Laporan Tahunan 2011 Penelitian Padi dan Palawija. Penyusun I N. Widiarta Hardono Hermanto Sunihardi Lukman Hakim Etty Herawati Muchtar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Tahunan 2011 Penelitian Padi dan Palawija. Penyusun I N. Widiarta Hardono Hermanto Sunihardi Lukman Hakim Etty Herawati Muchtar"

Transkripsi

1

2 Laporan Tahunan 2011 Penelitian Padi dan Palawija Penyusun I N. Widiarta Hardono Hermanto Sunihardi Lukman Hakim Etty Herawati Muchtar Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2012

3

4 Pengantar Kementerian Pertanian menekankan pentingnya swasembada pangan berkelanjutan. Hal ini memerlukan kerja keras dari semua pihak, termasuk Badan Litbang Pertanian, mengingat makin beragamnya kendala dan masalah yang dihadapi dalam berproduksi. Konversi lahan pertanian yang masih terus berlangsung di beberapa daerah, penurunan kualitas lahan dan lingkungan, hama dan penyakit tanaman yang terus berkembang, masih tingginya kehilangan hasil pada saat dan setelah panen, rendahnya gizi anak di beberapa daerah karena tidak memperoleh masukan yang memadai dari makanan yang dikonsumsi, dan masih rendahnya mutu produk sehingga tidak mampu bersaing di pasar masih mewarnai pertanian tanaman pangan dewasa ini. Perubahan iklim perlu pula diantisipasi karena berdampak terhadap penurunan produksi. Pengalaman selama ini membuktikan penerapan inovasi teknologi dapat memecahkan masalah teknis yang dihadapi dalam peningkatan produksi. Oleh karena itu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan melalui unit pelaksana teknis penelitiannya terus melakukan penelitian untuk menghasilkan inovasi teknologi yang mampu memberikan kontribusi yang lebih besar bagi peningkatan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, perbaikan gizi masyarakat, dan peningkatan pendapatan petani. Laporan Tahunan 2011 ini menyajikan berbagai informasi hasil penelitian padi dan palawija, sebagian merupakan kelanjutan dari program sebelumnya, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan produksi pangan. Sebagian dari teknologi yang dihasilkan dapat diimplementasikan langsung di lapangan dan sebagian lagi memerlukan kajian di daerah setempat oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian tanaman pangan dan penyusunan Laporan Tahunan 2011 ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Bogor, Maret 2012 Kepala Pusat, Dr. Hasil Sembiring Laporan Tahunan 2011 iii

5 iv Laporan Tahunan 2011

6 Daftar Isi Pengantar... iii Tantangan Ketahanan Pangan... 1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Target... 3 Visi dan Misi... 3 Tujuan... 3 Sasaran... 3 Target Utama... 4 Kebijakan, Strategi, dan Program... 5 Arah Kebijakan... 5 Strategi... 5 Program... 6 Kegiatan... 6 Indikator Kinerja Utama... 7 Komponen Input Kegiatan dan Pendanaan... 7 RPTP/RDHP Tahun Kinerja Utama Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Varietas Unggul Baru Teknologi Budi Daya, Panen, dan Pascapanen Kesesuaian Varietas Tahan di Daerah Endemis Tungro Perbaikan Cara Tanam Jagung dalam Pola IP 400 di Lahan Kering Pengelolaan Air pada Tanaman Jagung di Lahan Kering VIR-GRA: Bioinsektisida Pengendali Hama Daun dan Penggerek Polong Kedelai BIO-LEC: Biopestisida untuk Pengendalian Hama Utama Kedelai Illetrisoy: Pupuk Hayati untuk Kedelai di Lahan Masam Pemetaan Patotipe (Strain) Penyakit Hawar Daun Bakteri Indeks Glikemik Beras Beberapa Varietas/Galur Harapan Padi Uji Ketahanan Padi tehadap Penyakit Tungro Formulasi Biopestisida untuk Pengendalian Aspergillus flavus pada Jagung Alat Perontok Gandum dan Penyosoh Sorgum Rintisan Penelitian Serealia Berbasis Marka Molekuler Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai Pestisida Nabati untuk Pengendalian Tungau Merah Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Kedelai Alat Pengering Biji Kedelai Pupuk Organik Kaya Hara Produksi Benih Sumber Analisis Kebijakan dan Pengembangan Tingkat Adopsi Varietas Unggul Baru dan PTT Padi Pupuk dan Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi Tingkat Adopsi Teknologi Produksi Padi Sawah Kesiapan Perbenihan Kedelai Mendukung Swasembada Efektivitas Bantuan Benih dan Bantuan Pupuk pada Program SL-PTT Model Pengelolaan Serangga Hama dan Patogen Penyakit Tanaman Padi Laporan Tahunan 2011 v

7 Kesiapan Adaptasi Usahatani Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Permasalahan Sistem Produksi Benih Jagung Komposit Diseminasi Hasil Penelitian Penas XIII di Kalimantan Timur Hari Pangan se-dunia di Gorontalo Open House Inovasi Teknologi Serealia dan Seminar Nasional Jagung Seminar Internasional Food Security Publikasi Hasil Penelitian Kerja Sama Penelitian Dalam Negeri Luar Negeri Sumber Daya Penelitian Sumber Daya Manusia Pendanaan Aset Kantor vi Laporan Tahunan 2011

8 Tantangan Ketahanan Pangan Dalam pembangunan pertanian, pemerintah memprioritaskan ketahanan pangan nasional karena berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian terus berupaya meningkatkan produksi padi yang merupakan pangan utama sebagian besar penduduk. Dalam beberapa tahun ke depan, pemerintah menargetkan surplus beras 10 juta ton. Selain beras, pemerintah juga berupaya melanjutkan swasembada jagung dan meraih swasembada kedelai. Upaya peningkatan produksi padi yang dicanangkan sejak 2007 melalui program P2BN bertujuan untuk melanggengkan swasembada beras, meningkatkan produksi jagung untuk melanjutkan swasembada, dan meningkatkan produksi kedelai hingga meraih swasembada. Hal ini merupakan implementasi dari program empat sukses Kementerian Pertanian, yaitu 1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan kesejahteraan petani. Di sisi lain, upaya peningkatan produksi tanaman pangan dihadapkan kepada berbagai tantangan. Jumlah penduduk yang terus meningkat dengan laju yang masih tinggi, kini perubahan iklim telah pula mengancam keberlanjutan usaha pertanian. Perkembangan hama dan penyakit tanaman dalam beberapa tahun terakhir juga tidak terlepas dari dampak perubahan iklim. Ledakan hama wereng coklat di beberapa daerah, misalnya, telah merusak sebagian pertanaman padi yang tentu saja berdampak terhadap penurunan produksi. Selain itu, konversi lahan produktif dan degradasi lahan juga menjadi ancaman dalam peningkatan produksi. Wakil Menteri Pertanian, Dr. Rusman Heriawan, beserta Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Haryono, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Ir. Udhorokasih Anggoro, MM, dan Kepala Badan Pusat Statistik, Dr. Suryamin, panen perdana varietas unggul baru padi hibrida Hipa 8 di Sukamandi, Jawa Barat, didampingi oleh Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Dr. Hasil Sembiring (kiri), dan Kepala BB Padi, Dr. Made Jana Mejaya (kanan). Laporan Tahunan

9 Meskipun demikian, Indonesia masih memiliki peluang cukup besar dalam meningkatkan produksi pangan yang dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam ke lahan suboptimal, seperti lahan sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa pasang surut, serta peningkatan indeks pertanaman. Untuk mengatasi kendala dan masalah usahatani pada lahan suboptimal diperlukan inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas tanaman pangan pada berbagai agroekosistem secara berkelanjutan. Pengalaman lebih dari tiga dekade terakhir membuktikan penerapan inovasi teknologi berperan penting dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam berproduksi. Oleh karena itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian terus berupaya menghasilkan inovasi teknologi dan terobosan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani yang menjadi basis pembangunan pertanian dewasa ini. Keberhasilan penerapan teknologi antara lain tercermin dari peningkatan produksi. Pada tahun 2007, misalnya, produksi padi 57,16 juta ton dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 60,33 juta ton, dan pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 64,39 juta ton GKG, bahkan pada tahun 2010 mencapai 65,98 juta ton. Sehubungan pada tahun 2011 produksi turun 1,63% (ARM III) maka pada tahun produksi perlu ditingkatkan rata-rata 6% per tahun untuk mencapai target surplus beras 10 juta ton pada tahun Produksi jagung dalam periode tumbuh rata-rata 9,98%, sehingga swasembada jagung berhasil dicapai pada tahun Guna mempertahankan swasembada, produksi jagung harus tumbuh rata-rata 10,02% per tahun pada periode Berbeda dengan padi dan jagung, produksi kedelai dalam beberapa tahun terakhir berkisar antara ribu ton per tahun, sementara kebutuhan telah mencapai 2,0 juta ton pada tahun Untuk menutupi kekurangan produksi, pemerintah terpaksa mengimpor. Produksi kedelai pada periode hanya tumbuh 0,90% per tahun. Agar swasembada kedelai dapat diraih pada tahun 2014, produksi harus ditingkatkan ratarata 20,05% per tahun. Didukung oleh segenap unit kerja penelitian, Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun 2011 telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang diharapkan mampu mengatasi sebagian masalah yang dihadapi dalam peningkatan produksi. Inovasi tersebut antara lain varietas unggul baru, teknologi budi daya, dan pascapanen primer padi dan palawija. Di samping itu, tersedia logistik benih sumber padi dan palawija untuk mempercepat penyebaran varietas. 2 Laporan Tahunan 2011

10 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Target Visi dan Misi Visi Badan Litbang Pertanian merupakan bagian integral dari visi pembangunan pertanian dan perdesaan Indonesia. Visi Badan Litbang Pertanian adalah Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal. Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka Puslitbang Tanaman Pangan merumuskan visi sebagai berikut: Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun 2014 menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna. Untuk mencapai visi tersebut, misi yang harus dilaksanakan adalah (1) menghasilkan, mengembangkan, dan mendiseminasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah, efisien, dan kompetitif (scientific recognition); (2) meningkatkan kualitas sumber daya penelitian tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya; (3) mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional (networking) dalam rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran Puslitbang Tanaman Pangan dalam pembangunan pertanian (impact recognition). Tujuan Tujuan penelitian dan pengembangan tanaman pada tahun ditetapkan sebagai berikut: 1. Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman sumber daya genetik untuk bahan perakitan varietas unggul baru guna meningkatkan produktivitas, kandungan mineral dan vitamin, sesuai dengan preferensi konsumen, serta adaptif terhadap cekaman faktor biotik dan abiotik dampak perubahan iklim. 2. Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan sumber daya tanah (lahan dan air) tanaman dan organisme pengganggu tanaman (LATO) yang dapat merealisasikan potensi hasil dan mengurangi emisi gas rumah kaca (methan) di lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim ekstrim. 3. Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih sumber tanaman pangan kepada pengguna mendukung program strategis Kementerian Pertanian. 4. Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif dan responsif dalam rangka pembangunan sistem pertanian industrial. 5. Mengembangkan jejaring kerja sama kemitraan dengan dunia usaha, pemerintah daerah, lembaga penelitian dalam dan luar negeri. 6. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan sumber daya penelitian. Sasaran Untuk dapat menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan Puslitbangtan adalah: 1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan. 2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan. 3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk penyebaran varietas berdasarkan sistem manajemen mutu (SMM) ISO Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan. 5. Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan tanaman pangan. Laporan Tahunan

11 Target Utama Dalam lima tahun ke depan ( ), Puslitbangtan mempunyai beberapa target utama, yaitu: a. Varietas unggul padi, jagung hibrida, dan kedelai tropika ultra genjah, tahan hama penyakit, toleran kekeringan, dan jenuh air untuk mendukung peningkatan indeks panen. b. Varietas unggul gandum tropika adaptif pada ketinggian tempat < 400 m dpl., dan produksi tinggi. c. Varietas unggul padi, jagung, dan ubijalar untuk pangan fungsional d. Varietas unggul sorgum dan ubikayu untuk pangan dan bioenergi. e. Varietas unggul kacang tanah dan kacang hijau untuk pengembangan industri agro. f. Pengembangan sistem perbenihan tanaman pangan dengan menerapkan (SMM) ISO dalam produksi benih sumber. g. Teknologi peningkatan produktivitas dan pengelolaan hara, lahan, dan air mendukung peningkatan indeks panen. 4 Laporan Tahunan 2011

12 Kebijakan, Strategi, dan Program Arah kebijakan dan strategi penelitian dan pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral dari arah kebijakan dan strategi litbang pertanian, khususnya yang terkait langsung dengan program perakitan teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Arah Kebijakan 1. Memfokuskan penciptaan teknologi benih/bibit unggul dan rumusan kebijakan mendukung pemantapan swasembada beras dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai untuk meningkatkan produksi komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi pangan, bioenergi dan bahan baku industri. 2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi dan diseminasi hasil penelitian kepada seluruh stakeholders nasional maupun internasional untuk mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian (impact recognition), pengakuan ilmiah internasional (scientific recognition), dan perolehan sumbersumber pendanaan penelitian lainnya di luar APBN (external fundings). 3. Meningkatkan kuantitas, kualitas, dan kapabilitas sumber daya penelitan melalui perbaikan sistem rekrutmen dan pelatihan SDM, penambahan sarana dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai dengan kebutuhan institusi. 4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada pengakuan dan perlindungan HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) secara nasional dan internasional. 5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan pengembangan pertanian yang akuntabel dan good governance. Strategi 1. Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi melalui padu-padan dengan para pemangku kepentingan untuk pencapaian sasaran pembangunan pertanian dan benchmark hasil penelitian. 2. Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas penelitian (scientific recognition), memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan yang berorientasi ke depan, memecahkan masalah, berwawasan lingkungan, aman bagi kesehatan dan menjamin keselamatan manusia serta dihasilkan dalam waktu relatif cepat, efisien dan berdampak luas. 3. Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif dalam rangka pembangunan pertanian untuk memecahkan berbagai masalah dan isu-isu aktual dalam pembangunan pertanian. 4. Meningkatkan intensitas promosi, komunikasi, dan partisipasi pada kegiatan ilmiah nasional dan internasional. 5. Meningkatkan intensitas pendampingan penerapan teknologi kepada calon pengguna. 6. Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi kepada pelaku usaha industri agro. 7. Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan dengan lembaga internasional/nasional berkelas dunia dalam rangka memacu peningkatan produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pengguna dan pasar. Kerja sama penelitian dan pengembangan juga diarahkan untuk pencapaian pengakuan kompetensi sebagai impact recognition yang mengarah pada peningkatan perolehan pendanaan di luar APBN. 8. Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI hasil penelitian dan pengembangan (litbang) ke dunia industri melalui lisensi. 9. Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara konsisten pada semua jajaran Puslitbang Tanaman Pangan. Laporan Tahunan

13 Program Sesuai dengan Pokok-Pokok Reformasi Perencanaan dan Penganggaran (SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menkeu, No M.PPN/06/ 2009, tanggal 19 Juni 2009), program hanya ada di Eselon I, sedangkan kegiatan di eselon II. Program Badan Litbang Pertanian (Eselon I) pada periode adalah Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing. Sejalan dengan program tersebut, Puslitbang Tanaman Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya litbang menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, yaitu tiga di antara lima komoditas prioritas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai) serta ubikayu dan kacang tanah yang termasuk dalam 30 fokus komoditas lainnya dan komoditas tanaman pangan yang menjadi penting seiring dinamika pengembangan tanaman pangan. Kegiatan Sesuai dengan organisasi Badan Litbang Pertanian, maka di Puslitbang Tanaman Pangan (Eselon II) terdapat satu kegiatan, yaitu Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Kegiatan litbang tanaman pangan dilaksanakan oleh lima satker, yaitu Puslitbangtan, BB Padi, Balitsereal, Balitkabi, dan Lolit Tungro dengan capaian output disajikan pada Tabel 1, 2, 3, 4, dan 5. Tabel 1. Capaian Puslitbangtan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Jenis Output Capaian Biaya (Rp000) Layanan Perkantoran 12 Bulan Rumusan Kebijakan Tanaman Pangan 8 Rekomendasi Koordinasi 2 laporan Perencanaan & Anggaran 1 Laporan Monitoring & Evaluasi 3 Laporan Diseminasi Teknologi Tanaman Pangan 5 Laporan Pengelolaan Satker 4 Laporan Pengembangan Kerja Sama 3 Laporan Bangunan m Peralatan 42 Unit Pengadaan Buku 40 Buah Jumlah Tabel 2. Capaian BB Padi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Jenis Output Capaian Biaya (Rp000) Layanan Perkantoran 12 Bulan Perencanaan & Anggaran 3 Laporan Monitoring & Evaluasi 3 Laporan Diseminasi Teknologi Tanaman Pangan 10 Laporan Pengelolaan Satker 4 Laporan Bangunan m Peralatan 205 Unit Varietas Unggul Padi 4 Varietas Galur Harapan Tanaman Padi 150 Galur Plasma Nutfah Padi 500 Aksesi Teknologi Tanaman Padi 4 Teknologi Benih Sumber 30 Ton Data Base Benih 1 Laporan Data Base Plasma Nutfah 1 Laporan Pengadaan Buku Buah Jumlah Tabel 3. Capaian Balitsereal dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Jenis Output Capaian Biaya (Rp000) Layanan Perkantoran 12 Bulan Perencanaan & Anggaran 1 Laporan Monitoring & Evaluasi 3 Laporan Diseminasi Teknologi Tanaman Pangan 3 Laporan Pengelolaan Satker 9 Laporan Bangunan M Peralatan 151 Unit Varietas Unggul Serealia 3 Varietas Plasma Nutfah Serealia 555 Aksesi Teknologi Tanaman Serealia 4 Teknologi Benih Sumber 39 Ton Data Base Benih 1 Laporan Pengadaan Buku 5 Buah Jumlah Laporan Tahunan 2011

14 Indikator Kinerja Utama Output yang menjadi indikator kinerja utama (IKU) litbang tanaman pangan meliputi: 1. Jumlah varietas unggul baru padi, serealia, dan kacang-kacangan dan umbi-umbian. 2. Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan. 3. Jumlah aksesi sumber daya genetik (SDG) padi, serealia, dan kacang-kacangan dan umbi-umbian terkoleksi, teridentifikasi, dan terkonservasi untuk perbaikan sifat varietas. 4. Jumlah produksi benih sumber padi, serealia, dan kacang-kacangan dan umbiumbian dengan SMM ISO Jumlah publikasi ilmiah untuk diseminasi Iptek. Komponen Input Kegiatan dan Pendanaan Berdasarkan orientasi output yang ingin dicapai pada periode , komponen input kegiatan litbang untuk menghasilkan output di masing-masing satker dikelompokkan menjadi dua kategori sebagai berikut: a. Kategori I: Scientific recognition, yaitu komponen input kegiatan litbang upstream untuk menghasilkan inovasi teknologi dan kebijakan pendukung yang mempunyai muatan ilmiah, fenomenal, dan futuristik untuk mendukung peningkatan produksi lima komoditas prioritas dan 30 fokus komoditas pertanian. b. Kategori II: Impact recognition, yaitu komponen input kegiatan litbang yang lebih bersifat penelitian adaptif untuk mendukung pencapaian program utama Kementerian Pertanian dalam pembangunan pertanian. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka proporsi pendanaan komponen input kegiatan litbang pertanian yang bersumber dari pendanaan internal (APBN Badan Litbang Pertanian) dikelompokkan menjadi: a. Penelitian upstream dengan alokasi porsi pendanaan 50-60%. Tabel 4. Capaian Balitkabi dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Jenis Output Capaian Biaya (Rp000) Layanan Perkantoran 12 Bulan Perencanaan & Anggaran 2 Laporan Monitoring & Evaluasi 3 Laporan Diseminasi Teknologi Tanaman Kabi 6 Laporan Pengelolaan Satker 10 Laporan Bangunan 644 M Peralatan 43 Unit Varietas Unggul Kabi 4 Varietas Galur Harapan Tanaman Kabi 8 Galur Plasma Nutfah Kabi 200 Aksesi Teknologi Tanaman Kabi 8 Teknologi Benih Sumber 51 Ton Pengadaan Buku 25 Buah Jumlah Tabel 5. Capaian Loka Tungro dalam kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan. Jenis Output Capaian Biaya (Rp000) Layanan Perkantoran 12 Bulan Perencanaan & Anggaran 1 Laporan Diseminasi Teknologi Tanaman Padi 3 Laporan Pengelolaan Satker 4 Laporan Bangunan 511 M Peralatan 8 Unit Galur Harapan Padi Tahan Tungro 10 Galur Benih Sumber (BS dan FS) 17 Ton Teknologi Pengendalian Penyakit Tungro 1 Teknologi Jumlah b. Penelitian strategis (konsorsium dan kerja sama) berupa penelitian upstream dan adaptif, dengan alokasi porsi pendanaan 20-30%. c. Penelitian yang mendukung langsung pencapaian program utama Kementerian Pertanian berupa kegiatan penelitian adaptif dan diseminasi, dengan alokasi porsi pendanaan 10-20%. Upaya peningkatan pendanaan di luar APBN dilakukan melalui peningkatan kerja sama penelitian dan pemanfaatan hasil penelitian dalam dan luar negeri. Khusus kerja sama dalam negeri ditingkatkan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah dan swasta dengan mengacu pada PP 35/2008. Laporan Tahunan

15 RPTP/RDHP/RKTM 2011 Komponen input kegiatan litbang tanaman pangan di masing-masing satker lingkup Puslitbangtan dijabarkan dalam bentuk Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) dan Rencana Diseminasi Hasil Penelitian (RDHP) untuk kegiatan teknis, dan Rencana Kegiatan Tim Manajemen (RKTM)untuk kegiatan manajemen. Untuk RPTP/RDHP, oleh tim peneliti dirinci lagi lebih lanjut menjadi Rencana Operasional Penelitian Pertanian (ROPP) dan Rencana Operasional Diseminasi Hasil Penelitian (RODHP). Judul RPTP/RDHP/ RKTM satker lingkup Puslitbangtan pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 6, 7, 8, 9, dan 10. Tabel 6. Judul RPTP, RDHP dan RKTM satker Puslitbangtan No. Judul RPTP/RDHP/RKTM Penanggung Jawab Biaya (Rp) 1. Analisis Penanggulangan Isu-Isu Penting Produksi Dr. Hasil Sembiring Tanaman Pangan dalam rangka Mempertahankan Swasembada Beras dan Jagung, serta Menuju Swasembada Kedelai Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Tanaman Prof. Dr. Djoko Said Pangan Menghadapi Persaingan Global Damarjati 3. Analisis Tingkat Adopsi Teknologi Produksi Padi Prof. Dr. Sumarno Sawah Mengacu Produktifitas Optimal dan Berkelanjutan 4. Analisis Kesiapan Sistem Perbenihan Kedelai dalam Ir. Jan Rachman Mendukung Swasembada Hidajat, MS 5. Kesiapan Tindakan Adaptasi Usaha Tani Tanaman Prof. Dr. Ir. A. Karim Pangan Menghadapi Banjir dan Kekeringan Akibat Makarim, MSc Perubahan Iklim Global 6. Analisis Efektifitas Bantuan Benih dan Bantuan Pupuk Drs. Lukman Hakim pada Program SL-PTT 7. Analisis Permasalahan Implementasi PHT di Lapangan Dr. M. Muhsin Analisis Permasalahan Sistem Produksi Benih Jagung Dr. Firdaus Kasim Komposit 9. Koordinasi Konsorsium Litbang Tanaman Pangan Dr. I Nyoman Widiarta Bimbingan dan Percepatan dan Percepatan Penerapan Dr. I Nyoman Widiarta Teknologi Mendukung Peningkatan Produktifitas Tanaman Pangan 11. Penyusunan Program & Anggaran Ir. Husni Kasim Monitoring Evaluasi dan LAKIP Ir. Sunihardi, MS Sistem Pengendalian Intern (SPI) Ir. Sunihardi, MS Penyediaan dan Penyebarluasan Data dan Informasi Ir. Hardono, MSc Tanaman Pangan 15. Pertemuan Ilmiah dan Ekspose Inovasi Teknologi Ir. Hardono, MSc Tanaman Pangan 16. Penyusunan dan Penerbitan Publikasi Ilmiah, Populer Hermanto, S.Sos dan Semi Populer 17. Pengelolaan Perpustakaan Hermanto, S.Sos Penas ke XIII Ir. Hardono, MSc Pembinaan dan Koordinasi Kelembagaan Ir. Etty Herawati, MSi Pembinaan Administrasi Pengelolaan Kepegawaian Yutanto,SE Pembinaan Administrasi Pengelolaan Perlengkapan, Drs. Muchtar Keuangan dan SAP 22. Penatausahaan, Pembukuan Verifikasi dan Pelaksanaan Drs. Kusnandar, MM Anggaran 23. Rintisan Kerjasama Djarkasji, SIP Pengembangan Kerjasama UNESCAP-CAPSA Ann C.M. Junadi Pengembangan Kerjasama IRRI Prof. Dr. Zulkifli Zaini Kerjasama Jasa Kepakaran (Hibah Dalam Negeri) Dr. Firdaus Kasim Jumlah Laporan Tahunan 2011

16 Tabel 7. Judul RPTP, RDHP dan RKTM satker BB Padi, Sukamandi No. Judul RPTP/RDHP/RKTM Penanggung Jawab Biaya (Rp) 1. Percepatan pelepasan VUB padi sawah, sawah tadah Dr. Sudarmaji hujan berumur sangat genjah ( HSS) dan padi gogo tahan blas berdaya hasil tinggi (>6 t/ha) melalui konsorsium padi nasional 2. Pembentukan varietas padi sawah irigasi ultra genjah, Prof. Bambang tahan WBC, HDB, RTV produktivitas > 8 t/ha Suprihatno MSc 3. Perakitan varietas padi hibrida tahan WBC, HDB, dan Dr. Satoto Tungro, potensi hasil 20-30% >Ciherang berumur genjah 4. Pemanfaatan teknik mutasi buatan dalam pembentukan Ir. M. Yamin S genotipe padi berumur genjah <90 HST 5. Pembentukan varietas padi gogo aromatik tahan Blas Dr. Suwarno Dominan, Toleran kejenuhan Al (Al-dd 40%), dan kekeringan serta berpotensi hasil tinggi (>8 t/ha) 6. Perakitan varietas padi fungsional berpotensi hasil Dr. Buang Abdullah tinggi (>8t/ha) tahan hama dan penyakit utama dan bermutu beras SNI 7. Pembentukan padi sawah tadah hujan sangat genjah Dr. AA. Daradjat dan padi dataran tinggi daya hasil tinggi 8. Perakitan varietas padi lahan rawa lebak dan pasang Ir. Endang Suhartatik surut toleran rendaman (> 15 hari) hemat pupuk produktivitas > 7 t/ha 9. Peningkatan efektivitas pengendalian hama padi ramah Prof. Baehaki lingkungan untuk menekan kehilangan hasil (10%) mendukung IP Padi Epidemiologi penyakit utama padi sebagai dasar Ir. Sudir pengendalian untuk menekan kehilangan hasil (<10%) mendukung IP Padi Efisiensi penggunaan air dan pupuk > 20% melalui Dr. Sarlan A perbaikan teknologi hemat air, penggunaan populasi dan pemupukan pada budidaya padi sawah mendukung IP Padi Karakterisasi komponen flavor, nilai gizi dan fungsional Dr. Bram Kusbiantoro mendukung pembentukan varietas padi aromatik 13. Peningkatan produktivitas lahan melalui perbaikan Dr. A. Gani teknologi hemat pupuk pada IP 300 dan IP 400 berbasis padi 14. Pemetaan adopsi dan produktivitas VUB dan PTT Ir. Putu Wardana, M.Sc mendukung P2BN 15. The Assesment of Senestech s VCD Technology for Dr. Sudarmaji Managing Rodent in Agricultural System 16. Ecologically Base Participatory IPM for South East Asia Prof. Dr. Baehaki Building More Profitable and Resilient Farming System Dr. A. Gani in Nangro Aceh Darussalam and New South Wales 18. CURE Working Group on Submergence Prone and Dr. Suwarno dan Upland System Dr. Priatna Sasmita 19. Development of Differential System for Blast Resistance Dr. Suwarno in Indonesia 20. Green Super Rice (GSR) for The Resource Poor Africa Dr. Untung Susanto and Asia 21. Breeding Heat Tolerance Hybrid Rice Sharing and Joint Licensing of Hybrid Rice Dr. Satoto Breeding Materials 23. Golden Rice Product Development and Deployment for Dr. Buang Abdullah Indonesia Laporan Tahunan

17 Tabel 7. Lanjutan. No. Judul RPTP/RDHP/RKTM Penanggung Jawab Biaya (Rp) 24. Pengujian Ketahanan OPT Galur Padi PT Sang Hyang Seri Prof. Dr. Baehaki Terhadap Wereng Coklat, Tungro dan Hawar Daun Bakteri 25. Pelaksanaan Program Penelitian Bersama di Laboratorium Dr. Bram Kusbiantoro Analisis Plavor Padi 26. Pengujian Efektifitas Pembenah Tanah Humanika Terhadap Dr. Sarlan A Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi 27. Pengujian Ketahanan Galur Padi Hibrida PT Dupont Indonesia Terhadap Wereng Coklat, Tungro dan Hawar Daun Jingga 28. Pengujian Ketahanan Terhadap Organisme Pengganggu Dra. Triny S. Kadir Tanaman serta Analisis Mutu Gabah dan Beras Galur Padi Milik PT Nusantara Surya Benih 29. Produksi Benih F1 Hibrida Hipa 10 dan Hipa 11 Dr. Satoto Penyediaan Benih Sumber (BS/FS) VUB, Perbanyakan Benih F1 Hibrida Hipa 5 Ceva dan Pengujian Multi Lokasi untuk Pelepasan Varietas Padi Hibrida 31. Pengujian Ketahanan Terhadap Organisme Pengganggu Dra. Triny S. Kadir Tanaman serta Analisis Mutu Gabah dan Beras Galur Padi Milik PT Agri Mandiri Lestari 32. Evaluasi Efektifitas Penggunaan Pupuk Organik Ozra Plus Dr. Sarlan A pada Tanaman Padi 33. Evaluasi Efektifitas Penggunaan Pupuk Organik Plus pada Dr. Sarlan A Tanaman Padi 34. Pengujian Ketahanan 15 Galur Padi milik PT Agri Makmur Prof. Dr. Baehaki Pertiwi Terhadap OPT Utama Meliputi Wereng Coklat, Hawar Daun Bakteri dan Tungro serta Analisis Mutu Gabah dan Beras 35. Pengujian Mutu Beras 12 Galur Padi PT Dupont Indonesia Pengujian Mutu Beras dan Gabah 38 Galur Padi PT Sygenta Indonesia 37. Penyediaan Benih Penjenis 50 Varietas Unggul Padi Ir. Sri Wahyuni, MSc (>12 Ton), Benih Dasar 20 Varietas (>30 ton) dan Penelusuran Alur Perbanyakan Benih Sumber Padi 38. Pengelolaan Data Base Plasma Nutfah, Pemeliharaan Biotipe WBC dan Patotipe Isolat Penyakit 39. Peningkatan Keragaman Genetik Koleksi Plasma Nutfah Dr. Untung Susanto Padi (>500 aksesi), Karakterisasi, Verifikasi dan Rejuvinasi (>200 aksesi) untuk Perbaikan Sifat Varietas 40. Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program Dr. Sudarmaji Monitoring, Evaluasi dan SPI Dr. Sudarmaji Pengembangan Sumberdaya Informasi Iptek dan Ir. Putu Wardana, MSc Diseminasi Jumlah Laporan Tahunan 2011

18 Tabel 8. Judul RPTP, RDHP dan RKTM satker Balitsereal, Maros No. Judul RPTP/RDHP/RKTM Penanggung Jawab Biaya (Rp) 1. Perakitan jagung hibrida genjah (70-80 hari, potensi Dr. Muhammad Azrai hasil > 10 t/ha), umur sedang (80-90 hari, potensi hasil > 12 t/ha), toleran kekeringan 2. Perakitan jagung hibrida dan bersari bebas super genjah Dr. Andi Takdir M (70-80 hari) dan ultra genjah (< 70 hari) potensi hasil t/ha 3. Perakitan varietas gandum tropis adaptif pada ketinggian Dr. Muhammad Azrai < 400 m dpl, potensi hasil > 1,5 t/ha 4. Perakitan varietas sorgum (potensi hasil > 4 t/ha) bahan Fatmawati, SP, MP baku bio-ethanol (kadar ethanol 9-15%) 5. Perakitan jagung komposit dan hibrida untuk pangan Ir. Yasin HG, MS fungsional (QPM lysine 0,43%, trptofan 0,12-0,13%, pro-vit A 8 mikrogram/gram) 6. Rintisan penelitian berbasis marka molekuler tanaman Dr. Marcia B. Pabendon serealia (jagung, gandum, dan sorgum) untuk perakitan varietas unggul 7. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi dan evaluasi sumber daya Dr. Mappaganggang genetik jagung genjah (70-80 hari) sorgum manis, gandum S. Pabbage tropis (< 700 m dpl) dan jewawut 8. Formulasi biopestisida hayati untuk pengendalian Ir. Andi Tenrirawe, MSi Aspergillus flavus dan OPT utama pada jagung, menekan kehilangan hasil < 10% 9. Penangkaran benih jagung hibrida silang tiga jalur (hasil Dr. Ramlah Arief benih F1 > 2 t/ha) berbasis komunitas 10. Peningkatan hasil jagung melalui pendekatan PTT dalam Ir. Zubachtirodin, MS konsep IP 400 dengan tingkat hasil > 32 t/ha/th 11. Penekanan kehilangan hasil pada proses perontokan Ir. Imam Uddin Firmansyah gandum (15%) dan penurunan tannin sorgum (mendekati 0%) pada proses penyosohan 12. Produksi Benih Penjenis (BS) Varietas Unggul Baru Jagung Ir. Zubachtirodin, MS Bersari Bebas dengan Penerapan Manajemen Mutu 13. Produksi Benih Dasar (BD) Varietas Unggul Baru Jagung Ir. Zubachtirodin, MS Bersari Bebas dengan Penerapan Manajemen Mutu 14. Produksi Benih F1 Hibrida untuk Pendampingan SL-PTT Ir. Zubachtirodin, MS Jagung Hibrida 15. Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Anggaran Dr. A.M. Adnan Monitoring, Evaluasi dan SPI Dr. A.M. Adnan Penyebarluasan dan Alih Teknologi Inovasi Produksi Serealia Dr. M. Yasin Open House Balitsereal Ir. M. Sudjak Saenong Pengembangan Jaringan dan Sistem Informasi Dr. Muhammad Aqil (penyusunan, pencetakan, penerbitan, website, penyebarluasan informasi dan perpustakaan digital) 20. Kerjasama Pengujian Multilokasi Jagung Hibrida Dr. A.M. Adnan Kerjasama Uji Ketahanan Beberapa Varietas/Genotipe Dr. Soenartiningsih Jagung Hibrida Terhadap Penyakit Bulai 22. Kerjasama Uji Efektifitas Pupuk Majemuk NPK+Humic Ir. Safruddin, MS Acid dan Pupuk Hayati Ecofert Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung 23. Pengembangan Sistem Produksi dan Distribusi Benih Dr. A.M. Adnan Sumber (BS) Jagung VUB dan Serealia Lainnya dengan Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO Jumlah Laporan Tahunan

19 Tabel 9. Judul RPTP, RDHP dan RKTM satker Balitkabi, Malang No. Judul RPTP/RDHP/RKTM Penanggung Jawab Biaya (Rp) 1. Konsorsium perakitan varietas kedelai tropis toleran Prof. Dr. Subandi lahan masam (ph 4,5-5,5), varietas unggul toleran kekeringan (60% kapasitas lapang), varietas unggul toleran naungan (50% intensitas cahaya), varietas unggul toleran lahan pasang surut tipe-c, serta perbaikan teknologi budidaya dengan potensi hasil 2,5 t/ha 2. Perakitan varietas dan perbaikan sistem produksi kacang Dr. A.A. Rahmiana tanah umur genjah hari, toleran cekaman biotik dan abiotik utama dengan potensi hasil 3,0-4,0 t/ha 3. Perakitan varietas dan perbaikan sistem produksi ubikayu Dr. Ir. Solihin genjah (7 bulan), pati tinggi (>22% untuk pangan dan industri potensi hasil 60 t/ha) 4. Perakitan varietas unggul ubijalar berkadar betakaroten Dr. M. Yusuf tinggi dan antosianin tinggi sebagai pangan fungsional, potensi hasil > 40 t/ha 5. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah aneka Prof. Dr. Astanto Kasno kacang dan umbi secara konvensional dan memanfaatkan teknologi DNA 6. Formulasi pupuk hayati dan organik untuk meningkatkan Dr. Arief Harsono produktivitas aneka tanaman kacang dan ubi 20% dan menghemat pupuk kimia 50% 7. Formulasi pestisida nabati dan agens hayati untuk Dr. Suharsono pengenalian OPT kedelai ramah lingkungan, hemat pestisida kimia 50% 8. Inovasi alat pengering biji dan alat tanam mendukung Ir. Ketut Tastra, MS budidaya kedelai di lahan kering yang dapat menghasilkan benih berkualitas (daya tumbuh >90%) 9. Perakitan varietas dan perbaikan sistem produksi kacang Ir. Trustinah, MP hijau umur genjah (57-58 hari), toleran cekaman biotik (penyakit embun tepung, hama thrips) dengan potensi hasil 2,5 t/ha 10. Perakitan varietas dan perbaikan sistem produksi kedelai Dr. Novita Nugrahaeni tropis umur genjah (73-89 hari) sampai sedang (80-85 hari) ukuran biji sedang-besar, potensi hasil biji 3 t/ha 11. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber Ir. M. Anwari, MS aneka kacang dan ubi 12. Kerjasama AFACI Dr. Heru Kuswantoro Kerjasama ACIAR Dr. A.A. Rahmianna Kerjasama PT Medco Ethanol Lampung Prof. Dr. Nasir Saleh Kerjasama PT Tudung Putra Putri Jaya Kerjasama PT Sorini Agro Asia Pembuatan Rain Shelter (Naungan Hujan) Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Anggaran Prof. Dr. Marwoto Monitoring, Evaluasi dan SPI Prof. Dr. Sudaryono Diseminasi Teknologi Tanaman Pangan Ir. Abdullah Taufiq, MP Jumlah Tabel 10. Judul RPTP, RDHP dan RKTM satker Lolit Tungro, Lanrang No. Judul RPTP/RDHP/RKTM Penanggung Jawab Biaya (Rp) 1. Pengembangan teknik peringatan dini di pesemaian Ir. Syahrir Pakki, MP dan tanaman umur muda (30 HST) serta pengendalian tungro untuk menekan kehilangan hasil < 10% 2. Produksi Benih Sumber (SS) Padi Tahan Penyakit Tungro Ir. Syahrir Pakki, MP Uji Multi Lokasi Calon Varietas Unggul Tahan Penyakit Ir. Fauziah, MSi Tungro pada Padi 4. Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program Mansur, SP Diseminasi Tanaman Pangan Ir. Syahrir Pakki, MP Jumlah Laporan Tahunan 2011

20 Kinerja Utama Kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan merupakan bagian integral dari Program Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian. Penjabaran Program Litbang Pertanian ke dalam kegiatan litbang tanaman pangan mencakup tersedianya benih sumber, varietas unggul baru, dan inovasi teknologi tanaman pangan mendukung swasembada beras dan jagung secara berkelanjutan, meraih swasembada kedelai, dan meningkatkan produktivitas tanaman pangan lainnya. Keberhasilan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan beserta jajarannya pada tahun 2011 tercermin dari indikator kinerja utama sebagai sasaran strategis antara lain: 1. Pengelolaan dan pemanfaatan 800 aksesi sumber daya genetik tanaman pangan untuk bahan perakitan varietas unggul baru. 2. Perakitan 11 varietas unggul baru (VUB) padi, jagung, kedelai, dan tanaman pangan lainnya. 3. Perakitan delapan paket teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan. 4. Produksi 45 ton benih sumber (BS dan FS) tanaman pangan yang sesuai dengan SMM ISO Rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian industrial. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Sumber daya genetik sangat diperlukan dalam perakitan varietas unggul baru dengan berbagai keunggulan, antara lain produktivitas tinggi, tahan terhadap hama penyakit dan kendala abiotik lainnya. Pengelolaan sumber daya genetik bertujuan untuk menambah koleksi, konservasi, dan rejuvenasi agar tidak punah sehingga keragamannya tetap terjaga dan bahkan meningkat. Selama tahun 2011, Balai Besar dan Balai Penelitian lingkup Puslitbang Tanaman Pangan telah mengelola aksesi plasma nutfah padi dan palawija. Padi Sampai saat ini telah terkoleksi 187 aksesi plasma nutfah tanaman padi yang meliputi varietas lokal dan introduksi INGER. Melalui kegiatan di lapang dan rumah kaca telah terkarakterisasi 343 aksesi. Sebagian data masih diolah dan ditargetkan akan ada tambahan koleksi sebanyak 350 aksesi. Dengan demikian, koleksi plasma nutfah padi diharapkan sudah menjadi 537 aksesi. Selama tahun 2011, Balai Besar dan Balai Penelitian lingkup Puslitbangtan mengelola aksesi plasma nutfah padi dan palawija. Laporan Tahunan

21 Serealia Untuk komoditas serealia nonpadi telah terkoleksi dan teridentifikasi sebanyak aksesi plasma nutfah yang terdiri atas 644 aksesi jagung, 191 aksesi sorgum, dua aksesi hermada, 101 aksesi gandum, 106 aksesi jewawut, dan lima aksesi jali. Plasma nutfah yang dimiliki Balitsereal sudah dimanfaatkan dalam pembentukan varietas unggul, dan pada tahun 2011 telah dilepas enam VUB jagung, yang terdiri atas empat jagung hibrida dan dua jagung komposit. Aneka Kacang dan Ubi Konservasi plasma nutfah tanaman kacang dan ubi pada tahun 2011 meliputi 150 aksesi kedelai, 150 aksesi kacang tanah, 150 aksesi kacang hijau, 162 aksesi ubijalar, 250 aksesi ubikayu, 87 aksesi kacang potensial (75 kacang tunggak, empat kacang koro, empat kecipir, dan empat kacang beras), dan 201 aksesi ubi potensial (50 kimpul, 50 talas, 21 suweg, 64 Dioscorea, delapan ganyong, dan delapan erut). Semua duplikat plasma nutfah aneka tanaman kacang disimpan di ruang dingin Balitkabi. Pada tahun 2011 juga telah dilakukan pelestarian 500 aksesi kedelai adaptif lahan pasang surut. Varietas Unggul Baru Selama tahun 2011 Kementerian Pertanian telah melepas 29 varietas unggul baru tanaman pangan, 23 varietas diantaranya telah memiliki SK pelepasan, sementara enam varietas lainnya masih menunggu SK Menteri Pertanian. Padi VUB padi yang dilepas terdiri atas 14 varietas padi sawah dan tiga varietas padi gogo. Varietas padi sawah terdiri atas delapan jenis inbrida (INPARI 14 Pakuan, INPARI 15 Parahyangan, INPARI 16 Pasundan, INPARI 17, INPARI 18, INPARI 19, INPARI 20, dan INPARI Sidenuk) dan enam jenis hibrida (HIPA Jatim 1, HIPA Jatim 2, HIPA Jatim 3, HIPA 12 SBU, HIPA 13, dan HIPA 14 SBU). Varietas unggul baru padi gogo dilepas dengan nama INPAGO 8, INPAGO Unsoed 1, INPAGO Unram 1. Keunggulan masing-masing varietas disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Varietas unggul baru padi yang dilepas tahun Nama Umur Potensi hasil Keterangan (hari) (t/ha) Inpari 14 Pakuan 113 8,2 Agak tahan HDB III,IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang, pulen Inpari 15 Parahyangan 117 7,5 Agak tahan HDB III, IV, Blas, mutu lebih baik dari Ciherang, pulen Inpari 16 Pasundan 118 7,6 Tahan HDB, agak tahan blas, mutu lebih baik dari Ciherang, pulen Inpari ,9 Agak tahan WBC 1,2, tahan HDB III, IV, VIII, dan agak tahan blas, pulen Inpari ,5 Tahan WBC 1,2 agak tahan HDB Inpari ,5 Tahan WBC 1,2 agak tahan WBC 3, tahan HDB III, pulen Inpari ,8 Agak tahan WBC 2, tahan HDB III, agak tahan blas Inpari Sidenuk 114 7,6 Agak tahan HDB III, Agak tahan blas, pulen Inpago ,1 Tahan blas, toleran kekeringan, agak toleran Al,pulen Inpago Unsoed ,2 Agak tahan WBC1, toleran Fe, Agak toleran kekeringan, pulen, aromatik Inpago Unram ,6 Tahan blas, agak toleran Al dan Fe, pulen, merah Hipa Jatim ,0 Agak rentan WBC 1,2, pulen Hipa Jatim ,9 Agak rentan WBC 3, Agak tahan HDB III, pulen Hipa Jatim ,7 Agak tahan HDB III, pulen Hipa 12 SBU ,5 Agak tahan WBC 3, agak tahan HDB III, pulen Hipa ,5 Agak tahan WBC 2, agak tahan HDB III, pulen. Hipa 14 SBU ,1 Agak tahan WBC 2, agak tahan HDB III, pulen. 14 Laporan Tahunan 2011

22 Sebagian dari varietas unggul padi dan jagung yang dilepas pada tahun Jagung Selama tahun 2011 telah dilepas tujuh VUB jagung hibrida dan komposit. Varietas unggul jagung hibrida dilepas dengan nama BIMA 12 Q, BIMA 13Q, BIMA 14 Batara, BIMA 15 Sayang, dan BIMA 16. Dua varietas unggul jagung komposit (bersari bebas) dilepas dengan nama Provit A1 dan Provit A2. Jagung hibrida varietas Bima 12Q memiliki potensi hasil 9,3 t/ha, umur 98 hari setelah tanam (HST), kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi, batang dan daun di atas tongkol masih hijau setelah biji sudah masak (stay green). Varietas Bima 13Q toleran bercak daun, agak toleran busuk pelepah dan rentan hama gudang, potensi hasilnya 9,3 t/ha, umur 103 HST, kandungan asam amino lisin dan triptofan tinggi. Varietas Bima 14 Batara memiliki potensi hasil 12,9 t/ha, umur 95 HST, dan stay green sehingga dapat diintegrasikan dengan usaha ternak. Varietas Bima 15 Sayang berpotensi hasil 13,2 t/ha, umur 100 HST, dan stay green. Varietas Bima 16 memiliki potensi hasil 12,4 t/ha, dapat beradaptasi pada lahan suboptimal, tahan terhadap penyakit bulai dan hawar daun. Kedelai varietas Gema, mampu berproduksi 3,06 t/ha. Program fortifikasi jagung kerja sama Badan Litbang Pertanian dengan CIMMYT menghasilkan 2 varietas jagung komposit yang diperkaya vitamin A. Jagung varietas Provit A-1 kandungan vitamin A (beta karotin tinggi 0,081 ppm), kandungan protein lebih tinggi dibanding jagung biasa, potensi hasil 7,4 t/ha, umur 96 HST. Sedangkan varietas Provit A-2 mempunyai kandungan vitamin A (beta karotin 0,144 ppm), kandungan protein 8,64%, potensi hasil 8,8 t/ha, dan umur 98 HST. Jagung Laporan Tahunan

23 ini sangat sesuai untuk mengatasi permasalahan gizi buruk. Kedelai VUB kedelai dilepas dengan nama Gema. Keunggulan utama varietas ini adalah berumur sangat genjah (73 hari). Hasil uji adaptasi di 16 sentra produksi kedelai menunjukkan varietas Gema mampu berproduksi 3,06 t/ha, bobot biji 11,9 g/100 biji, kandungan protein 39% lebih tinggi daripada kedelai impor yang hanya 37%. Berumur sangat genjah, varietas Gema prospektif dikembangkan pada daerah bercurah hujan terbatas atau pada MK II. Ubijalar Dua klon harapan ubijalar dengan kandungan antosianin tinggi, yaitu MSU dan MSU , telah disetujui untuk dilepas masingmasing dengan nama varietas Antin 1 dan Antin 2, keduanya berwarna daging ubi ungu. Varietas Antin 1 memiliki potensi hasil 33,2 t/ ha, toleran kekeringan, kandungan antosianin 33,89 mg/100 g, distribusi warna ungu ubi sangat menarik, dan cocok dibuat keripik. Varietas Antin 2 memiliki potensi hasil 27,3 t/ha dengan kandungan antosianin 156 mg/100 g umbi. Kacang Tanah Dua galur harapan kacang tanah telah diusulkan untuk dilepas sebagai varietas unggul dengan nama Hypoma 1 dan Hypoma 2, saat ini sedang menunggu SK pelepasan varietas. Hypoma 1 adaptatif pada lingkungan optimal, dengan potensi hasil 3,70 t/ha polong kering, cukup tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun, agak tahan terhadap penyakit layu bakteri. Varietas Hypoma 2 adaptif pada lingkungan dengan curah hujan terbatas atau toleran kekeringan pada fase generatif. Potensi hasil varietas Hypoma 2 mencapai 3,50 t/ha polong kering, agak tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun. Varietas unggul ubijalar Antin 2, kaya anthosianin. Kacang tanah varietas Hypoma 1 dan Hypoma 2, dilepas pada tahun Laporan Tahunan 2011

24 Teknologi Budi Daya, Panen, dan Pascapanen Hingga Desember 2011, Puslitbang Tanaman Pangan beserta jajarannya telah merakit 19 teknologi budi daya, panen, dan pascapanen padi dan palawija. Kesesuaian Varietas Tahan di Daerah Endemis Tungro Penyakit tungro disebabkan oleh virus yang ditularkan wereng hijau, sehingga varietas tahan tungro dapat digolongkan menjadi varietas tahan wereng hijau dan tahan virus tungro. Varietas tahan virus digolongkan menjadi: 1) golongan V1 dengan tetua Utri Merah, antara lain varietas Tukad Petanu, Inpari 7 Lanrang; 2) golongan V2 dengan tetua TKM6, antara lain varietas Tukad Balian dan Kalimas; 3) golongan V3 dengan tetua TKM6 dan Gampai, diantaranya varietas Bondoyudo, Inpari 8, dan Inpari 9 Elo; 4) golongan V4 dengan tetua Balimau Putih, antara lain varietas Tukad Unda. Varietas tahan wereng hijau digolongkan menjadi: 1) golongan T1 dengan gen tetua tahan Glh1, yaitu IR20, IR30, IR26, IR46, Citarum, Serayu; 2) golongan T2 dengan gen tetua tahan Glh6, yaitu varietas IR32, IR38, IR36, IR47, Semeru, Asahan, Ciliwung, Krueng Aceh, Bengawan Solo; 3) golongan T3 dengan gen tetua tahan Glh3 yakni varietas IR50, IR48, IR54, IR52, IR64; dan 4) golongan T4 dengan gen tetua tahan Glh4, yaitu varietas IR66, IR70, IR72, IR68, Klara, dan Barumun. Kemampuan wereng hijau menularkan virus bervariasi, begitu pula virulensi virus tungro, sehingga perlu dilakukan uji kesesuaian varietas terhadap populasi wereng hijau dan virus tungro dari berbagai daerah endemis tungro. Sampai akhir 2011 telah dilakukan pengujian di 15 provinsi endemis tungro dengan uji virulensi inokulum tungro dan uji efisiensi penularan virus oleh wereng hijau pada varietas tahan. Varietas golongan V1 bereaksi agak tahan terhadap penyakit tungro di Sultra dan tahan di Yogyakarta, Banten, Kalsel, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB, Jabar, dan Sulsel. Varietas golongan V2 agak tahan di Jabar, Sulsel, Sultra, Yogyakarta, dan tahan di Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, dan NTB. Varietas golongan V3 agak tahan di Bali, NTB, Jabar, Sultra, Sulut, Kalsel dan tahan di Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, dan Sulsel. Varietas golongan V4 agak tahan di Sultra, Kalsel, dan tahan di Sulut, Jatim, Lampung, Sulbar, Sulteng, Papua, Jateng, Bali, NTB, Jabar, dan Sulsel. Varietas golongan T1 agak tahan terhadap wereng hijau di Jabar, Sulsel, Jatim, Lampung, Sulbar, dan Sulteng. Varietas golongan T2 agak tahan di Yogyakarta, Jatim, dan Papua. Varietas golongan T3 telah peka di semua provinsi. Varietas golongan T4 agak tahan di Banten, Sulbar, Jabar, Jateng, Sulsel dan tahan di Jatim, Lampung, Sulteng, Papua, Sultra, Sulut, Yogyakarta, dan Kalsel. Perbaikan Cara Tanam Jagung dalam Pola IP 400 di Lahan Kering Jagung komposit (varietas Sukmaraga dan Bisma) dan hibrida (varietas Bima 3 dan Bisi 2) ditanam secara legowo dengan jarak tanam normal pada populasi tanaman dan tanaman/ha. Pada pertanaman I, hasil varietas Bisma yang ditanam secara legowo mencapai 10,63 t/ha pada populasi tanaman/ha atau meningkat 7,6% dibanding ditanam dengan jarak tanam normal. Hasil varietas Sukmaraga 10,69 t/ha pada populasi tanaman/ha dengan peningkatan hasil 4,2% dibanding ditanam secara normal. Pada pertanaman II, hasil kedua varietas tersebut menurun dibanding pertanaman I. Varietas Bisma yang ditanam secara legowo dengan populasi tanaman/ha hanya mampu berproduksi 9,19 t/ha dan varietas Sukmaraga memberi hasil 9,50 t/ha. Pada pertanaman I, varietas Bima 3 yang ditanam secara legowo pada populasi tanaman/ha memberi hasil 8,68 t/ha, Laporan Tahunan

25 sementara hasil varietas Bisi 2 rata-rata 8,39 t/ha. Pada pertanaman II, dengan cara tanam dan populasi yang sama dengan pertanaman I, hasil varietas Bima 3 rata-rata 8,81 t/ha dan hasil varietas Bisi 2 rata-rata 8,49 t/ha. Pengelolaan Air pada Tanaman Jagung di Lahan Kering Pemberian air secara terjadwal dengan interval 10 hari sekali sebanyak enam kali tidak berbeda nyata dengan pemberian air berdasarkan titik layu tanaman (empat kali pemberian air). Pemberian air pada setiap alur memberikan hasil lebih tinggi dibanding pemberian pada setiap dua alur, baik yang ditanam secara normal maupun legowo. Pemberian air secara terjadwal (enam kali pemberian) pada setiap alur memberikan hasil 7,26 t/ha pada pertanaman secara legowo, sementara yang ditanam secara normal mencapai 7,36 t/ha. Pemberian air berdasar titik layu, pada setiap alur, hasil yang dicapai pada pertanaman secara legowo adalah 7,40 t/ha, sementara yang ditanam secara normal mencapai 7,54 t/ha. Dengan demikian, pemberian air pada tanaman jagung pada musim kemarau sebaiknya berdasarkan titik layu. VIR-GRA: Bioinsektisida Pengendali Hama Daun dan Penggerek Polong Kedelai VIR-GRA merupakan biopestisida berbahan aktif isolat JTM 97C yang berasal dari agens hayati Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV) yang berasal dari ulat grayak. Penelitian menunjukkan SlNPV potensial dikembangkan untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman kedelai, dapat diformulasikan dan diproduksi secara in vivo (dengan menginfeksi ulat grayak). SlNPV-JTM 97C adalah isolat SlNPV yang ditemukan di Banyuwangi. Aplikasi SlNPV-JTM 97C dengan dosis 1,5 x PIBs/ha atau setara dengan 500 g/ha mampu membunuh S. litura %. Virus pada umumnya bersifat spesifik, hanya pada tingkat genus, tetapi strain JTM 97C selain mematikan ulat grayak juga dapat membunuh hama penggulung daun, ulat SlNPV dikemas dalam botol dan plastik. jengkal, penggerek polong, perusak polong kedelai, dan Maruca testulalis (Geyer perusak polong tanaman kacang hijau). Keuntungan SlNPV sebagai bioinsektisida pengendalian ulat grayak adalah a) bersifat spesifik dan selektif terhadap hama sasaran, sehingga tidak berbahaya terhadap manusia, hewan, dan musuh alami, b) persisten di alam, tidak menimbulkan residu beracun, c) efektif terhadap inang yang sudah resisten terhadap insektisida kimia, dan d) kompatibel dengan teknik pengendalian yang lain. BIO-LEC: Biopestisida untuk Pengendalian Hama Utama Kedelai Bio-Lec adalah biopestisida yang diformulasi dalam bentuk tepung, mengandung bahan aktif konidia cendawan entomopatogen Lecanicillium lecanii (Zare & Gams). Bio-Lec mampu membunuh berbagai jenis hama utama kedelai, terutama pengisap polong (kepik coklat) Riptortus linearis. Biopestisida ini mampu membunuh semua stadia kepik coklat, mulai dari telur dan nimfa hingga imago. Bio-Lec menggagalkan penetasan telur (ovicidal) hingga mencapai 80%. Biopestisida ini juga bersifat toksik terhadap seluruh stadia nimfa maupun imago kepik coklat. Toksin yang dihasilkan adalah berupa dipicolinic acid, hydro- 18 Laporan Tahunan 2011

26 xycarboxylic acid, bassionalide, beauvericin, dan cyclosporin. Bio-Lec juga efektif mengendalikan kutu kebul (Bemisia tabaci) yang menjadi hama penting kedelai dalam lima tahun terakhir. B. tabaci merupakan vektor berbagai macam virus cowpea motle mozaic virus (CMMV). Aplikasi insektisida kimia sering menyebabkan resistensi, resurjensi dan terbunuhnya serangga berguna sebagai pemangsa B. tabaci, baik pada stadia telur dan nimfa maupun imago. Selain itu, bahan aktif dari senyawa insektisida dapat memicu hormon reproduksi serangga lebih aktif sehingga serangga dapat memproduksi telur lebih banyak dalam waktu singkat. Bio-Lec yang mengandung kumpulan konidia jika dicampur dengan air dan berkecambah akan memproduksi berbagai jenis toksin yang dapat menolak proses peletakan telur serangga (deterent oviposition). Kelebihan lain dari cendawan L. lecanii adalah mampu memparasitasi spora cendawan penyebab penyakit karat Phakopsora pachyrhizi, downy mildew Peronospora manshurica, dan powdery mildew Microsphaera diffusa. Cendawan P. pachyrhizi, P. manshurica, dan M. diffusa adalah mikroorganisme yang bersifat obligat dan merupakan penyakit utama pada kedelai. Kemampuan L. lecanii dalam menekan perkecambahan spora ketiga penyakit tersebut masing-masing 29,6%, 36,4%, dan 21,4%. Bio-Lec dapat dikombinasikan dengan predator. Aplikasi cendawan L. lecanii pada kerapatan konidia hingga /ml tidak menyebabkan kematian predator hingga 30 hari setelah aplikasi (HSA). Oxyopes javanus Thorell merupakan predator generalis yang banyak ditemukan pada pertanaman kedelai dengan kemampuan pemangsaan 3-13 ekor. Biopestisida ini juga dapat dikombinasikan dengan pestisida nabati, terutama serbuk biji srikaya (SBS) dan serbuk biji jarak (SBJ), untuk meningkatkan efikasi pengendalian telur kepik coklat. Illetrisoy: Pupuk Hayati untuk Kedelai di Lahan Masam Iletrisoy adalah pupuk hayati yang mampu menggantikan peran pupuk urea pada tanaman kedelai di lahan masam. Dalam Iletrisoy terkandung bakteri Rhizobium asal tanah masam yang efektif memacu pembentukan bintil akar kedelai. Di tanah masam, populasi bakteri Rhizobium umumnya sangat rendah sehingga tanaman tidak mampu membentuk bintil akar. Tanaman yang mampu membentuk bintil akar dengan baik, bintilnya dapat berfungsi sebagai pabrik pupuk nitrogen alami yang mampu mencukupi kebutuhan pupuk nitrogen lebih dari 75%. Oleh karena itu, benih kedelai yang dibudidayakan pada lahan masam perlu diinokulasi dengan Rhizobium toleran masam agar tanaman mampu membentuk bintil akar dengan baik dan memenuhi kebutuhan hara nitrogen. Iletrisoy berisi tiga jenis bakteri Rhizobium yang dikemas dalam bahan pembawa berkualitas dengan populasi sel/g bahan. Bakteri yang digunakan berasal dari tanah masam dan telah diuji toleransinya terhadap ph tanah hingga 4,5 dan toleran terhadap Fe dan Mn tinggi, serta telah teruji keefektifannya di lahan masam pada kejenuhan Al tanah di atas 20%. Bio-Lec, biopestida berbahan aktif konidia cendawan entomopatogen L. lecanii. Cara penggunaannya, benih dimasukkan ke dalam ember, kemudian dibasahi dengan air secukupnya. Inokulan ditaburkan ke tumpukan benih dengan takaran 0,5 kg/50 kg benih, diaduk sampai merata. Benih ditanam secara tugal dan lubang tanam ditutup dengan tanah atau pupuk organik. Laporan Tahunan

27 Tabel 12. Hasil kedelai dengan dan tanpa Iletrisoy pada tanah masam Lampung Timur. Lokasi Sifat tanah Hasil (t/ha) Kenaikan ph Kejenuhan Al (%) Tanpa Iletrisoy Dengan Iletrisoy (%) Sukadana 4,35 41,82 1,70 2,77 63 Bumi Ayu 5,25 11,52 0,72 1, Ponorogo 3,65 44,6 1,28 2,14 67 Pemetaan Patotipe (Strain) Penyakit Hawar Daun Bakteri Penelitian bertujuan untuk mengetahui penyebaran dan komposisi kelompok patotipe bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) penyebab penyakit hawar daun bakteri (HDB) di sentra produksi padi di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Daun padi dengan gejala HDB dari tanaman sampel dikoleksi dan diisolasi menggunakan metode pencucian untuk memperoleh isolat bakteri Xoo. Pengujian patotipe dilaksanakan dengan menginokulasikan isolat Xoo pada lima varietas diferensial yang telah diketahui gen ketahanannya terhadap bakteri Xoo. Pengujian dilakukan di rumah kasa, KP Sukamandi, pada MT Pengamatan keparahan penyakit dilakukan dengan mengukur gejala penyakit yang muncul pada 2 minggu setelah inokulasi. Keparahan < 11% digolongkan tahan (R) dan >11% tergolong peka (S). Pengelompokan patotipe Xoo didasarkan pada tingkat virulensinya terhadap varietas diferensial. Di Sulawesi Selatan, koleksi daun sakit HDB berasal dari 10 kabupaten yaitu Maros, Bone, Sopeng, Wajo, Sidrap, Barru, Pangkep, Pinrang, Luwu, dan Palopo dengan 210 sampel. Dari hasil isolasi bakteri terhadap 210 sampel diperoleh 176 isolat bakteri Xoo. Pengujian terhadap 176 isolat bakteri Xoo tersebut terdapat tiga kelompok patotipe Xoo, yaitu patotipe III, IV, dan VIII yang terdiri atas 102 isolat bakteri Xoo (58%) patotipe III, 41 (23%) isolat Xoo patotipe IV, dan 33 isolat (19%) patotipe VIII. Di Sumatera Utara, koleksi daun sakit HDB berasal dari 10 kabupaten yaitu Deli Serdang, Binjai, Langkat, Serdang Bedagai, Simalungun, Batubara, Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Toba Samosir dengan 255 sampel. Dari hasil koleksi terhadap 255 sampel diperoleh 188 isolat bakteri Xoo. Pengujian terhadap 188 isolat bakteri Xoo tersebut juga terdapat tiga kelompok patotipe Xoo yaitu kelompok patotipe III, IV, dan VIII dengan komposisi 61 isolat (32%) patotipe III, 110 isolat (59%) patotipe IV, dan 17 isolat (9%) patotipe VIII. Dari data tersebut dibuat peta penyebaran patotipe bakteri Xoo penyebab penyakit HDB di Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara, untuk dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rekomendasi pengendalian penyakit HDB, terutama dengan penggunaan varietas tahan. Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian yang sampai saat ini dianggap efektif dan ramah lingkungan. Indeks Glikemik Beras Beberapa Varietas/Galur Harapan Padi Sejumlah varietas padi sebagai bahan penelitian diperoleh dari petani di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, dan koleksi galur harapan BB Padi. Gabah sampel diproses menjadi beras giling. Selanjutnya terhadap beras giling diamati karakter fisik yang meliputi rendemen beras giling, persentase beras kepala, beras patah, ukuran dan bentuk, tingkat pengapuran dan kebeningan beras. Pengamatan sifat fisikokimia dan gizi beras meliputi kadar amilosa, sifat konsistensi gel, suhu gelatinisasi, dan kadar protein. Identifikasi nilai indeks glikemik hanya dilakukan terhadap lima varietas. Pengamatan terhadap karakter fisik dan fisikokimia beras menggunakan metode IRRI, penentuan indeks glikemik mengikuti metode FAO yang dimodifikasi. 20 Laporan Tahunan 2011

28 Hasil penelitian menunjukkan, seluruh varietas dan galur harapan padi yang diuji memiliki rendemen beras giling relatif tinggi (62,4-71,5%) dengan persentase beras kepala >70%, ukuran butiran sedang (5,51-6,60 mm) sampai panjang (6,61-7,50 mm), bentuk beras medium (rasio P/L 2,1-3,0) dan ramping (rasio P/L >3,0). Hampir semua varietas dan galur memiliki tingkat kebeningan beras yang baik dengan nilai >1,3% dengan tingkat pengapuran yang rendah (0-10%). Tingkat kepulenan nasi seluruh varietas dan galur termasuk sedang sampai tinggi dengan kadar amilosa 20,7-24,9%, tekstur nasi beragam dari keras sampai lunak, suhu gel rendah sampai tinggi (skore 1-7), dan kadar protein beras berkisar antara 7,3-9,6%. Karakter fisik, kimia, dan gizi beras secara deskriptif memiliki kesesuaian dengan varietas pembanding. Nilai indeks glikemik beras varietas Hipa 7, Inpari 12, dan Inpari 13 termasuk rendah, sedangkan beras varietas Hipa 6 dan Inpara 5 termasuk sedang. Beras dengan nilai indeks glikemik rendah dapat disarankan untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes dalam menjalankan program dietnya. Uji Ketahanan Padi tehadap Penyakit Tungro Pada tahun 2011 telah dihasilkan 111 galur padi tahan tungro dan 14 galur tahan terhadap berbagai sumber inokulum tungro. Pada uji daya hasil pendahuluan terdapat enam galur yang tahan terhadap tungro dan produktivitas tinggi. Galur-galur tersebut sudah siap untuk diuji multilokasi sebelum diusulkan sebagai calon varietas tahan tungro. Formulasi Biopestisida untuk Pengendalian Aspergillus flavus pada Jagung Pada tahun 2011 telah dihasilkan formulasi pestisida untuk mengendalikan Aspergilus flavus pada jagung. Selain itu, telah teridentifikasi 11 isolat cendawan, tiga isolat bakteri antagonis patogen dan satu isolat spodoptera litura. Isolat yang memiliki kemampuan antagonis yang paling baik akan digunakan dalam penelitian lebih lanjut. Alat Perontok Gandum dan Penyosoh Sorgum Melalui penelitian telah dihasilkan alat perontok gandum prototipe TH-6-M2 dan alat penyosoh sorgum prototipe PSA-M3. Perontok TH-6-M2 dapat menekan kehilangan hasil gandum (susut bobot) sebesar 15% akibat proses pada tahapan perontokan. Alat penyosoh PSA-M3 dapat menurunkan kandungan tanin sorgum pada tahapan penyosohan. Rintisan Penelitian Serealia Berbasis Marka Molekuler Telah diperoleh plasma nutfah serealia potensial untuk karakterisasi molekuler berbasis marka SSR dan SNP (549 jagung, 43 gandum, 115 sorgum, 106 millet, dan delapan jali). Melalui skrining lapangan telah dihasilkan 10 galur jagung yang tahan cekaman abiotik (kekeringan, N rendah, kemasaman tanah) dan umur genjah. Galur ini dipersiapkan untuk pembuatan populasi segregasi berbasis MARS (Marker Assisted Recurrent Selection dan yang tahan cekaman biotik (bulai, penggerek batang, hama gudang pada jagung, penyakit bercak daun pada gandum, dan hama aphis pada sorgum) untuk persiapan pembuatan populasi segregasi berbasis MARS (Marker Assisted Recurrent Selection) dan mengetahui marka SSR dan SNP yang terpaut dengan karakter tersebut. Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai Teknologi penyimpanan benih telah dihasilkan untuk mencegah penurunan mutu benih, berupa pelleted soybean seeds (benih kedelai tersalut). Dengan penerapan teknologi ini, benih kedelai tidak menurun mutunya meski disimpan selama satu tahun. Bahan salut terdiri atas dolomit + lempung + SP36 dengan berbagai perbandingan 3:2:1 dan 2:2:0,5 dengan kadar air awal penyimpanan 12%. Laporan Tahunan

29 Pestisida Nabati untuk Pengendalian Tungau Merah Tungau merah termasuk hama yang seringkali menyerang tanaman ubikayu. Kini telah dihasilkan teknologi pestisida nabati dari ekstrak minyak mimba. Penggunaan minyak mimba dengan takaran 5 ml/l efektif mengendalikan tungau merah, setara dengan penggunaan pestisida kimia progargit/omit 70EC dengan konsentrasi 2 ml/l. Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Kedelai Hasil penelitian di lapangan menunjukkan penggunaan Bt dan NVP dengan dosis 2 g/l dapat menekan serangan penggerek polong dan aman bagi musuh alami. Teknik ini efektif, efisien, ramah lingkungan, dan menekan kehilangan hasil hingga 25-30%. Penyemprotan ekstrak bawang merah sebanyak enam kali juga efektif mengendalikan penyakit bercak daun pada tanaman kacang hijau dengan tingkat penularan terkecil 3,9%. Alat Pengering Biji Kedelai Alat pengering biji kedelai prospektif dikembangkan. Hal ini terbukti dari permintaan salah satu kelompok tani binaan Yayasan PT Unilever di Nganjuk, Jawa Timur, untuk mengoperasikan dua alat pengering tipe bak agar diperoleh mutu biji kedelai yang sesuai sebagai bahan baku kecap. Kedua alat pengering tersebut sudah dioperasikan sejak September Sebagai sumber energi untuk operasionalisasi alat pengering digunakan kayu bakar yang tersedia di lokasi setempat, sebagai pengganti gas LPG, khususnya pada saat pengeringan kedelai brangkasan. Dengan demikian, alat pengering ini tidak hanya untuk menghasilkan benih kedelai bermutu tetapi juga diperlukan untuk pengeringan kedelai konsumsi. Pupuk Organik Kaya Hara Santap-M adalah pupuk organik kaya hara yang sesuai untuk lahan masam. Pupuk organik ini dibuat dari bahan baku yang mudah diperoleh di setiap daerah, diproduksi dalam bentuk curah-padat, dan tidak diperkaya dengan mikrobia. Bahan baku pupuk organik ini antara lain kotoran sapi, kotoran ayam, batuan fosfat, dan abu ketel pabrik gula. Hasil analisis menunjukkan kandungan hara Santap-M dipengaruhi oleh bahan bakunya. Kandungan hara Santap-M dapat dilihat pada Tabel 13. Penelitian pada lahan kering Podsolik Merah Kuning di Sukadana (Lampung Timur) pada tahun 2011 menunjukkan aplikasi SANTAP-M mampu meningkatkan hasil kedelai, kacang tanah, dan ubikayu (Tabel 14, 15, dan 16). Tabel 13. Hasil analisis kimia/hara pupuk organik kaya hara Santap-M. Macam analisis Nilai Standar SNI pupuk organik*) ph-h 2 O 6,7-8,1 4,0-8,0 C-Organik (%) 15,0-21,0 >12 N-tota (%) 1,26-1,79 < 6,0 C/N-ratio 12,0-25, P 2 O 5 -total (%) 4,0-5,5 <6,0 K 2 O-total (%) 1,0-1,6 < 6,0 CaO-total (%) 5,8-13,8 - MgO-total (%) 0,6-0,9 - S-total (%) 0,50-1,3 - Zn (ppm) Alat pengering kedelai dengan sumber energi gas LPG. *Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Permentan/ OT.140/2/2009 (bentuk curah) 22 Laporan Tahunan 2011

30 Pertumbuhan kacang tanah (Jerapah) dengan dan tanpa Santap-M pada lahan kering masam Podsolik Merah Kuning di Lampung Timir, Pertumbuhan kedelai (Wilis) dengan dan tanpa SANTAP-M pada lahan kering masam Podsolik Merah Kuning di Lampung Timur, Tabel 14. Hasil kedelai dengan dan tanpa Santap-M pada lahan kering masam di Sukadana, Lampung Timur, Perlakuan Hasil biji kering Hasil biji relatif (t/ha) (%) Tanpa pupuk 0, kg N+45 kg P 2 O kg K 2 O/ha 0, Pupuk organik kaya hara SANTAP-M 1,5 t/ha 1, Pupuk organik kaya hara SANTAP-M + 1,5 t/ha* 1, *SANTAP-M + : Santap-M ditambah urea 2,0% Tanah dengan kejenuhan Al-dd 9,5-10,7%, sehingga diberi batu kapur 500 kg/ha untuk pupuk Ca dan Mg. Laporan Tahunan

31 Tabel 15. Hasil kacang tanah varietas Jerapah dengan dan tanpa Santap-M pada lahan kering masam di Sukadana, Lampung Timur, Perlakuan Hasil polong kering Hasil polong relatif (t/ha) (%) Tanpa pupuk 1, kg N+45 kg P 2 O kg K 2 O/ha 1, Santap-M 1,5 t/ha 1, Santap-M + 1,5 t/ha 1, *Santap-M + : Santap-M ditambah urea 2,0% Tanah dengan kejenuhan Al-dd 9,5-10,7%, sehingga diberi batu kapur 500 kg/ha untuk pupuk Ca dan Mg. Tabel 16. Hasil ubikayu dengan dan tanpa Santap-M pada lahan kering masam di Sukadana, Lampung Timur, Perlakuan Hasil ubi segar t/ha % Tanpa pupuk 7, NPK*) 11, Kandang sapi kg/ha 13, Kandang ayam kg/ha 18, Santap-M kg/ha 16, Santap-M kg/ha+50% NPK 23, Santap-M kg/ha 19, Santap-M kg/ha+50% NPK 22, *) NPK: urea 300 kg+sp kg+kcl 100 kg/ha 24 Laporan Tahunan 2011

32 Produksi Benih Sumber Ketersediaan benih dalam jumlah dan mutu yang memadai berperan penting dalam meningkatkan produksi tanaman pangan. Puslitbang Tanaman Pangan beserta jajarannya terus berupaya menyediakan benih sumber (BS dan FS) untuk dikembangkan lebih lanjut. Padi Hingga tahun 2011 telah diproduksi sebanyak 41,7 ton benih sumber padi yang terdiri atas 25,6 ton BS dan 16,1 ton FS. Untuk mendukung kegiatan SL-PTT di 18 provinsi di Indonesia juga telah diproduksi 231,6 ton benih sumber yang terdiri atas 27,0 ton benih BS dan 204,6 ton benih FS. Jagung Pada tahun 2011 telah diperbanyak sebanyak kg benih sumber jagung bersari bebas kelas penjenis (BS) dari enam varietas unggul, masing-masing ditanam pada lahan seluas 1,0 ha. Benih yang dihasilkan masing-masing adalah 890 kg untuk Lamuru, 730 kg untuk Sukmaraga, untuk Bisma, 865 kg untuk Srikandi Kuning-1, 830 kg untuk Srikandi Putih- 1, dan 900 kg untuk Anoman-1. Jika benih sumber tersebut diperbanyak oleh penangkar diperkirakan akan diperoleh ton benih kelas BP (benih pokok), yang dapat ditanam pada areal seluas 4,0 juta ha. Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Pada tahun 2011 telah diproduksi benih BS kedelai dari 11 varietas (Grobogan, Burangrang, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Wilis, Ijen, Panderman, Detam 1, dan Detam 2) dan menghasilkan kg calon benih, kg diantaranya sudah diproses menjadi benih, sedang sisanya kg belum diproses. Produksi benih FS kedelai dari sembilan varietas (Grobogan, Burangrang, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Sinabung, Wilis, dan Panderman) menghasilkan calon benih kg, telah diproses menjadi benih FS sebanyak kg. Kegiatan produksi benih sumber kacang tanah dari delapan varietas (Tuban, Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, Kancil, dan Bison) menghasilkan kg calon benih. Produksi benih BS kacang hijau dari delapan varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut, Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet) menghasilkan kg calon benih. Delapan varietas ubi kayu (Darul Hidayah, Adira 1, Adira-4, Malang 1, Malang-6, Malang-4, Uj-3, dan UJ-5) untuk produksi benih BS, saat ini baru berumur 6 bulan. Untuk produksi benih BS ubi jalar dari delapan varietas (Beta 1, Beta 2, Sukuh, Kidal, Papua Pattipi, Papua Solossa, Sawentar, dan Sari) telah dilakukan tanam ulang. Pertumbuhan ubikayu UJ-3 (umur 3 bulan) dengan pemberian pupuk oganik SANTAP-M + pada lahan kering masam Podsolik Merah Kuning di Sukadana, Lampung Timur, Laporan Tahunan

33 Analisis Kebijakan dan Pengembangan Hasil kajian dan analisis kebijakan tanaman pangan telah menghasilkan beberapa opsi dalam mendukung pengembangan. Tingkat Adopsi Varietas Unggul Baru dan PTT Padi Penelitian dilaksanakan di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Di Kalbar, varietas Ciherang masih ditanam oleh hampir 50% petani responden. Varietas unggul baru (VUB) lain yang mulai dikembangkan adalah Inpara 1 dan Inpara 3 yang ditanam oleh hampir 20% petani responden, sesuai dengan kondisi lahan berupa rawa gambut. Di Kaltim, penggunaan Ciherang baru mencapai 25%, sementara IR64 masih ditanam oleh 16% petani. Adopsi VUB lain cukup bervariasi, dan yang menonjol adalah Cibogo, Mekongga, Cigeulis, dan Inpari 13 dengan proporsi 10%. Di NAD, varietas Ciherang telah ditanam selama tiga tahun terakhir dengan proporsi 70%. VUB yang sedang dalam tahap perkenalan adalah Inpari. Padi hibrida dikembangkan melalui BLBU oleh perusahaan swasta. Beberapa varietas lokal masih ditanam petani, terutama di daerah pegunungan. Penerapan paket teknologi Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) menyesuaikan dengan kondisi lahan, adat istiadat, dan kebiasaan lokal. Komponen teknologi yang sudah diterapkan adalah VUB bersertifikat, perlakuan benih, Jumlah bibit (1-3 bibit), bibit muda (umur 15 hari), dan panen menggunakan thresher. Komponen teknologi yang belum diterapkan adalah bagan warna daun (BWD), Pengendalian Hama Terpadu (PHT), dan pengendalian gulma dengan gasrok. Di Kalbar, 80% responden telah menanam VUB yang dilepas dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, 71% di antaranya menggunakan benih bersertifikat. Di Kaltim, hanya 61% responden yang menanam VUB dan 37% di antaranya menggunakan benih bersertifikat. Di NAD, 95% petani responden menanam VUB dan 60% di antaranya menggunakan benih bersertifikat. Masalah umum yang dihadapi petani dalam penerapan PTT adalah keterbatasan tenaga kerja, tidak seimbang dengan luas lahan garapan, di samping masalah teknis seperti ketersediaan benih yang tidak tepat waktu dan kurangnya tenaga penyuluhan. Pupuk dan Pemupukan Padi Sawah Spesifik Lokasi Pemerintah telah mengurangi subsidi pupuk sejak 1 April 2010 yang menyebabkan harga pupuk meningkat 25-40%, dan diperkirakan harga pupuk akan terus meningkat. Oleh Dua di antara beberapa VUB padi yang dilepas pada Laporan Tahunan 2011

34 karena itu, petani harus lebih efisien dalam penggunaan pupuk. Usahatani padi sawah di Indonesia dicirikan oleh tingkat kepemilikan lahan yang sempit, sehingga manajemen pengelolaan lahan beragam antarpetani maupun antarhamparan sawah. Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan IRRI telah mengembangkan perangkat lunak berjudul Nutrient Manager for Rice atau Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL). Salah satu manfaatnya adalah memberikan saran bagi pemupukan yang efisien (tepat takaran, tepat sumber, tepat cara, dan tepat waktu aplikasi). Teknologi PHSL ini telah diluncurkan oleh Menteri Pertanian dan dapat diakses melalui Teknologi PHSL yang dikemas pada website bertujuan untuk memudahkan diseminasi dalam skala luas guna memperbaiki manajemen pemupukan padi sawah di Indonesia dengan target pengguna adalah teknisi BPTP dan penyuluh pertanian lapangan (PPL). Bagi pabrik pupuk, baik milik BUMN maupun pengusaha lokal, disarankan dapat membuat minimal dua komposisi pupuk majemuk, yaitu (a) dengan kandungan hara N seperti pada Ponska tetapi kandungan P relatif rendah dan kandungan K relatif tinggi, dan (b) dengan kandungan hara N juga seperti pada Ponska tapi kandungan P relatif tinggi dan kandungan K relatif rendah (sebagai pemeliharaan), sehingga tidak terjadi penambangan hara P dan K secara berlebihan di tanah. Petani memerlukan penyuluhan dan pemahaman bahwa penggunaan pupuk yang efisien sangat menentukan jumlah pupuk yang harus diberikan dan target hasil gabah yang dapat dicapai. Dengan teknologi PHSL diharapkan penggunaan pupuk oleh petani dapat lebih rasional, sesuai dengan kebutuhan tanaman, sekaligus meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Tingkat Adopsi Teknologi Produksi Padi Sawah Penelitian dilakukan di Provinsi Banten dan Lampung pada Temuan yang menonjol adalah tingkat pemahaman kemasan teknologi yang semakin berkurang bagi pelaku yang posisinya semakin jauh dari sumber teknologi. Di tingkat penentu kebijakan, penyuluh, aparat, dan petani di daerah, Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT) dimaknai sebagai paket teknologi anjuran yang definitif. Diseminiasi inovasi PTT melalui sekolah lapang (SL) dan laboratorium lapang ternyata belum dipahami sepenuhnya oleh petani. Mereka baru mengadopsi sebagian dari komponen teknologi PTT dan belum ada partisipasi petani dalam memilih teknologi, yang seyogianya menjadi inti dalam pengembangan PTT di lapangan. Bantuan benih dan sarana lain (pupuk) yang kurang sesuai dengan prinsip enam-tepat justru menghambat implementasi PTT dan petani dalam menentukan pilihan teknologi spesifik lokasi. Kemasan teknologi lain yang telah dihasilkan tidak dijadikan program dalam pembangunan pertanian sehingga belum diadopsi oleh Dinas Pertanian dan petugas penyuluhan. Artinya, pengembangan teknologi perlu disertai dengan penyediaan dana alih teknologi. Pejabat Dinas Pertanian, penyuluh, dan petani nampaknya masih menganggap alih teknologi sebagai kepentingan Pemerintah. Proses alih teknologi dari sumber teknologi kepada pengguna belum terjadi secara proaktif-partisipatif, masih bersifat top-down dan project driven. Alih teknologi semata-mata keinginan Pemerintah, belum menjadi keinginan dan kebutuhan petani. Akibatnya, alih teknologi selalu harus memerlukan pembiayaan bagi calon pengadopsi (petani) dan petugas penyuluhan. Alih teknologi secara proaktif berasal dari permintaan petani, atau dari petugas penyuluhan pertanian atau pejabat Dinas Pertanian, memanfaatkan teknologi yang telah tersedia pada umumnya tidak terjadi tanpa pembiayaan dalam program pembangunan atau DIPA dari Pusat. Proses alih teknologi yang demikian dinilai tidak sehat, sehingga ke depan Dinas Pertanian dan penyuluh perlu lebih aktif memilih kemasan atau model teknologi yang lebih tepat bagi masyarakat petani di wilayahnya. Teknologi budi daya padi yang tidak didukung oleh pendanaan proyek nampaknya tidak akan menjadi bahan atau program penyuluhan dan tidak akan disampaikan kepada petani. Dinas Pertanian dan instansi penyuluhan dalam fungsinya membina petani padi, baru sebatas melaksanakan proyek sesuai dengan persyaratan administratif, belum menggunakan proses pembelajaran Laporan Tahunan

35 pemilihan teknologi yang paling sesuai bagi lahan petani. Atas dasar temuan tersebut, implikasi kebijakan yang disarankan adalah: (1) Dalam operasionalisasi pembangunan tanaman pangan hendaknya memberikan keleluasan bagi petani dalam memilih teknologi yang paling sesuai dengan kondisi agroekologi setempat; (2) Program pembangunan yang bersifat topdown perlu diubah menjadi bottom up sesuai kebutuhan petani, sehingga alih teknologi tidak selalu harus memerlukan pembiayaan; (3) Rendahnya tingkat pemahaman petani terhadap PTT perlu difasilitasi dengan penyediaan sarana penyuluhan berupa brosur atau poster untuk petani atau ketua kelompok tani yang mudah diakses oleh semua petani; (4) Bantuan sarana produksi yang hanya diberikan kepada sebagian kelompok petani peserta LL/SL-PTT kemungkinan kurang kondusif bagi adopsi PTT oleh semua petani, disarankan untuk tidak diteruskan, dan (5) Perlu memasukkan upaya pelestarian mutu sumber daya lahan pertanian sawah ke dalam program pembangunan pertanian dan menerbitkan pedoman sebagai bahan penyuluhan dan pencerahan bagi petani. Masih rendahnya pemahaman pejabat pertanian tentang pelestarian mutu sumber daya lahan pertanian menunjukkan perlunya pelatihan, lokakarya, dan diskusi tentang hal tersebut menuju keberlanjutan sistem produksi pertanian pangan. Kesiapan Perbenihan Kedelai Mendukung Swasembada Hasil penelitian di Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan benih bermutu dari varietas-varietas unggul nasional umumnya belum berkembang. VUB kedelai yang dikembangkan cenderung tidak berjalan atau putus di tengah jalan, (2) Alur kelas benih belum berjalan sebagaimana mestinya, cenderung pula terputus di tengah jalan, yang mengakibatkan tidak terjaminnya ketersediaan benih sumber di tingkat petani, (3) Produsen benih belum berkembang, ada kecenderungan bahwa keberadaan produsen benih hanya karena adanya proyek pengadaan benih kedelai dari pemerintah, (4) Sistem Jabalsim (Jalinan Arus Benih Antar-Lapang dan Antar- Musim) tidak dapat dipertahankan sejalan dengan menurunnya minat petani menanam kedelai, dan (5) Minat petani menanam kedelai menurun karena kurang menguntungkan. Akibatnya, akses terhadap benih kedelai pun menurun sehingga sistem perbenihan kedelai tidak berjalan. Saran untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah: (1) Memantapkan pengembangan kawasan industri benih kedelai agar ketersediaan benih menjadi lebih dekat dengan petani sehingga lebih efesien, (2) Meningkatkan sosialisasi manfaat penggunaan benih bermutu dari varietas unggul, (3) Menumbuhkan produsen/penangkar benih di sentra produksi kedelai, (4) Meningkatkan kemampuan SDM perbenihan dalam menangani perbenihan kedelai, dan (5) Mengembangkan jaringan sistem informasi perbenihan kedelai melalui penggunaan teknologi informasi sehingga memudahkan terjadinya titik temu antara produsen dan konsumen benih serta instansi terkait lainnya. Efektivitas Bantuan Benih dan Bantuan Pupuk pada Program SL-PTT Penggunaan benih bermutu dan pupuk dalam jumlah yang tepat merupakan komponen penting dalam program SL-PTT. Pemerintah sejak 2008 telah memberikan bantuan langsung benih unggul (BLBU) dan pupuk (BLP) melalui program SL-PTT padi. Untuk mengetahui efektivitas bantuan tersebut telah dilakukan penelitian di Jawa Tengah pada Di Kabupaten Grobogan, Sragen, dan Pati, Jawa Tengah, bantuan benih varietas unggul Ciherang, Cibogo, IR64, dan Inpari 1 yang diterima petani umumnya mempunyai mutu baik, seragam, tingkat kemurnian >95%, dan daya tumbuh benih >90%. Benih padi hibrida varietas Intani 1 dan Sembada yang diterima petani SL-PTT di Kabupaten Grobogan juga bermutu baik, sedangkan yang diterima petani di Kabupaten Sragen dan Pati bervariasi dari baik hingga kurang baik. Jumlah bantuan benih padi Inbrida (Ciherang, Cibogo, IR64 dan Inpari-1) sebanyak 25 kg/ha menurut petani cukup untuk sawah 28 Laporan Tahunan 2011

36 yang mereka miliki, sedangkan bantuan benih padi hibrida (Intani 1 dan Sembada) 15 kg/ha dinilai tidak cukup, karena tidak tersedia benih untuk menyulam kalau terjadi serangan hama keong mas atau hama lainnya. Bantuan benih varietas Ciherang, Cibogo, IR64, Inpari 1 dan varietas hibrida Intani-1 dan Sembada umumnya diterima petani tepat waktu sesuai musim tanam, kecuali benih varietas Intani-1 di Kabupaten Sragen yang mengalami keterlambatan sampai 30 hari, sehingga pelaksanaan SL-PTT diundur pada musim berikutnya (MT II). Dari 16 unit lokasi SL-PTT padi inbrida (Ciherang, Cibogo, dan Inpari 1) di Kabupaten Grobogan, Sragen, dan Pati, produktivitas varietas Ciherang rata-rata 8,3 t/ha, Cibogo 7,6 t/ha, dan Inpari 1 8,0 t/ha GKP pada lokasi SL. Di laboratorium lapang (LL), produktivitas ketiga varietas tersebut masing-masing 8,65 t, 8,0 t dan 8,2 t/ha GKP. Sebelum petani mengikuti program SL-PTT produktivitas varietas Ciherang, IR64, dan Mekongga di Grobogan, Pati dan Sragen masing-masing hanya 7,5 t, 7,0 t dan 7,3 t/ha GKP. Dengan demikian, setelah petani mengikuti program SL-PTT terdapat kenaikan produktivitas di tiga kabupaten 0,6-0,7 t/ha GKP. Di empat lokasi SL-PTT padi hibrida di Kabupaten Grobogan, yaitu dua unit di Kecamatan Karang Layung (varietas Intani-1) dan dua unit di Kecamatan Purwodadi (varietas Sembada), produktivitas Intani-1 cukup tinggi yaitu 8,8 t/ha GKP di lokasi SL dan 9,4 t/ha di lokasi LL. Produktivitas varietas Sembada rata-rata 6,9 t/ha GKP di lokasi SL dan 7,6 t/ha GKP di lokasi LL, atau lebih rendah daripada rata-rata hasil varietas Ciherang (8,3 t/ha). Di Sragen, dari empat unit SL-PTT padi hibrida yang diteliti, produktivitas varietas Intani-1 rata-rata 7,2 t/ha GKP di lokasi SL, sedangkan di lokasi LL rata-rata 7,8 t/ha GKP atau lebih rendah daripada varietas Inpari 1 (8 t/ha). Rendahnya hasil padi hibrida varietas Sembada di Grobogan dan varietas Intani-1 di Sragen disebabkan oleh ketidaksesuaian lahan, musim, dosis pupuk dan daya adaptasi varietas. Pemberian bantuan pupuk untuk laboratorium lapang (LL) sebanyak 300 kg urea, 150 kg Ponska, dan 300 kg pupuk organik/ha untuk SL-PTT padi nonhibrida cukup efektif menaikkan hasil, namun untuk SL-PTT padi hibrida relatif kurang terutama pupuk fosfat, karena padi hibrida memerlukan pupuk lebih banyak untuk memperoleh hasil maksimal. Model Pengelolaan Serangga Hama dan Patogen Penyakit Tanaman Padi Pengendalian hama penyakit tanaman (PHT) sebagai model pengelolaan serangga hama dan patogen penyakit tanaman padi telah dilakukan oleh banyak petani dengan kualitas dan kuantitas pelaksanaan rendah sampai sedang. Belum ada petani di Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta yang telah melaksanakan PHT secara utuh. Di sentra produksi padi, seperti di Klaten dan Sragen, petani masih melakukan penyemprotan insektisida secara berkala, hanya ada beberapa desa di pelosok Sragen yang melakukan pengendalian serangga hama secara herbal, dengan memanfaatkan tanaman obat untuk bahan dasar insektisida nabati, seperti daun tembakau dan bawang putih. Di Bantul D.I. Yogyakarta, ditemukan beberapa kelompok tani yang telah memanfaatkan patogen parasit serangga Beauviria bassiana sebagai bioinsektisida. Pemilikan lahan atau luas garapan petani responden berkisar antara 2,25-0,50 ha, ciri petani gurem yang tidak selalu miskin. Meskipun petani gurem umumnya hidup miskin, tetapi masih ada beras yang dapat dipakai untuk pangan keluarga. Bahkan petani yang mengelola tanah secara efisien dan efektif dapat memperoleh tambahan pendapatan dari selain usahatani padi. Mereka adalah kelompok tani yang mengikuti pola tanam padi-palawija/sayuran. Kebiasaan petani sayuran menggunakan kompos atau pupuk kandang dapat mengurangi biaya produksi padi, sehingga memperoleh penghasilan yang lebih baik. Petani dari kelompok ini mulai mengelola hama dan penyakit tanaman dengan teknologi PHT (kategori sedang). Hasil padi petani responden berkisar antara 4,5-8,5 t GKP/ha, di atas rata-rata nasional (4,5-5,0 t/ha). Epidemi wereng batang coklat dan virus kerdil hampa/rumput yang ditularkannya, terutama di Klaten ( ) menurunkan produktivitas padi dengan tajam, bahkan sebagian puso. Di daerah ini, penggunaan insektisida sangat tinggi, bahkan Laporan Tahunan

37 dengan frekuensi penyemprotan kali tiap musim tanam, berbeda dengan daerah yang menggunakan bioinsektisida yang frekuensi penyemprotannya 1-3 kali dan hasil panennya lebih baik. Varietas padi yang ditanam umumnya tergolong favorit masyarakat umum seperti Ciherang, IR64, dan Mentik Wangi yang diketahui rentan terhadap hama wereng batang coklat. Kesiapan Adaptasi Usahatani Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim Banjir dan kekeringan yang merupakan dampak perubahan iklim berpengaruh terhadap produksi padi dan palawija. Di Jawa Tengah pada 2009, pertanaman padi mengalami kekeringan seluas ha. Daerah pertanaman padi yang terancam kekeringan adalah Wonogiri ( ha), Rembang (4.386 ha), Grobogan (3.898 ha), Sragen (1.787 ha), dan Banjarnegara (1.464 ha). Strategi menghadapi kekeringan antara lain: 1) menyusun peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim dari daerah ke pusat pengolahan data; 2) menyusun Perda tentang penetapan skala prioritas penggunaan air dengan memperhatikan historical right dan azas keadilan; 3) membentuk pokja dan posko kekeringan di tingkat pusat dan daerah; 4) menyediakan anggaran khusus untuk perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan; dan 5) mengembangkan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan. Program dan kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan kekeringan di antaranya: 1) koordinasi penyelenggara reboisasi dan penghijauan hutan; 2) pembuatan sumur resapan; 3) pemutakhiran data lahan kritis; 4) rehabilitasi terassering, dan 5) pelestarian sumber mata air. Kegiatan yang dilaksanakan: (1) Panen hujan dengan membuat embung skala kecil berukuran 500 m 2 (20 m x 25 m) untuk mengairi 5-10 ha sawah; (2) Pembuatan sumur air tanah; (3) Rehabilitasi jaringan irigasi seperti Jitut (jaringan irigasi tingkat usahatani) dan sejak 2006 telah diadakan Jides (jaringan irigasi tingkat desa). Dalam lima tahun terakhir, banjir di Jawa Timur telah merusak sebagian besar lahan pertanian hingga puso. Kerusakan areal pertanaman padi yang terkena banjir meningkat 8% dan puso menurun 106%. Kerusakan pertanaman jagung akibat banjir juga mengalami penurunan dibanding tahun 2008 sebesar 2,1%. Areal pertanaman kedelai pada 2009 juga mengalami penurunan dibanding tahun 2008 sebesar 195% dan puso menurun 19%. Strategi mengurangi dampak banjir adalah dengan mengetahui penyebabnya seperti curah hujan tinggi, permukaan tanah lebih rendah dibanding muka air laut, terletak di cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan pengaliran air keluar sempit; banyak permukiman yang dibangun pada dataran sepanjang sungai; aliran sungai tidak lancar akibat banyaknya sampah dan bangunan di pinggir sungai. Tindakan untuk mengurangi dampak banjir adalah: (1) penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan; (2) pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang sering menimbulkan banjir; (3) tidak membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai dan daerah banjir; (4) tidak membuang sampah ke sungai; (5) mengadakan program pengerukan sungai; (6) pemasangan pompa air di daerah yang lebih rendah dari permukaan laut. Pemerintah daerah sebenarnya memiliki program dan strategi penanggulangan banjir dan kekeringan, namun belum mampu menanggulangi masalah tersebut secara operasional, karena memerlukan dana yang besar dan masih kurangnya integrasi antarsektor/kementerian. Tindakan adaptasi secara teknologi baru seperti penggunaan varietas toleran rendaman dan optimalisasi luas tanam dapat memberikan harapan bagi pengurangan dampak perubahan iklim. Peningkatan Daya Saing dan Nilai Tambah Kebijakan peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur masih didominasi oleh program Pemerintah Pusat berupa bantuan alat dan mesin pascapanen dan pengolahan hasil 30 Laporan Tahunan 2011

38 pertanian. Beberapa kabupaten dinilai berhasil memanfaatkan bantuan tersebut secara optimal, sedangkan sebagian kabupaten lainnya tidak berhasil meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk tanaman pangan. Aspek yang perlu mendapat pertimbangan dalam merumuskan kebijakan peningkatan daya saing dan nilai tambah tanaman pangan antara lain: 1. Legalitas kebijakan pemerintah Peningkatan mutu dan nilai tambah tanaman pangan serta penanganan pascapanen harus didukung oleh aspek legal yang memadai, di antaranya Keputusan Presiden No. 47 Tahun 1986 tentang Peningkatan Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian dan Undang- Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman. 2. Koordinasi lintas sektoral Koordinasi lintas sektoral diperlukan untuk koordinasi dan sinkronisasi program dan kegiatan penanganan pascapanen untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk tanaman pangan. 3. Sarana dan teknologi Sarana dan teknologi pengolahan hasil dan pascapanen diperlukan dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk. Aspek yang diperlukan dalam hal ini adalah (a) pengembangan alsin pascapanen, termasuk penyediaan kredit dengan bunga rendah, (b) kaji terap dan sosialisasi inovasi alsin pascapanen, (c) analisis kebutuhan riil alsin pascapanen atau pengolahan hasil yang spesifik, (d) pemasyarakatan cara penggunaan alsin pengolahan hasil atau pascapanen melalui kampanye, demonstrasi, atau gelar teknologi, (e) langkah nyata untuk mendorong UPJA, LDM, penggilingan padi, pabrikan alat dan mesin pascapanen, distributor, perbengkelan dan petani/kelompok tani untuk bekerjasama, dan (f) penerapan sistem jaminan mutu dalam proses pananganan hasil tanaman pangan, terutama Good Handling Practices (GHP), Good Manufacturing Practices (GMP), dan Good Distribution Practices (GDP). 4. Kelembagaan Kelembagaan perlu difokuskan pada usaha pembentukan, pengorganisasian, pengelolaan, dan operasionalisasi kelembagaan petani atau kelompok tani, UPJA, LDM, penggilingan padi, dan pemangku kepentingan untuk dihimpun dalam organisasi yang disebut Kecamatan Pascapanen dengan mempertimbangkan kemampuan kelembagaan tersebut dalam peningkatan nilai tambah dan daya saing usaha. 5. Sumber daya manusia (SDM) Peningkatan mutu SDM perlu diarahkan untuk meningkatkan sikap dan perilaku, pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan pengembangan kewirausahaan (entreupreuneurship), serta kemampuan pengelolaan usaha di bidang agribisnis tanaman pangan. 6. Permodalan Kelembagaan petani yang bergerak di bidang pengolahan hasil dan pascapanen perlu diberi pemahaman untuk memperoleh akses skim kredit dengan persyaratan mudah, bunga rendah, dan dapat dijangkau oleh petani melalui kelompok tani. Permasalahan Sistem Produksi Benih Jagung Komposit Penelitian di Kabupaten Bandung, Garut, Cirebon, dan Majalengka menunjukkan bahwa penyebab kurang berkembangnya varietas unggul jagung komposit (bersari bebas) rakitan Badan Litbang Pertanian antara lain: (1) lemahnya diseminasi dan promosi varietas unggul hasil riset litbang pertanian, (2) kurang terjalinnya komunikasi dan pertukaran informasi secara optimal antara produsen/ penyedia benih yaitu Unit Pelaksana Teknis Balai Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih (BPB/UPT BPSB) dan penangkar benih, pendistribusi/pemasar/penjual benih, dan petani pengguna benih, (3) kurangnya unit demplot untuk menunjukkan keragaan varietas unggul jagung komposit hasil riset litbang pertanian, (4) gencarnya promosi yang dilakukan oleh produsen/distributor/ pengusaha/pedagang benih jagung hibrida melalui media massa (cetak dan elektronik), Laporan Tahunan

39 demplot, display, pertemuan dengan kelompok tani, komunikasi tatap-muka, dan sering juga melibatkan penyuluh lapangan, (5) kurangnya insentif terhadap penyuluh untuk mendiseminasikan dan mempromosikan varietas unggul jagung komposit hasil riset litbang pertanian, (6) tidak terdatanya jenis atau varietas jagung yang ditanam petani di suatu daerah, apakah terkategori jagung komposit atau hibrida, (7) tidak adanya data atau peta wilayah yang menanam jagung komposit di suatu daerah, dan (8) tidak adanya keharusan bagi pemulia untuk mengawal atau menelusur lebih lanjut pasca pelepasan varietas mulai fase produksi sampai pendistribusian benih sumber, benih pokok, dan benih sebar. Pengembangan produksi benih jagung komposit perlu dilakukan secara in situ disesuaikan dengan lokasi BPB Palawija, UPT BPSB wilayah, atau cakupan pendistribusiannya. Permintaan benih sumber kepada Balitsereal perlu disampaikan beberapa bulan atau satu musim sebelum jadwal tanam, sehingga Balitsereal dapat memproduksi benih sumber sesuai dengan prinsip enam tepat (varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi/tempat, harga). Saran alternatif kebijakan, antara lain: Perlu dijalin komunikasi dan koordinasi yang lebih intensif antara Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, instansi atau lembaga perbenihan di tingkat Pusat dan Daerah, Penyuluh, Penangkar, dan Kelompok Tani dalam memecahkan masalah yang dihadapi dan merencanakan kebutuhan benih musim tanam mendatang dengan memperhatikan prinsip ketepatannya, Dinas Pertanian Kabupaten bersama kantor Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan Penyuluh di Kecamatan perlu menginformasikan data prediksi kebutuhan benih sebar dan varietas jagung komposit yang perlu disediakan produsen atau penangkar benih, Atas dasar informasi tentang prediksi kebutuhan benih sebar tersebut, BPP atau UPT BPSB Wilayah perlu menyampaikan permintaan benih pokok dan varietasnya untuk diproduksi di BPB atau UPT BPSB Wilayah kepada Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi, dan untuk selanjutnya BPSB Provinsi menyampaikan permintaan benih sumber kepada Balitsereal dengan tembusan kepada Puslitbang Tanaman Pangan dan Direktorat Perbenihan Serealia, Dinas Pertanian Kabupaten bersama-sama BPB perlu menyampaikan laporan/ informasi kepada Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi tentang benih pokok dan/atau benih sebar dan varietas jagung komposit yang didistribusikan kepada penangkar dan/atau petani, disertai keterangan tentang mutu benih (daya tumbuh), jumlah, waktu pendistribusian, dan lokasi/tempat penyebaran atau penanamannya, Dinas Pertanian Provinsi c.q. BPSB Provinsi perlu menyampaikan informasi kepada Balitsereal dengan tembusan kepada Puslitbang Tanaman Pangan dan Direktorat Perbenihan Serealia tentang benih pokok dan varietas jagung komposit yang didistribusikan kepada BPB disertai keterangan tentang mutu benih (daya tumbuh), jumlah, waktu pendistribusian, dan lokasi/tempat penyebaran atau penanamannya, Penyuluh dan pihak terkait yang terlibat dalam rantai produksi dan distribusi benih, termasuk penangkar dan petani pengguna benih, perlu diberikan insentif yang wajar karena telah membantu dalam produksi, pendistribusian, dan peningkatan adopsi benih dan varietas unggul jagung komposit, serta peningkatan produksi jagung mendukung program swasembada jagung. 32 Laporan Tahunan 2011

40 Diseminasi Hasil Penelitian Diseminasi hasil penelitian di lingkup Badan Litbang Pertanian diimplementasikan melalui Sistem Multi Channel. Artinya, hasil penelitian siap pakai segera disebarluaskan kepada para penggunanya melalui banyak saluran komunikasi, yang menggunakan berbagai media maupun tanpa media (nonmediated communication) antara lain pembuat kebijakan di pusat dan daerah, penyuluh, petani, pengusaha agribisnis, dan melalui temu lapang, open house, seminar, pameran, dan publikasi. Dalam upaya diseminasi hasil penelitian, Puslitbangtan beserta jajarannya pada tahun 2011 berpartisipasi pada Pekan Nasional (Penas) XIII Petani dan Nelayan di Kalimantan Timur, Hari Pangan se-dunia di Gorontalo, Openhouse Inovasi Teknologi Serealia di Maros, Sulawesi Selatan, Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di Pacitan Jawa Timur, dan Seminar Nasional Kacang dan Ubi di Malang, Jawa Timur. Selain itu, Puslitbangtan juga menerbitkan berbagai publikasi hasil penelitian, baik yang bersifat reguler maupun temporer. Penas XIII di Kalimantan Timur Penas XIII diselenggarakan pada Juni 2011 di Tenggarong, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Acara nasional ini dihadiri oleh 30 ribuan petani, nelayan, dan penyuluh pertanian dari seluruh Indonesia. Puslit-bangtan di bawah koordinasi Badan Litbang Pertanian menggelar berbagai teknologi, antara lain varietas unggul padi, jagung, kacang-kacangan, dan umbiumbian di lapangan. Keragaan tanaman pangan pada Cluster Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur. Keragaan tanaman umbi-umbian pada Cluster Pangan Alternatif pada Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur. Laporan Tahunan

41 Varietas unggul baru padi, jagung, dan kedelai yang digelar di lapangan menunjukkan keragaan yang optimal. Padi lahan pasang surut varietas Inpara 4, misalnya, berproduksi 6,7 t/ha. Selama penelitian, Inpara 4 mampu bertahan dari deraan rendaman hingga 14 hari. Kedelai varietas Anjasmoro memiliki daya adaptasi yang luas, dapat dikembangkan pada lahan pasang surut tipe C, dan hasilnya di areal gelar teknologi berkisar antara 2,5-3,0 t/ha. Jagung komposit QPM (protein tinggi) yang digelar mampu pula berproduksi 10 t/ha dan daunnya masih hijau pada saat dipanen sehingga dapat diberikan pada ternak sapi dan sejenisnya. Penas XIII Petani-Nelayan yang dibuka oleh Wakil Presiden, Prof Dr Budiono, pada 18 Juni 2011, dinilai sukses oleh banyak pihak. Indikatornya, acara nasional ini tidak hanya dikunjungi oleh 30 ribuan petani-nelayan dari 33 provinsi di Indonesia, tetapi juga tingginya apresiasi masyarakat karena telah mewariskan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Di lapangan, inovasi teknologi digelar pada (a) Cluster Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan dan (b) Cluster Pangan Alternatif. Selain itu, juga diperagakan berbagai produk dan inovasi teknologi pada pameran indoor. Hari Pangan se-dunia di Gorontalo Menteri Pertanian berdiskusi dengan pemulia jagung pada waktu kunjungan ke pameran indoor Penas XIII. Kepala Puslitbangtan, Dr Hasil Sembiring, menjelaskan kemajuan penelitian kedelai kepada Wakil Presiden, Menteri Pertanian, dan Gubernur Gorontalo. Hari Pangan se-dunia (HPS) yang diselenggarakan pada Oktober di Gorontalo menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dan pengelolaan sumber daya yang tepat untuk menghasilkan pangan yang cukup di Indonesia. Hal ini terkait dengan jumlah penduduk dunia yang pada tahun 2050 akan mencapai sembilan milyar jiwa, meningkat sekitar 30% dibanding saat ini. Hal ini menjadi catatan penting bagi Wakil Presiden RI, Prof Budiono, dalam pembukaan HPS pada 20 Oktober Dalam acara ini Wapres didampingi oleh Menteri Pertanian Dr Suswono, Perwakilan FAO James Mc Grane, perwakilan dari 21 negara sahabat, dan sejumlah gubernur di Indonesia. Pada HPS kali ini Badan Litbang Pertanian menampilkan berbagai inovasi teknologi yang dikelompokkan pada Cluster Rumah Pangan Lestari (RPL), Pangan Fungsional, Swasembada Pangan, dan Tanaman Obat dan Aromatik. Dalam kunjungan ke areal Gelar Teknologi Badan Litbang Pertanian, Wapres tertarik dengan berbagai tanaman sayuran dan biofarmaka yang digelar di lapangan. Wapres juga berkesempatan mendengarkan pen- 34 Laporan Tahunan 2011

42 jelasan dari peneliti tentang kemajuan penelitian padi, kedelai, dan jagung. Wapres memberikan perhatian serius pada kemajuan teknologi yang diharapkan dapat mendukung upaya penyediaan pangan yang cukup bagi masyarakat Indonesia ke depan. Open House Inovasi Teknologi Serealia dan Seminar Nasional Jagung Open House Teknologi Serealia dan Seminar Nasional Jagung yang berlangsung tanggal 3-4 Oktober 2011 dengan tema Inovasi Teknologi Mendukung Swasembada Jagung dan Diversifikasi Pangan dibuka oleh Menteri Pertanian Dr Ir Suswono, MMA. Open House dihadiri oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Bupati Daerah dan Wali Kota se-sulawesi Selatan. Dalam acara tersebut Menteri Pertanian berkesempatan melakukan penandatanganan peresmian pengoperasian Laboratorium Biologi Molekuler dan tanam perdana jagung hibrida unggul Bima 14 Batara dan Bima 15 Sayang, yang merupakan rakitan peneliti Badan Litbang Pertanian. Menteri Pertanian berkesempatan mengunjungi visitor plot dengan berbagai varietas unggul jagung, antara lain varietas hibrida Bima 1 hingga Bima 6 dengan biomas tinggi, Bima 7 dan Bima 8 yang berumur genjah, dapat dipanen pada umur 88 hari, dan hibrida kaya protein varietas Bima 12Q dan 13Q dengan potensi hasil sampai 13 t/ha. Selain jagung hibrida, Badan Litbang Pertanian juga memamerkan calon varietas unggul baru jagung hibrida yang memiliki tongkol dua dan jagung QPM biji putih yang sesuai dikembangkan di daerah rawan gizi. Kepala Balitsereal, Dr M. Yasin, menjelaskan kemajuan penelitian jagung hibrida, (dua tongkol per batang), kepada Wakil Presiden Prof Boediono dan Menteri Pertanian Dr Suswono. Menteri Pertanian, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan dan Kepala Badan Litbang Pertanian melakukan tanam perdana jagung hibrida Bima-14 dan Bima-15 pada acara Open house Inovasi Teknologi Serealia di Maros, Sulawesi Selatan. Menteri Pertanian didampingi Wakil Gubernur Sulawesi Selatan dan Kepala Badan Litbang Pertanian diwawancara oleh wartawan dari berbagai media pada acara Open House Inovasi Teknolog Serealia. Laporan Tahunan

43 Seminar Internasional Food Security Badan Litbang Pertanian bekerja sama dengan pihak swasta menyelenggarakan Seminar Internasional Ketahanan Pangan The Future of Global Food Security and Safety: Issues and Justification, pada 27 Oktober 2011 di IPB International Convention Center, Bogor. Seminar dibuka oleh Kepala Badan Litbang Pertanian mewakili Menteri Pertanian dan dihadiri oleh lebih dari 250 orang yang terdiri atas pejabat, peneliti dan ilmuwan, penyuluh, dan pengusaha agribisnis. Mereka berasal dari Kementerian Pertanian dan Kementerian lainnya, Kedutaan, dan perwakilan lembaga asing, perguruan tinggi, LSM, perusahaan swasta dll. Sebagai pembicara utama dalam seminar ini adalah W Ronnie Coffman, Director International Programs Cornell University, asuhan Norman Borlaug yang merupakan pencetus revolusi hijau. Pembicara lainnya adalah Dr Xuelin Tan dan Dr Nagarajan, masing-masing membicarakan upaya negaranya, China dan India dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Panelis dari dalam negeri berasal dari Kementerian Pertanian, IPB, Universitas Pattimura, dan swasta. Rumusan dari seminar ini adalah (1) meningkatkan kerja sama pembangunan pertanian di tengah perubahan iklim global; (2) meningkatkan kerja sama antara beberapa stakeholder penting dalam upaya ketahanan pangan dengan melibatkan pemerintah, swasta, LSM, kelompok tani dan peneliti; dan (3) meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, terutama padi dan jagung. Dalam kaitan itu lebih banyak lahan yang dibutuhkan dalam meningkatkan produksi dan diperlukan pula pengembangan varietas unggul secara luas. Publikasi Hasil Penelitian Publikasi yang diterbitkan secara reguler adalah Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (PP) dan Buletin Iptek Tanaman Pangan. Keduanya telah mendapat pengakuan sebagai jurnal nasional yang terakreditasi. Pada tahun 2011, Jurnal PP terbit tiga nomor dan Buletin Iptek dua nomor (Tabel 17). Publikasi lainnya, yang diterbitkan pada tahun 2011 adalah buku Ubijalar; Laporan Tahunan 2010; Teknologi Tanaman Pangan Menghadapi Perubahan Iklim; Five Year ( ) Food Crops Research and Development; Petunjuk Lapang Musuh Alami Hama Padi; Hama, Penyakit, Hara pada Padi; Hama, Penyakit, Hara pada Jagung; Hama, Penyakit, Hara pada Kedelai; Rencana Strategis (edisi Revisi); dan brosur Varietas Unggul Baru Tanaman Pangan. 36 Laporan Tahunan 2011

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Jl. Merdeka No. 147 Bogor, 16111 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUNAN 2010

PENETAPAN KINERJA TAHUNAN 2010 Instansi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor PENETAPAN KINERJA TAHUNAN 2010 PKT Sasaran PENCIPTAAN TEKNOLOGI DAN VARIETAS UNGGUL BERDAYA SAING Mengembangkan dan Diperolehnya sejumlah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTRIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016 1. Kementrian/Lembaga : KEMENTERIAN PERTANIAN 2. Program : Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan

Lebih terperinci

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat.

Varietas Padi Unggulan. Badan Litbang Pertanian. Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. AgroinovasI Varietas Padi Unggulan Gambar 1. Varietas Inpari 19 di areal persawahan KP. Sukamandi, Jawa Barat. Padi..semua sudah tak asing lagi dengan jenis tanaman pangan yang satu ini. Bila sudah diubah

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013

STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013 Lampiran 1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013 STRUKTUR ORGANISASI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2013 BALITBANGTAN SETBALIT BANGTAN PUSLITBANG TAN PUSLITBANG

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jl. Raya Kendalpayak Km. 8 Kotak Pos 66 Malang Jawa Timur, 65101 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu Telp. (0736) 23030 e-mail :

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jl. Dr. Ratulangi 274 Kab. Maros Sulawesi Selatan 90514 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian RENCANA STRATEGIS Perekayasaan Mekanisasi Pertanian 2015-2019 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 15 RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2011 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Pusat

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI GOGO DAN PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING MELALUI PERUBAHAN PENERAPAN SISTEM TANAM TANAM DI KABUPATEN BANJARNEGARA Tota Suhendrata dan Setyo Budiyanto Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2016 Badan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL KOMODITAS TANAMAN PANGAN HASIL PELEPASAN VARIETAS PADA TAHUN 2016

VARIETAS UNGGUL KOMODITAS TANAMAN PANGAN HASIL PELEPASAN VARIETAS PADA TAHUN 2016 VARIETAS UNGGUL KOMODITAS TANAMAN PANGAN HASIL PELEPASAN VARIETAS PADA TAHUN 2016 Calon varietas unggul berupa galur/hibrida/mutan/transgenik/varietas lokal yang diusulkan untuk dapat dilepas harus memenuhi

Lebih terperinci

Pedoman Umum. PTT Jagung

Pedoman Umum. PTT Jagung Pedoman Umum PTT Jagung Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2016 i Pedoman Umum PTT Jagung ISBN: 978-979-1159-31-9 Cetakan pertama: Mei 2009 Cetakan kedua: Februari 2010 Cetakan

Lebih terperinci

PEKAN SEREALIA NASIONAL I JULI 2010

PEKAN SEREALIA NASIONAL I JULI 2010 PEKAN SEREALIA NASIONAL I 26-30 JULI 2010 Kerjasama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan Badan Litbang Kementerian Pertanian 2010 PENDAHULUAN Pemanasan global yang melanda dunia dalam dasa warsa terakhir

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Editor Sumarno Djoko Said Damardjati Mahyuddin Syam Hermanto

Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Editor Sumarno Djoko Said Damardjati Mahyuddin Syam Hermanto Inovasi Teknologi dan Pengembangan Editor Sumarno Djoko Said Damardjati Mahyuddin Syam Hermanto Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2013 i Cetakan 2013 Hak Cipta Dilindungi

Lebih terperinci

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian Dalam memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 yaitu tahun 2010 2014 setelah periode RPJMN tahap ke-1 tahun 2005 2009 berakhir, pembangunan pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut

Lebih terperinci

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan INTRODUKSI BEBERAPA JAGUNG KOMPOSIT VARIETAS UNGGUL PADA LAHAN KERING DALAM UPAYA MENUNJANG KEDAULATAN PANGAN DI KABUPATEN SRAGEN (The assessment of introduction of corn composite high yield varieties

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI

UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI UPAYA PERCEPATAN ADOPSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARI Made J. Mejaya dan L. Hakim Puslitbang Tanaman Pangan Ringkasan Pada tahun 2017, sasaran produksi padi sebesar 80,76 juta ton GKG dengan produktivitas

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BB PADI 2013 BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BB PADI 2013 BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BB PADI 2013 BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Halaman : i dari 38 KATA

Lebih terperinci

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI

TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK adalah terkenal sebagai penghasil utama jagung di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI

RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI 2015-2019 BALAI BESAR PENELITIAN TANAMAN PADI Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2015 KATA PENGANTAR Balai Besar Penelitian

Lebih terperinci

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong Uji adaptasi galur harapan kedelai tahan pecah polong dan toleran hama pengisap polong dilaksanakan di 10 sentra produksi

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin

X.82. Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha. Zubachtirodin X.82 Pengembangan tanaman jagung yang adaptif di lahan masam dengan potensi hasil 9,0 t/ha Zubachtirodin BALAI PENELITIAN TANAMAN SEREALIA 2012 LATAR BELAKANG PROGRAM KEMTAN 2010-2014 - EMPAT SUKSES: SWASEMBADA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING Margaretha SL dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian keragaan usahatani jagung komposit

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Laporan Tahunan 2015 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Laporan Tahunan 2015 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Penyusun I N. Widiarta Eko Sri Mulyani Mimi Haryani Hermanto Sunihardi R. Heru Praptana Asrul Koes Kusnandar Muchtar Haryo Radianto Pusat

Lebih terperinci

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013. REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013 Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian i Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii LAPORAN KINERJA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2016 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN

Lebih terperinci

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007. 76 Lampiran 1. Deskripsi varietas jagung hibrida Bima3 DESKRIPSI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BIMA3 Tanggal dilepas : 7 Februari 2007 Asal : Silang tunggal antara galur murni Nei 9008 dengan galur murni Mr14.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa) merupakan salah satu bahan pangan pokok bagi masyarakat Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia telah mengalami

Lebih terperinci

Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong

Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong 5 III. VARIETAS UNGGUL BARU/UNG UNGGULGUL HARAPAN KEDELAI Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong Uji adaptasi galur harapan kedelai tahan pecah polong dan

Lebih terperinci

RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Evi Pujiastuti et al.: Respon Petani Terhadap Beberapa Jagung.. RESPON PETANI TERHADAP BEBERAPA JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BIMA MELALUI PENDAMPINGAN SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

I. PENDAHULUAN. kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi yang menjadi kendala dalam peningkatan stabilitas produksi padi nasional dan ancaman bagi

Lebih terperinci

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN Fakhrina dan Agus Hasbianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan Jl. P.

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah

Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Kajian Produksi Benih Sumber Padi UPBS BPTP Kalimantan Tengah Suparman BPTP Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail : arman.litbang@gmail.com Abstrak Ketersediaan benih dengan prinsip

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian TAKAR-1 dan TAKAR-2, Varietas Unggul Kacang Tanah Terbaru Dua varietas unggul baru kacang tanah yaitu TAKAR-1 dan TAKAR-2 telah dilepas berdasarkan SK Kementan No. 3253/Kpts/SR.120/9/2012 dan No 3255/Kpts/SR.120/9/2012.

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG 8 Highlight Balitsereal 2008 INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG PTT Jagung pada Lahan Sawah Sub Optimal Untuk peningkatan produksi jagung, komponen-komponen teknologi yang telah dihasilkan dari penelitian

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung Zubachtirodin, M.S. Pabbage, dan Subandi Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Jagung mempunyai peran strategis perekonomian nasional, mengingat

Lebih terperinci

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan

Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Ketahanan Beberapa Varietas terhadap Penyakit Tungro di Sulawesi Selatan Mansur Loka Penelitian Penyakit Tungro Jl. Bulo no. 101 Lanrang, Sidrap, Sulsel E-mail : mansurtungro09@yahoo.co.id Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping itu Indonesia merupakan daerah agraris dengan profesi utama penduduknya sebagai petani terutama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap

Lebih terperinci

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) (BBSDLP, Balittanah, Balitklimat, Balittra dan Balingtan)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) (BBSDLP, Balittanah, Balitklimat, Balittra dan Balingtan) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) LAKIP BBSDLP TAHUN ANGGARAN 2013 (BBSDLP, Balittanah, Balitklimat, Balittra dan Balingtan) Oleh BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II 2013 TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung LATAR BELAKANG Keniscayaan perubahan dan dinamika iklim global serta lokal. Pilihan pola tanam bersifat spesifik lokasi dan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU DI LAHAN SAWAH TADAH HUJAN KALIMANTAN SELATAN THE PERFORMANCE OF SOME NEW RICE AT RAINFED LOWLAND SOUTH KALIMANTAN Khairuddin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan

Lebih terperinci

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl Irian km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Pemanfaatan

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA Endang Iriani, Munir Eti Wulanjari dan Joko Handoyo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Tengah Abstrak.

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Agros Vol.17 No.1, Januari 2015: 132-138 ISSN 1411-0172 POTENSI PENGEMBANGAN PADI SAWAH VARIETAS UNGGUL BARU DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT POTENTIALLY DEVELOPMENT OF RICE NEW SUPERIOR VARIETIES IN WEST

Lebih terperinci

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh :

LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL. Oleh : LAPORAN AKHIR ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: ANTISIPATIF DAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL Oleh : Pantjar Simatupang Agus Pakpahan Erwidodo Ketut Kariyasa M. Maulana Sudi Mardianto PUSAT PENELITIAN

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2014 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan

Laporan Tahunan 2014 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Laporan Tahunan 2014 Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Penyusun I N. Widiarta Eko Sri Mulyani Mimi Haryani Sunihardi Asrul Koes Heru Praptana Hermanto Haryo Radianto Kusnandar Muchtar Pusat Penelitian

Lebih terperinci

Sistem Perbenihan Jagung

Sistem Perbenihan Jagung Sistem Perbenihan Jagung Bahtiar, S. Pakki, dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Benih merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan usahatani jagung, sehingga

Lebih terperinci

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU

ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU ADOPSI PETANI PADI SAWAH TERHADAP VARIETAS UNGGUL PADI DI KECAMATAN ARGAMAKMUR, KABUPATEN BENGKULU UTARA, PROVINSI BENGKULU Andi Ishak, Dedi Sugandi, dan Miswarti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

Lebih terperinci

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM Hingga tahun 2010, berdasarkan ketersediaan teknologi produksi yang telah ada (varietas unggul dan budidaya), upaya mempertahankan laju peningkatan produksi sebesar

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kinerja Tahunan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU Yartiwi dan Andi Ishak Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian km

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. Sondakh 1), dan Andi Tenrirawe 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI 11 IV. PLASMA NUTFAH Balitkabi memiliki SDG aneka kacang (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang nasi, kacang gude, kacang tunggak, dan koro-koroan) sebanyak 2.551 aksesi serta aneka umbi (ubi kayu,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK Pengembangan pertanaman jagung akan lebih produktif dan berorientasi pendapatan/agribisnis, selain

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSLITBANG TANAMAN PANGAN TAHUN 2010 PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Pusat

Lebih terperinci

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5

III. KEDELAI. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 5 III. KEDELAI Rerata kebutuhan kedelai setiap tahun mencapai 2,3 juta. Namun demikian, tampaknya produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan secara baik. Produksi kedelai dalam negeri

Lebih terperinci