SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta. Disusun oleh:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta. Disusun oleh:"

Transkripsi

1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ADS ( AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI ) PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta Disusun oleh: ZUFRI MAULINDA 09/ /PSIK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2013 i

2

3 PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ADS (AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI) PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL, bahwa segala yang tertuang dalam Skripsi penelitian ini, adalah benar-benar ide dan hasil pemikiran asli dari peneliti sendiri. Bukan plagiat atau hasil meniru ide, hasil pemikiran atau buah karya orang lain. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan untuk menjadi Sarjana Keperawatan pada program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. Yogyakarta, September 2013 (ZufriMaulinda) iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan Skripsi yang berjudul: Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Pemenuhan Kebutuhan ADS (AktivitasDasarSehari-hari) Pada Anak Tunagrahita Sedang di SLB Widya Mulia Pundong Bantul. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh gelar sarjana keperawatan di STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.Penyusunan skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. dr. I Edi Purwoko, Sp.B, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta. 2. Dewi R, Pamungkas, S.Kep., Ns,MNg, selaku Ketua Prodi S1Ilmu Keperawatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan dan menyusun karya tulis ilmiah. 3. Ida Nursanti, S.Kep.,Ns., M.P.H, selaku Ketua LPPM yang memberkan ijin untuk pelaksanaan usulan penelitian dan selaku Dewan Penguji yang telah memberikan saran dan masukannya. 4. Rosa Delima E, S.Kp.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan dan saran selama proses penyelesaian usulan penelitian ini. 5. Sulistyaningsih, S.Kep.,Ns selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan saran selama proses penyelesaian usulan penelitian ini. 6. Kepala Sekolah dan Bapak Ibu Guru di SLB Widya Mulia Pundong Bantul yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini. 7. Kepala Sekolah dan Bapak Ibu Guru di SLB Marsudi 3 Sanden yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan uji validitas. iv

5 8. Kedua Orang tuaku tercinta, adik, keluarga dan teman terindahku yang banyak memberikan doa, nasehat dan motivasi hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu atas masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, Akhirnya harapan penulis semoga penelitian ini dapat bermanfaat untuk semua. Yogyakarta, September 2013 Penulis v

6 DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii LEMBAR PERYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 6 D. Manfaat Penelitian... 6 E. Keaslian Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tunagrahita Definisi Tunagrahita Karakteristik dan Klasifikasi Anak Tunagrahita Penyebab Tunagrahita B. Kemandirian ADS Pada Anak Tunagrahita C. ADS (AktivitasDasar Sehari-hari) Definisi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan ADS Kriteria Aktivitas Dasar Sehari-hari D. PolaAsuh Orang Tua Pola Asuh Aspek-aspek Pola Asuh Faktor-faktor yang Mempengaruhi Orang tua dalam Menerapkan Pola Asuh PolaAsuh Orang tua Pada Anak Retardasi Mental E. Kerangka Teori F. Kerangka Konsep Penelitian G. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian B. Tempat Dan Waktu Penelitian C. Populasi Dan Sampel vi

7 1. Populasi Cara Pemilihan Sampel Kriteria Inklusi dan Eksklusi D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Alat Dan Metode Pengumpulan Data G. UjiValiditas Dan Reabilitas H. Metode Pengolahan Dan Analisa Data Analisis Univariat Analisis Bivariat I. Etika Penelitian J. Pelaksanaan Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang Karakteristik Orang tua dari Anak Tunagrahita Sedang Analisis Hasil Penelitian B. Pembahasan Pola Asuh Orang tua Anak Tunagrahita Sedang Kemandirian Anak Tunagrahita Sedang Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Kemandirian Anak C. Keterbatasan penelitian BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

8 DAFTAR TABEL Hal Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Tabel 3.2 Kisi-Kisi InstrumenVariabel Pola Asuh Orang Tua Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Kemandirian Pemenuhan ADS Anak Tunagrahita Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Orang tua Anak Tunagrahita Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang tua Anak Tunagrahita Sedang Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Tunagrahita Sedang Tabel 4.5 Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Tingkat Kemandirian Anak viii

9 DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1 Kerangka Teori Penelitian Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian ix

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Permohonan Kesediaan Responden Lampiran 2 Persetujuan Kesediaan Responden Lampiran 3 Identitas Responden Lampiran 4 Kuesioner Penelitian Pola Asuh Orang Tua Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Kemandirian dalam Pemenuhan ADS Lampiran 6 Lembar Bimbingan Lampiran 7 Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 8 Surat Ijin Uji Validitas Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian Lampiran10 Pernyataan Melakukan Uji Validitas Lampiran 11 Pernyataan Melakukan Penelitian Lampiran 12 Deskripsi Karakteristik dan Rekapitulasi Data Jawaban Responden Lampiran 13 Hasil Uji Validitas Instrumen Lampiran 13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Lampiran 14 Deskripsi Variabel Penelitian dan Tabulasi Silang Lampiran 15 Hasil Analisis Kendall s Tau x

11 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ADS (AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI ) PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL Zufri Maulinda 1, Rosa Delima E 2, Sulistyaningsih 3 INTISARI Latar Belakang : Pola asuh orangtua meliputi demokratis, otoriter dan permisif. Gaya pola asuh yang tepat dapat meningkatkan kemandirian anak tungrahita dalam pemenuhan ADS yang meliputi, mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinensia, dan makan. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan informasi bahwa terdapat 43 siswa yaitu SDLB 31 siswa, SMPLB 10 siswa dan SMALB 2 siswa yang mengalami tunagrahita sedang dan mengikuti program pelatihan bina diri. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dasar seharihari di SLB Widya Mulia Pundong Bantul. Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan studi korelasional. Desain penelitian ini adalah cross sectional, dengan menggunakan metode total sampling sebanyak 43 responden. Analisis data yang digunakan yaitu uji korelasi Kendall s Tau. Hasil Penelitian : mayoritas pola asuh demokratis sebanyak 24 orang (55,8%). Mayoritas tingkat kemandirian kategori tinggi yaitu sebanyak 22 orang (51,2%). Hasil uji korelasi Kendall s Tau menunjukkan nilai atau koefisien Kendall s Tau hitung positif sebesar 0,932 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0,000, yang artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak dalam pemenuhan ADS. Kesimpulan : Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan ADS Kata kunci : pola asuh, kemandirian, ADS 1 Mahasiswa S1 Prodi Keperawatan STIKES A. Yani Yogyakarta 2 Dosen POLTEKES Yogyakarta 3 Dosen STIKES A. Yani Yogyakarta xi

12 RELATIONSHIPS PARENTING PARENTS WITH MODERATE MENTAL RETARDATION LEVEL OF THE CHILD'S INDEPENDENCE IN FULFILLMENT OF THE ACTIVITIES DAILY LIVING IN SLB WIDYA MULIA PUNDONG BANTUL Zufri Maulinda 1, Rosa Delima E 2, Sulistyaningsih 3 ABSTRACT Background: Parent s parenting include democratic, autoritary, permissive. Style of parent s parenting are exactly can increasing independence level of moderate mental retardation children s in fulfillment of the activities daily living that is bathing, clothing, toileting, moving, continencia, and eating. Based preliminary result study, obtained information that there were 43 students that SDLB 31 students, SMPLB 10 students, and SMALB 2 students with moderate mental retardation and self-coached training program Objective : To know relationships parenting parents with mental retardation level of the child's independence is in fulfillment of the activities daily living in the SLB Widya Mulia Pundong Bantul. Method : This study uses a correlational study. The study design was cross-sectional, using total sampling method as many as 43 respondents. Data analysis using Kendall s Tau test. Results : The majority of parenting implemented by parents (respondents) to moderate mental retardation children in SLB Widya Mulia, Pundong Bantul is a democratic parenting style as many as 24 people (55.8%) The majority of the level of independence of the moderate mental retardation children in SLB Widya Mulia, Pundong Bantul have a level of independence that are included in the high category as many as 22 people (51.2%) The results show that there is a positive and significant relationship between parents parenting with independence level of mental retardation children compliance Activities Daily Living in SLB Widya Mulia, Pundong Bantul because the value or score of Kendall's Tau coefficient are positive = with probability (p)= Conclusion : The results show that there is relationship between parent s parenting with independence level of mental retardation children compliance Activities Daily Living in SLB Widya Mulia, Pundong Bantul. Key words: parent s parenting, level of independence, and ADL 1 Student of Nursing Program STIKES A. Yani Yogyakarta 2 Lecture of POLTEKES Yogyakarta 3 Lecture of Nursing Program STIKES A. Yani Yogyakarta xii

13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak merupakan titipan Tuhan, tetapi tidak semua anak terlahir dengan keadaan yang sempurna, ada pula anak yang terlahir dengan kekurangan dan mempunyai kebutuhan khusus. Anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya (Lumbanotobing, 2006). Banyak diantara orangtua yang memiliki anak berbeda merasa malu, kecewa, putus asa, dan pasrah tidak melakukan apapun yang terbaik untuk anaknya. Mereka menerima semua keadaan ini sebagai takdir yang sudah digariskan Sang Maha Pencipta untuk mereka dan anak mereka (Smart, 2010). Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua menjadi orang yang pertama dalam mempengaruhi, mengarahkan dan mendidik anaknya. Tumbuh kembang kepribadian anak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua yang diterapkan dalam keluarga (Hurlock, 2006). Pola asuh adalah cara kerja yang digunakan oleh orang tua dalam mendidik, menjaga, merawat, memelihara, dan mendidik anak (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003). Menurut Wong (2008), gaya pola asuh orang tua dapat secara umum digambarkan sebagai otoriter, permisif, dan demokratik. Pola asuh otoriter yaitu orang tua mencoba untuk mengontrol perilaku dan sikap anak melalui perintah yang tidak boleh dibantah. Pola asuh permisif merupakan pola asuh orang tua yang memiliki sedikit kontrol atau tidak sama sekali atas tindakan anak-anak mereka. Pola asuh demokratik yaitu orang tua mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan alasan peraturan dan secara negatif menguatkan penyimpangan. Tipe mengasuh anak yang paling berhasil tampaknya adalah metode demokratik. Orang tua tidak membuat batasan yang kaku dan memaksa, tetapi tetap mempertahankan kontrol yang kuat, terutama pada area ketidaksepakatan orang tua dan anak. Berdasarkan penjelasan tentang ketiga pola asuh orang tua, maka dapat dikemukakan bahwa pola asuh orang tua dalam mengarahkan dan mendidik 1

14 anaknya akan berpengaruh dalam pertumbuhan kemandirian anak (Efendi, 2008). Istilah kemandirian pada anak tunagrahita umumnya dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan segala sesuatunya sendiri, misalnya memakai baju sendiri, menalikan sepatunya sendiri tanpa harus tergantung pada bantuan orang lain. Akibat keterbatasan yang mereka alami, hal ini menyebabkan mereka bergantung pada orang lain, baik bergantung sepenuhnya ataupun sebagian. Mereka memerlukan latihan khusus untuk mempelajari kemampuan dasar (Efendi, 2008). Beberapa kegiatan yang termasuk dalam aktivitas dasar sehari-hari adalah ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi dan berhias (Potter dan Perry, 2005). Istilah Aktivitas Dasar Sehari-hari (ADS) yang lebih familiar dalam dunia pendidikan anak tunagrahita dikenal dengan istilah Bina Diri, bina diri ditinjau dari arti katanya adalah usaha membangun diri individu baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, dan masyarakat sehingga terwujudnya kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai. Bila ditinjau lebih jauh, istilah bina diri lebih luas dari istilah mengurus diri, menolong diri, dan merawat diri, karena kemampuan bina diri akan mengantarkan anak berkebutuhan khusus dapat menyesuaikan diri dan mencapai kemandirian (Astati, 2010). Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari anak tunagrahita adalah peran orang tua. Orang tua dapat memberikan bantuan-bantuan berupa bimbingan dan dorongan agar anak dapat hidup mandiri. Berbeda dengan orangtua yang selalu mencurahkan kasih sayangnya secara berlebihan akan membuat anak selalu menggantungkan dirinya kepada orang lain dan tidak mampu mandiri (Efendi, 2008). Istilah mengenai anak berkebutuhan khusus mengalami perkembangan seiring dengan pemahaman ilmu pengetahuan (Santoso, 2012). Salah satu kelainan anak dengan kebutuhan khusus adalah tunagrahita (Delphie, 2006). Lumbantobing (2006) berpendapat bahwa tunagrahita adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh adanya kelemahan (impairment) keterampilan atau kecakapan (skills) selama masa 2

15 perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Menutut Efendi (2008), tunagrahita ditandai dengan kelemahan dalam fungsi adaptif, seperti bidang komunikasi, mengurus dirinya sendiri, keterampilan sosial, interpersonal, dan keterampilan akademik. Prevalensi tunagrahita sekitar 1% dalam satu populasi dan di Indonesia 1-3% penduduknya menderita kelainan ini. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Tunagrahita mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Data pokok Sekolah Luar Biasa di seluruh Indonesia, dilihat dari kelompok usia sekolah, jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah orang, tunagrahita sedang merupakan bagian terbesar kedua dari seluruh penyandang tunagrahita di Indonesia setelah penyandang tunagrahita ringan yaitu sebanyak 10% dari orang yang terkena retardasi mental (Smart, 2010). Golongan tunagrahita sedang ini termasuk mampu latih, artinya dapat mempelajari komunikasi sederhana, perilaku kesehatan dan keamanan tingkat dasar serta ketrampilan manual sederhana, tidak mengalami perkembangan dalam membaca atau aritmatika secara fungsional, mencapai usia mental 3-7 tahun (Wong, 2008). Astati (2010), mengatakan bahwa keterbatasan yang dimiliki oleh anak tunagrahita tersebut membawa pengaruh pada terhambatnya proses penyesuaian diri pada lingkungan sosial serta memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri. Mereka membutuhkan bantuan dari orang lain, terutama orang tuanya. Fakta tersebut di atas didukung oleh pernyataan Heward, 2003 (dalam Hendriani dkk., 2006), menyatakan bahwa peningkatan kemampuan hidup anak tunagrahita akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga, sebab pada dasarnya keberhasilan bukan hanya merupakan tanggung jawab dari lembaga pendidikan yang terkait saja, tetapi juga pola asuh orang tua, dukungan serta penerimaan diri setiap anggota keluarga akan memberikan energi dan kepercayaan dalam diri anak tunagrahita untuk lebih berusaha meningkatkan setiap kemampuan yang dimiliki, sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat hidup mandiri, lepas dari ketergantungan pada bantuan 3

16 orang lain. Sebaliknya, pola asuh yang kurang baik, penolakan yang diterima dari orang-orang terdekat dalam keluarganya akan membuat mereka semakin rendah diri, menarik diri dari lingkungan, selalu diliputi oleh ketakutan ketika berhadapan dengan orang lain maupun untuk melakukan sesuatu, dan pada akhirnya mereka benar-benar menjadi orang yang tidak dapat berfungsi secara sosial serta tidak mandiri atau selalu tergantung pada orang lain, termasuk dalam merawat diri sendiri. Berdasarkan survey pendahuluan di SLB Widya Mulia Pundong Bantul Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 13 November 2012, peneliti mendapatkan informasi bahwa jumlah anak tunagrahita yang terdaftar di SLB tersebut sebanyak 69 anak dan terbagi menjadi TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB. Hasil wawancara dengan 4 orang tua wali murid di SLB Widya Mulia Pundong Bantul, mereka mengatakan bahwa sebagian anak mampu melaksanakan perawatan diri secara mandiri, namun dalam menyiapkan peralatan mandi harus dipersiapkan oleh orang tua. Ada pula salah satu anak yang karena kondisi fisik dan mentalnya menjadi tidak mampu melaksanakan aktivitas dasar sehari-hari secara mandiri dan bergantung sepenuhnya pada orang tua. Orang tua mengatakan dalam pengasuhan sering mengatur kegiatan anak, namun tidak memaksakan apabila anak tidak mau melakukan kegiatan tersebut. Orang tua mengatakan jarang menghukum anak apabila anak melakukan kesalahan karena menurut mereka anak dengan kondisi seperti itu membuat mereka merasa tidak tega. Orang tua masih beranggapan bahwa anak membutuhkan bantuan sepenuhnya. Hasil wawancara dengan guru SLB Widya Mulia Pundong Bantul, didapatkan informasi bahwa terdapat 43 siswa yaitu SDLB 31 siswa, SMPLB 10 siswa dan SMALB 3 siswa yang mengalami tunagrahita sedang dan mengikuti program pelatihan bina diri. Bina diri adalah salah satu program untuk melatih kemandirian siswa dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti makan, berhias, berpakaian dan lainnya. Program bina diri yang di ajarkan di SLB Widya Mulia Pundong antara lain sikat gigi setiap pagi seminggu 3x, makan bersama dan cuci piring setiap pagi hari. Program dirumah untuk orang tua menindaklanjuti 4

17 program dari sekolah. Menurut pendapat para guru, sebagian besar anak dapat mengikuti program yang diajarkan, tetapi untuk mempraktekan di rumah dan melatih kemandirian anak-anak tersebut, itu tergantung dari pola asuh orang tuanya. Salah satu guru mengatakan bahwa pada saat di sekolah ada salah satu siswa masih memiliki kebersihan diri yang kurang sehingga pihak guru itu sendiri yang sering membantu merapikan anak tersebut, hal ini menunjukkan indikasi bahwa orang tua dari siswa tersebut kurang optimal dalam memberikan pengasuhan untuk lebih mandiri dalam aktivitas dasar sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian pemenuhan ADS (aktivitas dasar sehari-hari). Peneliti merasa perlu mengidentifikasi pola asuh yang diterapkan orang tua khususnya yang mempunyai anak tunagrahita, apakah mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemandirian anak atau tidak sehingga apabila diterapkan pola asuh yang tepat diharapkan akan memberi dampak yang positif terhadap anak dan mengoptimalkan kemandirian anak. Dihubungkan dengan masih sedikitnya penelitian yang membahas tentang kemandirian anak dalam pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari maka peneliti tertarik untuk meneliti hal tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti membuat sebuah rumusan masalah yaitu Adakah hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan kebutuhan ADS (Aktivitas Dasar Sehari-hari) di SLB Widya Mulia Pundong Bantul? 5

18 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dasar sehari-hari di SLB Widya Mulia Pundong Bantul. 2. Tujuan Khusus a. Diketahui pola asuh orang tua yang diterapkan terhadap anak tunagrahita sedang. b. Diketahui tingkat kemandirian anak tunagrahita dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan aktivitas dasar sehari-hari. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi orang tua Sebagai gambaran kepada orang tua tentang pola asuh yang berhubungan dengan kemandirian dalam mengasuh anak. 2. Bagi SLB Sebagai bahan masukan dalam program yang diadakan SLB tentang pola asuh orangtua yang baik di rumah dalam peningkatan kemandirian anak tunagrahita sedang. 3. Bagi peneliti lain Memberikan gambaran untuk peneliti lain dan menumbuhkan minat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan fungsi kognitif terhadap kemandirian anak tunagrahita. E. Keaslian Penelitian 1. Eka, AR. (2004). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemampuan Sosialisasi Anak Retardasi Mental Di SLB C Negeri II Gondomanan Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak yang bersekolah di SLB. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental 6

19 dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Responden diambil dengan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Analisis data menggunakan rumus Kai Kuadrat atau Chi-Square (X 2 ). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan agak rendah antara pola asuh orang tua dan kemampuan sosialisasi anak retardasi mental yakni sebesar r =0,584. Persamaan : meneliti tentang pola asuh orang tua pada anak berkelainan mental subnormal. Subyek penelitian orang tua yang mempunyai anak yang bersekolah di SLB. Jenis penelitian menggunakan penelitian non eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, responden diambil dengan teknik total sampling. Perbedaan : membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel terikat yaitu meneliti tentang kemampuan sosialisasi, sedangkan penelitian ini variabel terikat yaitu meneliti tentang tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari. Analisis data menggunakan rumus Chi-Square (X 2 ), sedangkan pada penelitian ini menggunakan rumus Kendall s Tau 2. Pratiwi, U. (2008). Hubungan antara Kematangan Sosial dengan Kemandirian Pemenuhan Aktivitas Dasar Penyandang Retardasi Mental Panti Asuhan Bina Remaja di Donoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah anak penyandang retardasi mental di Bina Remaja. Penelitian ini menggunakan desain non eksperimental dengan rancangan cross sectional. Responden diambil dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel 30 orang. Analisis data menggunakan rumus korelasi spearman s ρ. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna dan negatif antara tingkat kematangan sosial dengan tingkat kemandirian pemenuhan aktivitas dasar penyandang retardasi mental. Persamaan : merupakan penelitian korelasional, variabel dependen sama yaitu meneliti tentang kemandirian pemenuhan Aktivitas Dasar Sehari-hari (ADS) pada anak berkebutuhan khusus, responden diambil dengan teknik total sampling. Perbedaan : membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, terletak pada variabel bebas (independen) yaitu meneliti tentang kematangan sosial, 7

20 dengan subyek penelitian adalah anak penyandang retardasi mental di Bina Remaja, analisis data pada peneliti sebelumnya menggunakan rumus korelasi spearman s ρ, sedangkan pada penelitian ini variabel independen meneliti tentang pola asuh orang tua dengan subyek penelitian adalah orang tua yang mempunyai anak yang bersekolah di SLB, dan pada penelitian ini analisis data dengan menggunakan rumus Kendall s Tau. 3. Sari, F. (2010). Hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita ringan dalam pemenuhan kebutuhan ADL di SLB N Pembina Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan desain non eksperimental dengan rancangan cross sectional. Responden diambil dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel 46 orang. Analisis data menggunakan rumus Chi- Square (X 2 ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian pemenuhan ADL. Persamaan : meneliti tentang pola asuh orang tua pada anak berkelainan mental subnormal. Subyek penelitian orang tua yang mempunyai anak yang bersekolah di SLB. Jenis penelitian menggunakan penelitian non eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional, responden diambil dengan teknik total sampling. Perbedaan : membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel terikat yaitu meneliti tentang tingkat kemandirian anak tunagrahita ringan dalam pemenuhan ADL, sedangkan penelitian ini variabel terikat yaitu meneliti tentang tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan aktivitas dasar sehari-hari. Analisis data peneliti sebelumnya menggunakan rumus Chi-Square (X 2 ), sedangkan penelitian ini menggunakan rumus Kendall s Tau. 8

21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SLB Widya Mulia merupakan sekolah swasta yang berdiri tahun 2002 dan didirikan melalui Kakanwil Depdiknas No 19/12/2003. SLB Widya Mulia terletak di Jl. Baran Srihardono Pundong Bantul dengan karakteristik geografis yang mudah dijangkau, karena terletak di dekat jalan raya. Tenaga kerja di SLB Widya Mulia berjumlah 18 (delapan belas) orang, terdiri dari 14 (empat belas) guru kelas, 1 (satu) guru olahraga, 1 (satu) guru agama, 1 (satu) terapis, 1 (satu) guru seni tari. Sumber daya manusia yang memiliki kualifikasi sarjana sebanyak 22%, berlatar Pendidikan Luar Biasa (PLB) sebanyak 72% dan berlatar belakang non PLB sebanyak 6%. Berdasarkan data murid SLB Widya Mulia tahun 2012/2013 berjumlah 69 anak dan terbagi menjadi TKLB, SDLB, SMPLB, SMALB. Jumlah ini terbagi menjadi lima klasifikasi ketunaan yaitu Tunanetra (A) berjumlah 2 anak, Tunarungu (B) berjumlah 10 anak, Tunagrahita Ringan (C) berjumlah 10 anak, Tunagrahita Sedang (C1) berjumlah 43 anak, dan Tunadaksa (D) 4 anak. Salah satu program yang ada di SLB Widya Mulia adalah bina diri, program ini bertujuan untuk melatih murid-murid dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari. Kegiatan bina diri yang diajarkan di SLB Widya Mulia antara lain 44

22 sikat gigi setiap pagi seminggu 3x, makan bersama dan cuci piring setiap pagi hari. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang Deskripsi karakteristik anak tunagrahita dalam penelitian ini didasarkan pada jenis kelamin, kelas/jenjang pendidikan, dan usia dari anak tunagrahita sedang di SLB Widya Mulia, Pundong Bantul yang disajikan pada Tabel 4.1. No Tabel 4.1 Distrbusi Frekuensi Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang di SLB Widya Mulia Tahun 2013 Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang Jumlah Frekuensi (Orang) Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Laki-Laki 19 44,2 Perempuan 24 55,8 2 Usia 15 Tahun 18 41, Tahun 19 44, Tahun 5 11,6 > 33 Tahun 1 2,3 3 Kelas/Jenjang Pendidikan SDLB 30 69,8 SMPLB 11 25,6 SMALB 2 4,7 Data primer diolah, 2013 Berdasarkan pada Tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa mayoritas anak tunagrahita sedang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 24 orang (55,8%). Karakteristik anak tunagrahita sedang berdasarkan usia adalah mayoritas masuk kategori remaja yaitu Tahun sebanyak 19 orang (44,2%), sedangkan paling sedikit anak tunagrahita sedang berusia > 33 Tahun sebanyak 1 orang (2,3%) yang dapat dikategorikan orang dewasa. Karakteristik anak tunagrahita dilihat dari jenjang pendidikannya mayoritas SDLB yaitu sebanyak 30 orang (69,8%), dan paling sedikit sebanyak 2 orang (4,7%) adalah SMALB 45

23 3. Karakteristik Orang Tua dari Anak Tunagrahita Sedang Karakteristik lain yang tentunya berkaitan dengan anak tunagrahita yang perlu disajikan adalah karakteristik orang tua anak yang meliputi usia ayah, usia ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, serta pendapatan ayah dan ibu, yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Orang Tua Anak Tunagrahita Sedang di SLB Widya Mulia Tahun 2013 No Karakteristik Orang Tua Anak Jumlah Tunagrahita Sedang Frekuensi (Orang) Persentase (%) 1 Usia Ayah 35 Tahun 15 34, Tahun 14 32, Tahun 11 25,6 > 55 Tahun 3 7,0 2 Usia Ibu 30 Tahun 15 34, Tahun 17 39, Tahun 8 18,6 > 50 Tahun 3 7,0 3 Pendidikan Ayah SD 8 18,6 SMP 12 27,9 SMA 14 32,6 D3 4 9,3 S1 5 11,6 4 Pendidikan Ibu SD 3 7 SMP 15 34,9 SMA 25 58,1 5 Pekerjaan Ayah PNS/POLRI/DPU 4 9,3 Pegawai Swasta/Wiraswasta 5 11,6 Buruh/Petani/Pedagang 34 79,1 6 Pekerjaan Ibu Ibu Rumah Tangga 17 39,5 Buruh 12 27,9 Pedagang 14 32,6 7 Pendapatan Ayah dan Ibu < Rp , ,0 Rp Rp ,3 > Rp ,7 Sumber: Data primer yang diolah,

24 Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa mayoritas usia ayah dari anak tunagrahita sedang 35 Tahun sebanyak 15 orang (34,9%), serta paling sedikit yaitu > 55 Tahun sebanyak 3 orang (7%). Usia ibu dari anak tunagrahita sedang mayoritas Tahun sebanyak 17 orang (37,5%), serta paling sedikit ibu yang berusia > 50 Tahun sebanyak 3 orang (7%). Pendidikan ayah sesuai Tabel 4.2 mayoritas SMA sebanyak 14 orang (32,6%), serta paling sedikit D3 sebanyak 4 orang (9,3%). Pendidikan ibu dari anak tunagrahita sedang paling sedikit adalah lulusan SD sebanyak 3 orang (7%), serta mayoritas lulusan SMA yaitu sebanyak 25 orang (58,1%). Pekerjaan ayah dari anak tunagrahita sedang mayoritas adalah buruh/petani/pedagang yaitu sebanyak 34 orang (79,1%), serta paling sedikit sebanyak 4 orang (9,3%) bekerja sebagai PNS/POLRI/DPU. Karakteristik responden yang terakhir dilihat dari pendapatan ayah dan ibu yaitu sebagian besar orang tua, baik ayah dan ibu mempunyai pendapatan total per bulan < Rp sebanyak 37 orang (86%), dan paling sedikit orang tua yang memiliki pendapatan total sebesar > Rp sebanyak 2 orang (2,7%). 4. Analisis Hasil Penelitian a. Analisis univariabel Analisis hasil yang menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik subyek penelitian pada variabel pola asuh orang tua pada Tabel 4.3, serta variabel kemandirian dapat dilihat pada beberapa Tabel 4.4, sebagai berikut : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua Anak Tunagrahita Sedang di SLB Widya Mulia Tahun 2013 No Pola Asuh Orang Tua Jumlah Frekuensi (Orang) Persentase (%) 1. Permisif 13 30,2 2. Otoriter 6 14,0 3. Demokratis 24 55,8 Total Sumber: Data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas pola asuh orang tua adalah demokratis sebanyak 24 orang (55,8%), pola asuh otoriter sebanyak 6 47

25 orang (14%), dan permisif sebanyak 13 orang (30,2%). Berdasarkan penjelasan Tabel 4.3 diketahui bahwa ternyata masih ada beberapa orang tua anak tunagrahita sedang yang menerapkan pola asuh otoriter dan permisif. No Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Kemandirian Anak Tunagrahita Sedang di SLB Widya Mulia, Pundong, Bantul Tahun 2013 Kemandirian Jumlah Frekuensi (Orang) Persentase (%) 1. Rendah 12 27,9 2. Sedang 9 20,9 3. Tinggi 22 51,2 Total Sumber: Data primer yang diolah, 2013 Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa mayoritas anak yang menderita tunagrahita sedang di SLB Widya Mulia Pundong, Bantul memiliki tingkat kemandirian tinggi yaitu sebanyak 22 orang (51,2%), anak tunagrahita sedang yang mempunyai kemandirian rendah sebanyak 12 orang (27,9%), dan terakhir anak tunagrahita sedang yang memiliki kemandirian sedang yaitu sebanyak 9 orang (20,9%). b. Analisis Bivariabel Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang di SLB Widya Mulia, Pundong Bantul dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Kemandirian Anak Tunagrahita Sedang di SLB Widya Mulia, Pundong, Bantul Tahun 2013 Tingkat Kemandirian Total Hasi Uji Kendall s Pola Asuh Rendah Sedang Tinggi Tau Orang Tua n % n % n % n % Coefficient = Permisif 12 27,9 1 2, ,2 0,932, dengan p value = 0,000 48

26 Otoriter , ,0 Demokratis , , ,8 Total 12 27,9 9 20, , Sumber: Data primer yang diolah, 2013 Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa sebagian besar responden menerapkan pola asuh demokratis dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang tinggi yaitu sebanyak 22 orang (51,2%), responden yang menerapkan pola asuh permisif dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang rendah sebanyak 12 orang (27,9%), serta mayoritas responden yang menerapkan pola asuh otoriter dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam kategori sedang sebanyak 6 orang (14,0%). Uji Kendall s Tau ini dilakukan untuk mengetahui atau menganalisis ada tidaknya hubungan variabel bebas yaitu pola asuh orang tua dengan variabel terikat yaitu tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan ADS dengan cara membandingkan probabilitas Kendall s Tau hitung dengan probabilitas alpha (α) = 5%. Berdasarkan hasil analisis Kendall s Tau pada Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas (sig.2-tailed) uji Kendall s Tau sebesar 0,000 yang lebih kecil dari probabilitas alpha (α) = 5% yang berarti bahwa ada hubungan signifikan antara variabel bebas (pola asuh orang tua) dengan variabel terikat (tingkat kemandirian dalam pemenuhan ADS). Hal tersebut berarti bahwa hipotesis dalam penelitian yang menyatakan Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian pemenuhan ADS diterima/terbukti. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan ADS adalah positif, karena nilai koefisien korelasi Kendall s Tau positif yaitu sebesar 0,932. Hal tersebut berarti bahwa apabila pola asuh yang diterapkan oleh responden semakin demokratis, maka tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan ADS juga semakin tinggi pula, begitu sebaliknya apabila pola asuh yang diterapkan oleh 49

27 responden semakin permisif, maka tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang dalam pemenuhan ADS juga semakin rendah pula. B. Pembahasan 1. Pola Asuh Orang Tua Anak Tunagrahita di SLB Widya Mulia, Pundong, Bantul Tahun 2013 Hasil penelitian bahwa pola asuh orang tua di SLB Widya Mulia Pundong Bantul mayoritas adalah pola asuh demokratis. Pola asuh demokratis tersebut banyak faktor yang mempengaruhi. Salah satu faktor yang berperan dalam pengasuhan orang tua terhadap anak adalah pekerjaan orang tua, hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa sebagian besar pekerjaan ibu adalah sebagai ibu rumah tangga. Seorang ibu rumah tangga lebih sering terlibat langsung dalam mengasuh anak secara rutin. Rutinitas tersebut membuat ibu dapat lebih dekat dan lebih sering bersama dengan anak di rumah. Seringnya kondisi kebersamaan antara ibu dan anak membuat hubungan antara ibu dan anak menjadi harmonis dan hangat. Hubungan yang harmonis dan hangat antara orang tua dan anak merupakan salah satu ciri pola asuh yang demokratis, seperti yang diungkapkan Santrock (2011) bahwa indikator dari pola asuh demokratis adalah hubungan antara orang tua dan anak bersifat hangat. Keharmonisan yang hangat tersebut menciptakan interaksi dan komunikasi dua arah yang baik antara ibu dan anak, adanya perhatian, kasih sayang yang wajar dari ibu kepada anak, yang pada akhirnya membentuk pola asuh demokratis. 50

28 Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan orang tua (ibu) sebagai ibu rumah tangga cenderung menghasilkan pola asuh yang demokratis kepada anak, sehingga pola asuh demokratis yang diterapkan ibu cenderung membuat anak lebih mandiri. Pernyataan ini senada dengan pendapat Hurlock (2006) yang menyatakan bahwa pola asuh demokratis sangat merangsang kemandirian anak, dimana akan membimbing dan memperhatikan kebutuhan anak terutama dalam hal pelajaran/pendidikan serta pergaulan di lingkungan atau di sekolah. Orangtua yang cenderung sibuk dalam urusan pekerjaannya terkadang menjadi kurang memperhatikan keadaan anak-anaknya, kurang terjalin komunikasi, bahkan cenderung terjadi pengabaian dalam mengasuh anak oleh orang tua. Keadaan ini mengakibatkan fungsi atau peran menjadi orangtua tidak berjalan sebagaimana mestinya, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa ada beberapa ibu yang bekerja sebagai pedagang di pasar, maka sebagai konsekuensinya ibu cenderung menitipkan pengasuhan anaknya kepada kerabat, hal ini menyebabkan ibu jarang bertatap muka dengan anak, kurang terjalin komunikasi, kurang memberikan perhatian maupun kontrol kepada anak serta bersikap masa bodoh terhadap anak, yang pada akhirnya cenderung menimbulkan pengasuhan yang bersifat permisif. Didukung oleh pendapat Santrock (2011) yang menyatakan bahwa ciri-ciri pola asuh permisif yaitu pola pengasuhan yang tidak adanya pengendalian atau kontrol serta tuntutan orangtua kepada anak, komunikasi kurang hangat karena orangtua bersikap masa bodoh, disiplin yang permisif yaitu sedikit disiplin atau tidak berdisiplin yang berarti tidak membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak ada hukuman kepada anak. Orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya akan lebih rentan mengalami stress, karena masalah pekerjaan yang terlalu banyak dipikirkan, serta sulit mencari pemecahan dari masalah pekerjaan tersebut. Stress yang dialami ibu tersebut memicu emosi tinggi, sehingga ketika ibu emosi cenderung mengasuh anaknya dengan cara otoriter. Pola asuh ini sesuai dengan pendapat Herlina, (2013) yang mengatakan bahwa saat emosi ibu tidak stabil, maka ibu cenderung otoriter atau menjadi permisif ketika mengasuh anak. Kondisi ini manusiawi, 51

29 emosi yang tidak stabil cenderung membuat manusia lupa akan kondisi yang terjadi saat ini, serta akan mempengaruhi kemampuan ibu dalam menjalankan pola asuh, terutama dalam kaitannya dengan strategi penyelesaian masalah yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan anak, sehingga diharapkan ibu mampu mengontrol emosi dan bisa segera kembali ke kondisi awal pada saat mengasuh anak. Hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa ibu yang bekerja sebagai padagang dipasar cenderung menerapkan pola asuh otoriter atau pola asuh permisif. 2. Kemandirian Anak Tunagrahita Sedang di SLB Widya Mulia, Pundong, Bantul Tahun 2013 Kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya (Lie dan Prasasti, 2004), namun dalam penelitian ini kemandirian yang dimaksud adalah kemandirian anak tunagrahita sedang yang terkait dengan fungsi intelektual dan fungsi adaptasi, meliputi perilaku anak agar dapat merawat dan mengurus diri mulai dari mandi, berpakaian, makan, minum, mengatur diri, dan bekerja dalam arti mengerjakan tugas dari sekolah, dan kesehatan misalnya mencuci tangan sebelum makan dan sebelum tidur tanpa memerlukan bantuan dari orang lain (Gunarsa, 2004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas tingkat kemandirian anak dalam kategori tinggi dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua adalah demokratis. Hal ini mengindikasikan bahwa terbentuknya kemandirian anak yang tinggi tidak terlepas dari pengaruh pola asuh dan bina diri yang diterapkan oleh orang tua di rumah maupun oleh guru di sekolah. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Astati (2010) bahwa kemampuan bina diri akan mengantarkan anak berkebutuhan khusus dapat menyesuaikan diri dan mencapai kemandirian. Pernyataan Astati (2010) di atas senada dengan pendapat Ali, (2008) yang menyatakan bahwa peran orang tua dalam mengasuh anak akan mempengaruhi 52

30 perkembangan kemandirian anak dalam pemenuhan ADS. Orang tua yang terlalu banyak melarang tanpa penjelasan yang rasional dapat menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarga dapat mendorong kelancaran perkembangan dan kemandirian anak dalam pemenuhan ADS. Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kemandirian anak tunagrahita sedang dipengaruhi oleh bina diri dan pola asuh orang tua. Perkembangan usia anak seiring dengan pengalaman serta pengetahuan yang diperoleh anak. Hal ini dapat dikatakan bahwa usia anak yang mayoritas tahun mengindikasikan bahwa anak tunagrahita sudah memperoleh atau mengenyam program bina diri relatif lama dimulai semenjak anak tersebut masuk sekolah serta program bina diri yang pertama kali diajarkan kepada anak oleh guru di sekolah. Lamanya program bina diri yang diberikan oleh guru kepada anak tersebut, secara otomatis akan merubah perilaku anak dari tidak mandiri (tergantung) menjadi mandiri. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Soetjiningsih, (2003) bahwa umur dan status perkembangan anak menunjukkan kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana reaksi klien terhadap ketidakmampuan memenuhi ADS. Saat perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-harinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan lamanya program bina diri yang diperoleh anak dilihat dari usia dapat mempengaruhi tingkat kemandirian anak tunagrahita sedang. Hasil memperlihatkan bahwa mayoritas jenis kelamin anak tunagrahita sedang adalah perempuan. Hal ini dapat dikatakan bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian anak. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Gunarsa, (2004) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian anak adalah kondisi fisiologis anak yang meliputi keadaan tubuh, kesehatan jasmani dan jenis kelamin. Anak perempuan cenderung bersikap pasif serta lebih lama ketergantungannya dengan orangtua, berbeda dengan anak laki- laki yang agresif dan ekspansif sehingga anak lebih cepat mandiri dibandingkan dengan anak perempuan. 53

31 Pemberian perlakuan dan sikap yang berbeda terhadap anak laki-laki dan anak perempuan disebabkan oleh anggapan bahwa mereka mempunyai peranan yang berbeda di masyarakat. Pada laki-laki lebih diberi peran di area publik yaitu di luar rumah, sedangkan perempuan mendapatkan peran lebih pada wilayah intern atau domestik yaitu dalam rumah. Akibatnya laki-laki diharapkan lebih kuat, mandiri, agresif, dan mampu memanipulasi lingkungannya, berprestasi serta membuat keputusan. Sedangkan perempuan diharapkan lebih tergantung, sensitif dan keibuan. Dengan demikian perbedaan sifat-sifat yang demikian lebih disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan kepada mereka. Anak lakilaki lebih banyak diberi kesempatan untuk bersikap mandiri, berdiri sendiri, menanggung resiko, serta banyak dituntut untuk menunjukkan inisiatif dan originalitasnya daripada anak perempuan (Hurlock, 2006). Sedangkan laki-laki lebih cenderung aktif daripada anak perempuan dalam upaya memperoleh kemandirian dari orangtua, tetapi perempuan dinilai lebih mandiri daripada lakilaki dalam masalah emosi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa mayoritas ibu dari anak tunagrahita sedang bekerja sebagai ibu rumah tangga, sedangkan terbanyak kedua ialah ibu yang bekerja sebagai pedagang. Latar belakang pekerjaan yang ditekuni oleh ibu inilah yang mempengaruhi tipe pola asuh yang diterapkan ibu kepada anak, yang pada akhirnya tipe pola asuh yang diimplementasikan tersebut akan mempengaruhi tingkat kemandirian anak tunagrahita. Pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa ibu yang bekerja sebagai pedagang di pasar cenderung menerapkan pengasuhan yang bersifat permisif. Pengasuhan tersebut disebabkan karena pengasuhan anak yang seharusnya dilakukan oleh ibu cenderung dilimpahkan ke kerabat dekat seperti paman atau bibi, karena anak tidak ikut bekerja bersama ibu, sehingga berakibat pada pengawasan dari ibu kurang, kurangnya perhatian dari ibu, serta ibu sangat jarang berkomunikasi dengan anak. Sesuai dengan pendapat Hurlock (2006) yang menyatakan bahwa ciri-ciri pola asuh permisif yaitu membiarkan anak tanpa kontrol orangtua, tidak ada tuntutan atau standar perilaku yang jelas, tidak perduli terhadap kebutuhan aktifitas, anak serta orang tua hampir tidak pernah 54

32 berbincang-bincang atau berkomunikasi dengan anak, sehingga berdampak pada karakter anak menjadi manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, dan kurang percaya diri, sehingga membuat pola asuh yang diterapkan pada anak oleh orang tua yang bekerja sebagai pedagang adalah pola asuh permisif, yang pada akhirnya berdampak pada kemandirian anak yang kurang atau anak memiliki kemandirian rendah. Pekerjaan ibu sebagai pedagang pasar mengakibatkan kemandirian anak rendah, hal ini berbeda dengan ibu yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang cenderung menerapkan pola asuh demokratis yang berdampak pada kemandirian yang dimiliki anak tinggi. Secara umum ibu rumah tangga tidak bekerja di luar rumah untuk membantu mencari nafkah suami, sehingga ibu rumah tangga hanya fokus mengasuh anak di rumah, yang pada akhirnya pola pengasuhan yang diterapkan ibu rumah tangga kepada anak memiliki kontrol yang bersifat luwes dimana orang tua (ibu) memberikan bimbingan yang sifatnya mengarahkan agar anak mengerti dengan baik mengapa ada hal yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh, komunikasi terbuka dengan dua arah, disiplin yang diterapkan dapat dirundingkan dan ada penjelasan, hukuman dan pujian diberikan sesuai dengan perbuatan dan disertai penjelasan, serta ibu mendorong tindakan-tindakan mandiri pada anak, seperti membuat keputusan sendiri yang akan berakibat pada munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggungjawab bagi anak-anak mereka (Hurlock, 2006). Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga memicu timbulnya pola asuh demokratis yang berdampak pada munculnya tingkah laku anak yang memiliki kemandirian tinggi. Kemandirian semakin berkembang pada setiap masa perkembangan seiring pertambahan usia dan pertambahan kemampuan (Lie & Prasasti, 2004). Semakin bertambah usia anak, maka akan semakin tinggi pula kemandiriannya dalam pemenuhan ADS, hal ini sesuai dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anak tunagrahita sedang berusia tahun dengan tingkat kemandirian yang dimiliki anak tinggi. Pada usia yang masuk kategori dewasa awal tersebut sifat menggantungkan diri dari si anak semakin berkurang, karena secara umum anak sudah mulai mempunyai keinginan untuk bebas menentukan 55

33 apa yang ingin dilakukannya, serta melakukan banyak hal sendiri. Orang tua juga semakin memberikan kebebasan menentukan tindakan pada anak dalam fase usia dewasa awal ini (Hall & Lindzey, 1993). Kemandirian anak sangat perlu dirangsang pada saat anak berada pada tahap usia dewasa awal ini, dimana anak mulai memiliki rasa ingin bebas walaupun belum dapat mandiri secara sempurna. Pada usia inilah langkah yang tepat bagi orangtua untuk memulai pemberian latihan kemandirian pada anak, sambil tetap menyesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kematangan anak. Latihan kemandirian yang cukup tersebut, maka anak diharapkan tumbuh menjadi manusia mandiri pada saat dewasa, dimana pada masa dewasa awal ini terjadi transisi yaitu dari anak menuju dunia dewasa yang dihadapkan pada berbagai tuntutan untuk mandiri sehingga akan membentuk kemandirian anak yang tinggi nantinya ketika sudah dewasa sepenuhnya (Monks, 2001). Adanya peningkatan kemandirian selain ditunjang oleh bertambahnya usia juga diperoleh dari salah satu program bina diri yang diadakan di SLB Widya Mulia. Program ini bertujuan untuk melatih murid-murid dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari. Kegiatan bina diri diadakan tiga kali dalam seminggu dan diajarkan selama 2 jam pertemuan. Kegiatan yang dilatihkan berupa menyikat gigi setiap pagi, makan bersama, cuci piring setiap pagi, serta adanya penyuluhan program bina diri kepada orang tua anak di rumah sebagai langkah tindaklanjut dari pihak SLB agar tujuan untuk meningkatkan kemandirian anak lebih tinggi lagi dapat tercapai. Berdasarkan penjelasan ini maka dapat disimpulkan bahwa usia anak berhubungan dengan tingkat kemandirian anak. Artinya semakin bertambah usia anak, maka tingkat kemandiriannya akan semakin tinggi pula. 3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian Anak Tunagrahita Sedang di SLB Widya Mulia Pundong, Bantul Tahun 2013 Kemandirian bukanlah sesuatu yang bisa diperoleh dengan tiba-tiba, hal ini memerlukan proses panjang yang harus dimulai sejak usia dini. Kunci kesuksesan seorang anak menjadi individu yang mandiri sebenarnya dipengaruhi 56

34 oleh banyak faktor, salah satu faktornya adalah pola asuh orang tua. Orang tualah yang berperan dalam mengasuh, membimbing, membantu dan mengarahkan anak untuk menjadi mandiri (Wahyuni, 2001). Baumrind dalam Ubaedy (2009) membagi pola asuh orang tua menjadi tiga yakni otoriter, permisif, dan demokratis. Dampak gaya pengasuhan orang tua akan berbeda terhadap kemandirian anak. Melalui pengasuhan orang tua, terutama orang tua yang demokratis, anak diharapkan dapat mengembangkan kemandirian dengan baik. Dalam konteks anak tunagrahita pola asuh orang tua diwujudkan dalam tindakan bina diri kepada anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Astati (2010) yang menyatakan bahwa bina diri ditinjau dari arti katanya adalah usaha membangun diri individu baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, dan masyarakat sehingga terwujudnya kemandirian dengan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua yang diwujudkan dalam tindakan bina diri kepada anak dapat mempengaruhi kemandirian anak tunagrahita sedang. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pola asuh demokratis berdampak pada kemandirian anak yang tinggi. Artinya bahwa orang tua yang mampu mengasuh anaknya secara hangat, penuh kasih sayang, komunikatif, menghargai pendapat anak, bersikap jelas dan tegas mengenai perilaku yang dianggap kurang layak, cenderung mempunyai anak dengan kontrol diri yang kuat, kompeten, dan mandiri (Atkinson dalam Sunarno, 1991). Pernyataan ini didukung pula oleh hasil penelitian Sari (2010) yang menyebutkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kemandirian pemenuhan kebutuhan ADL pada anak tunagrahita ringan di SLB Negeri Pembina Yogyakarta. Berdasarkan uraian pendapat para ahli, hasil penelitian sebelumnya serta hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis orang tua berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian anak, artinya semakin demokratis pola asuh yang diterapkan kepada anak, maka semakin tinggi pula tingkat kemandirian anak. 57

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai keterlambatan dan keterbatasan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, mental, dan sosial. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tidak selalu sama satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG DI SLB NEGERI 01 BANTUL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG DI SLB NEGERI 01 BANTUL i HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG DI SLB NEGERI 01 BANTUL Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala rahmat, taufik serta hidayah-nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu gangguan cacat motorik yang biasa terjadi pada anak usia dini, biasanya ditemukan sekitar umur kurang dari 2 tahun. Anak dengan cerebral

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ISNAINI FITRA UTAMI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ISNAINI FITRA UTAMI HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA KELAS IV DAN DI SDN SAMBIKEREP BANGUNJIWO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

OLEH: Ria Rahmawati NRP:

OLEH: Ria Rahmawati NRP: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERILAKU MAKAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RW 01 RUNGKUT KIDUL SURABAYA SKRIPSI OLEH: Ria Rahmawati NRP: 9103012012 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak awal masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya juga terdapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban dari pada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak keterbelakangan mental:

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY TERKAIT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL

KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY TERKAIT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL Media Ilmu Kesehatan Vol.3, No.1, April 214 1 KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY TERKAIT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL Muh Khoironi Fadli¹, Dewi Retno Pamungkas 1, Retno Sumiyarini 1 1 STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun Dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks kenegaraan, penyelenggaraan pendidikan diatur dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut, pendidikan diartikan

Lebih terperinci

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA FINDA NURMA ZUANITA

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA FINDA NURMA ZUANITA HALAMAN JUDUL HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN PEMENUHAN ADS ( AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI ) ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah Program

Lebih terperinci

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Rima Novianti, Ratna Dwierya rima.stikes@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN LANSIA DALAM PEMENUHAN AKTUVITAS SEHARI-HARI DI DESA TUALANGO KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE ELDERLY

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Kondisi Kesehatan dan Kondisi Sosial dengan Kemandirian Lanjut Usia di

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN Di SDLB C Pertiwi Ponorogo Oleh: ZURISKA KUMALASARI NIM 13612536 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012

PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS XI DI SMK KESATRIAN PURWOKERTO TAHUN 2011/2012 THE EFFECT OF PARENTING PARENTS OF STUDENTS DISCIPLINE IN CLASS XI SMK KESATRIAN PURWOKERTO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : 21 SLB Widya Bhakti Semarang didirikan sejak tahun 1981 di atas lahan seluas 1548 meter persegi dengan luas bangunan 546 meter persegi

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI DUSUN KWARASAN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI DUSUN KWARASAN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DI DUSUN KWARASAN GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AFRI KRISTIANA DEWI 201210201078 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH. di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEROKOK DENGAN PROFIL TEKANAN DARAH di RT 03 RW1 Dusun Semambu Desa Paringan Jenangan Ponorogo Oleh : SUNANDAR NIM : 13631371 PROGRAM STUDI S I KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

SKRIPSI. OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP :

SKRIPSI. OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP : HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK 6-23 BULAN DI POSYANDU RW III KELURAHAN KEPUTRAN KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA SKRIPSI OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP : 9103011008

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007). BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terjadi pada kelompok anak (orang yang sangat muda), tua, orang yang sakit atau orang yang cacat (Kittay, 2005).

Lebih terperinci

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI Retno Palupi Yonni STIKes Surya Mitra Husada Kediri e-mail

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara derajat stress dan coping stress pada guru SLB B X Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SLB B X Bandung yang berjumlah

Lebih terperinci

ARIEF ZUMANTARA NIM I

ARIEF ZUMANTARA NIM I NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEMAMPUAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MENCUCI TANGAN DI SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) BAGIAN C DHARMA ASIH PONTIANAK ARIEF ZUMANTARA NIM I31112060 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO THE RELATIONSHIP BETWEEN THE WORKLOAD WITH PERFORMANCE OF NURSES IN RSUD SARAS HUSADA PURWOREDJO Naskah Publikasi Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Riset Partisipan Penelitian 4.1.1 Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia Berdasarkan usia riset partisipan dikategorikan menjadi 5 yaitu 20-25 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PERAN GURU UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DASAR PADA ANAK RETARDASI MENTAL

KARYA TULIS ILMIAH PERAN GURU UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DASAR PADA ANAK RETARDASI MENTAL KARYA TULIS ILMIAH PERAN GURU UNTUK MENGOPTIMALKAN KEMAMPUAN ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DASAR PADA ANAK RETARDASI MENTAL Di SLB-C Se-kota Ponorogo Oleh Muhamad Amirulhaq Shafaddin 12612178 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA ANAK TUNA GRAHITA DI SLB N UNGARAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA ANAK TUNA GRAHITA DI SLB N UNGARAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA ANAK TUNA GRAHITA DI SLB N UNGARAN KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuna grahita adalah defisit dalam perkembangan fungsi intelektual yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih rendah) ketidak

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SDLB YPLB BANJARMASIN Relationship of a Pattern of Foster Parents to the Level of Independence of the Son of Mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan keadaan yang memerlukan perhatian khusus, dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam memfungsikan dirinya sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2003). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2003). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa diterapkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR

LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR LAMPIRAN 1. DATA VALIDITAS & RELIABILITAS ALAT UKUR Kuesioner Gaya Pengasuhan No. Item Spearman Diterima / Ditolak 1 0,304 Diterima 2 0,274 Ditolak 3 0,312 Diterima 4 0,398 Diterima 5 0,430 Diterima 6

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA NIFAS DI BPS DINI MELANI YOGYAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA NIFAS DI BPS DINI MELANI YOGYAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA PADA MASA NIFAS DI BPS DINI MELANI YOGYAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Lombanotobing (2001) bahwa retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai oleh adanya kelemahan (impairment)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-5 TAHUN DI PAUD TEGAR DINOYO SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-5 TAHUN DI PAUD TEGAR DINOYO SURABAYA HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-5 TAHUN DI PAUD TEGAR DINOYO SURABAYA SKRIPSI OLEH : Ribka Panggabean NRP : 9103013024 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh tertentu. Penggunaan pola asuh ini memberikan sumbangan dalam mewarnai perkembangan terhadap

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2

KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2 KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL USIA SEKOLAH DI SLB NEGERI SEMARANG Herry Susanto 1 ; Tri Irmawati 2 1,2 Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang Jl. Raya Kaligawe

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM PERAWATAN TERHADAP KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA HALUSINASI DI DESA KARANGSARI CILACAP

HUBUNGAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM PERAWATAN TERHADAP KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA HALUSINASI DI DESA KARANGSARI CILACAP HUBUNGAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM PERAWATAN TERHADAP KEKAMBUHAN KLIEN GANGGUAN JIWA HALUSINASI DI DESA KARANGSARI CILACAP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh :

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola asuh merupakan cara yang dilakukan orang tua dalam mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat diharapkan dapat membentuk

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengenai derajat prokrastinasi akademik pada siswa kelas 8 SMP X Bandung. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik survei. Tujuan dari

Lebih terperinci

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON Jurnal e-gigi (eg), Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember 215 PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON 1 Vivie Indahwati 2 Max F. J. Mantik 3 Paulina

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi analitik karena pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan anak tunagrahita sering dipandang sebelah mata oleh sebagian anggota masyarakat. Mereka dianggap aneh karena menunjukkan perilaku yang tidak lazim

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG 1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Ela 1) Roni Yuliwar 2) Novita Dewi 3) 1,3) Program Studi Ilmu Keperawatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com

Lebih terperinci

Disusun oleh: ERIEC HENDRIKO

Disusun oleh: ERIEC HENDRIKO FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANJUT USIA DALAM MELAKUKAN AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI DI DUSUN GAMPING LOR SLEMAN YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Disusun Guna Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

POLA ASUH KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT(YPAC) MEDAN

POLA ASUH KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT(YPAC) MEDAN POLA ASUH KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK TUNAGRAHITA DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT(YPAC) MEDAN SKRIPSI Oleh ELZA CAROLINA SIMARMATA 101101067 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang berlangsung seumur hidup untuk belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi ABSTRAK Persepsi adalah suatu proses menerima dan menginterpretasikan data. Persepsi tentang penggunaan alat ortodontik cekat dapat dilihat dari aspek estetik dan aspek fungsional. Bagi remaja, salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun oleh : AUDRIA PUTRI PRISCILLIA

SKRIPSI. Disusun oleh : AUDRIA PUTRI PRISCILLIA SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA TAHUN 2015 Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU ASERTIF SISWA SMA NEGERI 1 SALEM KABUPATEN BREBES TAHUN 2016

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU ASERTIF SISWA SMA NEGERI 1 SALEM KABUPATEN BREBES TAHUN 2016 HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU ASERTIF SISWA SMA NEGERI 1 SALEM KABUPATEN BREBES TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh: HEBI

Lebih terperinci

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

iii Universitas Kristen Maranatha

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara grit dan IPK pada mahasiswa Kurikulum Berbasis KKNI angkatan 2013 di Universitas X di Kota Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG ABSTRAK HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN REAKSI SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KELURAHAN TLOGOMAS, KECAMATAN LOWOKWARU, KOTA MALANG Vinsensia Kewa 1), Ni Luh Putu Eka Sudiwati 2), Vita Maryah Ardiyani

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL (PERCAYA DIRI) REMAJA DI SMA NEGERI 7 MANADO Endang Pertiwi Hendro Bidjuni Vandri Kallo Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu sejak lahir yang meliputi pertumbuhan dan perkembangan. Perubahan yang cukup mencolok terjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh I. PENDAHULUAN A..Latar Belakang Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anak-anak yang mereka lahirkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2013

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2013 HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Gita Pratiwi Nugrahani 201210104296

Lebih terperinci

Kata kunci : Pola Asuh Orang Tua, Kecerdasan Emosional. *Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo

Kata kunci : Pola Asuh Orang Tua, Kecerdasan Emosional. *Program Studi D-IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANAK PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) DI KB-TK ANAK CERDAS PP PAUDNI REGIONAL II SEMARANG Febri Amalia Hidayatullah* Email : febriamalia22@gmail.com

Lebih terperinci

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013 HUBUNGAN KOMUNIKASI DALAM KELUARGA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS ANAK ASIA SEKOLAH (6-12 TAHUN) DI DESA TUMARATAS DUA KECAMATAN LANGOWAN BARAT Jein Olifia Kapantow Josef S. B. Tuda Tati Ponidjan Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN

HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak awal biasanya dikenal dengan masa prasekolah. Pada usia ini, anak mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orangtuanya untuk masuk dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2002) penelitian korelasional bertujuan untuk menemukan ada

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Oleh: DEWI LESTARI

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Oleh: DEWI LESTARI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG DIARE, PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT DAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penilaian Frankl Behavior Rating Scale pada responden yang berjumlah 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta selama 4 bulan sejak bulan November 2015 Februari 2016 dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA Skripsi Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan suami istri pasti menginginkan kehadiran seorang anak. Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua. Orang tua mendambakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak adalah seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam buku psikologi untuk keluarga, Gunarsa (2003) menyatakan bahwa dasar kepribadian seseorang dibentuk mulai masa kanak-kanak. Proses perkembangan yang terjadi dalam

Lebih terperinci