Sintesis dan Karakterisasi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid dengan Penambahan Asam Laurat Sebagai Plasticizer Untuk Aplikasi Penutup Luka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Sintesis dan Karakterisasi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid dengan Penambahan Asam Laurat Sebagai Plasticizer Untuk Aplikasi Penutup Luka"

Transkripsi

1 Sintesis dan Karakterisasi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid dengan Penambahan Asam Laurat Sebagai Plasticizer Untuk Aplikasi Penutup Luka Dina Fitrina Alifa, Djoni Izak Rudyardjo, Jan Ady Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Abstract. The research has been done about the synthesis and characterization of hydrogel chitosan-glutaraldehyde by adding lauric acid as a plasticizer for wound dressing application. This study aimed to determine the effect of variations in the composition of the chitosan-glutaraldehyde-lauric acid on mechanical properties and good physical properties that can be applied as a wound dressing. Chitosan derived from crab shell waste extraction which is chemically through deproteinasi stage, demineralization, and deacetylation. Hydrogels of chitosan-glutaraldehydelauric acid are made by mixing chitosan which is dissolved in 1% acetic acid and 1% lauric acid with 1% glutaraldehyde solution. The addition of glutaraldehyde serves to improve the mechanical properties of chitosan. Variation of the mass ratio of chitosan-glutaraldehyde-lauric acid are at 50:0:1, 50:3:1, 50:4:1, 50:5:1 and 50:6:1. The results were obtained with a degree of deacetylation of chitosan %. Characterization of the mechanical properties of the test results (tensile strength and elongation at break) the hydrogels showed that chitosan hydrogelglutaraldehyde-lauric acid has characteristics that appropriate the standards of the mechanical properties of human skin. chitosan hydrogel lauric acidglutaraldehyde-best demonstrated by varying the mass ratio of chitosanglutaraldehyde-lauric acid at 50:4:1 which has a value of ± m thickness, tensile strength of 23.6 ± 10.8 MPa, elongation at 17, 93 ± 0,97 %, the surface structure is flat, there are no bubbles and has the ability to absorb the value of ± 2,99 % by soaking in a solution of PBS about 45 minutes. Keywords: Hydrogels, chitosan, glutaraldehyde, lauric acid, crosslinking, plasticizer, wound dressing.

2 Abstrak. Telah dilakukan penelitian sintesis dan karakterisasi hidrogel kitosanglutaraldehid dengan penambahan asam laurat sebagai plasticizer untuk aplikasi penutup luka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi kitosan-glutaraldehid-asam laurat terhadap sifat mekanik dan sifat fisik yang baik sehingga dapat diaplikasikan sebagai penutup luka. Kitosan diperoleh dari ekstraksi limbah cangkang kepiting secara kimiawi melalui tahap deproteinasi, demineralisasi, dan deasetilasi. Hidrogel dari kitosan-glutaraldehidasam laurat dibuat dengan cara mencampurkan kitosan yang dilarutkan dalam 1% asam asetat dan 1% asam laurat dengan 1% larutan glutaraldehid. Penambahan glutaraldehid berfungsi untuk memperbaiki sifat mekanik dari kitosan. Variasi perbandingan massa kitosan-glutaraldehid-asam laurat sebesar 50:0:1, 50:3:1, 50:4:1, 50:5:1 dan 50:6:1. Dari hasil penelitian diperoleh kitosan dengan derajat deasetilasi 86,377 %. Hasil karakterisasi uji sifat mekanik (Tensile strength dan Elongation at break) pada hidrogel menunjukkan bahwa hidrogel kitosanglutaraldehid-asam laurat memiliki karakteristik yang memenuhi standar sifat mekanik kulit manusia. hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat terbaik ditunjukkan dengan memvariasi perbandingan massa kitosan-glutaraldehid-asam laurat sebesar 50:4:1 yang memiliki nilai ketebalan 120,233 ± 0,015, kuat tarik sebesar 23,6 ± 10,8 MPa, elongasi sebesar 17,93 ± 0,97 %, struktur permukaannya yang rata, tidak terdapat gelembung serta memiliki nilai kemampuan absorbsi sebesar 245,75 ± 2,99 % dengan perendaman didalam larutan PBS sekitar 45 menit. Kata kunci: Hidrogel, kitosan, glutaraldehid, asam laurat, crosslinking, plasticizer, penutup luka.

3 Pendahuluan Hidrogel Superabsorben adalah suatu istilah mencakup jenis polimer yang berbasis kemampuan mengabsorbsi sejumlah kuantitas cairan biologis. Hidrogel superabsorben ini sangat efektif mengabsorbsi cairan biologis (Erizal., & Redja, I Wayan. 2010; Spagnola, Cristiane., et al, 2012). Pada hakikatnya hidrogel superabsorben adalah polimer berikatan silang yang mempunyai kemampuan mengabsorbsi cairan biologis ratusan kali beratnya, tidak larut dalam cairan karena adanya struktur tiga dimensi pada jaringan polimernya. Hidrogel superabsorben merupakan materi yang sangat menarik karena sifat kelarutannya dan daya angkut cairan biologis yang unik. Karena sifat unik tersebut, pada beberapa tahun belakangan ini dilakukan penelitian dan pengembangan hidrogel superabsorben secara intensif untuk aplikasi dibidang kesehatan, farmasi, kimia, pengemas makanan, pembuatan kertas, industri holtikultura, dan pengeboran minyak (Erizal.,& Redja, I Wayan, 2010). Hidrogel superabsorben dapat diaplikasikan dibidang kesehatan sebagai penutup luka (Istiqomah, N., 2012). Disamping itu perawatan luka berkaitan dengan perubahan jaringan kulit, misalnya lecet, luka iris, dan menghilangkan kelebihan eksudat. Berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk menyembuhkan luka dengan mencuci luka, menutup luka dengan penutup luka, hingga memberi obat antiseptik seperti povidone iodine. Penelitian tentang penutup luka difokuskan pada percepatan perbaikan luka dengan perancangan secara sistematis pada bahan penutup. Penelitian tersebut mengarah kepada penggunaan bahan biologis seperti kitin dan turunannya kitosan, yang mana kitosan sendiri memiliki kegunaan yang cukup luas dalam medis (Goosen, 1997). Salah satu bahan yang berpotensi sebagai absorben adalah kitosan yang merupakan sebuah kopolimer dari 2-glukosamin dan N-asetil-2 glukosamin, senyawa turunan dari kitin yang bersifat ramah lingkungan, diantaranya biodegradabel, biokompatibel, biofungsional dan bioadsorbabel (Chunyu Chang, et al, 2011; Chengjun Zhou, et al, 2011; Shu-Guang Wang, et al, 2008). Kitosan merupakan hemostat, yang membantu dalam pembekuan darah secara alami. Penelitian yang telah dilakukan oleh David R. Rohindra et al, (2004)

4 menunjukkan bahwa pencampuran kitosan dengan glutaraldehid dapat diaplikasikan sebagai hidrogel. Hidrogel merupakan suatu jaringan rantai polimer hidrofilik yang saling terikat silang satu sama lain dan memiliki kemampuan absorbsi yang tinggi, hingga lebih dari 99,9% (Erizal.,& Redja, I Wayan, 2010). Hidrogel dapat terurai melalui pembusukan oleh mikroba sehingga aman digunakan. Untuk menghasilkan kualitas hidrogel kitosan-glutaraldehid yang baik tidak terlepas dari penggunaan zat pemlastis yang ditambahkan. Zat pemlastis adalah bahan organik yang ditambahkan ke dalam material hidrogel kitosanglutaraldehid dengan maksud untuk meningkatkan sifat mekanik yang memenuhi standar pada kulit manusia sehingga dapat diaplikasikan untuk penutup luka pada kulit serta meningkatkan fleksibilitas dari hidrogel kitosan-glutaraldehid. Penelitian mengenai hidrogel komposit dari kitosan-glutaraldehid yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa pencampuran kitosan dengan glutaraldehid dapat diaplikasikan sebagai penutup luka (Istiqomah, N., 2012). Tetapi pada penelitian ini tidak dapat dilakukan uji sifat mekanik dikarenakan hidrogel terlalu rapuh sehingga mudah robek (Istiqomah, N., 2012). Hal itu yang mendasari penulis untuk memperbaiki sifat mekanik dengan menambahkan agen pengikat silang glutaraldehid disertai dengan penambahan zat pemlastis. Di mana salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai zat pemlastis (plasticizer) adalah asam laurat (Kurnia, 2010). Asam laurat merupakan asam lemak jenuh rantai sedang yang mudah dimetabolisme dan bersifat antimikroba (antivirus, antibakteri dan antijamur) sehingga mempercepat metabolisme sel di kulit (Suhirman, 2004). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penelitian yang akan dilakukan adalah sintesis dan karakterisasi hidrogel kitosan-glutaraldehid dengan penambahan asam laurat sebagai plasticizer untuk aplikasi penutup luka. Dengan adanya upaya perbaikan tersebut diharapkan nantinya dapat dihasilkan kualitas material hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dengan kinerja yang lebih baik dalam sifat mekanik yang memenuhi standar pada kulit manusia dan kemampuan daya absorb yang sesuai sehingga dapat bekerja secara optimal sebagai material medis.

5 Metode Penelitian Dalam penelitian ini bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut: cangkang kepiting, glutaraldehid, asam laurat, larutan NaOH, HCl, asam asetat, KBr, PBS, etanol 96% dan aquades.. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah blender, neraca digital, gelas beaker, termometer, cawan porselin, saringan kertas, gelas ukur, pipet, pengaduk, oven, heater, magnetic stirrer, plat kaca, selotip, screen mesh, cutter, nampan dan ember. Peralatan untuk keperluan analisis kuantitatif dan kualitatif adalah Coating Thickness Gauge tipe TT 210, FTIR tipe Bruker tensor 27, mesin Tensile merk IMADA tipe HV-1000N, dan mikroskop optik merk OLYMPUS tipe CX41. Pada penelitian dilakukan pembuatan kitosan dari bahan dasar cangkang kepiting yang diproses dalam tiga tahap yaitu tahap deproteinasi, tahap demineralisasi, dan tahap deasetilasi. Pada tahap deproteinasi Cangkang kepiting yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam gelas beker ditambahkan dengan natrium hidroksida 3,5 % perbandingan 1:10 (w/v). Proses deproteinasi dilakukan selama ± 2 jam pada suhu 75 C dengan pengadukan magnetik stirrer. Kemudian cangkang kepiting dicuci dengan menggunakan aquades hingga ph air cucian netral, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 80 C sampai kering sehingga dalam proses ini didapatkan crude kitin. Crude kitin yang diperoleh ditimbang dan dicatat. Sedangkan pada tahap demineralisasi dimana Crude kitin hasil deproteinasi dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian ditambahkan larutan HCl 2N dengan perbandingan antara crude kitin dengan larutan HCl 1:15 (w/v). Pada proses ini dilakukan dengan pengadukan menggunakan magnetik stirrer selama 30 menit pada suhu kamar. Setelah itu crude kitin dicuci dengan aquades hingga ph air cucian netral, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80 o C sampai kering sehingga dalam proses ini dihasilkan kitin. Kitin yang diperoleh kemudian ditimbang dan dicatat. Proses transformasi kitin menjadi kitosan (Deasetilasi) ini dilakukan dengan cara memasukkan kitin ke dalam gelas beaker, kemudian ditambahkan larutan NaOH 60% dengan perbandingan kitin dan larutan NaOH 1:10 (w/v). Campuran direbus dengan suhu 110 o C selama 2 jam dengan pengadukan dengan magnetik stirer. Setelah itu menyaring campuran, kemudian

6 mencucinya dengan aquades hingga didapatkan ph air cucian netral. Langkah selanjutnya adalah dengan mengeringkan di dalam oven pada suhu 80 o C sampai kering, sehingga diperoleh kitosan. Kitosan yang diperoleh, kemudian ditimbang dan dicatat. Prosedur pembuatan larutan kitosan adalah sebagai berikut : kitosan dilarutkan ke dalam asam asetat 1% pada temperatur ruang dan dibiarkan semalam dengan pengadukan mekanik terus menerus untuk mendapatkan larutan 1% (w/v). Larutan kitosan kental berwarna kuning pucat disaring untuk menghilangkan materi yang tidak larut.dimana pembuatan hidrogel sebagai berikut : larutan glutaraldehid 1 % ditambahkan ke dalam larutan kitosan dengan rasio 50:0, 50:3, 50:4,50:5 dan 50:6 Larutan tersebut diaduk selama 60 menit dalam suhu ruang sampai viskositasnya meningkat. Larutan kemudian ditambahkan asam laurat (plasticizer) 1% w/v yang telah dilelehkan pada suhu 44 C karena titik leleh asam laurat berada pada suhu 44 C. Asam laurat merupakan asam lemak jenuh sehingga untuk melarutkannya dibutuhkan etanol 96%. Setelah semua bahan tercampur, dilakukan pengadukan selama 30 menit supaya diperoleh larutan yang homogen. Larutan hidrogel Kitosan:glutaraldehid:asam laurat dengan rasio 50:0:1, 50:3:1, 50:4:1,50:5:1 dan 50:6:1 yang terbentuk, didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar dengan tujuan menghilangkan gelembung udara yang terperangkap saat proses pengadukan. Larutan tersebut kemudian dituang pada plat kaca yang telah dibersihkan dan sisi-sisinya diberi selotip. Kemudian dikeringkan pada suhu ruang selama 7 hari (proses dilakukan dengan keadaan lingkungan steril). Hidrogel yang telah kering tersebut kemudian dicelupkan ke dalam larutan NaOH 4% untuk membantu melepaskan hidrogel yang masih melekat pada kaca. Larutan NaOH dalam hal ini berfungsi sebagai larutan non pelarut yang dapat berdifusi ke bawah lapisan hidrogel sehingga hidrogel tidak melekat pada plat kaca dan mudah untuk dilepas. Uji Ketebalan Uji ketebalan pada sampel uji dilakukan menggunakan alat Coating Thickness Gauge tipe TT 210. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi kitosan-glutaraldehid dengan penambahan asam laurat

7 terhadap ketebalan sampel uji yang dihasilkan. Uji Kekuatan Tarik Hidrogel Parameter penting karakteristik mekanik yang diukur dan diamati dari sebuah material hidrogel kitosan-glutaraldehid dengan penambahan plasticizer asam laurat adalah uji tarik dengan menggunakan mesin tensile merk IMADA tipe HV-1000N. Uji tarik ini untuk mengetahui sifat-sifat mekanik seperti kekuatan, kekenyalan, kekakuan dan plastisitas. Hidrogel ditarik dengan kecepatan tertentu hingga putus. Besar beban penarik maksimum (F max ) dan perubahan panjang Hidrogel pada saat putus dicatat. Berdasarkan hasil ini diperoleh nilai stress dan elongation at break dengan menggunakan persamaan (Van Vlack, 1991) : Dengan σ = Stress ( N/m 2 ), F = Beban ( N ), A = Luas permukaan ( m 2 ) (1) (2) Dengan ε = Elongation ( % ), L = Panjang akhir spesimen uji ( cm ), Lo = Panjang awal spesimen uji ( cm ) Sehingga akan diperoleh nilai kuat tarik (Ultimate Tensile Strength) dan elongation. Hidrogel dari kitosan, glutaraldehid dan asam laurat sebagai pemlastis dapat digunakan sebagai penutup luka (Wound Dressing) apabila memenuhi standar sifat mekanik kulit manusia. Tabel 1 Perbandingan Standar Sifat Mekanik Kulit Manusia (Annaidh et al, 2011)

8 Uji Kemampuan Absorbsi Kemampuan absorbsi dari hidrogel ditentukan dengan menginkubasi hidrogel pada ph 7,4 di Phosphate Buffer Saline (PBS) pada suhu ruang. Berat basah hidrogel dihitung selama beberapa kali dengan memberi sponge filter paper untuk menghilangkan air yang diserap pada permukaan kemudian segera ditimbang dengan timbangan digital.banyaknya air yang terserap pada hidrogel dapat dihitung (Istiqomah, N., 2012) : (3) Dimana E adalah persentase absorbsi air pada hidrogel. m e menunjukkan berat hidrogel yang telah menyerap PBS dan m o adalah berat mula-mula. Uji Morfologi Hidrogel Pengujian dilakukan dengan cara memotong hidrogel dengan ukuran 1cm x 1cm, kemudian meletakkan sampel di atas preparat setelah itu diamati dengan menggunakan mikroskop sehingga dapat terlihat struktur permukaan hidrogel. Uji Spektrofotometer FT-IR Hasil FT-IR diperoleh dalam bentuk spektrum yang menggambarkan besarnya nilai % transmitan dan bilangan gelombang, sehingga dapat diketahui gugus fungsi apa saja yang terdapat pada hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat. Analisa kuantitatif dari spektroskopi IR dapat dilakukan berdasarkan spektra inframerah yang dihasilkan, salah satu contohnya adalah penentuan derajat deasetilasi dari kitin dan kitosan menggunakan persamaan Domszy dan Robers. (4) Dengan A 1655 = absorbansi pada bilangan gelombang 1655 cm -1, A 3450 = absorbansi pada bilangan gelombang 3450 cm -1, 1,33= tetapan yang diperoleh dari perbandingan A 1655 /A 3450 untuk kitosan dengan asetilasi penuh Metode yang digunakan untuk menentukan absorbsi pada spektra inframerah adalah metode garis dasar (base line). Dengan metode ini, transmitan pada bilangan gelombang yang diinginkan ditentukan dengan memperbandingkan jarak antara dasar pita dan puncak pita pada bilangan gelombang yang diinginkan

9 tersebut. Kitosan memiliki derajat deasetilasi > 70% sedangkan kitin memiliki derajat deasetilasi < 70%. Dengan mengetahui derajat deasetilasi maka polimer kitin dan kitosan dapat dibedakan. Hasil Dan Pembahasan Hasil Pembuatan Kitosan Pada proses pembuatan kitosan dari cangkang kepiting terdiri dari proses deproteinasi, demineralisasi dan deasetilasi. Tabel 2 Data Pembuatan Kitosan dari Cangkang Kepiting proses Cangkang kepiting (gram) Awal 95,0024 Deproteinasi 85,3981 Demineralisasi 19,4056 Deasetilasi 12,8811 Hasil Proses Karakterisasi Kitin dan Kitosan Hasil Uji Kelarutan terhadap Asam 0,75% Uji sederhana untuk mengetahui bahwa kitosan yang telah dibuat benarbenar telah terbentuk adalah dengan melakukan uji kelarutan menggunakan larutan asam asetat 0,75%. Dalam asam asetat encer kitosan hasil deasetilasi akan larut, sedangkan kitin tidak dapat larut dalam asam asetat encer (Kurnia, 2010). Pada uji kelarutan dengan menggunakan asam asetat telah diketahui bahwa kitosan larut dalam asam asetat 0,75%, sehingga dapat dipastikan hasil dari proses deasetilasi kitin telah menjadi kitosan. Hasil Uji spektroskopi IR Penentuan Derajat Deasetilasi pada Kitosan Hasil IR diperoleh dalam bentuk spektrum yang menggambarkan besarnya nilai % transmitan dan bilangan gelombang untuk kitosan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

10 Gambar 1 Spektrum IR Kitosan Perhitungan derajat deasetilasi menggunakan spektra IR ditentukan dengan absorbansi dari gugus amida (1659,12 cm -1 ) dan gugus hidroksil (3425,31 cm -1 ). Dari hasil penelitian berdasarkan analisis spektra IR dengan menggunakan metoda base-line, maka didapatkan nilai perhitungan untuk derajat deasetilasi dari kitosan dari cangkang kepiting sebesar 86,377 %. Dengan derajat deasetilasi lebih dari 70%, maka sampel ini dapat disimpulkan sebagai kitosan (Thate,2004). Derajat deasetilasi menentukan banyaknya gugus asetil yang telah dihilangkan selama proses transformasi dari kitin menjadi kitosan. Hasil Karakterisasi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat Secara umum parameter penting karakteristik mekanik yang diukur dan diamati dari sebuah material adalah kuat tarik (Tensile strength) dan perpanjangan (Elongation at break). Sifat fisik dan morfologi yang digunakan sebagai parameter kualitas hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat adalah ketebalan hidrogel, struktur morfologi, FT-IR dan kemampuan absorb. Hasil Uji Ketebalan Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat Uji ketebalan pada sampel dilakukan pada tiga titik, yaitu bagian atas, tengah dan bawah, kemudian dihitung ketebalan rata-ratanya tiap variasi komposisi glutaraldehid.

11 Tabel 3 Data pengukuran ketebalan hidrogel pada variasi komposisi glutaraldehid Gambar 2 Grafik Ketebalan Rata-Rata Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat Berdasarkan Tabel 3, hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dengan variasi komposisi glutaraldehid mempunyai ketebalan yang berbeda. Hal di atas dapat dijelaskan bahwa dengan variasi penambahan agen pengikat silang (crosslinking) glutaraldehid yang ditambahkan, ketebalan hidrogel mempunyai kecenderungan meningkat dengan bertambahnya agen pengikat silang (crosslingking) glutaraldehid yang mengikat molekul kitosan. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya agen pengikat silang (crosslingking) glutaraldehid yang digunakan sehingga total padatan yang ada pada hidrogel setelah pengeringan semakin besar. Ketebalan hidrogel juga dipengaruhi oleh luas cetakan, volume larutan, dan banyaknya total padatan dalam larutan (Astuti, 2008). Hasil Uji Tarik Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat Data dari hasil uji tarik hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam laurat digunakan untuk memperoleh nilai kuat tarik (Ultimate Tensile Strength) dan elongation at break hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat. Nilai kuat tarik

12 dan elongasi hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat pada variasi komposisi glutaraldehid dapat dilihat pada Tabel 4, Gambar 3 dan Gambar 4. Tabel 4 Data Pengukuran Sifat Mekanik Hidrogel pada Variasi Kitosan- Glutaraldehid-Asam Laurat Gambar 3 Grafik Elongasi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat Gambar 4 Grafik Kuat Tarik Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat

13 Pada hasil elongasi dan kuat tarik terlihat adanya peningkatan nilai kuat tarik seiring dengan bertambahnya massa glutaraldehid. Hal ini disebabkan karena molekul agen pengikat silang glutaraldehid mengikat molekul kitosan yang bersifat amorf sehingga struktur hidrogel semakin rapat dan kuat. Semakin rapat struktur hidrogel, berarti jarak antara molekul dalam hidrogel semakin rapat sehingga mempunyai kekuatan tarik dan jebol yang kuat (Meriatna,2008). Selain itu hal tersebut terjadi karena sifat asam laurat sebagai plasticizer yang dapat menurunkan kekakuan supaya lebih fleksibel sehingga kekuatan dan kekakuan hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat juga menurun. Menurut Rhim (1999) umumnya kenaikan tensile strength juga disertai dengan penurunan nilai elongasi yang menghasilkan hidrogel yang kurang elastis dimana nilai elongasi semakin turun dan nilai tensile strength semakin meningkat. Besarnya elongation menentukan keuletan (ductility) suatu material, bila nilainya mendekati nol maka material tersebut merupakan material yang rapuh (Van Vlack, 2004). Hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dapat digunakan sebagai material medis jika memenuhi standart sifat mekanik tertentu. Berdasarkan pada Tabel 1 pada penelitian Jansen and Rottier(1958) material medis yang dihasilkan yaitu dengan nilai kuat tarik antara 1 MPa 24 MPa, sedangkan elongasi antara 17% - 207%. Dari analisis data yang telah dilakukan, maka hidrogel kitosanglutaraldehid-asam laurat dengan perbandingan 50:0:1, 50:3:1, dan 50:4:1 (v/v) dipilih sebagai sampel terbaik karena memiliki nilai kuat tarik sebesar 20,4 ± 10,6 ; 21,4 ± 9,5 dan 23,6 ± 10,8 dengan elongasi 22,12 ± 0,98 ; 19,55 ± 0,97 ; dan 17,93 ± 0,97 sehingga masuk dalam range sebagai material medis penutup luka yang mendekati sifat mekanik kulit menurut Jansen and Rottier (1958), dimana penutup luka tersebut dapat diaplikasikan pada bagian perut (Abdomen) manusia.

14 Hasil Uji Kemampuan Absorbsi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat Gambar 5 Grafik Kemampuan Absorbsi HidrogelKitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat Pada hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dengan variasi penambahan 0 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dan 6 ml memberikan nilai kemampuan absorb yang ditunjukkan pada Tabel 6. Dari data gambar di atas dapat dilihat semakin banyak ikatan silang dapat memperbaiki sifat mekanik, hal ini terbukti bahwa semakin banyak glutaraldehid yang ditambahkan semakin menurun kemampuan absorbsinya dikarenakan rantai NH 2 dipakai untuk mengikat gugus aldehid pada glutaraldehid. Dapat dianalogikan, semakin banyak jumlah glutaraldehid yang ditambahkan, struktur hidrogel semakin padat (pori-pori rongga mengecil), jika struktur hidrogel semakin padat maka dapat dipastikan sifat mekanik semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Gooch, Jan W (2002) bahwa semakin banyak rantai yang berikatan silang dalam suatu polimer, kemampuan mengembangnya akan menurun dan hidrogel menjadi semakin keras/kuat. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hidrogel kitosanglutaraldehid-asam laurat merupakan hidrogel dengan karakteristik yang baik, dibuktikan dengan uji kemampuan absorbsi yang mempunyai nilai kemampuan absorb yang mampu menyerap air atau cairan biologis hingga 99 % kandungannya (Erizal & Redja, I Wayan, 2010).

15 Hasil Morfologi Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 6 Hasil Uji Mikroskop Optik Permukaan Atas Hidrogel Kitosan- Glutaraldehid-Asam Laurat dengan Variasi Glutaraldehid (a) 0 ml, (b) 3 ml, (c) 4 ml, (d) 5 ml, (e) 6 ml, Perbesaran 600x Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa pada penampang atas hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat yang terdiri dari campuran kitosan dan asam laurat dengan penambahan variasi agen pengikat silang glutaraldehid 0 ml, 3 ml, 4 ml, 5 ml, dan 6 ml menunjukkan struktur permukaan yang rata dan tidak bergelembung. Hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat dengan penambahan glutaraldehid 0 ml, 4 ml dan 5 ml menunjukkan struktur permukaan yang halus, rata, dan tidak adanya kerutan bila dibandingkan dengan penambahan gluaraldehid 3ml dan 6ml. Dapat dijelaskan bahwa agen pengikat silang (crosslinking) bekerja dengan cara melekatkan dirinya sendiri diantara rantairantai polimer. Terjadi hal lain ketika penambahan glutaraldehid 3 ml dan 6 ml yang menunjukkan pada penampang atas hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat yang kurang merata yang ditunjukkan dengan adanya kerutan-kerutan, padahal seharusnya glutaraldehid berada diantara kitosan dan asam laurat. Hal ini terjadi karena penambahan glutaraldehid telah melewati batas sehingga molekul agen pengikat silang berlebih berada pada fase tersendiri di luar fase kitosan dan asam laurat sehingga mengakibatkan glutaraldehid pada hidrogel kitosanglutaraldehid-asam laurat semakin terlihat kurang merata (Wardhani, 2012).

16 Hasil Uji FTIR Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid-Asam Laurat Hasil uji kimia fisik dari pencampuran antara kitosan dengan agen pengikat silang glutaraldehid dan dengan plasticizer asam laurat dengan menggunakan Spektroskopi FTIR secara kualitatif dapat digunakan untuk mengidentifikasi gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa berdasarkan absorbsinya terhadap sinar inframerah.

17 Gambar 7 Spektrum IR Hidrogel dengan Penambahan Glutaraldehid (a) 0 ml, (b) 3 ml, (c) 4 ml, (d) 5 ml, (e) 6 ml

18 Analisis spektroskopi IR yang didapat dari berbagai variasi komposisi glutaraldehid dapat dilihat adanya interaksi antara kitosan-glutaraldehid-asam laurat. Hasil uji kimia fisik menggunakan spektrofotometer FT-IR diketahui bahwa untuk bahan kitosan menunjukkan gugus serapan karakteristik. Intensitas serapan pada bilangan gelombang 3445,11 cm -1 ; 3444,76 cm -1 ; 3445,21 cm -1 ; 3445,25 cm -1 ; dan 3444,46 cm -1 (terdapat pada tiap penambahan variasi glutaraldehid) menunjukkan adanya gugus OH intermolekuler dan bilangan gelombang 1650,36 cm -1 ; 1649,94 cm -1 ; 1650,74 cm -1 ; 1650,59 cm -1 ; dan 1650,07 cm -1 (terdapat pada tiap penambahan variasi glutaraldehid) menunjukkan gugus fungsi NH 2. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara kitosan dengan glutaraldehid. Semakin meningkatnya volume glutaraldehid (crosslinking) yang ditambahkan maka persen gugus O-H yang ditransmisikan semakin berkurang, yang berarti gugus tersebut banyak mengalami ikat silang. Pada gambar di atas juga terdapat adanya interaksi kitosan-glutaraldehid dengan plasticizer asam lurat yang ditunjukkan adanya bilangan gelombang gugus ester C=O. Asam laurat terletak pada bilangan 1558,31 cm -1 ; 1558,12 cm -1 ; 1558,97 cm -1 ; 1558,44 cm -1 ; dan 1541,66 cm -1 (terdapat pada tiap penambahan variasi glutaraldehid) adalah ikatan C=O yang menunjukkan gugus asam karboksilat. Analisa tersebut menunjukkan gugus fungsional COOH menjadi gugus COOC- (Nirwana, 2012). Hal ini memungkinkan karena selain kitosan mengalami ikat silang dengan glutaraldehid ikat silang terjadi pada gugus C=O dan gugus NH 2 (Rohindra et al., 2004). Dengan dimilikinya gugus fungsi karbonil (C=O) dan ester (C-O) tersebut maka hidrogel dapat terdegradasi (Darni et al, 2009). Dari agen pengikat silang (crosslinking) glutaraldehid tersebut, glutaraldehid memiliki dua gugus fungsi karbonil (C=O) yang disukai oleh gugus amina pada kitosan untuk membentuk ikat silang. Dengan demikian, reaksi pembentukan ikat silang antara hidrogel kitosan dan agen pengikat silang glutaraldehid berlangsung lebih cepat sehingga struktur yang dihasilkan menjadi lebih rapat dan rigid. Penambahan variasi komposisi glutaraldehid bertujuan untuk mengetahui gugus fungsi yang terbentuk akibat dari pencampuran antara kitosan-glutaraldehid-asam laurat. Namun jika dilihat dari panjang gelombang yang terbaca belum ada gugus fungsi baru yang

19 terbentuk. Hal tersebut berarti hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat yang dihasilkan merupakan proses blending secara fisika karena tidak ditemukannya gugus fungsi baru sehingga hidrogel memiliki sifat seperti komponen penyusunnya. Kesimpulan Variasi komposisi kitosan-glutaraldehid-asam laurat pada hidrogel memberikan pengaruh pada karakteristik sifat mekanik dan sifat fisik material. Semakin banyak penambahan agen pengikat silang (crosslinking) glutaraldehid dan asam laurat (plasticizer) membuat struktur penampang hidrogel kitosanglutaraldehid-asam laurat semakin halus, rapat, dan fleksibel. Kekuatan meningkat, elongasi menurun dan kemampuan absorb menurun. Hidrogel kitosanglutaraldehid-asam laurat komposit hasil sintesis dari bahan dasar kitosan, glutaraldehid dan asam laurat dapat digunakan sebagai salah satu keperluan pengobatan dalam bidang medis karena memenuhi standart sifat mekanik kulit manusia. Karakteristik hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat yang terbaik diberikan variasi perbandingan massa kitosan-glutaraldehid-asam laurat sebesar 50:4:1 yang memiliki nilai ketebalan 120,233 ± 0,015, kuat tarik sebesar 23,6 ± 10,8 MPa, elongasi sebesar 17,93 ± 0,97 %, struktur permukaannya yang halus, rata, tidak terdapat gelembung serta memiliki nilai kemampuan absorbsi sebesar 245,75 ± 2,99% dengan perendaman didalam larutan PBS sekitar 45 menit. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disarankan perlu dilakukan uji SEM, uji invitro (MTT Assay) dan uji invivo untuk mendapatkan kualitas hidrogel kitosan-glutaraldehid-asam laurat yang lebih baik dan produk yang dihasilkan dapat digunakan dalam bidang kesehatan atau keperluan lainnya. Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih sedalamdalamnya kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

20 Daftar Pustaka [1] Annaidh, A.N. et al, 2011, Characterization of the anisotropic mechanical properties of excised human skin, Journal of The Mechanical Behavior of Biomedical Materials, University College Dublind, Ireland: Elsevier Science Ltd. [2] Astuti, Beti Cahyaning, 2008, Pengembangan Edible Film Kitosan Dengan Penambahan Asam Lemak Dan Esensial Oil: Upaya Perbaikan Sifat Barrier Dan Aktivitas Antimikroba, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor [3] Chunyu Chang., Si Chen., Lina Zang., 2011, Novel hydrogels prepared via direct dissolution of chitin at low temperature : structure and biocompatibility. J Mater Chem, 21, [4] Rohindra, D.R., Ashveen V. Nand., Jagjit R. Khurma, 2004, Swelling properties of chitosan hydrogel. The South Pacific Journal of Natural Science 22(1) [5] Darni, Yuli et al, 2009, Peningkatan Hidrofobisitas Dan Sifat Fisik Plastik Biodegradabel Pati Tapioka Dengan Penambahan Selulosa Residu Rumput Laut Euchema Spinossum, Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Lampung, Lampung. [6] Erizal., & Redja, I Wayan., Sintesis Hidrogel Superabsorben Poietilen Oksida-Alginat dengan Teknik Radiasi Gamma dan Karakterisasinya. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia,8, [7] Gooch, Jan W., 2010, Emulsification and Polymerization of alkyd Resins, Georgia Institude of Technology,Atlanta Georgia. [8] Goosen, M.F.A., 1997, Applications of chittin and Chitosan, Techonimic Publishing Co.Inc., Lancaster. [9] Istiqomah, N., 2012, Pembuatan Hidrogel Kitosan-Glutaraldehid untuk Aplikasi Penutup Luka secara In Vivo,Skripsi, Teknobiomedik, FST UNAIR, Surabaya. [10] Kurnia, W., 2010, Sintesis dan karakterisasi Edible Film Komposit dari Bahan Dasar Kitosan, Pati dan Asam Laurat, Skripsi, Progam Studi

21 Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, UNAIR, Surabaya [11] Meriatna, 2008, penggunaan membran kitosan untuk menurunkan kadar logam krom (Cr) dan nikel (Ni) dalam limbah cair industry pelapisan logam, Tesis, Progam Studi Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara, Medan. [12] Rhim, J.W., Y. Wu, C.L. Weller dan M. Schnepf, Physical Characteristics of a Composite Film of Soy Protein Isolate and Propyleneglycol Alginate. J. Food Science 64 (1) : [13] Rohindra, D.R., Ashveen V. Nand., Jagjit R. Khurma, 2004, Swelling properties of chitosan hydrogel. The South Pacific Journal of Natural Science 22(1) [14] Shu-Guang Wang., Xeu-Fei Sun., Xian-Wei Liu., Wen-Xing Gong., Bao- Yu Gao., Nan Bao., 2008, Chitosan hydrogel beads for fulvic acid adsorption: Behaviors and mechanisms. Chemical Engineering Journal, 142, [15] Spagnola, Cristiane., Rodrigues, Franscisco H.A., Pereira, Antonio G.B., Fajardo, Andre R, Rubira, Adley F., Muniz, Edvani C., 2012, Superabsorbent hidrogel composite made of cellulosa nanofibrils and chitosan-graft-poly(acrylic acid). Carbohydrate Polymers, 87, [16] Suhirman, Manfaat VCO bagi Kesehatan Masyarakat. Harian Kompas. Selasa 13 april, Hal.33. [17] Thate MR Synthesis and Antibacterial Assessment of Water-Soluble Hydrophobic Chitosan Derivatives Bearing Quaternary Ammonium Functionality. Louisiana: Disertasi [18] Van Vlack, L.H., 1991, Ilmu dan Teknologi Bahan, Edisi ke-5, Alih Bahasa : Japrie Sriati, Erlangga : Jakarta. [19] Van Vlack, L.H., 2004, Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material edisi ke-6, terjemah Sriati Djaprie, Erlangga, Jakarta. [20] Wardhani, R.A.K., 2012, Sintesis dan karakterisasi Bioselulosa-Kitosan dengan penambahan Gliserol sebagai plasticizer, Skripsi, Progam Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi, UNAIR, Surabaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorim Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Laboratorium Metalurgi ITS Surabaya

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi Bioselulosa Kitosan Dengan Penambahan Gliserol Sebagai Plasticizer

Sintesis dan Karakterisasi Bioselulosa Kitosan Dengan Penambahan Gliserol Sebagai Plasticizer Sintesis dan Karakterisasi Bioselulosa Kitosan Dengan Penambahan Gliserol Sebagai Plasticizer Riesca Ayu Kusuma Wardhani, Djony Izak Rudyardjo, Adri Supardi Program Studi Fisika Fakultas Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Kitosan 4.1.1 Penyiapan Perlakuan Sampel Langkah awal yang dilakukan dalam proses isolasi kitin adalah dengan membersikan cangkang kepiting yang masih mentah

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh November PENGARUH PENAMBAHAN KHITOSAN DAN PLASTICIZER GLISEROL PADA KARAKTERISTIK PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI LIMBAH KULIT SINGKONG Disusun oleh : 1. I Gede Sanjaya M.H. (2305100060) 2. Tyas Puspita (2305100088)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap isolasi kitin yang terdiri dari penghilangan protein, penghilangan mineral, tahap dua pembuatan kitosan dengan deasetilasi

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut :

3 Percobaan. 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum. Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : 3 Percobaan 3.1 Tahapan Penelitian Secara Umum Tahapan penelitian secara umum dapat dilihat pada diagram alir berikut : Gambar 3. 1 Diagram alir tahapan penelitian secara umum 17 Penelitian ini dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk yang ditambahkan pada tanah akan melepaskan nutrient yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pupuk yang ditambahkan pada tanah akan melepaskan nutrient yang dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pupuk merupakan salah satu dari berbagai faktor penting dalam pertanian. Pupuk yang ditambahkan pada tanah akan melepaskan nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil pengumpulan data dari observasi makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang pengaruh kasa hidrogel paduan kitosan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama sintesis kitosan yang terdiri dari isolasi kitin dari kulit udang, konversi kitin menjadi kitosan. Tahap ke dua

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fisik Material dan Laboratorium Kimia Analitik Program Studi Kimia ITB, serta di Laboratorium Polimer Pusat Penelitian

Lebih terperinci

SINTESIS PLASTIK BIODEGRADABLE AMILUM BIJI DURIAN DENGAN GLISEROL SEBAGAI PENAMBAH ELASTISITAS (PLASTICIZER)

SINTESIS PLASTIK BIODEGRADABLE AMILUM BIJI DURIAN DENGAN GLISEROL SEBAGAI PENAMBAH ELASTISITAS (PLASTICIZER) SINTESIS PLASTIK BIODEGRADABLE AMILUM BIJI DURIAN DENGAN GLISEROL SEBAGAI PENAMBAH ELASTISITAS (PLASTICIZER) Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang Email:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KOMPOSISI SAMPEL PENGUJIAN Pada penelitian ini, komposisi sampel pengujian dibagi dalam 5 grup. Pada Tabel 4.1 di bawah ini tertera kode sampel pengujian untuk tiap grup

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Pada tahap sintesis, pemurnian, dan sulfonasi polistiren digunakan peralatan gelas, alat polimerisasi, neraca analitis, reaktor polimerisasi, oil

Lebih terperinci

Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No : Bagus Rahmat Basuki & I Gusti Made Sanjaya Jurusan Kimia,FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No : Bagus Rahmat Basuki & I Gusti Made Sanjaya Jurusan Kimia,FMIPA, Universitas Negeri Surabaya Jurnal ILMU DASAR Vol. 10 No. 1. 2009 : 93 101 93 Sintesis Ikat Silang Kitosan dengan Glutaraldehid serta Identifikasi Gugus Fungsi dan Derajat Deasetilasinya ross-linked hitosan Synthesis Using Glutaraldehyde

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Isolasi Kitin dan Kitosan Isolasi kitin dan kitosan yang dilakukan pada penelitian ini mengikuti metode isolasi kitin dan kitosan dari kulit udang yaitu meliputi tahap deproteinasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. percampuran natrium alginat-kitosan-kurkumin dengan magnetic stirrer sampai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. percampuran natrium alginat-kitosan-kurkumin dengan magnetic stirrer sampai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan absorbent dressing sponge dimulai dengan tahap percampuran natrium alginat-kitosan-kurkumin dengan magnetic stirrer sampai penghilangan air dengan proses lyophilizer.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dilakukan selama 6 bulan pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material dan Laboratorium Kimia Fakultas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION LOGAM Cd DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Penggunaan Kitosan dari Tulang Rawan Cumi-Cumi (Loligo pealli) untuk Menurunkan Kadar Ion Logam (Harry Agusnar) PENGGUNAAN KITOSAN DARI TULANG RAWAN CUMI-CUMI (LOLIGO PEALLI) UNTUK MENURUNKAN KADAR ION

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex. Beaker glass 100 ml pyrex BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 3.1 Alat-Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Beaker glass 50 ml pyrex Beaker glass 100 ml pyrex Beaker glass 150 ml pyrex Beaker glass 200 ml pyrex Erlenmeyer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

BAB III METODE PENELITIAN. Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Bank Jaringan Rumah Sakit dr. Soetomo

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN PLASTICIER GLISEROL TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROGEL KITOSAN-GLUTARALDEHID UNTUK APLIKASI PENUTUP LUKA

PENGARUH PENAMBAHAN PLASTICIER GLISEROL TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROGEL KITOSAN-GLUTARALDEHID UNTUK APLIKASI PENUTUP LUKA PENGARUH PENAMBAHAN PLASTICIER GLISEROL TERHADAP KARAKTERISTIK HIDROGEL KITOSAN-GLUTARALDEHID UNTUK APLIKASI PENUTUP LUKA Djony Izak Rudyardjo 1) 1) PS Fisika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Fisik dan Kimia Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER

MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER MODIFIKASI POLIPROPILENA SEBAGAI POLIMER KOMPOSIT BIODEGRADABEL DENGAN BAHAN PENGISI PATI PISANG DAN SORBITOL SEBAGAI PLATISIZER Ely Sulistya Ningsih 1, Sri Mulyadi 1, Yuli Yetri 2 Jurusan Fisika, FMIPA

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN BAB 1 PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Pangan yang bersumber dari hasil ternak termasuk produk pangan yang cepat mengalami kerusakan. Salah satu cara untuk memperkecil faktor penyebab kerusakan pangan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tahap Persiapan Tahap persiapan yang dilakukan meliputi tahap studi literatur, persiapan alat dan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah nata de banana. 3.1. Persiapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel plastik layak santap dibuat dari pencampuran pati tapioka dan pelarut dengan penambahan selulosa diasetat dari serat nanas. Hasil pencampuran ini diperoleh 6 sampel

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dressing (balutan) luka merupakan suatu material yang digunakan untuk menutupi luka. Tujuan dari penutupan luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

BAB III METODE PENELITIAN. selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini diawali dengan mensintesis selulosa asetat dengan nisbah selulosa Nata de Cassava terhadap pereaksi asetat anhidrida yaitu 1:4 dan 1:8

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan juni 2011 sampai Desember 2011, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT. Indokom

Lebih terperinci

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Untuk keperluan Analisis digunakan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan maret sampai juli 2013, dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel limbah kulit udang di Restoran

Lebih terperinci

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT

PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI ION LOGAM Cu 2+ MENGGUNAKAN KITIN TERIKAT SILANG GLUTARALDEHID ABSTRAK ABSTRACT KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol.1, No. 1, pp. 647-653, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 9 February 2015, Accepted 10 February 2015, Published online 12 February 2015 PENGARUH ph DAN LAMA KONTAK PADA ADSORPSI

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian Secara garis besar penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu pembuatan kertas dengan modifikasi tanpa tahap penghilangan lemak, penambahan aditif kitin, kitosan, agar-agar, dan karagenan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Rancangan kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA IV Peran Riset dan Pembelajaran Kimia dalam Peningkatan Kompetensi Profesional Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH), BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu penelitian akan dilakukan selama 6 (enam) bulan. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pusat Bioamterial dan Bank Jaringan Rumah Sakit Umum

Lebih terperinci

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat

Metode Penelitian. 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Daftar alat Bab 3 Metode Penelitian Penelitian ini terdiri atas tahap pembuatan kitin dan kitosan, sintesis karboksimetil kitosan dari kitin dan kitosan, pembuatan membran kitosan dan karboksimetil kitosan, dan karakterisasi.

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium Kimia Lingkungan Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT

Makalah Pendamping: Kimia Paralel E PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT 276 PENGARUH KONSENTRASI KITOSAN DARI CANGKANG UDANG TERHADAP EFISIENSI PENJERAPAN LOGAM BERAT Antuni Wiyarsi, Erfan Priyambodo Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap diazinon, terlebih dahulu disintesis adsorben kitosan-bentonit mengikuti prosedur yang telah teruji (Dimas,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi inhibisi produk dari kitosan yang berasal dari cangkang rajungan sebagai inhibitor korosi baja karbon dalam

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi UPAYA PENINGKATAN KELARUTAN KITOSAN DALAM ASAM ASETAT DENGAN MELAKUKAN PERLAKUAN AWAL PADA PENGOLAHAN LIMBAH KULIT UDANG MENJADI KITOSAN Ani Purwanti 1, Muhammad Yusuf 2 1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU ETERIFIKASI PADA PROSES PEMBUATAN KARBOKSIL METIL KITOSAN TERHADAP SIFAT KELARUTANNYA ABSTRAK

PENGARUH SUHU ETERIFIKASI PADA PROSES PEMBUATAN KARBOKSIL METIL KITOSAN TERHADAP SIFAT KELARUTANNYA ABSTRAK PENGARUH SUHU ETERIFIKASI PADA PROSES PEMBUATAN KARBOKSIL METIL KITOSAN TERHADAP SIFAT KELARUTANNYA Masagus Muhammad Prima Putra*, Prameidia Putra dan Amir Husni Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

Info Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science

Info Artikel. Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PEMANFAATAN PEKTIN KULIT PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Linn) UNTUK PEMBUATAN EDIBLE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Adapun perbedaan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah salah satu organ terbesar dalam tubuh. Kulit menutupi tubuh 2 m 2, berat sekitar 3 kg atau 15% dari berat badan dan menerima 1/3 suplai sirkulasi darah

Lebih terperinci

Pengaruh Komposisi Kitosan, dan Pemlastis Gliserol terhadap Sifat Edible Film dari Pati Singkong (Manihot utilisima) ABSTRAK

Pengaruh Komposisi Kitosan, dan Pemlastis Gliserol terhadap Sifat Edible Film dari Pati Singkong (Manihot utilisima) ABSTRAK Pengaruh Komposisi Kitosan, dan Pemlastis Gliserol terhadap Sifat Edible Film dari Pati Singkong (Manihot utilisima) Tokok Adiarto, Siti Wafiroh, Ahmadi Jaya Permana Departemen Kimia, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer superabsorbent di bawah radiasi microwave dilakukan di Laboratorium Riset Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksploratif dan eksperimental. Penelitian deskriptif eksploratif meliputi isolasi kitin, transformasi

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis)

PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN KITOSAN DARI TULANG SOTONG (Sepia officinalis) Jurnal Teknologi Kimia Unimal 5 : 2 (November 2016) 37-44 Jurnal Teknologi Kimia Unimal http://ft.unimal.ac.id/teknik_kimia/jurnal Jurnal Teknologi Kimia Unimal PENGARUH SUHU DAN WAKTU REAKSI PADA PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memiliki kandungan air yang cukup tinggi sehingga sukar kering. Setelah kulit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. memiliki kandungan air yang cukup tinggi sehingga sukar kering. Setelah kulit 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi Kulit Batang Pisang Kepok Preparasi kulit batang pisang diawali dengan mencucinya menggunakan air hingga bersih dan dijemur di bawah sinar matahari hingga

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3 1 Universitas Diponegoro/Kimia, Semarang (diannurvika_kimia08@yahoo.co.id) 2 Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 17 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrogel yang terbuat dari polisakarida alami sudah secara luas di teliti dalam bidang farmasi dan kesehatan, seperti rekayasa jaringan, penghantaran obat, imobilisasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA (%) PLA (%) Tabel 5 Komposisi poliblen PGA dengan PLA (b) Komposisi PGA PLA A1 A2 A3 A4 65 80 95 35 05 Pembuatan PCL/PGA/PLA Metode blending antara PCL, PGA, dan PLA didasarkan pada metode Broz et al. (03) yang disiapkan

Lebih terperinci

DERAJAT DEASETILASI DAN KELARUTAN CHITOSAN YANG BERASAL DARI CHITIN IRRADIASI

DERAJAT DEASETILASI DAN KELARUTAN CHITOSAN YANG BERASAL DARI CHITIN IRRADIASI SEMIAR ASIAL KIMIA DA PEDIDIKA KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP US Surakarta, 6 April 2013 MAKALAH

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN

ABSTRAK ABSTRACT PENDAHULUAN Pengaruh ph dan Waktu Kontak pada Adsorpsi Ion Logam Cd 2+ Menggunakan Adsorben Kitin Terikat Silang Glutaraldehid Akhmad Isa Abdillah, Darjito*, Moh. Misbah Khunur Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata)

Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Jurnal Penelitian Sains Volume 14 Nomer 3(C) 14307 Karakterisasi Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Aldes Lesbani, Setiawati Yusuf, R. A. Mika Melviana Jurusan Kimia, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste

Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste Karakterisasi Kitosan dari Limbah Kulit Kerang Simping (Placuna placenta) Characterization of Chitosan from Simping Shells (Placuna placenta) Waste Nur Laili Eka Fitri* dan Rusmini Department of Chemistry,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian mengenai penggunaan aluminium sebagai sacrificial electrode dalam proses elektrokoagulasi larutan yang mengandung pewarna tekstil hitam ini

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

Oleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D

Oleh: ANURAGA TANATA YUSA ( ) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D leh: ANURAGA TANATA YUSA (1407 100 042) Pembimbing 1 : Drs. M. Nadjib M., M.S. Pembimbing 2: Lukman Atmaja, Ph.D JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNLGI SEPULUH NPEMBER

Lebih terperinci

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline

Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektrofotometer FT-IR Serta Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline Risfidian Mohadi, Christina Kurniawan, Nova Yuliasari,

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air kelapa, gula pasir yang diperoleh dari salah satu pasar di Bandung. Zat kimia yang digunakan adalah (NH 4 ) 2

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN

PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN PENGARUH KOMPOSISI BERAT KITOSAN-ZEOLIT TERHADAP STABILITAS FISIKO-KIMIA KOMPOSIT YANG DIHASILKAN Muhardi 1*, Nurlina 1, Anis Shofiyani 1 1 Progam Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jln.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Ilmiah Pada penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pengujian karakteristik

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 asil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Sintesis polistiren dilakukan dalam reaktor polimerisasi dengan suasana vakum. al ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara karena stiren

Lebih terperinci

UJI PENGARUH PENGIKAT-SILANG METILENBISAKRILAMIDA (MBA) TERHADAP KARAKTERISTIK POLIMER SUPERABSORBEN KITOSAN TERCANGKOK ASAM AKRILAT (AA)

UJI PENGARUH PENGIKAT-SILANG METILENBISAKRILAMIDA (MBA) TERHADAP KARAKTERISTIK POLIMER SUPERABSORBEN KITOSAN TERCANGKOK ASAM AKRILAT (AA) 37 UJI PENGARUH PENGIKAT-SILANG METILENBISAKRILAMIDA (MBA) TERHADAP KARAKTERISTIK POLIMER SUPERABSORBEN KITOSAN TERCANGKOK ASAM AKRILAT (AA) The Effect of Methylenbisacrylamide (MBA) As A Crosslinker Agent

Lebih terperinci

EFEK KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BIOPLASTIK SORGUM ABSTRAK

EFEK KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BIOPLASTIK SORGUM ABSTRAK KELOMPOK A EFEK KECEPATAN PENGADUKAN TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BIOPLASTIK SORGUM Yuli Darni, Garibaldi,, Lia Lismeri, Darmansyah Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Lampung Jl Prof.

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Kimia Unimal

Jurnal Teknologi Kimia Unimal Jurnal Teknologi Kimia Unimal 1:1 (November 2012) 79-90 Jurnal Teknologi Kimia Unimal homepage jurnal: www.ft.unimal.ac.id/jurnal_teknik_kimia Jurnal Teknologi Kimia Unimal PEMBUATAN KITOSAN DARI LIMBAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab Bandung Barat. Sampel yang diambil berupa tanaman KPD. Penelitian berlangsung sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

2016 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROGEL SUPERABSORBEN (SAP) BERBASIS POLI (VINIL ALKOHOL-KO-ETILEN GLIKOL)

2016 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROGEL SUPERABSORBEN (SAP) BERBASIS POLI (VINIL ALKOHOL-KO-ETILEN GLIKOL) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrogel polimer adalah suatu material yang tersusun dari kisi-kisi polimer padat dan sebuah fasa larutan. Secara khusus, hidrogel memiliki kemampuan untuk menyerap

Lebih terperinci

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.2 ; November 2015 PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR Noor Isnawati, Wahyuningsih,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG Deskripsi PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan proses pembuatan bioplastik, lebih khusus lagi proses pembuatan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DARI MODIFIKASI KIMIA FILM GELATIN DENGAN FORMALDEHIDA DAN GLUTARALDEHIDA

KARAKTERISTIK DARI MODIFIKASI KIMIA FILM GELATIN DENGAN FORMALDEHIDA DAN GLUTARALDEHIDA KARAKTERISTIK DARI MODIFIKASI KIMIA FILM GELATIN DENGAN FORMALDEHIDA DAN GLUTARALDEHIDA TESIS NURLINA MUNTHE NIM. 147006001 MAGISTER ILMU KIMIA SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI ILMU KIMIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Distanoksan Sintesis distanoksan dilakukan dengan mencampurkan dibutiltimah(ii)oksida dan dibutiltimah(ii)klorida (Gambar 3.2). Sebelum dilakukan rekristalisasi, persen

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci