BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Suhendra Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hardware Sistem Kendali Pada ISD Pada penelitian ini dibuat sistem pengendalian berbasis PC seperti skema yang terdapat pada Gambar 7 di atas. Pada sistem pengendalian ini perangkat keras (hardware) yang dibuat meliputi rangkaian catu daya, rangkaian kendali, rangkaian port paralel dengan IC74244 (buffer tiga kondisi), dan rangkaian untuk sensor SHT75. Jalur komunikasi data antara komputer dengan sensor SHT75 digunakan perangkat antar muka (interfacing) port paralel. Secara umum bagianbagian pada perangkat kendali pada ISD yang telah dirancang bangun adalah sebagai berikut: Bagian-bagian luar perangkat sistem kendali Bagian depan perangkat sistem kendali seperti tampak pada Gambar 11. Pada bagian depan ini terletak tombol power, beberapa lampu indikator, serta terminal input (sumber tegangan) dan output yang dihubungkan ke blower/kipas ISD. Gambar 11 Perangkat sistem kendali tampak depan Sedangkan pada bagian belakang dari perangkat sistem kendali ini terdapat kipas untuk sistem pendingin, sekring untuk sistem proteksi, konektor ke sensor SHT75, dan port paralel untuk dihubungkan ke komputer. Gambar 12 memperlihatkan bagian belakang pada perangkat sistem kendali.
2 32 Gambar 12 Perangkat sistem kendali tampak belakang Bagian-bagian dalam perangkat sistem kendali Bagian dalam sistem kendali tampak atas diperlihatkan pada Gambar 13. pada bagian dalam sistem tampak beberapa komponen di antaranya seperti trafo, magnet kontaktor, dan buffer tiga kondisi. Trafo digunakan untuk penurun tegangan dari 220V menjadi 12V dan 5V. Magnet kontaktor digunakan sebagai saklar on/off untuk mengkondisikan kipas pada ISD. Sedangkan buffer tiga kondisi untuk mengatur penulisan dan pembacaan data melalui sensor SHT75. Gambar 13 Perangkat sistem kendali tampak atas Perangkat sistem kendali yang diintegrasikan dengan komputer terdiri atas sistem catu daya dan relay pada bagian bawah, sistem proteksi terhadap arus dan tegangan lebih pada bagian tengah, serta buffer tiga kondisi pada bagian atas. Gambar 14 memperlihatkan bagian dalam sistem kendali tampak samping.
3 33 Gambar 14 Perangkat sistem kendali tampak samping Perangkat sistem kendali ini terbagi atas 3 (tiga) bagian. Bagian pertama adalah bagian bawah yang terdiri atas rangkaian catu daya dan rangkaian relay. Catu daya yang disediakan berupa sumber tegangan 5volt dan 12volt. Tegangan 5 volt digunakan untuk mencatu tegangan ke sensor SHT75, sedangkan tegangan 12volt digunakan untuk menggerakkan relay. Secara umum sistem catu daya dan sistem relay diperlihatkan oleh Gambar 15. Gambar 15 Sistem catu daya dan relay Untuk sistem pengamanan perangkat sistem kendali dari kesalahan instalasi, maka perangkat ini dilengkapi dengan sistem proteksi yang terdiri atas proteksi terhadap arus lebih dan tegangan lebih. Proteksi terhadap arus lebih digunakan sekering 0,25mA dan untuk proteksi terhadap tegangan lebih digunakan dioda zener 5 Volt. Dioda ini berfungsi mengamankan sensor SHT75 yang sangat peka terhadap tegangan lebih. Sedangkan sekering digunakan sebagai pengaman secara keseluruhan pada perangkat sistem kendali. Sistem proteksi terhadap arus dan tegangan lebih pada perangkat sistem kendali dapat dilihat pada Gambar 16.
4 34 Gambar 16 Rangkaian sistem proteksi terhadap arus dan tegangan lebih. Pada pengujian dan penerapan sistem kendali ini, juga dilengkapi dengan panel alat ukur voltmeter dan ampere meter. Panel-panel ukur ini digunakan untuk mengetahui nilai tegangan dan arus selama proses pengendalian berlangsung. Selain itu, dengan panel-panel alat ukur ini digunakan juga untuk memonitor fluktuasi tegangan dan arus. Gambar 17 memperlihatkan panel alat ukur tegangan dan arus listrik. Gambar 17 Panel alat ukur voltmeter dan Amperemeter Selanjutnya secara umum penerapan sistem pengendalian menggunakan komputer pada saat pengujian alat di lapangan diperlihatkan pada Gambar 18. Gambar 18 Perangkat sistem kendali menggunakan PC saat dioperasikan
5 35 Data yang tampil pada monitor dan terekam meliputi data-data waktu pengambilan data, suhu lingkungan, RH lingkungan, suhu pada ISD, RH pada ISD, kadar air keseimbangan lingkungan dan ISD, serta kondisi kipas pada ISD. 4.2 Kalibrasi Sensor SHT75 pada Sistem Kendali ISD Hasil kalibrasi suhu sensor SHT75 dengan menggunakan termometer standar diperoleh hasil seperti pada Gambar 19. Secara keseluruhan hasil kalibrasi ini baik, karena nilai suhu yang terbaca oleh sensor relatif sama dengan suhu yang terbaca oleh termometer standar. Dari grafik terlihat hubungan antara nilai suhu standar dengan suhu pengukuran sensor SHT75 adalah linier dengan nilai R 2 =0,9959 untuk lingkungan dan R 2 =0,9875 untuk ISD. 46,0 44,0 y = 0,9718x + 0,9288 R 2 = 0, ,0 Suhu Pengukuran (oc) 40,0 38,0 36,0 y = 0,9102x + 2,6994 R 2 = 0, ,0 32,0 30, Suhu Termometer Standar (oc) Suhu SHT75 Lingkungan Linear (Suhu SHT75 Lingkungan) Suhu SHT75 ISD Linear (Suhu SHT75 ISD) Gambar 19 Hasil kalibrasi suhu sensor SHT75 dengan termometer standar
6 36 Sedangkan hasil kalibrasi RH sensor SHT75 diperoleh seperti pada Gambar 20. Nilai RH sensor SHT75 dikalibrasi menggunakan alat pengering berakuisisi sebagai acuan. Berdasarkan grafik terlihat hubungan antara nilai RH standar dengan RH pengukuran sensor SHT75 adalah linier dengan nilai R 2 =0,9974 untuk sensor SHT75 di lingkungan dan R 2 =0,9901 untuk sensor SHT75 pada ISD y = 0,8464x + 10,524 R 2 = 0, Pengukuran RH (%) y = 0,8737x + 7,5245 R 2 = 0, RH Standar (%) RH Lingkungan Linear (RH pada ISD) RH pada ISD Linear (RH Lingkungan) Gambar 20 Nilai hasil kalibrasi RH sensor SHT75 dengan alat pengering Pembacaan nilai RH antara sensor SHT75 dengan alat pengering terjadi selisih antara 2% 3%, kecuali pada saat pembacaan suhu 50 o C dan RH 75%. Selain itu nilai RH yang terekam telah sesuai dengan datasheet SHT75, bahwa sensor tersebut memiliki akurasi sekitar 2%.
7 37 Selain suhu dan RH, persamaan perhitungan kadar air keseimbangan yaitu persamaan (1) juga dilakukan kalibrasi. Persamaan ini yang digunakan untuk menduga nilai kadar air keseimbangan pada jagung, di mana nilai kadar air jagung diasumsikan sama dengan kadar air keseimbangan. Hasil kalibrasi persamaan perhitungan kadar air keseimbangan seperti terlihat pada Gambar 21. Nilai kadar air hasil pendugaan dikalibrasi dengan nilai kadar air menggunakan metode oven. Nilai kadar air yang diukur dan diduga berada pada selang 13% 23%b.k. Berdasarkan grafik terlihat hubungan antara nilai kadar air pendugaan dan pengukuran adalah linier dengan nilai R 2 =0,9892. Sedangkan nilai selisih rata-rata antara kadar air perhitungan dan pengukuran adalah 0,17% Kadar Air Pendugaan (%b.k.) y = 1,1104x - 2,1424 R 2 = 0, Kadar Air Pengukuran (%) Kadar Air Linear (Kadar Air) Gambar 21 Hasil kalibrasi nilai kadar air pendugaan dengan pengukuran (oven)
8 Uji Kinerja Penerapan Sistem Kendali pada ISD Perubahan suhu dan RH Berdasarkan hasil pengujian sistem kendali pada ISD diperoleh fluktuasi suhu lingkungan dan ISD selama pengeringan berlangsung. Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada siang hari nilai kadar air kurang dari 13%b.k diperoleh setelah 50jam pengeringan atau dengan rata-rata operasi 10jam per hari. Nilai suhu lingkungan tertinggi yang dideteksi oleh sensor mencapai 37,54 O C, suhu terendah adalah 27,83 O C, sedangkan suhu rata-rata lingkungan adalah 32,8 O C. Suhu lingkungan cenderung fluktuatif, hal ini disebabkan oleh cuaca yang fluktuasi. Selama pengeringan berlangsung dapat dikatakan secara umum bahwa kondisi cuaca cerah dan kadang berawan. Suhu tertinggi pada ISD terekam adalah 34,46 O C, suhu terendah 26,61 O C, dan suhu rata-rata ISD 29,62 o C. Selisih rata-rata antara suhu lingkungan dengan ISD adalah 3,18 O C. Gambar 22 memperlihatkan grafik fluktuasi suhu lingkungan dan suhu pada ISD selama pengeringan pada pengujian 1. 38,00 36,00 34,00 Suhu (oc) 32,00 30,00 28,00 26, Suhu Lingkungan Suhu ISD Gambar 22 Fluktuasi suhu selama pengeringan pada pengujian 1 Pada pengujian 2, nilai suhu lingkungan tertinggi 35,45 O C, suhu terendah adalah 24,43 O C, sedangkan suhu rata-rata lingkungan adalah 31,14 O C. Sedangkan
9 39 suhu tertinggi pada ISD terekam adalah 32,25 O C, suhu terendah 24,02 O C, dan suhu rata-rata ISD 27,72 o C. Selisih rata-rata antara suhu lingkungan dengan ISD adalah 3,42 O C. Gambar 23 memperlihatkan grafik fluktuasi suhu lingkungan dan suhu pada ISD selama pengeringan pada pengujian 2. 35,00 33,00 Suhu (oc) 31,00 29,00 27,00 25,00 23, Suhu Lingkungan Suhu ISD Gambar 23 Fluktuasi suhu selama pengeringan pada pengujian 2 Berdasarkan data yang diperoleh bahwa RH lingkungan tertinggi tercatat 67,75%, terendah 38,26%, dengan rata-rata 51,93%. Sedangkan RH tertinggi pada ISD adalah 75,44%, terendah 53,95% sedangkan RH rata-rata selama proses pengeringan adalah 67,25%. Selisih rata-rata antara RH lingkungan dan RH ISD adalah 15,32%. Perubahan RH lingkungan dan ISD selama pengeringan dapat dilihat pada Gambar 24. Kipas pada ISD akan off jika KA Lingk <KA ISD dan atau KA ISD <13%b.k. Hal ini membuktikan bahwa sistem kendali telah bekerja sesuai dengan diagram alir pemrograman seperti yang diperlihatkan pada Gambar 8 di atas.
10 OFF OFF OFF 68 RH (%) OFF RH Lingkungan RH ISD Gambar 24 Fluktuasi RH selama pengeringan pada pengujian 1 Pada pengujian 2, RH lingkungan tertinggi tercatat 74,91%, terendah 37,98%, dengan rata-rata 54,16%. Sedangkan RH tertinggi pada ISD adalah 77,91%, terendah 53,06% sedangkan RH rata-rata selama proses pengeringan adalah 71,82%. Selisih rata-rata antara RH lingkungan dan RH ISD adalah 17,67%. Perubahan RH lingkungan dan ISD selama pengeringan pengujian 2 dapat dilihat pada Gambar 25 80,00 OFF 75,00 70,00 OFF RH (%) 65,00 60,00 55,00 50,00 OFF 45,00 40, RH Lingkungan RH ISD Gambar 25 Fluktuasi RH selama pengeringan pada pengujian 2
11 Penurunan kadar air Kadar air jagung awal pada pengujian 1 adalah 17,61%b.k. dengan beban 1201,2kg. Berdasarkan hasil pengujian sistem kendali pada ISD bahwa pengeringan dengan suhu rata-rata lingkungan 32,8 o C dan RH lingkungan ratarata 51,93%, mampu menurunkan kadar air dari sekitar 17,61%b.k. menjadi 12,37%b.k. Perubahan nilai kadar air jagung terhadap waktu pengeringan dan perbandingan perubahan kadar air lingkungan dan kadar air jagung dalam ISD dapat dilihat pada Gambar ,00 17,00 16,00 Kadar Air (%b.k.) 15,00 14,00 13,00 12,00 11,00 10,00 9, KA Jagung (ISD) KA Jagung (Lingkungan) Gambar 26 Nilai KA jagung (lingkungan) dan KA jagung (ISD) pengujian 1 Pada pengujian 2, dengan beban 915kg dan waktu pengeringan berkisar 40jam diketahui bahwa pengeringan dengan suhu rata-rata lingkungan 31,14 o C dan RH lingkungan rata-rata 54,16%, mampu menurunkan kadar air dari sekitar 18,02%b.k. menjadi 12,25%b.k. Nilai perubahan kadar air jagung terhadap waktu pengeringan dan perbandingan perubahan kadar air lingkungan dan kadar air jagung dalam ISD dapat dilihat pada Gambar 27.
12 42 Kadar Air (%b.k.) 19,00 18,00 17,00 16,00 15,00 14,00 13,00 12,00 11,00 10,00 9, KA Jagung (Lingkungan) KA Jagung (ISD) Gambar 27 Nilai Kadar air lingkungan dan ISD hasil pendugaan pengujian 2 Secara umum, berdasarkan hasil penerapan dan pengujian sistem kendali pada ISD diperoleh bahwa sistem kendali telah berfungsi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan perangkat sensor yang telah mampu membaca suhu dan RH, dan dapat menduga nilai kadar air jagung menggunakan persamaan (1). Berdasarkan hasil akhir pengukuran kadar air jagung menggunakan metode oven diperoleh nilai kadar air 12,08%b.k. pada pengujian 1 dan 12,20%b.k. pada pengujian 2. Sedangkan nilai kadar air hasil pendugaan 12,37%b.k. pada pengujian 1 dan 12,25%b.k. pada pengujian 2. Selisih rata-rata antara pengukuran dan pendugaan adalah 0,96%. Perbedaan ini terjadi disebabkan nilai kadar air hasil pengukuran merupakan nilai rata-rata, sedangkan nilai pendugaan yang didapat merupakan nilai hasil perhitungan melalui sensor pada sistem kendali. Di samping itu nilai kadar air hasil pendugaan yang diperoleh merupakan nilai kadar air jagung yang berada di lapisan yang paling atas. Gambar 28 memperlihatkan perbandingan nilai kadar air hasil pendugaan dengan nilai kadar air hasil pengukuran menggunakan metode oven pada pengujian 1.
13 43 18,00 17,00 Kadar Air (%b.k.) 16,00 15,00 14,00 13,00 12, Kadar Air Pendugaan Kadar Air Pengukuran Gambar 28 Perbandingan KA hasil pendugaan dan pengukuran pengujian 1 Gambar 29 memperlihatkan perbandingan nilai kadar air hasil pendugaan dengan nilai kadar air hasil pengukuran menggunakan metode oven pada pengujian 2. Penurunan kadar air hasil pendugaan merupakan bukti bahwa sistem kendali yang digunakan dapat bekerja dengan baik. Meskipun penurunannya tidak sama antara nilai pengukuran dan pendugaan. Perbedaan nilai pengukuran dan pendugaan terjadi karena nilai pengukuran merupakan nilai rata-rata, sedangkan nilai pendugaan merupakan nilai kadar air jagung yang berada di lapisan yang atas. Selain itu, hal tersebut juga menunjukkan bahwa sistem kendali pada ISD telah bekerja sesuai dengan diagram alir pemrograman yang telah disusun. Kadar Air (%b.k.) 19,00 18,00 17,00 16,00 15,00 14,00 13,00 12, KA Jagung (Pengukuran) KA Jagung (Pendugaan) Gambar 29 Perbandingan KA hasil pendugaan dan pengukuran pengujian 2
14 Konsumsi energi listrik Besarnya konsumsi energi selama proses pengeringan yang berasal dari energi listrik. Berdasarkan perhitungan diperoleh konsumsi energi spesifik (KES) untuk setiap satu kilogram air yang diuapkan pada pengujian 1 adalah 1,59 MJ/kg dan pengujian 2 sebesar 1,45 MJ/kg. Sehingga konsumsi energi spesifik rata-rata adalah sebesar 1,52 MJ/kg. Nilai ini tidak jauh berbeda pada pengeringan padi dengan kadar air awal sekitar 18% menggunakan ISD yaitu sebesar 2,00 MJ/kg (Tirawanichakul et al. 2004). Pada pengujian 1 kadar air awal adalah 17,61%b.k. dengan suhu lingkungan rata-rata 32,8 o C dan RH 53,32% dan pengujian 2 sebesar 18,02%b.k. dengan suhu lingkungan rata-rata 31,22 o C dan RH 53,75%. Selama proses pengeringan di dalam ISD kadar air akhir menjadi 12,37%b.k. untuk pengujian 1 dan 12,25%b.k. untuk pengujian 2. Tabel 5 adalah konsumsi energi spesifik (KES) pada pengujian 1 dan pengujian 2. Tabel 5 Konsumsi energi spesifik (KES) pada pengujian 1 dan pengujian 2 Pengujian Berat jagung awal (kg) Waktu kipas ON (Jam) Suhu Lingkungan rata-rata (oc) RH Lingkungan rata-rata (%) Energi Listrik (MJ) KA Awal (%) KA Akhir (%) Air yang diuapkan (kg) Konsumsi Energi Spesifik (MJ/kg) Pengujian , ,8 53,32 113,93 17,61 12,37 71,83 1,59 Pengujian ,2 53,75 90,09 18,20 12,25 62,04 1,45 Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa ada perbedaan nilai konsumsi energi spesifik antara pengujian 1 dan pengujian 2. Pada pengujian 1 waktu pengeringan membutuhkan waktu pengeringan yang lebih lama yaitu 50jam, sedangkan pada pengujian 2 pengeringan berlangsung selama 40jam. Walaupun suhu udara lingkungan pada pengujian 2 lebih rendah daripada pengujian 1 dan RH lingkungan pada kedua pengujian hampir sama, waktu pengeringan pada pengujian 2 lebih cepat. Hal ini disebabkan oleh jumlah bahan yang digunakan pada pengujian 2 lebih sedikit. Namun demikian, karena kadar air awal yang lebih tinggi pada pengujian 2, konsumsi energi spesifik dari kedua pengujian tidak terlalu berbeda.
15 Simulasi pengeringan Validasi model Persamaan matematik yang digunakan untuk menduga perubahan suhu, RH, kadar air jagung divalidasi dengan menggunakan data-data hasil pengujian 2. Masukan data untuk validasi meliputi suhu dan RH lingkungan. Pada pengujian 2 jagung pipilan yang dikeringkan adalah 915kg dengan waktu pengeringan 40jam. Simulasi proses pengeringan pada ISD dibuat dengan menggunakan program Visual Basic 6.0. Pada ISD dikondisikan terisi oleh jagung pipilan dengan ketebalan tumpukan 0,5m. Sehingga terdiri atas 50 lapisan tipis dengan ketebalan 1cm per lapisan. Pada simulasi ini, secara umum yang akan diamati adalah perubahan kadar air yang terjadi pada lapisan bawah (layer 1), tengah (layer 25), dan atas (layer 50). Pada simulasi pengeringan ini kadar air awal sekitar 19%b.k. dengan waktu pengeringan selama 40jam. Asumsi yang digunakan dalam simulasi ini adalah: 1) suhu dan RH udara lingkungan menggunakan data pengukuran/pendugaan dengan suhu rata-rata 33 o C dan RH rata-rata 53%, 2) laju massa udara yang masuk ISD sebesar 0,211kg/detik m 2, 3) kadar air awal 19%b.k., dan 4) waktu pengeringan selama 40jam. Selanjutnya hasil simulasi pada ketiga lapisan tersebut dibandingkan dengan nilai hasil pengujian (pengukuran menggunakan metode oven). Secara umum penurunan kadar air hasil simulasi hampir sama dengan penurunan kadar air melalui pengujian. Pada lapisan bawah memiliki koefisien korelasi R 2 =0,967, lapisan tengah 0,979, dan lapisan atas 0,9897. Hasil perbandingan antara simulasi dengan pengujian dan perubahan kadar air selama pengeringan di dalam ISD diperlihatkan pada Gambar 30.
16 46 20,00 19,00 18,00 Kadar Air (%b.k.) 17,00 16,00 15,00 14,00 13,00 12,00 11,00 10, Pengujian Lap. Bawah (Hitung) Pengujian Lap. Tengah (Hitung) Pengujian Lap. Atas (Hitung) Gambar 30 Perbandingan penurunan KA hasil simulasi dengan pengukuran Kadar air hasil pengukuran pada lapisan bawah terjadi penurunan kadar air dari 17,70% menjadi 11,20%b.k., pada lapisan tengah dari 18,30% menjadi 11,40%b.k., dan pada lapisan atas terjadi penurunan kadar air dari 19,30% menjadi 11,40%b.k. Dari grafik pada Gambar 30 dapat diketahui bahwa pada lapisan bawah terjadi penurunan kadar air lebih cepat dibandingkan dengan lapisan yang lain, karena pada lapisan ini produk langsung terkena hembusan udara dari lingkungan dengan suhu rata-rata 33 o C. Namun pada lapisan tengah dan atas juga terjadi penurunan kadar air yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan lapisan bawah. Hal ini terjadi karena suhu lingkungan telah mengalami penurunan setelah melalui lapisan sebelumnya. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa pada permukaan lapisan atas memiliki suhu udara berkisar 27 o C. Kadar air akhir pada lapisan bawah, tengah, dan atas hasil simulasi berturut-turut diperoleh 11,37%b.k., 11,06%b.k., dan 11,38%b.k. Berdasarkan simulasi dengan suhu lingkungan rata-rata 33 o C, laju massa udara 0,211kg/detik m 2, dan lama pengeringan 40jam dapat menurunkan kadar air jagung dari 19% menjadi sekitar 11,27%b.k.
17 47 Simulasi pengeringan dengan mengubah laju aliran massa udara Pada simulasi ini, laju aliran massa udara diasumsikan sebesar 0,411kg/detik m 2 dengan tebal tumpukan 0,5m, suhu lingkungan rata-rata 33 o C, RH 53%, dan kadar air awal 19%. Hasil pengaruh laju aliran massa udara terhadap penurunan kadar air memperlihatkan bahwa penurunan tersebut lebih cepat bila terjadi gerakan udara di sekitar biji jagung. Gambar 31 memperlihatkan penurunan kadar air jagung hasil simulasi dengan mengubah laju aliran massa udara. Berdasarkan simulasi diketahui bahwa untuk mencapai kadar air sekitar kurang dari 13%b.k. lapisan bawah membutuhkan waktu pengeringan sekitar 15jam, lapisan tengah 17,5jam, dan pada lapisan atas memerlukan waktu sekitar 20jam. Sehingga energi yang dibutuhkan pada masing-masing lapisan berturut-turut adalah 39,74MJ, 46,37MJ, dan 52,99MJ. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan meningkatkan laju aliran massa udara pada pengeringan akan mempercepat proses pengeringan dan hasil pengeringan relatif merata di setiap lapisan. Namun hal ini akan berakibat pada meningkatnya energi listrik yang dibutuhkan. 19,5 18,5 17,5 Kadar Air (%b.k.) 16,5 15,5 14,5 13,5 12,5 11,5 10, Lapisan Baw ah (1) Lapisan Tengah (2) Lapisan Atas (3) Gambar 31 Penurunan kadar air hasil simulasi dengan mengubah laju aliran massa udara
18 48 Simulasi pengeringan dengan mengubah tebal tumpukan Pada simulasi ini, laju aliran massa udara diasumsikan sebesar 0,211kg/detik m 2 dengan tebal tumpukan menjadi 1m. Gambar 32 memperlihatkan penurunan kadar air hasil simulasi dengan mengubah tebal tumpukan. Hasil simulasi ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan cukup besar pada penurunan kadar air di setiap lapisan. Di samping itu waktu pengeringan menjadi lebih lama, hal ini terbukti pada durasi waktu pengeringan yang sama tidak terjadi penurunan kadar air yang seragam pada setiap lapisan. Lapisan bawah telah mencapai kadar air 12%b.k. setelah pengeringan sekitar 16jam, namun lapisan atas belum mencapai 13%b.k. meski waktu pengeringan lebih dari 40jam. Berdasarkan hasil simulasi ini dapat diketahui bahwa pada pengeringan akan berlangsung lama dan penurunan kadar air yang tidak seragam pada setiap lapisan. Dengan simulasi ini diketahui nilai kadar air akhir pada lapisan bawah sebesar 12,53%b.k., lapisan tengah 14,63%b.k., dan lapisan atas sekitar 16,66%b.k. Selanjutnya simulasi dapat dilakukan untuk mengetahui pengaruh sistem kendali pada pengeringan ISD guna penghematan energi. Kadar Air (%b.k.) Lapsan Baw ah Lapisan Tengah Lapisan Atas Gambar 32 Penurunan kadar air hasil simulasi dengan mengubah tebal tumpukan
19 49 Simulasi pengeringan tanpa sistem kendali dan dengan sistem kendali Gambar 33 memperlihatkan fluktuasi suhu lingkungan dan humidity data simulasi pengeringan tanpa dan dengan sistem kendali. Dalam simulasi ini diasumsikan waktu pengeringan adalah 90jam. Pada simulasi ini suhu lingkungan tertinggi mencapai 35,51 o C, suhu terendah 29,18 o C, dan suhu rata-rata lingkungan adalah 31,62 o C. Sedangkan humidity tertinggi pada simulasi ini tercatat 0,025kg/kg, terendah 0,018kg/kg, dan humidity rata-rata 0,022kg/kg. 36,00 0,030 Suhu Lingkungan (oc) 35,00 34,00 33,00 32,00 31,00 30,00 29, ,020 0,010 Humidity (kg/kg) Suhu Lingkungan Kelembaban Gambar 33 Data fluktuasi suhu lingkungan dan humidity yang digunakan pada simulasi Berdasarkan simulasi dengan suhu lingkungan rata-rata 31,62 o C dan humidity rata-rata 0,022kg/kg pengeringan tanpa sistem kendali dapat berlangsung selama 68jam dari kadar air awal 18% menjadi 15%b.k. Dengan waktu pengeringan 68jam dibutuhkan energi listrik sebesar 360MJ. Gambar 34 memperlihatkan penurunan kadar air hasil simulasi pengeringan tanpa sistem kendali.
20 50 Kadar Air (%b.k.) 18 17, , , , Lap. Bawah Lap. Tengah Lap. Atas Gambar 34 Penurunan kadar air hasil simulasi tanpa sistem kendali Sedangkan simulasi dengan sistem kendali menunjukkan bahwa untuk mengeringkan jagung dari kadar air 18% menjadi 15%b.k. hanya diperlukan waktu 33jam (waktu ON) dan energi listrik yang dibutuhkan sebesar 175MJ. Sehingga pengeringan dengan menggunakan sistem kendali dapat menghemat energi listrik sebesar 48,6% dibandingkan pengeringan tanpa sistem kendali. Gambar 35 memperlihatkan penurunan kadar air hasil simulasi pengeringan dengan sistem kendali. Kadar Air (%b.k.) 18,00 17,50 17,00 16,50 16,00 15,50 15,00 14,50 14, ON 0 OFF Lap. Bawah Lap Tengah Lapisan Atas Sistem Kontrol Gambar 35 Penurunan kadar air hasil simulasi dengan sistem kendali
21 Pengamatan kualitas sebelum dan setelah pengeringan dalam ISD Tabel 6 di bawah ini adalah data perbandingan kualitas jagung awal (saat dipindahkan dari pengering ERK ke ISD) dengan kualitas akhir (setelah pengeringan dalam ISD) dan kualitas menurut SNI. Analisis kualitas dilakukan dua kali, yang pertama adalah pada kondisi awal dengan kadar air sekitar 17,61%b.k. Sedangkan analisis kualitas kedua dilakukan setelah dikeringkan dalam ISD hingga mencapai kadar air 12,37%b.k. dan disimpan dalam ISD hingga 30 (tiga puluh) hari. Nilai hasil pengujian tersebut merupakan nilai ratarata dari 4 sampel yang dilakukan analisis. Tabel 6 Hasil perbandingan parameter kualitas jagung saat dimasukkan ke ISD, setelah pengeringan dan penyimpanan 30 hari dalam ISD dan persyaratan SNI jagung pakan Persyaratan Hasil Uji Lab. No. Jenis Pengujian Mutu SNI Sebelum Setelah 1 Kadar protein kasar (minimum) (%) 7,5 7,76 6,62 2 Kadar serat kasar (maksimum) (%) 3 2,56 2,88 3 Kadar abu (maksimum) (%) 2 1,24 1,23 4 Kadar lemak (minimum) (%) 3 3,8 3,24 5 Aflatoksin (maksimum) (ppb) 50 18,48 21,1 Berdasarkan Tabel 6, secara umum hasil analisis menunjukkan kualitas jagung awal dan setelah dikeringkan dan disimpan dalam ISD adalah masih memenuhi persyaratan SNI jagung pipilan untuk pakan kecuali kadar protein. Kadar protein kasar mengalami penurunan dari 7,76% menjadi 6,62%. Hal ini mungkin dikarenakan selama penyimpanan terjadi penurunan kandungan Nitrogen pada senyawa protein dalam jagung. Nitrogen biasanya diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme, yang mungkin dalam jumlah sangat kecil terdapat dalam komoditas jagung. Parameter mutu lain, yaitu kadar serat, abu, dan lemak mengalami perubahan nilai setelah pengeringan dan penyimpanan, namun masih dalam batas persyaratan SNI. Kontaminasi maksimum aflatoksin yang dipersyaratkan oleh SNI untuk pakan ternak adalah 50ppb, sedangkan dari hasil pengujian rata-rata kontaminasi aflatoksin B 1 ketika masuk ISD sebesar 18,48ppb dan setelah dilakukan
22 52 pengeringan dan penyimpanan selama 30 (tiga puluh) hari dalam ISD terjadi peningkatan menjadi 21,1ppb. Laporan hasil analisis kualitas jagung dari laboratorium Balitro dan Balitvet Bogor dapat dilihat pada Lampiran 8. Iklim Indonesia dengan suhu dan kelembaban yang relatif tinggi sangat mendukung pembentukan senyawa aflatoksin oleh kapang jenis Aspergillus flavus yang sering mencemari komoditas jagung dan kacang tanah. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kondisi terbentuknya aflatoksin adalah pada interval suhu 10 o C -40 o C dengan RH >80% (Syarief dan Halid, 1994). Menurut Prastowo (1998) aflatoksin hanya ditemukan pada biji jagung di bagian bawah silo baik pada penyimpanan selama empat bulan maupun penyimpanan selama 8 bulan, masing-masing 40,08ppb dan 43,85 ppb jenis untuk aflatoksin B1. Namun jumlah tersebut masih di bawah ambang maksimum yang dipersyaratkan dalam SNI jagung pakan. Sementara itu Badan POM mengatur ambang maksimum aflatoksin B 1 pada jagung untuk konsumsi manusia sebesar 20ppb dan total aflatoksin 35ppb (Paramawati 2004). Dengan demikian komoditas jagung ini tidak memenuhi syarat untuk konsumsi manusia. Oleh karena itu disarankan agar ISD lebih sesuai digunakan untuk mengeringkan dan menyimpan komoditas jagung pipilan guna keperluan pakan ternak.
BAB 3. METODE PENELITIAN
BAB 3. METODE PENELITIAN Metode yang akan diterapkan dalam pelaksanaan penelitian diuraikan melalui pentahapan sebagai berikut: 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. MEODOLOGI PENELIIAN A. EMPA DAN WAKU PENELIIAN Penelitian ini dilakukan di Lab. E, Lab. Egrotronika dan Lab. Surya Departemen eknik Mesin dan Biosistem IPB, Bogor. Waktu penelitian dimulai pada bulan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan
Lebih terperinciSTUDI IMPLEMENTASI SISTEM KENDALI ON-OFF PADA IN STORE DRYER (ISD) UNTUK KOMODITAS JAGUNG DENI HENDARTO
STUDI IMPLEMENTASI SISTEM KENDALI ON-OFF PADA IN STORE DRYER (ISD) UNTUK KOMODITAS JAGUNG DENI HENDARTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. ALAT PENGERING JAGUNG PIPILAN Penelitian mengenai pegeringan jagung pipilan telah banyak dilakukan dengan berbagai metode dan berbagai alat pengering. Pada penelitian ini, alat
Lebih terperinciGambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS Menurut Brooker et al. (1974) terdapat beberapa kombinasi waktu dan suhu udara pengering dimana komoditas hasil pertanian dengan kadar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG 4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menitik beratkan pada pengukuran suhu dan kelembaban pada ruang pengering menggunakan sensor DHT21. Kelembaban dan suhu dalam
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALA 3.1 Perancangan Hardware 3.1.1 Perancangan Alat Simulator Sebagai proses awal perancangan blok diagram di bawah ini akan sangat membantu untuk memberikan rancangan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM
BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang menjadi bagian dari sistem ini.
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT PENGERING KAIN OTOMATIS DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMega8535 dan SENSOR SHT11 LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian dan Analisis Pengujian ini bertujuan untuk mengukur fungsional hardware dan software dalam sistem yang akan dibangun. Pengujian ini untuk memeriksa fungsi dari
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisa setiap modul dari sistem yang dirancang. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem yang dirancang
Lebih terperinciBAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA
BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA Serangkaian uji dan analisa dilakukan pada alat, setelah semua perangkat keras (hardware) dan program dikerjakan. Pengujian alat dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat dapat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penurunan Kadar Air Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu ruang pengeringan sekitar 32,30 o C, suhu ruang hasil pembakaran 51,21 0 C dan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Pengeringan Pengeringan lapisan tipis merupakan pengeringan partikel atau biji-bijian secara individu yang seluruh bahan terkena udara pengering. Proses pengeringan
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dan pengambilan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa 1. Perubahan Kadar Air terhadap Waktu Pengeringan buah mahkota dewa dimulai dari kadar air awal bahan sampai mendekati
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Disain Tungku dan Pengumpan Tongkol Jagung Unit tungku ditujukan untuk memanaskan air yang akan dimanfaatkan panasnya melalui penukar panas. Bahan bakar yang digunakan adalah
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciGrafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Prinsip pengeringan lapisan tipis pada dasarnya adalah mengeringkan bahan sampai kadar air bahan mencapai kadar air keseimbangannya. Sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1. Pembahasan Pembuatan proyek akhir ini bertujuan untuk merealisasikan perangkat keras dan perangkat lunak serta unjuk kerja dari suatu prototipe alat kontrol suhu dan kelembaban
Lebih terperinciSensor Arus Sensor arus yang digunakan pada tugas akhir ini mengikuti
. Sensor tegangan Pada tugas akhir ini menggunakan 1 buah sensor tegangan. Sensor tegangan tersebut digunakan untuk mengukur besar tegangan beban pada line. Rangkaian sensor tegangan ini menggunakan resistor
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan agustus 2014 sampai febuari 2015, dilakukan laboratorium terpadu teknik elektro universitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Absorbsi Near Infrared Sampel Tepung Ikan Absorbsi near infrared oleh 50 sampel tepung ikan dengan panjang gelombang 900 sampai 2000 nm berkisar antara 0.1 sampai 0.7. Secara grafik
Lebih terperinciSIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK
VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. B. Alat dan Bahan. C. Parameter Pengeringan dan Mutu Irisan Mangga
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2011 sampai dengan Agustus 2011 di Laboratorium Pindah Panas serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar
28 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar dan Laboratorium Pemodelan Jurusan Fisika Universitas Lampung. Penelitian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM
42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler
Lebih terperinciSTUDI IMPLEMENTASI SISTEM KENDALI ON-OFF PADA IN STORE DRYER (ISD) UNTUK KOMODITAS JAGUNG DENI HENDARTO
STUDI IMPLEMENTASI SISTEM KENDALI ON-OFF PADA IN STORE DRYER (ISD) UNTUK KOMODITAS JAGUNG DENI HENDARTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN
BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN Pada bab ini, penulis akan menjabarkan mengenai prinsip kerja dan beberapa hal yang mendasari terealisasikannya lemari pengering pakaian dengan moving hanger
Lebih terperinciInput ADC Output ADC IN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil yang diperoleh dari pengujian alat-alat meliputi mikrokontroler, LCD, dan yang lainnya untuk melihat komponen-komponen
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas langkah-langkah pengujian alat tujuannya adalah untuk mengetahui apakah alat tersebut bekerja sesuai dengan yang diingikan, serta untuk mengetahui
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERANCANGAN
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Pada saat kita mencuci pakaian baik secara manual maupun menggunakan alat bantu yaitu mesin cuci, dalam proses pengeringan pakaian tersebut belum
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)
Lebih terperinciPENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN
PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN Paper Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-Z Dengan Metode Arrhenius, kami ambil dari hasil karya tulis Christamam Herry Wijaya yang merupakan tugas
Lebih terperinciRancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia
Rancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia Andreas Sjah Lamtari 1), Syaifurrahman 2), Dedy Suryadi 3) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 1 andreassjahlamtari@gmail.com
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENGATUR SUHU DAN KELEMBABAN PADA GREENHOUSE UNTUK TANAMAN STROBERI BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 LAPORAN TUGAS AKHIR
RANCANG BANGUN ALAT PENGATUR SUHU DAN KELEMBABAN PADA GREENHOUSE UNTUK TANAMAN STROBERI BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.
BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang
Lebih terperinciA. JUDUL PROGRAM Desain Alat Sistem Kontrol Suhu dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Pembuatan Tempe Pada Skala Industri Rumah Tangga
1 A. JUDUL PROGRAM Desain Alat Sistem Kontrol Suhu dan Kelembaban Untuk Optimasi Proses Pembuatan Tempe Pada Skala Industri Rumah Tangga B. LATAR BELAKANG Salah satu makanan tradisional Indonesia yang
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI MASALAH
BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini adalah merancang suatu instrumen pendeteksi kadar
44 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil penelitian Hasil dari penelitian ini adalah merancang suatu instrumen pendeteksi kadar air rumput laut berbasis mikrokontroler, dengan penampil data informasi sistem
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan membahas mengenai pengujian dari alat yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diulang-ulang dengan delay 100 ms. kemudian keluaran tegangan dari Pin.4 akan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Arduino Uno R3 Pengujian sistem arduino uno r3 dilakukan dengan memprogram sistem arduino uno r3 untuk membuat Pin.4 menjadi nilai positif negative 0 dan 1 yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat
Lebih terperinciOleh : Miftahul Kanzil Muhid Irfan Mustofa Dosen Pembimbing : Ir. Josaphat Pramudijanto, M.Eng NIP :
Oleh : Miftahul Kanzil Muhid 2207 030 014 Irfan Mustofa 2207 030 701 Dosen Pembimbing : Ir. Josaphat Pramudijanto, M.Eng NIP : 19621005.199003.1.003 D3 Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciBAB III. Perencanaan Alat
BAB III Perencanaan Alat Pada bab ini penulis merencanakan alat ini dengan beberapa blok rangkaian yang ingin dijelaskan mengenai prinsip kerja dari masing-masing rangkaian, untuk mempermudah dalam memahami
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan
14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM
BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1 Blok Diagram Rangkaian Untuk merealisasikan perancangan dan pembuatan alat sistem pengamatan cuaca berbasis Arduino Mega 2560, perlu adanya LCD agar dapat memonitor
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran sistem Gambaran cara kerja sistem dari penelitian ini adalah, terdapat sebuah sistem. Yang didalamnya terdapat suatu sistem yang mengatur suhu dan kelembaban pada
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan
Lebih terperinciRancang Bangun Alat Pengukur Kadar Air pada Gabah Dengan Mikrokontroler Atmega 8535
Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Air pada Gabah Dengan Mikrokontroler Atmega 8535 Muryono 1), Ir. Sulistyo M Buwono 2), Akuwan Saleh, SST 3) 1) Jurusan Teknik Telekomunikasi,PENS ITS Surabaya Kampus
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN ALAT III.1. Analisa Permasalahan Perancangan Pendeteksi Gabah Kering Dan Gabah Basah Perkembangan zaman yang semakin maju, membuat meningkatnya produk elektronika yang beredar
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI
BAB II KONSEP DASAR SISTEM PENGISIAN DAYA AKI Pada bab ini akan dibahas mengenai dasar sistem yang mendasari perancangan dan perealisasian alat manajemen pengisian daya aki otomatis dua kanal. Pada dasarnya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai dengan Juli 2010.Tempat desain, pembuatan, dan pengujian alat pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciAplikasi Penggunaan Sensor Ultrasonik Tipe Ping Untuk Menentukan Kematangan Tempe Pada Saat Fermentasi Berdasarkan Ketebalan Tempe
Aplikasi Penggunaan Sensor Ultrasonik Tipe Ping Untuk Menentukan Kematangan Tempe Pada Saat Fermentasi Berdasarkan Ketebalan Tempe Endo Argo Kuncoro 1, Farry Aprilliano Haskari 1, dan Almaarif Pramudia
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERUSAKAN MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 DI INSTALASI RADIOMETALURGI
IDENTIFIKASI KERUSAKAN MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 DI INSTALASI RADIOMETALURGI Junaedi, Darma Adiantoro, Setia Permana Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir ABSTRAK IDENTIFIKASI KERUSAKAN MIKROSKOP OPTIK
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil,
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akuisisi Data Akuisisi data merupakan sistem yang digunakan untuk mengambil, mengumpulkan dan menyiapkan data yang sedang berjalan, kemudian data tersebut diolah lebih lanjut
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERANCANGAN
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Dalam perancangan alat pengendali kipas angin menggunnakan mikrokontroler ATMEGA8535 berbasis sensor suhu LM35 terdapat beberapa masalah yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENYIMPANAN KOPI Penyimpanan kopi dilakukan selama 36 hari. Penyimpanan ini digunakan sebagai verifikasi dari model program simulasi pendugaan kadar air biji kopi selama penyimpanan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah research and development, dimana metode tersebut biasa dipakai untuk menghasilkan sebuah produk inovasi yang belum
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Greenhouse dan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 - Agustus 2014 di Greenhouse dan Laboratorium Rekasa Sumber Da Air dan Lahan (RSDAL), Jurusan Teknik Pertanian,
Lebih terperinciDESAIN SISTEM KENDALI SUHU DAN RH BERBASIS LOGIKA FUZZY PADA PENGERINGAN BIJI PALA (Myristica sp.) ERK HYBRID
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.2, No. 1 Maret 214 DESAIN SISTEM KENDALI SUHU DAN RH BERBASIS LOGIKA FUZZY PADA PENGERINGAN BIJI PALA (Myristica sp.) ERK HYBRID Design of Temperature
Lebih terperinciSISTEM KENDALI SUHU DENGAN MENGGUNAKAN. A. Sistem Kendali dengan NI MyRio untuk Mengatur Suhu Ruangan
SISTEM KENDALI SUHU DENGAN MENGGUNAKAN NI MyRIO A. Sistem Kendali dengan NI MyRio untuk Mengatur Suhu Ruangan Tujuan : Menggunakan NI myrio untuk mengendalikan modul Temperature Controlled System Leybold
Lebih terperinciBAB III METODE PROSES PEMBUATAN
BAB III METODE PROSES PEMBUATAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai tempat serta waktu dilakukannya proses pembuatan dapur busur listrik, alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan dapur busur
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA. sistem. Oleh karena itu, diperlukan pengujian komponen-komponen utama seperti
62 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA Karakteristik komponen yang digunakan sangat mempengaruhi kinerja sistem. Oleh karena itu, diperlukan pengujian komponen-komponen utama seperti Arduino dan komponen
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dan perancangan tugas akhir ini dimulai sejak bulan Juli 2013 sampai bulan Mei 2014, dilakukan di Laboraturium Elektronika jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli
36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Juli 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu panel listrik selalu dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini sistem untuk memonitoring energi listrik dan mengontrol suatu panel listrik selalu dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara mengukur atau mencatat
Lebih terperinciBAB IV. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab ini penulis akan mebahas lebih lanjut setelah perancangan dan konsep pada bab sebelumnya telah diaplikasikan ke sebuah bidang nyata. Realisasi
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Blok Diagram Berikut merupakan diagram blok alat yang dirancang untuk mempermudah dalam memahami alur kerja alat. Sensor MPX5700 Tekanan Dari tabung Kode perintah Minimum
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT
Lebih terperinciPERANCANGAN SIMULATOR PENGOVENAN PAKAN TERNAK MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN KELEMBABABN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 128
PERANCANGAN SIMULATOR PENGOVENAN PAKAN TERNAK MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN KELEMBABABN BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 128 Agung Saputra 1, Ainil Syafitri 2, Wisnu Broto 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT
34 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT 4.1 Umum Untuk mengetahui apakah peralatan ini dapat bekerja sesuai ide dasar yang dituangkan, maka perlu dilakukan pengukuran yang akan digunakan sebagai bahan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin berkembang tidak seiring dengan kesejahteraan para petani beras di Indonesia khususnya.ketidaksejahteraan petani ini disebabkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.
BAB II LANDASAN TEORI Di bab ini, akan dijelaskan komponen-komponen utama yang digunakan untuk merancang pembuatan suatu prototype kwh meter digital dengan menggunakan sensor ACS712 dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN ALAT
BAB III PERANCANGAN ALAT Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah, bobot ringan,
Lebih terperinciBab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA
51 Bab IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Dalam perancangan perangkat keras dan perangkat lunak suatu sistem yang telah dibuat ini dimungkinkan terjadi kesalahan karena faktor-faktor seperti human error, proses
Lebih terperinciPEMBUATAN ALAT UKUR JARAK BERBASIS PC MENGGUNAKAN SENSOR GP2D12 MELALUI SERIAL PORT. Dwi Riyadi M
PEMBUATAN ALAT UKUR JARAK BERBASIS PC MENGGUNAKAN SENSOR GP2D12 MELALUI SERIAL PORT Dwi Riyadi M0203025 Jurusan Fisika. Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret Abstrak Dalam penelitian ini telah dirancang
Lebih terperinciDesain Dan Analisis Sistem Kontrol Beban Lebih Pada Listrik Rumah Tinggal Dengan Multi Grup
43 Desain Dan Analisis Sistem Kontrol Beban Lebih Pada Listrik Rumah Tinggal Dengan Multi Grup Denny R. Pattiapon Abstrak Pembagian grup pada instalasi listrik rumah tinggal bertujuan untuk memperkecil
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Model Kontrol Pompa Pemadam Kebakaran Berbasis Arduino Simulasi ini dibuat menyesuaikan cara kerja dari sistem kontrol pompa pemadam kebakaran berbasis Arduino, perlu
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Lab. EEP dan Ergotronika, Departemen Teknik Pertanian IPB, Bogor dan Desa Cijulang Kec. Cikembar Kab. Sukabumi sebagai lokasi
Lebih terperinciMETODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat
METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Laboratorium Ergonomika dan Elektronika Pertanian, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian dan di Laboratorium
Lebih terperinciV. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai
BAB V PERCOBAAN V. PERCOBAAN 5.1. Bahan dan alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari model alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai
Lebih terperinci