BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Agus Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Blok pertambangan bawah tanah Deep Ore Zone (DOZ) PT. Freeport Indonesia (PTFI) merupakan pertambangan bijih mineral logam dengan produk utama berupa tembaga (Cu) yang dilakukan dengan sistem penambangan bertipe runtuhan (block caving). Penambangan yang dilakukan pada blok ini telah memasuki tahap produksi sepenuhnya, yaitu dengan berhentinya tahapan peledakan primer di level peledakan ( undercut level). Keamanan tambang merupakan hal yang perlu dipertimbangkan demi menunjang proses produksi. Hal ini meliputi alat keselamatan kerja dan juga optimalisasi keamanan lingkungan tambang dengan meminimalisir resiko kecelakaan yang mungkin terjadi, baik kecelakaan kerja maupun dari aspek kondisi tambang. Adanya luncuran lumpur basah pada level ekstraksi (extraction level) merupakan suatu kondisi tidak aman yang meningkatkan faktor resiko dalam bekerja di lokasi tambang ini. Kejadian luncuran lumpur basah (spill out / mudrush) yang terjadi pada rentang periode Januari Mei 2016 dinilai cukup tinggi, yaitu dengan total 409 kejadian luncuran lumpur (UG Geotech, 2016). Penggantian alat angkut produksi berupa manual Load Haul Dump (LHD) menjadi Automatic LHD (Minegem) merupakan suatu upaya dalam peningkatkan keamanan K3 bagi pekerja, tetapi hal ini tidak mampu menurunkan resiko kejadian luncuran lumpur basah dan bahkan menurunkan tingkat produksi bijih (ore). Korban jiwa yang tercatat pada beberapa periode kejadian luncuran lumpur basah telah menjadi resiko tertinggi dalam 10 Resiko Utama Tambang Bawah Tanah Tahun 2016 PT. Freeport Indonesia (Komite Pengarah K3 Divisi Tambang Bawah Tanah, 2016), maka penanganan akan luncuran lumpur basah ini diperlukan. Perlunya analisis mengenai identifikasi lanjut akan faktor yang mempengaruhi luncuran lumpur basah dan identifikasi pola kejadian luncuran lumpur basah diperlukan sebagai dasar perencanaan mitigasi. 1
2 Permasalahan luncuran lumpur basah ini merupakan permasalahan tambang bawah tanah, terutama pada sistem penambangan block caving. Masuknya air ke dalam pertambangan bawah tanah dengan membawa material halus di sepanjang jalur yang dilewati menjadi masalah apabila tidak dilakukan pengendalian. Faktor pengaruh yang ada bukan hanya dari kondisi bebatuan sekitar saja, akan tetapi dari sistem manajemen yang dilakukan oleh pertambangan juga berpotensi muncul sebagai pemicu (trigger). (UG Geotech, 2011). Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa kajian mengenai faktor pengaruh atas kejadian luncuran lumpur basah beserta manajemen kontrol produksi yang aman perlu dilakukan. Penulis tertarik untuk menulis Tugas Akhir dengan mengambil judul : Potensi Luncuran Lumpur Basah (Spill Out) Pada Tambang Bawah Tanah Tipe Block Caving Berdasarkan Litologi, Fakta Historis Dan Kondisional Mucking : Studi Kasus Blok Penambangan Deep Ore Zone (DOZ) PT Freeport Indonesia Pokok Permasalahan Adapun permasalahan yang akan dibahas pada bab selanjutnya dalam penelitian ini antara lain: A. Bagaimana peran besaran fragmen dan kejenuhan air dalam hancuran batuan bijih di dalam lubang produksi (drawpoint) terhadap luncuran lumpur basah pada blok tambang Deep Ore Zone PT.Freeport Indonesia? B. Bagaimana pola pergerakan luncuran lumpur basah yang terjadi pada periode Januari 2008 Mei 2016? C. Bagaimanakah tingkat validitas akan kegiatan penarikan produksi hancuran bijih (mucking) sebagai faktor pengganggu dalam kejadian luncuran lumpur basah? D. Bagaimana batasan zona pengaruh faktor pengganggu / pemicu dalam kejadian luncuran lumpur basah? 2
3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud Penelitian Maksud dari penelitian Tugas Akhir ini adalah : 1. Melakukan pengamatan lapangan terhadap karakteristik fragmen hancuran batuan bijih dan tingkat kejenuhan air (moisture) hancuran batuan bijih di dalam drawpoint. 2. Melakukan uji spectral pada sampel core batuan. 3. Menganalisa fakta atas rekam data yang berhubungan dengan kejadian luncuran lumpur basah (spill) yang dalam periode Januari Mei Menganalisa pola penarikan produksi hancuran bijih(mucking) pada H-1 tiap kejadian luncuran lumpur basah yang dalam periode Januari Mei Menganalisa besaran area jarak pengaruh atas penarikan produksi ore (mucking) area serta menganalisa besaran jumlah total penarikan produksi hancuran bijih (mucking) yang memungkinkan memicu kejadian luncuran lumpur basah berdasar rekam data produksi. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui sebaran fragmentasi dan tingkat kebasahan batuan pada wilayah yang berpotensi terjadi luncuran lumpur. 2. Mengetahui jenis mineral yang berpotensi sebagai zona lemah dalam batuan maupun material pembentuk lumpur basah. 3. Mengetahui pola kejadian atas luncuran lumpur basah yang terjadi. 4. Mengetahui besar dari tingkat kepercayaan atas faktor penarikan produksi hancuran bijih (mucking) sebagai pemicu yang memungkinkan terjadinya luncuran lumpur basah. 5. Mengetahui batasan zona aman produksi dan besaran penarikan produksi hancuran bijih (mucking) yang disarankan. 3
4 Batasan Masalah 1. Riset terfokus pada kejadian luncuran lumpur yang terjadi di area tambang block caving DOZ di PT. Freeport Indonesia. 2. Fokus membahas aspek penarikan produksi hancuran bijih (mucking) sebagai kemungkinan faktor pengganggu / pemicu kejadian. 3. Riset berdasarkan pada rekam kejadian luncuran lumpur dan data produksi dari penarikan produksi hancuran bijih (mucking) yang telah dilakukan sejak Januari Mei Waktu pengaruh dari kejadian penarikan produksi hancuran bijih (mucking) dibatasi pada 1 hari sebelum kejadian spill terjadi. 5. Menggunakan metode taksonomi sebagai dasar atas model itterasi berkelanjutan / menerus. Lokasi, Kondisi dan Kesampaian Daerah Penelitian Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di daerah pertambangan bawah tanah Deep Ore Zone (DOZ) dengan elevasi antara meter dari permukaan laut. Daerah ini berada di sebelah Tenggara dari tambang terbuka (open pit) Grasberg dan berada di bawah tambang bawah tanah (underground) Gunung Bijih Timur (GBT) dan tambang bawah tanah (underground) Intermediete Ore zone (IOZ). Secara administratif daerah ini tergambar pada gambar 1.1 dan lampiran 1.1, berada dalam wilayah Kecamatan Mimika Timur, Kabupaten Mimika, Propinsi Papua dan berada pada wilayah kontrak karya A (C.O.W A). Secara geografis daerah penelitian berada pada koordinat UTM (Universal Traverse Mercator) antara me me dan mn mn dengan luas daerah penelitian sekitar 1000 m x 660 m. Suhu pada lokasi penelitian berkisar antara 5 o 24 o C, menyebabkan tingkat kelembaban di dalam area tambang ini cukup tinggi. Banyaknya input air meteorik melalui rekahan antar batuan membuat tambang bawah 4
5 tanah tersebut terdapat genangan air seringkali berubah menjadi lumpur. Debu dari batuan dan ore, asap dari alat - alat berat tambang serta kendaraan kecil yang keluar masuk area tambang hampir memenuhi seluruh lorong (panel), terutama pada panel yang berada di zona produksi. Lokasi Penelitian Gambar 1.1 Peta lokasi dan kesampaian daerah PT. Freeport Indonesia. (UG Division,2007) 5
6 LEVEL EKSTRAKSI DOZ ( mdpl) U Legenda = Batas area pengamatan = Area Drawpoint Tertutup Permanen Line scale m Gambar 1.2 Lokasi pengamatan lapangan dalam peta permodelan level ekstraksi blok DOZ (UG Division,2007) 6 6
7 Daerah penelitian tergambar pada gambar 1.2 dan lampiran 1.2 difokuskan pada level ekstraksi ( mdpl), yaitu area produksi blok DOZ dimana ekstraksi/ penarikan produksi bijih (mucking) dilakukan. Area pengamatan dilakukan di sepanjang lubang pengambilan bijih (drawpoint) dan dinding lorong panel pada level ini. Hambatan yang ditemui pada saat proses pemetaan dilaksanakan antara lain seperti dinding lorong ditutupi oleh debu tebal, telah disemen (shotcrete) / dibeton (concrete), dan adanya area tertutup dikarenakan isu keamanan yang mengganggu proses penelitian. Kesampaian Daerah Penelitian Daerah pertambangan PT. Freeport Indonesia dicapai dengan menggunakan pesawat maskapai penerbangan Air Fast dari Bandar Udara Adi Sucipto, Solo menuju Bandar Udara Timika selama lebih kurang 6 jam perjalanan. Dari Bandar Udara Timika perjalanan dilanjutkan menuju Tembagapura sejauh 66 km melalui jalan darat yang dapat ditempuh dengan menggunakan bus perusahaan atau mobil kecil (light vehicle) Toyota Land Cruiser selama 2 3 jam perjalanan. Kota Tembagapura (Mile 68) merupakan kota tempat tinggal karyawan karyawan dan kantor administrasi PT. Freeport Indonesia. Daerah penelitian diawali dengan perjalanan darat sekitar 6,44 km menuju kantor geologi tambang bawah tanah (underground geology and technical) di Mile 72 sebagai lokasi berdiskusi melakukan perencanaan, mendapatkan bimbingan dari ahli geologi dan geoteknik PT Freeport Indonesia serta memasukkan data setelah kembali dari lapangan. Perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobil kecil (light vehicle) Toyota Land Cruiser sekitar 15 menit atau dengan bus perusahaan sekitar 30 menit menuju Mile 74 untuk melakukan check-in di lingkup area kantor Underground Geology and Technical, perjalanan kembali dilanjutkan dengan menggunakan mobil kecil (light vehicle) Toyota Land Rover sekitar 15 menit perjalanan menuju Lunch Room di tambang bawah tanah DOZ untuk kembali check-in area tambang dan zona potensial luncuran 7
8 lumpur (spill), kemudian perjalanan diteruskan ke lokasi survei pada Level Extraction. Penelitian Terdahulu Hasil dari penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam memahami lebih lanjut tentang kondisi hidrogeologi daerah penelitian. Penelitian yang berkaitan dan pernah dilakukan di lokasi penelitian dapat dilihat di tabel 1.1. Tabel 1.1. Penelitian terdahulu di blok DOZ PT. Freeport Indonesia No Peneliti Tujuan Metode Hasil 1 Wiguna, I.,, Bertujuan untuk Studi rekam Diketahui kemungkinan 2009 mengetahui blok model terbentuknya 4 titik kantong air celah aliran air dan rekam di daerah penelitian yang serta sebaran kantong air data corelog. Dilakukan diketahui dengan melimpahnya di drawpoint sekitar titik tersebut yang mungkin survei yang dikorelasikan dengan terbentuk di kebasahan di rekam data. Kemungkinan celah hancuran batuan wilayah timur yang ditemukan melalui analisis yang tertumpuk di level undercut pertambangan (panel 4-19). terhadap potongan permodelan berupa rekah pada zona sesar dan batas tepi pada tepian dinding bukaan tambang (cave 2 Silalahi, P., Wicaksono D, 2012 Bertujuan untuk mereview material penyusun wetmuck dari aspek kegeologian. Bertujuan untuk memvisualisasi resiko sebaran lumpur basah serta melakukan praduga terhadap Drawpoints mapping, water tracer test, dan keseimbangan data kelimpahan air Pembuatan peta hasil dari pembobotan atas data sekunder boundary). Semua jenis hancuran batuan dapat menjadi penyusun wetmuck dikarenakan adanya proses pergerakan batuan lepas yang akan menghasilkan material lebih halus dengan sementasi berupa kalsit, hasil dari pelarutan marmer. Teramati perubahan waktu tempuh air meteorik menuju area tambang dari 14 hari menjadi 1 hari. Aliran ini dapat melalui rekah struktur batuan, cave boundary, dan pengaruh HOD Dalam pembobotan ini digunakan parameter presentase HOD, persentase kehadiran batuan hancuran IOZ, HALO(High Alterate Rock / Fault Breccia Rock), 8
9 pemicu kejadian presentase kebasahan, luncuran lumpur presentase lama jeda produksi, basah serta presentase kehadiran material halus di drawpoint 4 Soebari L., Bertujuan Melakukan Forsterite cenderung teramati 2012 untuk kajian akan dengan ukuran membahas jenis eskavasi sistem operasional halus(<5cm)dengan meterial penyerta material halus lang dalam DOZ dan kegiatan lengket dan memiliki dan hasil produksi kecenderungan menjadi jalur persebaran tambang aliran air, seiring dengan Fosterit karena block caving waktu presentase hancuran adanya DOZ yang forsterite meningkat di area pergerakan berimbas selatan yang merupakan hancuran batuan dan pada pergerakan wilayah asal hancuran diorit karena produksi berlebihan di hubungannya batuan. area ini sehingga terjadi dengan potensi luncuran ketimpangan HOD (Height of Draw) yang memungkinkan lumpur basah. terjadinya Airgap dan pergerakan material. Pemerataan produksi diharapkan dilakukan untuk menyeimbangkan cave propagation dan menghidari ketimpangan HOD. Berdasarkan dari penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa penelitian berjudul Potensi Luncuran Lumpur Basah (Spill Out) Pada Tambang Bawah Tanah Tipe Block Caving Berdasarkan Litologi, Fakta Historis Dan Kondisional Mucking : Studi Kasus Blok Penambangan Deep Ore Zone (DOZ) PT Freeport Indonesia belum pernah dilakukan. Manfaat Penelitian dan Hasil Akhir Yang Diharapkan Penelitian ini memberikan korelasi hubungan fragmen hancuran batuan dan kejenuhan air di lokasi pertambangan terkini beserta analisis material halus yang mungkin menjadi indikasi bidang lemah di zona alterasi dan identifikasi terhadap pola kejadian luncuran lumpur basah yang telah terjadi sebelumnya dengan berdasar pada data rekam produksi. 9
10 Hasil dari riset ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dalam mengontrol dan mencegah kemungkinan luncuran lumpur basah (spill out) daerah pertambangan bawah tanah DOZ. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dari April Juni 2016 dengan rincian kegiatan yang dapat diamati pada tabel 1.2. Tabel 1.2. Rincian Kegiatan di PT. Freeport Indonesia BULAN April Mei Juni MINGGU KE TAHAP PERSIAPAN Studi Literatur Pencetakan form pengumpulan data Pencetakan peta tambang bawah tanah DOZ TAHAP PENGAMATAN LAPANGAN DAN PENGAMBILAN DATA Survey pemetaan karakteristik fragmen hancuran batuan dan tingkat moisture dalam Drawpoint Pengamatan Skeleton Corelog di Coresite-Timika Pengujian Sampel Uji NIR TAHAP PENGELOMPOKAN DATA Pengambilan data sekunder dari PT. Freeport Indonesia Pengelompokan data DOZ (lanjutan) Tabel 1.1. Rincian Kegiatan Penelitian di PT. Freeport Indonesia BULAN April Mei Juni MINGGU KE
11 TAHAP PENGOLAHAN DATA Analisa jenis hancuran batuan dominant dalam drawpoint Analisa hubungan fragmen hancuran dengan tingkat moisture Analisa terhadap rekam blok model daerah penelitian Analisa terhadap rekam data hidrologi Analisa terhadap rekam historis kejadian luncuran lumpur Analisa rekam data produksi berkaitan dengan kejadian luncuran lumpur TAHAP PEMBAHASAN Pembahasan mengenai kondisi geologi DOZ Pembahasan mengenai kondisi penyebaran area potensial luncuran lumpur basah di level ekstraksi DOZ Pembahasan mengenai rekam pola luncuran Pembahasan signifikansi penarikan produksi ore Pembahasan besaran area dan tonase yang berpengaruh TAHAP KESIMPULAN DAN LAPORAN Rekomendasi dan Presentasi 11
BAB I PENDAHULUAN. dengan udara terbuka. Salah satu metode pertambangan bawah tanah yang sering
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pertambangan bawah tanah diterapkan untuk memproduksi endapan bijih yang tersimpan di bawah permukaan dan tidak mengalami kontak langsung dengan udara terbuka.
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO POTENSI LUNCURAN LUMPUR BASAH (SPILL OUT) PADA TAMBANG BAWAH TANAH TIPE BLOCK CAVING BERDASARKAN LITOLOGI, FAKTA HISTORIS DAN KONDISIONAL MUCKING : STUDI KASUS BLOK PENAMBANGAN DEEP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 1,7 miliar pon tembaga dan
Lebih terperinciBAB II KEADAAN UMUM. PT Freeport Indonesia Incooperated (PTFII) sebagai anak perusahaan
BAB II KEADAAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat PT Freeport Indonesia PT Freeport Indonesia Incooperated (PTFII) sebagai anak perusahaan Freeport McMoran mulai beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT Freeport Indonesia merupakan salah satu industri pertambangan tembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Freeport Indonesia merupakan salah satu industri pertambangan tembaga dan emas terbesar di Indonesia saat ini. PT Freeport Indonesia menerapkan dua sistem
Lebih terperinciGambar 1. 1 Peta persebaran longsoran di dinding utara penambangan Batu Hijau PT. Newmont Nusa Tenggara (Dept. Geoteknik dan Hidrogeologi PT.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batu Hijau merupakan salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di Indonesia yang dioperasikan oleh PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) dengan metode penambangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi
I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Daerah Solok Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai penghasil sumber daya mineral terutama pada sektor bijih besi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja atau dikenal dengan K3 merupakan aspek yang sangat penting bagi suatu perusahaan dalam menjamin keamanan dan kenyamanan bagi karyawan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya adalah pertambangan. Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia memiliki tatanan tektonik yang aktif yang berada pada bagian tepi lempeng Eurasia. Batas lempeng ini merupakan tempat bertemunya tiga lempeng besar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui dan memahami kondisi geologi daerah penelitian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara mempunyai karakteristik dan kualitas yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya. Faktor tumbuhan pembentuk dan lingkungan pengendapan akan menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1.Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia Pada tahun 1967 PT. Freeport Indonesia mulai beroperasi di bidang tambang bawah tanah Grasberg. Dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertambangan, khususnya batubara merupakan salah satu komoditas yang penting untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat. Batubara saat ini menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hampir diseluruh kawasan kepulauan Indonesia. Kondisi ini menjadi daya tarik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alam pertambangan melimpah. Potensi alam, seperti batu bara, minyak, tembaga hingga emas tersebar hampir
Lebih terperinciif you don t find anything pleasant, at least you ll find something new (Voltaire)
if you don t find anything pleasant, at least you ll find something new (Voltaire) Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Mamaku tersayang yang ada di timika. Almarhum papaku yang kukagumi dan selalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Propinsi Nusa Tenggara Barat, mulai berproduksi pada tahun 2000 dan masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara di Batu Hijau, Propinsi Nusa Tenggara Barat, mulai berproduksi pada tahun 2000 dan masih berlangsung hingga saat ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Tanah longsor adalah salah satu bencana yang berpotensi menimbulkan korban jiwa masal. Ini merupakan bencana yang sering terjadi di Indonesia. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meilani Magdalena/
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem porfiri merupakan suatu endapan hipotermal yang dicirikan oleh stockwork yang tersebar (disseminated) dalam massa batuan yang besar yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi air di bumi terdiri atas 97,2% air laut, 2,14% berupa es di kutub, airtanah dengan kedalaman 4.000 meter sejumlah 0,61%, dan 0,0015% air pemukaan (Fetter, 2000).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tambang terbuka, pengaruh kestabilan lereng merupakan salah satu faktor penting dalam keberlangsungan operasional penambangan. PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT)
Lebih terperinciberat pada kapasitas alat yang digunakan untuk mengangkut hasil produksi bahan galian yang terlalu berlebihan. PT Freeport Indonesia memproduksi 250
PENANGANAN BENCANA LONGSOR DI PT FREEPORT INDONESIA Oleh : Jacky Ryanto Fernandes, M. Hanif Sudarmono, Fista Fitri Vertika, M. Arif Saputra, Try Inda Wulandari, Ilham Mahal Abstrack PT Freeport Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan sumber daya energi dan mineral semakin banyak. Salah satu yang paling banyak diminati oleh penduduk di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Emas termasuk bahan galian mineral logam mulia yang harganya sangat tinggi sehingga keberadaannya perlu diteliti secara detail. Oleh karena itu penelitian
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Emas merupakan salah satu logam yang memiliki nilai yang tinggi ( precious metal). Tingginya nilai jual emas adalah karena logam ini bersifat langka dan tidak banyak
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa Makassar, 13 September 2014
Studi Kinerja Alat Drill Cubex 6200 Lh1 Megamatic Di Area Caving Tambang Bawah Tanah, Deep Ore Zone (Doz) West Area Pt Freeport Indonesia, Tembagapura Papua Malik Pertambangan Fakultas Teknik, UVRI Makassar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karakteristik dari suatu endapan mineral dipengaruhi oleh kondisi pembentukannya yang berhubungan dengan sumber panas, aktivitas hidrotermal, karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBP) Maluku Utara PT.Antam (persero) Tbk, adalah pemegang izin usaha pertambangan dengan salah satu lokasi penambangan berada di Pulau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat PT Freeport Indonesia Sejarah keberadaan PT Freeport Indonesia di Papua dimulai dari laporan hasil eksplorasi yang dilakukan oleh seorang ahli geologi New Guinea
Lebih terperinciGambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008
4.1. Geoteknik Tambang Bawah Tanah Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design tambang. Data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsiasumsi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Penyusunan Basis Data Assay Basis data Assay dan data informasi geologi adalah data data dasar di dalam proses permodelan dan estimasi sumberdaya bijih. Prosedur awal setelah data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya mineral merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya pencarian lokasi sumber mineral baru. Setelah adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian PT. Kaltim Prima Coal merupakan salah satu perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan terbuka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh bahan dari alam yang kemudian dapat digunakan untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penambangan adalah salah satu aktivitas yang dilakukan manusia guna memperoleh bahan dari alam yang kemudian dapat digunakan untuk kepentingan manusia, seperti menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pulau Jawa merupakan busur gunungapi memanjang barat-timur yang dihasilkan dari pertemuan lempeng Eurasia dan Hindia-Australia. Kondisi geologi Pulau Jawa ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cekungan airtanah Karanganyar - Boyolali merupakan salah satu cekungan airtanah yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Luas cekungan ini menurut Keppres No.26 Tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem bijih porfiri berasal dari fluida magmatik hidrotermal bertemperatur tinggi, dan disebut sistem porfiri karena tekstur porfiritik dari intrusi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi tembaga dan emas yang melimpah. Sebagian besar endapan tembaga dan emas ini terakumulasi pada daerah busur magmatik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pemetaan geologi merupakan salah satu bentuk penelitian dan menjadi suatu langkah awal dalam usaha mengetahui kondisi geologi suatu daerah menuju pemanfaatan segala sumber daya yang terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lokasi penelitian adalah Ranu Segaran, terletak di sebelah timur Gunung Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang
Lebih terperinciPENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA Oleh : 1 Sri Widodo, Bakrun 1,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tambang bawah tanah adalah salah satu metoda penambangan yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tambang bawah tanah adalah salah satu metoda penambangan yang dapat digunakan pada penambangan bijih. Sistem penambangan bawah tanah memerlukan pengelolaan yang lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Raden Ario Wicaksono/
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang disusunnya tugas akhir karena ketertarikan terhadap endapan turbidit kipas laut dalam (submarine fan turbidite deposit) baik itu pencirinya, fasies dan
Lebih terperinciGophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai
Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai sedang-tinggi Bijih dan batuan samping cukup kuat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Adaro Indonesia merupakan satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. PT. Adaro telah berproduksi sejak tahun 1992 yang meliputi 358 km 2 wilayah konsesi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembersihan lahan dan pengupasan overburden. Tujuan utama dari kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Alamin (2011), kegiatan awal dari proses penambangan adalah pembersihan lahan dan pengupasan overburden. Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi
Lebih terperinciMorfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran
Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi Gunung Ungaran Survei geologi di daerah Ungaran telah dilakukan pada hari minggu 15 Desember 2013. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Bantarkawung merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes bagian selatan. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Cilacap di sebelah
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan jumlah penduduk dan industri pada CAT Karanganyar-Boyolali
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang CAT Karanganyar-Boyolali merupakan cekungan airtanah terbesar di Jawa Tengah, dengan luasan cekungan sebesar 3.899 km 2, dengan potensi airtanah yang sangat melimpah.
