BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 22 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian Konstruktivisme berada di titik temu dua aluran besar dalam sejarah sosiolog: sosiologi pengetahuan (sociology of knowledge) dan sosiologi sains (sociology of science) (Kulka, 2003: 13). Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality), menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality, a Treatise in the Sociological of Knowladge pada tahun Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, yang mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif (Bungin, 2008: 189). Asal mula konstruksi sosial dari paradigma konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan-gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glaserfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini. Dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, apabila ditelusuri, sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistimolog dari Italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme (Suparno, 1997: 24). Semua orang bisa saja mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Karena setiap orang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu. Selain plural, konstruksi juga bersifat dinamis. Sebagai hasil dari konstruksi sosial maka realitas tersebut merupakan realitas subjektif dan sekaligus realitas objektif (Eriyanto, 2002: 16). Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Pola komunikasi antarpribadi pada pasangan berbeda kebangsaan di kota Medan menggunakan paradigma konstruktivisme karena masing-masing suami maupun istri yang berbeda kebangsaan mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Karena setiap orang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu. Hal tersebut jelas mempengaruhi sepasang suami/istri yang berbeda kebangsaan dalam mendidik anak mereka.

2 Komunikasi Antarbudaya Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpibadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta (dalam Liliweri, 2003: 11). Sedangkan menurut Stuward L. Tubbs komunikasi antarbudaya merupakan komunikasi yang terjadi diantara dua anggota yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda baik secara rasial, etnik maupun sosial-ekonomi (dalam Purwasito, 2003: ). Dapat disimpulkan bahwa komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol yang dilakukan oleh orang-orang yang berbeda latar belakang budayanya (Liliweri, 2003: 9). Istilah culture berasal dari kata colere yang artinya adalah mengolah atau mengerjakan, yang dimaksudkan kepada keahlian mengolah atau mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere, kemudian berubah menjadi culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Soekamto, 1996: 188). Komunikasi antarbudaya memiliki tema pokok yang membedakannya dari studi komunikasi lainnya, yaitu perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara para komunikatornya, yang disebabkan perbedaan kebudayaan. Konsekuensinya, jika ada dua orang yang berbeda budaya maka akan berbeda pula perilaku komunikasi dan makna yang dimilikinya. E.B. Taylor, seorang antropolog memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai sesuatu yang kompleks yang mencakupi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Bahkan beliau mengatakan bahwa kebudayaan mencakupi semua yang didapatkan dan dipelajari dari pola-pola perilaku normatif artinya mencakup segala cara atau pola berpikir, merasakan dan bertindak (dalam Soekamto, 1996: 189). Definisi yang paling sederhana dari komunikasi antarbudaya adalah menambahkan kata budaya dalam kedalam pernyataan komunikasi antara dua orang/lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan dalam beberapa definisi komunikasi sebelumnya. Kita juga dapat memberikan definisi komunikasi antarbudaya yang

3 24 paling sederhana, yakni komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan. Lebih lanjut, Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Intercultural Communication, A Reader komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antara suku bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas sosial (Samovar dan Porter, 1976: 25). Samovar dan Porter juga mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi di antara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya berbeda (Samover dan Porter, 1976: 27). Kemudian, Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi, dan kelompok, dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta (Dood, 1991: 5). Komunikasi antarbudaya adalah suatu proses komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional, kontekstual, yang dilakukan oleh sejumlah orang - yang karena memiliki perbedaan derajat kepentingan tertentu memberikan interpretasi dan harapan secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk prilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan (Lustig dan Koester, Intercultural Communication Competence, 1993: 21). Guo-Ming Chen dan William J. Starosta mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan: 1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti kedalam satu konteks, dan makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan. 2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama.

4 25 3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita. 4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengindentifikasinya dengan pelbagai cara. Menurut Samover dan Porter, komunikasi antarbudaya terjadi bila komunikator pesan adalah anggota suatu budaya dan penerima pesan (komunikan) adalah anggota suatu budaya lainnya. Komunikasi antarbudaya memiliki tema pokok yang membedakannya dari studi komunikasi lainnya, yaitu perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara para komunikatornya yang disebabkan perbedaan kebudayaan. Konsekuensinya, jika ada dua orang yang berbeda, berbeda pula perilaku komunikasi dan makna yang dimilikinya. Sehubungan dengan itu, Porter dan Samover memperkenalkan model komunikasi antarbudaya sebagai berikut: Gambar 2.1 Model Komunikasi Antarbudaya Sumber : Mulyana dan Rakhmat. 1998: 21 Pengaruh budaya atas individu dan masalah masalah penyandian dan penyandian balik pesan terlukis pada gambar diatas. Tiga budaya diwakili dalam model ini oleh tiga bentuk geometric yang berbeda. Budaya A dan budaya B relatif serupa dan masing masing diwakili oleh suatu segi empat dan suatu segi delapan tak beraturan yang hampir menyerupai segi empat. Budaya C sangat berbeda dari budaya A dan budaya B. Perbedaan yang lebih besar ini tampak pada

5 26 bentuk melingkar budaya C dan jarak fisik dari budaya A dan budaya B. Dalam setiap budaya ada bentuk lain yang agak serupa dengan bentuk budaya. Ini menunjukkan individu yang telah dibentuk oleh budaya. Bentuk individu sedikit berbeda dari bentuk budaya yang mempengaruhinya. Ini Budaya A Budaya B Budaya C menunjukkan dua hal. Pertama, ada pengaruh pengaruh lain di samping budaya yang membentuk individu. Kedua, meskipun budaya merupakan sesuatu kekuatan dominan yang mempengaruhi individu, orang orang dalam suatu budaya pun mempunyai sifat sifat yang berbeda. Penyandian dan penyandian balik pesan antarbudaya dilukiskan oleh panah panah yang menghubungkan budaya budaya itu. Panah panah ini menunjukkan pengiriman pesan dari budaya yang satu ke budaya lainnya. Ketika suatu pesan meninggalkan budaya dimana ia disandi, pesan itu mengandung makna yang dikehendaki oleh penyandi (encoder). Ini ditunjukkan oleh panah yang meninggalkan suatu budaya yang mengandung pola yang sama seperti pola yang ada dalam individu penyandi. Ketika suatu pesan sampai pada budaya dimana pesan itu harus disandi balik, pesan itu mengalami suatu perubahan dalam arti pengaruh budaya penyandi balik (decoder) telah menjadi bagian dari makna pesan. Makna yang terkandung dalam pesan yang asli telah berubah selama fase penyandian balik dalam komunikasi antarbudaya, oleh karena perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki decoder tidak mengandung makna makna budaya yang sama seperti yang dimiliki encoder. Model tersebut menunjukkan bahwa terdapat banyak ragam perbedaan budaya dalam komunikasi antarbudaya. Komunikasi antarbudaya terjadi dalam banyak ragam situasi yang berkisar dari interaksi interaksi antara orang orang yang berbeda secara ekstrem hingga interaksi interaksi antara orang orang yang mempunyai budaya dominan yang sama tetapi mempunyai subkultur dan subkelompok yang berbeda (Mulyana dan Rakhmat, 1998 : 20). 2.3 Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi merupakan suatu bidang ilmu komunikasi, bidang ini setiap hari hadir dalam setiap hubungan antar manusia kapan dan dimana saja. Seorang tukang kayu, tukang foto, dramawan dan sastrawan, pastor dan haji, profesor dan musikus, pelajar dan mahasiswa dalam dunianya sendiri maupun dunia bersamanya melakukan komunikasi antar manusia. Dari jenis

6 27 pekerjaan dan profesi seseorang kepada orang lain, mungkin masih ditambah lagi dengan cara berpikirnya, melahirkan perasaannya dan perilaku nyatanya. Ilmu komunikasi, khususnya komunikasi antar pribadi mempelajari objek hubungan antara manusia. Meskipun demikian banyak ahli juga berpendapat bahwa semua yang menjadi tekanan dalam komunikasi antar pribadi akhirnya bermuara pada: perspektif situasi. Perspektif situasi merupakan suatu perspektif yang menekankan bahwa sukses tidaknya komuniksi antar pribadi sangat tergantung pada situasi komunikasi, mengacu pada hubungan tatap muka antara dua orang atau sebagian kecil orang dengan mengandalkan suatu kekuatan yang segera saling mendekati satu dengan yang lain pada saat itu juga daripada memperhatikan umpan balik yang tertunda (misalnya dalam hal komunikasi antar manusia bermedia seperti surat menyurat, percakapan, telepon, faximile), menurut De Haan (dalam Liliweri, 1991: 31). Masih dalam buku Alo Liliweri (2003: 31), ada tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antar pribadi dan bukan komunikasi lainnya yang terangkum dari pendapatpendapat Reardon. Sifat-sifat komunikasi antar pribadi itu adalah: 1. Melibatkan didalamnya perilaku verbal dan non verbal. 2. Melibatkan pernyataan/ungkapan yang spontan, scripted dan contrived. 3. Komunikasi antar pribadi tidaklah statis melainkan dinamis. 4. Melibatkan umpan balik pribadi, hubungan interaksi dan koherensi (pernyataan yang satu harus berkaitan dengan yang lain sebelumnya). 5. Dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. 6. Komunikasi antar pribadi merupakan suatu kegiatan dan tindakan. 7. Melibatkan didalamnya bidang persuasif. Disamping itu, Halloran (dalam Liliweri, 2003: 48) mengemukakan bahwa manusia sebenarnya berkomunikasi dengan orang lain karena beberapa faktor, yaitu: 1. Perbedaan antar pribadi. 2. Manusia meskipun merupakan makhluk yang utuh namun tetap mempunyai kekurangan. 3. Adanya perbedaan motivasi antar manusia.

7 28 4. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuan dari orang lain. Masih dalam buku Alo Liliweri (2003: 48), Cassagrande juga berpendapat hampir senada, bahwa orang berkomunikasi dengan orang lain karena: 1. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan. 2. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif tetap. 3. Interaksi hari ini merupakan spektrum pengalaman masa lalu, dan buat orang mengantisipasi masa depan. 4. Hubungan yang diciptakan kalau berhasil merupakan pengalaman yang baru. Kita akhirnya dapat mengatakan bahwa komunikasi antar pribadi tidak dapat dielakkan dalam hidup bermasyarakat itu. Suatu kesadaran akan kekurangan yang dimiliki, suatu perbedaan kesadaran akan adanya perbedaan yang hakiki antar pribadi, perbedaan dalam motif (dorongan-dorongan untuk mencapai kebutuhan yang berbeda baik kebutuhan biologis, sosiologis) keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain menyebabkan setiap orang mencari relasi dengan orang lain. Relasi, interaksi itu dapat dimulai oleh setiap orang mulai dari dalam rumah, tetangga, kemudian meluas ke bidang pekerjaan. Saling melengkapi kekurangan atas perbedaan tersebut senantiasa dialami karena masyarakat terus berubah untuk memenuhi kebutuhan yang satu terhadap kebutuhan lainnya yang lebih tinggi daripada sebelumnya. Ia, manusia mencatat pelbagai pengalamannya masa lalu dari relasinya dengan orang lain kemudian mengantisipasikan, memperkirakan apakah komunikasi masih relevan dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan di masa datang. Oleh karena itu, pada saat sekarang para ahli komunikasi menghendaki supaya seorang yang berkomunikasi harus mampu mengubah cara berpikir, perasaan atau perilaku sesama, hal itu akan tercapai kalau ia juga memberikan kesempatan pada pihak lain untuk dapat mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan dan perilakunya. Menurut Devito (2007: ) terdapat sepuluh karakteristik komunikasi interpersonal yang efektif yaitu:

8 29 1. Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Ini tidaklah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya.memang ini mungkin menarik, tapi biasanya tidak membantu komunikasi. Sebaliknya, harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini. Tidak ada yang lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. 2. Empati Henry Backrack (dalam DeVito, 2007: 192) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang sama. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal, kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1) keterlibatan aktif dengan orang itu melalui

9 30 ekspresi wajah dan gerak-gerik yang sesuai; (2) konsentrasi terpusat meliputi komtak mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta (3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya. 3. Sikap mendukung Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb. Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic, dan (3) provisional, bukan sangat yakin. 4. Sikap positif Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi. 5. Kesetaraan Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak

10 31 mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers, kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada orang lain. 2.4 Pola Komunikasi Devito (2007: 271) pola komunikasi didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi antara dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang, dimana terjadi proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan, dengan beberapa umpan balik seketika. Sedangkan Djamarah (2004: 73), pola komunikasi merupakan bentuk hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman pesan dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami dan dimengerti. Sehingga secara sederhana, dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan proses menyamakan persepsi, pikiran, dan rasa antara komunikator dengan komunikan (Mulyana, 2002: 53). Lebih lanjut, pola komunikasi adalah suatu gambaran yang sederhana dari proses komunikasi yang memperlihatkan kaitan antara satu komponen komunikasi dengan komponen lainnya (Soekamto, 1996 : 27). Pola Komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman, dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Maka dari itu, suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses mengkaitkan dua komponen yaitu gambaran atau rencana yang menjadi langkah langkah pada suatu aktifitas dengan komponen komponen yang merupakan bagian penting atas terjadinya hubungan antar organisasi ataupun juga manusia. Dari pengertian sebelumnya, maka suatu pola komunikasi adalah bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan pesan secara tepat. Balswick dan Balswick (1990: 43), menyatakan

11 32 komunikasi yang terjadi dalam lingkungan keluarga merupakan jantung kehidupan, guna menunjang interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga, di samping mengeksplorasi emosi. Keluarga menentukan bagaimana bentuk komunikasi yang disepakati dan akhirnya membentuk suatu pola tertentu yang membedakan antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Pola komunikasi keluarga menentukan tingkat kepuasan anggota keluarga didalamnya. Kehadiran komunikasi memberikan pengaruh yang sangat kuat dalam menciptakan suasana kondusif dalam keluarga. Sebab, setiap masalah yang mungkin muncul dalam sebuah keluarga dapat diselesaikan dengan cara berkomunikasi. John Gottman (dalam Degenova, 2008: 42) menemukan bahwa pola komunikasi pada keluarga atau pasangan sangat penting dalam kebahagiaan pernikahan. Triandis (1994: 64), menyatakan bahwa pola komunikasi di dalam keluarga berbeda berdasarkan budayanya, dimana budaya Asia (atau sering disebut budaya Timur) umumnya memiliki jenis komunikasi High Context communication, dimana apa yang diucapkan belum tentu sama maksud yang sebenarnya. Sementara budaya di negara-negara Barat lebih ke arah Low Context communication, yaitu mengemukakan apa yang ingin disampaikan secara tegas dan apa adanya bahkan di depan publik, apa yang disampaikan adalah apa yang dirasakan. Terdapat empat pola komunikasi antar suami dan istri menurut Joseph A. DeVito dalam bukunya The Interpersonal Communication Book (2007: ) diantaranya : 1. Pola keseimbangan. Pola keseimbangan ini lebih terlihat pada teori dari pada prakteknya, tetapi Ini merupakan awal yang bagus untuk melihat komunikasi pada hubungan yang penting. Komunikasi yang terjalin antara suami istri sangat terbuka, jujur, langsung dan bebas. 2. Pola keseimbangan terbalik. Dalam pola keseimbangan terbalik, masing-masing anggota keluarga (suami-istri) mempunyai orientasi diatas daerah atau wewenang yang berbeda. Masing-masing suami istri adalah sebagai pembuat keputusan konflik yang terjadi antara keduanya (suami-istri), dianggap bukan ancaman oleh si suami atau si

12 33 istri karena keduanya memiliki keahlian sendiri-sendiri untuk menyelesaikannya. 3. Pola pemisah tidak seimbang, satu orang dalam keluarga (si suami atau istri) mendominasi. 4. Pola Monopoli. Dalam pola monopoli ini, si suami atau si istri samasama menganggap dirinya sebagai penguasa. Keduanya (suami istri) lebih suka memberi nasehat dari pada berkomunikasi untuk saling bertukar pendapat 2.5 Pasangan Suami Istri Relasi suami istri memberi landasan dan menentukan warna bagi keseluruhan relasi di dalam keluarga. Banyak keluarga yang berantakan ketika terjadi kegagalan dalam relasi suami istri. Kunci bagi kelanggengan perkawinan adalah keberhasilan melakukan penyesuain di antara pasangan. Penyesuain ini bersifat dinamis dan memerlukan sikap dan cara berpikir yang luwes. Penyesuaian adalah interaksi yang kontinu dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan Calhoun & Acocella, (dalam Sri Lestari, 2012: 63). Terdapat tiga indikator bagi proses penyesuaian sebagaimana diungkapkan Glenn (dalam Sri lestari, 2012: 64), yakni konflik, komunikasi dan berbagai tugas rumah tangga. Keberhasilan penyesuaian dalam perkawinan tidak ditandai dengan tiadanya konflik yang terjadi. Penyesuain dalam perkawinan tidak ditandai oleh sikap dan cara yang konstruktif dalam melakukan resolusi konflik. Komunikasi yang positif merupakan salah satu komponen dalam melakukan resolusi konflik yang konstruktif. Walaupun demikian, komunikasi berperan penting dalam segala aspek kehidupan perkawinan, bukan hanya dalam resolusi konflik. Peran terpenting komunikasi adalah membangun kedekatan dan keintiman dengan pasangan. Journal Acta Diurna Volume III. No.4. Tahun 2014 bila kedekatan dan keintiman suatu pasangan dapat senantiasa terjaga, maka hal itu menandakan bahwa proses penyesuaian keduanya telah berlangsung dengan baik Banyak kajian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas perkawinan. Istilah kualitas perkawinan biasanya dipadankan dengan kebahagiaan perkawinan atau kepuasaan perkawinan Glenn (dalam Sri Lestari,

13 : 65). Keduanya sama-sama menunjuk pada suatu perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang maknanya lebih luas daripada kenikmataan, kesenangan, dan kesukaan. Perbedaanya adalah bila kebahagiaan perkawinan berdasarkan pada evaluasi afektif, sedangkan kepuasaan perkawinan berdasarkan pada evaluasi kognitif. David H. Olson dan Amy K. Olson (dalam Sri Lestari, 2012: 68), terdapat sepuluh aspek yang membedakan antara pasangan yang bahagia dan yang tidak bahagia, yaitu: komunikasi, fleksibilitas, kedekatan, kecocokan kepribadian, resolusi konflik, relasi seksual, kegiataan di waktu luang, keluarga dan teman, pengelolahan keuangan, dan keyakinan spritual. Di antara sepuluh aspek tersebut, lima aspek yang lebih menonjol adalah komunikasi, fleksibilitas, kedekatan, kecocokan kepribadian, dan resolusi konflik. Keterampilan dalam berkomunikasi dapat mewujud dalam kecermatan memilih kata yang digunakan dalam penyampaian gagasan pada pasangan. Pemilihan kata yang kurang tepat dapat menimbulkan kesalahan presepsi pada pasangan yang diajak berbicara. Intonasi dalam melakukan komunikasi juga perlu untuk diperhatikan. Penekanan pada kata yang berbeda, meskipun dalam kalimat yang sama dapat menimbulkan respons perasaan yang berbeda pada pasangan. Hal ini berkaitan dengan kesediaan dan kemampuan mengungkapkan diri (self-disclosure). Pengungkapan diri adalah menyampaikan informasi pribadi yang mendalam, atau segala hal yang kemungkinan orang lain tidak mengerti bila tidak diberitahu. Informasi tersebut dapat berupa gagasan dan pemikiran, impian dan harapan, maupun perasaan positif dan negatif. Kesalahpahaman dalam komunikasi dapat menimbulkan konflik, yang sering terjadi karena menggunakan gaya komunikasi negatif. Menurut Ali Qaimi (2002: 61) berlebihan juga sepasang suami-isteri berbicara dengan gaya bahasa resmi dan dengan dialek seorang pejabat atau pemimpin rakyat. Namun, yang dituntutadalah bersikap hati- hati dalam berbicara. Sebab, ketergelinciran lidah adakalanya mendatangkan akibat yang fatal. 2.6 Perkawinan Antarbudaya Dipaparkan dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Riau Volume 2 Nomor 2 September 2013, istilah pernikahan antarbudaya yang digunakan dalam

14 35 penelitian ini disebut oleh ahli ilmu komunikasi dengan istilah yang berbeda-beda. Romano (2008: 121) menyebutnya sebagai inter-cultural marriage. Sementara Hondius (dalam Sri Lestari, 2012: 70) menamainya dengan istilah mixed marriage. Para ahli lain menyebut feno-mena ini dengan istilah cross cultural marriage, international marriage, interethnic marriage, intercultural relationship, atau intermarriage. Falicov (dalam Romano, 2008: 229), salah seorang peneliti di bidang ini menyebut istilah intercultural marriage sama saja dengan istilah intermarriage dan cross-cultural. Ketiga istilah tersebut dapat saling dipertukarkan. Meskipun ada beragam terminologi yang digunakan untuk menamai fenomena ini, penger-tian yang diberikan terhadap istilah ini ternyata relatif sama yakni sebagai pernikahan dua orang invidu yang memiliki latar belakang budaya berbeda (Romano, 2008: 11). Menurut Falicov (dalam Romano, 2008: 232), kata budaya yang menyertai kata perkawinan dalam istilah ini pada kenyataanya memiliki pengertian yang luas dan cair karena mencakup juga perbedaan agama, etnik, status sosial, negara, bahkan ras. Apabila ditelusuri lebih jauh, pernikahan antarbudaya ini sebenarnya bukanlah fenomena baru. Samsudin (2009: 71) menyebutkan pernikahan yang melibatkan pasangan berbeda etnik atau budaya atau agama telah terjadi sejak Masa lalu bahkan sebelum masehi. Nabi Musa yang pe-nganut Yahudi misalnya, menikah Zypporah se-orang wanita asli Kenya, sedangkan dalam contoh yang lebih dekat, John Lenon misalnya yang menikahi Yoko Ono atau ibunda Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, dua kali menikah dengan pria yang berbeda bangsa, satu dari Kenya dan satu lagi dari Indonesia. Kalau kita mengambil contoh yang lebih aktual maka kita menemukan contoh pernikahan Tiger Wood dengan Ellin Nordergen. Menurut Romano (2008: 318) kecenderungan melakukan pernikahan antarbudaya akan semakin menguat pada abad 21 ini. Hal ini disebabkan oleh freukensi orang melakukan perjalanan, pindah rumah, bersekolah, berwisata atau bekerja di luar negeri menjadi semakin besar. Lebih dari itu merebaknya media sosial semakin memmudahkan orang membangun kontak tanpa dibatasi oleh jarak. Media ini juga memungkinkan mereka membangun hubungan yang bersifat personal. Meskipun belum ada angka yang pasti tapi jumlah orang yang menikah karena membangun kontak lewat

15 36 media sosial kecenderungan membangun kontak dan hubungan personal melalui saluran ini semakin besar (dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Universitas Riau Volume 2 Nomor 2, 2013: 4). Menurut Maretzki (dalam McDermott & Tseng, 1977: 42) menyebutkan bahwa perkawinan antar budaya (intercultural marriage) adalah perkawinan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Budaya menjadi suatu aspek yang penting dalam perkawinan, dimana pasangan tersebut tentu memiliki dalam hal nilai-nilai budaya yang dianut, menurut keyakinan dan kebiasaan, serta adat istiadat dan gaya hidup budaya. Di dalam perkawinan juga disatukan dua budaya yang berbeda, latar belakang yang berbeda (Koentjaraningrat, 1998: 12). Latar belakang yang berbeda ini dapat menimbulkan ketidakcocokan. Ketidakcocokan tersebut dapat mengakibatkan konflik, baik tentang kebiasaan, sikap perilaku dominan, maupun campur tangan keluarga, Purnomo (dalam Natalia & Iriani, 2002: 31). Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perkawinan antar etnis adalah perkawinan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Menurut Tseng (1977: 36) terdapat faktor-faktor Pendukung Tercapainya Keberhasilan Penyesuaian Perkawinan budaya yaitu : a. Adanya saling keterbukaan pikiran atau openmindedness. b. Memiliki sikap fleksibilitas atau keluwesan. c. Adanya toleransi yang tinggi. d. Pengetahuan. e. Kepekaan terhadap kebutuhan pasangan. 2.7 Mendidik anak Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mendidik artinya memelihara dan memberi latihan. dalam memeliahara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran. Sedangkan menurut Darmodiharjo (1982: 31), mendidik ialah menunjukkan usaha yang lebih ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan, dll.

16 37 Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 tahun 1973, pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya, dalam Convention on The Right Of the Child tahun 1989 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu, UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan Undang-undang Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun (Huraerah, 2006: 19). Sementara itu, pengertian anak yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 1 yaitu ( 1. Anak adalah dalam orang yang perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. 2. Anak nakal adalah anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat bersangkutan. 3. Anak Terlantar adalah anak yang berdasarkan penetapan pengadilan ditetapkan sebagai anak terlantar, atas pertimbangan anak tersebut tidak terpenuhi dengan wajar kebutuhannya, baik secara rohaniah, jasmaniah, maupun sosial disebabkan : Pertama, adanya kesalahan, kelalaian, dan atau ketidakmampuan orang tua, wali atau orang tua asuhnya. Kedua, statusnya sebagai anak yatim piatu atau tidak ada orangtuanya. Mendidik atau membimbing anak adalah suatu pekerjaan yang dipikul oleh orangtua untuk mengarahkan anak-anak didik dalam belajar dan dalam berprilaku yang baik, baik itu di lingkungan rumah atau di masyarakat. Untuk mengarahkan anak-anak bersifat yang positif dan menjauhkan anak berprilaku yang buruk, atau berprilaku negatif. Orang tua haruslah cerdik dalam

17 38 mengajarkan anaknya, sehingga dengan mendidik yang baik atau cara ajar yang bagus, maka terciptalah sifat anak yang positif baik itu dalam belajar dan dalam berperilaku di masyarakat. Mendidik memang bukan persoalan yang gampang dan sederhana. Pada tataran filosofis, mendidik berkaitan dengan proses pembentukan kualitas manusia dan peradaban yang akan dihasilkannya. Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan juga memiliki kelebihan masing-masing. Berbedanya seorang anak dengan yang lain menunjukkan bahwa setiap anak adalah unik. Cara orangtua mendidik anaknya juga berbeda-beda. Orangtua keturunan China dianggap begitu superior terhadap anaknya sedangkan orangtua di negaranegara Barat lebih demokratis dan menghargai individu anak. Buku 'Battle Hymn of the Tiger Mother' karangan Amy Chua, seorang profesor sekolah hukum dari Yale Law School menceritakan bagaimana ibu-ibu di China atau keturunan China dengan didikan kerasnya mampu membuat anaknya berhasil. Hal yang sama seperti dialami Amy ketika kecil hingga menjadi orang sukses seperti sekarang. Amy kini menerapkan gaya didik orangtuanya kepada dua anaknya Sophia dan Louisa yang sudah beranjak remaja. Anak-anaknya dilarang main game dan nonton TV, menginap di rumah teman, harus mendapat nilai A, harus les biola atau piano. Di negara AS misalnya, anak-anak yang didik orangtua keturunan China jago matematika, pintar main piano dan sering jadi juara di kelasnya. Mendidik dengan disiplin dan kontrol orangtua yang besar menurut Amy juga dilakukan orangtua keturunan Korea, India, Jamaika, Irlandia dan Ghana. Dalam salah satu penelitian terhadap 50 ibu di Amerika dan 48 ibu-ibu imigran China, hampir 70 persen ibu-ibu barat mengatakan bahwa 'menekankan keberhasilan akademis tidak baik untuk anak-anak' karena yang terpenting 'orang tua perlu mendorong ide bahwa belajar adalah hal yang menyenangkan'. Sebaliknya, sebagian besar ibu keturunan China mengatakan bahwa mereka percaya anakanaknya dapat menjadi siswa 'yang terbaik' karena 'prestasi akademik mencerminkan orangtua yang sukses mendidik' dan 'jika anak-anak tidak unggul di sekolah itu artinya ada masalah pada orangtua kenapa anak tidak mengerjakan tugasnya'. Studi lain menunjukkan bahwa dibandingkan dengan orangtua Barat, orangtua China menghabiskan 10 kali lebih lama waktunya untuk terlibat dan

18 39 memantau aktivitas akademik anak-anaknya. Sebaliknya, anak-anak Barat lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan dan tim olahraga ketimbang prestasi akademik. Amy juga mengatakan ketika orangtua China menerapkan disiplin dan pola didik yang terkontrol, anak-anak China juga akan menolak. Namun kuncinya, kesabaran orangtua untuk mendampingi anak karena memang akan sulit dijalani di masa-masa awal. Hal yang berbeda dengan tipikal orangtua barat yang cenderung menyerah pada kemauan anak ketika anak menolak. Sebaliknya orangtua Barat hanya meminta anaknya mencoba melakukan yang terbaik. Mereka akan berhati-hati untuk tidak membuat anak mereka merasa tidak mampu dan tidak akan pernah memanggil anaknya dengan sebutan 'bodoh', 'tidak berguna' atau 'memalukan'. Orangtua China bisa melakukan seperti itu karena tradisi China men-stigma anak-anak berutang ke orangtuanya yang telah berkorban banyak sehingga mereka harus membayarnya dengan prestasi dan kebanggaan serta rasa hormat kepada orangtua.sebaliknya, orangtua di Barat tidak berpikir demikian. Anak-anak tidak memilih orangtuanya dan bahkan mereka tidak memilih untuk dilahirkan sehingga anak-anak tidak berutang apa-apa. Tugas mereka adalah membuat anak-anak menjadi diri mereka sendiri. Orangtua Barat mencoba untuk menghormati individua anak-anaknya, mendorong mereka untuk mengejar keinginan mereka, mendukung pilihan mereka, dan memberikan dukungan dan lingkungan yang positif. Sebaliknya, orangtua China percaya bahwa cara terbaik untuk melindungi anak-anak mereka adalah dengan mempersiapkan masa depan mereka, membekali anak dengan keterampilan, kebiasaan kerja yang tekun dan disiplin, dan keyakinan batin yang tinggi sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mengambilnya (

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 2 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Subjek, Wilayah dan Fokus Kajian Komunikasi Antarbudaya DESKRPISI Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Effendy (2009: 5), komunikasi adalah aktivitas makhluk sosial. Dalam praktik komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Pengertian komunikasi secara epistemologi menurut Wilbur Schramm berasal dari bahasa latin communicatio (pemberitahuan, pemberian bagian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa latin communicare, yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN TEORITIS. Komunikasi berasal dari bahasa latin Communication, yang artinya sama.

BAB 2 KAJIAN TEORITIS. Komunikasi berasal dari bahasa latin Communication, yang artinya sama. BAB 2 KAJIAN TEORITIS 2.1. Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin Communication, yang artinya sama. Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. sosial sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia tidak mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena itu manusia disebut sebagai

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau disebut makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar untuk berafiliasi, yaitu menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam menjalin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar untuk berafiliasi, yaitu menjalin hubungan dengan orang lain. Dalam menjalin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Manusia pada hakekatnya adalah makhluk monodualis, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

I.1 Latar Belakang Masalah

I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai alat untuk mempersatukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe) Sepfiany Evalina Ginting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat menjadikan interaksi antar budaya tanpa terbatas ruang dan waktu. Hal ini tentunya meningkatkan pula peluang

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia adalah tempat bagi kurang lebih satu juta penduduk yang heterogen. Berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan. (Huvigurst dalam Hurlock, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki salah satu tugas perkembangan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup yang akhirnya akan mengarahkan individu tersebut untuk melangsungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal merupakan bagian dari ilmu komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam suatu organisasi untuk kelancaran kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi diibaratkan seperti. namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi untuk kelangsungan hidupnya. Komunikasi diibaratkan seperti. namun kita sering melupakan betapa besar peranannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1. Definisi Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia, yang sangat mendasar. Seperti halnya, makan dan minuman, manusia, membutuhkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA Penyusun Nama : Asteria Agustin NIM : D2C 007 012 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersungguh-sungguh sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. bersungguh-sungguh sehingga dapat memperoleh prestasi yang baik di sekolah. ABSTRAK IRMAYANTRI. Perilaku Komunikasi Antara Orang Tua Tunggal (Single Parent) Dan Anak Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak Di SMP Negeri 8 Makassar (Dibimbing oleh Muh. Farid dan Kahar). Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang membuat hubungan antar manusia lebih terbuka, serta arus globalisasi membuat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah

BAB II LANDASAN TEORI. Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah BAB II LANDASAN TEORI A. Keterampilan Komunikasi 1. Definisi Keterampilan Komunikasi Santrock (2007) menyatakan bahwa keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang diperlukan guru dalam berbicara, mendengar,

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Komunikasi adalah medium penting bagi pembentukan atau. pengembangan pribadi untuk kontak sosial. Komunikasi adalah pertukaran

BAB II URAIAN TEORITIS. Komunikasi adalah medium penting bagi pembentukan atau. pengembangan pribadi untuk kontak sosial. Komunikasi adalah pertukaran BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan individu, yang berhubungan erat dengan perilaku individu itu sendiri. Komunikasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh

BAB I PENDAHULUAN. dan sangat mendasar dalam proses belajar manusia. Manusia dibesarkan, diasuh BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi layaknya nafas kehidupan manusia. Kodratnya sebagai makhluk sosial membuatnya senantiasa berinteraksi demi pemenuhan kebutuhan dan keberlangsungan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarbudaya Dalam Proses Asimilasi Pernikahan Jawa dan Minangkabau) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S

Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S Komunikasi Interpersonal?? Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dunia bisnis yang ada membuat banyak perusahaan asing hadir di Indonesia. Berbagai perusahaan yang bergerak di bidang seperti telekomunikasi, transportasi,

Lebih terperinci

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif teknik analisis dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data yang di peroleh dari berbagai macam sumber, baik itu pengamatan, wawancara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UMB IRA PURWITASARI S.SOS KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA system keyakinan, nilai dan sikap, terhadap pandangan mengenai dunia dan terhadap organisasi social diantara pelaku-pelaku dari budaya yang berbeda. Seperti hambatan yang timbul oleh rangsangan dari luar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi Antar Pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang orang yag terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat dilakukan

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEGAWAI DI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA BARAT

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEGAWAI DI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA BARAT KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEGAWAI DI DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA BARAT Eka Nopera Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract The goal of this research are to see information about

Lebih terperinci

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n Proses Komunikasi O u t l I n e T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n T P U Diharapkan mampu ampu menjelaskan dan menerapkan konsep-konsep dasar dalam komunikasi, jenis dan teknik komunikasi,

Lebih terperinci

Budaya dan Komunikasi 1

Budaya dan Komunikasi 1 Kejujuran berarti integritas dalam segala hal. Kejujuran berarti keseluruhan, kesempurnaan berarti kebenaran dalam segala hal baik perkataan maupun perbuatan. -Orison Swett Marden 1 Memahami Budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan manusia. Menurut UU No. 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk memengaruhi perilaku

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk memengaruhi perilaku BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk memengaruhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terjadi antara dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang, dimana terjadi

BAB II LANDASAN TEORI. terjadi antara dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang, dimana terjadi BAB II LANDASAN TEORI II.A KOMUNIKASI II.A.1 Pola Komunikasi Devito (1997) pola komunikasi didefinisikan sebagai komunikasi yang terjadi antara dua orang atau diantara kelompok kecil orang-orang, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai mahluk sosial, adalah perilaku berkomunikasi antarmanusia. Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Long Distance Relationship adalah suatu hubungan dimana para pasangan yang menjalaninya dipisahkan oleh jarak yang membuat mereka tidak dapat saling bertemu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai konteks komunikasi yang berbeda-beda. Salah satu konteks komunikasi yang paling sering dihadapi

Lebih terperinci

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30). Komunikasi I. PENGERTIAN Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORITIK BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Joseph De Vito, dalam bukunya The Interpersonal Communication

Lebih terperinci

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA. Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA. Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA PASANGAN YANG BERLATAR BELAKANG ETNIS BATAK DAN ETNIS JAWA Mia Retno Prabowo Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persahabatan, pertemanan, perkumpulan dan juga perkawinan. Komunikasi. orang lain, sekecil apapun perbedaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. persahabatan, pertemanan, perkumpulan dan juga perkawinan. Komunikasi. orang lain, sekecil apapun perbedaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial. Karena itu manusia tidak hidup sendirian. Perwujudan manusia sebagai makhluk sosial nampak dalam persahabatan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial (zoon politicon). Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melepaskan diri dari jalinan sosial, dimana manusia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Komunikasi Antarpribadi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Komunikasi Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan memiliki sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk dan berkembang secara signifikansi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Johnson ( Supraktiknya, 1995) konflik merupakan situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berupa gerakan, tindakan atau simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh pihak lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berupa gerakan, tindakan atau simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh pihak lain. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non-verbal), untuk mempengaruhi perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melainkan senantiasa hidup dan bergaul dengan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk berinteraksi

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci