4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kegiatan MBS (Mass Blood Survey) Hasil Kegiatan MBS (Mass Blood Survey) yang dilakukan pada tanggal 2 April 29 terhadap 116 sampel darah malaria, sebanyak 13 orang positif Plasmodium yang terdiri dari 9 orang positif P. falciparum, 1 orang positif P. vivax dan 3 orang merupakan kasus gabungan antara P. falciparum + P. Vivax (Mix). Bila dibedakan berdasarkan kelompok umur maka dapat diketahui hasil pemeriksaan darah pada kelompok anakanak antara usia 11 bulan dan bulan tidak ditemukan sampel darah positif. Pada kelompok umur 2 9 tahun ditemukan 4 positif P. falciparum dan 2 orang positif P. Falciparum + P.vivax (Mix). Pada sampel darah kelompok umur 1 14 tahun di temukan 2 orang positif P.falciparum dan berjenis kelamin lakilaki. Sedangkan usia diatas 15 tahun ditemukan 3 orang positif P. falciparum, 1 orang positif P.vivax dan terdapat 1 orang penderita gabungan P. Falciparum +P.vivax (mix). (Lampiran 1). 4.2 Perilaku menggigit nyamuk Anopheles balabacensis Jenis Anopheles yang ditemukan Nyamuk Anopheles yang ditemukan atau tertangkap di Desa Lembah Sari selama penelitian dari bulan April Juli 29 hanya satu spesies yakni nyamuk Anopheles balabacensis. Jenis Anopheles yang pernah ditemukan di daerah pegunungan/perbukitan di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat ada dua jenis yaitu A. balabacensis dan A. maculatus, kedua spesies tersebut sudah dikonfirmasi menjadi vektor utama malaria ( Depkes RI 27d). Berdasarkan kunci identifikasi O Conor dan Soepanto (1979) nyamuk A. balabacensis dan A. maculatus dapat di bedakan sebagai berikut : Anopheles balabacensis (Gambar 7) mempunyai ciriciri antara lain pada kosta dan urat 1 ada 3 atau kurang nodanoda pucat, dan pada sambungan tibiatarsus kaki belakang ada gelang pucat yang lebar. Gelang pucat yang terang pada pangkal tarsal ruas 4 kaki belakang, tanda gelap presektor urat 1 kurang lebih sama

2 28 Sumber : Gambar 7 Nyamuk Anopheles balabacensis betina. sama panjangnya dengan tanda gelap pada kosta, kalau memanjang ke pangkal, jarang melebihi tengahtengah tanda gelap humeral pada costa. Habitat A. balabacensis di Pulau Lombok pada umumnya di perbukitan yang tinggi dan banyak mata air. Adapun nyamuk Anopheles maculatus mempunyai ciriciri antara lain pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih nodanoda pucat. Pada persambungan tibiatarsus kaki belakang tidak ada gelang seperti pucat. Sekurangkurangnya tarsus ke 5 kaki belakang putih, femur dan tibia berbintik pucat. Habitatnya A. maculatus di Pulau Lombok pada umumnya di perbukitan yang banyak pohon kelapa dan lokasinya lebih terbuka Perilaku Mencari Darah Dari hasil penangkapan menggunakan magoon trap selama penelitian terbukti bahwa nyamuk A. balabacensis lebih menyukai darah hewan (zoofilik). Tidak ada nyamuk A. balabacensis yang diperoleh pada magoon dengan umpan manusia, sedangkan dari penangkapan menggunakan magoon dengan umpan hewan (sapi) diperoleh A. balabacensis ratarata 1,83 ekor/bulan atau 2,71 ekor/malam dari total tangkapan 43,33 ekor selama penelitian. Penangkapan tertinggi pada bulan Mei sejumlah 14, ekor/ bulan dan terendah pada bulan April sejumlah 9, ekor/bulan (Tabel 1).

3 29 Tabel 1 Nyamuk A. balabacensis tertangkap dengan perangkap magoon di Desa Lembah Sari selama bulan April Juli 29. Bulan MBR (ekor/bulan) TOTAL Manusia Hewan (Sapi) April, 9, 9, Mei, 14, 14, Juni, 9,33 9,33 Juli, 11, 11, TOTAL, 43,33 43,33 RataRata /bulan, 1,83 1,83 Ratarata/malam, 2,71 2,71 Boewono dan Ristiyanto (24) menyatakan bahwa di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah, A. balabacensis banyak ditemukan di kandang ternak dan kandang kambing. Demikian juga dengan hasil Penelitian Effendi (22) di Daerah Kokap Kulonprogo DI Yogyakarta memperlihatkan bahwa nyamuk A. balabacensis paling banyak ditemui di kandang ternak. Dari berbagai metode penangkapan nyamuk yang digunakan oleh Salam (25), ternyata nyamuk yang diperoleh lebih banyak yang berasal dari kandang sapi dan sekitarnya. Hewan merupakan obyek yang disukai oleh sebagian nyamuk Anopheles untuk mendapatkan darah sebagai sumber makanan. Orientasi nyamuk pada inang ditentukan oleh faktor antara lain CO 2 yang dikeluarkan, bau spesifik inang, serta suhu dan kelembaban udara. Di India sebagian besar nyamuk Anopheles diketahui menghisap darah domba dan sapi di daerah urban dan sekitarnya, selain juga dapat menggigit binatang lainnya seperti monyet, rusa, dan tikus serta burung (Rao 1981). Pemasangan New Jersey light trap dengan menambahkan karbon dioksida selama dua jam dapat meningkatkan jumlah nyamuk yang tertangkap menjadi empat kali lipat (Headley 1974 dalam service 1976). Karbondioksida yang merupakan sisa metabolisme tubuh diekskresikan melalui saluran pernapasan, sehingga nyamuk lebih banyak hinggap di bagian kepala daripada anggota tubuh lain (Daykin et al. 1965). Aroma sebagai salah satu rangsangan yang menuntun

