Laporan Kegiatan P a g e 1 Perekaman Data dan Pendokumentasian Penyelamatan Situs Jatigede Sumedang dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kegiatan P a g e 1 Perekaman Data dan Pendokumentasian Penyelamatan Situs Jatigede Sumedang dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry"

Transkripsi

1 Laporan Kegiatan P a g e 1

2 LAPORAN KEGIATAN PEREKAMAN DATA DAN PENDOKUMENTASIAN PENYELAMATAN SITUS JATIGEDE SUMEDANG DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY TIM KEGIATAN 1. Dra. ROMLAH 2. KELY SURYANTORO, SH 3. NUNUN NURHAYATI, BA 4. BRAHMANTARA, ST 5. JONI SETIAWAN, ST 6. PRAMUDIANTO DWI HANGGORO Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat Jl. RE Martadinata No. 209, Telp. ( 022 ) Bandung - Jawa Barat Laporan Kegiatan P a g e 2

3 D a f t a r I s i COVER LEMBAR KEGIATAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud Dan Tujuan Kegiatan Ruang Lingkup Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Hasil Yang Ingin Dicapai Anggaran Biaya BAB II LANDASAN TEORI Perekaman Data dan Pendokumentasian Perkembangan Sistem Pendokumentasian 3D Laser Scanner photogrammetry Spesifikasi Alat (Type HDS-3000) Peralatan Kerja Metode Pengambilan Data 1. Survey Lokasi Dan Persiapan 2. Scanning Obyek 3. Scannng Target 4. Pengolahan Data Akhir BAB III DATA DAN ANALISA Deskripsi Situs Laporan Kegiatan P a g e 3

4 Situs Cipeueut Situs Astana Gede Situs Tanjungsari Data perekaman 3D laser scanning 1. Situs Cipeueut 2. Situs Astana Gede 3. Situs Ciwangi 4. Situs Tanjungsari 5. Situs Curug Mas Penutup Laporan Kegiatan P a g e 4

5 K a t a P e n g a n t a r Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan, rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Kegiatan Perekaman Data dan Pendokumentasian Penyelamatan Situs Jatigede Sumedang dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry ini dengan baik dan lancar. Kegiatan Pendokumentasian dan Perekaman Data ini merupakan program kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat dengan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Unit Pelayanan Teknis Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Kegiatan Perekaman Data ini bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap, detail dan akurat Situs yang berupa Makam-Makam di Kawasan Jatigede, Sumedang yang juga merupakan Kawasan yang akan dijadikan lokasi pembangunan Waduk Jatigede. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat 2. Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Drs. Marsis Sutopo, M.Si, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Laporan Kegiatan ini 3. Kasi Teknis Sejarah dan Purbakala, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat, Dra. Romlah yang telah melakukan koordinasi, menyediakan sarana dan prasarana dilapangan dan memberikan masukan-masukannya 4. Kepala Sie Pelayanan Teknis Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Iskandar Mulia Siregar, S.Si, yang telah memberikan masukan-masukannya Laporan Kegiatan P a g e 5

6 5. Semua pihak yang telah berkenan membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu Kami menyadari bahwa laporan hasil kegiatan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya kegiatan-kegiatan di masa yang akan datang. Sekian dan semoga bermanfaat. Penyusun Laporan Kegiatan P a g e 6

7 Bab I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Keanekaragaman tinggalan budaya yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia merupakan cermin jati diri bangsa yang sangat penting dalam menghantarkan sejarah bangsa ini. Tekanan pembangunan dan perubahan topografi lingkungan tentunya akan membawa dampak terhadap kelestarian situs Cagar Budaya yang merupakan warisan yang tidak ternilai harganya. Salah satu dari sekian banyak Situs Cagar Budaya di Indonesia yang terancam kelestariannya akibat tekanan pembangunan dan perubahan topografi lingkungan adalah Situs Jatigede yang terletak di daerah Sumedang, Propinsi Jawa Barat. Kawasan Situs Jatigede terletak di wilayah genangan air yang akan dibangun Waduk Jatigede. Waduk itu sendiri direncanakan sebagai daerah tangkapan air bagi sumber air yang berada di sekitar wilayah genangan tersebut, sehingga pada musim penghujan air akan mengalir menuju ke waduk tersebut dan bahaya genangan banjir akan dapat dicegah. Di samping perlindungan terhadap sumber daya air, banjir dan irigasi terhadap area pertanian yang ada, pembangunan waduk akan membawa pengaruh terhadap sumber mata pencaharian warga setempat khususnya bidang pariwisata. Berdasarkan data sekunder yang dikeluarkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat, tahun 2009 dan Tim Penangan Cagar Budaya pada Satuan Tugas Percepatan Pembangunan Waduk Jatigede, di wilayah ini terdapat 42 (empat puluh dua) situs/bcb yang terdiri atas 94 objek yang tersebar di 12 desa pada 4 kecamatan. Kawasan yang ditempati sebagai calon genangan waduk Jatigede dapat Laporan Kegiatan P a g e 7

8 digolongkan sebagai situs pemukiman, dengan tinggalan fitur dan artefak yang cukup beragam. Situs pemukiman dengan tinggalan fitur dan artefak tersebut umumnya berupa makam dari tokoh-tokoh besar yang terkait dengan keberadaan sejarah daerah Sumedang di masa lalu. Keberadaan makam-makam kuna dengan nisan-nisan yang berangka tahun dari abad ke-19 M dan juga temuan artefak berupa pecahan keramik Cina dan botol minuman produksi Eropa, turut memberikan informasi akan adanya hubungan dan pengaruh dari luar kawasan itu di masa lalu, terutama dari Cina dan Eropa (sumber Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Tengah, 2009). Dalam rangka penyelamatan dan pelestarian Situs Jatigede tersebut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Direktorat Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan melakukan kegiatan Perekaman Data dan Pendokumentasian Penyelamatan Situs Jatigede Sumedang dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry, output data dari kegiatan ini diharapkan dapat mendukung solusi penanganan yang tepat dan ideal situs yang akan terkena dampak dari pembangunan waduk. B. Maksud dan Tujuan Kegiatan Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah melakukan perekaman data dan pendokumentasian secara 3 dimensi dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry terhadap situs-situs di kawasan Jatigede Sumedang, Jawa Barat. Tujuan kegiatan ini adalah memperoleh data - data teknis yang detail, akurat dan informatif sampai pemodelan 3 dimensi, dalam rangka mendukung solusi penanganan situs dari rencana pembangunan Waduk Jatigede. Laporan Kegiatan P a g e 8

9 C. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan ini meliputi perekaman data dan pengolahan data scanning. Perekaman data/scanning dilaksanakan dilapangan pada situs di kawasan Jatigede,Sumedang Jawa Barat. Olah data scanning dilakukan di laboratorium Photogrammetry, Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Jawa Tengah Sasaran obyek perekaman data adalah : 1. Situs Cipeueut I a. Makam Prabu Guru Aji Putih 2. Situs Cipeueut II a. Makam Nyimas Ratu Inten / Dewi Nawang Wulan 3. Situs Cipeueut II a.makam Sanghyang Resi Agung 4. Situs Astana Gede a.makam Embah Dalem Prabu Lembu Agung b.makam Embah Jalul c.makam Nyi Mas Siti Sujiah 5. Situs Ciwangi a.makam Embah Buyut Mandor Sora 6. Situs Tanjungsari a.makam Embah Dalem Santapura b.makam Embah Dalem Santadinata c.makam Embah Dalem Mangunraga d.makam Embah Dalem Jamanggala I e.makam Embah Dalem Tanudipa f. Makam Embah Dalem Diwapangsa g.makam Embah Dalem Sacamanggala I h.makam Demang Putih Laporan Kegiatan P a g e 9

10 7. Situs Curug Mas a.makam Embah Dalem Panungtung Haji Putih Sungklanglarang b.makam Embah Dalem Cokrowiryo c.makam Embah Dalem Angkling Darma D. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dibagi menjadi 2 tahap pekerjaan yaitu : 1. Perekaman data dilapangan selama 7 hari 2. Pengolahan data dan pembuatan Laporan akhir dilaboratorium Photogrammetry. E. Hasil Yang Ingin Dicapai Hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan ini adalah diperolehnya data-data teknis yang akurat dengan tingkat ketelitian tinggi, guna mendukung solusi penanganan kelestarian situs dari dampak pembangunan Waduk Jatigede. F. Anggaran Biaya Anggaran biaya dibebankan pada APBD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat. Laporan Kegiatan P a g e 10

11 Bab II L A N D A S A N T E O R I A. Perekaman Data dan Pendokumentasian Proses perekaman data, sistem pendokumentasian dan manajemen informasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Rangkaian kegiatan tersebut digunakan sebagai salah satu usaha pelestarian dan pemeliharaan obyek Benda Cagar Budaya. Dalam sebuah manajemen informasi dan sistem pendokumentasian obyek Benda Cagar Budaya perlu melibatkan berbagai multi disiplin ilmu untuk mendapatkan informasi yang menyeluruh dan lengkap. Sistem informasi yang menyeluruh dan lengkap dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai : a. Sebagai sarana pengetahuan, pemahaman tentang suatu maksud/arti dan nilai-nilai dari keberadaan suatu BCB. b. Sebagai sarana mempromosikan suatu BCB dan pembuatan suatu manajemen informasi dan perijinan. c. Sebagai base-data dalam rangka pemeliharaan dan konservasi jangka panjang. d. Dapat juga dipertimbangkan sebagai data untuk pembuatan polis asuransi untuk menanggulangi kerusakan dan kerugian. e. Sebagai sumber data untuk anak cucu dan generasi masa depan. Laporan Kegiatan P a g e 11

12 B. Perkembangan Sistem Pendokumentasian Sistem pendokumentasian khususnya untuk Benda Cagar Budaya mengalami perkembangan yang cukup pesat, beberapa perkembangan sistem pendokumentasian Benda Cagar Budaya antara lain : a. Sketsa merekam data/obyek dengan melihat langsung melalui berbagai keanekaragaman format, kemudian dituangkan dalam bentuk gambar dengan dimensi dan akurasi yang kurang teliti b. Hand Survey Teknik Perekaman dengan mengukur obyek menggunakan tangan, berdasarkan penilaian dan peralatan sederhana. c. Photograpy Teknik Perekaman modern dengan menggunakan alat kamera disertai dengan metode metode khusus untuk mendapatkan data langsung dari obyek d. Photogrammetry Teknik Perekaman obyek dengan teknik pengambilan foto stereo yang saling bertampalan sehingga membentuk gambar 3 dimensional dan berkoordinat. e. 3D Laser Scanner Photogrammetry Laporan Kegiatan P a g e 12

13 Tabel 1. Frame work Metode Pendokumentasian A akurasi rendah Manual Recording Photo sederhana Sketsa Digital Recording B akurasi menengah Photo format besar dan detail Gambar tangan C akurasi tinggi Photograph format besar photography resolusi tinggi Foto stereo Photogrammetry Gambar Tangan Data Gambar AUTOCAD Gambar AUTOCAD DIGITAL Photogramettry Vektor detail ukuran detail ukuran TOTAL STATION /CAD GPS autocad overlay GPS dengan photo 3D Modeling rekonstruksi 3D Laser Scanning GPS, 3D modeling Raster Photo DIGITAL Photo DIGITAL Photo DIGITAL resolusi tinggi Image Scanning PHOTO FOTO UDARA FOTO UDARA Digital VIDEO High resolution resolusi tinggi Digital VIDEO Sumber : gettybook-guiding principal 2007 Laporan Kegiatan P a g e 13

14 C. 3D Laser Scanner Photogrammetry 3D Laser Scanner adalah Metode Perekaman Data/Dokumentasi dengan akurasi yang sangat tinggi, detail dan akurat, menggunakan sistem laser yang merekam data 3 Dimensional (x,y,z) permukaan obyek tanpa menyentuh/bersinggungan langsung dengan obyek itu sendiri Gambar 1. Sistem kerja 3D Laser Laporan Kegiatan P a g e 14

15 D. Spesifikasi Alat (Type HDS-3000) a. Metrology method : Pulsed time of flight b. Field of view : 3600 horizon. and 2700 vert. c. Optimal scan distance : 1 m 100 m d. Scanning speed : up to points/seconds e. Accuracy in distance (50m) : 6 mm (single measurement) f. Angular resolution : 60 micro-radians g. Divergence/spot size in 50m : 6 mm h. Calibrated video camera : RGB 64 mega-pixels,spatially Rectified E. Peralatan kerja Sistem Kerja pada 3D Laser Scanner menggunakan tenaga listrik (genzet/baterai), sedangkan unit pokok 3D laser scanner itu sendiri terdiri dari : 1. Scanning head 2. Tribach 3. Tripod 4. Kabel data sheet (land cabel) 5. Target scan (untuk penggabungan areal scan) 6. Laptop perekam data di lapangan 7. PC pengolah data 8. Camera pendukung SLR Canon Eos 50 D, Efs Lens mm Laporan Kegiatan P a g e 15

16 Gambar 2. Alat kerja 3D Laser Scanner F. Metode Pengambilan Data 1. Survey Lokasi dan persiapan Sebelum dilakukan scanning tahap awal yang dilakukan adalah persiapan dan survey lokasi. Survey lokasi ditujukan untuk mendapatkan gambaran lokasi obyek dan kondisi lingkungan sekitar. Hal ini berkaitan dengan posisi titik berdiri scan dan alur yang akan dibuat. 2. Scanning obyek Setelah tahap persipan dan survei dilakukan tahap selanjutnya adalah Scanning obyek dengan Instrument 3D laser scanner. Ada beberapa tahapan / proses yang dilakukan yaitu : Laporan Kegiatan P a g e 16

17 a. Acquire Photo Image. : proses pengenalan obyek yang dilakukan dengan capturing obyek. Hasil yang dapat dilihat pada proses ini adalah hasil foto dengan dimensi keliling sampai 360 untuk arah horisontal dan 270 untuk arah vertikal. Gambar 3. Acquire Photo Image b. Scanning : merupakan proses inti dari Laser Scanning dimana instrument melakukan perekaman terhadap surface obyek dengan menggunakan laser yang kemudian tersimpan dalam data point (Point Clouds) berkoordinat (x,y,z). Bagian obyek yang akan di scan dapat disetting sesuai dengan keinginan kita. Untuk setingan kerapatan point dapat dilakukan sampai dengan spasi 2 mm, semakian kecil/rapat setingan spasi yang kita lakukan maka data akan semakin kompleks dan detail, jumlah point yang dihasilkan akan semakian besar dan waktu yang dibutuhkan pun akan semakin lama. Laporan Kegiatan P a g e 17

18 Gambar 4. Scanning Obyek c. Registrasi : proses penggabungan dari beberapa Scanworld. Ketika kita melakukan scanning terhadap suatu obyek untuk mendapatkan data menyeluruh maka kita akan berdiri lebih dari 1 titik berdiri, setelah scanning total kita lakukan maka data tiap kali kita berdiri itu akan menghasilkan scanworld. Untuk mendapatkan data koordinat, dimensi yang akurat maka kita harus melakukan proses registrasi diatas. Sebagai titik ikat untuk penggabungan kita menggunakan data dari target scan. Untuk registrasi dari scanworld 1 ke scanworld 2 minimal menggunakan 3 titik target, semakin banyak target yang digunakan maka akan semakin bagus data yang dihasilkan. Eror yang dihasilkan pada proses registrasi harus mempunyai nilai dibawah 6 mm. Laporan Kegiatan P a g e 18

19 3. Scanning Target Merupakan proses pengambilan data 3 D untuk target yang dipasang pada sekitar obyek. Minimal target yang dipasang untuk proses penggabungan/registrasi adalah sebanyak 3 buah dengan setingan spasi serapat mungkin (±2 mm). setingan kerapatan ini akan berpengaruh pada keakuratan hasil koordinat x,y dan z. Gambar 5. scanning target (model space view) 4. Pengolahan Data Akhir Dari semua data scanning yang kita dapatkan dan kita rekam dilapangan selanjutnya dilakukan pengolahan data akhir. pengolahan data diawali dengan transfering data dari laptop ke PC yang khusus digunakan untuk pengolahan data akhir. Output data yang dihasilkan dari proses ini berupa : a. As-built drawing 2 Dimensi : perspektive view ; front view ; top view; right view dan left view : format dwg, dxf (Autocad format) Laporan Kegiatan P a g e 19

20 b. Fly through animation : digunakan untuk visualisasi dimensi, elevasi dll. : format avi. c. 3D Model Image point clouds : format jpeg; bmp; tif Laporan Kegiatan P a g e 20

21 Bab III D A T A D A N A N A L I S A A. Deskripsi SITUS Berkaitan dengan keberadaan situs/bcb atau obyek purbakala yang terdapat di kawasan Waduk Jatigede tersebut, sebuah masterplan sudah dirancang sedemikian rupa, sebagai bahan dan acuan bagi penyelenggaraan relokasi sehingga diharapkan pada akhirnya situssitus dan obyek yang ada di kawasan rencana waduk tersebut dapat tertangani dengan baik, mengingat pada masing-masing situs/bcb atau obyek kepurbakalaan terkandung berbagai nilai penting, berkaitan dengan budaya masyarakat setempat dan sekitarnya. Diharapkan di masa mendatang situs-situs terkena dampak pembangunan Waduk Jatigede yang masih dapat dipertahankan akan memberikan rona baru dalam gerak langkah roda kegiatan kebudayan dan pariwisata di kawasan Jatigede, Sumedang. Di samping itu, melalui kegiatan relokasi dan penataan di lokasi yang baru diharapkan kaitan nilai budaya dari masing-masing situs dan objek tersebut dengan masyarakat pendukungnya masih dapat berlangsung walau secara lokasional tempatnya sudah berubah ke tempat yang baru. Berdasarkan hasil identifikasi dan inventasirasi situs yang terdapat di lokasi rencana pembangunan Waduk Jatigede, dapat diketahui bahwa di kawasan tersebut terdapat beberapa situs kepurbakalaan. Situs- Laporan Kegiatan P a g e 21

22 situs tersebut di antaranya berupa makam-makam kuna yang dibangun dengan mengadopsi seni bangun prasejarah berupa batur punden dan bentuk bangunan berundak. Di samping itu juga terdapat tinggalan lain berupa mata air yang dipercaya sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat (bahasa Sunda:cikahuripan), serta menhir atau monumen batu yang didirikan tegak yang pada masa budayanya digunakan sebagai sarana untuk pemujaan arwah leluhur. B. Situs Cipeueut Situs Cipeueut berada dalam wilayah administrasi Kampung Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja. Lokasinya berada pada suatu kawasan yang berada di antara dataran persawahan dan sungai yang bernama kali Cibayawak. Medan yang ditempuh untuk mencapai lokasi makam ini berupa jalan setapak persawahan, namun ± 200 meter sebelum lokasi jalan setapak menuju makam telah diperkeras dengan menggunakan susunan batuan alam dengan lebar 120 cm. Jalan yang berliku mengikuti kontur dataran yang menurun menuju tepian sungai Cibayawak seperti mengantar pengunjung menuruni satu lembah di sisi barat makam. Lingkungan lokasi di tepi jalan setapak berlapis batuan alam bukan lagi berupa persawahan, tetapi berupa vegetasi tanaman hutan dengan tumbuhan aren, beringin, kiara dan rumpun bambu. Lingkungan makam yang ditumbuhi banyak tanaman keras berukuran besar ini sejak lama telah menjadi kawasan lindung secara adat oleh masyarakat setempat. Dalam kawasan situs Cipeueut terdapat tiga makam tokoh yang satu dengan lainnya memiliki keterkaitan latar belakang sejarah. Laporan Kegiatan P a g e 22

23 1. Situs Cipeueut I Tokoh utama yang dimakamkan di Situs Cipeueut adalah Prabu Guru Aji Putih. Prabu Guru Aji Putih pendiri kerajaan Tembong Agung. Kerajaan Tembong Agung erat kaitannya dengan kerajaan Galuh Pakuan yang didirikan oleh Wretikendayun/ tahun 612, sedangkan kerajaan Tembong Agung yang didirikan oleh Prabu Guru Aji Putih tahun 678. Pada awalnya Prabu Aji putih mendirikan padepokan di Citembong Girang Kecamatan Ganeas, kemudian mendirikan kerajaan Tembong Agung di kampong Muohara desa Leuwihideung kecamatan Darmaraja. Prabu Guru Aji Putih merupakan putra Aria Bima Raksa dengan Ratu Komara dari Jandaha putra Wreti Kendayun. Foto 1. Makam Prabu Aji Putih Makam ini secara geografis berada pada koordinat LS dan BT. Obyek di lokasi ini berupa makam yang terletak pada dataran punggung lerengan tepi kali Cibayawak. Posisinya sejauh ± 500 meter pada 53 0 sisi tenggara makam Ratu Inten Dewi Nawangwulan. Makam Prabu Guru Aji Putih yang terletak pada ketinggian lerengan tepi Kali Cibayawak memiliki batas-batas lingkungan: sebelah utara berbatasan dengan Laporan Kegiatan P a g e 23

24 lerengan yang ditumbuhi vegetasi tanaman hutan; sebelah selatan berbatasan dengan lereng tepian kali Cibayawak; sebelah timur berbatasan dengan lereng dan jalan setapak menuju makam Resi Agung; sebelah barat berbatasan dengan lerengan. Menuju ke lokasi makam haruslah melalui undakan yang disusun dari batuan alam dengan ketinggian hampir mendekati 3,5 meter. Undakan ini berada di sisi barat daya lahan makam dan menjadi jalan menuju teras dua dengan lebar ± 3 meter, kemudian dilanjutkan melewati undakan di sisi tenggara untuk menuju teras ketiga yang memiliki lebar 3,40 m. Teras ini telah masuk dalam lokasi inti makam yang dibatasi pagar bambu dengan ukuran 10,60 x 11,10 m dan lereng terasnya diperkuat dengan susunan batu alam dalam posisi berundak. Adapun jumlah undakan di sisi selatan adalah empat, sedangkan di sisi timur lima undakan. 2. Situs Cipeueut II Tokoh lainnya yang dimakamkan di situs Cipeueut adalah Nyimas Ratu Inten atau Nyimas Dewi Nawang Wulan. Ratu Ratna Inten Nawangwulan berdasarkan keterangan yang diperoleh dari juru kunci disebutkan bahwa adalah istri dari Prabu Aji Putih. Makamnya berada pada koordinat LS dan BT. Letaknya sejauh ± 500 meter di sisi barat dari tepi jalan Desa Cipaku. Makam ditandai dengan susunan batu alam yang dimaksudkan sebagai jirat. Jirat berupa tatanan batu alam berdenah persegi empat, sedangkan nisannya berupa batu alam yang diberdirikan dan diletakkan di bagian utara struktur. Laporan Kegiatan P a g e 24

25 Foto 2. Makam Nyimas Dewi Nawang Wulan Lingkungan makam yang berada pada satu dataran tanah kering di tengah persawahan yang berukuran ± 500 m2 memberikan batas-batas lingkungan lokasi berupa persawahan pada sekelilingnya, sedangkan sejarak ± 300 m di sisi selatan terdapat Sungai Cibayawak. Vegetasi di sekitar lokasi dipenuhi oleh beberapa jenis tanaman, antara lain kiara, beringin, kopo, aren dan rumpun bambu. Di atas lahan makam ini juga terdapat bangunan saung di sisi tenggara makam. Saung dibuat dengan tidak permanen, berukuran 2,50 x 2,50 m, beratap genteng dengan rangka dan dinding kayu. Pada sisi barat daya makam terdapat satu sumur berdiameter 100 cm dengan kedalaman 2,50 m. 3. Situs Cipeueut III Makam Sanghyang Resi Agung berada pada koordinat LS dan BT. Letak makam ini berada sejauh ± 200 meter timur laut dari Makam Prabu Guru Aji Putih. Untuk mencapai lokasi ini dari makam Aji Putih, medan yang dilalui adalah dataran rendah berupa cekungan yang membentuk Laporan Kegiatan P a g e 25

26 lembah antara makam Aji putih dan makam Resi Ageung. Kedalaman dari lembah ini ± 20 meter. Di tengah lembah ini, di sisi jalan setapak terdapat satu sumur dengan kedalaman 1,50 meter. Kondisi lingkungannya masih serupa dengan lingkungan makam Aji Putih yang didominasi tanaman aren dan diselingi tanaman berbatang keras seperti kiara dan kibodas. Foto 3. Makam Nyimas Sanghyang Resi Mengenai tokoh yang dimakamkan di lokasi, Tokoh Eyang Resi Agung menurut cerita rakyat adalah tokoh yang menyerahkan tahta kerajaan Tembong Agung, beliau memperdalam keagamaan dengan gelar resi yang mengakui Sang Pencipta yang tunggal (agama Sunda wiwitan) yang muncul sebelum Dewawarman menduduki tahta kerajaan Salakanagara ( M). Melihat ajarannya mirip agama Islam dengan mudah para penerusnya menerima Agama Islam sebagai agama kerajaan, yang dengan sendirinya dapat mempermudah dalam mempengaruhi penduduk untuk menganut agama Islam. Persamaan yang ada dengan makam Prabu Guru Aji Putih adalah pada bahan yang tersusun dari batuan, pola susunannya yang Laporan Kegiatan P a g e 26

27 hanya menempatkan batu pada permukaan tanah sebagai penanda (jirat dan nisan). Persamaan lain ada pada pola bentuknya yang empat persegi panjang dengan satu nisan pada bagian kepala, dan juga hamparan batu datar yang dipasang di permukaan tanah sekitar nisan C. Situs Astana Gede Situs Astana Gede terletak di tepi jalan Desa Astana Gede, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja LS dan BT dengan no. inventaris situs 3211/3/cpt 3/521. Lahannya berupa dataran yang relatif lebih tinggi dibandingkan badan jalan desa (bukit), dinaungi oleh berbagai macam tanaman sebagai vegetasi alaminya, di antaranya jati, kiara, kibodas, aren, dan rumpun bambu. Di lokasi situs pemakaman ini terdapat tiga makam tokoh yang makamnya membentang dari timur-barat mengikuti kontur tanah yang makin meninggi di sisi barat lahan. Sebelum memasuki lahan situs, di sisi jalan setapak, di timur laut situs terdapat beberapa makam penduduk desa. Setelah melewati makam desa dan dua tanggul irigasi yang melintang selatan-utara, sejauh ± 50 meter dari jalan desa terdapat makam pertama, yaitu makam Lenggang Sari-Siti Saji ah. Situs Astana Gede sendiri terdiri dari beberapa makam yaitu : a. Makam Nyi Mas Lenggang Sari-Siti Saji ah b. Makam Embah Jalul c. Makam Embah Dalem Prabu Lembu Agung Laporan Kegiatan P a g e 27

28 Foto 4. Makam Nyimas Lenggang Sari-Siti Saji ah Foto 5. Makam Embah Jalul Foto 6. Makam Embah Dalem Prabu Lembu Agung Laporan Kegiatan P a g e 28

29 D. Situs Tanjungsari Situs Tanjungsari berada di tepi sebelah barat Cimanuk, di Dusun Kebontiwu, Desa Cibogo, Kec. Darmaraja pada koordinat LS dan BT. Makam berada di tepian Daerah Aliran Sungai Cimanuk dengan batas-batas lingkungannya adalah: sebelah utara berbatasan dengan Sungai Cimanuk, sebelah timur berbatasan dengan Sungai Cimanuk, sebelah selatan berbatasan dengan persawahan, sebelah barat berbatasan dengan persawahan. Keletakannya yang cukup dekat dengan daerah aliran sungai Cimanuk memberikan pengaruh terhadap vegetasi yang ada di lingkungan pemakaman. Adapun vegetasi yang mendominasi adalah rumpun bambu, kemudian tanaman berbatang keras seperti jati, asem, dan lain-lain yang disebut masyarakat sebagai tanaman hutan rawa, sedangkan di lahan sekitarnya, di sisi barat dan selatan diolah sebagai persawahan dengan banyak jenis tanaman budidaya. Pemakaman ini dapat dikatakan sebagai kompleks karena jumlah makamnya yang cukup banyak (± 40 makam). Makam-makam tersebut tersebar dalam satuan ataupun dalam kelompok. Kompleks pemakaman ini merupakan pemakaman Islam, karena seluruh makam yang ada di makam ini memiliki orientasi utara-selatan, walaupun tidak seluruh makamnya memiliki atribut makam tokoh Islam seperti pada umumnya yang menggunakan jirat dan nisan. Beberapa Makam yang terdapat pada Situs Tanjungsari antara lain : a. Makam Embah Dalem Santapura b. Makam Embah Dalem Santadinata c. Makam Embah Dalem Mangunraga d. Makam Embah Dalem Jamanggala I e. Makam Embah Dalem Tanudipa f. Makam Embah Dalem Diwapangsa g. Makam Embah Dalem Sacamanggala I Laporan Kegiatan P a g e 29

30 h. Makam Demang Putih Foto 7. Makam Makam Kompleks Situs Tanjungsari Secara umum, kondisi situs cukup terawat. Gangguan biotis bnyak disebbkn oleh kelembaban lingkungn yng dinaungi vegetasi alam cukup rimbun. Akibat kelembaban lingkungannya, permukaan batu Laporan Kegiatan P a g e 30

31 banyak ditumbuhi jasad renik seperti lumut, jamur, dan algae. Kerusakan lain yang juga datang dari proses alam adalah patah atau pecahnya batu nisan. Kerusakan tersebut selain disebabkan oleh cuc juga disebabkan bahan dasar batu nisan yng dibuat dari batu sedimentasi yang lapisannya rapuh. E. Data Perekaman 3D Laser Scanning 1. Situs Cipeueut Proses scanning Situs Cipeueut I dan III dibuat menjadi satu alur scan. Pelaksanaan scanning dimulai dari Situs Cipeueut III ( Makam Resi Agung) scanning pada area Situs kemudian dilanjutkan proses scanning akses jalan menuju Situs. Situs Cipeueut III Situs Cipeueut I Gambar 6. Top View 1 Situs Cipeueut I dan III (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 31

32 a. Situs Cipeueut I 1) Project Data a) Object name : Makam Prabu Haji Putih b) Lokasi : Kec. Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat c) Luas area scan : ± 176,836 m 2 d) Lama Perekaman : 18 jam e) Titik berdiri : 3 titik f) Spasi scan : 1-3 cm g) Jumlah point : point 2) Proses Scanning dan Pengukuran Situs Cipeueut I, II dan III merupakan situs yang berada dalam satu rangkaian lokasi. Kondisi lokasinya sendiri berada diantara areal persawahan dan sungai dengan akses masuk dari jalan utama agak sulit karena jalan yang licin dan naik turun. Proses scanning pada Situs Cipeueut I (Makam Prabu Haji Putih) dilakukan selama kurang lebih 18 jam selama 2 hari, titik pengambilan scan sebanyak 2 titik berdiri dengan rincian setting pengukuran dan script sebagai berikut : Laporan Kegiatan P a g e 32

33 Tabel 2. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Cipeeut I No. Point Standing Location Script Resolution/spasi I Sudut Tenggara Sisi dalam arah - Timur - Selatan - Barat daya - Barat - Barat Laut - Utara - Timur Laut - target II Sudut Barat Laut Sisi dalam area - Timur - Tenggara - Selatan - Barat daya - Barat - Utara - Timur Laut - target - 2 mm - 2 mm 3) 3D Image Modeling Setelah proses scanning, pemindaian dengan laser, semua data vektor obyek pada area makam tersebut terekam. Titik berdiri sebanyak 2 titik acuan untuk merekam sisi utara dan selatan, kemudian dilakukan penggabungan untuk mendapatkan obyek secara utuh. Dari obyek utuh hasil penggabungan dilakukan proses snapshoot obyek dan rendering untuk membentuk image 3D model. Hasil proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : Laporan Kegiatan P a g e 33

34 a) 3D Image Modeling perspektive view Gambar 7. Perspective View 1 Makam Prabu Haji Putih ( Colour From Scanner) Gambar 8. Perspective View 2 Makam Prabu Haji Putih (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 34

35 Gambar 9. Perspective View 3 Makam Prabu Haji Putih (Colour From Scanner) Gambar 10. Perspective View 4 Makam Prabu Haji Putih (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 35

36 b) 3D Image Modeling Tampak Atas (Top view ) c) 3D Image Modeling Tampak Atas ( Top View) Gambar 11. Tampak Atas 1 (Top View) Makam Prabu Haji Putih (Colour From Scanner) Gambar 12. Tampak Atas 2 (Top View) Makam Prabu Haji Putih (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 36

37 d) 3D Image Modelling Potongan Titik Pusat Makam A A Gambar 13. Tampak Potongan arah U-S Makam Prabu Haji Putih (Colour From Scanner) 4) Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Setelah langkah analisa dan rendering 3D Image modeling dilakukan, langkah selanjutnya adalah pembuatan Asbuilt-drawing 2D. Pembuatan Asbuilt-drawing 2D melalui proses mengimport data 3D Image Point ke dalam software AUTOCAD, kemudian dilakukan digitasi terhadap data 3D Image point tadi. Setelah melalu proses digitasi maka akan dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas Makam Prabu Haji Putih ( Situs Cipeueut I) b) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Depan Makam Prabu Haji Putih ( Situs Cipeueut I) c) Asbuilt Drawing 2D - Samping potongan Makam Prabu Haji Putih ( Situs Cipeueut I) Laporan Kegiatan P a g e 37

38 Laporan Kegiatan P a g e 38 Heritage Documentation

39 Laporan Kegiatan P a g e 39 Heritage Documentation

40 Laporan Kegiatan P a g e 40 Heritage Documentation

41 b. Situs Cipeueut II 1) Project Data a) Object name : Makam Nyimas Dwi Nawangwulang b) Lokasi : Kec. Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat c) Luas area scan : ± 109,507 m 2 d) Lama Perekaman : 9 jam e) Titik berdiri : 3 titik f) Spasi scan : 1-3 cm g) Jumlah point : point 2) Proses Scanning dan Pengukuran Rangkaian proses scanning di Situs Cipeueut dimulai dari Situs Cipeueut III (Makam Resi Agung) dilanjutkan ke Situs Cipeueut I (Makam Prabu Haji Agung) dan terakhir ke Situs Cipeueut II (Makam Nyimas Dwi Nawangwulan). Proses scanning pada Situs Cipeeut II (Makam Nyimas Dwi Nawangwulan) ini dilakukan selama kurang lebih 9 jam selama 1 hari, titik pengambilan scan sebanyak 2 titik berdiri dengan rincian setting pengukuran dan script sebagai berikut : Laporan Kegiatan P a g e 41

42 Tabel 3. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Cipeeut II No. Point Standing Location Script Resolution/spasi I Timur Laut Sisi dalam arah - Timur - Selatan - Barat daya - Barat - Barat Laut - Utara - Tenggara - target II Sudut Barat Daya Sisi dalam area - Timur - Tenggara - Selatan - Barat Laut - Barat - Utara - Timur Laut - target - 2 mm - 2 mm 3) 3D Image Modeling Proses snapshoot dan rendering pada Situs Cipeueut II sama dengan pada obyek Situs Cipeueut I. Hasil proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : Laporan Kegiatan P a g e 42

43 a) 3D Image Modeling perspektive view Gambar 14. Perspektive View 1 Situs Cipeueut II (Colour From Scanner) Gambar 15. Perspektive View 2 Situs Cipeueut II (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 43

44 b) 3D Image Modeling Tampak Atas (Top view ) Gambar 16. Tampak Atas (Top View) 1 Situs Cipeueut II (Colour From Scanner) Gambar 17. Tampak Atas (Top View) 2 Situs Cipeueut II (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 44

45 4) Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Langkah pengolahan data untuk menghasilkan Asbuilt-drawing 2D. Pembuatan Asbuilt-drawing 2D sama dengan proses pada Situs Cipeueut I. Setelah melalui proses digitasi maka akan dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas Makam Nyimas Dwi Nawangwulan (Situs Cipeueut II) b) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Samping Makam Nyimas Dwi Nawangwulan (Situs Cipeueut II) c) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Depan Makam Nyimas Dwi Nawangwulan (Situs Cipeueut II) Laporan Kegiatan P a g e 45

46 Laporan Kegiatan P a g e 46 Heritage Documentation

47 Laporan Kegiatan P a g e 47 Heritage Documentation

48 Laporan Kegiatan P a g e 48 Heritage Documentation

49 c. Situs Cipeueut III 1) Project Data a) Object name : Makam Sanghyan Resi Agung b) Lokasi : Kec. Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat c) Luas area scan : ± 76,629 m 2 d) Lama Perekaman : 9 jam e) Titik berdiri : 2 titik f) Spasi scan : 1-3 cm g) Jumlah point : point 2) Proses Scanning dan Pengukuran Proses scanning pada Situs Cipeueut III hampir sama dengan proses pada Situs Cipeueut I dan II. Reference titik berdiri sebanyak 2 titik untuk merekam data seluruh bagian obyek makam. Detail setting pengukuran dan script sebagai berikut : Tabel 4. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Cipeueut III No. Point Standing Location Script Resolution/spasi I Timur Laut Sisi dalam arah - Timur - Selatan - Barat daya - Barat - Barat Laut - Utara - Tenggara - target II Sudut Barat Daya Sisi dalam area - Timur - Tenggara - Selatan - Barat Laut - Barat - Utara - Timur Laut - target - 2 mm - 2 mm Laporan Kegiatan P a g e 49

50 3) 3D Image Modeling Proses snapshoot dan rendering pada Situs Cipeueut III sama dengan pada obyek Situs Cipeueut I dan II Hasil proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : a) 3D Image Modeling perspektive view Gambar 18. Perspektive View 1 Situs Cipeueut III (Colour From Scanner) Gambar 19. Perspektive View 2 Situs Cipeueut III (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 50

51 b) 3D Image Modeling Tampak Atas (Top view ) Gambar 20. Tampak Atas (Top View ) 1 Situs Cipeueut III (Colour From Scanner) c) 3D Image Modeling Potongan Gambar 21. Tampak Potongan arah U-S Situs Cipeueut III (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 51

52 4) Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Langkah pengolahan data untuk menghasilkan Asbuilt-drawing 2D. Pembuatan Asbuilt-drawing 2D sama dengan proses pada Situs Cipeueut I. Setelah melalui proses digitasi maka akan dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas Makam Sanghyang Resi ( Situs Cipeueut III) b) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Depan Makam Sanghyang Resi ( Situs Cipeueut III) c) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Samping - Potongan Makam Sanghyang Resi ( Situs Cipeueut III) Laporan Kegiatan P a g e 52

53 Laporan Kegiatan P a g e 53 Heritage Documentation

54 Laporan Kegiatan P a g e 54 Heritage Documentation

55 Laporan Kegiatan P a g e 55 Heritage Documentation

56 2. Situs Astana Gede Situs Astana Gede terletak tidak begitu jauh dari Kompleks Situs Cipeueut, dengan jarak ± 2 km. Situs Astane Gede merupakan satu kompleks makam yang terdiri dari 3 titik makam. 1) Makam Nyi Mas Lenggang Sari-Siti Saji ah 2) Makam Embah Jalul 3) Makam Embah Dalem Prabu Lembu Agung Proses scanning yang dilakukan dengan membuat alur scan keseluruhan area Situs, dari Makam I, Makam II dan berakhir ke Makam III. Dari 5 titik berdiri untuk pemindaian obyek kemudian dilakukan penggabungan sehingga membentuk hasil scan point coluds sebagai berikut : Makam III Makam II Makam I Gambar 22. Tampak Atas Situs Astana Gede (Makam I, II dan III - Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 56

57 1) Project Data a) Object name : Situs Astana Gede b) Lokasi : Kec. Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat c) Luas area scan : ± 2091,788 m 2 d) Lama Perekaman : 8 jam e) Titik berdiri : 5 titik f) Spasi scan : 1-3 cm g) Jumlah point : point 2) Proses Scanning dan Pengukuran Detail setting pengukuran dan script sebagai berikut : V U IV 1 II1 1I Gambar 23. Tampak Atas Situs Astana Gede (Makam I, II dan III) (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 57

58 Tabel 5. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Astana Gede No. Point Standing Location Script Resolution/spasi I Makam Nyi Mas Langgeng Tenggara Sisi dalam arah - Timur - Selatan - Barat daya - Barat - Barat Laut - Utara - Timur Laut - target - 2 mm II Makam Nyi Mas Langgeng Barat Laut Sisi dalam arah - Timur - Tenggra - Selatan - Barat daya - Barat - - Utara - Timur Laut - target - 2 mm III Alur Jalan - Timur - Tenggra - Selatan - Barat daya - Barat - Barat Laut - Utara - Timur Laut - target - 2 mm IV Makam Embah Dalem Prabu Lembu Agung Tenggara Sisi dalam arah - Timur - Selatan - Barat daya - Barat - Barat Laut - Utara - Timur Laut - target - 2 mm V Makam Embah Dalem Prabu Lembu Agung Barat Laut Sisi dalam arah - Timur - Tenggra - Selatan - Barat daya - Barat - - Utara - Timur Laut - target - 2 mm Laporan Kegiatan P a g e 58

59 3) 3D Image Modeling Proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : a) 3D Image Modeling perspektive view Gambar 24. Perspektive View 1 Situs Astana Gede-Makam Nyimas Langgeng (Colour From Scanner) Gambar 25. Perspektive View 2 Situs Astana Gede-Makam Embah Jalul (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 59

60 Gambar 26. Perspektive View 3 Situs Astana Gede-Makam Embah Dalem Prabu Lembu Agung (Colour From Scanner) b) 3D Image Modeling Tampak Atas (Top view ) Gambar 27. Tampak Atas (Top View) Situs Astana Gede-Makam I, II dan III (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 60

61 Gambar 28. Tampak Atas (Top View) Situs Astana Gede-Makam Nyimas Langgeng (Colour From Scanner) Gambar 29. Tampak Atas (Top View) Situs Astana Gede-Makam Embah Jalul (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 61

62 Gambar 30. Tampak Atas (Top View) Situs Astana Gede-Makam Embah Dalem Prabu Lembu Agung (Colour From Scanner) 4) Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Langkah pengolahan data untuk menghasilkan Asbuilt-drawing 2Dmenggunakan software Autocadi, setelah melalui proses digitasi dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas Total b) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Samping c) Asbuilt Drawing 2D - Potongan Laporan Kegiatan P a g e 62

63 Laporan Kegiatan P a g e 63 Heritage Documentation

64 Laporan Kegiatan P a g e 64 Heritage Documentation

65 Laporan Kegiatan P a g e 65 Heritage Documentation

66 Laporan Kegiatan P a g e 66 Heritage Documentation

67 Laporan Kegiatan P a g e 67 Heritage Documentation

68 Laporan Kegiatan P a g e 68 Heritage Documentation

69 Laporan Kegiatan P a g e 69 Heritage Documentation

70 Laporan Kegiatan P a g e 70 Heritage Documentation

71 Laporan Kegiatan P a g e 71 Heritage Documentation

72 Laporan Kegiatan P a g e 72 Heritage Documentation

73 Laporan Kegiatan P a g e 73 Heritage Documentation

74 3. Situs Ciwangi Situs Ciwangi terletak Kampung Ciwangi, Desa Cibogo, kecamatan Darmaraja. Berbeda dengan Situs Cipeueut dan Astana Gede yang terdiri dari beberapa makam, situs Ciwangi ini hanya terdiri dari satu makam saja yaitu makam Embah Buyut Mandor Sora. 1) Project Data a) Object name : Situs Ciwangi b) Lokasi : Kec. Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat c) Luas area scan : ± 961,98 m 2 d) Lama Perekaman : 6 jam e) Titik berdiri : 2 titik f) Spasi scan : 1-3 cm g) Jumlah point : point 2) Proses Scanning dan Pengukuran Detail setting pengukuran dan script sebagai berikut : Laporan Kegiatan P a g e 74

75 Tabel 6. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs No. Point Standing Location Script Resolution/spasi I Timur Laut Sisi dalam arah - Timur - Tenggara - Selatan - Barat daya - Barat - Barat Laut - Utara - target II Barat Daya Sisi dalam arah - Timur - Tenggra - Selatan - Barat - Barat Daya - Utara - Timur Laut - target - 2 mm - 2 mm 3) 3D Image Modeling Proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : a) 3D Image Modeling perspektive view Gambar 31. Perspektive View 1 Situs Ciwangi (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 75

76 Gambar 32. Perspektive View 2 Situs Ciwangi (Colour From Scanner) b) 3D Image Modeling Tampak Atas (Top view ) Gambar 33. Tampak Atas (Top View) Situs Ciwangi (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 76

77 4) Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Langkah pengolahan data untuk menghasilkan Asbuilt-drawing 2Dmenggunakan software Autocadi, setelah melalui proses digitasi dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas b) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Samping c) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Depan - Potongan Laporan Kegiatan P a g e 77

78 Laporan Kegiatan P a g e 78 Heritage Documentation

79 Laporan Kegiatan P a g e 79 Heritage Documentation

80 Laporan Kegiatan P a g e 80 Heritage Documentation

81 4. Situs Tanjungsari Situs Tanjungsari berada di tepi sebelah barat Cimanuk, di Dusun Kebontiwu, Desa Cibogo, Kec. Darmaraja. Situs ini mempunyai area yang cukup luas dengan banyak makam bersejarah. Beberapa Makam Tokoh yang berpengaruh pada sejarah persebaran islam di Darmaraja adalah Makam Embah Dalem Santapura, Makam Embah Dalem Santadinata dan Makam Embah Dalem Mangunraga 1) Project Data a) Object name : Situs Tanjungsari b) Lokasi : Kec. Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat c) Luas area scan : ± 961,98 m 2 d) Lama Perekaman : 6 jam e) Titik berdiri : 2 titik f) Spasi scan : 1-3 cm g) Jumlah point : point 2) Proses Scanning dan Pengukuran Detail setting pengukuran dan script sebagai berikut : Laporan Kegiatan P a g e 81

82 Tabel 7. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Tanjungsari No. Point Location Script Resolution/spasi Standing I Selatan I Makam Embah Dalem Santapura Sisi dalam arah - Timur - Barat - Utara - Target - 2 mm II Utara I Makam Embah Dalem Santapura Sisi dalam arah - Timur - Barat - Selatan - Target - 2 mm III Alur Jalan I Sisi Luar arah º - Target IV Alur Jalan II Sisi Luar arah º - Target V Alur Jalan III Sisi Luar arah º - Target VI Alur Jalan IV Sisi Luar arah º - Target VII Alur Jalan V Sisi Luar arah º - Target VIII Alur Jalan VI Sisi Luar arah º - Target - 2 mm - 2 mm - 2 mm - 2 mm - 2 mm - 2 mm 3) 3D Image Modeling Proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : Laporan Kegiatan P a g e 82

83 a) 3D Image Modeling Top view Makam Embah Dalem Santapura Gambar 34. Top View 1 Total Situs Tanjungsari (Colour From Scanner) Gambar 35. Top View Situs Tanjungsari-Makam Embah Dalem Santapura (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 83

84 Makam Embah Dalem Santadinata Makam Embah Dalem Mangun raga Gambar 36. Top View Situs Tanjungsari-Makam Embah Dalem Santadinata- Makam Embah Dalem Mangunraga (Colour From Scanner) b).3d Image Modeling Perspektive view Gambar 37. Perspektive View Situs Tanjungsari-Makam Embah Dalem Santapura (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 84

85 4) Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Langkah pengolahan data untuk menghasilkan Asbuilt-drawing 2Dmenggunakan software Autocadi, setelah melalui proses digitasi dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas b) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas detail Laporan Kegiatan P a g e 85

86 Laporan Kegiatan P a g e 86 Heritage Documentation

87 Laporan Kegiatan P a g e 87 Heritage Documentation

88 5. Situs Curug Mas Situs Curug Mas terletak di Kampung Cadas, Ngampar, Desa Sukakersa Kecamatan Jatigede. Sedikit berbeda dengan beberapa situs lainnya yang terletak di Jatigede, situs Curug Mas ini mempunyai posisi persis di tepi alur sungai dengan topografi tanah sedikit terjal. Situs ini terdiri dari 4 Makam tokoh penting yaitu: 1) Makam Embah Dalem Panungtung Haji Putih Sungklanglarang 2) Makam Embah Dalem Cokrowiryo 3) Makam Embah Dalem Anglingdarma 4) Makam Embah Dalem Panungtung 1) Project Data a) Object name : Situs Curug Mas b) Lokasi : Kec. Jatigede, Sumedang, Jawa Barat c) Luas area scan : ± 2857,046 m 2 d) Lama Perekaman : 8 jam e) Titik berdiri : 4 titik f) Spasi scan : 1-3 cm g) Jumlah point : point 2) Proses Scanning dan Pengukuran Detail setting pengukuran dan script sebagai berikut : Laporan Kegiatan P a g e 88

89 Tabel 8. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Curug Mas No. Point Location Script Resolution/spasi Standing I MAKAM I Embah Dalem Panungtung Haji Putih Sungklanglarang Sisi dalam arah - Timur - Barat - Selatan - Utara - Target - 2 mm II Alur Jalan I Sisi Luar arah º - Target III Alur Jalan II Sisi Luar arah º - Target - 2 mm - 2 mm IV Alur Jalan III PINTU MASUK Sisi Luar arah º - Target - 2 mm 3) 3D Image Modeling Proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : a) 3D Image Modeling Tampak Atas (Top view ) Gambar 38. Top View Situs Curug Mas (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 89

90 Gambar 39. Top View Situs Curug Mas-Makam Embah Dalem Panungtung Haji Putih Sungklanglarang (Colour From Scanner) Gambar 40. Top View Situs Curug Mas-Makam Embah Dalem Cokrowiryo (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 90

91 Gambar 41. Top View Situs Curug Mas-Makam Embah Dalem Angling Darma (Colour From Scanner) b) 3D Image Modeling Perspektive view Gambar 42. Perspektive View Situs Curug Mas-Makam Embah Dalem Panungtung Haji Putih Sungklanglarang (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 91

92 Gambar 43. Perspektive View Situs Curug Mas-Makam Embah Dalem Angling Darma (Colour From Scanner) Gambar 44. Perspektive View Situs Curug Mas-Makam Embah Dalem Cokrowiryo (Colour From Scanner) Laporan Kegiatan P a g e 92

93 c) 3D Image Modeling Potongan Makam I Makam IV Makam II dan III Gambar 45. Tampak Potongan Situs Curug Mas (Colour From Scanner) 4) Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Langkah pengolahan data untuk menghasilkan Asbuilt-drawing 2Dmenggunakan software Autocad, setelah melalui proses digitasi dihasilkan gambar 2D : - Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas Laporan Kegiatan P a g e 93

94 Laporan Kegiatan P a g e 94 Heritage Documentation

95 P E N U T U P 3D Laser Scanner merupakan teknologi mutakhir dari perkembangan sistem pendokumentasian berbasis terestrial, salah satu aplikasi yang digunakan adalah dalam bidang Pendokumentasian Cagar Budaya. Output data yang dihasilkan dari Kegiatan Perekaman Data dan Pendokumentasian Penyelamatan Situs Jatigede Sumedang dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry diharapkan dapat digunakan sebagai data base dan data pendukung penanganan yang tepat dan ideal terhadap Situs diwilayah Jatigede, Sumedang yang akan terkena dampak pembangunan waduk Jatigede. Laporan Kegiatan P a g e 95

96 Laporan Kegiatan P a g e 96

PENELITIAN DAN PENDOKUMENTASIAN GEDUNG CAGAR BUDAYA MUSEUM NASIONAL DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER

PENELITIAN DAN PENDOKUMENTASIAN GEDUNG CAGAR BUDAYA MUSEUM NASIONAL DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER L A P O R A N K E G I A T A N PENELITIAN DAN PENDOKUMENTASIAN GEDUNG CAGAR BUDAYA MUSEUM NASIONAL DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN Penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN. Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs Megalitik Lore Sulawesi Tengah dengan Aplikasi 3D Laser Scanning

LAPORAN KEGIATAN. Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs Megalitik Lore Sulawesi Tengah dengan Aplikasi 3D Laser Scanning LAPORAN KEGIATAN Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs Megalitik Lore Sulawesi Tengah dengan Aplikasi 3D Laser Scanning DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI SULAWESI TENGAH Jl. Setia Budi No 9

Lebih terperinci

3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY

3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY L A P O R A N K E G I A T A N P E R E K A M A N D A T A D A N P E N D O K U M E N T A S I A N B E N T E N G O T A N A H A, B E N T E N G O R A N G E D A N B E N T E N G M A AS G O R O N T A L O D E N G

Lebih terperinci

PEMBINAAN TENAGA TEKNIS REGISTERASI CAGAR B UDAYA MUHAMMAD RAMLI

PEMBINAAN TENAGA TEKNIS REGISTERASI CAGAR B UDAYA MUHAMMAD RAMLI PEMBINAAN TENAGA TEKNIS REGISTERASI CAGAR B UDAYA MUHAMMAD RAMLI PENDOKUMENTASIAN CAGAR BUDAYA (Pengantar Umum) Pengertian CAGAR BUDAYA Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan

Lebih terperinci

PEREKAMAN DATA DAN PENDOKUMENTASIAN SITUS-SITUS DI JAWA BARAT DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY

PEREKAMAN DATA DAN PENDOKUMENTASIAN SITUS-SITUS DI JAWA BARAT DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY LAPORAN KEGIATAN PEREKAMAN DATA DAN PENDOKUMENTASIAN SITUS-SITUS DI JAWA BARAT DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROPINSI JAWA BARAT JL. RE MARTADINATA NO.

Lebih terperinci

Borobudur, Desember 2013

Borobudur, Desember 2013 KATA PENGANTAR Kegiatan Survei dan Pemetaan Cagar Budaya ini merupakan salah satu usaha untuk melestarikan keberadaan dari pada Situs-situs yang tersebar di nusantara khususnya situs-situs yang ada dan

Lebih terperinci

Brahmantara Balai Konservasi Borobudur

Brahmantara Balai Konservasi Borobudur Pemanfaatan Teknologi Terestrial Laser Scanner Untuk Perekaman Data dan Pendokumentasian Tiga Dimensi (3D) Lukisan Cadas Pada Gua-Gua Prasejarah di Indonesia (Studi Kasus : Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat

Lebih terperinci

MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar Cagar Budaya dimiliki oleh masyarakat, sehingga perlu diupayakan agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif melakukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumber daya air merupakan usaha untuk mengembangkan pemanfaatan, pelestarian, dan perlindungan air beserta sumber-sumbernya dengan perencanaan yang terpadu

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banjir sebagai fenomena alam terkait dengan ulah manusia terjadi sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi daerah hulu,

Lebih terperinci

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA

TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA TUGAS UTS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DI SAMARINDA Oleh 1207055018 Nur Aini 1207055040 Nur Kholifah ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian atau riset merupakan suatu usaha untuk mencari pembenaran dari suatu permasalahan hingga hasilnya dapat ditarik kesimpulan dan dari hasil penelitian yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) Nandian Mareta 1 dan Puguh Dwi Raharjo 1 1 UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Jalan Kebumen-Karangsambung

Lebih terperinci

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir adalah matakuliah wajib dalam kurikulum pendidikan sarjana strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha) B A B KONDISI GEOGRAFIS 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44 70º83 Lintang Selatan dan 107º21 108º21 Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000 BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pembangunan Waduk Sadawarna adalah untuk memenuhi kebutuhan air dari berbagai macam keperluan di Kabupaten Subang, Sumedang, dan Indramayu yang mempunyai jumlah penduduk

Lebih terperinci

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah pegunungan yang cukup luas. Tingginya tingkat curah hujan pada sebagian besar area pegunungan di Indonesia dapat menyebabkan

Lebih terperinci

MAKNA SEJARAH DAN BUDAYA DALAM SITUS JATIGEDE SUMEDANG

MAKNA SEJARAH DAN BUDAYA DALAM SITUS JATIGEDE SUMEDANG 547 Makna Sejarah dan Budaya dalam Situs... (Dade Mahzuni) MAKNA SEJARAH DAN BUDAYA DALAM SITUS JATIGEDE SUMEDANG Oleh Dade Mahzuni Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Jln. Bandung-Sumedang Km 21 Jatinangor,

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak obyek wisata yang tersebar di berbagai pulau di seluruh Indonesia, baik itu wisata alam, wisata kerajinan, maupun wisata

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR 63 BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR Survey airborne LIDAR terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu GPS, INS, dan laser scanner, yang digunakan dalam wahana terbang, seperti pesawat terbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dengan sungai yang banyak dan besar. Hal ini memberikan potensi yang besar bagi pengembangan lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan secara astronomis berada pada posisi 1 35 LS 5 LS dan 102 25 BT - 106 BT. Iklim daerah ini tropis dan basah, musim hujan terjadi antara

Lebih terperinci

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya

SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SKEMA DAN MEKANISME PENGELOLAAN DATA GEOSPASIAL CAGAR BUDAYA Peta Sebaran Lokasi Cagar Budaya Disampaikan dalam Workshop Pengelolaan Data Geospasial

Lebih terperinci

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R Oleh : INDIRA PUSPITA L2D 303 291 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 Rafki Imani Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia E-mail: rafimani17@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kawasan Bandung Utara terbentuk oleh proses vulkanik Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Perahu pada kala Plistosen-Holosen. Hal tersebut menyebabkan kawasan ini tersusun

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Propinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan sungaisungai yang cukup banyak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung Pangan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di

I. PENDAHULUAAN. A. Latar Belakang. Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di I. PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Kabupaten Kulon Progo merupakan bagian dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah di Barat dan Utara, Samudra

Lebih terperinci

1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri

1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri untuk mengembangkan pengetahuan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan nasional dan meminimalkan perbedaan distribusi pengembangan sumber daya air di daerahdaerah, maka Pemerintah Indonesia telah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PANIMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi dari objek penelitian ini berada pada Kecamatan Rancaekek, tepatnya di Desa Sukamanah dan Kecamatan Rancaekek sendiri berada di Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

MODUL IV PENGISIAN FORMULIR PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

MODUL IV PENGISIAN FORMULIR PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA MODUL IV PENGISIAN FORMULIR PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya pertama dalam pelestarian tinggalan budaya adalah melalui kegiatan pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

Penggunaan Drone sebagai Media Digitasi Penggambaran 3 Dimensi Bangunan dan Pemetaan Kawasan

Penggunaan Drone sebagai Media Digitasi Penggambaran 3 Dimensi Bangunan dan Pemetaan Kawasan TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Penggunaan Drone sebagai Media Digitasi Penggambaran 3 Dimensi Bangunan dan Pemetaan Kawasan Studi Kasus Digitasi Kawasan Heritage Kampung Assegaf Palembang Muhammad Fajri Romdhoni

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB 2 STUDI REFERENSI BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Daerah rawan longsor harus dijadikan areal konservasi, sehingga bebas dari kegiatan pertanian, pembangunan perumahan dan infrastruktur. Apabila lahan digunakan untuk perumahan

Lebih terperinci

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan)

PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) PETA (Dasar Teori dan Geologi Regional Kuliah Lapangan) Geologi Regional Kuliah lapangan Geologi dilakukan pada hari Sabtu, 24 November 2012 di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, yang terletak ±20 km di

Lebih terperinci

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara) Geoid Vol. No., Agustus 7 (8-89) ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) Agung Budi Cahyono, Novita Duantari Departemen Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993). batas topografi yang berarti ditetapkan berdasarkan aliran air permukaan. Batas ini tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu 1. Penelitian ini menghasilkan peta rencana jalur evakuasi yang paling

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 30 APRIL 2004 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK 01 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Air hujan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk

Lebih terperinci

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang

Warta Kebijakan. Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang. Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan tata ruang. Perencanaan Tata Ruang No. 5, Agustus 2002 Warta Kebijakan C I F O R - C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Tata Ruang dan Proses Penataan Ruang Tata Ruang, penataan ruang dan perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV -104)

SURVEYING (CIV -104) SURVEYING (CIV -104) PERTEMUAN 15 : PERENCANAAN FOTO UDARA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Format foto udara BEDA FOTO UDARA DAN PETA STEREOSKOPIS

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo Kawasan outbound training di Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan pusat di alam terbuka yang bertujuan untuk mewadahi kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara

METODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Raden Ario Wicaksono/

BAB I PENDAHULUAN. Raden Ario Wicaksono/ BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar belakang disusunnya tugas akhir karena ketertarikan terhadap endapan turbidit kipas laut dalam (submarine fan turbidite deposit) baik itu pencirinya, fasies dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi yang tidak rata membuat para pengguna SIG (Sistem Informasi Geografis) ingin memodelkan berbagai macam model permukaan bumi. Pembuat peta memikirkan

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemetaan geologi merupakan salah satu bentuk penelitian dan menjadi suatu langkah awal dalam usaha mengetahui kondisi geologi suatu daerah menuju pemanfaatan segala sumber daya yang terkandung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON 3.1 Data dan Area Studi Dalam Tugas Akhir ini data yang digunakan didapat dari PT McElhanney Indonesia. Area tersebut merupakan area perkebunan kelapa sawit yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Daerah Rembang secara fisiografi termasuk ke dalam Zona Rembang (van Bemmelen, 1949) yang terdiri dari endapan Neogen silisiklastik dan karbonat. Stratigrafi daerah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Studi 1. Letak dan Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Jepara dan Daerah Tangkapan Hujan Waduk Way Jepara secara geografis terletak pada 105 o 35 50 BT

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

- Sumber dan Akuisisi Data - Global Positioning System (GPS) - Tahapan Kerja dalam SIG

- Sumber dan Akuisisi Data - Global Positioning System (GPS) - Tahapan Kerja dalam SIG Matakuliah Sistem Informasi Geografis (SIG) Oleh: Ardiansyah, S.Si GIS & Remote Sensing Research Center Syiah Kuala University, Banda Aceh Session_03 March 11, 2013 - Sumber dan Akuisisi Data - Global

Lebih terperinci

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI

4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 83 4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 4.17.1. UMUM Perencanaan garis sempadan Kali Sememi untuk melindungi dan menjaga kelestarian sungai dengan menciptakan Kali Sememi yang bersih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dengan luas daratan ± 1.900. 000 km 2 dan lautan ± 3.270.000 km 2.Garis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang kebudayaan dan pariwisata bersifat multi-sektoral dan multi disiplin, dalam suatu sistem yang sinergi dan diharapkan mampu mendorong

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1343, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Daerah. Aliran Sungai. Penetapan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/MENHUT-II/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Administratif dan Geografis Secara geografis KHDTK Cikampek terletak di 06 0 25 00-06 0 25 48 LS dan 107 0 27 36-107 0 27 50 BT, kurang lebih 5 km sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Pekerjaan pembangunan embung teknis (waduk kecil), diawali dengan survei dan investigasi secara lengkap, teliti dan aktual di lapangan, sehingga diperoleh data - data

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci