BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang adalah serangan sakit perut yang timbul sekurang-kurangnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang adalah serangan sakit perut yang timbul sekurang-kurangnya"

Transkripsi

1 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sakit perut berulang adalah serangan sakit perut yang timbul sekurang-kurangnya tiga kali dalam jangka waktu tiga bulan berturut-turut dan mengakibatkan gangguan aktifitas sehari-hari. 1 Sakit perut berulang dibedakan berdasarkan adanya kelainan organik dan non-organik (fungsional). Menurut kriteria Rome III, definisi sakit perut berulang fungsional adalah sebagai berikut: 1,10 1. Setidaknya 12 minggu terus menerus atau hampir terus menerus nyeri perut pada anak usia sekolah atau remaja. 2. Tidak ada atau hanya sesekali hubungan nyeri dengan fungsi fisiologis tubuh (misalnya: makan, menstruasi, dan buang air besar). 3. Hilangnya beberapa fungsi sehari-hari. 4. Rasa sakit tidak pura-pura (misalnya: anak berpura-pura sakit saat diminta untuk mengerjakan sesuatu) 5. Pasien tidak memiliki kriteria yang cukup untuk gangguan pencernaan fungsional lain yang dapat menjelaskan nyeri perut yang dirasakan anak. 2.2 Prevalensi Sakit perut berulang biasanya terjadi pada anak usia sekolah. 1,10 Frekuensi tertinggi terjadi pada kelompok usia 5 sampai 10 tahun. 11 Secara mengejutkan,

2 menurut suatu penelitian pada tahun 2000 didapati data bahwa sindrom sakit kronis, seperti sakit kepala dan sakit perut berulang terjadi pada % anak dan remaja. 12 Di Indonesia data pasti mengenai kejadian sakit perut berulang pada pasien anak masih belum jelas, namun data di Inggris menunjukkan kejadian pada anak sekolah tinggi yaitu sebesar 10-15% dan di Amerika Utara lebih tinggi lagi yaitu sebesar 20%. 13 Sedangkan di Malaysia prevalensinya sebesar 10,2 %, 14 sementara di Bangladesh sebesar 8 12 %. 15 Penelitian lain di Sri Lanka mendapatkan prevalensi SPB sebesar 11%. 16 Berdasarkan penelitian berbasis komunitas yang dilakukan pada tahun1996, diketahui bahwa 10-20% anak usia sekolah menderita sakit perut berulang dan 15% di antaranya duduk di tingkat menengah dan tingkat atas sekolah. 17 Jenis kelamin perempuan lebih sering menderita sakit perut berulang dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 5 banding Klasifikasi Sakit perut berulang dibagi menjadi dua tipe yaitu organik dan non organik. 20 Sakit perut berulang non organik, disebut juga sebagai sakit perut berulang fungsional (functional recurrent abdominal pain) merupakan sakit perut yang tidak dapat dijelaskan adanya suatu kelainan atau abnormalitas dalam struktur, fisiologi atau biokimia tubuh. 6,21 Saat ini, dasar diagnosis sakit perut berulang adalah kriteria Rome III. 22,23 Berikut ini adalah klasifikasi sakit perut berulang berdasarkan kriteria Rome III: Dispepsia fungsional. Gejala yang muncul berupa mual, muntah, rasa penuh. Prevelensinya pada anak 0 sampai 12 tahun di Italia 0.3%. Penyebab

3 utama yaitu gagalnya motilitas gaster, lamanya pengosongan gaster atau tidak adekuatnya relaksasi gaster setelah makan. Diagnosis berdasarkan kriteria Rome III: 11 a. Nyeri persisten atau berulang atau rasa tidak enak pada perut tengah atas. b. Tidak hilang dengan defekasi atau berhubungan dengan onset frekuensi defekasi dan bentuk tinja. c. Tidak ada bukti tentang kejadian inflamasi, kelainan anatomis, metabolik atau neoplasma yang dapat dijelaskan dengan gejala penderita. Kriteria paling sedikit dialami 1 kali dalam 1 minggu dan paling sedikit telah dialami 2 bulan sebelum diagnosis dan mencakup semua gejala tersebut di atas. 2. Irritable bowel syndrome: prevalensi 22% sampai 45% dari kasus sakit perut berulang fungsional pada anak. 17 Diagnosis ditegakkan berdasarkan: 22 a. Rasa tidak enak pada perut (rasa tidak nyaman dan tidak dapat digambarkan sebagai nyeri) atau nyeri dihubungkan dengan dua atau lebih gejala berikut: - Dirasakan perbaikan dengan defekasi - Onset dihubungkan dengan perubahan frekuensi tinja - Onset dihubungkan dengan perubahan bentuk tinja b. Tidak ada bukti kejadian inflamasi, kelainan anatomis, metabolik atau neoplasma yang dapat dijelaskan dengan gejala penderita.

4 Kriteria paling sedikit 1 kali tiap 1 minggu dan paling sedikit telah terjadi 2 bulan sebelum didiagnosis. 3. Abdominal migraine: Biasanya dihubungkan dengan stres fisik dan mental. Gejala berupa anoreksia, mual, muntah, sakit kepala, fotofobia atau pallor dan dapat berakhir dalam 1 jam sampai beberapa hari sejak gejala muncul. Prevalensi abdominal migraine pada anak berkisar 1% sampai 4% dan lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki (3 banding 2). Umur rata-rata saat diagnosis adalah 7 tahun. 15,16 Diagnosisnya adalah: 23 a. Episode paroksimal, nyeri periumbilikal akut, hilang dalam 1 jam atau lebih setelah gejala muncul. b. Mempengaruhi kesehatan, berakhir dalam minggu sampai bulanan. c. Nyeri mempengaruhi aktivitas. d. Sakit dirasakan berhubungan dengan 2 gejala: - Anoreksia - Mual - Muntah - Sakit kepala - Fotofobia - Pallor e. Tidak ada tanda kejadian inflamasi, kelainan anatomis, metabolik atau neoplasma yang dapat dijelaskan dengan gejala penderita. Memenuhi kriteria dua kali atau lebih dan sudah terjadi selama 12 bulan.

5 4. Sakit perut fungsional Gejala: 24 a. Sakit perut episodik atau terus menerus. b. Tidak termasuk dalam kriteria functional abdominal pain syndrome lainnya. c. Tidak ada bukti kejadian inflamasi, kelainan anatomis, metabolik atau neoplasma yang dapat dijelaskan dengan gejala penderita. Kriteria dipenuhi paling sedikit sekali per minggu dan sudah terjadi paling sedikit dalam 2 bulan sebelum didiagnosis. Lokasi sakit perut berulang yang tersering di daerah umbilikus. Harus diwaspadai juga bahwa nyeri perut epigastrial sering dihubungkan dengan gejala kembung, mual, rasa penuh, sendawa. Gejala lainnya berupa nyeri dibawah umbilikus yaitu kram, kembung dan distensi Etiologi Faktor psikofisiologi merupakan etiologi terbanyak kelainan fungsional saluran cerna yaitu berkisar 90 sampai 99%. Sedangkan kelainan organik berkisar 5 sampai 10% kasus. 1 Pada anak usia dibawah 4 tahun, nyeri perut berulang paling banyak disebabkan oleh kelainan organik (tabel 1). 19 Etiologi SPB dapat dibedakan dalam kelompok non-organik, organik, dan kelompok etiologi yang jarang namun dapat menyebabakan SPB. Yang termasuk ke dalam penyebab non-organik adalah sindroma sakit perut berulang, irritable bowel syndrome, dyspepsia non-ulkus. Sedangkan yang termasuk ke dalam kelompok

6 organik yaitu oleh karena kelainan saluran cerna, intoleransi laktosa, konstipasi kronis, infeksi parasit, celiac disease, dysmenorrheal pada perempuan, esofagitis/gastrointestinal reflux, dll. Tabel 1: Etiologi sakit perut berulang. 19 Non Organik 1. Sindroma sakit perut berulang: Sakit perut tidak spesifik Sering pada daerah periumbilikal Tidak memiliki karakteristik pola temporal Mungkin lebih baik pada akhir pekan dan liburan sekolah Mungkin memiliki masalah psikososial atau keluarga 2. Irritable bowel syndrome Kram intermitten, konstipasi dan diare Lokasi paling sering pada perut bawah 3. Dispepsia Non-ulkus Nyeri seperti ulkus peptikum Kemungkinan akibat masalah psikososial Respon antasida Organik 1. Saluran cerna 2. Intoleransi Laktosa Jarang pada anak yang lebih besar Gejala berhubungan dengan asupan laktosa Gejala: kembung, kram, diare 3. Konstipasi kronis 4. Infeksi parasit Gejala: kembung, kram, diare Terdapat darah tinja 5. Celiac disease 6. Dysmenorrhea 7. Gastrointestinal reflux disease / esofagitis 8. Gastritis Helicobacter pylori Penyebab gastritis kronis pada anak dan dewasa Dihubungkan dengan ulkus lambung Nyeri tekan epigastrium dan simptom nocturnal. 9. Pankreatitis 10. Penyakit hepatobilier 11. Infeksi Yersinia (Y. Enterocolitica, Y. Pseudotuberculosis) 12. Malformasi anatomis (seperti: Diverticulum meckel, malrotasi, duplikasi) 13. Penyakit neoplasma 14. Infeksi kandung kemih Jarang tetapi penyebab patologi nyeri perut berulang 1. Penyebab bedah Kista kholedokus: nyeri perut hipokondrium dengan atau tanpa massa atau jaundice Diverticulum Meckel: terdapat darah pada tinja dan anemia Volvulus intermiten 2. Abdominal migraine Nyeri perut episodik dengan atau tanpa sakit kepala

7 Episode karakteristik selalu dihubungkan dengan mual Muntah Dapat terjadi dalam beberapa jam, berakhir ketika anak tertidur dan lebih baik ketika terbangun 3. Abdominal epilepsi Penyebab tidak umum nyeri perut berulang Anak dengan sensorium sadar selama serangan 2.5 Diagnosis Anamnesis pada sakit perut berulang meliputi usia, jenis kelamin, rasa sakit (lokalisasi, sifat dan faktor yang menambah atau mengurangi rasa sakit tersebut, lama sakit, dan rasa sakit seperti ini sebelumnya), gejala penyerta (anoreksia, muntah, diare dan demam), pola defekasi, pola miksi, siklus haid, akibat sakit perut pada anak (kemunduran kesehatan, nafsu makan anak), gejala/gangguan traktus respiratorius, gangguan muskuloskeletal, aspek psikososial, trauma, penyakit yang pernah di derita dalam keluarga. 23 Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Berikut adalah alur diagnosis dan manajemen sakit perut berulang pada anak. Diagnosis dan manajemen sakit perut berulang. 3,19

8 Anak dengan sakit perut berulang Anamnese dan pemeriksaan fisik Sakit perut fungsional Organik 1. Anak > 3 tahun 1. Anak < 3 tahun 2. Nyeri perut periumbilikus 2. Nyeri jauh dari umbilikus 3. Tidak mengganggu tidur anak 3. Nyeri nocturnal 4. Anak makan dan tumbuh dengan baik 4. Anak kehilangan berat badan 5. Pemeriksaan fisik normal 5. Darah di tinja 6. Terdapat masalah psikososial 6. Pemeriksaan fisik abnormal seperti: pallor, jaundice, massa abdomen 1. Simptomatik 2. Rasa aman, menghindari stress dan cemas 3. Modifikasi makanan 4. Percobaan diet bebas laktosa selama 2 minggu 5. Pantau ulang Pemeriksaan dasar (first line): Darah lengkap, Eritrosit sedimen rate/ C- reaktif protein, analisis urin, Pemeriksaan Medis/Bedah tinja: parasit, kista. Pemeriksaan lanjutan (second line): Foto polos abdomen, LFT, RFT, USG, Breath hidrogen test, Barium follow through, PH metri, endoskopi. Medis/bedah Sakit perut berulang yang disebabkan oleh kelainan organik mempunyai tanda peringatan (alarm symptoms) seperti terlihat pada tabel 2. 1,19

9 Tabel 2:Red flag anamnese dan pemeriksaan fisik pada sakit perut berulang. 19 Red flag: anamnese sakit perut berulang. Nyeri terlokalisir, lokasi nyeri jauh dari umbilikus, nyeri timbul tibatiba. Nyeri berhubungan dengan perubahan kebiasaan BAB, diare, konstipasi atau nocturnal bowel movement, disuria, rash, artritis. Terbangun pada malam hari akibat nyeri. Perdarahan gastrointestinal. Berhubungan dengan menstruasi. Muntah terus menerus, terutama jika gangguan bilier. Gejala konstitusional seperti demam berulang, hilang selera makan. Terjadi pada anak < 4 tahun. Red flag: pemeriksaan fisik sakit perut berulang. Kehilangan berat badan atau kemunduran kecepatan pertumbuhan. Organomegali Lokasi nyeri tekan perut, berpindah dari umbilikus. Kelainan perirektal (seperti fissura dan ulserasi) Pembengkakan sendi, merah atau panas. Pallor, rash, hernia pada dinding abdomen. 2.6 Kecerdasan atau Intelligence Quotient (IQ) Manusia beraktivitas dan berinteraksi dengan sesamanya bergantung dari kesanggupannya dalam berfikir. 26 Hal ini biasa disebut sebagai kecerdasan/inteligensi. Inteligensi seseorang akan tampak pada perbuatannya. Misalnya, seseorang yang pandai dalam ilmu pasti, maka disebut berinteligensi di bidang abstrak. 27 Sama halnya jika ia pandai bergaul dalam masyarakat, maka ia disebut berinteligensi dalam bidang sosial, dan lain-lan. 26,28 Untuk mampu berpikir dan belajar dengan baik dibutuhkan kecakapan kecerdasan atau IQ, kecakapan emosi, dan religi. Intelektual seseorang sering dijadikan sebagai indikator berhasil tidaknya seorang anak di sekolah dan setiap anak akan memiliki inteleketualitas yang berbeda-beda. 29 Beberapa ahli menekankan fungsi inteligensi untuk membantu

10 penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya. 28 Ahli lain menekankan bahwa inteligensi digambarkan sebagai suatu kecakapan. William Stern, seorang psikologi mendefenisikan inteligensi sebagai kesanggupan jiwa untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan-kesulitan baru dengan sadar, dengan berfikir cepat dan tepat. 30 Sedangkan menurut Charles Speraman, inteligensi terdiri dari kemampuan menalar yang sifatnya alamiah (general factor) yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai tugas, serta sejumlah kemampuan khusus (specific factors) yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas spesifik. 26,31 Menurut Howard Gardner inteligensi adalah kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan dan kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupannya. 27,32 Dari beberapa definisi tersebut, disimpulkan bahwa intelegensi merupakan reaksi mental dan fisik yang dijalankan secara cepat, gampang, sempurna, dan dapat diukur dengan prestasi. 33 Intelegensi merujuk pada cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau tidak cerdas sama sekali. Suatu perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. 26 Kepribadian individu merupakan satu kesatuan, tetapi dapat dibedakan dalam beberapa aspek yaitu, intelektual, fisik-motorik, sosial, dan emosional. Aspek intelektual merupakan sisi yang menonjolkan kekuatan sedangkan sisi emosional menonjolkan karakteristik. Aspek intelektual disebut juga sebagai kecakapan (ability) yaitu merupakan suatu kemampuan dalam mengenal, memahami,

11 menganalisa, menilai dan memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan rasio atau pemikiran. 28,33,34 Ada banyak faktor yang dapat menentukan intelligence quotient (IQ) pada anak, antara lain gen, usia ibu saat melahirkan, konsumsi air susu ibu (ASI), mendengarkan musik sejak dalam kandungan dan menonton video pendidikan untuk bayi. 35 Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi inteligensi: 1. Faktor keluarga Lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung terpenting bagi kecerdasan anak. Anak menghabiskan waktu dalam lingkungan keluarga seanjang masa perkembangannya. Pengaruh lingkungan rumah ini juga berkaitan dengan masalah stimulus dan pola asuh anak. 2. Faktor sosial ekonomi a) Sosial ekonomi keluarga Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari alat tulis hingga pemilihan sekolah. Selain itu anak yang hidup dalam keluarga dengan sosial ekonomi yang baik mendapatkan nutrisi yang memadai. Begitu juga sebaliknya dengan sosial ekonomi yang kurang memadai, seseorang juga kurang mendapatkan kesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang baik dan nutrisi yag baik. b). Pendidikan orang tua Orang tua yang memiliki jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih

12 memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah. 3. Faktor edukasi Kecerdasan dalam diri seorang anak tidak muncul begitu saja. Di luar potensi yang diberikan, cerdas juga berarti ketekunan memelajari sesuatu. Selain pendidikan yang diberikan orang tua di rumah, peran sekolah juga besar. Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak yang memungkinkannya mentransfer pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai kehidupan. Intelligence quoitient atau IQ merupakan satuan nilai yang menunjukkan taraf kemampuan skolastik seseorang. 26 Secara umum IQ bisa diukur dengan mengggunakan suatu alat (tool). Uji IQ hanya terbatas sebagai alat untuk mengukur kemampuan verbal, logika matematika, dan spasial yaitu sejumlah kemampuan yang dikembangkan dalam lingkup akademis (sekolah). 26,28 Sebagai alat untuk mengukur potensi akademis, maka IQ tepat digunakan untuk meramalkan kesuksesan seorang anak di bidang akademis kelak. Sejak dini sudah dapat diukur sejumlah potensi akademisnya sehingga dapat ditentukan apakah anak siap atau tidak untuk mengikuti sekolah. 28 Dari sejumlah penelitian terhadap keluarga, anak adopsi, 35 dan saudara kembar, 36 dapat disimpulkan bahwa faktor genetik memiliki pengaruh yang sangat bermakna terhadap inteligensi seseorang. Diperkirakan 40-80% perbedaan inteligensi pada individu dipengaruhi oleh faktor keturunan atau faktor genetis. 37 Namun demikian, penelitian-penelitian tersebut juga menemukan bahwa faktor lingkungan turut mempengaruhi tingkat kecerdasan seorang anak. 26,35

13 Adapun sejumlah faktor lingkungan yang turut mempengaruhi perbedaan intelegensia antar individu antara lain stimulus dari lingkungan, terutama orang tua atau keluarga yang peka terhadap kemampuan yang ditampilkan anak, tempat tinggal atau lingkungan yang kaya akan fasilitas penunjang kecerdasan, stimulus pendidikan dan pelatihan yang memadai. 37 Istilah IQ berasal dari bahasa Jerman yaitu intelligenz-quoitient yang pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog bernama William Stem. 38 IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (mental age) dengan umur kronologik (chronological age). Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.

14 Nilai IQ digunakan untuk memprediksi pencapaian di sekolah, kebutuhan khusus, pekerjaan dan pendapatan seseorang. Saat ini banyak studi tentang IQ dalam populasi dan mencari hubungannya dengan bebagai variabel. Intelligence Quotient atau IQ pada anak biasanya menjadi tolok ukur terhadap kecerdasannya di dalam bidang pendidikan. 39 Namun, seiring bertambahnya usia dan kedewasaan, nilai IQ anak bisa mengalami peningkatan. Sebuah penelitian di Inggris terhadap 33 orang anak menemukan bahwa terjadi perbaikan nilai IQ di mana mereka bisa menaikkan nilai IQ sebelumnya hingga mencapai 20 angka dalam kurun waktu empat tahun. 39 Penelitian tersebut dilakukan pada 19 orang anak laki-laki dan 14 orang anak perempuan dengan melakukan pemeriksaan pemindaian (scan) otak dan uji IQ verbal dan non verbal di tahun 2004 dan kemudian di tahun Hasil yang diperoleh adalah terdapat perubahan IQ verbal hingga 39% pada remaja, di mana 21% menunjukkan perubahan dalam penampilan IQ. Nilai IQ verbal mencapai 138 di usia 17 tahun dari angka 120 saat masih berusia 13 tahun, sementara nilai IQ non verbal ikut naik dari angka 85 menjadi Peningkatan IQ verbal berhubungan dengan peningkatan kepadatan daerah korteks motorik kiri yaitu daerah yang diaktifkan selama proses berbicara. Sedangkan peningkatan IQ non verbal berkaitan dengan peningkatan kepadatan serebelum anterior yaitu daerah yang berperan pada pergerakan tangan. Namun demikian, penelitian tersebut belum dapat menjelaskan apa yang menjadi penyebab perubahan tersebut. 41 Saat ini ada beberapa jenis tes intelligence quotient (IQ) yang dikenal yaitu tes inteligensi Binet, Wechsler, tes progressive matrices (PM). Tes inteligensi Binet

15 merupakan yang tes yang tertua dan diperkenalkan oleh Alfred Binet pada tahun 1905 di Prancis. Tes ini khusus diperuntukkan bagi anak usia 2-15 tahun. 38 Tes Wechsler pertama kali disusun tahun 1939 dan diberi nama sebagai Wechsler Belleveu Intelligence Scale (WBIS) dan direvisi pada tahun 1955 menjadi Wecshler Adult Intelligence Scale (WAIS) yang diperuntukkan untuk individu dewasa. 39 Namun, untuk anak-anak, Wecshler juga mengembangkan tes sejenis yang diberi nama Wecshler Intelligence Scale for Children (WISC) yang diterbitkan pada tahun Tes ini terdiri dari dua golongan yaitu skala verbal dan skala performan. Skala verbal terdiri dari informasi, pemahaman, hitungan, kesamaan, kosakata, rentang angka. Sedangkan skala performasi terdiri dari kelengkapan gambar, susunan gambar, rancangan balok, perakitan objek, sandi, taman sesat. Tes ini diperuntukkan untuk anak berusia 6 tahun sampai 16 tahun 11 bulan. Yang melakukan tes ini adalah seorang psikolog klinis, dan waktu yang dibutuhkan untuk penilaan berkisar 45 menit sampai 60 menit. 38, Sakit perut berulang pada anak usia sekolah dan intelligence quotient (IQ) Nyeri atau rasa sakit yang dirasakan seorang anak/remaja akan membawa dampak yang negatif dalam kehidupan dan keluarganya. 43,44 Seorang remaja yang sering menderita nyeri yang berulang akan menyebabkan angka absensi di sekolah

16 menjadi tinggi karena anak menjadi lebih sering tidak hadir untuk mengikuti proses belajar mengajar. 45 Selain hal tersebut, anak akan mengalami hambatan aktivitas fisik seperti gangguan tidur, gangguan emosi, dan lain-lain. 43 Oleh karena itu, hubungan antara sekit perut berulang dan intelligence quotient (IQ) pada anak kompleks dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Seorang anak yang sedang berada pada usia sekolah, nyeri berulang dilaporkan menganggu kehidupan sosialnya. 46 Penelitian mengenai kualitas hidup pada anak/remaja yang menderita nyeri berulang umumnya menunjukkan tingginya gangguan kehidupan psikososial anak tersebut. 24,45 Seiring dengan tingginya angka ketidakhadiran di sekolah, gangguan emosi dan keterbatasan fisik yang dialami akibat nyeri berulang tersebut, 43 maka timbul suatu pemikiran apakah dengan keadaan remaja yang mengalami nyeri berulang dapat mempengaruhi intelligence quotient (IQ) seorang anak. 46 Sejauh ini telah diketahui bahwa ditemukan adanya hubungan yang erat antara nyeri kronis yang diderita oleh seorang anak usia sekolah/remaja dengan penampilannya/pencapaiannya di sekolah. 47 Dari 62 orang anak yang menderita sakit kronis dilakukan uji intelligence quotient (IQ) di pusat reumatologi dengan menggunakan uji standar Weschler Intelligence Scale for Children-Revised dan diperoleh tingkat IQ anak-anak tersebut pada level rata-rata. 39 Penelitian mengenai penampilan 37 orang anak di Jerman yang menderita nyeri kronis berupa migran menunjukkan bahwa penampilan anak-anak tersebut berada pada tingkat rata-rata di kelasnya masing-masing. 43 Dengan temuan ini, diketahui bahwa penampilan anak di sekolah yang dinilai berdasarkan tingkat intelligence quotient (IQ)nya sesungguhnya bukan satu-satunya faktor yang

17 mempengaruhi pencapaian anak di sekolah. 48,49,50 Anak usia sekolah yang menderita sakit perut berulang dapat mengalami hambatan di sekolah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. 37, Kerangka konseptual Watak, pola respon Tingkat intelligence quoient (IQ) Kebiasaan dan cara hidup Absensi tinggi Sakit perut berulang fungsional Depresi dan cemas Predisposisi somatik, disfungsi penyakit Fakor lingkungan Keterangan : Yang diamati dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi. Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi. Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 2.1.1.Gangguan Ansietas Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada anak dan remaja. Ansietas adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti pencernaan yang tidak baik.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti pencernaan yang tidak baik. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi dispepsia Dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti pencernaan yang tidak baik. Dispepsia mengacu pada nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas;

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ansietas 2.1.1. Definisi Kecemasan atau ansietas adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa tidak luput dari aktifitas yang tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. DEFINISI DISPEPSIA Istilah dispepsia berkaitan dengan makanan dan menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,

BAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah adanya perasaan nyeri dan tidak nyaman yang terjadi di bagian perut atas ditandai dengan rasa penuh, kembung, nyeri, beberapa gangguan mual-mual, perut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gizi 2.1.1 Pengertian Gizi dan Status Gizi Gizi menurut Supariasa (2011) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perubahan dalam kehidupan manusia dapat menimbulkan stress. Stress yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan yang erat kaitannya dengan pola hidup. Akibat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah kumpulan gejala penyakit saluran cerna bagian atas yang mengenai lebih dari 29% individu dalam suatu komunitas dan gejalanya bervariasi pada setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada praktek umum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1. Perumusan Masalah Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Diperkirakan bahwa hampir 30% kasus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh (begah) atau cepat kenyang, sendawa, rasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah istilah yang dipakai untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. Menurut Notoadmojo (2010) dalam penelitian cross sectional variabel sebab

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma dispepsia merupakan keluhan/kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut

Lebih terperinci

Pendekatan thd intelegensi. General factor specific factor

Pendekatan thd intelegensi. General factor specific factor Intelegensi Kemampuan kognitif yang dimiliki individu untuk Mempelajari pengalaman baru Menalar dengan baik Menyelesaikan masalah dengan efektif Seberapa baik seorang individu memanfaatkan kemampuan kognitif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi merupakan pencapaian akan usaha seseorang yang diperoleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi merupakan pencapaian akan usaha seseorang yang diperoleh 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar 2.1.1 Definisi Prestasi merupakan pencapaian akan usaha seseorang yang diperoleh melalui perbuatan belajar dapat berupa tingkah laku nyata dan perbuatan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan setiap manusia sejak mulai meninggalkan masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan setiap manusia sejak mulai meninggalkan masa kanak-kanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja menurut WHO merupakan masa transisi dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia sejak mulai meninggalkan masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada periode

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh,

Lebih terperinci

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor lainnya. Insidens ISK tertinggi terjadi pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012). BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (51 orang) adalah perempuan. Perempuan lebih mudah merasakan adanya serangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Angka kesakitan bayi menjadi indikator kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Konstipasi Konstipasi berasal dari bahasa Latin constipare yang berarti ramai bersama. 18 Konstipasi secara umum didefinisikan sebagai gangguan defekasi yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lambung merupakan organ yang vital bagi tubuh yang cukup rentan cidera atau terluka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja lambung adalah asupan makanan yang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) a. Pengertian MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulkus Peptikum 2.1.1 Definisi Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009). Ulkus peptikum

Lebih terperinci

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman : Revisi Halaman 1. Pengertian Skistosoma adalah salah satu penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh cacing trematoda dari genus schistosoma (blood fluke). 2. Tujuan Prosedur ini sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak

Lebih terperinci

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences

BAKAT & INTELEGENSI. 2 Kemampuan Mental. Individual Differences BAKAT & INTELEGENSI BAKAT INTELEGENSI 2 Kemampuan Mental I. INTELEGENSI Sejarah Intelegensi - Wundt (Jerman) - Galton (Inggris) - Cattel (AS) Melakukan tes thd anak, dgn soal yg mudah Individual Differences

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan

Lebih terperinci

SINDROMA DISPEPSIA. Dr.Hermadia SpPD

SINDROMA DISPEPSIA. Dr.Hermadia SpPD SINDROMA DISPEPSIA Dr.Hermadia SpPD Pendahuluan Dispepsia merupakan keluhan klinis yg sering dijumpai Menurut studi berbasis populasi tahun 2007 peningkatan prevalensi dispepsia fungsional dr 1,9% pd th

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :

LAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya : LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP MEDIK 1. DEFINISI Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yg ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengertian (Newman, 2006). Pengertian pensiun tidak hanya terbatas pada

BAB I PENDAHULUAN. pengertian (Newman, 2006). Pengertian pensiun tidak hanya terbatas pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pensiun merupakan salah satu konsep sosial yang memiliki beragam pengertian (Newman, 2006). Pengertian pensiun tidak hanya terbatas pada berhenti bekerja karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, cepat dan makan makanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B

ETIOLOGI : 1. Ada 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab: Virus Hepatitis A (HAV) Virus Hepatitis B (VHB) Virus Hepatitis C (CV) / Non A Non B HEPATITIS REJO PENGERTIAN: Hepatitis adalah inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan kimia ETIOLOGI : 1. Ada 5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada masa anak dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada masa anak dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi merupakan masalah yang sering terjadi pada masa anak dan dapat menimbulkan masalah serius. Konstipasi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perubahan konsistensi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi palsi serebral Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan dan bentuk tubuh, yang menyebabkan keterbatasan aktivitas fisik, gangguan tidak

Lebih terperinci

SAKIT PERUT PADA ANAK

SAKIT PERUT PADA ANAK SAKIT PERUT PADA ANAK Oleh dr Ruankha Bilommi Spesialis Bedah Anak Lebih dari 1/3 anak mengeluh sakit perut dan ini menyebabkan orang tua membawa ke dokter. Sakit perut pada anak bisa bersifat akut dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang sesungguhnya maupun potensi kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan kasus paling sering dilakukan pembedahaan pada anak, walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi keterlambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella thypi (S thypi). Pada masa inkubasi gejala awal penyakit tidak tampak, kemudian

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang memerlukan tindakan pembedahan. Diagnosis apendisitis akut merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan 0 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya berkembang dalam sisi psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahanperubahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia didefinisikan sebagai kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. (American Academy of Pediatrics, 2008). Penyebab demam pada pasien BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Kejang Demam adalah kejang pada anak sekitar usia 6 bulan sampai 6 tahun yang terjadi saat demam yang tidak terkait dengan kelainan intrakranial, gangguan metabolik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pencernaan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pada proses pencernaan, makanan yang dimakan oleh manusia dicerna sampai dapat diabsorpsi

Lebih terperinci

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir

Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir Intelegensi Intelegensi Pengertian intelegensi bermacam-macam dapat diartikan 1. Kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir 2. Kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru 3. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya tinja yang keras sehingga buang air besar menjadi jarang, sulit dan nyeri. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang menyebabkan kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan Alatas, 1985).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enuresis atau yang lebih kita kenal sehari-hari dengan istilah mengompol, sudah tidak terdengar asing bagi kita khususnya di kalangan orang tua yang sudah memiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DAN INTENSITAS SAKIT PERUT BERULANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DENGAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) TESIS

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DAN INTENSITAS SAKIT PERUT BERULANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DENGAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) TESIS HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DAN INTENSITAS SAKIT PERUT BERULANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DENGAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) TESIS Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 9 INTELIGENSI. Psikologi Umum By Hiryanto, M.si.

Pokok Bahasan 9 INTELIGENSI. Psikologi Umum By Hiryanto, M.si. Pokok Bahasan 9 INTELIGENSI Psikologi Umum Inteligensi Inteligensi dan kepribadian sebenarnya tidak dapat dipisahkan, dan inteligensi merupakan salah satu aspek dari kepribadian Inteligensi mempunyai sumbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia kronis didefinisikan

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi

3/22/2012. Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi Definisi Intelek : Kekuatan mental manusia dalam berpikir Kecakapan (terutama kecakapan berpikir) Pikiran dan intelegensi 1 Kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia merupakan gangguan nyeri dan rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan yang berpusat di abdomen bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut berupa nyeri epigastrium,

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Obstruksi usus atau illeus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi saluran cerna

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Tes Individu Tes Kelompok Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Tes Individu Tes yang diberikan

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA PENGERTIAN Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. (Mizieviez). ETIOLOGI 1. Faktor

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan komunikasi matematis Menurut Wardani (2008) matematika merupakan sebuah alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri perut pada Anak 2.1.1 Defenisi Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS) Apakah IBS itu? Irritable bowel syndrome (IBS), juga dikenal sebagai "kejang usus besar," adalah gangguan umum. Sementara kebanyakan orang mengalami masalah pencernaan

Lebih terperinci

Gastrointestinal Disorder in Infant Born with Small for Gestational Age

Gastrointestinal Disorder in Infant Born with Small for Gestational Age Gastrointestinal Disorder in Infant Born with Small for Gestational Age Prof. Dr. M. Juffrie, PhD, SpA (K) Untuk membicarakan mengenai gangguan sistem gastrointestinal pada bayi dengan small for gestational

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN PENELITIAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN Putri Wulansari*, Heni Apriyani** *Alumni Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Penyakit gastrointestinal

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat. American Hearth Association tahun 2013 melaporkan sekitar BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab paling sering kecacatan pada orang dewasa (Abubakar dan Isezuo, 2012). Stroke juga merupakan

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan untuk menumbuhkan rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup disiplin ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran, khususnya llmu Kesehatan Anak 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko terkena kanker. Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahap pertama pertanda kedewasaan atau pubertas pada anak perempuan yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan

Lebih terperinci