4 3 serangga dalam mencari darah. Aroma darah sapi dilaporkan mempunyai daya tarik terhadap nyamuk Ae. aegypti empat kali lebih besar dari pada air, dan plasma darah lima kali lebih besar dibandingkan air (Burgess dan Brown 1957 dalam Aprianto 22) Perilaku Menggigit di Dalam dan Luar Rumah Dari hasil penangkapan nyamuk menggunakan umpan orang di dalam rumah (UOD) dan di luar rumah (UOL) menunjukkan bahwa nyamuk A. balabacencis lebih banyak menggigit di luar rumah. Ratarata gigitan A. balabacensis dengan metode UOD adalah,17 ekor/bulan dibandingkan dengan UOL 3,67 ekor/bulan. Nyamuk yang diperoleh dengan metode UOD hanya diperoleh pada bulan Juni saja sebesar (,67 ekor), sebaliknya penangkapan dengan metode UOL tertinggi diperoleh pada bulan Juni (6, ekor). Jumlah nyamuk tertangkap melalui UOL yang terendah (1,33 ekor) diperoleh pada bulan April 29, jumlah ini masih diatas total nyamuk tertangkap dengan metode UOD selama penelitian (Tabel 2). Banyaknya nyamuk A. balabacensis yang ditemukan menggigit umpan orang di luar rumah menunjukkan bahwa nyamuk nyamuk ini lebih bersifat eksofagik. Tabel 2 Nyamuk Anopheles balabacensis tertangkap dengan umpan orang di desa Lembah Sari selama bulan April Juli 29. Bulan MBR (Ekor/Bulan) Jml nyamuk Tertangkap UOD & UOL UOD UOL April, 1,33 1,33 Mei, 3, 3, Juni,67 6, 6,67 Juli, 4,33 4,33 TOTAL,67 14,67 15,33 RataRata/bulan,17 3,67 3,83 RataRata/malam,4,92,96

5 31 Hasil penelitian di atas didukung oleh penelitian Suwasono et al. (25) di Kabupaten Banjar Negara Provinsi Jawa Tengah, fluktuasi padat populasi A. balabacensis lebih banyak di luar rumah dibandingkan didalam rumah dengan kepadatan,8 ekor/orang/jam di luar rumah dan,5 ekor/orang/jam di dalam rumah. Penelitian yang dilakukan Mahmud (22) di desa Hargotirto Kabupaten Kulonprogo D.I.Yogyakarta membuktikan bahwa nyamuk A. balabacensis bersifat eksofagik. Di Dukuh Krajan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah nyamuk ini bersifat eksofagik dan endofagik. Nyamuk A. balabacensis adalah nyamuk yang banyak menggigit di luar rumah atau bersifat eksofagik, tetapi bisa juga masuk ke dalam rumah bila di luar tidak ditemukan inang utama yang paling disenangi (Susana 25) Aktivitas menggigit Sepanjang Malam Aktivitas menggigit nyamuk A. balabacensis yang tertangkap di desa Lembah Sari dengan umpan orang di dalam dan di luar memperlihatkan bahwa ratarata nyamuk nyamuk aktif menggigit sepanjang malam mulai pukul Wita, dengan ratarata gigitan di dalam rumah.1 ekor/jam dan di luar rumah.14 ekor/jam. Aktivitas pertama puncak gigitan di luar rumah antara pukul dengan ratarata gigitan,44 ekor/jam, dan puncak aktivitas berikutnya pada pukul 1.2. dengan ratarata gigitan,37 ekor/jam. Aktivitas menggigit A. balabacensis di dalam rumah cenderung datar serta tidak ditemui aktivitas menggigit yang menyolok (Tabel 3 dan Gambar 8) A. balabacensis di desa Hargotirto Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta aktif menggigit sepanjang malam mulai pukul 2. 5., dengan ratarata.44 gigitan per orang/jam di luar rumah dan.2 gigitan per orang/jam di dalam rumah Aprianto (22). Menurut Lestari et al. (1999) di Muara Bungo Jambi A. balabacensis aktif menggigit orang pukul 22. sampai 3., sedangkan di Tanah Laut Kalimantan Selatan, nyamuk ini aktif menggigit orang pukul Di perkampungan Palaou Thailand A. balabacensis aktif menggigit orang malam hari antara pukul (Rattanarithikul et al.1996).

6 32 Kepadatan A. balabacensis sangat dipengaruhi oleh ketersediaan tempat perindukan, suhu, intensitas cahaya dan kelembaban. Aktivitas menghisap darah vektor malaria A. balabacensis cenderung sepanjang malam (Kesley et al. 199 dalam Boewono 24). Tabel 3 Hasil Penangkapan Nyamuk A. balacensis berdasarkan waktu/jam penangkapan dengan UOD dan UOL di Desa Lembah Sari selama bulan AprilJuli 29 Waktu / Jam MHD (Ekor/Jam) Anopheles balabacensis Jumlah Nyamuk Penangkapan UOD UOL Tertangkap UOD & UOL ,,, ,,, ,,7, ,,3, ,4,44, ,,15,15. 1.,,15, ,,37, ,,4, ,4,7, ,,4, ,,, T o t a l,7 1,63 1,7 Ratarata tangkapan,1,14,14 Nyamuk A.balabacensis (ekor/orang/jam),5,45,4,35,3,25,2,15,1,5, ,44, , Jam Penangkapan UOD UOL, Gambar 8 Aktivitas menggigit A. balabacensis di dalam dan di luar rumah di Desa Lembah Sari selama bulan April Juli 29.

7 33 Penggunaan magoon trap (Tabel 4 dan Gambar 9) dengan umpan manusia, ternyata menunjukkan, tidak ada seekorpun nyamuk A. balabacensis yang tertangkap. Pada magoon dengan umpan sapi, dijumpai aktivitas nyamuk A. balabacensis sepanjang malam mulai pukul 18. sampai 6., dengan ratarata tertangkap 1,2 ekor/jam. Adapun puncak aktivitas tertinggi antara pukul dengan kepadatan 2,67 ekor/jam, hal ini berkaitan dengan mulai meningkatnya kelembaban udara saat itu mencapai 8% hingga 9%. Aprianto (22) menyatakan bahwa A. balabacensis di desa Hargotirto Kabupaten Kulonprogo DIY, aktif menggigit sepanjang malam pada umpan sapi mulai pukul 2.. sampai 6. dengan ratarata gigitan.14 per sapi/jam, sedangkan menurut Boewono dan Ristiyanto (24) A. balabacensis di Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang Jawa Tengah banyak ditemukan di kandang ternak sekitar pukul Perilaku puncak menggigit A. balabacensis di atas pukul 24. belum banyak diketahui penyebabnya (Takken dan Knols 199 dalam Boewono 24). Tabel 4 Hasil Penangkapan Nyamuk A. balacensis berdasarkan waktu/jam penangkapan dengan magoon trap di Desa Lembah Sari selama bulan AprilJuli 29 Waktu / Jam MHD (Ekor/Jam) Penangkapan Nyamuk Total Nyamuk tertangkap Penangkapan Magoon Manusia Magoon Sapi Magoon trap ,,67, , 1,56 1, , 1,67 1, , 2,67 2, , 1,44 1, , 1,22 1,22. 1., 1,78 1, , 1, 1, 2. 3., 1,22 1, ,,22, ,,78, ,,22,22 T o t a l, 14,44 14,44 Ratarata tangkapan, 1,2 1,2 *) MHD : Jumlah nyamuk A. balabacensis tertangkap di bagi jumlah jam penangkapan di kalikan jumlah penangkap.

8 34 Nyamuk A.balabacensis (ekor/sapi/jam) 3, 2,5 2, 1,5 1,,5, , , Jam Penangkapan Magoon Manusia Magoon Hewan,22, Gambar 9 Aktivitas nyamuk A. balabacensis yang tertangkap dengan magoon trap di Desa Lembah Sari bulan April Juli 29. Kondisi iklim makro akan menentukan distribusi, padat populasi dan peran dari suatu spesies vektor penyakit, sedangkan iklim mikro akan berpengaruh terhadap distribusi lokal suatu spesies di daerah tertentu dalam iklim makro yang sama (Sukowati 24). 4.3 Hubungan Cuaca dengan Kepadatan Nyamuk Tertangkap Selama penelitian berlangsung keadaan curah hujan dari awal sampai dengan akhir penelitian tidak teratur. Indeks curah hujan tertinggi (3,1) terdapat pada bulan April dengan kepadatan nyamuk tertangkap (umpan manusia dan magoon trap) sejumlah 1,33 ekor/bulan, sedangkan indeks curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni dengan kepadatan nyamuk tertangkap meningkat 16, ekor/bulan (Tabel 5 dan Gambar 1). Hubungan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk A. balabacensis tertangkap berbanding terbalik. Pada saat indeks curah hujan tinggi, jumlah nyamuk A. balabacensis tertangkap rendah, sedangkan ketika indeks curah hujan rendah, jumlah nyamuk A. balabacensis yang tertangkap meningkat. Dari analisis statistik ada kaitan antara indeks curah hujan dengan kepadatan nyamuk A. balabacensis (p <,5 ).

9 35 Effendi (22) menyatakan 44,9% ratarata kepadatan nyamuk Anopheles tertangkap di daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo dipengaruhi oleh keadaan curah hujan. Curah hujan berpengaruh terhadap tipe dan jumlah tempat perkembangbiakan nyamuk (breeding places), temperatur dan kelembaban nisbi. Bertambah atau berkurangnya hari dan jumlah curah hujan akan berpengaruh terhadap peningkatan habitat perkembangbiakan vektor malaria yang merupakan kombinasi faktorfaktor iklim dan lingkungan (Sukowati 24). Tabel 5 Data Curah Hujan di Kecamatan Batulayar selama bulan April Juli 29 Bulan Jlh Hari Per bulan Jumlah Hari Hujan Curah Hujan (mm) Indeks Curah Hujan Kepadatan Nyamuk (Umpan manusia & Magoon trap)* April ,1 1,33 April Mei ,19 17, Juni ,8 16, Juli ,32 15,33 Sumber : Station meteorologi Mataram 29 &* Data Primer. 18, 35, Kepadatan nyamuk A.balabacensis (ekor/bulan) 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, April Mei Juni Juli 3, 25, 2, 15, 1, 5,, Indeks Curah Hujan Nyamuk ICH Gambar 1 Hubungan antara indeks curah hujan dengan jumlah nyamuk Anopheles balabacensis tertangkap bulan April Juli 29 di Desa Lembah Sari.

10 36 Suhu dan kelembaban selama empat bulan penelitian, berkisar antara C, dengan kelembaban antara 74 8 %. Suhu tertinggi 29 C pada bulan April, sedangkan suhu terendah pada bulan Juli 24 C (Tabel 6 dan Gambar 11). Nyamuk yang tertangkap dengan umpan manusia dan magoon sapi cenderung meningkat tetapi pada suhu rendah bulan Juli nyamuk yang tertangkap juga rendah. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara suhu dengan jumlah nyamuk A. balabacensis yang tertangkap (p >,5 ). Brown (1951) melaporkan jika salah satu tangan manusia didinginkan sampai suhu 22 C dan tangan yang lainnya pada suhu 3 C, maka tangan yang lebih dingin kurang menarik untuk digigit nyamuk. Tabel 6 Data suhu dan kelembaban nisbi dibandingkan dengan total nyamuk A. balabacencis yang tertangkap selama bulan April Juli 29 di Desa Lembah Sari. Bulan Suhu Udara ( C) Kelembaban Umpan (ekor/umpan/bulan)* Min Max Nisbi (%) Orang Sapi Total Jumlah Nyamuk Tertangkap* April ,33 9, 1,33 Mei , 14, 17, Juni ,67 9,33 16, Juli ,33 11, 15,33 Sumber : Station meteorologi Mataram 29 & *Data Primer. Suhu Udara ( C ) April Mei Juni Juli 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Kepadatan Nyamuk (ekor/bulan) Min Max Nyamuk Gambar 11 Hubungan antara suhu dengan total jumlah nyamuk A. balabacensis tertangkap selama bulan April Juli 29 di Desa Lembah Sari.

11 37 Tabel 6 dan Gambar 12 menunjukkan bahwa ratarata kelembaban tertinggi pada bulan April (8%), sedangkan yang terendah pada bulan Juli (74%). Kelembaban mempengaruhi kelangsungan hidup (survival rate), kebiasaan menggigit, dan istirahat dari nyamuk. Kelembaban yang rendah akan memperpendek umur nyamuk. Pada kelembaban tinggi, nyamuk akan menjadi lebih aktif dan lebih sering menggigit (Gunawan 2 dalam Susana 25). Nyamuk umumnya menyukai kelembaban di atas 6% (Marten 1995 dalam Susana 25). Penularan lebih mudah terjadi ketika kelembaban tinggi, sebaliknya di daerah yang gersang penularan tidak terjadi karena usia nyamuk tidak panjang sehingga parasit tidak dapat menyelesaikan siklusnya (WHO 1969). Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kelembaban dengan jumlah nyamuk A. balabacensis tertangkap (p >,5 ). Menurut Reuter 1936 (dalam Clement 1963) bahwa di lapangan tidak ada bukti yang menunjukkan pentingnya tingkat kelembaban bagi orientasi kepada inang, di simpulkan bahwa kelembaban mungkin merupakan sebagian dari faktor penting yang berasal dari inang dan merupakan daya tarik nyamuk pada jarak dekat. Kelembaban Udara (%) April Mei Juni Juli 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Nyamuk tertangkap (ekor/umpan/bulan) Kelembaban Nyamuk Gambar 12 Hubungan antara kelembaban udara dengan jumlah nyamuk A. balabacensis tertangkap selama bulan April Juli 29 di Desa Lembah Sari.

12 Angka Kejadian Malaria di Desa Lembah Sari Kecamatan Batulayar Penyebab malaria (Agen) Angka kejadian malaria di Desa Lembah Sari Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat diperoleh melalui kegiatan PCD (Passive Case Detection). Deteksi kasus penyakit malaria secara pasif artinya pengambilan dan pemeriksaan darah diperoleh dari pasien yang yang datang berobat ke tempat pelayanan kesehatan kemudian di periksa secara mikroskopik di Laboratorium Puskesmas. Selama penelitian berlangsung terlihat jelas bahwa pasien yang ditemukan positif malaria dari bulan AprilJuli 29 mengalami peningkatan. Adapun hasil pemeriksaan tersebut sebanyak 23 kasus (72%) adalah P. falciparum dan 9 kasus (28 %) positif P.vivax. (Gambar 13). Ditemukannya kasus malaria yang disebabkan oleh P. falciparum mengindikasikan bahwa telah terjadi penularan setempat (indigenus) di wilayah Desa Lembah Sari. Malaria tropika yang telah dibuktikan positif mengandung P. falciparum dapat menyebabkan kematian bila menyerang otak dan malaria jenis ini tidak bisa kambuh atau relaps. Berdasarka kedua alasan tersebut maka malaria tropika yang disebabkan oleh P. falciparum merupakan kasus penularan setempat atau penularan indegeneus di suatu daerah (Susana 25). Dengan demikian malaria yang terjadi di Desa Lembah Sari Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat sebagian besar dapat di golongkan terjadi secara indigenus (penemuan angka P. falciparum tinggi) atau telah terjadi transmisi penularan setempat. 28% ( 9 Kasus ) P.vivax 72% ( 23 Kasus ) P.falciparum P.falciparum P.vivax Gambar 13 Perbandingan jumlah kasus P. falciparum dan P.vivax di Desa Lembah Sari melalui PCD selama bulan AprilJuli 29.

13 Manusia dan Nyamuk (Inang) 1). Manusia (inang antara ) Pada dasarnya setiap orang bisa terinfeksi oleh agen penyebab penyakit malaria. Perbedaan prevalensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan dengan perbedaan derajat kekebalan karena variasi seringnya terpapar gigitan nyamuk yang menjadi vektor malaria. Tabel 7 menunjukkan bahwa kasus malaria di Desa Lembah Sari umumnya terjadi pada seluruh golongan umur dan jenis kelamin. Kasus malaria secara umum pada pria lebih banyak 62% (2 orang) dibandingkan dengan wanita 38% (12 orang) (Gambar 14). Adanya kasus malaria yang lebih besar pada pria biasanya dipengaruhi oleh pekerjaan dan aktivitas. Umumnya pria lebih sering keluar rumah dibandingkan wanita, sehingga peluang kontak dengan nyamuk vektor semakin besar. Perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan lakilaki, namun kehamilan menambah risiko malaria. Malaria pada ibu hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak, antara lain berat badan bayi rendah, keguguran, kelahiran prematur dan kematian janin di dalam kandungan (Harijanto, 2). Tabel 7 Hasil penemuan kasus positif malaria di Desa Lembah Sari melalui kegiatan PCD di tempat pelayanan kesehatan berdasarkan golongan umur dan Jenis kelamin selama Bulan April Juli 29. Umur Jenis Kelamin L P Jumlah 11 Bln Thn Thn Thn Thn Total

14 4 Perempuan 38% (12 Orang ) Laki 62% ( 2 Orang ) Laki Perempuan Gambar 14 Perbandingan jumlah penderita positif malaria menurut jenis kelamin di Desa Lembah Sari bulan April Juli 29. Kasus malaria pada anak kelompok usia 11 bulan ditemukan ada 2 kasus ( 6,25%), 1 4 tahun ada 4 kasus (12,5%), 5 9 tahun berjumlah 7 kasus ( 21,9%) dan pada kelompok umur 114 tahun berjumlah 3 kasus (9,38%). Adanya kasus pada bayi umumnya sebagai indikator penularan penyakit setempat sebab pada usia ini mereka jarang keluar rumah dan ini menggambarkan bahwa vektor mampu masuk ke dalam rumah untuk kontak dengan bayi. Hal yang sama juga ditemukan dari hasil survei dinamika penularan (SDP) malaria di Dusun Walandimu Desa Tuna Mada Kabupaten Sumba Barat, ditemukan penderita malaria bayi umur 2 bulan, hal ini merupakan indikasi adanya penularan setempat (indigenus) yang relatif tinggi meskipun tidak menutup kemungkinan terjadi penularan di tempat lain, karena ada kebiasaan ibuibu membawa bayi ke sungai walaupun berusia 2 bulan (Depkes 23 dalam Susana 25). 2). Nyamuk Anopheles (Inang Definitif) Nyamuk A. balabacensis adalah satusatunya spesies nyamuk Anopheles yang ditemukan di Desa Lembah Sari selama 16 kali penangkapan mulai bulan AprilJuli 29. Nyamuk A. balabacensis di pegunungan/perbukitan wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat telah di konfirmasi menjadi vektor utama malaria (Depkes RI 27d). Terhadap 15 sampel nyamuk A.balabacensis yang dikirim ke Lembaga Eijkman di Jakarta hasilnya nihil artinya tidak ditemukan sporozoit di

15 41 dalam tubuh nyamuk disebabkan karena jumlah sampel yang dapat dikirim sangat kurang. Siklus sporogoni disebut siklus seksual karena menghasilkan bentuk sporozoit yang siap ditularkan ke manusia, terjadi di luar tubuh manusia. Siklus ini disebut juga siklus ekstrinsik karena terjadi gametosit, mulai dari bentuk gametosit hingga menjadi sporozoit terdapat di dalam kelenjar ludah nyamuk. Menurut Pribadi dan Sungkar (1994), siklus sporogoni di dalam tubuh nyamuk memerlukan waktu 8 12 hari. Siklus seksual dalam tubuh nyamuk umumnya sama untuk semua Plasmodium, siklus berlangsung 22 hari pada suhu 2 C ; 15 sampai 17 hari pada suhu 23 C dan 111 hari pada suhu 2528 C Gandahusada et al. (2). Menurut BruceChwatt (1985) lama siklus sporogoni Plasmodium paling cepat adalah 9 hari, khusus untuk P. falciparum adalah 12 hari pada suhu 28 C. Nyamuk yang umurnya kurang dari lamanya siklus sporogoni tidak dapat menularkan infeksi melalui sporozoitnya. Sporozoit Plasmodium dapat dideteksi lebih kurang 112 hari setelah nyamuk menghisap darah orang yang terinfeksi (Burkot et al. 1984), meskipun demikian pengaruh suhu dan jenis Plasmodium tetap menentukan (Service, 1996). Sejalan dengan perkembangan dunia penelitian, telah dilaporkan bahwa 5% sporozoit P. falciparum ada dalam kelenjar ludah 23 minggu setelah terinfeksi (Bangs 1989 dalam Susana 25) Lingkungan (enviroment) Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Selaparang Mataram selama bulan April Juli 29, suhu udara ratarata di daerah Batulayar berkisar antara C, dan kelembaban antara 6 9 %. Kondisi tersebut cukup optimal untuk perkembangbiakan P.falciparum yaitu pada suhu 2 3 ºC (BruceChwaat 1985) dan nyamuk umumnya menyukai kelembaban diatas 6% (Martens 1995). Kondisi lingkungan wilayah Desa Lembah Sari sebagian besar adalah daerah berupa hutan lindung (8 ha) yang memiliki mata air dan sungai yang tidak pernah kering sepanjang tahun dengan ketingian tempat antara 24 dpl

16 42 (BPMPD 28). Tempat perindukan jentik A. balabacencis banyak terdapat di genangan air, bekas jejak kaki binatang pada tanah berlumpur yang berair, tepi sungai pada musim kemarau, kolam/sungai yang berbatu di hutan atau daerah pedalaman (Gandahusada et al. 2). Lingkungan sosial budaya masyarakat di lokasi penelitian memperlihatkan bahwa kelompok pria usia remaja sering berkumpul di luar rumah malam hari sampai larut malam, sambil menonton pertunjukan televisi di rumah tetangga. Beberapa pria dewasa juga bekerja malam hari sebagai petani gula aren yang biasanya dilakukan setelah selesai sholat Isya atau diatas jam 2. Wita, bahkan banyak juga yang langsung bermalam di balebale (berugak) yang sengaja di buat di kebun. Kebiasaan untuk selalu berada di luar rumah sampai larut malam memperbesar peluang kontak dengan vektor malaria, karena sifat nyamuk yang eksofagik. 4.5 Peta Tematik Jarak Tempat Perkembangbiakan Nyamuk (TPN) dengan Kasus Positif malaria Analisis yang dilakukan terhadap titik kasus positif malaria adalah analisis binomonik, yaitu model pengolahan ruang dengan cara tumpang tindih (overlay) dua jenis peta tematik. Kedua jenis peta tematik tersebut adalah peta tematik kasus dan peta tematik sungai sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk. Peta tematik sungai (TPN) di buat buffer lingkaran dengan jarak 5 meter dan 51 meter dari tepi sungai (TPN potensial) (Titik koordinat TPN terlampir). Jumlah kasus yang terdapat pada masingmasing area buffer di catat dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 15 dan Tabel 8. Dari 13 kasus positif malaria yang ditemukan pada kegiatan MBS, tiga kasus ditemukan pada titik koordinat yang sama, sehingga jumlah titik koordinat yang dilakukan pada pemetaan berjumlah 1 titik. Adapun 1 titik koordinat kasus tersebut terdapat di area dengan jarak dari kasus ke sungai antara 5 meter, tidak terdapat kasus dengan jarak diatas 5 meter. Hal ini berarti ada hubungan yang erat sekali antara keberadaan rumah penduduk yang jaraknya sangat dekat (5 meter) dengan sungai (TPN), karena mempunyai risiko lebih

17 PETAKASUS POSITIF BERDASARKAN HASIL MBS DI DUSUNKEDONDONGATAS DESALEMBAHSARI KAB. LOMBOKBARAT Nomor X Y Jarak dari sungai 5 m Jarak dari sungai 1 m PETALOKASI Gambar Km Penderita Fahrurrozi Irvan jayadi Antok Zulkarnain Muhammad Sanimah Najamudin Sri Rahmawati Rinawati Fatimatuzzahrah Rizkiatun Ahmad Zaini Supardi Lokasi Studi Peta Tematik jarak antara sungai (TPN) dengan lokasi Kasus Positif Malaria di dusun Kedondong Atas Desa Lembah Sari tinggi untuk terjadi transmisi penularan setempat oleh gigitan nyamuk dibandingkan dengan rumah yang jaraknya lebih jauh atau diatas 5 meter. Distribusi kasus malaria di daerah perbukitan Krajan Kapbupaten Purworejo banyak terdapat pada area dengan radius 84,824 meter dari titik pusat kasus. Kasus di Redin Kidul Kabupaten Purworejo banyak terdapat pada area dengan radius 29,5 meter dari titik pusat kasus. Pada kedua dukuh ini terjadi penularan setempat (indigeneus). Hal ini menunjukkan bahwa kasus di Redin Kidul lebih padat atau rapat, sedangkan di Krajan lebih luas penularannya. Lokasi rumah penderita kebanyakan berjarak sekitar 4 meter dari TPN (Susana 25).

18 44 Tabel 8 Titik koordinat lokasi kasus positif malaria dan Jaraknya dengan Sungai (TPN) di Kedondong Atas Desa Lembah Sari No N a m a Titik Koordinat Jumlah Kasus Pada Titik Koordinat KK Penderita X Y 5 (M) 51 (M) 1 Mahyudin Fahrurrozi , ,786 Irvan jayadi 2 Antok Antok 39911, , M.Zaini Zulkarnain 39928, , Muhammad Muhammad 3994, , Abdullah Sanimah 491, , Bahrun Najamudin 3997, , H. Rasidi Sri Rahmawati 39986, ,63 2 Rinawati 8 Murdan Fatimatuzzahrah , ,895 2 Rizkiatun 9 Ahmad Zaini Ahmad Zaini 3993, , Ummah Supardi , ,999 1 J u m l a h K a s u s 13 2 Bila tempat tinggal penderita di kaitkan dengan jarak TPN dan kemampuan terbang nyamuk A. aconitus, A. maculatus, A. balabacensis dan A. barbirostris yang mempunyai jarak terbang kurang lebih 12 km (Depkes RI 23), maka diperkirakan jarak terbang nyamuk ini lebih dekat yaitu kirakira 4 meter karna adanya inang yang dekat dengan TPN. Hasil penelitian di Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara tempat perindukan nyamuk Anopheles dengan kejadian malaria pada balita yaitu jumlah balita sakit malaria pada jarak < 1 meter (49 orang) dan jarak > 1 meter (35 orang), hasil uji statistik (p =.28) (Kazwaini dan Santi 26). Sebagai pembanding jarak terbang A. aconitus hanya menyebar sejauh 35 meter dari tempat berkembang biaknya (Mangkoewinoto 1923 dalam Depkes RI 27a). (Lallement dan Soerono 1931 dalam Depkes RI 27a) mempelajari jarak terbang A. aconitus dan beberapa jenis nyamuk lainnya, dari penelitiannya bahwa jarak terbangnya A. aconitus 55 meter, A. sinensis 2 meter sampai 8 meter dan A. barbirostris 2 meter sampai 3 meter.

19 45 Nyamuk A. punctulatus group tidak terbang jauh dari tempat berkembangbiak nya (Bruce Chwatt 198 dalam Depkes RI 27a). Selama pengkapan A. punctulatus group yang dilakukan di Sentani, Abepura, Merauke, dan Manokwari, Irian Jaya pada tahun 1985, mendapatkan bahwa kelompok nyamuk ini tidak sampai pada rumahrumah dengan jarak 2 meter sampai 3 meter dari tepi hutan (Depkes RI 27a). 4.6 Pemahaman dan kebiasaan masyarakat terhadap penyakit malaria Untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap malaria berkaitan dengan kebiasaan seharihari masyarakat di daerah endemis, maka dilakukan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Dari 46 orang yang diwawancarai diperoleh beberapa informasi mengenai pengetahuan, sikap serta kebiasaan masyarakat yang erat hubungannya dengan dengan risiko penularan malaria. Karakteristik tingkat pendidikan responden sebagian besar tamat SD 39,1% kemudian tidak tamat SD 3,4%, tidak sekolah 19,6%, tamat SLTA 6,5%, dan tamat SLTP 4,3%. Berdasarkan jawaban dari kuesioner, seluruh (1%) responden pernah mendengar tentang penyakit malaria. Informasi tentang nama penyakit diketahui responden dari petugas kesehatan dan media elektronik seperti televisi dan radio. Sebanyak 1% responden menyatakan pernah mendengar penyakit dengan tandatanda demam, menggigil, pucat, mual dan nafsu makan berkurang. Jumlah responden yang mengetahui nama penyakit dengan tandatanda tersebut sebanyak 84,8% dan sisanya 15,2% menyatakan tidak tahu nama penyakitnya. Sebagian besar responden 63,% menyatakan penyebab malaria adalah nyamuk 63, %, dan sisanya (23,9%) tidak mengetahui, bahkan ada responden yang menyatakan bahwa penyakit ini disebabkan oleh makanan dan roh halus. Sebanyak 6,9% responden menyatakan bahwa bila seseorang terkena malaria dapat terkena kembali dan 39,1% menyatakan tidak tahu. Terhadap pertanyaan apakah penyakit malaria bisa menular maka sebagian besar responden 63,% menjawab tidak menular, sisanya (37,%) mengatakan bisa menular melalui gigitan nyamuk.

20 46 Dari 46 responden di lokasi penelitian 1% tidak mengetahui nama nyamuk penular malaria dan mengatakan semua nyamuk dapat menularkan malaria. Sebanyak 37,% responden mengatakan mengetahui tandatanda nyamuk malaria yaitu menungging waktu menggigit dan sangat berbeda dengan ciri nyamuk lainnya. Terhadap pertanyaan mengenai waktu, tempat menggigit dan tempat berkembang biak, sebagian besar responden (58,7%) mengatakan nyamuk malaria menggigit pada malam hingga dini hari. Terhadap perilaku nyamuk menggigit di dalam dan di luar rumah sebanyak 82,6% responden mengetahui hal ini. Sebanyak 6,9% responden mengatakan tempat berkembang biak nyamuk di parit/saluran air/sungai dan genangan air, sisanya 39,1 % mengatakan tidak tahu tempat berkembang biak nyamuk malaria. Upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk Anopheles yang dilakukan masyarakat sebagian besar (73,9%) dengan anti nyamuk bakar dan menggunakan kelambu tidur, membuat asap (15,2%) dan sisanya (1,9%) mengatakan tidak tahu. Karakteristik pekerjaan dari 46 responden adalah petani 56,5%, tidak bekerja 34,8% dan pelajar 8,7%. Berdasarkan jenis kelamin lakilaki 58,7% dan perempuan 41,3%. Sebanyak 47,8% responden mengaku sering keluar pada malam hari, hal ini sesuai dengan pengamatan yang ada di lokasi penelitian. Lakilaki yang keluar rumah pada malam hari umumnya tidak menutup seluruh tubuh terutama tangan dan kaki. Kebiasaan keluar malam mempunyai risiko kontak terhadap gigitan nyamuk Anopheles jika tidak memakai pakaian yang tertutup. Sikap responden (1%) menyatakan setuju terhadap pengendalian malaria,. namun perilaku mereka sangat bertolak belakang jika melihat kebiasaan masyarakat yang keluar pada malam hari tanpa pakaian yang tertutup. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suprapto (29) di Desa Dulanpokpok Kabupaten FakFak Papua Barat yang menyatakan bahwa pengetahuan masyarakat sudah cukup baik, tetapi sikap dan perilaku masyarakat masih berisikotinggi untuk terkena gigitan nyamuk Anopheles, dengan masih seringnya mereka melakukan kegiatan di luar rumah pada malam hari tanpa melindungi diri dari gigitan nyamuk.

21 Pembahasan Umum Pemilihan hospes adalah suatu sifat yang sangat mempengaruhi peranan nyamuk sebagai vektor penyakit. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan umpan inang orang dan sapi mempunyai banyak arti dibidang pemberantasan penyakit malaria. Pada penelitian ini tertangkap 176 spesimen nyamuk Anopheles dan semua telah diidentifikasi sebagai spesies nyamuk A. balabacensis. Secara umum nyamuk A. balabacencis banyak tertangkap dengan umpan sapi (73,86 %) sedangkan umpan manusia hanya (26,14%) sehingga lebih cenderung bersifat zoofilik. Perilaku menggigit nyamuk A. balabacensis lebih bersifat eksofagik. Ratarata nyamuk A. balabacensis aktif menggigit sepanjang malam mulai pukul 2. 5., dengan ratarata,1 gigitan per orang/jam (di dalam rumah) dan.14 gigitan per orang/jam (di luar rumah). Selama penelitian dilakukan (April Juli 29) Desa Lembah Sari memiliki curah hujan berkisar 3 3 mm, suhu udara ratarata berkisar antara C, dan kelembaban antara 6 9%. Faktor lingkungan terutama suhu sangat berperan bagi perkembangan parasit malaria dalam tubuh nyamuk. Suhu efektif untuk perkembangan sporogoni P. falciparum dalam tubuh nyamuk Anopheles adalah 223 C, dan bila terjadi peningkatan suhu dapat menyebabkan kematian parasit (Verdrager 1964 dalam Wernsdorfer 1988). Pada penelitian ini belum dapat di gambarkan pengaruh iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban) terhadap kepadatan nyamuk karena memerlukan waktu penelitian sedikitnya satu tahun (longitudinal study). Gambaran hubungan antara kepadatan A. balabacensis dengan iklim dapat diperoleh apabila waktu penangkapan diperpanjang dan jumlah rumah yang diteliti serta kolektor diperbanyak. Malaria terjadi karena adanya interaksi dari tiga faktor yaitu adanya (1) agen penyebab penyakit dengan inangnya, (2) vektor dan (3) lingkungan yang mendukung agen untuk hidup pada inangnya. Kasus malaria di Desa Lembah Sari yang terus menerus terjadi menunjukkan keberadaan ketiga faktor (agent, host and environment) di wilayah tersebut. Adanya penderita dan vektor malaria yaitu nyamuk A.balabacensis, memungkinkan parasit dapat berpindah dari orang yang

22 48 sakit ke orang sehat. Kasus malaria lebih banyak diderita oleh pria karena kebiasaan pria yang sering keluar malam tanpa menggunakan pakaian tertutup terutama tangan dan kaki. Berdasarkan data kasus malaria selama penelitian berlangsung yang didapatkan dari kegiatan PCD di Puskesmas Meninting dan Puskesmas Gunungsari ditemui kasus malaria positif pada golongan umur 11 bulan. Adanya kasus pada bayi umumnya sebagai indikator penularan penyakit setempat sebab pada usia ini mereka jarang keluar rumah. Hal ini menggambarkan bahwa vektor mampu masuk ke dalam rumah untuk kontak dengan bayi. Pemeliharaan ternak sapi oleh masyarakat, secara tidak langsung merupakan suatu tindakan yang mengurangi kontak antara nyamuk Anopheles dengan manusia. Nyamuk A. balabacensis lebih bersifat zoofilik artinya lebih menyukai darah hewan (sapi) dibandingkan darah manusia. Usaha pengembangan ternak sapi oleh masyarakat ini dapat memberikan suatu sumbangan yang positif, dalam mencegah penularan penyakit malaria. Usaha yang telah dilaksanakan oleh petugas kesehatan di desa Lembah Sari untuk mencegah meluasnya penularan penyakit malaria di antaranya dengan penggunaan kelambu celup dan menyemperotkan insektisida ke rumah penduduk. Diperlukan kerjasama antara Dinas Peternakan, Dinas Kesehatan dan masyarakat dalam pengendalian terhadap nyamuk anopheles, tidak hanya pada manusianya tetapi juga pada hewan, misalnya dengan penyemprotan insektisida pada hewan. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis dengan penginderaan jarak jauh (remote sensing) menggunakan analisis binomonik yaitu model pengolahan ruang dengan cara tumpang tindih (overlay) dua jenis peta tematik untuk mendapatkan jarak TPN dengan lokasi kasus positif malaria. Pada peta tematik TPN yang telah di buat buffer lingkaran dengan jarak 5 meter dan 51 meter yang di overlay dengan peta tematik kasus sehingga terdapat area buffer kasus sesuai jarak lingkaran. Semua kasus positif malaria berada pada buffer lingkaran dengan jarak 5 meter dan tidak terdapat kasus dengan jarak diatas 5 meter. Adanya SIG dengan alat bantunya, dapat mempermudah mengetahui besaran dan

23 49 distribusi kasus terhadap jarak tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di suatu wilayah, dengan demikian strategi pengendalian vektor dapat di tangani lebih baik.. Dari pengamatan selama penelitian, masyarakat Desa Lembah Sari kerap melakukan aktivitas pada malam hari seperti menonton televisi ke tetangga sampai larut malam, bekerja malam hari sebagai petani gula aren dan menghadiri pengajian rutin/ zikiran di tiap rumah yang telah ditentukan. Perlu dianjurkan kepada masyarakat apabila keluar rumah pada malam hari agar menggunakan pakaian tertutup dan mengoleskan repelen. Bila malam hari tidur di balebale (berugak) masyarakat dianjurkan menggunakan kelambu tidur. Selanjutnya masyarakat Desa Lembah Sari diharapkan untuk peduli dengan lingkungan terutama untuk mengurangi tempattempat potensial perindukan nyamuk Anopheles. Pengetahuan dan perilaku masyarakat yang masih menganggap bahwa malaria bukan suatu ancaman perlu diperbaiki. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dan hasil pemeriksaan darah pada saat MBS, mereka yang ditemukan positif malaria mengatakan dirinya tidak merasa sakit karena masih dapat melakukan kegiatan seperti biasa. Bila dilihat dari sudut kesehatan masyarakat, sikap atau perilaku seseorang yang demikian akan mempunyai efek yang negatif. Penderita yang positif jika tidak ditemukan oleh tenaga kesehatan dan tidak segera mendapat pengobatan akhirnya dapat menjadi sumber penularan yang baru. Persepsi dan perilaku masyarakat yang menganggap bahwa malaria bukan suatu ancaman, di tambah tidak aktifnya Posmaldes (Pos Malaria Desa) menyebabkan mereka tidak berusaha mencari pengobatan. Apabila mereka menganggap bahwa malaria adalah suatu ancaman, maka teori Health Believe Model (Sarafino 1998), membuat mereka akan berobat ke Posmaldes atau tempattempat pelayanan kesehatan antuk memeriksakan dan mendapatkan pengobatan, sehingga jalur penularan malaria dapat segera dikurangi atau kasus malaria dapat menurun.

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 25 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Nyamuk yang Ditemukan Jenis nyamuk yang menggigit manusia di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng antara lain genus Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia.

Lebih terperinci

Rataan Kepadatan A. punctulatus yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok, periode Mei-Agustus 2009

Rataan Kepadatan A. punctulatus yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok, periode Mei-Agustus 2009 LAMPIRAN Lampiran 1 Rataan Kepadatan A. punctulatus yang tertangkap dengan umpan orang di dalam dan di luar rumah di Desa Dulanpokpok, periode Mei-Agustus 29 Mei Bulan Juni Juli Agustus Minggu MBR (ekor/orang/malam)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Kabupaten Intan Jaya, adalah kabupaten yang baru berdiri pada tahun 2009, dan merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten sebelumnya

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK

STUDI PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK STUDI PERILAKU MENGGIGIT NYAMUK Anopheles balabacensis DAN KAITANNYA DENGAN EPIDEMIOLOGI MALARIA DI DESA LEMBAH SARI KECAMATAN BATULAYAR KABUPATEN LOMBOK BARAT ALI WARDANA SEKOLAH PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo. 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Desa Dulanpokpok merupakan daerah pantai, yang dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi persebaran penyakit malaria sangat diperlukan bagi penduduk maupun daerah yang masuk pada wilayah endemis malaria, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang dominan di daerah tropis dan sub tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 penduduk dunia menderita malaria dan lebih dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah klien serta semakin luas penyebarannya.

Lebih terperinci

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI Lukman Hakim, Mara Ipa* Abstrak Malaria merupakan penyakit yang muncul sesuai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I., 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih mengancam kesehatan masyarakat dunia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan lama yang muncul kembali (re-emerging).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang penting didunia dan masih merupakan masalah utama didunia. Malaria adalah penyebab kematian nomor 4 di dunia setelah infeksi

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di desa Doro yang terletak di wilayah pesisir barat Pulau Halmahera Bagian Selatan. Secara administratif Desa Doro termasuk ke dalam wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries,

BAB 1 PENDAHULUAN. endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high burden countries, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria masih mendominasi masalah kesehatan di masyarakat dunia, menurut laporan WHO tahun 2009 ada 109 negara endemik malaria, 31 negara merupakan malaria-high

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi

KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL Catur Pangesti Nawangsasi KAJIAN DESKRIPTIF KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOKELE KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2011 APRIL 2012 * ) Alumnus FKM UNDIP, ** ) Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan FKM UNDIP, ***) Dosen Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae

Lebih terperinci

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( )

Summery ABSTRAK. Kata kunci : Malaria, Lingkungan Fisik Kepustakaan 16 ( ) Summery ABSTRAK Nianastiti Modeong. 2012. Deskripsi Lingkungan Fisik Daerah Endemik Malaria di Desa Kotabunan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec. 3 BAHAN DAN METODE 3. 1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Gambar 1). Secara geografis desa ini terletak di wilayah bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit penyebab masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan sub tropis yang sedang berkembang. Pertumbuhan penduduk yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit malaria telah diketahui sejak zaman Yunani. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat dunia yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.malaria dapat berlangsung akut maupun

Lebih terperinci

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA

GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA GAMBARAN AKTIVITAS NYAMUK ANOPHELES PADA MANUSIA DAN HEWAN DI KECAMATAN BONTOBAHARI KABUPATEN BULUKUMBA Description Activities of Anopheles Mosquitoes in Humans and Animals Subdistrict Bontobahari Bulukumba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian global. Malaria termasuk dalam 3 penyebab kematian tertinggi

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 13 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bulukumba secara geografis terletak di jazirah selatan Propinsi Sulawesi Selatan (+150 Km dari Kota Makassar), yaitu antara 0,5 o 20 sampai 0,5 o 40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis serta dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita malaria dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Nyamuk anopheles hidup di daerah tropis dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi terletak di Jalan Raya Karang Tengah km 14 Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Dinas kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyamuk merupakan serangga yang penting dalam ilmu kedokteran karena lebih dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang meninggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ sub-tropis, negara berkembang maupun negara maju. Pada tahun 2012, diperkirakan ada 207 juta kasus

Lebih terperinci

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans

KUESIONER. Petunjuk : Lingkari jawaban yang menurut saudara paling benar. 1. Salah satu upaya pemberantasan malaria dilakukan dengan surveilans KUESIONER PENGARUH KOMPETENSI DAN SISTEM IMBALAN TERHADAP KINERJA PETUGAS P2PM PUSKESMAS DALAM PENANGGULANGAN MALARIA MELALUI KEGIATAN SURVEILANS DI KABUPATEN NIAS SELATAN I. RESPONDEN Puskesmas : Umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN MALARIA Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa dari genus plasmodium yang ditularkan kepada manusia oleh nyamuk Anopheles dengan gejala demam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium sp yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp betina. Penyakit malaria bersifat reemerging disease

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Malaria 1. Malaria Malaria adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium, meskipun awal mulanya tidak diketahui secara pasti. Para ilmuan menduga

Lebih terperinci

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A.

ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH. Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A. ARTIKEL VEKTOR MALARIA DIDAERAH BUKIT MENOREH, PURWOREJO, JAWA TENGAH Enny Wahyu Lestari, Supratman Sukovvati, Soekidjo, R.A. Wigati* Abstrak Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi, diperkirakan pada 2009 dari 225

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan global di seluruh dunia dan sering terjadi di negara tropis dan sub tropis, terutama di daerah perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).

BAB I PENDAHULUAN. utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu. melahirkan, serta menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan Kejadian

Lebih terperinci

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Barat merupakan salah satu propinsi di Indonesia, memiliki 10 Kabupaten dengan status malaria dikategorikan endemis tinggi (>50 kasus per 1000 penduduk),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor yang sangat luas distribusi dan persebarannya di dunia, terutama daerah tropis dan subtropis. Data statistik WHO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia disetiap tahunnya. Penyebaran malaria berbeda-beda dari satu Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sangat dominan di daerah tropis dan sub tropis serta dapat mematikan atau membunuh lebih dari satu juta manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan anggota garak yang berbuku-buku.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing filaria

Lebih terperinci

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK)

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK) Ririh Y., Gambaran Faktor Lingkungan Daerah Endemis Malaria GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAERAH ENDEMIS MALARIA DI DAERAH BERBATASAN (KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN KABUPATEN TRENGGALEK) Environmental Factor

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Kayubulan Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang pada saat

Lebih terperinci

KUESIONER. Hari/Tanggal : Waktu : Pukul... s/d... No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Umur :

KUESIONER. Hari/Tanggal : Waktu : Pukul... s/d... No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Umur : KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MENJEGAH PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012 Hari/Tanggal : Waktu : Pukul...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan

BAB l PENDAHULUAN. Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan utama di 106 negara dan diperkirakan menyerang 216 juta orang serta menyebabkan kematian 655.000 jiwa setiap tahunnya Penyakit

Lebih terperinci

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data) Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 4, Desember 2013 Hal : 175-180 Penulis : 1. Junus Widjaja 2. Hayani Anastasia 3. Samarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013

Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013 Al-Sihah : Public Health Science Journal 410-423 Distribusi Spasial Spesies Larva Anopheles Di Daerah Pesisir Kota Makassar Tahun 2013 ABSTRAK Muh. Saleh Jastam 1 1 Bagian Keselamatan Masyarakat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Pada tahun 2011, menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Penyakit ini tersebar

Lebih terperinci

KUESIONER ANALISIS FAKTOR KEJADIAN RELAPS PADA PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010

KUESIONER ANALISIS FAKTOR KEJADIAN RELAPS PADA PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010 Lampiran 1 KUESIONER ANALISIS FAKTOR KEJADIAN RELAPS PADA PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2010 Petunjuk Wawancara : 1. Pakailah bahasa Indonesia yang sederhana, bila perlu dapat menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN 93 LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Keadaan Rumah Responden Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai 94 Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang,

I. PENGANTAR. Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang, I. PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Separuh dari keseluruhan penduduk dunia, diperkirakan 3,3 miliar orang, hidup di wilayah endemis malaria dengan sekitar 250 juta orang terinfeksi malaria untuk tiap

Lebih terperinci

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal

Lebih terperinci