III. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di TNMB dan TNAP Propinsi Jawa Timur, kedua TN ini merupakan habitat banteng (Bos javanicus d Alton 1832) dan bantengnya ke luar kawasan. TNMB terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi, sedangkan TNAP terletak di Kabupaten Banyuwangi. Manajemen TNMB dan TNAP menghadapi masalah dalam pengelolaan banteng, karena TNMB berbatasan langsung dengan PT Perkebunan dan pemukiman masyarakat, di dalam kawasan terdapat enclave berupa perkebunan Bandealit dan pemukiman. Jenis komoditi perkebunan di TNMB yaitu kopi, coklat, karet, kelapa, sengon, lada dan vanilli. Sedangkan jenis tanaman kebun masyarakat sebagian besar adalah jagung, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai dan padi. TNAP letaknya berbatasan dengan kebun masyarakat dan kawasan Perum Perhutani yang merupakan tegakan tanaman hutan dan kegiatan tumpang sari dengan tanaman jagung, kacang kedelai, padi dan semangka. Tegakan hutan tanaman Perhutani terdiri dari mahoni dan jati. Peta lokasi penelitian TNMB dan TNAP dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8. Gambar 7 Lokasi penelitian dan zonasi TNMB

2 37 Gambar 8 Lokasi penelitian dan zonasi TNAP Masyarakat TNMB dan TNAP mempunyai karakter yang berbeda. Masyarakat TNAP didominasi suku Jawa dan Bali, sedangkan masyarakat TNMB didominasi suku Madura. Jenis pertanian yang diusahakan oleh masyarakat sekitar kawasan juga berbeda. Sebagian besar masyarakat petani sekitar TNAP mengembangkan tanaman pertanian utamanya padi, sedangkan di TNMB tanaman pertanian utamanya jagung. Di TNAP masyarakat bekerja sebagai petani dan buruh tani, sedangkan masyarakat sekitar kawasan TNMB bekerja sebagai petani dan buruh PT Perkebunan. Perbedaan karakter dan sosial ekonomi masyarakat menyebabkan permasalahan pengelolaan kawasan yang berbeda. Penelitian dilakukan selama dua tahun, Desember 2008 sampai Desember Batasan Studi Penelitian manajemen konflik konservasi banteng (Bos javanicus d Alton 1832) di TNMB dan TNAP dilakukan di wilayah yang masyarakatnya terkena gangguan banteng yaitu masyarakat Desa Curahnongko, Desa Andongrejo dan Desa Kalipait sebagai desa contoh penelitian. Pengumpulan data lapangan meliputi aspek konservasi banteng yaitu potensi habitat pakan dan minum di luar dan di dalam

3 38 kawasan (padang penggembalaan), sebaran banteng di luar kawasan taman nasional (Perhutani dan Perkebunan) dan perkiraan populasinya. Aspek kesejahteraan terdiri dari sosial dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan meliputi jenis pekerjaan, pola pertanian, tingkat pendapatan, pola pemanfaatan lahan serta persepsi masyarakat terhadap nilai konservasi taman nasional dan banteng. Aspek manajemen meliputi pengaruh dan kepentingan stakeholders terhadap pengelolaan banteng. Stakeholders dimaksud adalah individu atau masyarakat yang punya keterkaitan langsung dengan pengelolaan banteng yaitu masyarakat sekitar kawasan, Manajer Perkebunan Bandealit (swasta), Direksi Perum Perhutani KPH Banyuwangi, Kepala Balai Taman Nasional dan Ketua LSM. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan pengumpulan data langsung di lokasi penelitian yaitu pengukuran potensi pakan dan populasi banteng serta wawancara dan diskusi dengan para stakeholders yang berhubungan dengan sosial ekonomi, persepsi dan pengelolaan banteng. Data sekunder diperoleh dari laporan taman nasional, laporan penelitian sebelumnya, laporan perkebunan, Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember dan Banyuwangi, kantor desa dan kecamatan setempat (sekitar kawasan) dan studi literatur lainnya. Jenis dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian Tujuan penelitian Menganalisis Jenis dan produktivitas dukungan hijauan pakan rumput, habitat di ketersediaan air minum dalam dan serta perkiraan populasi diluar kawasan banteng dan teknik pengelolaan habitat Menganalisis pengaruh dan kepentingan stakeholders kunci Variabel yang diukur Sumber data Analisis data Penilaian terhadap peran, tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholdes dalam konservasi banteng meliputi konservasi ekssitu (penangkaran), pemanfaatan semen dan wisata alam Pengukuran produktivitas pakan di dalam dan di luar kawasan, sebaran dan populasi di luar kawasan Perum Perhutani, Perkebunan Bandealit, masyarakat sekitar kawasan, Balai Taman Nasional, dan LSM Analisis habitat pakan, ketersediaan air dan daya dukung (Susetyo 1980; Alikodra 1990) Stakeholders grid (Reed et al. 2009) Output yang diharapkan Daya dukung habitat pakan banteng dan jumlah populasi banteng Identifikasi dan pemetaan stakeholders serta peran dan kewenangan masing-masing stakeholders

