BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis untuk pertumbuhan dan perkembangan, manusia. lainnya yang dapat dicari di perairan laut, sungai, danau, dan kolam.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis untuk pertumbuhan dan perkembangan, manusia. lainnya yang dapat dicari di perairan laut, sungai, danau, dan kolam."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara biologis untuk pertumbuhan dan perkembangan, manusia membutuhkan makanan sebagai sumber energi untuk beraktivitas. Makanan yang diperoleh berasal dari sumber daya alam, 1 baik tumbuhan maupun hewan. Untuk mendapatkan makanan dari hewan, manusia melakukan aktivitas berburu, baik hewan darat maupun hewan air. Hewan air berupa ikan, kerang, udang, cumi, dan lainnya yang dapat dicari di perairan laut, sungai, danau, dan kolam. Hewan air berupa ikan merupakan salah satu makanan pokok manusia sebagai sumber protein hewani yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan tubuh manusia. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk mendapatkan ikan ialah memancing dengan menggunakan alat-alat yang sederhana.secara umum, memancing adalah kegiatan menangkap ikan yang bisa merupakan pekerjaan, hobi, olahraga luar (outdoor sport) atau kegiatan dipinggir atau ditengah danau, laut, sungai, dan perairan lainnya dengan target seekor ikan ( pengertian sederhana memancing merupakan suatu kegiatan menangkap ikan yang menggunakan alat pancing seperti: tali pancing, joran dan mata kail. 1 Menurut Soerjani (1987), sumberdaya alam ialah suatu sumberdaya yang terbentuk karena kekuatan alamiah, misalnya tanah, air dan perairan, biotis, udara dan ruang, mineral, tentang alam (landscape), panas bumi, dan gas bumi, angin, pasang surut/arus laut. 1

2 Memancing dalam arti menangkap ikan sudah dikenal oleh peradaban manusia sejak zaman dahulu sekitar tahun yang lalu( Lebih lanjut dijelaskan bahwa hal ini terbukti dari peninggalan-peninggalan arkeologi pada goa-goa tua di Eropa bahwa aktivitas penangkapan ikan sudah ada sejak dulu dengan ditemukannya tulang-belulang, mata kail dan gambar serta lukisan pada zaman batu di dalam goa-goa tersebut.teknik menangkap ikan mulai beragam pada masa Neolitik sekitar tahun yang lalu yang kemudian berkembang menjadi teknik yang lebih modern dan masih dipakai hingga saat ini. Begitu pula dengan cara pengolahan ikan hasil tangkapan, saat ini cara tersebut masih dilakukan dengan teknik yang sama misal pengawetan ikan dengan menggarami atau dengan cara pengasapan. Pada masa terdahulu memancing biasanya dilakukan oleh kaum pria dan kaum wanita, baik dari kalangan muda maupun orang tua. Pada beberapa suku bangsa di Indonesia memancing merupakan aktivitas pokok untuk mencari makanan sehari-hari (ekonomi subsisten) dan mewajibkan kaum wanita untuk mencari ikan termasuk dengan cara memancing. Melihat fenomena yang ada kini memancing menjadi satu kegiatan yang hanya dilakukan kaum pria dan dengan berbagai orientasi. Seiring perkembangannya memancing menjadi banyak orientasi pada masyarakat kota, tidak hanya sebagai kegiatan ekonomi tetapi juga berkembang menjadi olah raga, wisata keluarga, dan dijadikan kegiatan judi. Memancing dapat dikatakan sebagai kegiatan ekonomi. Seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mencari makanan dari alam (danau, laut, 2

3 sungai dan kolam) dengan cara memancing. Ikan hasil pancingan untuk dikonsumsi sendiri dan sebagian para pemancing menjual hasil pancingannya ke orang lain karena sudah merasa bosan atau berlebih. Bagi yang hobi memancing dapat mengembangkannya dengan memelihara ikan di kolam sendiri. Hal ini juga sebagai salah satu investasi yang tepat sebagai tambahan ekonomi keluarga. Sebagai kegiatan olah raga 2 memancing merupakan kegiatan permainan yang bersifat kompetisi 3, persaingan secara sehat dan sportif. Tidak ada tindakan curang yang dilakukan untuk menjatuhkan atau mengalahkan lawan. Selain itu, memancing juga merupakan kegiatan yang melatih tingkat kesabaran dan kestabilan emosi 4 seseorang. Pada saat ini memancing banyak dipertandingkan dan pertandingannya disponsori oleh merk-merk terkenal. Perlombaan olah raga memancing banyak diselenggarakan di daerahdaerah untuk meningkatkan sumberdaya perikanan dan menjaga kelestarian sumberdaya.hal tersebut dapat dilihat pada kutipan artikel berikut ini: Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sitaro, Selasa (9/4) besok akan menyelenggarakan Lomba Pancing Tradisional. Kadis DKP Sitaro, Ir Meddy Ompi menjelaskan, kegiatan lomba pancing tersebut diselenggarakan karena banyaknya peminat olahraga mancing dan masyarakat yang bermata pencaharian 2 Menurut Suparlan (1977:23), olah raga adalah suatu kegiatan yang bersifat persaingan, yang macam, bentuk, dan kegiatannya beraneka ragam. Pada hakekatnya, inti suatu kegiatan olah raga adalah suatu kegiatan pertandingan atau kontes dimana team-team olah raga atau individu yang bersangkutan bertanding atau bersaing untuk menunjukkan keunggulan mereka. 3 Menurut Deaux, Dane, & Wrightsman, kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari strukturreward dalam suatu situasi. Chaplin juga mengungkapkan kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.diakses 29/09/13( 4 Menurut kamus psikologi (1981), emosi dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku. 3

4 sebagai nelayan di Kabupaten SiauTagulandang Biaro (Sitaro) ini. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberdayakan masyarakat pesisir serta nelayan agar lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam meningkatkan produksi perikanan secara berkelanjutan dan bertanggungjawab agar kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan laut di daerah Sitaro tetap lestari. Kegiatan pancing tersebut selain untuk memberdayakan masyarakat pesisir dan meningkatkan produksi perikanan, lomba pancing yang digelar ini juga sebagai ajang hiburan untuk masyarakat umum serta pertunjukan keahlian peserta dalam menggunakan alat tangkap ikan( Memancing tidak hanya kegiatan hobi semata melainkan juga dijadikan kegiatan yang menyenangkan ketika berekreasi bersama keluarga, kini memancing menjadi salah satu wahana wisata keluarga yang diminati masyarakat. Hal tersebut bisa dilihat pada kutipan artikel berikut: Telaga Mina yang berlokasi dalam kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. Suasana dan lingkungan kolam pemancingan yang asri menjadi salah satu tempat pemancingan ini juga sebagai tujuan wisata keluarga. Bila berkunjung ke tempat ini, terutama di hari Minggu maka pemandangan seperti beberapa keluarga yang sedang asyik duduk-duduk di lapak masing-masing di tepi kolam ( Tidak hanya sebagai olah raga kini memancing berkembang sebagai kegiatan yang dapat dijadikan ajang taruhan (judi 5 ). Memancing dapat dikatakan sebagai kegiatan judikarena dewasa ini manusia terus mencari cara untuk mendapatkan surplus dibalik segala kegiatan. Termasuk dalam kegiatan 5 Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi pemenang. Pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya kepada si pemenang. Peraturan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum pertandingan dimulai ( 4

5 memancing, para pemancing berusaha untuk mendapatkan surplus sambil menyalurkan hobi. Para pemancing tidak ragu-ragu mengocek kantongnya untuk mengeluarkan biaya tambahan (taruhan) dan kini memancing banyak dijadikan sebagai ajang taruhan antar pemancing. Selain mencari surplus, ada juga orang yang gemar barmain judi,sehingga sebagian orang menjadikanmemancing sebagaipenyaluran kegemarannya berjudi. Seperti fenomena yang penulis amati, bahwa permainan yang bersifat judi seperti permainan sabung ayam, kartu, togel dan lain-lain kerap kali dirajiah dan ditangkap pihak kepolisian. Kini orang-orang yang gemar dengan permainan bersifat judi, beralih ke kegiatan mancing yang memakai taruhan. Memancing ikan dapat dibedakan dari alam buruannya yaitu: memancing ikan di air laut dan memancing ikan air tawar. Memancing ikan di laut merupakan salah satu wadah atau tempat para pemancing mencari ikan dengan alat pancing yaitu di daerah laut mulai dari pinggir laut hingga ke tengah laut. Sedangkan memancing ikan air tawar merupakan kegiatann mencari ikan dengan alat pancing di daerah sungai, danau, dankolam 6. Pada masyarakat kota biasanya memancing ikan di kolam.kolammerupakan salah satu sarana yang tepat bagi para pria untuk 6 Kolam adalah kumpulan air yang tak mengalir, baik alami atau buatan manusia, yang biasanya lebih kecil dari danau. Berbagai macam kumpulan air buatan manusia diklasifikasikan sebagai kolam, termasuk taman air yang dirancang untuk ornamen estetika, kolam ikan yang dirancang untuk pembibitan ikan komersial, dan kolam surya yang dirancang untuk menyimpan energi panas. Kolam dan danau dibedakan dari aliran air berdasarkan kecepatan arus. Sementara arus di sungai mudah diamati, kolam dan danau memiliki arus mikro tenaga panas dan arus moderat tenaga angin. Fitur-fitur ini membedakan kolam dari fitur medan air lainnya, seperti kolam arus dan kolam pasang surut ( diakses tanggal 22 mei 2013) 5

6 menyalurkan hobi khususnya pada daerah perkotaan. Adapun ikan yang disediakan di dalam kolam biasanya ikan emas, lele, gurami, bawal, dan nila. Pemilik kolam pemancingan biasanya memelihara satu jenis ikan dalam tiap satu kolam. Namun bagi jenis ikan yang bisa hidup berdampingan akan dipelihara dua atau lebih jenis ikan dalam satu kolam oleh pemilik kolam. Demikian dilakukan agar pemancing gampang memilih ikan yang disuka dan ingin dipancing, karena beda ikan beda umpan yang digunakan, ukuran benang dan mata kail yang digunakan pemancing. Begitu juga dengan jenis kolamnya, beda jenis ikan, beda tarif, beda durasi waktu yang ditentukan dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di setiap kolam. Hal inilah membuat variasi dari kegiatan memancing di kolam, sehingga terbentuk klasifikasi dua tipe, yaitu hiburan dan taruhan yang bersifat judi. Klasifikasi itu dapat dilihat pada tabel.1 dihalamansebelah. Meningkatnya taraf hidup masyarakat dikota-kota besar membawa perubahan pada pola pikir. Perubahan tersebut membawa pula kepada perubahan gaya hidup 7 dan budaya masyarakat. Dewasa ini memancing menjadi kegiatan hiburan tanpa batas waktu, yang dahulu biasa dilakukan masyarakat pada pagi hari hingga petang kini sudah tersedianya kolam pemancingan untuk malam hari. Rata-rata pengunjungnya para pria yang telah penat beraktivitas disiang hari, kemudian dimalam harinya mencari hiburan. 7 Menurut Sakinah (Puspita:2009), gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. 6

7 Tabel 1. Klasifikasi Tarif Mancing di Kota Medan Tipe Namakolam pemancingan Waktu Tarif Durasi Biaya sampingan Hadiah Jenis ikan Hiburan Kolam Harian Kolam Kiloan Rp jam - - Rp25.000/kg (sesuai harga pasaran ikan) 16jam - - ikan emas ikan nila Ikan emas Ikan nila Ikan lele Kolam lomba (Akbar ) Rp Rp jam - Tropi, uang, benda (mobil,kulkas, sepeda motor) Ikan emas Kompetisi (taruhan) Kolam Serbu Rp Rp & 2 jam Rp Rp B.sampingan X jumlah pemancing Ikan lele Ikan emas Kolam Galatama (arena) Rp Rp jam Rp Rp1juta B.sampingan X jumlah pemancing Ikan emas Ikan lele 7

8 Kegiatan memancing hiburan ini juga dijadikan sebagian pihak kolam atau sebagian para pemancing menjadi ajang taruhan. Perkembangan zaman secara global, mempengaruhi terjadinya transformasi pada kegiatanmemancing dengan munculnya berbagai orientasi masyarakat pada kegiatan memancing. Hal inilah menjadi dasar ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian. Ada beberapa alasan penulis mengapa penulis tertarik dengan topik ini, yakni karena kehidupan masyarakat kota yang waktunya habis untuk beraktivitas. Aktivitas masyarakat cenderung dengan keramaian dan polusi udara. Hal demikian sangat berpengaruh pada kesehatan fisik dan psikis setiap manusia yang berakibat seseorang akan merasa tidak sehat dan gampang stres. Hal tersebut membuat manusia membutuhkan hiburan yang juga menyangkut dengan olahraga yang memberikan relaksasi pada tubuh, dan jiwa seseorang. Di kolam pancing terdapat suasana yang tenang dan bersahabat dengan alam yang berguna untuk memberi rasa damai dalam diri seseorang. Beberapa alasan lain yakni: pertama, karena memancing kini banyak diminati para pria baik tua maupun muda, baik yang tinggal di kota maupun di desa. Tempat memancing juga dapat dijadikan tempat wisata keluarga untuk ayah, ibu, dan anak maupun keluarga besar karena tempat dan suasannya bersahabat dengan alam sehingga terjauh dari polusi udara.hal ini juga akan membentuk perilaku anak untuk mencintai lingkungan, dan mengajari anak untuk menciptakan kualitas lingkungan yang baik, sertamemancing juga melatih kesabaran si anak. Kedua, memancing sering menjadi topik pembicaraan masyarakat karena memancing kini sering masuk pada acara-acara televisi seperti 8

9 Festival memancing, Mancing Mania, Mata Pancing, dan sudah terbentuknya organisasi-organisasi memancing secara lokal (klub), nasional, maupun Internasional. Ketiga, memancing kini berkembang, bukan hanya sekedar hiburan untuk mendapatkan ikan, melainkan sebagai kegiatan yang bisa dijadikan ajang taruhan (judi). Akan tetapi ada anggapan keliru sebagian masyarakat mengenai memancing, yakni beranggapan bahwa memancing merupakan kegiatan yang siasia, menghabiskan waktu, biaya, dan tenaga. Dari hasil wawancara penulis terhadap dua narasumber yang hobi memancing, Pak Birin dan Pak Tarigan (3 September 2013), dikatakan bahwa memancing itu adalah suatu kegiatan positif, karena memancingmerupakan kegiatan yang melatih kesabaran dan emosional seseorang, obat stres, mendapatkan ketenangan, dan hiburan yang didapat saat bercanda bersama teman-teman pemancing lainnya. Kepuasan memancing yang didapat bukan itu saja, tetapi hal yang paling menyenangkan adalah ketika ikan memakan umpan pancing penulis, dan saat menarik (mengulur) benang pancing. Dalam hal menarik ikan tidak segampang yang dilihat, perlu strategi dan keahlian khusus agar ikan tidak lepas. Alasan yang menjadi dasar penulis mengatakan memancing merupakan kegiatan yang positif ialah adanya upaya ikut melestarikan dan menjaga lingkungan. Menanam dan merawat pepohonan di sekitar kolam merupakan dampak positif yang ditimbulkan dari kegiatan memancing karena para pemancing akan merasa nyaman jika udaranya sejuk, dan lingkungannya bersih. Hal itu juga akan mempengaruhi kesehatan fisik dan psikis pemancing. Tidak 9

10 hanya itu, ikan yang didapat hasil pancingan akan sangat sehat bila dikonsumsi, karena ikan yang masih segar akan mengandung rasa lebih nikmat yang belum terkontaminasi dengan bahan-bahan pengawet makanan. Manfaat memancing bukan saja berdampak pada memelihara kelestarian lingkungan hidup, tetapi dapat meningkatkan produktivitas pekerja, dan menjadi wahana silaturahmi. Hal tersebut juga dipertegas oleh Pratama (Poci) dalam kutipan dibawah ini: Jakarta (ANTARA News) - Memancing ikan tidak selalu harus menghabiskan waktu, karena bisa menjadi alternatif pengganti olahraga, kegiatan wisata serta untuk memelihara kelestarian lingkungan hidup. Menurut Pratama, manfaat memancing ikan untuk meningkatkan produktivitas pekerja ketika harus kembali bekerja keesokan harinya, karena sebagai hobi yang menyenangkan saat libur, akan meningkatkan stamina orang bekerja. Tempat pemancingan ikan juga bisa sebagai media untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Tempat rekreasi dengan konsep 'green fishing' yang asri, hijau dan menghadirkan kebagiaan dan kepuasan dalam memancing. Poci menjelaskan, dengan kegiatan mancing ikan, para pegawai bisa melakukan silaturahmi, juga bisa menemukan inovasi serta meminimalisir hambatan dalam koordinasidan birokrasi, sehingga melalui kebahagiaan yang sama, ide-ide baru yang bisa mudah disampaikan dengan wahana pemancingan itu Tinjauan Pustaka Mengutip Malinowski, Sairin(2002:2) mengatakan bahwa kebutuhan hidup manusia itu dapat dibagi pada tiga kategori besar yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan biologis, sosial, dan psikologis. Pembahasan mengenai memancing ini akan mencakup dari ketiga kebutuhan manusia tersebut. Memancing memenuhi tiga kebutuhan hidup manusia, kebutuhan biologis dilihat 10

11 dari seseorang yang mengkonsumsi ikan yang segar hasil memancing, kebutuhan sosial dilihat dari saling berinteraksi antar pemancing yang saling bercanda, dan psikologis dilihat dari rasa kebahagian dan kepuasan dalam hati para pemancing. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alam, dan lingkungan sosial-budaya, karena manusia membutuhkan makhluk lain untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memiliki cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan biologis dan psikologisnya. Setiap manusia memiliki kekuatan dalam mengatur dan mengubah gaya hidupnya dalam rangka pencapaian tujuan hidup. Gaya hidup dapat dilihat dari kebiasaan seseorang dalam berprilaku dan merespon kesehatan fisik dan psikis, lingkungan, sosial-budaya dan ekonomi(simaremare, 2012:11). Melihat banyaknya peminat kegiatan memancing, ternyata masing-masing pemancing memiliki orientasi berbeda dalam melakukan kegiatan memancing. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:708) mengartikan bahwa orientasi adalah peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) yang tepat dan benar pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan.menurut Koentjaraningrat (2009:91), manusia memiliki materi unsur-unsur untuk membentuk kepribadian yang didalamnya terdapat beragam kebutuhan individu, baik secara biologis yaitu; makan dan minum, seks, buang hajat, istirahat dan tidur, keseimbangan suhu, dan bernafas. Kebutuhan psikologi yaitu; relaks dan bersantai, kemesraan dan cinta, kepuasan altruistik, kepuasan ego, kehormatan, kepuasan dan kebanggaan mencapai tujuan. 11

12 Mengutip Kluckhohn,Koentjaraningrat(1990:77)beranggapan bahwa dalam rangka sistem budaya dari tiap kebudayaan ada serangkaian konsep-konsep yang abstrak dan luas ruang lingkupnya, yang hidup dalam alam pikiran dari sebagian besar warga masyarakat, mengenai apa yang harus dianggap penting dan bernilai dalam hidup. Dengan demikian, maka sistem nilai budaya itu juga berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi bagi segala tindakan manusia dalam hidupnya. Kegiatan ekonomi bukan saja suatu yang berhubungan dengan produksi yang mana bersifat modern. Dalam kajian antropologi, berbagai sistem yang memenuhi kebutuhan manusia pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern disebut kegiatan ekonomi. Berbagai sistem tersebut yaitu: (a) berburu dan meramu, (b) beternak, (c) bercocok tanam di ladang, (d) menangkap ikan, (e) bercocok tanam menetap dengan irigasi (Koentjaraningrat, 2009:277). Memancing merupakan salah satu kegiatan menangkap ikan yang sudah lama dilakukan dan diketahui masyarakat baik di negara Indonesia maupun negara luar. Di Indonesia hampir semua provinsi memiliki daerah perairan sebagai salah satu lingkungan alam yang menghasilkan sumber makanan. Begitu juga sukusuku yang ada di Indonesia sudah mengenal dan melakukan kegiatan memancing yang menjadi salah satu budaya sebagai mata pencaharian, ekonomi, dan kegiatan untuk mendapatkan makanan tambahan.mengutip dari Rosaldo dan Collier, Koentjaraningrat (1981:27) mengatakan para pemburu-peramu adalah kita sendiri. Sebagaimana adanya kegiatan pemburu-peramu merupakan sifat alami manusia. 12

13 Kegiatan serta kajian ekonomi bukan saja ekonomi yang bersifat modern yang menilai untung dan rugi, serta kegiatan produksi dan konsumsi. Kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup dangan cara mencari di alam dan lingkungan juga merupakan sistem ekonomi yang disebut subsisten 8. Seperti dikatakanpolanyi, Sairin(2002:16) mengungkapkan bahwa ilmu ekonomi modern adalah produk sejarah yang memunculkan sistem ekonomi pasar, dan karenanya tidak dapat berlaku secara universal. Pembedaan ekonomi menjadi dua yaitu arti formal dan arti subsistansial. Arti formal adalah ekonomi seperti yang diterangkan para ahli ekonomi, ekonomi sebagai proses maksimisasi. Sedangkan arti substansial adalah ekonomi sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya. Seperti yang dikatakan Danomdjaja,Koentjaraningrat (1970:44-45), menyebutkan bahwa pencaharian orang Nias adalah berburu, menangkap ikan disungai, beternak dan pertukangan. Binatang yang diburu adalah sokha (babi hutan), laosi (kancil), boho (rusa), nago atau laoyo (kijang), sigolu (terenggiling), bogi (kalong) dan lain-lain. Alat yang digunakan toho (tombak) atau belewa, sukha (ranjau) dan bolidi ( pelanting). Adapun ikan yang ditangkap adalah antara lain ikan mugu semacam teri air tawar, sehingga mudah ditangkap dengan buwu (tangguk). Alat-alat penangkap ikan lainnya adalah fauru (pukat), gai (kail) dan dicala (jala). Selanjutnya juga menyatakan bahwa pada kebudayaan Mentawai, suatu mata pencaharian yang sama pentingnya dengan berkebun adalah menangkap 8 Upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup dengan memanfaatkan lingkungan alam dan lingkungan sosial yang menjadi suatu bentuk kegiatan ekonomi sederhana. 13

14 ikan. Pada umumnya orang laki-laki dan wanita mencari ikan, kerang, kepiting atau lain-lain di sungai, rawa maupun di laut. Ada macam-macam ikan yang harus ditangkap dengan bergotong-royong antara banyak orang, kecuali dengan menggunakan pancing, tombak, jala atau perangkap-perangkap, orang juga sering menangkap ikan dengan cara meracuni air. Mengutip dari Bangun, Koentjaraningrat (1970:102)mengatakan bahwa pada kebudayaan Batak menangkap ikan juga merupakan suatu mata pencaharian hidup yang penting. Pekerjaan dilakukan exklusif oleh orang laki-laki dalam perahu-perahu lesung (solu) dengan jala, pancing dan perangkap-perangkap ikan. Ikan dijual di pasar-pasar untuk dibawa ke kota-kota seperti Balige, Belawan dan kota lainnya. Koentjaraningrat mengatakan bahwa penduduk pantai Utara Irian Jaya memiliki kebudayaan mencari ikan yang merupakan pekerjaan orang laki-laki maupun wanita. Pada penduduk pantai utara, mencari ikan memang merupakan matapencaharian pokok yang sama pentingnya dengan mencari sagu. Di sinipun keluarga-keluarga baik suami-istri, atau paling banyak dua keluarga batih, atau tiga-empat wanita, atau tiga-empat anak bersama-sama pergi ke rawa, sungai, danau, atau laut dalam perahu-perahu lesung untuk memancing atau menombak ikan. Pancing yang mempunyai tali nilon dan kail besi bisa dibeli di toko-toko Cina. Hingga kini ekonomi subsisten terus dilakukan masyarakat baik di desa maupun di kota, contohnya kegiatan memancing di kolam, sungai, danau, dan di laut, atau berternak ikan di halaman sekitar rumah yang hanya untuk dikonsumsi 14

15 sendiri. Dapat dilihat ada pergeseran atau perubahan pola pikir dan sudut pandang masyarakat mengenai kegiatan ekonomi antara laki-laki dan perempuan. Pada masa dahulu perempuan ikut serta dan berkewajiban dalam kegiatan mencari makanan seperti memancing atau menangkap ikan dengan cara lain. Dewasa ini menjadi pandangan tabu pada masayarakat jika melihat perempuan memancing baik di kolam, sungai, danau, dan laut. Kini kegiatan memancing hanya digeluti oleh laki-laki saja. Perekonomian subsisten sudah dilakukan pada masa pemburu-peramu. Mereka memenuhi kebutuhan biologis dari segala tumbuhan dan hewan di alam lingkungan yang dilakukan secara rutin. Memancing merupakan salah satu budaya berburu pada masyarakat yang mencari makanan di alam air. Kegiatan pemburuperamu tidak hanya dilakukan orang laki-laki tetapi juga orang perempuan ikut serta mencari makanan. Mengutip pandangan Sahlins, Koentjaranigrat(1981:126) mengemukakan streotipe mengenai laki-laki sebagai pemburu sangat menyesatkan. Dikalangan Aborigin Australia, Bushmen orang-orang kerdil di Afrika Tengah, Negrito di Malaysia, mengumpulkan sayur-mayur dan berburu binatang kecil-kecil yang dilakukan kaum wanita, sangat penting artinya bagi subsistensi sehari-hari Ikan hasil memancing, sangat bagus apabila langsung dikonsumsi karena ikan yang dipancing masih hidup, segar, dan belum terkontaminasi dengan zat-zat pewanget. Dari sudut ilmu kesehatan lingkungan untuk makanan yang sehat perhatian terutama ditujukan pada hygiene dan sanitasi makanan tersebut, yakni bagaimana mengusahakan agar makanan tidak sampai 15

16 cemar atau tidak mengandung zat-zat yang dapat membahayakan kehidupan (Azrul, 1983:134). Kesehatan bukan saja dilihat dari mengkonsumsi ikan hasil pancingan yang didapat. Kesenangan dan suasana hati yang bahagia saat melakukan suatu kegiatan yang disenanginya juga menjadi faktor seseorang itu sehat. Seperti ungkapan Mofris, Muzaham(1995:224) menjelaskan bahwa kesadaran seseorang terhadap lingkungan tidak berperah dalam peristiwa kontak antara manusia dengan agen penyakit. Kesenangan berkebun mungkin mengurangi kemungkinan seseorang untuk mendapat sakit jantung. Akan tetapi, sebenarnya tergantung pula pada perasaan seseorang itu, apakah ia senang, benci atau masa bodoh dengan kegiatan tersebut. Sama halnya dengan memancing, para penghobi memancing melakukan kegiatan memancing dengan rasa bahagia walaupun harus menghabiskan waktu untuk menunggu sampai dimakan ikan. Singkatnya, faktor persepsi dan faktor emosional dalam kegiatan berpengaruh pada kesehatan seseorang. Reproduksi budaya pada kegiatan memancing tetap berlanjut hingga sekarang, dimana eksistensi memancing terus berlanjut dan berkembang. Dari generasi ke generasi kegiatan mancing tetap diwariskan sehingga masyarakat tetap terus menggeluti kegiatan mancing baik sebagai hiburan, dan olah raga. Reproduksi budaya sama halnya dengan reproduksi sosial, yang artinya suatu proses ketika suatu generasi menghasilkan generasi yang memiliki karakter yang sama (Martono, 2012:312). 16

17 Seiring perkembangan zaman, banyak hal mengenai kegiatan memancing yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Bukan saja mengenai kegiatan mancing yang kini cenderung hanya kaum laki-laki yang melakukannya, tetapi juga mengenai perkembangan motivasi para pemancing. Bertambahnya variasi motivasi para pemacing menjadikan perkembangan kegiatan memancing, yang dimana kegiatan memancing tidak hanya dilakukan untuk kegiatan ekonomi saja tetapi juga sebagai hiburan, olah raga, hobi, dan kompetisi bahkan menjadi ajang taruhan (judi). Perkembangan kegiatan mancing kini semakin tampak tren dan semakin kompleks. Dapat dikatakan terjadi transformasi kebudayaan dalam budaya memancing yang ada ditengah, masyarakat khususnya di Kota Medan. Seperti yang dikatakan Abdullah (2006:36) bahwa proses transformasi juga terlihat dalam kenyataan bahwa setiap orang menjadi terbiasa menerima perbedaan-perbedaan, yang tampak dari pergeseran sikap dimana masyarakat menjadi lebih permisif terhadap berbagai penyimpangan 9. Berkembangnya eksistensi memancing membuat memancing terdiri dari berbagai jenis salah satunya adalah memancing arena yang sifatnya mengarah pada taruhan atau judi. Adanya biaya tambahan selain tarif, yang disebut sum sampingan, yang nantinya akan didapatkan bagi pemancing yang mendapatkan ikan terberat yang sudah ditentukan atau ikan tercepat. 9 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam masyarakat ( diakses pada tanggal 15/7/

18 Agar terciptanya suasana memancing yang menyenangkan, pemancing bukan saja membutuhkan kolam ikan, dan peralatan untuk memancing. Lingkungan yang bersih, serta lingkungan kolam yang dipenuhi pepohonan yang rindang dan sejuk juga sangat mempengaruhi relaksasi tubuh saat memancing. Hal ini akan menjadikan ketergantungan pemancing pada pohon yang secara langsung menyadarkan bahwa pentingnya melestarikan pepohonan di lingkungan. Antara lingkungan dan perilaku masyarakat memang saling terkait. Perilaku masyarakat akan membentuk kualitas lingkungan, namun sebaliknya juga dapat terjadi yakni kualitas lingkungan mampu membentuk perilaku masyarakat. Teori tentang budaya jelas menggambarkan keterkaitan yang erat antara tata nilai dan perilaku penduduk (Amsyari, 1996:141). Menurut Soerjani, Rofiq Ahmad, dan Rozy Munir (1987:12-13), makhluk hidup secara keseluruhan merupakan penyebab utama terjadinya berbagai perubahan dalam sistem kehidupan. Namun semenjak dahulu kala, kecuali manusia, makhluk hidup yang lain itu menjadi penyebab timbulnya perubahan secara alami, yang bercirikan keajegan, keseimbangan, dan keselarasan. Sedangkan manusia mempunyai potensi dan kemampuan untuk merubahnya secara berbeda, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai khususnya, serta perkembangan kebudayaan pada umumnya. Seringkali perubahan itu sangat kolosal, drastis, bahkan dramatis. Oleh karena itu, hakikat pokok pengelolaan lingkungan hidup oleh manusia itu adalah bagaimana manusia melakukan upaya agar kualitas manusia makin meningkat, sementara kualitas lingkungan juga makin baik. 18

19 Memancing merupakan kegiatan olah raga yang mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan dengan pranata-pranata sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan. Mengulas pernyataan Lueschen dalam kutipan Suparlan (1977:24), pranata merupakan sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat. Selanjutnya Suparlan menyatakan sebagai suatu bagian yang integral dari masyarakat, kegiatan-kegiatan olah raga yang ada pada suatu masyarakat sebetulnya dapat juga dilihat sebagai suatu refleksi atau pencerminan dari pola kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Lebih lanjut menjelaskan bahwa pola-pola persaingan, konflik, dan kooperasi yang ada didalam suatu kegiatan olah raga, begitu juga tingkah laku mereka yang sedang bertanding didalam mentaati aturan-aturan pertandingan, sebenarnya berasal dari dan telah menggunakan model-model yang terdapat pada proses-proses sosial dan sistem-sistem sosial-budaya yang ada didalam masyarakat yang bersangkutan.faktor-faktor dasar yang mempengaruhi suatu kegiatan atau tindakan olah raga, yaitu suatu tindakan organik dari tubuh manusia, adalah sistem-sistem sosial-budaya. Sistem sosial-budaya itu merupakan reference systems, yaitu merupakan suatu rangkaian model-model cognitive atau pengetahuan yang terdapat pada berbagai tingkat kesadaran manusia. Berkembangnya orientasi para pemancing yang ingin mencari hiburan serta mendapatkan surplus dibalik kehebatan mereka dalam memancing. Kegiatan mancing kini lahir yang bersifat judi. Mengutip pandangan Kartini, 19

20 Mudjijono(2004:23) menjelaskan bahwaperjudian adalah pertaruhan dengan sengaja, yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwaperistiwa permainan, pertandingan, perlombaaan, dan kejadian yang tidak atau belum pasti hasilnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), judi adalah permainan dengan memakai uang sebagai taruhan. Sedangkan berjudi adalah mempertaruhkan sejumlah uang atau harta dipermainan tebakan berdasarkan kebetulan dengan tujuan mendapatkan sejumlah uang atau harta yang lebih besar daripada jumlah uang atau harta semula. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana psal 303 ayat (3) mengartikan taruhan (judi) adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat pemenang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain 10. Menurut Papu(2002), diperoleh 5 (lima) faktor yang amat berpengaruh dalam memberikan kontribusi pada perilaku berjudi. Kelima faktor tersebut adalah: 1. Faktor Sosial dan Ekonomi Bagi masyarakat dengan status sosial dan ekonomi yang rendah perjudian seringkali dianggap sebagai suatu sarana untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Tidaklah mengherankan jika pada masa undian SDSB di Indonesia zaman orde baru yang lalu, peminatnya justru lebih banyak dari kalangan 10 Kitab Undang-Undang Hukum pidana Pasal 303 ayat (3) 20

21 masyarakat ekonomi rendah seperti tukang becak, buruh, atau pedagang kaki lima. Dengan modal yang sangat kecil, mereka berharap mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya atau menjadi kaya dalam sekejap tanpa usaha yang besar. Selain itu, kondisi sosial masyarakat yang menerima perilaku berjudi juga berperan besar terhadap tumbuhnya perilaku tersebut dalam komunitas. 2. Faktor Situasional Situasi yang bisa dikategorikan sebagai pemicu perilaku berjudi, diantaranya adalah tekanan dari teman-teman atau kelompok atau lingkungan untuk berpartisipasi dalam perjudian dan metode-metode pemasaran yang dilakukan oleh pengelola perjudian. Tekanan kelompok membuat sang calon penjudi merasa tidak enak jika tidak menuruti apa yang diinginkan oleh kelompoknya. Sementara metode pemasaran yang dilakukan oleh para pengelola perjudian dengan salalu mengekspose para penjudi yang berhasil menang memberi kesan kepada calon penjudi bahwa kemenangan dalam perjudian adalah suatu yang biasa, mudah dan dapat terjadi pada siapa saja (padahal kenyataannya kemungkinan menang sangat kecil). Peran media massa seperti televisi dan film yang menonjolkan keahlian para penjudi yang seolah-olah dapat mengubah setiap peluang menjadi kemenangan atau mengagung-agungkan sosok sang penjudi, telah ikut pula mendorong individu untuk mencoba permainan judi. 3. Faktor Belajar 21

22 Sangatlah masuk akal jika faktor belajar memiliki efek yang besar terhadap perilaku berjudi, terutama menyangkut keinginan untuk terus berjudi. Apa yang pernah dipelajari dan menghasilkan sesuatu yang menyenangkan akan terus tersimpan dalam pikiran seseorang dan sewaktu-waktu ingin diulangi lagi. Inilah yang dalam teori belajar disebut sebagai Reinforcement Theory yang mengatakan bahwa perilaku tertentu akan cenderung diperkuat/diulangi bilamana diikuti oleh pemberian hadiah/sesuatu yang menyenangkan. 4. Faktor Persepsi tentang Probabilitas Kemenangan Persepsi yang dimaksudkan disini adalah persepsi pelaku dalam membuat evaluasi terhadap peluang menang yang akan diperolehnya jika ia melakukan perjudian. Para penjudi yang sulit meninggalkan perjudian biasanya cenderung memiliki persepsi yang keliru tentang kemungkinan untuk menang. Mereka pada umumnya merasa sangat yakin akan kemenangan yang akan diperolehnya, meski pada kenyataannya peluang tersebut amatlah kecil karena keyakinan yang ada hanyalah suatu ilusi yang diperoleh dari evaluasi peluang berdasarkan sesuatu situasi atau kejadian yang tidak menentu dan sangat subyektif. Dalam benak mereka selalu tertanam pikiran: kalau sekarang belum menang pasti dikesempatan berikutnya akan menang, begitu seterusnya. 5. Faktor Persepsi terhadap Keterampilan Penjudi yang merasa dirinya sangat terampil dalam salah satu atau beberapa jenis permainan judi akan cenderung menganggap bahwa keberhasilan/kemenangan dalam permainan judi adalah karena keterampilan yang dimilikinya.mereka menilai keterampilan yang dimiliki akan membuat 22

23 mereka mampu mengendalikan berbagai situasi untuk mencapai kemenangan (illusion of control). Mereka seringkali tidak dapat membedakan mana kemenangan yang diperoleh karena keterampilan dan mana yang hanya kebetulan semata. Bagi mereka kekalahan dalam perjudian tidak pernah dihitung sebagai kekalahan tetapi dianggap sebagai hampir menang, sehingga mereka terus memburu kemenangan yang menurut mereka pasti akan didapatkan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 303 ayat (3) mengartikan taruhan (judi) adalah tiap-tiap permainan yang mendasarkan pengharapan buat pemenang pada umumnya bergantung kepada untung-untungan saja dan juga kalau pengharapan itu jadi bertambah besar karena kepintaran dan kebiasaan pemain.dari pengertian di atas maka ada tiga unsur agar suatu perbuatan dapat dinyatakan sebagai taruhan, yaitu adanya unsur: 1. Permainan/perlombaan. Perbuatan yang dilakukan biasanya berbentuk permainan atau perlombaan. Jadi dilakukan semata-mata untuk bersenangsenang atau kesibukan untuk mengisi waktu senggang guna menghibur hati. Jadi bersifat rekreatif. 2. Untung-untungan. Artinya untuk memenangkan permainan atau perlombaan ini lebih banyak digantungkan kepada unsur spekulatif/kebetulan atau untunguntungan. Faktor kemenangan yang diperoleh dikarenakan kebiasaan atau kepintaran pemain yang sudah sangat terbiasa atau terlatih. 3. Ada taruhan dalam permainan atau perlombaan ini ada taruhan yang diberlakukan oleh para pihak pemain atau bandar. Baik dalam bentuk uang 23

24 ataupun harta benda lainnya. Akibat adanya taruhan maka tentu saja ada pihak yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Unsur ini merupakan yang paling utama untuk menetukan apakah sebuah perbuatan dapat disebut sebagai judi atau bukan. Dari uraian diatas maka jelas bahwa segala perbuatan yang memenuhi kegitan unsur di atas, meskipun tidak disebut dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 9 Tahun 1981 adalah masuk kategori judi, meskipun dibungkus dengan nama-nama yang indah sehingga dapat dilihat seperti sumbangan. Berdasarkan kajian UU tersebut, taruhan yang ada didalam kegiatan mancing dapat dikatakan sebagai judi sesuai dengan ketiga unsur tersebut. 1.3.Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu apa orientasi memancing bagi kalangan pemancing saat ini? Permasalahan inidijabarkanke dalam 4 (empat) bentuk pertanyaan penelitian yaitu : 1. Apa makna memancing menurut para pemancing? 2. Hal apa yang mendorong pemancing untuk melakukan kegiatan memancing? 3. Jenis memancing apa yang diminati para pemancing dalam melakukan aktivitas memancing? 24

25 4. Berapa dan biaya apa saja yang dikeluarkan dalam aktivitas memancing sesuai dengan jenis memancing yang cenderung dilakukan pemancing? 1.4.Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua kolam pancing di kota Medan yang mana satu mewakili kolam yang bersifat hiburan dan satunya kolam pancing yang bersifat kompetisi. Kolam pancing yang bersifat hiburan yaitu kolam pancing Paya Buah yang berada di Jln. Sakura Raya No. 62 B. Kolam pancing yang bersifat kompetisi yaitu kolam pancing Deep zone yang berada di Jln. Flamboyan Raya Tj. Selamat. Kolam pancing Paya Buah dan Deep zone ini dipilih peneliti menjadi tempat penelitian karena merupakan kolam pancing yang cukup ramai dikunjungi para pemancing dari berbagai kalangan dan dari daerah yang jauh. Untuk kolam pancing Paya Buah dan Deep zone pengunjungnya mencapai sekitar 100 orang perhari Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kegiatan memancing sebagai suatu hiburan dan sebagai kegiatan taruhan yang kini semakin eksis di masyarakat, menjelaskan orientasi para pemancing yang hobi memancing dan menjadikan suatu budaya dalam dirinya. Selain itu, penelitian ini berusaha untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa kegiatan memancing memiliki banyak manfaat. Memancing merupakan kegiatan yang 25

26 positif yang mana banyak hal yang kita peroleh dari segi olahraga, hiburan, ketenangan dan kesehatan emosional yang terlatih secara tak langsung. Hal lain yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mempublikasikan kepada masyarakat kota tentang pentingnya melakukan kegiatan mancing yang baik untuk kesehatan. Habisnya waktu bekerja ditengah keramaian kota sehingga manusia butuh hiburan dengan suasana yang tenang, sejuk, yang jauh dari keramaiaan hal ini sangat baik untuk perkembangan jiwa manusia. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengungkapkan strategi dan rahasia keberhasilan dalam memancing ikan. Secara tidak langsung, memancing menjadi suatu alat menyampaikan kepada masyarakat bahwa betapa pentingnya menjaga lingkungan baik di darat maupun di dalam air. Suatu penelitian selain memiliki tujuan sebagai dasar dalam proses kegiatannya juga dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai suatu usaha penelitian antropologi dalam melihat fenomena kegiatan memancing di Kota Medan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi dunia pendidikan, serta sebagai bahan informasi bagi masyarakat umum, pemerintah dan pihak-pihak yang membutuhkan terkait dalam melihat budaya memancing yang berkembang dan berdampak positif bagi masyarakat, khususnya di Kota Medan Metode Penelitian Penulis menggunakan metode etnografi dalam melakukan penelitian. Spradley (1997) menjelaskan bahwa yang menjadi ciri khas metode etnografi 26

27 adalah bersifat holistic-integratif (saling berkaitan dan menyatu), thick description (pendeskripsian yang mendalam), dan analisis kualitatif untuk mendapatkan native s point of view (sudut pandang dari masyarakat yang diteliti). Dengan menggunakan metode etnografi maka penulis berinteraksi langsung dengan masyarakat yang diteliti untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Hasil pengamatan dituangkan dalam bentuk kata-kata, bentuk tulisan yang ilmiah Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Observasi Observasi adalah pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan terlibat (observasi partisipasi) 11. Agar penulis dapat mengamati, mendengarkan dan mencatat gejala yang tampak pada kegiatan para pemancing saat memancing, penulis terjun langsung kelapangan ikut memancing bersama pemancing yang lainnya demi bisa melihat realita yang terjadi mengenai orientasi para pemancing dalam melakukan aktivitas memancing pada lokasi kolam pancing. Kolam pancing tempat penelitian penulis yaitu kolam pancing Paya Buah yang berada di Jln. Sakura Raya No. 62 B dan kolam pancing Deep Zone yang berada di Jln. Flamboyan Raya Tj. Selamat. Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mendukung data hasil wawancara, dengan melakukan observasi partisipasi penulis mendapatkan data yang benar tanpa ada rekayasa. Hasil observasi akan dituangkan ke dalam catatan 11 Pengamatan terlibat (observasi partisipasi) yaitu pengamatan yang berinteraksi dengan informan, dan dahulu menjalin hubungan baik (raport) dengan informan yang hendak diteliti (Danandjaja, 1994: ) 27

28 lapangan. Demi melengkapi data yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dibutuhkan, penulis menggunakan data kepustakaan. Data kepustakaan diperoleh dari berbagai media, baik berupa buku, majalah, maupun media elektronik seperti televisi, dan internet. Penulis juga membangun rapport (menjalin hubungan baik dengan informan), dengan bersikap ramah dan mau ikut bercanda merupakan cara penulis menjalin hubungan baik. 2. Teknik Wawancara Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancaramendalam 12. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang lebih akurat dan mendalam. Mengumpulkan informasi dengan cara menanyakan secara langsung tatap muka dengan informan. Dalam melakukan wawancara penulis juga membutuhkan dan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Pedoman wawancara ini diperlukan sebagai point-point pertanyaan penting yang akan dilakukan dilapangan. Penulis juga menggunakan alat bantu seperti perekam dengan menggunakan aplikasi dari handphone karena penulis menyadari keterbatasan dalam menghimpun semua data, sehingga alat perekam diperlukan untuk membantu penulis untuk merekam semua informasi saat wawancara berlangsung. Penulis tidak memberikan batasan saat wawancara dengan informan, sebelumnya penulis melakukan pendekatan dengan memperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuan penulis, agar informan tidak merasa curiga 12 Bungin (2011:111)menyatakan bahwa wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama. 28

29 atau segan-segan memberikan informasi kepada penulis. Wawancara ditujukan kepada pemilik kolam pancing dan kepada beberapa para pemancing. Selain itu juga penulis mewawancarai pihak-pihak terkait seperti pegawai kolam pancing tersebut yang juga mengetahui informasi tentang meman 1.7. Rangkaian Pengalaman Penelitian Dari awal sebelum melakukan penelitian (pra-penelitian) penulis sudah mengamati keberadaan kolam pancing dan karasteristik masyarakat yang memancing. Penulis sudah mengenal memancing sejak kecil, karena penulis lahir di tengah keluarga yang memiliki hobi memancing, mulai dari ayah, ibu, abangabang sepupu, dan keluarga atau kerabat lainnya. Sewaktu masih kecil, tepatnya duduk di sekolah dasar, penulis sering dibawa rekreasi ke tempat memancing oleh keluarga. Masa itu kolam pancing belum banyak dan daerah yang marak serta terkenal dengan kolam pancingnya adalah daerah Namorambe. Penulis juga sering dibawa untuk rekreasi mancing ke sungai. Saat itu, air dan lingkungan sungai masih sangat bersih, sehingga ikannya juga masih banyak. Mulai SD hingga SMP, penulis sering ikut ayah mancing di kolam pancing. Namun setelah SMA penulis mulai merasa malu, karena jarang sekali ditemukan anak gadis ikut memancing hingga akhirnya penulis berhenti melakukan kegiatan memancing. Melihat perkembangan eksistensi mengenai memancing, baik dari jumlah peminat memancing yang bertambah dan jumlah kolam pancing yang bertambah banyak. Hal eksistensi memancing merupakan penyebab timbulnya ide penulis untuk menjadikan kegiatan memancing sebagai topik penelitian. Penulis memutuskan untuk melakukan penelitian di dua kolam pancing yang berbeda tipe 29

30 atau jenisnya akibat dari orientasi masyarakat melakukan memancing yang berbeda dan berkembang. Penulis memilih kolam pancing Paya Buah dan kolam pancing Deep Zone yang terkenal dan memiliki banyak pengunjung yang mana pengunjung terebut sudah menjadi pengunjung tetap atau setia. Pertama kali penulis berkunjung ke kolam pancing Deep Zone untuk meminta izin melakukan penelitian di kolam pancing tersebut. Penulis sangat kaget dan heran melihat para pemancing membawa banyak umpan dengan ukuran kira-kira 5 kg per bungkusnya, rata-rata pemancing membawa lebih dari satu bungkus umpan. Penulis semakin penasaran melihat pemancing yang memasang dua umpan di pancingnya, satu umpan ukuran sebesar satu buah guli yang disangkutkan di mata kail dan umpan yang satu lagi sebesar sepuluh buah guli yang di bulatkan bersama timah pancing. Hal-hal seperti ini tidak pernah penulis ketahui sebelumnya, banyak tehnik memancing yang di kolam pancing Deep Zone ini yang sebelumnya tidak diketahui penulis. Penulis melihat pengunjung kolam pancing Deep Zone sangat banyak dibandingkan dengan kolam pancing yang lain yang sejenis dan melihat aktivitas para pemancing dalam memancing dengan berbagai persiapan dan perlengkapanya. Para pemancing sangat bersemangat karena melihat air kolam yang bersih, ditambah pancurannya ditengah kolam yang panjangnya sepanjang kolam pancing. Pengunjung kolam pancing ini juga dari berbagai kalangan dan dari berbagai daerah tempat tinggal yang jaraknya cukup jauh. Kolam pancing ini juga dilengkapi berbagai fasilitas yang sangat lengkap untuk memuaskan para pemancing. Melihat hal ini penulis memutuskan untuk melakukan penelitian di kolam pancing Deep Zone. 30

31 Selanjutnya penulis pergi ke kolam pancing Paya Buah untuk meminta izin melakukan penelitian. Sebelum minta izin untuk melakukan penelitian di kolam pancing Paya Buah, penulis sudah sering mengamati jumlah pengunjung kolam pancing ini yang sangat ramai setiap minggunya. Penulis juga sering mendapat dan membaca selebaran mengenai kolam pancing Paya Buah yang akan mengadakan turnamen memancing dengan hadiah berbagai macam, baik berupa benda, uang dan tropi. Pengalaman di Kolam Pancing Deep Zone Awalnya penulis mengunjungi kolam pancing Deep Zone bersama adik sepupu. Penulis sangat merasa takut karena tidak pernah mengenal pemilik kolam tersebut. Namun paman penulis sering memancing di kolam pancing tersebut sehingga pemilik kolam sudah kenal dekat dengan paman. Hal itu menjadi modal untuk diberikannya izin melakukan penelitian di kolam tersebut. Kehadiran penulis dengan adik sepupu disambut dengan tatapan bingung yang terpancar di wajah dari setiap orang yang ada di kantin kolam itu. Ketika kami datang kebetulan sekali Pak Alwan selaku pemilik kolam ada di tempat sedang duduk-duduk bersama pegawainya dan beberapa orang pemancing. Kami pun langsung bersalaman dan menyampaikan maksud dan tujuan penulis datang ke kolam pancing tersebut. Ternyata Pak Alwan merespon dengan baik, sehingga penulis di perbolehkan dan boleh hadir kapan saja untuk melakukan penelitian. Saat kami bercerita, teh manis dingin dihidangkan oleh salah satu pegawai, penulispun merasa segan dengan sikap baik pemilik kolam.setelah sedikit bercerita, kami minta izin untuk melihat-lihat pemancing secara dekat. Penulis 31

32 memperhatikan salah satu pemancing, melihat umpan yang digunakan, dan sambil wawancara. Setelah merasa cukup, kami kembali ke kantin untuk berpamintan dengan Pak Alwan. Hari berikutnya penulis datang bersama ayah, dengan perlengkapan alat tulis, handphone untuk aplikasi perekam dan tulisan dengan poin-poin pertanyaan. Hari ini penulis bertujuan untuk mewawancarai pemilik kolam, untuk mencari data mengenai sejarah kolam, peraturan kolam dan fasilitas kolam. kedatangan kami disambut dengan senyum oleh pemilik kolam, saat itu pak Alwan sedang duduk disebuah pondok di halaman kolam pancing tersebut. Ayah membuka pembicaraan dengan memperkenalkan diri dan bertutur berhubung sama-sama suku karo. Setelah itu penulis memulai wawancara dengan Pak Alwan, beliau bercerita secara sistematis mengenai terbentuknya kolam pancing tersebut, alasan awal membuat kolam dan jawaban-jawaban dari pertanyaan penulis. Setelah selesaimewawancarai, ayah dan pak Alwan bercerita kembali, sembari itu penulis mengamati kegiatan memancing yang sedang berlangsung sambil mengingat pertanyaan apalagi yang penting yang harus ditanyakan. Setelah menuliskan data yang didapatkan, penulis ingin mencari data mengenai pemancing. Penulis berkunjung kembali, ketika sampai dan menemui Pak Alwan, beliau langsung bertanya apalagi yang kam butuhkan, untuk data ndu. Dengan senang hati penulis langsung menyampaikan maksud dan tujuan yaitu ingin mewawancari pemancing. Kebetulan sekali di kantin tersebut ada Pak Nainggolan yang sedang mempersiapkan umpan. Pak Alwan langsung meminta Pak Nainggolan untuk membolehkan penulis mewawancarainya. Pak Alwan juga 32

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas stres. Gaya hidup masyarakat yang semakin sibuk dalam rutinitasnya, sempitnya waktu membuat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sumatera Utara). Berawal dari sifat sosial dan melihat tercemarnya sungai-sungai

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Sumatera Utara). Berawal dari sifat sosial dan melihat tercemarnya sungai-sungai BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Kolam Pancing Deep Zone 2.1.1. Gambaran Umum Kolam pancing Deep zone adalah suatu tempat yang dibangun untuk memancing. Kolam pancing Deep zone didirikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar wiliyahnya merupakan perairan laut, selat dan teluk, sedangkan lainnya adalah daratan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia membutuhkan hiburan untuk melepaskan diri dari padatnya aktivitas sehari-hari. Pekerjaan dan rutinitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan konsentrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten yang terlatak di Provinsi Jawa Barat. Indramayu disebut dengan kota mangga karena Indramayu merupakan penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mencari kegiatan yang bisa memulihkan vitalitas beraktifitas, antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas tinggi yang dilakukan oleh seseorang di tengah masyarakat sering membuat kondisi tubuh dan pikiran lelah. Untuk mengatasi hal tersebut masyarakat mencari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak akan terlepas dari manusia yang mendiami kota itu sendiri. Kota dengan

I. PENDAHULUAN. tidak akan terlepas dari manusia yang mendiami kota itu sendiri. Kota dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perkotaan merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan. Sebagai suatu lingkungan binaan, kota selalu diisi oleh manusia dengan berbagai kepentingan

Lebih terperinci

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN A. Ketampakan Lingkungan Alam dan Buatan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, penataan ruang kota bertujuan untuk menciptakan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau keinginan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas mereka sehingga masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya olahraga sangat digemari oleh seluruh masyarakat dunia sehingga menjadi satu kebudayaan bagi bangsa dunia. Istilah olahraga jika ditinjau dari

Lebih terperinci

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN

Wahana Wisata Biota Akuatik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana sebagian besar dari seluruh luas Indonesia adalah berupa perairan. Karena itu indonesia memiliki potensi laut yang besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS STRATEGI BISNIS KELUARGA PADA KEDAI KOPI MASSA KOK TONG DI PEMATANGSIANTAR DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS STRATEGI BISNIS KELUARGA PADA KEDAI KOPI MASSA KOK TONG DI PEMATANGSIANTAR DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS STRATEGI BISNIS KELUARGA PADA KEDAI KOPI MASSA KOK TONG DI PEMATANGSIANTAR DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS PELANGGAN 1. Daftar pertanyaan untuk informan kunci (pemilik)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BANGKA BOTANICAL GARDEN SEBUAH KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

BANGKA BOTANICAL GARDEN SEBUAH KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG BANGKA BOTANICAL GARDEN SEBUAH KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG Saat pertama kali melihat Pulau Bangka dari pesawat yang akan landing di Bandara Depati Amir Pangkalpinang, saya terheran atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sengit. Hal tersebut mengakibatkan para produsen berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sengit. Hal tersebut mengakibatkan para produsen berlombalomba BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah menimbulkan persaingan yang ketat untuk produk dan jasa yang dihasilkan oleh setiap perusahaan. Agar sebuah perusahaan mampu terus eksis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup, seringkali kalangan anak remaja lupa betapa pentingnya untuk mengetahui dan mengenal sejarah dan budaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perspektif Sosiologis Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Fristiawati, 2015 PENGEMBANGAN TAMAN RA. KARTINI SEBAGAI RUANG REKREASI PUBLIK DI KOTA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberadan ruang terbuka publik di dalam suatu kota semakin terbatas. Pembangunan gedung-gedung tinggi dan kawasan industri yang merupakan trademark dari kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu yang dibuat anak mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan suatu wadah yang sangat penting dalam pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun budaya. Pariwisata juga sangat berpengaruh

Lebih terperinci

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati:

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati: Daya tarik wisata alam Ujung Genteng memang membuat banyak orang penasaran karena keragaman objek wisatanya yang bisa kita nikmati dalam sekali perjalanan, mulai dari pantai berpasir putih, melihat penyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau. Kenyataan ini memungkinkan timbulnya struktur kehidupan perairan yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun

BAB IV ANALISIS DATA. berguna untuk menelaah data yang telah diperoleh peneliti dari informan maupun BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Tahapan selanjutnya adalah proses penganalisaan terhadap data dan fakta yang di temukan, kemudian di implementasikan berupa hasil temuan penelitian untuk diolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pelecehan-pelecehan yang dilakukan oleh aparat-aparat yang. beralasan dari masyarakat pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman modern ini, keberadaan kaum waria seakan penuh dengan nilai-nilai negatif dalam pribadi seseorang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

Human Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat

Human Relations. Kebudayaan dan Human Relations. Amin Shabana. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat Human Relations Modul ke: Kebudayaan dan Human Relations Fakultas Ilmu Komunikasi Amin Shabana Program Studi Hubungan Masyarakat www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Istilah kebudayaan merupakan tejemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis sekarang ini telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorfosis yang berkesinambungan menjadikan daya tarik bisnis itu tersendiri.

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut

a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut a. Hakekat peradaban manusia Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization, yang biasanya dipakai untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang dianggap halus, maju, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak Pengembangan obyek wisata air bojongsari dengan penekanan filosofi air sebagai sarana mengembangkan kreativitas anak Iman Priambodo I.0202054 BAB I PENDAHULUAN I.1 Pengertian Judul Arti kata Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup. Rohim (2009:21) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup. Rohim (2009:21) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu kebutuhan naluriah yang ada pada semua makhluk hidup. Rohim (2009:21) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Dalam interaksi, dibutuhkan komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Pada kenyataannya,

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang : LANDASAN SOSIOLOGIS PENGERTIAN LANDASAN SOSIOLOGIS : Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan wilayah perairan lebih luas dari pada daratan dan merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman spesies

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan rekreasi bagi pemustaka. Salah satu perpustakaan umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Salah satu fungsi perpustakaan adalah rekreasi, dengan adanya fungsi tersebut perpustakaan bukan hanya sebagai tempat untuk membaca buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR 69 Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR Feryanto W. K. 1 1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek 23 KERANGKA PEMIKIRAN Pemasaran suatu produk barang dan jasa tidak akan bisa lepas dari konteks komunikasi. Transaksi tersebut tidak saja menyangkut komunikasi satu arah tetapi menyangkut dua arah. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh devisa dan penghasilan nonmigas. Peran pariwisata dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh devisa dan penghasilan nonmigas. Peran pariwisata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh pemerintah untuk memperoleh devisa dan penghasilan nonmigas. Peran pariwisata dalam rangka pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang seluruh nya

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang seluruh nya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang seluruh nya terdapat lautan yang lebih banyak dibandingkan daratan. Oleh karena itu nenek moyang Indonesia disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yan cepat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yan cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan peradaban manusia melahirkan generasi dengan perilaku dan sikapsikap baru. Gaya hidup manusia yang semakin lama semakin berkembang sesuai dengan zaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal dengan banyaknya objek wisata yang tersebar di banyak kota dan kabupatennya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian skripsi tentang kerajinan atau kriya kayu lame di kampung Saradan, penulis menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kopi merupakan minuman yang di kenal memiliki rasa dan aroma yang khas. Kenikmatannya saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup sekaligus penghubung dalam

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh: Hidayati Mukarromah B Nursani Afifah B Yenny Rakhmawati B

LAPORAN AKHIR PKM-M. Oleh: Hidayati Mukarromah B Nursani Afifah B Yenny Rakhmawati B LAPORAN AKHIR PKM-M PENANAMAN PEMAHAMAN KONSEP KESEJAHTERAAN HEWAN PADA ANAK USIA DINI DI TK AGRIANANDA IPB DRAMAGA BOGOR SEBAGAI SALAH SATU CARA PEMBENTUKAN SIKAP SIMPATI DAN EMPATI DALAM UPAYA MENEKAN

Lebih terperinci

BAB IV BERKEMBANGNYA TEMPAT WISATA PANTAI DALEGAN DAN PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DESA DALEGAN KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK

BAB IV BERKEMBANGNYA TEMPAT WISATA PANTAI DALEGAN DAN PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DESA DALEGAN KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK BAB IV BERKEMBANGNYA TEMPAT WISATA PANTAI DALEGAN DAN PERILAKU SOSIAL REMAJA DI DESA DALEGAN KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK A. Analisis Statistik 1. Product Moment Rumus Product Moment ini digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manusia sebagai makhluk yang cenderung selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat sehingga melahirkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak penduduk dengan berbagai macam ragam mata pencaharian. Dimana mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk dapat memperoleh taraf hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 54 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 55 No. Jurusan Semester Pekerjaan : : : : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Skala ini terdiri dari 2, skala yang pertama berjumlah 30 item dan skala yang kedua berjumlah 42 item.

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BESAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multikultural yang tidak akan sama dengan kelompok sosial lainnya yang dimana Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. multikultural yang tidak akan sama dengan kelompok sosial lainnya yang dimana Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya kelompok sosial itu ada karena ingin mempertahankan hidup mereka. Kelompok sosial selalu mengalami perubahan dan perkembangan dalam masyarakat multikultural

Lebih terperinci

Manusia dan Sistem Kepribadian

Manusia dan Sistem Kepribadian Manusia dan Sistem Kepribadian Pengantar Antropologi Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Kepribadian dalam Psikologi Dilihat sebagai: Ciri-ciri wakat seorang individu yang sifatnya konsisten, sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metodologi guna mendapatkan data-data dari berbagai sumber sebagai bahan analisa. Menurut Kristi E. Kristi Poerwandari dalam bukunya yang berjudul Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka pembangunan Indonesia yang sedang berkembang saat ini, pembangunan dan pengembangan dalam bidang olahraga diarahkan untuk mencapai cita-cita bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan bagi kehidupan seseorang dikarenakan intensitas dan frekuensinya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya manusia sudah melakukan komunikasi sejak ia dilahirkan. Manusia melakukan proses komunikasi dengan lawan bicaranya baik dilingkungan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir semua manusia hidup terikat dalam sebuah jaringan dimana seorang manusia membutuhkan manusia lainnya untuk dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game

BAB I PENDAHULUAN. lihat di kota-kota besar, tidak terkecuali juga kota-kota kecil, banyak sekali game A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam 10 tahun terakhir, permainan elektronik atau yang kita sering sebut dengan game online telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ini bisa kita lihat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah menjadi sektor industri yang sangat pesat dewasa ini, pariwisata sangat berpengaruh besar di dunia sebagai salah satu penyumbang atau membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis

Lebih terperinci

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS Keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian jasa dilakukan dengan mempertimbangkan terlebih dahulu kemudian memutuskan untuk

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR Manusia dan Kebudayaan Drs. Ermansyah, M.Hum. 2013 Manusia sebagai Makhluk Budaya Manusia makhluk Tuhan yang mempunyai akal. Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BISNIS RUMAH MAKAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi / S1TI2M

BISNIS RUMAH MAKAN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi / S1TI2M BISNIS RUMAH MAKAN Oleh : Muhamad Amirudin Fauzi 10.11.4479 / S1TI2M STMIK AMIKOM YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta nilai kualitas jasa sangat ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa abad yang lalu pada waktu penduduk dunia belum sepadat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa abad yang lalu pada waktu penduduk dunia belum sepadat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa abad yang lalu pada waktu penduduk dunia belum sepadat zaman sekarang, tehnik daripada produksi dan pengangkutan masih bersifat sederhana, dalam keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan. keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin meningkat membuat kebutuhan dan keinginan manusia terhadap makanan semakin bervariasi. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Tari Seni tari merupakan seni menggerakkan tubuh secara berirama, biasanya sejalan dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendakian gunung atau yang disebut mountaineering adalah olahraga, profesi, dan rekreasi. Ada banyak alasan mengapa orang ingin mendaki gunung, terutama di Indonesia.

Lebih terperinci

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I)

Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I) CHAPTER 1 Soedjono-Tresno Private High School (STPHS) (I) Kepala Sekolah Soedjono-Tresno Private High School atau STPHS, Christoper Rumbewas, menerima sejumlah buku, berkas siswa, dan juga seragam sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman tak lepas dari perkembangan ilmu dan teknologi di berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci