PENENTUAN KERUSAKAN UBI JALAR UNGU SECARA NON- DESTRUKTIF MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK GELOMBANG ULTRASONIK FAUZI RIZKI MZ

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN KERUSAKAN UBI JALAR UNGU SECARA NON- DESTRUKTIF MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK GELOMBANG ULTRASONIK FAUZI RIZKI MZ"

Transkripsi

1 PENENTUAN KERUSAKAN UBI JALAR UNGU SECARA NON- DESTRUKTIF MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK GELOMBANG ULTRASONIK FAUZI RIZKI MZ DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penentuan Kerusakan Ubi Jalar Ungu Secara Non-destruktif Menggunakan Karakteristik Gelombang Ultrasonik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor Bogor, Juni 2017 Fauzi Rizki MZ NIM F

4 ABSTRAK FAUZI RIZKI MZ. Penentuan Kerusakan Ubi Jalar Ungu Secara Non-destruktif Menggunakan Karakteristik Gelombang Ultrasonik. Dibimbing oleh SUTRISNO. Ubi ungu varietas ayamurasaki merupakan salah satu umbi-umbian yang mengandung antosianin dan banyak dimanfaatkan dalam industri pangan. Hama lanas (Cylas formicarius F) adalah hama utama ubi jalar yang umumnya menyerang bagian umbi saat budidaya ataupun saat penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik transmisi gelombang ultrasonik pada ubi ungu dan mengkaji hubungan karakteristik gelombang tersebut dengan kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas untuk pendugaan kerusakan ubi ungu secara nondestruktif. Sampel sebanyak 60 ubi ungu sehat dan 45 ubi ungu terserang hama lanas diperoleh dari petani daerah Ciampea Bogor. Sampel dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 2/3 bagian digunakan dalam penyusunan model dan 1/3 bagian untuk validasi model. Karakteristik gelombang ultrasonik pada ubi ungu yang baru dipanen diuji menggunakan sistem pengukuran gelombang ultrasonik dengan frekuensi 50 KHz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan dan Mo ubi ungu terserang hama lanas berturut-turut adalah ms -1 dan 19.43, sedangkan pada ubi ungu sehat adalah ms -1 dan Rata-rata koefisien atenuasi pada ubi ungu terserang hama lanas adalah Np/m, sedangkan pada ubi ungu sehat sebesar Np/m. Hasil analisis diskriminan dalam pembuatan model pendugaan kerusakaan ubi ungu akibat serangan hama lanas menggunakan karakteristik gelombang ultrasonik, diperoleh persamaan diskriminan linier untuk mengelompokkan ubi ungu sehat dan terserang hama lanas. Ketepatan pengelompokan cukup tinggi, yaitu sebesar % sehingga fungsi diskriminan yang dihasilkan dapat digunakan untuk mengelompokkan ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas. Kata kunci : analisis diskriminan, hama lanas, ubi ungu, ultrasonik ABSTRACT FAUZI RIZKI MZ. Determination the Damage of Purple Sweet Potatoes Non- Destructively Using Ultrasonic Wave Characterization. Supervised by SUTRISNO. Ayamurasaki variety of purple sweet potatoes is one of the tubers plant that containing anthocyanin and widely used in food industry. Sweetpotato weevil (Cylas formicarius F) are the serious pest of sweet potatoes that commonly infect tubers during cultivation or storage. This study aimed to analyze the ultrasonic wave characterization of purple sweet potatoes and analyze the relationship between its ultrasonic wave characteristiscs with damage of purple sweet potatoes caused by weevil attact to predict their damage non-destructively. Sixty of health and 45 of infected purple sweet potatoes provided as sample that directly provided from farmer in Ciampea, Bogor. Sample divided into 2 groups, the first group of 2/3 part were used in developing the model and second group of 1/3 part were used as validation model. Ultrasonic wave characterization of purple sweet potatoes that

5 harvested was tested using ultrasonic wave measurement apparatus with 50 KHz frequency. The result showed that the average wave velocity of infected purple sweet potatoes was ms -1 and Mo value was 19.45, while wave velocity of health purple sweet potatoes was ms -1 and Mo value was The average attenuation coefficient of infected purple sweet potatoes was Np/m, while in health purple sweet potatoes was Np/m. Result of discriminant analysis obtained a linear discriminant model that can distinctly separated of health and infected purple sweet potatoes. Accuracy of this grouping was highly enough, around 85.71%, so that the discriminant function can be used to grouping the health and infected purple sweet potatoes. Keywords: discriminant analysis, purple sweetpotato, sweetpotato weevil, ultrasonic

6

7 PENENTUAN KERUSAKAN UBI JALAR UNGU SECARA NON-DESTRUKTIF MENGGUNAKAN KARAKTERISTIK GELOMBANG ULTRASONIK FAUZI RIZKI MZ Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

8

9

10 PRAKATA Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Tema yang dipilih oleh Penulis dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2017 adalah pendugaan kerusakan ubi jalar secara non-destruktif dengan judul Penentuan Kerusakan Ubi Jalar Ungu Secara Non-destruktif Menggunakan Karakteristik Gelombang Ultrasonik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof Dr Ir Sutrisno, M Agr sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan sehingga tulisan ini dapat diselesaikan. Terima kasih Penulis ucapkan kepada staf dan dosen Teknik Mesin dan Biosistem, Staf laboratorium TPPHP, Novita MZ, Yudha Palastra, Waqif Augusta, Cristiyandi Hawino, Maman Setiawan, M. Iqbal Effendy dan teman-teman anggota Pakuan Squad yang ikut membantu pelaksanaan penelitan ini. Terima kasih Penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan keluarga yang terus memberikan semangat dan doa yang tidak pernah putus. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis hargai demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2017 Fauzi Rizki MZ

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Ruang Lingkup Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) 2 Kualitas Ubi Jalar 4 Hama Lanas (Clays formicarius Fabricius) 4 Gelombang Ultrasonik 5 Pemanfaatan Gelombang Ultrasonik pada Produk Pertanian 6 METODOLOGI 7 Waktu dan Tempat Penelitian 7 Bahan dan Alat 7 Prosedur Penelitian 8 Analisis Data 10 Pembuatan Model 12 Analisis Diskriminan 12 Validasi Model 13 HASIL DAN PEMBAHASAN 13 Kerusakan Ubi Jalar Ungu Akibat Serangan Lanas 13 Karakteristik Transmisi Gelombang Ultrasonik pada Ubi Ungu Varietas Ayamurasaki Sehat dan Terserang Hama Lanas 15 Model Pendugaan Batas Kerusakan Ubi ungu Menggunakan Karakteristik Gelombang ultrasonik 18 Validasi Model Pendugaan Kerusakan Ubi jalar Ungu Akibat Hama Lanas 20 Model Pendugaan Serangan Lanas Berdasarkan Kombinasi Karakteristik Gelombang Ultrasonik 23 SIMPULAN DAN SARAN 26 Simpulan 26 Saran 26 DAFTAR PUSTAKA 27 LAMPIRAN 30 RIWAYAT HIDUP 41

12 DAFTAR TABEL 1 Karakteristik ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki 3 2 Spesifikasi persyaratan khusus mutu ubi jalar 4 3 Interval nilai koefisien korelasi dan kekuatan hubungannya 11 4 Kesalahan klasifikasi diskriminan 13 5 Hasil sortasi ubi jalar ungu varietas ayamurasaki secara manual 14 6 Rata-rata kekerasan dan kadar air ubi ungu sehat dan terserang lanas 14 7 Rata-rata nilai karakteristik transmisi gelombang ultrasonik pada ubi ungu sehat dan terserang hama lanas 15 8 Persentase kesalahan pemilahan ubi ungu berdasarkan kecepatan gelombang 21 9 Persentase kesalahan pemilahan ubi ungu berdasarkan koefisien atenuasi gelombang ultrasonik Persentase kesalahan pemilahan ubi ungu berdasarkan Mo Uji multikolinieritas antar variabel penduga Hasil uji kesamaan matriks kovarian Hasil uji vektor rataan Kesalahan pengelompokan ubi ungu menggunakan analisis diskriminan berdasarkan karakteristik gelombang ultrasonik 26 DAFTAR GAMBAR 1 Bagan pengukuran karakteristik gelombang ultrasonik 8 2 Diagram alir prosedur penelitian 10 3 Ubi jalar ungu sehat (b) ubi jalar ungu terserang lanas 14 4 Sebaran kecepatan gelombang ultrasonik terhadap kekerasan ubi ungu sehat dan terserang hama lanas 16 5 Sebaran kecepatan gelombang ultrasonik terhadap kadar air ubi ungu sehat dan terserang hama lanas 16 6 Sebaran data koefisien atenuasi terhadap kekerasan pada ubi ungu sehat dan terserang hama lanas 17 7 Sebaran nilai Mo terhadap kekerasan ubi ungu sehat dan terserang hama lanas 18 8 Rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik pada ubi jalar ungu sehat dan ubi jalar ungu terserang hama lanas 18 9 Rata-rata koefisien atenuasi pada ubi jalar ungu sehat dan ubi jalar ungu terserang hama lanas Zero moment power pada ubi jalar ungu sehat dan ubi jalar ungu terserang hama lanas Validasi model pendugaan serangan hama lanas pada ubi ungu menggunakan cepat rambat gelombang ultrasonik Validasi koefisien atenuasi ubi ungu sehat dan terserang lanas Validasi model pendugaan kerusakan ubi ungu menggunakan Mo Plot kuartil khi-kuadrat uji normalitas multivariate Plot pengelompokan ubi ungu sehat dan ubi jalar ungu terserang hama lanas 25

13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Alat ukur gelombang ultrasonik, kadar air, kekerasan dan bahan 31 2 Perambatan gelombang ultrasonik 32 3 Model pendugaan kerusakan ubi jalar ungu akibat serangan hama lanas 33 4 Validasi model pendugaan kerusakan ungi ungu akibat serangan hama lanas 35 5 Uji statistika kadar air, kekerasan, dan sifat akustik gelombang ultrasonik pada ubi jalar ungu 36 6 Kodingan Zero Moment Power Menggunakan Program Matlab 37 7 Hasil pengolahan Mo menggunakan program Matlab 38 8 Analisis diskriminan 38

