BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian suatu retail pasar modern memiliki dua kunci utama yang dapat menentukan dalam kesuksesan retail, yaitu faktor lokasi dan inventarisasi. Dari kedua faktor tersebut, faktor lokasi memiliki peranan yang lebih besar dalam menentukan kesuksesan retail. Bahkan dapat dikatakan peranan dari faktor tersebut tiga kali lebih besar daripada faktor inventarisasi karena ada suatu istilah Three important factors determine a retailer s success : location and location and location. (Jones dan Simmons, 1993). Perkembangan industri retail pasar modern telah menyebabkan pergeseran dari yang sifatnya tradisional seperti pasar menjadi retail yang sifatnya modern seperti minimarket, department store, dan sebagainya. Kata retail berasal dari bahasa Perancis yaitu ritellier. Kata ini memiliki arti memotong atau memecah belah sesuatu (Utami, 2006). Indonesia sendiri memiliki arti dari kata retail sedikit berbeda dengan artian pada daerah asalnya, yaitu satuan atau eceran. Maka dari itu dapat diartikan bahwa retail ini adalah suatu bentuk atau aktivitas jual-beli yang sifatnya eceran atau satuan. Retail pasar modern secara rinci dikategorikan berdasarkan berbagai macam faktor untuk mengenali karakteristik dasar dari industri tersebut, seperti yang diutarakan oleh Levy dan Weitz (2004) dalam Adityo (2009), dimana ada tiga macam kategori karakteristik dasar dalam pengkelasan atau pengkelompokan industri retail, yaitu pengelompokan berdasarkan unsur unsur retail yang digunakan untuk memuaskan konsumen, pengelompokan berdasarkan media atau sarana yang digunakan, dan juga pengelompokan berdasarkan pada status kepemilikannya. Industri retail di Indonesia pada umumnya terdiri dari beberapa macam jenis baik dari ukuran maupun kapasitas pelayanannya, tetapi secara garis besar dibedakan menjadi tiga, yaitu minimarket, supermarket, dan hipermarket. 1

2 Minimarket adalah bentukan paling kecil dari industri retail pasar modern yang terdiri dari satu sampai dua mesin kasir, dan hanya menjual produk keperluan dasar dalam rumah tangga dan jumlah barang dan jenisnya lebih terbatas, seperti sabun, pasta gigi, atau produk rumah tangga dalam bentuk kecil lainnya. Supermarket menjual keperluan dasar dari rumah tangga tetapi dalam jumlah dan jenis yang lebih beragam daripada minimarket, dan selain itu umumnya juga terdapat produk produk segar seperti buah buahan dan sayur. Sedangkan Hipermarket selain menjual produk dasar dalam keperluan dan rumah tangga serta produk segar dalam jumlah yang lebih banyak dan beragam jenisnya, hipermarket juga menjual produk produk elektronik seperti kulkas, televisi, dan alat alat elektronik lainnya. Gambar 1.1 Salah Satu Jenis Pasar Modern (x: 111, y: -7,626846) Sehubungan dengan permintaan konsumen yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk secara umum di Indonesia khususnya pada kota kota besar, maka demanding factor untuk dibuatnya bisnis retail akan semakin besar, karena sisi praktisnya yang membantu dalam kehidupan sehari hari dalam menjemput konsumen. Akan tetapi pertumbuhan dari industri retail ini dirasa sangat cepat, terbukti dari persebarannya yang telah sampai bahkan ke beberapa daerah pinggiran atau desa. Hal ini juga merupakan bukti dari adanya dampak dari globalisasi dalam sisi ekonomi sehingga persaingan dalam mendapatkan konsumen akan semakin tinggi. 2

3 Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern dibuat untuk mengatasi dari munculnya pasar modern yang tidak terkendali baik dari sisi jumlah maupun persebarannya, maka dalam pembangunan pasar modern telah diberlakukan acuan dimana terdapat aturan aturan mengenai usaha toko dan retail. Selain itu, dalam pendirian industri retail harus mengacu pula pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten, dan Rencana Detil Tata Ruang Kota/Kabupaten di dalam peraturan zonasinya, sehingga pembangunannya tidak bisa di sembarang tempat. Selain itu dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka setiap daerah berhak dalam membuat aturan tersendiri dalam mengendalikan jumlah industri retail, walaupun belum seluruh daerah memiliki peraturan yang secara khusus mengatur tentang keberadaan industri retail tersebut. Salah satu kota yang perkembangan pasar modernnya cukup pesat adalah Kota Madiun, karena kota Madiun merupakan kota penghubung antara dua kota besar yaitu Yogyakarta dan Surabaya. Hanya saja bila ditinjau dari sisi pengendalian jumlah pasar modern masih terbilang kurang. Hal ini terbukti oleh ditemukannya beberapa minimarket yang bermasalah dalam hal perizinan. Menurut berita di antaranews.com, pada tahun 2012 ditemukan sebanyak 22 unit minimarket yang belum mengantongi izin dari pemerintahan setempat. Hanya saja minimarket tersebut pada saat itu belum dapat dibuktikan apakah secara lokasi telah melanggar peraturan peraturan yang berlaku atau tidak, karena sifatnya hanya pendataan saja, akan tetapi bila dilihat dari jumlah unit minimarket yang tidak memiliki izin tersebut sangat dimungkinkan terjadi pelanggaran dari peraturan yang berlaku. Penyelesaian masalah tersebut membutuhkan suatu kajian khusus untuk mengevaluasi lokasi dari masing masing industri retail agar secara hukum perizinan lokasinya tepat dan perkembangannya lebih terkendali, sehingga perkembangan dari industri retail yang termasuk kedalam pasar modern ini tidak mengganggu dan menghambat keberlangsungan pasar tradisional. Dengan begitu diharapkan dapat mencapai kesejahteraan yang lebih merata pada seluruh wilayah. 3

4 Tujuan tersebut bisa dicapai dengan bantuan suatu sistem informasi yang dapat menganalisa secara kewilayahan. Sistem informasi yang dimaksud adalah sistem informasi geografis (SIG), dimana sistem ini mampu digunakan sebagai alat bantu analisa baik persebaran dari pasar modern secara keseluruhan, lokasi lokasi yang tidak sesuai untuk dikembangkan sebagai pasar modern, dan juga untuk dapat mengetahui lokasi lokasi mana saja yang sesuai dan potensial untuk didirikanya suatu pasar modern tersebut. Selain menggunakan SIG, dilakukan pula integrasi dengan sistem web, dimana hasil keluaran dari sistem yang telah dibuat akan dipasang pada internet, untuk kepentingan publikasi dan persebaran dari sistem tersebut kepada masyarakat luas, sehingga bisa secara langsung digunakan oleh pengguna, dimana sasarannya adalah para pemilik usaha internet. Dengan adanya sistem ini terpasang pada internet diharapkan dapat digunakan sebagai acuan sederhana dalam pendirian pasar modern, dan dapat mengendalikan laju perkembangan Rumusan Masalah Industri retail pasar modern seperti minimarket, supermarket, dan hipermarket dewasa ini tumbuh dengan sangat pesat karena sifat dari pasar modern yang memiliki beberapa nilai lebih bila dibandingkan dengan pasar tradisional, salah satu contohnya adalah dalam sisi pelayanan. Hal ini menyebabkan konsumen lebih memilih berbelanja pada pasar modern daripada pasar tradisional. Pergeseran konsumen yang beranjak dari pasar tradisional ke pasar modern menimbulkan beberapa permasalahan. Salah satunya adalah jumlah dari pendirian pasar modern yang mulai tidak terkendali pertumbuhannya, karena konsumen yang lebih mementingkan kenyamanan dalam pelayanan akan lebih memilih pasar modern daripada pasar tradisional, dan dipandang lebih menguntungkan di pihak investor atau pengusaha. Masalah kedua yang muncul adalah imbas dari masalah pertama yaitu keberlangsungan dari pasar tradisional dan juga toko toko tradisional banyak yang omsetnya turun atau bahkan merugi sampai bangkrut sehingga harus menutup usahanya. 4

