PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI. (Studi Kasus 04/Pid.Sus/2011/PT.Bjm)
|
|
- Sonny Atmadjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus 04/Pid.Sus/2011/PT.Bjm) Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Oleh : Aldo Filosofi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang 2017
2
3 CORPORATE LIABILITY IN CRIMINAL ACTS OF CORRUPTION (Case Study 04/PID.SUS/2011/PT.BJM) Aldo Filosofi 1, Uning Pratimaratri 1, Syafridatati 1, Study Program Law, Faculty of law, Bunghatta of University aldo.filosofi31@gmail.com ABSTRACT The subject of the criminal law of corruption covers both the person and the corporation. In the case Number 04 / Pid.Sus / 2011 / PT.Bjm the perpetrator of corruption is corporation. The judge handed down the criminal to the head and the corporation. The problems of this research are: (1) How criminal liability conducted by PT. GJW in case Number 04 / Pid.Sus / 2011 / PT.Bjm?; (2) How the judges judge in the imposition of criminal to PT. GJW in the case Number 04 / Pid.Sus / 2011 / PT.Bjm. This research is a doctrinal research. This study examines court decisions. Data were collected by document study. The data were analyzed qualitatively. Conclusion of research result: 1. Criminal liability conducted by PT. GJW in this case can be found, with the theory of strict liability being the responsibility without the need for error, thus the doctrine of strict liability not only excludes the principle of error but negates the principle of error. 2. The judge's consideration in this case, the judge considers that a corporation's conduct constitutes a criminal act committed in the intent and purpose of the corporation by providing benefits to the corporation having no justification and excuses for being exempted from criminal liability. Keywords: Accountability, criminal, corporation, corruption Pendahuluan Maraknya korupsi terjadi di negeri ini, baik di pemerintahan pusat sampai ke pemerintahan tingkat daerah paling bawah, dengan demikian perlu adanya sistem bisa merubah kebiasaan-kebiasaan buruk seperti ini agar tidak merusak sendi-sendi dari negara kesatuan ini demi mewujudkan kesejahteraan sesuai dengan tujuan dari negara kesatuan Indonesia. Penyakit korupsi itu sepertinya begitu menggerogoti berbagai anggota tubuh negeri ini, dan tampaknya sudah sampai pada tahapan stadium akhir. Kapan mulai dideritanya, bangsa ini mungkin lupa mencatatnya. Siapa memulainnya untuk pertama kali
4 sepertinya tidak tercatat dengan baik oleh merugikan masyarakat dan negara. sejarah. 1 Sedangkan sistempertanggungjawaban Korupsi adalah suatu penyakit masyarakat sama dengan jenis kejahatan lain seperti pencurian. Yang menjadi masalah utama adalah meningkatnya korupsi seiring dengan kemajuan kemakmuran dan teknologi. Bahkan ada gejala dalam pengalaman memperlihatkan, semakin maju pembangunan suatu bangsa, semakin meningkat pula kebutuhan dan mendorong orang untuk melakukan korupsi.. 2 Dengan perkembangan hukum terjadi di Indonesia, Korporasi merupakan subjek tindak pidana. Sebagai subjek hukum korporasi tidak memiliki sikap batin, sedangkan untuk dapat dipertanggungjawabkan secara pidana disyaratkan adanya mensrea/schuld. konvesional bersifat individual, direct dan based on schuld sangat sulit diterapkan pada korporasi. 3 Sekarang ini banyak tindak pidana korupsi dilakukan oleh Korporasi. Korupsi adalah suatu kejahatan dilakukan oleh pejabat berwenang. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat dan bernegara 4. Dengan perkembangan hukum terjadi Sekarang ini, tidak hanya pejabat atau Aparatur Sipil Negara saja bisa melakukan tindak pidana korupsi, Korporasi juga bisa melakukan tindak pidana korupsi, seperti dilakukan PT. Giri Jaladhi Wana (PT. GJW), karena perbuatannya, PT. GJW, Kejahatan dilakukan korporasi sangat 1 Hasbullah F. Sjawie, 2015, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Prenada Media hlm Jur. Andi Hamzah, 2005, Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 1 3 Wari Anjari, 2015, Pertanggungjawaban Korporasi Sebagai Pelaku Tindak Pidana,, ustisia/article/view/265, diakses..03 Maret 2017 pukul WIB 4 Aida Ratna Zulaiha dan Sari Angraeni, Integritas, jurnal anti korupsi, Vol. 2 No. 1 Tahun 2016, hlm. 3.
5 berdasarkan Putusan Makamah Agung Putusan Nomor. Nomor04/PID.SUS/201 1/PT.BJM. 04/PID.SUS/201 1/PT.BJM PT.GJW dipidana denda sebesar Rp ,- (satu milyar tiga ratus tujuh belas juta tujuh ratus delapan puluh dua ribu seratus dua puluh sembilan rupiah). Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu penelitian hukum doktriner atau disebut juga dengan penelitian perpustakaan atau studi dokumen berkaitan dengan sistematika hukum dan pertanggungjawaban korporasi asas-asas hukum. Penelitian hukum dalam melakukan tindak pidana korupsi? 2. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam terhadap putusan Nomor 04/Pid.Sus/2011/PT.Bjm? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui normatif dapat digunakan yaitu penelitian untuk menemukan hukum in concreto. in concretoyaitu penelitian terhadap putusan pengadilan. Sumber dataadalah data skunder, yaitu data diperoleh melalui bahan pustaka. pertanggungjawaban pidana Teknik pengumpulan data korporasi dalam Putusan digunakan peneliti adalah penelusuran Nomor. 1/PT.BJM 04/PID.SUS/201 bahan hukum secara studi kepustakaan, peninjauan terhadap hasil-hasil penelitian 2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim terhadap terdahulu, peninjauan laporan-laporan dari instansi resmi terkait, media massa, jurnal, dan lain sebagainya.
6 Teknik analisis data dipakai adalah penyajian data kualitatif berbentuk reduksi data dengan tujuan Jaladhi Wana). PT. Giri Jaladhi Wana telah memenuhi syarat sebagai subjek hukum dapat dimintakan menajamkan, menggolongkan, pertanggungjawabannya sebagaimana mengarahkan, membuang tidak perlu dan mengambil kesimpulan terakhir. Hasil Pembahasan A. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Putusan Nomor 04/PID.SUS/2011/PT.BJM Subjek hukum dalam tindak pidana korupsi meliputi orang atau korporasi, Sebagai subjek hukum, korporasi harus bertanggungjawab atas kesalahan merugikan keuangan negara tanpa harus membuktikan kesalahan dari korporasi. Dengan mengedepankan teori strict liability atau pertanggungjawaban sacara mutlak, yaitu tanpa perlu membuktikan kesalahan dari korporasi. Tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum merupakan perbuatan Korporasi (PT. Giri dikemukakan oleh Prof. Dr. Sutan Remy bahwa Korporasi dapat bertanggungjawab terhadap tindak pidana dengan syarat-syarat antara lain: 1. Tindak pidana tersebut dilakukan atau diperintahkan oleh personil korporasi maupun didalam struktur organisasi korporasi memiliki posisi sebagai directing mind dari korporasi. 2. Tindak pidana tersebut dilakukan dalam rangka maksud dan tujuan korporasi. 3. Tindak pidana dilakukan dilakukan oleh pelaku atau atas perintah pemberi perintah dalam rangka tugasnya dalam korporasi. 4. Tindak pidana tersebut dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi.
7 5. Pelaku atau pemberi perintah tidak memiliki alasan pembenar dan alasan pemaaf untuk dibebaskan dari pertanggungjawaban pidana. Selanjutnya Prof. Sutan remy mengatakan bahwa apabila kegiatan tersebut merupakan kegiatan intra vires, yaitu perbuatan sesuai dengan maksud dan tujuan korporasi sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasarnya, maka perbuatan pengurus tersebut dibebankan pertanggungjawbannya kepada korporasi. Pertanggungjawaban korporasi didasarkan pada doktrin strict liability. Menurut Abidin, ada setidaknya 3 (tiga) alasan diterimanya strict liability terhadap delik-delik tertentu, dimana pembuat undang-undang tidak mempersyaratkan dibuktikannya unsur kesalahan atau mens rea, yaitu pertama,esensial untuk menjamin bahwa peraturan hukum penting tertentu demi kesejahteraan masyarakat harus ditaati; kedua, pembuktian mens rea terhadap delik-delik adanya bahaya sosial tinggi. Penerapan doktri strict liability sebagaimana dikatakan oleh Barda Nawawi Arief pada umumnya merupakan delik-delik terhadap kesejahteraan umum.. Setelah mengajukan banding dilakukan oleh penasehat hukum terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana atas putusan dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri Banjarmasin, banding tersebut diterima oleh pengadilan Tinggi Banjarmasin. Hakim Pengadilan Tinggi Banjarmasin menjatuhkan putusan menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin No. 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm dengan menjatuhkan pidana kepada terdakwa PT. Giri Jaladhi Wana dengan Pidana Sebesar Rp ,- ( satumilyartigaratustujuhbelasjutatujuhratus delapanpuluhduaribuseratusduapuluh Sembilan rupiah). B. Pertimbangan Hakim TerhadapPutusanMakamahAgungN omor. 04/PID.SUS/2011/PT.BJM serupa sangat sulit; ketiga, menghindari
8 Setelah Majelis Hakim tingkat banding memeriksa dan meneliti dengan seksama dalamhalinibertindakuntukdanatasnama PT. GiriJaladhiWana (Terdakwa), Putusan Pengadilan Negeri Banjarmasin makajelasbahwatindakan ST. Nomor 812/Pid.Sus/2010/PN.Bjm tanggal 09 Juni 2011, maka Majelis Hakim tingkat Widagdotersebutdalamrangkamaksuddant ujuankorporasisertauntukmemberikanmanf banding dapat menerima dan menyetujui uraian serta pertimbangan hakim tingkat aatbagikorporasitersebutyaitu GiriJaladhiWana. PT. pertama mengenai terbuktinya unsur-unsur tindak pidana sebagaimana disebutkan Jaksa Penuntut Umum dalam dakwaan primair, mana semuanya telah dipertimbangkan dengan tepat dan benar sehingga pertimbangan tersebut diambil alih oleh Majelis Hakim tingkat banding didalam memutus perkara ini, dengan tambahan pertimbangan Prof. Dr. Sutan Remy Sjahdeini. Selanjutnya pertimbangan hakim PertimbanganselanjutnyayaituST. WidagdoselakuDirekturUtama PT. GiriJaladhiWanaberdasarkanputusanPenga dilannegeri Banjarmasin Nomor 908/Pid.B/2008/PN.Bjmtanggal 18 Desember 2008 jo. PutusanPEngadilanTinggi Banjarmasin Nomor 02/Pid.Sus/2009/PT.Bjmjo. PutusanMakamahAgungRepublik Indonesia Nomor 936.K/Pid.Sus/2009 tanggal 25 Mei 2009 mengenai Perjanjian kerjasama No. dinyatakanbersalahmelakukantindakpidana 664/I/548/Prog- No. 0003/GJW/VII/1998 tentang Kontak Bagi Tempat Usaha korupsi dilakukansecarabersamasamadanberlanjut, dalamrangka Pembangunan dantelahdijatuhihukumanpenjaraselama 6 PasarIndukAntasari Kota Banjarmasin (enam) tahun, ditandatanganioleh ST. sertamembayaruangpenggantisebesarrp. WidagdoDirekturUtama ,-
9 (enammilyartigaratustigapuluhduajutatigar liabilityyaitukesalahantidakdiaturd atusenampuluhsaturibu ratusenambelas lima rupiah) engantegas, artinyapertanggungjawabanmutlak sehinggadengandemikianmakamasihadake kuranganatauselisihkehilanganuanghasilda ataustrict liabilitymengenyampingkanunsurk ripengelolaanpasar Antasaridenganuangpengganti telahdjatuhkandalamputusan Sentra ST. esalahanataumensrea. 2. Pertimbangan hakim dalammenjatuhkanpemidanaanpad WidagdosebesarRp ,- a PT. Rp ,- = Rp ,- (satumilyartigaratustujuhbelasjutatujuhratu GiriJaladhiWanaberdasarkanketera ngandari Prof. Dr. Sutan Remy sdelapanpilihduaribuseratusduapuluh Sembilan rupiah. Sjadeini,SH menyatakantindakpidana Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan telah diuraikan diatas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pertanggungjawaban PT. GiriJaladhiWanapadaperkaraNomo r 04/Pid.Sus/2011/PT.Bjmdidasarka npadapertanggungjawabanmutlak/ strict dilakukandalammaksudtujuankorp orasidenganmemberikanmanfaatba gikorporasi, dilakukanolehpelakuatauatasperint ahpemberiperintahtidakmemilikiala sanpembenardan alas an pemaafuntukdibebaskandaripertang gungjawabanpidana. Saran 1. Dalampenegakanhukumuntuktinda kpidana dilakukankorporasiharusmengedep
10 ankandoktrinstrict liabilityuntukdimintapertanggungja wabandanmemberikanjaminanhuku m dilakukanolehsuatukorporasi. 2. Putusan dalam perkara ini hakim mesti membedakan antara denda dengan uang pengganti, walau Peraturan Makamah Agung No. 5 Tahun 2014 tentang Pidana Tambahan Uang Pengganti Dalam Tindak Pidana Korupsi, itu belum ada atau berlaku. 3. Untuk aparat penegak hukum, hendaknya lebih melakukan pengawasan terhadap korporasi berada diwilayah Indonesia ini, jangan sampai perkara sama seperti ini terjadi secara berulang-ulang Daftar Pustaka Buku-buku : Andi Hamzah Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional.Raja Wali Pers: Jakarta Perbandingan Pemberantasan Korupsi di Berbagai Negara. Sinar Grafika :Jakarta Bambang Waluyo Penelitian Hukum Dalam Praktek. Sinar Grafika : Jakarta Binoto Nadapdap Hukum Perseroan Terbatas. Edisi Revisi. Pramata Aksara : Jakarta ChaidirAli Badan Hukum. Cet. II. Alumni : Bandung Eddy.OS.Hieriej, 2014, Prinsip Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma, Yogyakarta Evi Hartanti Tindak Pidana Korupsi. Sinar Grafika: Jakarta Hasbullah F. Sjawie Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pada Tindak Pidana Korupsi. Prenada Media Group : Jakarta Lilik Mulyadi Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Normatif, Teoritis, Praktik dan Masalahnya. P.T. Alumni : Bandung Mahrus Ali Dasar-Dasar Hukum Pidana. Sinar Grafika : Jakarta R.Wiyono, 2005, Pembahasan Undang- Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika : Jakarta Rony Hanitijo Soemitro Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Ghalia Indonesia : Jakarta Zainudin Ali Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika : Jakarta Zulaiha Aida Ratna dan Sari Angraeni, 2006, Integritas, jurnal anti korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi : Jakarta
11 Peraturan Perundang-undangan : Undang-UndangNomor 1 Tahun 1946 tentangperaturanhukumpidana (KUHP) Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Peraturan Makamah Agung Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pidana Tambahan Uang Pengganti dalam Tindak Pidana Korupsi Surat Edaran Makamah Agung Nomor 13 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penanganan Tindak Pidana oleh Korporasi Sumber Lain : Wari Anjari, pertanggungjawaban korporasi sebagai pelaku tindak pidana. x.php/yustisia/article/view/265, diakses..03 Maret 2017 pukul WIB
BAB I PENDAHULUAN. dapat terlihat dengan adanya pembangunan pada sektor ekonomi seperti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. 1 Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI KORPORASI
BAB IV ANALISIS TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI KORPORASI Setelah menyajikan tinjauan pustaka dalam Bab II dan Pembahasan Kasus di Bab III, maka dalam Bab ini, penulis menyajikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari berbagai kalangan, bukan saja dalam skala nasional, tetapi juga regional bahkan global, hal
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada. keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana dalam tindak pidana korupsi. Terbukti
Lebih terperinciKeywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor
ANALISIS TERHADAP KATA DAPAT MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA DALAM PASAL 2 DAN PASAL 3 UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 jo UNDANG- UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI I Made
Lebih terperinciINDIKASI TINDAK PIDANA KORPORASI DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI (STUDI KASUS PENYIDIKAN PT. BALICON)
INDIKASI TINDAK PIDANA KORPORASI DI WILAYAH HUKUM POLDA BALI (STUDI KASUS PENYIDIKAN PT. BALICON) Oleh: I Putu Agus Indra Nugraha Ida Bagus Surya Dharmajaya I Made Walesa Putra Bagian Hukum Pidana Fakultas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peradaban dunia semakin berkembang dengan pesat menuju ke arah modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak
Lebih terperinciBAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat
BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1. Sanksi
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan penulis adalah terhadap penerapan prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan penulis adalah terhadap penerapan prinsip pertanggungjawaban pidana korporasi sebagai pelaku tindak pidana korupsi (Studi Putusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan
Lebih terperinciReni Jayanti B ABSTRAK
Analisis Yuridis Tentang Pertanggungjawaban Pidana Penyalahgunaan Narkotika Golongan I Bagi Diri Sendiri (Studi Kasus Putusan: No.147/Pid.SUS/2011/PN.MAROS) Reni Jayanti B111 09282 ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. pertanggungjawaban pidana pengganti (vicarious liablity) sebagaimana dimaksud
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam penulisan skripsi ini, maka dapat diberikan kesimpulan guna menjawab pokok permasalahan dalam skripsi ini, yakni :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan masalah serius yang dapat membahayakan stabilitas keamanan negara, masyarakat, serta merugikan keuangan negara. Di Indonesia,
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP ARTIKEL/JURNAL
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP ARTIKEL/JURNAL Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh: RISWANDI MALAU 0910012111045
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut J.C.T. Simorangkir, S.H dan Woerjono Sastropranoto, S.H, Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia
Lebih terperinciARTIKEL. EKSEKUSI PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA PADA PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Perkara Pada Kejaksaan Negeri Kota Padang)
ARTIKEL EKSEKUSI PENGEMBALIAN KERUGIAN NEGARA PADA PUTUSAN PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Perkara Pada Kejaksaan Negeri Kota Padang) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan
18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan dan kekuatan kaidahkaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui
Lebih terperinciUNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN
UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN Oleh I Gusti Ayu Jatiana Manik Wedanti A.A. Ketut Sukranatha Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum, Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP A. Simpulan
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 1405 K/Pid.Sus/2013 yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan sebagai
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Sebagaimana tertulis dalam rumusan masalah, akhirnya penulis
68 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sebagaimana tertulis dalam rumusan masalah, akhirnya penulis berkesimpulan bahwa secara yuridis formal Keberadaan Kejaksaan Terhadap Hadirnya KPK dalam melakukan Penyidikan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Simpulan
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil peneletian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis terhadap Putusan Mahakamah Agung Nomor: 1818 K/Pid.Sus/2014, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. A. Simpulan
BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan apa yang telah diuraikan oleh penulis dalam hasil peneletian pembahasan terhadap Putusan Mahakamah Agung Nomor: 1022 K/Pid.Sus/2014, maka diperoleh simpulan sebagai
Lebih terperinciBAB III PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP. perseorangan sebagai subjek hukum. Berdasarkan hal tersebut untuk
BAB III PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP A. Korporasi 1. Pengertian Korporasi Definisi korporasi secara umum, hukum tidak hanya mengatur orang (manusia alamiah)
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2008, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung, Alumni,
DAFTAR PUSTAKA A. BUKU Adami Chazawi, 2008, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung, Alumni, Amiruddin & Zainal Asikim, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
Lebih terperinciANALISIS HUKUM PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANANYA
ANALISIS HUKUM PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANANYA Oleh : Putu Ariesta Wiryawan Made Tjatrayasa Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT:
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan melalui
114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan melalui penelitian tesis ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pengaturan hukum tentang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan reformasi pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunannya, bangsa Indonesia membutuhkan suatu kondisi
Lebih terperinciPENENTUAN TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG PIDANA
PENENTUAN TINDAK PIDANA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM UNDANG-UNDANG PIDANA Addy Candra, S.H.,M.H Abstract In the doctrine of criminal law that abolished the distinction between the nature
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kali di dalam peraturan penguasa militer nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan hukum pidana Indonesia menyebutkan istilah korupsi pertama kali di dalam peraturan penguasa militer nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi menjadi
Lebih terperinciKUALIFIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KORPORASI PASCA TERBITNYA PERMA RI NO. 13 TAHUN 2016
KUALIFIKASI TINDAK PIDANA KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH KORPORASI PASCA TERBITNYA PERMA RI NO. 13 TAHUN 2016 Kristian 1 E-mail : yehezkiel.kristian90@gmail.com Aji Mulyana 2 E-mail : ajimulyana94@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk sosial yang artinya manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda, dalam memenuhi
Lebih terperinciKEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM
KEJAHATAN KORPORASI (CORPORATE CRIME) OLEH: Dr. Gunawan Widjaja,SH.,MH.,MM 1. Pengertian Kejahatan yang dilakukan oleh Korporasi Yang bertanggung jawab adalah Korporasi Korporasi = badan hukum => Perseroan
Lebih terperinciPertanggungjawaban adalah sesuatu yang harus dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang
A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi menerima pembebanan sebagai akibat dari sikap tindak sendiri atau pihak lain, (WJS. Poerwadarminta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Singkatnya korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk. semakin melemahkan citra pemerintah di mata masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Kasus Korupsi merupakan musuh bagi setiap Negara di dunia. Korupsi yang telah mengakar akan membawa konsekuensi terhambatnya pembangunan di suatu negara. Singkatnya
Lebih terperinciPrika Susrawita Siregar ABSTRAK
PERTANGGUNGJAWABAN DIREKSI SEBAGAI REPRESENTASI KORPORASI DALAM HAL TERJADI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN MODUS PENGGELAPAN PAJAK DIKAITKAN DENGAN UNDANG- UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penggelapan di Indonesia saat ini menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai kehidupan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil, makmur, sejahtera, dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA: PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK TINDAK PIDANA DALAM RUU KUHP
LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA: PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK TINDAK PIDANA DALAM RUU KUHP O L E H PUTERI HIKMAWATI PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYELENGGARA JALAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA Oleh : Suyatna
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENYELENGGARA JALAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA Oleh : Suyatna Abstrak Pertanggungjawaban pidana penyelenggara jalan dalam kecelakaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan proses semakin terbukanya kemungkinan interaksi ekonomi, politik, sosial, dan ideologi antar manusia sebagai individu maupun kelompok,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang melakukan tindak pidana. Dengan lahirnya konsepsi baru dalam hukum pidana modern,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membahas mengenai masalah kesalahan dalam hukum pidana merupakan pembahasan yang sangat penting mengingat bahwa kesalahan merupakan dasar dari penjatuhan pidana bagi orang
Lebih terperinciJURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI
JURNAL KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI INFORMASI ATAU DOKUMEN ELEKTRONIK DALAM PERADILAN PERKARA PIDANA KORUPSI Disusun Oleh : MICHAEL JACKSON NAKAMNANU NPM : 120510851 Program Studi : Ilmu Hukum Program
Lebih terperinciABSTRAK. ANALISIS PUTUSAN BEBAS PADA PERKARA NOMOR : 241/Pid.B/2011/PN.Mgl TENTANG TINDAK PIDANA KESUSILAAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI MENGGALA.
ABSTRAK ANALISIS PUTUSAN BEBAS PADA PERKARA NOMOR : 241/Pid.B/2011/PN.Mgl TENTANG TINDAK PIDANA KESUSILAAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI MENGGALA Oleh Andika Nafi Saputra, Tri Andrisman, Rini Fathonah Email
Lebih terperinciPENERAPAN PIDANA BERSYARAT DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2591K/PID.SUS./2011)
PENERAPAN PIDANA BERSYARAT DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2591K/PID.SUS./2011) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tindak pidana lainnya di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan dengan dengan tindak pidana lainnya di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D
TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D 101 07 638 ABSTRAK Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan
Lebih terperinciPENERAPAN PRINSIP PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI PUTUSAN NOMOR 812/PID.SUS/2010/PN.
PENERAPAN PRINSIP PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI PUTUSAN NOMOR 812/PID.SUS/2010/PN.BJM DAN PUTUSAN NOMOR 36/PID.SUS/TPK/2014/PN.JKT.PST) Penulisan Hukum
Lebih terperinciBAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA
BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA A. Batasan Pengaturan Tindak Pidana Kekekerasan Fisik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut. Oleh sebab itu, dapat dimengerti bahwa dalam Bahasa Indonesia, istilah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara sebagai badan hukum publik dapat melakukan perbuatan hukum dengan tujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi rakyat Indonesia sebagai konsekuensi
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2016, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
DAFTAR PUSTAKA Buku : Adami Chazawi, 2016, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Barda Nawawi Arief, 2013, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung, Citra Aditya Bakti Bryan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Adji, Indriyanto Seno. Korupsi dan Hukum Pidana. Jakarta : Kantor Pengacara & Konsultasi Hukum Prof. Oemar Seno Adji, SH&Rekan, 2001.
104 DAFTAR PUSTAKA 1. BUKU Adji, Indriyanto Seno. Korupsi dan Hukum Pidana. Jakarta : Kantor Pengacara & Konsultasi Hukum Prof. Oemar Seno Adji, SH&Rekan, 2001. Arief, Barda Nawawi, Masalah Penegakan Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suatu hal yang tidak dapat dielakkan dalam proses modernisasi adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu hal yang tidak dapat dielakkan dalam proses modernisasi adalah perubahan fungsi yang dijalankan dalam masyarakat, yakni terjadinya spesialisasi melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun Ciri dari
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah negara hukum, yang ketentuannya diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Ciri dari negara hukum adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini adalah masalah di bidang hukum, khususnya masalah kejahatan. Hal ini merupakan fenomena kehidupan masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut:
50 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan analisi yang dilaksanakan, sebagaimana diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Kewenangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik Negara berbentuk Persero (selanjutnya disebut BUMN Persero) sering terjadi. Perkara
Lebih terperinciASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN (ASAS KESALAHAN) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI
ASAS TIADA PIDANA TANPA KESALAHAN (ASAS KESALAHAN) DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI Oleh : A.A. Ngurah Wirajaya Nyoman A. Martana Program Kekhususan Hukum Pidana, Universitas
Lebih terperincipermasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan
A. Latar Belakang Korupsi merupakan permasalahan yang dapat dikatakan sebagai sumber utama dari permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan telah masuk sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang - Undang Dasar 1945 alinea ke- IV terkandung sejumlah tujuan negara yang dirumuskan oleh para pendiri negara Indonesia, diantaranya membentuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Hal ini didasarkan
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh Ayu Komang Sari Merta Dewi I Gusti Ayu Puspawati Bagian Peradilan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Corruption
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan unsur-unsur tindak pidana tanpa hak memiliki menyimpan atau menguasai
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Bakhri, Syaiful, 2009, Hukum Pembuktian Dalam Praktik Peradilan Pidana, Cetakan I, P3IH FH UMJ dan Total Media, Yogyakarta.
162 DAFTAR PUSTAKA A. Buku Adji, Indriyanto Seno, 2014, Hukum Pidana Dalam Perkembangan, Diadit Media, Ali, Mahrus, 2013, Asas, Teori, dan Praktek Hukum Pidana Korupsi, UII Press, Yogyakarta. Amrani, Hanafi
Lebih terperinciPUTUSAN PEMIDANAAN TERHADAP KORPORASI TANPA DIDAKWAKAN DALAM PERSPEKTIF VICARIOUS LIABILITY
PUTUSAN PEMIDANAAN TERHADAP KORPORASI TANPA DIDAKWAKAN DALAM PERSPEKTIF VICARIOUS LIABILITY Kajian Putusan Nomor 2239 K/PID.SUS/2012 THE CORPORATE CRIMINAL LIABILITY WITHOUT CHARGES IN THE PERSPECTIVE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian anak dalam hukum positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/ minderjaring, 1 orang yang di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tindak pidana korupsi meskipun telah diatur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara sebagaimana diatur dalam Penjelasan Umum Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi persoalan yang hangat untuk dibicarakan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama sehubungan
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI
20 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI A. Undang-Undang Dasar 1945 Adapun terkait hal keuangan, diatur di dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar 1945, sebagaimana
Lebih terperinciHAK MENUNTUT KERUGIAN KEUANGAN NEGARA SETELAH PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI 1 Oleh: Jekson Kasehung 2
HAK MENUNTUT KERUGIAN KEUANGAN NEGARA SETELAH PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI 1 Oleh: Jekson Kasehung 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hak negara
Lebih terperinciKUALIFIKASI PENGEMBALIAN ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM KEPADA ORANG TUA/WALI (STUDI PUTUSAN PERKARA NO: 9/PID.SUS.ANAK/2016/PN.
KUALIFIKASI PENGEMBALIAN ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM KEPADA ORANG TUA/WALI (STUDI PUTUSAN PERKARA NO: 9/PID.SUS.ANAK/2016/PN.KDL) Clinton Amsal Sinaga Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dapat dilihat sebagai upaya bangsa yang dilakukan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dapat dilihat sebagai upaya bangsa yang dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan masyarakat secara berencana, bertahap dan berkelanjutan dalam
Lebih terperinciUPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta
1 UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. LATAR BELAKANG Kejahatan narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP memiliki tujuan dalam menegakkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP memiliki tujuan dalam menegakkan kepastian hukum dan mencegah kewenang-wenangan penguasa. Hukum berfungsi sebagai perlindungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhmya yang adil, makmur, sejahtera dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciKENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
KENDALA JAKSA DALAM PENERAPAN PIDANA TAMBAHAN UANG PENGGANTI PADA PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh: Ni Nyoman Santiari I Gusti Agung Ayu DikeWidhiyaastuti Program Kekhususan Hukum Pidana Fakultas Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan perbuatan yang melanggar hukum. Korupsi sudah berkembang di lingkungan eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini jelas sangat merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa
Lebih terperinciBAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang
BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang Pengganti Masalah penetapan sanksi pidana dan tindakan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan diberbagai bidang. Perkembangan yang diawali niat demi pembangunan nasional tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian serius sekitar tahun 1970-an, yaitu setelah diadakannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan lingkungan sudah lama menjadi isu global, meskipun baru mendapat perhatian serius sekitar tahun 1970-an, yaitu setelah diadakannya United Nation Conference
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat. disimpulkan sebagai berikut:
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Eksekusi putusan pengadilan tentang pembayaran uang pengganti dalam tindak
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW REVIEW, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012 di
DIPONEGORO LAW REVIEW, Volume 1, Nomor 4, Tahun 2012 Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PEJABAT PUBLIK TERHADAP TINDAK PIDANA KEBOHONGAN PUBLIK DALAM UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciOLEH : Ni Ketut Arie Setiawati. A.A Gde Oka Parwata. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT
PENERAPAN VONIS REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA (Study Kasus Pengadilan Negeri Denpasar Nomor. 304/Pid.Sus/2016/PN.Dps, Tentang Tindak Pidana Narkotika) OLEH : Ni Ketut Arie Setiawati A.A Gde Oka Parwata
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis atau kriminologis.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang mengalami proses pembangunan. Proses pembangunan tersebut dapat menimbulkan dampak sosial positif yaitu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. pajak, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: dengan adanya beberapa teori yaitu Doctrine of strict liability atau
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pembahasan diatas mengenai permasalahan pertanggungjawaban korporasi, juga pertanggungjawaban direksi sebagai representasi korporasi dan kendala-kendala yang
Lebih terperinciBAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana
43 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, memberikan ancaman kepada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyelenggara pemerintahan mempunyai peran penting dalam tatanan (konstelasi)
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggara pemerintahan mempunyai peran penting dalam tatanan (konstelasi) ketatanegaraan. Hal ini tersirat dalam Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DI INDONESIA
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DI INDONESIA OLEH Ni Putu Ayu Leni Cahyarani I Ketut Rai Setiabudhi I Made Tjatrayasa Bagian hukum pidana, Fakultas
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PIDANA OLEH ADVOKAT YANG MERINTANGI PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH: YOHANES MOTE NPM:
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA OLEH ADVOKAT YANG MERINTANGI PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH: YOHANES MOTE NPM: 1310121012 Ida Ayu Putu Widiati I Md. Minggu Widyantara ABSTRACT Advocate in running
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk dari tindak kekerasan yang dialami orang terutama perempuan dan anak, termasuk sebagai tindak
Lebih terperinciAkreditasi LIPI: No:740/AU/P2MI-LIPI/04/2016
PROGRESIVITAS PUTUSAN PEMIDANAAN TERHADAP KORPORASI PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI (Progressivity of Criminal Decision on Corporate Actors Corruption) Budi Suhariyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengatur bahwa dalam beracara pidana, terdapat alat bukti yang sah yakni: keterangan Saksi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk menguntungkan diri sendiri atau korporasi, dengan cara menyalahgunakan. pada kerugian keuangan dan perekonomian negara.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan salah satu tindak pidana dan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang atau korporasi dengan tujuan untuk menguntungkan
Lebih terperinciMOTTO PEMBERANTASAN KORUPSI HARUS DIMULAI DARI DIRI SENDIRI *
SKRIPSI ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BEBAS DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG MERUGIKAN KEUANGAN NEGARA (PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO 1766 K/PID/2005) Juridical Analysis of Acquittal in a Criminal Act of Corruption
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi menerima pembebanan sebagai akibat dari sikap tindak sendiri atau pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindak Pidana Korupsi. Kata korupsi ini sudah tidak asing lagi di telinga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk kejahatan yang saat ini marak diperbincangkan adalah Tindak Pidana Korupsi. Kata korupsi ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi selalu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak pidana lain di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat
Lebih terperinci