14

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ubi jalar merupakan salah satu dari tujuh komoditas utama tanaman pangan, meliputi padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar (Julita 2012). Ubi jalar memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, digunakan sebagai bahan pangan, pakan dan bahan baku industri. Terdapat berbagai jenis ubi jalar di Indonesia, seperti ubi putih, ubi kuning, ubi jingga dan ubi ungu. Masingmasing jenis ubi jalar tersebut memiliki perbedaan bentuk, ukuran, warna, daya simpan, komposisi kimia, sifat pengolahan dan umur panen (Apriliyanti 2010). Sifat fisikokimia ubi jalar meliputi penampakan fisik, kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar karbohidrat, serat dan lain sebagainya (Andriani 2016). Ubi ungu dapat tumbuh tanpa mengenal musim, memiliki umur tanam yang relatif pendek, produktivitas tinggi, serta dapat diolah menjadi berbagai jenis olahan makanan, sehingga layak dipertimbangkan dalam program diversifikasi pangan. Saat ini banyak dikembangkan pengolahan ubi ungu menjadi tepung, brownies, keripik, mie, puding dan lain sebagainya. Produktivitas dan kualitas dari ubi ungu berpengaruh terhadap produk turunan yang dihasilkan. Kualitas ubi jalar dipengaruhi oleh umur, jenis, varietas, kesuburan tanah, ketinggian tempat penanaman, iklim dan gangguan hama penyakit (Nonci 2005). Kendala utama dalam mempertahankan mutu ubi ungu sama dengan ubi jalar lainnya, yaitu serangan hama lanas atau Clay fomicarius Fabricus, yang menyerang umbi pada saat budidaya atau penyimpanan. Hama lanas atau dikenal dengan nama boleng menyerang bagian epidermis akar, batang dan permukaan luar umbi dengan cara membuat lubang gerekan, sehingga menghasilkan rasa yang pahit dan tidak dapat dikonsumsi (Nonci 2005). Serangan hama lanas juga mengakibatkan penurunan daya simpan dan daya tumbuh ubi jalar (Sutrisno 2016). Pendugaan serangan hama lanas pada ubi ungu penting dilakukan untuk mempertahankan mutu dan mencegah penularan serangan lanas saat transportasi atau penyimpanan, serta mempertahankan mutu dan kualitas produk olahan ubi ungu. Pemutuan ubi ungu umumnya dilakukan secara manual, yaitu dengan melihat permukaan luar umbi atau dilakukan secara destruktif dengan cara memotong kedua bagian ujung umbi. Pemutuan secara manual atau secara destruktif kurang tepat diterapkan pada produk pertanian karena meningkatkan susut produk, sehingga dibutuhkan pengujian mutu dan pendugaan kerusakan tanpa merusak bahan. Salah satu metode yang dapat diterapkan adalah penggunaan gelombang ultrasonik. Gelombang ultrasonik telah banyak digunakan dalam penanganan produk pertanian. Analisa pengujian secara non destruktif tidak akan merusak objek yang akan diuji dan dapat diterapkan dalam penentuan mutu buah-buahan (Haryanto et al 1999), seperti mendeteksi tingkat ketuaan belimbing manis (Efriyanti 2006), mengetahui sifat fisiko-kimia buah naga (Djamila 2010), pendugaan kerusakan buah mangga arumanis akibat lalat buah (Warji 2008), dan penggunaannya untuk menduga serangan hama lanas pada ubi cilembu (Sutrisno 2016). Nasution (2006) menyatakan bahwa gelombang ultrasonik memiliki daya tembus yang melebihi gelombang NIR dan biaya investasi yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan

16 2 gelombang sinar-x. Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa gelombang ultrasonik dapat digunakan untuk menduga kerusakan umbi, sehingga dirasa perlu untuk melakukan penelitian mengenai karakteristik gelombang ultrasonik dan hubungannya dengan kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas untuk menduga kerusakannya secara non-destruktif Perumusan Masalah Pendugaan kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas umumnya dilakukan secara visual dan destruktif. Pendugaan kerusakan secara visual menghasilkan sortasi yang tidak seragam dan pedugaan kerusakan secara destruktif menimbulkan losses yang tinggi dan berdampak pada kerugian. Permasalahan utama pada penelitian ini adalah pendugaan kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas tanpa merusak umbi berdasarkan karakteristik transmisi gelombang ultrasonik yang dilewatkan pada ubi ungu. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik transmisi gelombang ultrasonik pada ubi ungu dan mengkaji hubungan karakteristik gelombang tersebut dengan kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas untuk pendugaan kerusakan secara non-destruktif. Manfaat Penelitian Harapan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai model karakteristik gelombang ultrasonik pada ubi ungu varietas ayamurasaki sehat dan yang terserang hama lanas, sehingga dapat membantu pengembangan sortasi ubi ungu secara non-destruktif. Ruang Lingkup Penelitian Beberapa pembatasan permasalahan yaitu ubi ungu yang digunakan adalah varietas ayamurasaki sehat dan terserang hama lanas sebanyak 105 sampel dan pengukuran menggunakan transducer berbentuk tabung dan ujung berbentuk lancip dengan frekuensi yang dipancarkan sebesar 50 khz. TINJAUAN PUSTAKA Ubi Jalar Ungu (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu komoditas umbiumbian, yaitu umbi dari tanaman ubi jalar dalam keadaan utuh, segar, bersih dan

17 aman dikonsumsi serta bebas dari organisme pengganggu tumbuhan (SNI ). Ubi jalar merupakan tanaman berumur pendek yang tumbuh optimum di daerah tropis yang bersuhu rata-rata 27 C dengan lama penyinaran jam/hari (Asmara 2014), dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan dapat ditanam sepanjang tahun (Amalia 2010). Ubi jalar dibudidayakan hampir di seluruh provinsi di Indonesia, dengan daerah sentra produksi meliputi Jawa Barat, Papua dan Sumatra Barat. Menurut Apriliyanti (2010), kedudukan taksonomi ubi jalar ungu adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatpohyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Tubiflorae Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea Spesies : Ipomoea batatas L. Ubi jalar merupakan tanaman pangan yang kaya karbohidrat, sumber vitamin A, vitamin C, thiamin (B1), riboflavin (B2), zat besi, fospor, kalsium, natrium dan serat (Juarsa 2007, Nurpitriani 2015). Ubi jalar juga memiliki kandungan gula dan amilosa yang menyebabkan rasa manis dan lunak (Virman 2016). Ubi ungu (Ipomea batatas L. var Ayamurasaki) merupakan salah satu jenis ubi jalar dari varietas introduksi, berwarna ungu mulai dari kulit hingga ke seluruh bagian umbinya (Apriliyanti 2010), serta memiliki produktivitas yang tinggi (20-25 ton/ha) dibanding ubi jalar lokal seperti gunung kawi dan samarinda dengan produktivitas ton/ha (Yudiono 2011). Karakteristik ubi ungu varietas Ayamurasaki ditunjukkan pada Tabel 1, perhitungan berdasarkan basis kering kecuali kadar air. Tabel 1 Karakteristik ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki Komponen Kadar (%) Komponen Kadar (%) Air Abu Protein Lemak Karbohidrat (by difference) Serat Kasar Sumber: Asmara (2014) 8.52 Hemiselulosa Selulosa Lignin Pati Amilosa Gula Total Gula Pereduksi Antosianin mg/100g Apriliyanti (2010) menambahkan ubi ungu juga mengandung antosianin, bagian dari senyawa fenol yang tergolong flavonoid, yang dapat digunakan sebagai pewarna alami. Antosianin berperan dalam mencegah terjadinya penuaan, penurunan daya ingat dan kepikunan, polip, asam lambung, penyakit jantung koroner, penyakit kanker dan penyakit degeneratif seperti arterosklerosis (Rosmania 2013).

18 4 Kualitas Ubi Jalar Standarisasi mutu merupakan suatu persyaratan atau spesifikasi teknis tentang mutu suatu komoditas dan sangat dibutuhkan terutama dalam proses perdagangan. Standar mutu ubi jalar di Indonesia ditetapkan berdasarkan SNI No yang terbagi menjadi dua yaitu persyaratan umum dan persyaratan khusus. Ubi jalar dapat digolongkan ke dalam tiga kelas mutu, yaitu mutu I, II, dan III. Syarat umum mutu ubi jalar adalah tidak boleh memiliki bau asing, bebas dari hama penyakit, bebas dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida, memiliki keseragaman warna, bentuk, ukuran, mencapai masak fisiologis optimal, serta harus dalam kondisi bersih. Syarat khusus ubi jalar ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimia ubi jalar yang meliputi berat umbi, kerusakan, kadar air, kadar serat dan kadar pati. Spesifikasi persyaratan khusus ubi jalar ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Spesifikasi persyaratan khusus mutu ubi jalar No Komponen mutu Mutu I II II 1 Berat umbi (gram/umbi) > Umbi cacat (per 50 biji) maks Tidak ada 3 biji 5 biji 3 Kadar air (% b/b, min) Kadar serat (% b/b, maks) >3.0 5 Kadar pati (% b/b, min) Sumber: SNI nomor Hama Lanas (Clays formicarius Fabricius) Hama lanas (Clays formicarius F) adalah kumbang penggerek yang paling merusak tanaman ubi jalar, baik pada saat budidaya, penyimpanan dan di tempat karantina. Hama lanas merusak bagian umbi, batang dan akar tanaman, dan serangan umumnya terjadi ketika umbi berumur 4 bulan atau lebih, serta sangat berpotensi menurunkan nilai ekonomi akibat kerusakannya (Pinontoan 2011). Hama lanas memerlukan waktu 1-2 bulan atau secara umum hari untuk siklus hidupnya yang meliputi fase telur, larva, pupa dan imago (Capinera 2014). Serangan hama lanas biasanya dimulai ketika Imago (lanas dewasa) berukuran mm merusak ubi jalar dari bagian epidermis luar dan mulai bertelur. Imago terlihat seperti semut, memiliki kepala berwarna hitam, dada dan kaki berwarna coklat kemerahan, sayap depan dan abdomen berwarna biru metalik, serta dilengkapi dengan antena. Imago betina menghasilkan 2-4 telur/hari atau butir selama hidupnya (30 hari) dengan ukuran 0.7 mm x 0.5 mm dan berwarna putih. Fase telur biasanya adalah 5-6 hari pada cuaca panas atau hari di cuaca dingin. Setelah menetas, larva berwarna putih tanpa kaki dapat langsung masuk ke dalam umbi dan membuat lubang gerekan. Larva kemudian menjadi pupa dengan ukuran sekitar 6.5 mm, yang pada awalnya berwarna putih, kemudian berubah keabuan dengan mata dan kaki yang berwarna lebih gelap (Capinera 2014). Pupa akan berubah menjadi imago dan keluar dari umbi (Nonci 2005).

