ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN ACEH BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN ACEH BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI OLEH : AFRIZAL ANNIZAMI NIM : 09C PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

2 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang sarat informasi saat ini, secara tidak disadari dunia terus mengalami perubahan kepada hal-hal yang sebelumnya sulit untuk dipercaya oleh sebagian besar manusia baik masa kini maupun masa yang akan datang. Bermacam-macam pola dan beragam perilaku manusia didalam bermasyarakat dalam mengkonsumsi barang atau benda kebutuhan sehari-hari terhadap barangbarang yang dapat memberikan kepuasan baik jasmani maupun rohani. Makanan (pangan) merupakan kebutuhan pokok manusia, agar kelangsungan hidupnya dapat terjamin. Salah satu makanan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk indonesia adalah beras. Beras merupakan bahan makanan pokok bangsa Indonesia. Namun produksi beras dalam negeri sampai sekarang belum memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pemerintah harus masih mengimpor beras dari luar negeri. Tanaman pangan ini memiliki nilai yang sangat penting, peran ini tidak dapat digantikan oleh subsektor pertanian lainnya, ketahanan pangan merupakan ketahanan politik dan ketahanan ekonomi, apalagi dihubungkan dengan perekonomian global maupun nasional yang tidak stabil. Ketahanan pangan yang paling efisien dapat dicapai melalui pencapaian swasembada pangan dimana langkah yang paling tepat adalah dengan meningkatkan produksi nasional. Dengan adanya perkembangan subsektor tanaman pangan maka diharapkan mampu meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani yang dicapai melalui peningkatan pendapatan, produksi dan produktivitas usaha tani. Namun di

3 2 Indonesia usaha tani masih memiliki kelemahan di bidang pengelolaan (manajemen), dalam usaha tani aspek pengelolaan sering diabaikan, jarang ditemukan usaha tani berskala kecil menggunakan pembukuan yang baik, berorientasi pasar dan mengatur pola tanam yang tepat sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar dengan tepat. Indonesia setiap tahunnya terjadi pertambahan penduduk. Bedasarkan hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk selama 25 tahun mendatang terus terjadi peningkatan yaitu dari 205,1 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta jiwa pada tahun Dalam Dekade kecepatan pertumbuhan penduduk berkisar antara 0,92-1,39 persen ( 21 maret 2014). Akibat terjadinya peningkatan jumlah penduduk maka permintaan terhadap barang dan jasa semakin meningkat termasuk jumlah permintaan makanan pokok yang harus terpenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan jumlah penduduk yang harus diimbangi dengan jumlah produksi agar konsumsi terpenuhi membuat permintaan akan jumlah konsumsi meningkat termasuk beras. Kabupaten Aceh Barat sendiri mempunyai sektor pertanian yang cukup luas, dan hampir sebagian penduduk Aceh Barat berprofesi sebagai petani, akan tetapi Aceh Barat sampai saat ini masih memasok beras dari daerah-daerah sekitar seperti Nagan Raya dan Pidie. Pemerintah Kabupaten Nagan Raya mensuplai beras sebanyak ton setiap tahunnya ke kabupaten tetangga, diantaranya Aceh Barat, Aceh Barat Daya, dan Aceh Jaya, Nagan Raya memiliki sektor pertanian yang bagus, sehingga sangat membantu suplai beras ke daerah lain

4 3 ( 15 mei 2014). Gambaran di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Kabupaten Aceh Barat Perumusan Masalah Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat Manfaat Penelitian Manfaat Teoris 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar. 2. Lingkungan Akademik Hasil peneilitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan bacaan bagi mahasiswa Universitas Teuku Umar khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, serta sebagai gambaran tentang keadaan sosial ekonomi

5 4 masyarakat yang sebenarnya dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan juga dapat menambah pengetahuan tentang tingkah laku konsumen. 3. Bagi Pihak Lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi, wawasan dan pengetahuan Manfaat Praktis 1. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kebijakan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan dengan permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat. 2. Bagi Masyarakat Hasil dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman bagaimana kondisi permintaan beras sampai saat ini di Kabupaten Aceh Barat Sitematika Pembahasan Adapun sistematika pembahasan yang terdiri dari : Bagian I terdiri dari pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah penyebab, rumusan masalah, tujuan dari penelitian, manfaat penelitian dan sekaligus sistematika pembahasan. Bagian II tinjauan pustaka yang berisi pengertian antar variabel dalam judul tersebut, perumusan hipotesis, pengertian permintaan, fungsi permintaan, kurva permintaan, elastisitas permintaan, pengertian beras dan perumusan hipotesis.

6 5 Bagian III metode penelitian berisi tentang ruang lingkup penelitian, data penelitian yang didalamnya berisi tentang jenis dan sumber data serta pengumpulan data, model analisis data, definisi operasional variabel dan pengujian hipotesis. Bagian IV hasil dan pembahasan yang berisi tentang produksi beras, harga beras, jumlah penduduk, permintaan beras hasil pengujian hipotesis, uji t, uji F dan pembahasan hasil. Bagian V simpulan dan saran yang berisi tentang kesimpulan-kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran.

7 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Permintaan (Demand) Hubungan antara barang yang diminta dengan harga barang tersebut atau juga disebut hubungan berbanding terbalik yaitu ketika harga meningkat atau naik maka jumlah barang yang diminta akan menurun dan sebaliknya apabila harga turun jumlah barang yang diminta akan meningkat. Hukum permintaan (law of demand) jika semua hal dibiarkan sama, ketika suatu barang meningkat, maka jumlah permintaan akan menurun, dan ketika harga turun maka permintaan akan naik (Mankiw 2006, h. 80). Permintaan timbul dari keinginan, hal itu menunjukkan bahwa keinginan dan permintaan itu merupakan dua hal yang berbeda satu dengan yang lainnya. Permintaan bukanlah keinginan, sebagaimana keinginan bukan permintaan. Sekalipun berbeda, tidak dapat diingkari bahwa keduanya itu berhubungan erat (Rosyidi 2009, h. 291). Uraian tersebut maka disimpulkan bahwa keinginan dan permintaan mempunyai kaitan hubungan yang erat, dimana lahirnya keinginan disebabkan oleh permintaan dan lahirnya permintaan disebabkan oleh keinginan itu sendiri. Pada saat harga barang meningkat keinginan membeli barang tersebut berkurang sehingga permintaan terhadap barang tersebut menurun dan sebaliknya Pengertian Permintaan Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi 2009, h. 239).

8 7 Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Rahardja 2004, h. 22). Asumsi di atas dapat disimpulkan bahwa keinginan konsumen untuk membeli suatu produk barang dalam berbagai tingkat harga dan dengan harga yang mampu dijangkau oleh masyarakat selama periode atau dalam jangka waktu tertentu. Keinginan konsumen yang disertai dengan daya beli atau kemampuan beli sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat, karena dengan tingginya pendapatan masyarakat maka akan meningkat permintaan masyarakat. Selain pendapatan kemampuan masyarakat untuk membeli suatu produk juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga produk atau barang tersebut. Dalam hukum permintaan dihipotesiskan semakin rendah harga suatu komoditas semakin banyak jumlah komoditas tersebut yang diminta, sebaliknya semakin tinggi harga suatu komoditas semakin sedikit komoditas tersebut yang diminta (ceteris paribus) (sugiarto et.al, 2002, h. 38). Jika suatu barang terjadi penurunan harga maka permintaan masyarakat terhadap barang tersebut akan meningkat. Masyarakat yang dulunya membeli barang lain akan beralih kepada barang atau produk yang terjadi penurunan harga, dan masyarakat yang dulunya membeli barang yang terjadi penurunan harga akan menambah daya belinya sehingga permintaan akan barang tersebut terjadi peningkatan. Sebaliknya, jika harga barang atau suatu produk terjadi kenaikan harga maka permintaan barang tersebut akan terjadi penurunan, itu disebabkan kemampuan beli masyarakat yang rendah sehingga harga barang tersebut tidak mampu dijangkau oleh masyarakat, selain itu masyarakat lebih memilih kepada

9 8 penghematan pengeluaran sehingga masyarakat akan mencari produk lain atau barang pengganti (subsitusi) yang harganya lebih rendah. Setiap orang boleh saja menginginkan pada apa yang diinginkanya, tetapi jika keinginan itu tidak ditunjang dengan kesediaan membeli serta kemampuan atau pendapatan yang cukup untuk membeli maka keinginan itupun hanya akan tinggal keinginan saja, kemampuan atau daya beli tidak ada. Menurut Carla et.al (2002, h. 99) dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menyaksikan bahwa kuantitas suatu barang yang dibeli pada suatu waktu tertentu tergantung pada harganya, makin tinggi harga barang, makin sedikit jumlah barang yang dibeli makin rendah harganya makin besar jumlah barang yang diminta. Singkatnya permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode waktu tertentu Fungsi Permintaan Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan fungsi permintaan maka kita dapat mengetahui hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dan variabel-variabel bebas (independent variable) (Rahardja 2004, h. 23). Dari asumsi tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi permintaan adalah fungsi yang menunjukkan atau menggambarkan hubungan antara variabel bebas dan variabel tidak bebas. Dengan adanya fungsi permintaan maka kita dapat mengetahui atau melihat berapa besar hubungan variabel bebas dengan variabel tidak bebas.

10 9 Penjelasan dimuka dapat dituliskan dalam bentuk persamaan matematis yang menjelaskan hubungan antara tingkat permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan (Rahardja 2004, h. 24). - +/ Dx = f (Px, Py, Y/cap, sel, pen, Pp, Ydist, prom) Dimana: Dx Px Py Y/cap Sel Pen Pp Ydist Prom = Permintaan akan barang X = Harga X = Harga Y (barang substitusi atau komplementer) = Pendapatan perkapita = Selera atau kebiasaan = Jumlah penduduk = Perkiraan harga barang X periode mendatang = Distribusi pendapatan = Upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi) Kurva Permintaan Menurut Sugiarto et.al (2002, h. 39) data yang diperoleh dari daftar permintaan tersebut dapat digunakan pula untuk menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu komoditas dengan jumlah komoditas tersebut yang diminta dalam suatu kurva permintaan. Kurva permintaan adalah gambaran dari sebuah data yang diinput dari daftar permintaan masyarakat terhadap suatu produk dalam periode waktu tertentu dan dihubungkan antara jumlah permintaan suatu produk dengan harga produk tersebut. Kurva permintaan juga membandingkan tinggi rendahnya permintaan suatu produk dalam waktu tertentu dan pada harga tertentu.

11 10 Kurva permintaan erat hubungannya antara harga dengan permintaan pada gilirannya akan menunjukkan hubungan yang erat antara harga dengan jumlah barang yang diminta (Rosyidi 2002, h. 239). Kurva permintaan sangat erat hubungannya antara harga suatu produk dengan permintaan barang tersebut yang menunjukkan atau mengkaitkan hubungan antara harga produk yang diminta dengan jumlah produk yang diminta sehingga terbentuklah kurva permintaan. h. 240) Berikut adalah contoh kurva permintaan akan padi menurut Rosyidi (2002, Tabel 1 Permintaan akan padi di pasar X Harga Perunit A 10 1 B 9 2 C 8 3 D 7 4 E 6 5 F 5 6 G 4 7 Sumber: Rosyidi 2002, h Jumlah yang Diminta Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat perbedaan jumlah permintaan pada berbagai tingkatan harga. Pada saat harga barang 10 jumlah permintaan 1, dan pada saat harga barang 4 jumlah permintaan meningkat menjadi 7. Dari tabel tersebut maka dapat digambarkan kurva permintaan sebagai berikut :

12 11 Kurva 1 Gambar 1 kurva permintaan Kurva permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah barang (output) yang diminta dengan harga barang perunit (atau harga barang per satuan). Kecuali dalam kasus khusus, kurva permintaan selalu berbentuk garis yang condong ke kanan bawah (Rosyidi 2002, h. 240). Kurva permintaan tersebut dapat dilihat garis permintaan terus bergerak dari kiri atas ke kanan bawah, maka oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa pada saat harga barang naik atau harga barang 10 pemintaan 1, pada saat harga barang 9 permintaan 2, pada saat harga barang 8 permintaan 3, pada saat harga barang 7 permintaan 4, pada saat harga barang 6 permintaan 5, pada saat harga barang 5 permintaan 6, dan pada saat harga barang 4 permintaan 7. Pada saat harga barang tinggi jumlah barang yang diminta sedikit dan pada saat harga barang mengalami penurunan maka jumlah permintaan terus meningkat. Setiap barang mengalami penurunan harga permintaan terus mengalami peningkatan, sebaliknya jika harga barang naik maka permintaan akan mengalami penurunan sehingga terbentuklah garis permintaan yang berbentuk miring, yang bergerak dari kiri atas ke kanan bawah.

13 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Dalam suatu permintaan ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya permintaan, berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menurut Rahardja (2004, h. 22) a. Harga barang itu sendiri b. Harga barang lain yang terkait c. Tingkat pendapatan perkapita d. Selera atau kebiasaan e. Jumlah penduduk f. Perkiraan harga dimasa mendatang g. Distribusi pendapatan h. Usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan A. Harga barang itu sendiri Dalam teori ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu komoditas terutama dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri dengan asumsi faktorfaktor lain tidak terjadi perubahan atau ceteris paribus (Sugiarto et.al, 2002, h. 38). Menurut Rahardja (2004, h. 22) jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap barang itu bertambah, begitu juga sebaliknya. Seperti halnya hukum permintaan, jika harga barang tinggi maka permintaan menurun dan sebaliknya, artinya salah satu faktor yang menentukan besar kecilnya jumlah permintaan akan barang tersebut adalah harga barang itu sendiri, jika harga barang itu sendiri harganya tinggi atau jauh dari titik keseimbangan (equilibrium) maka permintaan akan menurun. Sebaliknya jika

14 13 harga barang tersebut turun maka permintaan akan meningkat. Hal itu disebabkan karena kemampuan dan keinginan masyarakat sesuai seperti yang diharapkan. B. Harga barang lain yang terkait Menurut Rahardja (2004, h. 22) harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi kedua jenis barang tersebut mempunyai keterkaitan. Keterkaitan barang dapat berupa subsitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap). Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa permintaan akan barang tidak hanya tergantung pada harganya saja, tetapi juga pada harga barang lain, artinya suatu barang berpengaruh apabila terdapat dua barang yang saling terkait, keterkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan bersifat komplemen (pelengkap). Pada kedua barang tersebut terjadi perbedaan harga, produk A harga barang lebih rendah dari pada barang produk B maka jumlah permintaan terhadap barang A lebih banyak dibandingkan dengan permintaan produk B. Masyarakat yang biasanya membeli barang B kemungkinan besar akan beralih membeli barang A. Dengan adanya barang lain atau barang penganti maka konsumen tidak hanya bertumpu atau tergantung pada satu barang saja, jika sewaktu-waktu barang terjadi pengurangan produksi atau meningkatnya harga maka konsumen dapat beralih ke barang substitusi tersebut. Oleh sebab itu permintaan suatu barang juga dipengaruhi oleh barang lain. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut, hubungan antara suatu jenis barang dengan jenis lainya dapat dibedakan dalam tiga golongan yaitu: barang penganti (subsitusi), barang penggenap atau

15 14 pelengkap (komplementer), dan barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (netral). 1. Barang Pengganti (subsitusi) Suatu barang yang dinamakan barang pengganti apabila menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh. Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap barang yang digantikannya akan turun. 2. Barang pelengkap (komplementer) Suatu barang dikatakan barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain. Contohnya gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka permintaan terhadap suatu komoditas akan turun. 3. Barang netral Suatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak mempunyai kaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku. C. Tingkat pendapatan perkapita Tingkat pendapatan perkapita dapat mencerminkan daya beli. Makin tinggi pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat (Rahardja 2004, h. 23). Dapat disimpulkan bahwa, tingkat pendapatan perkapita sangat menentukan besar kecilnya daya beli seseorang. Apabila pendapatan meningkat maka daya beli juga meningkat, sebaliknya, apabila pendapatan menurun maka daya beli juga menurun. Oleh sebab itulah tingkat

16 15 pendapatan perkapita juga sangat menentukan besar kecilnya permintaan terhadap suatu barang. D. Selera atau kebiasaan Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera atau kebiasaan konsumen dari pola hidup suatu masyarakat. Menurut Rahardja (2004, h. 23) selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang. Beras misalnya, walaupun harganya sama, permintaan beras pertahun di Provinsi Maluku lebih rendah di bandingkan dengan Sumatera Utara. Selain kedua faktor permintaan di atas selera konsumen juga mempengaruhi permintaan, setiap orang mempunyai selera yang sangat berbedabeda tergantung pada kualitas dan cita rasa suatu barang, sedangkan kebiasaan adalah suatu barang yang dikonsumsi setiap hari seperti makanan pokok. E. Jumlah penduduk Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau kebiasaan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar pula permintaan terhadap barang tersebut. Menurut Rahardja (2004, h. 23) sebagai makanan pokok rakyat Indonesia, maka permitaan beras berhubungan positif dengan jumlah penduduk. Makin banyak jumlah penduduk, permintaan beras makin banyak. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, permintaan suatu barang di Indonesia sangat berhubungan dengan jumlah penduduk, semakin tinggi jumlah penduduk maka jumlah konsumsi akan semakin meningkat sehingga mempengaruhi permintaan suatu barang tersebut. Jumlah penduduk sangat menentukan tinggi rendahnya permintaan suatu barang, karena semakin tinggi

17 16 jumlah penduduk semakin tinggi konsumen untuk mengkonsumsi suatu barang dan produksi barang tersebut akan meningkat dikarenakan permintaan yang tinggi. Jumlah penduduk sangatlah berpengaruh terhadap permintaan, karena penduduklah yang menjadi konsumen dan yang mengkonsumsi barang tersebut. Semakin banyak konsumen maka semakin banyak barang tersebut yang dikonsumsi dan makin banyak permintaan barang tersebut untuk diproduksikan. Sebaliknya semakin sedikit konsumen maka semakin sedikit pula jumlah konsumsi sehingga permintaan hanya setara dengan jumlah penduduk atau permintaan rendah. F. Perkiraan harga dimasa mendatang Menurut Rahardja (2004, h. 23) bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik membeli barang itu sekarang, sehingga mendorong orang membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa yang akan datang. Bila kita memperkirakan tentang harga suatu barang akan naik, maka akan lebih baik membeli barang tersebut sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa depan. Sebelum barang mengalami kenaikan harga dan adanya isu kenaikan harga suatu barang maka permintaan terhadap barang yang akan mengalami kenaikan terjadi peningkatan sebelum kenaikan harga terjadi karena masyarakat akan membelinya dan menyimpan sebagai stok cadangan barang tersebut untuk konsumsi kedepannya guna lebih menghemat atau mengurangi pengeluaran. Oleh

18 17 sebab itu perkiraan harga dimasa yang akan datang juga dapat mempengaruhi permintaan akan suatu barang. G. Distribusi pendapatan Tingkat pendapatan perkapita bisa memberikan kesimpulan yang salah bila distribusi pendapatan buruk. Jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun. Menurut Rahardja (2004, h. 23) jika distribusi pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap suatu barang menurun. Distribisi pendapatan masyarakat juga sangat menentukan tinggi rendahnya suatu barang, pendapatan masyarakat yang tinggi mampu mendorong masyarakat memenuhi keinginanya, dengan pendapatan yang tinggi maka mampu memenuhi keinginan masyarakat untuk membeli barang tersebut sehingga permintaan terhadap barang tersebut meningkat karena daya beli dan pendapatan masyarakat meningkat. Sebaliknya, jika pendapatan masyarakat buruk atau rendah maka permintaan terhadap barang tersebut ikut rendah dikarenakan daya beli atau kemampuan untuk membeli barang tersebut tidak ada. Keinginan tanpa diiringi dengan pendapatan yang cukup maka hanya tinggal keinginan saja, keinginan yang diiringi dengan pendapatan yang cukup maka keinginan tersebut akan terpenuhi. Keinginan yang diiringi dengan pendapatan yang cukup mampu mendorong seseorang untuk membeli suatu barang, semakin tinggi pendapatan penduduk maka semakin tinggi kemungkinan penduduk membeli barang tersebut. Dengan banyaknya penduduk membeli barang tersebut otomatis permintaan terhadap barang tersebut terjadi peningkatan.

19 18 H. Usaha-usaha produsen untuk meningkatkan penjualan Menurut Rahardja (2004, h. 23) dalam perekonomian yang modern, bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha-usaha promosi kepada pembeli sering mendorong orang untuk membeli banyak dari pada biasanya. Peranannya dalam mempengaruhi masyarakat untuk membeli barang tersebut. Dengan meningkatnya usaha-usaha lain maka akan terjadi persaingan, persaingan inilah yang membuat permintaan antara salah satu barang tersebut akan meningkat penjualannya karena permintaan dari masyarakat bertambah. Usaha-usaha lain yang memproduksi barang yang fungsinya sama adalah sebuah ancaman bagi barang tersebut dimana akan terjadi persaingan antara produsen untuk menarik konsumen membeli barang tersebut yang nantinya berpengaruh terhadap permintaan. Hal ini menjadi ancaman serius dikarenakan konsumen akan beralih membeli barang yang dijual oleh usaha-usaha yang sedang meningkat penjualannya Elastisitas Permintaan Konsumen biasanya membeli barang lebih dari satu pada saat harga barang turun, pendapatan meningkat, harga barang subsitusi naik, atau ketika barang komplemen turun. Untuk mengukur perubahan-perubahan atau berapa besar konsumen merespon perubahan dalam variabel-variabel tersebut, para ekonom menggunakan konsep elastisitas (elasticity). Menurut Mankiw (2003, h. 108) elastisitas harga permintaan (price elasticity of demand) mengukur berapa besar jumlah permintaan berubah seiring

20 19 perubahan harga. Permintaan suatu barang dikatakan elastis apabila jumlah permintaan berubah banyak karena harga berubah, sedangkan permintaan dikatakan inelastis apabila jumlah permintaan mengalami sedikit perubahan ketika harga berubah. Menurut Sugiarto et.al (2002, h. 102) secara umum elastisitas permintaan dapat dibagi menjadi: a. Elastisitas permintaan terhadap harga b. Elastisitas permintaan silang c. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan A. Elastisitas permintaan terhadap harga Elastisitas permintaan terhadap harga (ηp, catatan huruf η dibaca eta), mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harganya berubah. Jadi elastisitas permintaan adalah ukuran kepekaan terhadap perubahan jumlah komoditas tersebut dengan yang diminta terhadap perubahanperubahan komoditas tersebut dengan asumsi citeris paribus. (Sugiarto et.al, 2000, h. 103). Elastisitas permintaan terhadap harga (Ep) mengukur berapa persen perubahan permintaan terhadap suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen (Rahardja, 2004, h. 49). Atau

21 20 Angka elastisitas permintaan terhadap harga bernilai negatif. Ep = -2 mempunyai arti bila harga barang naik 1 persen, permintaan terhadap barang itu turun 2 persen. Begitu juga sebaliknya. Semakin besar nilai negatifnya, semakin elastis permintaannya, sebab perubahan permintaan jauh lebih besar dibanding perubahan harga. Angka Ep dapat disebut dalam nilai absolut. Ep = 2, artinya sama dengan Ep = -2. B. Elastisitas permintaan silang (cross price elasticity of demand = (Ec)) Koefesien yang menunjukkan besarnya perubahan permintaan suatu komoditas apabila terjadi perubahan harga komoditas lain dinamakan elastisitas permintaan silang. Koefesien elastisitas permintaan silang sering digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan komplemen atau subsitusi diantara berbagai komoditas (Sugiarto et.al 2000, h. 124) Rumus permintaan silang antara komoditas X dengan Komoditas Y adalah: (QDX1 - QDX0) ηc = PY0

22 21 Tanda dari elastisitas permintaan silang akan tergantung kepada apakah komoditas yang terkait merupakan komoditas pelengkap atau komoditas pengganti dari suatu komoditas yang sedang menjadi topik pembicaraan. Untuk komoditas pelengkap (complement), elastisitas silang bernilai negatif (contoh mobil dengan bahan bakarnya). Dalam hal ini, jumlah komoditas X yang diminta berubah kearah yang bertentangan dengan perubahan harga komoditas Y. Sedangkan untuk komoditas pengganti (subsitusi), elastisitas silangnya adalah positif, dalam hal ini permintaan atas suatu komoditas berubah kearah yang sama dengan perubahan harga komoditas penggantinya (contohnya mobil BMW dan Mercedes). C. Elastisitas permintaan terhadap pendapatan (income elasticity of demand = η1) Elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang berguna untuk menunjukkan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap perubahan pendapatan (income). Nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk membedakan komoditas apakah termasuk dalam kategori komoditas mewah, normal, atau inferior (Sugiarto et.al, 2000, h. 129). Rumus elastisitas terhadap pendapatan adalah sebagai berikut: (QDX1 QDX0) ηi = I0

23 22 berikut: Acuan umum pengelompokan kategori suatu komoditas adalah sebagai ηi : - komoditas inferior (komoditas bermutu rendah) ηi : + komoditas normal ηi : > komoditas mewah ηi : < komoditas kebutuhan pokok Komoditas normal dan komoditas mewah memiliki elastisitas permintaan pendapatan positif, karena antara perubahan pendapatan dan perubahan permintaan bergerak searah. Sedangkan komoditas inferior memiliki elastisitas permintaan terhadap pendapatan negatif karena perubahan pendapatan dan perubahan jumlah komoditas yang dibeli bergerak ke arah yang berbalikan Beras Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi kehidupan sosial ekonomi di Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir sebagian besar penduduk Indonesia membutuhkan beras sebagai makanan utamanya di samping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar. Pengenalan komoditi beras kepada masyarakat bukan pengkonsumsi nasi telah mengakibatkan permintaan beras mengalami peningkatan sepanjang tahun.

24 Pengertian Beras Beras merupakan butiran buah padi yang berwarna putih yang telah dipisahkan dari kulitnya (sekam). Beras merupakan salah satu makanan pokok yang wajib terpenuhi dalam kebutuhan sehari-hari. Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luar (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras (id.m.wikipedia.org/wiki/beras.akses 5 maret 2014). Selain untuk dimasak menjadi nasi, beras juga dapat diolah menjadi berbagai makanan lainnya, contohnya seperti tepung yang banyak digunakan dalam pembuatan kue dan sebagainya. Beras adalah makanan pokok yang berpati yang banyak dikonsumsi oleh penduduk Indonesia. Hampir 50 persen jumlah kalori dan hampir 50 persen jumlah kosumsi protein berasal dari beras. Beras adalah makanan pokok rakyat Indonesia. Dari beras kemudian akan diolah menjadi nasi yang merupakan makanan utama hampir sebagian besar penduduk. Selain karbohidrat, beras juga mengandung protein, vitamin dan mineral. Vitamin yang dikandung oleh beras yaitu vitamin b-1 ( tiamin ) banyak terdapat pada bagian kulit arinya ( manfaat-beras.html.akses. 5 maret 2014). Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa beras adalah bahan makanan yang memenuhi nutrisi dalam tubuh. Beras banyak mengandung vitamin, mineral dan protein yang diperlukan oleh tubuh. Secara umum beras dibagi menjadi dua jenis yaitu:

25 24 1. Beras putih Beras putih merupakan jenis beras yang ditanak menjadi nasi untuk dikonsumsi secara rutin. 2. Beras ketan Ketan adalah jenis beras yang tidak dikonsumsi secara rutin, beras ketan biasa dijadikan sebagai bahan pembuatan kue. Beras juga digunakan sebagai bahan pembuat berbagai macam penganan dan kue-kue, utamanya dari ketan, termasuk pula untuk dijadikan tapai ( padi.akses 21 maret 2014). Dari uraian tersebut jelas bahwa beras ketan dan beras putih sama-sama memiliki banyak manfaat bagi tubuh, selain mengenyangkan kandungan kabohidrat dan protein yang tinggi yang terkandung dalam beras mampu memenuhi karbohidrat dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Maka tidak heran hampir seluruh penduduk Indonesia bahkan dunia menjadikan beras sebagai makanan sehari-hari atau makanan pokoknya. Adapun sebagian kecil yang tidak mengkonsumsi beras mungkin mempunyai faktor-faktor lain seperti kelangkaan beras, daerah-daerah yang tidak ditumbuhi tanaman padi dan sebagainya. Dibawah ini dapat dilihat perbandingan kandungan karbohidrat, lemak, dan protein dari setiap 100 gram bahan makanan:

26 25 Tabel 2 Kandungan karbohidrat, lemak dan protein Nama Bahan Makanan Karbohidrat (kalori) Lemak (kalori) Protein (kalori) 1 Beras Tumbuk 76 1,9 7,5 2 Beras Giling 79 0,7 7 3 Jagung Putih Jagung Kuning Ketela Pohon 32 0,3 0,8 6 Kentang 19 0,1 2 7 Sagu 85 0,2 0,7 Sumber: Derekorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam Sugeng HR 2001, h. 2. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa beras tumbuk karbohidratnya 76 lemak 1,9 dan protein 7,5. Beras giling karbohidratnya 79, lemak 1,7 dan protein 7. Itu artinya beras kaya akan kandungan karbohidrat dan proteinnya. Dari ketujuh bahan makan tersebut sagu yang paling tinggi mengandung karbohidrat, akan tetapi protein yang dikandung sagu rendah. Sedangkan beras protein yang dikandungnya hampir setara tinggi dengan karbohidrat Perumusan Hipotesis Berdasarkan Latar Belakang dan Tinjauan Teoritis yang telah dipaparkan, maka dapat dikemukakan hipotesis berikut: Diduga faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat adalah Jumlah Produksi Beras, Harga Beras, dan Jumlah Penduduk.

27 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitis deskriptif. Salah satu bentuk analisis adalah kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Mengelompokkan, atau memisahkan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, juga merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan data mudah dikelola (Kuncuro 2009, h. 192). Data yang digunakan adalah data time series selama 10 tahun dari tahun 2004 sampai tahun 2013 meliputi data permintaan beras, jumlah produksi beras, dan jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat. Lokasi penelitian secara sengaja atau purposive. Lokasi yang dipilih adalah Kabupaten Aceh Barat bahwa peneliti dekat dengan sumber penelitian karena peneliti bertempat tinggal di Kabupaten Aceh Barat. Selain itu peneliti memilih Kabupaten Aceh Barat sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa penduduk Kabupaten Aceh Barat bertambah setiap tahunnya. Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat maka dengan otomatis permintaan akan beras juga akan bertambah setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan pokok, dikarenakan seluruh penduduk Kabupaten Aceh Barat mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya.

28 Data Penelitian Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain, diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Urusan Logistik (BULOG) Kabupaten Aceh Barat dan Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Barat. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dari tahun 2004 sampai tahun 2013 meliputi data permintaan beras, harga beras, dan jumlah penduduk serta data pendukung lainnya Teknik Pengumpulan Data Secara singkat dapat dikatakan bahwa data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Peneliti dapat mencari data ini melalui data sekunder (Kuncoro, 2009, h.148). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik kuantitatif dengan mendatangani instansi-instansi yang relevan yaitu BPS, Dinas Pertanian, BULOG, Perpustakaan Daerah Kabupaten Aceh Barat untuk memperoleh data dalam penelitian ini Model Analisis Data Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Hubungan permintaan beras dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis dengan model regresi linier beganda (Sugiono, 2012, h.276). Secara matematis model yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3

29 28 Dimana: Y a b X1 X2 ` = permintaan beras (Kg) = konstanta = koefesien regresi = produksi beras tahun t (Kg) = harga beras tahun t (Rp/Kg) X3 = jumlah penduduk (jiwa) Untuk menguji hasil perhitungan agar tidak menghasilkan persamaan yang bias, maka dilakukan uji statistik yaitu uji t dan uji F Definisi Operasional Variabel Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari 4 variabel independen yakni X1 produksi beras, X2 harga beras, X3 jumlah penduduk. Masing-masing variabel tersebut didefinisikan dan dioperasionalkan sebagai berikut: 1. Permintaan beras (Y) adalah mencakup keseluruhan permintaan beras dari tahun 2004 sampai tahun 2013, yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg). 2. Produksi beras, pernyataan tentang jumlah produksi beras diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan BULOG Kabupaten Aceh Barat, yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg). 3. Harga beras, yaitu pernyataan tentang harga beras dari Badan Urusan Logistik (BULOG) Kabupaten Aceh Barat, yang dihitung dalam satuan rupiah perkilogram (Rp/Kg). 4. Jumlah penduduk, yaitu jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat yang diperoleh dari BPS Kabupaten Aceh Barat yang dihitung dalam satuan jiwa.

30 Pengujian Hipotesis a. Uji Signifikansi Individual (uji Statistik t) Uji signifikan parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel bebas (Produksi Beras, Harga Beras, dan Jumlah Penduduk) terhadap variabel terikat (Permintaan Beras) secara individual (Hasan 2002, h. 241). b. Uji F Uji hipotesis ini berguna untuk memeriksa atau menguji apakah koefesien regresi yang didapat signifikan atau tidak. Uji F ini diperuntukkan guna melakukan uji hipotesis koefesien regresi secara bersamaan yaitu antara X1, X2, dan X3 terhadap Y (Nachrowi dan Usman, 2006, h.16-17) Hipotesa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. H₀ ; β = 0, produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk yang diteliti secara bersama-sama tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat. b. Hı ; β 0, produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat. Kriteria hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah: a. Apabila thitung > ttabel, maka H₀ ditolak dan Hı diterima, artinya terdapat pengaruh yang nyata antara produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

31 30 b. Apabila thitung < ttabel, maka H₀ diterima dan Hı ditolak artinya tidak terdapat pengaruh yang nyata antara produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat. Kriteria uji F, hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah: a. Apabila Fhitung > Ftabel maka H₀ ditolak dan Hı diterima, artinya secara bersamaan terdapat pengaruh yang nyata antara produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat. b. Apabila Fhitung < Ftabel maka H₀ diterima dan Hı ditolak, artinya secara bersamaan tidak terdapat pengaruh yang nyata antara produksi beras, harga beras, dan jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat.

32 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Beras Produksi padi di Kabupaten Aceh Barat terus terjadi penurunan dari tahun ke tahun hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi yang mengakibatkan produksi padi terus menurun dapat dilihat dalam tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Produksi Padi di Kabupaten Aceh Barat tahun No Tahun Jumlah produksi padi (Kg) Sumber: Dinas Pertanian dan Perternakan Kabupaten Aceh Barat (Data diolah 2014) Berdasarkan tabel 3 tersebut dapat kita lihat bahwa produksi padi di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2003 sebasar kilo gram. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2004 produksi meningkat sebesar kilo gram dan pada tahun 2005 jumlah produksi padi di Kabupaten Aceh Barat menurun menjadi kilo gram yang disebabkan oleh becana gempa dan tsunami yang melanda Aceh. Selanjutnya tahun 2006 jumlah produksi padi terus menurun yaitu sebesar

33 kilo gram. Tahun 2007 jumlah produksi padi meningkata sebesar kilo gram. Penurunan produksi padi pada tahun 2008 kembali terjaadi yaitu sebesar kilo gram. Pada tahun 2009 jumlah produksi padi di Kabupaten Aceh Barat juga menurun dari tahun sebelumnya yaitu sebesar kilo gram dan pada tahun 2010 jumlah produksi padi di Kabupaten Aceh Barat meningkat dari tahun sebelumnya yaitu kilo gram. Tahun 2011 kembali menurun menjadi kilo gram dan pada tahun 2012 jumlah produksi padi terus menurun yaitu sebesar kilo gram. Hasil wawancara dengan Kepala Badan Urusan Logistik (BULOG) Meulaboh untuk mengetahui jumlah produksi beras di Kabupaten Aceh Barat dihitung dengan cara jumlah produksi gabah atau padi pertahun dikalikan dengan 63 persen, karena rata-rata perkilo gram padi mengahasilkan 63 persen beras. Berikut ini merupakan tabel produksi beras di Kabupaten Aceh Barat: Tabel 4 Produksi beras di Kabupaten Aceh Barat Tahun No Tahun Produksi beras (Kg) Sumber: BULOG Meulaboh (Data diolah 2014)

34 33 Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat kita lihat jumlah produksi beras pada tahun 2003 adalah kilo gram dan pada tahun 2004 jumlah produksi beras di Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar kilo gram. Pada tahun 2005 produksi beras di Kabupaten Aceh Barat menurun menjadi kilo gram yang disebabkan oleh bencana gempa dan tsunami melanda Aceh pada akhir tahun 2004 sehingga menghambat transportasi pengangkutan barang-barang dan lainlain yang dibutuhkan oleh petani. Tahun 2006 jumlah produksi beras semakin menurun dari tahun sebelumnya menjadi kilo gram, hal tersebut karena banyak beras bantuan jatah hidup (jadup) yang dibagikan kepada korban gempa dan tsunami di Kabupaten Aceh Barat sehingga petani hanya menunggu beras bantuan tersebut. Pada tahun 2007 jumlah produksi beras mengalami sedikit peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar kilo gram, dan pada tahun 2008 jumlah produksi beras di Kabupaten Aceh Barat kembali mengalami penurunan produksi menjadi kilo gram. Pada tahun 2009 produksi beras di Kabupaten Aceh Barat juga mengalami penurunan menjadi kilo gram. Pada tahun 2010 produksi beras mengalami peningkatan produksi dari tahun sebelumnya yaitu sebesar kilo gram, tetapi tahun 2011 produksi beras kembali menurun dari tahun sebelumnya yang hanya berproduksi sebanyak kilo gram, dan pada tahun 2012 produksi beras di Kabupaten Aceh Barat juga mengalami penurunan yaitu menjadi kilo gram. Erosi banjir sepanjang tebing sungai krueng (sungai) meureubo dan krueng woyla yang merusak perkebunan warga mengakibatkan produksi beras di Kabupaten Aceh Barat menurun, daerah-daerah yang rawan banjir di kabupaten Aceh Barat adalah Kecamatan Pante Ceureumen, Panton Reue, Woyla Barat,

35 34 Woyla Timur, Arongan Lambalek, Johan Pahlawan, Meureubo dan Kaway XVI. Selain itu jumlah penduduk yang terus bertambah dari tahun ketahun mengakibatkan beberapa lahan pertanian dirubah fungsi mendirikan bangunan atau rumah sehingga lahan pertanian semakin menyempit atau berkurang Harga Beras Harga beras di Kabupaten Aceh Barat terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, hal tersebut dapat dilihat dalam tebel 5 berikut ini : Tabel 5 Harga beras di Kabupaten Aceh Barat Tahun No Tahun Harga beras (Rp/Kg) Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat (data diolah 20014) Bedasarkan tabel 5 tersebut menunjukkan bahwa harga beras pada tahun 2003 senilai Rp per kilo gram, pada tahun 2004 harga beras di Kabupaten Aceh Barat tidak mengalami peningkatan yaitu masih senilai Rp per kilo gram. Pada tahun 2005 harga beras di Kabupaten Aceh Barat mengalami peningkatan yaitu senilai Rp perkilo gram dan pada tahun 2006 harga beras di Kabupaten Aceh Barat terus meningkat yaitu senilai Rp perkilo gram. Pada tahun 2007 harga beras di Kabupaten Aceh Barat juga mengalami peningkatan yaitu senilai Rp perkilo gram dan pada tahun 2008 harga beras

36 35 juga mengalami peningkatan menjadi Rp perkilo gram. Pada tahun 2009 harga beras di Kabupaten Aceh Barat terus mengalami peningkatan yaitu sebesar Rp perkilo gram dan pada tahun 2010 harga beras menjadi Rp perkilo gram. Pada tahun 2011 harga beras di Kabupaten Aceh Barat meningkat lagi menjadi Rp perkilo gram dan pada tahun 2012 harga beras di Kabupaten Aceh Barat adalah sebesar Rp perkilo gram. Harga beras di Kabupaten Aceh Barat terus terjadi peningkatan dari tahun ke tahun hal tersebut di sebabkan oleh beberapa faktor. Hasil wawancara dengan kepala BULOG Meulaboh faktor pertama yang mempengaruhi kenaikan harga yaitu pengaruh piskologis kenaikan harga pembelian pemerintah tahun 2010 sebesar 10 persen sesuai dengan inpres No.7 Tahun 2009 tentang kebijakan perberasan. Kedua mundurnya masa tanam karena Aceh barat sendiri menanam padi masih bergantung pada alam (curah hujan) yang mengakibatkan mundurnya panen, sehingga masa penceklik menjadi lebih panjang. Ketiga beras bersubsidi yang belum berjalan optimal. Keempat isu pedagang dengan gencarnya tentang keinaikan harga beras dunia. Kelima spekulasi keniakan harga pupuk yang diberlakukan mulai april Keenam stok petani, pengilingan dan pedagang relative menipis Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat memiliki tingkat pertumbuhan yang pesat dari tahun ketahun, hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

37 36 Tabel 6 Jumlah Penduduk di Kabupaten Aceh BaratTahun No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Sumber: BPS Kabupaten Aceh Barat (Data diolah 2014) Berdasarkan tabel 6 tersebut dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat tahun 2003 jumlah penduduk sebanyak jiwa, pada tahun 2004 jumlah penduduk menurun yaitu menjadi jiwa dan pada tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat juga menurun yatu menjadi jiwa. Penurunan jumlah penduduk ini disebabkan banyaknya jumlah kematian akibat gempa dan tsunami yang melanda Kabupaten Aceh Barat dan daerah sekitar pada tanggal 26 Desember Selanjutnya pada tahun 2006 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat meningkat dari tahun sebelumnya yaitu jiwa. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat juga meningkat yaitu menjadi jiwa. Pada tahun 2008 jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Barat juga terus meningkat dari tahun sebelumnya yaitu jiwa dan pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat berjumlah sebanyak jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat jiwa. Pada tahun 2011 menjadi jiwa dan pada tahun 2012 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat adalah sebanyak jiwa.

38 Permintaan Beras Hasil wawancara dengan kepala Badan Urusan Logistik (BULOG) Meulaboh jumlah konsumsi beras rata-rata penduduk di Kabupaten Aceh Barat perhari 0,4 Kilo gram perorang. Untuk mengetahui jumlah permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat maka 0,4 kilo gram dikalikan dengan jumlah penduduk dikali 365 hari (pertahun). Berikut merupakan tabel permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat: Tabel 7 Jumlah Permintaan Beras di Kabupaten Aceh Barat tahun No Tahun Permintaan beras (kg) Sumber: BULOG Meulaboh (Data diolah 2014) Dari tebel 7 dapat dijelaskan bahwa permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat tahun 2003 adalah sebesar kilo gram, tahun 2004 jumlah permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat meningkat menjadi kilo gram. Pada tahun 2005 jumlah permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat menurun kilo gram dikarenakan banyak orang meninggal dunia yang diakibatkan oleh gempa dan tsunami pada akhir tahun Pada tahun 2006 permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat mengalami peningkatan yaitu sebesar kilo gram dan tahun 2007 juga mengalami peningkatan yaitu sebesar kilo gram. Pada

39 38 tahun 2008 permintaan beras terus mengalami peningkatan yaitu sebesar Tahun 2009 menjadi kilo gram dan tahun 2010 sebaesar kilo gram. Pada tahun 2011 permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat terus meningkat menjadi kilo gram, dan pada tahun 2012 sebesar kilo gram Selisih Produksi Beras Dengan Permintaan Beras Permintaan dan produksi beras di kabupaten aceh barat di kabupaten aceh barat mempunyai selisih. Berikut merupakan tabel selisih permintaan beras dengan produksi beras: Tabel 8 Jumlah Selisih Produksi Beras dengan Permintaan Beras No Tahun Produksi Beras Permintaan Beras Selisih (Kg) (Kg) (Kg) Sumer: Dinas Pertanian dan Perternakan, BULOG Meulaboh (Data di olah 2014) Berdasarkan tabel 8 tersebut dapat kita lihat bahwa pada tahun 2003 selisih produksi beras dengan permintaan beras di Kabupaten aceh barat adalah sebesar kilo gram maka produksi beras lebih besar dari pada permintaan beras, selisih tersebut merupakan selisih terbesar dalam kurun waktu Tahun selanjutnya yaitu tahun 2004 selisih produksi beras dengan permintaan menurun adalah sebesar kilo gram artinya produksi juga lebih besar dari pada

40 39 permintaan beras. Tahun 2005 selisih permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat juga menurun sebesar 14.8 kilo gram menunjukkan masih besar produksi dari pada permintaan beras. Selisih permintaan beras pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2006 adalah kilo gram hal itu terjadi karena produksi padi menurun akibat benjana gempa dan tsunami pada akhir 2014 melanda aceh, artinya produksi beras lebih kecil dari pada permintaan. Tahun 2007 selisihnya meningkat dari tahun sebelumnya adalah sebesar kilo gram hal tersebut menunjukan bahwa produksi lebih besar dari pada permintaan beras. Tahun 2008 juga meningkat kilo gram juga lebih besar produksi di banding permintaan. Tahun 2009 selisih produksi dan permintaan beras kembali menurun dari tahun sebelumnya yaitu kilo gram namun masih besar jumlah produksi di bandingkan dengan permintaan beras. Pada tahun 2010 selisih produksi beras dengan permintaan beras adalah sebesar koli gram juga besar masih besar jumlah produksi beras. Tahun 2011 selisihnya sebesar kilo gram besar produksi di banding permintaan dan pada tahun 2012 selisih produksi beras dengan permintaan beras di Kabupaten Aceh Barat menurun yaitu kilo gram juga besar produksi di bandingkan permintaan beras Hasil Pengujian Hipotesis Bagian ini penulis akan membahas tentang analisis faktor-faktor yang pengaruh permintaaan beras di Kabupaten Aceh Barat yang akan dianalisis menggunakan model analisis regresi linier berganda yang diolah dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Dari hasil penelitian diperoleh hasil akhir sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan alat penggiling serta alat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pangan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan wilayah,

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN

PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN KONSEP PERMINTAAN Permintaan keinginan konsumen membeli barang pd berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Faktor-faktor yg mempengaruhi permintaan : Harga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan

Lebih terperinci

Harga (Pq) Supply (S)

Harga (Pq) Supply (S) I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan pemecahan masalah-masalah aktual yang

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat perannya sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternak sebelumnya dari pembangunan jangka panjang. Pemerintah telah

I. PENDAHULUAN. peternak sebelumnya dari pembangunan jangka panjang. Pemerintah telah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perternakan merupakan sektor yang memiliki peluang yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha dimasa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk-produk perternakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP HARGA Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Pada bab ini akan disampaikan beberapa kajian pustaka mengenai teori permintaan, elastisitas permintaan dan BBM. 2.1.1 Teori

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: 04 Pusat Pengantar Ekonomi Mikro Elastisitas Permintaan dan Penawaran Bahan Ajar dan E-learning Definisi Elastisitas Suatu pengertian yang menggambarkan derajat kepekaan perubahan suatu variabel

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi, Libria Widiastuti (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta) Email: triardewi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di wilayah tropis. Sehingga berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian padi bagi Indonesia sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar penduduk, sementara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di Indonesia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa harus menjadikan kondisi tersebut sebagai titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia ataupun hewan. Di Indonesia, jagung merupakan makanan pokok kedua setelah padi. Sedangkan berdasarkan urutan

Lebih terperinci

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN 1. Permintaan dan penawaran 2. biaya, produksi, dan keuntungan TIK : Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan prinsip ekonomi yang diterapkan dalam kegiatan pertanian PERMINTAAN

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Komoditas ini mendapatkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM KARAKTERISTIK DAN ARAH PERUBAHAN KONSUMSI DAN PENGELUARAN RUMAH TANGGA Oleh : Harianto

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan

Lebih terperinci

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan

Lebih terperinci

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi manusia. Pangan yang bermutu, bergizi, dan berimbang merupakan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan,

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan, Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore Kurva Permintaan, - Demand (Permintaan) adalah kuantitas barang atau jasa yg. rela atau mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

Materi 5 Ekonomi Mikro

Materi 5 Ekonomi Mikro Materi 5 Ekonomi Mikro Mekanisme Pasar : Permintaan dan Penawaran Tujuan Pembelajaran : Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep dan mekanisme pasar dalam hal permintaan dan penawaran, dan keseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN Teori dan Elastisitas Permintaan ANALISIS PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PASAR Permintaan yang secara relatif stabil memungkinkan operasi produksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beras sebagai salah satu bahan pangan pokok memiliki nilai strategis dan mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi, lingkungan dan sosial politik.

Lebih terperinci

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON 103 6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON 6.1 Pendahuluan Penyediaan pangan masih merupakan masalah penting di Indonesia. Sumber daya manusia Indonesia perlu dibangun agar tangguh dan kuat, dari

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH KODE : Sosial Humaniora ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH Zaenul Laily 1*, Wahyu Dyah Prastiwi 2 dan Hery Setiyawan 3 1 2 3 Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Permintaan Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan kualitas. yang bergizi seimbang dan permintaan pasar global.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan kualitas. yang bergizi seimbang dan permintaan pasar global. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, daya beli, taraf hidup, kapasitas dan kemandirian serta akses masyarakat

Lebih terperinci

Modul 3. Elastisitas Permintaan Dan Penawaran

Modul 3. Elastisitas Permintaan Dan Penawaran Modul 3. Elastisitas Permintaan Dan Penawaran Deskripsi Modul Ketika diperkenalkan tentang konsep permintaan, kita lihat bahwa para konsumen biasanya membeli lebih dari satu barang ketika harga turun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, definisi Undang-Undang Pangan No.7 tahun 1996 menjelaskan, pangan adalah segala sesuatu yang berasl dari sumber hayati dan air, baik yang diolah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2. 1 Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

Pertemuan Ke 3 dan 4. Pengantar Ilmu Ekonomi FP UNJA

Pertemuan Ke 3 dan 4. Pengantar Ilmu Ekonomi FP UNJA Pertemuan Ke 3 dan 4 Pengertian dan ruang lingkup ilmu ekonomi Mekanisme Pasar (Permintaan, Penawaran dan Harga) Konsep Elastisitas Teori Konsumsi Teori Produksi Teori Bentuk Pasar Perhitungan Pendapatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak meledaknya pertumbuhan penduduk dunia dan pengaruh perubahan iklim global yang makin sulit diprediksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia beras mempunyai bobot yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cocok dan mendukung untuk digunakan dalam budidaya tanaman, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. cocok dan mendukung untuk digunakan dalam budidaya tanaman, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan Geografis Indonesia termasuk Jawa Tengah yang merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada diwilayah khatulistiwa sangat cocok dan mendukung

Lebih terperinci

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN Jika terjadi kegagalan panen maka dapat digambarkan sebagai pergeseran kurva penawaran kekiri, yaitu dari S ke S Gambar 4.1(i) menggambarkan suatu kasus

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau mensejahterakan seluruh rakyatnya, kesejahteraan rakyat sendiri adalah kondisi di mana terpenuhinya kebutuhan dasar

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Pengantar Ilmu Ekonomi Pertemuan ke-lima Pokok bahasan pertemuan ke-5 Teori permintaan dan kurva permintaan. Efek Perubahan harga dan non harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang didukung oleh sektor pertanian. Salah satu sektor pertanian tersebut adalah perkebunan. Perkebunan memiliki peranan yang besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri dari 17 Kecamatan dan 237 Desa, dan 6 Kelurahan definitif. Wilayah Serdang Bedagai di sebelah

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA 5.1. Hasil Estimasi Model Hasil estimasi model dalam penelitian ini ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4 sampai Lampiran

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN 1 Pokok Bahasan 1. Pendahuluan 2. Elastisitas harga permintaan 3. Hal-hal yang mempengaruhi elastisitas permintaan 4. Elastisitas penawaran 5. Elastisitas silang 6.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di 1 BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Salah satu produk makanan paling penting di dunia adalah beras, terutama di benua Asia karena beras menjadi makanan pokok masyarakatnya, didukung pula oleh petani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN. LECTURE NOTE AGRONIAGA By: Tatiek Koerniawati

ELASTISITAS PERMINTAAN. LECTURE NOTE AGRONIAGA By: Tatiek Koerniawati ELASTISITAS ERMINTAAN LECTURE NOTE AGRONIAGA By: Tatiek Koerniawati Elastisitas Harga Elastisitas harga adalah rasio yang menyatakan persentase perubahan kuantitas dibagi dengan persentase perubahan harga.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan merupakan negara yang komoditas utama nya adalah beras. Beras merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia. Pangan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2012 bahwa pangan adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN GULA PASIR DI KOTA MEDAN ANALYSIS THE FACTORS THAT INFLEUENCE THE SUGAR DEMAND IN MEDAN CITY

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN GULA PASIR DI KOTA MEDAN ANALYSIS THE FACTORS THAT INFLEUENCE THE SUGAR DEMAND IN MEDAN CITY Abstrak ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN GULA PASIR DI KOTA MEDAN ANALYSIS THE FACTORS THAT INFLEUENCE THE SUGAR DEMAND IN MEDAN CITY 1)Fachreza, 2)Satia Negara dan 3)Salmia 1) Alumni

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat

TINJAUAN PUSTAKA Teori Penawaran dan Kurva Penawaran. (ceteris paribus) (Lipsey et al, 1995). Adapun bentuk kurva penawaran dapat 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Penawaran dan Kurva Penawaran Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga sesuatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut

Lebih terperinci

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan adalah kebutuhan pokok sekaligus menjadi esensi kehidupan manusia, karenanya hak atas pangan menjadi bagian sangat penting dari hak azasi manusia. Ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki luas wilayah yang besar. Negara yang terdiri dari banyaknya pulau ini tentunya juga memiliki jumlah daratan yang banyak. Besarnya

Lebih terperinci

ELASTISITAS. Ngatindriatun PERTEMUAN 4 & 5

ELASTISITAS. Ngatindriatun PERTEMUAN 4 & 5 ELATIITA Ngatindriatun ERTEMUAN 4 & 5 engertian Elastisitas Elastisitas menggambarkan reaksi kepekaan produsen atau konsumen yang disebabkan adanya faktor tertentu yang mempengaruhi konsumen untuk membeli

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi 53 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang berfungsi sebagai pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian pangan menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2004 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah maupun yang tidak

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Dionica Putri 1), H M Mozart B Darus M.Sc 2), Dr.Ir.Tavi Supriana, MS 3) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. A.

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci