4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan Manufaktur Refrigerasi di Jabodetabek Perusahaan yang bergerak dibidang pendingin atau refrigerasi terbagi menjadi beberapa kegiatan, yaitu (1) manufaktur yang menghasilkan produk refrigerasi termasuk Air Conditioning (AC), 2) perusahaan perakit komponen peralatan dihasilkan oleh perusahaan lain ataupun hasil impor menjadi produk refrigerasi, dan 3) perusahaan distributor yang hanya melakukan pengisian bahan pendingin sementara mesin ataupun produk dihasilkan oleh produsen lain ataupun impor. Sebagian besar penggunaan HCFC adalah untuk sektor refrigerasi atau pendingin, dan yang masuk dalam lingkup penelitian ini adalah peralatan refrigerasi domestik maupun komersial dan pengatur udara ringan. Perusahaan yang dipilih untuk menjadi target contoh merupakan perusahaan yang sudah disurvey awal oleh Kementerian Lingkungan Hidup yang masih menggunakan HCFC dan berpotensi untuk dapat menerima bantuan hibah dalam alih teknologi HCFC menjadi non-hcfc. Industri manufaktur refrigerasi beragam dari skala kecil, menengah dan besar dilihat dari permodalan maupun kapasitas produksi. Sebagian besar merupakan perusahaan modal dalam negeri, dan sebagian dari perusahaan tersebut masih menggunakan sistem manajemen kekeluargaan. Hal ini berpengaruh terhadap konsumsi HCFC yaitu perusahaan skala menengah dengan kapasitas produksi yang tidak terlalu besar memberikan kontribusi konsumsi HCFC yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan industri yang mempunyai kapasitas produksi yang besar. Sifat perusahaan yang tertutup menjadi salah satu kendala dalam melakukan penelitian ini, hal ini disebabkan oleh: a. Ketidakpercayaan, karena ada kekuatiran data perusahaan akan diberikan kepada perusahaan kompetitor atau disalahgunakan untuk kepentingan lain b. Persaingan usaha, perusahaan menjaga supaya data teknis produk tidak tersebar kepada perusahaan lain c. Sikap antipati terhadap pemerintah, karena adanya ketakutan terhadap kewajiban tertentu, misalnya pembayaran pajak. Lokasi industri manufaktur refrigerasi sebagian besar berada di kawasan industri yang ada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dari 11 perusahaan yang disurvey hanya satu perusahaan yang berada dikawasan yang bukan khusus industri. Berdasarkan kuesioner dan wawancara yang dilakukan, pada sebagian besar perusahaan yang menjadi responden merupakan perusahaan manufaktur refrigerasi yang bergerak dibidang produksi peralatan pendingin dan alat pengatur udara (AC). Semua perusahaan tersebut menggunakan HCFC, baik HCFC-22 sebagai bahan pendingin danhcfc-141b sebagai bahan pengembang insulasi/busa. HCFC-22 merupakan jenis pendingin yang baik digunakan untuk menggantikan CFC-11 yang sebelumnya digunakan, sedangkan untuk insulasi digunakan bahan HCFC jenis HCFC-

2 24 141b yang merupakan bahan alternatif sementara dari CFC-11 yang selain digunakan untuk bahan pendingin juga sebagai bahan pengembang dalam produksi panel pendingin. Jenis peralatan pendingin yang diproduksi sebagian besar berupa peralatan pendingin komersial, dan yang masuk dalam lingkup penelitian ini adalah (1) Pengatur udara komersial, yaitu ducted split; 2) Peralatan pendingin dapur, yaitu chiller upright 4 doors, cold room; dan 3) Pengatur udara residensial, yaitu AC split. Tabel 4.1 menggambarkan jumlah perusahaan yang menggunakan HCFC-22 dan HCFC-141b. Perusahaan yang hanya menggunakan HCFC- 22 sebagai pendingin adalah perusahaan perakit (assembler) dan distributor. Kedua jenis perusahaan tersebut melakukan perakitan dan pemasangan sistem pendingin di lokasi konsumen, dan mengisi bahan pendingin HCFC- 22 ke dalam sistem tersebut. Tabel 4.1 Jenis dan penggunaan HCFC pada 11 industri manufaktur refrigerasi Jenis HCFC Jenis Penggunaan Jumlah pengguna (perusahaan) Persentase (%) HCFC-22 Bahan pendingin 5 45 HCFC-141b Bahan pengembang - - HCFC-22 Bahan pendingin dan 6 55 danhcfc-141b pengembang Jumlah 11 1 Perusahaan yang menggunakan HCFC-22 dan HCFC-141b adalah perusahaan yang melakukan produksi mulai dari komponen-komponen penyusun sistem pendingin sampai melakukan pemasangan di tempat konsumen. Dalam sistem pendingin tersebut, ada bagian komponen yang perlu dilapis dengan busa untuk menahan panas maupun dingin. Proses produksi komponen tersebut menggunakan bahan baku kimia isocyanat dan polyol yang ditambah HCFC-141b sebagai bahan pengembang busa. Selanjutnya apabila komponen-komponen tersebut telah dirakit menjadi sistem pendingin dan siap dipasang di lokasi konsumen, perusahaan akan mengisi bahan pendingin HCFC-22 ke dalam sistem tersebut. Gambar 4.1 Proses produksi panel busa

3 25 Gambar 4.2 Panel busa siap rakit 4.2 Identifikasi faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan alih teknologi Banyak faktor yang dapat berpengaruh terhadap berhasilnya program alih teknologi dari HCFC menjadi non-hcfc. Dalam kajian ini identifikasi faktor-faktor potensi yang dianggap memberikan kontribusi penting dalam pelaksanaan alih teknologi tersebut. Potensi-potensi tersebut dilihat dari sisi sosial, ekonomi, teknis dan lingkungan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner dan wawancara kepada responden yang merupakan pengelola industri manufaktur refrigerasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Untuk menentukan faktor-faktor yang dianggap memberikan pengaruh signifikan terhadap keberhasilan program alih teknologi ini dilakukan analisis dengan metodepca, yaitu salah satu jenis analisis faktor yang merupakan salah satu analisis multivariat generasi ke-2 sama halnya dengan analisis regresi. Rancangan penelitian menggunakan 4 indikator tetapi hanya menggunakan 22 contoh dan ternyata hanya 11 yang masuk, sehingga dilakukan reduksi indikator. a. Faktor sosial Dari 12 pertanyaan dalam kuesioner yang menjadi variabel respon, variabel pertanyaan no. 1, 9 dan 1 direduksi karena mempunyai data yang sama untuk semua responden yaitu sebesar 1, sehingga dikeluarkan dari proses analisis faktor. Setelah dilakukan analisis lanjutan ternyata nilai KMO Bartlet belum keluar sehingga data dianggap belum baik dan cukup untuk dianalisis lebih lanjut, untuk itu dikeluarkan variabel pertanyaan no. 5 karena mempunyai data yang sama dengan no. 6. Selanjutnya, setelah dilakukan analisis faktor, maka nilai KMO belum bisa dihasilkan oleh karena itu perlu dilakukan reduksi lagi terhadap variabel pertanyaan yang ada, dan yang dipilih adalah yang mempunyai nilai paling rendah yaitu variabel no. 6.

4 26 Com pone nt Nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO) digunakan untuk mengukur kecukupan contoh/contoh dengan cara membandingkan koefisien korelasi yang diamati dengan koefisien parsialnya. Dari hasil analisis dengan SPSS 21 yang disampaikan dalam Tabel 4.2 dihasilkan nilai KMO sebesar.46, sehingga dapat dikatakan hasil analisa ini cukup baik untuk dapat dianalisis lebih lanjut. Dari hasil analisis komponen utama diperoleh hasil faktor-faktor yang berpengaruh terhadap aspek sosial dalam program alih teknologi ini adalah persyaratan kompetensi (Sos-2), pengalaman kerja (Sos-3), ketrampilan kerja yang diperlukan (Sos-4), jumlah jam kerja (Sos-7), perlengkapan kerja (Sos-8), komitmen perusahaan dalam K3 (Sos-11) dan pelatihan rutin K3 (Sos-12). Dari variabel-variabel tersebut dikelompokkan dalam tiga faktor yaitu faktor 1 yang terdiri dari Sos-8 dan Sos-11. Faktor 2 terdiri dari Sos-3, dan Sos-7, sedangkan faktor 3 terdiri dari Sos-2 dan Sos-4. Faktor 1 dapat disebut sebagai faktor kompetensi, faktor 2 disebut faktor pengalaman kerja, dan faktor 3 disebut faktor keamanan dan keselamatan kerja (K3). Tabel 4.2 menunjukkan faktor yang berhasil dibentuk ada 3 dengan nilai eigen sebesar 2.78, 1.76, dan Nilai eigen tersebut menggambarkan jumlah variabel pembentuk faktor, bila nilai eigen < 1 maka tidak ada variabel pembentuk. Total varians yang diperoleh dari hasil analisis faktor tersebut adalah 6. Apabila jumlah faktor sudah diketahui dan jumlah varians variabel juga sudah dapat diketahui, maka faktor sosial dapat dijelaskan dengan variabel-variabel Sos-2; Sos-3; Sos-4; Sos-8; Sos-11 dan Sos-12 sebesar 85.12%, dan sisanya 14.88% dijelaskan oleh faktor yang lain.dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan alih teknologi dari HCFC menjadi non-hcfc dipengaruhi oleh 3 faktor sosial, yaitu kompetensi pekerja, pengalaman kerja dan faktor keamanan dan keselamatan kerja. Tabel 4.2 Total varians hasil analisis komponen utama untuk faktor sosial Initial Eigenvalues Total % Variance Comula tif % Extraction Sums of Squared Loadings Total % Variance Comulat if % Rotation Sums of Squared Loadings Total % Variance Comula tif % b. Faktor ekonomi Untuk mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap keberhasilan program alih teknologi HCFC ke non-hcfc dilakukan

5 pengumpulan data melalui kuesioner dan wawancara. Dari enam pertanyaan yang terkait dengan faktor ekonomi, setelah dilakukan reduksi dengan analisis komponen utama diperoleh hasil bahwa variabel ketersediaan di pasar (Eko-6) harus dihilangkan karena untuk semua perusahaan mempunyai nilai yang sama sehingga tidak bisa dibedakan. Setelah dilakukan analisis kembali, nilai KMO belum dapat diperoleh sehingga data variabel dianggap belum cukup baik untuk dianalisis, oleh karena itu harus dilakukan reduksi lagi. Eko-1 dan eko-2 mempunyai nilai angka yang sama sehingga salah satu harus dihilangkan, dalam hal ini eko-2 dipilih untuk dihilangkan dengan alasan karena konsumsi HCFC di Indonesia dihitung dari nilai impor atau nilai pembelian, sementara jumlah penggunaan dipengaruhi oleh jumlah pembelian. Setelah dilakukan analisis faktor kembali maka diperoleh nilai KMO.54>.5 sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Berdasarkan hasil analisis lanjutan dari faktor ekonomi ini diperoleh hasil terbentuk dua faktor yaitu faktor pembelian dengan variabel pembentuknya jumlah pembelian HCFC dan harga pembelian HCFC-22. Faktor yang kedua adalah faktor cara pembelian dengan variabel pembentuknya adalah harga pembelian HCFC-141b dan cara pembelian. Tabel 4.3 Total varians hasil analisis komponen utama untuk faktor ekonomi Com pone nt Initial Eigenvalues Total % Variance Comula tif % Extraction Sums of Squared Loadings Total Total % Variance 27 Rotation Sums of Squared Comula tif % Loadings % Variance Total Tabel 4.3 menjelaskan tentang varians dari variabel pembentuk dua faktor yaitu jumlah pembelian, harga pembelian HCFC-22, harga pembelian HCFC-141b, dan cara pembelian. Pada Tabel 4.3 diperoleh nilai eigen untuk kedua faktor tersebut lebih besar dari 1 (1.7 dan 1.9), dan kumulatif % mencapai Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa faktor ekonomi dapat dijelaskan 69.77% dengan menggunakan variabel-variabel tersebut, dan sisanya 3.23% dijelaskan dengan faktor lain. c. Faktor teknis Dari variabel respon diatas, dilakukan analisis faktor dengan metode PCA, dan hasilnya belum dapat dihasilkan nilai KMO yang menandakan bahwa data tersebut belum cukup baik dan belum dapat dianalisis lebih lanjut. Oleh karena itu dilakukan reduksi terhadap data yang ada, yaitu dengan mengeluarkan Tek-2 dan Tek-4 karena mempunyai nilai yang sama untuk semua responden. Selanjutnya dilakukan analisis faktor kembali dan dihasilkan nilai KMO yang lebih besar dari.5 yaitu.65, sehingga dapat

6 28 disampaikan bahwa data tersebut sudah cukup baik untuk dianalisis lebih lanjut. Dari hasil analisis lanjut dengan metode PCA, diperoleh hasil terbentuknya dua faktor. Faktor 1 merupakan faktor penggantian HCFC yang terdiri atas rencana pengganti HCFC-22 (Tek-6), rencana pengganti HCFC-141b (Tek-7) dan alasan penggantian HCFC (Tek-8). Faktor 2 yaitu faktor penggunaan HCFC yang dibentuk dari variabel jenis HCFC yang digunakan (Tek-1), Alasan penggunaan HCFC (Eko-3), jenis kegiatan alih teknologi (Tek-5). Tabel 4.4 menunjukkan total varians variabel pembentuk faktor dengan nilai eigen >1 yaitu 2.86 dan Kumulatif persentase yang dihasilkan mencapai % yang artinya dua faktor yang terbentuk dari variabel-variabel tersebut mempunyai pengaruh sebesar % terhadap keberhasilan program alih teknologi dari HCFC ke non-hcfc. Comp onent Tabel 4.4 Total varians hasil analisis komponen utama untuk faktor teknis Total Initial Eigenvalues % of Variance Cumula tive % Total Extraction Sums of Squared Loadings % of Variance Cumula tive % Rotation Sums of Squared Total Loadings % of Variance Cumula tive % d. Faktor lingkungan Untuk faktor lingkungan hanya ada 5 pertanyaan yang ditujukan kepada responden, dan berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai KMO yang dihasilkan mendekati,5 sehingga data yang ada masih dapat dikatakan layak untuk dianalisis lebih lanjut, walaupun jumlah contoh yang kurang. Proses analisis lanjutan menggunakan analisis komponen utama menunjukkan ada dua faktor lingkungan yang terbentuk yaitu faktor 1 yaitu pengelolaan limbah dan faktor 2 terkait dengan jumlah limbah. Variabel penyusun faktor 1 adalah pengelolaan limbah HCFC (Ling-3), jenis limbah lain non-hcfc (Ling-4) dan pengelolaan limbah lain non-hcfc (Ling-5). Untuk faktor 2 dibentuk oleh 2 variabel yaitu jumlah stok HCFC (Ling-1) dan jumlah sisa stok HCFC yang tidak terpakai (Ling-2). Dari proses analisis komponen utama yang disajikan dalam Tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa dua faktor tersebut dapat terbentuk karena nilai eigen yang diperoleh > 1 sehingga terdapat variabel-variabel yang dapat membentuknya. Dari tabel tersebut juga dapat dijelaskan bahwa keberhasilan program alih teknologi HCFC ke non-hcfc dipengaruhi secara signifikan oleh dua faktor lingkungan yang terbentuk sebesar 75.41%, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor yang lain.

7 29 Tabel 4.5 Total varians hasil analisis komponen utama untuk faktor lingkungan Compo nent Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Rotation Sums of Squared Loadings Total % Variance Comulat if % Total % Variance Comu latif % Total % Varian ce Comul atif % Potensi Alih Teknologi HCFC ke Non-HCFC Pemahaman dan persepsi responden Untuk mengetahui tingkat persepsi dan pemahaman pelaku industri tentang isu penipisan lapisan ozon dan pemanasan global, responden diberikan pertanyaan dengan respon menggunakan skala likerts, dengan kategori Tidak Tahu (TT), Cukup Tahu (CT), Tahu (T), dan Sangat Tahu (ST). Tabel 4.6 menyajikan hasil pembobotan pernyataan pemahaman pemangku kepentingan terhadap isu perlindungan lapisan ozon dan pemanasan global yang dianalisis menggunakan pendekatan distribusi Z. Tabel 4.6 Transformasi nilai skor Z tentang pemahaman responden No. Pertanyaan Nilai Skor Z TT CT T ST PEM PEM PEM PEM PEM PEM Jumlah nilai skor Z Rata-rata Dari tabel tersebut dapat dijelaskan nilai bobot untuk kategori TT, CT, T dan ST untuk masing-masing pertanyaan. Batas interval antar jenis kategori tersebut dapat dihitung dengan menghitung rata-rata dari nilai Z dari masing-masing kategori. Batas bawah dan batas atas ditentukan dengan membagi nilai skor Z yang paling besar dengan jumlah kategori, hasil

8 3 pembagian tersebut digunakan untuk menentukan interval masing-masing kategori. Gambar 4.3 menunjukkan titik-titik batas antar kategori. Gambar 4.4 menggambarkan batas bawah dari sikap pemahaman responden yang dimulai dari, dengan selang interval sebesar untuk menyatakan TT, untuk CT, untuk T dan batas atas sebesar 4.18 untuk menyatakan responden ST Gambar 4.3 Titik batas antar kategori Tidak Tahu Cukup Tahu Tahu Sangat Tahu Gambar 4.4 Batas bawah dan batas atas dengan selang interval Frekuensi dari sikap pemahaman responden terhadap topik perlindungan lapisan ozon dan pemanasan global dinyatakan dalam bentuk persentase. Ada enam pertanyaan yang diajukan, sebagai berikut: a. PEM1= Isu perlindungan lapisan ozon dan pemanasan global b. PEM2= Bahan perusak ozon penyebab penipisan ozon dan pemanasan global c. PEM3= Dampak penipisan ozon dan pemanasan global d. PEM4= Kontribusi industri terhadap pencegahan penipisan ozon dan pemanasan global e. PEM5= Peraturan larangan penggunaan bahan perusak ozon f. PEM6= Jadwal penghapusan bahan perusak ozon Secara grafik dapat digambarkan dalam gambar 4.5. berikut ini:

9 Tidak tahu Cukup tahu Tahu Sangat Tahu 6 Tingkat pemahaman (%) PEM1 (Sd: +.63) PEM2 (Sd: +.63) PEM3 (Sd: +.75) PEM4 (Sd: +.54) PEM5 (Sd: +.79) PEM6 (Sd: +.82) Topik pemahaman tentang perlindungan lapisan ozon dan pemanasan global Gambar 4.5 Tingkat pemahaman pelaku industri tentang isu perlindungan lapisan ozon dan perubahan iklim Perusahaan manufaktur refrigerasi yang menjadi responden dalam penelitian sudah mengetahui dengan baik mengenai isu penipisan ozon dan pemanasan global, karena memang isu ini merupakan isu global yang informasinya dapat diketahui dengan mudah. Pengetahuan tentang kedua isu ini memang harus dimiliki oleh perusahaan karena terkait juga dengan peraturan yang harus ditaati oleh mereka terkait dengan pengaturan bahan baku kimia yang digunakan yaitu HCFC yang masuk kategori bahan perusak ozon dan bahan berbahaya dan beracun. Informasi tentang peraturan dan jadwal penghapusan HCFC juga menjadi hal yang penting untuk diketahui, namun masih banyak perusahaan yang belum mengetahui mengenai adanya peraturan yang mengatur tentang konsumsi HCFC melalui pengaturan tata niaga impor HCFC. Terkait dengan jadwal penghapusan yang sudah ditetapkan oleh Protokol Montreal, banyak perusahaan yang masih belum mengetahui karena kurang sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah. Lokasi industri yang tersebar di banyak daerah menyebabkan sosialisasi belum berjalan dengan baik. Selain karena kurangnya sosialisasi, kurangnya pengetahuan tentang peraturan dan jadwal penghapusan HCFC juga dikarenakan sikap industri yang tidak menganggap bahwa adanya peraturan dan jadwal tersebut sangat penting bagi kelangsungan usaha mereka, sehingga pada saat pelaksanaan program pengurangan konsumsi HCFC dimulai banyak perusahaan yang masih belum siap.

10 32 Sedangkan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelaku industri manufaktur refrigerasi terhadap program-program yang telah dilaksanakan pemerintah maka dilakukan identifikasi melalui kuesioner dan wawancara secara langsung. Skala pengukuran menggunakan skala likert dengan kategori Tidak Puas (TP), Cukup Puas (CP), Puas (P) dan Sangat Puas (SP). Untuk mengukur bobot kriteria tiap kategori dianalisis dengan pendekatan distribusi Z. Hasil analisis tersebut disajikan dalam Tabel 4.7. Tabel 4.7 Transformasi nilai skor Z untuk tingkat kepuasan responden No. Pertanyaan Kategori Pilihan TP CP P SP PUAS PUAS PUAS Jumlah Rata-rata Tabel 4.7 menjelaskan nilai bobot untuk kategori TP, CP, P dan SP dari tiga pertanyaan dan selanjutnya dihitung rata-ratanya untuk mengetahui batas interval untuk semua kategori yang merupakan titik batas antar jenis kategori tersebut. Dari hasil perhitungan tersebut batas interval antara tidak puas dengan cukup puas sebesar1.47, kemudian antara cukup puas dengan puas mempunyai nilai bobot skor Z sebesar 2.737, dan untuk batas atas interval sebesar yang menyatakan sangat puas, seperti yang dijelaskan dalam Gambar Gambar 4.6 Titik batas antar jenis kategori Gambar 4.7 menjelaskan tentang batas bawah dan batas atas dari kategori pertanyaan TP, CP, P dan SP, serta selang interval antar kategori tersebut Tidak Puas Cukup Puas Puas Sangat Puas Gambar 4.7 Batas bawah, batas atas dan selang interval Gambar 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pelaku industri manufaktur refrigerasi yang menjadi responden pada penelitian ini merasa cukup puas terhadap program-program yang telah dilaksanakan oleh

11 pemerintah berupa penerbitan peraturan tentang pengaturan konsumsi bahan perusak ozon, demikian juga dengan kegiatan sosialisasi mengenai perlindungan lapisan ozon, dan juga pelatihan serta pendampingan oleh pemerintah kepada perusahaan. Ketidakpuasan beberapa perusahaan disebabkan oleh tidak meratanya program sosialisasi maupun pelatihan yang diberikan pemerintah, sehingga banyak industri yang merasa tidak dibina oleh pemerintah. Salah satu akibat dari ketidakpuasan tersebut adalah sikap masa bodoh industri terhadap program yang dilaksanakan oleh pemerintah. Faktor pendanaan menjadi masalah klasik dalam pelakasanaan program pemerintah, anggaran yang tidak mencukupi menjadi salah satu alasan mengapa sosialisasi dan pelatihan pendampingan untuk industri tidak dapat dilakukan secara merata kepada semua industri yang terkait dengan penggunaaan HCFC. Program pelatihan yang dirancang pemerintah saat ini masih ditujukan kepada perusahaan yang akan menerima bantuan hibah dari pemerintah, baik berupa peralatan maupun bantuan teknis lain. Pemerintah masih kurang melakukan pelatihan yang bersifat umum maupun khusus seperti contohnya pengelolaan bahan kimia HCFC untuk industri manufaktur. Dalam upaya mencapai target penghapusan BPO, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan untuk mengatur tata niaga maupun penggunaan BPO. Namun demikian, sosialisasi maupun penyebarluasan informasi peraturan yang belum maksimal menyebabkan masih banyak pelaku usaha yang belum mengetahui adanya peraturan-peraturan tersebut. Daftar peraturan terkait pengaturan tata niaga dan penggunaan BPO ditunjukkan pada Lampiran 1. Salah satu perusahaan menyampaikan belum adanya peraturan yang khusus mengatur penggunaan HCFC pada industri manufaktur, dan peraturan yang ada saat ini masih ditujukan kepada industri jasa pemeliharaan dan perawatan sistem pendingin yang sudah ada. Tingkat kepuasan (%) Gambar 4.8 Tingkat kepuasan pelaku industri manufaktur refrigerasi Pertanyaan yang diajukan kepada responden terkait dengan tingkat kepuasan mereka mencakup (1) program peraturan yang sudah dikeluarkan 64 Tidak puas Cukup Puas Puas PUAS1 (Sd: +.65) PUAS2 (Sd: +.75) PUAS3 (Sd: +.6) Jenis program pemerintah 27 33

12 34 oleh pemerintah (PUAS1), 2) program sosialisasi yang dilaksanakan pemerintah (PUAS2), dan 3) program pendampingan dan pelatihan oleh pemerintah (PUAS3). Peran media massa dalam penyebarluasan informasi sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan suatu program. Isu pemanasan global dan perubahan iklim sudah mendunia berkat penyebarluasan informasi yang terus menerus. Hal yang sebaliknya terjadi terhadap isu penipisan lapisan ozon, bagi sebagian orang isu ini sudah cukup dimengerti dan dipahami namun masih lebih banyak orang tidak atau belum mengenal isu global ini yang mungkin kehadirannya lebih dulu dibanding isu perubahan iklim. Salah satu penyebabnya mungkin karena dampak dari penipisan lapisan ozon ini tidak tampak secara nyata seperti perubahan iklim yang dapat dirasakan dari adanya perubahan terhadap suhu permukaan, perubahan pola curah hujan, peningkatan frekuensi peristiwa iklim ekstrim yang dapat mengakibatkan bencana seperti banjir. Dari hasil kuesioner yang ditanyakan kepada responden mengenai sumber informasi mengenai program perlindungan lapisan ozon dan pemanasan gobal, diperoleh hasil sebagaimana disampaikan dalam gambar 4.9 bahwa mereka mendapatkan informasi dari sumber yang beragam, namun sebagian besar mendapatkan informasi dari internet, dan sebagian lagi dari koran dan majalah, serta sosialisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah. sumber informasi yang digunakan (%) Koran & Majalah (A) Televisi & Radio (B) Internet ( C) Iklan (D) Sumber informasi Sosialisasi lain- lain (F) Pemerintah (E) Gambar 4.9 Sumber informasi tentang perlindungan lapisan ozon dan perubahan iklim

13 35 Potensi sosial Hasil analisis menggunakan PCA menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial yang memberikan kontribusi penting dalam proses alih teknologi HCFC menjadi non-hcfc adalah adanya sertifikat kompetensi bagi pekerja, pengalaman kerja teknisi, ketrampilan pekerja, jumlah jam kerja, perlengkapan kerja, komitmen perusahaan dalam meningkatkan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) dan pelatihan K3 bagi pekerja. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hanya 1 perusahaan yang melengkapi pekerjanya dengan sertifikat kompetensi yang terkait dengan pekerjaannya yang menggunakan HCFC. Modal sosial yang cukup penting adalah tingkat pendidikan dan kompetensi pekerja yang bekerja secara langsung dengan bahan kimia HCFC. Sebagian besar responden belum menyadari sepenuhnya tentang perlunya sertifikat kompetensi. 91% responden tidak mempersyaratkan dokumen sertifikat kompetensi bagi pekerjanya yang menangani HCFC, hanya 9% responden yang mempunyai pekerja bersertifikat kompetensi. Standar deviasi (Sd) yang digunakan +.3. Mahalnya biaya untuk mendapatkan sertifikat kompetensi ini menjadi salah satu kendala bagi perusahaan dalam melengkapi pekerjanya dengan sertifikat kompetensi. Para pekerja yang bekerja di perusahaan manufaktur refrigerasi ini sebagian besar hanya berbekal pengalaman mereka bekerja, ditambah dengan latar belakang pendidikan mereka yang rata-rata hanya lulus SMU atau SMK. Masalah sertifikat kompetensi untuk pekerja perusahaan manufaktur memang belum diatur dengan jelas, peraturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah (Lampiran 1), yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 27 hanya mengatur tentang kewajiban sertifikat kompetensi bagi pekerja di sektor jasa, yaitu jasa pemeliharaan dan perawatan sistem pendingin, bahkan pada tahun pemerintah telah memberikan subsidi bagi teknisi bengkel yang akan melakukan ujian untuk mendapatkan sertifikat kompetensi. Namun sayang hal tersebut belum tersedia untuk para pekerja di sektor manufaktur. Tingkat kepemilikan (%) Ya Tidak Persyaratan sertifikat kompetensi Gambar 4.1 Kepemilikan sertifikat kompetensi pekerja di 11 perusahaan manufaktur refrigerasi

14 36 Gambar 4.11 menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja di 11 industri manufaktur refrigerasi antara 3-6 tahun (82%), namun ada juga yang lebih dari 6 tahun (18%). Sd yang digunakan sebesar +.4. Tingkat pengelaman kerja di 11 perusahaan (%) < > 6 Pengalaman kerja karyawan (Tahun) Gambar 4.11 Pengalaman kerja pekerja di industri manufaktur refrigerasi Rata-rata tingkat pendidikan pendidikan pekerja di perusahaan responden adalah SMU dan/atau SMK dengan pengalaman kerja antara 3 sampai dengan 6 tahun. 55% responden menyatakan mereka mempersyaratkan pekerjanya yang bekerja di unit produksi mempunyai ketrampilan khusus, kemudian 36% responden yang mempersyaratkan pekerjanya mempunyai pendidikan khusus yang terkait dengan pekerjaan. yang dilaksanakannya, dan hanya 9% yang mewajibkan pekerja memiliki sertifikat kompetensi. Sistem kerja yang tidak memberlakukan sistem rotasi bagi pekerja menyebabkan setiap pekerja mempunyai spesialisasi keahlian tertentu. Keahlian tersebut menjadi modal pekerja dalam melakukan tugasnya. Tingkat keahlian di 11 perusahaan (%) perlu pendidikan tertentu perlu ketrampilan khusus Kategori keahlian pekerjaan perlu sertivikat kompetensi Gambar 4.12 Ketrampilan dan pendidikan bagi pekerja

15 Proses produksi manufaktur refrigerasi merupakan jenis industri yang memerlukan tenaga kerja dengan keahlian atau ketrampilan khusus, terutama untuk pekerja yang berhubungan langsung dengan penggunaan HCFC di pabrik. Sifat HCFC sebagai bahan kimia berbahaya juga perlu ketrampilan khusus dalam menanganinya. Demikian juga dengan operasional mesin produksi yang cukup rumit diperlukan ketrampilan dan pendidikan yang khusus, bahkan bila diperlukan harus dilengkapi dengan sertifikat kompetensi. Gambar 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata pekerjaan produksi di 11 industri manufaktur refrigerasi memerlukan ketrampilan khusus, terutama kaitannya dengan keamanan dan keselamatan kerja yang menggunakan bahan kimia. Gambar 4.13 menunjukkan jam kerja pekerja di 11 industri manufaktur refrigerasi yang menjadi cakupan penelitian, dan 91% responden menyatakan bekerja antara 5 sampai dengan 8 jam untuk satu kali shift kerja, dan 9% responden menyatakan bekerja lebih dari 8 jam per shift atau kadang harus lembur untuk memenuhi target produksi.sd yang digunakan +.3. Jam kerja produksi yang efisien dan efektif dapat menjadi salah satu modal penting dalam proses alih teknologi HCFC karena dengan sistem kerja yang baik dan terarah maka perusahaan tidak akan kesulitan untuk melakukan migrasi sistem dari HCFC menjadi non-hcfc. 37 Tingkat aplikasi jam kerja di 11 perusahaan (%) <5 5 8 >8 Jam kerja karyawan (Jam/Shift) Gambar 4.13 Jam kerja pekerja di 11 industri manufaktur refrigerasi Tingkat keamanan teknologi pengganti HCFC masih menjadi bahan perhatian utama dalam proses alih teknologi ini. Hal ini dapat dikaitkan dengan implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di perusahaan. Dengan menggunakan Sd sebesar % responden menyatakan mereka hanya memberikan kacamata kerja, sarung tangan dan baju kerja bagi pekerjanya dalam melakukan pekerjaannya termasuk kegiatan yang menggunakan HCFC. Sementara 45% responden menyatakan memberikan kacamata, sarung tangan, dan sepatu sebagai kelengkapan kerja pegawainya. Kemudian, 36% responden memberikan peralatan keselamatan kerja yang lengkap berupa kacamata, sarung tangan, masker, sepatu dan baju kerja kepada karyawan di bagian produksi. Kesiapan perusahaan dalam pelaksanaan program keamanan dan keselamatan kerja (K3) menjadi salah

16 38 satu jaminan bahwa program penggantian teknologi HCFC menjadi non- HCFC akan berhasil. Perusahaan-perusahaan kecil kebanyakan masih belum memahami mengenai pentingnya keamanan dan keselamatan kerja bagi karyawannya. Beberapa perusahaan bahkan tidak memberikan perlengkapan kerja yang memadai dan layak digunakan oleh para pekerjanya. Tingkat penggunaan peralatandi 11 perusahaan (%) Kacamata, sarung tangan, baju kerja (A) Kaca mata, sarung tangan, sepatu (B) Sarung tangan, baju kerja, sepatu ( C) Sarung tangan, sepatu keamanan, penutup telinga (D) Kacamata, sarung tangan, penutup telinga (E) Kacamata, Masker, sarung tangan (F) sarung tangan, masker, sepatu (G) Perlengkapan kerja karyawan Gambar 4.14 Perlengkapan kerja karyawan di 11 industri manufaktur refrigerasi Komitmen perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan juga menjadi modal penting untuk menunjang keberhasilan proses alih teknologi seperti yang ditunjukkan dalam gambar Sebagian besar perusahaan (82%) menyatakan memberikan fasilitas kesehatan, memasang tata cara kerja di ruang produksi, memberikan perlengkapan kerja yang memadai bagi karyawan produksinya. Sedangkan 9% responden menyatakan hanya memasang tata cara kerja atau memberikan perlengkapan kerja, pengukuran dilakukan pada Sd sebesar Namun masalah K3 ini juga menjadi hal yang sensitif bagi perusahaan, sehingga salah satu perusahaan tidak memperbolehkan untuk melakukan pengambilan gambar. Perusahaan besar, terutama perusahaan yang berafiliasi kepada perusahaan internasional lebih terbuka dalam memberikan informasinya. Mereka juga lebih peduli kepada keselamatan kerja karyawan Semua (H)

17 39 Tingkat komitmen K3 di 11 perusahaan (%) Komitmen perusahaan terhadap K3 Gambar 4.15 Komitmen perusahaan terhadap pelaksanaan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) Berdasarkan kajian potensi terhadap modal sosial tersebut diatas, 11 perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan pendingin dan pengatur udara yang ada di Jabodetabek secara pemahaman sudah cukup baik dan cukup siap dalam melakukan proses alih teknologi, sementara dari sisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pekerja, perusahaan responden dianggap cukup besar potensi kesiapannya dalam melakukan alih teknologi dari HCFC menjadi non-hcfc. Ketrampilan pekerja dalam menangani penggunaan HCFC juga menjadi modal positif yang baik dalam keberhasilan proses alih teknologi, dan dari hasil kuesioner menunjukkan kesiapan sumber daya manusia yang cukup baik dari perusahaan responden dalam menghadapi kewajiban penggunaan teknologi baru pengganti HCFC. Namun demikian masih perlu peningkatan lagi, terutama terkait dengan penggunaan teknologi baru. Pemerintah sebagai pembuat regulasi perlu menerbitkan peraturan tentang kewajiban pekerja unit produksi yang menggunakan HCFC kompeten secara teknis yang ditunjukkan dengan sertifikat kompetensi. Saat ini peraturan yang ada baru mengatur kewajiban sertifikat kompetensi bagi pekerja yang melakukan retrofit dan daur ulang HCFC saja. Namun, peraturan tersebut juga dapat menjadi dilema bagi perusahaan, karena biaya untuk mendapatkan sertifikat tersebut cukup besar, dan dapat menambah biaya investasi perusahaan. Gambar 4.16 menyatakan bahwa sebagian besar perusahaan (73%) sudah melakukan pelatihan K3 secara rutin sebagai upaya meningkatkan kemampuan karyawannya dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan memperhatikan aspek keselamatan kerja. Namun demikian baru perusahaan besar yang melaksanakan kegiatan tersebut, dikarenakan sudah mendapatkan sertifikat ISO, melaksanakan peraturan ketenagakerjaan dan menyadari bahwa karyawan adalah aset perusahaan. Perusahaan-perusahaan kecil masih belum menyadari pentingnya pelatihan K3 bahkan dalam implementasinya sekalipun.

18 4 Tingkat pelaksanaan pelatihan (%) Ya Tidak Pelaksanaan pelatihan K3 Gambar 4.16 Pelaksanaan kegiatan pelatihan K3 Markandya dan Dale (21) menyampaikan bahwa dalam proses alih teknologi perlu dilakukan peningkatan dan pembaharuan kapasitas sumber daya manusia yang terkait langsung dengan proses produksi yang menggunakan bahan kimia HCFC. Ketrampilan pekerja yang makin meningkat dan ditunjang dengan sertifikat kompetensi, maka terbuka peluang bagi pekerja untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Masalah keamanan dan keselamatan kerja terkait dengan teknologi baru tersebut juga menjadi hal penting lain yang harus diperhatikan. Dalam proses alih teknologi tersebut perlu adanya rancangan sistem yang baru baik sistem peralatan produksi, sistem kerja dan fasilitas kerja yang dapat mendorong karyawan dapat bekerja dengan baik, aman dan nyaman, terutama bila menggunakan bahan non-hcfc yang bersifat dapat terbakar seperti hidrokarbon dan cyclopentane. Penggantian teknologi dari HCFC menjadi non-hcfc juga dapat mengurangi akumulasi dampak penipisan ozon terhadap manusia, seperti kanker kulit, katarak mata dan gangguan sistem kekebalan tubuh. Menurut Markandya dan Dale (21), dengan adanya program alih teknologi HCFC dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs), yaitu target 1A (menanggulangi kemiskinan) melalui peningkatan penghasilan pekerja, target 1B terkait dengan peningkatan produktivitas pekerja melalui penerapan sistem kerja yang baik. Selain itu program alih teknologi ini juga berperan dalam mengurangi kesenjangan pendidikan bagi pekerja, khususnya pekerja wanita sesuai target 3A MDGs. Penggantian HCFC menjadi non-hcfc yang bertujuan memperbaiki kondisi lapisan ozon secara tidak langsung dapat membantu pencapaian target MDGs yang ke-6, yaitu tentang kesehatan masyarakat.

19 41 Potensi ekonomi Berdasarkan PCA faktor-faktor yang dianggap penting dalam memberikan kontribusi terhadap keberhasilan program alih teknoogi dari HCFC menjadi non-hcfc adalah jumlah impor HCFC-22 dan HCFC-141b di 11 perusahaan responden, harga pembelian HCFC-22 dan HCFC-141b, cara responden memperoleh HCFC-22 dan HCFC-141b. Kebutuhan HCFC di Indonesia dipenuhi dengan cara impor, karena tidak ada produsen HCFC di Indonesia. Oleh karena itu nilai konsumsi HCFC Indonesia dihitung dari nilai impor. Berdasarkan hasil pengumpulan data, nilai konsumsi HCFC-22 dari 11 perusahaan responden mencapai MT dengan nilai ekonominya mencapai kurang lebih Rp HCFC-141b dengan nilai konsumsi sebesar MT dapat dihitung nilai ekonominya sebesar Rp Gambaran mengenai nilai ekonomi dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Nilai ekonomi HCFC di 11industri manufaktur refrigerasi di Jabodetabek No. Jenis HCFC Jumlah Konsumsi (Kg) Nilai ekonomi(rp/kg) Nilai Ekonomi (Rp) 1 HCFC HCFC-141b Jumlah (Rp) Tingkat harga pembelian HCFC-22 di 11 perusahaan (%) < Rentang harga pembelian HCFC-22 (Rp) >1.. Gambar 4.17 Harga pembelian HCFC-22 Gambar 4.17 menyampaikan bahwa 73% responden membeli HCFC- 22 dengan rentang harga antara Rp. 4 sampai dengan 7.

20 42 Mayoritas responden (83%) yang menggunakan HCFC-141b sebagaimana ditampilkan dalam Gambar 4.18 menyatakan harga pembelian HCFC-141b antara Rp. 7-1, dan 17% perusahaan menyatakan membeli HCFC-141b dengan harga >Rp. 1. Data dari Unit Ozon Nasional (21) menyebutkan bahwa pada tahun 29, harga HCFC-22 sebesar kurang lebih Rp per tabung ukuran 13.6 kg, sedangkan harga HCFC-141b kurang lebih Rp per 1 drum isi 25 liter. Harga yang beredar di pasaran tidak ditentukan oleh pemerintah tetapi berjalan sesuai skema pasar yang ada. Mengingat HCFC diperoleh dengan cara impor maka nilai ekonominya juga bersifat fluktuatif mengikuti nilai mata uang dolar yang berlaku. Tingkat harga pembelian HCFC-141b di 11 perusahaan (%) < Rentang harga HCFC-141b (Rp) >1.. Gambar 4.18 Harga pembelian HCFC-141b Bila dilihat dari cara pembelian, 73% perusahaan melakukan pembelian HCFC melalui distributor, kemudian 18% perusahaan menyatakan melakukan pembelian langsung kepada Importir Terdaftar yang sudah ditunjuk oleh Pemerintah, dan 9% perusahaan membeli pada penjual retail, gambaran prosentase cara pembelian HCFC yang dilakukan oleh 11 perusahaan disajikan dalam gambar Cara pembelian HCFC di 11 perusahaan (%) Impor langsung Importir Terdaftar/ Produsen Distributor Cara pembelian HCFC Retail Gambar 4.19 Cara pembelian HCFC oleh industri manufaktur refrigerasi

21 Perusahaan-perusahaan yang besar lebih banyak membeli langsung dari importir terdaftar (IT-BPO) karena kebutuhannya besar sehingga bila pembelian langsung kepada IT-BPO dapat dimasukkan ke dalam permohonan impor dari IT-BPO. Sesuai peraturan Menteri Perdagangan No. 3/M-DAG/PER/1/212 tentang ketentuan impor bahan perusak lapisan ozon (BPO), impor BPO hanya bisa dilakukan oleh importir yang sudah mendapat pengakuan sebagai Importir Produsen BPO (IP-BPO) dan perusahaan yang sudah mendapat penetapan sebagai Importir Terdaftar BPO (IT-BPO). IT-BPO dapat melakukan impor BPO untuk diperdagangkan kembali, sedangkan IP-BPO hanya boleh melakukan impor untuk keperluan produksi sendiri dan tidak diperbolehkan untuk diperdagangkan. Dengan adanya pengaturan tata niaga impor BPO diharapkan jumlah konsumsi HCFC menjadi lebih mudah diketahui karena adanya sistem pelaporan yang wajib dilakukan oleh para importir. Namun demikian, kegiatan impor ilegal HCFC juga masih dapat dijumpai terutama dilakukan di wilayah-wilayah perairan yang tidak terlalu ketat penjagaannya. Adanya impor ilegal ini yang kadang menyebabkan tidak terpantaunya jumlah konsumsi HCFC, dan kualitas dari HCFC tersebut juga tidak dapat dipastikan. Kegiatan impor ilegal ini berpotensi mengganggu program alih teknologi HCFC untuk penghapusan HCFC secara nasional, karena persediaan HCFC yang seharusnya berkurang sesuai dengan skenario yang telah dibuat menjadi terganggu karena adanya pasokan HCFC ilegal. Terkait dengan potensi ekonomi bahan pengganti HCFC-22 dan HCFC-141b, dari daftar harga yang diperoleh dari retailer, harga bahan pengganti masih berada di rentang harga yang bervariasi tetapi lebih tinggi dari HCFC-22, rata-rata Rp. 6,-. Salah satu kendala dalam pelaksanaan transfer teknologi adalah pembiayaan karena memerlukan biaya investasi yang cukup besar, karena adanya beberapa kegiatan penggantian dan modifikasi. Biaya investasi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk proses alih teknologi tersebut rata-rata US$ 45. Potensi teknis Faktor-faktor yang dianggap penting dalam proses alih teknologi ini adalah faktor jenis HCFC yang digunakan, alasan penggunaan HCFC, jenis teknologi yang dipilih, jenis penggantian yang akan dilakukan dan alasan dari penggantian teknologi HCFC. a. Konsumsi HCFC secara nasional Setiap tahun, negara peratifikasi Protokol Montreal wajib memberikan laporan data realisasi konsumsi dan produksi Bahan Perusak Ozon (BPO) kepada Sekretariat Ozon. Berdasarkan data realisasi yang dihimpun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dari permohonan dan laporan realisasi impor dari para Importir Terdaftar maupun Importir Produsen diperoleh data sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.9. Menurut Dokumen HPMP yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 21 dinyatakan bahwa kebutuhan HCFC 43

22 44 nasional dipenuhi melalui kegiatan import dari Canada, China, India, Belanda, Singapura dan Amerika Serikat. Tabel 4.9 Jumlah realisasi impor HCFC nasional pada tahun 29 a No. Jenis HCFC Jumlah (MetrikTon/MT) b 1 HCFC HCFC-141b HCFC HCFC HCFC Polycold.475 Jumlah a Sumber: KLH 21; b data realisasi impor HCFC 29 Jumlah impor HCFC yang terbesar adalah HCFC-22 yang digunakan di sektor refrigerasi dan AC yang merupakan sektor pengguna terbesar. Oleh karena itu dalam pelaksanaan penghapusan HCFC menjadi prioritas utama. Selanjutnya diurutan kedua adalahhcfc-141b yang digunakan sebagai bahan pengembang (blowing agent) pada industri sektor busa (foam) dan industri refrigerasi dalam kegiatan produksi sandwich panel yang nantinya akan dirakit menjadi produk pendingin. Jadwal penghapusan HCFC dimulai pada tahun 213 dengan menetapkan waktu pembekuan, dalam arti mulai tahun 213 tidak boleh ada penambahan jumlah impor HCFC lagi. Dengan kuota impor yang ditetapkan setiap tahun dapat diatur jumlah pengurangan konsumsi HCFC setiap tahun. Jika baseline yang berasal dari perhitungan rata-rata konsumsi diperoleh angka MT, maka skenario pengurangan konsumsi HCFC sesuai dengan jadwal penghapusan bertahap yang ditetapkan oleh Protokol Montreal, maka skenario konsumsi HCFC untuk Indonesia sampai tahun 23 adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar4.19. Jumlah konsumi HCFC (MT) a Sumber: KLH Baseline (rata-rata 29-21) Pemeliharaan (2,5%) Durasi waktu penghapusan HCFC (Tahun) Gambar 4.2 Skenario pengurangan HCFC Indonesia tahun 29-23

23 Jumlah konsumsi HCFC nasional tahun 29 sudah disampaikan dalam tabel diatas, untuk jumlah konsumsi HCFC-22 dan HCFC-141b di 11 industri manufaktur refrigerasi yang menjadi responden penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Jumlah konsumsi HCFC di Industri Manufaktur Refrigerasi di Jabodetabek tahun 29 No. Perusahaan Jenis HCFC HCFC-22 (MT) HCFC-141b (MT) 1 PT. A PT. B PT. C PT. D PT. E PT.F PT. G PT. H PT. I PT.J PT. K JUMLAH b. Alasan penggunaan HCFC Mayoritas para pelaku industri (73%) menyatakan bahwa HCFC mudah dalam penggunaannya tidak memerlukan perlakuan khusus. Kemudian 27% responden menyatakan bahwa dengan menggunakan HCFC kualitas produk yang dihasilkan lebih bagus. 45 Tingkat alasanpenggunaan HCFC (%) Mudah digunakan Murah biaya produksinya Kualitas hasil bagus Hemat bahan baku dan energi Alasan penggunaan HCFC Gambar 4.21 Alasan perusahaan menggunakan HCFC Penggunaan HCFC masih mudah dijumpai karena berbagai alasan, salah satunya adalah karena adanya larangan konsumsi BPO jenis CFC menyebabkan peningkatan penggunaan HCFC sebagai alternatif sementara. Disebut sementara karena HCFC masih mengandung bahan yang dapat

24 46 menguraikan ikatan molekul ozon, selain itu juga HCFC mempunyai nilai potensi penyebab pemanasan global yang masih cukup signifikan. Kemudahan penggunaan seperti halnya penggunaan CFC menyebabkan penggunaan HCFC-22 masih dominan di sektor pendingin. Selain itu jugahcfc-141b juga dapat dicampur dengan bahan isocyanat dan polyol yang kemudian dikenal dengan HCFC blended polyol untuk pembuatan busa yang menghasilkan kualitas produk yang cukup bagus menyebabkan HCFC disukai penggunaannya. Selain itu harganya yang kompetitif menjadi pertimbangan penggunaan HCFC jenis ini. c. Kegiatan penggantian yang akan dilakukan Dari hasil wawancara terhadap responden yang dikunjungi, sebagian besar perusahaan menyatakan pertimbangannya untuk melakukan penggantian teknologi dari teknologi yang menggunakan HCFC menjadi bahan lain yang sesuai dengan kualitas produk yang diharapkan tetapi tidak memberatkan mereka dalam hal biaya investasi. Apabila dilakukan keharusan untuk melakukan penggantian HCFC diterapkan, pelaku industri menyatakan bahwa mereka akan melakukan modifikasi terhadap mesin atau peralatan yang sudah ada (73% perusahaan), kemudian sisanya masing-masing 9% perusahaan menyatakan akan melakukan penggantian mesin atau peralatan dengan sistem yang baru, melakukan penggantian bahan saja, dan melakukan penggantian model. Secara grafik dapat dilihat pada gambar Tingkat aplikasi alih teknologi (%) Gambar 4.22 Replacement Mesin & Peralatan Penggantian Bahan ModiVikasi Pindah lokasi Penggantian jenis produk Penggantian model Jenis kegiatan alih teknologi HCFC Jenis kegiatan alih teknologi yang akan dilakukan oleh perusahaan Jenis kegiatan alih teknologi yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan pembiayaan, oleh karena itu tidak semua sistem dalam proses produksi perusahaan akan diganti dengan yang baru. Hal yang mungkin

25 dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan modifikasi dan penyesuaian sistem dan peralatan kerjanya dengan sistem yang baru. Karakteristik yang berbeda dari tiap jenis bahan kimia menyebabkan perbedaan sistem. Alih teknologi dari HCFC menjadi non-hcfc berpengaruh terhadap perubahan kompresor karena jenis pendingin yang berbeda, dan jenis coil yang berbeda pula.untuk proses manufaktur di perusahaan penghasil peralatan pendingin ada beberapa hal yang harus dimodifikasi, diganti maupun disesuaikan, yaitu: 1. Melakukan perancangan ulang sistem produksi dan produk 2. Mengubah dais atau cetakan (mould) 3. Mengurangi ukuran diameter pipa dari 3/8 menjadi ¼ sehingga perlu mengubah mesin fin press, hairpin 4. Mengubah susunan pipa menjadi sebaris-sebaris 5. Mengubah jarak pipa menjadi 1.4 karena ukuran pipa berubah 6. Mengganti mesin mandrel/ekspander dengan mesin yang bebas pelumas 7. Perubahan ukuran badan peralatan pendingin luar menjadi lebih kecil 8. Modifikasi terhadap peralatan charging 9. Menyediakan charging service area yang lebih baik karena sifat bahan pengganti yang dapat terbakar d. Rencana teknologi pengganti HCFC yang dipilih Dari hasil survey dihasilkan 45% responden belum memikirkan ataupun mempertimbangkan teknologi pengganti apa yang akan digunakan untuk menggantikan HCFC karena memerlukan perhitungan dan pertimbangan masak-masak dari semua sisi, sedangkan 55% responden menyatakan bahwa mereka akan menggantikan HCFC dengan HFC, terutama HFC-32 dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Selain itu pemilihan HFC-32 menjadi alternatif pengganti karena rekomendasi yang diberikan konsultan yang ditunjuk oleh pemerintah pada saat melakukan survey lapangan dan melakukan berbagai kajian dan pertimbangan sesuai informasi dan kondisi teknis perusahaan. 82% responden menyatakan akan menggantikan HCFC-141b dengan cyclopentane yang termasuk dalam kategori hidrokarbon, dan 12% responden menyatakan belum tahu karena belum ada arahan dari pemerintah. Penggantian jenis HCFC dengan non- HCFC merupakan kewajiban perusahaan, dengan demikian jenis teknologi pengganti yang akan digunakan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan faktor keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. 47

26 48 Tingkat penggunaan pengganti HCFC-22 (%) HFC Hidrokarbon Amonia Karbondioksida Tidak ada respon Pilihan teknologi alternatif pengganti HCFC-22 Gambar 4.23 Pilihan teknologi pengganti HCFC-22 Tingkat penggunaan pengganti HCFC-141b (%) HFC Cyclopentane Air Tidak ada respon Pilihan teknologi alternatif pengganti HCFC-141b Gambar 4.24 Pilihan teknologi pengganti HCFC-141b HFC-32 atau R32 banyak dipilih oleh perusahaan responden sebagai pengganti HCFC-22 selain karena rekomendasi pemerintah, juga karena secara teknis mudah dan luas jangkauan aplikasinya, tidak terbatas unit besar atau kecil, dan dapat diaplikasikan untuk peralatan pendingin dan pengatur udara. Selain itu dilihat dari sisi pemanasan global, mempunyai nilai GWP yang cukup rendah yaitu 675, umur tinggal di atmosfer yang pendek yaitu 4.9 tahun dan efisiensi energinya lebih besar 1% dibandingkan dengan jenis bahan pengganti yang lain. Sementara untuk pengganti HCFC-141b, ada dua pilihan tergantung kemampuan pembiayaan perusahaan. Untuk perusahaan besar sebagian besar memilih untuk menggantikannya dengan cyclopentane atau hidrokarbon, karena secara

27 aplikasi lebih mudah dan tidak terlalu banyak modifikasi yang harus dilakukan. Selain itu juga bahan ini sudah tidak mengandung bahan perusak ozon atau mempunyai nilai ODP nol, dan nilai GWP yang rendah. Untuk perusahaan skala kecil dan menengah bahan alternative yang akan dipilih adalah HFC-245fa. Saat ini sudah tersedia beberapa alternatif teknologi pengganti HCFC baik yang berasal dari alam maupun sintetik. Daftar teknologi pengganti dan aplikasinya ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.11 Teknologi pengganti HCFC Jenis Bahan GWP Aplikasi Keterangan Amonia Refrigerasi industri, chiller Masih punya kendala dengan sifat mudah CO 2 1 Peralatan pendingin komersial, AC mobil Hidrokarbon <15 Peralatan refrigerasi domestik skala kecil dan komersial HFC Peralatan pendingin komersial skala kecil dan AC HFC-134a 13 Peralatan pendingin domestik dan komersial dengan temperatur medium 49 terbakar dan toksisitas Perlu rancang ulang baru terhadap sistem yang berdampak terhadap biaya investasi Masih punya kendala dengan sifat flammability, tidak dapat digunakan secara luas pada sistem dengan kapasitas besar Komponen tunggal refrigeran, sedikit flammable, tekannya lebih tinggi, jumlah pengisian refrigeran per unit Tidak efisien pada sistem temperatur rendah dan aplikasi refrigerasi industri, menggunakan oli sintetik HFC-47c 152 AC Karakteristiknya mendekati HCFC-22, sedikit lebih efisien dibandingkan dengan HCFC-22 HFC-41a 171 AC Merupakan campuran antara R32 dan R125, GWP tinggi karena masuk dalam golongan HFC.

Lampiran 1. Peraturan nasional tentang program penghapusan BPO

Lampiran 1. Peraturan nasional tentang program penghapusan BPO Lampiran 1. Peraturan nasional tentang program penghapusan BPO 59 No. dan Judul No. Peraturan 1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2 PP No. 74 Tahun 2001 tentang

Lebih terperinci

3 METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 16 pendingin di sektor retail, dari 3.96 juta unit menjadi 4.5 juta unit pada tahun 2012. Kebutuhan akan bahan pendingin juga makin bertambah dari 264 MT pada tahun 2011 menjadi 300 MT pada tahun 2012.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya terbatas untuk peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup, namun juga telah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapisan Ozon merupakan salah satu komponen yang ada di atmosfer, terutama di lapisan stratosfer yang berada di ketinggian antara 10-50 kilometer dari permukaan bumi. Ozon

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2010

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2010 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM PERLINDUNGAN LAPISAN OZON PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2014

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut memerlukan suatu alat untuk mengkondisikan udara. didalam ruangan bangunanbangunan tersebut seperti Air Conditioner

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut memerlukan suatu alat untuk mengkondisikan udara. didalam ruangan bangunanbangunan tersebut seperti Air Conditioner BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dimana sebagian besar bangunan-bangunannya dibuat dengan ketinggian ruang tidak lebih dari 3m, sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

{sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT

{sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT {sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP {sidebar id=1}kekhawatiran pengrusakan lingkungan hidup akibat refrigeran halokarbon yang turut andil dalam proses penipisan lapisan ozon,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat hubungannya dengan aktivitas manusia untuk mengejar kehidupan modern. (Darmono, 2001).

Lebih terperinci

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Jakarta, 8 Nopember 2011 ACUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH 1. Penghapusan BPO & GRK - Keppres RI No. 23 / 1992 (perlindungan lapisan ozon) - UU No. 17

Lebih terperinci

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI

INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KOMPETENSI PELAKSANAAN RETROFIT DAN RECYCLE PADA SISTEM REFRIGERASI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Protokol Montreal dan Pemanasan Global

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Protokol Montreal dan Pemanasan Global 9 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Protokol Montreal dan Pemanasan Global Pada akhir tahun 1920-an, sistem pendingin dan pengatur udara menggunakan bahan kimia seperti amonia, klorometana, propana dan sulfur oksida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini setidaknya ada tiga isu umum besar yang terkait dengan bidang refrigerasi, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini setidaknya ada tiga isu umum besar yang terkait dengan bidang refrigerasi, yaitu : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem refrigerasi merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia sejak zaman dahulu. Tidak serumit saat ini, sejarah awal refrigerasi dahulu sangat

Lebih terperinci

{sidebar id=3} Disamping penghematan listrik, konversi Freon ke Musicool juga dapat mendukung Program Ramah Lingkungan ISO 14001

{sidebar id=3} Disamping penghematan listrik, konversi Freon ke Musicool juga dapat mendukung Program Ramah Lingkungan ISO 14001 {sidebar id=3} KONVERSI REFRIGERANT FREON KE MUSICOOL REFRIGERANT SOLUSI HEMAT LISTRIK & RAMAH LINGKUNGAN PADA MESIN AC ( 100% DIJAMIN!! GRATIS APABILA PENURUNAN LISTRIK KURANG DARI 10% ) {sidebar id=1}dalam

Lebih terperinci

Qs Kalor sensibel zat [J] Q L Kalor laten Zat [J] ΔT Beda temperatur [ C] Δ Pads-evap. laju peningkatan rata-rata temperatur.

Qs Kalor sensibel zat [J] Q L Kalor laten Zat [J] ΔT Beda temperatur [ C] Δ Pads-evap. laju peningkatan rata-rata temperatur. Qs Kalor sensibel zat [J] Q L Kalor laten Zat [J] ΔT Beda temperatur [ C] Δ Pads-evap Perbedaan tekanan antara Adsorber dengan Evaporator [cmhg] laju peningkatan rata-rata temperatur pada adsorber [ ]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB IV DATA PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV DATA PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV DATA PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Umum Didalam pengumpulan data yang disebarkan melalui kuesioner terdapat dua bagian pertanyaan yang berbeda. Bagian pertama yaitu pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA AIR CONDITIONING (AC)

PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA AIR CONDITIONING (AC) PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA AIR CONDITIONING (AC) PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA AIR CONDITIONING (AC) Oleh : Agus Maulana, Drs, MT Praktisi Mesin Pendingin Staf Pengajar Mesin Pendingin PT Mitra

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA AIR CONDITIONING (AC)

PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA AIR CONDITIONING (AC) PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA AIR CONDITIONING (AC) Oleh : Agus Maulana, Drs, MT Praktisi Mesin Pendingin Staf Pengajar Mesin Pendingin PT Mitra Lestari Bumi Abadi (MILBA) Disampaikan Pada Acara Bimbingan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara beriklim tropis, yang terletak di benua Asia bagian tenggara. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya energi. Seiring banyaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Refrigeran merupakan media pendingin yang bersirkulasi di dalam sistem refrigerasi kompresi uap. ASHRAE 2005 mendefinisikan refrigeran sebagai fluida kerja

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Kepada Yth, Sdr/i Responden Di tempat Dengan hormat, Dalam rangka menyelesaikan Tugas Akhir, saya mahasiswi jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha mengadakan penelitian

Lebih terperinci

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini semua gedung bertingkat, baik itu untuk perkantoran maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini semua gedung bertingkat, baik itu untuk perkantoran maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini semua gedung bertingkat, baik itu untuk perkantoran maupun tempat tinggal memerlukan pengondisian udara agar orang-orang yang menempatinya merasa nyaman. Apalagi

Lebih terperinci

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan REFRIGERAN & PELUMAS Persyaratan Refrigeran Persyaratan refrigeran (zat pendingin) untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut : 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS KONSUMEN TERHADAP PRODUK OTOMOTIF

PERSEPSI KUALITAS KONSUMEN TERHADAP PRODUK OTOMOTIF PERSEPSI KUALITAS KONSUMEN TERHADAP PRODUK OTOMOTIF Nama : Erlan Gus Hermawan NPM : 30408316 Jurusan Dosen Pembimbing : Teknik Industri : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, MSc. JAKARTA 2012 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan energi seiring berjalannya waktu. Energi digunakan untuk membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan merupakan sesuatu yang berada disekitar manusia secara langsung ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Lingkungan dapat memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden Dalam gambaran umum responden penelitian ini dijelaskan mengenai profil umum responden yaitu, pekerjaan responden, usia responden, jenis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka pemikiran teoritis Kebudayaan yang semakin maju membuat gaya hidup manusia semakin berkembang. Kesadaran manusia akan pentingnya kesehatan mulai terlihat disamping

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN. Kepada Yth. Saudara/i para responden Di tempat. Dengan Hormat,

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN. Kepada Yth. Saudara/i para responden Di tempat. Dengan Hormat, 43 LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN Kepada Yth. Saudara/i para responden Di tempat Dengan Hormat, Sehubungan untuk menyelesaikan Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, saya ingin meminta bantuan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1: KUESIONER Astrin Inggar Mayanita

LAMPIRAN 1: KUESIONER Astrin Inggar Mayanita LAMPIRAN 55 LAMPIRAN 1: KUESIONER Astrin Inggar Mayanita 11.30.0084 Saya mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata, saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Analisis

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REFRIGERAN HIDROKARBON (HC) DALAM BISNIS PERAWATAN DAN PERBAIKAN AC

PENGGUNAAN REFRIGERAN HIDROKARBON (HC) DALAM BISNIS PERAWATAN DAN PERBAIKAN AC PENGGUNAAN REFRIGERAN HIDROKARBON (HC) DALAM BISNIS PERAWATAN DAN PERBAIKAN AC Isnanda (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang ABSTRAK Sesuai dengan program Pemerintah tentang

Lebih terperinci

MUSICOOL HYDROCARBON REFRIGERANT OVERVIEW

MUSICOOL HYDROCARBON REFRIGERANT OVERVIEW {sidebar id=3} MUSICOOL HYDROCARBON REFRIGERANT OVERVIEW MUSICOOL adalah refrigerant dengan bahan dasar hydrocarbon alam dan termasuk dalam kelompok refrigerant ramah lingkungan, dirancang sebagai alternatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Mesin Refrigerasi Secara umum bidang refrigerasi mencakup kisaran temperatur sampai 123 K Sedangkan proses-proses dan aplikasi teknik yang beroperasi pada kisaran temperatur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wajah yang dibeli di Larissa Aesthetic Center Semarang, Selain itu juga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. wajah yang dibeli di Larissa Aesthetic Center Semarang, Selain itu juga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Data responden yang telah diperoleh dari kuesioner akan dibagi berdasarkan usia, jenis kelamin responden, status pekerjaan, jasa perawatan

Lebih terperinci

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR- UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN Eko Prasetyo 1, Azridjal Aziz, Rahmat Iman Mainil 3 Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

KOMPARASI KINERJA SISTEM AIR CONDITIONING (AC) DENGAN REFRIGERAN PROPAN ISOBUTAN DAN FREON R-12 PADA MOBIL

KOMPARASI KINERJA SISTEM AIR CONDITIONING (AC) DENGAN REFRIGERAN PROPAN ISOBUTAN DAN FREON R-12 PADA MOBIL KOMPARASI KINERJA SISTEM AIR CONDITIONING (AC) DENGAN REFRIGERAN PROPAN ISOBUTAN DAN FREON R-12 PADA MOBIL Sunaryo 1, Aji Pranoto 2 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sains AlQuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi udara yang digunakan dengan tujuan untuk memberikan rasa nyaman bagi penghuni

Lebih terperinci

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD Oleh: Daglish Yuliyantoro 2107100518 Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 Konvensi Wina dan Protokol

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PENERAPAN 5S DI PT.CONBLOC INDOTAMA SURYA

PENGKAJIAN PENERAPAN 5S DI PT.CONBLOC INDOTAMA SURYA INDUSTRI INOVATIF Vol. 6, No. 1, Maret 2016: 26-30 PENGKAJIAN PENERAPAN 5S DI PT.CONBLOC INDOTAMA SURYA 1) Thomas Priyasmanu, 2) Ida Bagus Suardika, 3) Hanggana Raras Mumpuni 1,2,3) Prodi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin canggih selain menimbulkan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti pemborosan energi. Selain itu semakin majunya

Lebih terperinci

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA Neril Harnanik Yuniati, Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Proyek Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas

Pendahuluan. 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Pendahuluan 0 Analisis interaksi antarvariabel 0 Interdependence 0 Deteksi multikolinearitas Tujuan 0 Tujuan utama: 0 Menjelaskan struktur hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk faktor/variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan kepada 47 orang guru BK SLTA (5, SMA, 1 MA, dan 9 SMK) di Salatiga, seperti yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 61 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Analisis Pada sub bab ini akan diuraikan hasil analisis data yang diperoleh dari pendapat responden melalui penyebaran kuesioner dan wawancara yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat SMK Negeri Pasirian Perkembangan zaman era global yang sangat pesat dewasa ini sangat berpengaruh pada pola pikir

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. DAYA MUDA AGUNG MEDAN

PENGARUH KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. DAYA MUDA AGUNG MEDAN PENGARUH KEPUASAN KARYAWAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PT. DAYA MUDA AGUNG MEDAN Ahmad Saputra, S.E, M.M Dosen Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI Abstrak PT. Daya Muda Agung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jika di masa lalu perusahaan berorientasi pada konsumen (customer oriented) yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Jika di masa lalu perusahaan berorientasi pada konsumen (customer oriented) yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis di era globalisasi saat ini semakin ketat, sehingga perusahaan harus memiliki strategi dalam memenangkan persaingan bisnis tersebut. Jika di masa

Lebih terperinci

No : ( diisi peneliti ) Tanggal : ( diisi peneliti )

No : ( diisi peneliti ) Tanggal : ( diisi peneliti ) LAMPIRAN 63 64 Lampiran 1. Kuesioner penelitian No : ( diisi peneliti ) Tanggal : ( diisi peneliti ) Keterangan: STS: Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju CS : Cukup Setuju S : Setuju SS : Sangat Setuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan

BAB I PENDAHULUAN. bumi yang diakibatkan oleh proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemanasan global menjadi isu yang penting dikalangan masyarakat akhirakhir ini. Pemanasan global adalah suatu bentuk ketidak seimbangan ekosistem di bumi yang

Lebih terperinci

Menggunakan Musicool HC yang Hemat Listrik & Ramah Lingkungan Pada Mesin AC Sebagai Pengganti Freon

Menggunakan Musicool HC yang Hemat Listrik & Ramah Lingkungan Pada Mesin AC Sebagai Pengganti Freon Musicool Refrigerant Hemat listrik dan Ramah Lingkungan Menggunakan Musicool HC yang Hemat Listrik & Ramah Lingkungan Pada Mesin AC Sebagai Pengganti Freon {sidebar id=3} Seperti yg kita ketahui sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya dikota-kota besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya dikota-kota besar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia khususnya dikota-kota besar mengalami peningkatan penjualan pada tiap-tiap tahun, baik yang beroda empat atau pun yang beroda

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi Besar, Lampung IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Putra Baru Swalayan Putra Baru Swalayan merupakan salah satu dari bisnis ritel yang ada di Indonesia. Putra Baru Swalayan berlokasi di daerah Poncowati, Terbanggi

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian Skripsi Analisis Proses Keputusan Pembelian Produk Perawatan Tubuh Kendedes Princess Ritual

Kuesioner Penelitian Skripsi Analisis Proses Keputusan Pembelian Produk Perawatan Tubuh Kendedes Princess Ritual LAMPIRAN Kuesioner Penelitian Skripsi Analisis Proses Keputusan Pembelian Produk Perawatan Tubuh Kendedes Princess Ritual dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian di Martha Tilaar Salon Day Spa Bogor

Lebih terperinci

TATA CARA PENGAWASAN PENGGUNAAN LOGO NON CFC DAN NON HALON & NON-CFC

TATA CARA PENGAWASAN PENGGUNAAN LOGO NON CFC DAN NON HALON & NON-CFC LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI NOMOR : 86/M-IND/PER/11/2008 TANGGAL : 14 November TATA CARA PENGAWASAN PENGGUNAAN LOGO NON CFC DAN NON HALON & NON-CFC BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia BAB II DASAR TEORI 2.1 REFRIGERASI DAN SISTEM REFRIGERASI Refrigerasi merupakan proses penyerapan kalor dari ruangan bertemperatur tinggi, dan memindahkan kalor tersebut ke suatu medium tertentu yang memiliki

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN APLIKASI ANALISIS FAKTOR DENGAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN MAXIMUM LIKELIHOOD DALAM FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1341, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Sistem Pendingin. Impor Barang. Ketentuan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55/M-DAG/PER/9/2014 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP. IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan

LATAR BELAKANG TUJUAN RUANG LINGKUP. IDENTIFIKASI BAHAN PERUSAK OZON KOTA SURABAYA Sektor Hotel, Perdagangan, Perkantoran, Rumah Sakit, Dan Pendidikan LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang pesat menyebabkan semakin pesatnya pula aktivitas kegiatan manusia termasuk pembangunan gedung untuk kegiatan perdagangan (perdagangan), rumah sakit, perkantoran baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini perkembangan di bidang refrigerasi dan tata udara telah mengalami kemajuan yang sangat pesat sejalan dengan perkembangan IPTEK yang semakin lama semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Orang-orang mulai khawatir akan dampak global warming pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, peningkatan ini dicetuskan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Data 65 responden yang didapat dari kuesioner akan dibagi berdasarkan usia responden, jenis kelamin responden, produk kuliner yang pernah dipromosikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Alfamart Kecamatan Kotagajah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Alfamart Kecamatan Kotagajah 48 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Alfamart Kecamatan Kotagajah lampung tengah. Penyebaran kuesioner ke berbagai responden berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,6 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,49% per tahun

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 5 (2013), pp. 445 457. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PRODUKSI KENTANG Sartika, Henry Rani Sitepu, Pengarapen Bangun Abstrak. Analisis faktor merupakan suatu

Lebih terperinci

Lampiran Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 1998

Lampiran Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 1998 Lampiran Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 1998 PROTOKOL MONTREAL TENTANG ZAT-ZAT YANG MERUSAK LAPISAN OZON YANG DISESUAIKAN DAN DIAMANDEMENKAN PADA PERTEMUAN KEDUA PARA PIHAK DI LONDON,

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN)

PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 507 516. PENERAPAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DALAM PENENTUAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus : SMAN 1 MEDAN) Juliarti Hardika,

Lebih terperinci

REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS

REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS REDUKSI VARIABEL KRITERIAALTERNATIF RESTORAN DENGAN METODE FACTOR ANALYSIS Ai Nurhayat, S.Si.,MT. Jurusan Teknik Industri Sekolah tinggi Teknologi Bandung ABSTRAK Pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ke tahun. Ini disebabkan karena pemerintah tidak menyediakan saran atransportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. ke tahun. Ini disebabkan karena pemerintah tidak menyediakan saran atransportasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan kendaraan pribadi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini disebabkan karena pemerintah tidak menyediakan saran atransportasi umum yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN SISTEM REFRIGERASI

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN SISTEM REFRIGERASI BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN SISTEM REFRIGERASI Setelah beban refrigerasi diketahui, maka langkah selanjutnya ialah pemilihan komponen-komponen sistem refrigerasi. Komponen-komponen yang dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

REFRIGERAN HIDROKARBON MUSICOOL (MC)

REFRIGERAN HIDROKARBON MUSICOOL (MC) REFRIGERAN HIDROKARBON MUSICOOL (MC) OLEH : AGUS MAULANA PT. MILBA HP. 0813 182 182 33 Komp. Ruko Mega Sunter No. A3 Jl. Danau Sunter Selatan 14350 Indonesia Phone : ( 021 ) 650 8533 Fax. ( 021 ) 650 8045

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sikap Sikap terkait praktik higiene daging. Peubah Situasional SOP Pengawasan pimpinan. Gambar 4 Kerangka konsep penelitian

METODE PENELITIAN. Sikap Sikap terkait praktik higiene daging. Peubah Situasional SOP Pengawasan pimpinan. Gambar 4 Kerangka konsep penelitian 19 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian Terdapat beberapa peubah yang akan diamati pada penelitian ini yaitu karakteristik individu (umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman kerja, pelatihan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade belakangan ini dilaporkan bahwa telah terjadi penipisan lapisan ozon di Antartika dan fenomena penipisan lapisan ozon ini tampaknya semakin meluas akibat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Table Frekuensi Responden. pendidikan. gender. Valid Percent. Cumulative. Cumulative. Percent. Frequency Percent.

Lampiran 1. Table Frekuensi Responden. pendidikan. gender. Valid Percent. Cumulative. Cumulative. Percent. Frequency Percent. 90 Lampiran 1 Table Frekuensi Responden gender pendidikan Frequency Valid Frequency Valid Valid LAKI-LAKI 14 16.5 16.5 16.5 PEREMPUAN 71 83.5 83.5 100.0 Valid SMP 4 4.7 4.7 4.7 SMA 70 82.4 82.4 87.1 S-1

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tabel frekuensi responden. Valid Percent. Frequenc y Percent

Lampiran 1 Tabel frekuensi responden. Valid Percent. Frequenc y Percent 105 Lampiran 1 Tabel frekuensi responden Umur Gender Frequenc y 2.00 15 13.0 13.0 13.0 3.00 31 27.0 27.0 40.0 4.00 69 60.0 60.0 100.0 Frequenc y 1.00 63 54.8 54.8 54.8 2.00 52 45.2 45.2 100.0 Pekerjaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. produk Wellborn di Bandar Lampung. Dalam melaksanakan penelitian ini, desain

III. METODE PENELITIAN. produk Wellborn di Bandar Lampung. Dalam melaksanakan penelitian ini, desain 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini objek penelitian adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pakaian yaitu Wellborn. Penelitian ini dilakukan di Oraqle sebagai distributor

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Semakin banyaknya usaha restoran yang ada di Bogor menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Dalam persaingan yang ketat ini, Restoran Gurih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak beberapa dekade terakhir kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, peningkatan ini dicetuskan oleh adanya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual English First Bogor adalah lembaga kursus bahasa Inggris yang menggunakan tenaga pengajar penutur asli bahasa Inggris, memiliki jadwal kursus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden Penelitian ini dilakukan pada PT. Rezeki Supermarketing sebuah perusahaan retail tradisional yang terletak di Jakarta, dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Istilah keberlanjutan (sustainability)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan lingkungan merupakan suatu kegiatan yang disebabkan oleh aktivitas alam (bencana alam) atau aktivitas manusia, yang menyebabkan rusaknya keseimbangan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear!

BAB I PENDAHULUAN. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear! BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Refrigerasi merupakan proses penyerapan kalor dari suatu medium dengan temperatur lebih tinggi, kemudian memindahkan kalor tersebut ke medium lain yang memiliki temperatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Arsitektur merupakan bidang studi yang selalu berkaitan dengan kegiatan manusia, serta kebutuhannya terhadap sebuah ruang. Secara garis besar, ruang untuk kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu kerusakan lingkungan yang mencuat akhir-akhir ini menimbulkan kesadaran dan keprihatinan masyarakat dunia tentang pentingnya pelestarian lingkungan, hal ini tentu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di III. METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di dalam penelitian. 2. Objek Penelitian Objek penelitian

Lebih terperinci

Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 02 Tahun 2007 Tanggal : 8 Pebruari 2007

Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 02 Tahun 2007 Tanggal : 8 Pebruari 2007 Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 02 Tahun 2007 Tanggal : 8 Pebruari 2007 A. UMUM Refrigerasi adalah suatu proses penyerapan energi ( panas atau kalor ) dari suatu ruang atau

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner. Wilson

Lampiran 1 Kuesioner. Wilson 125 Lampiran 1 Kuesioner Responden Yth. Nama saya Wilson, mahasiswa Fakultas Ekonomi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk skripsi saya mengenai Service Quality, Customer Satisfaction Repurchase

Lebih terperinci

Ringkasan Dalam Bahasa Indonesia

Ringkasan Dalam Bahasa Indonesia Ringkasan Dalam Bahasa Indonesia 1. Pendahuluan Laporan ini dibuat oleh the Global Environmental Forum (Yayasan Forum lingkungan hidup global) atas permintaan Badan Lingkungan Hidup Jepang. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Martha Tilaar Salon Day Spa Bogor tepatnya terletak di Jalan Pemuda No. 7 Bogor. Waktu penelitian adalah bulan April-Juni 2011

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika 128 Lampiran I Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika Jakarta, 17 April 2009 Kepada Yth : PT Rekadaya Elektrika Jakarta Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya analisis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci