Perolehan Suara Partai Politik di Kabupaten Langkat Tahun 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perolehan Suara Partai Politik di Kabupaten Langkat Tahun 2009"

Transkripsi

1 Jurnal POLITEIA Vol. No. Januari 00 ISSN: Perolehan Suara Partai Politik di Kabupaten Langkat Tahun 009 T. IRMAYANI Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan No. Medan, 055, Telepon: Diterima tanggal Agustus 009/Disetujui tanggal September 009 The General Election in 009 has been completed in Indonesia, included in Langkat Regency. There is an interesting phenomenon of the conduct of these elections. This study uses political behavioral approach and institusional. This study aimed to look at the votes of political parties in the years Then, describe the phenomenon of people's choice in the legislative elections in Langkat. The results show that in election years 999, 00 and 009, always going changes in the direction of votes of voters. If in the year 999 the Indonesian Democratic Party of Struggle (PDIP) is winning, the most votes in 00 were replaced by the Golkar Party (Partai Golkar). Next General Election (009) in the Langkat Regency show the emergence of the Democratic Party (Partai Demokrat) as the party most votes miners. These results indicate that voter s choices at Langkat Regency are difficult to conjecture. So that it can be said the election results in Langkat follow the election result in national stage. Keywords: General elections, Political parties, Direction of vote. Pendahuluan Dalam ilmu politik, dikenal dua macam cara pemahaman fenomena politik. Pemahaman pertama adalah pemahaman secara normatif biasanya tercermin dalam konstitusi pada masing-masing negara, sedangkan cara pemahaman kedua adalah melalui pemahaman secara empiris, yakni bagaimana melihat makna demokrasi itu dalam perwujudannya dalam kehidupan politik. Untuk merealisasikan gagasan demokrasi yang normatif dan tampak menjadi kenyataan (demokrasi secara empiris) maka pemerintahan harus dijalankan dengan kehendak rakyat (will og the people). Otoritas suatu pemerintahan akan bergantung kepada kemampuannya untuk mentransformasikan kehendak rakyat ini sebagai nilai tertinggi di atas kehendak negara (will of the state). Atas izin terwujud dengan keberadaan lembaga perwakilan rakyat (legislatif). Oleh sebab itu kedudukan lembaga perwakilan menjadi penting sebagai badan legislatif atau sebagai refleksi atas kedaulatan rakyat itu. Hal ini dipandang bahwa dewan perwakilan rakyat sajalah yang memiliki wewenang untuk mengartikulasikan kehendak rakyat kedalam bentuk peraturan. Badan legislatif sebagai representasi partaipartai politik mempunyai tanggung jawab yang besar atas kepercayaan yang sudah diberikan oleh rakyat melalui pemberian secara dengan sarana pemilu. Sebagai badan legislatif yang merupakan salah satu lembaga de- Afan Gaffar, Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 999), hal..

2 Jurnal POLITEIA Vol. No. Januari 00 ISSN: mokrasi maka, dituntut untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya. Pemilihan Umum (Pemilu) pada dasarnya merupakan ajang pertemuan dan persetujuan diantara massa, rakyat, untuk menentukan wakil-wakil rakyat yang akan duduk di parlemen, sebuah pertemuan dan persetujuan tentu saja mengasumsikan adanya kesamaan, baik dalam pandangan maupun kepentingan seluruh warga sipil yang memiliki hak dalam memilih. Dalam prosesnya, pemilih harus memegang suatu otoritas penuh sehingga ia memilih dengan penuh kesadaran, kepahaman, dan tanpa paksaan. Dengan kata lain, pemilih tidak lain dari representasi pilihan atau sikap politik rakyat. Keputusan politik yang rasional dan merdeka tentu mengandalkan tersedianya ruang politik (political space) yang menjadi landasan dan ruang kebebasan untuk menentukan sikap. Pemilu yang rasional dan merdeka bukan sekedar mengenal tanda gambar dan sejumlah prosedur pencoblosan, namun diawali oleh pengenalan, kedekatan, penerimaan, bahkan komitmen terhadap sebuah parati yang dipilih atau orang-orangnya. Berdasarkan pemikiran dan pengalaman pemilu, maka pemlu 009 yang baru terjadi dilakukan dengan sistem proporsional murni (dengan sistem suara terbanyak). Melalui penentuan kursi dengan sistem suara terbanyak ini diharapkan para wakil rakyat dan konstitusinya mempunyai kedekatan sehingga para wakil rakyat lebih dapat merespon kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang diwakilinya. Pemilu pertama masa Orde Baru tahun 97 dirancang untuk mencapai tujuan ganda, menformalkan sistem politik pada setiap tingkat didominasi oleh birokrasi, dengan Presiden Suharto dan Angkatan Bersenjata memegang kendali kekuasaan tetap berbagi dengan pejabat sipil dalam pelaksanaan dan pengambilan keuntungan, dan melegitimasikan sistem tersebut sebagai pengejawantahan Indonesia dari prinsip kedaulatan rakyat di mata pendukungnya dan dunia. Pemilu sela- David E Apter, Pengantar Analisa Politik, (Jakarta: Rajawali, 988), hal. 7. R. William Lidde, Pemilu-pemilu Orde Baru Pasang Surut Kekuasaan Politik, (Jakarta: LPES, 99), hal. 6. ma Orde Baru (97 997) di Kabupaten Langkat terbagi ke dalam organisasi sosial politik yang memiliki perbedaan ideologi, ada yang berdeologi nasionalis dan ada yang berideologi Islam. Dan selama itu pula setiap pemilu selalu dimenangkan Golkar. Tak bisa dipungkiri, bahwa pada rezim orde baru pegawai negeri memegang peranan penting dalam perolehan suara golkar yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan perolehan partai-partai politik yang lain. Wajib hukumnya bagi setiap pegawai negeri untuk memilih Golkar. Memasuki era Reformasi pemilu dilaksanakan dengan semangat kebebasan bebas dari tekanan aparat, sehingga bisa berlangsung secara adil, jujur, dan demokratis. Dengan dibukanya cara kebebasan bagi warga untuk berpolitik maka pada tahun pemilu 999 muncul 8 partai, tahun 00 diikuti partai dan pada pemilu 009 dimeriahkan dengan 8 partai nasional dan 6 partai lokal (Nangroe Aceh Darussalam). Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu media bagi kebebasan politik rakyat dalam mengekspresikan kedaulatannya. Pelaksanaan pemilu bisa dikatakan sebagai demokrasi secara langsung, karena melalui pemilu rakyat dapat menggunakan kedaulatannya yang tertinggi, dalam artian rakyat berperan secara langsung dalam pengambilan keputusan negara. Pemilu menjadi prasyarat dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat secara demokratis untuk menjamin agar terselenggaranya perubahan kekuasaan pemerintahan secara teratur, terkonsep dan damai sesuai dengan mekanisme yang diatur dan dijamin oleh konstitusi. Menurut Samuel P. Huntington, prosedur u- tama demokrasi adalah pemilihan para pemimpin secara kompetititf oleh rakyat yang mereka pimpin. 5 Pernyataan Huntington ini menekankan pada pelaksanaan pemilu harus jujur dan adil dalam setiap kompetisi para peserta pemilu dan diharapkan dapat menghasilkan lembaga-lembaga demokrasi yang ditempati. Oleh para wakil rakyat yang pada Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: PT Gramedia, 005), hal Samuel P Huntington, Gelombang Demokrasi Ketiga, (Jakarta, Grafiti Press, 995), hal..

3 Jurnal POLITEIA Vol. No. Januari 00 ISSN: akhirnya berpihak serta berjuang untuk kepentingan rakyat. Tidak kurang pentingnya, dalam konteks ini ialah prinsip yang menyangkut sistem prosedural pemilihan formal, yang mencakup aturan-aturan tentang hak untuk memilih dan aturan tentang bagaimana suara itu dihitung. Tujuannya ialah a- gar dalam prinsip tidak ada seseorang pun dari warga negara yang seringkali hak pilihnya dan tidak satupun yang terbuang sia-sia, baik dalam arti perhitungan kuantitatifnya maupun bobot nilai jenis pilihan yang oleh setiap orang lewat suaranya itu. Pemilihan Umum Tahun 009 di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara berlangsung dengan semangat yang ideal sebagaimana pemilihan umum di tempat lain di Indonesia. Pemilihan umum tersebut dilaksanakan dengan kompetitif serta diikuti oleh banyak partai politik. Sebagai dampak dari kebebasan rakyat dalam menentukan pilihannya maka semakin tersebarlah suara masyarakat pada partai politik peserta pemilu yang ada. Jika pemilu pada masa orde baru suara pemilu berpihak kepada Partai Golkar, maka pasca reformasi Partai Golkar tidak lagi menjadi sasaran pilihan masyarakat Kabupaten Langkat. Meski demikian pilihan masyarakat menjadi sangat dinamis pada setiap pelaksanaan pemilu. Hasil pemilihan umum tahun 999 dan hasil pemilihan umum tahun 00 memperlihatkan fenomena tersebut. Jika di tahun 999 partai PDI-P menjadi sasaran pilihan masyarakat, maka di tahun 00, Partai Golkar kembali menjadi sasaran pilihan masyarakat. Studi ini akan melihat perolehan suara partai politik di tahun untuk menggambarkan fenomena pilihan masyarakat pada pemilu legislatif di Kabupaten Langkat. Pendekatan dan Metode Studi ini menggunakan pendekatan prilaku politik dan prilaku kelembagaan. Fokus studi ini adalah perolehan suara partai politik pada pemilihan umum legislatif khususnya DPRD tahun 009. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka dan studi dokumen. Analisis menggunakan analisis perbandingan antara pemilu 999, 00, dan 009. Profil Kabupaten Langkat Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada masa Kolonial Belanda, Status Kabupaten Langkat berbentuk keresidenan dan kesultanan (kerajaan). Pemimpin pemerintahan dikenal dengan istilah Residen yaitu Morry Agesten. Kedudukan Residen ini berada di Binjai dengan kewenangan yang berbeda dengan Sultan Langkat. Jika Sultan Langkat bertugas di bidang orang-orang asli (pribumi) maka Morry Agesten mengurus o- rang-orang asing saja. Pada periode 965 sampai dengan 96 terdapat tiga orang Sultan yang mengurus Kesultanan Langkat. Sultan pertama bernama Sultan Haji Musa Almahadamsyah (865-89). Kemudian dilanjutkan dengan masa kepemimpinan Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah (89-97) dan terakhir kepemimpinan Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah dilanjutkan oleh Sultan Mahmud (97-95/6). Jika dilihat dari latar belakang sejarahnya, Kabupaten Langkat merupakan wilayah yang terbentang antara sungai Seruwai atau daerah Tamiang sampai ke daerah aliran anak sungai Wampu. 6 Sementara asal muasal dari kata langkat sebenarnya bermula dari nama sejenis pohon yang dikenal penduduk Melayu setempat dengan sebutan pohon langkat yang tumbuh dipinggiran sungai langkat. Karena fenomena inilah pada akhirnya kerajaan yang ada diwilayah ini disebut Kerajaan Langkat. 7 Pembentukan Kabupaten Langkat secara yuridis adalah berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 965, yaitu tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten- Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Sumatera Utara. 8 Posisi geografisnya terletak pada koordinat 0 sampai 0 Lintang Utara sampai Bujur Timur. Bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo. Pada sisi Timurnya berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kotamadya Binjai, dan sebelah 6 M. Arif Nasution dkk, Struktur Ekonomi Kabupaten Langkat, (Medan, Unit Pengembangan Riset FISIP USU, 00), hal Ibid. 8 Ibid., hal. 7. 5

4 Jurnal POLITEIA Vol. No. Januari 00 ISSN: Barat berbatasan dengan Daerah Aceh. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 6.6,9 Km atau 7,0% dari luas keseluruhan wilayah Provinsi Sumatera Utara. 9 Kabupaten Langkat dianggap strategis karena merupakan tujuan imigrasi berbagai etnis. Dampak dari hal ini adalah masyarakat di Kabupaten Langkat terdiri dari berbagai etnis. Ada etnis Jawa, Melayu, Karo, Minangkabau, Kalimantan, Tapanuli dan lain-lain. Tidak ada etnis yang sangat mayoritas di Kabupaten Langkat. Sedangkan dari segi komposisi keyakinan, maka agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk Kabupaten Langkat. 0 Kinerja KPU dan Partisipasi di Kabupaten Langkat Hak warga negara dalam menyalurkan pilihannya telah di jamin oleh undang-undang. Sehingga warga negara benar-benar terdaftar sebagai warga masyarakat dan sekaligus sebagai pemilih. Meski demikian, dalam pelaksanaanya kesalahan prosedur dapat menyebabkan hilangnya hak pilih seseorang. Dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu perlu menjadi lembaga yang bertanggung jawab atas masalah tersebut. Oleh sebab itu keberhasilan demokrasi politik lewat pemilu, dan kualitas pemilu tidak hanya ditentukan oleh kesadaran politik warga negara. Akan tetapi juga ditentukan oleh kualitas kinerja lembaga penyelenggara pemilu. Penyelenggara pemilu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya harus berpedoman pada profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas sebagaimana yang tertuang dalam UU No. Tahun 007 Tentang Penyelenggara Pemilu. Profesionalitas berkaitan dengan kemampuan dalam menyelenggarakan setiap tahapan pemilu dengan cermat dan teliti. Akuntabilitas berkaitan dengan kemampuan penyelenggara pemilu dalam bertindak sesuai dengan peraturan yang ada dan dapat menafsirkan setiap peraturan yang dibuat dengan benar dan bertanggung jawab. Sedangkan efisiensi dan efektif berkaitan dengan kemampuan mengelola sum- 9 Ibid., hal Ibid., hal. 0. ber daya dan menggunakan waktu dalam setiap tahapan pemilu semaksimal mungkin. Untuk mengukur ketiga variabel tersebut d- apat dilihat dari hasil setiap tahapan pemilu yang dibuat KPU mulai dari Daftar Pemilih Tetap, Sosialisasi dan Hasil Pemilu. Secara nasional KPU sebagai lembaga yang bertanggung jawab penuh berhasil atau tidaknya pemilu dianggap gagal menghasilkan Pemilu yang berkualitas sehingga Pemilu 009 dinilai sebagai pemilu terburuk sejak era reformasi, dibandingkan dengan Pemilu 999 dan Pemilu 00. Buruknya kinerja pemilu tidak saja ditingkat pusat, akan tetapi kinerja KPU daerah. Ketidakcermatan dan kurang telitinya KPU dalam memutakhirkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) menyebabkan banyak warga yang memiliki hak pilih tetapi tidak tercantum dalam DPT, membuat warga itu tidak dapat mengikuti pemungutan suara. Grafik PersentaseSuara sah dan suara tidak sah Minimnya informasi pemilu dan pendidikan pemilih menghasilkan jumlah suara sah yang rendah, yaitu suara (86,6 persen) sedangkan suara tidak sah mencapai 6.6 dari total pemilih di Kabupaten Langkat (lihat Grafik ). Sementara yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai 5. (5,67 persen). Bandingkan dengan Pemilu 00 dengan jumlah suara sah sebanyak 9,9 persen dan tingkat golput hanya 9 persen dari total jumlah pemilih (lihat Grafik ). Dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, sistem pemilu pertama yang sangat jauh berbeda dengan sistem pemilu-pemilu sebelumnya ternyata tingkat golput dan suara tidak sah sangat kecil pada Pemilu 00. Ini menunjukkan KPU Kab. Langkat sebagai penyelenggara pemilu di daerah tidak bekerja secara efisien dan e- fektif dalam mensosialisasikan ajakan untuk 6

5 Jurnal POLITEIA Vol. No. Januari 00 ISSN: memilih dan cara memilih yang benar. Seharusnya dalam sosialisasi KPU Kabupaten Langkat dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat dan membuat rencana sosialisasi berjenjang mulai dari tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, hingga tingkat desa, kelurahan sampai tingkat dusun dan lingkungan. Grafik Persentase tingkat Golput Akuntabilitas KPU Kabupaten Langkat yang kurang tampak pada kurangnya pemahaman petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) dalam menentukan secara sah dan tidak sah saat penghitungan suara. Amburadulnya rekapitulasi suara di tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) sampai pada rekapitulasi di tingkat kabupaten. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemilih yang berbeda antara DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten. Jumlah pemilih untuk DPR sebanyak 58.70, pemilih untuk DPRD Provinsi sedangkan pemilih untuk DPRD Kabupaten sebesar 58.. Seharusnya jumlah pemilih untuk seluruhnya sama. Kalaupun berbeda yang lebih tinggi seharusnya jumlah pemilih untuk DPR dan DPRD Provinsi, bukan sebaliknya. Contoh ; seorang dokter yang tinggal di Kotamadya Binjai karena tugas ia harus memilih di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat pada hari H. Ia hanya mendapat (tiga) surat suara, yaitu surat suara DPR, DPD dan DPRD Provinsi, karena wilayah (daerah) pemilihan untuk ketiga lembaga tersebut sama. Sedangkan untuk surat suara kabupaten ia tidak dapat karena bukan penduduk Langkat. Sekali lagi ini menunjukkan ketidakprofesionalan anggota KPU Langkat dalam menjalankan tugasnya. Dinamika Hasil Pemilu Legislatif Hasil pemilu 999, memperlihatkan dengan jelas polarisasi peta kekuatan politik baru di DPRD pasca rezim Orde Baru. Golkar yang selalu menjadi kekuatan mayoritas mutlak selama pemilu-pemilu di bawah rezim orde baru harus puas hanya dengan mendapat kursi sebanyak sembilan buah. Hasil pemilu 999 tersebut merupakan justifikan kuatnya tuntutan perubahan politik seperti dicerminkan di dalam dukungan yang diberikan cukup besar terhadap partai-partai produk reformasi seperti PDI-P. Akan tetapi hasil kemenangan gemilang PDI- P pada pemilu 999 tidak dapat diraih pada pemilu 00, PDI-P harus puas dengan hanya memperoleh 8 kursi. Meskipun Golkar tidak dapat kembali mendominasi perolehan kursi di DPRD Langkat seperti yang selalu dialami Golkar yang mendominasi perolehan suara persen selama enam kali pemiu Orde Baru pada pemilu 00 sebagai kekuatan lama Golkar kembali menunjukkan kemampuannya dengan menambah perolehan suara 5 persen atau kursi. Dengan sistem pemilu yang melibatkan pemilih yang berhak secara luas bukan saja di dalam pendaftaran kampanye, dan pengesahan suara, akan tetap di dalam pencalonan dan sistem suara terbanyak pemilu tahun 009 mengejutkan kita dengan munculnya partai Demokrat meraup suara terbanyak. Dengan sistem suara terbanyak diharapkan adanya kontrol rakyat kepada partai dan calon, sehingga wakil rakyat yang dihasilkannya merasa wajib berjuang untuk kepentingan pihak yang diwakilinya. Dinamika politik masyarakat di Kabupaten Langkat bergerak mengikuti irama politik nasional. Meskipun harus bersaing ketat dengan partai Golkar dan Partai Demokrasi Indonesia perjuangan (PDI-P) suara rakyat diraup Partai Demokrat sangat signifikan. Suara partai Demokrat meningkat dari 5, persen di tahun 00 menjadi, 99 persen pada pemilu 009. sedangkan Golkar yang mendapat suara tertinggi di tahun 00 sebesar 5, 0 persen turun tidak sampai separuh dari perolehan suara tahun 00 yakni hanya 0,05 persen. Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia, Kestabilan, Peta Kekuasaan Politik dan Pembangunan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Indonesia, 995), hal. 7. 7

6 Jurnal POLITEIA Vol. No. Januari 00 ISSN: Tabel Perolehan Suara Partai Politik (DPRD) di Kabupaten Langkat Hasil Pemilu 00 No Nama Partai Suara (%) Q Partai Golkar PDI-P PPP PBB PKS PAN Partai Demokrat PBR PKPB Partai Pelopor PKB PDK 5,0 6,7,8 5,06 5,0 5,5 5,,86,8,0,8, Kursi 8 Jumlah Total 5 Tidak hanya suara Golkar yang turun. Fenomena serupa juga dilalui oleh PDI-P yang juga tergolong partai nasional besar. Bahkan penurunan perolehan suara partai itu lebih tragis. Jika diawal reformasi pada pemilu 999 partai berlambang kepala banteng ini meraih suara terbesar,8 persen, pada pemilu 00 meraup 6,7 persen, kini hanya,67 persen. Jika sebelumnya partai ini menang di Luhak Langkat Hulu, dengan merebut kursi, pemilu kali ini hanya berhasil mendapat kursi (lihat Tabel ). Tabel Perolehan Suara Partai Politik (DPRD) di Kabupaten Langkat Hasil Pemilu 999 No Nama Partai Suara (%) PDI-P Partai Golkar Partai Persatuan Pembangunan Partai Amanat Nasional Partai Bulan Bintang Partai Keadilan dan Persatuan Partai Kebangkitan Bangsa Masyumi Partai Demokrasi Kasih Bangsa TNI/POLRI,8,95, 6, 70,00,,7,0 0,0 Q Kur si Jumlah Total Dari dua puluh kecamatan yang ada di kabupaten ini ditambah tiga kecamatan pemekaran, mulai dari Luhak Langkat Hulu (Kec. Bahorok, Kuta mbaru, Salapian, Sirapit, Sei Binjai, Kuala dan Selesai), Luhak Langkat Hilir (Kec. Binjai, Stabat, Wampu, Secangsang, Batang Saranyah, Padang Tualang, Sawit Seberang, Hinai dan Tanjung Pura) dan Luhak Teluk Haru (Gabang, Brandan Barat, Sei Lepan Babalan, Pkl Susu, Besitang, Pematang Jaya didominasi oleh Partai Demokrat. Popularitas dan mesin politik partai Demokrat mampu merombak peta kemenangan PDI-P di Luhak Langkat Hulu yang dikenal sebagai basis Fanatik PDI-P. Di sisi lain, partai yang bercorak Islam baik yang mengusung idiologi Islam maupun yang mempunyai basis massa tradisional Islam perolehan suaranya tidak lebih dari 6 persen. Jika meneliti perkembangan politik di kabupaten Langkat selama tiga penyelenggaraan pemilu era reformasi tampak kabupaten ini memiliki karakteristik yang cenderung lebih cair. Masyarakat Melayu sebagai penduduk asli memiliki sifat yang terbuka bagi pendatang menyebabkan, terjadi arus pendatang. Keragaman penduduk baik secara etnis maupun agama jadi modal cairnya wajah politik di wilayah ini. Karakteristik, keterogenitas berpengaruh cukup signifikan terhadap dinamika politik di wilayah ini. Pada waktu pemilihan umum di tahun 00 masih ada partai Islam yang memperoleh suara lebih dari 0 persen yaitu partai Partai Persatuan Pembangunan (PPP) (lihat tabel ). Bahkan pada saat pemilihan umum sebelumnya yakni di tahun 999, PPP masih mampu meraih persen suara di Kabupaten Langkat. Lalu pada saat pemilihan umum tahun 009, PPP hanya mampu meraih kurang lebih 5 persen suara. Suara Partai Bulan Bintang (PBB) sebagai partai Islam lainnya berada di atas suara PPP pada saat pemilihan umum 009. Penguasaan kekuatan politik berubah pada setiap pemilu. Pada tahun 999 wilayah ini dimeriahkan oleh PDI-P dengan tiga kekuatan politik saat itu. PDI-P (, 8 persen), Golkar (,95 persen) dan PPP (, persen), namun pada pemilu 00, PDI-P hanya mampu mempertahankan 6,7 persen suara, dan dominasi suara kembali direbut Golkar yang meraup 5,0 persen. Pada pemilu 009 perolehan suara Golkar turun tinggal hanya 0,05 persen dan partai Demokrat berhasil memimpin dengan perolehan suara paling besar. Pemilu pada masa reformasi menunjukkan dinamika politik yang cukup dinamis. Pada pemilu 999 partai politik yang berhasil me- 8

7 Jurnal POLITEIA Vol. No. Januari 00 ISSN: rebut kursi terbesar DPRD Kabupaten Langkat adalah PDI-P dengan 8 kursi. Pada pemilu 00, PDI-P hanya mampu menduduki 8 kursi. Golkar berhasil merebut kursi terbanyak dengan kursi. Sedangkan pada tahun 009 Golkar dan PDI-P harus puas dengan mendapat kursi masing-masing 6 kursi yang menarik partai Hanura dan Partai Gerindra sebagai partai pendatang baru mendapat kursi yang cukup baik, kursi untuk partai Hanura dan kursi untuk Gerinmdra. Sementara PKS yang sudah ikut pemilu dalam tiga pemilu masa reformasi harus puas dengan kursi (lihat Tabel ). Tabel Perolehan Suara Partai Politik (DPRD) di Kabupaten Langkat Hasil Pemilu 009 No Nama Partai Suara (%) Partai Demokrat,99 PDI-P,67 Partai Golkar 0,05 PBB 6,7 5 Partai Hanura,70 6 PAN,9 7 PPP 5,65 8 PKS,6 9 Partai Gerindra,86 0 PKPB,5 PDK,85 PKB,7 Partai Demokrasi Pembangunan,77 Q Kursi 6 6 Total Jumlah Kursi 50 Wajah-wajah baru mendominasi Dewan Perwakilan Rakyat di Daerah Langkat. Dari 50 kursi yang tersedia, sembilan orang adalah wajah lama, dan sisanya orang merupakan wajah-wajah baru. Partai Demokjrat sebagai partai pemenang pemilu kedua belas, kursi yang mereka peroleh semuanya diisi wajah baru. Golkar dan PDI-P yang meraih masingmasing 6 kursi ada wajah lama, PBB dengan dua wajah baru dan dua wajah lama, dan PKS yang mendapat kursi satu wakilnya merupakan wajah lama. Dari sisi latar belakang pendidikan wajah wakil rakyat di daerah ni masih didominasi tamatan SMA (60 persen), Sarjana (8 persen) dan pada periode ini ada satu orang yang bergelar Master ( %), apabila periode sebelumnya pendidikan akhir 5 orang serentang dari SMA ada 65 persen D- hanya satu orang ( persen) dan yang bergelar S- sebanyak 5 orang ( persen) dari aspek profesi, corak latar belakang pekerjaan anggota Dewan yang baru relatif sama dengan sebelumnya, yaitu didominasi oleh kalangan pekerja swasta. Salah satu perbedaan yang cukup kelihatan daripada periode sebelumnya adalah faktor usia wakil rakyat kabupaten Langkat yang rata-rata lebih muda, yakni didominasi oleh usia antara 5 sampai 5 tahun. Penutup Perolehan suara partai politik di Kabupaten Langkat dari tahun cukup cair. Hal ini dibuktikan dengan silih bergantinya partai yang memperoleh suara terbanyak pada tiga masa pemilihan umum legislatif (DPRD) yaitu pemilihan umum 999, pemilihan umum 00 dan pemilihan umum tahun 009. Jika di tahun 999 PDI-P menjadi partai yang memperoleh suara terbanyak, maka di tahun 00 posisi tersebut digantikan oleh Partai Golkar. Lalu pada pemilu legislatif tahun 009 posisi Partai Golkar digantikan oleh Partai Demokrat. Hasil perolehan suara ini sama dengan fenomena perolehan suara partai politik di tingkat nasional. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pemilu legislatif (DPRD) tahun 009 mengikuti irama perolehan suara partai politik di tingkat nasional. Fenomena yang baru pada pemilu legislatif di Kabupaten Langkat adalah munculnya kaum-kaum muda yang tentunya diharapkan memiliki energi dan semangat baru yang dapat mendorong pertumbuhan pembangunan di Kabupaten Langkat, dengan latar belakang pendidikan yang mayoritas masih didominasi oleh anggota legislatif berijazah SMA (8 persen). Tentunya karena belum mempunyai pengalaman sama sekali soal legislatif, anggota DPRD yang terpilih harus cepat belajar, cepat tanggap dan cepat paham akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat. Daftar Pustaka Gaffar, Afan Politik Indonesia, Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Apter, David E Pengantar Analisa Politik. Jakarta: Rajawali. Lidde, R. William. 99. Pemilu-pemilu Orde Baru Pasang Surut Kekuasaan Politik. Jakarta: LPES. Surbakti, Ramlan Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia. Huntington, Samuel P Gelombang Demokrasi Ketiga. Jakarta: Grafiti Press. 9

8 Jurnal POLITEIA Vol. No. Januari 00 ISSN: Sanit, Arbi Sistem Politik Indonesia, Kestabilan, Peta Kekuasaan Politik dan Pembangunan. Jakarta: PT Raja Grafindo Indonesia. Nasution, M. Arif. dkk. 00. Struktur Ekonomi Kabupaten Langkat. Medan: Unit Pengembangan Riset FISIP USU. 0

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo.

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan Aceh. Ia menjadi anak beru dari Sibayak Kota Buluh di Tanah Karo. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Langkat adalah salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Letaknya di barat provinsi Sumatera Utara, berbatasan dengan provinsi Aceh. Sebelah

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Mbina Pinem 1. Abstrak

PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT. Mbina Pinem 1. Abstrak PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN LANGKAT Mbina Pinem 1 1 Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr V Medan Estate Medan 20211 Telp.(061) 6627549

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum adalah suatu proses dari sistem demokrasi, hal ini juga sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan penuh untuk memilih

Lebih terperinci

MELIHAT PARTISIPASI MASYARAKAT LANGKAT PADA PEMILU T. Irmayani

MELIHAT PARTISIPASI MASYARAKAT LANGKAT PADA PEMILU T. Irmayani Jurnal Wawasan, Juni 2005, Volume 11, Nomor 1 MELIHAT PARTISIPASI MASYARAKAT LANGKAT PADA PEMILU 2004 T. Irmayani Abstract: General election is one of the absolute conditions, a sine Qua Non Condition,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat, BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Di negara yang menganut sistem demokrasi rakyat merupakan pemegang kekuasaan, kedaulatan berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca reformasi bangsa kita sudah berhasil melaksanakan pemilihan umum presiden yang di pilih langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses pengambilan hak suara

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Peran Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status) terhadap sesuatu. Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (http://www.wikipedia.org). Dalam prakteknya secara teknis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, dimana rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi pada suatu negara tersebut. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang, sekaligus tolak ukur, dari demokrasi. Hasil Pemilu yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan dengan kebebasan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik Koalisi Pemantauan Dana Kampanye Transparansi Internasional Indonesia dan Indonesia Corruption Watch Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana

Lebih terperinci

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU SEKILAS PEMILU 2004 Pemilihan umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orde Baru telah mengalami keruntuhan seiring jatuhnya Soeharto sebagai presiden yang telah memimpin Indonesia selama 32 tahun, setelah sebelumnya krisis ekonomi menghancurkan

Lebih terperinci

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara demokrasi adalah adanya pemilihan umum. Sebagaimana diungkapkan oleh Rudy (2007 : 87)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengkajian Perilaku pemilih di Indonesia secara spesifik memberi perhatian mendalam tentang pemungutan suara, khususnya mengenai dukungan dan pola perilaku yang berkenaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian pemimpin pada tingkatan daerah sebagai syarat meneruskan estafet pemerintahan. Pemilu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi merupakan suatu proses dalam pembentukan dan pelaksanaan pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian 2. Deskripsi Kelurahan Polonia Kelurahan Polonia merupakan salah satu dari kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Polonia yang memilki luas 1,57km 2 dan terdiri dari

Lebih terperinci

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental (Adinda Tenriangke Muchtar, Arfianto Purbolaksono The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research) http://www.shnews.co/detile-28182-gelombang-efek-jokowi.html

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK - 1 - KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK NOMOR : 07/Kpts/KPU-Kota-019.435761/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi sebagai pilar penting dalam sistem politik sebuah Negara, termasuk Indonesia yang sudah diterapkan dalam pemilihan secara langsung seperti legislatif, Presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam masyarakat politik. Masyarakat yang semakin waktu mengalami peningkatan kualitas tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang

BAB II DESKRIPSI LOKASI. II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang. keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan pimpinan pemerintahan yang BAB II DESKRIPSI LOKASI II. 1 Sejarah Kab. Langkat II.1.1. Masa Pemerintahan Belanda dan Jepang Pada masa Pemerintahan Belanda, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan) dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang baru pertama kali dilakukan di dalam perpolitikan di Indonesia, proses politik itu adalah Pemilihan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR : 33/Kpts/KPU-Kab-019.964931/2013 TENTANG JUMLAH KURSI DAN JUMLAH SUARA SAH PALING RENDAH UNTUK PASANGAN CALON YANG DIAJUKAN PARTAI POLITIK ATAU

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan pilar demokrasi dalam suatu negara seperti di Indonesia. Kehadiran partai politik telah mengubah sirkulasi elit yang sebelumnya tertutup bagi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah (pemilukada) adalah rangkaian panjang dari proses penentuan kepala daerah yang bakal menjadi pemimpin suatu daerah untuk lima tahun (satu periode).

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 7 06/07/2009 2:37 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 8, 2001 KEPUTUSAN PRESIDEN

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at SEJARAH PEMILU DI INDONESIA Muchamad Ali Safa at Awal Kemerdekaan Anggota KNIP 200 orang berdasarkan PP Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pembaharuan KNIP (100 orang wakil daerah, 60 orang wakil organisasi politik,

Lebih terperinci

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI... Lampiran 2 Model F6-Parpol REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI 1 PARTAI AMANAT NASIONAL (PAN) 2 PARTAI BULAN BINTANG (PBB) TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP II TAHAP I TAHAP

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG BARU DIBENTUK Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis sering kali dijadikan isu atau komoditi utama untuk mencapai suatu tujuan dalam masyarakat. Dalam konteks Pilkada, etnis dimobilisasi dan dimanipulasi sedemikian

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab-012.329248/TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu-isu dan kebijakan politik sangat menentukan perilaku pemilih, tapi terdapat pula sejumlah faktor penting lainnya. Sekelompok orang bisa saja memilih sebuah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG top PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta

Lebih terperinci

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik - FISIP Universitas Indonesia (PUSKAPOL FISIP UI) Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK)

DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) DISAMPAIKAN OLEH : YUDA IRLANG, KORDINATOR ANSIPOL, ( ALIANSI MASYARAKAT SIPIL UNTUK PEREMPUAN POLITIK) JAKARTA, 3 APRIL 2014 UUD 1945 KEWAJIBAN NEGARA : Memenuhi, Menghormati dan Melindungi hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat, hal tersebut sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR. NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012. KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR : 13 /Kpts-K/KPU-Kab-012.329506/2013 T E N T A N G PENETAPAN JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN Oleh: Ignatius Mulyono 1 I. Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam politik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Salah satu indikatornya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pemilu merupakan salah satu arena ekspresi demokrasi yang dapat berfungsi sebagai medium untuk meraih kekuasaan politik. Karenanya, berbagai partai politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya Pemilu legislatif adalah untuk memilih anggota DPR dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman

Lebih terperinci

Pembaruan Parpol Lewat UU

Pembaruan Parpol Lewat UU Pembaruan Parpol Lewat UU Persepsi berbagai unsur masyarakat terhadap partai politik adalah lebih banyak tampil sebagai sumber masalah daripada solusi atas permasalahan bangsa. Salah satu permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang merupakan salah satu instrument penting penyelenggaraan pemerintah setelah digulirkan otonomi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami 4 (empat) kali perubahan, bahwa Pemilu

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pemilihan kepala daerah yang kemudian disingkat menjadi Pilkada adalah salah sebuah cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk menentukan siapa pemimpin yang akan menjalankan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG. NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota /2013 TENTANG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PANGKALPINANG NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kota-009.436512/2013 TENTANG PENETAPAN SYARAT MINIMAL JUMLAH KURSI ATAU SUARA SAH PARTAI POLITIK ATAU GABUNGAN PARTAI POLITIK DALAM

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015 KEPUTUSAN NOMOR: 5 /Kpts/KPU-002.434894/2015 TENTANG PENETAPAN JUMLAH MINIMAL PEROLEHAN KURSI DAN AKUMULASI PEROLEHAN SUARA SAH PARTAI POLITIK ATAU GABUNGAN PARTAI POLITIK SEBAGAI SYARAT PENDAFTARAN BAKAL

Lebih terperinci

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran dalam kemajuan bangsa. Pentingya peran generasi muda, didasari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN Nomor 11/Kpts/022.658791/III/2014 TENTANG JADWAL KAMPANYE RAPAT UMUM PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia,

Berdasarkan Pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH I. UMUM 1. Dasar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Deskripsi Kabupaten Luwu Utara Pada bab ini penulis akan mendeskripsikan wilayah penelitian dimana wilayah penelitian ini berada di Kabupaten Luwu Utara Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 110/2000, PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG DIBENTUK SETELAH PEMILIHAN UMUM 1999 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai penyalur aspirasi masyarakat, dimana partai politik menjadi penghubung antara penguasa

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAE

- 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAE - 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN

Lebih terperinci

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014

ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019. Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 ProfilAnggotaDPRdan DPDRI 2014-2019 Pusat Kajian Politik Departemen Ilmu Politik FISIP UniversitasIndonesia 26 September 2014 Pokok Bahasan 1. Keterpilihan Perempuan di Legislatif Hasil Pemilu 2014 2.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); -2- Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. pendidikan dan kebudayaan, kota ini juga merupakan urat nadi perekonomian

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. pendidikan dan kebudayaan, kota ini juga merupakan urat nadi perekonomian BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN.1. Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung selain sebagai ibukota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat keiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia ini yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, dimana dalam sistem ini kedaulatan berada ditangan rakyat

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN

UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN Kuisioner Persepsi Pemilih Pemula UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN (Siswa Telah Berusia 17 Tahun Pada Tanggal 9 April 2014) Biodata Responden Nama :............................................ Tanggal Lahir

Lebih terperinci