BAB 1 PENDAHULUAN. menaunginya. Hal ini diungkapkan pula oleh Asy arie, Musa dalam Zain, Labibah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. menaunginya. Hal ini diungkapkan pula oleh Asy arie, Musa dalam Zain, Labibah"

Transkripsi

1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan merupakan salah satu institusi penyedia informasi yang menyajikan beragam fungsi sesuai dengan jenis perpustakaan tersebut. Keberadaan perpustakaan merupakan faktor penting untuk lembaga yang menaunginya. Hal ini diungkapkan pula oleh Asy arie, Musa dalam Zain, Labibah (2011: 43) yang merupakan rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta bahwa perpustakaan di negeri ini jangan sampai jatuh/tak terurus dan sepi pembacanya, kalau perpustakaan kita jatuh, sempurnalah kejatuhan peradaban bangsa. Keberadaan perpustakaan dalam suatu lembaga juga tidak lepas dari campur tangan petugas sebagai pengelola dan pelayanan perpustakaan, serta sebagai motor dan tenaga inti perpustakaan. Petugas tersebut tidak lain adalah pustakawan. Menurut Undang-undang No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan yang menyebutkan bahwa seorang pustakawan adalah orang yang memiliki pendidikan dan atau training kepustakawanan yang bekerja sesuai fungsinya yakni melaksanakan pengelolahan dan pelayanan perpustakaan. Pendapat lain diungkapkan oleh Zulaikha, Sri Rohyanti dalam Zain, Labibah (2011:162) bahwa seseorang disebut pustakawan ketika ia berguna bagi pemustakanya. Berpotensi bagi pemustakanya. Pustakawan menduduki jabatan dan peranan penting dalam hal kemajuan dan perkembangan perpustakaan. Akan tetapi saat ini keberadaan pustakawan dalam perpustakaan sangat memprihatinkan. Di Indonesia sendiri terdapat lebih

2 dari perpustakaan sekolah dan lebih dari perguruan tinggi namun tidak sebanding dengan jumlah pustakawan yang ada yaitu sekitar orang (Kompas, 7 Februari 2014). Data di atas menunjukkan dapat dilihat bahwa jumlah pustakawan masih belum sebanding dengan banyaknya perpustakaan yang ada di Indonesia padahal jika dilihat dari jenisnya, maka tidak hanya perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi saja. Namun masih ada perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan desa dan perpustakaan komunitas yang jumlahnya banyak sekali. Tak terkecuali di kota Yogyakarta, kebutuhan akan pustakawan juga cukup tinggi. Dari hasil wawancara dengan Pegawai BPAD diketahui bahwa kebutuhan akan formasi pustakawan 25 orang namun baru tersedia 17 orang. Telah diajukan ke BKD untuk pemenuhan dalam jangka waktu 5 tahun. Dimana pertahun diminta untuk memenuhi 13 pustakawan (sumber data primer). Untuk kebutuhan BPAD DIY, memang diminta sesuai dengan kualifikasi pendidikan. Pendapat serupa diungkapkan oleh Hernandono (1999) dalam Muhammad, Warsito Utomo dan Ratminto (2004) terkait dengan jumlah pustakawan dan kualifikasi pendidikan terdapat orang tenaga fungsional pustakawan dan hanya orang yang benar-benar berlatar belakang pendidikan formal pustakawan. Jika dikaitkan dengan alumni dari jurusan ilmu perpustakaan, ditambahkan lagi oleh Muhammad, Warsito Utomo dan Ratminto (2004) Di Indonesia setiap tahun lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan ilmu perpustakaan telah menghasilkan lulusan setingkat Diploma, S1 dan S2. Banyak hal yang melatar belakangi masih kurangnya tenaga pustakawan dalam perpustakaan. Terlepas dari perannya yang krusial di dunia pendidikan, tidak banyak orang yang memilih profesi sebagai pustakawan. Banyak faktor yang 2

3 melatarbelakangi pilihan profesi diluar dunia kepustakawanan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Ina Liem pada tahun 2013 bahwa siswa SMA di Indonesia, hanya ada 1 siswi yang berminat menjadi pustakawan. (Kompas, 7 Februari 2014). Hal yang serupa terjadi pada kantor pemerintahan, tidak banyak pegawai yang bersedia ditempatkan di perpustakaan. Diungkapkan oleh Retno, Sri Sulasmi (2013) PNS tidak berminat untuk jabatan fungsional ini (Pustakawan). Padahal, selain diberi kelonggaran masa kerja juga diberi keterampilan khusus yang tidak dimiliki bidang kerja lain. Profesi pustakawan sebagai salah satu profesi yang kurang popular di kalangan masyarakat, berdampak pada pustakawan sendiri yang merasa kurang dihargai, sehingga ada pustakawan merasa minder apabila dibandingkan dengan profesi lain. Diungkapkan oleh Wulan, Mawar Kusuma (2010) bahwa karyawan lebih mendambakan jabatan struktural dibanding jabatan fungsional pustakawan. Akhirnya itu menumbuhkan rasa rendah diri atau minder di kalangan pustakawan. Hal tersebut dirasakan oleh pustakawan yang bekerja di kantor pemerintahan. Ditambahkan pula pendapat pustakawan lain yaitu Wahyuni, Sri (2010) bahwa citra pustakawan yang tidak diminati ini seringkali membuat minder. Ditambahkan pula oleh Mafar, Fiqru dalam Zain, Labibah (2011: 152) dalam penelitian terkait Kompetensi Sosial Pustakawan: Studi Kasus Perpustakaan SMAN 1 Pleret Bantul Yogyakarta yang menghasilkan bahwa 3

