BAB II PROFIL KABUPATEN LANGKAT DAN DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN LANGKAT. A. Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten Langkat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PROFIL KABUPATEN LANGKAT DAN DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN LANGKAT. A. Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten Langkat"

Transkripsi

1 BAB II PROFIL KABUPATEN LANGKAT DAN DPC PDI PERJUANGAN KABUPATEN LANGKAT A. Sejarah Ringkas Pemerintahan Kabupaten Langkat Pada masa pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berupa Keresidenan dan Kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang disebut dengan Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten.Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja sedangkan bagi orang-orang asli (pribumi) berada ditangan pemerintahan kesultanan Langkat. Kesultanan Langkat berturut-turut dijaabat oleh: 1. Sultan Haji Musa Almahadamsyah Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah Sultan Mahmud /46 Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen struktur Pemerintahan disebut Luhak dan dibawah Luhak didebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut dengan Penghulu Balai (Raja kecil karo) yang berada di desa. Pemerintahan Luhak dipimpin oleh Pangeran, Pemerintahan Kejuruan dipimpin oleh seorang Datuk, Pemerintahan Distrik dipimpin oleh seorang kepala Distrik, dan untuk jabatan kepala kejuruan/datuk harus dipegang oleh penduduk

2 asli yang pernah menjadi raja di daerahnya. Pemerintahan Kesultanan di Langkat dibagi atas 3 (tiga) kepala Luhak, yaitu : 1. Luhak Langkat Hulu, yang berkedudukan di Binjai dipimpin oleh T.Pangeran Adil. Wilayah ini terdiri dari 3 kejuruan dan 2 distrik. 2. Luhak Langkat Hilir, yang berkedudukan di Tanjung Pura dipimpin oleh Pangeran Tengku Jambak/T.Pangeran Ahmad. Wilayah ini terdiri dari 2 kejuruan dan 4 distrik. 3. Luhak Teluk Haru, berkedudukan di Pangkalan Brandan dipimpin oleh Pangeran Tumenggung (Tengku Djakfar). Wilayah inni terdiri dari 1 kejuruan dan 2 distrik. Awal 1942, kekuasaan pemerintahan Kolonial Belanda beralih ke Pemerintahan Jepang, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan.Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco.Kekuasaan Jepang ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur yaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabatoleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati.

3 Pada tahun , terjadi agresi militer belanda I,dan II< dan Kabupaten Langkat terbagi dua, yaitu Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah. Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secaar administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonom yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit. Mengingat luas kabupaten Langkat, maka Kabupaten Langkat dibagi menjadi 3 kewedaan yaitu : 1. Kewedanan Langkat Hulu berkedudukan di Binjai. 2. Kewedanan Langkat Hilir berkedudukan di Tanjung Pura. 3. Kewedanan Langkat Teluk Haru berkedudan di Panagkalan Berandan. Pada tahun 1963 wilayah kewedanan dihapus sedangkan tugas-tugas administrasi pemerintahan langsung dibawah Bupati serta Asisten Wedana (Camat) sebagai perangkat akhir. Pada tahun jabatan Bupati Kdh. Tingkat II Langkat dipegang oleh seorang Care Taher (Pak Wongso) dan selanjutnya oleh Sutikno yang pada waktu itu sebagai Dan Dim 0202 Langkat. Dan secara berturut-turut jabatan Bupati Kdh.Tingkat II Langkat dijabat oleh : 1. T. Ismail Ashwin HM. Iscad Idris R. Mulyadi H. Marzuki Erman

4 5. H. Zulfirman Siregar Drs. H. Zulkifli Harahap H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH s/d H. Syamsul Arifin, SE Ngoggesa Sitepu 2009-sekarang Untuk melaksanakan pembangunan yang merata, Kabupaten Langkat dibagi atas 3 wilayah pembangunan, yaitu : 1. Wilayah Pembangunan I (Langkat Hulu) meliputi, : a. Kecamatan Bahorok dengan 18 desa dan 1 kelurahan b. Kecamatan Serapit dengan 10 desa c. Kecamatan Salapian dengan 16 desa dan 1 kelurahan d. Kecamatan Kutambaru dengan 8 desa e. Kecamatan Sei Bingai dengan 15 desa dan 1 kelurahan f. Kecamatan Kuala dengan 14 desa dan 2 keluarahan g. Kecamatan Selesai dengan 13 desa dan 1 kelurahan h. Kecamatan Binjai dengan 6 desa dan 1 kelurahan 2. Wilayah Pembangunan II (Langkat Hilir) a. Kecamatan Stabat dengan 6 desa dan 6 kelurahan b. Kecamatan Wampu dengan 13 desa dan 1 kelurahan c. Kecamatan Batang Serangan dengan 7 desa dan 1 kelurahan d. Kecamatan Sawit Seberang dengan 6 desa dan 1 kelurahan e. Kecamatan Padang Tualang dengan 12 desa dan 1 kelurahan

5 f. Kecamatan Hinai dengan 12 desa dan 1 kelurahan g. Kecamatan Secanggang dengan 16 desa dan 1 kelurahan h. Kecamatan Tanjung Pura dengan 18 desa dan 1 kelurahan 3. Wilayah pembangunan III (Teluk Haru), meliputi : a. Kecamatan Gebang dengan 10 desa dan 1 kelurahan b. Kecamatan Babalan dengan 4 desan dan 4 kelurahan c. Kecamatan Sei Lepan dengan 9 desa dan 5 kelurahan d. Kecamatan Berandan Barat dengan 5 desa dan 2 kelurahan e. Kecamatan Pangkalan Susu dengan 9 desan dan 2 kelurahan f. Kecamatan Pematang Jaya dengan 8 desa. Tipa-tiap wilayah pembangunan dipimpin oleh seorang pembantu Bupati. Disamping itu dalam melaksanakan otonomi daerah Kabupaten Langkat dibantu atas dinas-dinas otonom, Instansi pusat baik Departemen maupun non Depertemen yang kesemuanya merupakan pembantu-pembantu Bupati dalam melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan dan pembangunan. B. Gambaran Umum Kabupaten Langkat Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada Lintang Utara, Bujur Timur dan m dari permukaan laut. Kabupaten Langkat menempati area seluas ± 6.263,29 Km 2

6 ( Ha) yang terdiri dari 23 Kecamatan dan 240 Desa serta 37 Kelurahan Definitif. Tabel 2.1 Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2013 No. Kecamatan Luas Kecamatan Ratio Terrhadap Total 1 Bahorok 1101,83 17,59 2 Serapit 98,50 1,57 3 Salapian 221,73 3,54 4 Kutambaru 236,84 3,78 5 Sei Bingai 333,17 5,32 6 Kuala 206,23 3,29 7 Selesai 167,73 2,68 8 Binjai 42,05 0,67 9 Stabat 108,85 1,74 10 Wampu 194,21 3,10 11 Batang Serangan 899,38 14,36 12 Sawit Seberang 209,10 3,34 13 Padang Tualang 221,14 3,53 14 Hinai 105,26 1,68 15 Secanggang 231,19 3,69 16 Tanjung Pura 179,61 2,87 17 Gebang 178,49 2,85 18 Babalan 76,41 1,22 19 Sei Lepan 280,68 4,48 20 Brandan Barat 89,80 1,43 21 Besitang 720,74 11,5 22 Pangkalan Susu 151,35 2,42 23 Pematang Jaya 209,00 3,34 Langkat 6263,29 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Langkat Berdasarkan tabel diatas, luas daerah menurut kecamatan di Kabupaten Langkat luas daerah terbesar adalah kecamatan Bahorok dengan luas 1.101,83 km 2 atau 17,59 persen didikuti kecamatan Batang Serangan dengan luas 899,38 km 2 atau 14,36 persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah kecamatan Binjai

7 dengan luas 42,05 km 2 atau 0,67 persen dari total luas wilayah kabupaten Langkat. Wilayah kabupaten Langkat memiliki batas-batas wilayah, adapun batasbatas tersebut adalah area Kabupaten Langkat di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo, di sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Aceh, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai. Kabupaten Langkat dipimpin oleh seorang Bupati, Ngogesa Sitepu melalui pemilu Kada Kabupaten Langkat tahun 2009 dan memenangkan pemilu Kada periode selanjutnya dan menjabat sebagai Bupati Kabupaten Langkat hingga sekarang. Pada April 2009 diadakan pemilu untuk memilih wakil rakyat di DPR Pusat, DPRD Provinsi, dan DPRD Kab/Kota. Jumlah partai yang ada bertambah dari 24 partai padapemilu tahun 2004 menjadi 44 partai tahun 2009, yang terdiri dari 6 partai lokal dan 38 partai nasional. Pemilu 2009 menunnjukkan bahwa perolehan suara Partai Golongan Karya (Golkar) yang mendominasi pemilu dari tahun 2004 tergeser oleh Partai Demokrat. Dari 38 partai peserta Pemilu tahun 2009 ada 5 partai yang menonjol dalam perolehan suara, yaitu Partai Demokrat, PDIP, Partai Golkar, Partai Bulan Bintang (PBB), dan Partai Persatuan Pembangunan. Jumlah suara sah yang diperoleh untuk organisasi peserta pemilu di Kabupaten Langkat sebanyak suara. Untuk 5 partai terbesar sebanyak suara dengan rincian suara untuk Partai Demokrat atau 24,09

8 persen; suara untuk partai PDI-P tau 11,72 persen; suara untuk Partai Golkar atau 10,10 persen; suara untuk PBB atau 6,20 persen; dan untuk PPP atau 5,67 persen dari perolehan suara. Dari hasil pemilu legislatif tahun 2009 ada 50 orang wakil rakyat yang duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Langkat dengan rincian 12 orang dari Partai Demokrat, 6 orang dari partai PDI-P, 6 orang dari partai Golkar, 4 orang dari PBB, 4 orang dari PAN, 4 orang dari Hanura, 3 orang dari PKPB, 3 orang dari PKS, 3 orang dari PPP, 2 orang dari Gerindra, dan masing-masing 1 orang dari PDK, PKB, PDP. Sedangkan pada pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Langkat setidaknya terdapat 12 partai politik nasinal yang ikut dalam perebutan 50 kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Langkat. Keduabelas partai tersebut adalah Partai Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Hanura, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Adapun perolehan suara dan jumlah kursi yang diperoleh masing-masing partai ditunjukkan dalam tabel berikut:

9 Tabel 2.2 Perolehan Suara Dan Kursi DPRD Masing-Masing Partai Politik Pada Pemilu Legislatif Tahun No Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara 1 Golkar Demokrat PDIP Gerindra Nasdem Hanura PBB PPP PKS PAN PKB Jumlah Sumber : KPU Kabupaten Langkat Berdasarkan data-data diatas, partai PDIP selalu menempati posisi 5 besar perolehan suara dan kursi terbanyak pada pemilu legislatif di kabupaten langkat.terkhusus pada pemilu legislatif tahun 2014, setidaknya partai PDIP menempati posisi ketiga perolehan suara terbanyak, dan berhasil mengantarkan 6 lalegnya menuju kursi DPRD Kabupaten Langkat. Adapun pada pemilu legislatif tahun 2014, wilayah Kabupaten Langkat dibagi menjadi lima daerah pemilihan. Pembagian wilayah daerah pemilihan tersebut terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.3 Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten Langkat No. Daerah Pemilihan Kecamatan 1 Langkat 1 Batang Serangan, Secanggang, Stabat,

10 Wampu 2 Langkat 2 Babalan, Besitang, Brandan Barat, Pangkalan Susu, Pematang Jaya, Sei Lepan 3 Langkat 3 Gebang, Hinai, Padang Tualang, Sawit Seberang, Tanjung Pura 4 Langkat 4 Binjai, Selesai, Sirapit 5 Langkat 5 Bahorok, Kuala, Kutambaru, Salapian, Sei Bingei. Sumber : KPU Kabupaten Langkat Daerah pemilihan Langkat 2 dan Langkat 3 merupakan wilayah daerah pemilihan terbesar, dimana masing masing daerah pemilihan memiliki 12 alokasi kursi DPRD Kabupaten Langkat. Daerah Pemilihan Langkat 1, Langkat 4 dan Langkat 5 masing-masing memiliki 11, 7,dan 8 alokasi kursi DPRD Kabupaten Langkat. Selanjutnya penduduk di Kabupaten Langkat, berdasarkan angka Sensus Penduduk Tahun 2010, Pendududuk Kabupaten Langkat berjumlah jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar jiwa per Km 2. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Langkat pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2000 adalah sebesar 0,88 persen per tahun. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kabupaten Langkat bertambah menjadi Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun No. Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah

11 Sumber : BPS Kabupaten Langkat Jumlah penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Stabat, yaitu sebanyak jiwa dengan kepadatan penduduk per Km 2, sedangkan penduduk paling sedikit berada di kecamatan Pematang Jaya sebesar jiwa. Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk Kabupaten Langkat per jenis kelamin lebih banyak laki-laki dibandingkan penduduk perempuan. Pada tahun 2013 jumlah penduduk laki-laki sebesar jiwa sedangkan penduduk perempuan sebanyak jiwa dengan rasio jenis kelamin 101,41 persen. Tabel 2.5 Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Pendidikan Di Kabupaten Langkat Tahun 2013 Pencari Kerja Sarjana Diploma SLTA SLTP SD Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Langkat Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kabupaten Langkat pada tahun 2013 sebanyak orang, yang terdiri dari tenaga kerja laki-laki dan perempuan. Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai tingkat pendidikan SLTA sebnayak orang atau 47,79 persen. Sarjana 24,61 persen, diploma 16,05 persen, SLTP 8,86 persen dan SD sebnyak 2,86 persen.

12 Penyediaan sarana fisik pendidikan dan jumlah tenaga guru yang memadai merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah penduduk.berikut merupakan gambaran yang jelas tentang jumlah sekolah, guru, dan murid pada tahun ajaran 2013/2014 dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan tingkat menengah. Tabel 2.6 Jumlah Sekolah, Guru Dan Murid Di Kabupaten Langkat No. Jenjang Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid 1 TK SD SLTP SLTA SMK Sumber : BPSKabupaten Langkat Di Kabupaten Langkat, rasio murid terhadap sekolah pada tahun 2013/2014 dapat dijelaskan sebagai berikut : Rasio murid SD terhadap sekolah adalah 181,90. Hal ini menunjukkan bahwa tiap sekolah dasar rata-rata memiliki 181 murid. Rasio tertinggi dijumpai pada Kecamatan Stabat yaitu 276 orang murid per sekolah, sedangkan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Selesai yaitu 114 orang murid per sekolah. Rasio murid SLTP terhadap sekolah adalah 244,68. Hal ini berarti bahwa tiap SSLTP rata-rata memiliki 245 murid. Rasio tertinggi dijumpai pada

13 Kecamatan Gebang yaitu 425 murid persekolah dan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Sirapit yaitu 116 murid per sekolah. Rasio murid SLTA terhadap sekolah adalah 255,70 murid per sekolah. Hal ini berarti bahwa tiap SLTA rata-rata memiliki 256 murid. Rasio tertinggi dijumpai pada Kecamatan Gebang yaitu 665 murid per sekolah dan rasio terendah dijumpai pada Kecamatan Sirapit yaitu 52 murid persekolah,sedangkan di kecamatan Kutambaru dan Pematang Jaya mempunyai rasio 0. Sarana kesehatan di tingkat kecamatan dan pedesaaan di Kabupaten Langkat cukup memadai. Pada tahun 2013 tercatat ada 30 buah Puskesmas, 167 Puskesmas Pembantu, dan 1308 Pos Yandu yang tersebar di setiap kecamatan. Tenaga medis pemerintah yang tersedia di Kabupaten Langkat ada 192 dokter umum, 61 dokter gigig, dan 14 dokter spesialis. Sementara itu tenaga medis lain seperti bidan ada 935 orang. Jumlah sarana ibadah bagi umat beragama di Kabupaten Langkat cukup memadai jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Pada tahun 2013 jumlah Mesjid ada buah, Mushollah dan Langgar ada buah, Gereja 357 buah, Kuil ada 30 buah dan Vihara 25 buah. C. Gambaran Umum Partai PDI Perjuangan Lahirnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) tidak bisa dilepaskan dari konflik yang terjadai dalam tubuh Partai Demokrasi

14 Indonesia (PDI) dan menguatnya sosok Megawati Soekarnoputri di panggung politik. PDI lahir pada 10 januari 1973, sebagai fusi dari 5 partai politik (parpol) pasca pemilu tahun 1971, yang tergabung dalam Kelompok Demokrasi Pembangunan. Kelima parpol itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Murba, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan Partai Katolik. Berfusinya kelima parpol memang tak lepas dari peranan pemerintah yang berupaya menjalankan agenda politik memperkecil jumlah parpol dengan alasan untuk lebih mudah mengendalikan stabilitas politik. Para deklarator PDI yang terlibat pada saat fusi itu antara lain: Mohamad Isnaeni dan Abdul Madjid (PNI), Ben Mang Reng Say dan FS Wingnyo Sumarsono (Partai Katolik), Sabam Sirait dan A.Wenas (Parkindo), S Murbantoko dan Djon Pakan (Partai Murba) sementara dari IPKI diwakili Achmad Sukmadidjaja dan MH Sadri. Namun dikemudian hari, pada 11 Oktober 1994, IPKI menyatakan diri kembali kepada jati diri ormas yang independen, non politik dan non afiliasi. Pada rapat pertama lima pimpinan parpol, Mohamad Isnaeni Ketua PNI terpilih menjadi Ketua Umum PDI yang pertama. Susunan kepengurusan Partai Demikrasi Indonesia pada saat itu terdiri dari 25 anggota MPP (Majelis Pimpinan Pusat) dan 11 DPP (Dewan Pimpinan Pusat) termasuk Ketua Umum, 5 Ketua dan 4 Sekjen.

