ANALISA POTENSI BIOMASSA PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. INTI INDOSAWIT SUBUR, PMKS TUNGKAL ULU TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA POTENSI BIOMASSA PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. INTI INDOSAWIT SUBUR, PMKS TUNGKAL ULU TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI"

Transkripsi

1 ANALISA POTENSI BIOMASSA PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. INTI INDOSAWIT SUBUR, PMKS TUNGKAL ULU TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI LAPORAN PRAKTIK LAPANG Oleh: EKO NOPIANTO S. F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 a

2 LAPORAN PRAKTIK LAPANG ANALISA POTENSI BIOMASSA PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. INTI INDOSAWIT SUBUR, PMKS TUNGKAL ULU TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI Oleh: EKO NOPIANTO S. F DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 b

3 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISA POTENSI BIOMASSA PADA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PT. INTI INDOSAWIT SUBUR, PMKS TUNGKAL ULU TANJUNG JABUNG BARAT, PROVINSI JAMBI LAPORAN PRAKTIK LAPANG EKO NOPIANTO S. F Disetujui: Bogor, Oktober 2010 Pembimbing Akademik Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, MSi NIP c

4 KATA PENGANTAR Puji sukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat, ridho serta karunia-nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Lapangan ini yang berjudul Analisa Potensi Biomassa Pada Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di PT.Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu, Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi. Laporan ini ditulis berdasarkan hasil praktik lapangan penulis selama 40 hari yang dilaksanakan di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Panitia Praktik Lapangan Fakultas Teknologi Pertanian tahun 2010, yaitu kepada Bapak Dr.Ir. I Wayan Astika, M.Si. selaku Koordinator Panitia Praktik Lapang, Bapak Ir. Andes Ismayana, MT dan Dr.Ir. Endang Warsiki, MT selaku Satgas Praktik Lapang Departemen Teknologi Industri Pertanian, dan Ibu Ratna Wati selaku Sekretaris Praktik Lapang. 2. Ibu Prof. Dr. Ir. Erliza Hambali, M.Si. selaku pembimbing akademik penulis yang telah banyak membantu serta meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam berbagai hal. 3. Ibu Atik Endang Kusdarwati, SH, ST selaku Manager HRD PT. Inti Indosawit Subur yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan Praktik Lapang pada pabrik tersebut. 4. Bapak Ir. Medi Syahputra Saragih selaku Manager Mill, PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu, yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melaksanakan praktik lapang pada Pabrik tersebut. 5. Bapak Tatar Simanjuntak. STP selaku Asisten Maintenance PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dan sekaligus sebagai Pembimbing Lapangan Penulis telah banyak membantu, mengajari dan memotivasi penulis dalam melaksanakan praktik lapangan serta dalam penyusunan Laporan Praktik Lapang. 6. Bapak Daniel Novianda selaku Kepala Tata Usaha (KTU) dan seluruh Staff dan Karyawan PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan Praktik Lapang. 7. Bapak, Ibu, Pakde Nuril Anwar, Pakde Sugiatno, beserta adik-adik penulis yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan serta motivasi kepada penulis selama Praktik Lapang dan semenjak penulis kecil hingga saat ini. 8. Kepada seluruh teman-teman penulis yang telah membantu penulis, memberikan masukan serta motivasi kepada penulis. Demikanlah Laporan Praktik Lapang ini penulis susun, mudah-mudahan dapat memberikan banyak manfaat kepada semua pihak yang membacanya. Bogor, September 2010 Penulis i

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR...iv DAFTAR LAMPIRAN... v I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 1 C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN... 2 D. METODOLOGI... 2 II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN... 4 A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN... 4 B. LOKASI DAN TATA LETAK PERUSAHAAN... 4 C. ORGANISASI PERUSAHAAN... 4 III. PROSES DAN SARANA PRODUKSI... 8 A. PANEN... 8 B. PROSES PRODUKSI... 9 C. SARANA PENUNJANG PRODUKSI D. RENDEMEN DAN LOSSES IV. ANALISA POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH BIOMASSA A. JENIS LIMBAH BIOMASSA B. MONITORING LIMBAH C. HASIL ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF V. PEMBAHASAN A. PANEN B. PROSES PRODUKSI C. TEKNOLOGI PENGOLAHAN & PEMANFAATAN LIMBAH BIOMASSA VI. PENUTUP A. SIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Kelapa Sawit Varietas Dura,Psifera, dan Tenera... 8 Table 2. Jenis, Potensi, dan Pemanfaatan Biomassa di Pabrik Kelapa Sawit Tabel 3. Spesifikasi Baku mutu Limbah Cair mentah Pabrik Kelapa Sawit Tabel 4. Baku Mutu limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk Aplikasi Lahan (Land Application) Tabel 5. Hasil Uji Bapedalda Provinsi Jambi terhadap air limbah ke Land Aplikasi tanggal Juni Tabel 6. Matrik Pengaturan Masa Rebus iii

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Varietas Kelapa Sawit (Dura, Tenara, Psifera)... 8 Gambar 2. Jembatan Timbang (Weight Bridge) Gambar 3. Loading Ramp dan Perron Gambar 4. Sterilizer Gambar 5. Lori Gambar 6. Stasiun Threser Gambar 7. Stasiun Press Gambar 8. Stasiun Klarifikasi Gambar 9. Stasiun Nut dan Kernel Gambar 10. Bagan limbah biomassa hasil pengolahan TBS Gambar 11. Tangki Timbun (Storage Tank) Gambar 12. Bulk Kernel Silo Gambar 13. Gambar Penampang Melintang Boiler Gambar 14. Ruang Pembakaran Boiler Gambar 15. Water Treatment Plant Gambar 16. Softener Plant dan Deaerator Gambar 17. Kolam Limbah (IPAL) Gambar 18. Aplikasi Limbah Pupuk Limbah Cair (Land Aplikasi) Gambar 19. Janjang Kosong Gambar 20. Asap hitam buangan Boiler Gambar 21. Sumur Pantau Land Aplikasi iv

8 Gambar 22. Meja dan Contoh Sortasi TBS Gambar 23. Gambar Material Balance proses Gambar 24. Pemanfaatan Biomassa di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu Gambar 25. Pengaliran limbah cair pada land aplikasi dengan sistem flat bed v

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan Lampiran 2. Peta Afdaeling Plasma Lampiran 3. Peta Tahun Tanam Tanaman Plasma Lampiran 4. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Lampiran 5. Tabel Losses Produksi Bulan Juni Semester Lampiran 6. Layout Pabrik PMKS Tungkal Ulu vi

10 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Provinsi Jambi mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Laju pertumbuhan areal perkebunan kelapa sawit yang ditandai dengan booming kelapa sawit sejak tahun 1995, serta adanya pencanangan program kebun kelapa sawit sejuta hektar oleh Gubernur Jambi pada tahun 2000, menghasilkan pertumbuhan luas lahan kelapa sawit yang cukup tinggi di Provinsi Jambi dan kenaikan produksi CPO. Kenaikan produksi TBS dan CPO tersebut menyebabkan semakin tingginya potensi pengembangan industri hilir kelapa sawit. Demikian pula produk sampingnya pada proses pengolahan TBS menjadi CPO seperti sabut (fiber), cangkang, limbah cair dan limbah padat (sludge) belum dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan komersial, walaupun sebagian sudah dimanfaatkan untuk bahan bakar biomassa dan pupuk. Hal inilah yang membuat diri saya tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang potensi yang terdapat dalam limbah biomassa kelapa sawit yang masih dapat di kembangkan dan diambil nilai ekonomisnya. CPO yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit hanya sekitar 23% (rendemen) dan sisanya adalah by-product. Menurut Utomo (2001), by-product yang dihasilkan dari pabrik pengolahan kelapa sawit tergolong sangat tinggi, yaitu limbah cair sebanyak 8,5% dan limbah padat sebanyak 68%. Limbah padat ini berupa tandan buah kosong (16%), serat perasan buah (26%), bungkil inti sawit (4%), cangkang (6%), solid (3%) dan limbah lain (13,5%). Dengan demikian potensi biomassa tersebut cukup besar bilamana dapat dimanfaatkan menjadi komoditas yang mempunyai nilai ekonomis, dan dapat menciptakan lapangan kerja khususnya bagi usaha kecil dan menengah. Untuk meningkatkan nilai tambah produksi CPO serta penerapan Produksi Bersih, ISO (Environmental Management Sistem), konversi limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat sangat penting untuk dilakukan. Selama ini pemanfaatan limbah kelapa sawit (khususnya limbah padat) yang melimpah di Indonesia, umumnya masih terfokus sebagai bahan baku pakan ternak. Padahal dengan kandungan senyawa yang penting yang ada pada ampas kelapa sawit, produksi hilir dengan pemanfaatan ampas kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan. B. TUJUAN Tujuan dilaksanakannya praktik lapangan ini adalah: 1. Mempelajari proses pengolahan kelapa sawit di PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu. 2. Mempelajari teknologi pengolahan limbah hasil pengolahan kelapa sawit di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu. 3. Mempelajari dan menganalisis profil limbah dan potensi pemanfaatannya sebagai bahan baku industri hilir. 1

11 C. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN Kegiatan praktik lapang ini dilaksanakan selama dua bulan (40 hari kerja efektif) dari tanggal 23 Juni sampai 21 Agustus Tempat pelaksanaan kegiatan ini di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu. D. METODOLOGI 1. Praktik Kerja Langsung Praktik kerja langsung bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Melalui latihan kerja dan aplikasi yang telah diperoleh di bangku kuliah. Pelaksanaan praktik kerja ini diarahkan dan dibimbing langsung oleh pembimbing lapangan. 2. Pengumpulan Data Data yang relevan diperlukan untuk mendukung identifikasi, perumusan dan pemecahan masalah, sesuai dengan bidang keahlian secara sistematis dan interdisiplin. Data yang dikumpulkan dibagi kedalam dua aspek yaitu aspek umum dan aspek spesifik. 1. Aspek Umum Aspek umum yang dikaji meliputi sejarah dan perkembangan perusahaan, lokasi dan tata letak, organisasi dan ketenagakerjaan, jenis dan spesifikasi produk, serta rencana pengembangan pabrik di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu. 2. Aspek Spesifik Aspek khusus yang dikaji berupa penelaahan bahan dan sarana produksi, proses produksi, teknologi pengolahan limbah, serta melakukan profiling limbah secara umum dan khusus untuk mengetahui potensi pemanfaatan limbah padat kelapa sawit untuk pengembangan industri hilir. Untuk mengumpulkan data pada aspek umum dan aspek spesifik, digunakan metodemetode sebagai berikut: dilakukan. bersangkutan. a. Studi Pustaka Dilakukan dengan mencari referensi dan literatur yang berkaitan dengan kegiatan yang b. Pengamatan di Lapangan Dilakukan dengan mengamati secara langsung seluruh kegiatan di industri yang c. Wawancara Dilakukan untuk mengklarifikasi berbagai permasalahan di lapangan dengan menanyakan langsung kepada pihak terkait. 2

12 d. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Limbah Analisis ini dilakukan dalam rangka profiling limbah secara umum dan khusus. Secara umum meliputi jumlah limbah dan parameter kualitas (BOD, COD, dan TS). Sedangkan secara khusus analisis ini dilakukan untuk menghitung jumlah kandungan minyak dalam limbah padat berupa fibre kelapa sawit untuk mengetahui potensi pemanfaatannya dalam pengembangan industri hilir. 3

13 II. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN PT. Inti Indosawit Subur awalnya hanya beroperasi di Gunung Melayu Kabupaten Asahan Sumatera Utara. Berdasarkan Inpres No.1 Tahun 1986 tentang pembangunan kebun pola PIR- Trans, PT. Inti Indosawit Subur diberi kesempatan dan kepercayaan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk ikut serta dalam pembangunan kebun pola PIR-Trans. Dewan komisaris PT. Inti Indosawit Subur memulai pembangunan kebun pola PIR-Trans di wilayah Riau tahun 1986/1987 di Kabupaten Kampar, Indra Gili Ulu, dan Kabupaten Bengkalis untuk kepala keluarga transmigrasi. PT. Inti Indosawit Subur mendapat kepercayaan untuk membangun kebun kelapa sawit pola PIR-Trans lagi di wilayah Jambi untuk Kabupaten Tanjung Jabung (karena pemekaran sekarang menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur) dan Kabupaten Batang Hari untuk kepala keluarga transmigran karena keberhasilannya pada kebun kelapa sawit pola PIR-Trans di Provinsi Riau tersebut. PT. Inti Indosawit Subur telah melaksanakan pengalihan kebun pada wilayah Kabupaten Batang Hari tahun 1995/1996 dengan luas areal Ha. Pada tahun 1998 dengan perkembangan perusahaan yang begitu pesat, PT Inti Indosawit Subur bergabung dengan PT. Supra Matra Abadi dan PT lain menjadi satu group besar bernama Asian Agri Abadi Group yang berkantor pusat di Medan. Asian Agri memiliki perkebunan dan pabrik pengolahan hasil di wilayah Sumatera Utara, Riau, dan Jambi. Saat ini PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki perkebunan Inti seluas 4827 ha, dan PIR seluas ha. B. LOKASI PABRIK DAN PROFIL AREAL PERKEBUNAN PT. Inti Indosawit Subur Kebun Tungkal Ulu memiliki kantor pusat yang beralamat di Medan dan kantor cabang (regional office) di Jl H. Yunus Sanis No. 12C, RT.02 Kebun Handil- Kota Jambi. C. ORGANISASI PERUSAHAAN 1. Struktur Organisasi Organisasi merupakan kerjasama dari pekerja atau unit kerja yang mempunyai tujuan yang sama dan di dalamnya telah diperinci tugas, wewenang tanggung jawab, serta koordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam operasionalnya sehari-hari, pabrik PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dipimpin oleh Manager Pabrik yang membawahi bagian pengolahan, bagian laboratorium, bagian workshop, dan bagian kantor. Untuk lebih lengkap, struktur organisasi perusahaan dapat dilihat di lampiran 1. Adapun tugas masing-masing bagian adalah sebagai berikut : 1. Bagian Proses Bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan segala kelancaran operasional proses produksi seperti mengontrol losses dan mutu produksi sesuai standar perusahaan dan memberi petunjuk kepada operator berkenaan dengan 4

14 pengoperasian mesin serta mengatur urusan delivery produk dan mengatur penyimpanan produk akhir pada storage tank. 2. Bagian Laboratorium Bertugas menganalisa kualitas bahan baku yang masuk, menganalisa losses pada proses produksi, dan kualitas hasil produksi yang siap dipasarkan. Hasil analisa tersebut kemudian dibandingkan dengan standar perusahaan, apabila terjadi penyimpangan maka segera dilaporkan pada bagian pengolahan untuk ditangani lebih lanjut. 3. Bagian Workshop Bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan mesin-mesin (service and maintenance) produksi, mesin pembangkit tenaga untuk menunjang operasional perusahaan. 4. Bagian Kantor dan Umum Bertugas mengurus administrasi, personalia, sistem penggajian, perencanaan distribusi, perencanaan produksi, menyiapkan laporan per bulan, dan mengawasi inventarisasi. 2. Ketenagakerjaan 2.1 Status Ketenagakerjaan Tenaga kerja di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu tediri dari staf dan karyawan. Staf merupakan orang yang dipilih oleh pihak manajemen perusahaan pusat yang telah menjalani training dan lolos seleksi yang memiliki tanggung jawab terhadap bidang yang ditanganinya. Setiap staf pada perusahaan ini akan mengalami perputaran tempat kerja selama kurang lebih 4-5 tahun kerja yang diatur oleh manajemen perusahaan pusat. Karyawan merupakan orang atau tenaga kerja tetap setempat yang bekerja pada pabrik yang diseleksi oleh pimpinan unit setempat dan memiliki kesepakatan kerja antara kedua belah pihak. Karyawan pada PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu terbagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu: 1. SKU-B (Sistem Kerja Upah Bulanan), merupakan karyawan yang telah terikat perjanjian dengan pihak perusahaan yang menerima gaji sesuai dengan pangkat golongan yang dimilikinya dan mendapatkan tunjangan keluarga sebagai tunjangan tidak tetap. 2. SKU-H (Sistem Kerja Upah Harian), merupakan karyawan yang telah terikat perjanjian dengan pihak perusahaan yang mendapat gaji pokok sesuai dengan UMP dan mendapatkan tunjangan keluarga sebagai tunjangan tidak tetap. 3. PHL (Pekerja Harian Lepas), merupakan karyawan yang bekerja pada perusahaan yang tidak terikat oleh perjanjian kerja dengan pihak perusahaan. PHL pada perusahaan ini menerima gaji sesuai dengan Upah Minimum Provinsi (UMP). Jumlah tenaga kerja yang ada pada PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu adalah 8 orang staf dan 114 orang karyawan yang terdiri dari 3 orang tenaga kerja PHL dan sisanya SKU-H dan SKU-B. karyawan pada pabrik ini hampir 96% terdiri dari karyawan laki-laki. Status karyawan baik PHL, SKU-H, SKU-B ditentukan oleh pimpinan perusahaan setempat. Karyawan yang baru biasanya akan menjadi karyawan PHL terlebih dahulu sebagai uji coba terhadap kinerja dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Kenaikan tingkat atau golongan untuk setiap 5

15 karyawan ditentukan oleh kinerja karyawan tersebut berdasarkan penilaian pimpinan setempat, jangka waktu kenaikan tingkat tidak dapat ditentukan berdasarkan lamanya karyawan bekerja pada perusahaan. Staf merupakan tenaga kerja yang ditetukan oleh manajemen pusat. Status staff dapat dimiliki oleh tenaga kerja baru yang mengikuti recruitment terhadap staf, lolos seleksi dan telah mengikuti training, sedangkan untuk karyawan, dapat menjadi staf apabila telah menjabat sebagai mandor selama kurun waktu tertentu yang telah ditentukan dari lolos seleksi serta lulus training untuk menjadi staf. 2.2 Waktu Kerja Karyawan Jumlah jam kerja karyawan 7 jam per hari pada hari senin sampai jumat, dan 5 jam perhari untuk hari sabtu, sehingga jumlah jam kerja karyawan 40 jam perminggu. 2.3 Sistem Penggajian dan Tunjangan karyawan Sistem penggajian terhadap karyawan dan staf dilakukan selama 1 bulan sekali, dengan waktu yang ditentukan oleh pihak manajemen pusat. Penggajian terhadap karyawan dikelola oleh manajemen perusahaan setempat, sedangkan untuk staf dikelola oleh manajemen perusahaan pusat. Tunjangan diberikan kepada karyawan berupa tunjangan keluarga dan tunjangan hari raya. Besarnya tunjangan keluarga yang diterima sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Jumlah maksimum anak yang mendapat tunjangan sebanyak 3 orang. Tunjangan hari raya biasanya diberikan beberapa hari sebelum hari raya idul fitri, tunjangan yang dberikan ini sebesar satu bulan gaji pokok. 2.4 Fasilitas Karyawan PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memberikan beberapa fasilitas terhadap setiap karyawan. Fasilitas yang diberikan berupa tempat tinggal dinas yang berada di kawasan perkebunan. Perumahan tersebut merupkan asset perusahaan yang dipergunakan untuk kesejahteraan karyawan. Perumahan tersebut telah dilengkapi dengan fasilitas air bersih yang bersumber dari pengelolaan air bersih pabrik dan juga listrik yang bersumber dari pabrik. Selain itu karyawan juga diberi fasilitas untuk kesehatan karyawan berupa poliklinik. Poliklinik merupakan tempat berobat gratis untuk setiap karyawan ataupun keluarga karyawan yang terdaftar pada perusahaan dengan membawa surat berobat yang telah disetujui oleh pimpinan perusahaan setempat. Poliklinik ini bertempat di tengah-tengah perumahan karyawan. Selain perumahan untuk karyawan terdapat pula perumahan untuk staf yang telah disiapkan oleh perusahaan. 2.5 Kesehatan dan keselamatan Kerja Karyawan Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu pabrik dengan resiko terhadap keselamatan kerja yang cukup tinggi, oleh karena itu pada pabrik ini diterapkan perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Setiap karyawan yang bekerja dipabrik maupun yang memasuki kawasan pabrik diharuskan untuk mengenakan alat pelindung diri (APD) berupa safety helmet, sarung tangan, ear plug dan safety shoes. Penggunaan alat tersebut disesuaikan dengan perlindungan yang diperlukan terhadap keselamatan pekerja atau pengunjung yang ditimbulkan oleh mesin-mesin pabrik ataupun efek yang ditimbulkannya. Resiko ini dapat disebabkan karena tingkat kebisingan 6

16 yang tinggi terdapat pada stasiun Engine Room dan Nut dan Kernel. Sedangkan stasiun dengan lantai yang licin terdapat pada stasiun sterilization dan stasiun klarifikasi. Pada stasiun Sterilzation lantai yang licin disebabkan oleh tetesan minyak dari lori buah sawit yang telah direbus, sementara itu pada stasiun Clarifikasi lantai yang licin disebabkan karena sering terjadi cipratan minyak ataupun pembersihan dan perbaikan alat yang menyebakan lantai licin. Selain kedua stasiun tersebut stasiun yang memiliki lantai yang licin adalah stasiun press. Resiko lain yang terdapat di pabrik ini yaitu pada Stasiun Boiler. Hal ini disebabkan karena Boiler merupakan suatu unit bajana bertekanan yang mempunyai tingkat bahaya yang tinggi, oleh karena itu karyawan yang menjadi operator Boiler adalah karyawan yang sudah memiliki sertifikat sebagi operator. Kesadaran pekerja terhadap penggunaan alat pelindung diri ini masih perlu ditingkatkan, dimana masih terlihat ada pekerja yang tidak mengenakan helmet saat berada di pabrik. Namun berbeda dengan penggunaan safety shoes, hampir semua pekerja sudah mengenakannya, hal ini dipicu oleh kebutuhan karyawan terhadap keselamatan dirinya. Sementara itu penggunaan ear plug bagi karyawan masih terlihat kurang, hanya sebagian dari pekerja yang berada pada stasiun dengan tingkat kebisingan tinggi yang menggunakan alat pelindung ini. 2.6 Produk yang dihasilkan PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu merupakan pabrik yang mengolah bahan baku kelapa sawit menjadi produk setengah jadi berupa minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) atau inti sawit. Selain memproduksi dua produk tersebut, Perusahan ini menghasilkan pula hasil sampingan berupa cangkang sawit yang masih memiliki nilai ekonomis. 7

17 III. PROSES DAN SARANA PRODUKSI A. PANEN Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi minyak kelapa sawit. Kualitas minyak yang dihasilkan tergantung pada kualitas dari buah sawit, sehingga untuk menghasilkan minyak dengan rendemen dan kualitas tinggi dibutuhkan tandan buah segar kelapa sawit yang baik pula. Di PT Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu kelapa sawit yang dipanen berasal dari kebun sendiri atau kebun inti dan kebun plasma. Varietas kelapa sawit yang digunakan berasal dari varietas pisifera, dura, dan tenera. Namun, sesuai dengan bibit awal yang diberi perusahaan, sebagian besar bahan baku berasal dari varietas tenera yang memiliki persen rendemen tertinggi dibanding varietas lain. Karakteristik dan varietas buah kelapa sawit dan sortasi buah yang dipanen mempengaruhi kualitas dari CPO dan kernel itu sendiri. Buah kelapa sawit yang digunakan berdasarkan ketebalan cangkang dan daging buah terdiri dari beberapa varietas yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Kelapa Sawit Varietas Dura,Psifera, dan Tenera Komponen Dura Psifera Tenera Ketebalan cangkang (mm) ,5 Cangkang/buah (%) Tidak ada 3-20 Mesocarp/buah (%) Inti/buah (%) Kadar minyak Rendah Tinggi Sedang Sumber : Lembaga Pendidikan Perkebunan, Seri Budaya Tanaman Kelapa Sawit, Andi Offset, Yogyakarta, Gambar 1. Varietas Kelapa Sawit (Dura, Tenera Pisifera) 8

18 Dura Varietas dura mempunyai cangkang yang cukup tebal yaitu antara 2-5 mm dan tidak terdapat serabut pada bagian luarnya, kernel yang terdapat pada inti buah besar, daging buah tipis dengan persentase daging bervariasi antara 35-50%, serta warna daging buah agak pucat. Pada proses pengolahan, CPO yang dihasilkan oleh varietas dura hanya sekitar 17-18%. Psifera Varietas psifera mempunyai bentuk buah yang kecil dengan ujung buah agak meruncing, cangkang sangat tipis, dan daging buah cukup tebal sehingga CPO yang dihasilkan relatif lebih banyak. Varietas psifera menghasilkan kernel yang berukuran kecil bahkan hampir tidak ada. Tenera Varietas tenera yang merupakan hasil persilangan varietas dura dan psifera. Varietas tenera mempunyai keunggulan daging buah lebih tebal dengan persentase daging buah terhadap buah sekitar 60-96% dan cangkang yang tipis dengan ketebalan berkisar mm. Kernel yang dihasilkan varietas ini berukuran sesuai standar. Pada proses pengolahan, CPO yang dihasilkan relatif lebih banyak daripada varietas lain (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2000). Sebelum TBS ditampung di loading ramp, terlebih dahulu dilakukan sortasi TBS oleh petugas sortasi. Sortasi TBS sangat penting untuk menjaga mutu dan rendemen CPO yang akan dihasilkan. Sortasi dilakukan terhadap muatan TBS dari seluruh truk, namun pencatatan dan pelaporan sortasi TBS berasal dari satu sampel truk secara acak yang dianggap mewakili kualitas TBS keseluruhan yang berasal dari satu afdeling. Sortasi dilakukan untuk memisahkan TBS berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Lahan perkebunan plasma PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dibagi atas 9 wilayah yang disebut dengan SP 1 - SP 9 (satuan Pemukiman). Hal ini dilakukan karena perusahaan menerapkan sistem PIR (Perkebunan Inti Rakyat) sehingga satuan pemukiman di jadikan nama area untuk mempermudah koordinasi panen tandan buah segar (TBS) di seluruh lahan perkebunan. Peta lahan perkebunan Plasma dapat di lihat pada Lampiran 3. B. PROSES PRODUKSI Proses produksi minyak kelapa sawit/crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) terdiri dari beberapa tahapan proses yang dibagi ke dalam 7 stasiun, yaitu: 1. Stasiun Jembatan Timbang (Weight Bridge) Jembatan timbang merupakan suatu tempat untuk menimbang bahan baku (TBS) dan hasil produksi (CPO, kernel, Janjang Kosong, & Solid). Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat dari yang masuk dan keluar dari pabrik. Penimbangan truk pengangkut TBS dilakukan 2 kali yaitu, pertama penimbangan truk beserta TBS, kedua penimbangan truk kosong. Pada PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu terdapat dua unit jembatan timbang yang memiliki kapasitas 50 ton. Gambar 2. menunjukan gambar dari jembatan timbang. 9

19 Gambar 2. Jembatan Timbang (Weight Bridge) 2. Stasiun Penampungan Sementara (Loading Ramp) Loading ramp merupakan stasiun tempat membongkar buah yang diangkut oleh truk. Pada Stasiun Loading Ramp terdapat perron sebagai tempat penyimpanan sementara TBS yang akan diolah dan lantai sortasi yang digunakan untuk sortasi. Pada loading ramp terdapat 14 pintu yang digunakan untuk mengeluarkan buah dari hopper. Gambar 3. menunjukan gambar Loading Ramp & Perron. Gambar 3. Loading Ramp & Perron Sortasi merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dari TBS yang masuk ke pabrik. Sortasi dilakukan terhadap tingkat kematangan buah dan keabnormalan yang mungkin terjadi pada buah. Sortasi dilakukan setiap hari terhadap truk TBS terpilih yang masuk ke pabrik. Jumlah truk terpilih ditentukan berdasarkan prakiraan TBS yang masuk pabrik pada hari tersebut. Hasil sortasi yang dijadikan evaluasi dari kualitas pemanenan kelapa sawit yang dilakukan pihak perkebunan serta untuk memperkirakan rendemen kualitas produk yang dihasilkan. 3. Stasiun Sterilisasi TBS (Sterilization) Sterilisasi merupakan proses pemanasan buah yang menggunakan steam. Proses sterilisasi dilakukan dalam suatu tabung sterilizer berbentuk silinder. Tabung sterilizer ditunjukkan oleh gambar 4. Pada stasiun ini terdapat empat unit sterilizer dengan kapasitas masing-masing sterilizer 6 lori. Setiap lori memiliki kapasitas 4,5 ton TBS. Gambar 5. menunjukkan bentuk dari lori yang digunakan untuk perebusan TBS. Proses sterilisasi dilakukan dengan menggunakan sistem 3 peaks pada tekanan 3 bar dengan waktu sterilisasi normal selama 85 menit, suhu pada tekanan ini bekisar pada 135 ᵒC. Waktu sterilisasi yang digunakan dapat disesuaikan dengan kondisi buah yang ada. 10

20 Gambar 4. Sterilizer Gambar 5. Lori 4. Stasiun Pembantingan/Perentokan TBS (Threser) Stasiun perontokan (Threser) bertujuan untuk merontokan atau melepaskan berondolan sawit yang menempel pada tandannya. Gambar 6 menunjukkan gambar dari stasiun perontokan (Threser). Hasil yang didapat dari proses perontokan ini berupa janjang kosong dan berondolan sawit. Proses perontokan dilakukan dengan menggunakan alat berupa Threser, yaitu suatu drum berputar yang dibatasi oleh kisi-kisi berlubang dan dilengkapi dengan pisau pelempar yang dapat memberikan efek bantingan terhadap buah. Threser berputar pada kecepatan 24 rpm. Pada stasiun ini terdapat 2 unit Threser. Gambar 6. Stasiun Threser 11

21 5. Stasiun Pengempaan (Press) Stasiun pengempaan (press) bertujuan untuk mengekstrak minyak yang terkandung dalam buah. Proses pengepresan diawali dengan proses pelumatan terhadap buah (digester). Proses pelumatan dilakukan dalam suatu tangki Digester berbentuk tabung yang dilengkapi dengan expeller arm dan penambahan steam. Expeller arm berputar pada kecepatan 23 rpm. Proses pengepresan terhadap buah dilakukan dengan bantuan screw press yang berputar pada putaran rpm dan hidrolik yang dapat menekan buah hingga tekanan pengepresan berada pada bar. Pada stasiun ini terdapat 6 unit digester dan press. Gambar 7. menunjukkan gambar dari stasiun Press. Gambar 7. Stasiun Press 6. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification) Proses pemurnian minyak sangat diperlukan untuk mendapatkan minyak dengan kandungan air dan kotoran minimal. Proses pemurnian minyak dari kotoran dilakukan dalam alat berupa Sand Trap Tank, Vibrating Screen &, Continous Settling Tank. Kotoran yang didapat dari proses urnian ini berupa sludge. Proses pemurnian minyak dari air dilakukan dalam alat berupa Vacuum Dryer. Gambar 8.menunjukkan Stasiun Clarification. Gambar 8. Stasiun Klarifikasi (Clarification) Proses pemurnian pada Sand Trap Tank bertujuan untuk memisahkan kotoran berupa pasir yang terdapat dalam minyak, pemisahan ini dilakukan dengan cara pengendapan pada suhu ᵒC. Vibrating Screen bertujuan untuk memisahkan padatan yang terdapat pada minyak. Pada stasiun ini terdapat 4 unit Vibrating Screen. Pemisahan pada Continous Settling Tank (CST) bertujuan untuk memisahkan kotoran berupa sludge yang terdapat dalam minyak. Proses pemisahan ini memisahkan minyak menjadi tiga lapisan yaitu minyak, emulsi, dan sludge yang 12

22 mengandung air. Vacuum dryer merupakan alat pengering yang digunakan untuk mengurangi kadar air dalam minyak. Vacuum dryer bekerja pada tekanan dibawah 0 (- 68 cmhg). 7. Stasiun Nut and Kernel Stasiun Nut and Kernel berfungsi untuk memisahkan nut dari fibre serta melepaskan cangkang dari kernel. Pada stasiun ini dihasilkan produk berupa inti sawit (Palm Kernel). Gambar 9. menunjukkan gambar dari Stasiun Nut and Kernel. Proses pemisahan nut dari fiber dilakukan dalam suatu alat separating column dengan adanya hisapan dari fan. Pemecahan nut dilakukan dengan menggunakan alat berupa Ripple Mill yang menghasilkan campuran ke LTDS (Light Tenera Dry Separation) 1, LTDS 2, dan Hydrocylone. Pemisahan pada LTDS 1 dan LTDS 2 bekerja berdasarkan hisapan fan, sedangkan pada Hydrocylone pemisahan terjadi dengan bantuan air yang dapat memisahkan cangkang dan kernel berdasarkan perbedaan berat jenis. Kernel yang didapat merupakan kernel basah sehinga diperlukan proses pengeringan untuk mempertahankan mutu kernel selama proses penyimpanan. Pengeringan kernel dilakukan dalam Silo Dryer. Pengeringan pada Silo Dryer terjadi akibat adanya udara panas yang dipanaskan oleh steam. Gambar 9. Stasiun Nut and Kernel Secara keseluruhan rangkaian 7 stasiun proses produksi tersebut diatas, akan menghasilkan limbah by-product produksi seperti ditunjukkan oleh gambar 10. Gambar 10. Bagan by-product/ biomassa hasil pengolahan TBS kelapa sawit Beragam biomassa yang dihasilkan dari pengolahan tersebut menunjukkan banyaknya limbah biomassa yang dihasilkan dari proses, yang masih memiliki nilai ekonomis untuk di kembangkan menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. 13

23 C. SARANA PENUNJANG PRODUKSI 1. Sarana Penyimpanan Produk a. Tangki Timbun (Storage Tank) Tangki timbun digunakan sebagai tempat penampungan akhir minyak CPO yang dihasilkan dari proses pemurnian di stasiun Clarification. PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu memiliki tiga unit tangki timbun (Storage Tank) dengan kapasitas masing-masing sebesar 2000, 2000, dan 500 ton. CPO yang berada di tangki timbun selanjutnya siap untuk di distribusikan. Gambar 11. menunjukkan 3 Storage Tank PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu. b. Bulk Kernel Silo Gambar 11. Tangki Timbun (Storage Tank) Bulk kenel silo digunakan sebagai tempat penampungan akhir kernel dari kenel silo untuk kemudian didistribusikan. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu mempunyai dua jenis bulk kernel silo, yakni silo berbentuk silinder dan silo berbentuk limas persegi yang bagian bawahnya berbentuk piramida persegi terbalik. Bulk kernel silo berbentuk silinder memiliiki fan untuk membantu pengeluaran kernel pada saat pendistribusian, sedangkan bulk kernel silo berbentuk limas persegi memiliki pintu kecil dibagian bawah untuk menjatuhkan kernel. Gambar 12 menunjukkan 2 macam bulk kernel silo. Gambar 12. Bulk Kernel Silo 14

24 c. Cangkang Produk sampingan lain yang masih memiliki nilai ekonomis dari hasil pengolahan kelapa sawit ini adalah cangkang sawit. Cangkang sawit yang dihasilkan dapat berupa cangkang kering dan cangkang basah. Cangkang kering yang dihasilkan dijadikan campuran bahan bakar untuk Boiler sedangkan sisanya dikumpulkan untuk dijual. 2. Sarana Pembangkit Energi (Engine Room) Stasiun engine room merupakan stasiun penunjang yang mensuplay seluruh kebutuhan energi listrik dalam proses produksi minyak kelapa sawit termasuk juga kebutuhan energi pada perkantoran pabrik dan perumahan. Selain itu, stasiun ini menghasilkan steam dengan kekuatan rendah yang diperlukan untuk kebutuhan proses produksi. Pada stasiun ini terdapat dua unit utama penghasil energi listrik, yaitu turbin uap dan Generator Diesel. Turbin Uap dapat mengubah steam bertekanan tinggi yang dihasilkan oleh Boiler menjadi energi listrik dan steam bertekanan rendah, sedangkan Generator Diesel merupakan pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan bahan bakar berupa solar. Generator akan digunakan ketika Boiler tidak berjalan atau tidak menghasilkan steam yang cukup untuk menggerakkan turbin Uap, serta dapat digunakan bersamaan dengan turbin Uap ketika energi yang dibutuhkan untuk proses produksi tinggi dan tidak tercukup oleh energi listrik yang dihasilkan oleh Turbin Uap. a. Boiler Boiler digunakan untuk menghasilkan steam/uap panas yang akan dimanfaatkan sebagai sumber panas di dalam proses pengolahan dan sebagai penghasil tenaga (listrik). PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki tiga unit Boiler dengan kapasitas steam masingmasing 20 ton/jam namun dalam produksi yang digunakan hanya dua unit Boiler dan satu unit dalam kondisi standby. Boiler yang digunakan merupakan Boiler pipa air dengan Work Pressure (W.P) sebesar 21 kg/cm 2, bahan bakar yang digunakan untuk memanaskan pipa air didalam Boiler yakni berupa serabut (fibre) dari hasil pemisahan di depericarper, dan shell yang berasal dari hasil pemisahan di LTDS. Serabut dan shell yang akan digunakan tidak boleh mengandung air lebih dari 35% untuk menjaga kelangsungan proses pembakaran. Boiler dilengkapi dengan tangki air di bagian atas, ruang bakar, pipa-pipa air miring didalam ruang bakar, accumulator (pengumpul), feeder, steam separator, pipa-pipa blow down, turbo pump, shoot blower, safety valve, induced draft fan(1.1), fan), forced draf fan (F.D, fan), S.A fan, ruang dapur, dust collector, chimney (cerobong), fuel feeder, dan electric feed pump. Pada saat awal pengoperasian, Boiler dibantu dengan Genset untuk mengoperasikan Feed Electric Pump untuk mengisi air dalam drum Boiler dengan motor 60 Hp dan putaran 2940 rpm. Melalui fuel feeder, bahan bakar berupa serabut dan shell akan dimasukkan ke dalam ruang bakar. Pemasukan bahan bakar diatur oleh S.A fan dengan penghembusan bahan bakar secara merata ke dalam ruang bakar. Didalam ruang bakar terjadi pembakaran serabut dan shell dengan bantuan udara yang dimasukkan melalui F.D fan. Panas hasil pembakaran akan memanaskan pipa-pipa berisi air yang dialirkan oleh tangki air hingga menjadi steam. Steam yang dihasilkan akan dibersihkan dari air fase cair melalui pipa blow down yang terdapat pada accumulator dibelakang Boiler dan beberapa feeder disamping Boiler, sehingga steam yang dihasilkan berupa steam kering (tanpa membawa air dalam fase cair). Steam dikumpulkan di dalam separator sekaligus memisahkan steam dari air fase cair. Jika tekanan steam sudah 15

25 mencapai 21-21,5 kg/cm 2 maka steam di separator dapat dialirkan ke Back Pressure Vessel (BPV) untuk membagi-bagi steam ke seluruh bagian proses. Sisa hasil pembakaran serabut dan shell berupa abu akan masuk ke ruang dapur, sedangkan sisa pembakaran berupa asap akan dihisap oleh I.D fan untuk diproses di Dust Colector. Abu diruang dapur harus selalu dibersihkan agar tidak menumpuk. Dust collector akan memisahkan debu halus yang terikut pada asap dan membuangnya melalui Double dumper dust collecter Asap bebas debu kemudian dibuang keluar melalui chimney dengan bantuan hembusan oleh I.D fan. Kualitas air pada Boiler dapat mempengaruhi umur ekonomis dari Boiler, sehingga dilakukan Internal Water Treatment terhadap air yang akan masuk pada Boiler, Internal Water Treatment dilakukan dengan Softener menggunakan resin penukar ion. Softener berfungsi untuk menghilangkan hardness yang dapat mencegah Boiler dari kerusakan. Kandungan oksigen dalam air dapat menyebabkan terbentuknya kerak pada pipa Boiler. Keberadaaan oksigen dalam air dihilangkan dengan sistem deaerasi mekanis pada Deaerator. Sisa oksigen yang masih ada dihilangkan dengan bantuan bahan kimia. Selain itu, air yang akan digunakan untuk Boiler ditambahkan zat kimia lain sebagai bentuk perlindungan terhadap umur pakai Boiler. Air yang masuk ke dalam Boiler dapat memicu terbentuknya kotoran dalam pipa sehingga diperlukan proses blowdown. Blowdown merupakan proses pengeluaran air dalam pipa-pipa Boiler secara berkala melalui pipa blowdown untuk menghilangkan kotoran yang terdapat dalam pipa Boiler. Blowdown dilakukan saat kadar TDS air mencapai 2500 ppm atau koduktivitinya mencapai Boiler yang digunakan di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu terdiri dari beberapa bagian atau komponen. Gambar 13. menunjukkan penampang melintang dari seluruh bagian Boiler. a.1. Ruang pembakaran Gambar 13. Penampang melintang Boiler. Ruang pembakaran berada pada bagian bawah Boiler. Pada ruang ini terjadi proses pembakaran bahan bakar untuk menghasilkan udara panas yang dapat memanaskan air. Bagian dalam ruang pembakaran dilapisi oleh batu api. Bahan bakar yang digunakan berupa fiber yang dicampur dengan cangkang biji sawit. Penambahan cangkang sebagai bahan bakar terjadi 16

26 sewaktu-waktu ketika kualitas steam yang dihasilkan kurang baik atau tekanan steam rendah. Penggunaan bahan bakar berlebih dapat menyebabkan asap sisa pembakaran menjadi hitam karena bahan bakar belum terbakar sempurna. Gambar 14. menunjukkan ruangan pembakaran pada stasiun Boiler. a.2. Konveyor Gambar 14. Ruang Pembakaran Stasiun Boiler Pada stasiun Boiler terdapat 2 jenis konveyor yang digunakan yaitu Fiber Shell Conveyor dan Fuel Distributing Conveyor. Fiber Shell Conveyor berfungsi untuk mengangkut bahan bakar menuju ruang pembakaran Boiler. Sebelum masuk ruang pembakaran, bahan bakar didistribusikan menggunakan Fuel Distributing Conveyor sehingga terbagi secara merata ke 3 lubang inlet bahan bakar. a.3. Fan Terdapat 3 jenis fan yang digunakan pada Boiler, yaitu Secondary Force Draught fan, Force Drought Fan, dan Induced Draught Fan, Fuel Feed Fan berfungsi untuk memberikan dorongan terhadap bahan bakar agar dapat masuk ke ruang pembakaran. Force drought fan berfungsi memberikan dorongan sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran dalam ruang bakar, Sedangkan Force Drought Fan terdapat pada bagian bawah ruang pembakaran. Induced Draught Fan berfungsi untuk menghisap udara panas hasil pembakaran dan mengalirkannya melalui jalur tertentu sehingga dapat memanaskan semua pipa dan drum yang ada. a.4. Drum Drum pada Boiler terdapat 2 jenis Drum yang digunakan, yaitu Upper Drum, Lower Drum. Upper drum merupakan tempat penampungan air yang akan dipanaskan dan juga berfungsi sebagai tempat pengumpulan steam yang dihasilkan, sehingga pada Upper Drum terdapat 2 fase air yaitu cair dan gas. Lower Drum berfungsi sebagai tempat penampungan air yang didistribusikan ke dalam pipa air, pada Lower Drum air masih memiliki fase cair. a.5. Pipa Air Pipa air merupakan pipa tempat proses pemanasan air hingga menjadi steam berlangsung. 17

27 a.6. Indikator Level Air Indikator level air berfungsi sebagai alat penduga ketinggian air yang berada pada Upper Drum. Indikator ini berupa lampu dan alarm yang menunjukkan ketinggian air yang terpasang pada papan pengontrol. Ketinggian air di bagi menjadi 4 level, yaitu High Water Level, normal Water level, 1 Low Water level, dan 2 Low Water Level. a.7. Gelas penduga Gelas penduga berfungsi sebagai alat untuk menduga ketinggian air dalam Upper drum. a.8. Safety valve Safety valve merupakan katup pengaman yang berfungsi sebagai sistem pengaman terhadap tekanan berlebih dalam Boiler, safety valve akan membuang steam berlebih dalam Boiler apabila tekanan dalam Boiler melebihi maksimum tekanan. a.9. Dust Colector Dust Collector merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengumpulkan debu sisa pembakaran yang ikut terhisap olah Induced Draught Fan bersama gas sisa pembakaran lainya yang akan di buang ke udara bebas. a.10. Chimney Chimney merupakan cerobong asap yang berfungsi untuk membuang gas sisa pembakaran ke udara bebas. b. Turbin Uap Steam yang dihasilkan Boiler kemudian akan masuk ke turbin uap untuk menggerakkan generator penghasil listrik. Bagian-bagian utama turbin berupa rotor wheel turbin, gear box dan generator listrik. Steam yang berasal dari Boiler dengan tekanan 21-21,5 kg/cm 2 dan temperatur ᵒC, akan masuk ke turbin dan menggerakkan rotor wheel (997 Hp) sehingga menghasilkan putaran dengan kecepatan 1500 rpm. Selain itu didalam turbin juga terjadi penurunan temperatur steam hingga ᵒC. Gear box dengan daya 1096 Hp akan menurunkan kecepatan putaran hingga 1500 rpm, sehingga sesuai dengan kecepatan putaran yang dibutuhkan generator untuk menghasilkan listrik dengan daya sebesar 700Kw, tegangan sebesar 380/220 V, arus listrik sebesar 1329 A, dan frekuensi sebesar 50 Hz. c. Back Presure Vessel (BPV) BPV merupakan tangki yang digunakan untuk mengumpulkan steam langsung dari Boiler maupun steam sisa pemakaian dari turbin. Sebelum masuk ke BPV, steam dari Boiler harus dikondisikan pada tekanan 3,5 kg/cm 2 dan temperatur 120 ᵒC melalui pipa by pass. Terdapat satu unit BPV yang dilengkapi dengan pipa-pipa aliran steam menuju ke deaerator air, Sterilizer, Clarifier+Kernel+Recovery tank, dan juga ke tangki timbun (Storage Tank). Selain itu BPV juga dilengkapi denga pipa buang darurat, safety valve, dan manometer tekanan. Pada saat tekanan melewati batas 3,5 kg/cm, safety valve secara otomatis akan menurunkan tekanan dengan membuang sebagian steam. Jika safety valve tidak berfungsi tersedia pipa buang darurat yang dapat dioperasikan secara manual. 18

28 d. Diesel Genset Genset dibutuhkan untuk memenuhi suplai listrik pada awal pengoperasian Boiler dan mesin-mesin pabrik, serta suplai listrik untuk kebutuhan lingkungan pabrik dan perumahan. Setelah Boiler dan semua mesin telah beroperasi normal, Genset dipakai untuk membantu turbin menyuplai listrik. Terdapat dua unit Diesel Genset berbahan bakar solar yang dilengkapi dengan motor 1500 rpm. Konsumsi bahan bakar solar oleh genset sebanyak liter/jam. Bahan bakar solar berasal dari tangki bahan bakar dengan kapasitas liter. Listrik yang dihasilkan oleh Genset mempunyai daya 250 Kw, tegangan 380 V, dan frekuensi 50 Hz. 3. Water Treatment Plant (WTP) Stasiun Water Treatment Plant (WTP) merupakan stasiun yang mengolah air kotor menjadi bersih. Proses pengolahan air sangat penting karena sumber air yang digunakan untuk kebutuhan proses produksi memiliki kualitas yang kurang baik. Proses pengolahan kelapa sawit memerlukan pasokan air bersih yang cukup sebagai bahan baku yang digunakan untuk pembuatan steam dalam Boiler. Selain untuk keperluan produksi, kebutuhan air bersih diperlukan juga untuk kebutuhan kantor dan perumahan karyawan serta staff. Gambar 15 menunjukkan salah satu perangkat WTP. a. Sumber Air Gambar 15. Water Treatment Plan (WTP) Kebutuhan air bagi pengolahan kelapa sawit dan lingkungan di sekitar PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu bersumber dari waduk buatan sungai terdekat dari lokasi pabrik. Penyadapan terhadap air sungai dilakukan di suatu lokasi di luar areal pabrik tepat dipinggir sungai. Air sungai kemudian dipompakan ke lokasi pabrik dan ditampung di sebuah waduk buatan. Dari waduk buatan, air dipompa dan dicampurkan dengan tawas dan Soda ash. Penambahan tawas bertujuan untuk mengurangi kekeruhan air, sedangkan penambahan Soda ash dilakukan untuk menormalkan ph. Air dari waduk buatan selanjutnya dialirkan ke bagian pengolahan primer untuk diproses lebih lanjut. b. Pengolahan Primer b.1. Water Clarifier Tank Clarifier tank berfungsi untuk mengendapkan kotoran dan pasir yang terkandung pada air. Prinsip yang digunakan pada tangki ini adalah pengendapan flok-flok kotoran sehingga dihasilkan air yang lebih jernih yang kemudian dialirkan ke dalam bak penampung. PT Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki 2 unit Clarifier tank dengan kapasitas masing- 19

29 masing 120 ton. Air yang semula keruh akan menjadi jernih karena lumpur dan kotoran yang tersuspensi diikat aluminium sulfat dan froplok membentuk gumpalan-gumpalan. Gumpalan ini diendapkan pada dasar clarifier tank dan membentuk endapan lumpur. Lumpur yang terbentuk ini akan mengikat flok-flok yang baru, sehingga harus dibuang tiap hari karena dapat menyebabkan air berbau busuk. Lumpur dapat dibuang melalui pipa yang berada dibawah clarifier tank. b.2. Water Basin Air yang sudah dipisahkan lumpurnya di water clarifier tank selanjutnya akan ditampung didalam water basin. Water basin berbentuk kolam persegi dengan panjang 15 m, lebar 8 m, dan kedalaman 4 m. Di dalam water basin, lumpur-lumpur halus yang masih terikut di dalam air akan diendapkan untuk kedua kalinya. Air dari water basin selanjutnya akan dipompakan ke sand filter. b.3. Sand Filter Tank Air dari bak penampung kemudian dialirkan ke dalam sand filter tank untuk disaring. Sand filter tank berbentuk silinder tegak yang berisi pasir dengan volume 2/3 dari volume tangki. Padatan halus yang masih terkandung pada air akan melekat pada pasir sehingga diperoleh air yang lebih jernih. Air tersebut kemudian dipompa keluar untuk selanjutnya dialirkan ke water tower. Agar tidak ada pasir yang terbawa bersama air, maka pada dasar tangki dipasang filter yang berdiameter 0,02 mm. Kotoran pada pasir membentuk lumpur atau sludge yang dibersihkan dengan cara dialirkan melalui pipa atau disebut back washing. Back washinng dilakukan apabila pada pressure gauge terlihat bahwa tekanan pada pipa inlet lebih besar 1 bar daripada tekanan pada pipa outlet yang berarti lumpur di dalam tangki telah menumpuk. Selain back washing, pembersihan tangki juga dilakukan dengan cara pencucian setiap 6 bulan sekali. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki 3 unit sand filter tank dengan kapasitas masingmasing 7,2 ton air. b.4. Water Tower Water tower merupakan tempat penampungan air sementara setelah mengalami penjernihan. Selain itu water tower berfungsi mengatur distribusi air untuk dialirkan ke perumahan dan pabrik. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki 2 buah water tower dengan kapasitas masing-masing 60 ton dan 40 ton. c. Pengolahan Skunder Pengolahan sekunder dilakukan untuk mengontrol parameter kualitas air yang akan digunakan untuk kepentingan pengolahan dalam pabrik terutama pada air umpan untuk Boiler. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu menggunakan Softener Plant untuk mengolah air umpan Boiler. Sebelum diumpankan, terlebih dahulu air diberi beberapa perlakuan untuk menghilangkan kandungan mineral dan oksigen. Pertama air dialirkan ke softener tank. Tangki ini berfungsi untuk mengurangi kesadahan air yang disebabkan oleh garam-garam alkali dan mengurangi padatan tertentu. 20

30 Gambar 16. Softener Plant & Deaerator Tangki ini berisi resin yang akan bereaksi dengan mineral dan terjadi pertukaran muatan positif dari mineral tersebut dengan kation dalam resin sehingga berubah menjadi asam karbonat, asam klorida, dan asam silikat yang terlarut dalam air. Kemudian sebagai penetral, di injeksikan garam (NaCl) yang menyerap asam-asam yang telah larut. Mineral yang telah terikat kemudian dihilangkan oleh reaksi penetralan garam dan air. Air yang sudah bebas dari garam mineral dan silika disimpan pada Feed Tank sebelum dialirkan untuk mengisi Boiler. Pada tangki ini, suhu air dijaga sekitar 55 o C sampai 70 o C agar cepat mendapat kenaikan suhu dan berguna untuk mempercepat lepasnya gas CO 2 dan O 2 pada Deaerator. Daerator digunakan untuk menghilangkan gas-gas dalam air umpan Boiler. Penghilangan gas-gas ini untuk menghindari adanya gas pengoksidasi seperti O 2, CO 2, dan amonia yang berpotensi menimbulkan korosi pada pipa-pipa Boiler. Air yang masuk ke deaerator akan terpecah menjadi butiran-butiran kecil sehingga gas-gas dapat dengan mudah terpisah dari air dan dikeluarkan ke udara. Deaerator juga dilengkapi dengan pipa steam untuk menjaga suhu air tetap pada level ᵒC, penjagaan suhu air umpan Boiler pada suhu tersebut akan membantu mempercepat proses produksi steam pada Boiler. Air dari dalam deaerator kemudian dipompakan ke drum air Boiler dengan penambahan beberapa zat kimia yang berfungsi untuk mengurangi dampak korosi dan kerak yang disebabkan oleh kandungan senyawa-senyawa dalam air. D. RENDEMEN DAN LOSSES Perhitungan rendemen dan losses baik dalam produksi CPO maupun PK di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu, sangat penting untuk mengetahui sejauh mana efisiensi dan efektifitas sistem terutama mutu buah, proses pengolahan pabrik dan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, rendemen dan losses juga dipakai oleh pihak pemasaran sebagai control keuntungan penjualan. 1. Rendemen dan Losses CPO a. Rendemen CPO Rendemen CPO hasil proses produksi dihitung sebagai persentase dari perbandingan berat CPO yang dihasilkan dengan berat yang diolah. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Rendemen CPO = Berat CPO dihasilkan Berat TBS diolah x 100% 21

31 Secara teknis berat CPO yang dihasilkan dapat dihitung dengan melihat Berat CPO yang dihasilkan dengan perhitungan dari data yang didapat: Berat CPO yang dihasilkan = Stock Akhir Stock Awal + Pengiriman Sedangkan berat TBS yang diolah dapat dihitung sebagai berikut: Berat TBS diolah ton = ( Lori yang masuk rebusan ) x 4,5 ton Angka 4,5 ton merupakan asumsi kapasitas masing-masing lori yang penuh dengan TBS. b. Losses CPO Losses CPO diartikan sebagai persentase kehilangan CPO yang seharusnya menjadi bagian dari rendemen. Terdapat beberapa hal yang menjadi sumber penyebab losses CPO yakni sebagai berikut: b.1 Katekopen/USB (Unstripped Bunch) Katekopen/USB merupakan istilah lain dari buah mentah (F00) yang ditandai dengan tidak adanya brondolan buah. Pada saat penimbangan TBS, kehadiran USB hanya akan menambah tonase TBS yang diolah tanpa kemampuan menghasilkan minyak. Akibatnya losses terjadi karena rendemen actual lebih kecil dari proyeksi perhitungan rendemen terdasarkan berat TBS. secara teknis, petugas berdiri di dekat konveyor mendatar dari threser menuju incinerator, kemudian menghitung berapa banyak USB dalam 100 sampel janjang sisa threser yang mewakili tiap lori dalam satu kali proses perebusan (6 lori). Banyaknya katekopen/usb dalam pengolahan diatur oleh standar normal sebesar 0%. Namun pada kenyataannya angka 0% untuk USB sulit terjadi. b.2 Air Kondensat perebusan Salah satu tujuan Triple Peak Sterilization pada proses perebusan ialah agar steam merata ke seluruh bagian buah sehingga buah menjadi matang. Akibat panas yang dihasilkan oleh steam, sebagian minyak akan terdesak keluar dari daging buah dan kondensasi sehingga menyebabkan losses. Air kondensat dengan kandungan minyak ini akan dikeluarkan oleh operator setiap kali kondisi perebusan mencapai peak-peak yang ditetapkan. Standar normal kandungan minyak dalam air kondensat yakni maksimal 0,510% (zb/zat basah) dan maksimal 13,75% (zk/zat kering). b.3 Tandan/Janjang Kosong (Jangkos) Selain disebabkan oleh adanya minyak yang melekat pada jangkos pada saat terkondensasi di dalam perebusan, losses CPO pada jangkos juga dapat terjadi pada proses threshing. Pada saat TBS dibanting didalam threshing drum. Sebagin buah akan terlumat oleh tekanan bantingan sehingga sebagian minyak yang ada pada buah akan turut keluar mengenai janjangan. Secara teknis, petugas menyortir dan mengambil jangkos yang paling banyak berminyak pada konveyor mendatar dari threser menuju incinerator. Kadar minyak dalam jangkos dianalisis dengan metode soxhlet pada sampel jangkos sebanyak 10 gr, dan dibatasi maksimal 3% (zb) dan 5-6% (zk). 22

32 b.4 USF (Unstripped Fruit) Bila dalam limbah janjangan hasil threshing masih terdapat 0,125-0,25% buah yang melekat, maka janjangan tersebut tergolong USF. Keberadaan USF merupakan parameter proses perebusan yang tidak merata akibat adanya kantong udara, serta proses threshing yang tidak optimal. Losses terjadi karena masih banyaknya kandungan minyak pada buah yang melekat pada USF. Perhitungan USF dilakukan dengan formula sebagai berikut. Standar Berat Buah gram = 3 n=1 Berat Buah dalam (USF & USB) n 3 Hal pertama yang harus dilakukan yakni menenetukan angka standar berat buah. Petugas penghitung yang berdiri di dekat konveyor mendatar dari threser menuju tempat penampungan jangkos menghitung berapa banyak sisa buah baik dalam USF maupun USB dari 100 sampel janjangan, kemudian dihitung berat buah keseluruhan. perhitungan dilakukan tiga kali pengulangan (n), kemudian seluruh hasilnya dijumlahkan dan dirata-ratakan. Setelah angka standar didapat, maka selanjutnya dilakukan perhitungan aktual terhadap jumlah USF pada saat pengolahan. Secara teknis petugas berdiri didekat konveyor mendatar dari threser menuju penampungan jangkos, kemudian menghitung berapa banyak USF dalam 100 sampel janjangan sisa threser yang mewakili setiap lori dalam satu kali proses perebusan (6 lori). Untuk setiap USF yang didapat kemudian dihitung berat buah dalam seluruh USF tersebut. Berat Buah dalam USF Aktual gram = 8 n=1 Berat USF 8 Persamaan x dan persamaan y kemudan dipakai untuk menentukan persentase kadar buah dalam USF sebagai berikut: % Buah dalam USF = y x 1000 x 100% Hasil persentase ini kemudian dibandingkan dengan standar normal kadar buah dalam USF di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu. b.5 Ampas Press (Serabut/Fibre) Terjadinya losses CPO pada ampas press berhubungan dengan efisiensi kerja screw atau hydraulic cone pada mesin screw press. Efisiensi kerja keduanya sangat ditentukan oleh putraran kerja hagglund, tekanan kerja hydraulic cone, serta kondisi fisik screw. Bila putaran kerja hagglund dan tekanan kerja hydraulic cone tidak optimal, maka losses minyak pada ampas akan meningkat. Kadar minyak dalam ampas dianalisis dengan metode soxhlet pada sampel ampas sebanyak 10 gr, dan dibatasi maksimal sebesar 4% (zb) atau 4-6% (zk). b.6 Biji (Nut) Pada saat proses press berlangsung, sebagian minyak yang keluar akan diserap oleh permukaan biji secara alamiah. Kadar minyak dalam biji dianalisis dengan metode soxhlet pada sampel biji sebanyak 10 gr. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memberlakukan standar normal losses CPO pada biji maksimal sebesar 1,000% (zb) dan 0,5-1% (zk). 23

33 b.7 Solid Sludge yang masih mengandung minyak sekitar 7% 10% diolah lagi dengan mesin Decanter/Tricanter, yang hasilnya adalah light phase (oil decanter), heavy phase dan solid. Light phase dari decanter yang mengandung minyak 60% 70%, diolah lagi di CST. Heavy phase akan diproses lanjut di effluent treatment (pengolahan limbah) hingga mencapai BOD dan COD standar untuk aplikasi kebun, sedangkan Solid ditampung di hopper kemudian dibuang di tempat pembuangan (aplikasi pupuk). 2. Rendemen dan Losses PK a. Rendemen PK Rendemen PK hasil proses produksi dihitung sebagai persentase dari perbandingan berat PK yang dihasilkan dengan berat TBS yang diperoleh secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: Rendemen PK = Berat PK dihasilkan Berat TBS diolah x 100% Secara teknis, rendemen PK dihitung dengan mengukur perbedaan bulk kernel silo sebelum dan sesudah produksi perhari. Perbedaan volume diukur dengan bantuan selisih ketinggian galah yang dimasukkan tepat mengenai PK dalam bulk kernel silo. Berat PK dihasilkan = Selisih Ketinggian Galah x Luas Alas Silo x ρ-pk Sedangkan berat TBS yang diolah dapat dihitung sama seperti perhitungan berat TBS untuk Rendemen CPO yakni: Berat TBS diolah ton = ( Lori yang masuk rebusan ) x 4 ton Angka 4 merupakan asumsi kapasitas masing-masing lori yang penuh dengan TBS. b. Losses PK Seperti halnya losses CPO, losses PK diartikan sebagai persentase kehilangan PK yang seharusnya menjadi bagian dari rendemen. Terdapat beberapa hal yang menjadi sumber penyebab losses PK yakni sebagai berikut: b.1 USF (Unstripped Fruit) Adanya buah yang masih terdapat di USF, merupakan parameter nyata terjadinga losses inti yang terdapat dalam buah tersebut. Teknis perhitungan USF sama halnya seperti perhitungan USF untuk losses CPO. Standar normal kadar buah dalam USF di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu sebesar 0,01%. b.2 Buangan Fibre Cyclone Ketika ampas (campuran serabut/fibre dengan biji) hasil pressing dialirkan melalui CBC sehingga tiba di depericarper, fibre cyclone bukan hanya menghisap fibre pada ampas melainkan juga seluruh fraksi biji ringan pada ampas. Losses terjadi karena dari fibre cyclone ini, fraksi biji ringan yang terikut pada fibre akan bersama-sama akan dibakar di Boiler atau 24

34 dibuang ke tampat penampungan. Untuk menghitung losses PK pada buangan fibre cyclone, sampel fibre diambil sebanyak 1000 gr, kemudian ditimbang berat fraksi biji ringan yakni biji (nut), broken nut, whole kernel, dan broken kernel yang terdapat di dalam fibre. Kadar PK Inti Sawit = Berat Fraksi Biji Ringan Berat Sampel (1000 gr) x 100% Losses PK pada fibre cyclone dibatasi maksimal sebesar 0,15%. b.3 Buangan pada LTDS 1 LTDS 1 merupakan sebuah kolom yang digunakan untuk membantu pemisahan fraksi shell, biji utuh, serta biji dan whole kernel yang terlalu besar dari hasil pemecahan biji pada ripple mill. Losses PK terjadi karena terdapat fraksi ringan biji (nut), broken nut, whole kernel, dan broken kernel yang ikut terhisap bersama shell oleh LTDS 1 cyclone, untuk selanjutnya dibakar di Boiler. Untuk menghitung losses PK pada buangan LTDS 1 cyclone, sampel diambil sebanyak 1000 gr, kemudian ditimbang berat fraksi biji ringan yakni biji (nut), broken nut, whole kernel, dan broken kernel yang terdapat didalam sampel. Kadar PK Inti Sawit = Berat Fraksi Biji Ringan Berat Sampel (1000 gr) x 100% Losses PK pada LTDS 1 dibatasi maksimal sebesar 0,03%. b.4 Buangan pada LTDS 2 LTDS 2 merupakan kolom yang digunakan untuk membantu memisahkan sisa fraksi shell yang masih terikut pada whole kernel dan mixed broken kernel dari LTDS 1. Sebagaimana halnya LTDS 1, losses PK terjadi karena terdapat fraksi ringan biji (nut), broken nut, whole kernel, dan broken kernel yang ikut terhisap bersama shell oleh LTDS 2 cyclone, untuk selanjutnya dibakar di Boiler. Perhitungan losses PK pada LTDS 2 sama dengan perhitungan losses PK pada LTDS 1. Kadar PK Inti Sawit = Berat Fraksi Biji Ringan Berat Sampel (1000 gr) x 100% Losses PK pada LTDS 2 dibatasi maksimal sebesar 0,02% b.5 Shell dari Hydrocyclone Pada saat mixed broken kernel masuk ke hydrocyclone, akan terjadi pemisahan broken kernel dari shell berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Shell dengan berat jenis lebih besar akan berada dibagian bawah larutan, sedangkan broken kernel dengan berat jenis lebih ringan akan berada dibagian atas. Formulasi larutan yang tidak tepat akan mengakibatkan losses PK akibat banyaknya broken kernel yang terjatuh bersama dengan shell ke bagian bawah larutan. Perhitungan losses PK pada shell dari hydrocyclone dilakukan dengan mengambil sample sebanyak 1000 gr, kemudian ditimbang berat broken kernel yang terdapat di dalam sampel. Kadar PK Inti Sawit = Berat Fraksi Biji Ringan Berat Sampel (1000 gr) x 100% 25

35 Losses PK pada shell dari hydrocyclone dibatasi maksimal sebesar 7,820% Setelah proses analisis losses PK dari seluruh sumber penyebab diatas dilakukan, selanjutnya dihitung total losses PK terhadap TBS. perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan hasil kali angka analisis tiap-tiap sumber losses PK dengan faktor pengali tertentu yang didapat dari analisis material balance TBS. secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Total Losses PK % = S {Hasil Analisis Sumber Losses % x Faktor Pengali } Keterangan: * = berbeda untuk setiap sumber losses Realisasi rumus diatas dapat dilihat dari data losses PK di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu pada bulan Juni semester I tahun 2010 pada table losses di Lampiran 5. 26

36 IV. ANALISA POTENSI PEMANFAATAN BIOMASSA A. JENIS LIMBAH BIOMASSA Proses pengolahan kelapa sawit (TBS) di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu menjadi CPO dan Kernel tidak terlepas dari adanya biomassa sebagai hasil samping pengolahan(by-product). Adanya biomassa ini terkadang menjadi masalah terhadap dampak yang ditimbulkannya pada lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Namun, dengan adanya pengolahan lebih lanjut terhadap limbah dapat mengurangi bahaya yang ditimbulkan terhadap lingkungan, terlebih lagi apabila pengolahan limbah tersebut dapat memberikan manfaat lebih terhadap lingkungan ataupun manusia sebagai pengelolanya. Limbah biomassa yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit secara umum terdiri dari limbah padat, cair, dan gas. Limbah padat yang dihasilkan berupa janjang kosong, fiber, solid, abu sisa pembakaran Boiler dan cangkang. Limbah cair berupa sludge dan sisa air hasil pengolahan. Sedangkan limbah gas berupa asap sisa pembakaran Boiler, genset dan alat berat. Tabel 2. Jenis, Potensi, dan Pemanfaatan Biomassa di Pabrik Kelapa Sawit Jenis Potensi Per Ton TBS (%) Manfaat Tandan Kosong 23,0 % Pupuk kompos, pulp kertas, papan partikel, energy Wet decanter Solid 4,0 % Pupuk, kompos, makanan ternak Cangkang 6,5 % Arang, karbon aktif, papan partikel Serabut (Fibre) 13,0 % Energy, pulp kertas, papan partikel Limbah cair 50,0 % Pupuk, air irigasi Air kondensat Sumber: TIM PT. SP (2000) Air umpan boiler 1. Limbah Cair Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Inti Indosawit PMKS Tungkal Ulu selama proses produksi yaitu sludge. Sludge dihasilkan pada proses klarifikasi minyak. Sludge didapat dari proses pemisahan minyak ataupun dari proses pembersihan alat dan lantai produksi. Sludge yang berasal dari proses pembersihan alat dan lantai produksi diendapkan dahulu ke dalam recovery pond untuk diambil kembali minyak yang terkandung didalamnya. Sedangkan sludge yang dihasilkan dari proses pemisahan minyak langsung masuk ke penampungan untuk dipompa ke kolam limbah. Pengolahan limbah cair dilakukan dengan menerapkan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) berupa sistem kolam (ponding sistem). Gambar 17. Kolam Limbah (IPAL) 27

37 Kolam untuk proses pengolahan limbah terletak pada bagian belakang pabrik, terdapat 10 unit kolam namun yang masih digunakan 5 unit. Sludge yang dipompa dari tempat penampungan didistribusikan ke 5 kolam tersebut (Layout Kolam dapat dilihat di Lampiran 5). Pengolahan yang dilakukan terhadap limbah cair dalam kolam dilakukan dengan memanfaatkan bakteri aerob dan anaerob yang ditumbuhkan pada setiap kolam. Adanya kedua bakteri ini dapat mengubah sludge menjadi pupuk cair kaya akan unsur hara (Land Aplikasi). Gambar 18. Aplikasi Pupuk Limbah Cair (Land Application) a. Limbah Cair dari Recovery Tank Limbah cair mentah yang berasal dari Recovery tank PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki karakteristik asam dengan ph 4, suhu > 50 ᵒC. selain itu limbah cair mentah juga mengandung sedikit minyak dengan kisaran ml/l. pengolahan limbah cair ini dilakukan dengan IPAL berupa sistem kolam (ponding sistem) dengan flow sheet tertera di lampiran 4. a.1 Recovery Pond Meskipun kandungan minyak dalam limbah tergolong sangat sedikit, namun minyak tersebut masih memiliki nilai ekonomis. Selain itu adanya minyak dalam limbah berpotensi menggangu aktivitas bakteri anaerobic dalam menguraikan bahan-bahan organik yang ada dalam limbah. Berdasarkan hal tersebut, recovery pond digunakan untuk mengurangi kembali kandungan minyak dalam limbah. Recovery pond merupakan kolam berbentuk bak lingkaran dari besi dengan diameter 8 m, dan kedalaman 1 m. minyak dalam limbah cair dengan berat jenis yang lebih rendah akan naik kepermukaan kemudian jatuh ke kolom-kolom diatas effluent pond. Minyak kemudian dialirkan melalui kolom-kolom tersebut ke bak lain untuk dialirkan kembali ke sludge drain tank, sedangkan limbah cair akan dialirkan ke kolam IPAL berikutnya. a.2 Cooling Pond (Kolam Pendinginan) Cooling pond berfungsi untuk menurunkan suhu limbah agar bakteri anaerobic di anaerobic pond berkembang dengan baik. Terdapat satu unit cooling pond yang digunakan untuk menurunkan suhu limbah cair hingga < 50 ᵒC dengan bantuan cooling tower. Limbah cair ini kemudian langsung dialirkan dengan bantuan gravitasi ke acidification pond. a.3 Acidification Pond (Kolam Pengasaman) Acidification pond digunakan untuk memberikan perlakuan awal bagi limbah cair sebelum masuk ke anaerobic pond. Terdapat dua unit acidification pond dimana sisa minyak yang masih ada pada limbah cair beserta dengan kotoran-kotoran organik lainnya akan terkonversi menjadi asam-asam organik. Sebagian minyak akan teroksidasi dan 28

38 menjadi gumpalan-gumpalan yang mengapung di atas kolam. Asam-asam organik ini nantinya akan digunakan oleh bakteri anaerobic di anaerobic pond sebagai substrat dalam pembentukan senyawa-senyawa hasil samping seperti CH 4 dan CO 2. Limbah cair dari acidification pond kemudian dialirkan ke anaerobic pond dengan bantuan sebuah pipa. Laju alir limbah cair dari acidification pond dikondisikan agar gumpalan-gumpalan minyak tidak ikut masuk ke anaerobic pond sehingga tidak mengganggu efektivitas kerja bakteri anaerobik. a.4. Anaerobic Pond (Kolam Anaerobik) Anaerobic pond merupakan tempat terjadinya perombakan asam-asam organik dari limbah cair yang dilakukan oleh bakteri anaerobic. Terdapat dua unit anaerobc pond yakni primary anaerobic pond dimana proses perombakan terjadi dan secondary anaerobic pond yang digunakan untuk menampung hasil perombakan. Pada saat terjadinya perombakan oleh bakteri, terbentuk gelembung-gelembung yang cukup banyak diseluruh bagian kolam. Pada saat gas naik ke atas permukaan, gas membawa serta partikel-partikel active sludge yang terdapat di dasar primary anaerobic pond ke atas sehingga sebagian active sludge akan menutupi permukaan. Naiknya gas-gas ke permukaan primary anaerobic pond juga mempunyai efek pengadukan sehingga bakteri dan substratnya dapat merata di seluruh bagian. Limbah cair hasil perombakan dari primary anaerobic pond ini kemudian akan ditampung di secondary anaerobic pond untuk kemudian dialirkan ke sedimentation pond. a.5 Sedimentation Pond (Kolam Sedimentasi) Sedimentation pond digunakan untuk mengendapkan padatan-padatan yang terikut pada air limbah. Dengan bantuan gravitasi, padatan-padatan dengan berat jenis lebih besar akan turun ke bagian bawah sedimentation pond, sedangkan limbah cair akan dipompakan langsung ke lahan perkebunan untuk digunakan sebagai pupuk tambahan sebagai pohon kelapa sawit. Terdapat satu unit sedimentation pond di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu. a.6 Anaerobic Recirculation Pond (Kolam Anaerobik Resirkulasi) Anaerobic recirculation pond mempunyai fungsi utama sebagai tempat penampungan cadangan bagi limbah cair dari sedimentation pond. Bila stok limbah cair di lahan perkebunan masih banyak, maka pemompaan limbah cair dari sedimentation pond harus dihentikan. Sebagai gantinya limbah cair kemudian dialirkan ke dua unit anaerobic recirculation pond. b. IPAL Air Selokan Air selokan di lingkungan pabrik mengandung beberapa bahan kimia seperti sisa HCl dari cation tank, sisa NaOH dari anion tank, dan abu dari dust collector pada Boiler. Air selokan ini kemudian di alirkan ke kolam pengendapan dan akhirnya ke cooling pond di IPAL. 2. Limbah Padat Limbah padat di PT.Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu terdiri dari janjangan kosong (jangkos/empty fruit bunch), solid, ampas serabut (fibre), cangkang (shell), dan abu (dust) hasil pembakaran Boiler. Jangkos merupakan limbah padat yang dihasilkan dari hasil threshing pada threser. Pada beberapa tahun pertama pendirian pabrik sebagian jangkos dibakar di incinerator 29

39 dan abunya dipakai untuk pupuk. Namun karena limbah gas dari hasil pembakaran pada incinerator menimbulkan masalah baru, kini jangkos dimanfaatkan sebagai pupuk langsung bagi pohon kelapa sawit. Jangkos tanpa diolah lebih lanjut diletakkan dipingiran pohon kelapa sawit. Gambar 19. Janjang Kosong Hasil samping berupa cangkang (shell) dari biji (nut) kelapa sawit, terbagi menjadi dua macam yaitu cangkang kering (dry shell) dari LTDS dan cangkang basah (wet shell) dari hydrocylone. Dry shell dimanfaatkan untuk bahan bakar Boiler, sedangkan wet shell ditampung sementara ditempat penampungan untuk sewaktu-waktu dijual ke perusahaan lain untuk digunakan juga sebagai bahan bakar Boiler. Ampas serabut (fibre) dari hasil pemisahan pada derpicarper sebagian dialirkan sebagai bahan bakar selain cangkang untuk Boiler. Sedangkan sebagian lagi belum termanfaatkan dan ditampung sementara di tempat penampungan. Abu (dust) hasil pembakaran Boiler pada dust collector hingga kini hanya disiram dengan air dan dibuang bersama dengan air selokan dilingkungan pabrik. Abu kemudian akan diendapkan bersamaan dengan bahan kimia lainya di kolam sedimen. Sedangkan Solid dari pemisahan di decanter (Tricanter) digunakan sebagai pupuk, langsung diaplikasikan ke lapangan. 3. Limbah Gas Limbah gas yang terdapat di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu berupa gas buangan dari Boiler, gas buangan dari genset, uap air dari sterilizer 4 tangki perebusan). Dan gasgas yang dilepaskan oleh kolam anaerobic. Saat ini limbah gas di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dalam penerapan ISO Manajemen Lingkungan PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu tidak lagi menggunakan Incenerator untuk membakar janjang kosong dan untuk emisi gas buangan di pantau 6 bulan sekali oleh PT. Sucofindo. Gambar 20. Asap Hitam Gas Buangan Boiler 30

40 B. MONITORING LIMBAH Monitoring limbah di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dilakukan terhadap limbah cair dan gas. Hal ini akibat adanya standar wajib dari pemerintah yang mengatur pemakaian limbah cair dalam Land Application. 1. Spesifikasi Limbah Cair dan Gas Limbah cair mentah dari PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu mencakup limbah cair dari Recovery tank yang berasal dari sterilizer dan stasiun klarifikasi, dan juga limbah cair dari air selokan yang mengandung bahan kimia seperti HCl, NaOH, dan abu. Monitoring terhadap limbah cair untuk land aplikasi di pantau setiap bulan oleh laboratorium Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi Jambi, sedangkan limbah gas (Emisi gas buang) di pantau sekali 6 bulan oleh PT. Sucofindo. Hal ini telah sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam undang-undang. Parameter Tabel 3. Spesifikasi Baku mutu Limbah Cair mentah Pabrik Kelapa Sawit Debit Limbah Maksimum sebesar 2,5 m per ton CPO Kadar Maks Satuan Beban Penc. Maksimal Satuan BOD 100 Mg/l 0,25 Kg/ton COD 350 Mg/l 0,88 Kg/ton TSS 250 Mg/l 0,63 Kg/ton Minyak Lemak dan 25 Mg/l 0,0631 Kg/ton Total N 50 Mg/l 0,125 Kg/ton Ph Kg/ton Sumber: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Air, Bapedal (1995) 2. Baku Mutu Limbah Cair untuk Aplikasi Lahan (Land Application) Limbah cair dari Recovery tank yang sudah diolah oleh IPAL sistem kolam (ponding sistem) akan dimanfaatkan untuk land application sebagai pupuk bagi pohon kelapa sawit. Monitoring limbah cair untuk land application ini dilakukan pada sedimentation pond (kolam ke-6) pada IPAL sebelum dipompakan ke lahan afdeling. Pada dasarnya pemeriksaan dilakukan untuk seluruh parameter seperti pada table 4, namun parameter kritis limbah cair untuk aplikasi lahan tertera pada table berikut ini. Tabel 4. Baku Mutu limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit untuk Aplikasi Lahan (Land Application) No Uraian Batas Kepekatan 1 BOD (mg/l) < Minyak dan Lemak (mg/l) < ph 6.0 Sumber: Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Air, Bapedal (1995) Pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk/bahan pembenah tanah di perkebunan kelapa sawit PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu sangat dimungkinkan atas dasar adanya kandungan hara dalam limbah tersebut. Pemanfaatan limbah ini, disamping sebagai pupuk bahan organik, juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah, biaya tersebut diperkirakan 31

41 dapat diturunkan sebesar %. Penurunan biaya ini disebabkan limbah cair yang digunakan adalah limbah yang memiliki nilai BOD antara mg/l yang berasal dari kolam sedimentation pond. Hal tersebut memenuhi persyaratan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No. KB.310/452/MENTAN/-XII/95 tentang standarisasi pengolahan limbah pabrik Kelapa Sawit terutama untuk aplikasi lahan (land application) sebagai sumber air dan pupuk. Aplikasi limbah cair sebagai pupuk tidak boleh menyebabkan penurunan mutu air tanah, kerusakan tanah, dan penurunan mutu air tanah pada sumber-sumber air yang berasal dari air larian dari kegiatan pemanfaatan pupuk tersebut, sehingga diperlukan sumur pantau yang berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran pada air tanah. Penetapan titik sumur pantau dilaksanakan melibatkan instansi terkait seperti Bapedalda. Gambar 21. Sumur Pantau Land Aplikasi C. HASIL ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF Analisis kualitatif dan kuantitatif ini tidak dilakukan oleh Pabrik namun dilakukan oleh Bapedalda Provinsi Jambi, objek yang dianalisis adalah pada Outlet Land Aplikasi untuk mengecek level BOD dan COD, serta komponen-komponen lain dari air limbah pada kolam IPAL, hasil analisis kualitatif pada bulan Juni terhadap Outlet land aplikasi dapat di lihat pada Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5. Hasil Uji Bapedalda Provinsi Jambi terhadap air limbah ke Land Aplikasi tanggal Juni 2010 No PARAMETER SATUAN HASIL UJI SPESIFIKASI METODE 1 ph - 7,4 SNI BOD 5 mg/l 2304 SNI COD mg/l 5143 SNI Minyak dan Lemak (M/L) mg/l 20 SNI Cadmium (Cd) mg/l <0,005 SNI Cuprum (Cu) mg/l 0,233 SNI Timbal (Pb) mg/l <0,02 SNI Zink (Zn) mg/l 0,404 SNI Analisis BOD (Biochemical Oxygen Demand) Sumber: Lab. Bapedalda Provinsi Jambi. 32

42 Analisis BOD di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dilakukan di Laboratorium Badan Lingkungan Daerah (Bapedalda) dengan prosedur/metode analisis SNI Dari hasil analisis BOD pada tanggal 17 Juni-30 Juni 2010 terhadap kolam IPAL air limbah yang akan dialirkan ke land aplikasi, didapat nilai BOD 5 sebesar 2304 mg/l. - Analisis COD (Chemical Oxygen Demand) Analisis COD di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dilakukan di Laboratorium Badan Lingkungan Hidup Daerah (Bapedalda) dengan prosedur analisis SNI Dari hasil analiss COD pada tanggal 17 Juni-30 Juni 2010 terhadap kolam IPAL air selokan yang akan dialirkan ke land Aplikasi, didapat nilai COD sebesar 5143 mg/l. - Analisis TS (Total Solid) Secara teoritis, TS air limbah mengacu pada formula berikut ini: Total Solid TS = Suspended Solid SS + Dissolved Solid (DS) Meskipun TS dari formula tersebut dapat dicari dengan terlebih dahulu menganalisis SS dan DS pada air limbah. Dari hasil analisis TS pada Juni 2010 dengan metode/prosedur SNI terhadap kolam IPAL air selokan yang akan dibuang ke lingkungan, didapat nilai TS sebesar 4 mg/l. - Analisis TDS (Total Dissolved Solid) Dari hasil analisis TDS pada Juni 2010 terhadap kolam IPAL air selokan yang akan dibuang ke lingkungan, didapat nilai TDS sebesar 1900 mg/l. - Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan minyak dalam limbah fibre kelapa sawit yang merupakan salah satu penyebab utama losses minyak. Prosedur analisis ini mengikuti metode soxhlet seperti pada lampiran. Dari analisis kuantitatif terhadap fibre kelapa sawit di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu selama semester pertama tahun 2010, diperoleh kandungan minyak pada fibre yaitu sekitar ± 4 %. 33

43 V. PEMBAHASAN A. PANEN Karakteristik bahan baku akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Varietas buah kelapa sawit miliki PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu sebagian besar terdiri dari varietas tenera, namun terdapat juga buah dari varietas dura. Pengolahan kelapa sawit di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu tidak membedakan berbagai macam varietas buah. Keberadaan buah dura dapat mempersulit pemisahan cangkang dari kernel, hal ini disebabkan karena cangkang buah dura yang berkukuran besar memiliki berat yang hampir sama dengan kernel sehingga terkadang terdapat kotoran berupa cangkang dalam kernel ataupun terdapat nut kecil yang tidak pecah dan mengalami pengolahan berulang. Kualitas TBS diukur berdasarkan tingkat kematangan TBS. tingkat kematangan ini dapat mempengaruhi rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan. Dalam menjaga kualitas bahan baku yang digunakan, PT. Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu senantiasa melakukan sortasi terhadap buah setiap hari. Sortasi dilakukan baik terhadap buah yang berasal dari kebun sendiri (Inti) ataupun kebun plasma dan kebun dari luar. Sortasi dilakukan untuk mengetahui persentase kualitas buah yang dikirim oleh pihak kebun terhadap kriteria kematangan buah yang digolongkan berdasarkan buah mentah, buah kurang matang, buah matang, buah terlalu matang, dan janjang kosong. Produktifitas pohon kelapa sawit dalam menghasilkan TBS tidak selalu sama setiap bulannya. Terdapat bulan-bulan dimana produksi TBS melimpah dan juga menurun. Karakteristik musiman dari TBS ini, mempengaruhi basis frekuensi panen yang dipakai. Bila produksi TBS sedang turun, maka frekuensi panen yang biasa dipakai di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu adalah 5/7, bahkan lebih rendah lagi tergantung dari hasil kesepakatan pihak manajemen. Sebaliknya, bila produksi TBS melimpah, frekuensi panen yang dipakai akan lebih tinggi 5/7. Seecara umum frekuensi panen TBS diberlakukan dengan tujuan agar seluruh TBS terpanen pada saat fraksi TBS matang, dan agar tidak ada TBS yang dibiarkan terlalu lama tidak dipanen hingga menjadi busuk. Tim Penulis PS (1999) menegaskan bahawa pemanenan buah lewat matang (busuk) akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas (ALB) pada minyak yang akan dihasilkan, sedangkan pemanenan buah mentah akan menurunkan kandungan minyak. Penentuan basis frekuensi panen terhadap TBS, tidak lepas dari peran perhitungan angka kerapatan panen (AKP). Hasil perhitungan AKP berupa jumlah TBS matang dalam beberapa sampel pokok/pohon kelapa sawit yang diterjemahkan sebagai rencana jumlah TBS yang akan dipanen, kemudian dibandingkan dengan jumlah TBS real terpanen pada keesokan harinya. Standar kematangan sortasi yang berlaku pada PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu yang ditetapkan oleh manajemen pusat dengan mengacu pada keputusan Menteri Pertanian RI No.395/KPTS/OT.140/IV2005 tentang Pedoman Penetapan Harga Pembelian Tandan Buah Segar (TBS), kematangan buah di kategorikan terhadap beberapa fraksi, yaitu: a. Fraksi F00 TBS yang termasuk fraksi F00 mutlak masih mentah, yang ditandai dengan tidak adanya (0%) brondolan dari buah dari permukaan kulit TBS terluar. b. Fraksi F0 TBS dengan fraksi F0 tergolong masih mentah walaupun masih ada 1-12,5% brondolan buah dari permukaan kulit TBS terluar. c. Fraksi F1, F2, F3, F4, dan F5 34

44 TBS fraksi ini sudah tergolong matang yakni terdapat 12,5-75% brondolan buah dari permukaan kulit TBS terluar. d. Fraksi F6 Buah pada fraksi ini sudah tergolong busuk dan tidak seharusnya ikut dipanen. Fraksi ini ditandai dengan adanya brondolan buah >75% dari permukaan kuliat TBS terluar e. Gangang Panjang Pada saat pemanenan, buruh panen diwajibkan untuk memotong batang/ganggang TBS sehingga membentuk potongan seperti huruf V. adanya gangang panjang akan menambah tonase TBS yang diolah dan cenderung menghisap minyak saat perebusan sehingga mempengaruhi perhitungan rendemen. f. Brondolan Buah dalam bentuk brondolan turut dihitung dalam proses sortasi. Jumlah brondolan merupakan parameter kualitas TBS secara overall pada truk. g. Sampah Kategori sampah dalam proses sortasi mencakum janjang kosong (jangkos), tanah, dan sampah-sampah lain yang terikut pada saat pemanenan. TBS berupa jangkos tidak layak untuk dipanen. Pada fraksi ini hampir tidak ada buah pada TBS atau brondolan mendekati 100%, kalaupun ada hanya satu dua saja. Adanya jangkos, tanah dan sampah-sampah lain pada truk hanya akan menambah tonase TBS yang diolah tanpa memberikan hasil sehingga mempengaruhi rendemen. Hasil sortasi terhadap TBS yang dikirim dari kebun sendiri (inti) dapat dijadikan sebagai patokan dan evaluasi terhadap kualitas buah dari kebun. Selain itu hasil sortasi ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan yang digunakan untuk mengetahui rendemen minyak dan kernel yang dihasilkan serta dapat juga digunakan untuk menganalisa mutu produk yang dihasilkan pada pabrik kelapa sawit. Sortasi dilakukan tidak hanya untuk melihat kualitas buah berdasarkan tingkat kematangan, ataupun kerusakan, tetapi juga dapat dijadikan sebagai pantauan terhadap kualitas dan kinerja pemanen buah. Menurut Ketaren (1996), pemanenan yang baik dilakukan pada saat buah mencapai tingkat kematangan tertentu (ripe). Waktu panen yang tidak tepat akan mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) atau Free Fatty Acid (FFA) dalam buah. Buah yang erlalu matang akan cenderung mengandung FFA yang lebih tinggi, sedangkan buah yang mentah masih memiliki kandungan minyak yang sedikit. Selain dari waktu pemanenan, buah yang menginap di tempat pengumpulan hasil akan meningkatkan kadar FFA dalam buah. Menurut Pahan (2006) TBS memiliki kandungan asam lemak bebas sekitar 2% pada saat dipanen dan akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Gambar 22. Meja dan Contoh Sortasi TBS 35

45 Selain itu kualitas dan kinerja pemanen dapat dilihat dari panjangnya janjang yang dipotong, janjang yang terlalu panjang akan mengurangi rendemen minyak yang didapat karena dalam proses perebusan TBS akan cenderung menyerap minyak. Proses pemanasan saat perebusan akan menyebabkan kadar air dalam janjang berkurang akibat terjadinga kondensasi sedangkan minyak yang terdapat dalam buah sebagian kecil ikut terekstrak dan ikut bersama air kondensasi sehingga janjang yang dalam keadaan air rendah dapat menyerap minyak. Keberadaan buah keras dan buah mentah dalam proses produksi menyebabkan sulitnya proses perontokan brondolan dari janjang pada Threser. Sehingga terkadang masih terdapat brondolan dalam janjang yang tidak lepas dan ikut terbuang bersama janjang kosong ataupun mengalami perebusan dua kali. Persentase dari buah keras yang diperbolehkan dalam standar sortasi sebesar 3% dan buah mentah sebesar 0%. B. PROSES PRODUKSI Proses pengolah kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit atau CPO melalui beberapa tahapan, proses ini dimulai dari penimbangan kelapa sawit pada Weight Bridge, Stasiun Loading Ramp, Stasiun Sterilization, Stasiun Threser, Stasiun Press, Stasiun Clarification hingga ke Storage Tank. Sedangkan untuk menghasilkan kernel dan cangkang, dari Stasiun Press Masuk ke Stasiun Nut and Kernel. Secara Keseluruhan proses pengolahan TBS melalui stasiun-stasiun tersebut menjadi Crude Palm Oil/CPO dan Palm Kernel/PK dan by-product yang dihasilkan oleh PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu secara umum dapat dilihat dari Material Balance proses produksi sebagai mana di gambarkan di bawah ini. Gambar 23. Material Balance Proses 36

46 Proses produksi di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu yang dimulai dari penimbangan kelapa sawit pada Weight Bridge sampai dengan dispatch/pengiriman adalah sebagai berikut: 1. Stasiun Jembatan Timbang (Weight Bridge) Weighing Bridge merupakan stasiun yang digunakan sebagai tempat penimbangan/alat ukur berat kapasitas besar yang biasanya digunakan untuk mengukur berat TBS, CPO, PK dan janjang kosong yang dikirim ke kebun ataupun untuk menimbang solar yang masuk ke pabrik dengan perantara berupa kendaraan berat seperti truk. Weighing Bridge yang digunakan berbentuk plat dari besi berukuran 8 x 2,5 meter dengan kapasitas maksimal 40 ton interval 10 kg. Pengukuran berat dengan weighing bridge memakai sistem elektronik yang dilengkapi dengan load cell dan sensor, sehingga mampu menghasilkan output angka di monitor pengendali. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki dua unit Weighing Bridge yang digunakan untuk menimbang TBS, PK, CPO yang masuk dan keluar dari pabrik. Weighing bridge dioperasikan oleh satu orang operator. Mekanisme timbang dilakukan sebanyak dua kali, penimbangan pertama dilakukan terhadap truk bermuatan (bruto), sedangkan pengimbangan kedua dilakukan terhadap truk kosong (tarra), selisih penimbangan truk bermuatan dengan truk kosong merupakan berat bersih (netto) muatan. Setiap kendaraan yang ditimbang akan memiliki karcis timbang. Karcis timbang dapat digunakan sebagai bukti dari berat barang yang keluar atau masuk pabrik. Kendaraan yang mengangkut CPO, kernel dan cangkang akan disertai dengan surat izin keluar, khusus untuk produk berupa CPO dan kernel disertai juga dengan surat pengiriman yang berisi mutu dari produk yang dikirimkan beserta nomor segel yang digunakan. 2. Stasiun Penampungan TBS Sementara (Loading Ramp) 2.1 Loading Ramp Loading Ramp merupakan tempat penampungan sementara TBS sebelum masuk ke tangki rebusan (sterilizer). PT.Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki satu unit loading ramp yang memiliki 14 pintu. Kapasitas maksimal per loading ramp yaitu 150 ton (24 kurang lebih 6 ton/truk) setiap pintu loading ramp digerakkan oleh pompa hidrolik yang dioperasikan melalui tuas di dekat pintu. Kemiringan loading ramp yakni sekitar 30ᵒ. 2.2 Lori Lori adalah wadah baja yang berfungsi sebagai tempat penampungan TBS dari loading ramp sekaligus sebagai wadah TBS saat perebusan. Bagian lori terdiri dari badan lori, ring rantai, kaitan, serta roda. Ring rantai digunakan sebagai tempat untuk mengaitkan rantai pada Tippler, sedangkan kaitan digunakan sebagai alat sambungan antar lori dan juga berfungsi sebagai tempat mengaitkan tali dari alat penarik lori. Roda lori digunakan untuk memudahkan perpindahan lori dari satu tempat ke tempat lain melalui rel. Badan lori dilengkapi dengan lubang-lubang yang berfungsi membantu sirkulasi steam yang merata 37

47 dan memudahkan pengeluaran air kondensat. Lori di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki kapasitas 4 4,5 ton TBS/unit. 2.3 Capstand Capstand merupakan mesin yang digunakan untuk menarik lori. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki enam unit capstand dengan alokasi berbeda-beda fungsi yaitu tiga unit capstand untuk menarik lori dari loading ramp ke sterilizer, dua buah capstand untuk menarik lori dari sterilizer ke stasiun rantai Tippler dan dua buah unit capstand untuk menarik lori kosong dari stasiun rantai Tippler kembali ke loading ramp. Capstand di gerakkan oleh elektromotor berdaya 16 kw, dengan kecepatan rotasi motor sebesar 1450 rpm. Penggunaan capstand diawali dengan mengaitkan tali capstand ke kaitan lori, elektromotor kemudian akan memutar katrol tali sehingga tali melilit dan sekaligus menarik lori. 2.4 Transfer Carriage Transfer carriage digunakan untuk memindahkan lori dari rel loading ramp ke rel rebusan. Transfer cariage dapat memindahkan 3 buah lori dalam setiap kali pemindahan, PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki empat unit Transfer cariage yang digerakkan dengan elektromotor. 2.5 Tippler Tippler berfungsi sebagai alat bantu penuangan TBS dari lori ke threser setelah melalui proses perebusan. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki 2 unit Tippler yang dioperasikan oleh satu orang operator. Bagian utama tippler berupa katrol rantai yang digerakkan dengan elektromotor. Mekanisme penuangan TBS ke threser dilakukan oleh katrol rantai yang dapat berputar 180ᵒ. 3. Stasiun Sterilisasi TBS (Sterilization) Proses sterilisasi TBS dilakukan dengan sterilizer (rebusan). Sterilizer berbentuk tangki silinder horizontal berkapasitas 6 lori ( 25 ton TBS). Sterilizer di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu terdiri dari empat unit dengan spesifikasi temperatur maksimal sebesar 200 ᵒC dengan tekanan maksimal 3 bar. Lori mempunyai banyak lubang-.lubang yang berfungsi membantu sirkulasi steam yang merata dan memudahkan pengeluran air kondensat. Tujuan perebusan TBS adalah untuk menurunkan kadar air TBS sehingga buah lebih mudah lepas, membunuh bakteri pembusuk, inaktifasi enzim perusak, melunakkan daging buah dan memudahkan proses pemisahan inti dari cangkang buah. Bagian-bagian sterilizer terdiri dari safety valve (katup pengaman), manometer tekanan, pipa exhaust, pipa inlet, pipa kondensat, dua buah pintu, rel dan pondasi. Steam masuk ke dalam sterilizer melalui pipa steam inlet dan keluar mealui pipa steam exhaust. Safety valve mengatur tekanan steam di dalam sterilizer dengan pengaturan tekanan maksimal 2,8 bar. Jika tekanan uap didalam steam melebihi pengaturan 2,8 bar, maka safety valve akan terbuka dan mengeluarkan steam dengan tujuan menurunkan tekanan. Air kondensat rebusan TBS dikeluarkan melalui pipa kondensat menuju ke bak blowdown. 38

48 Perebusan di sterilizer menggunakan tekanan kerja 3 bar dengan sistem perebusan tiga puncak (Triple Peak Sterilization). Peak yang dimaksud yakni pengaturan pengingkatan tekanan mulai 1,5 kg/cm, 2,5 kg/cm, hingga 3 kg/cm. pengaturan masa rebus diatur melalui matrik khusus berdasarkan adanya TBS mentah yang terikut dalam lori. Proses perebusan buah berlangsung selama 90 menit pada suhu ± 135 ᵒC, namun lama perebusan ini dapat berubah dan diatur sesuai dengan keadaan buah. Menurut Pahan (2006), proses perebusan buah diatas suhu 50 ᵒC selama beberapa detik dapat menginaktifkan enzim yang dapat menghidrolisis minyak. Namun ditinjau dari proses pengolahan, proses perebusan harus dilakukan dengan suhu yang tinggi. Mentah 5% 95 menit Double Peak 10% 100 menit Double Peak 15% 105 menit Double Peak Tabel 5. Matrik Pengaturan Masa Rebus Tekanan Kerja 2,2 Bar 2,5 Bar 2,8 Bar 90 menit Triple Peak 95 menit Triple Peak 100 menit Triple Peak 85 menit Triple Peak 90 menit Triple Peak 95 menit Triple Peak Setiap kali tekanan mencapai daerah triple peak yang dapat dilihat di indikator diagram lingkaran, petugas rebusan akan menutup pipa steam inlet dan membuka pipa steam exhaust melalui panel control rebusan. Air kondensat hasil rebusan di dalam sterilizer, selanjutnya akan masuk ke blow down chamber dan bak blow down untuk di tampung sementara sebelum dialirkan ke Recovery tank. Penggunaan Sterilizer untuk proses perebusan tidak dapat dilakukan secara bersamaan pada waktu start yang sama, hal ini dikarenakan steam yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan steam selama proses tersebut, sehingga untuk menanggulangi masalah tersebut proses perebusan dalam Sterilizer yang berikutnya dimulai setelah beberapa menit sterilizer yang pertama berjalan. Kapasitas perebusan buah dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan kapasitas terpasang pabrik atau throughput sterilizer, hal ini disebabkan karena perebusan merupakan proses pertama yang menjadi patokan terhadap keberlangsungan proses-proses lainya. Kapasitas terpasang pabrik dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Kapasitas Pabrik = Jumlah rebusan x jumlah lori tiap rebusan x kapasitas lori waktu perebusan + buka tutup sterilizer x 60 Berdasarkan rumus tersebut maka dapat diketahui kapasitas terpasang PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu sebagai berikut: Kapasitas Pabrik = 4 x 6 x 4, x 60 = 64,8 ton jam (± 60 ton jam ) 39

49 4. Pembantingan/Perontokan TBS (Thresing) Setelah selesai direbus, lori berisi TBS kemudian ditarik dengan penarik double wing menuju Tippler. Satu persatu lori akan di naikkan dengan tippler. Setelah lori tepat di dalam tippler, katrol pada tippler akan memutar lori sehingga TBS yang telah direbus jatuh ke bagian hooper dan bunch conveyor dari thereser. Therser berfungsi untuk memisahkan buah/brondolan dari TBS yang telah direbus. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki 4 unit threser dengan kapasitas masing-masing thereser sebesar 30 ton TBS/jam. TBS yang diangkut oleh Tippler dijatuhkan di bagian bunch conveyor dari theser. Bunch conveyor secara bertahap akan mengumpankan TBS ke bagian thhresing drum yang berada dibawahnya. Threshing drum memiliki lengan-lengan bergerigi yang disebut beater arm. TBS yang masuk ke threshing drum akan berputar secara horizontal. TBS berulang kali terangkat kemudian jatuh terbanting, sehingga buah/brondolan akan lepas dari tandannya. Melalui kisi-kisi threshing drum, brondolan masuk ke konveyor untuk dialirkan menuju digester. Sedangkan tandan/janjang kosong (jangkos) akan terdorong keluar dengan bantuan beater arm menuju konveyor mendaki (janjang-mendaki) untuk kemudian di bakar di incinerator. 5. Stasiun Pengempaan (Press) Sebelum masuk ke bagian pressing, buah dialirkan dengan konveyor menuju digester. Didalam digester buah dilumatkan sehingga daging buah berupa serabut berminyak terkelupas dari biji. Digester memiliki dua jenis pisau yakni pisau pengaduk yang mempunyai fungsi utama untuk melumatkan buah. Serta pisau pelempar yang berfungsi menyalurkan buah yang telah dilumat ke mesin pengempa. Digester juga dilengkapi dengan angle bars yang terdapat disekeliling dinding digester. Pelumatan buah terjadi akibat adanya tekanan dan gesekan buah diantara pisau pengaduk dengan angle bars yang disertai dengan gesekan antar buah. Proses pelumatan buah dibantu dengan steam dengan temperatur minimal ᵒC. Buah yang telah lumat kemudian masuk ke mesin pengempa berupa screw press yang berfungsi untuk memeras minyak kasar (crude oil) dari serabut berminyak. Screw press mempunyai dua buah ulir yang berputar berlawanan arah, serta dilengkapi dengan sepasang hydrolic cone yang membantu penekanan saat proses pressing berlangsung. Tekanan yang diberikan dalam proses press harus benar-benar optimal agar tidak banyak minyak yang tertinggal di dalam ampas serabut. Tekanan juga tidak diperkenankan terlalu besar agar ini tidak banyak yang pecah (brokenkernel). Minyak kasar hasil pressing kemudian dialirkan dengan oil gutter menuju sand trap tank untuk kemudian dimurnikan, sedangkan ampas hasil pressing dialirkan menuju cake breaker conveyor (CBC) untuk memudahkan pemisahan antara serabut dengan biji. 5.1 Digester Digester berfungsi untuk mengaduk dan melumatkan buah brondolan (selama menit) sehingga daging buah berupa serabut berminyak terpisah dari biji. Hal ini penting untuk memudahkan pengeluaran minyak pada saat pressing. Digester di PT. Inti Indosawit, PMKS Tungkal Ulu berjumlah enam unit dengan kapasitas masing-masing digester sebesar 10 ton 40

50 TBS/jam. Digester berbentuk silinder vertikal dengan dilengkapi dengan dua jenis pisau didalamnya yakni pisau pengaduk yang mempunyai fungsi utama untuk melumatkan buah, serta pisau pelempar yang berfungsi menyalurkan buah yang telah dilumatkan ke mesin pengempa. Pisau-pisau ini tersusun secara vertikal, enam buah pisau dibagian atas merupakan pisau pengaduk, sedangkan tiga buah pisau dibagian bawah merupakan pisau pelampar. Digester juga dilengkapi dengan angle bars di sekeliling dindingnya, yang berfungsi membantu pelumatan buah saat pisau pengaduk berputar. Motor penggerak putaran pisau memiliki daya sebesar 30 Hp dengan putaran 1475 rpm. Untuk mempercepat proses pelumatan buah, digester diberikan panas oleh pipa injeksi steam hingga temperatur mencapai ᵒC. 5.2 Screw Press (Mesin Pengempa Ulir) Screw press merupakan alat untuk memeras minyak kotor (Crude oli) dari daging buah. Bagian-bagian dari screw press berupa dua buah screw (ulir), sarang screw berupa cage press, dinding dalam berupa oiling plate, dan gear box yang digerakkan oleh alat bernama Hagglund. Sebuah pompa mengalirkan oli kedalam Hagglund, sehingga Hagglund dapat berputar menggerakkan dua buah gear pad gear box yang mewakili dua buah screw (ulir). Kedua screw berputar berlawanan ke arah dalam sehingga daging buah yang masuk diantaranya akan terjepit diantara ulir-ulir dan mengeluarkan minyak. Proses pengempaan dengan screw press dibantu oleh dua buah cone yang digerakkan maju mundur secara hidrolik. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki enam unit screw press dengan kapasitas masing-masing screw press sebesar 10 ton TBS/jam. 5.3 Oil Gutter Oil gutter berfungsi sebagai talang penampungan minyak kotor setelah melalui proses pressing dengan screw press. Oil gutter selanjutnya membawa minyak ke sand trap tank. 6. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification) Pemurnian minyak bertujuan untuk mengurangi kadar air beserta kotoran di dalam crude oil sehingga menjadi CPO yang siap jual. Minyak kasar yang berasal dari screw press akan masuk ke dalam saluran oil gutter untuk kemudian dialirkan menuju sand trap tank. Di dalam sand trap tank, air panas dari hot water tank ditambahkan ke crude oil untuk memudahkan proses pengendapan pasir. Selanjutnya crude oil dari sand trap tank akan masuk ke vibrating screen untuk pemisahan ampas. Vibrating screen memiliki dua saringan dengan ukuran lubang berbeda yakni 20 mesh dan 40 mesh. Ampas dari crude oil akan tersaring dan terdorong kepinggiran saringan, lalu jatuh ke konveyor melintang bawah (Bottom Cross Conveyor). Konveyor akan membawa ampas kembali ke digester untuk kemudian di press ulang. Crude oil yang telah diproses di vibrating screen kemudian masuk ke crude oil tank (COT) untuk dipanaskan kembali dengan menginjeksikan steam pada suhu 90 ᵒC. selain itu di dalam COT juga terjadi pengurangan kadar air minyak samapi 10-15%. Crude oil dari COT kemudian dipompa ke Continous Settling tank (CST) untuk diendapkan. Di dalam CST terdapat stirrer yang berfungsi mengaduk crude oil selama pengendapan. Pengendapan crude oil dalam CST akan memisahkan minyak, fraksi sludge dan fraksi air. Fraksi minyak dengan berat jenis rendah akan berada di bagian atas sehingga mudah 41

51 untuk dikutip menggunakan skimmer. Minyak dari skimmer (dengan kadar air maksimal sebesar 0,6% dan kadar sludge maksimal 0,4%) kemudian masuk ke Clean Oil Tank. Di dalam clean oil tank, minyak dipanaskan kembali pada suhu steam 90 ᵒC sebelum masuk ke oil purifier. Oil purifier berfungsi mengurangi kadar sludge yang terikut pada minyak. Pemisahan sludge terjadi dengan memanfaatkan gaya sentrifugasi dari putaran bowl di dalam oil purifier yang digerakkan oleh elektromotor 7510 rpm. Bowl akan memutar minyak dengan kadar sludge tinggi sehingga terjadi pemisahan minyak dengan fraksi sludge. Minyak kemudian berkumpul di lubang tengah bowl untuk kemudian dialirkan melalui pompa vacuum menuju vacuum dryer. Meskipun fraksi sludge sudah dipisahkan di oil purifier, pada kenyatannya masih ada sedikit sludge yang terikut didalam minyak. Dalam hal in, PT Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu mengambil kebijakan bahwa kadar sludge maksimal pada minyak yang diperbolehkan masuk ke vacuum dryer yaitu sebesar 0,015%. Vacuum dryer berfungsi untuk menurunkan kadar air dalam minyak. Di dalam vacuum dryer terjadi penurunan kadar air minyak hingga 0,1%. Minyak dari vacuum dryer kemudan ditampung sementara di oil transfer tank. Setelah itu, minyak kemudian dialirkan ke tangki timbun sehingga siap dipasarkan. Fraksi sludge yang berada di tengan CST akan dialirkan menuju sludge tank melalui bagian under flow dari CST. Didalam sludge tank dengan suhu steam 90 ᵒC, sludge akan membentuk dua fraksi sludge, sludge yang mengandung banyak minyak sisa berada diatas, sedangkan sludge yang tidak banyak mengandung minyak berada dibawah. Sludge dibagian bawah akan mengalir ke sludge drain tank untuk selanjutnya dibawa kembali ke CST, sedangkan sludge di bagian atas dipompa oleh sand cylone untuk memisahkan pasir didalam sludge. melalui pompa sand cyclone ini, sludge kemudian dialirkan ke sludge buffer tank untuk dihomogenisasikan sehingga memudahkan proses pemisahan minyak di tricanter. Sebelum masuk ke Tricanter, sludge harus melewati brush strainer untuk memisahkan fibrefibre halus didalam sludge yang akan menggangu proses pemisahan. Dari brush strainer, sludge kemudan masuk ke tricanter untuk memisahkan miyak yang terikut didalamnya. Prinsip kerja tricanter hampir sama dengan prinsip kerja oil purifier, yakni dengan bantuan gaya sentrifugal. Sludge diputar oleh bowl di dalam tricanter dengan kecepatan motor 5010 rpm. Sludge dengan berat jenis lebih besar akan terlempar sedangkan minyak (reclaimed oil) akan membentuk fraksi sendiri di bagian tengah bowl. Minyak hasil pemisahan di Tricanter ditampung sementara di Reclaimed Oil Tank. Melalui reclaimed oil pump, minyak kemudan dikembalikan ke CST untuk diproses ulang. Sludge yang sudah dipisahkan minyak oleh tricanter kemudan dibuang melalui 8 buah nozzle ke saluran pembuangan menuju ke Recovery tank. Akibat berat jenis minyak yang rendah, sisa minyak dari sludge pada Recovery tank akan mengapung diatas. Minyak ini dapat diambil kembali melalui pompa kutip kemudan ditampung dalam sludge drain tank untuk selanjutnya dikembalikan ke CST. Sedangkan sludge dengan kandungan minyak yang sangat rendah akan dialirkan ke effluent treatment sebelum diproses lebih lanjut di kolam limbah. e.1. Sand Trap Tank Sand trap tank digunakan untuk memisahkan pasir dari crude oil hasil pressing yang dialirkan melalui oil gutter. Sand trap tank berberntuk silinder vertikal yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. Sand trap tank dilengkapi dengan pipa steam untuk menjaga 42

52 temperatur crude oil pada level ᵒC. Untuk memudahkan proses pemisahan pasir dari crude oil, pada sand trap tank terdapat pipa air yang mengalirkan air panas dari hot water tank. Air panas akan diserap oleh pasir sehingga pasir akan terikut bersama sebagian air yang turun ke bagian bawah, sedangkan crude oil akan naik ke bagian atas sand trap tank di bagian bawah sand trap tank terdapat kran untuk membersihkan campuran pasir dan air yang terdapat di bagian bawah sand trap tank. e.2. Vibrating Screen (Saringan Getar) Vibrating screen digunakan untuk membersihkan ampas padat yang terikut bersama crude oil. Bagian utama vibrating screen berupa dua tingkat saringan dengan ukuran lubang pada kawat saringan sebesar 20 mesh (saringan atas) dan 40 mesh (saringan bawah). Untuk membantu proses penyaringan, maka vibrating screen memiliki elektromotor yang digunakan untuk menggetarkan saringan. Pada saat crude oil dari sand trap tank jatuh kebagian saringan dari vibrating screen, getaran saringan menyebabkan ampas padat yang tersaring bergerak ke dinding saringan. Kemudian ampas akan keluar melalui lubang pada salah satu sisi dinding dan dimasukkan kembali ke konveyor menuju digester dan screw press untuk di pressing ulang. Air panas yang ditambahkan pada crude oil di sand trap tank turut membantu memudahkan proses pemisahan ampas padat di vibrating screen. e.3. Crude Oil Tank (COT) COT berfungsi sebagai tempat penampungan crude oil sementara yang telah diproses dari vibrating screen. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki empat unit COT. COT dilengkapi dengan dua ruangan yang dibatasi oleh sekat, kran air, termometer, dan pompa untuk mengalirkan crude oil dari COT ke Continous Settling tank (CST). Di dalam COT bersuhu 90 ᵒC, terjadi pemisahan awal emulsi (air+sludge) dari crude oil. Crude oil didalam ruangan pertama COT mengalir melewati plat-plat miring menuju sekat antar ruangan. Crude oil yang banyak di bagian atas akan melewati bagian atas sekat dan masuk keruangan kedua, sedangkan emulsi secara alami berada di bagian bawah. Emulsi ini kemudian dapat dibuang melalui kran air, sedangkan crude oil di ruangan kedua akan dipompa menuju CST. e.4. Continous Settling Tank (CST) Continous Settling Tank (CST) merupakan tangki yang digunakan untuk mengendapkan sludge dari crude oil. CST berbentuk silinder vertikal yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki dua unit CST dengan kapasistas masing-masing CST sebesar 60 ton. Bagian-bagian CST terdiri dari pipa injeksi steam dengan suhu 90 ᵒC, steam coil yang terdapat di dalam CST, stirre agitator yang digerakkan oleh elektromotor, skimmer, dan kolom under flow. Crude oil di dalam CST dipisahkan diaduk dengan strirer agitator untuk membantu memisahkan crude oil menjadi tiga fraksi yakni fraksi minyak (oil), fraksi emulsi (air +sludge), dan faksi sludge. Faksi minyak akan dikutip oleh skimmer dan dialirkan menuju oil tank, sedangkan fraksi sludge dari CST akan dialirkan melalui kolom under flow menuju sludge tank. Minyak dari CST yang akan masuk ke oil tank diatur kualitas pengotornya oleh PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu, yakni kadar air maksimal 0.6% dan kadar sludge maksimal 0,4%. 43

53 e.5. Clean Oil Tank Oil tank merupakan tangki penampung minyak berbentuk silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. Terdapat dua unit oil tank dengan kapasitas masingmasing sebesar 24 ton. Oil tank dilengkapi dengan pipa injeksi steam dan termometer untuk mnjaga temperatur minyak pada oil tank pada 90 ᵒC. minyak pada oil tank dengan kadar air maksimal 0,6% dan kadar kotoran maksimal 0,4% selanjutnya dialirkan dengan pompa menuju oil purifier. e.6. Oil Purifier Oil purifier digunakan untuk menurunkan kadar sludge dari minyak yang dialirkan dari oil tank. Bagian utama dari oil purifier berpa bowl dengan lubang di tengahnya. Pemisahan sludge dari minyak terjadi akibat adanya gaya sentrifugal yang diberikan oleh putaran bowl sebesar 7510 rpm yang digerakkan oleh elektromotor berdaya 11 Kw. Oil purifier di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu berjumlah 2 unit. Suhu kerja dipertahankan pada level 90 ᵒC. minyak yang keluar dari oil purifier dengan kadar sludge maksimal 0,015% dan kadar air maksimal 0,5%, kemudian dipompa dengan pompa vacumm menuju vacuum dryer. Sludge sisa hasil pemisahan dibuang melalui saluran pembuangan menuju ke Recovery tank. e.7. Vacuum Dryer Vacumm dryer digunakan untuk mengurangi kadar air dalam minyak yang telah dibersihkan dari sludge di oil purifier. Kadar air minyak diturunkan hingga 0,1% dengan prinsip pengeringan vacuum bertekanan 0,9 bar. Minyak yang telah diproses menggunakan vacuum dryer selanjutnya dialirkan menuju oil transfer tank sebelum dialirkan lagi menuju ke tangki timbun (Storage Tank). e.8. Oil Transfer Tank Oil transfer tank digunakan sebagai tempat penampungan sementaraa minyak yang telah diproses di vacuum dryer. Fungsi lain dari oil transfer tank yaitu sebagai tempat pengecekan akhir kualitas yang akan di simpan di tangki timbun (storage tank). Pengecekan dilakukan terhadap kadar air maksimal sebesar 0,1% dan kadar sludge maksimal sebesar 0,013-0,015%. e.10. Sludge Tank Sludge tank merupakan tangki penampungan sludge berbentuk silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik. Terdapat dua unit sludge tank dengan kapasitas masingmasing 24 ton. Sludge tank dilengkapi dengan pipa injeksi steam dengan termometer untuk menjaga temperatur sludge pada level 90 ᵒC. didalam sludge tank, sludge terpisah menjadi dua fraksi, yakni fraksi berat dan fraksi emulsi (sludge +air +minyak). Fraksi berat dari sludge yang berbeda dibagian bawah sludge tank akan dialirkan ke sludge drain tank untuk kemudian dipompa kembali ke CT untuk diproses ulang. Sedangkan fraksi emulsi akan dialirkan melalui sand cyclone ke sludge buffer tank. e.11. Sand Cyclone Sand cyclone digunakan untuk mengurangi jumlah pasir yang pada fraksi emulsi sludge dari sludge tank. Pasir akan jatuh dan mengendap di bagian bawah sand cyclone, sedangkan 44

54 fraksi emulsi sludge akan dipompa menuju sludge buffer tank. PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki sand cyclone sebanyak 4 unit. e.12. Sludge Buffer Tank Aliran emulsi sudge dari sludge tank melalui pompa sand cyclone memiliki kadar campuran dalam emulsi (sludge, air, minyak) yang tidak merata pada setiap bagiannya. Terhadap dua buah sludge buffer tank yang digunakan untuk meratakan kadar campuran dalam emulsi sehingga membantu efektifitas kerja Tricanter. Sludge buffer tank berbentuk limas persegi panjang dengan suhu 90 ᵒC. e.13. Brush Strainer Brush Strainer digunakan untuk memisahkan fiber-fiber halus yang terikut didalam emulsi sludge. Terdapat dua buah brush strainer berbentuk silinder yang bagian bawahnya bernbentuk kerucut terbalik. Bagian utama dari struktur brush strainer berupa rotary screen yang digerakkan oleh elektromotor berdaya 0,3 Hp. Fiber dari emulsi sludge akan tertinggal di sisi dalam rotary screen untuk kemudian dibuang setiap satu jam sekali, sedangkan emulsi sludge akan dialirkan menuju ke Tricanter. e.14. Tricanter Tricanter merupakan instrument yang berfungsi memisahkan minyak dari emulsi sludge. Terdapat dua unit tricanter dengan prinsip kerja hampir sama dengan oil purifier, yakni dengan bantuan gaya sentrifugal dari bowl yang diputar menggunakan elektromotor 5010 rpm. Minyak dari emulsi sludge akan terkumpul di lubang tengan bowl untuk kemudian dialirkan ke reclaimed oil tank, sedangkan sludge & Solid dengan kandungan minyak rendah dibuang melalui 8 buah nozzle ke saluran penampungan menuju ke Recovery tank. e.15. Reclaimed Oil Tank Reclaimed oil tank digunakan sebagai tempat penampungan minyak sisa (reclaimed oil) hasil pemisahan dari emulsi sludge pada Tricanter/Decanter Terdapat satu unit reclaimed oil tank yang digunakan untuk menampung minyak dari tricanter. Minyak di reclaimed oil tank kemudian akan dibawa melalui reclaimed pump kembali menuju CST untuk diproses ulang. e.16. Recovery tank Recovery tank merupakan kolam panampungan sludge sisa hasil proses pemisahan pada oil purifier dan tricanter, serta air kondensat yang ditampung terlebih dahulu di bak blowdown. Sludge dengan kandungan minyak yang rendah ditampung dalam Recovery tank, Recovery tank dilengkapi dengan sekat-sekat yang berlubang di bagian bawahnya yang berfungsi sebagai alat bantu pemisah fraksi sludge berminyak dengan sludge jenuh. Akibat berat jenis minyak yang rendah, fraksi sludge berminyak akan berada di bagian atas sehingga mampu melewati sekat, sedangkan sludge jenuh akan tertahan oleh sekat dan mengalir melalui lubang dibawahnya. Sludge berminyak dapat dikumpulkan kembali dengan pompa kutip yang dilengkapi dengan rumah valve. Melalui rumah valve, sludge berminyak dialirkan ke sludge drain tank untuk kemudian dipompa kembali menuju CST untuk diproses ulang. Sludge jenuh untuk kandungan minyak yang sedikit sekali kemudian dipompa ke effluent treatment untuk di proses lebih lanjut di kolam limbah. 45

55 e.17. Sludge Drain Tank Sludge drain tank merupakan tangki berbentuk persegi panjang yang digunakan untuk menapung sludge kental dari bagian bawah CST, oil tank, sludge tank, serta dari hasil recovery pada Recovery tank. Sludge drain tank di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu berjumlah 1 unit, dilengkapi dengan pompa sludge oil recovery yang akan mengalirkan sludge kental kembali ke CST untuk diproses ulang. 7. Stasiun Nut dan Kernel Ampas yang dihasilkan dari proses pressing kemudan dibawa oleh Cake Breaker Conveyor (CBC). Di sepanjang CBC, gumpalan ampas (campuran serabut dan biji akan dipecah sekaligus dikeringkan disepanjang perjalan menuju depericarper. Bagian biji (nut) dari ampas akan tetap tertinggal didasar CBC, sedangkan serabut akan bergejolak mengikuti putaran ulir CBC. Sesampainya ampas di depricarping column, bagian fan dan fibre cyclone akan menghisap serabut dari ampas menuju ke fibre cyclone air lock, sedangkan bagian biji akan terjatuh menuju ke polishing drum. Didalam polishing drum, biji akan diputar dan bergesekan dengan dinding polishing drum sehingga serabut-serabut halus yang terikut pada biji akan terpisah dan digumpalkan. Biji kemudan dialirkan dengan konveyor menuju ke nut cyclone. Nut cyclone fan akan menghisap biji-biji dengan bobot tertentu sehingga biji yang berat akan terjatuh kebawah, sedangkan fraksi yang lebih ringan berupa gumpalan-gumpalan serabut halus akan dibuang melalui nut cyclone fan. Biji terpilih dari nut cyclone kemudian masuk ke nut sortasi drum untuk pemisahan biji berdasarkan ukuran besarnya. Pemisahan dilakukan dengan lubang berukuran tertentu pada nut sortasi drum yang berputar. Lubang-lubang tersebut ada yang berbentuk elips (panjang=5,5 cm, lebar = 1,8 cm) dan ada yang berbentuk lingkaran (diameter 3 cm). Biji dengan ukuran kecil akan tersotir melalui lubang elips, sedangkan biji dengan ukuran besar akan tersotir melalui lubang lingkaran. Biji-biji yang telah disortir ini akan jatuh ke nut silo untuk dikeringkan. Pengeringan biji pada nut silo dibantu oleh adanya lubang-lubang di sekeliling dinding nut silo untuk memudahkan pengeluaran uap air hasil pengeringan. Setelah melalui proses pengeringan di dalam nut silo, biji kemudan dialirkan ke ripple mill yang berada tepat dibawah nut silo. Biji-biji yang masuk ke ripple mill akan digiling dan pecah menggunakan batang-batang besi sejajar yang terletak pada rotor yang berputar dan juga pada dinding/landasan. Hasil pemecahan biji dari ripple mill kemudian akan masuk ke LTDS 1 dan LTDS 2 untuk pemisahan cangkang (shell), inti utuh (whole kernel), dan inti pecah (broken kernel dan shell yang masih melekat) akan dialirkan melalui LTDS air lock 1 menuju LTDS2. Pada LTDS 2, sisa shell akan terhisap oleh fan pada LTDS cyclone 2, sedangkan whole kernel dengan bobot lebih besar akan jatuh ke bagian bawah dialirkan dengan pompa menuju ke kernel cyclone untuk selanjutnya menuju ke kernel silo. Mixed broken kernel pada LTDS 2 kemudian dialirkan melaluui LTDS airlock 2 menuju ke hydrocyclone. Air pada hydrocyclone digunakan sebagai cairan pemisah antara shell dengan broken kernel. Hal ini karena berat jenis larutan berada diatas berat jenis shell dan broken kernel. Shell dengan berat jenis lebih tinggi akan berada dibawah, sedangkan broken kernel dengan berat jenis lebih rendah akan mengapung diatas. Shell dan broken kernel kemudian disaring dengan vibrating screen dalam keadaan terpisah. Shell dari hydrocyclone kemudian akan dipompa ke tempat pembuangan 46

56 shell utnuk selanjutnya menuju ke kernel silo. Didalam kernel silo, whole kernel dan broken kernel dikeringkan dengan udara panas sebelum dialirkan ke bulk kernel silo untuk kemudian siap dijual. Masing-masing bagian stasiun di jelaskan dibawah ini: 7.1 Cake Breaker Conveyor (CBC) CBC merupakan konveyor yang digunakan untuk membawa gumpalan ampas (campuran serabut/fiber dan biji/nut) hasil pressing menuju ke depericarper. Bagian utama CBC berupa ulir yang digerakkan oleh elektromotor. Daun ulir CBC tidak rata seperti konveyor pada umumnya, tetapi terdiri atas sayap-sayap bilah di sepanjang ulir. Bentuk seperti ini memungkinkan CBC untuk melakukan inisiasi pemisahan nut dengan serabut. Pada saat CBC bekerja, bagian nut dari ampas akan tetap tertinggal di dasar CBC, sedangkan serabut akan bergejolak mengikuti putaran ulir CBC. 7.2 Depericarper Depericarper berfungsi memisahkan bagian serabut dan nut dari gumpalan yang diantarkan oleh CBC. Bagian utama depericarper terdiri atas depericarping column dan fibre cyclone. Di depericarping column, nut dengan bobot lebih besar akan jatuh menuju ke polishing drum, sedangkan serabut akan dihisap dengan bantuan fan dari fibre cyclone untuk kemudian dialirkan melalui airlock dan fibre shell conveyor menuju Boiler. 7.3 Polishing Drum Polishing Drum digunakan untuk membersihkan serabut-serabut halus yang masih menempel pada nut. Di dalam polishing drum yang berputar dengan elektromotor, biji akan berputar, terangkat, serta bergesekan dengan dinding polishing drum sehingga serabut-serabut halus yang terikut dengan nut biji akan terpisahkan dan digumpalkan. Dengan bantuan beater arm di dalam polishing drum, nut diarahkan menuju ke salah satu ujung polishing drum yang berlubang. Melalui lubang-lubang tersebut, nut kemudian jatuh ke konveyor untuk dibawa ke nut cyclone. 7.4 Nut Cyclone Nut cyclone digunakan untuk memisahkan nut dari benda-benda asing dan nut yang terlalu berat dengan bantuan nut transport fan, nut dengan berat tertentu yang berasal dari polishing drum akan terangkat ke nut cyclone, sedangkan nut beserta benda-benda asing yang terlalu berat akan terjatuh kebawah. Selain itu, serabut-serabut halus yang lolos dari proses pemisahan pada polishing drum akan terhisap dan terbuang oleh fan. Nut didalam nut cyclone selanjutnya dialirkan melalui air lock menuju ke nut sortasi drum. 7.5 Nut Sortasi Drum Nut sortasi drum merupakan drum berputar yang berfungsi untuk menyortir nut dengan grade-grade tertentu berdasarkan ukuran nut. Terdapat dua unit nut sortasi drum yang dilengkapi dengan lubang-lubang berukuran tertentu, beater arm sebagai pengarah aliran nut, dan elektromotor untuk memutar drum. Lubang-lubang tersebut ada yang berbentuk elips (panjang-5,5 cm, lebar = 1,8 cm) dan ada yang berbentuk lingkaran (diameter = 3 cm). Biji dengan ukuran kecil akan tersortir melalui lubang elips, sedangkan biji dengan ukuran besar 47

57 akan tersortir melalui lubang lingkaran,. Hasil sortiran dari nut sortasi drum akan terjatuh ke nut silo yang berada dibawahnya. 7.6 Nut Silo Nut Silo digunakan unuk mengeringkan nut sehingga mempermudah proses pemecahan cangkang di ripple mill. Nut silo di PT. Inti Indosawit Subur, PMKS Tungkal Ulu berjumlah 4 unit, dengan kapasitas masing-masing nut silo sebesar 60 ton. Sebanyak dua unit nut silo berbentuk silinder yang bagian bawahnya berbentuk kerucut terbalik, sedangkan unit lainnya berbentuk limas persegi. Nut silo dilengkapi dengan fan untuk menyalurkan udara yang dipanaskan oleh steam, dan lubang-lubang di dinding untuk memudahkan proses pengeluaran uap air hasil pengeringan. 7.7 Ripple Mill Ripple mill merupakan instrument yang digunakan untuk memecah cangkan (shell) dari nut. Terdapat empat unit ripple mill yang dibagian dalamnya dilengkapi dengan rotor berputar dan dinding. Landasan yang memiliki banyak batang-batang besi tersusun sejajar. Penggerak putaran rotor berupa elektromotor berdaya 5,5 Kw dengan kecepatan putaran 1445 rpm. Pemecahan shell dari nut dilakukan dengan melewatkan nut diantara rotor berputar dan di dinding landasan tersebut sehingga dihasilkan campuran shell dan kernel. Hasil penggilingan ripple mill selanjutnya dibawa ke LTDS. 7.8 LTDS LTDS digunakan untuk memisahkan cangkang (shell), inti utuh (whole kernel), dan inti pecah (broken kernel) dari hasil penggilingan nut di ripple mill. LTDS terbagi atas dua bagian yakni LTDS 1dan LTDS2/. Pada LTDS 1, shell akan terhisap oleh fan pada LTDS cyclone 1, whole kernel dan mixed broken kernel (campuran broken kernel dan shell yang masih melekat) akan dialirkan melalui LTDS air lock 1 menuju LTDS 2. Pada LTDS 2, sisa-sisa shell akan terhisap oleh fan pada LTDS cyclone 2, sedangkan whole kernel dengan bobot lebih besar akan jatuh kebagian bawah dialirkan dengan pompa menuju kernel cyclone untuk selanjutnya menuju ke kernel silo. Mixed broken kernel pada LTDS 2 kemudian dialirkan melalui LTDS airlock2 menuju ke Hydrocyclone. 7.9 Hydrocyclone Hydrocyclone merupakan instrument yang berfungsi memisahkan bagian broken kernel dan shell dari mixed broken kernel dari LTDS 2. Pemisahan dilakukan dengan air berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis shell dan berat jenis broken kernel. Shell dengan berat jenis lebih tinggi akan jatuh kebagian bawah, sedangkan broken kernel dengan berat jenis lebih rendah akan mengapung diatas permukaan. Broken kernel dan shell kemudan akan jatuh ke vibrating screen secara terpisah. Getaran pada vibrating screen akan menyebabkan sisa larutan akan kembali terjatuh pada hydrocylone tank sedangkan shell dan broken kernel akan masuk ke pipa yang berbeda. Shell hasil pemisahan dari hydrocyclone selanjutnya akan dibuang ke tempat pembuangan dengan bantuan fan. Sedangkan broken kernel akan dialirkan dengan fan menuju kernel cyclone untuk selanjutnya ditampung di kernel silo. 48

58 7.10 Kernel Silo Kernel Silo berfungsi sebagai tempat pengeringan kernel sebelum masuk ke bulk kernel silo untuk kemudian siap di distribusikan. Kernel silo di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu berjulah empat unit dengan kapasitas masing-masing 48 ton. Bagian-bagian penting dari kernel silo yakni heat exchanger, shaking grate, dan lubang-lubang ventilasi di dinding kernel silo. Heat exchanger dengan motor fan berdaya 20 Hp dan putaran rpm, digunakan untuk menyuplai udara panas (temperatur ᵒC) kedalam kernel silo untuk memudahkan proses pengeringan kernel. Udara panas dialirkan ke bagian bawah dan tengah kernel silo agar pengeringan terjadi secara merata. Lubang-lubang didinding kernel silo akan memudahkan proses pengeluraran uap air hasil pengeringan kernel. Kernel yang sudah keringa akan dikeluarkan dari kernel silo dengan bantuan shaking grate yang digerakkan dengan elektromotor. Shaking grate merupakan alat bantu agar pengerluaran kernel dari kernel silo tidak berhamburan. Selanjutnya kernel akan jatuh ke konveyor menuju pipa yang dilengkapi fan, untuk kemudian dialirkan menuju bulk kernel silo. C. TEKNOLOGI PENGOLAHAN & PEMANFAATAN BIOMASSA Secara umum proses pengolahan TBS dan limbah/by-product yang dihasilkan PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dapat dihitung berdasarkan data komponen TBS. Pemanfaatan terhadap by-product yang dihasilkan memberikan keuntungan-keuntungan bagi pihak perusahaan, lebih lanjut pemanfaatan biomassa secara singkat dari proses pengolahan adalah sebagai berikut: Loading Ramp Sterilizer Thresing Janjang Kosong di Aplikasikan ke Lapangan Press Fibre untuk bahan Bakar Boiler Clarification Solid diaplikasikan ke Lapangan/Kebun Kernel Heavy Phase dialirkan ke IPAL Bulk Silo Cangkang (dijual) Gambar 24. Pemanfaatan Biomassa di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu 49

59 1. Limbah Biomassa Cair Pengelolaan limbah cair dari Recovery tank di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu yang dilakukan dengan ponding sistem untuk aplikasi lahan. Ponding sistem yang digunakan mampu menghasilkan limbah cair dengan bahan baku mutu yang sesuai untuk aplikasi lahan yakni BOD sebesar mg/l, kadar minyak dan lemak < 600 mg/l, dan ph > 6,0. Menurut Huan (1987) secara prinsip konsep pemakaian limbah ke areal tanaman kelapa sawit adalah pemanfatan dan bukan pembuangan atau mengalirkan sewenang-wenang. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa limbah cair mentah yang keluar dari PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu bersifat asam, bersuhu tinggi, mengandung BOD dan COD tinggi, serta masih mengandung sedikit minyak. Data PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu menunjukkan bahwa limbah cair yang dihasilkan setiap satu ton TBS diolah adalah 0,5 ton. Dengan kapasitas olah TBS per hari sebesar 800 ton, maka total limbah cair perhari sebesar 400 ton. Lahan perkebunan di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu memiliki topografi miring menjauhi sungai dan berombak-ombak. Jenis tanah berupa pasir bercampur tanah liat dengan pori-pori tanah cukup mampu menyerap air. Lahan yang tersedia untuk PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu sebesar 4560 Ha, dengan lokasi agak dekat dari pabrik, pemukiman penduduk dan sungai terdekat. Berdasarkan kondisi limbah cair dan lahan perkebunan di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu tersebut, maka sistem aplikasi lahan yang dipilih yakni sistem flat bed atau teknik parit dan teras. Sistem flat bed digunakan di lahan berombak-bergelombang dengan membuat konstruksi diantara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat mengalirkan limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tanah. Teknik aplikasi limbah adalah dengan mengalirkan limbah (kadar BOD mg/l), dari kolam limbah melalui pipa bak-bak distribusi, kemudian ke parit sekunder yang dibuat setiap dua baris tanaman. Banyaknya limbah cair yang diaplikasikan ke lapangan dikontrol setiap hari dengan menggunakan Flowmeter magnetic. Gambar 25. Pengaliran limbah cair pada land aplikasi dengan sistem flat bed 50

60 2. Limbah Biomassa Padat a. Janjang Kosong Janjang kosong (jangkos) merupakan limbah sisa TBS yang buahnya telah dilepaskan melalui proses threshing. Menurut Ditjen PPHP (2006) jangkos dapat berfungsi ganda yaitu selain menambah hara ke dalam tanah, juga mampu meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Dengan meningkatnya bahan organik tanah maka struktur tanah semakin mantap, dan kemampuan tanah menahan air semakin baik, perbaikan fisik tanah tersebut berdampak positif terhadap pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara. Pada awal pendirian PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu, jangkos ini dibakar di Incinerator hingga menjadi abu. Namun setelah diketahui bahwa jangkos kaya akan unsur N, P, K dan Mg, maka jangkos kini banyak dijadikan sebagai pupuk organik untuk perkebunan kelapa sawit. Pemanfaatan jangkos sebagai pupuk dapat berupa mulsa ataupun pupuk organik/kompos. Pemanfaataan jangkos di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu yaitu sebagai pupuk dalam bentuk mulsa. Dalam hal ini, jangkos ditebarkan di pinggiran setiap piringan tanaman. Ditjen PPHP (2006) menjelaskan bahwa melalui kegiatan mikroorganisme tanah atau proses mineralisasi, unsur hara yang didapati pada jangkos kembali ke tanah. Namun unsur hara tersebut tidak seluruhnya dapat diserap oleh akar tanaman. Persentase unsur hara yang terimobilisasi, mengendap ataupun tercuci, yang berasal dari mineralisasi jangkos belum diketahui secara tepat. Namun jumlah unsur K dan Mg yang tersedia cukup menunjang pertumbuhan dan produksi pertanaman. b. Serat/Fibre Setelah buah melalui proses pressing, maka buah kemudian dibawa oleh CBC menuju proses depericarping. Pada proses depericarping ini, dihasilkan dua produk yakni nut dan fibre. Nut selanjutnya dialirkan menuju polishing drum, sedangkan fibre akan disalurkan melalui konveyor menuju ke Boiler sebagai bahan bakar. Namun pada perjalanannya, sebagian fibre akan disisihkan untuk di inisiasi dipembakaran pada Boiler dan menjadi bahan bakar utama boiler. c. Solid Decanter Sludge yang masih mengandung minyak sekitar 7% 10% diolah lagi dengan mesin Decanter, yang hasilnya adalah light phase (oil decanter), heavy phase dan solid. Light phase dari decanter yang mengandung minyak 60% 70%, diolah lagi di CST. Heavy phase akan diproses lanjut di effluent treatment (pengolahan limbah) hingga mencapai BOD dan COD standar untuk aplikasi kebun, sedangkan solid ditampung di hopper kemudian di aplikasikan langsung kelapangan/kebun diantara baris pokok kelapa sawit. Solid yang dihasilkan merupakan pupuk yang sangat menyuburkan bagi kelapa sawit dan tanaman-tanaman lainya. d. Cangkang Cangkang yang dihasilkan dari proses pemisahan shell dan nut, oleh manajemen perusahaan digunakan untuk tambahan bahan bakar boiler jika fiber yang dihasilkan dari 51

61 proses press kurang untuk dibakar di ruang tungku boiler, selain itu cangkang ini juga di jual ke perusahaan lain untuk fungsi yang sama atau pembuatan arang aktif. e. Abu Abu merupakan hasil pembakaran fiber dan cangkang pada boiler, abu yang dihasilkan digunakan untuk tambahan pupuk kebun inti. Sehingga abu tetap dikumpulkan dan di distribusikan oleh petugas land aplikasi kebun inti. f. Kerak Boiler Kerak boiler memiliki karakteristik yang keras dan tidak mudah hancur, oleh karena itu kerak boiler kerap kali digunakan oleh bagian maintenance pabrik sebagai pengganjal jalan kebun untuk pengerasan/pengganjalan jalan poros menuju pabrik dan kebun. 52

62 VI. PENUTUP A. SIMPULAN Produktifitas pohon kelapa sawit dalam menghasilkan TBS tidak selalu sama setiap bulannya. Terdapat bulan-bulan dimana produksi TBS melimpah dan juga menurun. Karakteristik musiman dari TBS ini, mempengaruhi basis frekuensi panen yang dipakai. Frekuensi panen TBS diberlakukan dengan tujuan agar seluruh TBS terpanen pada saat fraksi TBS matang, dan agar tidak ada TBS matang yang dibiarkan terlalu lama tidak dipanen sehingga FFA meningkat atau bahkan menjadi busuk. Penimbangan dan sortasi TBS merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan buah di pabrik. Penimbangan TBS dilakukan untuk memperoleh angka-angka terutama berkaitan dengan produksi perkebunan, pembayaran upah pekerja, perhitungan rendemen CPO, dan lain-lain. Sedangkan sortasi TBS sangat penting untuk menjaga mutu dan rendemen CPO yang akan dihasilkan. Proses produksi minyak kelapa sawit disokong oleh adanya tiga sarana penunjang proses produksi, yaitu Water Treatment Plant (WTP) untuk pengolahan air bersih, Boiler sebagai bejana yang mampu menghasilkan steam untuk kebutuhan proses produksi serta menggerakkan turbin dan turbin uap yang mampu pmenghasilkan energy listrik dan steam bertekanan rendah dan dibantu dengan adanya Generator Diesel. Proses pengolahan kelapa sawit terdiri dari dari beeberapa tahapan proses, yaitu pertama proses perebusan yang bertujuan untk melunakkan buah sehingga memudahkan untuk proses pembrondolan buah dari janjang,kedua perontokan buah untuk melepaskan brondolan buah dari janjangnya, ketiga pelumatan dan pengepresan yaitu melumatkan buah dan mengekstrak minyak yang terkandung dalam daging buah, dan pemurnian yaitu untuk memurnikan minyak hasil press yang mengandung kotoran dan air. Minyak yang telah dimurnikan dan dikeringkan akan disimpan pada Storage Tank dengan suhu penyimpanan ᵒC. Perebusan TBS bertujuan untuk menurunkan kadar air TBS sehingga buah lebih mudah lepas, membunuh bakteri pembusuk, inaktifasi enzim perusak, melunakkan daging buah, dan memudahkan proses pemisahan inti dari cangkang biji. Sistem Triple Peak sterilization pada proses perebusan memiliki tujuan penting yang berkaitan dengan optimalisasi perebusan TBS. perebusan yang tidak optimal dan waktu perebusan yang tidak sesuai SOP akan meningkatkan jumlah USF yang berarti meningkatnya losses minyak dan inti. Kehadiran buah mentah (unstrapped bunch/usb) yang tercampur dengan TBS lainya pada saat perebusan, merupakan sumber losses yang harus dihindari. Proses ekstraksi di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dilakukan dengan screw press yang berfungsi untuk memeras minyak kasar (crude oil) dari serabut berminyak dengan bantuan tekanan. Tekanan yang diberikan dalam proses pressing harus benar-benar optimal agar tidak banyak minyak yang tertinggal di dalam ampas serabut. Tekanan juga tidak diperkenankan terlalu besar agar inti tidak banyak yang pecah (broken kernel) Pemurnian minyak bertujuan untuk mengurangi kadar air beserta kotoran dan uap air dalam suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi bila proses pengolahan dilakukan kurang cermat, air merupakan pereaksi utama dalam reaksi hidrolisis 53

63 minyak kelapa sawit yang menghasilkan FFA. Adanya faktor panas, keasaman, dan katalis (enzim) dapat mempercepat proses reaksi hidrolisis minyak tersebut. Proses kernel separation meliputi berbagai tahapan proses yakni pemisahan fibre dengan nut, pengeringan nut, pemecahan nut, pemisahan antara fraksi kernel dengan fraksi shell, dan pengeringan kernel. Pengeringan terhadap nut yang sudah dibersihkan dari fibre bertujuan agar inti di dalam nut menyusut sehingga memudahkan proses pemisahan inti dengan shell pada tahap selanjutnya. Pemisahan antara fraksi kernel dengan fraksi shell di hydrocyclone, dilakukan dengan bantuan air, berdasarkan perbedaan berat jenis. Proses pengeringan kernel pada kernel silo bertujuan untuk memenuhi standar pasar, mengurangi resiko kontaminasi jamur pada kernel, memperlambat kenaikan FFA dan menjaga agar aman bila disimpan lama. Limbah hasil produksi di PT.Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu terdiri dari limbah cair, padat, dan limbah gas. Pengelolaan limbah cair dari Recovery tank di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu dilakukan dengan ponding sistem untuk aplikasi lahan. Secara prinsip konsep pemakaian limbah ke areal tanaman kelapa sawit adalah pemanfaatan dan bukan pembuangan atau mengalirkan sewenang-wenang. Pemanfaatan ini meliputi pengawasan terhadap pemakaian limbah di areal agar diperoleh keuntungan dari segi agronomis dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan. Selain pemanfatan untuk aplikasi lahan, limbah cair dari Recovery tank dapat dimanfaatkan untuk pembuatan lilin dll. Limbah padat di PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu yang terdiri dari jangkos, fibre, solid dan shell telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan produksi dan non produksi perusahaan. Pemanfaatan jangkos di PT. Inti Indosawit Subur yaitu sebagai pupuk dalam bentuk mulsa. Dalam hal ini, jangkos ditebarkan di pinggiran setiap piringan tanaman. Limbah fibre dimanfaatkan sebagai bahan bakar Boiler. Namun dalam perjalanannya, sebagian fibre disisihkan untuk inisiasi pembakaran pada Boiler atau tidak terpakai. Pemanfaatan limbah biomassa padat di PMKS Tungkal Ulu sampai saat ini baru digunakan sebagai pupuk/mulsa kebun, bahan bakar boiler dan di jual, sedangkan limbah biomassa cair digunakan sebagai pupuk cair di land aplikasi kebun inti. B. SARAN Saran yang dapat diberikan penulis terhadap PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu yaitu agar senantiasa dilakukan perawatan berkala terhadap seluruh mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi agar tidak terjadi banyak kendala saat proses produksi berlangsung sehingga meningkatkan performansi mesin dalam menjaga rendemen yang akan dihasilkan, senantiasa menjaga kebersihan lingkungan pabrik, meningkatkan kembali kesadaran karyawan terhadap pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dan menerapkan Good House Keeping ( Konsep Produksi Bersih/Cleaner Production) sehingga mampu meminimalisasi limbah yang dihasilkan dan dapat meningkatkan efisiensi proses produksi. Penggunaan limbah biomassa untuk bahan baku produksi industri hilir patut dikembangkan bersama untuk menambah nilai tambah terhadap produksi dan pengelolaan limbah ramah lingkungan. 54

64 DAFTAR PUSTAKA Anonim Laporan Penelitian: Kajian Peluang Investasi Pengolahan Limbah Kelapa Sawit Dalam Upaya Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Jambi. DDB1F25B0161/9954/Boks1.pdf. [ 27 Juli 2010] Anonim Tenera, Tipe Sawit Unggul untuk Komersial. rticle&id=122:tenera-tipe-sawit-unggul-untuk-komersio&catid=8:inventarisberita&itemid=62. [28 Juli 2010] Ditjen PPHP, Departemen Pertanian Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. pphp.deptan.go.id/xplore/view.php?file.../b3olahlimbahkelapasawit.pdf. [20 Agustus 2010] Bapedal Keputuan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51/Kep-MenLH/-10/1995. Jakarta. Lampiran B.IV Direktorat Jendral Perkebunan Statistik Kelapa Sawit Departemen Pertanian. Kepala Direktorat Pengendalian Pencemaran Air dan Tanah BAPEDAL Peraturan perundang-undangan dan prosedur pengurusan ijin penerapan Land Application di perkebunan kelapa sawit. Pamin, K., M. M. Siahaan, dan P.L. Tobing, Pemanfaatan limbah PKS pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Lokakarya Nasional Pemanfaatan Limbah Cair cara Land Application. Santosa, Koco Decanter 2 phase sebagai alternatif simplifikasi operasional stasiun klarifikasi. [29 Juni 2010] 55

65 LAMPIRAN 56

66 Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan Regional Head PC Koordinator Kebun Tungkal Ulu Mill Manager PTU As. Maintenance As. Operasional As. Proses I &2 Kepala Tata Usaha Tukang Bubut Kepala Laboratorium Operator Stasiun & Pembantu Krani Pembukuan Tukang Las Mekanik Tukang Kayu Mandor Listrik Electricant Krani Bengkel - Analis - Pembantu Analis - Petugas despacth - Pengawas mutu buah - Limbah & Aplikasi - Timbangan - Loading Ramp - Sterilizer - Tippler - Press - Clarification - Kernel Plant - Boiler Plant - Water Treatment - Engine Room - Traktor Krani Personalia Krani Produksi Office Boy Supir Mill Manager Supir PC Tukang Kebun Kepala Gudang 57

67 Lampiran 2. Peta Afdeling Plasma PT.Inti Indosawit Subur Kebun Tungkal Ulu- Klt 58

68 Lampiran 3. Peta Tahun Tanam Plasma Pt.Inti Indosawit Subur, Tungkal Ulu 59

69 Lampiran 4. Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), PT. Inti Indosawit Subur PMKS Tungkal Ulu 60

70 Lampiran 5. Tabel Losses Produksi Bulan Juni Semester

71 Lampiran 6. Layout Pabrik PMKS Tungkal Ulu 62

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran II : Mesin-mesin dan Peralatan yang digunakan PTPN III PKS Rambutan A. Mesin Produksi Adapun jenis dari mesin- mesin produksi yang digunakan oleh PTPN III PKS Rambutan dapat dilihat pada tabel

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Tentang Kelapa Sawit. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis, seperti halnya dinegara

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN i PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI Oleh : Nur Fitriyani (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN PT Muriniwood Indah Indurtri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Medan, Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Pengolahan Inti Sawit (Kernel) dengan sebaik-baiknya.

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN

MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN MAKALAH TEKNOLOGI PASCA PANEN 39 ANALISIS LOSSES PADA NUT AND KERNEL STATION MELALUI PROSES PENDEKATAN DISETIAP PERALATAN Andryas Meiriska Syam 1), Rengga Arnalis Renjani 1), Nuraeni Dwi Dharmawati 2)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

!  # $ % % & # ' #  # ( % $ i ! " $ & ' " ( $ i !" ) " " * ' " ' ' ' ' ' ' + ' ", -, - 1 ) ". * $ /0,1234/004- " 356, " /004 "/7 ",8+- 1/3 /0041/4 /009) /010 400 /6 $:, -,) /007- ' ' ",-* " ' '$ " " ;" " " 2 " < ' == ":,'- ',""" "-

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/PKS-PRS/08 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Dilarang memperbanyak dokumen ini tanpa izin Wakil Manajemen /Pengendali

Lebih terperinci

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan

Lampiran 1: Mesin dan Peralatan Lampiran 1: Mesin dan Peralatan 1. Mesin Mesin yang dipakai pada proses produksi kernel palm oil umumnya menggunakan mesin semi otomatis. Tenaga manusia digunakan untuk mengawasi jalannya proses produksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara produsen utama kelapa sawit. Luas lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha. Produksi mencapai 23,521,071

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit. PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel).

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARHR PT. PERKEBNAN NSANTARA III NTK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODKSI Krismas Aditya Harjanto Sinaga 1, Baju Bawono 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Socfin Indonesia telah berdiri sejak tahun 1930 dengan nama Socfindo Medan SA (Societe Financiere Des Caulthous Medan Societe Anoyme) didirikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT Oleh : Tim Kajian LATAR BELAKANG 1. Kabupaten Nagan Raya memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1 Boiler. Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran tentang boiler secara umum serta fungsi komponen - komponen utama dan fungsi komponen - komponen pendukung bahan boiler.boiler

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit

BAB II LANDASAN TEORI. kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman kelapa sawit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit. (3)(6) Didalam Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang disebut bahan mentah adalah kelapa sawit dan lazim disebut Tandan Buah Segar (TBS). Tanaman

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA 2.1. Peningkatan Kualitas Batubara Berdasarkan peringkatnya, batubara dapat diklasifikasikan menjadi batubara peringkat rendah (low rank coal) dan batubara

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI

BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI BAB III DESKRIPSI PROSES DAN INSTRUMENTASI 3.1 Uraian Proses Tandan buah segar (TBS yang akan diolah menjadi minyak sawit (Crude Palm Oil/ CPO) dan kernel (kernel palm Oil/ KPO) pada PT. perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air.

Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill. : merebus buah untuk memudahkan lepasnya loose. mengurangi kadar air. LAMPIRAN 1. Mesin, Peralatan, dan Utilitas Mesin Produksi Adapun spesifikasi mesin produksi yang berada di Begerpang Palm Oil Mill untuk setiap stasiun adalah sebagai berikut : 1. Stasiun Perebusan (Sterilizer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik kelapa sawit merupakan pabrik yang mengolah tandan buah segar (TBS) untuk menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan juga menghasilkan Kernel (inti). Pada dasarnya

Lebih terperinci

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Ini Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN

BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN BAB II URAIAN RENCANA KEGIATAN 2.1. Identitas Pemrakarsa Nama Perusahaan Penanggung Jawab Jenis Kegiatan : PT Arus Putra Maju : Sdr. Dudik Iskandar : Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Lokasi Kegiatan : Desa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Perkerbunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan,

Lebih terperinci

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir

Oleh: Ridzky Nanda Seminar Tugas Akhir Seminar Tugas Akhir STUDI PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PRODUKSI BERSIH DI PABRIK KELAPA SAWIT AEK NABARA SELATAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III STUDY OF WASTE INDUSTRIAL MANAGEMENT

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM. Ahmad Mahfud ABSTRAK

KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM. Ahmad Mahfud ABSTRAK KAJIAN PENGARUH PEMBUKAAN BLOWER DAMPER PADA DRY SEPARATION SYSTEM Ahmad Mahfud ABSTRAK Permasalahan terkait dengan tingginya losses dan kadar kotoran kernel produksi di Pabrik Kelapa Sawit merupakan permasalahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO) Vokasi Volume 9, Nomor 1, Februari 2013 ISSN 1693 9085 hal 11-20 Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO) DENNY WIYONO Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Pontianak,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Boiler Longchuan Boiler Longchuan adalah boiler jenis thermal yang dihasilkan dari air, dengan sirkulasi untuk menyalurkan panasnya ke mesin-mesin produksi. Boiler Longchuan mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang dihasilkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Induksi 3 Fasa Motor induksi 3 fasa adalah mesin yang mengubah energi listrik arus bolak-balik (AC) 3 fasa menjadi energi mekanis berupa putaran. Motor induksi merupakan

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN ANALISA TINGKAT KEANDALAN SUKU CADANG MESIN PEREBUSAN (STERILIZER) PADA PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA I TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa Industri Minyak Sawit berpotensi menghasilkan

Lebih terperinci

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara terbesar pertama sebagai penghasil Crude Palm Oil (minyak kelapa sawit mentah) mengungguli Malaysia, Riau adalah salah satu provinsi penghasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpartikel

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PKS RAMBUTAN, PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III (Persero) Sejarah Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 badan usaha milik negara (BUMN) yang

Lebih terperinci

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1

Laporan Kerja Praktek REYSCA ADMI AKSA ( ) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit

Lebih terperinci

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai Air yang digunakan meliputi : 1. Air pendingin, digunakan untuk mendinginkan alat penukar panas. 2. Air Proses,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT Perkebunan Sumatera Utara pada awalnya bernama Perusahaan

Lebih terperinci

Bab III CUT Pilot Plant

Bab III CUT Pilot Plant Bab III CUT Pilot Plant 3.1 Sistem CUT Pilot Plant Skema proses CUT Pilot Plant secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa sistem CUT dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Produktivitas adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika

Lebih terperinci

PRA RANCANGAN UNIT STERILIZER PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNTUK KAPASITAS PENGOLAHAN 30 TON/JAM

PRA RANCANGAN UNIT STERILIZER PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNTUK KAPASITAS PENGOLAHAN 30 TON/JAM PRA RANCANGAN UNIT STERILIZER PADA PABRIK KELAPA SAWIT UNTUK KAPASITAS PENGOLAHAN 30 TON/JAM KARYA AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Sains Terapan O L E H RAHMADSYAH NIM: 005201040

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU Sistem pembangkit listrik tenaga uap (Steam Power Plant) memakai siklus Rankine. PLTU Suralaya menggunakan siklus tertutup (closed cycle) dengan dasar siklus rankine dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER

BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER BAB III. DESKRIPSI SOLVENT EXTRACTION PILOT PLANT, ALAT PENY ANGRAI DAN BOILER Alat-alat dipergunakan pada penelitian terdiri dari solvent extraction pilot plant, alat penyangrai dan boiler. ~. SOLVENT

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku 50 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu PKPM 3.1.1. Lokasi PKPM Pelaksanaan PKPM di PT. Minang Agro yang berlokasi di kenegarian Tiku V Jorong, kecematan Tanjung Mutiara, kabupaten Agam, provinsi

Lebih terperinci

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak

TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT. Ari Saraswati. Abstrak TEKNIK MINIMALISASI KERNEL LOSSES DI CLAYBATH PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PENDAHULUAN Pabrik kelapa sawit adalah pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) menjadi produk utama berupa Crude Palm Oil

Lebih terperinci

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014

PERSETUJUAN. : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Disetujui di Medan,Mei 2014 PERSETUJUAN Judul : Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) Minyak Kelapa Sawit (CPO) Pada Tangki Timbun Di PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) Kuala Tanjung Kategori : Karya Ilmiah Nama : Marina Batubara

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Berdiri Perusahaan PT. Rohul Sawit Industri (RSI) PKS -Sukadamai adalah bagian dari perusahaan besar yakni anak perusahaan dari BGA Group (Bumitama Gunajaya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I

PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK. PT. Harjohn Timber. Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PEMANFAATAN LIMBAH KAYU (BIOMASSA) UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK PT. Harjohn Timber Penerima Penghargaan Energi Pratama Tahun 2011 S A R I PT. Harjhon Timber adalah salah satu Penerima Penghargaan Energi Pratama

Lebih terperinci

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc

Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Integrated Palm Oil Process Chain Management UP-STREAM MID-STREAM

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA NIP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA NIP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011 PABRIK BIOETHANOL DARI LIMBAH TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN PROSES FERMENTASI OLEH : ARTHANI ROSYIDA (2308 030 070) EVI ANGGRAINI (2308 030 078) Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA NIP. 19600624

Lebih terperinci

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM:

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri. Oleh: LIBER SIBARANI NIM: EVALUASI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN GREEN PRODUCTIVITY (Sudi Kasus Pada Stasiun Produksi PT.Perkebunan Nusantara III Unit PKS Rambutan) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM

BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM 52 BAB IV UNIT PENDUKUNG PROSES DAN LABORATORIUM Unit pendukung proses (utilitas) merupakan bagian penting penunjang proses produksi. Utilitas yang tersedia di pabrik PEA adalah unit pengadaan air, unit

Lebih terperinci

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong MODUL 4 Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong Tahap 5: Menghitung efisiensi boiler dan rasio penguapan boiler 1 Efisiensi

Lebih terperinci

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011

F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2011 PENELUSURAN MODEL RANCANGAN PERCOBAAN TERSARANG UNTUK MENETAPKAN EKSISTENSI DARI DUA SCREW PRESS YANG TERPASANG DI PT. PP. LONDON SUMATERA INDONESIA, TBK TURANGEI PALM OIL MILL TANJUNG LANGKAT T U G A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan

Lebih terperinci

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Varietas Kelapa Sawit Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit di Indonesia. Varietas-varietas tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologinya. Namun, diantara varietas tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Serat buah kelapa sawit (mesocarp), seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1 yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya digunakan

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit. BOKS LAPORAN PENELITIAN: KAJIAN PELUANG INVESTASI PENGOLAHAN LIMBAH KELAPA SAWIT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI PROVINSI JAMBI I. PENDAHULUAN Laju pertumbuhan areal perkebunan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek agroindustri perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat bagus, hal ini bisa dilihat dari semakin luasnya lahan tanam yang ada. Luas lahan yang sudah ditanami

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS 07 118 039

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS 07 118 039 SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH Oleh AHMAD FAUZI LUBIS 07 118 039 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian energi listrik dan energi panas dewasa ini cukup pesat kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan proses manufaktur, tetapi juga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Digester Digester sering disebut ketel adukan yang terdiri dari bejana yang dilengkapi dengan alat perajang dan pemanas untuk mempersiapkan bahan agar lebih mudah dikempa di screw

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH (FFB) SCRAPPER PADA LOADING RAMP UNTUK MEMINIMALISASI OIL LOSSES IN EMPTY BUNCH (Studi Kasus di Pabrik Kelapa Sawit PT. Cisadane Sawit Raya Sumatera Utara) Ari

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Proses Proses pembuatan pulp adalah pemisahan lignin untuk memperoleh serat (selulosa) dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin supaya

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: tertinggi di PT. Socfindo Kebun Mata Pao. Manager/ADM mempunyai

Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: tertinggi di PT. Socfindo Kebun Mata Pao. Manager/ADM mempunyai Uraian tugas dan tanggung jawab struktur organisasi Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Matapao adalah sebagai berikut: 1. Manager/ ADM Manager/ADM diangkat langsung oleh Direksi dan merupakan pimpinan tertinggi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN. LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. LAGUNA MANDIRI PKS RANTAU KECAMATAN SUNGAI DURIAN KABUPATEN KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN Oleh : JUMARDI NIM. 060 500 100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN

3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 44 3 KARAKTERISTIK LOKASI DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Industri susu adalah perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang mempunyai usaha di bidang industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI DI PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT SEI MANGKEI - PERDAGANGAN KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan sebuah unit produksi yang memelukan sumber energi yang besar untuk menggerakkan mesin-mesin serta peralatan lain yang memerlukan

Lebih terperinci