5 Pemerintah sebenarnya telah membuat peraturan peraturan yang sifatnya membatasi dalam pertambahan didirikannya pasar modern. Hal tersebut dikarenakan pasar modern telah mematikan perdangangan tradisional, sehingga peratuan tersebut dibuat. Hanya saja pada prakteknya di lapangan untuk peraturan ini sering tidak diindahkan oleh pemilik usaha pasar modern sehingga banyak ditemukan pasar modern yang tidak memiliki izin, terlebih untuk minimarket. Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan suatu sistem yang dapat digunakan sebagai bentuk publikasi dari peraturan peraturan tersebut kepada masyarakat agar setiap pemilik usaha dapat mengetahui dan mematuhi peraturan tentang pendirian usaha tersebut, dan juga untuk masyarakat umum dapat mengawasi pelaksanaan dari peraturan tersebut apakah terjadi pelanggaran atau tidak. Sistem yang dibuat merupakan perpaduan dari SIG dan web, dimana SIG bertindak sebagai pengolahan data data spasial baik potensi lahan dan juga mengubah peraturan pemerintah menjadi data spasial, sedangkan web untuk persebaran kepada masyarakat luas. Dengan adanya sistem ini diharapkan masyarakat juga dapat melakukan pengecekan selaku pengguna layanan web dengan cara melakukan input lokasi lokasi pasar modern baik yang sudah ada atau akan dibangun, sehingga akan dilakukan validasi terhadap peraturan yang berlaku. Selain itu, diharapkan pula dengan adanya sistem informasi ini dapat membatasi pembangunan industri retail pasar modern sehingga kesejahteraan rakyat menjadi lebih merata Pertanyaan Penelitian 1. Dimana lokasi strategis untuk didirikan pasar modern di Kota Madiun berdasarkan pada peraturan yang berlaku? 2. Bagaimana menyusun media yang menarik untuk mensosialiasikan peraturan pengendalian pasar modern tersebut? 1.4.Tujuan Penelitian 1. Mengetahui lokasi yang sesuia untuk didirikan pasar modern berdasarkan pada potensi lahan dan regulasi pemerintah di Kota Madiun. 5

6 2. Membuat Sistem Informasi Berbasis Web-GIS untuk mensosialisasikan peraturan yang berlaku guna mengendalikan pertumbuhan pasar modern di Kota Madiun Kegunaan Penelitiaan 1. Dapat mengetahui persebaran lokasi yang potensial untuk didirikan pasar modern. 2. Dapat mengetahui persebaran pasar modern di wilayah Kota Madiun. 3. Dapat mengetahui lokasi lokasi dimana terjadi pelanggaran pendirian pasar modern di Kota Madiun. 4. Dapat menjadi acuan sederhana dalam pendirian pasar modern baru. 5. Dapat menjadi model integrasi antara SIG dan database web sederhana 1.6. Tinjauan Pustaka Sistem Informasi Geografis Menurut Dulbahri, Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah satuan tata cara yang digunakan untuk menyimpan memanipulasi, analisis data bereferensi geografis baik manual maupun digital (Dulbahri, 2008). Walaupun begitu dalam perkembangannya SIG cenderung ke arah digital atau sistem berbasis computer yang mempunyai empat kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografis, yaitu masukan, manajemen data, manipulasi dan analisis, serta keluaran. a. Masukan data Komponen ini bertugas mengkonversi data dari bentuk yang ada menjadi data yang dapat digunakan dalam SIG b. Manajemen data Komponen manajemen data teremasuk fungsi fungsi yang dibutuhkan untuk menyimpan dan memanggil data dan basis data metode yang digunakan untuk mengimplementasikan fungsi fungsi ersebut berdampak pada efisiensi kinerja sistem dalam semua operasi data. c. Manipulasi dan analisis data 6

7 Fungsi manipulasi dan analisis data menentukan informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. daftar kemampuan yang dibutuhkan didefinisikan sebagai bagian dari kebutuhan sistem b. Keluaran data Fungsi keluaran atau laporan SIG mempunyai kemampuan yang bervariasi dalam kualitas, akurasi, dan kemudahan penggunaan. Laporan dapat berupa peta, tabel, atau teks dalam bentuk hardcopy (misalnya cetakan dalam kertas) ataupun softcopy (file elektronik). (Aronoff. 1989). Sistem informasi geografis memiliki kemampuan melakukan analisis spasial maupun atribut (basisdata atribut). Fungsi analisis atribut terdiri atas operasi dasar sistem pengelolaan basis data (DBMS) dan perluasannya, mencakup: 1. Operasi dasar basis data a. Membuat basis data baru (create database) b. Menghapus basis data (drop database) c. Membuat tabel basisdata (create table) d. Menghapus tabel basis data(drop table) e. Mengisi dan menyisipkan data (record) kedalam tabel (insert) f. Membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basisdata (seek, find, search, and retrieve). g. Mengubah dan mengedit data yang ada dalam tabel basisdata (delete). h. Membuat indeks untuk tiap basis data 2. Proses operasi basisdata a. Membaca dan menulis basisdata dalam isstem basisdata yang lain (export dan import) b. Berkomunikasi dengan sistem basisdata yang lain (misal dengan driver ODBC) c. Mengunkan bahasa basisdata standar SQL (structure query language) d. Operasi operasi atau fungsi analisis lain yang sudah rutin digunakan dalam sistem basisdata 7

8 Beberapa fungsi analisis spasial sistem informasi geografi terdiri dari a. Klasifikasi (reclassify), fungsi ini mengklasifikasikan atau mangklasifikasi kembali data spasial (atau atribut) menjadi data spasial baru dengan menggunakan kriteria tertentu b. Network (jaringan), fungsi ini merujuk data spasial titik maupun garis sebagai suatu jaringan yang tidak terpisahkan. Fungsi ini sering digunakan bidang transportasi dan utility c. Overlay, fungsi ini menghasilkan data spasial baru dari minimal dua data spasial masukan d. Buffering, fungsi ini menghasilkan data spasial baru yang berbentuk polygon atau zona dengan jarak tertentu dari data spasial masukan e. 3d analysis, fungsi ini terdiri dari sub sub fungsi yang berhubungan dengan presentasi data spasial dalam ruang tiga dimensi f. Digital image processing, fungsi ini dimiliki oleh perangkat SIG yang berbasis raster untuk mengolah citra digital (Eddy Prahasta, 2001) WebSIG Web GIS adalah salah satu jenis sistem informasi yang terdistribusi (Fu & Sun, 2011). Bentuk paling sederhana dari Web GIS setidaknya memiliki masing masing sebuah server dan client, dimana server adalah server aplikasi Web, dan client adalah web browser, aplikasi desktop, atau aplikasi mobile. Server memiliki URL sehingga client dapat menemukannya di internet. Client bergantung pada spesifikasi HTTP untuk mengirim permintaan ke server. Setelah itu server menerima operasi GIS yang diminta dan mengirim respon ke client juga melalui HTTP. Format respon jawaban tersebut bisa HTML yang digunakan web browser client, atau format lain seperti binary image, XML (Extensible Markup Language), atau JSON (JavaScript Object Notation). Web GIS sering dianggap sebagai GIS yang dijalankan pada web browser, tetapi definisi ini terbatas pada klien pengguna desktop dan mobile. Padahal, artian sebenarnya dari web GIS adalah segala macam SIG yang menggunakan teknologi 8

9 web. Dalam arti sempit, Web GIS adalah SIG yang menggunakan teknologi web untuk komunikasi antar komponennya. Web-GIS sendiri memiliki hubungan yang dekat dengan dua jenis SIG lainnya, yaitu Internet GIS dan Web geospasial (Peng & Tsou, 2003). Walaupun internet GIS dan Web GIS sering dianggap sama, sebenarnya ada perbedaan yang jelas antara keduanya. Internet bisa digunakan dengan berbagai macam jenis servis, sedangkan web hanya bisa salah satu dari servis servis tersebut. SIG yang menggunakan servis internet, bukan hanya web, dapat diartikan sebagai internet GIS, sehingga internet GIS lebih luas daripada Web-GIS. Realitanya, web merupakan servis utama dan sering digunakan dalam internet sehingga web GIS merupakan bagian kecil dari Internet GIS. GIS Distributed Internet GIS Web GIS Gambar 2.1. Ruang lingkup GIS (Sumber: Fu Pinde & Sun Jiulin, Web GIS, Principles and Applications) Google Maps API Google API dapat dikatakan sebagai salah satu bagian dari Framework Google. Google menyediakan berbagai API (Application Programming Interface) yang sangat berguna bagi pengembang web maupun aplikasi desktop untuk memanfaatkan berbagai fitur yang disediakan oleh Google, seperti AdSense, Search engine, Translation maupun YouTube. 9

10 API secara sederhana bisa diartikan sebagai kode program yang merupakan antarmuka atau penghubung antara aplikasi atau web yang kita buat dengan fungsifungsi yang dikerjakan. Misalnya dalam hal ini Google API berarti kode program (yang disederhanakan) yang dapat pengguna tambahkan pada aplikasi atau web untuk mengakses/ menjalankan/ memanfaatkan fungsi atau fitur yang disediakan Google. Sebagai salah satu contoh, bisa menambahkan fitur Google Map pada website. Google API dapat dipelajari langsung melalui Google Code. Melalui Google Code kita dapat belajar tentang Google API dan dapat mengimplementasikan pada aplikasi web atau website yang kita kembangkan. Ada banyak API yang disediakan oleh Google, beberapa diantaranya antara lain adalah: 1. Language API: untuk memanfaatkan fitur translation yang dimiliki Google. 2. Earth API: memanfatkan fitur yang ada pada Google Earth 3. Javascript API 4. Maps API: memanfaatkan fitur yang ada pada Google Maps 5. Search API: memanfaatkan fitur pencarian pada Google Search 6. Visualization API: membuat grafik maupun chart dengan Google API 7. YouTube API: memanfaatkan fitur yang ada pada YouTube misalnya untuk pencarian video Google Maps sendiri adalah layanan gratis yang diberikan oleh Google dan sangat popular. Google Maps adalah suatu peta dunia yang dapat digunakan untuk melihat suatu daerah dari mana saja pengguna berada. Dengan kata lain, Google Maps merupakan suatu peta yang dapat dilihat dengan menggunakan suatu browser internet. Selain itu pengguna juga dapat menambahkan fitur Google Maps dalam web yang dibuat atau pada blog, baik menggunakan fitur Google Maps versi berbayar maupun gratis dengan Google Maps API. Google Maps API adalah kumpulan API atau library berisi kode kode yang memungkinkan pengguna untuk menampilkan data di Google Map yang telah 10

11 disesuaikan. Pengguna dapat membuat aplikasi web dan seluler dengan platform yang dibuat oleh Google termasuk data citra satelit, Street View, profil ketinggian, petunjuk arah mengemudi, peta dengan tampilan khusus, analisis, dan basis data dengan tempat penampungan data yang luas. Dengan cakupan global yang paling akurat di dunia dan komunitas pemetaan yang aktif dalam membuat pembaruan setiap harinya, pengguna akan mendapatkan manfaat dari layanan dengan baik. Adapun kelebihan dari penggunaan Google Maps API dalam pembuatan peta digital pada web adalah : Memiliki fungsi fungsi yang cukup lengkap dan mudah digunakan Google Maps adalah layanan pemetaan online yang paling banyak digunakan di seluruh penjuru dunia, dengan lebih dari 2 juta situs dan aplikasi. Dengan Google Maps API, pengguna dapat memilih dan memberikan pengaturan yang cukup lengkap untuk baik pembuat web ataupun pengguna tahap akhir dari web yang bersangkutan. Citra Berkualitas Tinggi Katalog global yang berisi citra udara beresolusi tinggi yang ditawarkan oleh Google Earth juga tersedia di Google Maps API. Google Maps API menyertakan akses ke citra dengan elevasi 45 derajat di lebih dari 120 kota di seluruh dunia, sehingga pengguna dapat menjelajahi data dengan perspektif yang unik dalam area tertentu. Dapat Digunakan pada Berbagai Perangkat Mengingat perkembangan informasi yang sangat cepat terutama dengan adanya smartphone dalam berbagi informasi, seiring berjalannya waktu pelayanan untuk pengguna smartphone juga ikut berkembang. Dengan Google Maps API, pengguna dapat membuat aplikasi berbasis lokasi yang dapat digunakan melalui browser web, perangkat seluler, atau aplikasi yang dibuat secara khusus. 11

12 1.6.4 HTML HTML pertama kali ditemukan pada tahun 1980 seorang ahli fisika bernama Tim Berners-Lee. Tim Berners-Lee selain merupakan ahli fisika adalah seorang kontraktor di CERN (Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir) yang kemudian mengusulkan dan menyusun ENQUIRE, sebuah sistem untuk ilmuwan CERN dalam membagi dokumen. Sembilan tahun kemudian, Berners-Lee mengusulkan adanya sistem markah berbasis internet. Berners-Lee menspesifikasikan HTML dan menulis jaringan beserta perangkat lunaknya di akhir tahun 1990 berkolaborasi dengan Robert Cailliau yang merupakan seorang insinyur sistem data CERN. Penjelasan pertama yang dibagi untuk umum dari HTML adalah sebuah dokumen yang disebut "HTML Tags"yang pertama kali disebutkan di Internet oleh Tim Berners-Lee pada akhir Tag atau tanda ini menggambarkan 18 elemen awal mula yang merupakan versi sederhana dari HTML. Hyper Text Markup Language (HTML) adalah suatu bahasa standar yang digunakan untuk menampilkan halaman web. Adapun fungsi yang bisa dilakukan oleh HTML adalah: Mengatur tampilan dari halaman web beserta isinya Membuat tabel dalam halaman web Mempublikasikan halaman web secara online Membuat form yang bisa digunakan untuk menangani registrasi dan transaksi via web Menambahkan objek objek seperti citra, audio, video, animasi, dan java applet dalam halaman web Menampilkan area canvas (gambar) pada browser Elemen Kartografi Multimedia Menurut Peterson, (2007) terdapat lima prinsip yang dapat dikenali dalam pekerjaan yang berbasis kartografi multimedia. Prinsip pertama berkaitan dengan ketidakcukupan peta dalam bentuk kertas untuk merepresentasikan dan 12