15 Ragam konflik yang terjadi dalam lima tahun pertama berdirinya PDI pada dasarnya menjadi ciri khas dinamika internal PDI yang berkelanjutan pada waktuwaktu sesudahnya. Satu dekade setelahnya, PDI masih terus direpotkan oleh pertentangan diantara jajaran elit partai.ketua Umum PDI saat itu Soerjadi, ditentang oleh kelompok Achmad Subagyo yang membuat manuver politik dengan membentuk DPP perlihan pada 21 Agustus 1991.Perjalanan konflik terus berlanjut hingga terselenggaranya Kongres PDI IV di Medan.Intervensi pemerintah melalui tangan tangan aparat keamanan dan pejabat sospol dalam berbagai kemelut di tubuh PDI juga sudah berlangsung sesaat sejak ahirnya PDI. Terlepas dari intervensi dan tekanan terhadap DPP PDI, di tangan Soerjadi PDI berkembang pesat menjadi partai yang kian diperhitungkan, artinya niat rezim penguasa untuk terus mengkerdilkan PDI tidak berhasil. Sebaliknya pada pemilu1992 perolehan suara PDI meninggkat.pdi memperoleh banyak pengikut dan simpatisan melalui berbagai strategi jajaran pimpinan PDI yang cerdik.salah satu strategi adalah mengakomodir tampilnya keluarga Bung Karno dan penonjolan semangat Soekarnoisme.Pada masa inilah muncul nama-nama Megawati Sukarno putri, Guruh Sukarnoputa, BN Marbun dan lai-lain. Dua kali masa kepemimpinan Soerjadi, PDI berhasil menambah perolehan 32 kursi di DPR RI. Pada pemilu 1987 PDI memperoleh tambahan 16 kursi dari 24 kursi pemilu sebelumnya, dan dalam pemilu 1992 naik 16 dari 40 kursi. PDI memperoleh 56 kursi di DPR RI.

16 Kongres IV PDI, Juli 1993 di Medan, berakibat tidak diakuinya segala keputusan dalam kongres, termasuk tepilihnya Soerjadi sebagai pimpinan DPP PDI yang terpilih melalui aklamasi. Megawati menyatakan diri secara de facto menjadi Ketua Umum PDI periode lewat sebuah konferensi pers dihadapan seluruh utusan DPC-DPC dan media massa dalam KLB Kongres Luar Biasa Surabaya (2-6 Desember 1993). Dalam acara pemandangan umum sebelumnya pada 4 Desember 1993, Megawati Soekarnoputri sudah memperoleh 84 persen utusan DPC-DPC PDI. Sebanyak 52 fungionaris DPD dari 27 provinsi secara aklamasi memilih Megawati. Naiknya Megawati Soekarnoputri ke tampuk PDI mengkhawatirkan pemerintah. Berbagai hasil analisis ahli politik Soeharto menyatakan, munculnya sosok megawati akan meradikalisasi suara masyarakat yang sudah jenuh dengan segala stabilitasa dan dan kemapana ala Orde Baru. Hal ini berpotensi mengancam stabilitas politik yang sudah dibangun Orde Baru.Langkah-langkah penggembosan PDI yang selama ini dilakukan pun kemudian lebih diintensifkan, salah satunya dengan memfasilitasi dan memperbesar konflik yang sedang terjadi anrata kubu Megawati dan kubu Soerjadi maupun dalam jajaran pengurus PDI lainnya. Puncak kemelut penjegalan Megawati oleh pemerintah terjadi dalam skenario Kongres Medan yang digelar kubu Soerjadi pada tahun 1996, yang bertujuan menggoyang kepemimpinan Megawati. Pada 20 Juni 1996, Ribuan warga simpatisan Megawati/PDI di Jakarta melakukan gerakan long march,

17 demikian keesokaannya diikuti duabelas ribu massa yang setibanya di Gambir bentrok dengan ABRI. Aksi serupa berupa penolakan juga merebak di Semarang, Surabaya, Solo, Lampung dan berbagai daerah lainnya. Pada peristiwa yang terkenal dengan peristiwa 27 Juli kelompok massa Pro Kongres Medan dibantu aparat keamanan merebut secara paksa kantor DPP PDI. Akibat akibat dari peristiwa itu tercata lima korban tewas, puluhan hilang dan ratusan luka-luka dan menjadi peristiwa paling kelabu dalam sejarah PDI hingga saat ini. Imbas dari berbagai kemelut internal PDI serta sikap Megawati terhadap Pemilu terlihat pada perolehan kursi PDI pada pemilu Hasil perolehan suara PDI secara nasional anjlok dari 14,89 persen menjadi 3,06 persen, perolehan kursi DPR menurun dari 56 kursi menjadi 11 kursi. Menguatya citra PDI dibawah Megawati membuat partai memiliki kesempatan melakukan pembenahan internal. Merebaknya aksi massa serta lengsernya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 membuka lembaran baru bagi PDI Perjuangan untuk mengkokohkan organisasi partai. Dalam perkembangan selanjutnya, serta didorong oleh tuntutan situasi dan kondisi politik nasional, maka pada taggal 1 Februari 1999, PDI Pro Mega akhirnya membentuk partai baru yang merupakan kelanjutan tak terpisahkan dari PDI yang didirikan pada 10 Januari Nama partai diubah menjadi PDI Perjuangan, dengan azas Pancasila dan bercirikan Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial. Selain nama, PDI Perjuangan juga mengubah logo kepala

18 banteng dalam segilima menjadi banteng gemuk dalam lingkaran. Sesuai dengan hasil keputusan kongres ke-5 PDI di Denpasar Bali sebelumnya, maka secara mendasar tidak banyak terjadi perubahan platform kecual lebih konsisten pada nilai-nilai kejujuran, keadilan dan kerakyatan. Pada pemilu 1999,PDI Perjuangan secara dramatis memenangkan Pemilu dengan perolehan 34 persen suara atau 36 juta pemilih, sementara PDI Soerjadi tak tembus electoral treshold. Kongres I PDI Perjuangan tanggal 27 Maret -1 April 2000 menhasilkan kepengurusan PDI Perjuangan masa bakti dan memantapkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum dan calon presiden dari PDI Perjuangan. Tabel 2.7 Pencapaian Suara Dan Kursi DPR RI Partai PDI Perjuangan Tahun Suara Kursi Peringkat (33,74%) 153 (33,12%) (18,53%) 109 (19,82%) (14,03%) 95 (16,96%) (18,95 %) 109 (19,46 %) 1 Sumber : KPU, diolah dari berbagai sumber. Pencapaian pada Pemilu Anggota DPR 2009 PDI Perjuangan mendapat 95 kursi (16,96 %) di DPR, setelah mendapatkan suara (14,0 %). Dengan hasil ini PDI Perjuangan menempati posisi ketiga dalam perolehan suara serta kursi di DPR.Pada pemilu selanjutnya perolehan suara dan kursi PDI Perjuangan mengalami peningkatan dari hasil pemilu sebelumnya. Pencapaian pada Pemilu Anggota DPR 2014 PDI Perjuangan mendapat 109 kursi (19,46%) di DPR hasil

19 Pemilihan Umum Anggota DPR tahun 2014, setelah mendapat suara (18,95 %). Dengan hasil ini, PDI Perjuangan menempati posisi pertama dalam perolehan suara serta kursi di DPR. D. Perspektif Ideologi dan Susunan Kepengurusan Partai D.1 Perspektif Ideolologi Partai Adapun kerangka landasan yang menjadi dasar bagi PDI Perjuangan dalam melangkah di dunia politik, sebagaimana yang dituangkan dalam dokumen partai PDI Perjuangan, yakni : Azas Partai, Ciri Dan Watak Partai, Tujuan, Fungsi Serta Platform Partai. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan merupakan partai yang berasaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 sesuai jiwa dan semangat lahirnya pada 1 Juni Ciri partai adalah organisasi politik yang terbuka untuk semua warga negara Indonesia tanpa membedakan suku, keturunan, agama, kedudukan, sosial, dan gender. Partai PDI Perjuangan memiliki jati diti Kebangsaa Indonesia, Kerakyatan dan Keadilan Sosial yang perjuangannya berlandaskan Pancasila dan watak partai adalah gotong royong, demokratis, merdeka, pantang menyerah dan terbuka. Partai PDI Perjuangan memiliki tujuan umum partai yaitu :

20 1. Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagaimana yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Membangun masyarakat pancasila 1 Juni 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur. Adapun tujuan khusus Partai yaitu : 1. Menghimpun dan membangun kekuatan politik rakyat; 2. Memperjuangkan kepentingan rakyat di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya secara demokratis; dan 3. Berjuang mendapatkan kekuasaan poitik secara konstitusional guna mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Partai ini memiliki fungsi yaitu : 1. Menjadi alat perjuangan guna membentuk dan membangun karakter bangsa; 2. Mendidik dan mencerdaskan rakyat agar bertanggung jawab menggunakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara; 3. Menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi rakyat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan nnegara;

21 4. Menghimpun, membangun dan menggerakkan kekuatan rakyat guna membangun masyarakat Pancasila ; dan 5. Melakukan komunikasi politik dan partisipasi politik warga negara. Tugas partai PDI Perjuangan adalah : 1. Mempertahankan dan mewujudkan cita-cita negara proklamasi 17 Agustus 1945 di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; 2. Melaksanakan, mempertahankan dan menyebarluaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa; 3. Menghimpun dan memperjuangkan aspirasi rakyat sebagai arah kebijakan politik Partai; 4. Memperjuangkan kebijakan politik Partai menjadi kebijakan politik penyelenggaraan negara; 5. Mempersiapkan kader partai dalam pengisian jabatan politik dan jabatan publik melalui mekanisme demokrasi, dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender; 6. Mempengaruhi dan mengawasi jalannya penyelenggaraan negara agar terwujud pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Platform PDI Perjuangan adalah organisai politik yang terbuka untuk semua warga negara Indonesia tanpa membedakan susku, keturunan, agama,kedudukan sosial, dan gender serta berwatak: Kebangsaan Indonesia, Kerakyatan dan Keadilan Sosial yang perjuangannya berlandaskan Pancasila. PDI Perjuangan telah berketetapan menjadikan dirinya sebagai sebuah partai modern

22 yang mempertahankan jati dirinya sebagai Partai Kerakyatan dengan tetap berrpegang teguh pada prinsip berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang kebudayaan. Sebagai partai yang mempunyai roh kedaulatan rakyat, PDI Perjuangan dicirikan oleh adanya pengakuan dan penghargaan terhadap demokrasi kebangsaan dan keadilan sosial.demokrasi menempatkan kekuasaan tertinggi di tangan rakyat yang diwujudkan melalui kedaulatan anggota partai dan diselenggarakan sepenuhnya melalui kongres partai.kebangsaan menempatkan prinsip kewarganegaraan yang mengakui adanya kesamaan hak dan kewajiban warga negara tanpa kecuali sebagai dasar satu-satunya dalam pengelolaan partai.bagi PDI Perjuangan prinsip ini menemukan bentuk konkretnya lewat sifatnya sebagai partai terbuka yang menempatkan kemajemukan sebagai kekayaan dan rahmat Tuhan.Keadilan soaial mengungkapkan komitmen PDI Perjuangan untuk senantiasa mengarahkan semua aktifitas bagi kepentingan rakyat banyak. Cita-cita Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur, serta beradab dan berketuhanan tidak hanya menuntut sebuah organisasi politik yang modern dan mempunyai roh kedaulatan rakyat, tetapi juga menuntut komitmen, moralitas dan etika yang tinggi bagi para penyelenggaranya. D.2 Susunan Kepengurusan Partai

23 Berikut merupakan susunan pengurus PDI Perjuangan untuk massa kerja hasil kongres IV di Hotel Inna Grand Bali Beach, Bali, April Ketua Umum : Megawati Soekarnoputri Ketua Dewan Pimpinan Pusat: Bidang Kehormatan Partai : Komaruddin Watubun Bidang Politik dan Keamanan : Puan Maharani Bidang Pemenangan Pemilu : Bambang Dwi Hartono Bidang Ideologi dan Kaderisasi : Idham Samawi Bidang Keanggotaan dan Organisasi : Djarot Saiful Hidayat Bidang Hukum dan HAM dan Perundang-undangan : Trimedya Panjaitan Bidang Perekonomian : Hendrawan Supratikno Bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup : Muhammad Prakosa Bidang Kemaritiman : Rokhmin Dahuri Bidang Pembanngunnan Manusia dan Kebudayaan : Andreas Hugo Pariera Bidang Sosial dan Penanggulangan Bencana : Ribka Tjiptaning Bidang Buruh Tani dan Nelayan : Mindo Sianipar Bidang Kesehatan dan Anak : Sri Rahayu Bidang Pendidikan dan Kebudayaan : I Made Urip Bidang Koperasi dan UMKM : Nursiwan Sujono Bidang Pariwisata : Wiryanti Sukamdani

24 Bidang Pemuda dan Olahraga : Sukur Nababan Bidang Keagamaan dan Kepercayaan : Hamka Haq Bidang Ekonomi Kreatif : Muhammad Prananda Prabowo Sekretaris Jenderal : Hasto Kritiyanto Wakil Bidang Internal : Utut Adiyanto Wakil Bidang Program Kerakayatan : Eriko Sotarduga Wakil Bidang Program Pemerintahan : Ahmad Basarah Bendahara Umum : Olly Dondokambey Wakil Bidang Internal : Rudianto Tjen Wakil Bidang Program : Juliari Pieter Batubara Berikut merupakan nama Komposisi Personalia DPC PDI Perjuangan Kabupaten Langkat masa bakti tahun Ketua DPC : Ralin Sinulingga. SE Wakil Ketua Bidang Kehormatan Partai : Romelta Ginting. SE Wakil Ketua Bidang Kaderisasi dan Ideologi : Beren Muli Sinuraya Wakil Ketua Bidang Organisasi : Jumari. S Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu : Sedar Sembiring Wakil Ketua Bidang Komunikasi Politik/Agitasi Propaganda: Rasmi. H. Hutabarat Wakil Ketua Politik Hukum dan Keamanan : Heri Lesmana Surbakti

25 Wakil Ketua Bidang Maritim : Siti Aulia Wakil Ketua Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan : Kirana Sitepu Wakil Ketua Bidang Ekonomi : Joni Sitepu Wakil Ketua Bidang Nelayan : Nazaruddin Wakil Ketua Bidang Petani : Endang Sri Hastuti Wakil Ketua Bidang Buruh : Malem Ukur. SP Wakil Ketua Bidang Perempuan dan Anak : Ari Ani Wakil Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga : Suhardi Surbakti Wakil Ketua Bidang Pariwisata, Seni Budaya dan Ekonomi Kreatif : Nurdiansyah Sekretaris : Sugiono. S.Pd Wakil Sekretaris : Ahmad Muhajir Bendahara : Hasrizal. SH D.3Daftar Caleg Tetap (DCT) DPC PDI Perjuangan Kabupaten Langkat pada Pemilu Legislatif tahun Berikut merupakan 50 nama calon legislatif DPC PDI Perjuangan Kabupaten Langkat yang dibagi kedalam lima daerah pemilihan yakni daerah pemilihan langkat 1, daerah pemilihhan langkat 2, daerah pemilihan Langkat 3, daerah pemilihan langkat 4, dan daerah pemilihan langkat 5.

26 Tabel 2.8 DCT Langkat 1 Nomor Nama Jenis Kelamin 1 Safril L 2 Sugito L 3 Arisma P 4 Budiman Arif Silalahi, SE L 5 Rosman Sitepu L 6 Maulani Maudini P 7 Darma Sinulaki L 8 Suwanto L 9 Khaira Yani P 10 Ahmad Muhajir, S.Sos L 11 Hj. Lismawati P Sumber : KPU Kab.Langkat Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah DCT partai PDI Perjuangan dari daerah pemilihan Langkat 1 berjumlah 11 orang. Hal ini sesuai dengan jumlah kursi DPRD Kabupaten Langkat yang diperebutkan yaitu sebanyak 11 kursi.dari DCT diketahui caleg laki-laki berjumlah 7 orang dan caleg perempuan berjumlah 4 orang.partai PDI Perjuangan telah memenuhi kuota 30 % dalam DCT dan mengurutkan DCTnya berdasarkan zipper sistem. Tabel 2.9 DCT Langkat 2 Nomor Nama Jenis Kelamin 1 Kirana Sitepu L 2 Suhardi Surbakti L 3 Faridah Ariani SS P 4 Hasrizal SH L 5 Nazaruddin L 6 Rasmi H Hutabarat P 7 Siswanto L 8 Fenty Helmy Matondang P 9 Yusni Faridah P

27 10 Heri Lesmana Surbakti L 11 Saiful Azhar L 12 Ade Irma Suryani P Sumber : KPU Kab. Langkat Di wilayah pemilihan Langkat 2 diisi oleh 12 orang caleg sesuai jumlah kursi yang diperebutkan.daftar caleg diisi oleh 7 caleg laki-laki dan 5 orang caleg perempuan. Tabel 2.10 DCT Langkat 3 Nomor Nama Jenis Kelamin 1 Romelta Ginting, SE L 2 Jumari S L 3 Endang Sri Astuti P 4 Arianto L 5 Sandrak Herman Manurung S.Sos L 6 Yuyun Sofiana P 7 Maulana Maudandi L 8 Maryono L 9 Nasrah P 10 Bambang Sumitro S.Pd M.Si L 11 Yusuf Ginting L 12 Yuni Ermayani P Sumber : KPU Kab. Langkat Untuk daerah pemilihan Langkat 3, jumlah DCTnya sama dengan jumlah pada daerah pemilihan Langkat 2 yang berjumlah 12 orang. DCT pada dapil ini diisi oleh 8 caleg laki-laki dan 4 caleg perempuan.pengurutan daftar caleg perempuan terletak pada kelipatan 3.

28 Tabel 2.11 DCT Langkat 4 Nomor Nama Jenis Kelamin 1 Malem Ukur L 2 Abdi Surbakti L 3 Elisabet Sitepu P 4 Jumadi L 5 Oktanina Sari Br Sijabat P 6 Joni Sitepu L 7 Febri Susilawati Br Sinuraya P Sumber : KPU Kab. Langkat Daerah Pemilihan langkat 4 adalah daerah pemilihan paling kecil.jumlah DCT dari dapil hanya berjumlah 7 orang sesuia dengan kursi yang diperebutkan.dct dari dapil ini diisi oleh 4 orang caleg laki-laki dan 3 orang caleg perempuan. Tabel 2.12 DCT Langkat 5 Nomor Nama Jenis Kelamin 1 Beren Muli Sinuraya L 2 Ralin Sinulingga L 3 Siti Faradila P 4 Hendra Calvin Sembiring L 5 Basmasa Bangun L 6 Sri Ulina P 7 Sunardi L 8 Marsiska Elvi Yesma P Sumber : KPU Kab. Langkat Untuk daerah pemilihan langkat 5 terdapat 8 orang caleg partai PDI Perjuangan.Daftar caleg diisi oleh 5 orang caleg laki-laki dan 3 orang caleg perempuan.

29 Berdasarkan tabel nama caleg PDI Perjuangan terdapat 31 orang caleg berjenis kelamin laki-laki dan 19 orang caleg perempuan dati total 50 daftar calon tetap DPC PDI P Kabupaten Langkat. Hal ini menunjukkan PDI Perjuangan telah memenuhi persyaratan 30 % kuota caleg perempuan dalam DCTnya.PDI Perjuangan memasukkan 38 % Kuota perempuan dalam daftar caleg tetapnya.

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang BAB II DESKRIPSI LOKASI II. 1 Sejarah Kab. Langkat II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Mbina Pinem 1. Abstrak

PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Mbina Pinem 1. Abstrak PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT Mbina Pinem 1 1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan 20211 Telp.(061) 6627549

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. politik itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Ikatan Pendukung

IV. GAMBARAN UMUM. politik itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Ikatan Pendukung IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah PDI Perjuangan Berdirinya PDI Perjuangan berawal dari berfusinya 5 partai politik pasca pemilu 1971, yang tergabung dalam Kelompok Demokrasi Pembangunan. Kelima partai politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya cita-cita luhur untuk membangun dan mewujudkan Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang merubah sistem pemerintahan dari presidensial menjadi

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang merubah sistem pemerintahan dari presidensial menjadi IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah PDI Perjuangan Pada awal kemerdekaan Indonesia, tanggal 16 Oktober 1945 dikeluarkannya maklumat wakil presiden No.X mengenai pembentukan KNIP yang diikuti

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

ANGGARAN DASAR PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA ANGGARAN DASAR PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA MUKADIMAH Bahwa cita-cita luhur untuk membangun dan mewujudkan tatanan masyarakat Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka I. PEMOHON Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB), dalam hal ini diwakili oleh Drs. H. Muhaimin Iskandar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada tahun Terdapat 5 (lima) partai sebagai pembentuk PDI, yakni PNI,

GAMBARAN UMUM. pada tahun Terdapat 5 (lima) partai sebagai pembentuk PDI, yakni PNI, IV. GAMBARAN UMUM A. Sejarah PDI Perjuangan PDIP merupakan keberlanjutan atau transformasi dari PDI di era Orde Baru. PDI sendiri adalah partai yang lahir dari fusi yang dipaksakan oleh negara pada tahun

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 7 06/07/2009 2:37 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2001 KEPUTUSAN PRESIDEN

Lebih terperinci

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian 2. Deskripsi Kelurahan Polonia Kelurahan Polonia merupakan salah satu dari kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Polonia yang memilki luas 1,57km 2 dan terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG BARU DIBENTUK Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan. Pembangunan sektor pertanian ini sangat penting karena

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab-012.329248/TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA

ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA ANGGARAN DASAR PARTAI PENGUSAHA DAN PEKERJA INDONESIA PEMBUKAAN Bahwa Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 telah memberikan arah dan landasan perjuangan bagi bangsa Indonesia, yang selanjutnya pada pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan demokrasi di Indonesia secara bertahap terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Daerah Pilihan Daerah Istimewa Yogyakarta 5

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Daerah Pilihan Daerah Istimewa Yogyakarta 5 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Daerah Pilihan Daerah Istimewa Yogyakarta 5 Pada pemilihan calon legislatif tahun 2014 di Daerah Istimewa Yogyakarta dibagi menjadi 7 daerah pemilihan berdasarkan jumlah

Lebih terperinci

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan Tujuan Indonesia Merdeka 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN TAHUN PIAGAM PERJUANGAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN TAHUN PIAGAM PERJUANGAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN TAHUN 2015 2020 PIAGAM PERJUANGAN Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Bahwa sesungguhnya cita-cita luhur untuk membangun dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

Perolehan Suara Partai Politik di Kabupaten Langkat Tahun 2009

Perolehan Suara Partai Politik di Kabupaten Langkat Tahun 2009 Jurnal POLITEIA Vol. No. Januari 00 ISSN: 06-990 Perolehan Suara Partai Politik di Kabupaten Langkat Tahun 009 T. IRMAYANI Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BABUSSALAM LANGKAT

BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BABUSSALAM LANGKAT BAB II SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BABUSSALAM LANGKAT 2.1 Sejarah Langkat Kabupaten Langkat yang dikenal sekarang ini mempunyai sejarah yang cukup panjang. Kabupaten Langkat sebelumnya adalah sebuah kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Langkat sekarang adalah Stabat. Jarak rata-rata dari Kota

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN Nomor 11/Kpts/022.658791/III/2014 TENTANG JADWAL KAMPANYE RAPAT UMUM PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Kabupaten Luwu Utara Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan wilayah penelitian dimana wilayah penelitian ini berada di Kabupaten Luwu Utara Provinsi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Kabupaten Lampung Timur Kabupaten Lampung Timur merupakan Kabupaten yang terletak di Provinsi Lampung yang merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan

Lebih terperinci

MELIHAT PARTISIPASI MASYARAKAT LANGKAT PADA PEMILU T. Irmayani

MELIHAT PARTISIPASI MASYARAKAT LANGKAT PADA PEMILU T. Irmayani Jurnal Wawasan, Juni 2005, Volume 11, Nomor 1 MELIHAT PARTISIPASI MASYARAKAT LANGKAT PADA PEMILU 2004 T. Irmayani Abstract: General election is one of the absolute conditions, a sine Qua Non Condition,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 SERI E NOMOR 1 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 110/2000, PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG DIBENTUK SETELAH PEMILIHAN UMUM 1999 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4801 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Biografi Presiden Megawati Soekarnoputri. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :20

Biografi Presiden Megawati Soekarnoputri. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :20 Bernama Lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau akrab di sapa Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi kesinambungan dibandingkan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengkajian Perilaku pemilih di Indonesia secara spesifik memberi perhatian mendalam tentang pemungutan suara, khususnya mengenai dukungan dan pola perilaku yang berkenaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. mendapatkan data tentang objek penelitian dari website Partai Nasdem yaitu

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. mendapatkan data tentang objek penelitian dari website Partai Nasdem yaitu BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Bab ini akan membahas tentang objek penelitian dalam penelitian ini. Penulis mendapatkan data tentang objek penelitian dari website Partai Nasdem yaitu partainasdem.org,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM,

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI ATAU DEWAN

Lebih terperinci

REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM DEWAN PIMPINAN CABANG PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DI KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI

REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM DEWAN PIMPINAN CABANG PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DI KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI i REKRUTMEN CALON LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM DEWAN PIMPINAN CABANG PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DI KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 33/Kpts/KPU-Kab-019.964931/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN CALON YANG DIAJUKAN PARTAI POLITIK ATAU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan masyarakat yang memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak, serta menyampaikan hak nya sebagai

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LIGA MAHASISWA NASDEM. BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN dan AFILIASI. Pasal 1

ANGGARAN DASAR LIGA MAHASISWA NASDEM. BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN dan AFILIASI. Pasal 1 ANGGARAN DASAR LIGA MAHASISWA NASDEM BAB I NAMA, WAKTU, TEMPAT KEDUDUKAN dan AFILIASI Pasal 1 Organisasi massa mahasiswa ini bernama Liga Mahasiswa NasDem Pasal 2 Liga Mahasiswa Nasdem ini didirikan pada

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013 ANATOMI CALEG PEMILU 2014 FORMAPPI 3 Oktober 2013 I. Pengantar Alasan melakukan kajian: Membantu pemilih mendapatkan informasi yang utuh tentang Caleg dalam Pemilu 2014. Lingkup kajian: Profil Caleg Pemilu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep

PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep PROFIL DPRD KABUPATEN SUMENEP PERIODE 2009-2014 Disusun oleh: Bagian Humas & Publikasi Sekretariat DPRD Sumenep 1 SEKILAS DPRD KABUPATEN SUMENEP DPRD Kabupaten Sumenep merupakan lembaga perwakilan rakyat

Lebih terperinci

KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK OLEH DRS. SYAMSUDDIN, M.Si DIREKTORAT POLITIK DALAM NEGERI DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM 1 UU NO

Lebih terperinci

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010. Lampiran 1. Jumlah tani per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2009 No KABUPATEN/KOTA KELOMPOK TANI/POKTAN 1 Dairi 673 2 Deli Serdang 1.512 3 Humbang Hasundutan 808 4 Karo 2.579 5 Langkat 1.772 6 Pak Pak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI... Lampiran 2 Model F6-Parpol REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI 1 PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2 PARTAI BULAN BINTANG (PBB) TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA Sejarah dan Profil Kabupaten Labuhan Batu Utara Sejarah Singkat Sebutan Labuhanbatu bermula ketika pada tahun 1862 Angkatan Laut Belanda

Lebih terperinci

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK Pemkot Magelang memberikan bantuan keuangan kepada sembilan partai politik tahun 2016, senilai total Rp560.702.300. Namun yang dapat dicairkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. dengan luas desa 337,64 Ha yang terdiri dari 186 Ha sawah, 44,64 Ha Perumahan, 15

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. dengan luas desa 337,64 Ha yang terdiri dari 186 Ha sawah, 44,64 Ha Perumahan, 15 BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Deskripsi Singkat Desa Pagar Jati merupakan bagian dari Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Desa Pagar Jati telah berdiri sejak tahun 1948 dan terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BENGKULU KEPUTUSAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BENGKULU KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BENGKULU KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BENGKULU NOMOR : 58/HK.03.1-Kpt/1771/KPU-Kot/X/2017 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING SEDIKIT SEBAGAI PERSYARATAN

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

BAB II GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai BAB II GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor Inspeksi

Lebih terperinci

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan SEMINAR KOALISI PEREMPUAN INDONESIA (KPI) Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan 20 Januari 2016 Hotel Ambhara 1 INDONESIA SAAT INI Jumlah Penduduk Indonesia per 201 mencapai 253,60 juta jiwa, dimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA Sejarah dan Perkembangan PDI Perjuangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA Sejarah dan Perkembangan PDI Perjuangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum PDI Perjuangan 4.1.1. Sejarah dan Perkembangan PDI Perjuangan PDI Perjuangan pada awal pembentukannya bernama Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Kuliah ke-11 suranto@uny.ac.id 1 Latar Belakang Merajalelanya praktik KKN pada hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan DPR dan MPR mandul, tidak mampu

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 PROFIL KOTA PROBOLINGGO. Gambar 3 : Peta Kota Probolinggo

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 PROFIL KOTA PROBOLINGGO. Gambar 3 : Peta Kota Probolinggo BAB IV DESKRIPSI WILAYAH 4.1 PROFIL KOTA PROBOLINGGO Gambar 3 : Peta Kota Probolinggo Posisi geografi Kota Probolinggo terletak pada 7derajat 43 41 sampai dengan 7derajat 49 04 Lintang Selatan dan 113derajat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.

Lebih terperinci

Kuesioner Kualitas calon legislatif perempuan Sumut. I. Identitas Diri 1. Nama : Usia :...Thn 3. Alamat :...

Kuesioner Kualitas calon legislatif perempuan Sumut. I. Identitas Diri 1. Nama : Usia :...Thn 3. Alamat :... Kuesioner Kualitas calon legislatif perempuan Sumut I. Identitas Diri 1. Nama :... 2. Usia :...Thn 3. Alamat :...... 4. Agama : a. Islam d. Hindu b. Kristen katholik e. Budha c. Kristen Protestan f. Kong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945) menyebutkan bahwa tujuan dari dibentuknya negara Indonesia adalah:

Lebih terperinci

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik - FISIP Universitas Indonesia (PUSKAPOL FISIP UI) Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 5 TAHUN 2009 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 83 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS UTARA

BUPATI MUSI RAWAS UTARA bmsz BUPATI MUSI RAWAS UTARA PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS UTARA NOMOR: VZ TAHUN 2016 TENTANG BANTUAN KBUANQAN KBPADA PARTAI POUTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BSA BUPATI MUSI RAWAS UTARA, Menimbang a.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN UMUM GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

BAB II PEMBAHASAN UMUM GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai BAB II PEMBAHASAN UMUM GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI 2.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor Inspeksi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 54 TAHUN : 2015 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

BAB III PENYAJIAN DATA. 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten BAB III PENYAJIAN DATA 5. Potensi Penerimaan PBB-P2 Di Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Langkat Pemberlakuan Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan menjadi Pajak Daerah di Kabupaten Langkat

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya tujuan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami 4 (empat) kali perubahan, bahwa Pemilu

Lebih terperinci