4 terdapat aspek kompetensi sosial yang masih dirasa kurang adalah harga diri positif, kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial, keterampilan memecahkan masalah interpersonal, kebutuhan bersosialisasi, dan kebutuhan privasi. Hal tersebut menggambarkan bahwa pustakawan banyak yang merasa rendah diri akan profesinya. Jika dipandang dari kebutuhan profesi, profesi pustakawan merupakan salah satu yang banyak dibutuhkan sehingga membuka kesempatan karir yang luas. Namun, pada sisi yang lain, image negatif melekat pada profesi ini. Image yang melekat dibenak masyarakat ketika berbicara pustakawan adalah penjaga buku, penata buku, dan sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Rudolph, Megan (2008) yang berjudul Librarian in Film: Changing Stereotype, sedikit banyak dapat digunakan untuk melihat bagaimana media (film) menggambarkan sosok pustakawan. Pustakawan merupakan orang yang menggunakan kacamata, jika perempuan memakai sanggul, dan pegawai dengan rentang usia tua ada pada film-film 1940-an. Tetapi seiring perjalanan waktu, gambaran pustakawan di media mulai berubah. Produk media massa berupa film, menggambarkan realitas nyata tentang dunia kepustakawanan yang ada dalam masyarakat. Namun ada hal yang belum dipahami masyarakat bahwa penghargaan dari segi finansial untuk pustakawan pemerintah bisa dikatakan layak. Selain gaji pokok, pustakawan juga mendapatkan tunjangan profesi dan remunerasi (baru berlaku tahun ini). Terkait tunjangan profesi, ada Peraturan Pemerintah no. 71 tahun 2013 yang mengatur besaran tunjangan berkisar 350 ribu hingga 1,3 juta rupiah. Namun tentu saja 4

5 tidak dapat digeneralisir bahwa semua pustakawan memiliki penghargaan yang cukup dari segi finansial. Masih ada pustakawan yang memiliki gaji rendah, misalnya di perpustakaan sekolah. Diungkapkan oleh Ihsanudin, Muhammad (2009) "Bayangkan saja, ada tenaga pustaka yang dibayar per bulan hanya sekitar Rp sampai Rp " (Kompas, 19 Juni 2009) Saat ini pustakawan tidak hanya berurusan dengan perbaikan image dan masalah finansial saja. Fenomena baru yang dihadapi dalam dunia kepustakawanan saat ini yaitu akreditasi perpustakaan dan sertifikasi pustakawan yang memberi warna baru. Ketika dulunya pustakawan dianggap penata buku, saat ini pustakawan dihadapkan pada bentuk informasi yang lebih beragam karena kehadiran Teknologi Informasi. Penggunaan Teknologi Informasi oleh pustakawan juga berdampak pada tuntutan untuk penyediaan informasi yang berkualitas dan dapat diakses dimana saja, kapan saja selama 24 jam. Hal ini diungkapkan oleh Sungkana, Hadi (2005) meningkatnya tuntutan kualitas yang semakin tinggi untuk hampir semua segi. Dan pada konteks pasar kerja, era globalisasi memberikan dampak meningkatnya tuntutan kualitas (kualifikasi pendidikan, keterampilan dan keprofesian. Fenomena yang terjadi banyak perpustakaan yang mulai berbenah untuk penyediaan informasi bagi pemustakanya. Pustakawan di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dan Universitas Atmajaya Yogyakarta mulai memikirkan aspek pengguna dalam layanannya. Contohnya pada perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang mulai berbenah dengan menghadirkan layanan khusus difabel, carrel room, peminjaman dan pengembalian mandiri dengan menggunakan 5

6 bantuan TI. Selain itu, perpustakaan Universitas Atmajaya yang telah memberikan pelayanan prima kepada civitas akademikanya dengan mengadakan pelatihan literasi informasi sehingga mahasiswa tidak tersesat dalam pencarian informasi di internet. Padahal jika ditelusur dari karakteristik unik dari seorang pustakawan, ada yang menyebut bahwa pustakawan memiliki karakter yang bersifat etnosentris. The cultural of works organization dalam Laksmi (2006: 13) Etnosentris adalah sikap yang berdasarkan pekerjaannya menganggap diri mereka berbeda dengan yang lain, resisten terhadap perubahan, dan biasanya egosentris dan kurang bisa bekerjasama. Namun faktanya di lapangan, banyak pustakawan yang bergerak mengikuti perkembangan TI untuk penyediaan informasi. Saat ini, banyak tuntutan perubahan yang dihadapi pustakawan. Selain hadirnya Teknologi Informasi, pustakawan juga diminta untuk mengurus akreditasi perpustakaan dan sertifikasi pustakawan. Munculnya fenomena baru ini, menuntut penyediaan SDM yang berkualitas di perpustakaan. Hal ini memberikan warna akan gambaran profesi yang berbeda dari tahun sebelumnya. Akreditasi perpustakaan menuntut untuk adanya pustakawan dalam instansi tersebut sehingga SDM dengan latar belakang pendidikan perpustakaan sangat dibutuhkan. Sedangkan sertifikasi pustakawan, erat kaitannya dengan kompetensi pustakawan walaupun penerapannya berbeda dengan guru/dosen. Sertifikasi pustakawan tidak berpengaruh pada finansial. 6

7 Fenomena tersebut telah dirasakan oleh pustakawan perguruan tinggi negeri dan swasta dan mau tidak mau harus dihadapi. Namun, terdapat perbedaan antara pustakawan perguruan tinggi dan swasta dalam hal pengakuan. Pengakuan profesi ini terkait dengan adanya syarat kompetensi dan keahlian untuk melaksanakan suatu tugas. Untuk Pegawai Negeri Sipil biasanya disebut Jabatan Fungsional, contohnya dokter, guru, perawat, apoteker dan sebagainya. Pustakawan yang bekerja di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta telah masuk dalam jabatan fungsional sejak tahun Sedangkan untuk perguruan tinggi swasta, masih belum banyak yang memasukkan pustakawan pada jabatan fungsional. Di Yogyakarta, baru terdapat 3 Perguruan Tinggi Swasta yaitu Universitas Atmajaya, Universitas Sanata Dharma dan Universitas Islam Indonesia. Hal ini bukan terkait dengan finansial berupa tunjangan profesi, namun lebih kepada pengakuan profesi di lembaga tersebut. Peneliti mengambil lokasi penelitian di UIN Sunan Kalijaga dan Universitas Atmajaya Yogyakarta untuk makna profesi pustakawan bagi pustakawan. Pada instansi tersebut sama-sama telah menerapkan jabatan fungsional pustakawan dan terdapat pustakawan yang telah tersertifikasi. Namun penerapan fungsional pustakawan berbeda, untuk perpustakaan UIN Sunan Kalijaga telah dimulai sejak tahun 1998 sedangkan perpustakaan Universitas Atmajaya baru dimulai tahun Secara penerapan kebijakan akan berbeda antara universitas negeri dan swasta. Namun hasilnya diharapkan dapat memberikan gambaran tentang profesi pustakawan yang sesungguhnya dari sudut pandang orang yang menjalaninya (perspektif emik). 7

8 Hadirnya Teknologi Informasi, akreditasi perpustakaan, sertifikasi pustakawan, jabatan fungsional pustakawan, melahirkan realitas tersendiri dalam dunia kepustakawanan. Pandangan orang luar terhadap pustakawan yaitu tempat orang buangan, penjaga buku, dan penata buku tentu saja perlu di cross check dengan pandangan orang-orang didalamnya akan profesinya. Sehingga didapatkan penjelasan tentang profesi pustakawan yang sebenarnya. Oleh karena itulah penelitian ini membahas makna profesi pustakawan pada pustakawan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang ada di UIN Sunan Kalijaga dan Universitas Atmajaya Yogyakarta. 1.2 Rumusan Masalah: Profesi pustakawan merupakan salah satu profesi penting dalam dunia informasi. Perannya dalam pendidikan, dapat berupa pengelolaan informasi di perpustakaan. Disebut-sebut bahwa perpustakaan merupakan jantung perguruan tinggi. Apabila jantung tidak berdetak, maka proses pembelajaran didalamnya jga akan terhambat. Oleh karena itulah, diperlukan SDM yang handal sebagai pengelola perpustakaan. Agar Perpustakaan dapat berjalan dengan baik dan institusi yang menaunginya juga berjalan optimal. Kenyataan yang dihadapi dalam dunia kepustakawanan adalah terbatasnya SDM. Keterbatasan ini dapat dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan fakta tersebut, peneliti ingin melihat mengapa pustakawan memilih profesi pustakawan. Pengetahuan tentang faktor yang melatarbelakangi profesi pustakawan, dapat digunakan oleh pemangku kebijakan untuk menarik minat calon pustakawan. 8

9 Selain berhubungan dengan keterbatasan SDM, perpustakaan dirasa kurang mendapat apresiasi dari masyarakat. Hal ini menimbulkan bermacam pandangan terhadap profesi pustakawan. Image negatif sebagai orang buangan, penjaga dan penata buku perlu dibuktikan dengan terjun melihat dunia kepustakawanan. Pemaknaan profesi pustakawan dari sudut pandang orang-orang yang menjalaninya, dapat memberikan perspektif kepada masyarakat. Pengungkapan diri subjek penelitian sebagai pustakawan ingin peneliti ungkap karena muncul isu ketidakpercayaan diri pustakawan akan profesinya. Oleh karena itulah, rumusan masalah dalam penelitian ini: 1. Mengapa pustakawan memilih profesi sebagai pustakawan? 2. Bagaimana pustakawan memaknai profesinya sebagai pustakawan? 1.3 Tujuan Penelitian: Pengungkapan pustakawan terkait hal yang melatarbelakangi pemilihan profesi, diharapkan dapat menjawab terkait faktor yang mendasari seorang individu berprofesi sebagai pustakawan. Makna profesi oleh subjek penelitian akan menjelaskan bagaimana pustakawan aktif mengkonstruksi makna dalam dunia kepustakawanan. Hal ini akan memberikan pemahaman terhadap identitas kepustakawanan yang bersifat dinamis sesuai dengan keadaan lingkungan dan tujuan individu dalam dunia sosialnya. 1.4 Manfaat Penelitian: 1. Manfaat Teoritis 9

10 Memberi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Informasi Perpustakaan. 2. Manfaat Praktis Memberikan gambaran tentang makna profesi pustakawan bagi pustakawan sehingga dapat mendorong pustakawan untuk meningkatkan kualitas.sehingga terciptalah perpustakaan yang berkualitas pula dalam penyediaan layanannya. 1.5 Kerangka Berpikir Kerangka berpikir tentang makna profesi pustakawan, peneliti sajikan pada gambar 1.1 berikut: Makna Konstruksi Sosial (Peter L. Berger) Kenyataan dan Pengetahuan Interaksi dengan orang lain (Verbal dan Non verbal) Interaksionisme Simbolik (Mead) Makna Profesi Pustakawan pada Perpustakaan Perguruan Tinggi Penjelasan terkait dunia kepustakawanan dari sudut pandang pustakawan (perspektif emik) Gambar 1.1 Alur Pemikiran 10

11 Topik profesi pustakawan yang dikaji dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, untuk melihat bagaimana konstruksi makna terbentuk. Teori yang digunakan adalah konstruksi sosial Peter L. Berger dan interaksionisme simbolik Herbert Mead. Pada penelitian tentang makna profesi pustakawan bagi pustakawan ini, peneliti ingin melihat awal mula ketertarikan pustakawan memasuki dunia kepustakawanan. Hal ini dimulai dari alasan pemilihan profesi sebagai pustakawan dan motivasi menjadi seorang pustakawan. Dalam prosesnya menjalani suatu profesi, terdapat tahapan yang harus dilalui untuk meningkatkan kompetensi diri. Hal ini dapat dilihat dari pendidikan yang ditempuh dan peningkatan pengetahuan non-pendidikan (dengan mengikuti seminar, pelatihan). Pendidikan yang ditempuh seperti apa dan pelatihan apa saja yang diikuti untuk peningkatan pengetahuan. Dalam konstruksi sosial, manusia membangun makna tentang realitas sosial melalui proses dialektika antara internalisasi, eksternalisasi dan obyektifikasi. Karena makna yang dibangun merupakan proses dialektika, maka yang berlangsung adalah proses yang tidak linier tetapi penuh dinamika non linier (tidak sekali jalan langsung terbentuk makna). Dalam penelitian ini, yang akan dijelaskan adalah proses dialektika itu. Individu membangun makna tentang profesi pustakawan, terjadi proses panjang dalam rentang kehidupannya yang penuh dialektika. Dalam konteks pekerjaan, setiap individu akan mencoba menghubungkan realitasnya dengan 11

12 realitas orang lain. Ketika di perpustakaan, teman kerja, atasan, kepala perpustakaan dan penggunakan merupakan orang-orang yang berpengaruh untuk membentuk realitas pustakawan. Ketika pustakawan bekerja di perpustakaan, maka akan terjadi proses peralihan dari individu biasa menjadi seseorang yang akan terikat dengan norma, nilai dan kode etik kepustakawanan. Hal ini akan mempengaruhi makna pustakawan dalam menilai profesi pustakawan yang merupakan proses selama bekerja di perpustakaan. Isu-isu penting terkait dengan dunia yang ditekuni yaitu perpustakaan mulai diciptakan. Hal-hal yang terkait dengan kompetensi, profesionalisme, hadirnya Teknologi Informasi, pelaksaanaan akreditasi perpustakaan dan sertifikasi pustakawan. Pada akhirnya setiap individu mulai menyumbangkan realitas subjektif yang diungkapkannya dalam pembicaraan maupun tindakan. Perumusan tentang adanya perpustakaan digital, pengumpulan angka kredit untuk sertifikasi dan pentingnya kompetensi menurut latar belakang pendidikan dalam akreditasi pustakawan segera menjadi bagian dari realitas objektif yang ada pada dunia kepustakawanan. Kemungkinan, individu yang awalnya tidak tertarik pada dunia kepustakawanan, kemudian bekerja di perpustakaan dan bertemu dengan orangorang yang cinta dan bangga degan profesi pustakawan. Karena rekan kerja dalam profesi menunjukkan minat terhadap dunia kepustakawanan, individu tersebut mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang cinta dan bangga dengan profesi pustakawan. Hal ini berlaku sebaliknya, ketika orang-orang sekitar memberikan stigma bahwa pustakawan adalah penata buku, penjaga buku dan sebagainya. 12

13 Dimungkinkan juga pustakawan mengidentifikasi dirinya sesuai dengan pandangan umum masyarakat. Secara jelasnya, proses interaksi individu dengan lingkungan yang berupa percakapan akan berdampak pada pendefinisian ulang realitas individu tersebut dalam dunia kepustakawanan. Dunia kepustakawanan yang ditekuni oleh individu, dikaitkan dengan realitas subjektif sehingga menghasilkan realitas objektif. Masuknya individu dalam dunia kepustakawanan, tak hanya menyangkut peranan baru, tetapi lebih dari itu, merupakan langkah ke satu dunia baru. Individu tidak hanya melangkah dalam peranan yang telah ada dalam kepustakawanan. Namun terdapat normanorma yang secara umum diterima dan membimbing perilaku mereka masingmasing. 13

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan adalah organisasi yang memiliki peran, tugas dan fungsi menghimpun, mengelola, mengemas, menyajikan dan memberdayakan informasi. Dalam paradigma baru,

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN KETERANGAN BELAJAR, IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR, SURAT KETERANGAN TANDA LAPOR TELAH MEMILIKI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dunia, perkembangan pendidikan sangat pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dunia, perkembangan pendidikan sangat pesat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dunia, perkembangan pendidikan sangat pesat dan persaingan makin ketat terutama bagi perguruan tinggi negeri maupun swasta. Untuk dapat mempersiapkan

Lebih terperinci

KESIAPAN PUSTAKAWAN MENGHADAPI SERTIFIKASI DALAM PERSPEKTIF KEPALA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DI PEKANBARU

KESIAPAN PUSTAKAWAN MENGHADAPI SERTIFIKASI DALAM PERSPEKTIF KEPALA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DI PEKANBARU KESIAPAN PUSTAKAWAN MENGHADAPI SERTIFIKASI DALAM PERSPEKTIF KEPALA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DI PEKANBARU TIM PENGUSUL FIQRU MAFAR, M. IP. (1029078402) Drs. ROSMAN H., M. Hum (1020076401) UNIVERSITAS

Lebih terperinci

2015 STUDI PENILAIAN PEMUSTAKA TENTANG KOMPETENSI MANAJERIAL TENAGA PENGELOLA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

2015 STUDI PENILAIAN PEMUSTAKA TENTANG KOMPETENSI MANAJERIAL TENAGA PENGELOLA PERPUSTAKAAN SEKOLAH A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perkembangan zaman yang begitu cepat menyebabkan beberapa teknologi dan informasi yang tersedia mengalami beberapa perubahan pada berbagai aspek dan bidang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari di kalangan karyawan sering muncul beragam pertanyaan yang terkait dengan masa depan mereka, khususnya tentang karier. Pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, dunia telah memasuki era globalisasi, era dimana persaingan di dunia akan semakin ketat. Perlu banyak upaya untuk mempertahankan suatu bangsa,

Lebih terperinci

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan Penggunaan Teknologi Informasi dalam Pelayanan Sumber Informasi di Perpustakaan Nurul Alifah Rahmawati Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstrak Perpustakaan sebagai pusat sumber informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang baik, efisien, efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Perjalanan sejarah hidup umat manusia tidak terlepas dari proses pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan dari setiap manusia. Berdasarkan

Lebih terperinci

AYO JADI PUSTAKAWAN. Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP

AYO JADI PUSTAKAWAN. Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP AYO JADI PUSTAKAWAN Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP E-mail: yuvenyuni@gmail.com Abstrak: Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 menyebutkan ada 101 rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil (PNS) salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan nasional adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN IMPLIKASI UNDANG-UNDANG GURU DAN DOSEN TERHADAP PENINGKATAN MUTU PROSES PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN M. Syaom Barliana Universitas Pendidikan Indonesia L A T A R B E L A K A N G Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar untuk memilih jurusan. Baik itu berasal dari diri

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar untuk memilih jurusan. Baik itu berasal dari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurusan Akuntansi merupakan salah satu jurusan yang terdapat pada dunia pendidikan dalam lingkup ilmu sosial. Walaupun di setiap Perguruan Tinggi menawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Madrasah Tsanawiyah selaku lembaga pendidikan formal yang bertujuan menyiapkan para peserta didik (siswa), untuk dapat menjadi anggota masyarakat yang mempunyai

Lebih terperinci

2016 PENGARUH HASIL PEMBINAAN PUSTAKAWAN SEKOLAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN SMAN 3 CIMAHI

2016 PENGARUH HASIL PEMBINAAN PUSTAKAWAN SEKOLAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN SMAN 3 CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan sekolah sebagai sumber informasi dan sarana untuk penunjang bagi kegiatan belajar mengajar bagi siswa menuntut adanya peran seorang pustakawan dalam melayani

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG IZIN BELAJAR, TUGAS BELAJAR DAN PENYESUAIAN IJASAH PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PUSTAKAWAN ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TUNJANGAN KINERJA DENGAN INOVASI KERJA PUSTAKAWAN

LAPORAN PENELITIAN PUSTAKAWAN ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TUNJANGAN KINERJA DENGAN INOVASI KERJA PUSTAKAWAN LAPORAN PENELITIAN PUSTAKAWAN ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN TUNJANGAN KINERJA DENGAN INOVASI KERJA PUSTAKAWAN Studi Kasus di UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta Oleh: Samiyati, S.Sos. NIP. 19770606 200312

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini informasi banyak beredar luas di masyarakat. Apalagi di zaman yang canggih seperti sekarang perkembangan informasi tumbuh dengan sangat cepat. Informasi

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA VISI PROGRAM STUDI Unggul dan terkemuka dalam pengembangan ilmu perpustakaan dan informasi berbasis keislaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membentuk pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk individu, sosial, budaya dan warga Negara yang perlu mengembangkan dirinya untuk tetap hidup di tengah tengah masyarakat dan di era

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan semakin pesat. Perkembangan teknologi dan infomasi tersebut sangat membantu

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA. PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan tuntutan masyarakat disektor usaha dan pemerintahan semakin

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan tuntutan masyarakat disektor usaha dan pemerintahan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini perkembangan profesi akuntan yang sangat pesat seiring dengan tuntutan masyarakat disektor usaha dan pemerintahan semakin tinggi. Semua

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2014 PERATURAN WALIKOTA PANGKALPINANG NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG KETENTUAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014

Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014 Jabatan Fungsional Pustakawan Berdasarkan Permenpan dan RB Nomor 9 Tahun 2014 Suharyanto Pustakawan Madya Perpustakaan Nasional RI Suharyanto_m @ yahoo.com -- FB : Suharyanto Mallawa Abstrak Jabatan fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas

Lebih terperinci

iga isu strategis yang berkaitan dengan upaya pengembangan SDM Perpustakaan IPB membutuhkan SDM yang memiliki kompetensi

iga isu strategis yang berkaitan dengan upaya pengembangan SDM Perpustakaan IPB membutuhkan SDM yang memiliki kompetensi 7 REKOMENDASI T iga isu strategis yang berkaitan dengan upaya pengembangan SDM Perpustakaan IPB adalah : 7.1. Penyediaan SDM Perpustakaan IPB membutuhkan SDM yang memiliki kompetensi kepustakawanan, kearsipan

Lebih terperinci

PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA

PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA 2014 Opong Sumiati. Pusat Pengembangan Pustakawan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional RI 23

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1 Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. 2 PENDAHULUAN Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI

Lebih terperinci

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang berkat limpahan rahmat serta karunia-nya kita semua dapat

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang berkat limpahan rahmat serta karunia-nya kita semua dapat BHINNEKA TUNGGAL IKA Perpustakaan Nasional Republik Indonesia SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Pada Acara Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia the Santosa Hotel, 9 Nopember 2010

Lebih terperinci

Seminar, Workshop & Munas FPPTI. Pendahuluan. Latar Belakang Pentingnya Sertifikasi Kesejahteraan Rakyat. Pertumbuhan ekonomi Daya Saing

Seminar, Workshop & Munas FPPTI. Pendahuluan. Latar Belakang Pentingnya Sertifikasi Kesejahteraan Rakyat. Pertumbuhan ekonomi Daya Saing PTS INDONESIA PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA Opong Sumiati. Pusat Pengembangan Pustakawan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa pada masa pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa pada masa pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa pada masa pembangunan. Pengembangan dalam bidang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006:

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah The quality of an instructional program is comprised of three elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: 8). Sebagaimana dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini, teknologi dan ilmu pengetahuan sangat berpengaruh pada pola kehidupan manusia untuk secara terus menerus mengembangkan diri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pembangunan di Indonesia telah dimulai jauh sebelum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pembangunan di Indonesia telah dimulai jauh sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan di Indonesia telah dimulai jauh sebelum Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa penjajahan proses pembangunan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan, sejalan dengan tuntutan perkembangan pembangunan

Lebih terperinci

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era perkembangan globalisasi seperti sekarang ini, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang jauh lebih berkualitas dan kompeten menjadi hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guru yang profesional, secara ideal, adalah seorang guru yang telah memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pendidikan akuntansi di Indonesia dewasa ini kian meningkat. Hal ini terbukti dengan makin bertambahnya lembaga-lembaga pendidikan baik lembaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang yang sangat penting dan krusial. Dikatakan demikian, sebab majunya sebuah bangsa atau negara dapat diukur dengan bagaimana kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanahkan beberapa kewajiban negara, salah satu yang penting adalah

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sri Suharmini Wahyuningsih 1 minuk@ut.ac.id Abstrak Kesepakatan pemimpin ASEAN dalam memajukan masyarakat agar dapat mengembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sering disebut sebagai human resource, tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sering disebut sebagai human resource, tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia sering disebut sebagai human resource, tenaga atau kekuatan manusia (energi atau power). Sumber daya juga disebut sumber tenaga, kemampuan,

Lebih terperinci

LAPORAN WORKSHOP. 27 November 2014 Di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) Bandung

LAPORAN WORKSHOP. 27 November 2014 Di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung (STPB) Bandung LAPORAN WORKSHOP Sertifikasi Pustakawan dalam Rangka Meningkatkan Kompetensi, untuk Menunjang Akreditasi Institusi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (The Librarian Certification Process in Boosting the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola BAB I PENDAHULUAN To effectively communicate, we must realize that we are all different in the way we perceive the world and use this understanding as a guide to our communication with others. (Anthony

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) adalah suatu sistem manajemen pemerintah yang dapat merespon aspirasi masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berkiprah dalam dunia kerja adalah sarjana ekonomi, khususnya dari jurusan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkiprah dalam dunia kerja adalah sarjana ekonomi, khususnya dari jurusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha memberikan lapangan kerja yang beragam bagi angkatan kerja. Salah satu angkatan kerja yang ada di Indonesia adalah sarjana, yaitu tenaga

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah faktor kunci yang utama untuk menghadapi persaingan dalam dunia kerja di era globalisasi saat ini.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kemajuan perkembangan rumah sakit mengalami perubahan besar dimana rumah sakit sedang berada dalam suasana global dan kompetitif. Pelayanan rumah sakit

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang :

Lebih terperinci

PUSTAKAWAN BERKUALITAS TINGGI: Urgensi Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai fountain of Knowledge

PUSTAKAWAN BERKUALITAS TINGGI: Urgensi Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai fountain of Knowledge PUSTAKAWAN BERKUALITAS TINGGI: Urgensi Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai fountain of Knowledge Purwani Istiana Pustakawan Perpustakaan Fakultas Geografi UGM nina@ugm.ac.id Abstrak Perpustakaan perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masitoh Hamdayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masitoh Hamdayani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang penelitian yang melatar-belakangi dilakukannya penelitian, perumusan masalah yang merupakan pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap manusia pasti mempunyai berbagai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah manusia membutuhkan biaya atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan suatu perpustakaan tidak bisa dipisahkan dari pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, dimana seluruh segi kehidupan bangsa dan negara di atur di dalamnya. Dalam pembukaan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memilih dan mencari pekerjaan memiliki tingkat kesulitan dan keunikan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Memilih dan mencari pekerjaan memiliki tingkat kesulitan dan keunikan sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memilih dan mencari pekerjaan memiliki tingkat kesulitan dan keunikan sendiri yang harus dihadapi oleh mahasiswa yang sedang belajar dan akan menamatkan studinya. Untuk

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1023, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Sekolah Tinggi Agama Budha Negeri. Raden Wijaya Wonogiri PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Lampiran INSTRUMEN KUESIONER PENERAPAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Lampiran INSTRUMEN KUESIONER PENERAPAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN Lampiran INSTRUMEN KUESIONER PENERAPAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN I. Keterangan Kuesioner POLITEKNIK NEGERI MEDAN 1. Kuesioner ini dimaksud untuk memperoleh data objektif dari responden 2.

Lebih terperinci

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan urutan pengertian, diawali dengan

Lebih terperinci

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDONESIA YANG TERAMPIL DAN MANDIRI

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDONESIA YANG TERAMPIL DAN MANDIRI 1 PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBANGUN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDONESIA YANG TERAMPIL DAN MANDIRI Muhammad Sirozi Guru Besar Ilmu Pendidikan IAIN Raden Fatah Palembang Latar Belakang Indonesia masa

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIR MENJADI PRAKTISI AKUNTANSI SYARIAH.

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIR MENJADI PRAKTISI AKUNTANSI SYARIAH. BAB I PENDAHULUAN Dalam era globalisasi dunia, perkembangan pendidikan sangat pesat dan persaingan makin ketat terutama bagi perguruan tinggi negeri maupun swasta. Untuk dapat mempersiapkan sumber daya

Lebih terperinci

RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI

RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI RPP MANAJEMEN PPPK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI @2015 LATAR BELAKANG PENGATURAN MANAJEMEN PPPK 19 Desember 2013 Ditandatangani DPR 15 Januari 2014 Diundangkan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing serta mempertahankan diri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak pada berbagai hal. Salah satu dampak perubahan itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak pada berbagai hal. Salah satu dampak perubahan itu adalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan lingkungan yang dinamis dalam era globalisasi membawa berbagai dampak pada berbagai hal. Salah satu dampak perubahan itu adalah dalam ranah pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Giya Afdila, 2016 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan pendidikan merupakan kompleksitas daripada segenap para kontributor pendidikan, dalam hal ini guru. Pembangunan melalui pendidikan dapat dilihat

Lebih terperinci

PETA KOMPETENSI DAN KEBUTUHAN PELATIHAN BAGI PUSTAKAWAN/ TENAGA PERPUSTAKAAN SMA/ SMK SE PEKANBARU

PETA KOMPETENSI DAN KEBUTUHAN PELATIHAN BAGI PUSTAKAWAN/ TENAGA PERPUSTAKAAN SMA/ SMK SE PEKANBARU PETA KOMPETENSI DAN KEBUTUHAN PELATIHAN BAGI PUSTAKAWAN/ TENAGA PERPUSTAKAAN SMA/ SMK SE PEKANBARU TIM PENGUSUL Drs. Rosman H., M. Hum (NIDN : 1020076401/Ketua) FIQRU MAFAR, M. IP. (NIDN : 1029078402/Anggota)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah surat kabar Harian Jogja Express tertanggal 13 September 2012 menulis sebuah artikel yang sangat menarik. Dalam tulisannya, diinformasikan bahwa batas

Lebih terperinci

STRATEGI PUSTAKAWAN SUKSES UJI SERTIFIKASI

STRATEGI PUSTAKAWAN SUKSES UJI SERTIFIKASI STRATEGI PUSTAKAWAN SUKSES UJI SERTIFIKASI Sukirno Pustakawan Madya Fakultas Kedokteran UGM sukirno@ugm.ac.id Abstrak Menurut Permenpan dan RB No. 9 Tahun 2014 pada Bab X Pasal 33, pada ayat (1) disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan Indonesia jangka panjang yaitu Indonesia yang maju dan mandiri, adil dan demokratis, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan karena sumber daya manusia perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci untuk mencapai kesejahteraan, tentunya langkah utama harus diawali dengan belajar lebih giat baik melalui pendidikan formal atau

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG IZIN BELAJAR, PENGGUNAAN GELAR AKADEMIK DAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA

JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSDIKLAT MANAJEMEN DAN PENGEMBANGAN JABATAN FUNGSIONAL JABATAN FUNGSIONAL PENGELOLA PENGADAAN BARANG/ JASA PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1994 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pengembangan profesionalisme dan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Kepegawaian Daerah (BKD) sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah mengemban tugas dalam menjamin kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA A. PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (BKPP) 1. Sejarah singkat Sesuai dengan Qanun* kota Langsa no.4 tahun 2007 tentang Pembentukan dan Penataan Susunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu 20 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini merupakan Cross Sectional dengan metode survei yang menggunakan kuesioner, lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Lampung Barat.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 29 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TUGAS BELAJAR, IZIN BELAJAR, UJIAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH DAN KENAIKAN PANGKAT PENYESUAIAN IJAZAH SERTA PENCANTUMAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS BELAJAR DAN IZIN BELAJAR DI LINGKUNGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, diperlukan suatu penyelenggaraan pendidikan yang dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Dalam Pembukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan, peran dan fungsi guru dalam dunia pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan, peran dan fungsi guru dalam dunia pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan, peran dan fungsi guru dalam dunia pendidikan merupakan salah satu faktor yang urgen. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan pendidikan akuntansi di Indonesia dewasa ini kian meningkat. Hal ini terbukti dengan makin bertambahnya lembaga-lembaga pendidikan baik lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi modern menuntut penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi peningkatan harkat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama dalam membantu siswa untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui pembangunan manusia melalui berbagai sektor, yang dilaksanakan melalui upaya peningkatan sektor pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam reformasi birokrasi saat ini dan persaingan global mendorong kinerja aparatur pemerintah. Tuntutan kinerja untuk lebih professional, bermoral, bersih dan beretika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi yang berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi yang berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menyebarkan pengetahuan ke masyarakat. Peran

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KESEHATAN A. Pengertian-pengertian

SOSIOLOGI KESEHATAN A. Pengertian-pengertian SOSIOLOGI KESEHATAN Perkembangan ilmu sosiologi kesehatan dimulai sejak manusia sadar bahwa kesehatan tidak hanya sebatas fisik, melainkan juga mental serta kondisi sosial seseorang. Maka dari itu muncullah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang

BAB I PENDAHULUAN. secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya.

Lebih terperinci