13 menyampaikan informasi spasial lingkungan, khususnya beraneka segi dan karakter yang dinamis. Prinsip yang kedua adalah mengenai pendistribusian peta dalam bentuk kertas baik harga produksinya maupun penyebarannya. Prinsip yang ketiga adalah hubungan dengan perbedaan dalam penggunaan peta dari masing masing individu, dan meskipun berlaku secara umum diterima dalam kartografi tidak semua lapisan masyarakat dapat menggunakan peta dalam bentuk kertas atau tidak dapat menggunakan peta dengan efektif. Prinsip keempat mengenai nilai intrinsic yang terkandung dalam multimedia kedalam peta dapat meningkatkan hasil informasi yang disampaikan dan transfer pengetahuan. Prinsip yang kelima secara umum, tugas moral pembuat peta adalah harus bisa mengkomunikasikan informasi spasial secara efektif kepada seluruh pengguna peta yang sekian banyaknya Unsur Penggolongan Pasar Modern Bila berdasarkan pada unsur unsur pasar modern yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, terdapat empat unsur dasar yang digunakan untuk menggolongkannya (Utami, 2006), yaitu: a. Jenis barang yang dijual Merupakan jenis jenis barang yang dijual pada pasar modern tersebut, seperti obat obatan, makanan, dan lain lain. Jadi barang pada tiap pasar modern yang dijual bisa berbeda beda jenisnya, semisal minimarket lebih ke kebutuhan sehari hari, dan supermarket cenderung ke kebutuhan rumah non harian, semisal alat pembersih dan sebagainya. b. Perbedaan dan keanekaragaman barang yang dijual Perbedaan barang yang dimaksud adalah jumlah dari kategori barang yang ditawarkan oleh pasar modern, sedangkan keanekaragaman barang yang dijual adalah jumlah jenis barang yang berbeda dalam satu toko. Jadi sebagai contoh untuk minimarket yang menjual 5 jenis sabun cuci, sedangkan pada supermarket dan hipermarket bisa menjual lebih dari 5 jenis. c. Tingkat layanan konsumen Pasar modern dibedakan berdasarkan pada jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Jadi yang dimaksud adalah tingkat pelayanan dari satu pasar modern 13

14 tersebut. Untuk minimarket memiliki jangkauan pelayanan yang lebih sempit daripada supermarket, dan juga supermarket memiliki jangkauan yang lebih sempit daripada hipermarket. d. Harga Barang Pasar modern dapat dibedakan dari tingkat harga dan biaya dari suatu produk yang dijual, maksudnya semisal pada department store yang memiliki harga lebih murah daripada harga di minimarket untuk barang yang sama, karena faktor biaya, keuntungan, lokasi, pelayanan, dan stock keeping unit Klasifikasi Pasar Modern Bisnis waralaba bidang retail saat ini sedang berkembang di Indonesia. Pada dasarnya minimarket semacam ini tidak berbeda jauh dengan minimarket minimarket penyedia kebutuhan biasanya, namun memiliki kelebihan pada fasilitas dan pelayanannya yang tidak dimiliki oleh minimarket biasa. Penjualan jasa ini disebut real services (Ayuningtyas, 2011). Pada umumnya minimarket retail dan pasar tradisional bukan merupakan pesaing, karena perbedaan jenis dan target pasarnya, seperti pada penelitian kajian persaingan dalam industri retail oleh Tulus Tambunan (2004), bahwa antara masing masing kelas retail atau jenis supermarket dengan pasar tradisional, bukan merupakan pesaing. Yang menjadi pesaing adalah pada tingkatan retail yang sama. Dari unsur unsur tersebut industri retail modern dapat dikelompokkan menjadi Minimarket, Supermarket, dan hipermarket (pasal 1 angka 5 Pepres 112 tahun 2007). Contoh dari industri retail yang berkembang cukup pesat di masyarakat dan paling sering ditemukan adalah minimarket dan supermarket. 1. Minimarket Minimarket atau Convenience store merupakan salah satu bentuk industri ritel yang memiliki keragaman jenis produk yang terbatas. Luasan dari minimarket ini biasanya kurang dari 350m2 dan menjual produk dengan lini yang terbatas dari produk produk yang berkaitan dengan kebutuhan sehari hari dan perputaran yang terjadi relatif cepat. Hal ini disebabkan tujuan dari minimarket 14

15 yang memiliki sasaran konsumen yang membutuhkan pembelian secara cepat tanpa harus susah payah dalam mencari produk yang diinginkan oleh konsumen. Maka dari itu letak dari minimarket lebih tersebar dan perkembangannya lebih pesat, serta memiliki harga yang lebih tinggi daripada supermarket pada umumnya untuk suatu produk yang sama. 2. Supermarket Supermarket adalah bentuk yang dapat dikatakan sebagai pengembangan dari minimarket, dimana pada supermarket memiliki ukuran yang lebih besar dan produk yang lebih variatif. Supermarket memiliki luas lantai sampai meter persegi dengan variasi produk yang dijual untuk makanan sekitar 30 40%, dan untuk produk bukan makanan sekitar 60 70%. Supermarket jenis ini termasuk supermarket yang tumbuh dengan cepat. Untuk persediaan yang dimiliki sekitar item. Supermarket jenis ini memiliki kelebihan sebagai tempat belanja dalam satu atap (one stop shopping) sehingga banyak pengunjung yang datang dari tempat jauh. 3. Hipermarket Hipermarket merupakan supermarket yang memiliki luas antara lebih dari meter persegi dengan kombinasi produk makanan 60 70% dan produk umum 30 40%. Hipermarket merupakan salah satu bentuk supermarket yang memiliki persediaan lebih banyak dibandingkan dengan supercenter, dimana memiliki lebih dari item yang meliputi produk makanan, perkakas (hardware), peralatan olahraga, furniture, dan sebagainya. Dengan demikian hipermarket adalah toko eceran yang mengkombinasikan pasar swalayan dan pemberi diskon lini penuh. Klasifikasi standar yang diterapkan berdasarkan SNI ( SNI poin 7.5 ) untuk pasar modern dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Pusat perbelanjaan lokal, jangkauan pelayanan meliputi 3000 sampai penduduk. Pada umumnya barang yang diperdagangkan adalah barang barang primer (sehari hari). Radius pelayanan sekitar meter atau 15

16 15 menit jalan kaki, dan lokasi sekitar permukiman, contohnya adalah minimarket seperti alfamart, indomaret. 2. Pusat perbelanjaan lingkungan, dimana meliputi penduduk. Pada umumnya barang yang diperdagangkan adalah barang sekunder (kebutuhan berkala). Radius wilayah tingkat kecamatan dimana pencapaian 2500 meter dengan kendaraan cepat, 1500 meter bila menggunakan kendaraan lambat, dan 500 meter bila dengan jalan kaki. Contoh dari pusat perbelanjaan lingkungan adalah swalayan atau supermarket 3. Pusat perbelanjaan kota dengan jangkauan pelayanan sampai penduduk. Barang yang ditawarkan terbilang lengkap dan memiliki fasilitas toko, bioskop, rekreasi, bank, dan lain - lain. Untuk radius pencapaian kurang lebih sampai dengan 25 menit bila menggunakan kendaraan, dan berlokasi di sekitar perkantoran. Contoh tipe pasar modern ini adalah mall atau hipermarket Berdasarkan pada uraian diatas baik dari Pepres 112 tahun 2007 maupun dari SNI, maka untuk penelitian kali ini menggunakan pembagian atau klasifikasi pasar modern menjadi 3 jenis, yaitu minimarket, supermarket, dan hipermarket. 1.7 Ulasan Penelitian Sebelumnya Penelitian tentang yang berkaitan dengan analisis penentuan lokasi untuk industri retail sendiri sebenarnya sudah dilakukan oleh beberapa peneliti, tetapi dari masing masing peneliti memiliki suatu ciri khas yang dapat membedakan penelitian antar satu sama lain. Andriyani (2006) mengkaji tentang pemanfaatan aplikasi sistem informasi geografis dan bantuan citra Quickbird untuk kajian pengembangan pasar. Penelitian ini menggunakan analisis allocate untuk mengetahui tingkat pelayanan dari pasar tradisional di Yogyakarta. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data potensi demand dan data ruas jalan di Yogyakarta. Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebenarnya pelayanan pasar di Yogyakarta sebagian besar telah memenuhi permintaan konsumen, karena terbukti di beberapa daerah terdapat overlap dari dua pasar atau lebih. 16

17 Setyawarman (2006) mengkaji pola sebaran dan faktor faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi retail modern di Kota Surakarta. Peneliti menggunakan perpaduan antara analisis nearest neighbor dan analisis komprehensif. Data yang digunakan adalah data eksisting dari lokasi minimarket serta parameter parameter yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi retail modern, seperti demografi, sosio-ekonomi konsumen, psikografis, aksesibilitas, persaingan dan perubahan permintaan. Dari hasil analisis tersebut didapatkan informasi pola persebaran dari retail modern, yang kemudian dikembangkan menjadi rekomendasi rekomendasi berkaitan dengan pembangunan jangka panjang Ayuningtyas (2011) mengkaji tentang penentuan lokasi prioritas untuk dibangunnya minimarket di kabupaten Sleman. Analisis yang digunakan adalah analisis network (service area) dari minimarket yang telah ada, yang kemudian dikombinasikan dengan pola permukiman untuk menghasilkan titik-titik lokasi yang potensial untuk dibangunnya minimarket. Dari titik-titik tersebut kemudian di simulasikan dan dipadukan dengan potensi demand yang ada sehingga dapat diidentifikasi lokasi mana yang jadi prioritas. Purwanto (2013) mengkaji tentang distibusi, pola, dan juga kecenderungan spasial dari lokasi minimarket di Kota Yogyakarta. Analisis yang digunakan adalah analisis statistik spasial untuk mengukur pola distribusi dari minimarket yang ada di Kota Yogyakarta dan juga kecenderungan spasial bila dikaitkan dengan kondisi lahan. Dari hasil analisis tersebut kemudian didapatkan rekomendasi lokasi dari minimarket yang dapat dibangun di wilayah Kota Yogyakarta. Alif Rahmadani (2015) mengkaji tentang sistem informasi geografis untuk penentuan lokasi industri retail berbasis Web-GIS di wilayah Kota Madiun. Untuk analisis yang dilakukan adalah service area berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu Pepres No 112 tahun 2007, yang kemudian dikombinasikan dengan pola permukiman dan potensi demand untuk mengetahui karakteristik prioritas untuk dibangunnya suatu retail modern di seluruh wilayah kota Madiun. Hasil dari analisis tersebut kemudian akan dimasukkan kedalam sistem berbasis web untuk bisa digunakan secara umum. 17

18 Penjelasan di atas dapat diperjelas dengan tabel berikut ini: 18

19 Tabel 1.1 Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya No Nama Peneliti dan Judul Penelitian 1 Anita Andriyani, Pemanfaatan Citra Quickbird dan Sistem Informasi Geografis untuk Kajian Arahan Pengembangan Pasar di Kota Yogyakarta 2 Adityo Setyawarman, Pola Sebaran dan Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Retail Modern (Studi Kasus Kota Surakarta) 3 Rizky Ayuningtyas, Aplikasi Sistem Informasi geografis untuk Penentuan Lokasi Prioritas Minimarket (Waralaba Tingkat Lokal) Menggunakan Citra Quickbird di Daerah Kota Yogyakarta Bagian Timur Tahun Tujuan Metode Parameter Hasil 2006 Mengetahui tingkat pelayanan pasar tradisional di Jogjakarta 2009 Mengkaji pola sebaran dan faktor - faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan lokasi retail modern di Kota Surakarta 2011 Menentukan lokasi prioritas untuk minimarket Teknik Analisis Allocate nearest neighbour analysis dan analisis komprehensif. Analisis Network, dan analisis overlay berjenjang, Potensi Demand, Data ruas jalan demografi, sosioekonomi konsumen, psikografis, aksesibilitas, persaingan dan perubahan permintaan Perpres, Pola Permukiman, Potensi Demand, Data Ruas Jalan Peta Tingkat Pelayanan Pasar Tradisional di Wilayah Yogyakarta Pola Sebaran Retail Modern dan Tradisional Kota Surakarta dan rekomendasi untuk pemerintah kota Surakarta Lokasi prioritas untuk minimarket di Kabupaten Sleman 4 Taufik Hery Purwanto, Pola, Hubungan, dan Arah Perkembangan Minimarket di Yogyakarta Melalui Analisis Spasial 2013 Mengetahui Distribusi, Pola, dan Kecenderungan Spasial untuk menentukan lokasi minimarket di Kota Yogyakarta Spatial Pattern Analysis Jumlah penduduk, Penggunaan lahan, fungsi jalan, jangkauan pelayanan, jarak antar minimarket Rekomendasi lokasi minimarket di Kota Yogyakarta 19

20 5 Alif Rahmadani, Sistem Informasi Untuk Perizinan Lokasi Retail Pasar Modern Berbasis Web Di Kota Madiun 2015 Membuat Web-GIS untuk kesesuaian lokasi Retail Modern Analisis Network, overlay berjenjang Perpres, Pola Permukiman, Kepadatan Penduduk, Data Ruas Jalan, Web-GIS kesesuaian lokasi retail modern di Kota Madiun 20

21 1.8 Kerangka Pemikiran Penelitian didasari oleh munculnya pasar modern sebagai alternatif baru dalam pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap kebutuhan yang sifatnya cenderung untuk keperluan sehari hari. Pasar modern memiliki kelebihan dalam sisi pelayanan, karena konsumen bisa dengan mudah memilih barang yang dia butuhkan dan didukung dengan tingkat kenyamanan yang lebih baik daripada pasar tradisional pada umumnya, walaupun bila ditinjau dari sisi harga terdapat sedikit perbedaan dimana pada pasar modern cenderung lebih mahal. Kelebihan inilah yang menyebabkan pasar modern lebih diminati oleh konsumen, sehingga pada kecenderungan dari cara belanja konsumen terjadi pergeseran dari yang sebelumnya ke pasar tradisional menjadi pasar modern. Hal inilah yang menyebabkan pasar modern lebih dilirik oleh investor karena lebih menguntungkan bila dibandingkan pasar tradisional. Maka dari itu, sampai sekarang pertumbuhan dari pasar modern terbilang sangat pesat. Pertumbuhan dari pasar modern yang sangat pesat itulah yang sekarang menjadi sorotan, karena terjadi beberapa masalah yang disebabkan oleh pertumbuhan tersebut. Salah satu masalah yang timbul adalah terjadinya penurunan konsumen pasar tradisional karena beralih ke pasar modern. Hal inilah yang menyebabkan menurunnya omset dari pasar tradisional, dan implikasinya banyak dari pedagang pasar tradisional yang merugi bahkan gulung tikar. Masalah lain yang timbul ialah pertumbuhan dari pasar modern yang mulai tidak terkendali bahkan melebihi permintaan dari konsumen yang ada, sehingga beberapa retail pasar modern ada yang merugi. Karena itulah, peran pemerintah diperlukan sebagai penengah baik antara pedagang pasar tradisional dengan pengusaha pasar modern, maupun sesama pengusaha pasar modern agar terjadi kestabilan antara penawaran dan permintaan dari konsumen. Maka dari itu pemerintah membuat peraturan untuk membatasi dari pertumbuhan pasar modern tersebut, dimana secara umum adalah pada Perpres nomor 21

22 112 tahun 2007 yang mengatur tentang pasar modern, dan beberapa daerah tertentu yang sudah membuat Perda khusus yang sifatnya mengatur untuk retail pasar modern tersebut. Masalah selanjutnya yang timbul adalah implementasi dari peraturan yang kurang kuat, sehingga pada kondisi di lapangannya banyak terjadi pelanggaran. Hal ini dikarenakan juga belum tersosialisasinya secara baik peraturan-peraturan tersebut, sehingga perlu adanya suatu bentuk sosialisasi yang lebih baik agar dari para pengusaha dapat mengetahui dan mematuhi peraturan tersebut, sedangkan masyarakat secara umum dapat mengawasinya untuk mengurangi atau mencegah pelanggaran yang terjadi. Pada peraturan tersebut diatur ketentuan-ketentuan seperti jarak minimal dari pasar tradisional, tingkat aksesibilitabuts atau ruas jalan yang diperbolehkan untuk masing masing jenis pasar modern. Peraturan tersebut akan diolah kedalam bentuk spasial sehingga dapat diketahui persebaran dari area yang diizinkan dan mana yang tidak dapat dibangun retail modern tersebut. Tiap daerah yang diperbolehkan akan dianalisis potensi yang dimiliki dari sisi pola permukiman dan kepadatan penduduknya untuk mengetahui tingkat prioritas dari masing-masing lokasi. Hasil dari analisis prioritas tersebut selanjutnya akan diolah lebih lanjut kedalam format web agar bisa digunakan secara umum. Pada web-gis yang terbentuk user akan dapat melakukan input koordinat yang kemudian akan ditampilkan pada muka peta dan sistem akan dapat mengetahui apakah diperbolehkan atau tidak bila di daerah hasil input user tadi akan dibangun salah satu jenis pasar modern. Apabila diperbolehkan, maka akan dapat diketahui pula potensi potensi yang dimiliki seperti tingkat prioritas dan kemungkinan jumlah konsumen yang terlayani. 22

23 Pasar modern Pasar tradisional Konsumen Jumlah konsumen pasar modern bertambah Jumlah konsumen pasar tradisional berkurang Omset pasar modern bertambah Omset pasar tradisional menurun Investor Jumlah pasar modern bertambah Peraturan Pemerintah Lokasi strategis Lokasi diperbolehkan Lokasi dilarang GIS WEB WebGIS Kesesuaian Lokasi Pasar Modern Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran 23

24 24

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Pada dasarnya sistem informasi merupakan suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB. Nurul Hilmy Rahmawati NRP:

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB. Nurul Hilmy Rahmawati NRP: TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB Nurul Hilmy Rahmawati NRP: 1210100023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

Perancangan Website Ujian. Teknik Elektro UNDIP Berbasis HTML

Perancangan Website Ujian. Teknik Elektro UNDIP Berbasis HTML TUGAS TEKNOLOGI INFORMASI Perancangan Website Ujian Teknik Elektro UNDIP Berbasis HTML OLEH: AULIA RAHMAN 21060113120007 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014 Abstrak

Lebih terperinci

WEBGIS. Tujuan. Arna fariza. Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Memahami tentang Web GIS Mengetahui software2 untuk Web GIS

WEBGIS. Tujuan. Arna fariza. Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Memahami tentang Web GIS Mengetahui software2 untuk Web GIS WEBGIS Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Setelah menyelesaikan bab ini, anda diharapkan dapat: Memahami tentang Web GIS Mengetahui software2 untuk Web GIS 1 Overview Web GIS GIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterkaitannya (inter-relasi) di dalam (usaha) mencapai suatu tujuan (atau sasaran bersama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Karya tulis ini mengacu beberapa karya tulis yang telah dibuat sebelumnya yang teknologi dan sistem kerjanya berhubungan dengan karya tulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang sama pernah dilakukan sebelumnya oleh Bambang Pramono (2016) di STMIK AKAKOM dalam skripsinya yang berjudul Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sebuah sistem pencarian lokasi kuliner berbasis mobile web untuk wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. sebuah sistem pencarian lokasi kuliner berbasis mobile web untuk wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2011) tentang aplikasi pencarian lokasi kuliner di Yogyakarta. Penelitian tersebut telah menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1. Sistem Informasi Sistem informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan

Lebih terperinci

3.1 APLIKASI YANG DITANGANI OLEH CODE GENERATOR

3.1 APLIKASI YANG DITANGANI OLEH CODE GENERATOR BAB III ANALISIS Bab ini berisi analisis mengenai aplikasi web target code generator, analisis penggunaan framework CodeIgniter dan analisis perangkat lunak code generator. 3.1 APLIKASI YANG DITANGANI

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu teknologi informasi berbasis komputer yang digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi dan menyajikan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI II-1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Geografis Dalam pembangunan Sistem Informasi Geografis Kabupaten Kepulauan Anambas untuk lokasi pariwisata, penulis akan menjelaskan beberapa materi mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008, diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas hal-hal yang mendasari dibuatnya aplikasi JOGIFT, arsitektur, bahasa pemrograman dan tools yang digunakan dalam pembuatan aplikasi JOGIFT. 3.1 Produk Pengertian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1. Sistem Informasi Sistem presensi menggunakan QRCode dan ijin berbasis web dan mobile merupakan sistem informasi yang digunakan untuk menyelesaika masalah presensi dan ijin

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN LAHAN POTENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN LAHAN POTENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING REVIEW JURNAL SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN LAHAN POTENSIAL DENGAN MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DISUSUN OLEH 1. Adriyanto Prasetyo (K3513003) 2. Muhammad Cholid Arrofiq (K3513041) PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Objek Metode Bahasa Pemrograman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Objek Metode Bahasa Pemrograman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini digunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Tabel 2.1 Perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembang cepatnya kemajuan IPTEK di era globalisasi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembang cepatnya kemajuan IPTEK di era globalisasi seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembang cepatnya kemajuan IPTEK di era globalisasi seperti sekarang ini telah meningkatkan kebutuhan masyarakat akan teknologi yang sekaligus telah mengubah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori dasar yang digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam membangun aplikasi. Karena topik dari penulis memiliki sedikit nilai fotografi,

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI Bab ini akan membahas hal-hal yang mendasari dibuatnya aplikasi Futsal Track, arsitektur, bahasa pemrograman dan tools yang digunakan dalam pembuatan aplikasi Futsal Track. 3.1 Arsitektur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian terkait dengan Sistem Informasi Geografis pernah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian terkait dengan Sistem Informasi Geografis pernah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian terkait dengan Sistem Informasi Geografis pernah dilakukan oleh Pramono (2016) di STMIK AKAKOM. Sistem yang telah dibangun menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II. Gambar 1. Komponen Kunci Sistem Informasi Geografis

BAB II. Gambar 1. Komponen Kunci Sistem Informasi Geografis BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografi (SIG) sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografis, metode, dan personil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hotel Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan teori teori yang melandasi didalam pembangunan aplikasi yang akan dibuat.

BAB III LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan teori teori yang melandasi didalam pembangunan aplikasi yang akan dibuat. BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dipaparkan teori teori yang melandasi didalam pembangunan aplikasi yang akan dibuat. 3.1. Definisi Parkir Menurut Andi Prasetya Utomo (2013), parkir merupakan keadaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diperlukan dalam pembangunan website e-commerce Distro Baju MedanEtnic.

BAB II LANDASAN TEORI. diperlukan dalam pembangunan website e-commerce Distro Baju MedanEtnic. 2 BAB II LANDASAN TEORI Untuk menunjang penulisan Tugas Akhir ini, diambil beberapa bahan referensi seperti bahasa pemrograman PHP dan MySQL, serta beberapa bahan lainya yang diperlukan dalam pembangunan

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi

RINGKASAN SKRIPSI. Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi RINGKASAN SKRIPSI Telkom Flexi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Teknologi Informatika dengan produk yang bernama Flexi. Telkom Flexi tersebut merupakan suatu operator yang menggunakan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA Disusun Oleh : Widya Lestafuri K3513074 Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA BEKASI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA BEKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENDIDIKAN KOTA BEKASI Lingga Prayoga (11104008) Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma Email : yoga_206@yahoo.com ABSTRAK Informasi tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, indentifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah yang mendefinisikan ruang lingkup penelitian tugas akhir, tujuan penelitian,

Lebih terperinci

Oleh : Dosen Pembimbing : Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc Hadziq Fabroyir, S.Kom

Oleh : Dosen Pembimbing : Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc Hadziq Fabroyir, S.Kom Sistem Informasi Geografis untuk Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia Oleh : I G.L.A. Oka Cahyadi P. 5106100061 Dosen Pembimbing : Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc. 132 309 747 Hadziq Fabroyir, S.Kom 051

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta merupakan kota dengan penduduk terpadat di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 9.607.787 jiwa. Salah satu

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu 6 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pariwisata yang telah dilakukan sebelumnya, seperti yang dikemukakan dalam penelitian yang berjudul Sistem Pendukung Keputusan Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir, hal itu menjadi sebuah peluang bagi para pengembang Information

BAB I PENDAHULUAN. akhir, hal itu menjadi sebuah peluang bagi para pengembang Information BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring dengan teknologi yang terus berkembang seakan tidak ada titik akhir, hal itu menjadi sebuah peluang bagi para pengembang Information Technology (IT). Apalagi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1 Sistem Informasi Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu. Terdapat dua kelompok pendekatan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. AKAKOM yang akan melakukan Praktik Kerja Lapangan Yang dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. AKAKOM yang akan melakukan Praktik Kerja Lapangan Yang dimana BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam usulan penulis yang membedakan dari usulan judul yaitu dimana penelitian ini menggunakan algoritma Dijkstra yang dimana algoritma ini

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN MADRASAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Ahmad Hasanuddin, Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri (UNISI) Jl.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI SURAKARTA Di Susun Oleh : RATIH ISNAINI K3513055 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 7 NO. 1 Maret 2014

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 7 NO. 1 Maret 2014 PETA DIGITAL INTERAKTIF DENGAN MENGGUNAKAN XML (Studi Kasus Politeknik Negeri Padang) Erwadi Bakar 1 Rita Afyenni 2 ABSTRACT The digital map is a representation of geographic phenomena, have a certain

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komputer adalah kekuatan yang dominan di dalam masyarakat. Penggunaannya terus saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Komputer adalah kekuatan yang dominan di dalam masyarakat. Penggunaannya terus saja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer adalah kekuatan yang dominan di dalam masyarakat. Penggunaannya terus saja berkembang dari tahun ke tahun yang mulanya hanya sebagai mesin pengolah informasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. sistem, pengertian sistem informasi, sumber dari sistem informasi, dan metodemetode. lainnya yang dipakai dalam pembahasan.

BAB III LANDASAN TEORI. sistem, pengertian sistem informasi, sumber dari sistem informasi, dan metodemetode. lainnya yang dipakai dalam pembahasan. BAB III LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan membahas tentang landasan teori, dimana teori yang dipakai adalah teori yang digunakan oleh para penulis yang terkenal dan telah banyak mengeluarkan buku-buku yang

Lebih terperinci

PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA

PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA SISFO-Jurnal Sistem Informasi PEMANFAATAN GOOGLEMAPS UNTUK PEMETAAN DAN PENCARIAN DATA PERGURUAN TINGGI NEGERI DI INDONESIA Umi Laili Yuhana 1, I G.L.A. Oka Cahyadi P. 2, Hadziq Fabroyir 1 1 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Untuk siswa Kelas X TKJ SMK Negeri 3 Balikpapan.

Untuk siswa Kelas X TKJ SMK Negeri 3 Balikpapan. Untuk siswa Kelas X TKJ SMK Negeri 3 Balikpapan www.bambangherlandi.web.id Pemrograman web diambil dari 2 suku kata yaitu pemrograman dan web. Pemrograman diartikan proses, cara, perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi atau sosial (Sirojuzilam,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi atau sosial (Sirojuzilam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lokasi merupakan penjelasan yang dikaitkan dengan tata ruang dari suatu kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang mencakup sistem operasi, middleware, dan aplikasi. Android menyediakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang mencakup sistem operasi, middleware, dan aplikasi. Android menyediakan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Android Android adalah sebuah sistem operasi untuk perangkat mobile berbasis linux yang mencakup sistem operasi, middleware, dan aplikasi. Android menyediakan platform terbuka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin,

BAB II LANDASAN TEORI. di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sekilas Mengenai Web Internet sudah menjadi hal yang sangat dekat bagi masyarakat ataupun penggunanya di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan Algoritma A* dan Dijkstra ini menggunakan model waterfall. Model waterfall penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Adapun tinjauan pustaka yang digunakan sebagai berikut : Table 2.1 Tabel Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Adapun tinjauan pustaka yang digunakan sebagai berikut : Table 2.1 Tabel Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Adapun tinjauan pustaka yang digunakan sebagai berikut : Table 2.1 Tabel Tinjauan Pustaka No Penulis Judul penelitian Bahasa pemograman Interface

Lebih terperinci

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP

APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP Media Informatika, Vol. 4, No. 1, Juni 2006, 13-26 ISSN: 0854-4743 APLIKASI BERBASIS WEB PEMETAAN INFORMASI PADA GAMBAR BITMAP M. Irfan Ashshidiq, M. Andri Setiawan, Fathul Wahid Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Swalayan merupakan pasar modern yang menjual segala kebutuhan seharihari seperti bahan makanan, minuman dan barang kebutuhan lainnya secara ritel. Pasar swalayan di

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1 Sistem Informasi Sistem informasi (IS) merupakan kombinasi yang terorganisir antara manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, sumber daya data, kebijakan dan prosedur.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Metode dan Teori-Teori Sistem Informasi Geografis. Pengembangan perangkat lunak mempunyai langkah-langkah yang terstruktur

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Metode dan Teori-Teori Sistem Informasi Geografis. Pengembangan perangkat lunak mempunyai langkah-langkah yang terstruktur II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode dan Teori-Teori Sistem Informasi Geografis 2.1.1 Model Sekuensial Linear Pengembangan perangkat lunak mempunyai langkah-langkah yang terstruktur agar sistem yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI III.1. Sistem Informasi Sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk mecapai suatu tujuan, sedangkan

Lebih terperinci

Pertemuan XI Database Connectivity Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika. Caca E. Supriana, S.Si.,MT.

Pertemuan XI Database Connectivity Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika. Caca E. Supriana, S.Si.,MT. Pertemuan XI Database Connectivity Fak. Teknik Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan Caca E. Supriana, S.Si.,MT. caca.e.supriana@unpas.ac.id id 2014 Database Connectivity Database Connectivity

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Sistem Informasi II.1.1. Sistem Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai

Lebih terperinci

lebih memilih internet sebagai sumber informasinya. Dengan alasan bahwa informasi yang disajikan akurat dan selalu baru. Salah satu bentuk pelayanan d

lebih memilih internet sebagai sumber informasinya. Dengan alasan bahwa informasi yang disajikan akurat dan selalu baru. Salah satu bentuk pelayanan d WEB SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNIVERSITAS DI DKI JAKARTA Lindra Yanita, Setia Wirawan Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya, 100, Pondok Cina,Depok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari jumlah dan variasi ritel modern yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Untuk membangun aplikasi ini, ada beberapa dasar penelitian seperti,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Untuk membangun aplikasi ini, ada beberapa dasar penelitian seperti, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk membangun aplikasi ini, ada beberapa dasar penelitian seperti, pencarian lokasi apotek menggunkan sistem operasi android berbasis google

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai dasar teori yang digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam membuat sistem. 3.1 Pariwisata Menurut UU No 10 Tentang Kepariwisataan tahun 2009 pasal 1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya,

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Web Pada awalnya aplikasi web dibangun dengan hanya menggunakan bahasa yang disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya, sejumlah skrip dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Tasikmalaya merupakan kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di jalur utama selatan Pulau Jawa. Kota ini memiliki banyak potensi daerah dan sumber daya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan teori-teori singkat tentang hal yang berhubungan dengan judul dan bahasa pemrograman yang digunakan oleh penulis. Teori ini merupakan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai sistem pelacakan pernah dilakukan sebelumnya oleh Taufiq Hasan yang berjudul Pembangunan Sistem Pencarian Lokasi Kuliner Di Yogyakarta Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer saat ini semakin pesat, khususnya bidang teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini menjadi kebutuhan manusia yang tak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat bergerak (mobile device) berkembang begitu pesat sehingga jika dilihat dari ukuran fisik perangkat tersebut menjadi semakin mengecil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanggungjawab memproses masukan (input) sehingga menghasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanggungjawab memproses masukan (input) sehingga menghasilkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SistemInformasi Sistem Informasi merupakan elemen yang saling berkaitan dan bertanggungjawab memproses masukan (input) sehingga menghasilkan keluaran (output). Sistem informasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen - komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II TINJUN PUSTK 2.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS) merupakan sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memeriksa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih aktual dan optimal. Penggunaan teknologi informasi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN I.. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat cepat telah membawa manusia memasuki kehidupan yang berdampingan dengan informasi dan teknologi itu sendiri. Yang berdampak pada

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kejahatan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring Edisi III mendefinisikan kejahatan sebagai hal-hal yg bersifat kejahatan atau perbuatan yg melanggar hukum pidana. Kartono

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Suzi Oktavia Kunang 1, Ilman Zuhriyadi 2 Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani 3 Palembang, Sumatera Selatan,Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perdagangan, kode yang banyak dipakai adalah barcode (kode batang). Hampir semua barang yang dijual di toko grosir, department store sudah menggunakan dan

Lebih terperinci

APLIKASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL PADA SMA NEGERI 5 BINJAI TUGAS AKHIR FATIMAH

APLIKASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL PADA SMA NEGERI 5 BINJAI TUGAS AKHIR FATIMAH APLIKASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN BERBASIS WEB MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL PADA SMA NEGERI 5 BINJAI TUGAS AKHIR FATIMAH 062406065 PROGRAM STUDI D3 ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem. yang dapat menjelaskan situasi dan keadaan tempat tersebut. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagaimana diketahui, Sistem Informasi Geografis merupakan Sistem Informasi yang menunjukkan letak atau pemetaan pada suatu tempat. Dimana yang dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan tentang beberapa konsep tentang supra desa, Sistem Informasi, web, PHP, framework, Model-View-Controller (MVC), CodeIgniter, MySQL. 3.1 Supra Desa Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih tinggi nilainya (Rhodant, dalam Sigit Pranoto, 2008). Industri kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih tinggi nilainya (Rhodant, dalam Sigit Pranoto, 2008). Industri kecil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Kecil dan Menengah Industri adalah kegiatan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang lebih tinggi nilainya (Rhodant, dalam Sigit Pranoto, 2008). Industri

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. beberapa aktifitas yang dilakukan oleh manusia seperti system untuk software

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. beberapa aktifitas yang dilakukan oleh manusia seperti system untuk software BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Aplikasi Aplikasi merupakan suatu progam yang siap untuk digunakan yang dibuat untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna jasa aplikasi serta penggunaan aplikasi lain yang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS OBJEK WISATA KOTA BANDUNG

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS OBJEK WISATA KOTA BANDUNG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS OBJEK WISATA KOTA BANDUNG (STUDI KASUS PADA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA BANDUNG) Oleh : Ilham Mugni 10108846 Penguji 1 : Riani Lubis, S.T., M.T. Penguji 2 : S. Indriani

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Potensi Usaha Industri Kreatif

Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Potensi Usaha Industri Kreatif Jurnal CoreIT, Vol.2, No.1, Juni 26 Sistem Informasi Geografis untuk Pemetaan Potensi Usaha Industri Kreatif Eko Budi Setiawan 1 1 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipatiukur

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas berbagai teori yang melandasi dalam membangun sistem ini. 3.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2006, p6), sistem informasi adalah serangkaian prosedur formula

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENUNJANG OLAHRAGA DI SURABAYA Alwy Husein, ; Arif Basofi, S.Kom, M.T, OCA, ;

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENUNJANG OLAHRAGA DI SURABAYA Alwy Husein, ; Arif Basofi, S.Kom, M.T, OCA, ; SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENUNJANG OLAHRAGA DI SURABAYA Alwy Husein, 7408030053; Arif Basofi, S.Kom, M.T, OCA, 197609212003121002 ; Reesa Akbar, S.T, ECNA, 197507292001121001 Abstrak - Olahraga adalah

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi web yang semakin berkembang cepat, aplikasi-aplikasi web yang bermunculan juga semakin banyak, dimulai dari aplikasi web

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PELACAKAN DISTRIBUSI DAN MONITOR PERSEBARAN PUPUK STUDI KASUS : WILAYAH JAWA TIMUR

PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PELACAKAN DISTRIBUSI DAN MONITOR PERSEBARAN PUPUK STUDI KASUS : WILAYAH JAWA TIMUR PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK UNTUK PELACAKAN DISTRIBUSI DAN MONITOR PERSEBARAN PUPUK STUDI KASUS : WILAYAH JAWA TIMUR Didit Ardiansyah - Umi Laili Yuhana, S.Kom, M.Sc - Anny Yuniarti, S.Kom, M Comp. Sc

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Tampilan Hasil Penulis merancang program sistem informasi geografis pengiriman buah import pada PT. Sekar Mulia Abadi berbasis Web dengan menggunakan bahasa pemrograman

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN Website Webgis

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Implementasi adalah penerapan cara kerja sistem berdasarkan hasil analisa dan juga perancangan yang telah dibuat sebelumnya ke dalam suatu bahasa pemrograman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Berbasis Web Yang dimaksud dengan aplikasi web atau aplikasi berbasis web adalah aplikasi yang dijalankan melalui browser. Aplikasi seperti ini pertama kali dibangun hanya

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tujuan, latar belakang, gambaran sistem, batasan masalah, perincian tugas yang dikerjakan, dan garis besar penulisan skripsi. 1.1. Tujuan 1. Merancang dan merealisasikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Bab landasan teori akan dijelaskan mengenai teori dasar yang digunakan penulis sebagai acuan dalam pembangunan aplikasi PLESIR. III.1. Pariwisata Pariwisata berasal dari dua kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telah berkembang dengan sangat. pesat dan banyak terdapat layanan jasa informasi sampai penjualan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telah berkembang dengan sangat. pesat dan banyak terdapat layanan jasa informasi sampai penjualan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telah berkembang dengan sangat pesat dan banyak terdapat layanan jasa informasi sampai penjualan dan pembelian secara online baik menggunakan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMBUATAN E-COMMERCE TOKO BUKU DENGAN ASP DAN DATABASE ODBC

TUGAS AKHIR PEMBUATAN E-COMMERCE TOKO BUKU DENGAN ASP DAN DATABASE ODBC TUGAS AKHIR PEMBUATAN E-COMMERCE TOKO BUKU DENGAN ASP DAN DATABASE ODBC TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Fakultas Teknik Jurusan Elektro

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN LANDASAN TEORI TEORI 3 BAB III LANDASAN LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori dasar yang akan digunakan oleh penulis sebagai acuan dalam membangun aplikasi. 3.1 Lelang Menurut Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa

A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa A. Pendahuluan Sistem Informasi Geografis/GIS (Geographic Information System) merupakan bentuk cara penyajian informasi terkait dengan objek berupa wilayah dalam bentuk informasi spatial (keruangan). GIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN Website Webgis

Lebih terperinci