BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi kesehatan. Sinar matahari dapat meningkatkan kesehatan tubuh karena sinar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi kesehatan. Sinar matahari dapat meningkatkan kesehatan tubuh karena sinar"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari memiliki efek menguntungkan maupun merugikan bagi kesehatan. Sinar matahari dapat meningkatkan kesehatan tubuh karena sinar matahari dapat membantu memperlancar peredaran darah dengan meningkatkan pembentukan hemoglobin. Selain itu, sinar matahari juga dapat membantu pembentukan provitamin D menjadi vitamin D yang berguna dalam metabolisme kalsium dalam tubuh. Namun, paparan sinar matahari juga dapat membahayakan kesehatan karena menghasilkan radiasi ultraviolet (UV). Radiasi sinar matahari yang mengenai kulit dapat memicu terjadinya radikal bebas. Radikal bebas ini bersifat reaktif, mudah bereaksi dengan jaringan sehingga dapat menyebabkan terjadinya sunburn (terbakar surya) pada kulit, kulit kemerahan, bahkan terjadi kerusakan oksidatif pada kulit (Halliwell dan Gutteridge, 1999). Salah satu upaya pencegahan dari efek merugikan tersebut, dapat dilakukan pemakaian tabir surya. Tabir surya berfungsi menyerap atau menyebarkan sinar matahari sehingga intensitas sinar yang mampu mencapai kulit jauh lebih sedikit dari yang seharusnya (Wasitaatmadja, 1997). Saat ini mayoritas sediaan tabir surya yang beredar di pasaran kandungan bahan aktifnya berupa senyawa sintetik. Mahalnya obat-obat sintetik dan adanya anggapan bahwa bahan alam lebih aman daripada bahan sintetik menjadi faktor pendorong untuk dilakukannya penelitian pembuatan tabir surya dari bahan alam. 1

2 2 Temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.] merupakan tanaman temutemuan (Zingiberaceae) yang telah banyak digunakan sebagai tanaman obat. Temu putih mengandung berbagai senyawa kimia seperti zedoaron, minyak atsiri, kurkumin, flavonoid, trimethoxyflavone, tetramethoxyflavone, dihidrokurkumin, dan polifenol yang bermanfaat secara farmakologis (Putri, 2014). Kurkumin merupakan golongan senyawa fenolik yang diketahui mampu mencegah penetrasi sinar matahari ke kulit dengan cara mengurangi intensitas radiasi matahari yang mengenai kulit (Pawening, 2009). Senyawa kurkumin dapat berfungsi untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV (sebagai fotoprotektor) karena kurkumin dapat mengabsorpsi sinar UV yang memiliki panjang gelombang antara nm (Badmaev, 2005). Menurut Stevanato (2014) berbagai jenis flavonoid memiliki nilai SPF untuk UV-A dan UV-B. Berdasarkan kandungan senyawa kurkumin dan flavonoid dalam temu putih yang memiliki nilai SPF serta dapat berfungsi sebagai fotoprotektor, maka temu putih dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembuatan tabir surya alami. Hal tersebut dijadikan dasar dilakukannya penelitian tentang pengaruh konsentrasi ekstrak etanolik rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.] terhadap stabilitas fisik lotion dan aktivitasnya sebagai tabir surya alami. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Fitriana (2007) menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak rimpang kunir putih maka nilai SPF akan semakin meningkat, sehingga diharapkan pada penelitian ini pengaruh peningkatan konsentrasi ekstrak juga akan meningkatkan aktivitas tabir surya yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai SPF. Menurut Gozali (2014)

3 3 penambahan konsentrasi ekstrak tanaman akan berpengaruh pada sifat fisik sediaan, dimana sediaan akan mengalami perubahan viskositas, ph, dan perubahan kestabilan sediaan selama penyimpanan. Penelitian ini menggunakan sediaan jenis lotion karena lotion adalah sediaan topikal tabir surya yang sering dipakai masyarakat. Konsistensi lotion yang berbentuk cair atau semi-padat dan juga bertekstur lembut akan meningkatkan akseptabilitas pengguna. Tujuan penelitian ini untuk mengamati stabilitas fisik lotion dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak temu putih dan mengamati aktivitasnya sebagai tabir surya. Optimasi basis lotion dilakukan menggunakan software trial Design Expert versi dengan metode Simplex Lattice Design. Hasil optimasi basis tersebut selanjutnya diformulasikan dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak temu putih. Stabilitas fisik yang diamati meliputi uji organoleptis, viskositas, daya sebar, daya lekat, dan rasio pemisahan. Sedangkan aktivitas lotion diamati dengan pengukuran nilai SPF lotion secara spektrofotometri. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ekstrak etanolik rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.] dapat digunakan sebagai bahan aktif tabir surya? 2. Bagaimanakah stabilitas fisik dan aktivitas tabir surya pada lotion dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak etanolik rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.]?

4 4 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui aktivitas ekstrak etanolik rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.] sebagai bahan aktif tabir surya. 2. Mengetahui stabilitas fisik dan aktivitas tabir surya pada lotion dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak etanolik rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.]. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang stabilitas fisik dari lotion ekstrak etanolik rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.] dan mengetahui aktivitasnya sebagai tabir surya. Oleh karena itu, diharapkan formula dari lotion ekstrak temu putih dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif sediaan kosmetik tabir surya alami. E. Tinjauan Pustaka 1. Uraian tanaman temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.] Klasifikasi tanaman temu putih adalah sebagai berikut : Divisi : Spermathophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas Bangsa Suku Marga Jenis : Monocotyledoneae : Zingiberales : Zingiberaceae : Curcuma : Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe. (Backer dan Van den Brink, 1968)

5 5 Gambar 1. Rimpang temu putih yang diperoleh dari daerah Suroloyo, Kulonprogo, Yogyakarta Gambar 1 menunjukkan rimpang temu putih yang digunakan dalam penelitian ini. Tanaman temu putih tumbuh liar pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembab pada ketinggian m di atas permukaan laut. Tanaman ini mirip dengan temulawak dan dapat dibedakan dari rimpangnya. Tanaman ini tingginya dapat mencapai 2 m. Batangnya merupakan batang semu yang dibentuk dari pelepah-pelepah daun yang tumbuh dari rimpangnya, berbentuk silindris dan lunak. Salah satu ciri khas dari spesies ini adalah adanya warna ungu di sepanjang ibu tulang daun. Helaian daun berwarna hijau muda sampai hijau tua dengan punggung daun berwarna pudar dan berkilat. Bentuk daunnya bundar, lonjong ke ujung, pertulangan daun menyirip, warnanya hijau dengan panjang cm dan lebar 8-15 cm. Mahkota bunga berwarna putih, dengan tepi bergaris merah tipis atau kuning. Rimpang berwarna putih atau kuning muda dengan rasa sangat pahit. Dari

6 6 rimpangnya keluar akar-akar yang kaku dan pada ujungnya terdapat kantong air (Dalimartha, 2003). Temu putih mengandung berbagai senyawa kimia seperti zedoaron, minyak atsiri, kurkumin, flavonoid, trimethoxyflavone, tetramethoxyflavone, dihidrokurkumin, dan polifenol yang bermanfaat secara farmakologis (Putri, 2014). Dari hasil penelitian lain ditemukan kurkumanolid A, kurkumanolid B, dan kurkumenon (Shibara, dkk., 1985). Rimpang dan daun Curcuma zedoaria mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (Hutapea, 1993). Umbi akar Curcuma zedoaria mengandung minyak atsiri yang terdiri dari zingiberen (sebagai komponen utama), 1,8- sineol, D-kamfor, D-kamfen, D-borneol, α-pinen, kurkumol, zederon, kurkumeneol, kurkulon, furanodienon, isofuranodienon, kurkuminoid (kurkumin, desmetoksikurkumin, bisdmetoksikurkumin), dan tepung (Sudarsono, dkk., 2002). 2. Ekstrak Ekstrak adalah sediaan pekat diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk sisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Departemen Kesehatan RI, 1995). Menurut Voigt (1984), berdasarkan sifatnya, ekstrak digolongkan menjadi empat, yaitu:

7 7 a. Ekstrak encer (extractum tenue) Jenis ekstrak ini memiliki konsistensi seperti madu dan dapat dituang. b. Ekstrak kental (extractum spissum) Jenis ekstrak ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang. Kandungan airnya mencapai 30%. c. Ekstrak kering (extractum siccum) Jenis ekstrak ini memiliki konsistensi kering dan dapat digosokkan. Kandungan airnya tidak lebih dari 5%. d. Ekstrak cair (extractum fluidum) Jenis ekstrak ini diartikan sebagai ekstrak cair yang dibuat sedemikian rupa sehingga satu bagian simplisia sesuai dengan dua bagian (kadangkadang satu bagian) ekstrak cair. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat (Ansel, 2005). Maserasi merupakan proses paling tepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam menstruum sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 2005). Maserasi adalah salah satu cara yang digunakan dalam penyarian simplisia nabati maupun hewani, maserasi dilakukan sesuai dengan tingtur (Departemen Kesehatan RI, 1995).

8 8 3. Sinar matahari Cahaya matahari merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik yang terdiri dari berbagai macam panjang gelombang mulai dari sinar ultraviolet yang memiliki panjang gelombang nm, sinar inframerah dengan panjang gelombang > 770 nm, dan sinar tampak dengan panjang gelombang nm. Sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 yaitu, sinar UV A ( nm), sinar UV B ( nm), dan sinar UV C ( nm) (Wilkinson dan Moore, 1982). Berdasarkan kemampuan menembus kulit, sinar UV A dapat menembus kulit sampai bagian dermis, UV B sampai bagian epidermis, dan sinar UV C terserap di lapisan ozon sebelum mencapai permukaan bumi. Sinar UV A memiliki pigmen awal-efek menggelapkan kulit (tanning) diikuti oleh eritema jika pemaparan yang berlebihan. Sinar UV B merupakan radiasi sinar UV yang paling merusak karena memiliki energi yang cukup untuk menyebabkan kerusakan pada sel DNA. Sinar UV B juga diperlukan oleh manusia untuk sintesis vitamin D, namun efek yang merugikan dapat termasuk sunburn (terbakar sinar matahari), katarak, dan terjadinya kanker kulit. Sedangkan, sinar UV C hampir tidak pernah terlihat di alam karena diserap sepenuhnya di atmosfer. Sinar UV A memiliki energi lebih rendah dari UV B, tetapi memiliki kelimpahan 100 kali lebih banyak di bumi. Sinar UV A dapat mencapai bagian dermis sebanyak 80% dan 20% terpenetrasi sangat dalam (Kochevar dkk., 2008).

9 9 Tubuh manusia telah dilengkapi suatu sistem pertahanan pertama untuk menanggulangi paparan sinar ultraviolet yang berlebihan yaitu terjadinya penggelapan kulit (tanning) atau pigmentasi. Efek pigmentasi yang terjadi pada setiap individu ditentukan secara genetik dan tergantung pada kemampuannya membentuk melanin dalam melanosit (Wilkinson dan Moore, 1982). 4. Lotion Lotion adalah sediaan cair berupa suspensi atau dispersi, digunakan sebagai obat luar. Dapat berbentuk suspensi zat padat dalam bentuk serbuk halus dengan bahan pensuspensi yang cocok atau emulsi tipe minyak dalam air dengan surfaktan yang cocok (Departemen Kesehatan RI, 1995). Pada umumnya pembawa dari losio adalah air. Losio dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahanbahannya. Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Losio dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit (Ansel, 2005). Dosis zat aktif yang digunakan pada sediaan lotion umumnya kecil, sehingga kurang efektif dalam menimbulkan efek. Selain itu, sediaan lotion juga cepat mengering setelah pemakaian sehingga bisa mengurangi efektivitasnya (Endarti, dkk.,2007). 5. Tabir surya Tabir surya adalah suatu sediaan yang mengandung senyawa kimia yang dapat menyerap, menghamburkan atau memantulkan sinar surya yang

10 10 mengenai kulit sehingga dapat digunakan untuk melindungi fungsi dan struktur kulit manusia dari kerusakan akibat sinar surya (Bondy, dkk., 1991). Jenis tabir surya terbagi menjadi dua macam, yaitu yang bersifat kimia dan bersifat fisik. Tabir surya kimia contohnya PABA, salisilat, dan antranilat yang dapat mengabsorpsi hampir 95% radiasi sinar UV B yang dapat menyebabkan sunburn (eritema dan kerut), namun tidak dapat menghalangi UV A penyebab direct tanning, kerusakan sel elastin, dan timbulnya kanker kulit. Macam tabir surya yang kedua adalah yang bersifat fisik (contohnya titanium dioksida, Mg silikat, ZnO, dan kaolin) yang dapat memantulkan sinar serta menahan UV A maupun UV B (Wasitaatmadja, 1997). Tabir surya kimia bekerja dengan cara mengabsorbsi radiasi sinar UV. Mekanismenya melalui reaksi fotokimia dengan mengabsorbsi sinar UV sehingga dapat menghambat penetrasi sinar ke dalam kulit. Kemampuan menghambat gelombang tertentu dari cahaya matahari menyebabkan tabir surya dapat berperan sebagai filter penyaring dan mengurangi radiasi cahaya matahari pada panjang gelombang tertentu (Stanfield, 2003). Tabir surya fisik bekerja dengan memantulkan/menghamburkan radiasi UV yang membentuk lapisan buram di permukaan kulit. Selain itu, tabir surya ini juga menyebabkan rasa berminyak di permukaan kulit sehingga kurang bisa diterima oleh konsumen (Bondy, dkk., 1991). 6. SPF SPF (Sun Protecting Factor) merupakan parameter yang menggambarkan keefektifan perlindungan yang diberikan oleh tabir surya

11 11 dari paparan sinar matahari. Harga SPF dapat ditentukan secara in vitro maupun in vivo. Pengukuran SPF secara in vitro bertujuan untuk memprediksi nilai SPF produk di laboratorium dengan menggunakan spektrofotmeter. Apabila pengukuran SPF secara in vitro akurat, maka formulator dapat meminimalisir biaya yang digunakan dalam skrining formula baru untuk diuji selanjutnya. Pengujian secara in vitro dapat dilakukan menggunakan teknik spektroskopi UV dengan mengukur aktivitas serapan sinar UV pada panjang gelombang sinar UV ( nm). Sedangkan pengukuran secara in vivo dilakukan dengan menguji tabir surya langsung pada sel biologis (Wilkinson dan Moore, 1982). Pembagian nilai SPF berdasarkan Murphy (2005) : a. Nilai SPF 2-11, memberikan perlindungan minimal. b. Nilai SPF 12-29, memberikan perlindungan sedang. c. Nilai SPF 30, memberikan perlindungan tinggi. 7. SLD SLD (Simplex Lattice Design) merupakan metode yang digunakan untuk menentukan optimasi formula pada berbagai perbedaan jumlah komposisi bahan (dinyatakan dengan berbagai bagian) yang jumlah totalnya dibuat sama yaitu sama dengan satu bagian. Syarat untuk menggunakan metode Simplex Lattice Design yaitu jumlah total komponen bahan yang berbeda harus konstan. Kombinasi bahan dari Simplex Lattice Design diformulasikan untuk mendapatkan data eksperimental. Data hasil eksperimen digunakan untuk

12 12 mendapatkan persamaan yang akan memprediksi respon yang dihasilkan (Bolton, 2010). Persamaan Simplex Lattice Design untuk kombinasi dua bahan yang berbeda adalah sebagai berikut : Y = B 1 (A) + B 2 (B) + B 12 (A)(B) (1) Keterangan : Y = respon A = konsentrasi/proporsi komponen A B = konsentrasi/proporsi komponen B B 1 = koefisien komponen A B 2 = koefisien komponen B = koefisien komponen A & B B Monografi bahan Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian, antara lain : a. Asam stearat Asam stearat memiliki nama lain asam setilasetat, crodacid, E570, pristerene, asam stereofanat, tegostearic. Asam stearat memiliki rumus empiris C 18 H 36 O 2 dan bobot molekul 284,47. Fungsi asam stearat sebagai bahan pengemulsi, bahan pelarut, dan lubrikan pada tablet dan kapsul. Asam stearat digunakan secara luas dalam sediaan farmasi oral dan topikal. Asam stearat digunakan sebagai bahan pengemulsi dan pelarut dalam sediaan topikal. Penggunaan asam stearat antara 1-20% pada salep dan krim (Allen, 2005). Asam stearat memiliki konsistensi keras, berwarna putih atau sedikit kuning, agak mengkilap berupa kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, sedikit berbau dan berasa seperti lemak. Titik lebur asam

13 13 stearat 54 0 C. Kelarutan asam stearat : larut bebas dalam benzen, kloroform, karbon tetraklorida, dan eter; larut dalam etanol (95%), heksana, propilen glikol; praktis tidak larut dalam air. Asam stearat merupakan materi stabil yang dapat disimpan dalam wadah tertutup baik pada tempat kering dan dingin (Allen, 2005). b. Setil alkohol Setil alkohol merupakan campuran alkohol padat, terdiri terutama dari setil alkohol. Berbentuk sisik butiran, kubus atau lempengan yang licin, warna putih, bau khas lemah, dan rasa tawar. Kelarutan setil alkohol praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P dan dalam eter P, kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu (Departemen Kesehatan RI, 1980). Setil alkohol digunakan dengan asam borat (1:1) atau dengan talc (1:5) untuk tangan pecah-pecah, weeping eczema (sejenis penyakit kulit), prurigo, dan lain sebagainya. Dalam pembuatan sabun digunakan sebagai pengemulsi, dalam kosmetik digunakan sebagai emolien. Sebagian campuran sulfat dari setil dan stearil alkohol secara luas digunakan dalam sediaan farmasi, salap kulit, dan krim kosmetik (Greenberg, 1954). c. Span 80 (sorbitan monooleat) Span 80 atau yang disebut juga sorbitan monooleat adalah surfaktan non ionik dan senyawa pengemulsi berbentuk cairan kental berwarna kuning, larut dalam air, etanol, minyak jagung, etil asetat, metanol, dan toluen. Gugus hidrofilik senyawa ini merupakan polieter

14 14 yang dikenal juga sebagai polioksietilen grup. Penomoran berdasarkan pada lipofilisitasnya. Struktur molekul span 80 dapat dilihat dalam gambar 2. Span 80 ini biasa dipakai sebagai emulgator dalam makanan dan obat-obatan (Budavari, dkk.,1989). Gambar 2. Struktur molekul span 80 (Song, dkk., 2012) d. Tween 80 Tween 80 atau polioksietilen 20 sorbitan monooleat merupakan surfaktan non ionik yang berupa cairan viscous berwarna kuning. Struktur tween 80 dapat dilihat dalam gambar 3. Tween 80 tidak menimbulkan iritasi, higroskopis, sensitif terhadap oksidasi, dan dapat mengurangi efektivitas paraben. Nilai HLB tween 80 adalah 15, sehingga emulsi yang akan terbentuk adalah tipe o/w. Tween 80 memiliki ph 6,0-8,0 dalam larutan 5% b/v. Tween 80 larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam minyak mineral dan minyak lemak alami. Sebagai emulsifiying agent, tween 80 biasanya dikombinasi dengan pengemulsi hidrofil lain dengan konsentrasi tween 1-10% (Rowe, dkk., 2009).

15 15 Gambar 3. Struktur molekul tween 80 (Song, dkk., 2012) e. Lanolin Nama lain dari lanolin adalah cera lanae, E913, lanolina, lanolin anhidrous, protalan anhidrous. Lanolin digunakan secara luas dalam sediaan topikal dan kosmetik. Lanolin berfungsi sebagai emulsifiying dan basis. Lanolin dapat digunakan sebagai pembawa hidrofobik dalam formulasi sediaan krim dan salep air dalam minyak (Winfield, 2005). Lanolin berwarna kuning pucat, manis, substansi seperti lemak dengan bau yang khas. Lanolin larut bebas dalam benzen, kloroform, eter, dan petroleum; sedikit larut dalam etanol (95%); lebih larut dalam etanol mendidih (95%); praktis tidak larut dalam air. Lanolin sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup, terlindungi cahaya yang dingin dan kering (Winfield, 2005). f. Vaselin flavum Vaselin flavum atau vaselin kuning adalah campuran hidrokarbon setengah padat, diperoleh dari minyak mineral. Vaselin kuning bewujud masa lunak, lengket, bening, kuning muda sampai kuning. Vaselin

16 16 flavum berflourosensi lemah ketika dicairkan. Vaselin kuning tidak berbau dan hampir tidak berasa (Departemen Kesehatan RI, 1995). Kelarutan vaselin kuning memenuhi syarat yang tertera pada Vaselinum album, yaitu praktis tidak larut dalam air dan etanol 95% P, larut dalam klorofom P dan eter P. Penyimpanan dilakukan dalam wadah tertutup baik. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Departemen Kesehatan RI, 1995). g. Metil Paraben (Nipagin) Metilparaben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C 8 H 8 O 3. Berbentuk serbuk halus, berwarna putih, hampir tidak berbau, rasa sedikit membakar dan diikuti rasa tebal. Metilparaben bersifat sukar larut dalam air, larut dalam air mendidih, mudah larut dalam etanol 95% P, dalam aseton P, dalam eter P, dan dalam larutan alkali hidroksida. Metilparaben biasa digunakan sebagai zat tambahan, yaitu sebagai pengawet (Departemen Kesehatan RI, 1980). h. Propil Paraben (Nipasol) Propil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 10 H 12 O 3. Berupa serbuk halus, berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa. Sangat sukar larut dalam air dan gliserol P, mudah larut dalam etanol 95% P dan dalam aseton P, agak sukar larut dalam minyak lemak, dan mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Propilparaben digunakan sebagai bahan pengawet (Departemen Kesehatan RI, 1980).

17 17 i. Sorbitol Nama kimia dari sorbitol adalah D-Glucitol dengan rumus kimia C 6 H 14 O 6. Sorbitol merupakan bahan tambahan dalam sediaan farmasi yang berfungsi sebagai humektan, bahan plasticizer, bahan pemanis, dan bahan diluent tablet dan kapsul. Sorbitol digunakan secara luas untuk kosmetik, produk makanan dan sediaan farmasi sebagai bahan tambahan untuk injeksi dan topikal. Jumlah penggunaan sorbitol untuk bahan pengemulsi sediaan topikal adalah 2-18% (Rowe, dkk., 2009). Sorbitol berwarna jernih dan memiliki rasa manis 50-60% dari sukrosa, serta terasa dingin. Titik lebur sorbitol sediaan anhydrous C, gamma polimorph 97,7 0 C, dan sediaan metastabil 93 0 C. Sorbitol larut dalam etanol 1 : 25, dalam air 1 : 0,5 dan praktis tidak larut dalam kloroform (Rowe, dkk., 2009). F. Landasan Teori Beberapa penelitian menunjukkan bahwa temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.] mengandung senyawa kurkumin dan flavonoid yang bisa beraktivitas sebagai fotoprotektor. Menurut Stevanato (2014) berbagai jenis flavonoid memiliki nilai SPF untuk UV-A dan UV-B. Kurkumin dapat berfungsi untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV sebagai fotoprotektor karena kurkumin mampu mengabsorpsi sinar UV yang memiliki panjang gelombang antara nm (Badmaev, 2005).

18 18 Berdasarkan kandungan senyawa kurkumin dan flavonoid dalam temu putih, maka temu putih dapat digunakan sebagai alternatif untuk pembuatan tabir surya alami. Temu putih diekstraksi dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 70% (Departemen Kesehatan RI, 2000). Ekstrak kental yang diperoleh lalu diuji kontrol kualitasnya, meliputi rendemen, uji organoleptis, susut pengeringan, daya lekat, analisis kuantitatif kandungan kurkumin dan flavonoid, serta uji nilai SPF ekstrak dengan spektrofotometri. Menurut Nur Fitriana (2007), semakin tinggi konsentrasi ekstrak rimpang kunir putih maka nilai SPF yang dihasilkan akan semakin besar. Oleh karena itu, peningkatan konsentrasi ekstrak temu putih juga diharapkan mampu meningkatkan aktivitas nilai SPF sebagai tabir surya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui stabilitas fisik dan aktivitas tabir surya dari lotion dengan penambahan variasi konsentrasi ekstrak etanolik rimpang temu putih. Lotion merupakan sediaan cair semi padat yang digunakan sebagai obat luar. Sediaan lotion dipilih karena merupakan bentuk sediaan yang sering dipakai masyarakat dan memiliki tekstur yang lembut sehingga membuat pemakaian menjadi lebih nyaman (Ansel, 2005). Kecairannya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Namun, dosis zat aktif yang digunakan pada sediaan lotion umumnya kecil, sehingga kurang efektif dalam menimbulkan efek. Selain itu, sediaan lotion juga cepat mengering setelah pemakaian sehingga bisa mengurangi efektivitasnya (Endarti, dkk.,2007). Aktivitas lotion sebagai tabir surya dinyatakan dalam nilai SPF (Sun Protecting Factor) menggunakan metode in vitro secara spektrofotometri. Metode penentuan nilai SPF berdasarkan dari rumus Mansur (1986) dengan mengukur

19 19 absorbansi pada panjang gelombang nm tiap interval 5 nm. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nur Fitriana (2007) menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak rimpang kunir putih maka nilai SPF akan semakin meningkat, sehingga diharapkan pada penelitian ini pengaruh peningkatan konsentrasi ekstrak juga akan meningkatkan aktivitas tabir surya yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai SPF. Selain itu, menurut Gozali (2014) penambahan konsentrasi ekstrak tanaman akan berpengaruh pada sifat fisik sediaan, dimana sediaan akan mengalami perubahan viskositas, ph, dan perubahan kestabilan sediaan selama penyimpanan. Pengamatan stabilitas fisik dari lotion meliputi uji organoleptis, uji viskositas, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji rasio pemisahan (F). Sediaan yang stabil tidak akan mengalami perubahan sifat fisik yang signifikan selama masa penyimpanan. Selain itu parameter kestabilan sediaan dapat diamati dari hasil uji rasio pemisahan (F). Sediaan dikatakan stabil apabila nilai F mendekati 1 yang artinya sediaan tidak memisah (Mollet dan Grubenmann, 2001). G. Hipotesis 1. Ekstrak etanolik rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.] diduga dapat beraktivitas sebagai bahan aktif dalam tabir surya. 2. Stabilitas fisik lotion dan aktivitasnya sebagai tabir surya diduga dipengaruhi oleh penambahan variasi konsentrasi ekstrak etanolik rimpang temu putih [Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.].

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama masuknya zat asing dari luar. Paparan sinar ultraviolet berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. utama masuknya zat asing dari luar. Paparan sinar ultraviolet berlangsung secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh yang berfungsi sebagai pelindung utama masuknya zat asing dari luar. Paparan sinar ultraviolet berlangsung secara terus menerus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sinar matahari merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, namun ternyata

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh

Lebih terperinci

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF Suwarmi, Agus Suprijono Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi YAYASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN SAMPUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i HALAMAN SAMPUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN SAMPUL...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv HALAMAN PERSEMBAHAN...v KATA PENGANTAR...vi DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit yang sering terjadi dikalangan masyarakat adalah jerawat. Jerawat atau Acne vulgaris adalah suatu prosen peradangan kronik kelenjar polisebasea yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari, disatu pihak sangat diperlukan oleh makhluk hidup sebagai sumber energi, kesehatan kulit dan tulang, misalnya dalam pembentukan vitamin D dari pro vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan kulit manusia, salah satunya yaitu pengaruh sinar UV sinar matahari. Efek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan kulit manusia, salah satunya yaitu pengaruh sinar UV sinar matahari. Efek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyaknya pengaruh lingkungan secara cepat maupun lambat dapat merusak jaringan kulit manusia, salah satunya yaitu pengaruh sinar UV sinar matahari. Efek buruk radiasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (sinar UV) yang berlebihan dapat menyebabkan eritema, hiperpigmentasi, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (sinar UV) yang berlebihan dapat menyebabkan eritema, hiperpigmentasi, bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Umumnya sinar matahari memberikan keuntungan bagi kehidupan manusia seperti sebagai sumber cahaya dan energi, untuk mengubah provitamin D menjadi vitamin D, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. matahari, serta sensitivitas dari seseorang. Apabila seseorang terkena paparan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. matahari, serta sensitivitas dari seseorang. Apabila seseorang terkena paparan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sinar matahari memberikan dampak positif dan dampak negatif untuk makhluk hidup tak terkecuali manusia. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain frekuensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL..... Halaman I HALAMAN PENGESAHAN...... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI. ABSTRACT.. BAB I PENDAHULUAN.. A. Latar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk merupakan vektor dari beberapa penyakit seperti malaria, filariasis, demam berdarah dengue (DBD), dan chikungunya (Mutsanir et al, 2011). Salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang umum dijumpai pada masyarakat khususnya bagi yang tinggal di iklim tropis seperti Indonesia, namun banyak dari masyarakat

Lebih terperinci

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Tanaman Buah pisang raja diperoleh dari Pasar Legi, Surakarta, Jawa Tengah. Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, bahan alam banyak digunakan dalam bidang kosmetika. Bahan alam dapat digunakan sebagai bahan tabir surya yang diperlukan oleh manusia karena kulit manusia

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai

Khasiatnya diketahui dari penuturan orang-orang tua atau dari pengalaman (Anonim, 2009). Salah satu tanaman yang telah terbukti berkhasiat sebagai BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat ini tercatat 7000 spesies tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Aroma khas dari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih poten dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dengan aksinya menangkap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lebih poten dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dengan aksinya menangkap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang THPGV-0 memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan PGV-0 dan vitamin E dilihat dari nilai IC 50 THPGV-0, PGV-0, dan vitamin E secara berurutan yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori digilib.uns.ac.id 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mahkota Dewa a. Klasifikasi Mahkota Dewa Kingdom Devisi Kelas Ordo Family : Tumbuhan : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Malvales : Thymelaeaceae

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat) Abstrak Kulit buah langsat diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang berbeda

Lebih terperinci

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki intensitas sinar matahari yang tinggi. Sinar matahari dapat memberikan efek yang menguntungkan maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan

Lebih terperinci

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetik Kosmetik merupakan bahan atau komponen kimia yang digunakan untuk mempercantik wajah. Kosmetik yang berbahaya mengandung komposisi dari berbagai macam senyawa kimia

Lebih terperinci

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini

kurang menyenangkan, meskipun begitu masyarakat percaya bahwa tanaman tersebut sangat berkhasiat dalam menyembuhkan penyakit; selain itu tanaman ini BAB I PENDAHULUAN Dalam dua dasawarsa terakhir penggunaan obat bahan alam mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik di negara berkembang maupun di negara-negara maju. Hal ini dapat dilihat dari semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah lapidan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagian kecil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah lapidan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagian kecil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dedak padi merupakan hasil samping proses penggilingan padi terdiri dari lapisan sebelah luar butiran padi dengan sebuah lembaga biji, sedangkan bekatul adalah lapidan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman memicu perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup telah terbukti secara tidak langsung beresiko terhadap paparan senyawa radikal bebas.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memungkinkan berbagai tanaman buah tropis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan buah tropis banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ultraviolet (UV) dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi. Namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ultraviolet (UV) dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi. Namun BAB 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit manusia memiliki sistem perlindungan alamiah dari bahaya sinar ultraviolet (UV) dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi.

Lebih terperinci

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2 MONOGRAFI A. Bahan Aktif HIDROKORTISON Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis Struktur Molekul : C 23 H 32 O 6 BM : 404,50 Pemerian : - penampilan : serbuk hablur - warna : putih atau hampir putih - bau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tabir Surya Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud membaurkan atau menyerap secara efektif cahaya matahari terutama pada daerah emisi gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang kosmetika saat ini sangatlah pesat. Kosmetika berdasarkan penggunaannya dapat digunakan sebagai tata rias dan juga sebagai perawatan kulit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Umbi Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz) 1. Klasifikasi Ubi kayu merupakan tanaman pangan berupa perdu yang berasal dari benua Amerika, memiliki nama lain ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang kaya akan sumber daya alamnya, sehingga menjadi negara yang sangat potensial dalam bahan baku obat, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Sineke et al., (2016) meneliti kandungan fenolik ekstrak etanol tongkol jagung, pada konsentrasi 150 μg/ml total fenolik paling tinggi terdapat pada jagung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Gambar 1. Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) a. Taksonomi Temulawak Sistematika tanaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kaum wanita banyak yang menggunakan berbagai macam sediaan kosmetika baik yang berfungsi untuk merawat kulit maupun untuk tata rias. Adapun sediaan kosmetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak masyarakat yang menggunakan berbagai produk kosmetik. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu biji (Psidium guajaya

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Peralatan yang digunakan adalah alat-alat gelas, neraca analitik tipe 210-LC (ADAM, Amerika Serikat), viskometer Brookfield (Brookfield Synchroectic,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas adalah sebuah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Clarkson dan Thompson, 2000)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ, salah satunya adalah kulit. Kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barrier protektif yang dapat mencegah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim (Faradiba, 2013) - Krim dengan zat pengemulsi nonionik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah kategori penelitian eksperimental laboratorium. 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabir surya adalah zat yang mengandung bahan pelindung kulit terhadap paparan sinar matahari yang dapat menyebabkan gangguan kulit. Sinar UV diketahui memiliki potensi

Lebih terperinci

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin Kurkumin merupakan senyawa polifenol yang diekstrak dari rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.). Kurkumin dilaporkan memiliki efek farmakologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Muhammadiyah Semarang di Jalan Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium kimia program studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan paparan sinar matahari yang berlebih sehingga berisiko tinggi terhadap berbagai kerusakan kulit (Misnadiarly, 2006). Salah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA... 5 1.1. Tanaman Kayu Manis... 5 1.1.1. Klasifikasi

Lebih terperinci