4 39 Tabel 1 Lanjutan Tujuan penelitian Menganalisis Jenis pekerjaan, tingkat Masyarakat sekitar aspek sosial, pendapatan, pola kawasan TN ekonomi pemanfaatan, status lahan, masyarakat pola pertanian, agroforestri, sekitar kawasan obat-obatan dan buah, serta persepsi masyarakat terhadap banteng Analisis kelembagaan pengelolaan Banteng Merumuskan manajemen kolaboratif konservasi banteng Variabel yang diukur Sumber data Analisis data - Aturan dan keterlibatan stakeholders dalam pengelolaan banteng. - Kepentingan, peran dan peluang stakeholders dalam pengelolaan banteng Data potensi habitat pakan banteng, sosial, ekonomi dan persepsi, pengaruh dan kepentingan stakeholders dan data kelembagaan UU, PP dan Permenhut yang berhubungan dengan pengelolaan satwaliar (banteng), serta stakeholders terkait Masyarakat, Balai Taman Nasional, Perkebunan Bandealit, Perum Perhutani,LSM dan pakar manajemen kolaboratif Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif Analisis AHP (Saaty 1993), SWOT (Rangkuti 2006) dan analisis deskriptif Output yang diharapkan Jenis pekerjaan, pendidikan, tingkat pendapatan, pemanfaatan lahan, pola pertanian dan pengembangan obat-obatan dan buah, serta tingkat persepsi masyarakat Penyesuaian atau perbaikan aturan dan penentuan lembaga atau stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan banteng Pengembangan manajemen kolaboratif konservasi banteng 3.4 Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data lingkungan habitat, sosial, ekonomi, persepsi masyarakat, pengaruh dan kepentingan stakeholders, kelembagaan dan manajemen pengelolaan banteng dilakukan dengan menggunakan beberapa metode: (1). Pengukuran potensi habitat pakan banteng dilakukan pengukuran produktivitas pakan melalui analisa vegetasi tumbuhan bawah, pertumbuhan rumput (Susetyo 1980; Alikodra 1990). (2). Untuk mengetahui kondisi sosial, ekonomi, persepsi masyarakat dilakukan melalui wawancara langsung dengan masyarakat yang tanamannya diganggu banteng (Bungin 2007; Slamet 2008). Teknik wawancara yang digunakan adalah terstruktur dan wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara terstruktur dilakukan berdasarkan pertanyaan yang telah disiapkan dan disusun sebelumnya dan dilakukan dengan panduan. Wawancara mendalam dilakukan pada responden kunci seperti tokoh masyarakat atau tokoh kunci

5 40 dari setiap kelompok masyarakat yang berhubungan dengan pengelolaan banteng atau yang berpotensi konflik. Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan yang diketahui dan keinginan masyarakat dalam mengelola banteng di luar kawasan. (3). Untuk mengetahui pengaruh dan kepentingan stakeholders yang berhubungan dengan konflik dilakukan wawancara melalui pengisian kuisioner yang telah disusun secara terstruktur (pertanyaan tersusun dan berurutan). Pertanyaan yang dibuat berhubungan dengan pengelolaan taman nasional dan konservasi banteng (Redd et al. 2009). (4). Aspek regulasi/peraturan dilakukan melalui tinjauan terhadap dukungan peraturan formal (Peraturan Pemerintah dan Undang-undang) atau kebijakan yang ada tentang pengelolaan taman nasional dan pelestarian banteng (Dephut 2007). (4). Persepsi pakar dan para stakeholders dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuisioner dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) guna menentukan dan merumuskan urutan prioritas faktor, aktor dan program kegiatan yang didapatkan dari hasil penelitian di lapang dalam merumuskan manejemen konflik satwaliar banteng dan masyarakat yang akan dibangun (Saaty 1993). (5). Analisis SWOT dilakukan untuk menentukan strategi dalam mengimplementasikan program pengembangan kegiatan yang menjadi pilihan atau prioritas dalam pengelolaan kolaborasi (Rangkuti 2006) dan analisis untuk menentukan tingkat/bentuk co-management. 3.5 Teknik Pengambilan Sampel Responden Responden yang dijadikan sampel penelitian di TNMB diambil dari dua desa di Wilayah Kerja Seksi Ambulu yaitu Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko, Kecamatan Tempurejo. Di desa tersebut terdapat Perkebunan Bandealit yang berbatasan langsung dengan taman nasional, desa dan perkebunan berstatus sebagai enclave dalam TNMB. Responden sampel di TNAP diambil dari satu desa, yaitu Desa Kalipahit, Kecamatan Tegaldlimo. Jumlah responden sampel masing-masing 37 responden untuk Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko dan 47 responden untuk Desa Kalipait. Responden ditentukan secara purposive random sampling dari kelompok masyarakat yang terkena dampak konflik banteng. Sedangkan responden dari stakeholders (Balai Taman

6 41 Nasional, LSM, perkebunan Bandealit serta Perum Perhutani) dipilih secara purposive sampling yaitu responden yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan obyek penelitian, wawancara juga dilakukan dengan masyarakat kunci sebagai tokoh masyarakat dan kepala desa. Jenis data yang diambil dari responden yaitu sosial ekonomi, pemanfaatan hutan dan persepsi. Rincian dan jumlah sampel responden disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah sampel responden dan stakeholder di lokasi penelitian No. Sampel/Responden Teknik Pengambilan Sampel Jumlah I Unit daerah: 1. Kabupaten Purposive sampling Kabupaten : Jember dan Banyuwangi 2. Desa Purposive sampling TNMB : 2 desa TNAP : 1 desa II Unit Responden/ Stakeholder: 1. Masyarakat lokal Pusposive random sampling Tiap desa KK 2. Kepala desa Purposive sampling 3 desa 3. Kepala Perkebunan Purposive sampling 2 orang 4. Kepala Balai TN Purposive sampling 2 orang 5. Adm Perhutani Purposive sampling 1 orang 6. Ketua LSM Purposive sampling 3 orang 3.6 Alternatif Program Berdasarkan survey awal, diketahui bahwa masyarakat menginginkan adanya beberapa kegiatan untuk meningkatkan pendapatan melalui perluasan lahan garapan seperti di zona penyangga dan di areal perkebunan serta peningkatan pemanfaatan zona rehabilitasi atau zona pemanfaatan. Dari hasil wawancara dan diskusi dengan para pakar konservasi, stakeholders serta literatur dan aturan ditentukan ada empat alternatif program kegiatan yang dapat meredam konflik konservasi banteng yaitu peningkatan kualitas habitat pakan, pengembangan ekowisata, pengembangan penangkaran dan pengembangan tanaman obat dan buah. Penentuan prioritas program kegiatan dan strategi dalam implementasi pengembangan empat program kegiatan dilakukan melalui analisis AHP dan SWOT. 3.7 Analisis Data Dari hasil penelitian yang telah dikelompokkan dalam hasil aspek ekologi, sosial ekonomi, kelembagaan di analisis dan disintesa menurut proses, strategi, dan sistimatika serta diagram aliran informasi sebagaimana Gambar 9, 10 dan 11.

7 42 Fokus Co-Management Faktor Sosial/Budaya Ekonomi Ekologi Aktor Balai TN PT Perkebunan/Perum Perhutani Masyarakat LSM Alternatif program Peningkatan kualitas habitat banteng (pakan) Pengembangan ekowisata Pengembangan penangkaran Pengembangan tanaman obat dan buah Tingkat Co- Management Instruktif Konsultatif Kooperatif Advokatif Informatif Gambar 9 Struktur Level Hirarki dengan Metode Analisis AHP Wawancara kuesioner dan FGD Tingkat Kolaborasi Kelembagaan Kolaboratif Gambar 10 Diagram Aliran Informasi

8 43 Manajemen Konflik Konservasi Banteng Konflik & Pemetaan Stakeholder Stakeholder Grid Sosek Deskriftif Habitat (Daya dukung dan sebaran banteng) Kuantitatif dan Analisis Spasial Kelembagaan Deskriftif Pengaruh dan Kepentingan Persepsi dan keinginan Analisis pengaruh dan kepentingan Analisis Persepsi Deskriftif Sintesa Analisis AHP SWOT Tingkat/Bentuk co-management Gambar 11 Metode Analisis Data Analisis Habitat Analisis habitat berupa analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui keragaman dan dominasi jenis tumbuhan tingkat pohon, belta, dan semai di setiap tipe vegetasi contoh, dimana (Kartawinata et al. 1976); Pohon dengan kriteria diameter setinggi dada (1,3 m) 10 cm, diukur sepanjang jalur, didata jenis, diameter dan tinggi. Belta yaitu tumbuhan yang mempunyai diameter setinggi dada (1,3 m) antara 2 cm sampai kurang dari 10 cm. Ukuran petak 10 m x 10 m, dibuat setiap 100 m (1 hm), didata jenis, diameter dan tingginya. Semai yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai tinggi 1,5 m; ukuran petak 2 m x 2 m, dibuat setiap 100 m (1 hm), didata jenis dan jumlahnya. Untuk mengetahui struktur dan komposisi jenis tumbuhan maka pada masing-masing jalur dilakukan analisis kerapatan, frekuensi dan dominasi untuk setiap jenis tumbuhan. Perhitungan indeks nilai penting pohon dan belta

9 44 dilakukan dengan menjumlahkan kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif, sedangkan untuk semai dilakukan dengan menjumlahkan kerapatan relatif dan frekuensi relatif (Soerianegara dan Indrawan 1982). Parameter yang dihitung yaitu: Kerapatan Spesies (K) = Jumlah Individu Suatu Spesies Luas Petak Contoh Kerapatan Suatu Spesies Kerapatan Relatif (KR) = X 100 % Kerapatan Seluruh Spesies Frekuensi Spesies (F) = Dominasi Spesies (D) = Jumlah Petak yang Ditemukan Jumlah Seluruh Petak Contoh Luas Bidang Dasar Suatu Spesies Luas Petak Contoh Frekuensi Suatu Spesies Frekuensi Relatif (FR) = X 100 % Frekuensi Seluruh Spesies Dominasi Suatu Spesies Dominasi Relatif (DR) = X 100 % Dominasi Seluruh Spesies Indeks Nilai Penting (INP) = KR+DR+FR Analisis vegetasi tegakan hutan dilakukan terhadap contoh vegetasi yaitu tingkat pohon, belta dan semai. Satuan contoh adalah berupa jalur dengan lebar 20 m dan panjang 1000 m, serta jarak antar jalur adalah 200 m atau sesuai dengan kondisi lapangan Analisis Daya Dukung Habitat Daya dukung habitat dihitung berdasarkan produktivitas pakan di padang penggembalaan dalam kawasan TN dan di luar kawasan. Untuk mengetahui daya dukung habitat dilakukan analisis sebagai berikut:

10 Analisis Tumbuhan Bawah Untuk mengetahui komposisi dan potensi tumbuhan bawah sumber pakan dilakukan analisis vegetasi pada petak contoh berukuran 1m x 1 m (Alikodra 1990). Analisis vegetasi di TNAP dilakukan di padang perumputan Sadengan dan di blok Sumbergedang kawasan Perum Perhutani, sedangkan di TNMB dilakukan di padang perumputan Pringtali dan areal perkebunan Bandealit. Penetapan petak contoh pertama dilakukan secara purposive sampling pada areal dimana banteng biasa makan, petak selanjutnya ditetapkan secara sistematik Produktivitas Rumput Produktivitas hijauan rumput diukur dengan cara pemotongan dan penimbangan pada plot yang dipagar ( Susetyo 1980; Alikodra 1990 ). Penetapan plot pertama dilakukan secara purposive sampling dengan ukuran 1m x 1m, plot berikutnya ditentukan secara sistematik, dengan jarak antara plot 25 m. Interval waktu pemotongan selama 30 hari dan dilakukan 3 kali pemotongan (ulangan) untuk masing- masing musim kemarau dan musim hujan, pengukuran dilakukan selama 2 tahun. Selanjutnya hasil produktifitas rumput dikonversi ke luas areal perumputan habitat sumber pakan banteng. Nilai gizi rumput pakan banteng dianalisis di Laboratorium Pakan Ternak Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Palatabilitas Palatabilitas atau tingkat kesukaan banteng terhadap hijauan pakan yang tersedia dihitung dengan rumus (Trippensee 1953; Sutrisno 1990) : P = X/Y Dimana : P = Palatabilitas dari suatu jenis hijauan X= Jumlah petak contoh ditemukannya suatu jenis yang mencirikan gigitan banteng Y= Jumlah seluruh petak contoh ditemukannya jenis tersebut

11 Daya Dukung Habitat Apabila produktivitas hijauan pakan dan kebutuhan pakan banteng sudah diketahui, pendugaan daya dukung habitat sumber pakan dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Susetyo 1980) : Daya dukung : P x A Keterangan : P = Produktivitas hijauan (kg/ha/hari) A = Luas permukaan lahan yang ditumbuhi hijauan rumput (ha) C = Kebutuhan makan banteng (kg/ekor/hari) Sebaran Banteng C Untuk mengetahui habitat dan sebaran banteng di luar kawasan taman nasional dilakukan analisis dan pemetaan pergerakan banteng. Pemetaan sebaran banteng di luar kawasan seperti di daerah penyangga meliputi kawasan perkebunan atau kawasan perhutani dan lahan masyarakat. Peta dasar sebagai dasar analisis adalah citra satelit tahun 2000 dan tahun 2009, serta peta zonasi kawasan TNMB dan TNAP. Peta pergerakan banteng dioverlaykan dengan petapeta tersebut Analisis Sosial, Ekonomi dan Persepsi Masyarakat Pengumpulan data sosial dan ekonomi masyarakat sekitar kawasan taman nasional meliputi tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, jenis tanaman dan produktifitasnya, pola tanam, pola pemanfaatan lahan dan luasan lahan yang dicatat melalui kuesioner dan wawancara (Lampiran 1). Untuk mengetahui persepsi masyarakat yang terkait dengan konservasi banteng terhadap kawasan taman nasional dan banteng dilakukan analisis persepsi terhadap nilai manfaat ekosistem kawasan taman nasional dan banteng bagi masyarakat. Variabel yang diamati meliputi pengetahuan terhadap konservasi banteng, kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan terhadap banteng dan ekosistemnya. Nilai manfaat dimaksud adalah manfaat ekonomi dan manfaat ekologi. Manfaat banteng seperti pemanfaatan semennya dalam rangka inseminasi buatan (IB) dengan sapi bali, sebagai sumber protein dan jasa wisata.

12 47 Data hasil wawancara dari aspek sosial, budaya serta persepsi terhadap nilai manfaat banteng dan taman nasional ditabulasikan dan diberi nilai berdasarkan persentase dan analisis selanjutnya dijelaskan dalam bentuk deskriptif Analisis Kelembagaan Kolaboratif Identifikasi dan Pemetaan Stakeholders Analisis dilakukan terhadap hasil identifikasi aktivitas stakeholders kunci atau stakeholder terkait konflik dan melakukan penilaian terhadap peran dan tingkat pengaruh dalam pengelolaan banteng. Analisis untuk mendapatkan hasil sejauhmana kepentingan stakeholders peran dan tanggung jawab dalam hubungannya dengan aktivitas yang direncanakan, identifikasi sumber masalah, melakukan identifikasi konflik kepentingan, mengidentifikasi hubungan yang akan dibangun antar stakeholders dan mengusahakan kerjasama yang saling menguntungkan. Alat analisis yang digunakan adalah stakeholders grid dengan perangkat lunak Microsoft Excel XLSTAT 7.1. (Reed et al. 2009). Hasil analisis diilustrasikan pada Gambar 12. dimana stakeholders dikatagorikan menurut tingkat kepentingan dan pengaruh terhadap issu yang dialamatkan (Lampiran 2). K E P E N T I N G A N TINGGI RENDAH Subjects (Kuadran I) Crowd (Kuadran III) PENGARUH Key players (Kuadran II) Context setters (Kuadran IV) TINGGI Gambar 12 Matrik analisis stakeholders (Sumber : Reed et al. 2009)

13 48 Data jawaban terhadap tingkat kepentingan dan pengaruh masing-masing stakeholders dikelompokkan menurut jenis indikatornya yang kemudian disandingkan sehingga membentuk koordinat. Selanjutnya diterjemahkan ke dalam resultante yang mengidentifikasikan stakeholders dalam empat kuadran (Tabel 3). Posisi dalam kuadran menggambarkan posisi dan peranan yang diperankan oleh masing-masing stakeholders dalam pengelolaan banteng yaitu : 1) Subject (kepentingan tinggi tetapi pengaruh rendah); 2) Key players (kepentingan dan pengaruh tinggi); 3) Crowd (kepentingan dan pengaruh rendah); 4) Context setters (kepentingan rendah tetapi pengaruh tinggi). Tabel 3 Kepentingan Tinggi Kepentingan Rendah Matriks resultante posisi masing-masing stakeholders dalam kuadran Pengaruh Rendah Pengaruh Tinggi Kelompok stakeholders yang Kelompok stakeholders yang penting namun perlu pemberdayaan paling kritis (Kuadran I Subject) (Kuadran II Key players) Kelompok stakeholders yang paling rendah kepentingannya (Kuadran III Crowd) Kelompok stakeholders penting dalam perumusan keputusan dan opini (Kuadran IV- Context setters) Analisis Kelembagaan Analisis kelembagaan dilakukan melalui aspek regulasi yang melandasi pengelolaan kawasan taman nasional. Peraturan tersebut berupa peraturan formal atau kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan taman nasional khususnya yang berhubungan dengan konservasi banteng. Analisis dilakukan secara deskriptif terhadap kelembagaan yang perannya didasarkan pada undang-undang dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan konservasi banteng. Tujuan analisis ini untuk mengetahui peran masing-masing institusi atau para pihak dalam membentuk kelembagaan kolaboratif yang terkait dengan aturan yang mengikat para pihak tersebut dalam kolaborasi pengelolaan banteng yang akan dibangun. Dimungkinkan hasil penelitian dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan perubahan regulasi sesuai dengan kepentingan pengelolaan dan konservasi banteng AHP (Analytical Hierarchy Process) Analytical Hierarchy Process digunakan sebagai tindak lanjut dan proses penetapan urutan prioritas kebijakan dalam pengelolaan kolaboratif banteng. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis (Saaty 1993) adalah:

14 49 1. Penyusunan hierarki, untuk menguraikan persoalan menjadi unsur-unsur dalam wujud kriteria dan alternatif yang disusun dalam bentuk hierarki. 2. Penyusunan kriteria, digunakan untuk membuat keputusan yang dilengkapi dengan (1) uraian sub-kriteria dan (2) bentuk alternatif yang terkait masingmasing kriteria tersebut untuk dipilih sebagai keputusan tercantum pada tingkatan paling bawah. 3. Penilaian kriteria dan alternatif, untuk melihat pengaruh strategi terhadap pencapaian sasaran yang dinilai melalui perbandingan berpasangan. Nilai dan definisi pendapat kualitatif berdasarkan skala perbandingan (Saaty 1993), sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 4 Skala perbandingan nilai dan definisi pendapat kualitatif NILAI KETERANGAN 1 A sama penting dengan B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A mutlak lebih penting dari B 2, 4, 6, 8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Sumber: Saaty (1993). 4. Penentuan prioritas, menggunakan teknik perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) untuk setiap kriteria dan alternatif. Nilai-nilai perbandingan relatif tersebut diolah dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Expert Choice untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif yang ada. Selanjutnya dilakukan perhitungan untuk melihat konsistensi penilaian dengan menggunakan penghitungan Consistency Ratio yaitu: CR = CI : RI, dimana CI = (r n)/ (n -1); n : banyak alternatif. Nilai RI yaitu indeks random yang dikeluarkan oleh OARKRIDGE Laboratory. Skala perbandingan nilai kriteria dan alternatif dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Lampiran Analisis SWOT Proses yang harus dilakukan dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat (Marimin 2004) yaitu :

15 50 1. Tahap pengambilan data untuk evaluasi faktor eksternal dan internal Tahap pengambilan data untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dapat dilakukan dengan wawancara atau analisis secara kuantitatif. Dengan demikian, diketahui posisi berada berada pada kuadran mana, sehingga strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling tepat karena sesuai dengan kondisi internal dan eksternal yang dimiliki saat ini. Posisi dapat dikelompokkan dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, II, III dan IV. Pada kuadran I strategi yang sesuai ialah strategi agresif, kuadran II strategi diversifikasi, kuadran III turn around dan kuadran IV strategi defensif. 2. Tahap analisa ialah pembuatan matriks SWOT Matriks SWOT menggambarkan peluang dan ancaman eksternal yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini akan membentuk empat kemungkinan alternatif strategi. 3. Tahap pengambilan keputusan Dalam tahap pengambilan keputusan merujuk kembali pada evaluasi faktor eksternal dan internal yang menghasilkan posisi saat ini. Oleh karena itu, harus dilihat kuadran yang bersangkutan, sehingga diketahui kombinasi strategi yang paling tepat. Tabel 5 Matriks SWOT dan Kemungkinan Strateginya IFA/EFA Strength (S) Weakness (W) Opportunity (O) Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan Strength untuk memanfaatkan opportunity. Digunakan jika berada pada kuadran I Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan weakness untuk memanfaatkan opportunity. Digunakan jika berada pada kuadran II Threat (T) Sumber: Marimin (2004) Strategi ST Menciptakan strategi yang menggunakan strength untk mengatasi threat. Digunakan jika berada pada kuadran II Strategi WT Menciptakan strategi yanng meminimalkan weakness dan menghindari threat. Digunakan jika berada pada kuadran IV Analisis faktor strategis meliputi analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal. Analisis faktor internal dilakukan dengan menggunakan matrik faktor strategi internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/IFAS), sedangkan

16 51 analisis faktor eksternal menggunakan matrik faktor strategi eksternal (Eksternal Strategic Factors Analysis Summary/EFAS). Tahapan penyususnan matrik IFAS dan matrik EFAS, serta analisis SWOT sebagai berikut: Penyusunan Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS): 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan konservasi banteng secara kolaborasi dengan diskusi, pengamatan lapang dan penelaahan pustaka 2. Menentukan peringkat masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan berdasarkan diskusi dengan stakeholder dan pakar, dengan skala 1 4 (pengaruh kecil sedang besar sangat besar) 3. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut berdasarkan masukan dari stakeholder, dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot dari seluruh faktor tidak boleh melebihi nilai Menghitung nilai pengaruh masing-masing faktor dengan cara mengalikan nilai bobot dengan nilai peringkat untuk masing-masing faktor. Penyusunan Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS): 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengelolaan konservasi banteng secara kolaboratif dengan metode diskusi, pengamatan lapang dan penelaahan pustaka 2. Menentukan peringkat masing-masing faktor peluang dan ancaman berdasarkan pendapat stakeholder, dengan skala 1 4 (pengaruh kecil sedang - besar sangat besar). 3. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut berdasarkan masukan dari pihak pengelola banteng dan stakeholder, dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Jumlah bobot dari seluruh faktor tidak boleh melebihi nilai 1,0 4. Menghitung nilai pengaruh masing-masing faktor dengan cara mengalikan nilai bobot dengan nilai peringkat untuk masing-masing faktor. Berdasarkan Matriks IFAS dan Matriks EFAS selanjutnya dibuat matriks SWOT. Berdasarkan matriks SWOT didapatkan empat alternatif strategi yaitu 1) Strategi SO: menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang, 2) Strategi

17 52 ST: menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, 3) Strategi WO: mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang, dan 4) Strategi WT: mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman.

18

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Pahawang Kecamatan Marga Punduh Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum BPK RI Perwakilan Provinsi Lampung BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat Keputusan BPK RI Nomor 23/SK/

Lebih terperinci

Diterima 24 Maret 2015, direvisi 17 November 2015, disetujui 25 November 2015 ABSTRACT

Diterima 24 Maret 2015, direvisi 17 November 2015, disetujui 25 November 2015 ABSTRACT MANAJEMEN KONFLIK KONSERVASI BANTENG (Bos javanicus D'ALTON 1823) DI KAWASAN TAMAN NASIONAL MERU BETIRI DAN TAMAN NASIONAL ALAS PURWO (Conflict Management of Bulls Conservation in Meru Betiri National

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) Propinsi Riau dan Propinsi Jambi, dimulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Mei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Stasiun Penangkaran Semi Alami Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau (Gallus varius) dilaksanakan di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Semenanjung Prapat Agung kawasan Taman

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS 22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Gunung Pawon dan Gunung Masigit (Gambar 3) yang terletak di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Padalarang, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada gambut yang berada di tengah Kota Sintang dengan luas areal sebesar hektar. Kawasan ini terletak di Desa Baning, Kota Sintang,

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari 2017 yang berada di Resort Bandealit, SPTN Wilayah II, Taman Nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Tampomas Propinsi Jawa Barat, selama kurang lebih tiga (3) bulan, yaitu dari bulan Maret - Juni.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup tentang pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan penelitian berlangsung pada Februari 2015. B. Alat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) wilayah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Kelompok sasaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Degradasi ekosistem hutan dengan laju penurunan dalam kurun waktu 1990-2000 sebesar 1,6 juta hektar per tahun menyebabkan penurunan kualitas dan luasan habitat satwaliar,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2011, bertempat di Seksi Wilayah Konservasi II Ambulu, Taman Nasional Meru Betiri (TNMB), Kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tiga padang golf yaitu Cibodas Golf Park dengan koordinat 6 0 44 18.34 LS dan 107 0 00 13.49 BT pada ketinggian 1339 m di

Lebih terperinci

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN

5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN 5 STRATEGI PENYEDIAAN AIR BERSIH KOTA TARAKAN Dalam bab ini akan membahas mengenai strategi yang akan digunakan dalam pengembangan penyediaan air bersih di pulau kecil, studi kasus Kota Tarakan. Strategi

Lebih terperinci

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

Sumber:  & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu kegiatan penelitian ini kurang lebih 5 bulan yaitu pada bulan Februari 2012 hingga Juni 2012. Lokasi penelitian yaitu di daerah Bogor Tengah dengan sampel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014. Penelitian ini dilakukan di kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali (Studi Kasus: Desa Bulu

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Provinsi Riau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2012.

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN Metode penelitian sebagai cara untuk memecahkan persoalan yang ada disusun dengan mengacu pada latar belakang dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, meliputi : 3.1 Jenis Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Pembatasan Masalah Penelitian Keanekaragaman Jenis Burung di Berbagai Tipe Daerah Tepi (Edges) Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim Propinsi Riau selama 6 bulan adalah untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 22 Februari sampai dengan 21 Maret 2016 di wilayah Kecamatan Arjasa, Kecamatan Mangaran dan Kecamatan Besuki,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi empat kabupaten yaitu : Kabupaten Takalar, Bone, Soppeng, dan Wajo. Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan wilayah pesisir terpadu secara partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Invensi perguruan tinggi hendaknya dapat menjawab kebutuhan masyarakat. Semakin banyak digunakan masyarakat umum tentunya semakin baik. Hal ini sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Taman Wisata Alam Punti Kayu, Palembang, Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu bulan Juli-Agustus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas, Resort Way Kanan, Satuan Pengelolaan Taman Nasional 1 Way Kanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat diskriptif kualitatif dan kuantitatif. Bersifat diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan/melukiskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan 14 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan kiri Jalan Sanggi-Bengkunat km 30 - km 32, Pesisir Barat, Taman Nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Keduang, daerah hulu DAS Bengawan Solo, dengan mengambil lokasi di sembilan Desa di Kabupaten Wonogiri yang menjadi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah desain penelitian pengembangan. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa penelitian pengembangan merupakan metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah

I. PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dijelaskan bahwa suaka margasatwa, adalah kawasan suaka alam yang mempunyai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

3. ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA 3.1. PENDAHULUAN

3. ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA 3.1. PENDAHULUAN 3. ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN PENGEMBANGAN HUTAN KOTA 3.1. PENDAHULUAN DKI Jakarta merupakah provinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia yaitu 9.607.787 jiwa (BPS Provinsi DKI Jakarta 2010).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini 57 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Hutan Indonesia Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini mencapai angka 120,35 juta ha atau sekitar 61 % dari luas wilayah daratan Indonesia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Manokwari (BBTNTC, DKP Provinsi Papua Barat, Dinas Pariwisata Provinsi Papua Barat) dan Kabupaten Teluk Wondama (Wasior,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.3 Analisis Data 9 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sentra Kerajinan Bambu (SKB) Putra Handicraft, Jl. AH Nasution, Kampung Situ Beet, Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi,

Lebih terperinci

Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor

Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor R. Garsetiasih 1 dan Nina Herlina 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor 2 Sekretariat Jenderal Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa Cugung, KPHL Gunung Rajabasa, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Tanjung Bara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimanan Timur selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Januari

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Endang Widuri Asih 1 1) Jurusan Teknik Industri Institut Sains

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data Defenisi Operasional Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku, dimana responden petani dipilih dari desa-desa penghasil HHBK minyak kayu putih,

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan kawasan konservasi memiliki korelasi yang kuat. Suatu kawasan konservasi memiliki fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial sedangkan manusia memiliki peran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Juni hingga September 2011.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu metode yang meneliti suatu objek pada masa sekarang (Nazir,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang III. METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat Provinsi Lampung, dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya

III. METODE PENELITIAN. Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya 19 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Lokasi ini dipilih secara sengaja dikarenakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung yang terfokus di Desa Tompobulu dan kawasan hutan sekitarnya. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : OLEH : TOMI DWICAHYO NRP : 4301.100.036 LATAR BELAKANG Kondisi Kab. Blitar merupakan lahan yang kurang subur, hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah pegunungan berbatu. Sebagian Kab. Blitar

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini digunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta Strategi pengembangan pada Industri Biofarmaka D.I.Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb) Jawa Tengah, difokuskan di lereng sebelah selatan Gunung Merbabu, yaitu di sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Penelitian ini berlokasi pada obyek wisata alam Pantai Siung yang ada di Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Penengahan, Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung (Gambar 2). Penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November III. METODE KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel pemerintah kabupaten/kota, secara purposif yaitu Kota Bogor yang mewakili kota kecil dan Kabupaten Bogor yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Konsep ekowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan kawasan pariwisata dalam suatu wilayah yang tetap memperhatikan konservasi lingkungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Mandailing Natal dan Wilayah Tertentu KPHP Mandailing Natal yang tertera pada Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Objek Wisata Air Terjun Lepo, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek/ Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah UMKM Kipas Bambu yang terletak di Desa Jipangan Bangunjiwo Kasihan Bantul. Kemudian subjek dari penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TNKL (Gambar 3) dengan pertimbangan bahwa (1) TNKL memiliki flora dan fauna endemik Flores yang perlu dipertahankan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 12 Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi (Kramer & Kozlowski 1979). Sudomo (2007) menyatakan bahwa intensitas cahaya yang berlebihan akan menyebabkan laju transpirasi tinggi, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Maret 2011, mulai dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan. Penelitian

Lebih terperinci

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan terhadap usahatani beberapa petani sawah irigasi di desa Citarik kecamatan Tirta Mulya Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi terutama didasarkan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2004 sampai dengan September 2005 di empat lokasi Taman Nasional (TN) Gunung Halimun-Salak, meliputi tiga lokasi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di tiga kelurahan (Kelurahan Hinekombe, Kelurahan Sentani Kota, dan Kelurahan Dobonsolo) sekitar kawasan CAPC di Distrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian... DAFTAR ISI Halaman Lembar Pengesahan... ii Abstrak... iii Kata Pengantar... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1.2

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian yang dilakukan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa perlu dilaksanakan pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret. Pengembangan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala 50 III METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian 3.1.1 Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala a. Penentuan Kriteria dan Alternatif : Diperlukan data primer berupa kriteria yang digunakan dalam pemilihan

Lebih terperinci