :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era modernisasi saat ini persaingan bisnis baik di pasar domestik maupun pasar internasional sangat ketat. Perusahaan yang ingin berkembang dan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah ritel di Indonesia tahun sebesar 16% dari toko menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri ritel berkembang sangat pesat di Indonesia terlebih sejak dibukanya peraturan yang memperbolehkan ritel asing memasuki pasar di Indonesia. Menurut hasil survey

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel adalah penjualan barang secara langsung dalam berbagai macam jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam dunia bisnis. Sejalan dengan hal tersebut banyak bermunculan

Lebih terperinci

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan,

Lebih terperinci