19 5 Gelombang Ultrasonik Menurut Gooberman (1968) dan Cracnel (1980) dalam Haryanto (2002), gelombang ultrasonik merupakan gelombang elastik yang memiliki frekuensi lebih dari 20 khz sehingga tidak dapat didengar oleh manusia. Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik yang memerlukan medium perantara dalam perambatannya, baik cairan, gas, padat, atau semi padat cair, sehingga tidak mungkin untuk merambat pada ruang hampa. Gelombang ultrasonik dapat diabsorbsi, direfleksikan, ditransmisikan, atau direfraksikan dan terjadi karena adanya gangguan kesetimbangan dalam suatu sistem (Sutrisno 2016). Aplikasi gelombang ultrasonik yaitu dengan mengamati sifat akustik gelombang yang dirambatkan pada medium (Haryanto 2002), seperti transmisi gelombang, atenuasi, zero moment power (Mo), dan kecepatan gelombang. Pemanfaatan gelombang ultrasonik untuk produk pertanian biasanya pada intensitas rendah, yaitu sekitar 1-10 MHz agar tidak menyebabkan kerusakan produk (Hamzah 2013). Kecepatan Gelombang Ultrasonik Kecepatan rambat gelombang ultrasonik menunjukkan ukuran jarak yang ditempuh gelombang dalam satuan waktu tertentu. Nilainya berbeda pada medium perambatan yang berbeda, lebih baik pada medium padat dibandingkan dengan medium gas atau cair (Hamzah 2013). Secara umum kecepatan gelombang ultrasonik dipengaruhi oleh densitas, elastisitas dan poison rasio (Edwin 2010). Pengukuran kecepatan gelombang ultrasonik pada berbagai produk pertanian telah banyak dilakukan untuk penentuan tingkat kematangan ataupun pendugaan kerusakan. Kecepatan gelombang ultrasonik dapat ditentukan dengan menggunakan rumus kecepatan gelombang suara yang melalui sebuah medium (Sitompul 2011). Koefisien Atenuasi Koefisien atenuasi menunjukkan besarnya kehilangan energi pada gelombang ultrasonik setelah melewati medium yang besarnya dipengaruhi oleh jenis medium yang dilalui. Penyebab terjadinya kehilangan energi adalah terjadinya absorsi dan peristiwa-peristiwa lain gelombang seperti pemantulan, pembiasan, difraksi dan hamburan oleh medium. Koefisien atenuasi diukur dengan mengamati penurunan amplitudo dari gelombang setelah melewati medium dan dapat digambarkan sebagai fungsi dari jarak yang ditempuh oleh gelombang (Haryanto 2002). Koefisien atenuasi dapat diketahui menggunakan pengkonversi tegangan sinyal yang dikirim dan diterima setelah menempuh jarak tertentu (Efriyanti 2006). Menurut Nasution (2006), besarnya koefisien atenuasi berbanding terbalik dengan kecepatan gelombang. Semakin banyak jenis zat yang terkandung dalam buah, maka semakin banyak interaksi-interaksi gelombang sehingga nilai koefisien atenuasi semakin besar (Sitompul 2011). Menurut Efriyanti (2006) koefisien atenuasi pada belimbing berbanding lurus dengan tingkat kekerasan dan total asam buah, serta berbanding terbalik dengan total padatan terlarut belimbing. Menurut Mizrach et al (1989) dalam Soeseno (2007), besarnya atenuasi gelombang ultrasonik dapat dihitung berdasarkan Persamaan 1.

20 6 Dimana : A0 Ax x α α = 1 A0 [ln ] x Ax = Amplitudo mula-mula (volt) = Amplitudo setelah menempuh jarak x (volt) = Jarak yang ditempuh gelombang (m) = Koefisien atenuasi (Np/m) (1) Zero Moment Power (Mo) Nilai zero moment power (Mo) berfungsi untuk mengetahui besarnya jumlah energi yang ditransmisikan pada bahan atau medium yang dirambatkan gelombang (Sutrisno 2016). Terdapat hubungan antara koefisien atenuasi dengan besarnya nilai Mo (Persamaan 2). Dimana : M00 M0x x α α = 1 M0o [ln ] x M0x = moment spectral density mula-mula = moment spectral density setelah melewati jarak x = Jarak yang ditempuh gelombang (m) = Koefisien atenuasi (Np/m) (2) Mo dapat diketahui dari hasil pengukuran gelombang ultrasonik, berupa hubungan antara amplitudo dan waktu (Sitompul 2011). Mo merupakan luasan di bawah power spectral density, yang besarnya dapat diketahui dengan melakukan Fast Fourier Transform (FFT) menggunakan program Matlab berupa hubungan amplitudo dan waktu menjadi hubungan antara power spectral density dengan frekuensi (Sutrisno 2016). Pemanfaatan Gelombang Ultrasonik pada Produk Pertanian Pemanfaatan gelombang ultrasonik pada produk pertanian telah banyak dilakukan. Penggunaan gelombang ultrasonik untuk memantau pematangan tomat selama penyimpanan berhasil diaplikasikan menggunakan probe ultrasonik yang mengalami kontak langsung dengan kulit buah (Mizrach 2007). Efriyanti (2006) menduga tingkat ketuaan belimbing manis dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan linier antara parameter akustik gelombang ultrasonik dengan tingkat ketuaan buah. Semakin tua buah belimbing manis menyebabkan total padatan terlarut (TPT) semakin meningkat dan kekerasan buah menurun. Buah yang semakin tua memiliki kecepatan gelombang yang semakin tinggi, koefisien atenuasi dan zero moment power yang semakin menurun. Hasil penelitian Luketsi (2016) menyatakan bahwa kekerasan buah nanas semakin menurun dengan bertambahnya tingkat ketuaan sehingga kecepatan gelombang ultrasonik menurun dan koefisien atenuasi meningkat. Sifat akustik dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan durian namun tidak menunjukkan perbedaan nyata antara durian peraman dan durian bukan peraman. Semakin tua buah durian menyebabkan kekerasan buah semakin menurun dengan kecepatan yang cenderung mengecil dan koefisien atenuasi yang

21 semakin meningkat (Haryanto 2002). Semakin meningkatnya kekerasan buah manggis, maka kecepatan gelombang ultrasonik semakin rendah dan peningkatan TPT buah manggis sejalan dengan peningkatan kecepatan gelombang ultrasonik (Juansah 2005). Sitompul (2011) menyebutkan bahwa mentimun jepang dengan kekerasan yang tinggi memiliki kecepatan gelombang yang semakin meningkat. Hansen (1992) melakukan pemeriksaan pada ubi jalar yang diinvestasikan hama lanas dan tidak diinvestasikan hama lanas menggunakan radiografi dan ultrasonik dengan transducer 5.0 dan 7.5 MHz. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa struktur internal ubi jalar tidak dapat diobservasi pada frekuensi yang digunakan karena gelombang ultrasonik tidak dapat menembus umbi. Lyeol et al (1991) melakukan evaluasi pada kentang normal dan kentang rusak menggunakan sifat akustik gelombang ultrasonik pada frekuensi 50 khz sampai 1 MHz. Rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik pada kentang segar normal adalah 824 m/s dengan sebaran data yang tinggi, dan koefisien atenuasi pada kentang cacat lebih tinggi dibanding kentang normal. Sutrisno (2016) mendeteksi kerusakan ubi cilembu akibat serangan hama lanas dan menyimpulkan bahwa ubi cilembu yang terserang lanas memiliki rata-rata kecepatan gelombang yang lebih tinggi, koefisien atenuasi lebih rendah dan Mo yang lebih tinggi dibandingkan dengan ubi cilembu sehat. Hasbullah et al. (2009) menduga kerusakan serangan lalat buah pada mangga arumanis dan menyimpulkan bahwa hanya koefisien atenuasi dan Mo yang dapat digunakan untuk menduga kerusakan mangga arumanis akibat serangan lalat buah. Mangga yang terserang lalat buah memiliki nilai koefisien atenuasi lebih besar dari Np/m dan nilai Mo yang lebih kecil dari Juansah (2005) menambahkan, sortasi buah manggis menggunakan karakteristik gelombang ultrasonik dengan frekuensi 50 KHz menunjukkan bahwa nilai kecepatan gelombang ultrasonik manggis dengan kondisi rusak pada bagian dalam lebih besar dari mm/µs, sedangkan manggis dengan kondisi baik memiliki kecepatan kurang dari mm/µs. Sementara itu, nilai koefisien atenuasi dan Mo untuk buah manggis rusak pada bagian dalam dan buah manggis sehat sulit dibedakan. 7 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2017 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah ubi ungu varietas Ayamurasaki yang diperoleh dari petani di daerah Ciampea Bogor, yang dikelompokkan menjadi ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas. Pengelompokan ubi terserang lanas dilakukan secara manual dengan memperhatikan ciri fisik serangan lanas pada ubi jalar ungu yang dibantu oleh petani (Lampiran 1).

22 8 Peralatan yang digunakan untuk pengukuran gelombang ultrasonik terdiri dari transducer pemancar dan transducer penerima gelombang ultrasonik dengan ujung lancip tipe Krautkramer Ko 5S yang terbuat dari bahan piezoelektrik dengan frekuensi 50 khz, dudukan transducer yang dilengkapi dengan pengukuran ketebalan sampel, ultrasonik transmitter, digital oscilloscope tipe ETC M621 dan personal computer untuk menyimpan data gelombang ultrasonik yang telah diukur (Gambar 1). Personal computer Digital Oscilloscope Ultrasonic tester Transmitter Gambar 1 Bagan pengukuran karakteristik gelombang ultrasonik Peralatan lain yang digunakan adalah oven dengan pengaturan suhu 105 C untuk menentukan kadar air bahan, rheometer merk Sun Rheo Meter tipe CR 300 DX-L dengan probe silinder berdiameter 5 mm untuk menentukan kekerasan ubi ungu, jangka sorong, timbangan digital merk Mettler dan timbangan analitik merk Ohaus sebagai alat ukur berat (Lampiran 1). bi Receiver Prosedur Penelitian Persiapan Sampel Penelitian Sampel yang digunakan adalah ubi ungu varietas ayamurasaki sebanyak 105 umbi yang dipanen sekitar 3.5 bulan setelah tanam. Sampel dikelompokan menjadi 60 umbi sehat dan 45 umbi terserang lanas. Sortasi dilakukan secara manual dengan melihat kulit umbi. Penentuan jumlah sampel ditentukan berdasarkan pembuatan model yang cukup baik pada penelitian sebelumnya mengenai deteksi kerusakan ubi cilembu akibat hama lanas menggunakan ultrasonik oleh Sutrisno (2016). Sebanyak 2/3 bagian (40 ubi ungu sehat dan 30 ubi ungu terserang lanas) digunakan untuk pembuatan model dan 1/3 bagian (20 ubi ungu sehat dan 15 ubi ungu terserang lanas) digunakan sebagai validasi model. Pengukuran Karakteristik Transmisi Gelombang Ultrasonik Pengukuran karakteristik gelombang ultrasonik dilakukan untuk memperoleh kecepatan gelombang, koefisien atenuasi dan Mo dari gelombang ultrasonik yang melewati bahan. Karakteristik gelombang ultrasonik diukur pada bagian pangkal, tengah dan ujung ubi jalar dengan kondisi transducer yang menempel pada kulit ubi ungu secara langsung. Menurut Luketsi (2016), signal gelombang ultrasonik dari ultasonic tester dikuatkan dan dikirim ke transmitter untuk merubah energi listrik dari gelombang ultrasonik menjadi getaran mekanik

23 dalam bentuk energi suara. Transmitter membangkitkan dan mengeluarkan signal gelombang ultrasonik dengan frekuensi 50 KHz, yang ditransmisiskan melalui ubi ungu. Energi yang telah melewati ubi ungu diterima oleh receiver yang berfungsi mengubah energi mekanik menjadi energi listrik dan diteruskan menuju ultrasonic tester. Energi dari gelombang ultrasonik dikuatkan kembali oleh ultrasonic tester dan diteruskan menuju digital oscilloscope untuk mengubah data analog menjadi data digital yang akan ditampilkan pada monitor komputer. Pengaturan digital oscilloscope yang digunakan selama pengambilan data karakteristik gelombang ultrasonik pada ubi ungu akan mempengaruhi jumlah data yang dihasilkan. Sweep yang digunakan adalah 1:16 dengan data sampel setiap pengukuran sebanyak 2048 data. Time base yang digunakan adalah 400 μs/div, dengan sampling rate sebesar 512 KHz. Perambatan gelombang ultrasonik pada medium udara, ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas ditampilkan pada Lampiran 2. Pengecekan Serangan Hama Lanas Secara Destruktif Pengecekan secara destruktif dilakukan dengan cara mengupas dan membelah ubi ungu menggunakan pisau untuk melihat serangan lanas berupa bintik hitam, larva, atau imago. Pengukuran Kekerasan Pengukuran tingkat kekerasan ubi ungu dilakukan menggunakan rheometer merk Sun Rheo Meter tipe CR 300 DX-L yang diatur pada kondisi mode: 1, R/H (hold): 9.99 kg, P/T (press): 10 mm/m dan Max 10 kg. Kekerasan diukur pada bagian pangkal, tengah dan ujung menggunakan probe berdiameter 5 mm. Pengukuran Kadar Air Pengukuran kadar air dilakukan secara gravimetri dengan menguapkan air dari bahan dan ditimbang. Daging umbi pada bagian pangkal, tengah dan ujung dicampur sekitar 10 gram dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 105 C hingga berat akhir bahan konstan. Menurut SNI ubi jalar perlu dioven selama 3 jam dengan suhu C, namun pada penelitian ini ubi ungu dioven hingga berat sampel akhir konstan, yaitu sekitar 28 jam. Diagram alir penelitian ditampilkan pada Gambar 2. 9

24 10 Mulai Ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang lanas Pengambilan data gelombang ultrasonik Data kecepatan gelombang, koefisien atenuasi dan zero moment power Pengambilan data kekerasan ubi ungu Data kekerasan ubi lanas Pengecekan kerusakan ubi secara destruktif Data kerusakan akibat lanas Pengambilan data kadar air ubi ungu Data kadar air ubi ungu Hubungan antar parameter Pendugaan kerusakan ubi ungu akibat hama lanas menggunakan gelombang ultrasonik selesai Gambar 2 Diagram alir prosedur penelitian Analisis Data Kecepatan gelombang ultrasonik ditentukan dengan mencari waktu tempuh, dengan mengetahui selisih pulsa listrik dari rangkaian pengirim dan rangkaian penerima (Sitompul 2011). Koefisien atenuasi dihitung dengan cara mengkonversi tegangan sinyal yang dikirim dan diterima setelah menempuh jarak tertentu menjadi grafik gelombang untuk menentukan amplitudo gelombang (Sutrisno 2016). Zero moment power merupakan luasan dibawah PSD (power spectral density). Power spectral density diperoleh dari transmisi gelombang ultrasonik berupa hubungan antara amplitudo dan waktu yang ditransformasikan menggunakan FFT (Fast Fourier Transform) dengan program Matlab.

25 Hubungan karakterisitik gelombang ultrasonik dengan kekerasan dan kadar air perlu diketahui untuk menduga kerusakan ubi ungu akibat hama lanas. Hubungan tersebut dianalisis menggunakan regresi sederhana untuk melihat nilai koefisien korelasi antar parameter tersebut. Interval nilai koefisien korelasi dan kekuatan hubungannya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Interval nilai koefisien korelasi dan kekuatan hubungannya No Interval nilai Kekuatan hubungan 1 KK = 0.00 Tidak ada < KK 0.20 Sangat rendah atau lemah sekali < KK 0.40 Rendah atau lemah, tapi pasti < KK 0.70 Cukup berarti atau sedang < KK 0.90 Tinggi atau kuat < KK 1.00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan 7 KK = 1.00 Sempurna Sumber : Misbahuddin dan hasan (2013) dalam Putra (2016) 11 Kecepatan Gelombang Ultrasonik Penentuan waktu tempuh gelombang ultrasonik melewati ubi ungu digunakan untuk menentukan kecepatan gelombang. Kecepatan gelombang ultrasonik dianalisis menggunakan data keluaran digital oscilloscope. Menurut Sutrino (2016) kecepatan gelombang ultrasonik diperoleh dari kalibrasi pengukuran kecepatan gelombang ultrasonik sebenarnya di udara, yaitu 340 ms -1. Kecepatan gelombang ultrasonik dihitung menggunakan Persamaan 3 dan 4. νu = s t V = νu.c (3) (4) Dimana : V = kecepatan sebenarnya gelombang ultrasonik (ms -1 ), νu = gelombang ultrasonik terukur (ms -1 ), s = diameter ubi atau jarak transmiter dan receiver (m) t = waktu tempuh gelombang ultrasonik (s) c = konstanta. Koefisien Atenuasi Koefisien atenuasi atau koefisien absorbsi merupakan parameter untuk menyatakan besarnya penyerapan energi selama perambatan gelombang ultrasonik pada media ubi ungu. Besarnya nilai koefisien atenuasi dihitung menggunakan Persamaan 1. Koefisien atenuasi dihitung dengan mengkonversi tegangan sinyal yang dikirim dan yang diterima setelah menempuh jarak tertentu menjadi grafik gelombang untuk menentukan amplitudo gelombang.

26 12 Zero Moment Power (Mo) Hubungan antara power spectral density dan frekuensi diperoleh dari transformasi hubungan amplitudo dan waktu menggunakan FFT (Fast Fourier Transform) dengan program Matlab. Pembuatan Model Pembuatan model disusun berdasarkan hubungan karakteristik gelombang ultrasonik dengan kondisi ubi ungu. Pembuatan model pendugaan kerusakan ubi ungu akibat hama lanas ditentukan dengan menghitung nilai tengah antara rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik, koefisien atenuasi dan zero moment power pada ubi sehat dan terserang lanas. Berdasarkan nilai tengah tersebut ditentukan batas kecepatan, koefisien atenuasi dan Mo untuk pengelompokan ubi ungu sehat dan terserang hama lanas. Pendugaan serangan hama lanas berdasarkan kombinasi karakteristik gelombang ultrasonik dilakukan apabila model persamaan yang dibangun dari masing-masing parameter karakteristik gelombang ultrasonik memiliki hasil yang baik untuk menduga kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas. Pembuatan model dilakukan dengan analisis diskriminan untuk mengklasifikasikan suatu individu atau observasi ke dalam kelompok yang saling bebas dan menyeluruh berdasarkan sejumlah variabel penjelas. Analisis Diskriminan Analisis diskriminan merupakan suatu teknik statistik yang bisa digunakan pada hubungan antar variabel yang telah diketahui variabel respon dan dan variabel penjelasnya. Analisis diskriminan bertujuan untuk menentukan apakah ada perbedaan nyata antara beberapa karakteristik yang diteliti dalam membedakan dua atau lebih kelompok, menentukan variabel bebas yang memberikan kontribusi penting dalam membedakan nilai rata-rata diskriminan dari dua atau lebih kelompok dan mengelompokkan data kedalam dua atau lebih kelompok berdasarkan karakteristik yang diteliti. Variabel penjelas untuk analisis diskriminan harus mengikuti distribusi normal, matriks variant-covariant variabel penjelas pada kedua kelompok harus sama, dan variabel responnya fixed. Model dasar analisis diskriminan dilambangkan dengan lambang d. Model analisis diskriminan linier dari berbagai variabel independen ditunjukkan pada Persamaan 5. d = b0 + b1x1 + b2x2 + b3x bnxn Dimana : d = skor diskriminan b = koefisien diskriminan atau bobot (0, 1, 2,, n) x = prediktor atau variabel independen (1, 2, 3,, n) (5) Prosedur analisis diskriminan dimulai dari uji normal multivariat untuk pengujian signifikansi dari variabel diskriminan yang kemudian dilanjutkan dengan

27 uji kesamaan matriks varian-covariant. Jika uji kesamaan matriks varian-kovarian tidak terpenuhi maka dapat digunakan fungsi diskriminan kuadratik. Pengujian nilai vektor rataan antar kelompok dapat dilakukan dengan menguji hipotesis menggunakan analisis variansi multivariate (MANOVA) dengan uji statistik yang dapat digunakan seperti: Pillai s Trace, Wilk s Lambda, Hotelling s Trace dan Roy s Largest Root. 13 Validasi Model Validasi model bertujuan untuk menguji ketepatan persamaan model yang telah dibangun dengan cara menghitung tingkat keberhasilan pemilihan ubi ungu. Parameter untuk menentukan kecocokan model adalah tingkat keberhasilan pemilahan. Semakin besar tingkat keberhasilan pemilahan maka model yang dibentuk semakin valid. Tingkat kesalahan pemilahan dihitung menggunakan matrik confussion atau tabel kesalahan pemilahan dengan metode apparent error rate (APER) (Tabel 4). Keanggotaan aktual Tabel 4 Kesalahan klasifikasi diskriminan Keanggotaan prediksi π1 π2 Jumlah π1 n1c n1m = n1 n1c n1 π2 n2m = n2 n2c n2c n2 Sumber : Agusta (2016) Nilai APER dihitung menggunakan Persamaan 6. APER = n 1M + n 2M n 1 + n 2 (6) Dimana n1 dan n2 adalah banyaknya sampel pada masing-masing kelompok dan nm adalah jumlah kesalahan pemilahan pada masing-masing kelompok sampel. HASIL DAN PEMBAHASAN Kerusakan Ubi Jalar Ungu Akibat Serangan Lanas Pengelompokan ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas berdasarkan ciri fisik umbi masih cukup sulit dilakukan secara akurat. Hasil pengujian pada 45 sampel ubi ungu yang digolongkan ke dalam kelompok lanas menunjukkan semua ubi ungu tersebut memiliki bintik hitam pada permukaan kulitnya, 30 umbi diantaranya memiliki lubang gerekan dan pada 16 umbi terdapat larva hama lanas, sedangkan pada 60 sampel ubi ungu sehat yang telah disimpan selama 1 minggu pada suhu ruang, terdapat 3 ubi ungu yang memiliki lubang gerekan pada daging umbinya (Tabel 5).

28 14 Tabel 5 Hasil sortasi ubi jalar ungu varietas ayamurasaki secara manual Ubi jalar ungu Sampel ubi sehat Sampel ubi lanas Bintik hitam di permukaan 0 45 Lubang Gerekan 3 30 Larva hama lanas 0 16 Sehat 57 0 Hama lanas dewasa pada umumnya menyerang bagian epidermis umbi dan membuat lubang untuk meletakkan telurnya. Telur kemudian menetas menjadi larva dan membuat lubang gerekan di dalam daging umbi sebelum berubah menjadi pupa dan imago (Gambar 3). Ubi ungu merespon serangan hama lanas dengan cara menghasilkan senyawa terpena beracun yang menyebabkan umbi tidak dapat dikonsumsi walaupun pada konsentrasi dan kerusakan fisik yang rendah. Bagian dalam umbi yang dimakan menyebabkan terjadinya malformation (pertumbuhan jaringan atau organ yang tidak normal), penebalan dan retakan (Ames 1997). (a) (b) Gambar 3 Ubi jalar ungu sehat (b) ubi jalar ungu terserang lanas Kadar air dan kekerasan pada ubi ungu varietas ayamurasaki yang terserang hama lanas lebih tinggi dibanding kadar air dan kekerasan pada ubi sehat. Kekerasan pada ubi ungu terserang lanas sekitar kgf/cm 2 sampai kgf/cm 2, sedangkan pada ubi ungu sehat sekitar kgf/cm 2 sampai kgf/cm 2. Kadar air ubi ungu terserang lanas sekitar % sampai % basis basah, sedangkan kadar air pada ubi ungu sehat sekitar 58.65% sampai % basis basah. Kekerasan dan kadar air ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang lanas dapat dilihat pada Tabel 6, Lampiran 3 dan 4. Tabel 6 Rata-rata kekerasan dan kadar air ubi ungu sehat dan terserang lanas Karakteristik Ubi sehat Ubi lanas Kekerasan (kgf/cm 2 ) a ± b ±3.40 Kadar air (%) a ± b ±2.98 Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%. Kekerasan dan kadar air sampel terdistribusi secara normal dan homogen serta memiliki perbedaan yang signifikan antara ubi ungu sehat dan ubi ungu

29 terserang hama lanas pada taraf uji 5%. Analisis uji normalitas dan homogenitas pada kadar air dan kekerasan ubi ungu ditampilkan pada Lampiran 5. Kekerasan yang lebih tinggi disebabkan oleh respon ubi jalar terhadap serangan hama lanas dengan cara mengeluarkan senyawa terpena beracun, bagian daging umbi yang dimakan oleh hama lanas akan mengalami pertumbuhan jaringan yang tidak normal, mengalami penebalan atau retak (Ames 1997). Menurut Sutrisno (2016) lubang gerekan yang terbentuk akibat serangan hama lanas akan mengering dan menyebabkan terjadinya penurunan elastisitas jaringan pada umbi. Namun, jika serangan hama lanas terus terjadi, umbi akan menjadi busuk, sehingga kadar air meningkat. 15 Karakteristik Transmisi Gelombang Ultrasonik pada Ubi Ungu Varietas Ayamurasaki Sehat dan Terserang Hama Lanas Sifat akustik gelombang ultrasonik yang digunakan untuk menduga kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas adalah kecepatan gelombang, koefisien atenuasi dan zero moment power. Sifat gelombang tersebut umum digunakan dalam penentuan mutu produk pertanian karena dipengaruhi oleh medium yang dilewatinya, serta bersifat tidak merusak medium yang dilewatinya. Berdasarkan pengukuran sifat akustik gelombang pada ubi ungu sehat dan terserang hama lanas, diperoleh nilai kecepatan gelombang ultrasonik dan Mo lebih rendah pada ubi ungu sehat dibandingkan dengan yang terserang hama lanas, sedangkan koefisien atenuasi pada ubi ungu sehat lebih tinggi dibandingkan dengan yang terserang hama lanas (Tabel 7). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dengan taraf kepercayaan 95% (Lampiran 5), menunjukkan bahwa kecepatan, koefisien atenuasi, dan Mo memiliki p-value < α (0.05), dengan nilai berturut-turut 0.000, , dan Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata sifat akustik gelombang ubi ungu sehat dan terserang hama lanas. Tabel 7 Rata-rata nilai karakteristik transmisi gelombang ultrasonik pada ubi ungu sehat dan terserang hama lanas Karakteristik Ubi sehat Ubi lanas Kecepatan gelombang (m/s) a ± b ±5.50 Koefisien atenuasi (Np/m) a ± b ±4.70 Zero moment power a ± b ±2.80 Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%. Kecepatan gelombang ultrasonik dipengaruhi oleh susunan internal dan modulus elastisistas bahan. Sesuai dengan pernyataan Luketsi (2016), Haryanto (2002), Juansah (2005) dan Sitompul (2011) yang menyatakan bahwa kekerasan bahan akan berbanding lurus dengan kecepatannya, kecepatan ubi ungu terkena lanas juga lebih tinggi dibanding ubi sehat. Hal ini dikarenakan kekerasan yang juga lebih tinggi akibat adanya respon dari ubi ungu terhadap serangan lanas yang menyebabkan penebalan jaringan. Hasil pengukuran menunjukkan sebaran nilai kecepatan gelombang ultrasonik cenderung mengelompok sesuai dengan kondisi

30 16 daging umbi. Ubi ungu terserang hama lanas memiliki rata-rata kekerasan lebih besar dibandingkan dengan ubi sehat, namun kekerasan tersebut tersebar secara tidak teratur yang menunjukkan keberagaman kondisi ubi ungu (Gambar 4). Kekerasan (Kgf/cm2) Kecepatan Gelombang (m/s) Gambar 4 Sebaran kecepatan gelombang ultrasonik terhadap kekerasan ubi ungu sehat dan terserang hama lanas Selain itu, kecepatan gelombang ultrasonik kemungkinan juga dipengaruhi oleh kadar air karena kadar air ubi jalar sehat dan lanas berbeda signifikan secara statistika (Tabel 4, Lampiran 5). Self et al. (1994) dalam penelitiannya mengenai evaluasi ultrasonik untuk kematangan daging buah alpukat menyebutkan bahwa kadar air yang lebih besar sesuai dengan tekanan turgornya yang lebih besar akan menghasilkan kecepatan gelombang ultrasonik yang lebih besar atau berkorelasi positif. Hasil pengukuran hubungan kecepatan gelombang ultrasonik dengan kadar air ubi ungu menunjukkan bahwa rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik lebih tinggi pada ubi ungu terserang hama lanas dengan kadar air lebih besar dibandingkan dengan ubi ungu sehat. Kadar air ubi ungu tersebut tersebar secara tidak teratur yang menunjukkan keragaman kondisi ubi ungu (Gambar 5). Kadar Air (% basis basah) Kecepatan Gelombang (m/s) Gambar 5 Sebaran kecepatan gelombang ultrasonik terhadap kadar air ubi ungu sehat dan terserang hama lanas Koefisien atenuasi menggambarkan kehilangan energi gelombang ultrasonik setelah melewati suatu medium akibat absorbsi gelombang oleh medium yang dilalui. Berdasarkan pengukuran koefisien atenuasi lebih tinggi pada ubi ungu sehat lanas sehat lanas

31 sehat dibandingkan dengan ubi ungu terserang hama lanas, dengan sebaran data yang cukup tinggi (Gambar 6). Kekerasan (Kgf/cm2) Koefisien atenuasi (Np/m) sehat lanas Gambar 6 Sebaran data koefisien atenuasi terhadap kekerasan pada ubi ungu sehat dan terserang hama lanas Koefisien atenuasi yang lebih besar pada ubi ungu sehat disebabkan oleh kekerasannya yang lebih rendah dibandingkan dengan ubi terserang hama lanas. Menurut Luketsi (2016) besarnya penyerapan energi yang terjadi bergantung pada karakteristik fisik yang dilalui gelombang. Proses penyerapan gelombang akan sering terjadi pada medium padat, sehingga pada buah nanas mentah dengan tingkat kematangan rendah dan kekerasan yang tinggi, nilai koefisien atenuasi lebih kecil dari pada buah nanas yang telah matang. Menurut Djamila (2010), koefisien atenuasi memiliki hubungan korelasi negatif (r = -0.81) dengan kekerasan buah naga, yaitu dengan semakin meningkatnya kekerasan koefisien atenuasi semakin menurun. Berdasarkan persamaan koefisien atenuasi oleh mizrach (1989) dalam Soeseno (2007), jarak atau diameter buah berbanding terbalik dengan besarnya koefisen atenuasi. Semakin besar diameter umbi atau jarak tempuh gelombang ultrasonik, maka koefisien atenuasi akan semakin kecil. Rata-rata diameter ubi ungu sehat lebih kecil dibandingkan dengan yang terserang hama lanas, namun tidak berbeda secara nyata pada taraf uji 5% (Lampiran 5). Rata-rata diameter ubi ungu sehat adalah 4.12 cm, sedangkan yang terserang hama lanas adalah 4.30 cm. Zero moment power (Mo) menunjukkan besarnya energi sinyal yang ditransmisikan pada suatu medium. Semakin besar nilai Mo pada perambatan gelombang ultrasonik maka energi yang ditransmisikan makin besar. Penurunan nilai Mo berbanding lurus dengan penurunan rata-rata magnitude gelombang (Agusta 2016). Nilai Mo yang didapat pada ubi ungu sehat lebih rendah dibandingkan dengan yang terserang hama lanas. Haryanto (2001) menyebutkan bahwa nilai Mo semakin menurun seiring dengan semakin tua buah durian dengan kekerasan yang semakin menurun. Soeseno (2007) juga menyebutkan bahwa nilai Mo cendrung menurun dengan meningkatnya kematangan buah pisang dengan koefisen korelasi R 2 = , semakin tinggi nilai Mo maka buah memiliki kekerasan yang tinggi atau masih mentah. Pendugaan kematangan melon golden apollo menggunakan gelombang audiosonik menghasilkan rata-rata nilai Mo yang mengalami penurunan seiring dengan semakin tua umur panen, yaitu dari ± pada umur panen 46 HST hingga ± pada umur panen 67 HST 17

32 18 (Agusta 2016). Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, nilai Mo tersebar secara tidak teratur pada ubi ungu sehat dan terserang hama lanas, dengan rata-rata Mo lebih tinggi pada ubi ungu terserang hama lanas dibandingkan dengan ubi sehat (Gambar 7). Kekerasan (Kgf/cm2) Mo Gambar 7 Sebaran nilai Mo terhadap kekerasan ubi ungu sehat dan terserang hama lanas Model Pendugaan Batas Kerusakan Ubi ungu Menggunakan Karakteristik Gelombang ultrasonik Kecepatan Gelombang Ultrasonik Hasil pengukuran karakteristik gelombang ultrasonik dalam pembuatan model pendugaan kerusakaan ubi ungu akibat serangan hama lanas ini ditampilkan pada Lampiran 3. Kecepatan gelombang ultrasonik pada ubi ungu yang terserang hama lanas lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan gelombang pada ubi ungu sehat. Kecepatan gelombang pada ubi ungu yang terserang hama lanas berkisar antara ms -1 sampai ms -1 sedangkan kecepatan gelombang ubi ungu sehat berkisar antara ms -1 hingga ms -1 (Gambar 8) Kecepatan (m/s) Mean Minimum/Maximum Ubi sehat Ubi lanas n=40 n=30 Gambar 8 Rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik pada ubi jalar ungu sehat dan ubi jalar ungu terserang hama lanas

33 Berdasarkan nilai kecepatan dari masing-masing kelompok, diperoleh nilai tengah kecepatan gelombang pada ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang lanas adalah ms -1. Ubi ungu yang memiliki kecepatan gelombang lebih kecil dari ms -1 masuk ke dalam kategori ubi ungu sehat, sedangkan ubi ungu yang memiliki kecepatan gelombang lebih besar dari ms -1 masuk ke dalam kategori ubi ungu terserang hama lanas. Secara matematis batas kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas berdasarkan kecepatan gelombang ultrasonik dinyatakan pada Persamaan 7 dan 8. V L (7) V < S (8) Dimana V adalah kecepatan gelombang ultrasonik (ms -1 ), S adalah ubi ungu sehat dan L adalah ubi ungu terserang hama lanas. 19 Koefisien Atenuasi Ubi ungu yang terserang hama lanas memiliki rata-rata koefisien atenuasi yang lebih rendah dibandingkan dengan ubi ungu sehat (Lampiran 3). Koefisien atenuasi pada ubi ungu sehat berkisar antara Np/m hingga Np/m, sedangkan pada ubi ungu terserang hama lanas koefisien atenuasi berkisar antara Np/m hingga Np/m (Gambar 9). koefisien atenuasi (Np/m) Ubi sehat Ubi Lanas n = 40 n = Mean Minimum/Maximum Gambar 9 Rata-rata koefisien atenuasi pada ubi jalar ungu sehat dan ubi jalar ungu terserang hama lanas Nilai tengah antara koefisien atenuasi pada ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas adalah Np/m. Ubi ungu yang memiliki koefisien atenuasi lebih besar dari Np/m termasuk kategori ubi ungu sehat dan yang memiliki nilai koefisien atenuasi kurang dari Np/m termasuk pada kategori ubi ungu terserang hama lanas. Secara matematis, batas kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas berdasarkan koefisien atenuasi dapat nyatakan pada Persamaan 9 dan 10. α S (9) α < L (10) Dimana α merupakan koefisien atenuasi (Np/m), S merupakan ubi ungu sehat dan L adalah ubi ungu terserang hama lanas.

34 20 Zero Moment Power Selain kecepatan gelombang dan koefisien atenuasi, nilai zero moment power (Mo) juga digunakan untuk menduga kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas. Ubi ungu sehat memiliki nilai Mo berkisar antara sampai 24.00, sedangkan Mo pada ubi ungu terserang hama lanas berkisar antara sampai (Lampiran 3, Gambar 10). Nilai Mo pada ubi ungu diketahui dari hasil pengukuran karakteristik gelombang ultrasonik berupa hubungan amplitudo dan waktu, yaitu dengan melakukan FFT. Baris program dan hasil yang digunakan untuk menghitung nilai Mo dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Mo Ubi sehat Ubi lanas n = 40 n = 30 Mean Minimum/Maxi Gambar 10 Zero moment power pada ubi jalar ungu sehat dan ubi jalar ungu terserang hama lanas Nilai tengah yang digunakan untuk menentukan batas kerusakan antara ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas adalah Ubi ungu yang memiliki nilai Mo lebih besar dari termasuk ke dalam kategori ubi ungu terserang hama lanas dan ubi ungu dengan nilai Mo kurang dari batas tersebut merupakan ubi ungu sehat. Secara matematis, kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas dapat dituliskan sebagai berikut. Mo L (11) Mo < S (12) Dengan Mo merupakan nilai zero moment power, S merupakan ubi ungu sehat dan L merupakan ubi ungu terserang hama lanas. Validasi Model Pendugaan Kerusakan Ubi jalar Ungu Akibat Hama Lanas Validasi model Pendugaan Berdasarkan Kecepatan gelombang Ultrasonik Berdasarkan Persamaan 7 dan 8, dilakukan validasi terhadap model untuk menguji ketepatan persamaan model yang telah dibangun dengan cara menghitung tingkat keberhasilan pemilihan ubi ungu. Grafik sebaran data validasi kecepatan gelombang ultrasonik untuk pengujian model dapat dilihat pada Gambar 11. Berdasarkan sebaran data validasi kecepatan gelombang ultrasonik pada ubi ungu

35 sehat dan ubi ungu terserang hama lanas, terdapat 3 buah ubi sehat yang masuk ke dalam kelompok ubi terserang lanas dan 2 buah ubi terserang hama lanas yang tergolong ke dalam ubi sehat. Data lengkap kecepatan gelombang ultrasonik pada ubi ungu dapat dilihat pada Lampiran 4. Kesalahan pengelompokan ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas disajikan pada Tabel Kecepatan (m/s) Kekerasan (kgf/cm 2 ) ubi sehat (n=20) ubi lanas (n=15) Gambar 11 Validasi model pendugaan serangan hama lanas pada ubi ungu menggunakan cepat rambat gelombang ultrasonik Tabel 8 Persentase kesalahan pemilahan ubi ungu berdasarkan kecepatan gelombang Kategori ubi jalar Hasil Pemilahan Lanas Sehat Total Kesalahan (%) Sehat Lanas Berdasarkan persamaan 7 dan 8, diketahui bahwa model pendugaan kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas dapat mengelompokkan ubi ungu secara baik dengan persentase keberhasilan 85.71% dan nilai APER sebesar 14.29%. Terjadi kesalahan pengelompokan ubi ungu sehat sebesar 15%, yaitu 3 dari 20 ubi ungu sehat masuk ke dalam kategori terserang hama lanas, dan kesalahan pengelompokan ubi ungu terserang hama lanas sebesar 13.33%, yaitu 2 dari 15 ubi ungu terserang lanas masuk ke dalam kategori sehat. Validasi Model Pendugaan Berdasarkan Koefisien Atenuasi Pengujian model menggunakan data validasi Persamaan 9 dan 10 dapat dilihat pada Gambar 12. Hasil validasi model pendugaan kerusakan ubi ungu berdasarkan koefisien atenuasi menunjukkan bahwa sebanyak 9 ubi ungu sehat berada dibawah garis batas atau masuk ke dalam kategori ubi terserang hama lanas dan terdapat 4 ubi ungu terserang hama lanas yang masuk ke dalam kategori ubi ungu sehat.

36 22 Koefisien atenuasi (Np/m) Kekerasan (kgf/cm 2 ) ubi sehat (n=20) ubi lanas (n=15) Gambar 12 Validasi koefisien atenuasi ubi ungu sehat dan terserang lanas Data lengkap validasi koefisien atenuasi gelombang ultrasonik pada ungu dapat dilihat pada Lampiran 4. Kesalahan pengelompokan ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas berdasarkan koefisein atenuasi disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Persentase kesalahan pemilahan ubi ungu berdasarkan koefisien atenuasi gelombang ultrasonik Kategori ubi jalar Hasil pemilihan Lanas Sehat Total Kesalahan (%) Sehat Lanas Pengelompokan ubi ungu berdasarkan koefisien atenuasi memiliki tingkat kesalahan yang cukup tinggi dibanding pengelompokan berdasarkan kecepatan gelombang ultrasonik. Keberhasilan pemilahan ubi ungu sehat sebesar 62.86% dengan nilai APER sebesar 37.14%. Pengelompokan ubi ungu menggunakan koefisien atenuasi cukup sulit dilakukan. Terjadi kesalahan pengelompokan ubi sehat sebesar 45% dan ubi ungu terserang hama lanas sebesar 26.67%, yaitu 9 dari 20 ubi ungu sehat masuk ke dalam kategori terserang lanas dan 4 dari 15 ubi ungu terserang hama lanas masuk ke dalam kategori sehat. Validasi Model Pendugaan Berdasarkan Zero Moment Power Berdasarkan Persamaan 11 dan 12 mengenai batas nilai Mo untuk menduga kerusakan ubi ungu diperoleh hasil validasi model seperti pada Gambar 13. Pendugaan kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas menggunakan nilai Mo memiliki keberhasilan yang kurang baik dibanding dengan pengelompokan menggunakan kecepatan gelombang. Pada nilai batas pendugaan Mo terdapat kesalahan pengelompokan ubi ungu sehat sebesar 25% dan ubi ungu terserang hama lanas sebesar 40%. Terdapat 5 dari 20 ubi ungu sehat masuk ke dalam kategori terserang hama lanas dan 6 dari 15 ubi ungu terserang lanas masuk kategori sehat. Persentase keberhasilan pemilahan ubi ungu pada batas ini adalah 68.57% dengan kesalahan (APER) sebesar 31.43% (Tabel 10).

37 23 M Kekerasan (kgf/cm 2 ) ubi sehat (n=20) ubi lanas (n=15) Gambar 13 Validasi model pendugaan kerusakan ubi ungu menggunakan Mo Tabel 10 Persentase kesalahan pemilahan ubi ungu berdasarkan Mo Kategori ubi jalar Hasil pemilihan Lanas Sehat Total Kesalahan (%) Sehat Lanas Model Pendugaan Serangan Lanas Berdasarkan Kombinasi Karakteristik Gelombang Ultrasonik Pengelompokan ubi ungu menggunakan kombinasi karakteristik gelombang ultrasonik dilakukan menggunakan analisis diskriminan. Analisis diskriminan merupakan suatu metode untuk mengetahui variabel mana yang membedakan suatu kelompok dengan kelompok lain dalam suatu populasi, serta dapat digunakan untuk mengklarifikasi data berdasarkan perbedaan karakterisitik data tersebut (Maria et al. 2013). Kecepatan gelombang, koefisien atenuasi dan zero moment power digunakan sebagai variabel untuk mengelompokan ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas. Dalam menentukan sebuah model, perlu dilakukan pengujian multikolinearitas untuk mengetahui bahwa setiap variabel dalam sebuah model dapat digunakan dalam pembentukan fungsi diskriminan. Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa model tidak mengalami multikolinieritas karena nilai variance inflation factor (VIF) kurang dari 10 dan nilai toleransi lebih dari 0.1 sehingga kecepatan gelombang ultrasonik, koefisien atenuasi dan zero moment power tidak memiliki hubungan linier antar variabel dan dapat digunakan sebagai variabel penduga untuk pembentukan fungsi diskriminan pendugaan serangan hama lanas pada ubi ungu. Tabel 11 Uji multikolinieritas antar variabel penduga Statistic Kecepatan (m/s) Atenuasi (Np/m) Mo Tolerance VIF

38 24 Selain itu, pengujian analisis diskriminan harus memenuhi beberapa asumsi lain, yaitu data terdistribusi normal multivariat dan memiliki matriks kovarian yang sama (Rizkiana et al. 2015). Uji normal multivariat menggunakan plot Khi-kuadrat (Gambar 14) dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS versi 15.0 dengan nilai signifikansi Terdapat korelasi yang tinggi antara jarak mahalanobis dengan khi-kuadrat yaitu 0.992, dan sebaran data yang cendrung membentuk garis lurus dengan lebih dari 50% (54.28%) nilai jarak mahalanobis kurang dari nilai khikuadrat. Nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 menunjukkan bahwa data ketiga variabel terdistribusi secara normal. Hasil pengujian statitistika dapat dilihat pada Lampiran 8. Chi square y = 1.122x R² = R = Jarak Mahalanobis Gambar 14 Plot kuartil khi-kuadrat uji normalitas multivariate Uji kesamaan matrik kovarian dilakukan dengan menggunakan uji Box s dari software XLstat untuk menentukan homogenitas data yang digunakan (Tabel 12). Nilai signifikansi > 0.05 menunjukkan matrik kovarian antar kelompok adalah homogen. Kondisi data yang digunakan untuk menduga serangan hama lanas pada ubi ungu adalah terdistribusi normal multivariat dan homogen, sehingga fungsi diskriminan yang dibangun adalah fungi diskriminan linier. Tabel 12 Hasil uji kesamaan matriks kovarian Hasil uji -2Log(M) F (Observed value) F (Critical value) DF1 6 DF p-value alpha 0.05 Uji kesamaan vektor rataan dilakukan untuk menduga variabel yang dapat membedakan kelompok ubi ungu sehat dan terserang hama lanas (Tabel 13). Nilai signifikasi (p-value) pada kecepatan gelombang dan koefisien atenuasi di bawah 0.05, sehingga dianggap dapat membedakan ubi ungu sehat dan terserang lanas dengan baik. Sedangkan Mo memiliki nilai signifikansi di atas 0.05 dan secara tunggal tidak dapat mengelompokkan ubi ungu dengan baik.

39 Tabel 13 Hasil uji vektor rataan Variable Lambda F DF1 DF2 p-value Kecepatan < Atenuasi Mo Setelah beberapa asumsi atau syarat dalam penyusunan persamaan analisis diskriminan terpenuhi, didapat fungsi skor analisis diskriminian linier untuk pengelompokan ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas yang ditunjukkan pada Persamaan 13. Nilai pembatas yang digunakan adalah nilai cutting score sebesar Skor diskriminan ubi ungu yang lebih besar dari akan masuk ke dalam kategori ubi ungu terserang lanas, sedangkan yang lebih rendah akan masuk ke dalam kelompok ubi sehat (Lampiran 8). Berdasarkan hasil analisis terhadap data observasi ubi ungu sehat dan terserang lanas, dibuat pengelompokan berdasarkan pada kedekatan data hasil observasi terhadap titik tengah masing-masing kelompok. d = X X X3 (13) Dimana: d = skor diskriminan untuk ubi ungu X1 = kecepatan gelombang ultrasonik (m/s) X2 = koefisien atenuasi (Np/m) X3 = zero moment power (Mo) Hasil analisis diskriminan untuk mengelompokkan ubi ungu sehat dan ubi ungu yang terserang hama lanas berdasarkan kombinasi karakteristik gelombang ultrasonik diplotkan dan divalidasi menggunakan software XLstat untuk melihat tingkat keberhasilan pemilihan. Plot pengelompokan ubi ungu ditampilkan pada Gambar 15, sedangkan hasil validasi disajikan pada Tabel 14. F2 (0.00 %) F1 ( %) Gambar 15 Plot pengelompokan ubi ungu sehat dan ubi jalar ungu terserang hama lanas Berdasarkan validasi yang dilakukan pada pengelompokan ubi ungu, terdapat 3 dari 15 ubi ungu terserang hama lanas masuk ke dalam kategori ubi ungu sehat dan 2 dari 20 ubi ungu sehat masuk ke dalam kategori ubi ungu terserang hama lanas. Pengelompokan yang dilakukan memiliki keberhasilan sebesar 85.71% lanas sehat lanas(validation) sehat(validation) 25

40 26 dengan nilai APER 14.29%. Ringkasan Analisis diskriminan dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 14 Kesalahan pengelompokan ubi ungu menggunakan analisis diskriminan berdasarkan karakteristik gelombang ultrasonik Dari\Ke Lanas Sehat Total % Keberhasilan % Kesalahan Lanas % 20.00% Sehat % 10.00% Total % 14.29% SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Rata-rata kecepatan gelombang ultrasonik dan nilai zero moment power (Mo) lebih tinggi pada ubi ungu terserang hama lanas dibandingkan ubi ungu sehat, sementara rata-rata koefisien atenuasi pada ubi ungu sehat lebih tinggi dibanding koefisien atenuasi pada ubi ungu terserang hama lanas. Hasil analisis diskriminan untuk mengelompokkan ubi ungu sehat dan terserang hama lanas menunjukkan bahwa kecepatan gelombang, koefisien atenuasi dan Mo dapat digunakan untuk menduga kerusakan ubi ungu akibat serangan hama lanas, dengan kecepatan sebagai faktor dominan yang membuat pembeda. Setelah dilakukan validasi terhadap fungsi diskriminan yang dibuat, diperoleh keberhasilan model penduga kerusakan sebesar 85.71% dengan nilai APER 14.29%, sehingga fungsi diskriminan yang dihasilkan cukup baik untuk mengelompokkan ubi ungu sehat dan ubi ungu terserang hama lanas. Saran Saran untuk penelitian mengenai pemanfaatan gelombang ultrasonik pada produk pertanian, posisi ujung transducer harus seragam menempel pada sampel yang diukur agar hasil pengukuran akurat. Hubungan kekerasan dan kadar air ubi ungu dengan sifat akustik gelombang ultrasonik sangat lemah, sehingga perlu dipejari faktor lain yang mempengaruhi sifat akustik gelombang ultrasonik pada ubi ungu tersebut.

41 27 DAFTAR PUSTAKA Agusta W Deteksi Kematangan Buah Melon Golden Apollo Menggunakan Parameter Sinyal Suara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Amalia GS Mencari kunci produktivitas ubi jalar cilembu dengan membandingkan aspek teknik budidaya, aspek sifat tanah dan faktor lingkungan. Studi Kasus: Desa Cilembu Sumedang dan Desa Cilubang Mekar Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ames T, Smit NEJM, Braun AR, O Sullivan JN, Skoglun LG Sweetpotato: Major Pests, Diseases, and Nutritional Disorder. Lima (PE) : International Potato Center (CIP). Andriani D Karakterisasi ubi jalar (Ipomoea batatas L.) dari beberapa varietas di Kuningan, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Apriliyanti T Kajian sifat fisikokimia dan sensori tepung ubi jalar ungu (Ipomoea batatas Blackie) dengan variasi proses pengeringan [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret. Asmara VT Peningkatan kualitas pasta ubi jalar ungu (Ipomea batatas L.) varietas ayamurasaki melalui proses hidrolisis enzimatis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Bayu MSYI, Prayoga Y Pengendalian hama penggerek ubi jalar Clays formicarius (Fabricus) (Coleoptera: Curculionidae) menggunakan cendawan entomopatogen Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemen. Jurnal Entomol Indones. 13(1): doi: /jei Capinera JL Class Insects-Insects:Order Coleoptera-Beetles, Weevil, White Grubs and Wireworms. Handbook of Vegetable Pets. San Diego (US): Academic Press. Djamila S Evaluasi mutu buah naga secara non- destruktif dengan metode ultrasonik [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Edwin R Analisis sinyal sistem UT-NDT Sonact-x untuk pendeteksi keretakan tabung CNG [skripsi]. Depok (ID). Universitas Indonesia. Efriyanti ND Pendugaan tingkat ketuaan belimbing manis dengan menggunakan gelombang ultrasonik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ha K, Kanai H, Chubachi N, Kamimura K A Basic Study on Nondestructive Evaluation of Potatoes Using Ultrasound. Japan Journal of Applied Physics. 30. doi : Hamzah A Kajian sifat akustik gelombang ultrasonik sebagai identifikasi mutu non destruktif pada tiga jenis manggis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hansen JD, Emerson CL, Signorotti DA Visual detection of sweetpotato weevil by non-invasive methods. The Florida Entomologist. 75(3): Haryanto B Pengembangan model empiris untuk penentuan tingkat ketuaan dan kematangan durian unggul secara non destruktif dengan gelombang ultrasonik [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Haryanto B, Budiastra IW, Purwadaria H Pengujian Mutu Buah-Buahan Secara Non Destruktif dengan Gelombang Ultrasonik. Agrimedia. 5(1)

42 28 Hasbullah R, Rachmat R, Setyabudi DA, Warji Aplikasi ultrasonik untuk pendugaan kerusakan serangan lalat buah pada mangga arumanis. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. Juarsa MI Daya saing ubi jalar di Kabupaten Kuningan Jawa Barat [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Juansah J Rancang bangun sistem pengukuran gelombang ultrasonik untuk pemutuan mutu manggis [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Julita AO Karakteristik tepung dan pati dari ubi jalar cilembu dan ubi jalar ungu ayamurasaki [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Luketsi WP Penentuan tingkat kematangan buah nanas segar secara nondestruktif dengan metode ultrasonik [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Maria F, Dasari D, Heryanto N Analisis diskriminan terhadap perilaku mahasiswa dalam mengkonsumsi makanan cepat saji (Studi Kasus: Para Mahasiswa di UPI, ITB, UNLA dan UIN Sunan Gunung Djati). Jurnal EurekaMatika. 1(1): Mayastuti A Pengaruh penyimpanan dan pemanggangan terhadap zat gizi dan daya terima ubi jalar cilembu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Mizrach A Non destruktive ultrasonic monitoring of tomato quality during shelf-life storage. Postharvest Biology and Technology. 46: Nasution D Pengembangan sistem evaluasi buah manggis secara non destruktif dengan gelombang ultrasonik [disertasi]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor. Nonci N Bioekologi dan pengendalian kumbang Cylas formicarius Fabricus (Coleoptera: Curculionidae). Jurnal Litbang Pertanian. 24(2): Nurpitriani, Susilo B, Nugroho WA Studi aplikasi edible coating dan konsentrasi CaCl2 pada french fries ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.). Jurnal Bioproses Komoditas Tropis. 3(2): Pinontoan OR, Lengkong M, Makal HVG Hama penting tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas L (Lamb)) di Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara dan Kota Tomohon. Manado (ID). Universitas Sam Ratulangi. 17(2). Rizkiana A, Hendikawati P Klasifikasi tingkat kepuasan pelanggan dengan analisis dikriminan. Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 38(1) : Rosmania A Pengaruh pengurangan jumlah gula terhadap kualitas muffin tepung ubi jalar ungu. Semarang (ID): Universitas Negri Semarang. 2(1). Sitompul YD Karakteristik gelombang ultrasonik untuk mendeteksi mutu mentimun jepang [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor. [SNI] Standar Nasional Indonesia. SNI Ubi Jalar. Soeseno A Kajian karakteristik gelombang ultrasonik untuk deteksi kematangan buah pisang [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Sutrisno A Deteksi kerusakan ubi jalar cilembu akibat serangan hama lanas menggunakan gelombang ultrasonik [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Self GK, Ordozgoiti E, Povey MJW, Wainwright Ultrasonic evaluation of ripening avocado flesh. Postharvest Biology and Technology. 4:

43 Virman EY Tingkat serangan hama pada umbi beberapa klon ubi jalar (Ipomea batatas L) di Kabupaten Agam [skripsi]. Padang (ID): Universitas Andalas. Warji Pendugaan kerusakan mangga arumanis akibat lalat buah menggunakan ultrasonik [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Yudiono K Ekstraksi antosianin dari ubi jalar ungu (Ipomoea batatas cv. Ayamurasaki) dengan teknik ekstraksi subcritical water. Jurnal Teknologi Pangan. 2(1):

44 30 LAMPIRAN

45 31 Lampiran 1 Alat ukur gelombang ultrasonik, kadar air, kekerasan dan bahan Dudukan alat ukur gelombang ultrasonik (transducer dan sampel) (a) (b) (a)transducer, (b) Ultrasonic transmitter dan digital oscilloscope Personal computer (a) (b) (c) (a) Rheometer, (b) Oven, (c) Timbangan analitik dan desikator

46 32 (a) (b) (a) Ubi utuh, (b) ubi terserang lanas dan (c) ubi jalar ungu sehat Lampiran 2 Perambatan gelombang ultrasonik amplitudo (v) waktu (s) Perambatan gelombang ultrasonik pada medium udara amplitudo (v) waktu (s) Perambatan gelombang ultrasonik pada ubi jalar ungu sehat 300 amplitudo (v) waktu (s) Perambatan gelombang ultrasonik pada ubi ungu terserang lanas

III BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. 3.2 Bahan dan Alat

III BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. 3.2 Bahan dan Alat III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Parameter Mutu Mentimun Jepang Mentimun jepang yang akan dipasarkan harus memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh konsumen. Parameter mutu untuk mentimun jepang meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

DETEKSI KERUSAKAN UBI JALAR CILEMBU AKIBAT SERANGAN HAMA LANAS MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK ADI SUTRISNO

DETEKSI KERUSAKAN UBI JALAR CILEMBU AKIBAT SERANGAN HAMA LANAS MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK ADI SUTRISNO Halaman judul DETEKSI KERUSAKAN UBI JALAR CILEMBU AKIBAT SERANGAN HAMA LANAS MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK ADI SUTRISNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Karakteristik Transmisi Gelombang Ultrasonik dan Hubungannya dengan Sifat Fisiko-Kimia Buah Naga

Karakteristik Transmisi Gelombang Ultrasonik dan Hubungannya dengan Sifat Fisiko-Kimia Buah Naga Technical Paper Karakteristik Transmisi Gelombang Ultrasonik dan Hubungannya dengan Sifat Fisiko-Kimia Buah Naga Ultrasound Wave Transmission Characteristics and Its Relationships with Physico- Chemical

Lebih terperinci

Keywords: dragon fruit, attenuation, ultrasound, velocity

Keywords: dragon fruit, attenuation, ultrasound, velocity ULTRASOUND WAVE TRANSMISSION CHARACTERISTICS AND ITS RELATIONSHIPS WITH PHYSICO-CHEMICAL OF DRAGON FRUIT 1) Siti Djamila 2), I Wayan Budiastra 3), Sutrisno 3) ABSTRACT Commonly the quality of dragon fruit

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian dan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh menjalar di dalam tanah dan menghasilkan umbi. Ubi jalar dapat di tanam pada lahan yang kurang subur, dengan catatan tanah tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Beras diperoleh dari butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekam), merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sebagian besar butir beras

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi UBI JALAR Ubi jalar memiliki prospek dan peluang besar untuk bahan pangan dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, ubi jalar mempunyai beberapa keunggulan, antara lain relatif memiliki nilai gizi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Mie merupakan salah satu masakan yang sangat populer di Asia, salah satunya di Indonesia. Bahan baku mie di Indonesia berupa tepung terigu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Spektra Buah Belimbing IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Spektra Buah Belimbing Buah belimbing yang dikenai radiasi NIR dengan panjang gelombang 1000-2500 nm menghasilkan spektra pantulan (reflektan). Secara umum, spektra pantulan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Gangguan Pada Audio Generator Terhadap Amplitudo Gelombang Audio Yang Dipancarkan Pengukuran amplitudo gelombang audio yang dipancarkan pada berbagai tingkat audio generator

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumping Sumping merupakan makanan tradisional yang berasal dari Bali, pada di Indonesia sumping dikenal dengan kue nagasari. Sumping umumnya dibuat dari tepung beras, santan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan terhitung mulai bulan Januari hingga April 2012 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis merupakan salah satu buah tropis yang sangat disukai baik oleh masyarakat dalam negeri maupun masyarakat luar negeri. Buah manggis memiliki beberapa kekhasan sehingga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat B. Bahan dan Alat C. Tahapan Penelitian 1. Persiapan bahan

III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat B. Bahan dan Alat C. Tahapan Penelitian 1. Persiapan bahan III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2009 hingga Mei 2009. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cakupan pangan di Indonesia secara mandiri masih merupakan masalah serius yang harus kita hadapi saat ini dan masa yang akan datang. Bahan pokok utama masih bertumpu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai kajian semi-cutting dan pelilinan terhadap beberapa parameter mutu buah manggis (Garciana mangostana L.) selama penyimpanan dingin dilaksanakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Proses penggorengan keripik durian dengan mesin penggorengan vakum dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sido Makmur Kecamatan Sipora Utara

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN Bambang Sigit A 1), Windi Atmaka 1), Tina Apriliyanti 2) 1) Program Studi Ilmu dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan 4.1.1. Jumlah larva (30 HSA) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis beras tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah larva pada 30 HSA, sedangkan

Lebih terperinci

APLIKASI ULTRASONIK UNTUK PENDUGAAN KERUSAKAN SERANGAN LALAT BUAH PADA MANGGA ARUMANIS

APLIKASI ULTRASONIK UNTUK PENDUGAAN KERUSAKAN SERANGAN LALAT BUAH PADA MANGGA ARUMANIS APLIKASI ULTRASONIK UNTUK PENDUGAAN KERUSAKAN SERANGAN LALAT BUAH PADA MANGGA ARUMANIS Rokhani Hasbullah 1), Ridwan Rachmat 2), Dondy A.Setyabudi 2) dan Warji 3) 1) Departemen Teknik Pertanian, Institut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat

I. PENDAHULUAN. mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi jalar ungu (Ipomea batatas L.) merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) dikenal sebagai The King of Vegetable dan produksinya menempati urutan keempat dunia setelah beras, gandum dan jagung (The International

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Kandungan gizi utama pada ubi jalar adalah karbohidrat sebanyak 75-90% berat kering ubi merupakan gabungan dari pati, gula, dan serat seperti selulosa, hemiselulosa,

Lebih terperinci

KAJIAN VARIETAS DAN BAGIAN DAGING UMBI UBI UNGU DALAM RANGKA PENYEDIAAN TEPUNG UBI UNGU SEHAT TERMODIFIKASI

KAJIAN VARIETAS DAN BAGIAN DAGING UMBI UBI UNGU DALAM RANGKA PENYEDIAAN TEPUNG UBI UNGU SEHAT TERMODIFIKASI KAJIAN VARIETAS DAN BAGIAN DAGING UMBI UBI UNGU DALAM RANGKA PENYEDIAAN TEPUNG UBI UNGU SEHAT TERMODIFIKASI GA Ekawati 1), IMI Hapsari A 1), PA Wipranyawati 1) 1) Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sidik Ragam Parameter Jumlah Sulur (Buah Sulur) pada Umur Tanaman 20, 30, 40, 50 dan 60 HST. Sumber Keragaman db KT

Lampiran 1. Sidik Ragam Parameter Jumlah Sulur (Buah Sulur) pada Umur Tanaman 20, 30, 40, 50 dan 60 HST. Sumber Keragaman db KT Lampiran 1. Sidik Ragam Parameter Jumlah Sulur (Buah Sulur) pada Umur Tanaman 20, 30, 40, 50 dan 60 HST Sumber Keragaman db KT 20 HST 30 HST 40 HST 50 HST Pembumbunan (P) 2 1.550 tn 0.650 tn 0.117 tn 0.217

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan jenis makanan yang digemari oleh berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas. L) merupakan salah satu tanaman. bagian timur Indonesia dijadikan sebagai makanan pokok masyarakat.

PENDAHULUAN. Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas. L) merupakan salah satu tanaman. bagian timur Indonesia dijadikan sebagai makanan pokok masyarakat. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas. L) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai gizi yang tinggi, bahkan di daerah tertentu khususnya bagian timur Indonesia dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan sumber karbohidrat di Indonesia. Berdasarkan data statistik, produktivitas ubi jalar pada tahun 2015 mencapai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian 24 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan April 2012, di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia dan Laboratorium Biondustri TIN IPB, Laboratorium Bangsal Percontohan Pengolahan Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG 4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hardware Sistem Kendali Pada ISD Pada penelitian ini dibuat sistem pengendalian berbasis PC seperti skema yang terdapat pada Gambar 7 di atas. Pada sistem pengendalian ini

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu getas merah merupakan buah-buahan tropis yang mudah sekali mengalami kerusakan dan secara nyata kerusakannya terjadi pada saat penanganan, transportasi,

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat penting dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat. Kandungan gizi dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Biomassa, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya Varietas IPB 9 (Callina) Selama Transportasi dilakukan pada

Lebih terperinci

PEMBUATAN ES KRIM UBI JALAR (Ipomea HOMOGENIZER

PEMBUATAN ES KRIM UBI JALAR (Ipomea HOMOGENIZER LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ES KRIM UBI JALAR (Ipomea batatas) MENGGUNAKAN ALAT HOMOGENIZER (Making Sweet Potato Ice Cream Using A Homogenizer) Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

I. METODE PENELITIAN. Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. I. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2012 sampai April 2012 di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Pertanian, dan Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) I PENDAHULUAN Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.)

PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) PENGARUH PERLAKUAN PANAS METODE VAPOR HEAT TREATMENT TERHADAP MUTU PEPAYA (Carica papaya L.) Oleh : Ali Parjito F14103039 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gembili Menurut Nur Richana (2012), gembili diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae ( tumbuh- tumbuhan) Divisio : Magnoliophyta ( tumbuhan berbiji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi berupa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2011 hingga Agustus 2011 di Laboratorium Energi dan Listrik Pertanian serta Laboratorium Pindah Panas dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat 16 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan Ekologi Hama Sitophylus oryzae Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi jalar merupakan umbi yang cukup tinggi konsumsinya di Indonesia. Pada tahun 2007 BPS mencatat rata-rata konsumsi ubi jalar orang Indonesia adalah 2392 kg per kapita/tahun.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan September - November 2014. B. Bahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di Desa Sido Makmur, Kec. Sipora Utara, Kab. Kep.Mentawai untuk proses penggorengan keripik ikan lemuru. Dan dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakso merupakan salah satu produk olahan daging khas Indonesia, yang banyak digemari oleh semua lapisan masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi karena kaya akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2000-an berkembang isu didunia internasional akan dampak dari konsumsi bahan bakar minyak yang menjadi topik utama di berbagai media massa. Salah satu dampaknya

Lebih terperinci

P-ISSN E-ISSN Vol. 5, No. 1, April 2017

P-ISSN E-ISSN Vol. 5, No. 1, April 2017 P-ISSN 2407-0475 E-ISSN 2338-8439 Vol. 5, No. 1, April 2017 Jurnal Keteknikan Pertanian (JTEP) terakreditasi berdasarkan SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek Dikti Nomor I/E/KPT/2015

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Durian merupakan tanaman buah-buahan khas tropik basah yang telah

PENDAHULUAN. Durian merupakan tanaman buah-buahan khas tropik basah yang telah PENDAHULUAN Latar Belakang Durian merupakan tanaman buah-buahan khas tropik basah yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Buah durian juga terkenal dengan julukan sebagai raja buah tropika dengan alasan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN LAJU RESPIRASI Setelah dipanen ternyata sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian masih mengalami proses respirasi oleh karena itu sayuran, buah-buahan dan umbiumbian

Lebih terperinci

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode analisisnya berupa pemodelan matematika dan statistika. Alat bantu analisisnya

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jagung Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, menurut Purwono dan Hartanto (2007), klasifikasi dan sistimatika tanaman

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sidomakmur Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sementara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat keempat di Indonesia, setelah beras dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun relatif rendah.

Lebih terperinci