Lebih terperinciGambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya harga dan kebutuhan beberapa mineral logam pada akhirakhir ini telah menarik minat para kalangan investor tambang untuk melakukan eksplorasi daerah prospek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin meningkat seperti emas, tembaga dan logam lainnya. Hal tersebut didasari dengan meningkatnya kebutuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil PT Mandiri Sejahtera Sentra (MSS) PT MSS didirikan pada November 2008, dimana perusahaan ini merupakan anak perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, yang memproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Airtanah merupakan air yang tersimpan dan mengalir dalam ruang antar butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air bersih. Badan Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stability Radar (SSR) dan Peg Monitoring WITA, terjadi longsoran besar di low-wall
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data deformasi lereng yang didapatkan dari perekaman Slope Stability Radar (SSR) dan Peg Monitoring WITA, terjadi longsoran besar di low-wall
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aktivitas penambangan bawah tanah dilakukan dengan membuat terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan. Terowongan dibuat dengan menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jalan sebagai salah satu sarana transportasi darat mempunyai peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan sebagai salah satu sarana transportasi darat mempunyai peranan sangat penting dalam menunjang penyelenggaraan angkutan darat. Keberhasilan pelayanan jasa angkutan
Lebih terperinciPERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI
PERAN REMOTE SENSING DALAM KEGIATAN EKSPLORASI GEOLOGI Penginderaan jauh atau disingkat inderaja, berasal dari bahasa Inggris yaitu remote sensing. Pada awal perkembangannya, inderaja hanya merupakan teknik
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. lainnya tidak selalu sama. Bentukan khas pada bentang alam ini disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Bentang alam karst merupakan suatu bentang alam yang memiliki bentukan yang sangat unik dan khas. Bentang alam karst suatu daerah dengan daerah yang lainnya
Lebih terperinciKEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bendungan adalah suatu konstruksi atau massa material dalam jumlah besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan untuk menahan laju
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PERHITUNGAN
BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN 4.1. Data Situasi Lapangan Pada kegiatan penambangan material lapisan batuan penutup, prioritas pekerjaan berada pada daerah utara pit Tanah Putih (lihat Gambar 4.1). N LP 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Barat, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah propinsi yang terdiri dari 2 (dua) pulau utama yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari
Lebih terperinciBAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA
BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA IV.1 TINJAUAN UMUM Pengambilan sampel air dan gas adalah metode survei eksplorasi yang paling banyak dilakukan di lapangan geotermal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pendirian suatu konstruksi terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia terhadap kegiatan tersebut yang terus meningkat. Lebih lanjut lagi,
Lebih terperinciAbstrak
PENENTUAN KARAKTERISTIK ENDAPAN MINERAL LOGAM BERDASARKAN DATA INDUCED POLARIZATION (IP) PADA DAERAH PROSPEK CBL, BANTEN Wahyu Trianto 1, Adi Susilo 1, M. Akbar Kartadireja 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia secara historis telah menggunakan tanah dan batuan sebagai bahan untuk pengendalian banjir, irigasi, tempat pemakaman, membangun pondasi, dan bahan
Lebih terperinciLintong Mandala Putra Siregar 1, Fauzu Nuriman 2
ANALISIS PERBANDINGAN MINERAL SULFIDA DENGAN METODE BLASTHOLE MAPPING UNTUK MENGETAHUI ESTIMASI KADAR TEMBAGA (Cu) PADA LINE X DAERAH BATU HIJAU, NEWMONT NUSA TENGGARA Lintong Mandala Putra Siregar 1,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalur Pantura atau pantai utara merupakan jalur yang sangat vital bagi sarana transportasi lintas provinsi di Pulau Jawa. Selain itu juga sebagai penghubung aktivitas
Lebih terperinciPENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN
PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN ISTILAH DAN DEFINISI Beberapa istilah dan definisi yang digunakan diambil dari acuan-acuan, yang dimodifikasi sesuai kebutuhan, yaitu : Bahan galian, segala jenis bahan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast
BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Keakuratan Pengeboran Vertikal Pengeboran pada daerah pushback 7 South menggunakan sistem Aquila. Sistem Aquila ini memiliki cara kerja dimana desain pengeboran dikirimkan secara
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumbawa terletak di sebelah timur dari Pulau Lombok yang secara administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau Sumbawa
Lebih terperinciJurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN
PERMODELAN KEMAJUAN TAMBANG BATU GAMPING MENGGUNAKAN APLIKASI SURPAC 6.1.2 Studi Kasus : Kegiatan Penambangan Batu Gamping Distrik Arso 1 Kabupaten Keerom Oleh, Bevie Marcho Nahumury Dosen Teknik Pertambangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang penelitian ini secara umum adalah pengintegrasian ilmu dan keterampilan dalam bidang geologi yang didapatkan selama menjadi mahasiswa dan sebagai syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang lalui oleh 3 lempeng benua dan samudra yang masih aktif sampai saat ini. Pergerakan ketiga lempeng tersebut mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan karbonat menyusun 20-25% batuan sedimen dalam sejarah geologi. Batuan karbonat hadir pada Prakambrium sampai Kuarter. Suksesi batuan karbonat pada Prakambrium
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen Padang. Kandungan SiO 2 yang tinggi ditemukan pada batugamping yang berdekatan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecepatan infiltrasi. Kecepatan infiltrasi sangat dipengaruhi oleh kondisi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah akan terinfiltrasi masuk ke dalam tanah. Banyaknya air yang masuk ke dalam tanah sangat ditentukan oleh kecepatan infiltrasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tenggara Timur yang terletak di daratan Pulau Flores. Wilayah Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah satu kabupaten yang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di daratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan tatanan geologi Indonesia berada pada tiga pertemuan lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik (Bemmelen, 1949).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki potensi sumber daya alam dan buatan yang berkualitas, kualitas sumber daya manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan struktur massa batuan di alam yang cenderung berbeda dikontrol oleh kenampakan struktur geologi, bidang diskontinuitas, bidang perlapisan atau kekar.
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 DATA Data yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah data-data yang dikumpulkan dari kegiatan Core Orienting di lokasi proyek Grasberg Contact Zone. Data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik yang bergerak satu sama lain. Berdasarkan teori tektonik lempeng, wilayah Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batubara adalah batuan sedimen, yang merupakan bahan bakar hidrokarbon, yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Penduduknya berjumlah sekitar satu juta jiwa. Tercatat dua buah sungai yang mempunyai aliran panjang
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAN PENAMBANGAN BAWAH TANAH TERHADAP PROPAGASI SUBSIDENCE DI DAERAH ERTSBERG PT FREEPORT INDONESIA, PAPUA
MINDAGI Vol. 8 No.2 Juli 2014 ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI DAN PENAMBANGAN BAWAH TANAH TERHADAP PROPAGASI SUBSIDENCE DI DAERAH ERTSBERG PT FREEPORT INDONESIA, PAPUA oleh : Ellisa Tirayoh *) dan Arista Muhartanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alterasi hidrotermal adalah suatu proses kompleks yang meliputi perubahan mineralogi, tekstur, dan komposisi kimia yang terjadi akibat interaksi larutan hidrotermal
Lebih terperinciRANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR
RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Oleh 1) Dafiq Akhmedia Amin 2) Dr. Ir. Barlian Dwinagara, MT, Ir. Hasywir Thaib
Lebih terperinciPENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR PENYUSUNAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA KABUPATEN BLITAR
EXECUTIVE SUMMARY 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud pelaksanaan pekerjaan pembuatan Rencana Induk Sub Sektor Transportasi Udara sebagai pendukung dan pendorong sektor lainnya serta pemicu pertumbuhan
Lebih terperinciKAJIAN GEOTEKNIK KESTABILAN LERENG PADA PT. INDOASIA CEMERLANG SITE KINTAP KECAMATAN SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT PROFINSI KALIMANTAN SELATAN
KAJIAN GEOTEKNIK KESTABILAN LERENG PADA PT. INDOASIA CEMERLANG SITE KINTAP KECAMATAN SUNGAI CUKA KABUPATEN TANAH LAUT PROFINSI KALIMANTAN SELATAN Refky Adi Nata 1, Zikri Prima Zulfira 2 Teknik Pertambangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang ahli geologi merupakan salah satu sumber daya manusia yang berperan sebagai pemikir untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sumber daya alam.
Lebih terperinci