BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hampir diseluruh kawasan kepulauan Indonesia. Kondisi ini menjadi daya tarik
|
|
- Hendri Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya alam pertambangan melimpah. Potensi alam, seperti batu bara, minyak, tembaga hingga emas tersebar hampir diseluruh kawasan kepulauan Indonesia. Kondisi ini menjadi daya tarik investor asing untuk berlomba-lomba menanamkan modalnya di Indonesia (sumber: Perusahaan besar, seperti Freeport-McMoran (FCX) pun menjadi salah satu dari investor asing tersebut. Usaha investasi dilakukan oleh Freeport-McMoran (FCX) melalui pendirian perusahaan afiliasi PT Freeport Indonesia di kabupaten Mimika, provinsi Papua. Setiap tahun, PT Freeport Indonesia mampu mengkontribusikan sejumlah pemasukan kepada kas negara dalam jumlah yang tidak sedikit. Empat tahun terakhir, terhitung sejak tahun 2011, sudah 487 juta triliun, jumlah dana yang diberikan oleh PT Freeport Indonesia kepada pemerintah (sumber: PT Freeport, di Indonesia, sudah berdiri sejak tahun 1967 atau kurang lebih selama 48 tahun, dengan aktivitas utama dari perusahaan, yaitu mengeksplorasi tambang dan pengolahan bijih tembaga, emas dan perak di tanah Papua. Kegiatan pengoperasian, dilakukan dibeberapa area kerja selama 24 jam penuh. Area kerja ini mencakup : Portsite, Kuala Kencana, MP68, Concentrating Mill, tambang bawah tanah (Underground) dan tambang terbuka (Grasberg). Lebih dari tenaga 1
2 2 kerja, baik tenaga kerja Indonesia maupun asing menjadi sumber daya utama pengoperasian di seluruh area kerja yang menopang aktivitas pertambangan (sumber: Jumlah ini, pada kenyataanya dirasakan masih belum sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perusahaan masih membutuhkan tenaga kerja tambahan untuk mencapai kondisi pengoperasian yang optimal (sumber: Besarnya kebutuhan PT Freeport Indonesia terhadap sumber daya manusia menggambarkan bahwa manusia memiliki peranan penting sebagai sumber daya utama perusahaan. Nilai penting manusia sebagai sumber daya utama penggerak perusahaan mendorong PT Freeport Indonesia untuk terus berupaya memenuhi kebutuhan seluruh karyawannya. Pemenuhan kebutuhan ini direalisasikan oleh perusahaan melalui penyediaan yang beragam dalam bentuk fasilitas, seperti pusat perbelanjaan, rumah sakit, restauran, pusat kebugaran hingga alat transportasi dan tempat tinggal. Tidak hanya itu saja, perusahaan pun memberikan kesempatan kepada karyawan untuk dapat membawa keluarga mereka di lingkungan perusahaan, baik itu untuk tujuan kunjungan keluarga yang sifatnya sementara ataupun ikut tinggal menetap secara permanen. Kesempatan karyawan untuk mengembangkan karir dan kemampuan juga diberikan oleh PT Freeport Indonesia secara terbuka kepada seluruh karyawannya, sebab keberhasilan suatu perusahaan untuk menduduki posisi teratas dan mendapatkan keunggulan yang kompetitif harus didukung oleh sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang berkualitas, terampil, siap pakai, dan terdidik guna meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara mengembangkan sumber daya manusia diberbagai bidang. Kesempatan tersebut diberikan dalam bentuk pelatihan on-job
3 3 ataupun off-job, company business (Cobus) yang dapat dilaksanakan di dalam perusahaan ataupun di luar perusahaan. Perusahaan juga memberikan kesempatan lain kepada karyawannya untuk mendapatkan gelar pendidikan tambahan, melalui program kerja sama dengan instansi pendidikan dalam dan luar negeri yang dibebas biayakan. Upaya perusahaan yang ditujukan untuk kelangsungan hidup karyawan juga dibuktikan melalui pengembangan berkelanjutan yang dilakukan perusahaan dari berbagai aspek penting berkaitan dengan kegiatan pengoperasian. Aspek penting tersebut salah satunya adalah aspek keselamatan. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang ekplorasi pertambangan, PT Freeport Indonesia dituntut untuk mengedepankan aspek keselamatan sebagai landasan dalam kegiatan pengoperasian di seluruh area perusahaan. Penerapan aspek ini disesuaikan dengan peraturan dan kebijakan baik dalam cakupan nasional maupun internasional. Berdasarkan cakupan nasional, peraturan yang berlaku disesuaikan dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2014, yang secara khusus mengatur penyelenggaraan penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh area. Peraturan lain yang khusus mengatur sistem manajemen pertambangan diatur berdasarkan KEPMEN ESDM 555.K-26-M.PE NOSA CMB 150 New dan OHSAS Tahun 2007 merupakan peraturan internasional yang juga dijadikan sebagai acuan PT Freeport Indoneisa dalam menyusun standar seluruh kegiatan operasi yang dilakukan di lingkungan perusahaan. Perusahaan besar seperti PT Freeport, tidak selalu berada pada situasi stabil, tanpa menemui hambatan. Besarnya jumlah tenaga kerja pada situasi tertentu, dapat pula menjadi sebuah tantangan bagi PT Freeport Indonesia. Permasalahan berhubungan dengan sumber daya manusia seperti bentuk aksi demo karyawan
4 4 pernah dialami oleh PT Freeport Indonesia (sumber: Aksi karyawan ini memaksa PT Freeport Indonesia untuk menghentikan seluruh kegiatan pengoperasian sementara (sumber: Permasalahan tersebut menimbulkan kerugian cukup besar yang terjadi pada penurunan pendapatan perusahaan dibandingkan tahun sebelumnya (sumber: Negara Indonesia sebagai tempat dimana PT Freeport Indonesia melakukan kegiatan operasi eksloprasi pertambangan pun secara tidak langsung akan ikut mengalami kerugian dengan dihentikannya seluruh kegiatan di PT Freeport Indonesia. Pemberitaan yang menjelaskan bahwa karyawan melakukan aksi demo pada kenyataanya tidak terjadi di lingkungan perusahaan menurut beberapa subjek wawancara. Beberapa orang narasumber yang merupakan karyawan diberbagai departemen menjelaskan bahwa aksi tersebut merupakan bentuk aksi spontanitas karyawan. Aksi ini dilatarbelakangi oleh keputusan PT Freeport Indonesia untuk mengoperasikan kembali kegiatan pertambangan setelah terjadinya insiden kecelakaan kerja. Beberapa dari karyawan yang melakukan aksi tersebut, menuntut penghentian operasi, sebab proses investigasi insiden belum selesai dilaksanakan. Tuntutan ini juga disampaikan karyawan sebagai bentuk aksi solidaritas terhadap karyawa lain yang menjadi korban insiden dengan menuntut diberlakukannya hari berkabung. Tidak hanya itu saja, hasil wawancara yang dilakukan kepada salah satu karyawan di area tambang bawah tanah, menjelaskan bahwa salah satu pendorong
5 5 tuntutan tersebut juga dilatarbelakangi oleh tuntutan pertanggungjawaban kepada pihak manajemen perusahaan terhadap sistem keselamatan di area tersebut. Insiden kecelakaan kerja, bagi perusahaan dibidang eksplorasi pertambangan seperti PT Freeport Indonesia memang cukup sering terjadi. Kondisi ini, dipicu oleh lingkungan pengoperasian yang beresiko dan dapat setiap waktu mengancam keselamatan jiwa para karyawan. Di samping itu, aktivitas karyawan yang sebagian besar berhubungan dengan penggunaan alat-alat berat, menuntut karyawan untuk memiliki keahlian dan pengalaman yang cukup dalam mengoperasikan alat-alat tersebut, sebab pada kenyataanya dengan pengalaman yang cukup dalam mengoperasikan alat-alat berat, karyawan pun masih tetap beresiko untuk mengalami insiden kecelakaan kerja. Perusahaan dengan permasalahan kecelakaan kerja baik kecelakaan akibat kondisi lingkungan sekitar maupun kelalaian karyawan, perusahaan akan tetap mengalami kerugian fisik maupun material. Kerugian yang diakibatkan oleh insiden kecelakaan kerja di perusahaan juga dapat berujung dengan ditutupnya seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pengoperasian perusahaan oleh pihak pemerintah, sebab perusahaan dinilai tidak dapat melindungi keselamatan kerja seluruh karyawannya (sumber: Permasalahan ini pernah dialami oleh PT Freeport Indonesia. Pada tiga tahun terakhir, terhitung sejak tahun 2013 hingga tahun 2015, sudah terjadi 8 insiden kecelakaan kerja di PT Freeport hingga menewaskan beberapa orang pekerjanya di area kerja Underground. Tahun 2013, insiden pertama kali terjadi di bulan Januari, tepatnya di area tambang bawah tanah Amole Drain Way. Empat orang pekerja yang masuk ke dalam area tersebut tanpa membawa gas detector mengalami kekurangan oksigen hingga
6 6 salah satu diantara karyawan tersebut tewas. Insiden di tahun ini juga terjadi pada bulan Mei, di area lain di tambang bawah tanah, yaitu area Big Gossan. Terowongan di area Big Gossan mengalami runtuh dan menyebabkan 28 orang karyawan PT Freeport Indonesia tewas dan 10 orang karyawan luka-luka. Insiden terakhir di tahun 2013, terjadi di bulan Desember dengan menewaskan satu orang karyawan ketika berada di area Loading Point 1E, West Tambang Bawah Tanah DOZ (sumber: Tahun berikutnya, sebuah insiden kecelakaan kerja kembali terjadi hingga menewaskan salah seorang karyawan perusahaan saat sedang melakukan pemasangan penyangga di Haulage Level Grasberg Block Cave Mine. Karyawan tersebut tewas akibat tertimbun reruntuhan batu setinggi 1-2 meter, akibat belum terpasangnya penyangga di area depan mereka. Insiden longsornya tambang bawah tanah pun kembali terjadi di area West Muck Bay, Grasberg dan menewaskan satu orang karyawan (sumber: Pada tahun 2014, sebuah insiden kembali terjadi di area tambang bawah tanah DOZ. Insiden tersebut menyebabkan dilakukannya proses evakuasi terhadap seluruh karyawan tambang dan penghentian produksi selama 10 jam, akibat tidak berfungsinya sistem ventilasi. Sistem ventilasi dilaporkan tidak berfungsi, setelah terjadinya kontak listrik antara drilling dengan salah satu kabel bertegangan tinggi, hingga sumber listrik mati. Di Tahun 2015, insiden di area Underground pertama kali terjadi di bulan Februari. Insiden yang hampir menewaskan dua orang karyawan departemen GeoService ini, disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen di area tambang bawah tanah DOZ J4 level 3126, akibat tidak berfungsinya ventilasi udara yang ada di dalam
7 7 area. Insiden yang mengancam keselamatan kerja karyawan juga terjadi pada bulan April Karyawan mengalami luka-luka akibat terkena hempasan batuan. Hempasan terjadi akibat ketidaksengajaan kontak antara karyawan dengan sisa bahan peledak yang masih berada di area tersebut. Bahan peledak tersebut dilaporkan merupakan bahan sisa penggunaan pada beberapa hari sebelumnya. Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui media masa, wawancara dan dokumen perusahaan di atas, mengenai insiden kecelakaan kerja yang terjadi di PT Freeport Indonesia, insiden kecelakaan kerja di lingkungan PT Freeport Indonesia sebagian besar dipicu oleh faktor fisik atau lingkungan, meskipun pada beberapa insiden kelalaian manusia juga menjadi faktor yang ikut berperan memicu munculnya insiden kecelakaan kerja. Kondisi demikian menggambarkan bahwa saat ini lingkungan kerja di area pertambangan PT Freeport Indonesia, khususnya area Underground, yang sudah sejak tahun 1967 dioperasikan, mulai mengalami peningkatan resiko kecelakaan kerja. Faktor resiko tersebut akan semakin meningkat, ketika karyawan di lingkungan kerja pun tidak dapat bekerja secara aman dengan mengikuti SOP dan JSA yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Rentetan peristiwa yang terjadi di PT Freeport Indonesia, secara tersirat mendeskripsikan bahwa kondisi lingkungan kerja PT Freeport Indonesia, khususnya lingkungan di area pertambangan, cukup berbahaya dan beresiko terhadap terjadinya kecelakaan kerja, seperti runtuhnya batuan yang mengancam keselamatan kerja para karyawannya. Aksi tuntutan yang dilakukan oleh karyawan PT Freeport Indonesia merupakan aksi nyata rasa tidak puas karyawan yang ditujukkan kepada pihak perusahaan, khususnya berhubungan dengan persepsi karyawan terhadap faktor keselamatan ketika berada di lingkungan kerja. Berdasarkan penjelasan di atas, permasalahan tersebut menunjukkan bahwa aksi tuntutan ketidakpuasan yang
8 8 dilakukan oleh karyawan PT Freeport Indonesia berhubungan dengan bagaimana karyawan mempersepsi keamanan kondisi lingkungan sekitar beserta aturan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan atau dengan istilah lain bagaimana karyawan mempersepsi iklim keselamatan di PT Freeport Indonesia. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap iklim keselamatan kerja dengan kepuasan kerja karyawan tambang PT Freeport Indonesia C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan membawa dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait dengan hasil penelitian dibidang keilmuan psikologi, khususnya penelitian mengenai persepsi terhadap iklim keselamatan kerja dengan kepuasan kerja di lingkungan perusahaan. 2. Manfaat Praktis Memberikan informasi kepada PT Freeport Indonesia, mengenai pentingnya mempertahankan persepsi positif karyawan terhadap iklim keselamatan kerja di lingkungan kerja PT Freeport Indonesia, sebagai salah satu faktor yang diprediksi dapat mendorong kepuasan kerja.
berat pada kapasitas alat yang digunakan untuk mengangkut hasil produksi bahan galian yang terlalu berlebihan. PT Freeport Indonesia memproduksi 250
PENANGANAN BENCANA LONGSOR DI PT FREEPORT INDONESIA Oleh : Jacky Ryanto Fernandes, M. Hanif Sudarmono, Fista Fitri Vertika, M. Arif Saputra, Try Inda Wulandari, Ilham Mahal Abstrack PT Freeport Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1.Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia Pada tahun 1967 PT. Freeport Indonesia mulai beroperasi di bidang tambang bawah tanah Grasberg. Dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja atau dikenal dengan K3 merupakan aspek yang sangat penting bagi suatu perusahaan dalam menjamin keamanan dan kenyamanan bagi karyawan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Data Kecelakaan Kerja Tahun Cacat Total
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambangan dan penggalian merupakan lapangan kerja yang banyak menyerap sumber daya manusia di Indonesia, menduduki peringkat ke 8 di Indonesia menurut Badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Perusahaan Visi dan Misi Jenis Usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Perusahaan PT XYZ merupakan perusahaan tambang internasional utama dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat, PT XYZ mengelola
Lebih terperinciPelanggaran Etika Bisnis dan Hukum PT Freeport di Papua
Pelanggaran Etika Bisnis dan Hukum PT Freeport di Papua RORO HETTY ROHMANINGRUM ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO KHAERUL ALIF PRATOMO Landasan Teori Etika Suatu pedoman yang mengatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT Freeport Indonesia merupakan salah satu industri pertambangan tembaga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Freeport Indonesia merupakan salah satu industri pertambangan tembaga dan emas terbesar di Indonesia saat ini. PT Freeport Indonesia menerapkan dua sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (FCX) merupakan perusahaan tambang internasional utama dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. FCX mengelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mineral dan produk mineral merupakan tulang punggung dari sebagian besar industri dan beberapa bentuk pertambangan atau penggalian dilakukan di hampir setiap negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang salah satunya adalah pertambangan. Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal, padat teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 1,7 miliar pon tembaga dan
Lebih terperinciApa alasan Freeport inengajukan perpanjangan kontrak karya di Papua hingga 2041?
Rozik Boedioro Soetjipto, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Kontrak karya kedua PT Freeport Indonesia, perusahaan yang menambang emas dan tembaga di Papua, yang berlaku 30 tahun, akan berakhir pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era Globalisasi dan persaingan bebas Dewasa ini, pelatihan karyawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era Globalisasi dan persaingan bebas Dewasa ini, pelatihan karyawan dalam setia perusahaan, merupakan hal yang sangat penting untuk melatih dan mengembangkan kemampuan
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN
BAB II DESKRIPSI INDUSTRI PERTAMBANGAN 2.1. Gambaran Umum Sektor Pertambangan Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumberdaya alam dan mineral sehingga cukup layak apabila sebagaian pengamat
Lebih terperinciBAB II KEADAAN UMUM. PT Freeport Indonesia Incooperated (PTFII) sebagai anak perusahaan
BAB II KEADAAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat PT Freeport Indonesia PT Freeport Indonesia Incooperated (PTFII) sebagai anak perusahaan Freeport McMoran mulai beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Gbr. 2.1. Logo PT. Freeport Indonesia PT Freeport Indonesia merupakan sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport McMoran Copper & Gold Inc.. PT Freeport
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Sejarah Singkat PT Freeport Indonesia Sejarah keberadaan PT Freeport Indonesia di Papua dimulai dari laporan hasil eksplorasi yang dilakukan oleh seorang ahli geologi New Guinea
Lebih terperinciBARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran
K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini ilmu dan teknologi telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Perkembangan ini diiringi pula dengan berkembangnya dunia industri yang semakin maju. Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional adalah bidang ekonomi khususnya pada sektor industri. Pada sektor ini telah terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan mengakibatkan perkembangan pada sektor pertambangan seperti minyak dan gas bumi, mineral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan udara terbuka. Salah satu metode pertambangan bawah tanah yang sering
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pertambangan bawah tanah diterapkan untuk memproduksi endapan bijih yang tersimpan di bawah permukaan dan tidak mengalami kontak langsung dengan udara terbuka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari tahun 2013 mencapai 114,1 juta orang dengan jumlah pekerja di sektor konstruksi sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan tambang bawah tanah biasanya akan selalu membutuhkan penanganan khusus terutama atas
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi yang dibarengi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas ruang dan jarak. Tatanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latar belakang mengenai tema yang akan dibahas, perumusan masalahnya, pertanyaan apa saja yang menjadi acuan dalam melakukan penilaian, tujuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. industri. Perusahaan-perusahaan yang punya modal besar berusaha untuk segera
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang industri mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat dari tekhologi yang digunakan dalam bidang industri.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia industri, mengakibatkan munculnya masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut ingin tetap eksis. Masalah
Lebih terperinciPROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN
PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH JL. BRIGJEND. SUDIARTO NO. 347 SEMARANG 2014 PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN A. Pendahuluan
Lebih terperinciSUDJATMOKO PERHAPI ID # Tambang Freeport Evaluasi Teknis Penambangan dan SDM
SUDJATMOKO PERHAPI ID # 9300748 Tambang Freeport Evaluasi Teknis Penambangan dan SDM Pendidikan ITB Teknik Pertambangan Lulusan Jurusan Tambang Umum Tahun 1992. Sertifikat Pengawas Operasional Utama, ESDM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di tahun 2015 menjadikan kawasan regional ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan pada persoalan-persoalan berat yang muncul silih berganti. Tahun demi tahun, tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan industri digunakan berbagai tingkat teknologi sederhana atau tradisional sampai teknologi maju dan sangat maju. Semakin tinggi teknologi yang digunakan
Lebih terperinciPemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul
Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,
Lebih terperinciBoks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN
Boks.1 MODEL PENGELOLAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG BERKELANJUTAN PENDAHULUAN Menurut Bank Dunia, Indonesia merupakan salah satu negara penting dalam bidang pertambangan. Hal ini ditunjukkan oleh fakta
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI... 9 DAFTAR TABEL... 12 DAFTAR GRAFIK... 13 DAFTAR DIAGRAM...
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.
BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan
Lebih terperinciKONTRIBUSI DISTRIK ERTZBERG-GRASBERG TERHADAP MINERAL ENDOWMENT INDONESIA. Diskusi Freeport dan Indonesia Bangsa Pemenang
KONTRIBUSI DISTRIK ERTZBERG-GRASBERG TERHADAP MINERAL ENDOWMENT INDONESIA Diskusi Freeport dan Indonesia Bangsa Pemenang Kemenko Maritim, IA-ITB, IAGI dan PERHAPI Sukmandaru Prihatmoko Ketua Umum Ikatan
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam berupa tambang merupakan salah satu andalan negara Indonesia setelah pertanian. Beberapa peraturan nasional baik berupa undangundang, peraturan pemerintah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. adalah pertambangan. Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia, negara dengan kekayaan alam begitu melimpah salah satunya adalah pertambangan. Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor penopang pembangunan ekonomi
Lebih terperinciPenyusunan Matriks PMTB Tahun 2015
RAHASIA MI-04 Eksplorasi REPUBLIK INDONESIA Penyusunan Matriks PMTB Tahun 2015 Survei ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai: 1. Data nilai investasi kegiatan eksplorasi dan evaluasi menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi ini perkembangan zaman yang diingiringi dengan inovasi-inovasi dalam bidang pangan khususnya. Pola konsumsi masyarakat terhadap suatu produk makanan
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Blok pertambangan bawah tanah Deep Ore Zone (DOZ) PT. Freeport Indonesia (PTFI) merupakan pertambangan bijih mineral logam dengan produk utama berupa tembaga (Cu) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berberapa kebijakan dan etika bisnis. Salah satu dari kebijakan tersebut adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mengoperasionalkan sebuah perusahaan tentunya dibatasi oleh berberapa kebijakan dan etika bisnis. Salah satu dari kebijakan tersebut adalah kebijakan legal lewat
Lebih terperinciBAB III IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AGANSA PRIMATAMA SOLO
BAB III IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. AGANSA PRIMATAMA SOLO 4. Implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. Agansa Primatama 1. Profil PT. Agansa Primatama PT. Agansa Primatama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai karakteristik alam yang beragam. Indonesia memiliki karakteristik geografis sebagai Negara maritim,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, kebutuhan manusia akan energi semakin besar. Hampir setiap kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari memerlukan
Lebih terperinciTadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu
Tadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu JAKARTA. FT Freeport Indonesia (PTFI) kemungkinan gagal memenuhi target peningkatan produksi maupun penjualan emas dan tembaga,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan kerja
Lebih terperinci2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asean Free Trade Area (AFTA) adalah sebuah kesepakatan perdagangan bebas dimana hanya akan ada satu pasar dan basis produksi dengan lima elemen utama yaitu aliran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi merupakan suatu sistem terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan atau saling tergantung satu sama lain dalam proses kerjasama untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan
Lebih terperinciREKLAMASI DAN JAMINAN REKLAMASI, BAGAIMANA PENGATURANNYA?
REKLAMASI DAN JAMINAN REKLAMASI, BAGAIMANA PENGATURANNYA? Apa dan bagaimana pelaksanaan reklamasi? Bagaimana mekanisme penyediaan jaminan reklamasi? A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, pemerintah Indonesia banyak menghadapi tantangan yang tidak dapat dihindari yang mana ditandai dengan perdangan bebas. Meningkatnya teknologi informasi,
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL GEOFISIKA 2014 Optimalisasi Sains dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Daya Saing Bangsa Makassar, 13 September 2014
Studi Kinerja Alat Drill Cubex 6200 Lh1 Megamatic Di Area Caving Tambang Bawah Tanah, Deep Ore Zone (Doz) West Area Pt Freeport Indonesia, Tembagapura Papua Malik Pertambangan Fakultas Teknik, UVRI Makassar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang semakin berat dan dinamis, produktivitas mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu produktivitas
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Salah satu hal yang diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan nasional dalam UU Minerba adalah adanya kewajiban
BAB V PENUTUP Salah satu hal yang diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan nasional dalam UU Minerba adalah adanya kewajiban perusahaan tambang seperti Freeport untuk mengolah dan memurnikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Lingkungan kerja merupakan tempat yang potensial mempengaruhi kesehatan pekerja. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan pekerja antara lain faktor fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebakaran gedung bertingkat di Indonesia merupakan masalah yang harus ditangani secara serius. Kebakaran merupakan suatu peristiwa oksidasi yang melibatkan tiga unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Karyawan merupakan aset terpenting bagi organisasi, terlebih saat ini setiap organisasi mulai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Karyawan merupakan aset terpenting bagi organisasi, terlebih saat ini setiap organisasi mulai menerapkan sistem human capital. Pada sistem human capital
Lebih terperinciGophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai
Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai sedang-tinggi Bijih dan batuan samping cukup kuat,
Lebih terperinciCHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana
126 Lampiran 1 CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT A. Komando dan Kontrol 1. Mengaktifkan kelompok komando insiden rumah sakit. 2. Menentukan pusat komando rumah sakit. 3. Menunjuk penanggungjawab manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dalam berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 sebesar
Lebih terperincidimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis
14 Pada era industrialisasi seperti sekarang ini, persaingan menuntut perusahaan untuk memanfaatkan serta mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja
Lebih terperinciKalender Akademik TUJUAN YPJ: NILAI YPJ: Kejujuran, Tanggungjawab, Empati,Pikiran Terbuka, Integritas
TUJUAN YPJ: Menumbuh-kembangkan generasi muda yang cerdas, berkarakter, beriman, unggul dan mampu menghadapi tantangan masa kini NILAI YPJ: Kejujuran, Tanggungjawab, Empati,Pikiran Terbuka, Integritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan dapat diartikan sebagai suatu kejadian yang tak terduga, semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena merupakan sektor industri yang menghasilkan energi. Jenis jenis usaha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri bara merupakan salah satu sektor industri yang sangat penting, karena merupakan sektor industri yang menghasilkan energi. Jenis jenis usaha dalam
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peraturan Presiden No 32 Tahun 2011 tentang MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) merupakan sebuah langkah besar permerintah dalam mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja merupakan harapan setiap manajemen perusahaan, hal ini dapat. lingkungan kerja di sekitar pekerja ( Baedhowi,2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja yang baik dan konsisten atau cenderung meningkat dari pekerja merupakan harapan setiap manajemen perusahaan, hal ini dapat terwujud jika pekerja dapat menjalankan
Lebih terperinciBerdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7
Oleh: Ignasius Laya Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7 JAKARTA. PT Newmont Nusa Tenggara, anak usaha Newmont Mining Corporation, salah satu dari lima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, semakin tinggi harga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dalam dunia bisnis saat ini sangatlah pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan pesaing yang bermunculan dengan berbagai keunggulannya masing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinci- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM
- 2-2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciSISTEM PENAMBANGAN BAWAH TANAH (Edisi II) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah
SISTEM PENAMBANGAN BAWAH TANAH (Edisi II) Rochsyid Anggara, ST Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah B. SUPORTED STOPE METHOD 1. Cut and Fill Adalah suatu metode penambangan dengan jalan mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah perjalanan sistem kepemerintahannya, Indonesia sempat mengalami masa-masa dimana sistem pemerintahan yang sentralistik pernah diterapkan. Di bawah rezim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerapan K3 secara umum merupakan syarat utama didalam setiap proses bekerja, karena itu seiring dengan bertambah pesatnya sektor perindustrian sekarang ini serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka melaksanakan pembangunan masyarakat dan menyumbang pemasukan bagi negara peranan Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi diharapkan masih tetap memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia terkenal memiliki sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak pertambangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mallard dan Chatelier tercatat sebagai orang pertama yang menyelidiki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mallard dan Chatelier tercatat sebagai orang pertama yang menyelidiki fenomena detonasi. Hal ini bermula pada suatu peristiwa ledakan yang tidak lazim di dalam gua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilakukan karena menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik dunia yaitu : lempeng Hindia-Australia di sebelah selatan, lempeng Eurasia di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana alam. Gambar 1.1 menggambarkan kondisi geologi Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana dapat terjadi di belahan bumi manapun, termasuk di Indonesia sendiri yang notabennya kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan tiga lempeng dunia
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000
LAMPIRAN IX KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1453 K/29/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TATA CARA PENGAWASAN LINGKUNGAN SERTA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BIDANG PERTAMBANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, tantangan dan potensi bahaya yang dihadapi semakin banyak dan beragam termasuk bahaya yang timbul akibat buatan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa, industri pertambangan juga
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, perusahaan-perusahaan dihadapkan pada persaingan antarperusahaan yang semakin meningkat (Kotter, 1995). Dalam iklim persaingan usaha
Lebih terperinciIDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3
CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat global seperti sekarang ini, persaingan industri untuk memperebutkan pasar baik pasar tingkat regional,
Lebih terperinciGambar 1.1 Proses Pembentukan Batubara
1. Bagaimana terbentuknya? Gas metana batubara terbentuk selama proses coalification, yaitu proses perubahan material tumbuhan menjadi batubara. Bahan organik menumpuk di rawa-rawa sebagai tumbuhan mati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa bahan galian pertambangan
Lebih terperinci