KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb."

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 yang menampilkan Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan Lain berdasarkan penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 untuk seluruh wilayah Indonesia. Buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 merupakan pembaharuan hasil rekalkulasi sumber daya hutan tahun Pada edisi tahun 2012 ini, rekalkulasi penutupan lahan Indonesia disajikan untuk wilayah 33 provinsi. Beberapa penyempurnaan juga telah dilakukan, antara lain pada penggunaan data digital kawasan hutan untuk Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Tengah, Maluku Utara dan Papua yang bersumber pada Peta Kawasan Hutan dan Perairan terbaru tahun Data dan informasi yang tersaji dalam buku ini merupakan basis data penutupan lahan yang dapat diolah lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan pengguna. Diharapkan data dan informasi penutupan lahan di dalam dan di luar kawasan hutan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pembangunan baik secara regional maupun nasional serta dapat mendukung perencanaan pembangunan wilayah yang terintegrasi sebagai satu kesatuan ekosistem. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembangunan kehutanan dengan memperhatikan berbagai komitmen tentang pembangunan kehutanan yang mengacu pada Resource Base Management. Wassalamu alaikum wr.wb. Jakarta, September 2013 Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Ir. Yuyu Rahayu.MSc NIP Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Hal i ii iii iv v BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Sasaran... 3 D. Ruang Lingkup... 3 BAB II METODOLOGI... 5 A. Sumber Data... 5 B. Analisa dan Penyajian Data... 7 BAB III HASIL REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN... 9 A. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia... 9 B. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA) 15 C. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Lindung (HL) D. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Produksi Hutan Produksi Tetap (HP) Hutan Produksi Terbatas (HPT) Hutan Produksi yang dapat di-konversi (HPK) E. Rekalkulasi pada Areal Penggunaan Lain (APL) BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Saran dan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 ii

4 DAFTAR TABEL TABEL Hal Tabel III.1 Penutupan Lahan Indonesia (Ribu Ha) 10 Tabel III.2 Penutupan Lahan Berhutan pada 7 (Tujuh) Kelompok 12 Pulau/Kepulauan Besar (Ribu Ha) Tabel III.3 Sebaran Penutupan Lahan Berhutan di Indonesia 13 Tabel III.4 Kondisi Penutupan Lahan Berhutan (Ribu Ha) 14 Tabel III.5 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 16 Konservasi per Provinsi (Ribu Ha) Tabel III.6 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 19 Lindung per Provinsi (Ribu Ha) Tabel III.7 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 22 Produksi Tetap per Provinsi (Ribu Ha) Tabel III.8 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 24 Produksi Terbatas per Provinsi (Ribu Ha) Tabel III.9 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan 27 Produksi yang dapat di-konversi per Provinsi (Ribu Ha) Tabel III.10 Luas Penutupan Lahan pada Areal Penggunaan Lain 30 per Provinsi (Ribu Ha) Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 iii

5 DAFTAR GAMBAR GAMBAR Hal Gambar 1 Bagan Alur Proses Rekalkulasi Penutupan Lahan 8 Gambar 2 Peta Penutupan Lahan Indonesia Tahun Gambar 3 Diagram Penutupan Lahan Indonesia Tahun Gambar 4 Diagram Penutupan Lahan Indonesia di Dalam 11 dan di Luar Kawasan Hutan (APL) Gambar 5 Diagram Penutupan Lahan Indonesia per Fungsi 11 Kawasan Hutan Gambar 6 Diagram Penutupan Lahan Berhutan pada 7 (Tujuh) 12 Kelompok Pulau/Kepulauan Besar Gambar 7 Diagram Penutupan Lahan Berhutan Indonesia 13 di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan Gambar 8 Diagram Kondisi Penutupan Lahan Berhutan 14 Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 iv

6 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN Hal Lampiran 1 Luas Penutupan Lahan Di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan Seluruh Indonesia Lampiran 2 Luas Penutupan Lahan Berdasarkan 23 Kelas Penutupan dan Peta Penutupan Lahan Indonesia dan per Pulau Lampiran 3 Luas Penutupan Lahan Berdasarkan 23 Kelas Penutupan dan Peta Penutupan Lahan Indonesia dan per Provinsi vi vii viii Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 v

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara Mega Biodiversity yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman hayati benua Asia (Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan) dan benua Australia (Pulau Papua) serta sebaran wilayah peralihan Wallacea (Pulau Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara). Indonesia memiliki hutan tropis ketiga terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire yaitu sebesar 10 % dari sumber daya hutan yang ada di dunia sehingga sangat penting peranannya sebagai bagian dari paru-paru dunia serta penyeimbang iklim global. Selain itu, hamparan hutan tropis tersebut mempunyai peranan yang strategis dari aspek ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.. Dalam tataran global, keanekaragaman hayati Indonesia menduduki posisi kedua di dunia setelah Columbia sehingga keberadaannya perlu dipertahankan sejalan dengan berbagai inisiatif tentang pengendalian perubahan iklim melalui pengurangan deforestasi dan degradasi hutan. Sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa ini, hutan harus dikelola bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan menjamin luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional, sehingga dapat memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi secara simultan, optimal dan berkesinambungan bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang, sebagaimana diamanatkan pada pasal 3 Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari melalui optimalisasi manfaat hutan, pemerintah telah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan secara proporsional dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai dan atau pulau, yaitu minimal 30 % (tiga puluh persen), seperti dituangkan pada pasal 18 UU No. 41 tahun Kawasan hutan dimaksud kemudian dideliniasi sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai hutan konservasi, lindung atau produksi. Sementara itu penutupan lahan pada kawasan hutan, terutama yang terkait dengan tutupan hutan sangat dinamis dan berubah dengan cepat dimana kondisi hutan semakin menurun dan berkurang luasnya. Berdasarkan data yang ada, luas hutan selama periode untuk tiga pulau besar Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

8 (Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi) telah berkurang seluas ± 1,6 juta ha/tahun. Sedangkan perhitungan untuk lima pulau besar, yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Maluku menunjukkan luas penutupan hutan telah berkurang seluas ± 1,8 juta ha/tahun, atau lebih dari 21 juta ha selama kurun waktu tersebut yang setara dengan luas Pulau Jawa. Untuk periode laju pengurangan hutan di dalam kawasan hutan mencapai angka ± 2,84 juta ha/tahun atau ± 8,5 juta ha selama 3 tahun. Sedangkan data berdasarkan citra SPOT Vegetation didapatkan angka pengurangan penutupan berhutan sebesar 1,08 juta ha/tahun ( ), dan berdasarkan citra MODIS sebesar 0,72 juta ha/tahun ( ). Pada periode didapatkan angka deforestasi Indonesia sebesar 1,17 juta ha/tahun. Selanjutnya pada periode terjadi penurunan deforestasi menjadi sebesar 0,83 juta ha/th. Untuk periode terjadi penurunan angka deforestasi menjadi sebesar 0,45 juta ha/th. Kerusakan hutan dan lahan telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan masyarakat antara lain dengan terjadinya banjir, tanah longsor, erosi dan sedimentasi, hilangnya biodiversity dan pendapatan negara dari hasil kayu menurun drastis. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penutupan hutan di Indonesia. Beberapa kegiatan yang ditengarai sebagai penyebab pengurangan luas hutan masih berupa konversi kawasan hutan untuk tujuan pembangunan sektor lain yaitu untuk perkebunan, pertanian, pemukiman/transmigrasi; perdagangan kayu ilegal (illegal trading) ataupun penebangan liar (illegal logging); perambahan dan okupasi lahan serta kebakaran hutan. Masih tingginya tekanan terhadap keberadaan hutan telah terdeteksi oleh upaya monitoring sumber daya hutan secara periodik dengan interval 3 (tiga) tahunan selama tahun 2000 s/d Sejak tahun 2012, monitoring sumber daya hutan dilakukan secara periodik tahunan. Diharapkan dari hasil monitoring dapat meningkatkan akurasi data untuk mengetahui: Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

9 1. kondisi hutan Indonesia terkini sebagai bahan pendukung dalam perencanaan pembangunan kehutanan di masa yang akan datang; 2. laju perubahan penutupan hutan sebagai bahan monitoring dan pengawasan terhadap pengelolaan hutan yang telah dilaksanakan; 3. kecenderungan perubahannya di masa yang akan datang sehingga dapat diantisipasi perubahan ke arah yang tidak diinginkan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dilakukan rekalkulasi atau penghitungan kembali terhadap keberadaan dan luas tutupan lahan berhutan dan tidak berhutan pada kawasan hutan dan areal penggunaan lain. Penghitungan kembali penutupan lahan Indonesia dilakukan berdasarkan hasil penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 serta penyajiannya berdasarkan Peta Dasar Tematik Kehutanan (PDTK). B. Tujuan Tujuan dilakukan rekalkulasi penutupan lahan adalah untuk menyajikan data kondisi penutupan lahan terbaru pada kawasan hutan (hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi) dan areal penggunaan lain di daratan Indonesia sebagai bahan dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan secara lestari (Sustainable Forest Management), mulai dari aspek perencanaan sampai pada pemantauan dan evaluasi. C. Sasaran Tersedianya data dan informasi penutupan lahan terkini di daratan Indonesia, meliputi luas dan sebarannya (peta) pada Hutan Konservasi, Hutan Lindung, dan Hutan Produksi serta Areal Penggunaan Lain. D. Ruang Lingkup Kondisi penutupan lahan di daratan pada 33 provinsi di seluruh Indonesia, baik pada Kawasan Hutan maupun Areal Penggunaan Lain yang dirinci ke dalam 23 kelas penutupan lahan (tidak termasuk tubuh air ; danau,sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan)), kelompok hutan, non hutan dan tidak ada data serta tipe hutan (primer, sekunder dan tanaman). Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

10 Contoh Citra satelit Landsat 7 ETM+, Pulau Sumatera Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

11 BAB II METODOLOGI A. Sumber Data Data yang digunakan dalam rekalkulasi penutupan lahan adalah data digital yang tersedia pada Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan pada tingkat ketelitian skala 1: Data tersebut meliputi: 1. Data Dasar Tematik Kehutanan (PDTK) skala 1 : Data digital penutupan lahan hasil penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan tahun Penutupan lahan diklasifikasi menjadi 23 kelas, yaitu sebagai berikut: a. Hutan; 1. Hutan lahan kering primer 2. Hutan lahan kering sekunder 3. Hutan rawa primer 4. Hutan rawa sekunder 5. Hutan mangrove primer 6. Hutan mangrove sekunder 7. Hutan tanaman * b. Non Hutan; 8. Semak/Belukar 9. Belukar rawa 10. Padang rumput 11. Perkebunan 12. Pertanian lahan kering 13. Pertanian lahan kering dan Semak 14. Transmigrasi 15. Sawah 16. Tambak 17. Tanah Terbuka 18. Pertambangan 19. Pemukiman 20. Rawa 21. Pelabuhan Udara/Laut c. Tidak Ada Data; 22. Awan 23. Tidak Ada Data Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

12 Ket. * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan yang merupakan hasil budidaya manusia meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Legenda berikut menampilkan klasifikasi 23 kelas penutupan lahan: Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan)) tidak termasuk dalam penghitungan penutupan lahan. 3. Data digital kawasan hutan bersumber dari peta lampiran SK Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan untuk 26 provinsi (Tahun ) dan 5 (lima) provinsi (Tahun 2012).Untuk Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Kalimantan Tengah, Maluku Utara dan Papua menggunakan data digital Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan yang terbaru tahun 2012 sedangkan untuk Provinsi Riau dan Kepulauan Riau bersumber dari Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK). Kawasan Hutan berdasarkan fungsinya terdiri dari Hutan Lindung, Hutan Konservasi (KSA-KPA dan Taman Buru), Hutan Produksi (Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Data tersebut tidak bisa dijadikan sebagai acuan mengenai garis batas dan fungsi kawasan hutan di lapangan.data tabular luas kawasan Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

13 hutan berdasarkan SK Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan per Provinsi bersumber dari Tabel Perkembangan Penunjukan Kawasan Hutan dan Kawasan Konservasi Perairan per Provinsi Tahun 2012 (Direktorat Pengukuhan dan Penata gunaan Kawasan Hutan). B. Analisa dan Penyajian Data Rekalkulasi penutupan lahan dilaksanakan melalui analisa data penutupan lahan pada kawasan hutan provinsi dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis. Tahapan rekalkulasi adalah sebagai berikut : 1. Penyiapan data digital kawasan hutan dan penutupan lahan provinsi yang diadjust ke PDTK. 2. Overlay data digital penutupan lahan dengan data kawasan hutan, 3. Penghitungan luas penutupan lahan di daratan pada setiap fungsi kawasan hutan dan areal penggunaan lain. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan)) tidak termasuk dalam penghitungan. Dalam penghitungan luas menggunakan spesifikasi: Proyeksi yang digunakan adalah Mercator, spheroid WGS 84, angka luas dibulatkan ke dalam ribu ha. 4. Penyajian luas dan sebaran penutupan lahan pada kawasan hutan dan areal penggunaan lain dalam bentuk peta, diagram dan tabel. Proses selengkapnya disajikan pada Gambar 1. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

14 Penutupan Lahan Provinsi di atas PDTK Kawasan Hutan Provinsi di atas PDTK OVERLAY PENGHITUNGAN LUAS Hasil Penghitungan Luas Penutupan Lahan per Provinsi Di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan Peta Penutupan Lahan per Provinsi Gambar 1. Bagan Alur Proses Rekalkulasi Penutupan Lahan Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

15 BAB III HASIL REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN A. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Salah satu hasil kegiatan rekalkulasi penutupan lahan Indonesia berdasarkan data digital hasil penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 berupa Peta Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 yang tersaji pada Gambar 2. Sumber : Data Digital Penutupan Lahan Hasil Penafsiran Citra Landsat 7 ETM+ Liputan Tahun 2012 Gambar 2. Peta Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 Kalkulasi penutupan lahan dilakukan terhadap seluruh daratan Indonesia seluas 187,8 juta ha yaitu pada 7 (tujuh) kelompok pulau/kepulauan besar atau 33 provinsi, yang terdiri dari kawasan hutan daratan seluas 128,4 juta ha atau 68,3 % dan Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 59,5 juta ha atau 31,7 % (Tabel III.1). Persentase dihitung terhadap luas seluruh daratan Indonesia (187,8 juta ha). Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan)) tidak termasuk dalam penghitungan. Hasil rekalkulasi penutupan lahan selengkapnya adalah: 1. Luas penutupan lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 98,1 juta ha atau 52,2 % dan non hutan seluas 89,8 juta ha atau 47,8 %. (Tabel III.1dan Gambar 3). Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

16 Gambar 3. Diagram Penutupan Lahan Indonesia Tahun Dari luas kawasan hutan daratan sebesar 68,3 % atau 128,4 juta ha terdiri dari 47,4 % atau 89,1 juta ha masih berhutan dan 20,9 % atau 39,3 juta ha merupakan lahan tidak berhutan (non hutan). (Tabel III.1). Persentase dihitung terhadap luas seluruh daratan Indonesia (187,8 juta ha). Tabel III.1 Penutupan Lahan Indonesia (Ribu Ha) PENUTUPAN LAHAN % APL Jumlah % TOTAL % A. Hutan , , , , , , ,9 47, ,8 4, ,7 52,2 B. Non hutan 4.832, , , , , , ,8 20, ,3 26, ,2 47,8 C. Tidak ada data Total , , , , , , ,8 68, ,1 31, ,9 100,0 Ket. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

17 Gambar 4. Diagram Penutupan Lahan Indonesia di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan (APL) Gambar 5. Diagram Penutupan Lahan Indonesia per Fungsi Kawasan Hutan Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

18 3. Penyebaran penutupan lahan berhutan pada kawasan hutan daratan menurut kelompok pulau/kepulauan besar, yang terluas terdapat di Pulau Papua yaitu seluas 32,1 juta ha atau 32,8 % dari luasan total lahan berhutan di daratan Indonesia sebesar 98,1 juta ha, dan Kalimantan seluas 25,9 juta ha atau 26,4 %, sedangkan yang terkecil adalah pada Pulau Bali dan Nusa Tenggara seluas 1,6 juta ha atau 1,6 %. Pulau-pulau yang lain memiliki luas penutupan lahan hutan kurang dari 15,0 %. Data selengkapnya tersaji pada Tabel III.2 dan Gambar 6. Tabel III.2 Penutupan Lahan Berhutan pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/Kepulauan Besar (Ribu Ha) NO. PULAU/ KEPULAUAN % APL % TOTAL 1 SUMATERA 3.780, , , , ,7 719, ,7 13, ,5 1, ,2 2 JAWA 414,8 516,3 305,6 990, , ,3 2, ,7 1, ,9 3 KALIMANTAN 3.662, , , , , , ,4 26, ,4 2, ,8 4 SULAWESI 1.320, , ,8 828, ,6 364, ,9 9, ,4 1, ,3 5 BALI NUSATGR 136,3 805,9 362,4 289, ,8 16, ,2 1, ,5 1, ,7 6 MALUKU 592,5 998, ,1 867, , , ,6 5,2 168,1 0, ,7 7 PAPUA 7.318, , , , , , ,9 32, ,1 1, ,0 Total , , , , , , ,9 90, ,8 9, ,7 Ket. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan. Gambar 6. Diagram Penutupan Lahan Berhutan pada 7 (Tujuh) Kelompok Pulau/Kepulauan Besar Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

19 4. Berdasarkan sebaran pada fungsi hutan, penutupan lahan berhutan pada kawasan hutan daratan seluruh Indonesia meliputi 17,2 juta ha atau 78,1 % terdapat pada kawasan hutan konservasi, 23,2 juta ha atau 76,4 % pada kawasan hutan lindung dan 48,6 juta ha atau 64,0 % pada kawasan hutan produksi. Lahan berhutan pada areal penggunaan lain seluas 9,0 juta ha atau 15,2 % (Tabel III.3). Persentase dihitung terhadap luas daratan masing-masing per fungsi. NO Tabel III.3 Sebaran Penutupan Lahan Berhutan di Indonesia PENUTUPAN LAHAN LUAS LAHAN BERHUTAN (Ribu Ha) LUAS PER FUNGSI (Ribu Ha) 1 Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA) , ,9 78,1 2 Kawasan Hutan Lindung , ,4 76,4 3 Kawasan Hutan Produksi a. HPT , ,8 80,5 b. HP , ,2 58,9 c. HPK 8.367, ,4 46,8 sub Total , ,5 64,0 Total Kawasan Hutan ( ) , ,8 69,4 4 Areal Penggunaan Lain 9.019, ,1 15,2 Total ( ) , ,9 52,2 % Ket. Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan. Luas (Ribu Ha) Luas (Ribu Ha) KSA- KPA HL HPT HP HPK APL Fungsi Kawasan 0 Hutan Hutan Lindung Konservasi Hutan Produksi Fungsi Kawasan Areal Penggunaan Lain Gambar 7. Diagram Penutupan Lahan Berhutan Indonesia Di Dalam dan Di Luar Kawasan Hutan 5. Kondisi tutupan hutan pada daratan di kawasan hutan dan areal penggunaan lain dapat dikelompokkan atas hutan primer, hutan sekunder dan hutan tanaman (Tabel III.4). Dari penutupan lahan berhutan seluas 98,1 juta ha, 46,7 juta ha atau 47,6 % merupakan hutan primer, 46,4 juta ha atau 47,3 % Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

20 merupakan hutan sekunder dan selebihnya merupakan hutan tanaman, yaitu seluas 4,9 juta ha (5,0 %). Kondisi hutan primer terluas pada hutan lindung, sedangkan hutan sekunder umumnya terdapat pada hutan produksi, dan sebagian pada hutan lindung. Hutan tanaman sebagian besar terdapat pada hutan produksi. Kondisi hutan pada areal penggunaan lain sebagian besar merupakan hutan sekunder. Tabel III.4 Kondisi Penutupan Lahan Berhutan (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL % Jumlah % TOTAL % 1 Hutan primer , , , , , , ,8 46, ,0 1, ,8 47,6 2 Hutan sekunder 4.294, , , , , , ,7 41, ,4 5, ,1 47,3 3 Hutan tanaman * 135,9 304,5 551, , ,2 119, ,4 3, ,3 1, ,7 5,0 Total , , , , , , ,9 90, ,8 9, ,7 100,0 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Hutan Tanaman di dalan Kawasan Hutan Konservasi dan Hutan Lindung tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT. Gambar 8. Diagram Kondisi Penutupan Lahan Berhutan Luas penutupan lahan berdasarkan kondisi hutan per fungsi kawasan hutan untuk masing-masing provinsi disajikan pada Lampiran 1. Sedangkan kondisi penutupan lahan berdasarkan 23 kelas penutupan beserta peta per provinsi untuk 33 provinsi disajikan secara lengkap pada Lampiran 3. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

21 B. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Konservasi (KSA-KPA) Penutupan lahan pada kawasan Hutan Konservasi meliputi penutupan lahan di kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan taman buru. Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Hutan Konservasi per provinsi pada Tabel III.5, terlihat bahwa : a. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan lebih dari 80,0 % terhadap luas total kawasan hutan konservasi, untuk wilayah Pulau Sumatera (Provinsi Aceh: 91,1 % atau 776,5 ribu ha dari luasan 852,6 ribu ha, Sumatera Utara: 86,9 % atau 414,4 ribu ha dari luasan 477,1 ribu ha, Sumatera Barat: 89,7 % atau 690,4 ribu ha dari luasan 769,7 ribu ha, Jambi: 80,1 % atau 549,3 ribu ha dari luasan 686,1 ribu ha dan Bengkulu : 81,4 % atau 376,7 ribu ha dari luasan 463,0 ribu ha, Pulau Jawa (Jawa Timur: 91,5 % atau 210,5 ribu ha dari luasan 230,1 ribu ha dan Banten 81,7 % atau 92,3 ribu ha dari luasan 113 ribu ha), Pulau Kalimantan (Kalimantan Barat: 85,8 % atau seluas 1,3 juta ha dari luasan 1,5 juta ha dan Kalimantan Timur: 81,3 % atau seluas 1,8 juta ha dari luasan 2,2 juta ha), Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Utara: 83,5 % atau 204,8 ribu ha dari luasan 245,3 ribu ha, Gorontalo: 95,1 % atau 187,0 ribu ha dari luasan 196,7 ribu ha, Sulawesi Tengah: 89,5 % atau 605,2 ribu ha dari luasan 676,2 ribu ha), Kepulauan Maluku (Provinsi Maluku 93,8 % atau seluas 389,9 ribu ha dari luasan 415,6 ribu ha dan Maluku Utara: 92,7% atau seluas 202,6 ribu ha dari luasan 218,6 ribu ha) dan Pulau Papua (Papua: 83,9 % atau 5,7 juta ha dari luasan 6,8 juta ha dan Papua Barat: 95,0% atau seluas 1,7 juta ha dari luasan 1,7 juta ha). b. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar 50,0 80,0 % terhadap luas total kawasan hutan konservasi wilayahnya terdapat di Pulau Sumatera (Provinsi Riau: 72,4 % atau 325,0 ribu ha dari luasan 449,0 ribu ha, Sumatera Selatan: 52,1 % atau 379,9 ribu ha dari luasan 729,4 ribu ha, Lampung: 55,7 % atau 257,2 ribu ha dari luasan 462,0 ribu ha,); Pulau Jawa (Provinsi Jawa Barat : 76,4 % atau 101,0 ribu ha dari luasan 132,2 ribu ha, Jawa Tengah: 64,8 % atau 10,6 ribu ha dari luasan 16,4 ribu ha), Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Selatan: 75,4 % atau 184,3 ribu ha dari luasan 244,5 ribu ha), Pulau Bali dan Nusatenggara (Provinsi Bali: 56,2 % atau 12,8 ribu ha dari luasan 22,9 ribu ha). c. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan kisaran 25,0-50,0 % terdapat di Pulau Sumatera (Provinsi Kepulauan Bangka Belitung: 32,0 %), Pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan Selatan: 49,3 % dan Kalimantan Tengah sebesar 33,9 %), Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Tenggara: 49,1%); Pulau Jawa (Provinsi D.I. Yogyakarta: 41,4%), dan Pulau Bali dan Nusatenggara (Provinsi NTB: 44,1 %). Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

22 d. Penutupan lahan hutan paling kecil yaitu Provinsi Kepulauan Riau seluas 24,5 ha (1,1 % dari luasan 2,2 ribu ha) serta Sulawesi Barat seluas 26,3 ha (2,1 % dari luasan 1,3 ribu ha). Data penutupan lahan di kawasan Hutan Konservasi selengkapnya disajikan pada Tabel III.5 berikut ini: Tabel III.5 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Konservasi per Provinsi (Ribu Ha) PENUTUPAN LAHAN NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data TOTAL Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total % Aceh 558,8 212,1 5,7 776,5 91,1 76,1 8, ,6 2 Sumatera Utara 322,5 91,7 0,3 414,4 86,9 62,6 13, ,1 3 Riau 120,8 200,0 4,3 325,0 72,4 124,0 27, ,0 4 Sumatera Barat 391,5 298,9 0,0 690,4 89,7 79,3 10, ,7 5 Jambi 183,7 365,5 0,0 549,3 80,1 136,8 19, ,1 6 Sumatera Selatan 270,1 106,3 3,5 379,9 52,1 349,5 47, ,4 7 Kepulauan Bangka Belitung 2,5 8,8-11,3 32,0 24,1 67, ,5 8 Bengkulu 296,6 79,8 0,3 376,7 81,4 86, ,0 9 Lampung 122,0 135,2-257,2 55,7 204,8 44, ,0 10 Kepulauan Riau - 0,0-0,0 1,1 2,2 98, ,2 SUMATERA 2.268, ,3 14, ,9 76, ,6 23, ,6 11 Banten 7,5 64,2 20,6 92,3 81,7 20,7 18, ,0 12 DKI Jakarta - 0,1-0,1 18,7 0,2 81, ,3 13 Jawa Barat 8,3 55,8 36,9 101,0 76,4 31,2 23, ,2 14 Jawa Tengah - 2,7 7,9 10,6 64,8 5,8 35, ,4 15 D.I. Yogyakarta - 0,1 0,3 0,4 41,4 0,5 58, ,9 16 Jawa Timur 106,8 93,7 9,9 210,5 91,5 19,7 8, ,1 JAWA 122,5 216,6 75,7 414,8 84,2 78,1 15, ,9 17 Kalimantan Barat 1.000,7 250, ,1 85,8 206,6 14, ,7 18 Kalimantan Selatan 18,8 80,4 6,1 105,2 49,3 108,1 50, ,3 19 Kalimantan Tengah 168,4 377,5-546,0 33, ,3 66, ,3 20 Kalimantan Timur 1.481,4 240,9 38, ,6 81,3 404,1 18, ,7 KALIMANTAN 2.669,3 949,1 44, ,8 67, ,2 32, ,0 21 Sulawesi Utara 119,4 85,3-204,8 83,5 40,5 16, ,3 22 Gorontalo 130,1 56,9-187,0 95,1 9,7 4, ,7 23 Sulawesi Tengah 487,8 117,4-605,2 89,5 71,1 10, ,2 24 Sulawesi Tenggara 19,6 119,2-138,9 49,1 144,1 50, ,9 25 Sulawesi Barat - 0,0-0,0 2,1 1,3 97, ,3 26 Sulawesi Selatan 105,6 78,0 0,6 184,3 75,4 60,2 24, ,5 SULAWESI 862,6 456,9 0, ,1 80,2 326,8 19, ,9 27 Bali 3,6 8,7 0,6 12,8 56,2 10,0 43, ,9 28 NTB 46,2 27,4 0,5 74,0 44,1 94,0 55, ,0 29 NTT 22,5 26,8-49,4 21,7 178,6 78, ,0 BALI DAN NUSA TENGGARA 72,3 62,9 1,1 136,3 32,5 282,6 67, ,9 30 Maluku Utara 74,7 127,9-202,6 92,7 16,0 7, ,6 31 Maluku 134,4 255,5-389,9 93,8 25,7 6, ,6 MALUKU & MALUKU UTARA 209,1 383,4-592,5 93,4 41,7 6, ,2 32 Papua 5.041,7 621, ,3 83, ,9 16, ,2 33 Papua Barat 1.549,1 105, ,7 95,0 86,5 5, ,3 PAPUA 6.590,8 727, ,1 86, ,4 13, ,5 INDONESIA , ,4 135, ,5 78, ,4 21, ,9 Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : hasil penafsiran citra landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Di dalam kawasan Hutan Konservasi, hutan tanaman tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

23 Hutan Konservasi terdiri dari: Kawasan Suaka Alam (KSA), yang meliputi Cagar Alam dan Suaka Margasatwa; Kawasan Pelestarian Alam (KPA) yang meliputi Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam; serta Taman Buru. Masing-masing kawasan memiliki karakteristik yang berbeda sehingga pengelolaannya pun akan berbeda pula. Kondisi penutupan lahan pada kawasan konservasi merupakan bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana pengelolaannya. C. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Lindung (HL) Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Hutan Lindung per provinsi pada Tabel III.6, terlihat bahwa : a. Provinsi Kalimantan Timur memiliki lahan berhutan terluas di dalam kawasan hutan lindungnya yaitu 94,7 % atau 2,6 juta ha dari luasan 2,8 juta ha. Sedangkan provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan 80,0 % selain Provinsi Kalimantan Timur yaitu Provinsi Aceh (88,1 % atau 1,6 juta ha dari luasan 1,8 juta ha), Jawa Tengah (80,1 % atau 67,7 ribu ha dari luasan 84,4 ribu ha), Gorontalo (87,3 % atau 178,6 ribu ha dari luasan 204,6 ribu ha), Sulawesi Tengah (92,8 % atau 1,5 juta ha dari luasan 1,5 juta ha), Sulawesi Tenggara (82,0 % atau 886,9 ribu ha dari luasan 1,1 juta ha), NTB (82,1 % atau 353,2 ribu ha dari luasan 430,5 ribu ha ), Maluku Utara (85,3 % atau 498,0 ribu ha dari luasan 584,0 ribu ha), Maluku (80,2% atau 500,5 ribu ha dari luasan 624,1 ribu ha), Papua (82,9 % atau 6,5 juta ha dari luasan 7,9 juta ha) dan Papua Barat (93,7 % atau 1,5 juta ha dari luasan 1,6 juta ha). b. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan pada kawasan hutan lindungnya pada kisaran 50,0 80,0 % terdapat di Pulau Sumatera (Provinsi Sumatera Barat: 75,6 % atau 599,2 ribu ha dari luasan 792,1 ribu ha, Jambi: 67,9 % atau 122,1 ribu ha dari luasan 179,9 ribu ha, Bengkulu : 70,5 % atau 176,7 ribu ha dari luasan 250,7 ribu ha, Kepulauan Riau: 54,3 % atau 23,4 ribu ha dari luasan 43,0 ribu ha), Pulau Jawa (Provinsi Banten : 60,8 % atau 7,5 ribu ha dari luasan 12,4 ribu ha, DKI Jakarta: 68,5 % atau 30,6 ha dari luasan 44,8 ha, Jawa Barat: 57,5 % atau 167,4 ribu ha dari luasan 291,3 ribu ha, Jawa Tengah: 80,1 % atau 67,7 ribu ha dari luasan 84,4 ribu ha, DI Yogyakarta: 49,8 % atau 1,0 ribu ha dari luasan 2,1 ribu ha dan Jawa Timur: 79,1 % atau 272,8 ribu ha dari luasan 344,7 ribu ha), Pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan Barat: 77,5 % atau 1,8 juta ha dari luasan 2,3 juta ha, Kalimantan Selatan: 70,3 % atau 370,1 ribu ha dari luasan 526,4 ribu ha,), Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Utara: 63,1 % atau 114,0 ribu ha dari luasan 180,8 ribu ha, Sulawesi Barat: 72,5 % atau 491,8 ribu ha dari luasan 677,9 ribu ha, Sulawesi Selatan: 67,6 % atau 833,4 ribu ha dari luasan 1,2 juta ha), Pulau Bali dan Nusatenggara (Provinsi Bali: 73,7 % Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

24 atau 70,6 ribu ha dari luasan 95,8 ribu ha, NTT: 52,3 % atau 382,1 ribu ha dari luasan 731,2 ribu ha). c. Provinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Kep.Bangka Belitung Lampung, DI Yogyakarta dan Kalimantan Tengah memiliki lahan berhutan di kawasan hutan lindungnya kurang dari 50,0 %. Provinsi Lampung memiliki persentase lahan berhutan terkecil dari luasan kawasan konservasinya yaitu 15,7 % atau 49,9 ribu ha dari luasan 317,6 ribu ha. Untuk Provinsi DKI Jakarta dengan luasan lahan berhutan yang minim memerlukan peran kawasan lindung setempat yaitu sempadan sungai, danau dan jalur hijau serta pembangunan hutan kota sebagai upaya konservasi dan pengatur tata air untuk wilayah tersebut. Hutan Lindung merupakan kawasan yang memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, memelihara kesuburan tanah dan mencegah intrusi air laut. Di sisi lain pertambahan penduduk telah menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap kawasan hutan, khususnya hutan lindung, untuk memenuhi kebutuhan hasil hutan kayu dan lahan garapan bagi masyarakat sekitar hutan. Terbukanya penutupan lahan berhutan pada hutan lindung akibat penebangan liar dan alih guna lahan menjadi lahan pertanian telah menjadi faktor yang menyebabkan berbagai bencana erosi dan tanah longsor, timbulnya kekeringan pada saat musim kemarau dan banjir pada saat musim hujan, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini. Untuk mencegah terbukanya penutupan lahan berhutan di hutan lindung, pemanfaatan kawasan hutan lindung yang sesuai dengan daya dukung kawasan dapat dilakukan dengan mempertahankan jenis kayu-kayuan penghasil produk hasil hutan bukan kayu dan tanaman budidaya bagi masyarakat. Dengan demikian dapat mengakomodir kepentingan fungsi tata air Hutan Lindung dan sebagai sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar hutan. Data penutupan lahan pada kawasan Hutan Lindung selengkapnya disajikan pada Tabel III.6 berikut ini : Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

25 Tabel III.6 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Lindung per Provinsi (Ribu Ha) PENUTUPAN LAHAN NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data TOTAL Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total % Aceh 654,1 969,9 1, ,9 88,1 218,6 11, ,5 2 Sumatera Utara 201,7 321,5 38,0 561,2 43,3 736,2 56, ,3 3 Riau 26,1 85,9 0,1 112,0 31,6 242,1 68, ,1 4 Sumatera Barat 181,6 417,5 0,1 599,2 75,6 192,9 24, ,1 5 Jambi 19,6 101,4 1,1 122,1 67,9 57,8 32, ,9 6 Sumatera Selatan 90,4 152,6 6,7 249,7 42,2 341,8 57, ,5 7 Kepulauan Bangka Belitung 17,6 49,1-66,7 35,9 118,8 64, ,5 8 Bengkulu 100,5 76,3-176,7 70,5 74,0 29, ,7 9 Lampung 3,2 46,7-49,9 15,7 267,7 84, ,6 10 Kepulauan Riau - 23,4-23,4 54,3 19,6 45, ,0 SUMATERA 1.294, ,0 47, ,8 61, ,7 38, ,4 11 Banten 0,8 3,7 3,1 7,5 60,8 4,8 39, ,4 12 DKI Jakarta - 0,0-0,0 68,5 0,0 31, ,0 13 Jawa Barat 4,8 59,1 103,5 167,4 57,5 123,9 42, ,3 14 Jawa Tengah 0,1 19,7 47,9 67,7 80,1 16,8 19, ,4 15 D.I. Yogyakarta - 0,4 0,6 1,0 49,8 1,0 50, ,1 16 Jawa Timur 116,3 75,5 81,0 272,8 79,1 72,0 20, ,7 JAWA 121,9 158,3 236,1 516,3 70,3 218,6 29, ,9 17 Kalimantan Barat 983,0 804, ,8 77,5 519,2 22, ,0 18 Kalimantan Selatan 38,1 325,0 7,0 370,1 70,3 156,4 29, ,4 19 Kalimantan Tengah 263,8 322,3 0,0 586,1 43,5 759,9 56, ,1 20 Kalimantan Timur 1.988,4 607,3 9, ,6 94,7 146,1 5, ,7 KALIMANTAN 3.273, ,3 16, ,6 77, ,6 22, ,2 21 Sulawesi Utara 78,1 36,0-114,0 63,1 66,7 36, ,8 22 Gorontalo 85,1 93,5-178,6 87,3 26,1 12, ,6 23 Sulawesi Tengah 1.005,7 376, ,0 92,8 108,0 7, ,9 24 Sulawesi Tenggara 498,5 388,4-886,9 82,0 194,6 18, ,5 25 Sulawesi Barat 234,7 257,1-491,8 72,5 186,1 27, ,9 26 Sulawesi Selatan 380,6 450,6 2,2 833,4 67,6 399,3 32, ,7 SULAWESI 2.282, ,8 2, ,6 79,9 980,7 20, ,3 27 Bali 39,6 30,6 0,4 70,6 73,7 25,2 26, ,8 28 NTB 254,1 98,9 0,2 353,2 82,1 77,2 17, ,5 29 NTT 67,7 314,1 0,2 382,1 52,3 349,2 47, ,2 BALI DAN NUSA TENGGARA 361,4 443,6 0,9 805,9 64,1 451,6 35, ,5 30 Maluku Utara 159,7 338,0 0,4 498,0 85,3 85,9 14, ,0 31 Maluku 110,4 390,1-500,5 80,2 123,6 19, ,1 MALUKU & MALUKU UTARA 270,1 728,1 0,4 998,5 82,7 209,5 17, ,0 32 Papua 5.708,9 823,5 0, ,5 82, ,6 17, ,1 33 Papua Barat 1.370,7 177, ,7 93,7 104,1 6, ,8 PAPUA 7.079, ,5 0, ,3 84, ,7 15, ,9 INDONESIA , ,8 304, ,0 76, ,4 23, ,4 Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : hasil penafsiran citra landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Di dalam kawasan Hutan Lindung, hutan tanaman tidak diklasifikasikan sebagai Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

26 D. Rekalkulasi pada Kawasan Hutan Produksi Penutupan lahan pada kawasan hutan produksi dirinci menjadi penutupan lahan di Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi yang dapat di-konversi (HPK). 1. Hutan Produksi Tetap (HP) Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada kawasan Hutan Produksi Tetap per provinsi pada Tabel III.7, terlihat bahwa: a. Provinsi Papua Barat memiliki persentase lahan berhutan terbesar terhadap luas kawasan hutan produksi tetapnya yaitu 93,2 % atau 1,7 juta ha dari luasan 1,8 juta ha diikuti dengan Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 83,3 % atau 2,9 juta ha dari luasan 4,7 juta ha. b. Sedangkan provinsi yang memiliki persentase lahan berhutan berkisar antara 50,0 80,0 % terdapat di Pulau Sumatera (Provinsi Aceh : 61,0 % atau 366,6 ribu ha dari luasan 601,3 ribu ha, Sumatera Barat : 63,3 % atau 228,0 ribu ha dari luasan 360,4 ribu ha dan Bengkulu: 52,9 % atau 13,7 ribu ha dari luasan 25,9 ribu ha), Pulau Jawa (Provinsi Jawa Tengah : 74,1 % atau ribu ha dari luasan 362,4 ribu ha, DI Yogyakarta : 75,3 % atau 10,4 ribu ha dari luasan 13,9 ribu ha, Jawa Timur : 77,9 % atau 609,6 ribu ha dari luasan 782,8 ribu ha), Pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan Tengah: 73,3% atau 2,8 juta ha dari luasan 3,9 juta ha), Kalimantan Timur : 55,9 % atau 2,9 juta ha dari luasan 5,1 juta ha), Pulau Sulawesi (Provinsi Gorontalo : 69,1 % atau 62,1 ribu ha dari luasan 89,9 ribu ha, Sulawesi Tengah: 71,8 % atau 359,2 ribu ha dari luasan 500,6 ribu ha, Sulawesi Tenggara: 76,1 % atau 305,6 ribu ha dari luasan 401,6 ribu ha), Pulau Bali dan Nusa Tenggara ( Provinsi Nusa Tenggara Timur: 51,0 % atau 218,5 ribu ha dari luasan 428,4 ribu ha), Kepulauan Maluku (Provinsi Maluku Utara (77,1 % atau 371,9 ribu ha dari luasan 482,3 ribu ha, Maluku : 72,4 % atau 495,1 ribu ha dari luasan 684,3 ribu ha). c. Provinsi yang memiliki lahan berhutan kurang dari 50,0 % terdapat di Pulau Sumatera (Provinsi Sumatera Utara : 28,5 % atau 295,2 ribu ha dari luasan 1,0 juta ha, Riau : 42,3 % atau 789,9 ribu ha dari luasan 1,9 juta ha, Jambi : 28,2 % atau 273,2 ribu ha dari luasan 968,9 ribu ha, Sumatera Selatan : 19,9 % atau 335,4 ribu ha dari luasan 1,7 juta ha,kep. Bangka Belitung: 26,1 % atau 113,1 ribu ha dari luasan 432,9 ribu ha,, Lampung: 13,5 % atau 25,8 ribu ha dari luasan 191,7 ribu ha, Pulau Jawa (Provinsi Banten: 35,3 % atau 9,5 ribu ha dari luasan 27,0 ribu ha), DKI Jakarta: 2,7 % atau 4,3 ha dari 158,4 ha, Jawa Barat: 45,6 % atau 92,3 ribu ha dari 203,0 ribu ha), Pulau Kalimantan (Provinsi Kalimantan Barat: 32,5 % atau 736,5 ribu ha dari luasan 2,3 juta ha, Kalimantan Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

27 Selatan: 32,0 % atau 244,1 ribu ha dari luasan 762,2 ribu ha,), Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Utara: 47,1 % atau 31,3 ribu ha dari luasan 66,5 ribu ha, Sulawesi Barat: 49,2 % atau 32,0 ribu ha dari luasan 65,0 ribu ha, Sulawesi Selatan: 30,6 % atau 37,9 ribu ha dari luasan 124,0 ribu ha dan Pulau Bali dan Nusatenggara (Provinsi Bali: 21,2 % atau 400 ha dari luasan 1,9 ribu ha, NTB: 46,7 % atau 70,3 ribu ha dari luasan 150,6 ribu ha). d. Provinsi yang memiliki lahan berhutan kurang dari 5,0 % yaitu DKI Jakarta (2,7 % atau 4,3 ha dari 158,4 ha). Kawasan Hutan Produksi Tetap umumnya diperuntukkan bagi pemanfaatan hasil hutan kayu. Dari 33 provinsi di seluruh Indonesia, 16 provinsi diantaranya memiliki penutupan lahan berhutan di hutan produksi tetap lebih dari 50,0 %. Kondisi Hutan Produksi Tetap didominasi oleh jenis hutan sekunder kecuali pulau Papua yang masih memiliki hutan primer cukup luas. Hutan sekunder di Pulau Sumatera meliputi 1,8 juta ha sedangkan hutan primernya hanya 106,6 ribu ha, demikian pula dengan pulau-pulau lainnya. Pulau Jawa memiliki hutan tanaman yang terluas dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya (antara lain tanaman jati dan pinus, sesuai kelas perusahaan yang dikelola oleh Perum Perhutani). Pulau Bali dan Nusatenggara, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua memiliki hutan tanaman yang relatif sedikit dibandingkan dengan hutan tanaman di pulau lainnya. Oleh karena itu, kegiatan hutan tanaman di wilayah tersebut dapat lebih dikembangkan guna meningkatkan pasokan kayu untuk memenuhi kebutuhan industri kehutanan. Data penutupan lahan pada kawasan Hutan Produksi Tetap, selengkapnya disajikan pada Tabel III.7 berikut ini: Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

28 Tabel III.7 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Produksi Tetap per Provinsi (Ribu Ha) PENUTUPAN LAHAN NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data TOTAL Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total % Aceh 7,1 324,8 34,8 366,6 61,0 234,7 39, ,3 2 Sumatera Utara 27,8 204,9 62,4 295,2 28,5 740,5 71, ,7 3 Riau 18,0 564,3 207,7 789,9 42, ,2 57, ,1 4 Sumatera Barat 6,5 218,0 3,5 228,0 63,3 132,4 36, ,4 5 Jambi 20,0 209,0 44,2 273,2 28,2 695,7 71, ,9 6 Sumatera Selatan 10,9 141,5 182,9 335,4 19, ,0 80, ,3 7 Kepulauan Bangka Belitung 13,5 99,6-113,1 26,1 319,9 73, ,9 8 Bengkulu 2,8 10,8-13,7 52,9 12,2 47, ,9 9 Lampung ,8 25,8 13,5 165,9 86, ,7 10 Kepulauan Riau SUMATERA 106, ,0 561, ,9 34, ,4 66, ,2 11 Banten - 0,9 8,6 9,5 35,3 17,5 64, ,0 12 DKI Jakarta - 0,0-0,0 2,7 0,2 97, ,2 13 Jawa Barat - 15,0 77,3 92,3 45,5 110,6 54, ,0 14 Jawa Tengah - 8,9 259,6 268,5 74,1 93,8 25, ,4 15 D.I. Yogyakarta ,4 10,4 75,3 3,4 24, ,9 16 Jawa Timur 38,8 28,9 542,0 609,7 77,9 173,1 22, ,8 JAWA 38,8 53,8 898,0 990,5 71,3 398,6 28, ,1 17 Kalimantan Barat 23,0 705,8 7,8 736,5 32, ,2 67, ,8 18 Kalimantan Selatan 0,3 193,6 50,1 244,1 32,0 518,1 68, ,2 19 Kalimantan Tengah 62, ,7 91, ,7 73, ,1 26, ,8 20 Kalimantan Timur 419, ,6 299, ,4 55, ,3 44, ,7 KALIMANTAN 505, ,7 448, ,7 55, ,8 44, ,5 21 Sulawesi Utara 15,7 15,7-31,3 47,1 35,2 52, ,5 22 Gorontalo 5,6 56,5-62,1 69,1 27,8 30, ,9 23 Sulawesi Tengah 197,8 161,4-359,2 71,8 141,4 28, ,6 24 Sulawesi Tenggara 49,7 253,4 2,5 305,6 76,1 96,0 23, ,6 25 Sulawesi Barat 12,3 19,6-32,0 49,2 33,0 50, ,0 26 Sulawesi Selatan 1,8 34,8 1,3 37,9 30,6 86,1 69, ,0 SULAWESI 283,0 541,3 3,8 828,1 66,4 419,5 33, ,6 27 Bali 0,0 0,0 0,4 0,4 21,2 1,5 78, ,9 28 NTB 23,9 45,8 0,6 70,3 46,7 80,3 53, ,6 29 NTT 18,1 200,4-218,5 51,0 209,8 49, ,4 BALI DAN NUSA TENGGARA 42,0 246,3 1,0 289,2 49,8 291,6 50, ,9 30 Maluku Utara 38,5 313,3 20,1 371,9 77,1 110,4 22, ,3 31 Maluku 93,2 401,9-495,1 72,4 189,2 27, ,3 MALUKU & MALUKU UTARA 131,7 715,2 20,1 867,0 74,3 299,6 25, ,5 32 Papua 2.641, ,2 0, ,5 83,3 791,9 16, ,4 33 Papua Barat 1.012,3 706, ,0 93,2 125,0 6, ,0 PAPUA 3.653, ,9 0, ,5 86,1 917,0 13, ,4 INDONESIA 4.760, , , ,8 58, ,4 41, ,2 Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : hasil penafsiran citra landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

29 2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Hutan Produksi Terbatas per provinsi pada Tabel III.8, terlihat bahwa : a. Provinsi Kalimantan Timur memiliki persentase lahan berhutan terbesar terhadap luas kawasan hutan produksi terbatasnya sebanyak 94,7 % atau 4,4 juta ha dari luasan 4,6 juta ha diikuti dengan Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 92,9 % atau 1,4 juta ha dari luasan 1,5 juta ha. Provinsi-provinsi lain yang memiliki lahan berhutan lebih dari 80,0 % adalah Provinsi Sumatera Utara (80,3 % atau 705,8 ribu ha dari luasan 879,3 juta ha),kalimantan Tengah (87,6 % atau 2,9 juta ha dari luasan 3,3 juta ha), Jawa Tengah (87,1 % atau 160,2 ribu ha dari luasan 183,9 ribu ha), Gorontalo (86,9 % atau 218,2 ribu ha dari luasan 251,1 ribu ha, Sulawesi Tengah (92,9% atau 1,4 juta ha dari luasan 1,5 juta ha, Sulawesi Tenggara (81,7 % atau 381,6 ribu ha dari luasan 466,9 ribu ha), Maluku Utara (89,7 % atau 598,7 ribu ha dari luasan 667,2 ribu ha ), Maluku (88,0 % atau 801,4 ribu ha dari luasan 910,5 ribu ha) dan Papua (80,8% atau 4,8 juta ha dari luasan 5,9 juta ha). b. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 50,0-80,0 % untuk Pulau Sumatera terdapat di Provinsi Aceh 68,7 % (25,6 ribu ha dari luasan 37,3 ribu ha), Riau 55,1 % (945,4 ribu ha dari luasan 1,7 juta ha), Sumatera Barat 74,9 % (174,6 ribu ha dari luasan 233,2 ribu ha),bengkulu 71,4 % (128,3 ribu ha dari luasan 173,3 ribu ha), Jambi 62,0 % (162,0 ribu ha dari luasan 261,5 ribu ha), Kep. Riau 53,1 % (136,0 ribu ha dari luasan 256,0 ribu ha). Di Pulau Jawa terdapat di Provinsi Banten 63,6 % (31,5 ribu ha dari luasan 49,4 ribu ha, Jawa Barat 59,9 % (113,9 ribu ha dari luasan 190,2 ribu ha. Di Pulau Kalimantan terdapat di Provinsi Kalimantan Barat 74,5 % (1,8 juta ha dari luasan 2,4 juta ha), Kalimantan Selatan 75,0 % (94,9 ribu ha dari luasan 126,7 ribu ha). Di Pulau Sulawesi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara 78,0 % (170,1 ribu ha dari luasan 218,0 ribu ha), Sulawesi Barat 79,1 % (286,2 ribu ha dari luasan 361,8 ribu ha), Sulawesi Selatan 73,2 % (362,2 ribu ha dari luasan 494,8 ribu ha). Provinsi lainnya adalah: NTB 78,5 % (225,2 ribu ha dari luasan 286,7 ribu ha), NTT 68,0 % (134,2 ribu ha dari luasan 197,3 ribu ha). c. Provinsi Sumatera Selatan, Lampung dan Bali memiliki lahan berhutan kurang dari 50,0 %. Provinsi Sumatera Selatan 17,5 % (41,5 ribu ha dari luasan 236,8 ribu ha), Lampung 43,4 % (14,5 ribu ha dari luasan 33,4 ribu ha) dan Bali 44,4 % (3,0 ribu ha dari luasan 6,7 ribu ha). d. Provinsi Lampung memiliki lahan berhutan dengan persentase terkecil yaitu 43,4 % atau 14,5 ribu ha dari luasan 33,4 ribu ha. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

30 Data penutupan lahan pada kawasan Hutan Produksi Terbatas, selengkapnya disajikan pada Tabel III.8 berikut ini : Tabel III.8 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Produksi Terbatas per Provinsi (Ribu Ha) PENUTUPAN LAHAN NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data TOTAL Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total % Aceh 0,1 25,5-25,6 68,7 11,7 31, ,3 2 Sumatera Utara 52,7 635,6 17,6 705,8 80,3 173,4 19, ,3 3 Riau 98,3 605,0 242,1 945,4 55,1 770,1 44, ,5 4 Sumatera Barat 6,7 167,7 0,2 174,6 74,9 58,6 25, ,2 5 Jambi 40,6 121,4 0,0 162,0 62,0 99,4 38, ,5 6 Sumatera Selatan 12,8 20,7 8,0 41,5 17,5 195,3 82, ,8 7 Kepulauan Bangka Belitung Bengkulu 26,7 97,1-123,8 71,4 49,5 28, ,3 9 Lampung 10,0 4,5-14,5 43,4 18,9 56, ,4 10 Kepulauan Riau 6,0 128,7 1,3 136,0 53,1 120,1 46, ,0 SUMATERA 253, ,2 269, ,2 60, ,0 39, ,2 11 Banten 0,1 6,4 25,0 31,5 63,6 18,0 36, ,4 12 DKI Jakarta Jawa Barat 2,5 14,2 97,2 113,9 59,9 76,3 40, ,2 14 Jawa Tengah - 27,4 132,8 160,2 87,1 23,7 12, ,9 15 D.I. Yogyakarta Jawa Timur JAWA 2,7 48,0 254,9 305,6 72,2 117,9 27, ,5 17 Kalimantan Barat 416, , ,5 74,5 623,5 25, ,0 18 Kalimantan Selatan 2,1 92,1 0,7 94,9 75,0 31,7 25, ,7 19 Kalimantan Tengah 460, ,0 8, ,7 87,6 411,7 12, ,5 20 Kalimantan Timur 2.105, ,3 4, ,4 94,7 245,6 5, ,0 KALIMANTAN 2.985, ,1 13, ,6 87, ,5 12, ,1 21 Sulawesi Utara 60,1 110,1-170,1 78,0 47,9 22, ,0 22 Gorontalo 75,7 142,5-218,2 86,9 32,9 13, ,1 23 Sulawesi Tengah 812,5 559, ,6 92,9 104,8 7, ,3 24 Sulawesi Tenggara 144,1 237,5-381,6 81,7 85,3 18, ,9 25 Sulawesi Barat 89,8 196,4-286,2 79,1 75,6 20, ,8 26 Sulawesi Selatan 122,9 231,3 8,0 362,2 73,2 132,7 26, ,8 SULAWESI 1.305, ,8 8, ,8 85,3 479,1 14, ,9 27 Bali 0,0 1,9 1,0 3,0 44,4 3,7 55, ,7 28 NTB 126,3 98,8 0,0 225,2 78,5 61,5 21, ,7 29 NTT 8,8 125,4-134,2 68,0 63,0 32, ,3 BALI DAN NUSA TENGGARA 135,1 226,1 1,1 362,4 73,8 128,3 26, ,7 30 Maluku Utara 143,3 450,3 5,0 598,7 89,7 68,5 10, ,2 31 Maluku 20,8 780,6-801,4 88,0 109,1 12, ,5 MALUKU & MALUKU UTARA 164, ,0 5, ,1 88,7 177,6 11, ,7 32 Papua 3.978,4 841, ,2 80, ,3 19, ,5 33 Papua Barat 933,5 333, ,4 68,5 581,9 31, ,2 PAPUA 4.911, , ,6 77, ,1 22, ,7 INDONESIA 9.757, ,9 551, ,2 80, ,7 19, ,8 Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : hasil penafsiran citra landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

31 Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) merupakan cadangan potensi kayu dan sumber benih permudaan alam. Dari hasil rekalkulasi sumberdaya hutan pada seluruh provinsi, sebagian besar provinsi memiliki lahan berhutan kurang dari 80,0 % dengan penutupan hutan sekunder yang lebih luas dibandingkan hutan primernya. Hanya 10 (sepuluh) provinsi yang memiliki lahan berhutan yang lebih dari 80,0 % yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Pada Hutan Produksi Terbatas, pulau Jawa memiliki hutan tanaman yang relatif lebih luas dibandingkan pulau-pulau lainnya. Upaya regenerasi jenis-jenis kayu unggulan dan langka, penting untuk dipertimbangkan dalam rangka pengembangan hutan tanaman dan mempertahankan keanekaragaman jenis flora endemik yang ada di Indonesia. 3. Hutan Produksi yang dapat di-konversi (HPK) Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Hutan Produksi yang dapat di-konversi per provinsi pada Tabel III.9, terlihat bahwa: a. Tidak seluruh provinsi memiliki kawasan Hutan Produksi yang dapat di-konversi. Provinsi Aceh, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Timur, Bali, NTB dan seluruh provinsi di Pulau Jawa tidak memiliki kawasan HPK. b. Provinsi yang memiliki persentase lahan berhutan terbesar adalah Provinsi Papua Barat yaitu sebesar 91,2 % atau 2,1 juta ha dari luasan 2,3 juta ha) diikuti dengan Provinsi Sulawesi Utara sebesar 84,3 % atau 12,6 ribu ha dari luasan 14,9 ribu ha), Gorontalo sebesar 83,2 % atau 68,6 ribu ha dari luasan 82,4 ribu ha). c. Provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 50,0 80,0 % adalah Provinsi Sumatera Barat (51,6 % atau 96,7 ribu ha dari luasan 187,3 ribu ha), Kalimantan Barat (53,6 % atau 275,7 ribu ha dari luasan 514,4 ribu ha), Sulawesi Tengah (77,9 % atau 196,1 ribu ha dari luasan 251,9 ribu ha), Sulawesi Tenggara (68,2 % atau 63,8 ribu ha dari luasan 93,6 ribu ha), Maluku Utara (71,4 % atau 405,3 ribu ha dari luasan 567,6 ribu ha), Maluku (52,2 % atau 858,2 ribu ha dari luasan 1,6 juta ha), dan Papua (70,5 % atau 2,9 juta ha dari luasan 4,1 juta ha). d. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan antara 25,0 50,0 % adalah Provinsi Kepulauan Riau (27,5 % atau 142,4 ribu ha dari luasan 517,7 ribu ha), Kalimantan Tengah (28,9 % atau 735,7 ribu ha dari luasan 2,5 juta ha) dan Sulawesi Selatan (46,6 % atau 10,7 ribu ha dari luasan 23,0 ribu ha) Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

32 e. Sedangkan provinsi yang memiliki lahan berhutan kurang dari 25 % adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat dan NTT. f. Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan memiliki persentasi lahan berhutan terkecil yaitu sebesar 1,4 %. Hutan Produksi yang dapat di-konversi (HPK) adalah kawasan hutan di luar hutan tetap dan tidak setiap provinsi memiliki HPK. Umumnya kawasan HPK dicadangkan untuk kegiatan non kehutanan seperti kegiatan transmigrasi dan perkebunan, dengan alternatif pelepasan kawasan menjadi kawasan Non Hutan Negara atau Areal Penggunaan Lain (APL). Pelaksanaan kegiatan transmigrasi dan perkebunan yang belum dilaksanakan sesuai ketentuan dapat mengakibatkan timbulnya okupasi areal oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya penyempurnaan pelaksanaan pengelolaan kawasan hutan yang dapat dikonversi, terutama dalam hal regulasi proses pelepasan kawasan hutan untuk penggunaan non kehutanan, sehingga kegiatan pemanfaatan kawasan tersebut dapat memberikan jaminan sumber daya alam dan keberlangsungan pengusahaannya. Data penutupan lahan pada kawasan Hutan Produksi yang dapat di- Konversi selengkapnya disajikan pada Tabel III.9 berikut ini : Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

33 Tabel III.9 Luas Penutupan Lahan pada Kawasan Hutan Produksi yang dapat di-konversi per Provinsi (Ribu Ha) PENUTUPAN LAHAN NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data TOTAL Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total % Aceh Sumatera Utara - 1,5 0,4 1,8 3,5 50,9 96, ,8 3 Riau 9,8 374,3 87,6 471,7 11, ,7 88, ,4 4 Sumatera Barat 6,6 90,1-96,7 51,6 90,6 48, ,3 5 Jambi - 0,1 0,1 0,2 1,4 11,3 98, ,4 6 Sumatera Selatan 0,0 4,9 0,2 5,0 1,4 354,2 98, ,3 7 Kepulauan Bangka Belitung 0,0 0,0-0,0 4,3 0,7 95, ,7 8 Bengkulu - 1,0 0,0 1,1 9,2 10,7 90, ,8 9 Lampung Kepulauan Riau 15,0 125,6 1,8 142,4 27,5 375,3 72, ,7 SUMATERA 31,4 597,4 90,1 719,0 13, ,3 86, ,3 11 Banten DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur JAWA Kalimantan Barat 3,4 272,4-275,7 53,6 238,6 46, ,4 18 Kalimantan Selatan - 4,0 3,2 7,2 4,8 144,2 95, ,4 19 Kalimantan Tengah 7,7 709,2 18,8 735,7 28, ,8 71, ,5 20 Kalimantan Timur KALIMANTAN 11,1 985,6 22, ,7 31, ,6 68, ,3 21 Sulawesi Utara - 12,6-12,6 84,3 2,3 15, ,9 22 Gorontalo 1,2 67,4-68,6 83,2 13,9 16, ,4 23 Sulawesi Tengah 82,9 113,2-196,1 77,9 55,7 22, ,9 24 Sulawesi Tenggara 10,8 52,8 0,2 63,8 68,2 29,8 31, ,6 25 Sulawesi Barat 0,0 12,5-12,5 15,7 67,2 84, ,7 26 Sulawesi Selatan 5,0 5,7-10,7 46,6 12,3 53, ,0 SULAWESI 100,0 264,2 0,2 364,3 66,8 181,2 33, ,5 27 Bali NTB NTT 1,1 15,3-16,4 16,1 85,4 83, ,8 BALI DAN NUSA TENGGARA 1,1 15,3-16,4 16,1 85,4 83, ,8 30 Maluku Utara 40,6 359,5 5,2 405,3 71,4 162,3 28, ,6 31 Maluku 179,1 679,1-858,2 52,2 786,9 47, ,1 MALUKU & MALUKU UTARA 219, ,6 5, ,5 57,1 949,2 42, ,8 32 Papua 1.745, ,3 1, ,2 70, ,1 29, ,3 33 Papua Barat 1.080, , ,3 91,2 202,2 8, ,5 PAPUA 2.825, ,4 1, ,5 77, ,3 22, ,8 INDONESIA 3.188, ,6 119, ,4 46, ,0 53, ,4 Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : hasil penafsiran citra landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

34 E. Rekalkulasi pada Areal Penggunaan Lain (APL) Berdasarkan hasil penghitungan luas penutupan lahan pada Areal Penggunaan Lain per provinsi pada Tabel III.10, terlihat bahwa : a. Provinsi yang memiliki lahan berhutan lebih dari 50,0 % adalah Provinsi Papua Barat (57,1 % atau 158,8 ribu ha dari luasan 278,4 ribu ha). b. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 25,0 50,0 % adalah provinsi Jawa Timur (27,0 % atau 932,6 ribu ha dari luasan 3,5 juta ha), Kalimantan Timur (34,7 % atau 1,7 juta ha dari luasan 4,9 juta ha), Sulawesi Tengah (41,8 % atau 686,5 ribu ha dari luasan 1,6 juta ha), NTT (33,2 % atau 987,9 juta ha dari luasan 2,9 juta ha), Maluku (28,9 % atau 9,1 ribu ha dari luasan 31,6 ribu ha) dan Papua (46,3 % atau 1,1 juta ha dari luasan 2,4 juta ha). c. Provinsi-provinsi yang memiliki lahan berhutan berkisar antara 10,0 25,0 % di Pulau Sumatera adalah Provinsi Aceh (15,5 % atau 354,2 ribu ha dari luasan 2,3 juta ha), di Pulau Jawa adalah Provinsi Jawa Tengah (21,7% atau 610,9 ribu ha dari luasan 2,8 juta ha). Di Pulau Kalimantan adalah Provinsi Kalimantan Barat (11,7 % atau 654,3 ribu ha dari luasan 5,6 juta ha). Di Pulau Sulawesi adalah Provinsi Sulawesi Tenggara (12,6 % atau 165,3 ribu ha dari luasan 1,3 juta ha dan Provinsi Maluku Utara (16,8 % atau 159,0 ribu ha dari luasan 948,0 ribu ha di Kepulauan Maluku. d. Luas lahan berhutan yang kurang dari 10,0 % terdapat di provinsi Sumatera Utara (5,3 %), Sumatera Barat (7,5 %), Jambi (6,5 %), Sumatera Selatan (2,4 %), Kep. Bangka Belitung (5,8 %), Bengkulu (6,5 %), Lampung (1,0 %), Banten (4,2 %), DKI Jakarta (0,1 %), Jawa Barat (6,0 %), DI Yogyakarta (8,8 %), Kalimantan Selatan (4,6 %), Kalimantan Tengah (5,6 %), Sulawesi Utara (8,3 %), Gorontalo (4,4 %), Sulawesi Barat (7,7 %), Sulawesi Selatan (3,9 %), Bali (3,8 %) dan NTB (7,5 %). e. Provinsi Lampung (1,0 % atau 23,5 ribu ha dari luasan 2,3 juta ha) dan DKI Jakarta (0,1 % atau 97,3 ha dari luasan 70,1 ribu ha) merupakan provinsi dengan luasan lahan berhutan kurang dari 1,0 %. Data penutupan lahan pada Areal Penggunaan Lain selengkapnya disajikan pada Tabel III.10 berikut ini : Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

35 Tabel III.10 Luas Penutupan Lahan pada Areal Penggunaan Lain (APL) per Provinsi (Ribu Ha) PENUTUPAN LAHAN NO. PROVINSI HUTAN NON HUTAN Tidak Ada Data TOTAL Primer Sekunder Tanaman * Total % Total % Total % Aceh 5,7 332,6 15,8 354,2 15, ,8 84, ,0 2 Sumatera Utara 8,4 151,1 21,2 180,8 5, ,4 94, ,2 3 Riau Sumatera Barat 12,1 123,5 1,9 137,5 7, ,5 92, ,9 5 Jambi 2,6 160,3 10,4 173,3 6, ,2 93, ,5 6 Sumatera Selatan 3,6 79,3 33,1 116,0 2, ,1 97, ,1 7 Kepulauan Bangka Belitung 6,0 52,5-58,5 5,8 951,6 94, ,1 8 Bengkulu 2,6 60,8 7,5 70,8 6, ,9 93, ,7 9 Lampung 0,7 15,1 7,7 23,5 1, ,1 99, ,6 10 Kepulauan Riau SUMATERA 41,7 975,2 97, ,5 5, ,7 94, ,2 11 Banten 0,0 4,1 26,8 30,9 4,2 706,6 95, ,5 12 DKI Jakarta - 0,1-0,1 0,1 70,0 99, ,1 13 Jawa Barat 0,1 17,3 157,1 174,5 6, ,4 94, ,9 14 Jawa Tengah - 16,3 594,2 610,5 21, ,5 78, ,0 15 D.I. Yogyakarta - 0,1 26,7 26,9 8,8 277,9 91, ,7 16 Jawa Timur 45,5 108,1 779,2 932,8 27, ,7 73, ,5 JAWA 45,7 146, , ,7 17, ,1 82, ,8 17 Kalimantan Barat 16,9 633,7 3,7 654,3 11, ,4 88, ,6 18 Kalimantan Selatan 3,2 42,1 43,2 88,5 4, ,7 95, ,2 19 Kalimantan Tengah 3,1 122,8 18,0 143,9 5, ,2 94, ,2 20 Kalimantan Timur 240, ,2 137, ,7 34, ,4 65, ,1 KALIMANTAN 263, ,9 202, ,4 17, ,8 82, ,1 21 Sulawesi Utara 12,5 47,2-59,7 8,3 663,9 91, ,6 22 Gorontalo 2,5 13,9-16,4 4,4 357,6 95, ,9 23 Sulawesi Tengah 183,8 502,8-686,5 41,8 955,5 58, ,1 24 Sulawesi Tenggara 10,4 154,5 0,5 165,3 12, ,0 87, ,3 25 Sulawesi Barat 0,0 37,9-38,0 7,7 455,5 92, ,4 26 Sulawesi Selatan 11,2 74,9 3,3 89,4 3, ,8 96, ,3 SULAWESI 220,5 831,1 3, ,4 15, ,2 84, ,6 27 Bali 0,5 15,9 0,1 16,5 3,8 423,8 96, ,3 28 NTB 15,6 54,4 1,2 71,2 7,5 871,8 92, ,9 29 NTT 58,4 929,2 0,3 987,9 33, ,1 66, ,0 BALI DAN NUSA TENGGARA 74,5 999,5 1, ,5 24, ,7 75, ,3 30 Maluku Utara 8,8 150,2-159,0 16,8 789,0 83, ,0 31 Maluku 0,9 8,2-9,1 28,9 22,5 71, ,6 MALUKU & MALUKU UTARA 9,7 158,5-168,1 17,2 811,5 82, ,6 32 Papua 790,4 309,8 0, ,3 46, ,8 53, ,1 33 Papua Barat 78,4 80,4-158,8 57,1 119,6 42, ,4 PAPUA 868,8 390,3 0, ,1 47, ,3 52, ,4 INDONESIA 1.524, , , ,8 15, ,3 84, ,1 Sumber : Data digital penutupan lahan skala 1 : hasil penafsiran citra landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan (APL); terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

36 Dari total Areal Penggunaan Lain seluas 59,5 juta ha, seluas 9,0 juta ha atau 15,2 % merupakan penutupan berhutan. Penutupan lahan berhutan di APL didominasi oleh penutupan hutan sekunder seluas 5,6 juta ha. Keberadaan hutan primer pada APL seluas 1,5 juta ha memerlukan kecermatan dalam pengelolaannya yaitu dalam pemanfaatannya, karena merupakan aset yang penting sebagai sistem penyangga kehidupan di tengah maraknya penebangan di dalam kawasan hutan. Areal ini juga dapat dicadangkan sebagai kawasan hutan negara sebagai alternatif pengganti peran fungsi hutan dari kawasan hutan yang telah terdegradasi. sebab terbukanya tutupan hutan menjadi tidak berhutan Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

37 .BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Rekalkulasi penutupan lahan Indonesia hasil penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012 dilakukan pada kawasan hutan daratan seluas 128,4 juta ha (68,3 %) dan daratan areal penggunaan lain seluas 59,5 juta ha (31,7%). Persentase dihitung terhadap luas seluruh daratan Indonesia (187,8 juta ha). Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan. 2. Berdasarkan hasil rekalkulasi penutupan lahan Indonesia, terdapat lahan berhutan seluas 98,1 juta ha atau 52,2 % dari luas daratan Indonesia dan lahan tidak berhutan seluas 89,8 juta ha (47,8 %). 3. Di dalam kawasan hutan terdapat lahan berhutan seluas 89,1 juta ha atau 47,4 % dari luas daratan Indonesia dan lahan tidak berhutan (non hutan) seluas 39,3 juta ha atau 20,9 %. 4. Hasil rekalkulasi menunjukkan total penutupan lahan berhutan untuk seluruh daratan Indonesia pada Hutan Konservasi seluas 17,2 juta ha (78,1 % dari luas total Hutan Konservasi 22,1 juta ha); Hutan Lindung seluas 23,2 juta ha (76,4 % dari luas total Hutan Lindung 30,4 juta ha); Hutan Produksi Tetap seluas 17,8 juta ha (58,9 % dari luas total Hutan Produksi Tetap 30,2 juta ha); Hutan Produksi Terbatas seluas 22,5 juta ha (80,5 % dari luas total Hutan Produksi Terbatas 27,9 juta ha); Hutan Produksi yang dapat di-konversi seluas 8,4 juta ha (46,8 % dari luas total Hutan Produksi yang dapat di-konversi 17,9 juta ha) dan Areal Penggunaan Lain seluas 9,0 juta ha (15,2 % dari luas total Areal Penggunaan Lain 59,5 juta ha). Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

38 B. Saran dan Rekomendasi 1. Sebagai bahan pertimbangan pembangunan kehutanan yang berorientasi Resource Base Management, data dan informasi hasil rekalkulasi penutupan lahan pada kawasan hutan perlu terus disempurnakan, antara lain dengan data batas kawasan hutan yang lebih akurat dan lebih mendekati kondisi di lapangan. 2. Untuk menghasilkan data dan informasi yang up to date perlu dilakukan kegiatan rekalkulasi penutupan lahan secara periodik setiap tahun. 3. Agar penyajian data lebih informatif perlu analisa spasial dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan penutupan lahan berhutan yang terkait dengan kawasan hutan antara lain kegiatan pemanfaatan, penggunaan, pelepasan/ perubahan peruntukan serta pemekaran wilayah. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

39 DAFTAR PUSTAKA Anonimous, Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2009/2010. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Indonesia. Kementerian Kehutanan. Anonimous, Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Indonesia. Kementerian Kehutanan. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun

40 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % ACEH A. Hutan 776, ,9 25,6 366, , ,7 354, ,8 56,0 - Hutan Primer 558,8 654,1 0,1 7, , ,1 5, ,8 21,8 - Hutan Sekunder 212,1 969,9 25,5 324, , ,2 332, ,8 33,2 - Hutan Tanaman * 5,7 1,9-34,8 42,3-42,3 15,8 58,2 1,0 B. Non Hutan 76,1 218,6 11,7 234,7 541,1-541, , ,9 44,0 C. Tidak ada data Total 852, ,5 37,3 601, ,7 0, , , ,7 100,0 2 SUMATERA UTARA A. Hutan 414,4 561,2 705,8 295, ,6 1, ,4 180, ,2 30,2 - Hutan Primer 322,5 201,7 52,7 27,8 604,6-604,6 8,4 613,1 8,6 - Hutan Sekunder 91,7 321,5 635,6 204, ,6 1, ,1 151, ,2 19,7 - Hutan Tanaman * 0,3 38,0 17,6 62,4 118,3 0,4 118,7 21,2 139,9 2,0 B. Non Hutan 62,6 736,2 173,4 740, ,8 50, , , ,1 69,8 C. Tidak ada data Total 477, ,3 879, , ,4 52, , , ,3 100,0 3 RIAU A. Hutan 325,0 112,0 945,4 789, ,4 471, , ,1 30,6 - Hutan Primer 120,8 26,1 98,3 18,0 263,1 9,8 272,9-272,9 3,2 - Hutan Sekunder 200,0 85,9 605,0 564, ,1 374, , ,4 21,2 - Hutan Tanaman * 4,3 0,1 242,1 207,7 454,2 87,6 541,8-541,8 6,3 B. Non Hutan 124,0 242,1 770, , , , , ,1 69,4 C. Tidak ada data Total 449,0 354, , , , , , ,2 100,0 4 SUMATERA BARAT A. Hutan 690,4 599,2 174,6 228, ,1 96, ,8 137, ,3 46,1 - Hutan Primer 391,5 181,6 6,7 6,5 586,3 6,6 592,9 12,1 605,0 14,5 - Hutan Sekunder 298,9 417,5 167,7 218, ,1 90, ,2 123, ,7 31,5 - Hutan Tanaman * 0,0 0,1 0,2 3,5 3,7-3,7 1,9 5,6 0,1 B. Non Hutan 79,3 192,9 58,6 132,4 463,2 90,6 553, , ,3 53,9 C. Tidak ada data Total 769,7 792,1 233,2 360, ,4 187, , , ,6 100,0 * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

41 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % JAMBI A. Hutan 549,3 122,1 162,0 273, , ,8 173, ,1 26,8 - Hutan Primer 183,7 19,6 40,6 20,0 263,9-263,9 2,6 266,6 5,6 - Hutan Sekunder 365,5 101,4 121,4 209,0 797, ,4 160,3 957,7 20,0 - Hutan Tanaman * 0,0 1,1 0,0 44,2 45,4 0 45,5 10,4 55,8 1,2 B. Non Hutan 136,8 57,8 99,4 695,7 989, , , ,2 73,2 C. Tidak ada data Total 686,1 179,9 261,5 968, , , , ,3 100,0 6 SUMATERA SELATAN A. Hutan 379,9 249,7 41,5 335, ,5 5, ,5 116, ,5 13,4 - Hutan Primer 270,1 90,4 12,8 10,9 384,2 0,0 384,2 3,6 387,8 4,6 - Hutan Sekunder 106,3 152,6 20,7 141,5 421,1 4,9 426,0 79,3 505,2 6,0 - Hutan Tanaman * 3,5 6,7 8,0 182,9 201,2 0,2 201,4 33,1 234,5 2,8 B. Non Hutan 349,5 341,8 195, , ,6 354, , , ,9 86,6 C. Tidak ada data Total 729,4 591,5 236, , ,1 359, , , ,4 100,0 7 KEP. BANGKA BELITUNG A. Hutan 11,3 66,7-113,1 191, ,1 58,5 249,6 15,0 - Hutan Primer 2,5 17,6-13,5 33,7 0 33,7 6,0 39,7 2,4 - Hutan Sekunder 8,8 49,1-99,6 157, ,4 52,5 209,9 12,6 - Hutan Tanaman * ,0-0, B. Non Hutan 24,1 118,8-319,9 462, ,5 951, ,1 85,0 C. Tidak ada data Total 35,5 185,5-432,9 653,9-654, , ,7 100,0 8 BENGKULU A. Hutan 376,7 176,7 123,8 13,7 690,9 1,1 692,0 70,8 762,8 37,9 - Hutan Primer 296,6 100,5 26,7 2,8 426,5-426,5 2,6 429,1 21,3 - Hutan Sekunder 79,8 76,3 97,1 10,8 264,0 1,0 265,0 60,8 325,8 16,2 - Hutan Tanaman * 0, ,0 0,3 0,0 0,4 7,5 7,9 0,4 B. Non Hutan 86,2 74,0 49,5 12,2 222,0 10,7 232, , ,6 62,1 C. Tidak ada data Total 463,0 250,7 173,3 25,9 912,9 11,8 924, , ,4 100,0 * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

42 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % LAMPUNG A. Hutan 257,2 49,9 14,5 25,8 347,5-347,5 23,5 371,0 11,1 - Hutan Primer 122,0 3,2 10,0-135,2-135,2 0,7 135,8 4,1 - Hutan Sekunder 135,2 46,7 4,5-186,5-186,5 15,1 201,6 6,0 - Hutan Tanaman * ,8 25,8-25,8 7,7 33,6 1,0 B. Non Hutan 204,8 267,7 18,9 165,9 657,3-657, , ,3 88,9 C. Tidak ada data Total 462,0 317,6 33,4 191, , , , ,3 100,0 10 KEPULAUAN RIAU A. Hutan 0,0 23,4 136,0-159,4 142,4 301,8-301,8 36,9 - Hutan Primer - - 6,0-6,0 15,0 21,0-21,0 2,6 - Hutan Sekunder 0,0 23,4 128,7-152,1 125,6 277,7-277,7 33,9 - Hutan Tanaman * - - 1,3-1,3 1,8 3,1-3,1 0,4 B. Non Hutan 2,2 19,6 120,1-141,9 375,3 517,1-517,1 63,1 C. Tidak ada data Total 2,2 43,0 256,0-301,3 517,7 818,9-818,9 100,0 SUMATERA A. Hutan 3.780, , , , ,7 719, , , ,2 30,0 - Hutan Primer 2.268, ,8 253,9 106, ,6 31, ,0 41, ,7 8,6 - Hutan Sekunder 1.498, , , , ,4 597, ,9 975, ,1 19,1 - Hutan Tanaman * 14,2 47,9 269,2 561,3 892,6 90,1 982,8 97, ,4 2,3 B. Non Hutan 1.145, , , , , , , , ,7 70,0 C. Tidak ada data Total 4.926, , , , , , , , ,0 100,0 11 BANTEN A. Hutan 92,3 7,5 31,5 9,5 140,8-140,8 30,9 171,7 18,3 - Hutan Primer 7,5 0,8 0,1-8,4-8,4 0,0 8,4 0,9 - Hutan Sekunder 64,2 3,7 6,4 0,9 75,1-75,1 4,1 79,2 8,4 - Hutan Tanaman * 20,6 3,1 25,0 8,6 57,3-57,3 26,8 84,1 9,0 B. Non Hutan 20,7 4,8 18,0 17,5 61,0-61,0 706,6 767,6 81,7 C. Tidak ada data Total 113,0 12,4 49,4 27,0 201,8-201,8 737,5 939,3 100,0 * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

43 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % DKI JAKARTA A. Hutan 0,1 0,0-0,0 0,1-0,1 0,1 0,2 0,3 - Hutan Primer Hutan Sekunder 0,1 0,0-0,0 0,1-0,1 0,1 0,2 0,3 - Hutan Tanaman * B. Non Hutan 0,2 0,0-0,2 0,4-0,4 70,0 70,4 99,7 C. Tidak ada data Total 0,3 0,0-0,2 0,5-0,5 70,1 70,6 100,0 13 JAWA BARAT A. Hutan 101,0 167,4 113,9 92,3 474,6-474,6 174,5 649,1 17,4 - Hutan Primer 8,3 4,8 2,5-15,6-15,6 0,1 15,7 0,4 - Hutan Sekunder 55,8 59,1 14,2 15,0 144,1-144,1 17,3 161,3 4,3 - Hutan Tanaman * 36,9 103,5 97,2 77,3 314,9-314,9 157,1 472,0 12,7 B. Non Hutan 31,2 123,9 76,3 110,6 342,0-342, , ,4 82,6 C. Tidak ada data Total 132,2 291,3 190,2 203,0 816,6-816, , ,5 100,0 14 JAWA TENGAH A. Hutan 10,6 67,7 160,2 268,5 507,1-507,1 610, ,6 32,3 - Hutan Primer - 0, ,1-0,1-0,1 0,0 - Hutan Sekunder 2,7 19,7 27,4 8,9 58,7-58,7 16,3 75,0 2,2 - Hutan Tanaman * 7,9 47,9 132,8 259,6 448,3-448,3 594, ,5 30,1 B. Non Hutan 5,8 16,8 23,7 93,8 140,1-140, , ,6 67,7 C. Tidak ada data Total 16,4 84,4 183,9 362,4 647,1-647, , ,1 100,0 15 DI.YOGYAKARTA A. Hutan 0,4 1,0-10,4 11,8-11,8 26,9 38,7 12,0 - Hutan Primer Hutan Sekunder 0,1 0, ,5-0,5 0,1 0,6 0,2 - Hutan Tanaman * 0,3 0,6-10,4 11,4-11,4 26,7 38,1 11,8 B. Non Hutan 0,5 1,0-3,4 5,0-5,0 277,9 282,9 88,0 C. Tidak ada data Total 0,9 2,1-13,9 16,8-16,8 304,7 321,6 100,0 * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

44 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % JAWA TIMUR A. Hutan 210,5 272,8-609, , ,9 932, ,7 42,1 - Hutan Primer 106,8 116,3-38,8 261,8-261,8 45,5 307,3 6,4 - Hutan Sekunder 93,7 75,5-28,9 198,2-198,2 108,1 306,3 6,4 - Hutan Tanaman * 9,9 81,0-542,0 632,9-632,9 779, ,1 29,3 B. Non Hutan 19,7 72,0-173,1 264,7-264, , ,5 57,9 C. Tidak ada data Total 230,1 344,7-782, , , , ,2 100,0 JAWA A. Hutan 414,8 516,3 305,6 990, , , , ,9 30,0 - Hutan Primer 122,5 121,9 2,7 38,8 285,9-285,9 45,7 331,6 2,5 - Hutan Sekunder 216,6 158,3 48,0 53,8 476,7-476,7 146,0 622,7 4,7 - Hutan Tanaman * 75,7 236,1 254,9 898, , , , ,7 22,9 B. Non Hutan 78,1 218,6 117,9 398,6 813,2-813, , ,3 70,0 C. Tidak ada data Total 492,9 734,9 423, , , , , ,3 100,0 17 KALIMANTAN BARAT A. Hutan 1.251, , ,5 736, ,9 275, ,6 654, ,9 44,8 - Hutan Primer 1.000,7 983,0 416,7 23, ,5 3, ,8 16, ,8 16,8 - Hutan Sekunder 250,4 804, ,8 705, ,7 272, ,0 633, ,7 27,9 - Hutan Tanaman * ,8 7,8-7,8 3,7 11,4 0,1 B. Non Hutan 206,6 519,2 623, , ,6 238, , , ,6 55,2 C. Tidak ada data Total 1.457, , , , ,5 514, , , ,5 100,0 18 KALIMANTAN SELATAN A. Hutan 105,2 370,1 94,9 244,1 814,3 7,2 821,5 88,5 910,0 24,6 - Hutan Primer 18,8 38,1 2,1 0,3 59,3-59,3 3,2 62,5 1,7 - Hutan Sekunder 80,4 325,0 92,1 193,6 691,1 4,0 695,1 42,1 737,2 19,9 - Hutan Tanaman * 6,1 7,0 0,7 50,1 63,9 3,2 67,1 43,2 110,3 3,0 B. Non Hutan 108,1 156,4 31,7 518,1 814,3 144,2 958, , ,2 75,4 C. Tidak ada data Total 213,3 526,4 126,7 762, ,6 151, , , ,2 100,0 * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

45 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % KALIMANTAN TENGAH A. Hutan 546,0 586, , , ,5 735, ,3 143, ,2 50,9 - Hutan Primer 168,4 263,8 460,8 62,2 955,2 7,7 963,0 3,1 966,0 6,3 - Hutan Sekunder 377,5 322, , , ,5 709, ,7 122, ,5 43,7 - Hutan Tanaman * - 0,0 8,0 91,8 99,8 18,8 118,6 18,0 136,6 0,9 B. Non Hutan 1.062,3 759,9 411, , , , , , ,1 49,1 C. Tidak ada data Total 1.608, , , , , , , , ,3 100,0 20 KALIMANTAN TIMUR A. Hutan 1.760, , , , , , , ,7 68,1 - Hutan Primer 1.481, , ,5 419, , ,8 240, ,9 32,0 - Hutan Sekunder 240,9 607, , , , , , ,3 33,6 - Hutan Tanaman * 38,3 9,9 4,6 299,2 352,1-352,1 137,5 489,5 2,5 B. Non Hutan 404,1 146,1 245, , , , , ,5 31,9 C. Tidak ada data Total 2.164, , , , , , , ,2 100,0 KALIMANTAN A. Hutan 3.662, , , , , , , , ,8 53,7 - Hutan Primer 2.669, , ,1 505, ,8 11, ,0 263, ,1 18,3 - Hutan Sekunder 949, , , , ,3 985, , , ,7 34,0 - Hutan Tanaman * 44,3 16,9 13,3 448,9 523,5 22,0 545,5 202,3 747,9 1,4 B. Non Hutan 1.781, , , , , , , , ,4 46,3 C. Tidak ada data Total 5.444, , , , , , , , ,2 100,0 21 SULAWESI UTARA A. Hutan 204,8 114,0 170,1 31,3 520,3 12,6 532,9 59,7 592,6 40,9 - Hutan Primer 119,4 78,1 60,1 15,7 273,3 0,0 273,3 12,5 285,8 19,7 - Hutan Sekunder 85,3 36,0 110,1 15,7 247,0 12,6 259,6 47,2 306,8 21,2 - Hutan Tanaman * B. Non Hutan 40,5 66,7 47,9 35,2 190,3 2,3 192,7 663,9 856,5 59,1 C. Tidak ada data Total 245,3 180,8 218,0 66,5 710,6 14,9 725,5 723, ,1 100,0 * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

46 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % GORONTALO A. Hutan 187,0 178,6 218,2 62,1 645,9 68,6 714,4 16,4 730,8 61,0 - Hutan Primer 130,1 85,1 75,7 5,6 296,5 1,2 297,7 2,5 300,2 25,0 - Hutan Sekunder 56,9 93,5 142,5 56,5 349,3 67,4 416,7 13,9 430,6 35,9 - Hutan Tanaman * B. Non Hutan 9,7 26,1 32,9 27,8 96,4 13,9 110,2 357,6 467,8 39,0 C. Tidak ada data Total 196,7 204,6 251,1 89,9 742,2 82,4 824,7 373, ,6 100,0 23 SULAWESI TENGAH A. Hutan 605, , ,6 359, ,9 196, ,0 686, ,6 76,2 - Hutan Primer 487, ,7 812,5 197, ,9 82, ,8 183, ,6 45,9 - Hutan Sekunder 117,4 376,3 559,0 161, ,1 113, ,3 502, ,0 30,3 - Hutan Tanaman * B. Non Hutan 71,1 108,0 104,8 141,4 425,2 55,7 480,9 955, ,4 23,8 C. Tidak ada data Total 676, , ,3 500, ,1 251, , , ,0 100,0 24 SULAWESI TENGGARA A. Hutan 138,9 886,9 381,6 305, ,8 63, ,6 165, ,9 53,4 - Hutan Primer 19,6 498,5 144,1 49,7 711,9 10,8 722,7 10,4 733,1 20,1 - Hutan Sekunder 119,2 388,4 237,5 253,4 998,5 52, ,3 154, ,8 33,1 - Hutan Tanaman * 0,0 0,0-2,5 2,5 0,2 2,6 0,5 3,1 0,1 B. Non Hutan 144,1 194,6 85,3 96,0 520,0 29,8 549, , ,8 46,6 C. Tidak ada data Total 282, ,5 466,9 401, ,8 93, , , ,7 100,0 25 SULAWESI BARAT A. Hutan 0,0 491,8 286,2 32,0 809,9 12,5 822,5 38,0 860,4 51,2 - Hutan Primer - 234,7 89,8 12,3 336,8 0,0 336,8 0,0 336,9 20,1 - Hutan Sekunder 0,0 257,1 196,4 19,6 473,1 12,5 485,6 37,9 523,6 31,2 - Hutan Tanaman * B. Non Hutan 1,3 186,1 75,6 33,0 296,0 67,2 363,2 455,5 818,7 48,8 C. Tidak ada data Total 1,3 677,9 361,8 65, ,9 79, ,7 493, ,1 100,0 * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

47 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % SULAWESI SELATAN A. Hutan 184,3 833,4 362,2 37, ,8 10, ,5 89, ,0 34,3 - Hutan Primer 105,6 380,6 122,9 1,8 610,9 5,0 615,9 11,2 627,1 14,2 - Hutan Sekunder 78,0 450,6 231,3 34,8 794,8 5,7 800,5 74,9 875,3 19,8 - Hutan Tanaman * 0,6 2,2 8,0 1,3 12,2-12,2 3,3 15,5 0,4 B. Non Hutan 60,2 399,3 132,7 86,1 678,2 12,3 690, , ,3 65,7 C. Tidak ada data Total 244, ,7 494,8 124, ,0 23, , , ,3 100,0 SULAWESI A. Hutan 1.320, , ,8 828, ,6 364, , , ,3 55,6 - Hutan Primer 862, , ,0 283, ,2 100, ,2 220, ,6 27,4 - Hutan Sekunder 456, , ,8 541, ,8 264, ,0 831, ,1 28,1 - Hutan Tanaman * 0,6 2,2 8,0 3,8 14,6 0,2 14,8 3,8 18,6 0,1 B. Non Hutan 326,8 980,7 479,1 419, ,1 181, , , ,5 44,4 C. Tidak ada data Total 1.646, , , , ,7 545, , , ,8 100,0 27 BALI A. Hutan 12,8 70,6 3,0 0,4 86,8-86,8 16,5 103,4 18,2 - Hutan Primer 3,6 39,6 0,0 0,0 43,2-43,2 0,5 43,7 7,7 - Hutan Sekunder 8,7 30,6 1,9 0,0 41,3-41,3 15,9 57,2 10,1 - Hutan Tanaman * 0,6 0,4 1,0 0,4 2,4-2,4 0,1 2,5 0,4 B. Non Hutan 10,0 25,2 3,7 1,5 40,4-40,4 423,8 464,2 81,8 C. Tidak ada data Total 22,9 95,8 6,7 1,9 127,3-127,3 440,3 567,6 100,0 28 NUSA TENGGARA BARAT A. Hutan 74,0 353,2 225,2 70,3 722,8-722,8 71,2 793,9 40,1 - Hutan Primer 46,2 254,1 126,3 23,9 450,5-450,5 15,6 466,1 23,6 - Hutan Sekunder 27,4 98,9 98,8 45,8 270,9-270,9 54,4 325,2 16,4 - Hutan Tanaman 0,5 0,2 0,0 0,6 1,4-1,4 1,2 2,6 0,1 B. Non Hutan 94,0 77,2 61,5 80,3 313,1-313,1 871, ,8 59,9 C. Tidak ada data Total 168,0 430,5 286,7 150, , ,8 942, ,8 100,0 * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

48 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % NUSA TENGGARA TIMUR A. Hutan 49,4 382,1 134,2 218,5 784,2 16,4 800,6 987, ,4 38,4 - Hutan Primer 22,5 67,7 8,8 18,1 117,1 1,1 118,2 58,4 176,6 3,8 - Hutan Sekunder 26,8 314,1 125,4 200,4 666,8 15,3 682,2 929, ,3 34,6 - Hutan Tanaman * - 0, ,2-0,2 0,3 0,5 0,0 B. Non Hutan 178,6 349,2 63,0 209,8 800,6 85,4 886, , ,2 61,6 C. Tidak ada data Total 228,0 731,2 197,3 428, ,8 101, , , ,6 100,0 BALI NUSATENGGARA A. Hutan 136,3 805,9 362,4 289, ,8 16, , , ,7 37,3 - Hutan Primer 72,3 361,4 135,1 42,0 610,8 1,1 611,8 74,5 686,4 9,5 - Hutan Sekunder 62,9 443,6 226,1 246,3 979,0 15,3 994,3 999, ,8 27,7 - Hutan Tanaman * 1,1 0,9 1,1 1,0 4,0 0,0 4,0 1,5 5,6 0,1 B. Non Hutan 282,6 451,6 128,3 291, ,1 85, , , ,3 62,7 C. Tidak ada data Total 418, ,5 490,7 580, ,9 101, , , ,0 100,0 30 MALUKU UTARA A. Hutan 202,6 498,0 598,7 371, ,1 405, ,4 159, ,4 64,5 - Hutan Primer 74,7 159,7 143,3 38,5 416,2 40,6 456,8 8,8 465,6 13,4 - Hutan Sekunder 127,9 338,0 450,3 313, ,5 359, ,0 150, ,2 50,2 - Hutan Tanaman * - 0,4 5,0 20,1 25,5 5,2 30,6-30,6 0,9 B. Non Hutan 16,0 85,9 68,5 110,4 280,9 162,3 443,2 789, ,1 35,5 C. Tidak ada data Total 218,6 584,0 667,2 482, ,0 567, ,6 948, ,6 100,0 31 MALUKU A. Hutan 389,9 500,5 801,4 495, ,9 858, ,1 9, ,3 70,8 - Hutan Primer 134,4 110,4 20,8 93,2 358,8 179,1 537,9 0,9 538,8 12,5 - Hutan Sekunder 255,5 390,1 780,6 401, ,1 679, ,2 8, ,5 58,3 - Hutan Tanaman * B. Non Hutan 25,7 123,6 109,1 189,2 447,5 786, ,5 22, ,9 29,2 C. Tidak ada data Total 415,6 624,1 910,5 684, , , ,6 31, ,2 100,0 * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

49 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PROVINSI APL Jumlah % MALUKU A. Hutan 592,5 998, ,1 867, , , ,6 168, ,7 68,0 - Hutan Primer 209,1 270,1 164,1 131,7 775,0 219,8 994,8 9, ,5 12,9 - Hutan Sekunder 383,4 728, ,0 715, , , ,2 158, ,6 54,7 - Hutan Tanaman * 0,0 0,4 5,0 20,1 25,5 5,2 30,6 0,0 30,6 0,4 B. Non Hutan 41,7 209,5 177,6 299,6 728,4 949, ,6 811, ,1 32,0 C. Tidak ada data Total 634, , , , , , ,2 979, ,8 100,0 32 PAPUA A. Hutan 5.663, , , , , , , , ,0 78,4 - Hutan Primer 5.041, , , , , , ,4 790, ,8 62,5 - Hutan Sekunder 621,6 823,5 841, , , , ,5 309, ,3 15,9 - Hutan Tanaman * - 0-0,1 0,2 1,7 1,9 0,0 1,9 0,0 B. Non Hutan 1.089, , ,3 791, , , , , ,5 21,6 C. Tidak ada data Total 6.753, , , , , , , , ,6 100,0 33 PAPUA BARAT A. Hutan 1.654, , , , , , ,1 158, ,0 87,4 - Hutan Primer 1.549, ,7 933, , , , ,8 78, ,2 62,4 - Hutan Sekunder 105,6 177,0 333,9 706, , , ,4 80, ,8 25,0 - Hutan Tanaman * B. Non Hutan 86,5 104,1 581,9 125,0 897,5 202, ,7 119, ,3 12,6 C. Tidak ada data Total 1.741, , , , , , ,9 278, ,2 100,0 Ket PAPUA A. Hutan 7.318, , , , , , , , ,0 80,5 - Hutan Primer 6.590, , , , , , ,2 868, ,0 62,5 - Hutan Sekunder 727, , , , , , ,9 390, ,1 18,0 - Hutan Tanaman * 0,0 0,1 0,0 0,1 0,2 1,7 1,9 0,0 1,9 0,0 B. Non Hutan 1.176, , ,1 917, , , , , ,8 19,5 C. Tidak ada data Total 8.494, , , , , , , , ,8 100,0 : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya.

50 TABEL 1.2 REKAPITULASI LUAS PENUTUPAN LAHAN DI DALAM DAN DI LUAR PER PROVINSI TAHUN 2012 (Ribu Ha) TOTAL NO. PENUTUPAN LAHAN APL Jumlah % Ket INDONESIA A. Hutan , , , , , , , , ,7 52,2 - Hutan Primer , , , , , , , , ,8 24,9 - Hutan Sekunder 4.294, , , , , , , , ,1 24,7 - Hutan Tanaman * 135,9 304,5 551, , ,2 119, , , ,7 2,6 B. Non Hutan 4.832, , , , , , , , ,2 47,8 C. Tidak ada data Total , , , , , , , , ,9 100,0 : Tubuh air (danau, sungai besar, laut (kawasan konservasi perairan) tidak termasuk dalam penghitungan. * : Hutan Tanaman berdasarkan penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan Tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan Tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dgn lingkungan sekitarnya. Sumber: - Hasil Penafsiran citra Landsat 7 ETM+ liputan tahun 2012, Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan - Data digital kawasan hutan dan perairan berdasarkan SK Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan serta TGHK per Desember 2012, Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan, Kementerian Kehutanan

51 TABEL 3.1 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI ACEH DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 554,2 654,1 0,1 7, , ,5 1, ,9 2 Hutan lahan kering sekunder 123,4 964,8 25,5 317, , ,1 287, ,1 3 Hutan rawa primer 4, ,6-4,6 4,3 8,9 4 Hutan rawa sekunder 86,1 0, ,4-86,4 39,6 126,0 5 Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder 2,6 4,8-7,3 14,8-14,8 5,9 20,7 7 Hutan tanaman * 5,7 1,9-34,8 42,3-42,3 15,8 58,2 Jumlah Hutan 776, ,9 25,6 366, , ,7 354, ,8 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 16,9 121,1 7,2 102,6 247,8-247,8 436,5 684,3 9 Belukar rawa 15,9 2,9-4,6 23,3-23,3 93,8 117,1 10 Savana 6,9 12,0 1,5 54,5 75,0-75,0 44,0 119,0 11 Perkebunan 3,7 3,4-2,9 10,1-10,1 164,3 174,3 12 Pertanian lahan kering 12,7 16,8 0,6 20,5 50,6-50,6 303,6 354,2 13 Pertanian lahan kering dan Sema 1,1 31,1 1,5 20,3 53,9-53,9 501,3 555,2 14 Transmigrasi Sawah 3,1 15,7 1,0 6,1 25,8-25,8 289,8 315,7 16 Tambak - 10,4-21,0 31,4-31,4 44,9 76,3 17 Tanah terbuka 15,8 5,1 0,0 2,1 22,9-22,9 33,9 56,8 18 Pertambangan ,4 0,4 19 Permukiman 0,0 0,2-0,0 0,2-0,2 21,3 21,5 20 Rawa 0, ,0-0,0 0,8 0,8 21 Pelabuhan Udara/Laut - 0, ,0-0,0 0,3 0,3 Jumlah Non Hutan 76,1 218,6 11,7 234,7 541,1-541, , ,9 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 852, ,5 37,3 601, , , , ,7 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

52 TABEL 3.2 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI SUMATERA UTARA DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 322,5 200,4 52,6 27,8 603,3-603,3 6,5 609,8 2 Hutan lahan kering sekunder 90,6 307,2 611,5 169, ,9 0, ,1 118, ,3 3 Hutan rawa primer - 0,0 0,1 0,1 0,1-0,1 1,6 1,8 4 Hutan rawa sekunder - 4,1 21,5 31,2 56,8 1,2 58,0 27,7 85,7 5 Hutan mangrove primer - 1, ,2-1,2 0,3 1,5 6 Hutan mangrove sekunder 1,1 10,2 2,6 4,1 17,9-17,9 5,2 23,1 7 Hutan tanaman * 0,3 38,0 17,6 62,4 118,3 0,4 118,7 21,2 139,9 Jumlah Hutan 414,4 561,2 705,8 295, ,6 1, ,4 180, ,2 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 26,9 203,0 49,6 78,4 357,9 0,8 358,7 203,0 561,7 9 Belukar rawa 6,7 8,5 3,4 18,2 36,7 0,0 36,7 36,1 72,8 10 Savana Perkebunan 3,5 7,9 9,1 222,0 242,4 13,3 255, , ,2 12 Pertanian lahan kering 13,4 349,2 81,4 248,4 692,3 28,9 721, , ,4 13 Pertanian lahan kering dan Sema 3,3 90,2 15,6 48,5 157,5 1,1 158,6 110,8 269,4 14 Transmigrasi ,1 1,1-1,1 0,5 1,6 15 Sawah 0,7 15,8 4,2 18,2 38,9 5,0 43,9 233,0 276,9 16 Tambak 2,9 4,2 1,7 12,5 21,3 0,9 22,2 11,7 33,9 17 Tanah terbuka 5,3 55,4 7,7 89,9 158,2 0,9 159,1 87,8 246,9 18 Pertambangan Permukiman 0,1 1,5 0,4 1,5 3,5 0,0 3,5 76,4 79,9 20 Rawa 0,1 0,5 0,4 2,0 2,9-2,9 6,6 9,5 21 Pelabuhan Udara/Laut ,9 0,9 Jumlah Non Hutan 62,6 736,2 173,4 740, ,8 50, , , ,1 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 477, ,3 879, , ,4 52, , , ,3 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

53 TABEL 3.3 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI RIAU DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 71,0 25,3 65,1-161,4 6,0 167,4-167,4 2 Hutan lahan kering sekunder 47,6 78,7 327,6 0,9 454,8 47,2 502,0-502,0 3 Hutan rawa primer 49,7 0,7 28,9 18,0 97,3 2,2 99,5-99,5 4 Hutan rawa sekunder 146,2 7,1 192,0 558,0 903,3 247, , ,9 5 Hutan mangrove primer - - 4,3-4,3 1,7 6,0-6,0 6 Hutan mangrove sekunder 6,1 0,0 85,4 5,5 97,0 79,5 176,5-176,5 7 Hutan tanaman * 4,3 0,1 242,1 207,7 454,2 87,6 541,8-541,8 Jumlah Hutan 325,0 112,0 945,4 789, ,4 471, , ,1 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 20,2 43,6 228,5 87,6 379,9 295,9 675,8-675,8 9 Belukar rawa 24,2 43,5 107,5 329,7 504,9 513, , ,7 10 Savana - - 0,3-0,3 0,0 0,4-0,4 11 Perkebunan 23,6 51,7 217,6 326,6 619, , , ,5 12 Pertanian lahan kering 9,6 1,6 49,5 48,7 109,4 254,4 363,9-363,9 13 Pertanian Lahan Kering dan Sem 3,1 81,1 70,7 69,3 224,2 563,3 787,5-787,5 14 Transmigrasi - - 1,0-1,0 7,0 8,0-8,0 15 Sawah ,9 10,4 23,3 211,1 234,4-234,4 16 Tambak - - 0,9-0,9 2,0 2,9-2,9 17 Tanah terbuka 7,9 20,0 68,0 181,2 277,1 170,9 448,0-448,0 18 Pertambangan 4,7 0,1 7,8 10,6 23,1 9,8 32,9-32,9 19 Permukiman 0,1 0,2 2,9 3,4 6,6 100,8 107,5-107,5 20 Rawa 30,6 0,3 2,5 8,5 41,9 1,1 43,0-43,0 21 Pelabuhan Udara/Laut - - 0,1 0,1 0,2 0,7 0,8-0,8 Jumlah Non Hutan 124,0 242,1 770, , , , , ,1 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 449,0 354, , , , , , ,2 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

54 TABEL 3.4 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI SUMATERA BARAT DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 390,7 178,2 6,7 2,8 578,4 5,1 583,5 6,7 590,2 2 Hutan lahan kering sekunder 298,9 414,6 167,7 208, ,8 68, ,8 116, ,0 3 Hutan rawa primer - 0,3-1,2 1,5-1,5 0,0 1,6 4 Hutan rawa sekunder - 2,4-8,8 11,2 22,1 33,3 6,6 39,9 5 Hutan mangrove primer 0,8 3,1-2,5 6,4 1,5 7,9 5,3 13,2 6 Hutan mangrove sekunder - 0,5-0,7 1,1 0,0 1,1 0,7 1,8 7 Hutan tanaman * 0,0 0,1 0,2 3,5 3,7-3,7 1,9 5,6 Jumlah Hutan 690,4 599,2 174,6 228, ,1 96, ,8 137, ,3 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 22,2 59,6 23,4 25,5 130,7 19,7 150,4 118,7 269,1 9 Belukar rawa 0,2 2,5-4,1 6,8 9,0 15,9 23,5 39,4 10 Savana Perkebunan 1,2 9,1 5,6 21,4 37,3 14,9 52,2 434,8 487,0 12 Pertanian lahan kering 14,9 30,7 8,2 29,4 83,2 17,2 100,4 380,9 481,3 13 Pertanian lahan kering dan Sema 39,3 82,9 16,0 43,1 181,3 26,5 207,9 441,9 649,8 14 Transmigrasi ,1 0,1-0,1 3,9 4,0 15 Sawah 0,8 4,9 0,3 1,0 7,1 1,2 8,3 251,8 260,2 16 Tambak Tanah terbuka 0,5 2,8 4,8 6,4 14,5 2,0 16,4 15,9 32,3 18 Pertambangan - 0,0 0,1 0,8 0,9-0,9 1,2 2,1 19 Permukiman 0,3 0,4 0,0 0,1 0,8 0,0 0,8 27,7 28,4 20 Rawa ,6 0,6-0,6 0,6 1,2 21 Pelabuhan Udara/Laut ,5 0,5 Jumlah Non Hutan 79,3 192,9 58,6 132,4 463,2 90,6 553, , ,3 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 769,7 792,1 233,2 360, ,4 187, , , ,6 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

55 TABEL 3.5 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI JAMBI DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 104,8 2,6 13,3 20,0 140,6-140,6 2,5 143,2 2 Hutan lahan kering sekunder 326,9 69,0 99,5 197,9 693,2 0,1 693,3 137,0 830,3 3 Hutan rawa primer 79,0 17,0 27,4-123,3-123,3 0,1 123,4 4 Hutan rawa sekunder 36,4 32,4 21,9 11,2 101,8-101,8 21,2 123,0 5 Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder 2, ,2-2,2 2,2 4,4 7 Hutan tanaman * 0,0 1,1 0,0 44,2 45,4 0,1 45,5 10,4 55,8 Jumlah Hutan 549,3 122,1 162,0 273, ,6 0, ,8 173, ,1 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 12,9 4,6 14,5 54,0 86,0 0,2 86,2 99,0 185,2 9 Belukar rawa 45,1 23,5 9,6 39,5 117,7 0,1 117,8 143,5 261,2 10 Savana ,3 0,3 11 Perkebunan 8,5 1,4 5,3 42,8 58,0 7,6 65,5 351,6 417,1 12 Pertanian lahan kering 5,8 2,4 2,4 18,7 29,3-29,3 191,5 220,8 13 Pertanian lahan kering dan Sema 47,6 20,1 54,0 330,5 452,2 3,1 455, , ,9 14 Transmigrasi 0, ,1 0,1-0,1 26,6 26,7 15 Sawah 3,5 0,8 0,0 0,2 4,6-4,6 66,8 71,3 16 Tambak 0, ,6-0,6 1,5 2,1 17 Tanah terbuka 11,8 4,4 13,5 206,1 235,8 0,3 236,1 91,7 327,9 18 Pertambangan ,5 0,5-0,5 4,1 4,6 19 Permukiman 0,2 0,0 0,0 1,6 1,8-1,8 72,3 74,1 20 Rawa 0,7 0,6 0,2 1,7 3,2-3,2 25,8 28,9 21 Pelabuhan Udara/Laut ,1 0,1 Jumlah Non Hutan 136,8 57,8 99,4 695,7 989,7 11, , , ,2 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 686,1 179,9 261,5 968, ,4 11, , , ,3 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

56 TABEL 3.6 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROV. SUMATERA SELATAN DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 206,4 65,5 12,8 0,6 285,2 0,0 285,2 0,4 285,7 2 Hutan lahan kering sekunder 59,6 114,0 20,7 38,4 232,7 1,6 234,3 51,3 285,6 3 Hutan rawa primer ,1 8,1-8,1 0,0 8,1 4 Hutan rawa sekunder 26,8 7,3-99,1 133,2 3,2 136,5 20,1 156,6 5 Hutan mangrove primer 63,7 25,0-2,1 90,8-90,8 3,1 93,9 6 Hutan mangrove sekunder 19,9 31,2-4,1 55,2-55,2 7,8 63,0 7 Hutan tanaman * 3,5 6,7 8,0 182,9 201,2 0,2 201,4 33,1 234,5 Jumlah Hutan 379,9 249,7 41,5 335, ,5 5, ,5 116, ,5 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 38,1 75,9 82,5 240,5 437,0 8,3 445,3 204,1 649,5 9 Belukar rawa 85,7 26,2 7,0 152,8 271,7 69,0 340,7 548,0 888,7 10 Savana 50,2 9,5 0,5 68,7 129,0 7,1 136,2 126,5 262,7 11 Perkebunan 4,7 3,9 5,1 151,4 165,2 33,9 199,1 698,4 897,5 12 Pertanian lahan kering 27,3 18,6 9,1 147,1 202,2 59,9 262,2 341,4 603,6 13 Pertanian lahan kering dan Sema 98,8 137,8 85,5 343,5 665,7 119,1 784, , ,6 14 Transmigrasi - - 0,1 5,5 5,6 2,2 7,7 42,1 49,9 15 Sawah 1,5 13,0 0,2 34,7 49,3 4,3 53,6 352,5 406,1 16 Tambak 2,0 48,5-7,7 58,2 0,7 58,9 14,2 73,1 17 Tanah terbuka 34,8 2,2 3,6 150,1 190,7 18,0 208,6 154,4 363,0 18 Pertambangan 0,7 0,3 0,5 4,5 6,0 4,0 10,0 15,2 25,3 19 Permukiman 0,7 3,1 1,2 7,4 12,5 9,3 21,8 139,1 160,9 20 Rawa 4,8 2,7-36,9 44,4 18,4 62,8 65,1 127,9 21 Pelabuhan Udara/Laut ,2 0,2 Jumlah Non Hutan 349,5 341,8 195, , ,6 354, , , ,9 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 729,4 591,5 236, , ,1 359, , , ,4 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

57 TABEL 3.7 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROV. KEP. BANGKA BELITUNG DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer ,5 0,5-0,5 0,5 1,0 2 Hutan lahan kering sekunder 6,2 34,9-61,2 102,4-102,4 27,8 130,2 3 Hutan rawa primer 2,4 3,4-10,6 16,4-16,4 2,0 18,4 4 Hutan rawa sekunder - 5,5-33,9 39,4-39,4 10,1 49,5 5 Hutan mangrove primer 0,1 14,3-2,4 16,8 0,0 16,8 3,4 20,2 6 Hutan mangrove sekunder 2,6 8,6-4,5 15,6 0,0 15,6 14,6 30,2 7 Hutan tanaman * Jumlah Hutan 11,3 66,7-113,1 191,1 0,0 191,1 58,5 249,6 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 8,3 44,0-112,1 164,4 0,2 164,6 224,5 389,0 9 Belukar rawa 0,3 6,2-28,5 35,0 0,1 35,1 31,3 66,4 10 Savana - 3,6-1,5 5,1-5,1 6,5 11,6 11 Perkebunan 1,3 2,9-3,4 7,6-7,6 121,0 128,7 12 Pertanian lahan kering 0,0 3,2-13,5 16,7 0,0 16,8 36,8 53,6 13 Pertanian lahan kering dan Sema 12,6 27,1-96,9 136,5 0,1 136,6 383,0 519,6 14 Transmigrasi ,5 2,5-2,5-2,5 15 Sawah - 0, ,0-0,0 1,2 1,2 16 Tambak - 0, ,1-0,1 0,3 0,4 17 Tanah terbuka 0,4 19,9-23,4 43,6 0,2 43,9 44,8 88,7 18 Pertambangan 0,8 9,2-34,3 44,3 0,0 44,3 69,5 113,8 19 Permukiman 0,3 1,9-2,7 4,9-4,9 24,5 29,4 20 Rawa - 0,7-1,3 2,0 0,0 2,0 8,1 10,1 21 Pelabuhan Udara/Laut ,1 0,1 Jumlah Non Hutan 24,1 118,8-319,9 462,8 0,7 463,5 951, ,1 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 35,5 185,5-432,9 653,9 0,7 654, , ,7 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

58 TABEL 3.8 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI BENGKULU DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 296,2 100,5 26,7 2,8 426,1-426,1 2,2 428,3 2 Hutan lahan kering sekunder 78,9 76,3 97,1 10,8 263,1 1,0 264,1 57,9 322,1 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder ,5 2,5 5 Hutan mangrove primer 0, ,4-0,4 0,4 0,8 6 Hutan mangrove sekunder 0, ,9-0,9 0,4 1,2 7 Hutan tanaman * 0, ,3 0,0 0,4 7,5 7,9 Jumlah Hutan 376,7 176,7 123,8 13,7 690,9 1,1 692,0 70,8 762,8 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 10,0 13,3 10,9 0,6 34,8-34,8 137,7 172,6 9 Belukar rawa 0,8 0, ,8-0,8 1,2 2,0 10 Savana 0, ,4-0,4 0,3 0,7 11 Perkebunan 3,7 0,8 2,6 0,4 7,4 0,6 8,0 143,3 151,3 12 Pertanian lahan kering 1,2 0,1 1,8 0,2 3,3-3,3 42,6 45,8 13 Pertanian lahan kering dan Sema 67,8 55,6 31,2 10,2 164,8 10,1 174,9 629,2 804,1 14 Transmigrasi Sawah 0,4 4,0 1,4 0,0 5,9-5,9 40,2 46,1 16 Tambak ,3 0,3 17 Tanah terbuka 1,5 0,1 1,3 0,5 3,5 0,0 3,5 10,3 13,8 18 Pertambangan ,2 0,2 19 Permukiman 0,7 0,1 0,2 0,2 1,2-1,2 10,3 11,5 20 Rawa ,2 0,2 21 Pelabuhan Udara/Laut ,1 0,1 Jumlah Non Hutan 86,2 74,0 49,5 12,2 222,0 10,7 232, , ,6 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 463,0 250,7 173,3 25,9 912,9 11,8 924, , ,4 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

59 TABEL 3.9 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI LAMPUNG DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 120,9 3,2 10,0-134,1-134,1 0,7 134,8 2 Hutan lahan kering sekunder 83,2 46,6 4,5-134,3-134,3 14,4 148,7 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder 52,1 0, ,1-52,1 0,2 52,3 5 Hutan mangrove primer 1, ,1-1,1-1,1 6 Hutan mangrove sekunder ,5 0,5 7 Hutan tanaman * ,8 25,8-25,8 7,7 33,6 Jumlah Hutan 257,2 49,9 14,5 25,8 347,5-347,5 23,5 371,0 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 33,5 30,0 11,5 22,6 97,7-97,7 128,9 226,5 9 Belukar rawa 40,7 5,8-29,2 75,7-75,7 149,9 225,5 10 Savana 46,5 0,5-13,7 60,7-60,7 63,7 124,4 11 Perkebunan 0, ,0 13,1-13,1 162,3 175,4 12 Pertanian lahan kering 9,7 33,2-53,7 96,5-96,5 813,0 909,6 13 Pertanian lahan kering dan Sema 73,4 194,3 7,4 20,4 295,5-295,5 685,2 980,8 14 Transmigrasi ,0 0,0 15 Sawah 0,1 1,4-0,2 1,7-1,7 52,3 54,0 16 Tambak - 1,2-0,6 1,8-1,8 34,2 36,0 17 Tanah terbuka 0,3 0,0-6,1 6,4-6,4 7,3 13,7 18 Pertambangan ,4 0,4 19 Permukiman 0,5 1,2-6,1 7,8-7,8 219,6 227,4 20 Rawa ,2 0,2-0,2 0,3 0,5 21 Pelabuhan Udara/Laut Jumlah Non Hutan 204,8 267,7 18,9 165,9 657,3-657, , ,3 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 462,0 317,6 33,4 191, , , , ,3 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

60 TABEL 3.10 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer - - 0,2-0,2 1,6 1,8-1,8 2 Hutan lahan kering sekunder 0,0 23,1 102,0-125,2 77,5 202,7-202,7 3 Hutan rawa primer - - 1,3-1,3 3,2 4,5-4,5 4 Hutan rawa sekunder - - 6,6-6,6 15,2 21,7-21,7 5 Hutan mangrove primer - - 4,6-4,6 10,2 14,7-14,7 6 Hutan mangrove sekunder 0,0 0,3 20,1-20,3 32,9 53,2-53,2 7 Hutan tanaman * - - 1,3-1,3 1,8 3,1-3,1 Jumlah Hutan 0,0 23,4 136,0-159,4 142,4 301,8-301,8 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 0,7 10,7 54,7-66,0 149,0 215,0-215,0 9 Belukar rawa 0,0 0,2 6,4-6,6 21,1 27,7-27,7 10 Savana ,6 0,6-0,6 11 Perkebunan - - 5,4-5,4 10,6 16,0-16,0 12 Pertanian lahan kering 0,3 3,6 10,1-14,0 39,7 53,7-53,7 13 Pertanian lahan kering dan Sema 1,0 2,0 25,8-28,9 93,4 122,2-122,2 14 Transmigrasi Sawah ,0 0,0-0,0 16 Tambak - - 0,0-0,0 0,5 0,5-0,5 17 Tanah terbuka 0,1 1,5 6,4-8,0 28,0 36,0-36,0 18 Pertambangan 0,0 1,4 2,1-3,5 7,6 11,1-11,1 19 Permukiman 0,0 0,2 6,5-6,7 17,6 24,3-24,3 20 Rawa - - 2,3-2,3 6,9 9,2-9,2 21 Pelabuhan Udara/Laut - - 0,4-0,4 0,3 0,7-0,7 Jumlah Non Hutan 2,2 19,6 120,1-141,9 375,3 517,1-517,1 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 2,2 43,0 256,0-301,3 517,7 818,9-818,9 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

61 TABEL 3.11 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI BANTEN DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 7,5 0,8 0,1-8,4-8,4 0,0 8,4 2 Hutan lahan kering sekunder 61,4 3,7 6,4 0,9 72,3-72,3 3,6 75,9 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder 2, ,8-2,8 0,4 3,3 7 Hutan tanaman * 20,6 3,1 25,0 8,6 57,3-57,3 26,8 84,1 Jumlah Hutan 92,3 7,5 31,5 9,5 140,8-140,8 30,9 171,7 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 7,9 0,1 1,2 0,4 9,7-9,7 12,6 22,3 9 Belukar rawa Savana Perkebunan 2,1 0,3 0,7 1,2 4,4-4,4 33,2 37,5 12 Pertanian lahan kering 2,1 0,2 2,1 4,2 8,6-8,6 79,7 88,4 13 Pertanian lahan kering dan Sema 1,7 1,6 7,5 10,6 21,4-21,4 252,0 273,4 14 Transmigrasi Sawah 6,1 1,2 3,4 0,6 11,3-11,3 240,0 251,3 16 Tambak - 0, ,7-0,7 13,2 13,9 17 Tanah terbuka 0,5 0,6 2,8 0,5 4,4-4,4 5,4 9,8 18 Pertambangan Permukiman 0,2 0,0 0,2 0,0 0,4-0,4 68,8 69,2 20 Rawa Pelabuhan Udara/Laut - 0, ,0-0,0 1,6 1,6 Jumlah Non Hutan 20,7 4,8 18,0 17,5 61,0-61,0 706,6 767,6 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 113,0 12,4 49,4 27,0 201,8-201,8 737,5 939,3 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

62 TABEL 3.12 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI DKI JAKARTA DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder 0,1 0,0-0,0 0,1-0,1 0,1 0,2 7 Hutan tanaman * Jumlah Hutan 0,1 0,0-0,0 0,1-0,1 0,1 0,2 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 0, ,1-0,1 0,1 0,2 9 Belukar rawa Savana Perkebunan Pertanian lahan kering ,1 2,1 13 Pertanian lahan kering dan Sema ,0 1,0 14 Transmigrasi Sawah ,9 3,9 16 Tambak 0,1 0,0-0,1 0,2-0,2 0,5 0,7 17 Tanah terbuka 0, ,1-0,1 0,1 0,2 18 Pertambangan Permukiman 0,0 0,0-0,1 0,1-0,1 60,3 60,4 20 Rawa Pelabuhan Udara/Laut ,9 1,9 Jumlah Non Hutan 0,2 0,0-0,2 0,4-0,4 70,0 70,4 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 0,3 0,0-0,2 0,5-0,5 70,1 70,6 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

63 TABEL 3.13 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI JAWA BARAT DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 8,3 4,8 2,5-15,6-15,6 0,1 15,7 2 Hutan lahan kering sekunder 55,8 59,1 14,2 15,0 144,1-144,1 15,8 159,9 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder ,0 0,0-0,0 1,4 1,5 7 Hutan tanaman * 36,9 103,5 97,2 77,3 314,9-314,9 157,1 472,0 Jumlah Hutan 101,0 167,4 113,9 92,3 474,6-474,6 174,5 649,1 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 2,0 5,2 4,5 5,1 16,8-16,8 19,0 35,7 9 Belukar rawa Savana Perkebunan 2,0 8,5 5,6 6,5 22,7-22,7 146,1 168,8 12 Pertanian lahan kering 9,8 26,7 26,8 46,8 110,0-110,0 731,3 841,4 13 Pertanian lahan kering dan Sema 11,6 34,1 27,5 26,7 99,8-99,8 565,6 665,5 14 Transmigrasi Sawah 3,3 14,2 7,3 20,5 45,2-45,2 916,0 961,2 16 Tambak 0,0 32, ,2-32,2 41,7 73,9 17 Tanah terbuka 1,8 1,9 4,1 3,0 10,8-10,8 8,2 19,0 18 Pertambangan - - 0,1 0,1 0,2-0,2 0,6 0,8 19 Permukiman 0,7 1,3 0,5 1,8 4,4-4,4 303,5 307,9 20 Rawa ,0 0,0 21 Pelabuhan Udara/Laut ,3 0,3 Jumlah Non Hutan 31,2 123,9 76,3 110,6 342,0-342, , ,4 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 132,2 291,3 190,2 203,0 816,6-816, , ,5 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

64 TABEL 3.14 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI JAWA TENGAH DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer - 0, ,1-0,1-0,1 2 Hutan lahan kering sekunder 2,7 19,7 27,4 1,4 51,1-51,1 14,2 65,4 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder ,5 7,5-7,5 2,1 9,6 7 Hutan tanaman * 7,9 47,9 132,8 259,6 448,3-448,3 594, ,5 Jumlah Hutan 10,6 67,7 160,2 268,5 507,1-507,1 610, ,6 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 0,0 1,6 0,2 5,8 7,7-7,7 29,9 37,6 9 Belukar rawa ,0 0,0-0,0 0,0 0,0 10 Savana Perkebunan 0,0 0,0 0,0 0,7 0,8-0,8 22,2 23,0 12 Pertanian lahan kering 1,1 3,3 6,6 13,9 24,9-24,9 250,9 275,7 13 Pertanian lahan kering dan Sema 1,9 10,3 13,5 34,5 60,3-60,3 424,0 484,3 14 Transmigrasi Sawah 0,2 0,6 3,0 35,9 39,7-39, , ,1 16 Tambak ,2 54,2 17 Tanah terbuka 2,3 0,8 0,1 0,4 3,5-3,5 3,1 6,6 18 Pertambangan Permukiman 0,1 0,1 0,4 2,6 3,2-3,2 400,7 403,8 20 Rawa Pelabuhan Udara/Laut ,0 0,0-0,0 0,2 0,2 Jumlah Non Hutan 5,8 16,8 23,7 93,8 140,1-140, , ,6 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 16,4 84,4 183,9 362,4 647,1-647, , ,1 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

65 TABEL 3.15 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI DI YOGYAKARTA DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer Hutan lahan kering sekunder 0,1 0, ,5-0,5 0,1 0,6 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Hutan mangrove primer Hutan mangrove sekunder Hutan tanaman * 0,3 0,6-10,4 11,4-11,4 26,7 38,1 Jumlah Hutan 0,4 1,0-10,4 11,8-11,8 26,9 38,7 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar - 0, ,0-0,0 2,5 2,5 9 Belukar rawa Savana Perkebunan Pertanian lahan kering 0,1 0,1-0,6 0,8-0,8 34,1 34,9 13 Pertanian lahan kering dan Sema 0,4 0,6-2,5 3,4-3,4 131,1 134,5 14 Transmigrasi Sawah ,0 0,0-0,0 61,0 61,0 16 Tambak Tanah terbuka 0,0 0, ,2-0,2 1,1 1,3 18 Pertambangan Permukiman 0,1 0,2-0,3 0,5-0,5 47,6 48,2 20 Rawa Pelabuhan Udara/Laut ,4 0,4 Jumlah Non Hutan 0,5 1,0-3,4 5,0-5,0 277,9 282,9 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 0,9 2,1-13,9 16,8-16,8 304,7 321,6 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

66 TABEL 3.16 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI JAWA TIMUR DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 105,8 110,7-35,0 251,5-251,5 38,1 289,5 2 Hutan lahan kering sekunder 93,3 74,4-26,9 194,6-194,6 93,2 287,8 3 Hutan rawa primer ,1 0,1 4 Hutan rawa sekunder Hutan mangrove primer 1,0 5,6-3,8 10,4-10,4 7,3 17,7 6 Hutan mangrove sekunder 0,4 1,1-2,1 3,6-3,6 14,9 18,5 7 Hutan tanaman * 9,9 81,0-542,0 632,9-632,9 779, ,1 Jumlah Hutan 210,5 272,8-609, , ,9 932, ,7 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 10,2 48,9-23,1 82,2-82,2 57,2 139,4 9 Belukar rawa ,2 0,2-0,2 0,1 0,3 10 Savana 3,0 0,6-0,2 3,8-3,8 0,7 4,5 11 Perkebunan 1,1 5,9-36,2 43,2-43,2 96,2 139,3 12 Pertanian lahan kering 1,7 6,4-42,3 50,4-50,4 525,7 576,1 13 Pertanian lahan kering dan Sema 0,3 4,1-23,1 27,4-27,4 327,3 354,7 14 Transmigrasi Sawah 0,3 1,2-26,4 27,9-27, , ,8 16 Tambak 0,0 0,8-0,7 1,5-1,5 68,8 70,3 17 Tanah terbuka 3,2 3,4-11,5 18,1-18,1 9,5 27,6 18 Pertambangan - 0,0-0,8 0,8-0,8 0,4 1,2 19 Permukiman 0,1 0,2-8,0 8,3-8,3 341,4 349,7 20 Rawa 0,0 0,4-0,4 0,9-0,9 1,1 2,0 21 Pelabuhan Udara/Laut ,1 0,1-0,1 2,5 2,6 Jumlah Non Hutan 19,7 72,0-173,1 264,7-264, , ,5 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 230,1 344,7-782, , , , ,2 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

67 TABEL 3.17 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 1.000,7 979,9 411,5 16, ,9 1, ,2 7, ,3 2 Hutan lahan kering sekunder 139,3 625, ,1 255, ,9 61, ,2 204, ,4 3 Hutan rawa primer - 3,2 5,3 6,1 14,5 2,1 16,6 9,9 26,5 4 Hutan rawa sekunder 109,8 119,0 92,4 444,2 765,5 211,1 976,5 408, ,6 5 Hutan mangrove primer ,0 0,0 6 Hutan mangrove sekunder 1,3 60,0 26,3 5,7 93,2 0,0 93,3 21,4 114,7 7 Hutan tanaman * ,8 7,8-7,8 3,7 11,4 Jumlah Hutan 1.251, , ,5 736, ,9 275, ,6 654, ,9 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 37,2 60,7 55,4 73,5 226,8 23,6 250,4 214,1 464,5 9 Belukar rawa 41,7 53,6 35,5 250,5 381,2 55,9 437,1 343,8 780,9 10 Savana Perkebunan 0,7 13,2 4,2 98,3 116,4 27,8 144,1 663,8 807,9 12 Pertanian lahan kering 4,6 6,4 1,7 21,4 34,1 6,6 40,7 187,4 228,0 13 Pertanian lahan kering dan Sema 24,7 363,3 518,8 947, ,4 95, , , ,6 14 Transmigrasi ,4 0,4 0,5 1,0 11,4 12,4 15 Sawah 1,2 7,4-1,3 9,9 2,9 12,8 188,3 201,1 16 Tambak 0,1 4,0-0,1 4,2 0,0 4,2 5,5 9,7 17 Tanah terbuka 40,0 5,8 6,8 107,5 160,1 14,1 174,2 261,3 435,5 18 Pertambangan 0,3 1,6 1,1 19,8 22,7 7,0 29,8 69,0 98,8 19 Permukiman 0,1 0,8 0,0 2,1 2,9 0,1 3,0 35,1 38,1 20 Rawa 56,1 2,5 0,0 6,7 65,4 5,0 70,4 28,7 99,0 21 Pelabuhan Udara/Laut ,1 0,1 Jumlah Non Hutan 206,6 519,2 623, , ,6 238, , , ,6 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 1.457, , , , ,5 514, , , ,5 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

68 TABEL 3.18 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 9,0 38,1 2,1 0,3 49,5-49,5-49,5 2 Hutan lahan kering sekunder 44,9 325,0 92,1 190,4 652,4 0,6 653,0 22,2 675,2 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder 0, ,1 2,9 3,3 6,2 4,1 10,4 5 Hutan mangrove primer 9, ,0 9,9-9,9 3,2 13,0 6 Hutan mangrove sekunder 34, ,1 35,7 0,1 35,9 15,8 51,6 7 Hutan tanaman * 6,1 7,0 0,7 50,1 63,9 3,2 67,1 43,2 110,3 Jumlah Hutan 105,2 370,1 94,9 244,1 814,3 7,2 821,5 88,5 910,0 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 49,6 71,7 10,9 210,5 342,7 16,7 359,3 160,5 519,8 9 Belukar rawa 13,1 0,9-5,6 19,7 14,9 34,6 114,1 148,7 10 Savana ,0 0,0 11 Perkebunan 5,2 0,6 0,4 40,2 46,5 18,2 64,6 233,6 298,3 12 Pertanian lahan kering 9,2 15,0 0,9 67,8 92,9 36,0 128,9 593,8 722,7 13 Pertanian lahan kering dan Sema 13,9 64,6 17,7 153,8 250,1 19,3 269,4 302,0 571,4 14 Transmigrasi ,7 0,7 0,0 0,8 7,8 8,6 15 Sawah 0,5 1,3 0,1 0,3 2,3 8,8 11,0 270,2 281,2 16 Tambak 10, ,3 10,5 0,1 10,5 12,8 23,4 17 Tanah terbuka 4,8 0,9 0,7 13,5 19,9 23,3 43,2 57,6 100,8 18 Pertambangan 0,9 1,3 0,9 24,9 28,0 4,9 32,9 31,6 64,5 19 Permukiman 0,6 0,0-0,4 1,1 0,2 1,2 31,7 32,9 20 Rawa 0,1 0, ,1 1,8 1,9 15,6 17,5 21 Pelabuhan Udara/Laut ,2 0,2 Jumlah Non Hutan 108,1 156,4 31,7 518,1 814,3 144,2 958, , ,2 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 213,3 526,4 126,7 762, ,6 151, , , ,2 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

69 TABEL 3.19 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 160,4 263,4 460,8 40,4 925,0 2,9 928,0 2,5 930,4 2 Hutan lahan kering sekunder 19,3 165, , , ,4 358, ,0 76, ,9 3 Hutan rawa primer 7, ,8 29,2 3,9 33,2 0,4 33,6 4 Hutan rawa sekunder 357,4 153,0 25,7 757, ,4 349, ,3 41, ,0 5 Hutan mangrove primer 0,5 0, ,9 0,9 1,8 0,1 2,0 6 Hutan mangrove sekunder 0,9 3,9-4,9 9,6 0,8 10,4 4,2 14,6 7 Hutan tanaman * - 0,0 8,0 91,8 99,8 18,8 118,6 18,0 136,6 Jumlah Hutan 546,0 586, , , ,5 735, ,3 143, ,2 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 42,9 49,8 183,7 398,3 674,7 633, ,2 440, ,7 9 Belukar rawa 777,6 529,6 44,3 271, ,3 371, ,6 500, ,5 10 Savana ,0 0,0-0,0-0,0 11 Perkebunan 7,8 15,6 61,2 125,0 209,6 285,9 495,5 593, ,3 12 Pertanian lahan kering 3,9 2,1 1,7 7,0 14,7 35,3 50,1 63,1 113,1 13 Pertanian lahan kering dan Sema 0,9 27,4 90,4 120,7 239,4 253,8 493,2 333,2 826,4 14 Transmigrasi - - 0,1 1,6 1,7 3,6 5,3 39,9 45,2 15 Sawah 0,1 20,4 3,6 7,6 31,7 31,1 62,7 260,3 323,0 16 Tambak 0,1 0,1-0,5 0,8 0,0 0,8 1,7 2,5 17 Tanah terbuka 53,9 47,1 6,9 36,9 144,8 85,4 230,2 45,1 275,3 18 Pertambangan 0,6 1,1 10,2 17,6 29,5 18,2 47,7 10,9 58,6 19 Permukiman 2,3 1,3 2,7 1,2 7,4 13,7 21,1 50,7 71,8 20 Rawa 172,3 65,5 6,9 47,9 292,6 75,9 368,5 64,1 432,5 21 Pelabuhan Udara/Laut ,1 0,1 Jumlah Non Hutan 1.062,3 759,9 411, , , , , , ,1 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 1.608, , , , , , , , ,3 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

70 TABEL 3.20 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 1.477, , ,2 400, , ,9 188, ,6 2 Hutan lahan kering sekunder 204,9 607, , , , ,5 979, ,7 3 Hutan rawa primer - 5,4 4,3 9,2 18,9-18,9 21,1 40,0 4 Hutan rawa sekunder 8,4-5,6 118,4 132,4-132,4 198,4 330,8 5 Hutan mangrove primer 3, ,2 14,0-14,0 30,3 44,3 6 Hutan mangrove sekunder 27, ,7 126,2-126,2 129,7 255,9 7 Hutan tanaman 38,3 9,9 4,6 299,2 352,1-352,1 137,5 489,5 Jumlah Hutan 1.760, , , , , , , ,7 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 108,2 98,4 178, , , ,6 891, ,8 9 Belukar rawa 123,4 0,6 0,2 226,8 351,1-351,1 489,9 841,0 10 Savana ,8 0,8 11 Perkebunan 9,6 0,3 1,9 103,0 114,8-114,8 578,2 693,0 12 Pertanian lahan kering 7,0 0,0 0,2 3,9 11,1-11,1 38,2 49,3 13 Pertanian lahan kering dan Sema 108,8 39,9 58,4 360,9 568,0-568,0 677, ,6 14 Transmigrasi 1, ,8 3,3-3,3 17,3 20,6 15 Sawah 1,9 0,6-0,0 2,5-2,5 5,4 8,0 16 Tambak 19, ,9 201,5-201,5 76,6 278,1 17 Tanah terbuka 6,3 4,9 4,5 108,4 124,1-124,1 216,8 340,9 18 Pertambangan 3,6 0,1 0,8 29,6 34,0-34,0 70,5 104,5 19 Permukiman 6,9 1,1 0,4 6,7 15,1-15,1 58,5 73,6 20 Rawa 7,1 0,2 0,4 1,1 8,9-8,9 48,9 57,8 21 Pelabuhan Udara/Laut ,5 0,5 Jumlah Non Hutan 404,1 146,1 245, , , , , ,5 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 2.164, , , , , , , ,2 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

71 TABEL 3.21 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI SULAWESI UTARA DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 117,9 74,5 60,1 15,7 268,1-268,1 7,2 275,2 2 Hutan lahan kering sekunder 85,3 35,6 110,1 15,7 246,7 12,6 259,2 45,6 304,9 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Hutan mangrove primer 1,6 3,6 0,0-5,2-5,2 5,4 10,6 6 Hutan mangrove sekunder - 0, ,4-0,4 1,6 1,9 7 Hutan tanaman * Jumlah Hutan 204,8 114,0 170,1 31,3 520,3 12,6 532,9 59,7 592,6 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 5,2 6,3 7,9 2,2 21,6 0,6 22,2 27,7 49,9 9 Belukar rawa 0,0 0, ,1-0,1 0,3 0,4 10 Savana Perkebunan - 0,0-0,1 0,1-0,1 2,1 2,2 12 Pertanian lahan kering 14,0 13,6 6,4 4,5 38,5 0,2 38,7 231,9 270,6 13 Pertanian lahan kering dan Sema 19,7 40,6 32,1 28,1 120,5 1,5 122,0 332,5 454,5 14 Transmigrasi Sawah 0,2 0,6 0,7 0,2 1,7 0,0 1,7 45,0 46,8 16 Tambak - 0, ,1-0,1 0,5 0,5 17 Tanah terbuka 1,3 4,7 0,5-6,5-6,5 1,5 8,0 18 Pertambangan - - 0,1-0,1-0,1 0,3 0,3 19 Permukiman 0,2 0,7 0,2 0,1 1,1-1,1 21,8 23,0 20 Rawa ,0 0,0 21 Pelabuhan Udara/Laut ,3 0,3 Jumlah Non Hutan 40,5 66,7 47,9 35,2 190,3 2,3 192,7 663,9 856,5 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 245,3 180,8 218,0 66,5 710,6 14,9 725,5 723, ,1 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

72 TABEL 3.22 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI GORONTALO DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 130,0 83,0 75,7 5,6 294,4 1,2 295,6 1,2 296,8 2 Hutan lahan kering sekunder 55,8 88,0 142,5 56,5 342,7 67,4 410,1 10,9 421,0 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder - 0, ,0-0,0-0,0 5 Hutan mangrove primer 0,1 2, ,1-2,1 1,3 3,4 6 Hutan mangrove sekunder 1,1 5,5-0,0 6,6 0,0 6,6 3,0 9,6 7 Hutan tanaman * Jumlah Hutan 187,0 178,6 218,2 62,1 645,9 68,6 714,4 16,4 730,8 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 4,3 8,4 13,4 10,2 36,4 5,1 41,5 46,6 88,1 9 Belukar rawa 0,2 0, ,2-0,2 0,5 0,7 10 Savana Perkebunan 0,0 0,3 0,4 0,0 0,8 0,6 1,4 25,3 26,7 12 Pertanian lahan kering 0,7 2,3 1,5 3,1 7,6 0,4 8,0 64,5 72,5 13 Pertanian lahan kering dan Sema 2,4 11,5 17,5 14,3 45,7 7,5 53,2 169,0 222,2 14 Transmigrasi Sawah 0,0 0,1-0,0 0,1 0,2 0,3 34,5 34,7 16 Tambak 2,0 3,0-0,0 5,0 0,0 5,0 3,8 8,9 17 Tanah terbuka 0,1 0,2 0,0 0,0 0,3 0,0 0,3 0,5 0,9 18 Pertambangan Permukiman 0,0 0,1 0,0 0,0 0,2 0,1 0,3 12,5 12,7 20 Rawa ,4 0,4 21 Pelabuhan Udara/Laut ,1 0,1 Jumlah Non Hutan 9,7 26,1 32,9 27,8 96,4 13,9 110,2 357,6 467,8 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 196,7 204,6 251,1 89,9 742,2 82,4 824,7 373, ,6 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

73 TABEL 3.23 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI SULAWESI TENGAH DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 482, ,6 812,5 197, ,6 82, ,5 171, ,7 2 Hutan lahan kering sekunder 116,7 371,1 558,8 160, ,4 113, ,6 469, ,0 3 Hutan rawa primer - 0, ,4-0,4-0,4 4 Hutan rawa sekunder - 0, ,8-0,8 6,7 7,5 5 Hutan mangrove primer 4,9 1,7 0,0 0,2 6,9 0,0 6,9 12,6 19,5 6 Hutan mangrove sekunder 0,6 4,5 0,3 0,5 5,9 0,0 5,9 26,6 32,5 7 Hutan tanaman * Jumlah Hutan 605, , ,6 359, ,9 196, ,0 686, ,6 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 31,8 45,0 38,0 40,1 154,9 13,6 168,5 142,0 310,5 9 Belukar rawa - 0, ,0-0,0 0,7 0,7 10 Savana 1,0-0,1 0,2 1,3 8,4 9,7 15,5 25,3 11 Perkebunan 2,3 0,9 2,0 3,4 8,6 2,3 11,0 90,1 101,1 12 Pertanian lahan kering 17,1 16,6 18,7 31,2 83,7 5,5 89,2 261,5 350,7 13 Pertanian lahan kering dan Sema 13,1 35,6 37,5 64,5 150,6 21,5 172,1 317,1 489,3 14 Transmigrasi ,2 0,2 3,8 4,0 15 Sawah 1,2 2,2 0,4 1,4 5,1 0,2 5,3 77,6 82,9 16 Tambak 0,0 0,1 0,1-0,2-0,2 4,7 4,9 17 Tanah terbuka 1,9 6,8 7,5 0,4 16,6 3,6 20,2 13,0 33,2 18 Pertambangan 2,7 0,3 0,3-3,3 0,0 3,3 6,7 10,1 19 Permukiman 0,0 0,5 0,1 0,2 0,8 0,5 1,2 22,0 23,2 20 Rawa ,5 0,5 21 Pelabuhan Udara/Laut ,1 0,1 Jumlah Non Hutan 71,1 108,0 104,8 141,4 425,2 55,7 480,9 955, ,4 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 676, , ,3 500, ,1 251, , , ,0 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

74 TABEL 3.24 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 19,6 492,6 144,1 49,1 705,5 10,8 716,3 7,4 723,7 2 Hutan lahan kering sekunder 107,2 354,7 237,5 250,1 949,5 52, ,5 117, ,0 3 Hutan rawa primer ,6 0,6-0,6-0,6 4 Hutan rawa sekunder 8,0 1,7 0,0 3,0 12,8-12,8 6,4 19,2 5 Hutan mangrove primer - 5,8-0,0 5,8 0,0 5,8 3,0 8,8 6 Hutan mangrove sekunder 4,0 32,0 0,0 0,3 36,2 0,8 37,1 30,5 67,6 7 Hutan tanaman * ,5 2,5 0,2 2,6 0,5 3,1 Jumlah Hutan 138,9 886,9 381,6 305, ,8 63, ,6 165, ,9 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 31,2 93,2 37,5 32,6 194,4 11,0 205,4 235,5 440,9 9 Belukar rawa 10,6 3,2 0,0 0,0 13,9 0,1 14,0 6,5 20,5 10 Savana 46,0 21,2 9,8 18,0 95,0 3,5 98,5 119,1 217,6 11 Perkebunan 0,7 2,0 0,0 0,1 2,8 0,2 3,0 22,4 25,4 12 Pertanian lahan kering 12,9 3,6 2,7 9,2 28,4 3,2 31,6 113,3 144,9 13 Pertanian lahan kering dan Sema 28,7 61,2 30,5 34,8 155,2 10,6 165,8 543,7 709,4 14 Transmigrasi ,0 0,0-0,0 2,0 2,1 15 Sawah 0,0 1,1 1,5 0,0 2,8 0,2 3,0 52,5 55,4 16 Tambak 0,0 5,0 0,0 0,0 5,1 0,0 5,1 15,4 20,5 17 Tanah terbuka 2,6 3,6 3,3 0,7 10,3 0,9 11,2 14,2 25,5 18 Pertambangan ,3 0,3-0,3 0,0 0,3 19 Permukiman 0,0 0,4 0,0 0,0 0,5-0,5 21,1 21,5 20 Rawa 11,2 0,0 0,0 0,1 11,4-11,4 1,1 12,5 21 Pelabuhan Udara/Laut - 0, ,0-0,0 0,1 0,1 Jumlah Non Hutan 144,1 194,6 85,3 96,0 520,0 29,8 549, , ,8 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 282, ,5 466,9 401, ,8 93, , , ,7 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

75 TABEL 3.25 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI SULAWESI BARAT DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer - 234,7 89,8 12,3 336,8 0,0 336,8-336,8 2 Hutan lahan kering sekunder - 255,6 195,6 19,5 470,8 11,5 482,3 34,6 516,9 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder ,1 0,1 0,4 0,5-0,5 5 Hutan mangrove primer ,0 0,0 6 Hutan mangrove sekunder 0,0 1,5 0,8-2,3 0,5 2,8 3,3 6,1 7 Hutan tanaman * Jumlah Hutan 0,0 491,8 286,2 32,0 809,9 12,5 822,5 38,0 860,4 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar - 53,0 24,5 6,2 83,8 4,3 88,0 76,2 164,2 9 Belukar rawa 0,0 0,2 0,0 0,4 0,6 0,4 1,0 1,6 2,6 10 Savana - 9,4 2,3 0,3 12,0 0,0 12,0 20,5 32,5 11 Perkebunan - 0,8 0,4 2,7 3,9 2,2 6,1 41,5 47,7 12 Pertanian lahan kering 0,0 6,5 5,8 7,0 19,3 13,6 32,9 43,8 76,7 13 Pertanian lahan kering dan Sema 0,0 101,2 37,6 13,6 152,4 33,7 186,1 214,0 400,1 14 Transmigrasi - - 0,0 0,2 0,2 0,2 0,5 3,2 3,7 15 Sawah 0,2 5,1 2,1 2,4 9,7 9,5 19,3 37,8 57,1 16 Tambak 1,0 4,3 1,9-7,2 0,4 7,6 8,7 16,3 17 Tanah terbuka - 5,5 0,9 0,3 6,7 2,0 8,7 4,7 13,4 18 Pertambangan Permukiman - 0,1 0,0-0,1 0,8 1,0 3,5 4,5 20 Rawa ,0 0,0 21 Pelabuhan Udara/Laut Jumlah Non Hutan 1,3 186,1 75,6 33,0 296,0 67,2 363,2 455,5 818,7 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 1,3 677,9 361,8 65, ,9 79, ,7 493, ,1 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

76 TABEL 3.26 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI SULAWESI SELATAN DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 105,6 380,6 122,8 1,8 610,8 5,0 615,8 8,0 623,9 2 Hutan lahan kering sekunder 78,0 441,7 226,8 34,8 781,3 5,7 787,0 64,5 851,5 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder 0, ,0-0,0 0,0 0,1 5 Hutan mangrove primer - 0,0 0,1-0,1-0,1 3,2 3,3 6 Hutan mangrove sekunder - 8,9 4,5-13,4-13,4 10,3 23,7 7 Hutan tanaman * 0,6 2,2 8,0 1,3 12,2-12,2 3,3 15,5 Jumlah Hutan 184,3 833,4 362,2 37, ,8 10, ,5 89, ,0 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 25,7 156,7 48,3 26,6 257,3 1,8 259,1 223,1 482,1 9 Belukar rawa - 0,1 0,2-0,3-0,3 14,1 14,5 10 Savana 1,5 45,8 4,0 0,9 52,2 0,0 52,2 38,3 90,5 11 Perkebunan 0,1 0,4 0,1 0,3 0,8 0,1 1,0 38,0 39,0 12 Pertanian lahan kering 0,3 2,1 1,0 0,4 3,7-3,7 37,6 41,3 13 Pertanian lahan kering dan Sema 26,3 159,3 72,1 52,0 309,6 10,4 320, , ,3 14 Transmigrasi 0,0 0, ,0-0,0 1,8 1,8 15 Sawah 5,8 7,5 3,0 5,7 22,0 0,0 22,0 568,0 590,0 16 Tambak - 22,9 2,8-25,8-25,8 81,9 107,7 17 Tanah terbuka 0,5 2,7 1,2 0,2 4,5 0,0 4,5 5,5 10,0 18 Pertambangan 0,0 1, ,4-1,4 1,0 2,4 19 Permukiman 0,0 0,3 0,1 0,0 0,4-0,4 21,0 21,5 20 Rawa - 0, ,0-0,0 1,2 1,2 21 Pelabuhan Udara/Laut ,9 0,9 Jumlah Non Hutan 60,2 399,3 132,7 86,1 678,2 12,3 690, , ,3 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 244, ,7 494,8 124, ,0 23, , , ,3 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

77 TABEL 3.27 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI BALI DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 3,3 39,4 0,0 0,0 42,8-42,8 0,5 43,3 2 Hutan lahan kering sekunder 7,2 30,6 1,9 0,0 39,7-39,7 15,5 55,3 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Hutan mangrove primer 0,2 0, ,4-0,4 0,0 0,4 6 Hutan mangrove sekunder 1, ,5-1,5 0,4 1,9 7 Hutan tanaman 0,6 0,4 1,0 0,4 2,4-2,4 0,1 2,5 Jumlah Hutan 12,8 70,6 3,0 0,4 86,8-86,8 16,5 103,4 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 7,3 16,6 2,5 0,8 27,3-27,3 51,3 78,6 9 Belukar rawa Savana 0,1 0,0 0,0-0,1-0,1 0,2 0,3 11 Perkebunan - 0,0 0,1-0,1-0,1 0,9 1,1 12 Pertanian lahan kering 0,2 1,5 0,7 0,4 2,8-2,8 47,6 50,3 13 Pertanian lahan kering dan Sema 0,2 5,3 0,2 0,0 5,7-5,7 168,4 174,1 14 Transmigrasi Sawah 0,1 0,2 0,0 0,2 0,6-0,6 117,1 117,7 16 Tambak ,5 0,5 17 Tanah terbuka 1,9 1,4 0,2-3,6-3,6 2,6 6,2 18 Pertambangan Permukiman 0,2 0,0 0,0 0,0 0,3-0,3 35,1 35,3 20 Rawa Pelabuhan Udara/Laut ,2 0,2 Jumlah Non Hutan 10,0 25,2 3,7 1,5 40,4-40,4 423,8 464,2 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 22,9 95,8 6,7 1,9 127,3-127,3 440,3 567,6 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

78 TABEL 3.28 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 44,9 253,8 124,8 23,9 447,4-447,4 14,0 461,4 2 Hutan lahan kering sekunder 27,0 97,8 96,8 45,7 267,4-267,4 50,0 317,4 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder Hutan mangrove primer 1,3 0,3 1,5 0,0 3,1-3,1 1,6 4,7 6 Hutan mangrove sekunder 0,3 1,1 2,0 0,1 3,5-3,5 4,3 7,9 7 Hutan tanaman * 0,5 0,2 0,0 0,6 1,4-1,4 1,2 2,6 Jumlah Hutan 74,0 353,2 225,2 70,3 722,8-722,8 71,2 793,9 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 73,9 66,2 50,6 58,2 248,9-248,9 311,6 560,5 9 Belukar rawa 0,3-0,0-0,3-0,3 0,2 0,4 10 Savana 3,6 1,8 0,3-5,7-5,7 0,2 5,9 11 Perkebunan Pertanian lahan kering 0,6 1,0 1,1 3,3 6,0-6,0 105,3 111,3 13 Pertanian lahan kering dan Sema 3,5 6,5 6,0 13,5 29,6-29,6 275,8 305,4 14 Transmigrasi - 0, ,0-0,0 0,2 0,2 15 Sawah 0,2 1,1 1,2 2,1 4,6-4,6 149,8 154,3 16 Tambak - 0,1 1,1 0,1 1,2-1,2 11,3 12,5 17 Tanah terbuka 11,9 0,4 1,2 1,4 14,8-14,8 3,3 18,1 18 Pertambangan - 0,0 0,0 1,8 1,8-1,8-1,8 19 Permukiman 0,1 0,0-0,0 0,1-0,1 13,7 13,8 20 Rawa Pelabuhan Udara/Laut ,5 0,5 Jumlah Non Hutan 94,0 77,2 61,5 80,3 313,1-313,1 871, ,8 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 168,0 430,5 286,7 150, , ,8 942, ,8 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

79 TABEL 3.29 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 19,8 67,5 8,8 17,8 113,9 1,1 114,9 50,2 165,1 2 Hutan lahan kering sekunder 26,3 313,3 125,4 199,8 664,8 15,3 680,2 922, ,1 3 Hutan rawa primer Hutan rawa sekunder 0, ,1-0,1 0,2 0,3 5 Hutan mangrove primer 2,7 0,2-0,3 3,2-3,2 8,2 11,4 6 Hutan mangrove sekunder 0,4 0,8-0,6 1,8-1,8 6,0 7,9 7 Hutan tanaman * - 0, ,2-0,2 0,3 0,5 Jumlah Hutan 49,4 382,1 134,2 218,5 784,2 16,4 800,6 987, ,4 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 54,3 161,2 29,2 98,4 343,0 8,9 351,9 635,9 987,8 9 Belukar rawa 1,2 0,1 0,3 0,1 1,7 0,2 1,9 8,9 10,8 10 Savana 76,2 131,9 20,9 64,9 293,8 61,6 355,5 679, ,2 11 Perkebunan Pertanian lahan kering 19,9 14,2 2,5 17,0 53,5 1,6 55,1 223,6 278,7 13 Pertanian lahan kering dan Sema 12,0 32,3 7,6 24,7 76,6 5,7 82,3 311,6 393,9 14 Transmigrasi ,2 0,2 15 Sawah 0,9 2,7 1,3 0,9 5,9 1,4 7,2 54,9 62,1 16 Tambak 0,0-0,0-0,0-0,0 1,4 1,4 17 Tanah terbuka 12,0 4,7 1,0 2,7 20,3 5,1 25,4 26,4 51,7 18 Pertambangan Permukiman 1,0 2,0 0,4 1,0 4,4 1,0 5,4 34,7 40,1 20 Rawa 1,1 0,1-0,1 1,4-1,4 5,0 6,4 21 Pelabuhan Udara/Laut ,9 0,9 Jumlah Non Hutan 178,6 349,2 63,0 209,8 800,6 85,4 886, , ,2 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 228,0 731,2 197,3 428, ,8 101, , , ,6 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

80 TABEL 3.30 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI MALUKU UTARA DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 74,7 154,6 143,0 37,5 409,8 26,4 436,2 1,7 437,9 2 Hutan lahan kering sekunder 127,9 335,1 450,2 310, ,8 352, ,9 144, ,2 3 Hutan rawa primer ,1 0,1 0,0 0,1 4 Hutan rawa sekunder - 0,0-2,1 2,1 1,3 3,4-3,4 5 Hutan mangrove primer - 5,1 0,2 1,0 6,4 14,1 20,5 7,1 27,6 6 Hutan mangrove sekunder - 2,8 0,1 0,6 3,5 6,1 9,7 5,9 15,6 7 Hutan tanaman * - 0,4 5,0 20,1 25,5 5,2 30,6-30,6 Jumlah Hutan 202,6 498,0 598,7 371, ,1 405, ,4 159, ,4 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 10,1 42,6 23,1 46,4 122,3 54,4 176,7 226,8 403,5 9 Belukar rawa - 1,0 0,0 1,9 3,0 2,0 4,9 0,5 5,4 10 Savana - 1,4 0,9 2,8 5,0 0,6 5,6-5,6 11 Perkebunan ,2 0,2-0,2 12 Pertanian lahan kering 3,5 4,0 6,6 16,5 30,7 26,8 57,4 131,4 188,9 13 Pertanian lahan kering dan Sema 2,2 27,4 36,5 40,3 106,4 61,7 168,1 414,4 582,4 14 Transmigrasi - - 0,0 0,5 0,5 1,4 1,9 1,6 3,6 15 Sawah - - 0,0 0,8 0,9 1,7 2,6 4,8 7,4 16 Tambak ,0 0,0 17 Tanah terbuka 0,1 8,2 0,9 0,5 9,9 2,7 12,6 1,1 13,7 18 Pertambangan - 0,3 0,1 0,1 0,4 0,5 0,9 0,4 1,3 19 Permukiman 0,0 0,9 0,4 0,6 1,9 10,3 12,1 7,6 19,7 20 Rawa ,1 0,1 0,1 0,1 21 Pelabuhan Udara/Laut - 0, ,0 0,1 0,1 0,2 0,3 Jumlah Non Hutan 16,0 85,9 68,5 110,4 280,9 162,3 443,2 789, ,1 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 218,6 584,0 667,2 482, ,0 567, ,6 948, ,6 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

81 TABEL 3.31 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI MALUKU DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 131,0 107,4 20,8 85,9 345,1 114,1 459,2 0,3 459,5 2 Hutan lahan kering sekunder 252,3 384,8 779,9 383, ,6 570, ,0 7, ,4 3 Hutan rawa primer 1,6 0,7-3,7 6,0 25,2 31,2 0,2 31,5 4 Hutan rawa sekunder 0,2 1,2 0,3 9,8 11,5 41,0 52,4 0,2 52,7 5 Hutan mangrove primer 1,7 2,3 0,0 3,6 7,7 39,8 47,5 0,4 47,9 6 Hutan mangrove sekunder 3,0 4,1 0,5 8,5 16,0 67,8 83,8 0,6 84,4 7 Hutan tanaman * Jumlah Hutan 389,9 500,5 801,4 495, ,9 858, ,1 9, ,3 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 9,6 64,9 65,6 91,1 231,1 241,1 472,2 5,1 477,2 9 Belukar rawa 0,0 2,1 0,0 1,2 3,3 11,7 15,1 0,5 15,6 10 Savana 9,0 19,2 12,5 35,7 76,3 118,5 194,8 2,2 197,0 11 Perkebunan 0,0 0,0 0,3 0,1 0,5 6,2 6,7 0,3 7,0 12 Pertanian lahan kering 0,5 6,3 5,2 7,8 19,8 88,7 108,5 3,0 111,6 13 Pertanian lahan kering dan Sema 5,5 25,9 21,2 37,0 89,7 242,3 332,0 7,6 339,6 14 Transmigrasi - 0,7 3,1 6,6 10,4 22,3 32,7 1,9 34,5 15 Sawah ,0 0,0 5,8 5,8 0,4 6,3 16 Tambak 0, ,1 0,3 0,2 0,5-0,5 17 Tanah terbuka 0,9 3,7 1,2 8,8 14,5 36,0 50,5 0,5 51,0 18 Pertambangan ,0 0,0 0,1 0,1-0,1 19 Permukiman 0,0 0,9 0,1 0,6 1,6 13,6 15,3 0,9 16,1 20 Rawa ,0 0,0 0,0 0,1 0,0 0,1 21 Pelabuhan Udara/Laut ,0 0,0 0,2 0,2 0,1 0,3 Jumlah Non Hutan 25,7 123,6 109,1 189,2 447,5 786, ,5 22, ,9 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 415,6 624,1 910,5 684, , , ,6 31, ,2 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

82 TABEL 3.32 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI PAPUA DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 3.789, , , , , , ,4 139, ,4 2 Hutan lahan kering sekunder 262,4 692,0 512, , ,9 963, ,5 209, ,6 3 Hutan rawa primer 997,7 288, ,5 308, ,6 439, ,9 627, ,8 4 Hutan rawa sekunder 334,6 98,0 327,4 158,1 918,1 158, ,5 99, ,4 5 Hutan mangrove primer 254,7 283,6 53,7 8,2 600,2 140,8 741,1 23,6 764,6 6 Hutan mangrove sekunder 24,7 33,5 1,6 10,4 70,2 27,3 97,5 0,8 98,4 7 Hutan tanaman * - 0,1-0,1 0,2 1,7 1,9 0,0 1,9 Jumlah Hutan 5.663, , , , , , , , ,0 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 56,2 320,4 308,9 206,8 892,4 144, ,2 125, ,4 9 Belukar rawa 293,1 135,2 500,6 250, ,0 392, ,2 247, ,4 10 Savana 425,8 198,3 73,9 82,0 780,0 114,2 894,2 365, ,3 11 Perkebunan - 0,1 0,7 6,8 7,7 7,3 15,0 0,2 15,1 12 Pertanian lahan kering 5,1 11,7 2,1 4,7 23,7 9,7 33,4 17,6 51,0 13 Pertanian lahan kering dan Sema 38,6 526,1 44,2 45,9 654,8 228,4 883,2 191, ,1 14 Transmigrasi 1,5 0,0 0,7 5,3 7,4 17,1 24,5 0,2 24,7 15 Sawah - 0, ,2 7,1 7,3 0,0 7,3 16 Tambak - 0, ,6 0,1 0,7 0,0 0,7 17 Tanah terbuka 131,5 118,6 93,0 25,6 368,7 65,4 434,1 101,4 535,4 18 Pertambangan - 2, ,6 0,1 2,6-2,6 19 Permukiman 1,5 6,5 0,8 5,5 14,3 13,0 27,3 0,0 27,3 20 Rawa 136,7 28,3 123,3 159,0 447,3 213,4 660,7 227,9 888,6 21 Pelabuhan Udara/Laut - - 0,1 0,1 0,2 0,4 0,6 0,0 0,6 Jumlah Non Hutan 1.089, , ,3 791, , , , , ,5 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 6.753, , , , , , , , ,6 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

83 TABEL 3.33 LUAS PENUTUPAN LAHAN PROVINSI PAPUA BARAT DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer 1.445, ,5 859,4 651, ,3 722, ,7 65, ,6 2 Hutan lahan kering sekunder 104,7 160,1 323,9 637, ,0 939, ,1 76, ,2 3 Hutan rawa primer 3,2 60,0 65,6 278,6 407,5 239,9 647,4 2,7 650,1 4 Hutan rawa sekunder 0,8 12,7 6,2 12,4 32,0 34,1 66,1 0,2 66,3 5 Hutan mangrove primer 100,4 69,2 8,5 81,7 259,8 117,9 377,7 9,8 387,5 6 Hutan mangrove sekunder 0,2 4,3 3,8 56,9 65,2 36,0 101,2 4,2 105,3 7 Hutan tanaman * Jumlah Hutan 1.654, , , , , , ,1 158, ,0 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 52,2 65,6 377,3 49,9 545,0 51,9 596,9 22,8 619,7 9 Belukar rawa 2,0 4,3 1,0 17,1 24,5 25,1 49,6 3,0 52,6 10 Savana 14,8 22,6 129,3 35,3 202,1 23,7 225,8 14,8 240,6 11 Perkebunan - - 1,3 1,1 2,4 38,6 41,0 27,0 68,0 12 Pertanian lahan kering 2,1 0,4 0,2-2,7 8,5 11,2 3,0 14,2 13 Pertanian lahan kering dan Sema 5,4 8,7 70,1 19,5 103,7 17,7 121,5 17,3 138,7 14 Transmigrasi 1,0-0,2-1,2 16,3 17,5 6,7 24,2 15 Sawah ,6 0,6 2,5 3,1 16 Tambak Tanah terbuka 6,2 0,9 0,5 1,1 8,8 2,1 10,9 6,0 16,9 18 Pertambangan 0,4-0,0 0,4 0,8 3,2 4,0 9,3 13,3 19 Permukiman 2,4 0,5 0,9 0,4 4,3 13,6 18,0 5,3 23,3 20 Rawa - 0,9 0,9 0,1 1,8 1,0 2,8 1,7 4,5 21 Pelabuhan Udara/Laut - 0,0 0,0-0,0 0,1 0,1 0,2 0,3 Jumlah Non Hutan 86,5 104,1 581,9 125,0 897,5 202, ,7 119, ,3 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total 1.741, , , , , , ,9 278, ,2 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

84 TABEL 1.1 LUAS PENUTUPAN LAHAN INDONESIA DI DALAM DAN DI LUAR TAHUN 2012 (Ribu Ha) NO. PENUTUPAN LAHAN APL TOTAL A. Hutan 1 Hutan lahan kering primer , , , , , , ,9 724, ,8 2 Hutan lahan kering sekunder 2.987, , , , , , , , ,2 3 Hutan rawa primer 1.145,6 379, ,2 666, ,4 715, ,3 670, ,7 4 Hutan rawa sekunder 1.167,7 445,6 699, , , , ,3 894, ,4 5 Hutan mangrove primer 449,0 423,6 72,9 116, ,7 327, ,7 129, ,3 6 Hutan mangrove sekunder 138,9 219,8 147,9 224,0 730,6 251,9 982,5 325, ,5 7 Hutan tanaman * 135,9 304,5 551, , ,2 119, , , ,7 Jumlah Hutan , , , , , , , , ,7 B. Non Hutan 8 Semak/Belukar 809, , , , , , , , ,8 9 Belukar rawa 1.482,7 850,5 716, , , , , , ,7 10 Savana 685,0 478,0 256,2 378, ,9 338, , , ,9 11 Perkebunan 82,0 130,0 330, , , , , , ,4 12 Pertanian lahan kering 211,2 603,5 257,4 893, ,4 636, , , ,3 13 Pertanian lahan kering dan Sema 669, , , , , , , , ,6 14 Transmigrasi 4,1 0,7 5,2 26,3 36,3 70,7 107,1 171,2 278,2 15 Sawah 32,4 123,2 47,7 177,3 380,6 291,2 671, , ,7 16 Tambak 39,0 138,4 8,5 225,6 411,5 5,0 416,5 510,2 926,7 17 Tanah terbuka 362,0 338,5 242,6 988, ,1 460, , , ,1 18 Pertambangan 14,7 19,6 23,9 146,0 204,3 55,5 259,7 291,9 551,6 19 Permukiman 19,4 26,7 18,6 54,9 119,5 194,5 314, , ,6 20 Rawa 420,8 102,9 136,8 266,8 927,4 323, ,7 503, ,5 21 Pelabuhan Udara/Laut - 0,1 0,6 0,3 1,0 1,8 2,7 13,3 16,0 Jumlah Non Hutan 4.832, , , , , , , , ,2 C. Tidak Ada Data 22 Awan Tidak ada data Jumlah Tidak Ada Data Total , , , , , , , , ,9 * : Hutan tanaman berdasarkan penafsiran penafsiran citra adalah kelas penutupan lahan hutan yang merupakan hasil budidaya manusia, meliputi seluruh Hutan tanaman baik Hutan Tanaman Industri/IUPHHK-HT maupun Hutan tanaman yang merupakan hasil reboisasi/penghijauan yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan; terlihat dari citra mempunyai pola tanam yang teratur pada area datar, sedangkan untuk daerah bergelombang terlihat warna citra yang berbeda dengan lingkungan sekitarnya.

85

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2011 yang

Lebih terperinci

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005 B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

Lebih terperinci

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. DIREKTORAT INVENTARISASI DAN PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN 2015 DEFORESTASI INDONESIA TAHUN 2013-2014

Lebih terperinci

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Kawasan Hutan Total No Penutupan Lahan Hutan Tetap APL HPK Jumlah KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN November, 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN November, 2009 Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN vember, 2009 EKSEKUTIF DATA STRATEGIS KEHUTANAN 2009 ISBN : 979-606-075-2 Penyunting : Sub Direktorat Statistik dan Jaringan Komunikasi Data

Lebih terperinci

Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN

Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN Eksekutif DATA STRATEGIS KEHUTANAN DEPARTEMEN KEHUTANAN Ministry of Forestry 2008 KATA PENGANTAR Penyusunan Buku Eksekutif Data Strategis Kehutanan Tahun 2008 ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan data

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai eknmi, eklgi dan ssial

Lebih terperinci

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN oleh: Ruhyat Hardansyah (Kasubbid Hutan dan Hasil Hutan pada Bidang Inventarisasi DDDT SDA dan LH) Kawasan Hutan Hutan setidaknya memiliki

Lebih terperinci

NERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL TAHUN 2013

NERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL TAHUN 2013 NERACA SUMBER DAYA HUTAN NASIONAL TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2014 Penyusun Penanggung Jawab : Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Identifikasi Desa di Dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan 2009

KATA PENGANTAR. Identifikasi Desa di Dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan 2009 KATA PENGANTAR Kegiatan Identifikasi Desa di Dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan 2009 merupakan kerjasama antara Direktorat Perencanaan Kawasan Hutan, Departemen Kehutanan dengan Direktorat Statistik Peternakan,

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan

Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan Identifikasi Desa Dalam Kawasan Hutan 2007 Kerja sama Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, Departemen Kehutanan dengan Direktorat Statistik Pertanian, Badan Pusat Statistik Jakarta, 2007 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Jakarta, Juni 2012 KATA PENGANTAR Buku ini merupakan penerbitan lanjutan dari Buku Statistik Bidang Planologi Kehutanan tahun sebelumnya yang

Lebih terperinci

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Desa Hijau Untuk Indonesia Hijau dan Sehat Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. 13, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut: NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan Indonesia seluas 120,35 juta hektar merupakan salah satu kelompok hutan tropis ketiga terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire, yang mempunyai fungsi utama sebagai

Lebih terperinci

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial) UU No 5 tahun 1990 (KSDAE) termasuk konsep revisi UU No 41 tahun 1999 (Kehutanan) UU 32 tahun 2009 (LH) UU 23 tahun 2014 (Otonomi Daerah) PP No 28 tahun 2011 (KSA KPA) PP No. 18 tahun 2016 (Perangkat Daerah)

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 TENTANG PENEGASAN STATUS DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini 57 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Hutan Indonesia Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini mencapai angka 120,35 juta ha atau sekitar 61 % dari luas wilayah daratan Indonesia.

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami

Lebih terperinci

Perkembangan Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Proses Review RTRWP Per 31 Desember 2015

Perkembangan Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Proses Review RTRWP Per 31 Desember 2015 Perkembangan Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan Dalam Proses Review RTRWP Per 31 Desember 2015 Luas Usulan Perubahan Persetujuan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan (ha) Kawasan Hutan (ha) No Provinsi

Lebih terperinci

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011 disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011 Hutan : suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs Dr. Ir. Ruandha Agung Sugardiman, M.Sc. Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, KLHK Plt. Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Sumber Daya Alam Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Letak Geografis dan Astronomis Indonesia Serta Pengaruhnya Letak geografi Indonesia dan letak astronomis Indonesia adalah posisi negara Indonesia

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Mei 2017 Bersama ini

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 November 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN DANA DEKONSENTRASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 34/Menhut -II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

KEBIJAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia KEBIJAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA Oleh: Kepala Badan P2SDM KLHK Dr. Ir. Bambang Soepijanto, MM TN. Laiwangi

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 454, 2016 ANRI. Dana. Dekonsentrasi. TA 2016. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1 Provinsi Kalimantan Timur 2014 REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI

Lebih terperinci

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN PROPINSI BALI KATA PENGANTAR Booklet Data dan Informasi Propinsi Bali disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran secara singkat mengenai keadaan Kehutanan di Propinsi

Lebih terperinci

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK Disampaikan pada Seminar Nasional yang diselenggarakan Badan Pemeriksa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Laswell dan Kaplan (1970) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan suatu program yang memroyeksikan tujuan, nilai, dan praktik yang terarah. Kemudian Dye (1978) menyampaikan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta ribuan pulau oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang mana salah satunya adalah hutan. Hutan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

PROGRAM KEHUTANAN UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM & PENGUKURAN, PELAPORAN SERTA VERIFIKASINYA (MRV) Tindak Lanjut COP 15

PROGRAM KEHUTANAN UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM & PENGUKURAN, PELAPORAN SERTA VERIFIKASINYA (MRV) Tindak Lanjut COP 15 PROGRAM KEHUTANAN UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM & PENGUKURAN, PELAPORAN SERTA VERIFIKASINYA (MRV) Tindak Lanjut COP 15 Daftar Paparan 1. Mitigasi Perubahan Iklim (M.P.I.) 2. Skenario Mitigasi Perubahan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

ANALISIS DATA TITIK PANAS (HOTSPOT) KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN TAHUN 2015

ANALISIS DATA TITIK PANAS (HOTSPOT) KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN TAHUN 2015 ANALISIS DATA TITIK PANAS (HOTSPOT) KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN TAHUN 2015 ENDRAWATI, S.Hut RETNOSARI YUSNITA, S.Hut Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Direktorat Jenderal Planologi

Lebih terperinci

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi

Lebih terperinci

this file is downloaded from

this file is downloaded from th file PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL INSTRUKSI KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1/Ins/II/2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROGRAM STRATEGIS BADAN PERTANAHAN NASIONAL TAHUN 2013 KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG KAWASAN HUTAN

PENATAAN RUANG KAWASAN HUTAN PENATAAN RUANG KAWASAN HUTAN PENATAAN RUANG KAWASAN HUTAN Dengan telah diterbitkannya undang undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan ruang, maka semua peraturan daerah provinsi tentang rencana tata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2012 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013

KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013 KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH 2012 2032 TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013 PENDAHULUAN PEMERINTAH ACEH Rencana umum tata ruang merupakan

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI

DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN REALISASI KEGIATAN DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI Oleh : Direktur Pengelolaan Air Irigasi Lombok, 27 29 November 2013 1 REALISASI KEGIATAN PUSAT DIREKTORAT

Lebih terperinci

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2

SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI. Pertemuan ke 2 SUMBER DAYA HABIS TERPAKAI YANG DAPAT DIPERBAHARUI Pertemuan ke 2 Sumber daya habis terpakai yang dapat diperbaharui: memiliki titik kritis Ikan Hutan Tanah http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/148111-

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumberdaya hutan tropis yang dimiliki negara Indonesia, memiliki nilai dan peranan penting yang bermanfaat dalam konteks pembangunan berkelanjutan. Manfaat yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam daerah pantai payau yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan mangrove di

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN Oleh : Ir. Iwan Isa, M.Sc Direktur Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan Nasional PENGANTAR Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kesejahteraan bangsa

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luas hutan Indonesia sebesar 137.090.468 hektar. Hutan terluas berada di Kalimantan (36 juta hektar), Papua (32 juta hektar), Sulawesi (10 juta hektar) Sumatera (22 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 81.000 km serta lebih dari 17.508 pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Disampaikan pada Acara Monev Gerakan Nasioanal Penyelamatan SDA sektor Kehutanan dan Perkebunan Tanggal 10 Juni 2015 di Gorontalo DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN JENIS

Lebih terperinci