Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek"

Transkripsi

1 23 KERANGKA PEMIKIRAN Pemasaran suatu produk barang dan jasa tidak akan bisa lepas dari konteks komunikasi. Transaksi tersebut tidak saja menyangkut komunikasi satu arah tetapi menyangkut dua arah. Komunikasi dua arah tersebut berkaitan dengan berbagai kepentingan yaitu kepentingan konsumen (akifitas mencari informasi mengenai produk dan jasa dari obyek wisata yang dapat memuaskan wisatawan) dan kepentingan dari produsen (bagaimana menciptakan dan menginformasikan produk atau jasa kepada wisatawan). Adanya kebutuhan untuk berwisata menyebabkan wisatawan melakukan pencarian informasi atau disebut juga dengan perilaku komunikasi. Dalam proses keputusan, terlebih dahulu wisatawan melakukan tahap pengenalan kebutuhan dan guna mendukung kebutuhan tersebut wisatawan akan melakukan pencarian informasi. Tahapan pencarian informasi merupakan bagian dari rangkaian proses keputusan. Selain itu, penelitian ini hanya memfokuskan pada tahap pencarian informasi. Pencarian informasi yang dilakukan wisatawan ditandai dengan adanya penggunaan berbagai sumber informasi dan diperoleh melalui agen perjalanan, hotel, pemandu wisata, maupun dari media massa berupa elektronik dan cetak. Televisi, buku panduan wisata, leaflet/ brosur/booklet merupakan sebagian dari macam-macam sumber informasi yang dapat digunakan oleh wisatawan. Selain itu wisatawan dapat menjadikan teman/keluarga sebagai sumber informasi wisata. Pencarian informasi bukan saja mencakup berbagai macam obyekobyek wisata melainkan berkaitan juga dengan informasi sarana dan prasarana. Informasi tersebut berupa tempat penukaran mata uang asing, restaurant, tempat-tempat hotel, akomodasi selama perjalanan, dan lainnya. Selain itu informasi wisata berisikan tentang kondisi keamanan negara tujuan wisata. Hal ini menjadi sangat penting kerena berkaitan dengan kenyamanan wisatawan dalam beraktivitas wisata. Informasi mengenai keamanan dapat berupa situasi politik negara tujuan wisata, resiko terhadap kesehatan, dan lainnya. Agar informasi wisata tersebut dapat dengan mudah diterima oleh wisatawan maka digunakanlah berbagai saluran berupa audio (radio), visual (majalah, koran, booklet, leaflet, brosur). Informasi wisata yang diperoleh melalui majalah maupun koran diketahui dari rubrik yang menuliskan obyek wisata di

2 24 Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek wisata), maupun menggunakan internet. Pada umumnya internet menjadi pilihan wisatawan dalam memperoleh informasi wisata dan sangat populer setelah buku ataupun media informasi lainnya. Hal ini tidak lepas dari kemudahan mengakses internet dengan biaya yang relatif lebih murah. Selain itu internet dapat memberikan berbagai macam informasi tentang wisata di seluruh dunia secara lengkap. Adanya ketidakpuasan wisatawan dengan informasi yang diperoleh dari satu sumber menyebabkan adanya penggunaan sumber informasi lebih dari satu. Penggunaan berbagai sumber informasi guna lebih menyakinkan wisatawan dalam membuat keputusan dapat disebut dengan istilah konfirmasi. Hal tersebut diikuti juga dengan penggunaan berbagai saluran informasi. Namun, untuk memperjelas konteks konfirmasi dengan istilah informasi awal maka peneliti membedakan perilaku komunikasi yang dilakukan oleh wisatawan. Perilaku komunikasi tersebut adalah tahapan informasi awal yang menitikberatkan pada pencarian informasi ketika wisatawan belum tiba di Pulau Lombok. Sedangkan konfirmasi difokuskan pada saat wisatawan melakukan pencarian informasi dari berbagai sumber ketika sudah berada di Pulau Lombok. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan berbagai sumber informasi apa yang paling banyak digunakan wisatawan dalam memenuhi kebutuhan informasi wisata sebelum dan setelah berada di Pulau Lombok. Selain itu wisatawan dapat diidentifikasi melalui berbagai karakteristik yang mendukungnya. Karakteristik tersebut dapat dilihat dalam kategori demografi yang terdiri dari usia dan pendapatan. Sedangkan karakteristik asal negara wisatawan merupakan salah satu bagian dari kategori geografi. Asal negara dikelompokan berdasarkan benua agar lebih mudah dianalisa. Pengelompokan benua tersebut adalah benua Afrika, Amerika, Asia, Australia, dan Eropa. Selain demografi faktor psikografi sangat dibutuhkan dalam memperkuat analisa keputusan wisatawan dalam menentukan obyek wisata dan masa tinggalnya. Salah satu bagian dari kategori psikografi adalah bagian aktivitas yang lebih difokuskan pada kategori hobi. Hal ini dilakukan untuk menganalisa ada tidaknya hubungan antara hobi dengan obyek wisata yang dikunjungi. Adapun penggolongan hobi diantaranya adalah a). hobi melakukan pendakian gunung;

3 25 b). menyukai seni; c). Olahraga; d). tidak menyukai pendakian gunung, seni, maupun olahraga; dan e). hanya menyukai salah satu dari hobi tersebut. Hal lainnya yang mendukung karakteristik wisatawan adalah faktor jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan untuk mencari informasi apakah ada hubungan antara gender dengan keputusan memilih obyek wisata di Pulau Lombok. Obyek wisata secara umum dapat dikategorikan ke dalam wisata alam dan wisata budaya. Obyek wisata alam merupakan obyek wisata mengenai keindahan lingkungan alam yang terbentuk secara alamiah, lebih menonjolkan aspek visual dan bersifat statis. Sedangkan obyek wisata budaya merupakan keindahan yang dibentuk berdasarkan hasil karya cipta manusia, berbentuk karya seni, baik dalam bentuk visual maupun audiovisual yang cenderung lebih bersifat dinamis. Pada umumnya obyek wisata alam lebih menonjolkan faktor keindahan lingkungan alam sehingga untuk mengunjunginya ada yang memerlukan stamina dan ada pula yang tidak membutuhkan stamina tinggi. Untuk itu obyek wisata alam dapat dilihat dari sudut tanpa memerlukan stamina tinggi dan yang memerlukan stamina tinggi. Adapun obyek wisata alam di Pulau Lombok yang tidak membutuhkan stamina tinggi seperti melihat air terjun, sunset, berenang di pantai, berjemur di pantai, snorkling, memancing, menikmati panorama alam pegunungan, dan memancing. Sedangkan obyek wisata alam yang membutuhkan stamina tinggi yaitu melakukan pendakian gunung, menyelam, surfing. Dengan demikian selain menonjolkan aspek keindahan visual obyek wisata alam juga dapat berbentuk aktivitas fisik yang memerlukan kemampuan fisik (stamina). Khusus untuk pendakian gunung dibutuhkan stamina yang cukup prima ketika melakukan pendakian kepuncak Rinjani maupun ketika surfing. Obyek wisata budaya lebih menonjolkan keindahan karya seni, seperti seni tari, seni bela diri, musik, perkampungan tradisional, musium, cagar budaya dan sebagainya. Selain menonjolkan cita rasa seni, obyek wisata budaya juga tidak memerlukan suatu keterampilan ataupun kemampuan fisik (stamina). Artinya lebih ditunjukan pada suatu kegiatan yang lebih bersifat santai, dalam hal ini tidak memerlukan suatu stamina tinggi. Penelitian tentang hubungan karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi dalam memilih obyek wisata bertujuan untuk menganalisis dan mengukur derajat hubungan antara karakteristik personal wisatawan dengan

4 26 perilaku komunikasi dalam menentukan pilihan obyek wisata dan menentukan masa tinggal di Pulau Lombok. Adapun yang diuji dan diukur derajat hubungannya adalah: 1. Faktor usia dengan keputusan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 2. Faktor jenis kelamin dengan keputusan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 3. Faktor hobi dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 4. Faktor pendapatan dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 5. Faktor asal negara dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 6. Perilaku komunikasi pada tahap informasi awal dengan dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. 7. Perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi dengan keputusan wisatawan dalam menentukan masa tinggal dan jenis obyek wisata. Untuk mengetahui secara jelas bentuk masing-masing hubungan Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka dapat digambarkan bentuk hubungan antara masing-masing variabel pada Gambar 4 berikut ini: X1. Karakteristik Personal: X1.1. Usia X1.2. Jenis kelamin X1.3. Hobi X1.4. Pendapatan X1.5. Asal negara X2. Perilaku Komunikasi: Y. Keputusan Pemilihan Obyek Wisata: Y1. Obyek wisata alam Y2. Obyek wisata budaya X2.1. Pencarian informasi awal X2.2. Konfirmasi Gambar 3 Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Personal dan Perilaku Komunikasi dengan Keputusan Memilih Obyek Wisata Alam, Budaya, dan Menentukan Masa Tinggal

5 27 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis yang berhubungan dengan masing-masing karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi terhadap keputusan memilih obyek wisata dan menentukan masa tinggal: X1. Hubungan karakteristik personal wisatawan dan keputusan wisatawan. X1.1. Usia H1 Terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih obyek wisata alam H1 Terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih obyek wisata budaya H1 Terdapat hubungan antara usia dengan keputusan memilih masa tinggal X1.2. Jenis kelamin H2 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih obyek wisata alam H2 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih obyek wisata budaya H2 Terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan keputusan memilih masa tinggal X1.3. Hobi wisatawan H3 Terdapat hubungan antara hobi dengan keputusan memilih obyek wisata alam H3 Terdapat hubungan antara hobi dengan keputusan memilih obyek wisata budaya H3 Terdapat hubungan antara hobi dengan keputusan memilih masa tinggal X1.4. Pendapatan H4 Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih obyek wisata alam H4 Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih obyek wisata budaya H4 Terdapat hubungan antara pendapatan dengan keputusan memilih masa tinggal.

6 28 X1.5. Asal negara H5 Terdapat hubungan antara asal negara dengan keputusan memilih obyek wisata alam. H5 Terdapat hubungan antara asal negara dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. H5 Terdapat hubungan antara asal negara dengan keputusan memilih masa tinggal. X2. Hubungan perilaku komunikasi dan keputusan wisatawan. X2.1. Pencarian informasi awal H1 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal dengan keputusan memilih obyek wisata alam. H1 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. H1 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap pencarian informasi awal dengan keputusan memilih masa tinggal. X2.2. Konfirmasi H2 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi dengan keputusan memilih obyek wisata alam. H2 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi dengan keputusan memilih obyek wisata budaya. H2 Terdapat hubungan antara perilaku komunikasi pada tahap konfirmasi dengan keputusan memilih masa tinggal. Definisi Operasional Variabel bebas terdiri dari karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi. Sedangkan variabel terikat adalah keputusan memilih obyek wisata yang meliputi obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan menentukan masa tinggal. Pengkategorian pada masing-masing variabel digunakan hanya untuk membantu menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan masingmasing variabel secara deskriptif. Masing-masing pengkategorian dalam penjelasan deskriptif tersebut tidak akan diuji secara statistik. Adapun defenisi masing-masing variabel berikut pengkategorian yang digunakan untuk mendeskripsikan hal-hal yang berhubungan dengan variabel tersebut adalah sebagai berikut:

7 29 1. Karakteristik personal wisatawan: X1.1. Usia adalah jumlah umur wisatawan pada saat dilakukannya penelitian yang di hitung dari bulan kelahiran hingga bulan Desember Batasan usia wisatawan menggunakan acuan Badan Pusat Statistik yang merupakan kelompok usia produktif. Untuk menentukan rentang muda, dewasa, dan tua digunakan rumus (angka tertinggi angka terendah) + 1 / pengkategorian sehingga pengkategorian usia wisatawan asing adalah sebagai berikut: 1. Muda : 30 tahun 2. Dewasa : 31 tahun s/d 45 tahun 3. Tua : 46 tahun X1.2. Jenis kelamin adalah pengkategorian berdasarkan jenis kelamin lakilaki dan perempuan. X1.3. Hobi merupakan kegemaran ataupun suatu kesenangan (dapat bersifat istimewa) yang dapat dilakukan pada waktu senggang dan bukan bersifat sebagai pekerjaan utama. Hobi dikategorikan berdasarkan 5 pilihan diantaranya adalah: 1. Tidak menyukai seni, olah raga, ataupun mendaki gunung seperti membaca, travelling, memasak. 2. Sebagian hanya menyukai seni, olah raga, ataupun mendaki gunung 3. Sangat menyukai seni yaitu menyukai kegiatan atau hal-hal yang bersifat seni. Seperti menyanyi, melukis, menari, mendengarkan musik, dan lainnya. 4. Sangat menyukai olahraga seperti surfing, menyelam, berenang, main kano, snowboarding, icekating, golf, bersepeda, sepakbola, bulutangkis, bersepeda motor, ataupun joging. 5. Sangat menyukai pendakian gunung. X1.4. Pendapatan yaitu jumlah pendapatan bersih yang diperoleh wisatawan asing dari pekerjaan yang digelutinya dalam satu bulan dan dinyatakan dalam mata uang Euro ( ). Untuk menentukan rendah, sedang, dan tinggi digunakan rumus (angka tertinggi angka terendah) + 1 / pengkategorian.

8 30 Adapun tingkatan pendapatan wisatawan asing adalah sebagai berikut: 1. Rendah Sedang Tinggi X1.5. Asal negara merupakan pengelompokan tempat tinggal wisatawan berdasarkan wilayah atau negara. Untuk lebih memudahkan dalam analisa deskriptif maka dilakukan pengelompokan berdasarkan benua negara tersebut. Pengkategorian kelompok asal negara berdasarkan benua tersebut adalah sebagai berikut: 1. Benua Afrika 2. Benua Amerika 3. Benua Asia (Jepang) 4. Benua Australia 5. Benua Eropa terdiri dari Jerman, Belanda, Italia, Zwitzerland, Austria, Prancis, Norwegia, Swiss, dan Inggris 2. Perilaku komunikasi yaitu aktivitas wisatawan ketika mencari informasi pariwisata sebelum berada di Pulau Lombok dan setelah berada di Pulau Lombok berdasarkan penggunaan sumber informasi berupa komunikasi tatap muka dan media massa dengan saluran informasi berupa audio, visual, dan audiovisual. X2.1. Pencarian informasi awal yaitu aktivitas pencarian informasi pariwisata sebelum berada di pulau Lombok dari jumlah penggunaan kombinasi sumber informasi berupa komunikasi tatap muka (komunikasi antrapribadi, agen perjalanan, hotel) dan media massa seperti melalui saluran informasi berupa visual (foto-foto lokasi dan obyek wisata, booklet, leaflet, majalah, koran, buku-buku panduan wisata, slide foto dan internet), audio (radio), dan audiovisual (televisi dan compact disk). Pengkategorian ditentukan dari jumlah total skor penggunaan sumber dan saluran informasi. Untuk menentukan rentang kurang aktif, aktif, dan sangat aktif digunakan rumus (jumlah tertinggi jumlah terendah) + 1 / pengkategorian. Adapun pengkategorian tersebut dapat dilihat sebagai berikut: 1. Tidak aktif atau pasif yaitu wisatawan yang tidak melakukan pencarian informasi.

9 31 2. Melakukan pencarian informasi awal yang dibedakan menjadi: a. Kurang aktif dengan total skor 45. b. Aktif dengan total skor 46 hingga 65. c. Sangat aktif dengan total skor > 66. X2.2. Konfirmasi yaitu aktivitas pencarian informasi pariwisata setelah berada di pulau Lombok dengan tujuan untuk penguatan atau peneguhan kembali informasi awal yang menggunakan kombinasi sumber informasi berupa komunikasi tatap muka (komunikasi antrapribadi, agen perjalanan, hotel, pemandu wisata, dan melalui Bandara udara Selaparang Mataram) dan media massa melalui saluran informasi dalam bentuk audio, visual, dan audiovisual. Pengkategorian ditentukan dari jumlah total skor penggunaan sumber dan saluran informasi. Untuk menentukan rentang kurang aktif, aktif, dan sangat aktif digunakan rumus (jumlah tertinggi jumlah terendah) + 1 / pengkategorian. Adapun pengkategorian tersebut dapat dilihat sebagai berikut: 1. Tidak aktif atau pasif yaitu wisatawan yang tidak melakukan konfirmasi dan hanya berpegangan pada informasi awal. 2. Melakukan konfirmasi dan dibedakan menjadi: a. Kurang aktif dengan total skor 45. b. Aktif dengan total skor 46 hingga 65. c. Sangat aktif dengan total skor 66. Y. Keputusan memilih obyek wisata adalah jumlah keputusan yang dibuat oleh wisatawan terhadap pemilihan berbagai macam obyek-obyek wisata alam, obyek wisata budaya, dan masa tinggal. Y.1. Keputusan memilih obyek wisata alam adalah jumlah kunjungan wisatawan pada berbagai obyek wisata yang terdiri dari aktivitas pendakian yaitu mendaki puncak gunung Rinjani, berkemah dan pemandian air panas di danau Segara Anak); aktivitas wisata di kawasan pantai dan sekitarnya (berenang, surfing, snorkling, menyelam, memancing, jalan-jalan menikmati sunset, berjemur di pantai); mengunjungi air terjun, melihat kawanan kera, dan lainnya. Untuk menentukan rentang jumlah keputusan memilih obyek wisata alam digunakan rumus (jumlah tertinggi jumlah terendah)+1/

10 32 pengkategorian. Adapun jumlah keputusan pemilihan obyek wisata alam tersebut dikategorikan sebagai berikut: 1. Sedikit : 4 obyek wisata 2. Sedang : 5 s/d 8 obyek wisata 3. Banyak : 9 obyek wisata Y.2. Keputusan memilih obyek wisata budaya adalah jumlah aktivitas kunjungan wisatawan pada berbagai macam obyek wisata yang terdiri dari seni tradisional maupun non seni tradisional suku Sasaq. Adapun macam-macam seni tradisional suku Sasaq meliputi seni musik tradisional gendang Beleq, tari-tarian tradisional, upacara adat tradisional, atraksi bela diri tradisional peresean, pasar tradisional, perkampungan asli suku Sasaq, taman bekas kerajaan Selaparang di Narmada, masjid kuno Bayan Beleq, dan musium. Sedangkan macam-macam obyek wisata budaya yang termasuk dalam non seni tradisional suku Sasaq terdiri dari club-club malam, restauran, kafe, Spa, dan lainnya. Untuk menentukan rentang sedikit, sedang, dan banyak digunakan rumus (angka tertinggi angka terendah) + 1 / pengkategorian. Jumlah keputusan pemilihan obyek wisata tersebut dikategorikan sebagai berikut: 1. Sedikit : 4 obyek wisata 2. Sedang : 5 s/d 8 obyek wisata 3. Banyak : 9 obyek wisata Y3. Masa tinggal adalah jumlah hari yang digunakan wisatawan selama tinggal di Pulau Lombok sampai masa liburannya berakhir. Untuk menentukan rentang sangat singkat, singkat, dan sangat lama digunakan rumus (masa tinggal tertinggi masa tinggal terendah) + 1 / pengkategorian. Adapun kategori dalam menentukan masa tinggal adalah sebagai berikut: 2. Sangat singkat yaitu 4 hari 3. Singkat yaitu 5 hari hingga 8 hari 4. Sangat lama yaitu diatas 9 hari

HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis dan Obyek Wisata

HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis dan Obyek Wisata 37 HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis dan Obyek Wisata Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 115 45 dan 9 5 Bujur Timur serta berada di Selatan Khatulistiwa yaitu antara 8 5 dan 9 5 Lintang Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Jerman adalah negara maju. Sebagai negara maju, negara Jerman memiliki beberapa bidang yang dijadikan sebagai kegiatan penggerak perekonomiannya, yaitu

Lebih terperinci

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUBJENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUBJENIS USAHA 1. Daya Tarik Wisata No. PM. 90/ HK. 2. Kawasan Pariwisata No. PM. 88/HK. 501/MKP/ 2010) 3. Jasa Transportasi Wisata

Lebih terperinci

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah 12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah http://tempatwisatadaerah.blogspot.com/2015/01/12-tempat-wisata-terindah-di-lombok.html 12 Tempat Wisata Terindah di Lombok Nusa Tenggara Barat - Lombok merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Dengan adanya pemekaran Propinsi Riau, maka pada tahun 1999 terbentuklah Kabupaten Natuna dengan kota Ranai sebagai pusat pemerintahan. Sebagai kabupaten yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat ulang, sedangkan dalam bahasa inggris re-creation, yang secara harfiah

BAB I PENDAHULUAN. membuat ulang, sedangkan dalam bahasa inggris re-creation, yang secara harfiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rekreasi berasal dari bahasa Latin, re-creare, yang secara harfiah berarti membuat ulang, sedangkan dalam bahasa inggris re-creation, yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

BAB III GEOGRAFI SUMBER (ATRAKSI) WISATA

BAB III GEOGRAFI SUMBER (ATRAKSI) WISATA BAB III GEOGRAFI SUMBER (ATRAKSI) WISATA TUJUAN OBYEKTIF : 1. Mengetahui sumber sumber wisata. 2. Mengetahui beberapa factor utama dalam mengembangkan sumber wisata. 3. Memahami pentingnya perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Manado merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Utara, yang memiliki penduduk cukup beragam suku bangsanya. Suku Minahasa yang paling banyak memenuhi kota Manado.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas masyarakat dan dapat menambah rasa cinta tanah air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam struktur ekonomi dan proses pembangunan negara. Hal ini disebabkan karena pariwisata dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga terjadilah persaingan antar produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa menginginkan agar usaha yang digelutinya dapat survive dan terus

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa menginginkan agar usaha yang digelutinya dapat survive dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pelaku usaha yang bergerak di bidang penjualan produk barang maupun jasa menginginkan agar usaha yang digelutinya dapat survive dan terus berkembang. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

besar artinya bagi usaha pengembangan kepariwisataan.1

besar artinya bagi usaha pengembangan kepariwisataan.1 BAGIAN SATU PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Potensi Wisata Pulau Lombok Lombok merupakan bagian dari Propinsi Nusa Tenggara Barat, yang termasuk sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Dan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pariwisata di Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka kesempatan kerja

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu bagian dari sebuah bentuk pertumbuhan ekonomi, keberhasilan pengembangan industri pariwisata memerlukan rancangan yang detail dan komprehensif baik

Lebih terperinci

pulau Sumbawa. Lombok baru beberapa tahun saja mencuat sebagai daerah

pulau Sumbawa. Lombok baru beberapa tahun saja mencuat sebagai daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sector yang diandalkan pemerintah Republik Indonesia untuk mendukung pembangunan dan peningkatan pendapatan negara. Pertimbangan ini

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... i ii iii iv vi ix x xii

Lebih terperinci

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya BAB III Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya Potensi pariwisata di Indonesia sangat tinggi, dari Aceh hingga Papua dengan semua macam obyek pariwisata, industri pariwisata Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN I. UMUM Tuhan Yang Maha Esa telah menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan berupa sumber daya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan guna untuk mencapai hasil yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi pada saat ini menjadi bagian yang sangat penting di dalam kehidupan manusia. Hal tersebut didasarkan pada perkembangan jaman menuju arah yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan pariwisata dengan daerah lainnya. Dalam hal ini, peran

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan pariwisata dengan daerah lainnya. Dalam hal ini, peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pariwisata dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi paling penting bagi suatu negara. Disamping sebagai mesin penggerak ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki 17.504 pulau besar dan kecil, tiga perempat wilayahnya terdiri atas laut. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mencakup lebih dari 18.110 pulau, baik pulau besar maupun pulau-pulau kecil yang membentang dari Barat ke Timur sejauh 3.977

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan menarik bagi sebagian orang adalah mencoba berbagai makanan di luar rumah. Kegiatan makan di luar rumah bersama teman dan keluarga merupakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA MALUKU (Paparan Dinas Pariwisata Provinsi Maluku) GAMBARAN UMUM Propinsi Maluku merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah 714.480 km 2 terdiri atas 92,4 % Lautan

Lebih terperinci

TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN

TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN --~~--_.~--_._---- -1 --------~--~ BAB II TINJAUAN KAW ASAN GILl TRAW ANGAN Bab ini berisi tentang uraian mengenai Kawasan Gili Trawangan sebagai lokasi hotel resort untuk wisatawan elite. Yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

PAKET LOMBOK 2D1N OPTION 1 D1:

PAKET LOMBOK 2D1N OPTION 1 D1: PAKET LOMBOK 2D1N OPTION 1 D1: Tiba + Sasak tour Setiba di bandara, anda akan dijemput oleh guide kami. Setelah itu, anda akan diantar ke restoran untuk makan siang. Setelah makan siang, anda akan diajak

Lebih terperinci

PAKET LOMBOK 4D/3N OPTION 1 D1:

PAKET LOMBOK 4D/3N OPTION 1 D1: PAKET LOMBOK 4D/3N OPTION 1 D1: Arr + City tour Setiba di bandara, anda akan dijemput oleh guide kami. Setelah itu, anda akan diantar ke restoran untuk makan siang. Setelah makan siang, anda akan diajak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Menurut Suharyono (1994:26) Geografi adalah pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan muka bumi (gejala geosfer)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan

I. PENDAHULUAN. pariwisata telah membuktikan dirinya sebagai sebuah alternatif kegiatan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD). Industri pariwisata telah membuktikan dirinya

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang.

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1 Latar Belakang. Bab I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki potensi wisata alam yang melimpah. Terletak di garis khatulistiwa dengan iklim tropis yang mendapat sinar matahari yang

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata dewasa ini adalah sebuah Negara bisnis. Jutaan orang mengeluarkan triliunan dollar Amerika, meninggalkan rumah dan pekerjaan untuk memuaskan atau membahagiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki banyak kekayaan dan keindahan, letak geografis yang strategis dan membentang hijau digaris

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Internet merupakan salah satu teknologi informasi yang terus berkembang dan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Internet merupakan salah satu teknologi informasi yang terus berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet merupakan salah satu teknologi informasi yang terus berkembang dan banyak dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan manusia hingga saat ini. Salah satu manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan yang dapat menjadi suatu aset dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selain sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB II PROMOSI OBJEK WISATA CANGKUANG

BAB II PROMOSI OBJEK WISATA CANGKUANG BAB II PROMOSI OBJEK WISATA CANGKUANG 2.1. Pengertian Promosi Promosi adalah suatu usaha untuk memperkenalkan suatu produk atau jasa kepada masyarakat atau konsumen dengan tujuan memasarkan atau menjual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK/ KONDISI KEPARIWISATAAN KPP KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB III KARAKTERISTIK/ KONDISI KEPARIWISATAAN KPP KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN BAB III KARAKTERISTIK/ KONDISI KEPARIWISATAAN KPP KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN 3.1 Visi, Misi dan Isu Strategis Kabupaten Lampung Selatan 2006-2011 Dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang di kenal oleh mancanegara sebagai salah satu negara yang memiliki wisata alam terbesar dan terindah. Kekuatan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendatangkan devisa dan menambah penerimaan negara. Kegiatan promosi

BAB I PENDAHULUAN. akan mendatangkan devisa dan menambah penerimaan negara. Kegiatan promosi 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal memiliki kekayaan alam yang sangat indah. Alam yang indah merupakan asset tersendiri untuk diperkenalkan ke masyarakat luar sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merata, baik berupa pantai maupun lanskap, yang dapat dijadikan sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. merata, baik berupa pantai maupun lanskap, yang dapat dijadikan sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan pariwisata sangat perlu dilakukan di Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Wilayah ini memiliki banyak potensi wisata alam yang merata, baik berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu elemen paling penting dalam kemajuan suatu daerah pada umumnya di Indonesia. Di Indonesia sektor pariwisata merupakan penunjang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) ini berjudul Ambarawa Heritage Resort Hotel. Untuk mengetahui maksud dari judul dengan lebih jelas maka perlu diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata dalam arti yang bersifat umum adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam pembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Lampiran 1 Penilaian potensi penawaran ekowisata di kawasan mangrove Pantai Tanjung Bara, Sangatta

Lampiran 1 Penilaian potensi penawaran ekowisata di kawasan mangrove Pantai Tanjung Bara, Sangatta 91 Lampiran 1 Penilaian potensi penawaran ekowisata di kawasan mangrove Pantai Tanjung Bara, Sangatta 1. Cara klasifikasi potensi penawaran ekowisata menggunakan penghitungan sebagai berikut : Interval

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pulau Lombok merupakan salah satu pulau yang berada di Indonesia bagian tengah, tepatnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu terletak diantara pulau Bali

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah menganalisis hasil penelitian dan pengolahan data, maka penulis mengambil kesimpulan, yaitu : Sebagai suatu bentuk struktur dari kegiatan pariwisata, desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupkan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional. Peranan pariwisata di Indonesia sangat dirasakan manfaatnya, karena pembangunan dalam sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang

BAB I PENDAHULUAN. pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut (UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sampai saat ini merupakan motor penggerak ekonomi di Bali. sehingga cerah dan muramnya kondisi perekonomian di provinsi Bali akan sangat tergantung pada

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Kelas 9 semester 1 NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG 1 2 PENGERTIAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan gb. 1.1. Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar Potensi dan daya tarik Pantai Lebih 1. Potensi alam Pantai

Lebih terperinci

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai alasan pemilihan judul dalam latar belakang, rumusan masalah dari permasalahan yang ingin dipecahkan, tujuan serta metode penelitian yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan seperti kesenian, suku bangsa, makanan, rumah adat, dan lain-lain. Dengan berbagai keanekaragaman tersebut diharapkan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta atau yang sering disebut Yogya adalah salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa. Banyak orang yang sudah pernah mengunjungi Yogya. Selain

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

DESEMBER CERIA: TOUR LOMBOK (3 HARI 2 MALAM)

DESEMBER CERIA: TOUR LOMBOK (3 HARI 2 MALAM) DESEMBER CERIA: TOUR LOMBOK ( HARI MALAM) KALDERA TOUR & TRAVEL JL. KH MANSYUR IV NO. DASAN SARI KOTA MATARAM NTB Email : kalderatour@gmail.com / faannas@gmail.com Website : kalderatour.com DESEMBER CERIA:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki begitu banyak potensi pariwisata sudah menjadi salah satu destinasi pariwisata dunia. Hanya saja, dari wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian mengenai Pariwisata dan dukungan teknologi di dalamnya yang bertujuan untuk memajukan daerah pariwisata itu sendiri telah banyak dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar dominasi untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau untuk mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City

BAB V PENUTUP. pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penyajian data yang telah diuraikan, serta didasarkan pada hasil analisis data dari penelitian tentang Kampung Bahasa sebagai City Branding Kota Pare Kediri, maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sumber penghasilan suatu daerah. Dengan pengelolaan yang baik, suatu obyek wisata dapat menjadi sumber pendapatan yang besar.menurut

Lebih terperinci

2015 ANALISIS DESTINATION PERSONALITY TERHADAP BRAND ATTRACTIVENESS DAN BRAND AWARENESS SERTA DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY

2015 ANALISIS DESTINATION PERSONALITY TERHADAP BRAND ATTRACTIVENESS DAN BRAND AWARENESS SERTA DAMPAKNYA PADA BRAND LOYALTY 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pariwisata memberi peranan berarti terhadap keseluruhan kinerja perekonomian Indonesia, dalam hal pariwisata ini, Negara Indonesia memiliki potensi alam

Lebih terperinci

6 Hari 5 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour

6 Hari 5 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour 6 Hari 5 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour Hari 1 : Estimasi kedatangan siang hari Bandara - Pantai Pandawa - Sunset Uluwatu Tour Check in Hotel Penjemputan di Bandara, disambut dengan kalungan bunga

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D 301 542 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAKSI Kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan. Dampak dari krisis yang berkepanjangan ini bisa terlihat salah satunya pada pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan terbesar di dunia yang diapit oleh dua Samudra dan juga dua Benua. Pada bagian barat laut Indonesia berbatasan dengan Benua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Liburan menjadi salah satu kebutuhan penting dan gaya hidup baru bagi manusia masa kini yang manfaatnya dapat dirasakan bagi psikologis manusia. Liburan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Latar belakang masalah digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari latar belakang masalah atau gambrang singkat tentang apa yang akan diteliti,

BAB I PENDAHULUAN. dari latar belakang masalah atau gambrang singkat tentang apa yang akan diteliti, BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini peneliti menguraikan beberapa pokok persoalan yang terdiri dari latar belakang masalah atau gambrang singkat tentang apa yang akan diteliti, batasan masalah, tujuan penulisan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pariwisata bukan hal yang asing untuk masyarakat. Banyak wisatawan baik domestik maupun asing yang datang berlibur untuk menghabiskan waktu dan menikmati keindahan

Lebih terperinci

7 Hari 6 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour

7 Hari 6 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour 7 Hari 6 Malam Bali Gili Trawangan - Lombok Tour Hari 1 : Estimasi kedatangan siang hari Bandara - Pantai Pandawa - Sunset Uluwatu Tour Check in Hotel Penjemputan di Bandara, disambut dengan kalungan bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau

BAB I PENDAHULUAN. Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara harfiah arti kata Boom sama dengan Haven dalam bahasa Belanda atau pelabuhan dalam bahasa Indonesia. Orang-orang Tuban setempat mengatakan bahwa boom dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami perubahan. Kegiatan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang teletak di bagian Asia tenggara yang dilalui garis khatulistiwa. Indonesia berada diantara benua Asia dan Australia serta diantara

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 PENGERTIAN PARIWISATA Pariwista merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang bersifat sementara bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat

Lebih terperinci

FILOSOFI PULAU LOMBOK. Lombok pulau dengan sejuta wisata dan pesona alam yang luar biasa

FILOSOFI PULAU LOMBOK. Lombok pulau dengan sejuta wisata dan pesona alam yang luar biasa FILOSOFI PULAU LOMBOK Lombok pulau dengan sejuta wisata dan pesona alam yang luar biasa BIODATA Nama :JUMAN SAHBANDI NIM : 15061174 PRODI: AKUNTANSI APLIKOM1 UNIVERSITAS MERCUBUANA YOGYAKARTA SEKILAS TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan yang kini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di dunia. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

DOKUMEN TEKNIS YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERSYARATAN TEKNIS PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA

DOKUMEN TEKNIS YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERSYARATAN TEKNIS PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA LAMPIRAN I PERATURAN WALIKTA SURABAYA NMR : TANGGAL :. TEKNIS YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERSYARATAN TEKNIS PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA A. PERMHNAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA N 1 Fotokopi ijin gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat dikunjungi. Salah satu objek wisata yang memiliki daya tarik dengan panorama alam yang indah

Lebih terperinci