PEREKAMAN DATA DAN PENDOKUMENTASIAN SITUS-SITUS DI JAWA BARAT DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEREKAMAN DATA DAN PENDOKUMENTASIAN SITUS-SITUS DI JAWA BARAT DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY"

Transkripsi

1 LAPORAN KEGIATAN PEREKAMAN DATA DAN PENDOKUMENTASIAN SITUS-SITUS DI JAWA BARAT DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROPINSI JAWA BARAT JL. RE MARTADINATA NO. 209, TELP. ( 022 ) BANDUNG - JAWA BARAT 2013 P a g e 1

2 Laporan Kegiatan PEREKAMAN DATA DAN PENDOKUMENTASIAN SITUS-SITUS DI JAWA BARAT DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROPINSI JAWA BARAT JL. RE MARTADINATA NO. 209, TELP. ( 022 ) BANDUNG - JAWA BARAT 2013 P a g e 2

3 Daftar Isi COVER...1 LEMBAR KEGIATAN...2 DAFTAR ISI...3 KATA PENGANTAR...6 BAB I PENDAHULUAN...8 A. Latar Belakang...8 B. Maksud Dan Tujuan Kegiatan...9 C. Ruang Lingkup Kegiatan...9 D. Pelaksanaan Kegiatan...10 E. Anggaran Biaya...10 BAB II LANDASAN TEORI...11 A. Perekaman Data dan Pendokumentasian...11 B. Perkembangan Sistem Pendokumentasian...12 C. 3D Laser Scanner photogrammetry...14 D. Spesifikasi Alat (Type HDS-3000)...15 E. Peralatan Kerja...15 F. Metode Pengambilan Data Survey Lokasi Dan Persiapan Scanning Obyek Scannng Target Pengolahan Data Akhir...19 P a g e 3

4 BAB III DATA DAN ANALISA A. Deskripsi Situs Situs Batujaya...21 a. Candi Jiwa...21 b. Candi Blandongan Situs Cipari Situs Gunung Padang Situs Astana Gede Kawali...28 a. Prasasti...29 b. Batu penggalih...32 c. Menhir I...33 d. Menhir II...33 e. Mata Air Cikawali...33 f. Makam...34 B. Data Perekaman Situs dengan Aplikasi 3D Laser Scanning Situs Batujaya (Candi Jiwa dan Candi Blandongan) 35 a. Project data...35 b. Proses scanning dan pengukuran...36 c. 3D Image Modelling...37 d. Asbuilt drawing 2D Situs Cipari.. 52 a. Project data...52 b. Proses scanning dan pengukuran...52 c. 3D Image Modelling...77 d. Asbuilt drawing 2D Situs Astana Gede Kawali...75 a. Project data...75 b. Proses scanning dan pengukuran...75 c. 3D Image Modelling...77 d. Asbuilt drawing 2D...84 P a g e 4

5 4. Situs Gunung Padang a. Project data...89 b. Proses scanning dan pengukuran...89 c. 3D Image Modelling...91 d. Asbuilt drawing 2D...98 Penutup P a g e 5

6 Kata Pengantar Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan, rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs-Situs di Jawa Barat dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry ini dengan baik dan lancar. Kegiatan Pendokumentasian dan Perekaman Data ini merupakan program kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat dengan Balai Konservasi Borobudur Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kegiatan Perekaman Data ini bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap, detail dan akurat situs-situs di daerah Jawa Barat lhususnya Situs Prasejarah. Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat 2. Kasi Teknis Sejarah dan Purbakala, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat, Dra. Romlah yang telah melakukan koordinasi, menyediakan sarana dan prasarana dilapangan dan memberikan masukan-masukannya 3. Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Drs. Marsis Sutopo, M.Si, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan Laporan Kegiatan ini 4. Kepala Sie Pelayanan Teknis Balai Konservasi Peninggalan Borobudur, Iskandar Mulia Siregar, S.Si, yang telah memberikan masukanmasukannya P a g e 6

7 5. Semua pihak yang telah berkenan membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu Kami menyadari bahwa laporan hasil kegiatan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya kegiatan-kegiatan di masa yang akan datang. Sekian dan semoga bermanfaat. Penyusun P a g e 7

8 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan berbagai macam keanekaragaman suku bangsa. Banyak tinggalan bangunan sejarah dan prasejarah yang tersebar dari sabang sampai merauke. Beberapa diantaranya adalah tinggalan jaman sejarah dan prasejarah yang tersebar di propinsi Jawa Barat. Tinggalan yang tersebar di Jawa Barat sendiri banyak sekali mulai dari tinggalan jaman prasejarah, sejarah, masa islam maupun masa kolonial. Tinggalan yang berupa candi misalnya saja Candi Jiwa dan Blandongan yang terletak di Batujaya, Karawang. Tinggalan lain dari masa prasejarah misalnya saja Situs Cipari yang terletak di Kuningan, Situs Gunung padang di Cianjur, tinggalan lain yang berada di daerah ciamis adalah Situs Astana Gede Kawali. Keseluruhan situs tersebut sudah berada dalam perlindungan Pemerintah daerah setempat maupun pemerintah pusat. Usaha perlindungan merupakan sesuatu yang sangat penting sekali, dasar pelestarian Cagar Budaya tersebut berdasarkan UU Cagar Budaya nomor 11 tahun Usaha pelestarian jangka panjang tidak hanya berhenti pada aspek perlindungan, upaya preservasi dan konservasi juga perlu dilakukan untuk menjaga kondisi keterawatan bangunan itu sendiri. Perekaman data situs juga merupakan salah satu usaha yang sangat penting untuk menjaga kelestarian dan kondisi keterawatan. Dokumentasi dengan berbagai macam metode merupakan salah satu bentuk perekaman data. Dalam rangka pendokumentasian situs-situs di daerah Jawa Barat dan sekitarnya tersebut Pemerintah Propinsi Jawa Barat melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Balai Konservasi Borobudur, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melakukan kegiatan Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs-situs di Jawa Barat dengan Aplikasi 3D Laser Scanning. kegiatan kerjasama dalam rangka pendokumentasian dan perekaman data ini sudah dilakukan beberapa kali mulai P a g e 8

9 dari perekaman data situs-situs di daerah Sumedang pada daerah yang akan dibangun Waduk Jatigede. B. Maksud dan Tujuan Kegiatan Maksud pelaksanaan kegiatan ini adalah melakukan perekaman data dan pendokumentasian secara 3 dimensi dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry terhadap situs-situs di wilayah Jawa Barat yang meliputi Situs Batu jaya, Situs Cipari, Situs Gunung padang dan Situs Astana gede Kawali Tujuan kegiatan ini adalah memperoleh data - data teknis yang detail, akurat dan informatif sampai pemodelan 3 dimensi pada masing-masing situs tersebut. C. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan ini meliputi perekaman data dan pengolahan data scanning. Perekaman data/scanning dilaksanakan dilapangan pada masingmasing situs Olah data scanning dilakukan di laboratorium Photogrammetry, Balai Konservasi Borobudur, Jawa Tengah Sasaran obyek perekaman data adalah : 1. Situs Batujaya ( Candi Jiwa dan Candi Blandongan) Lokasi : Karawang, Jawa Barat 2. Situs Cipari Lokasi : Kuningan, Jawa Barat 3. Situs Gunung Padang Lokasi : Cianjur, Jawa Barat 4. Situs Astana Gede Kawali Lokasi : Ciamis, Jawa Barat P a g e 9

10 D. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dibagi menjadi 2 tahap pekerjaan yaitu : 1. Perekaman data dilapangan selama 10 hari ( Awal Februari 2013) 2. Pengolahan data dan pembuatan Laporan akhir. E. Anggaran Biaya Anggaran biaya dibebankan pada APBD Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat. P a g e 10

11 II. Landasan Teori A. Perekaman Data dan Pendokumentasian Proses perekaman data, sistem pendokumentasian dan manajemen informasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Rangkaian kegiatan tersebut digunakan sebagai salah satu usaha pelestarian dan pemeliharaan obyek Benda Cagar Budaya. Dalam sebuah manajemen informasi dan sistem pendokumentasian obyek Benda Cagar Budaya perlu melibatkan berbagai multi disiplin ilmu untuk mendapatkan informasi yang menyeluruh dan lengkap. Sistem informasi yang menyeluruh dan lengkap dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai : a. Sebagai sarana pengetahuan, pemahaman tentang suatu maksud/arti dan nilai-nilai dari keberadaan suatu BCB. b. Sebagai sarana mempromosikan suatu BCB dan pembuatan suatu manajemen informasi dan perijinan. c. Sebagai base-data dalam rangka pemeliharaan dan konservasi jangka panjang. d. Dapat juga dipertimbangkan sebagai data untuk pembuatan polis asuransi untuk menanggulangi kerusakan dan kerugian. e. Sebagai sumber data untuk anak cucu dan generasi masa depan. P a g e 11

12 B. Perkembangan Sistem Pendokumentasian Sistem pendokumentasian khususnya untuk Benda Cagar Budaya mengalami perkembangan yang cukup pesat, beberapa perkembangan sistem pendokumentasian Benda Cagar Budaya antara lain : a. Sketsa merekam data/obyek dengan melihat langsung melalui berbagai keanekaragaman format, kemudian dituangkan dalam bentuk gambar dengan dimensi dan akurasi yang kurang teliti b. Hand Survey Teknik Perekaman dengan mengukur obyek menggunakan tangan, berdasarkan penilaian dan peralatan sederhana. c. Photograpy Teknik Perekaman modern dengan menggunakan alat kamera disertai dengan metode metode khusus untuk mendapatkan data langsung dari obyek d. Photogrammetry Teknik Perekaman obyek dengan teknik pengambilan foto stereo yang saling bertampalan sehingga membentuk gambar 3 dimensional dan berkoordinat. e. 3D Laser Scanner Photogrammetry P a g e 12

13 Tabel 1. Frame work Metode Pendokumentasian A akurasi rendah Manual Recording Photo sederhana Sketsa Digital Recording B akurasi menengah Photo format besar dan detail Gambar tangan C akurasi tinggi Photograph format besar photography resolusi tinggi Foto stereo Photogrammetry Gambar Tangan Data Vektor /CAD Gambar AUTOCAD detail ukuran GPS Gambar AUTOCAD detail ukuran autocad overlay dengan photo rekonstruksi GPS, 3D modeling Raster Photo DIGITAL Photo DIGITAL Image Scanning PHOTO FOTO UDARA Digital VIDEO High resolution Digital VIDEO sumber : gettybook-guiding principal 2007 DIGITAL Photogramettry TOTAL STATION GPS 3D Modeling 3D Laser Scanning Photo DIGITAL resolusi tinggi FOTO UDARA resolusi tinggi P a g e 13

14 C. 3D Laser Scanner Photogrammetry 3D Laser Scanner adalah Metode Perekaman Data/Dokumentasi dengan akurasi yang sangat tinggi, detail dan akurat, menggunakan sistem laser yang merekam data 3 Dimensional (x,y,z) permukaan obyek tanpa menyentuh/bersinggungan langsung dengan obyek itu sendiri Gambar 1. Sistem kerja 3D Laser Scanner P a g e 14

15 D. Spesifikasi Alat (Type HDS-3000) a. Metrology method : Pulsed time of flight b. Field of view : 3600 horizon. and 2700 vert. c. Optimal scan distance : 1 m 100 m d. Scanning speed : up to points/seconds e. Accuracy in distance (50m) : 6 mm (single measurement) f. Angular resolution : 60 micro-radians g. Divergence/spot size in 50m : 6 mm h. Calibrated video camera : RGB 64 mega-pixels,spatially Rectified E. Peralatan kerja Sistem Kerja pada 3D Laser Scanner menggunakan tenaga listrik (genzet/baterai), sedangkan unit pokok 3D laser scanner itu sendiri terdiri dari : 1. Scanning head 2. Tribach 3. Tripod 4. Kabel data sheet (land cabel) 5. Target scan (untuk penggabungan areal scan) 6. Laptop perekam data di lapangan 7. PC pengolah data 8. Camera pendukung DSLR Canon EOS 7 D, EfS Lens mm P a g e 15

16 Gambar 2. Alat kerja 3D Laser Scanner F. Metode Pengambilan Data 1. Survey Lokasi dan persiapan Sebelum dilakukan scanning tahap awal yang dilakukan adalah persiapan dan survey lokasi. Survey lokasi ditujukan untuk mendapatkan gambaran lokasi obyek dan kondisi lingkungan sekitar. Hal ini berkaitan dengan posisi titik berdiri scan dan alur yang akan dibuat. 2. Scanning obyek Setelah tahap persipan dan survei dilakukan tahap selanjutnya adalah Scanning obyek dengan Instrument 3D laser scanner. Ada beberapa tahapan / proses yang dilakukan yaitu : P a g e 16

17 a. Acquire Photo Image. : proses pengenalan obyek yang dilakukan dengan capturing obyek. Hasil yang dapat dilihat pada proses ini adalah hasil foto dengan dimensi keliling sampai 360 untuk arah horisontal dan 270 untuk arah vertikal. Gambar 3. Acquire Photo Image b. Scanning : merupakan proses inti dari Laser Scanning dimana instrument melakukan perekaman terhadap surface obyek dengan menggunakan laser yang kemudian tersimpan dalam data point (Point Clouds) berkoordinat (x,y,z). Bagian obyek yang akan di scan dapat disetting sesuai dengan keinginan kita. Untuk setingan kerapatan point dapat dilakukan sampai dengan spasi 2 mm, semakian kecil/rapat setingan spasi yang kita lakukan maka data akan semakin kompleks dan detail, jumlah point yang dihasilkan akan semakian besar dan waktu yang dibutuhkan pun akan semakin lama. P a g e 17

18 Gambar 4. Scanning Obyek c. Registrasi : proses penggabungan dari beberapa Scanworld. Ketika kita melakukan scanning terhadap suatu obyek untuk mendapatkan data menyeluruh maka kita akan berdiri lebih dari 1 titik berdiri, setelah scanning total kita lakukan maka data tiap kali kita berdiri itu akan menghasilkan scanworld. Untuk mendapatkan data koordinat, dimensi yang akurat maka kita harus melakukan proses registrasi diatas. Sebagai titik ikat untuk penggabungan kita menggunakan data dari target scan. Untuk registrasi dari scanworld 1 ke scanworld 2 minimal menggunakan 3 titik target, semakin banyak target yang digunakan maka akan semakin bagus data yang dihasilkan. Eror yang dihasilkan pada proses registrasi harus mempunyai nilai dibawah 6 mm. P a g e 18

19 3. Scanning Target Merupakan proses pengambilan data 3 D untuk target yang dipasang pada sekitar obyek. Minimal target yang dipasang untuk proses penggabungan/registrasi adalah sebanyak 3 buah dengan setingan spasi serapat mungkin (±2 mm). setingan kerapatan ini akan berpengaruh pada keakuratan hasil koordinat x,y dan z. Gambar 5. scanning target (model space view) 4. Pengolahan Data Akhir Dari semua data scanning yang kita dapatkan dan kita rekam dilapangan selanjutnya dilakukan pengolahan data akhir. pengolahan data diawali dengan transfering data dari laptop ke PC yang khusus digunakan untuk pengolahan data akhir. Output data yang dihasilkan dari proses ini berupa : a. As-built drawing 2 Dimensi : perspektive view ; front view ; top view; right view dan left view : format dwg, dxf (Autocad format) P a g e 19

20 b. Fly through animation : digunakan untuk visualisasi dimensi, elevasi dll. : format avi. c. 3D Model Image point clouds : format jpeg; bmp; tif P a g e 20

21 A. Deskripsi Situs 1. Situs Batujaya Situs Batujaya secara administratif terletak di dua wilayah desa, yaitu Desa Segaran, Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya ini diperkirakan sekitar lima km 2. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (Ujung Karawang). Batujaya kurang lebih terletak enam kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter di utara Citarum. Keberadaan sungai ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keadaan situs sekarang karen tanah di daerah ini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau atau pun pada musim hujan. Lokasi percandian ini jika ditempuh menggunakan kendaraan sendiri dan datang dari Jakarta, dapat dicapai dengan mengambil jalan tol Cikampek. Keluar di gerbang tol Karawang Barat dan mengambil jurusan Rengasdengklok. Selanjutnya mengambil jalan ke arah Batujaya di suatu persimpangan. Walaupun jika ditarik garis lurus hanya berjarak sekitar 50 km dari Jakarta, waktu tempuh dapat mencapai tiga jam [1] karena kondisi jalan yang ada. a. Candi Jiwa Candi yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar P a g e 21

22 dan terapung di atas air. Bentuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia. Bangunan candi Jiwa tidak terbuat dari batu, namun dari lempenganlempengan batu bata. Menurut keterangan penduduk setempat kata jiwa berasal dari sifat unur (gundukan tanah yang mengandung candi) yang dianggap mempunyai "jiwa". Karena beberapa kali kambing diikat diatasnya mati. Sehingga tidak ada hubungan dengan Dewa Syiwa. Kata "jiwa" sangat dekat dengan nama salahsatu nama dewa dalam agaman Hindu yaitu Dewa Syiwa. Perubahan dari "syiwa" menjadi "jiwa" bisa terjadi karena perjalanan waktu, atau karena aksen Sunda. Barangkali kedekatan kata syiwa dan jiwa bisa dijadikan salah satu objek penelitian meskipun agak aneh jika data yang telah didapat bahwa candi Jiwa lebih kepada Budha daripada Hindu. Di Budha tidak ada dewa Syiwa. b. Candi Blandongan Situs Candi Blandongan adalah Candi dengan struktur pasangan batu bata, pada Candi ini juga ditemukan lantai Cor Beton menurut analisa adalah campuran batu koral, kapur kulit kerang dan pasir atras, Candi ini berukuran 24,6 m x 24,6 m dengan ketinggian 4,9 m dari permukaan sawah, di Candi ini juga ditemukan meterai - materai dalam keadaan utuh sebanyak 10 buah dan sejumlah pecahan. Hasil Analisa Coedes Meterai - materai termasuk Typologi 1 yang berkembang pada masa Dvaravati, adegan menceritakan Keajaiban Srasvati dari naskah Diyavadana dari aliran Sarvasteveda, Aliran dari Threvada. Dari hasil perbandingan dengan Materai - materai yang ada di Asia Tenggara, ternyata Materai - materai yang ditemukan di Candi Blandongan ada persamaan dengan materai - materai Kha Ok Dalu Phattalung di Thailand Selatan, Periode Dvaravati Abad ke 6-7 Masehi. Tahun 2001 ditemukan kerang bersama Fragmen Perunggu, hasil Analisa Carbon Datting yaitu Abad ke 2-4 Masehi, dan pada hasil Analisa batu bata Abad ke 7-10 Masehi, pada sisi lain menunjukan Abad ke 12 Masehi, jadi Candi Blandongan digunakan P a g e 22

23 dari abad ke 2-12 Masehi, pada Candi Blandongan inilah membuktikan bahwa Bangsa Indonesia sudah mengenal Teknik Pembuatan Gerabah, Beton Cor sampai ke Hubungan Luar Negeri dari Abad ke 2-12 Masehi. Lokasi Situs Candi Blandongan terletak di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya 45 km dari Ibu Kota, Kabupaten Karawang. Foto 1. Candi Jiwa dan Candi Blandongan Situs Batujaya Karawang 2. Situs Cipari Site Museum Taman Purbakal Cipari dengan luas 7000 m 2 terdiri dari lokasi taman yaitu yang dikelilingi tembok batu setinggi 2 m yang luasnya 2500 m 2 dan sisanya tempat parkir dan halaman lainnya berikut rumah jaga. Site Museum Taman Purbakala Cipari berada dilingkungan Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat, dengan ketinggian dari permukaan laut 661 m, berada di kaki Gunung Ciremai, jarak dari Ibukota Kuningan 4 Km dan jarak dari Kota Cirebon 35 Km dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Situs Cipari sekarang lebih dikenal dengan Site Museum Taman Purbakala Cipari yang semula adalah tanah milik Bapak Wijaya berikut milik beberapa warga masyarakat lainnya. Semula pada permukaan tanah tidak nampak adanya monumen-monumen maupun artepak yang bercirikan kepurbakalaan. P a g e 23

24 Pada tahun 1971 Bapak Wijaya menemukan jenis batuan yang mirip dengan batu yang pernah dipamerkan di Gedung Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur. Informasi ini diteliti oleh Bapak P. Djatikusumah dengan mengadakan penggalian percobaan, dan menghasilkan sebuah peti Kubur Batu, Kapak Batu, Gelang Batu dan Gerabah. Penemuan ini dilaporkan ke Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Jakarta, dan selanjutnya Lembaga Peninggalan Purbakal Nasional mengadakan penelitian dan penggalian yaitu : Tahun 1972 penggalian percobaan dengan tujuan penyelamatan Tahun 1975 kegiatan penggalian total Tahun 1976 pembangunan Site Museum Taman Purbakala Cipari Tanggal 23 Februari 1978 diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Prof. Dr. Syarif Thayeb. Situs Kepurbakalaan Cipari ditemukan pada tahun 1972 dengan identifikasi sebuah Peti Kubur Batu yang merupakan salah satu ciri dari pengalaman hidup manusia masa prasejarah. Penelitian/Ekskavasi arkeologi secara sitematis dibawah pimpinan Teguh Asmar MA dari Direktorat Sejarah & Purbakala Direktorat Jendral Kebudayaan yang melakukan penggalian pada tahun 1975 menghasilkan temuan peti kubur batu yang ke-2 perkakas batu perunggu dan gerabah dan berkas-berkas bangunan masa prasejarah. Bertolak typelogi dan steatigrafi besrta kelompok temuan Situs Cipari pernah mengalami dua kali pemukiman yaitu akhir neolitik dan awal pengenalan bahan perunggu yang berkisar pada tahun 1000 s/d 500 sebelum masehi dimana masyarakat tersebut telah mengenal bercocok tanam dan organisasi yang baik beserta kepercayaan nenek moyangnya dengan adat mendirikan batu-batu besar yang disebut dalam ilmu purbakala Megalit. Dasar dari keseluruhan tradisi ini adalah kepercayaan akan adanya hubungan erat antara yang masih hidup dan yang telah mati, atas kesejahteraan manusia, ternak dan pertanian, juga adanya keyakinan bahwa semua kebaikan atau tuah seseorang, kerabat yang telah mati dapat dipusatkan pada monumen-monumen yang diisikan guna menjadi P a g e 24

25 medium penghormatan, menjadi tahta kedatangan sekaligus menjadi lambang si mati. Jasa amal atau kebaikan dapat diperoleh dengan mengadakan pestapesta atau pun upacara-upacara tertentu yang mencapai puncaknya dengan mendirikan monumen-monumen batu atau kayu bagi yang telah mati. Kebaikan tidak hanya akan memberi prestasi dalam kehidupan tetapi juga menjamin nasib yang lebih baik lagi hidup sesudah mati nanti. Batu-batu menjadi pelindung tingkah baik seseorang dan pemusatannya kepada suatu momen akan menambah kekayaan, mempertinggi kesejahteraan, derajat dan hasil cocok tanamannya. Jenis-jenis benda cagar budaya Site Museum Taman Purbakala Cipari di dalam museum : a. Kapak Batu b. Gelang Batu c. Kapak Perunggu d. Gelang Perunggu e. Lumpang Batu f. Batu Obsidian g. Hematit h. Batu Bahan i. Bulatan Tanah j. Kendi k. Pendil l. Jembaran m. Kekeb n. Delepak (lampu) o. Bokor p. Cangkir q. Tempat Sayur P a g e 25

26 Monumen Diluar Museum : a. Peti Kubur Batu (Insitu) b. Altar Batu (Punden Berundak) c. Dolmen d. Batu Temu Gelang e. Menhir f. Dakon Site Museum Taman Purbakala Cipari sangat penting bagi perkembangan kepubakalaan karena mempunyai manfaat yang besar : a. Cermin sejarah manusia dan kebudayaannya b. Media pendidikan masyarakat c. Obyek Pariwisata d. Tempat pengenalan ilmu kebudayaan antar daerah dan bangsa e. Suaka alam dan Cagar Budaya f. Tempat penyaluran ilmu untuk umum g. Tempat dokumentasi dan penelitian ilmiah Foto 2. Situs Cipari P a g e 26

27 3. Situs Gunung Padang Secara administrasi punden berundak Gunung Padang termasuk dalam wilayah administrasi Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Situs ini terletak sekitar 20 km sebelah barat daya Cianjur, yaitu sekitar 6 o 57 LS- 107 o 1 BT. Untuk menuju ke Gunung Padang dapat ditempuh melalui dua rute perjalanan, pertama melalui jalan Cianjur Sukabumi yaitu masuk dari arah Warung Kondang. Sementara jalur kedua dari arah Sukabumi melalui Sukaraja. Punden berundak merupakan bentuk bangun satu bangunan yang dibuat berundak-undak (bertingkat) yang berfungsi sebagai tempat upacara dalam hubungan dengan pemujaan leluhur (Soejono dan Leirissa, 2008: 505). Bangunan ini merupakan salah satu bentuk produk budaya megalitik yang berkembang pada masa bercocok tanam di Nusantara. Menurut beberapa ahli punden berundak Gunung Padang termasuk dalam kelompok megalitik tua yang berkembang antara SM. Punden berundak Gunung Padang terdiri dari lima teras yang dibangun dari susunan balok-balok batu andesit prismatik, dengan denah masingmasih teras berbentuk persegi dan satu ters dengan teras yang lainnya memiliki ukuran yang berbeda. Susunan teras punden berundak Gunung Padang ini jauh berbeda dengan bentuk dan susunan balok-balok batu yang digunakan untuk penyusun bangunan piramid seperti yang ditemukan di Mesir. Balokbalok batu penyusun teras-teras punden berundak Gunung Padang merupakan balok batu andesit tanpa pengolahan sama sekali, sementara itu balok-balok batu piramid merupakan balok-balok batugranit yang telah diolah menjadi bentuk-bentuk persegi. Balok-balok batu persegi inilah yang kemudian disusun dengan bentuk penampang sisi segitiga yang memotong bagian dasar bangunan dengan denah berbentuk empat persegi. Denah penampang lima teras punden berundak Gunung Padang bukan berbentuk segitiga seperti bangun piramid melainkan empat persegi. Kelima teras berdenah persegi tersebut terletak memanjang di bagian P a g e 27

28 atas Gunung Padang. Teras pertama yang terletak paling rendah mempunyai ukuran paling besar kemudian berturut-turut sampai teras kelima ukurannya semakin mengecil. Untuk menuju ke teras-teras sakral punden berundak ini, pada masa lalu tampaknya sudah diatur sedemikian rupa. Sebelum menginjakkan kaki di tangga menuju teras pertama, terlebih dahulu melalui kolam batu yang terletak di kaki sebelah selatan tangga sebagai tempat menyucikan diri. Foto 3. Situs Gunung Padang 4. Situs Astana Gede Kawali Situs kawali yang disebut juga Astana Gede dikenal sebagai komplek peninggalan sejarah dan budaya masa lampau, yaitu pada masa kerajaan Galuh sekitar abad ke-14 Masehi. Astana Gede Kawali merupakan tempat suci pada masa pemerintahan kerajaan Sunda-Galuh di Kawali. Pada zaman dahulu Astana Gede bernama Kabuyutan Sanghyang Lingga Hiyang menurut perkiraan penulis disebut Astana Gede (Astana = makam dan Gede = Besar), setelah diatas Punden berundak tempat pemujaan raja-raja Kawali terdahulu yang masih menganut agama Hindu, kemudian digunakan makam orang besar yaitu Adipati Singacala sebagai Raja Kawali tahun M keturunan Sultan Cirebon yang sudah menganut agama Islam. P a g e 28

29 Lokasi peninggalan sejarah dan purbakala ini tempatnya berada sebelah utara atau 27 km dari ibukota Kabupaten Ciamis, yaitu di Dusun Indrayasa Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis. Apabila ditempuh dengan kendaraan, baik motor ataupun mobil lamanya sekitar empat puluh lima menit. Keadaan jalan cukup baik karena sudah mengalami pengaspalan, sehingga tidak sulit dijangkau. Luas area lokasi peninggalan purbakala ini adalah 5 Ha, disekelilingnya rimbun dengan pepohonan Letaknya berada di kaki Gunung Sawal di sebelah Selatannya Sungai Cibulan, yang mengalir dari Barat ke Timur, di sebelah Timur berupa parit kecil dari sungai Cimuntur yang mengalir dari Utara ke Selatan, sebelah Utara Sungai Cikadongdong dan sebelah Barat Sungai Cigarunggang. Keadaan lingkungan situs ini merupakan hutan lindung yang ditumbuhi dengan berbagai jenis tumbuhan, tanaman keras diantaranya termasuk familia meliceaae, euphorbiaceae, sapidanceae dan lain-lain, tanaman palwija, rotan, salak, cengkih dll. Menurut temuan arkeologi, bila dilihat dari tinggalan budaya yang ada di kawasan Astana Gede Kawali merupakan kawasan campuran, yaitu berasal dari periode prasejarah, klasik dan priode Islam. Tinggalan cagar budaya yang ada di Astana Gede Kawali itu terdiri atas, punden berundak, menhir, prasasti, makam kuna, juga mata air Cikawali yang tidak pernah kering sepanjang tahun a. Prasasti Prasasti terdiri dari 6 buah prasasti : i. Prasasti Kawali I Terbentuk dari bahan batu ndesit, bentukny segi empat tidak beraturan, letak melintang dari arah utara ke selatan. Bidang tulisan terbagi atas 10 (sepuluh) garis yang digoreskan secara sejajar dengan jarak antaraa 6-7 cm. Dalamnya goresan 3-4 mm. Jumlah tulisan 10 baris dan tulisan ini dilindungi oleh cungkup, yaitu berupa bangunan pengaman dari gangguan alam seperti cuaca. P a g e 29

30 Isi: nihan tapa wa lar nu siya mulai tapa [k] bha na parebu raja wastu mangadeg di kuts kawali nu mahayuna kadatuan surawisesa nu marigi sakuliling dayoh nu najur sakala desa aya ma nu pandori pakenagawe rahau pakon hobol jaya dina buwana Terjemahan : Inilah tanda bekas beliau yang mulia Prabu raja wastu yang memerintah di kota kawali yang memperindah keraton surawisesa, yang membuat parit sekeliling ibu kota yang memakmurkan seluruh desa semoga ada penerus yang melaksankanberbuat kebajikan agama lama jaya di dunia Tepian Batu Prasasti Barat Terjemahan Selatan Terjemahan Timur Terjemahan Utara ii. Prasasti Kawali II : hayua dicawuh-cawuh : jangan semene-mena : hayua diponah-ponah : jangan dirusak : bhaga nincak bhaga rempag : bila bhaga dihancurkan bhaga musnah : (bila) bhaga dihormati bhaga lestari Bentuknya menyerupai sandaran arca, segi lima tidak beraturan. Ukuran tinggi 115 cm. Lebar bawah 70 cm.,labar atas 4 cm dan tebal 4,5 cm. ada bidang tulisannya terdaapat 7 baris. Bahan batu prasasti ini adalah lempengan batu andesit. Isi: aya ma nu nosi gya kawali i ni pakena kerta bener pakon na [n] jor na juritan Terjemahan : Semoga ada yang menghuni Dayeuh Kawali ini yang melaksanakan kemakmuran dan keadilan agar unggul dalam perang P a g e 30

31 iii. Prasasti Kawali III Berbentuk segi lima tidak beraturan, letaknyaa melintang ke arah Selatan- Utara. Ukuran Panjang kanan 75 cm, panjang kiri 55 cm, lebar bawah 60 cm, lebar atas 113 cm, lebar tengah 111 cm. Pada bidang atas terdapat tulisan dan tanda-tanda yang terdiri atas sepanjang kaki dan telapak tangan kiri. Di atas telapak tagan dan kaki terdapat goresan-goresan Membentuk bidang-bidang segi empat dengan ukuran berbeda. Bidang-bidang segi empat ini terbentuk dari perpotongan 5 buah garis sejajar dengan panjang 100 cm, dan garis melintang sebanyak 9(sembilan buah). Dari perpotongan kedua garis ini menghasilkan 45 buah otak dengan ukuran yang berbeda-beda. Ukuraan besar 13 x 12 cm, ukuran menengah 10 x 9 cm, serta ukuran terkecil 9 x 8,5 cm. Tulisan terdapat di sebelah kiri bidang-bidang persegi yang berbunyi angana ada juga yang mengartikan dengan anggana artinya sendiri. Namun ada pendapat lain yang mengemukakan bahwa tulisan itu diartikan datang, menghampiri merupakan kalimat yang mengandung mistik yaitu suatu pengharapan yang ditunjukan kepada yang dipuja dan diagungkan, dalam hal ini dewa raja yang berkuasa. iv. Prasasti Kawali IV Letak prasasti ini berupa batu yang terdiri tegak engan bagian bawahnya masuk kedalam tanah. Tingginya dari permukaan 120 cm. Aksara yang digoreskan sebanyak 6 buah yang menjadi 6 baris. Transkripsi : Sang hyang Lingga Hiyang Terjemahan : Sang hiyang lingga Hiyang Menurut cerita rakyat, batu tersebut disebut pula sebagai alat untuk mengukur perasaan bagaimana pusingnya nyandung (berisi satu) kalau tidak sanggup, pusingnya sama dengan Mengelilingi batu itu sebanyak 7 keliling sambil tidak bernafas. Oleh sebab itu jangan coba-coba beristri lebih dari satu kalau P a g e 31

32 seandainya tidak mampu, sebab hanya akan memusingkan diri sendiri. v. Prasasti Kawali V Berbentuk menhir tingginya sama dengan prasasti IV hanya sedikit lebh lonjong. Agak condong ke belakang dan bagian yang masuk ke dalam tanahnya lebih dalam Transkripsi Terjemahan : Sanghyang lingga bingba : Sanghyang lingga bingba Menurut cerita rakyat, batu menhir yang bertuliskan sanghyang lingga bingba ini disebut batu penyandaan (tempat bersandar setelah melahirkan selama empat puluh hari). Tujuannya adalah agar orang yang melahirkan tersebut segera pulih kembali vi. Prasasti Kawali VI Prasasti ke-6 merupakan prasasti yang baru ditemukan setelah berselang hampir 200 tahun. Prasasti ini sama seperti prasasti yang lainnya ditulis dalam huruf sunda kuno dan bahasa sunda kuno, banyaknya 6 baris tetapi tidak memiliki angka tahun. Bentuknya segi empat tidak beraturan, ukuran panjang 72 cm, lebar 62 cm. Letaknya tidak jauh dari lokasi prasasti I jaraknya 4 meter kearah utara. : Isi: ini perti[n] gal nu atis ti rasa ayama nu nosi dayoh iwo ulah batenga bisi kakereh Terjemahan: ini peninggalan dari orang berilmu semoga ada yang menghuni kota ini jangan banyak tingkah bisa celaka b. Batu Panggalih (Pamuruyan) Terletak 6 meter sebelah barat daya pintu masuk, berbentuk lempengan batu datar dan berimpit. Disebelah selatan berdiri lempengan batu datar dengan tingggi sisi kanan 94 cm, sisi kiri 88 cm, lebar sisi bawah 40 cm, lebar sisi atas 57 cm. P a g e 32

33 Masyarakat menyebutkan sebagai batu kursi, mungkin karena bentuknya seperti kursi, disebut pula sebagai batu pamuruyan, yang digunakan sebagai tempat penyimpanan sesajian, pada zaman dahulu. Pendapat lain mengemukakan bahwa batu panggalih tersebut dulunya digunakan sebagai tempat pelantikan raja. c. Menhir I Letaknya 4 mter dari batu tapak. Menhir ini berukuran tinggi 70 cm, lebar 24 cm, tebal 16 cm, sedangkan di sisi utara berbentuk polos dengan lebar sisi bawah 30 cm, tinggi 50 cm d. Menhir II Terletak 4 meter sebelah tenggara menhir I, terbuat dari batu Andesit yang berbentuk batu berdiri dengn ukuran tingggi 130 cm. lebar 15 cm, dan tebal 10 cm. menempel di sisi utara berupa lumping batu berpenampang segi tiga. Ukuran sisi bawah 22 x 22 cm, bagian mulutnya 35 x 35 cm. ada keistimewaan dari lumping batu ini, yaitu memiliki Kemampuan menyerap air dari dalam tanah, sehingga airnya Menhir II ( pangeteun ) tidak pernah surut. Jenis batu ini baru ada dua yang berhasilditemukan di Jawa Barat, yaitu di Astana Gede Kawali dan di situs Gunung Sembung Cirebon. Menurut cerita rakyat batu ini disebut sebagai batu panggeunteungan tempat bercermin. arti filsafat dari cermin/ngeunteungan ini adalah bahwa kita harus senantiasa bercermin pada diri sendiri, jangan sampai lupa diri. e. Mata Air Cikawali Menurut cerita rakyat yang tersebar disekitar tempat itu dan kemudian dikenal luas oleh orang-orang yang pernah datang ke sana, yang disbut kawali ialah kolam kecil ang luasnya antara 9-10 meter persegi. Kolam kecil ini merupakan sumber mata air yang tidak pernah kering sepanjang tahun, sekalipun datang musim kemarau. Letak kola mini berada dis ebelah barat, jaraknya 300 meter dari kompleks situs Astana Gede Kawali. Menurut asal usulnya, Nama Kecamatan Kawali pun berasal dari nama kolam ini P a g e 33

34 f. Makam Makam yang berada di dalam Situs Kawali terdiri dari : 1. Makam kuna yang diduga sebagai makam Adipati Singacala terletak di pincak punden berundak panjangnya 294 cm. bangunan berundak ini merupakan salah satu hasil tradisi megalitik, yang berfungsi sebagai tempat pemakaman dan penguburan. Pada masa Hindu dan Budha, tetapi pengaruhnya masih tetap bertahan sampai tiba masa Islam. 2. Makam Anjung Sari istrinya Pangeran Adipati Singacala 3. Makam Baya Nagasari putra Pangeran Adipatii Singacala 4. Makam Pangeran Usman yang hanya diberi tanda tutunggul batu yang jaraknya sekitar 5 m 5. Makam Cakra Kusumah pengajar Al- Qur an zaman Adipati Singacala. 6. Makam Eyang Sancang petugas keamanan zaman Adipati Singacala 7. Makam Satya Meta (Darma Wulan) 8. Makam Angga Direja Kuncen Astana Gede yang ke 1 9. Makam Yuda Praja Kuncen Astana Gede yang ke Makam Sacapraja kuncen Astana Gede yang ke Sang Surya Wiradikusumah (pendatang) P a g e 34

35 Foto 4. Proses Scanning Situs astana Gede Kawali B. Data Perekaman Situs dengan Aplikasi 3D Laser Scanning 1. Situs Batujaya (Candi Jiwa dan Blandongan) a. Project Data a. Object name : Situs Batujaya b. Deskripsi object : Candi Jiwa Candi Blandongan c. Lokasi : Desa Segaran, Kecamatan Batujaya d. Luas area scan : ± (49 x 42) m Candi Jiwa ± (95,23 x 143,14) m Candi Blandongan e. Lama Perekaman : 13 jam f. Titik berdiri : 12 titik g. Spasi scan : 6 mm - 2 cm P a g e 35

36 h. Jumlah point : Candi Jiwa point Candi Blandongan point b. Proses Scanning dan Pengukuran Proses scanning dimulai pada Candi Jiwa dengan jumlah titik berdiri 5 titik yaitu pada masing masing sisi candi dan pada bagian tengah, untuk Candi Blandongan jumlah titik berdiri lebih banyak karena bentuk bangunan yang berbeda, jumlah titik berdiri yang dibutuhkan sebanyak 7 titik dengan rincian setting pengukuran dan script sebagai berikut : Tabel 2. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Batujaya No. Point Standing Location Script Resolution/spasi c. 3 D d. e. f. P a g e 36

37 c. 3D Image Modeling Untuk mendapat data obyek secara utuh dan menyeluruh harus dilakukan proses registration/penggabungan dari semua scanworld. Prosesing output data 3D image modeling didapatkan setelah semua data tergabung. Keteliitian data hasil penggabungan dengan tingkat eror tidak boleh melebihi 0,02 mm Data hasil proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : P a g e 37

38 a) 3D Image Modeling perspektive view Gambar 9. Perspective View 1 Situs Batujaya Candi JIWA ( Colour From Scanner) P a g e 38

39 Gambar 10. Perspective View 2 Situs Batujaya Candi JIWA ( Colour From Scanner) P a g e 39

40 Gambar 11. Perspective View 3 Situs Batujaya Candi JIWA ( Colour From Scanner) P a g e 40

41 Gambar 12. Perspective View 1 Situs Batujaya Candi BLANDONGAN ( Colour From Scanner) P a g e 41

42 Gambar 13. Perspective View 2 Situs Batujaya Candi BLANDONGAN ( Colour From Scanner) P a g e 42

43 Gambar 14. Top View Situs Batujaya Candi JIWA ( Colour From Scanner) P a g e 43

44 b) 3D Image Modeling Tampak Atas (Top view ) Gambar 15. Top View Situs Batujaya Candi BLANDONGAN ( Colour From Scanner) P a g e 44

45 c) 3D Image Modeling potongan Gambar 17. Gambar Potongan Situs Batujaya Candi BLANDONGAN ( Colour From Scanner) P a g e 45

46 d. Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Setelah langkah analisa dan rendering 3D Image modeling dilakukan, langkah selanjutnya adalah pembuatan Asbuilt-drawing 2D. Pembuatan Asbuilt-drawing 2D melalui proses mengimport data 3D Image Point ke dalam software Autocad, kemudian dilakukan digitasi terhadap data 3D Image point tadi. Setelah melalu proses digitasi maka akan dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas (Top View) b) Asbuilt Drawing 2D - Samping potongan 46 P a g e

47 P a g e 47

48 P a g e 48

49 P a g e 49

50 P a g e 50

51 P a g e 51

52 2. Situs Cipari a. Project Data a. Object name : Situs Cipari b. Deskripsi object : Tinggalan masa Prasejarah ( kubur batu, Menhir dll) c. Lokasi : Kelurahan Cipari Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat d. Luas area scan : ± (92,33 x 55,17) m e. Lama Perekaman : 18 jam f. Titik berdiri : 7 titik g. Spasi scan : 7 mm - 3 cm h. Jumlah point : point b. Proses Scanning dan Pengukuran Area Situs Cipari merupakan situs yang sudah dikelilingi pagar keliling, kondisi bagian-bagian situs yang ada didalamnya tidak terletak pada elevasi yang sama melainkan ada yang berada pada elevasi yang rendah dan ada yang berada pada elevasi yang tinggi. Kondisi situs yang tidak terletak pada area terbuka tetapi berada diantara pepohonan rindang dan tanamantanaman perdu. Hal ini kurang efektiv untuk alur scan sehingga dibutuhkan banyak titik berdiri untuk merekam keseluruhan area situs. dibutuhkan setting pengukuran dan script sebagai berikut : P a g e 52

53 Tabel 3. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Cipari No. Point Standing Location Script Resolution/spasi Scan World 6 Scan World 5 Scan World 4 Scan World 7 Scan World 3 Scan World 2 Scan World 1 Gambar 18. Denah alur scan Situs Cipari P a g e 53

54 c. 3D Image Modeling Untuk mendapat data obyek secara utuh dan menyeluruh harus dilakukan proses registration/penggabungan dari semua scanworld. Prosesing output data 3D image modeling didapatkan setelah semua data tergabung. Keteliitian data hasil penggabungan dengan tingkat eror tidak boleh melebihi 0,02 mm Data hasil proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : P a g e 54

55 a) 3D Image Modeling tampak atas (top view) Gambar 19. Gambar tampak atas (top view) Situs CIPARI ( Colour From Scanner) P a g e 55

56 Gambar 20. Gambar tampak atas (top view) Situs CIPARI - Batu Tamu Gelang 1 ( Colour From Scanner) P a g e 56

57 Gambar 21. Gambar tampak atas (top view) Situs CIPARI Kubur Batu 2 ( Colour From Scanner) P a g e 57

58 Gambar 22. Gambar tampak atas (top view) Situs CIPARI Kubur Batu 1 ( Colour From Scanner) P a g e 58

59 Gambar 23. Gambar tampak atas (top view) Situs CIPARI Batu Tamu Gelang 2 ( Colour From Scanner) P a g e 59

60 b) 3D Image Modeling Perspektive view Gambar 24. Gambar Perspektive View Batu Tamu Gelang 1 Situs CIPARI ( Colour From Scanner) P a g e 60

61 Gambar 25. Gambar Perspektive View Kubur Batu 2 - Situs CIPARI ( Colour From Scanner) P a g e 61

62 Gambar 26. Gambar Perspektive View Kubur Batu 2 - Situs CIPARI ( Colour From Scanner) P a g e 62

63 Gambar 27. Gambar Perspektive View Menhir - Situs CIPARI ( Colour From Scanner) P a g e 63

64 Gambar 28. Gambar Perspektive View Dolmen (Batu Meja) dan Punden Berundak - Situs CIPARI ( Colour From Scanner) P a g e 64

65 d. Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Setelah langkah analisa dan rendering 3D Image modeling dilakukan, langkah selanjutnya adalah pembuatan Asbuilt-drawing 2D. Pembuatan Asbuilt-drawing 2D melalui proses mengimport data 3D Image Point ke dalam software Autocad, kemudian dilakukan digitasi terhadap data 3D Image point tadi. Setelah melalu proses digitasi maka akan dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D Denah Tampak Atas (Top View) b) Asbuilt Drawing 2D Tampak Depan c) Asbuilt Drawing 2D Tampak Potongan P a g e 65

66 P a g e 66

67 P a g e 67

68 P a g e 68

69 P a g e 69

70 P a g e 70

71 P a g e 71

72 P a g e 72

73 P a g e 73

74 P a g e 74

75 3. Situs Astana Gede Kawali a. Project Data a. Object name : Situs Astana Gede Kawali b. Deskripsi object : Makam, Prasasti c. Lokasi : Dusun Indrayasa Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis Propinsi Jawa Barat d. Luas area scan : ± (55,71 x 70,15) m e. Lama Perekaman : 27 jam f. Titik berdiri : 33 titik g. Spasi scan : 6 mm - 3 cm h. Jumlah point : point b. Proses Scanning dan Pengukuran Situs Astana gede kawali merupakan situs yang terletak dalam area yang cukup luas, sebaran yang berupa prasasti dan makam ada yang berdekatan dan ada yang berada pada jarak yang cukup jauh. Untuk mendapatkan keseluruhan data secara detail proses scanning obyek dilakukan dengan menggabungkan semua sebaran yang ada sehingga posisi masing0masing dapat diketahui secara detail dan akurat. Untuk merekam seluruh sebaran yang ada dibutuhkan titik berdiri scan sebanyak 33 titik dengan rincian setting sebagai berikut : P a g e 75

76 Tabel 4. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Astana Gede Kawali No. Point Standing Location Script Resolution/sp asi P a g e 76

77 c. 3D Image Modeling Untuk mendapat data obyek secara utuh dan menyeluruh harus dilakukan proses registration/penggabungan dari semua scanworld. Prosesing output data 3D image modeling didapatkan setelah semua data tergabung. Keteliitian data hasil penggabungan dengan tingkat eror tidak boleh melebihi 0,02 mm Data hasil proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : P a g e 77

78 a) 3D Image Modeling tampak atas (top view) Gambar 29. Gambar tampak atas (top view) Prasasti I - Situs ASTANA GEDE KAWALI ( Colour From Scanner) P a g e 78

79 Gambar 30. Gambar tampak atas (top view) Prasasti II - Situs ASTANA GEDE KAWALI ( Colour From Scanner) P a g e 79

80 Gambar 31. Gambar tampak atas (top view) Makam - Situs ASTANA GEDE KAWALI ( Colour From Scanner) P a g e 80

81 b) 3D Image Modeling Perspektive View Gambar 32. Gambar Perspektive View Prasasti I - Situs ASTANA GEDE KAWALI ( Colour From Scanner) P a g e 81

82 Gambar 33. Gambar Perspektive View Prasasti II - Situs ASTANA GEDE KAWALI ( Colour From Scanner) P a g e 82

83 Gambar 34. Gambar Perspektive View Makam - Situs ASTANA GEDE KAWALI ( Colour From Scanner) P a g e 83

84 d. Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Setelah langkah analisa dan rendering 3D Image modeling dilakukan, langkah selanjutnya adalah pembuatan Asbuilt-drawing 2D. Pembuatan Asbuilt-drawing 2D melalui proses mengimport data 3D Image Point ke dalam software Autocad, kemudian dilakukan digitasi terhadap data 3D Image point tadi. Setelah melalu proses digitasi maka akan dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D Denah Situasi b) Asbuilt Drawing 2D Tampak Atas c) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Potongan P a g e 84

85 P a g e 85

86 P a g e 86

87 P a g e 87

88 P a g e 88

89 4. Situs Gunung Padang a. Project Data a. Object name : Situs Gunung Padang b. Deskripsi object : Makam, Prasasti c. Lokasi : Desa Cimenten, Kecamatan Camkapa, Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat d. Luas area scan : teras utama ± ( x 72,22) m Tangga ± (211,01 x 16,99) m e. Lama Perekaman : 43 jam f. Titik berdiri : 38 titik g. Spasi scan : 6 mm - 3 cm h. Jumlah point : point b. Proses Scanning dan Pengukuran Situs Gunung Padang terletak pada dataran tinggi, dengan akses masuk yang cukup sulit, jalan dan tangga naik ke situs memiliki dejarat kemiringan yang cukup curam. Untuk mendapatkan data scanning keseluruhan situs dimulai dari bagian utama bangunan yaitu pada teras utama ( teras 1, 2,3,4 dan 5). Setelah dibagian teras utama terekam dilanjutkan pada tangga naik dimulai dari titik yang paling atas kemudian turun. Untuk mendapatkan data pada bagian teras dan tangga diperlukan titik berdiri total sebanyak 38 titik dengan rincian setting sebagai berikut : P a g e 89

90 Tabel 5. Detail setting Pengukuran dan data script scanning Situs Gunung Padang No. Point Standing Location Script Resolution/sp asi P a g e 90

91 c. 3D Image Modeling Untuk mendapat data obyek secara utuh dan menyeluruh harus dilakukan proses registration/penggabungan dari semua scanworld. Prosesing output data 3D image modeling didapatkan setelah semua data tergabung. Keteliitian data hasil penggabungan dengan tingkat eror tidak boleh melebihi 0,02 mm Data hasil proses snapshoot dan rendering menghasilkan 3D Image Modeling sebagai berikut : P a g e 91

92 a) 3D Image Modeling Perseptive View Gambar 35. Gambar Perspektive View Teras V - Situs Gunung Padang ( Colour From Scanner) P a g e 92

93 Gambar 36. Gambar Perspektive View Teras IV - Situs Gunung Padang ( Colour From Scanner) P a g e 93

94 Gambar 37. Gambar Perspektive View Teras III - Situs Gunung Padang ( Colour From Scanner) P a g e 94

95 Gambar 38. Gambar Perspektive View Teras II - Situs Gunung Padang ( Colour From Scanner) P a g e 95

96 Gambar 39. Gambar Perspektive View Teras I - Situs Gunung Padang ( Colour From Scanner) P a g e 96

97 Gambar 40. Gambar Perspektive View Teras I - V Situs Gunung Padang ( Colour From Scanner) P a g e 97

98 d. Asbuilt - Drawing 2 Dimensi Setelah langkah analisa dan rendering 3D Image modeling dilakukan, langkah selanjutnya adalah pembuatan Asbuilt-drawing 2D. Pembuatan Asbuilt-drawing 2D melalui proses mengimport data 3D Image Point ke dalam software Autocad, kemudian dilakukan digitasi terhadap data 3D Image point tadi. Setelah melalu proses digitasi maka akan dihasilkan gambar 2D yang terdiri dari : a) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Atas (Top View) b) Asbuilt Drawing 2D - Tampak Depan c) Asbuilt Drawing 2D Tampak Potongan P a g e 98

99 P a g e 99

100 P a g e 100

101 P a g e 101

102 P a g e 102

103 P a g e 103

104 P a g e 104

105 P a g e 105

106 P a g e 106

107 P a g e 107

108 P a g e 108

109 Kegiatan Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs-Situs di Jawa Barat dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry merupakan lanjutan dari beberapa kegiatan Pendokumentasian Cagar Budaya kerjasama antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Barat dan Balai Konservasi Borobudur. Perekaman Data dan Pendokumentasian Cagar budaya merupakan salah satu usaha untuk melestarikan keberadaan dari pada Situs-situs yang tersebar di nusantara khususnya situs-situs di daerah Jawa Barat. Output data dari kegiatan perekaman dan pendokumentasian ini ring sangat bermanfaat kedepan terutama sebagai reference data dan data base untuk kegiatan pelestarian, monitoring dan penelitianpenelitan lanjutan. P a g e 109

110 P a g e 110

PENELITIAN DAN PENDOKUMENTASIAN GEDUNG CAGAR BUDAYA MUSEUM NASIONAL DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER

PENELITIAN DAN PENDOKUMENTASIAN GEDUNG CAGAR BUDAYA MUSEUM NASIONAL DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER L A P O R A N K E G I A T A N PENELITIAN DAN PENDOKUMENTASIAN GEDUNG CAGAR BUDAYA MUSEUM NASIONAL DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN Penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN. Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs Megalitik Lore Sulawesi Tengah dengan Aplikasi 3D Laser Scanning

LAPORAN KEGIATAN. Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs Megalitik Lore Sulawesi Tengah dengan Aplikasi 3D Laser Scanning LAPORAN KEGIATAN Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs Megalitik Lore Sulawesi Tengah dengan Aplikasi 3D Laser Scanning DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI SULAWESI TENGAH Jl. Setia Budi No 9

Lebih terperinci

3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY

3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY L A P O R A N K E G I A T A N P E R E K A M A N D A T A D A N P E N D O K U M E N T A S I A N B E N T E N G O T A N A H A, B E N T E N G O R A N G E D A N B E N T E N G M A AS G O R O N T A L O D E N G

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan P a g e 1 Perekaman Data dan Pendokumentasian Penyelamatan Situs Jatigede Sumedang dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry

Laporan Kegiatan P a g e 1 Perekaman Data dan Pendokumentasian Penyelamatan Situs Jatigede Sumedang dengan Aplikasi 3D Laser Scanner Photogrammetry Laporan Kegiatan P a g e 1 LAPORAN KEGIATAN PEREKAMAN DATA DAN PENDOKUMENTASIAN PENYELAMATAN SITUS JATIGEDE SUMEDANG DENGAN APLIKASI 3D LASER SCANNER PHOTOGRAMMETRY TIM KEGIATAN 1. Dra. ROMLAH 2. KELY

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti

Lebih terperinci

PEMBINAAN TENAGA TEKNIS REGISTERASI CAGAR B UDAYA MUHAMMAD RAMLI

PEMBINAAN TENAGA TEKNIS REGISTERASI CAGAR B UDAYA MUHAMMAD RAMLI PEMBINAAN TENAGA TEKNIS REGISTERASI CAGAR B UDAYA MUHAMMAD RAMLI PENDOKUMENTASIAN CAGAR BUDAYA (Pengantar Umum) Pengertian CAGAR BUDAYA Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki ragam budaya dan nilai tradisi yang tinggi, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam peninggalan yang ditemukan dari berbagai provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 12 Maret tahun 2011, hari

BAB III METODE PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 12 Maret tahun 2011, hari BAB III METODE PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan dalam beberapa kali kunjungan. Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu tanggal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE. di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ASTANA GEDE A. Kesimpulan Astana Gede Kawali adalah salah satu situs bersejarah yang terdapat di Kabupaten Ciamis. Situs Astana Gede merupakan daerah peninggalan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE KAWALI. A. Hasil Penelitian Artefak Astana Gede Kawali

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE KAWALI. A. Hasil Penelitian Artefak Astana Gede Kawali BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE KAWALI A. Hasil Penelitian Artefak Astana Gede Kawali Situs Astana Gede Kawali ini merupakan tempat yang memiliki banyak peninggalan-peninggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis

Lebih terperinci

Borobudur, Desember 2013

Borobudur, Desember 2013 KATA PENGANTAR Kegiatan Survei dan Pemetaan Cagar Budaya ini merupakan salah satu usaha untuk melestarikan keberadaan dari pada Situs-situs yang tersebar di nusantara khususnya situs-situs yang ada dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak obyek wisata yang tersebar di berbagai pulau di seluruh Indonesia, baik itu wisata alam, wisata kerajinan, maupun wisata

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula

Lebih terperinci

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 PENDAHULUAN PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2 Indonesia merupakan negara yang kaya akan warisan budaya (cultural heritage), yang berasal dari berbagai

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1. Menhir. Waruga. Sarkofagus. Dolmen SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 3. PERADABAN AWAL INDONESIALatihan Soal 3.1 1. Bangunan megalithikum yang berbentuk batu bertingkat berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap nenek moyang disebut...

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA

MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA MODUL III PENDAFTARAN CAGAR BUDAYA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar Cagar Budaya dimiliki oleh masyarakat, sehingga perlu diupayakan agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan

ANALISIS BATU BATA. A. Keletakan ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dorongan penuh terhadap keberhasilan pengembangan Cigugur sebagai Kawasan

BAB III METODE PENELITIAN. dorongan penuh terhadap keberhasilan pengembangan Cigugur sebagai Kawasan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang diambil adalah kawasan Cigugur Kab. Kuningan Jawa Barat dan beberapa objek wisata lain disekitarnya yang dapat memberikan dorongan

Lebih terperinci

KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA. Oleh Agustijanto I.S.S.

KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA. Oleh Agustijanto I.S.S. KOMPLEK PERCANDIAN BATUJAYA TEMPAT LAHIRNYA PERADABAN DI TATAR SUNDA Oleh Agustijanto I.S.S. PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ARKEOLOGI NASIONAL DEPARTEMEN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 2006 I. Sekilas Tentang

Lebih terperinci

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH

TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH TINGGALAN MEGALITIK DI DESA TUHAHA KECAMATAN SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH A. Pendahuluan Maluku merupakan propinsi dengan sebaran tinggalan arkeologis yang cukup beragam. Tinggalan budaya ini meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Pariwisata penting bagi negara karena menghasilkan devisa dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Pariwisata merupakan industri global yang bersifat fenomenal. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dari jumlah wisatawan

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN SEJARAH PENEMUAN SITUS Keberadaan temuan arkeologis di kawasan Cindai Alus pertama diketahui dari informasi

Lebih terperinci

Eksplorasi Tinggalan Batu Besar di Lereng Ciremai

Eksplorasi Tinggalan Batu Besar di Lereng Ciremai Eksplorasi Tinggalan Batu Besar di Lereng Ciremai Kedaulatan Rakyat, 2001 Petualangan mencari situs-situs arkeologis di lereng timur Gunung Ciremai telah menorehkan pengalaman dan hasil yang tak terduga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja

Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja Prasasti ini dimaksudkan untuk memperingati perintah Rakryan Juru Pangambat pada tahun Saka 854 untuk mengembalikan kekuasaan kepada raja Sunda..ba(r) pulihkan haji sunda.. Dengan Sanjaya dalam ki tab

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman prasejarah merupakan sejarah awal kehidupan manusia yang tidak bisa dilupakan begitu saja. Zaman prasejarah di Indonesia dimulai kurang lebih 1,7 juta tahun yang

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1 LAMPIRAN JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A Gua + Relief Relief bercerita tentang peristiwa sejarah manusia purba (bagamana mereka hidup, bagaimana mereka tinggal, dll) 5m x

Lebih terperinci

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho

BAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Candi Cetho 1. Lokasi Candi Cetho terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di desa Cetho kelurahan Gumeng kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni rupa sebagai ciptaan manusia senantiasa dikembangkan di setiap zaman dan tempat yang berbeda, hal itu akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 31 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Bio-Fisik Kawasan Karst Citatah Kawasan Karst Citatah masuk dalam wilayah Kecamatan Cipatat. Secara geografis, Kecamatan Cipatat merupakan pintu gerbang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa

BAB I. PENDAHULUAN. Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara kronologis, sejarah Indonesia meliputi masa prasejarah, hindu-budha, masa pengaruh islam dan masa pengaruh eropa. Bagian yang menandai masa prasejarah, antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Sejarah dan Budaya Lanskap merupakan suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Semakin jelas harmonisasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Kerinci secara administratif merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jambi, wilayahnya mencakup daerah di sepanjang aliran sungai Batang Merangin,

Lebih terperinci

Beberapa Temuan Penting di Komplek Percandian Batujaya a. Votive Tablet Votive tablet yang ditemukan ini seluruhnya dalam kondisis fragmentaris.

Beberapa Temuan Penting di Komplek Percandian Batujaya a. Votive Tablet Votive tablet yang ditemukan ini seluruhnya dalam kondisis fragmentaris. Beberapa Temuan Penting di Komplek Percandian Batujaya a. Votive Tablet Votive tablet yang ditemukan ini seluruhnya dalam kondisis fragmentaris. Berbentuk empat persegi panjang dengan bagian atas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam

BAB 1 PENDAHULUAN. dulu sampai saat ini. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-macam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun temurun semenjak dulu sampai saat ini. Warisan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL

DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL DAFTAR INVENTARIS BCB TAK BERGERAK DI KABUPATEN BANTUL No Nama Benda Astronomis Alamat Nama Pemilik 1 Candi Ganjuran X : 425010 Y : 9123794 2 Masjid Pajimatan X : 433306 Y : 9124244 3 Kompleks Makam Imogiri

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN

BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait

Lebih terperinci

Pelestarian Lingkungan Candi dengan Memadukan Teknik Penanggulangan Banjir Studi Kasus Candi Blandongan di Kawasan Batujaya Kabupaten Karawang

Pelestarian Lingkungan Candi dengan Memadukan Teknik Penanggulangan Banjir Studi Kasus Candi Blandongan di Kawasan Batujaya Kabupaten Karawang Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 2085-1227 Volume 7, Nomor 2, Juni 2015 Hal. 123-131 Pelestarian Lingkungan Candi dengan Memadukan Teknik Penanggulangan Banjir Studi Kasus Candi Blandongan di

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA 4 IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan Waktu Tujuan : MENGENALI POTENSI GEOGRAFIS DESA : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.2, (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) G-169 Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan Shinta Octaviana P dan Rabbani Kharismawan Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN RESUME PENELITIAN ARKEOLOGI SITUS PABRIK PENGOLAHAN KARET,DI SUNGAI TABUK KERAMAT, KABUPATEN BANJAR,PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 1. SEJARAH PENEMUAN SITUS Situs pabrik pengolahan karet diketahui ketika

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... A. LATAR BELAKANG...

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... A. LATAR BELAKANG... DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR. UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABEL.... DAFTAR GAMBAR..... i ii iii vi vii xii xiii xiv BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENAMAAN JALAN DAN PENOMORAN BANGUNAN BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN SETDA KABUPATEN WAKATOBI TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR Oleh : Ririn Dina Mutfianti, MT Desain Arsitektur Jurusan Arsitektur-Universitas Widya Kartika Kenapa harus menganalisis Site? Karena : 1. Sebagian besar bangunan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. A. Pendahuluan. B. Pengertian Warisan Budaya Tak BendaHasil. C. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Bogor

DAFTAR ISI. A. Pendahuluan. B. Pengertian Warisan Budaya Tak BendaHasil. C. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Bogor DAFTAR ISI A. Pendahuluan B. Pengertian Warisan Budaya Tak BendaHasil C. Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kabupaten Bogor a) Prasasti Batu Tulis Ciaruteun b) Rumah Tinggal Song Beng

Lebih terperinci

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7

SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DAN MAKAM PAHLAWAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK

Lebih terperinci

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 Rafki Imani Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia E-mail: rafimani17@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Brahmantara Balai Konservasi Borobudur

Brahmantara Balai Konservasi Borobudur Pemanfaatan Teknologi Terestrial Laser Scanner Untuk Perekaman Data dan Pendokumentasian Tiga Dimensi (3D) Lukisan Cadas Pada Gua-Gua Prasejarah di Indonesia (Studi Kasus : Kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

BAB 3: TINJAUAN LOKASI BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu

1. PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepulauan Indonesia adalah tuan rumah budaya megalitik Austronesia di masa lalu dan sekarang. Bangunan megalitik hampir tersebar di seluruh kepulauan Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang sangat luas. Wilayah Indonesia memiliki luas sekitar 1.910.931.32 km. dengan luas wilayah yang begitu besar, Indonesia memiliki banyak

Lebih terperinci

Kandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka.

Kandy City Sri Lanka. dataran tinggi Kandy. Saat ini kota Kandy menjadi ibu kota administratif dan kota suci Central Province, Sri Lanka. Kandy City Sri Lanka Kota Kandy adalah sebuah kota terbesar kedua setelah Colombo di Sri Lanka. Letaknya di Central Province, Sri Lanka. Kota yang dulunya merupakan ibukota terakhir dari era raja-raja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003: 13). Megalitik berasal dari kata mega yang berarti besar dan lithos yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Kebudayaan merupakan hasil karya manusia yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Beberapa kebudayaan diantaranya dimulai pada masa prasejarah yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

Perawatan Kayu Secara Tradisional pada Masyarakat Bugis-Makassar dan Toraja Dewi Susanti 4-11

Perawatan Kayu Secara Tradisional pada Masyarakat Bugis-Makassar dan Toraja Dewi Susanti 4-11 1 Daftar Isi Perawatan Kayu Secara Tradisional pada Masyarakat Bugis-Makassar dan Toraja Dewi Susanti 4-11 Penggunaan Jeruk Nipis sebagai Salah Satu Upaya Konservasi Secara Tradisional pada Prasasti Sukawana

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPURBAKALAAN DALAM MENUNJANG PROFIL KEARIFAN LOKAL DI DAERAH MALUKU. M. Nendisa

PERKEMBANGAN KEPURBAKALAAN DALAM MENUNJANG PROFIL KEARIFAN LOKAL DI DAERAH MALUKU. M. Nendisa PERKEMBANGAN KEPURBAKALAAN DALAM MENUNJANG PROFIL KEARIFAN LOKAL DI DAERAH MALUKU M. Nendisa Kebudayaan suatu masyarakat pada pokoknya berfungsi menghubungkan manusia dengan alam disekitarnya dan dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA LAPORAN PRAKTIKUM REKLAMASI PANTAI (LAPANG) REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA Dilaksanakan dan disusun untuk dapat mengikuti ujian praktikum (responsi) mata kuliah Reklamasi Pantai Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tempat wisata, meliputi wisata alam, budaya hingga sejarah ada di Indonesia. Lokasi Indonesia yang berada di daerah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PENEKANAN DESAIN TIPOLOGI PADA ARSITEKTUR BANGUNAN SETEMPAT Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 022/M/2014 TENTANG TUGU PAHLAWAN SEBAGAI STRUKTUR CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 022/M/2014 TENTANG TUGU PAHLAWAN SEBAGAI STRUKTUR CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 022/M/2014 TENTANG TUGU PAHLAWAN SEBAGAI STRUKTUR CAGAR BUDAYA PERINGKAT NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN. 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 Analisis Obyek Rancangan Terhadap Kondisi Eksisting Terdapat beberapa hal yang benar-benar harus diperhatikan dalam analisis obyek perancangan terhadap kondisi eksisting

Lebih terperinci

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG

KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG KUMPULAN BENDA-BENDA KOLEKSI BERDASARKAN JAMAN/MASA DARI MUSEUM BULELENG BENDA-BENDA YANG BERUSIA ABAD KE 10 14 MASEHI 1. BATU PIPISAN Batu Pipisan berkaki ini menyerupai meja dalam ukuran kecil berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA

BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan

Lebih terperinci