PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE-TSTS PADA MATERI KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BULULAWANG

Transkripsi

1 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE-TSTS PADA MATERI KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 BULULAWANG Ulul Ismy Bilkisty, Endang Budiasih, Hayuni Retno Widarti Universitas Negeri Malang bizcuit_strawberry@yahoo.com ABSTRACT: Colloidal material is one of the subjects based on understanding concepts and the concepts are very much application in life and industry, so that the material itself if taught with learning-oriented model of constructivist theory because it can develop students' thinking skills. One of constructivist learning is Learning Cycle 5 phases. In Learning Cycle sued the cooperative learning that normally do not have a specific cooperative patterns. This study will try to integrate Learning Cycle Model with 5 phases model of cooperative two stay two stray (TSTS). This study aims to determine how students are taught keterlaksanaan learning with Learning Cycle model of 5-phase colloidal TSTS in the subject matter and the differences of student learning outcomes that are taught by the Learning Cycle model of 5-phase colloidal TSTS in the subject matter.this study uses a quasi-experimental research design with a model of post-test only control group design. The study population was all eleventh grade students of SMA Negeri 1 Bululawang in the academic year 2012/2013 which consists of 3 classes. The study sample consisted of two classes, namely class XI IPA 2 as an experimental class, and class XI IPA 3 as the control class. Sampling was done randomly through a lottery procedure. In the experimental class taught colloidal material with Learning Cycle Model 5-TSTS phase, while the control class taught by colloidal materials Learning Cycle model of phase 5. Analysis of survey data conducted quantitative and descriptive statistics. Quantitative descriptive analysis is used to analyze the feasibility and value of the learning process affective and psychomotor students, while the statistical analysis used to test the proposed research hypotheses.the results showed both classroom learning keterlaksanaan goes well with a percentage score of 84.42% for class assessment controls, and 87.00% for the experimental class. Student learning outcomes showed no difference between the control class and the experimental class. Classes are taught using the Learning Cycle model of 5-TSTS phase has an average value of while classes are taught using the model of Learning Cycle 5 phases have an average value of Affective student learning outcomes results showed the average value of to for the experimental class and the control class. Psychomotor student assessment results show the average value of to for the experimental class and the control class. Keywords: Learning Cycle 5 phases, two stay two stray, learning outcomes, colloidal ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterlaksanaan pembelajaran siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase-tsts maupun dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 fasepada materi pokok koloid dan perbedaan hasil belajar siswa antara yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase-tsts dan yang diahar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 fasepada materi pokok koloid. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

2 eksperimental semu dengan model post-test only control group design.hasil penelitian menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran kedua kelas berjalan dengan baik dengan presentase skor penilaian 84,42% untuk kelas kontrol, dan 87,00% untuk kelas eksperimen. Hasil belajar siswa menunjukkan ada perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase-tsts memiliki rata-rata nilai 73,90 sedangkan kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase memiliki rata-rata nilai 69,50. Hasil Hasil belajar afektif siswa menunjukkan nilai rata-rata 73,12 untuk kelas eksperimen dan 76,06 untuk kelas kontrol. Hasil penilaian psikomotorik siswa menunjukkan nilai rata-rata 90,00 untuk kelas eksperimen dan 81,25 untuk kelas kontrol. Kata Kunci: Learning Cycle 5 fase,two Stay Two Stray, hasil belajar, koloid PENDAHULUAN Proses pembelajaran menurut KTSP menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Kegiatan pembelajaran diupayakan berpusat pada siswa, dan guru hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator proses belajar. Strategi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran harus dapat membuat siswa senang, interaktif dan kondusif. Hal ini seperti yang tertuang dalam peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005, tentang standar proses pembelajaran pada pasal 19 ayat 1, adalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan konsep kurikulum KTSP dan dapat mengkonstruk pengetahuan siswa adalah model pembelajaran Learning Cycle5 fase. Learning Cycle 5 fase memiliki tahapan-tahapan yang menuntun siswa membangun konsep secara mandiri. Adapun tahapannya sebagai berikut: fase undangan (invitation/engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), penerapan (elaboration) dan evaluasi (evaluation) (Iskandar, 2011). Selain model pembelajaran Learning Cycle, model pembelajaran lain yang juga membuat siswa menjadi lebih aktifadalah model pembelajaran kooperatif. Berbagai macam pola pembelajaran kooperatif, salah satunya Two Stay Two Stray. Materi pelajaran koloid memiliki beberapa materi pokok yang harus diajarkan seperti sistem koloid, cara pembuatan koloid, sifat-sifat koloid, pemurnian koloid, dan penerapan koloid dalam kehidupan seharihari. Materi pokok tersebut memiliki kriteria yang sesuaibila diajarkan dengan tipe pembelajaran TSTS, yang membutuhkan banyak pengetahuan dan informasi sehingga perlunya untuk berbagi informasi dengan kelompok lain. Pada model pembelajaran TSTS dapat dilakukan pemerataan tugas bagi setiap siswa dalam mempelajari senyawa koloid. Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari konsep secara individu dan selanjutnya dibagikan kepada teman sekelompok, sehingga diharapkan keberhasilan belajar tiap kelompok dapat tercapai.selanjutnya siswa dapat berbagi informasi hasil diskusi kelompok mereka ke kelompok lain (Lie,

3 2002). Pada penelitian kedua model pembelajaran yaitu Learning Cycle 5 fase dan model pembelajaran TSTS dicoba dipadukan ke dalam satu model pembelajaran untuk mengajarkan materi koloid. Pada model belajar Learning Cycle 5 fase mensyaratkan adanya diskusi kelompok. Selama ini diskusi yang dilakukan Learning Cycle tidak berpola, sehingga jika pada diskusi kelompok tersebut digunakan diskusi yang berpola seperti TSTS diharapkan diperoleh hasil yang berbeda. METODE Rancangan penelitian yang digunakan yaitu rancangan penelitian eksperimental semu dengan model post-test only control group design. Rancangan eksperimensemu digunakan untuk membandingkan hasil belajar kognitif siswa dalam pembelajaran antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.sebelum kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan, perlu dilakukan suatu uji untuk mengetahui kemampuan awal. Rancangan penelitian menggunakan desain post test only. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XIIPA SMAN 1Bululawang semester 2 tahun ajaran 2012/2013 pada bulan mei-juni2013. Penelitian dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan untuk penyampaian materi, dan 1 kali pertemuan untuk mengambil data hasil belajar kognitif dan data motivasi belajar siswa. Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1 Bululawang. Sampel penelitian diambil secara acak melalui undian. dan terpilih sebagai kelas eksperimen adalah siswa kelas XI IPA 2, sedangkan kelas kontrol adalah siswa kelas XI IPA 3. Jumlah siswa dalam kedua kelas sama yaitu sebanyak 32 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian meliputi instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan, berupa silabus pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hand out dan LKS, sedangkan instrumen pengukuran berupa instrumen untuk mengukur hasil belajar kognitif dalam bentuk soal tes obyektif, kuis dan lembar observasi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan selama ±2 bulan mulai tanggal 13Mei2013 sampai dengan 7Juni 2013 di SMAN 1Bululawang. Terdapat empat macam data yang akan dianalisis, yaitu data kemampuan awal siswa, hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Data kemampuan awal dan data hasil belajar kognitif siswa dianalisis dengan statistik deskriptif dan inferensial, sedangkan data hasil afektif dan psikomotorik siswa hanya dianalisis secara deskriptif HASIL Keterlaksanaan Pembelajaran Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray dan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase Pertemuan yang pertama materi yang diajarkan adalah sistem koloid, larutan dan suspensi, pada kelas eksperimen proses pembelajaran berlangsung baik hanya saja pada fase eksplorasi siswa mengalami kesulitan namun setelah diberi instruksi oleh guru siswa mulai memahami. Secara keseluruhan proses pembelajaran kedua kelas berlangsung baik siswa antusias dan aktif dengan model pembelajaran yang baru. Pertemuan kedua materi yang dipelajari adalah jenis-jenis koloid pada pertemuan kedua kelas eksperimen mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pada pertemuan kedua tidak ada praktikum dan materi yang diajarkan adalah

4 tentang jenis-jenis koloid, materi jenis-jenis koloid materi baku tidak dapat dikembangkan lagi sehingga siswa tidak terlalu antusias dan menjadi pasif. Pada kelas kontrol persentase keterlaksanaan pembelajaran menunjukkan peningkatan dari pertemuan pertama, hal ini karena siswa sudah mulai tertarik pada model pembelajaran. Pertemuan ketiga materi yang diajarkan adalah cara-cara pembuatan koloid Secara keseluruhan proses pembelajaran pada RPP ketiga berlangsung baik hanya saja pada kelas kontrol tidak lebih dari pertemuan satu dan dua, hal ini dimungkinkan siswa kurang antusias pada saat guru meminta siswa menyimpulkan materi yang baru dipelajari. Pertemuan keempat materi yang diajarkan adalah sifat-sifat koloid, baik siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray maupun siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase belajar dengan baik dan aktif karena materinya menarik pengetahuan siswa dan siswa dapat membuktikan sifat-sifat koloid dengan praktikum. Pertemuan kelima materi yang diajarkan tentang pemurnian dan koloid dalam kehidupan sehari-hari, persentase keterlaksanaan mengalami penurunan siswa kurang aktif dan antusias. Deskripsi Data Kemampuan Awal dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Data kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari nilai ulangan harian Ksp, sedangkan data hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari nilai tes hasil materi koloid dan nilai kuis. Data kemampuan awal dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uraian Kemampuan Awal Hasil Belajar Kognitif Kelas Kelas Eksperimen Kontol Eksperimen Kontrol Jumlah siswa Rata-rata 82,56 80,78 73,90 69,50 Simpangan baku 1,44 1,25 8,27 70,00 Nilai tertinggi 100,00 100,00 90,00 87,50 Nilai terendah 45,00 50,00 60,00 50,00 Analisis Data Kemampuan Awal Siswa dan Uji Hipotesis Penelitian Analisis data kemampuan awal siswa dilakukan untuk mengetahui apakah dua kelas yang digunakan untuk penelitian memiliki kemampuan yang sama, sedangkan uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar kognitif antara siswa kelas eksperimen dengan hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol. Analisis datanya menggunakan ujitindependent-sample t-test dengan bantuan program SPSS 17.0 for Windows. Sebelum dilakukan uji-t, perlu dilakukan prasyarat analisis yaitu, uji normalitas dan homogenitas varian. Hasil uji prasyarat analisis diperoleh bahwa data kemampuan awal dan data hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai sebaran yang normal dan varian yang homogen.

5 Tabel 2 Hasil Uji-t Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uraian Nilai Statistik Uji-t Nilai t-tabel Df Nilai Signifikansi Kemampuan awal siswa 0,528 2, ,600 Hipotesis penelitian 2,202 0,031 Pada Tabel 2 diperoleh hasil uji kemampuan awal, yaitu nilai statistik uji-t atau t-hitung sebesar 0,528 dan nilai signifikansinya sebesar 0,600. Nilai statistik uji-t atau t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (2,000) dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Hasil uji hipotesis diperoleh nilai statistik uji-t atau t-hitung dan nilai signifikansi sebesar 2,202 dan 0,031. Nilai statistik uji-t atau t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (2,000) dan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar kognitif siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan kata lain, ada perbedaan hasil belajar kogntif antara siswa kelas eksperimen atau siswa yang diajarkan dengan model belajar Learning Cycle 5 fase-tsts dengan siswa kelas kontrol atau yang diajarkan dengan model belajar Learning Cycle 5 fase. Perbedaan hasil belajar ditunjukkan dengan rata-rata hasil ulangan koloid yang lebih tinggi pada kelas eksperimen, yaitu 73,90 daripada rata-rata hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol 69,50, dapat dilihat pada Tabel 1. Data lain juga ditunjukkan pada nilai rata-rata kuis setiap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, nilai rata-rata kuis siswa eksperimen adalah 80,15 dan kelas kontrol 77,01. Data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.Data Rata-Rata Nilai Kuis Setiap Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Uraian Kelas Eksperimen Kontrol Jumlah siswa Rata-rata 80,15 77,01 Median 79,80 76,30 Modus 84,00 74,60 Simpangan baku 4,73 5,37 Nilai tertinggi 92,00 87,00 Nilai terendah 72,00 65,60 Deskripsi Data Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Data motivasi hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa pada model pembelajaran Learning Cycle 5 fae-tsts dan Learning Cycle 5 fase diperoleh dari lembar observasi belajar afektif dan psikomotorik berupa rubrik penilaian yang diisi observer pada saat pembelajaran berlangsung. Data hasil belajar afektif dan psikomotorik pada Tabel 4. Tabel 4. Data Nilai Rata-Rata Afektif dan Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kontrol Kelas Nilai Rata-Rata Eksperimen Kontrol Afektif 76,06 73,12 Psikomotorik 90,00 81,25

6 Nilai rata-rata afektif dan psikomotorik siswa diperoleh dari lembar observasi yang berisi rubrik penilaian. Nilai afektif penilaiannya meliputi aspek bertanya, bekerjasama, teliti, jujur dan berpendapat. Nilai psikomotorik merupakan penilaian kinerja atau keterampilan saat siswa melakukan praktikum. Berdasarkan data di atas baik rata-rata nilai afektif maupun psikomotorik menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki nilai yag lebih tinggi dari kelas kontrol. PEMBAHASAN Hasil Belajar Kognitif (Kuis) nilai kuis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray (80,14) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase saja (76,99), tetapi perbedaan nilai kuis dikedua kelas tidak terlalu tinggi. Nilai kuis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase lebih rendah karena siswa kurang kooperatif mereka hanya bekerjasama dalam kelompoknya sehingga pengetahuan mereka kurang bertambah, selain itu dimungkinkan adanya siswa yang dominan dalam mengerjakan LKS dalam artian hanya siswa itu-itu saja yang berperan aktif dalam satu kelompok, sehingga siswa yang tidak aktif tidak memahami materi yang baru saja diajarkan. Perbedaan yang tidak terlalu tinggi dari kedua kelas dimungkinkan terjadi karena siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray, disamaratakan saat tugasnya bertamu ke kelompok lain, sehingga semua siswa berhak mendapat informasi dan pengetahuan dari kelompok lainnya. Hasil Belajar Kognitif Materi Koloid Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray dan siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran LearningCycle 5 Fase. Akan tetapi, perbedaan hasil belajar dikedua kelas tidak terlalu tinggi. Adanya perbedaan dikedua kelas terjadi beberapa faktor, yang pertama karena pada dasarnya model pembelajaran LearningCycle 5 Fase itu sendiri sudah merupakan model pembelajaran yang baik, jadi meskipun digabungkan dengan model belajar lain maka dimungkinkan tidak menimbulkan perbedaan yang menonjol, namun hal ini tetap dilakukan penelitiam untuk mengetahui hasil yang lebih akurat. Faktor lainnya karena pada model pembelajaran LearningCycle 5 Fase fase eksplorasinya hanya dilakukan pengeelompokkan biasa dan tidak berpola sehingga beberapa siswa yang dominan lebih memahami materi yang diajarkan dan beberapa siswa lain yang masih belum mengerti materi yang diajarkan atau belum terbentuk kesamarataan. Hal tersebut menyebabkan rata-rata nilai ulangan hariannya lebih rendah. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray, pada fase eksplorasinya digunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray dimana terdapat model diskusi yang berpola selain berdiskusi dengan kelompoknya siswa juga dapat berdiskusi dengan kelompok lain, jadi tiap siswa diharapkan memiliki kesamarataan kemapuan dan

7 pengetahuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan memberikan perbedaan hasil belajar yang tidak terlalu tinggi. Hasil Belajar Afektif dan Psikomotorik Hasil belajar afektif siswa meliputi beberapa aspek yang dinilai antara lain bertanya, bekerja sama, teliti, jujur, dan berpendapat atau menyumbangkan ide. Hasil belajar tersebut dinilai oleh guru saat proses pembelajaran berlangsung. Nilai berupa skor 2 untuk siswa yang aktif dan skor 1 untuk siswa kurang aktif. Skor yang diperoleh siswa dihitung ratarata dan persentasenya seperti yang tertera pada Tabel 4. menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar afektif siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray (76,06%) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase (73,12%). Hal tersebut disebabkan karena pada kelas yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray, cenderung lebih tertarik dengan model pembelajaran Two Stay Two Stray selain karena model pembelajaran yang baru mereka juga dapat saling berbagi informasi kepada kelompok lain, sehingga mereka menjadi lebih percaya diri dalam menjawab LKS, presentasi bahkan dalam menjawab kuis. Nilai psikomotorik siswa diperoleh dengan cara melakukan penilaian kinerja siswa atau dari bagaimana siswa bekerja saat praktikum. Penilaian psikomotorik memiliki skor 2 untuk kriteria baik dan skor 1 untuk kriteria kurang, penilian psikomotorik didasarkan pada rubrik yang tertera pada rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada penelitian nilai psikomotorik diperoleh selama tiga pertemuan, yaitu pada pertemuan pertama, ketiga dan keempat. Skor yang diperoleh siswa dihitung rata-rata dan persentasenya seperti yang tertera pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata nilai psikomotorik siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray (90,00%) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase (81,25%). Pada dasarnya kedua kelas tersebut sudah memiliki kriteria nilai yang sangat baik yaitu lebih dari 80%, namun pada penelitian kelas eksperimen memiliki nilai yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena pada saat praktikum kelas ekperimen lebih kompak, tertib, terarah atau terpola dan praktikum berjalan sesuai prosedur yang tertera pada LKS. Lebih tingginya persentase nilai psikomotorik siswa kelas eksperimen terlihat dari cara siswa menjawab analisis data dan hasil pengamatan yang lebih tepat saat praktikum. PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase-two Stay Two Stray maupun pembelajaran dengan model Learning Cycle 5 fase pada materi koloid

8 berlangsung dengan sangat baik dan sudah sesuai RPP. Keterlaksanaan pembelajaran ditunjukkan dengan persentase yang diberikan observer yaitu 87,00% untuk kelas yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase-two Stay Two Stray dan 84,42% untuk kelas yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase. Kesimpulan yang kedua adalah adanya perbedaan hasil belajar antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran LearningCycle 5 fase-two Stay Two Stray dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Learning Cycle 5 fase pada materi koloid. SARAN Terdapat beberapa saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu sebagai berikut yang pertama bagi guru yang ingin menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray, hendaknya lebih mempersiapkan dahulu perangkat pembelajarannya secara matang, selain itu dalam membentuk kelompok usahakan untuk heterogen. Kedua penelitian model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray, dapat digunakan untuk aternatif peneliti lain melakukan penelitian dengan materi lain untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Ketiga model pembelajaran Learning Cycle 5 Fase-Two Stay Two Stray ini dapat digunakan sebagai alternatif bagi guru untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi. DAFTAR RUJUKAN Aprillia, N Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase Pada Materi Larutan Penyangga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang Arifin, M Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: UM Press Arikunto, S Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Badan Standar nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Hanuscin, D, L. & Lee, M, H Using a Learning Cycle Approach to Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. Makalah disajikan pada the Annual meeting of the Association for Science Teacher Education, Clearwater, FL, pada tahun (Online), ( diakses tanggal 28 Maret 2013 Iskandar, S. M PendekatanPembelajaran Sains Berbasis Konstruktivis. Bayumedia. Malang. Lie, A Pembelajaran Kooperatif. Grasindo. Jakarta. Muanisah, U Penerapan model siklus belajar (learning cycle) untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar materi pokok perubahan fisika dan perubahan kimia (reaksi kimia) siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.

9 Nafiah, U Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TSTS dengan Pendekatan SETS untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya, Menjawab Pertanyaan dan Hasil Belajar Siswa XI IPA di SMAN 8 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Yuni dan Danar Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Lembaga Penelitian IKIP Malang. Malang. Zulirfan, Diana dan Irianti, M Hasil Belajar Keterampilan Psikomotor Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS dan TSTS Pada Siswa Kelas X MA Dar EL Hikmah Pekanbaru. Jurnal Geliga Sains 3 (1):