BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam
|
|
- Susanti Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan keadaan yang memerlukan perhatian khusus, dikarenakan pada anak retardasi mental mengalami keterbatasan dalam memfungsikan dirinya sehingga akan menggangu adaptasi normal terhadap lingkungan. Biasanya anak terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama yang menonjol ialah intelegensi yang terbelakang (Maramis, 2005). Fungsi diri pada anak normal yang berkembang baik adalah melakukan aktivitas fisik serta sensorik, seperti motorik umum (duduk, merangkak, berdiri, berjalan sendiri), bahasa (mengucapkan kata yang didengar, dua kata ungkapan yang mewakili kalimat), pribadi dan sosial (senyum responsif, makan secara mandiri, minum menggunakan cangkir, menggunakan sendok, mengontrol buang air besar, berpakaian sendiri) (Selikowitz, 2001), namun pada anak dengan retardasi mental akan mengalami keterlambatan dibanding anak normal yang sebaya. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adekuatnya perilaku mengurus dan merawat diri, bersosialisasi dengan teman sebaya, berkomunikasi serta keterampilan-keterampilan adaptif yang lainnya (Shea, 2006). Perawatan diri merupakan hal yang sangat penting karena berkaitan dengan diri sendiri dan termasuk dalam kebutuhan dasar manusia yang paling dasar. Perawatan diri bertujuan untuk merawat diri dengan cara sedemikian rupa 1
2 2 sehingga dapat menikmati hidup ini dengan penuh arti bagi diri sendiri. Ini berarti untuk menjaga agar tidak timbul masalah sangat dibutuhkan kemandirian dari masing-masing individu untuk mencapai perawatan diri yang optimal. Kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara mandiri sering merupakan kunci untuk dapat aktif ke komunitas, sehingga diperlukan perhatian khusus pada anak retardasi mental, dikarenakan keterbatasannya dalam melaksanakan fungsi kemandirian perawatan diri (Smeltzer, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Liu, et al. (2009), menunjukkan bahwa anak dengan retardasi mental akan mengalami keterbatasan fungsi dalam perawatan diri, yaitu sebanyak 39,62% anak dengan retardasi mental membutuhkan bantuan dalam merawat kebersihan gigi. Menurut Potter & Perry (2005), salah satu faktor yang penting dalam kemandirian perawatan diri seseorang adalah dukungan sosial. Pada dasarnya orang tua pada anak dengan retardasi mental, seperti kebanyakan orang tua yaitu ingin membesarkan anaknya dengan penuh cinta dan mengasuhnya di lingkungan yang mendukung untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak, serta meningkatkan fungsi dari anak tersebut dengan memberi dukungan-dukungan seperti dukungan emosi dan fisik, mendukung untuk anak ikut program-program khusus seperti pedidikan khusus untuk penderita retardasi mental (Johnson, et al., 2006). Perlakuan seperti ini akan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan anak untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, hal ini sesuai dengan penelitian Kelly (2011) bahwa ada hubungan positif antara dukungan sosial dan kemampuan untuk melaksanakan perilaku sehat yang adaptif. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Riegel, et al. (2007) menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh
3 3 signifikan terhadap perawatan diri pada orang dengan penyakit kronis dan dengan berbagai keterbatasan. Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia berdasarkan Pusdatin Kesejahteraan Sosial Tahun 2008 sebanyak orang (meliputi cacat fisik, mental, cacat ganda). Serta terdapat 14,6% yang mengalami retardasi mental dari total tersebut. Di Yogyakarta jumlah anak berkebutuhan khusus cukup banyak yaitu sebanyak orang. Data Dikpora Yogyakarta tahun 2012 hanya didapatkan data anak yang bersekolah di SLB sebanyak 4274 anak. Hal ini dikarenakan keluarga dan masyarakat yang mempunyai anggota keluarga dengan kebutuhan khusus sering kali menyembunyikannya sehingga mereka tidak dapat tersentuh pelayanan, serta kebanyakan orang tua yang merasa malu dan tertekan oleh stigma dari lingkungan. Sikap ini justru akan membuat anak tidak mampu mengembangkan diri (Dikpora, 2012). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SLB Negeri 1 Bantul didapatkan data bahwa SLB Negeri 1 Bantul ini adalah salah satu SLB yang berada di kawasan Bantul yang salah satunya adalah mendidik anak dengan retardasi mental. SLB ini terbagi dalam beberapa jenjang yaitu mulai dari tingkat TK sampai tingkat SMA, dengan pembagian anak retardasi mental sedang dan ringan berdasarkan menurut IQ anak. Menurut pengamatan dan informasi yang di dapat peneliti dari kepala bagian C (tuna grahita) SLB Negeri 1 Bantul rata-rata dukungan sosial dalam bentuk dukungan instrumen terhadap anak-anak retardasi mental di SLB ini cenderung cukup baik, seperti berpartisipasi aktif dalam menjemput dan mengantar anak, ini terlihat dari data bahwa untuk anak retardasi
4 4 mental dari jenjang TK sampai dengan kelas 5 SD hampir 50% anak diantar dan dijemput oleh orang tua. Dikarenakan mereka membutuhkan pengawasan lebih khusus. Dalam perawatan diri, rata-rata anak retardasi mental kategori ringan yang sudah berada di kelas 6, SMP dan SMA sudah mandiri dalam melakukan aktivitas perawatan diri sendiri seperti dalam berpakaian, toileting, mandi serta dalam makan, dikarenakan fisik yang mendukung serta intelektual yang lebih baik, hal ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti kepada 7 siswa kelas 6, terlihat bahwa semuanya memiliki kebersihan pakaian yang baik dan rapi. Namun untuk siswa di bawah kelas 6 masih perlu diberikan bimbingan, serta untuk siswa kategori sedang hanya 50% yang mandiri dalam melakukan perawatan diri. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan dukungan sosial ditinjau dari tingkat dan kepuasan dukungan sosial terhadap kemandirian perawatan diri pada anak retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah, apakah ada hubungan antara dukungan sosial ditinjau dari tingkat dan kepuasan dukungan sosial dengan kemandirian perawatan diri pada anak dengan Retardasi Mental di SLB Negeri 1 Bantul?
5 5 C. Tujuan 1. Tujuan Umum: a. Untuk menganalisis hubungan tingkat dukungan sosial terhadap kemandirian perawatan diri pada anak dengan retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. b. Untuk menganalisis hubungan kepuasaan dukungan sosial terhadap kemandirian perawatan diri pada anak dengan retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. 2. Tujuan Khusus: a. Mendeskripsikan dukungan sosial responden dari tingkat, sumber, bentuk serta kepuasan dukungan sosial yang diterima anak retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. b. Mengetahui tingkat kemandirian anak retardasi mental di SLB Negeri 1 Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah keragaman ilmu pengetahuan dan penelitian khususnya bagi dunia keperawatan anak dan komunitas, dalam hal pentingnya dukungan sosial terhadap kemandirian melaksanakan perawatan diri. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Menambah pengetahuan peneliti tentang pentingnya peran dan dukungan lingkungan keluarga dan sekolah serta mengasah kemampuan peneliti dalam
6 6 melakukan penelitian di bidang keperawatan, serta terjun langsung di masyarakat. b. Bagi Orang Tua dan Keluarga Memberikan masukan pada orang tua akan pentingnya peran serta orang tua beserta keluarga dalam mendukung kemandirian melaksanakan perawatan diri anak retardasi mental. c. Bagi Pengelola SLB Memberikan masukan kepada pengelola SLB akan pentingnya dukungan sosial dari pihak warga sekolah terhadap kemandirian melaksanakan perawatan diri pada anak dengan retardasi mental. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini dititik beratkan pada hubungan dukungan sosial anak retardasi mental dengan kemandirian perawatan diri, penelitian yang sama sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Penelitian yang hampir sama dengan penelitian yag dilakukan oleh peneliti antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2007) dengan judul Hubungan Antara Dukungan Sosial Anak Retardasi Mental dengan Kemampuan Sosialisasi di SLB Bhakti Kencana Krikilan Berbah Sleman. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian potong lintang (cross sectional) non eksperimental dengan metode analitik korelasi dan pendekatan kuantitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah anak-anak di SLB Bhakti Kencana Krikilan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eklusi yaitu
7 7 sebanyak 47 orang. Metode dalam pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dukungan sosial yang disusun berdasarkan teori House dan melakukan observasi kemampuan sosialisasi anak retardasi mental dengan menggunakan pedoman tes VSMS (Vineland Social Maturity Scale). Uji korelasi dengan menggunakan Pearson Product Moment. Persamaan dalam penelitian ini adalah subyeknya anak retardasi mental, jenis penelitian dan variabel independent. Adapun perbedaannya adalah variable dependent, waktu dan tempat. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Istanti (2006), dengan judul Kemampuan Perawatan Diri Anak Retardasi Mental di SLB C Wiyata Dharma II Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan perawatan diri anak RM ringan dan sedang di SLB C Wiyata Dharma II Yogyakarta yang tinggal di panti dengan yang di rumah. Dengan menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel Purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel RM ringan 17 orang dan RM sedang 12 Orang. Data diambil dengan pengamatan menggunakan check list yang diadaptasi dari Vineland. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan perawatan diri anak RM ringan dan sedang di SLB C Wiyata Dharma II yang tinggal di panti dengan yang tinggal di rumah. Kemampuan Anak RM ringan yang tinggal di rumah: baik 17,65% dan sangat baik 23,53%; yang tinggal di panti: cukup 17,65% dan sangat baik 23,53%. Kemampuan anak RM sedang yang tinggal di rumah: cukup 16,67%, baik
8 8 33,33% dan sangat baik 16,67%; yang tinggal di panti: kurang baik, baik dan sangat baik bernilai sama 8,33%. Persamaan penelitian ini adalah subjek yang diteliti, jenis penelitian yaitu penelitian cross sectional, serta pada variabel perawatan diri. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel dependent, waktu dan tempat. 3. Penelitian yang dilaksanakan oleh Dwiantoaji (2011) dengan judul Hubungan Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Derajat Depresi pada Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini menggunakan analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian sebanyak 457 siswa kelas V SDN di Kota Yogyakarta yang dipilih secara multistage random sampling. Data dikumpulkan menggunakan Child Depression Inventory (CDI) dan Social Support Questionnaire (SSQ). Analisis data menggunakan Spearman Rank. Hasilnya adalah siswa mendapat banyak dukungan dari teman sebaya (55,1%). Siswa merasa puas mendapat dukungan dari teman sebaya (63,5%). Sebanyak 33,9% siswa SDN di Kota Yogyakarta mengalami depresi tinggi. Tidak ada hubungan antara jumlah pemberi dukungan sosial teman sebaya dengan derajat depresi siswa (r= 0,051; p>0,05). Ada hubungan negatif antara kepuasan dukungan sosial teman sebaya dengan derajat depresi siswa (r= -0,546; p<0,05). Bentuk dukungan sosial teman sebaya yang mempunyai korelasi paling kuat terhadap penurunan derajat depresi siswa adalah dukungan penghargaan (r= -0,615; p<0,05). Persamaan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian, dan variabel
9 9 independent. Adapun perbedaannya adalah variable dependent, subjek penelitian, waktu dan tempat. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Riegel, et.al (2007) dengan judul Social Support Predicts Success in Self-Care in Heart Failure Patients with Excessive Daytime Sleepiness. Dengan menggunakan metode penelitian yaitu cross-sectional pada 117 pasien dengan gagal ginjal. Dukungan sosial diukur dengan kuisoner berskala Likert. Self Care diukur dengan Self Care-HF Index (SCHFI), yang mencerminkan pengambilan keputusan yang diperlukan untuk merespon HF. Sedangkan untuk mengantuk diukur menggunakan Epworth Sleepines Scale (ESS). Analisis regresi linier digunakan untuk menguji kontribusi dukungan terhadap manajemen perawatan diri pada pasien HF yang mengantuk dan tidak mengantuk. Hasil dari penelitan ini dukungan sosial merupakan prediktor yang signifikan terhadap perawatan diri pada pasien dengan HF yang mengantuk berlebihan pada siang hari. Ketika hubungan itu diuji ulang pada mereka yang tidak mengantuk, hubungan tidak tampak jelas. Persamaan pada penelitian ini adalah variabel independent, jenis penelitiannya yaitu penelitian cross sectional. Sedangkan untuk perbedaanya adalah subjek penelitiannya, variable dependent, waktu dan tempat.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang ringan sampai efek yang berat (Dickinson et al., 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerebral palsy atau CP adalah penyebab umum dari cacat fisik pada anak. Gangguan ini dapat menyebabkan kecacatan pada fungsi kognitif dan gerak dari yang ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah individu yang tergantung dengan orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang mengalami retardasi mental dalam perkembangannya berbeda dengan anak-anak normal. Anak dengan reardasi mental mempunyai keterlambatan dan keterbatasan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang (subnormal) sejak awal masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya juga terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri tersendiri yang patut di kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah kondisi sebelum usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cerebral palsy merupakan suatu gangguan cacat motorik yang biasa terjadi pada anak usia dini, biasanya ditemukan sekitar umur kurang dari 2 tahun. Anak dengan cerebral
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan merawat diri merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia (Ramawati, 2011). Kemampuan merawat diri adalah suatu kebutuhan yang ditujukan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dan perlu mendapatkan perhatian khusus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugrah yang Tuhan berikan untuk dijaga dan dirawat. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam masa tumbuh kembang. Memahami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuna grahita adalah defisit dalam perkembangan fungsi intelektual yang berfungsi secara bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih rendah) ketidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kebutuhan dasarnya agar bisa belajar mandiri. Anak bukan. yang berbeda dengan orang dewasa (Mansur, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Belakang Masalah Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata. yang muncul dalam masa perkembangan (Depkes, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Retardasi mental merupakan anak yang memiliki kemampuan yang kurang dalam perilaku adaptif dan memiliki intelektual di bawah rata-rata yang muncul dalam masa perkembangan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. tunagrahita ringan dan sedang di SLB Negeri Surakarta dilakukan pada bulan
BAB V PEMBAHASAN Penelitian perbedaan kecemasan dan depresi antara ibu penderita tunagrahita ringan dan sedang di SLB Negeri Surakarta dilakukan pada bulan Oktober November 2015. Sampel terbagi atas dua
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah observasional (non
BAB III A. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah observasional (non eksperimental) dan pengambilan datanya dilakukan secara cross-sectional dengan cara pengisian kuisioner.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Masalah ketergantungan melakukan perawatan diri sering terjadi pada kelompok anak (orang yang sangat muda), tua, orang yang sakit atau orang yang cacat (Kittay, 2005).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengawasan, perawatan, dan kontrol dari orang lain (Kartono, 2009). Menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi Mental (RM) merupakan suatu gangguan dimana fungsi intelektual dibawah normal (IQ dibawah 70) dimana seseorang mengalami gangguan perilaku adaptif sosial sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam penilaian adaptif. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Depresi merupakan masalah psikologis yang banyak terjadi pada lanjut usia. Masalah tersebut ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada gangguan interaksi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian studi non-eksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional. Sastroasmoro dan Ismael (2011) menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna Grahita atau Cacat Ganda adalah kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau dalam kandungan atau masa
Lebih terperinciAsri Atyanta*, Farichah Hanum**,Musri Amurwaningsih***
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KARIES DAN PERAN IBU (Studi Terhadap Orang Tua Dari Anak Tunagrahita SLB Negeri Semarang) Asri Atyanta*, Farichah Hanum**,Musri Amurwaningsih*** ABSTRAK Anak tunagrahita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sosialisasi merupakan suatu proses di dalam kehidupan seseorang yang berlangsung seumur hidup untuk belajar menerima dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan anak tunagrahita sering dipandang sebelah mata oleh sebagian anggota masyarakat. Mereka dianggap aneh karena menunjukkan perilaku yang tidak lazim
Lebih terperinciKEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY TERKAIT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL
Media Ilmu Kesehatan Vol.3, No.1, April 214 1 KEMANDIRIAN ANAK INTELLECTUAL DISABILITY TERKAIT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN SOSIAL Muh Khoironi Fadli¹, Dewi Retno Pamungkas 1, Retno Sumiyarini 1 1 STIKES
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sakit merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan sosial (Perry & Potter,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Retardasi mental suatu keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. standar dan ekspektasi individu tersebut (WHO, 1993). Pengukuran kualitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap kedudukannya dalam sistem nilai dan budaya dimana dia tinggal yang berhubungan dengan tujuan, standar dan ekspektasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian korelasi dimana akan menggali persepsi mengenai hemodialisis dengan tingkat kecemasan. Pendekatan yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional study. Dalam arti kata luas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri dari fungsi intelektual yang dibawah rata rata dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang ditemukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola asuh merupakan cara yang dilakukan orang tua dalam mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat diharapkan dapat membentuk
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan rancangan belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan amanah. Islam sebagai agama yang dianut penulis mengajarkan bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga negara. Bahkan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi noneksperimental dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disabilitas adalah evolving process yang didukung oleh proses interaksi antara lingkungan, masyarakat serta kebijakan yang menghambat penyandang disabilitas tidak mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik, mental, dan sosial. Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tidak selalu sama satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Retardasi mental merupakan kecacatan yang sering terjadi pada anak. Anak retardasi mental memperlihatkan fungsi intelektual dan kemampuan dalam perilaku adaptif di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap keterbatasannya akan dialami oleh seseorang bila berumur panjang. Di Indonesia istilah untuk
Lebih terperinciSIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN
SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN Retno Yuli Hastuti, Esri Rusminingsih, Riya Dewi Wulansari Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang digunakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif dengan pendekatan survei (Arikunto, 2013). intervensi (Nursalam, 2013). Seperti pada penelitian gambaran
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survei (Arikunto, 2013). Survei pada penelitian ini yaitu
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP SIKAP IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN DI WILAYAH KELURAHAN KAMPUNG SEWU JEBRES SURAKARTA SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus berhubungan dengan klien dan keluarganya sejak kelahiran sampai kematian. Oleh karena itu,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik dan Cara Pemilihan Sampel
15 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan desain penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dengan menggunakan metode deskriptif korelasional, yaitu menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Riset Partisipan Penelitian 4.1.1 Gambaran Riset Partisipan Berdasarkan Usia Berdasarkan usia riset partisipan dikategorikan menjadi 5 yaitu 20-25 tahun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya banyak anak dengan disabilitas atau penyakit
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun Oleh: ANDRI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. struktur kelengkapan fisik(unicef, 2013).Disabilitas dapat disebabkan. melakukan aktivitas secara selayaknya anak normal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak disabillitas adalah mereka yang memiliki keterbatasan fisik,mental, intelektual atau sensorik dalam jangka waktu lama. Anak disabillitas adalah anak yang memiliki
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut
BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut untuk dapat berpartisipasi aktif, kreatif dan berdaya guna dalam lingkungannya. Sebagai manusia
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian non eksperimental atau observasional yang merupakan metode penelitian secara observasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode
3 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik yang bertujuan menerangkan masalah penelitian yang terjadi pada anak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini
Lebih terperinciDUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION
Vol., No.2, Desember 2015 DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA PADA ANAK RETARDASI MENTAL SEDANG FAMILY SOCIAL SUPPORT TO CHILDREN WITH MODERATE MENTAL RETARDATION STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan no.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Jenis ini dipilih untuk mencari hubungan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN
1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan Disusun Oleh : ATIK ARYANI J 210
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan. Hak dalam pendidikan diatur sesuai dengan UUD 1945 pasal 31 yang menyatakan bahwa Setiap warga
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian non eksperimental atau observasional yang merupakan metode penelitian secara observasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa yang dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Tumbuh kembang anak harus berjalan sejajar agar dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN 1. Jenis penelitian penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik non eksperimental dengan menggunakan rancangan kuantitatif observasional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, variabel bebas dan terikat diukur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat perhatian, pertumbuhan dan perkembangan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas (Anneahira,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini juga menunjukkan terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk lansia. Berdasarkan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA
HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan hampir seperempat hingga sepertiga waktunya untuk tidur. Tidur merupakan proses yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal bagi tubuh, sehingga tubuh tidak mampu untuk mempertahankan keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Keluarga adalah lingkungan tempat melakukan aktivitas dan interaksi dalam kehidupan. Keluarga merupakan tempat belajar, berinteraksi, dan bersosialisasi sebelum
Lebih terperinciBAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu hanya
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu hanya meneliti pada waktu tertentu. Data-data yang diteliti dan diolah merupakan data temuan di
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SLB Negeri 1 Bantul. Rungu/Wicara (B), Tuna Grahita (C), Tuna Daksa (D) dan Autisme.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum SLB Negeri 1 Bantul Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Bantul berdiri sejak tahun 1971 dan beberapa kali mengubah nama serta berpindah lokasi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala rahmat, taufik serta hidayah-nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO], 2014). Hal
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Ginjal manusia berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional untuk menilai
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain observasional atau non eksperimental yang merupakan metode penelitian secara observasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin
Lebih terperinciABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI RETARDASI MENTAL DALAM PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI DI SLB N KENDAL Priharyanti Wulandari 1), Menik Kustriyani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial emosional. Masa remaja dimulai dari kira-kira usia 10 sampai 13 tahun dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penampilan fisik merupakan salah satu hal yang paling penting bagi semua orang, terutama remaja. 1 Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,
Lebih terperinciHubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Perawatan Diri Pada Anak Tunagrahita Di SDLB C Budi Nurani Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Rima Novianti, Ratna Dwierya rima.stikes@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir setiap pasangan yang menikah menganggap keluarga yang akan dibentuk belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal diharapkan akan
Lebih terperinciBab 3 METODE PENELITIAN
Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu aspek perkembangan pada anak yang seyogyanya
` BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek perkembangan pada anak yang seyogyanya dikembangkan sebagai bekal kehidupan untuk masa sekarang dan masa depan salah satunya adalah aspek perkembangan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Penyakit Dalam 4.2. Tempat dan waktu penelitian Ruang lingkup tempat : Instalasi Rekam Medik untuk pengambilan data
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian
III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menganalisa adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi (Kemenkes
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangtempel Kec. Semarang Timur, Semarang dan Bidan Praktik Mandiri
39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai pendekatan penelitian,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah
BAB I Pendahuluan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari penyakit degeneratif, kanker dan kecelakaan (Ruswati, 2010). Salah satu
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA
HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih
Lebih terperinci